Jumat, 24 November 2017

Rumah kontrakan ardy 3

Rumah Kontrakan 3
Jam sembilan malam,
kembali aku menyusun
siasat. Segera aku naik
ke atas bubungan atap
rumahku untuk melihat
gerak-gerik Siska dan
Ece Geulis.
Tepat di atas atap
rumah Siska,
kuperhatikan pasangan
pengantin yang baru
berusia tiga minggu itu
sedang bercumbu
dengan mesranya. Tapi
lagi-lagi kulihat Pak
Anton tak sanggup
untuk melayani hasrat
istrinya, ia cepat sekali
orgasme. Dengan
wajah kecewa, Siska
terbaring telanjang di
samping suaminya.
"Maaf ya, Sis. Aku
capek banget hari ini,
mana besok aku harus
pergi ke kantor pagi-
pagi sekali. Kantorku
sedang diaudit kantor
pajak, jadi bosku mau
aku mengurus hal ini
dengan sebaik-
baiknya." kata Anton.
"Iya, nggak apa-apa."
jawab Siska
memaklumi. "Oh iya,
Mas, ngomong-
ngomong si Ardi kapan
dipanggil ke kantor
kamu?" tanyanya.
"Tadi siang sih CV dia
sudah aku serahkan ke
bos, mungkin minggu
depan dia dipanggil
sama bos. Memangnya
kenapa, Sis?" tanya
Anton.
"Nggak apa-apa, siap-
siap aja kalau ditanya
sama dia." jawab Siska.
Di atas atap, aku
tertawa geli.
Sepertinya Siska
kebingungan karena
aku tidak jawab sms
darinya, mungkin dia
pikir tadi siang aku
sudah mulai kerja.
Hehe, kangen nih ye
sama kontolku.
Ternyata rencanaku
untuk membuat dia
penasaran berhasil hari
ini.
Akupun beranjak
menuju atas rumah Ece
Geulis, dan disitu
kuperhatikan Ece
Geulis sedang tertidur
pulas dengan hanya
menggunakan kaos
dalaman yang tipis dan
berenda pada bagian
dadanya. Kulihat dia
hanya menggunakan
CD saja, tapi tidak
mengenakan bra, sexy
sekali dia. Di
sampingnya, anaknya
juga sedang tertidur
pulas. Malam ini
suaminya tidak pulang.
Akupun turun dari atas
atap rumah dan segera
tidur.
Kira-kita jam sebelas
malam kembali
kudapatkan sms dari
Siska. "Ardi, kamu
kemana aja, kok sms
dari aku gak dibalas?
Kamu marah sama aku
ya?"
Aku menahan diri
untuk tidak
menjawabnya, dan
kembali melanjutkan
tidurku.
Pagi-pagi sekali aku
segera bangun, hari ini
aku punya rencana
seharian untuk pergi ke
Glodok membeli
camera pengintai,
karena pikirku akan
sangat berbahaya
kalau aku terus-
terusan naik ke atap
rumahku. Segera
kutuntun Honda CBR-
ku menjauh dari
kontrakan agar
suaranya tidak
terdengar. Seharian
kuhabiskan waktuku
untuk mencari camera
pengintai terbaik,
setelah kudapatkan,
akupun pergi ke toko
obat Chinese untuk
mencari ramuan obat
untuk memelihara
staminaku. Jam 18.30,
aku pun kembali ke
kontrakanku.
Setelah selesai mandi
dan makan, aku mulai
menjalankan
rencanaku untuk
memasang camera
pengintai di atas rumah
Siska dan Ece Geulis.
Lumayan lama juga aku
memasangnya karena
harus berhati-hati dan
ada beberapa tempat
yang kupasang seperti
kamar utama, kamar
mandi dan ruang tamu,
baik rumah Siska
maupun rumah Ece
Geulis. Semuanya
kubuat rapi agar tidak
sampai ketahuan.
