Kamis, 05 Maret 2015

Liburan Birahi 8: The Game III

"Mang,, tempat gamenya pindah ya?,, kemana?,," tanya Aida, berjalan
beriringan dengan Arga.
"Iya buu,, kita pindah ke sana, tempatnya lebih rindang, adem,,," Mang
oyik tampak kerepotan membawa beberapa balon yang tertiup angin,
meski sudah diisi dengan air beberapa gelas air, balon itu tetap saja
bergerak liar saat disapa angin yang lebih kencang.
Di depan Mang Oyik tampak rombongan Bu Sofie yang berjalan lebih
dulu menuju tempat yang dimaksud. Wanita bertubuh super montok itu
menggelendot manja di lengan Pak Prabu. Tertawa menanggapi
banyolan yang dilontarkan oleh Dako dan yang lainnya.

Liburan Birahi 7: The Game II

Liburan Birahi 7: The Game II
Zuraida membiarkan jilbab putihnya tertiup angin, coba
mendinginkan hatinya yang terasa begitu panas. Namun
hembusan angin pantai selatan pun tampaknya tak mampu
untuk mengusir rasa gundah, kesal, cemburu yang
menggulung menjadi satu dan memenuhi lubuk hatinya .
Wanita cantik itu sengaja menepi dari ramainya obrolan dan
celoteh teman-teman suaminya, karena tak yakin dapat
menyembunyikan emosi yang terukir diraut wajah nan cantik.

Liburan Birahi 6: The Game I

Liburan Birahi 6: The Game I
"Ayooo
Aidaaaa,,, satu putaran lagiii,,,"
"Aryantiii,,, cepeeet,,, jangan mau kalaaahh,,,, loncat yang
tinggi,,hahahaaa,,,"
Teriakan para suami terdengar ramai, tapi mereka bukan
memberi semangat kepada istri masing-masing, teriakan itu
justru ditujukan kepada istri yang memiliki gerakan paling
liar. Yaa,, lomba balap karung dipilih sebagai laga pembuka
untuk game pantai. Mata para suami tertuju pada Aida yang
begitu semangat meloncat memacu tubuhnya, memimpin
paling depan, dan bisa ditebak, mata jalang para suami tertuju
pada sepasang payudara besarnya yang bergerak naik turun.

Liburan Birahi 5: Get Me!!

Liburan Birahi 5: Get Me!!
"Cantik,,,sangat cantik,,,"
Mata Bu Sofie menyapu panorama dari ruang tak berbatas,
matahari pagi memberi warna berkilauan pada ombak yang
pagi itu sedikit lebih jinak. Wanita berambut ikal yang diikat
keatas itu melepas sendalnya, berjalan menyambut ombak
kecil yang dengan cepat menjilati jari-jari dan telapak kakinya.
"Aku ingin seperti ini selamanya,,," gumam Bu Sofie pelan,
merentang kedua tangan seolah ingin memeluk langit. bibir
tersenyum bahagia, bahagia dengan kebebasan yang tengah
dinikmatinya.

Liburan Birahi 3: Guru Kencing berdiri, DuaTiga Pulau Terlampaui

Senin, 23 September 2013
shusaku di 12.41
Liburan Birahi 3: Guru Kencing berdiri, Dua
Tiga Pulau Terlampaui
Setiba di meja makan, Arga tak mampu sepenuhnya mengikuti
obrolan yang semakin panas, berbagai ocehan nakal semakin
deras mengalir. Suara tawa meledak serentak ketika Bu Sofia
dengan gaya yang centil memainkan sebatang sosis
dimulutnya.

Liburan Birahi 2: Get Ur Happy, Honey!

Liburan Birahi 2: Get Ur Happy, Honey!
Aryanti meloncat dari ranjangnya dengan wajah kaget. Jam di
samping ranjang menunjukkan Pukul 07.30, Aryanti khawatir
mereka akan ditinggalkan oleh rombongan yang berangkat
pukul 09.00 tepat. Bagaimana tidak, sejak kemaren sore
mereka bermain gila-gilaan hingga semalam suntuk, mungkin
ini sebuah pemanasan yang berlebihan untuk bulan madu
mereka yang tertunda. Namun Aryanti terpaksa sedikit lebih
lama menyabuni tubuhnya, setiap bagian tubuhnya terasa
lengket, entah oleh keringat mungkin juga karena cairan
mereka yang menghambur keluar. Aryanti tersenyum sendiri
saat teringat aksinya tadi malam, dirinya berhasil meyakinkan
Arga suaminya bahwa sperma yang mengalir keluar dari
vaginanya adalah milik Pak Egar dan disebabkan keadaan
yang sangat memaksa. Busa sabun yang menutupi sebagian
kulitnya membuat tubuh itu semakin eksotis, baru kali ini dia
merasa bangga ketika Pak Egar memuji tubuhnya dan
mencumbunya dengan sangat bernafsu. Padahal sebelumnya
dirinya selalu jijik jika pria itu memandangi nya dengan penuh
nafsu. Aryanti berdecak kagum dihadapan cermin kamar
mandinya, dibiarkannya shower manyapu busa sabun yang
tersisa. Jika suaminya memang mengizinkannya untuk
bersenang-senang pada liburan nanti, lalu kenapa dia harus
menahan diri untuk mencari kesenangan, begitulah yang ada
diotak Aryanti saat ini. Air shower yang hangat membuatnya
betah untuk berlama-lama melihat tubuh telanjangnya dialiri
air yang menciptakan sungai-sungai kecil, mengalir disela
bukit payudaranya yang membusung dan akhirnya
menyelusup keselangkangannya. Komentar apa yang akan
keluar dari bibir teman-teman suaminya itu jika dirinya
membiarkan tubuhnya ditelanjangi oleh pandangan mereka.