Kira-kira jam sembilan
malam pekerjaanku
selesai, dan saatnya
menyaksikan gerak-
gerik mereka pada
komputerku. Malam ini
aku senang sekali
karena kwalitas
gambar yang
kudapatkan sungguh
jernih serta kameraku
dapat kugerakkan
untuk mengambil posisi
yang kuinginkan. Dan
yang membuatku lebih
senang lagi adalah
malam itu aku dapat
menyaksikan adegan
percintaan mereka
dengan santai di
rumahku. Sekarang ini
aku tengah melihat Ece
Geulis sedang digumuli
oleh suaminya. Tapi
sama saja dengan
Siska, biarpun suami
Ece Geulis punya
stamina lebih baik,
tetap saja kulihat
wajah Ece Geulis tak
dapat menyembunyikan
kalau dia kurang
berhasrat.
Yang lebih parah lagi
Siska, malam ini ia
tidak disetubuhi oleh
suaminya, karena
kudengar suasana hati
suaminya sedang tidak
baik. Hari ini laki-laki
itu ditegur oleh bosnya
sebab ada kesalahan.
Kulihat wajah Siska
kelihatan sedih dan
kecewa. Suaminya
kulihat tertidur pulas,
sedang Siska
kuperhatikan kelihatan
gelisah. Kira-kira jam
22.30, kuliat Siska
mengambil
handphonenya. Aku
menebak sebentar lagi
pasti aku mendapat
kiriman sms. Dan benar
saja, dia mengirimiku
sms.
"Ardi, kamu
menjauhiku ya?
Katanya kamu sayang
sama aku, tapi kok
tidak pernah membalas
smsku?"
Aku tidak
membalasnya.
"Kalau kamu tidak mau
jawab, ya sudah, kita
nggak usah ketemuan
lagi seterusnya."
lanjutnya mengancam.
Sengaja aku tidak
menjawabnya selama
lima menit, baru
kemudian kubalas.
"Sorry, Sis. Aku
bukannya tidak mau
menjawab, tapi aku
nggak tahu kalau kamu
sms. Battere
handphoneku rusak dan
seharian ini aku ke
Roxy untuk cari
battere, tapi agak sulit
karena model tersebut
sudah tidak keluar.
Tapi aku akhirnya
dapat juga biarpun
mahal. Maaf ya, Sis.
Emang ada apa?"
jelasku. Hehe, ngambek
nih ye. Mana bisa aku
gak ketemu lagi sama
kamu, Sis. Aku kan
belum puas sama
tubuhmu, pikirku.
"Oh gitu, sorry ya.
Kupikir kamu menjauhi
aku setelah kejadian
kemarin malam." jawab
Siska.
"Aku nggak mungkin
menjauhimu, Sayang...
karena aku masih
belum puas sama kamu,
tubuhmu kan belum ku-
explorasi, hehe."
candaku.
"Dasar... memangnya
aku tambang minyak?
Huh!" balas Siska.
"Bukan tambang
minyak, tapi tambang
nikmat. Sudah siap ku-
explorasi? Hehe."
candaku lagi.
"Tambang nikmatku
sudah siap di-explorasi
dari kemarin,
penambangnya aja
sombong gak mau
jawab undanganku."
balas Siska. "Nanti aku
cari penambang yang
lain loh!" sambungnya.
"Mana ada penambang
yang ahli seperti aku,
Sis? Kalau kamu cari
penambang lain, aku
batalkan kontrak kerja
sama kita loh, hehe."
balasku.
"Waduh, jangan donk,
Ar. Soalnya susah cari
penambang yang punya
peralatan besar seperti
punyamu, hihi." jawab
Siska.
"Jadi kapan nih mau di-
explorasi?" tanyaku.
"Malam ini bisa! Aku ke
tempatmu ya?" tanya
Siska.
"Oke, tapi kurang seru
kalau di rumahku. Aku
ada ide seru nih,
gimana kalau di
rumahmu aja?" ajakku.
"Gila!! Nekat kamu, Ar!
Kamu mau kita
ketahuan! Gak ah!"
balas Siska.
"Justru itu yang bikin
seru, orgasmenya pasti
lebih pol deh, hehe.
Aku kesana ya?"
jawabku.
"Jangan, Ar, aku nggak
mau." balas Siska.
Aku tak membalas
smsnya. Kuperhatikan
dari layar monitor, dia
nampak gelisah sekali,
dan segera beranjak
keluar dari kamarnya.
"Mau kemana, Mah?"
tanya Anton setengah
terlelap.
"Aku mau minum, Pah,
haus sekali. Udah, papa
tidur aja." jawab Siska.
"Ehmm, iya." balas
Anton sambil
melanjutkan tidurnya.
Akupun segera keluar
dari rumahku dan
menuju pintu rumah
Siska. Kulihat di jendela
wajahnya mengintip
dari balik kain korden,
tangannya melambai
menyuruhku untuk
pergi, tapi aku tetap
berkeras ingin masuk,
hingga akhirnya Siska
terpaksa membuka
pintunya.
"Gila kamu, Ar. Nanti
kalau ketauan
gimana?" kata Siska
berbisik.
"Justru kita harus ahli
dalam hal ini, mau
terima tantanganku
gak?" balasku berbisik.
"Ehm, tapi…" jawab
Siska ragu.
"Udah, nggak usah
kelamaan, yuk kita ke
kamar mandimu."
ajakku sambil
merangkulnya.
"Oke deh, tapi kita
jangan sampai
ketahuan ya..." jawab
Siska.
"Pastilah." aku
mengangguk
mengiyakan.
Kamipun beranjak
menuju kamar
mandinya, untung
kamar mandi itu cukup
luas untuk kami
berdua. Segera kubuka
baju Siska dengan
penuh nafsu,
payudaranya yang
bulat ranum langsung
keluar karena dia
sudah tidak memakai
bra dan celana dalam,
sejurus kuperhatikan
tubuhnya.
"Kamu sexy dan
menantang sekali, Sis.
Sudah siap ku-
explorasi?" tanyaku
sambil memijit tonjolan
putingnya.
"Ayo cepat, Ar. Jangan
berlama-lama, nanti
kalau suamiku bangun
gimana?" Siska
membantuku membuka
pakaianku, dan
tanganku mulai
meremas-remas
payudaranya. Kamipun
berpagutan mesra.
"Duh, aku kangen sama
susumu, Sis. Sudah dua
hari aku nggak netek."
kataku sambil
mendekatkan bibir
untuk menghisap
susunya yang montok.
"Auw, pelan-pelan, Ar...
jangan nafsu begitu
donk. Aku juga kangen
sama batangmu, boleh
kuciumi?" balas Siska
sembari berjongkok di
depanku dan mulai
mengelus-elus lalu
menjilati batang
kontolku.
"Ehm... akan kubuat
kau keenakan, Ar!
Rasakan..." kata Siska
sangat bernafsu sambil
menjilati kepala
kontolku.
"Ooh... Sis, kamu makin
ahli aja. Terus, Sis,
lidahmu enak sekali."
seruku sambil tanganku
kembali memainkan
pentilnya.
Saat dia tengah asyik
bermain dengan
kontolku, tiba-tiba
terdengar suara pintu
kamarnya dibuka dan
ada suara langkah kaki
mendekat. "Sis, kamu
sedang di kamar
mandi?" tanya Anton
dari luar.
"I-iya, Pah. Perutku
mules nih, gak tau
kenapa, mungkin salah
makan." jawab Siska
berbohong.
"Oh gitu, aku pikir
kamu kemana. Tapi
kamu nggak apa-apa
kan?" tanya Anton lagi.
"Aku nggak apa-apa
kok, Pah. Papa tidur aja
lagi, nggak usah
kuatir." jawab Siska.
"Oke deh," jawab
Anton kemudian.
Terdengar langkah
kakinya menjauh, dan
pintu kamar yang
ditutup kembali.
Kamipun bernapas
lega.
"Tuh, kataku apa! Bisa
bahaya tau!" sahut
Siska berbisik.
"Ah, cuma gitu aja,
nggak apa-apa. Tapi
seru kan? Hehe, ayo
lanjutkan dong!"
balasku.
Kembali Siska
melanjutkan mengoral
kontolku, biasanya dia
betah melakukannya,
tapi karena saat ini
khawatir suaminya
curiga, dia segera
minta untuk
kusetubuhi. Kuminta
Siska untuk duduk di
bak mandi sambil
melebarkan kedua
kakinya. Akupun
langsung memasukkan
kontolku ke dalam
memeknya dan pelan
tapi pasti mulai
kugenjot tubuh
montoknya. Mata Siska
terpejam-pejam
menikmati setiap
sodokan dari kontolku
dan dari bibirnya
keluar suara mendesis
pelan.