Liburan Birahi: Sayang...Ini Hanya SebuahPermainan

Liburan Birahi: Sayang...Ini Hanya Sebuah
Permainan
"Gilaa,, dah miring otak ni orang,,,"
Dalam hati Arga mengumpat mendengar usul yang
ditawarkan oleh Dako, usul gila yang dengan cepat disetujui
oleh atasannya Pak Prabu, dan kedua teman yang juga
memegang jabatan manager. Hari itu, Kantor Arga menerima
kunjungan pimpinan pusat yang menetapkan kantornya
sebagai cabang perusahaan dengan kinerja terbaik,
memberikan bonus liburan dan berhak untuk menggunakan
cottage milik perusahaan yang ada disalah satu pesisir pulau
jawa. Tentunya ditambah bonus sejumlah uang. Namun di
antara berbagai kegembiraan itu mungkin Arga lah orang yang
paling berbahagia. Ya,,, atas bantuan Pak Prabu, Arga
disetujui oleh pimpinan pusat untuk menempati bangku
pimpinan yang sebelumnya ditempati oleh Pak Prabu. Prabu
sendiri atas prestasinya diminta untuk membantu pusat.

The Orgy Club 3: Buih Cinta di TengahLautan Birahi

The Orgy Club 3: Buih Cinta di Tengah
Lautan Birahi
"Amel ya...dia sebenernya anak yang baik, orangnya gak
bertele-tele, pinter lagi, gua baru tau cerita dia kaya gitu, ke
gua aja yang kenal lebih lama belum pernah cerita, tapi ke lu
udah, gua rasa dia juga sebenernya ada hati ke lu Ric" kata
Indra mangut-mangut mendengar curhatku, "oh iya makasih
Mas!" katanya pada si mas pembantu kantin yang baru
mengantarkan pesanannya.
Saat itu jam setengah sepuluh pagi, baru bubaran kuliah pagi.
Kami makan pagi sambil ngobrol mengenai orgy club dimana
aku baru saja menjadi newbie-nya yang berkat rekomendasi
dari temanku yang satu ini. Dan baru pada Indra lah aku
curhat mengenai perasaanku terhadap Amel yang tiba-tiba
saja timbul setelah aku ML dengannya dan ia mulai terbuka
padaku. Aku tidak ingin langsung mengatakan ini cinta karena
aku ingin lebih berhati-hati mengenai yang satu itu agar tidak
sakit hati lagi setelah dikhianati mantanku.
"Ya itulah aneh kan Dra, gua kayanya ada rasa ke dia tapi
malah enjoy kalau liatin dia digituin sama orang lain, lagian
dia itu kan lebih tua dari gua, gua pengennya yang lebih muda
daridulu juga"
"Haiya masa soal itu aja dimasalahin kaya milih milih mobil,
gini aja deh bro, mulai sekarang gua ga akan pernah nyentuh
si Amel lagi sampe lu mutusin kalau lu emang ga pengen
macarin dia"
"Pacarin? Wah gua belum kepikir kesitu sumpah, buru-buru
mutusin pacarin malah bikin sakit ati kaya yang dulu-dulu."
"Udah, nyantai aja mikirnya, jodoh gak jodoh udah ada yang
atur, kalau lu mau minta pendapat cewek soal ini ke Kak
Angel deh, dia itu cewek yang dewasa bukan cuma umur tapi
juga pemikiran, dia paling enak buat teman curhat, percaya
deh"
Tiba-tiba BB Indra berbunyi dan ia mengangkatnya lalu
berbicara selama beberapa saat, aku cuek meneruskan
makanku sampai ia menyelesaikan bicaranya
"Huh sialan, baru inget habis masa aktif!" gerutu Indra ketika
mengirim pesan yang gagal.
"Mau pake yang gua dulu?" tawarku
"Ngga...ntar aja....eeehh hhmmm...Ric!" tiba-tiba wajah Indra
tersenyum penuh arti sambil memandang lurus ke belakangku
"Apa?" jawabku
"Gua lagi butuh pulsa nih, mau ga kita taruhan kalau gua
menang lu isiin mentari 100 buat gua, gimana?" tantangnya.
"Kalau lu ga menang gimana?" tanyaku lagi
"Ntar gua yang beliin pulsa buat lu kalau dah habis"
"Boleh...taruhan apa emang? Bola?" aku menyeruput air
mineralku.
"Bukan...lu pasti seneng deh, tuh lu liat di sana, tuh dokter
itu!"
Aku
menengok ke belakang mengikuti pandangan matanya, kulihat
Dokter Lea, salah satu dokter klinik kampus dan juga salah
satu dosen di fakultas kedokteran, baru saja menyelesaikan
makannya dan hendak beranjak.
"Dokter Lea, napa emang? Naksir lu?"