Hampir sepuluh menit
aku menggenjotnya
dan mulai ada tanda-
tanda dari Siska kalau
dia mau orgasme. Tapi
saat aku lagi asyik
berkonsentrasi, tiba-
tiba kembali terdengar
suara pintu kamar yang
dibuka dan suara kaki
Anton yang berjalan
mendekat.
"Masih belum selesai,
Sis? Kok lama amat?"
tanya Anton curiga.
"I-iiya nih, Pah, susah
keluarnya, mules
banget perutku. Udah,
papa tidur aja sana."
jawab Siska cepat.
Sementara dia
berbicara, terus saja
kugenjot tubuh
mulusnya. Tangan Siska
mencengkram
lenganku, meminta
untuk berhenti. Tapi
tak kulakukan, malah
makin kugenjot tubuh
sintalnya.
"Uuuh... perutku cuma
mules tapi belum mau
keluar. Sssh... udah,
Papa sana gih tidur,
mungkin aku akan
minum pencahar saja
biar mudah buang
airnya... uuhh!" jawab
Siska sambil menahan
nikmat dari gesekan
batang kontolku di
liang vaginanya. Anton
tidak tahu kalau di
dalam, istrinya sedang
mengejang nikmat
karena akan orgasme
akibat tusukan
kontolku.
"Ughhh... a-aku mau
keluar!" rintih Siska
lupa mengontrol
dirinya.
"Kamu tuh sedang apa
sih, buang air atau
sedang apa?" tanya
Anton heran.
"Aku lagi buang air,
Pah. Akhirnya keluar
juga... lega dan enak
rasanya. Pantesan aja
susah, itunya besar
sih." kata Siska
berdalih.
"Ih, jorok ah... mending
aku tidur aja daripada
nungguin kamu". sahut
Anton sambil berjalan
menjauh.
"Lagian sudah dibilang
tidur aja, nggak mau.
Syukurin, hihi." kata
Siska. Ia segera
berpura-pura
mengambil air seolah-
olah ingin menyiram
kotorannya.
Sementara dari depan,
aku terus menggenjot
tubuh mulusnya.
Keadaan tadi semakin
membuatku bernafsu.
Setelah hampir sepuluh
menit, akhirnya aku
meledak. Segera
kutarik kontolku dan
kuarahkan ke mulut
Siska, kupaksa dia
untuk menelan
spermaku. Awalnya dia
tidak mau, tapi terus
kupaksa. Kubuka
mulutnya agar
mengulum kontolku,
dan akhirnya saat
orgasme, muncratlah
spermaku ke dalam
mulutnya.
"Telan pejuku, Sis.
Aaaaah..." rintihku.
Siska pun dengan
terpaksa menelannya
dan menjilati sisanya
yang menempel di
batang kontolku. "Ih,
kamu nakalin aku ya,
jahat!" manja Siska
sambil terus menjilat
kontolku hingga
kembali bersih dan
licin.
Kamipun berciuman
dan berpelukan mesra.
"Kamu hebat, Sayang."
kataku.
"Kamu juga hebat, Ar,
sudah berhasil
menyetubuhi aku di
depan suamiku. Nakal
sekali kamu!" ia
mencubit puting
susuku.
"Tapi tadi kamu
menikmatinya kan,
Sayang?" tanyaku.
"Aku sangat
menikmati, Ar. Campur
aduk sekali perasaanku
tadi waktu hampir
orgasme suamiku
datang, hebat kamu
membuatku seperti
ini." katanya.
"Sudah puas?" tanyaku
lagi.
"Sebenarnya mau lagi,
tapi nanti bisa bahaya.
Sebaiknya kamu segera
pulang, Ar."
Kami pun dengan hati-
hati keluar dari kamar
mandi dan Siska
mengantarku hingga ke
depan pintu rumahnya.
Sebelum berpisah
kucium lembut bibirnya
yang basah. "Met
jumpa lagi, Sayang.
Tidur nyenyak ya,"
bisikku mesra.
Siska melepas
kepergianku dari balik
korden.
Sesampainya di rumah,
aku masih menyaksikan
Siska dan suaminya
bercakap-cakap.
"Sudah enakan, Mah?"
tanya Anton tanpa
curiga.
"Sudah, Pah, sudah
lega." jawab Siska.
"Sebenarnya tadi kamu
buang air atau lagi apa
sih?" tanya Anton
menyelidik.
"Sebenernya aku…
emm, aku... tapi papa
jangan marah ya… janji
ya?" kata Siska.
"Iya, kamu lagi apa
sih?" tanya Anton lagi.
"Aku tadi sedang
melakukan itu, Pah…"
jawab Siska pelan.
"Itu apa, Sis?" tanya
Anton penasaran.
"Ini juga gara-gara
Papa sih…" rengek
Siska.
"Kok gara-gara aku?"
tanya Anton bingung.
"Iya, Papa nggak
sentuh-sentuh aku,
padahal aku tadi lagi
kepingin banget. Tapi
lihat Papa kecapekan
gitu, aku jadi gak tega
untuk meminta. Ya
sudah, terpaksa aku
melakukan itu." kata
Siska.
"Oh, kamu mastubasi?"
tebak Anton.
"Hihi... iya, Pah. Tadi
waktu aku teriak mau
keluar itu, yang
kumaksud bukan
kotoranku. tapi aku
sedang orgasme hebat.
Papah ganggu aku aja
tadi!" kata Siska.
"Kamu sudah biasa
berbuat itu ya?" tanya
Anton.
"Nggak, Pah, cuma
sesekali aja, kalau pas
lagi pengen banget."
jawab Siska.
"Darimana kamu tahu
caranya?"
"Aku baca di majalah
kesehatan wanita. Aku
kan harus menemukan
solusi untuk masalah
kita ini. Emang kenapa,
Papah nggak suka ya?"
tanya Siska.
"Bukan begitu, aku
nggak apa-apa kok.
Yang aku bingung,
kalau kamu masturbasi,
kamu bayangin siapa,
Sis? Aku?" tanya Anton
menyelidik.
"Nggak mau! Abisnya
Papah jahat nggak mau
sentuh-sentuh aku."
balas Siska.
"Lalu siapa donk kalau
bukan aku?" tanya
Anton.
"Papah beneran
pengen tahu?"
Anton mengangguk.
"Katakan, Sis. Aku
nggak akan marah kok.
Ini kan kesalahanku
juga."
"Emm... aku... aku... b-
bayangin... Ardi, Pah."
jawab Siska jengah.
"Kenapa Ardi?" tanya
Anton, masih kelihatan
tenang.
"Habisnya dia ganteng
sih, hihi." jawab Siska
spontan.
"Aku nggak ganteng
ya?" tanya Anton agak
sedikit marah.
"Cemburu nih ye?"
Siska tertawa.
"Aku serius, Sis." Anton
merajuk.
"Iya, iya. Aku bohong
kok. Ya pasti bayangin
Papah lah, masa sama
Ardi." jawab Siska
menenangkan.
"Dasar nakal kamu ya!"
kata Anton sambil
tangannya meggelitik
tubuh Siska.
Merekapun tertawa
bersama-sama.
Tengah malam, aku
dapat sms lagi darinya.
"Ar, gawat lho tadi,
hampir aja kita
ketauan, untung aku
bisa menjawab semua
pertanyaan suamiku.
Kamu sih nakal banget
pake acara ngentotin
aku di depan suamiku.
Tapi btw, seru juga sih.
Kamu hebat ya,
kutunggu aksimu
selanjutnya. Oh iya,
cicilan pertama sudah
lunas ya, aku sudah
terima pembayarannya.
Terima kasih ya, Ar..."
Sengaja aku tidak
membalasnya.
Sms yang kedua
menyusul tak lama
kemudian. "Oh iya,
besok kan hari minggu,
mas Anton kan libur,
lebih baik kita jangan
ketemuan dulu deh,
aku khawatir akan
ketahuan. Ok? See u
next week,"
Di kamarku aku
berkata, "Asyik juga
nih cewek, sudah
cantik, sexy, pintar
lagi. Jadi tambah
sayang gue sama dia.
Tunggu petualangan
dariku selanjutnya, Sis.
Kamu pasti tambah
nggak bisa lupain aku.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.