"Gini, kalau gua bisa ngentotin dia, gua menang, deal?"
katanya dengan suara dipelankan.
Aku menanggapinya dengan tertawa, aku pikir temanku ini
tidak waras atau apa, ini kan namanya cari penyakit, dia kira
ini di kost/klub apa? Bisa begituan seenaknya? Apalagi
dengan dokter kampus, kena gampar saja masih untung,
paling parah bisa-bisa di DO atau malah dituntut pelecehan
seksual.
"Hiihihi...Dra...Dra, otak lu korslet ya? Kelamaan di klub
ditambah nyandu JAV sama hentai ya!" tawaku
"Sekarang lu ketawa, nanti kita liat hasilnya, gimana? Deal
ga?" tantangnya lagi.
Aku jadi penasaran juga nih, pakai cara apa dia kira-kira,
Indra ini memang orangnya supel dan dengan lawan jenis
gampang akrab, tapi kalau bisa merayu dokter kampus
sampai mau diajak ML dalam sehari rasanya 'mission
imposible'. Maka kutepuk sambutan telapak tangannya
pertanda menerima tantangannya, kan lumayan tuh dapet
pulsa seratus ribu.
"Oke deal ya...yuk sekarang ikut gua, dia pasti balik ke klinik,
ayo mumpung hari Jumat lagi ga banyak orang." ajaknya.
Aku mengikuti Indra ke klinik kampus dekat fakultas
kedokteran, suasana hari Jumat tampak lenggang seperti
biasanya. Kamipun tiba di depan klinik itu, Indra mengetuk
pintunya.
"Masuk!" sahut suara wanita dari dalam sana.
"Ehh....kamu Ndra, ada perlu apa nih?" tanyanya ramah, ia
sedang membaca dokumen medis di mejanya.
Sebagai gambaran, Dokter Lea ini adalah seorang wanita 30
tahun dengan rambut pendek sebahu, wajahnya yang imut dan
murah senyum membuatnya terlihat lebih muda dari usia
sebenarnya. Aku sendiri agak tidak percaya ketika belakangan
mengetahui usianya. Aku sih hanya sekedar tahu saja tentang
dirinya, memang banyak yang bilang ia adalah dokter cantik,
tapi tidak sampai kenal karena aku tidak pernah sakit sampai
harus ke klinik kampus.
"Pagi Dok...mau medical check up nih!" sapa Indra, "ini teman
saya Rico" ia memperkenalkan diriku.
"Rico" aku menjabat tangannya yang halus lalu duduk di
depan mejanya bersama Indra, ia tersenyum manis sekali.
"Lagi ga sibuk kan Dok?" tanya Indra
"Gak kok, biasa hari gini emang sepi, yang mau medical check
up kalian berdua nih?"
"Iyah Dok, saya aja dulu ya!" kata Indra
"Baik...yuk duduk di ranjang sana" Dokter Lea menutup map-
nya dan berjalan ke arah ranjang pasien di pojok.
Indra mengikuti dari belakang, aku jadi makin penasaran apa
yang akan dilakukannya, masa dia mau senekad itu
memperkosa Dokter Lea? Beberapa langkah dari ranjang
pasien, tiba-tiba Indra menarik lengan Dokter Lea dan
membalikkan tubuhnya menghadap dirinya lalu didekapnya
erat. Mulut Indra langsung nyosor mencium bibirnya.
"Ahhh...Dra! Kamu gila yah!" serunya sambil memalingkan
muka melepaskan diri dari mulut Indra yang mulai nakal dan
sudah mulai menciumi lehernya.
"Ah, dokter ini. Santai aja, dia member klub terbaru kok" sahut
Indra enteng dan dengan sigap ia menyingkap rok span hitam
Dokter Lea hingga terpampanglah paha mulus dokter cantik
itu.
Segera setelah itu Indra mencumbunya habis-habisan
sehingga Dokter Lea terlihat mulai enjoy dan akhirnya dia
berkata,"Uhhh...dasar...bilang kek dari tadi, jadi ga usah jaim-
jaiman!" suaranya nampak letih namun disertai oleh desahan
nafsu yang menggelora terlebih saat tangan Indra mulai
mengelusi pahanya yang indah itu.
Indra mengacungkan jari tengah dan telujuk padaku di
belakang punggung Dokter Lea, mataku memancarkan
kemenangan tanpa melepaskan ciumannya terhadap Dokter
Lea. Selanjutnya ia menunjuk ke arah pintu dan memutar
telapak tangan, aku yang terpana segera ke arah pintu dan
menguncinya. Dengan dada berdebar-debar, aku pun
menghampiri mereka. Kupeluk tubuh langsing Dokter Lea dari
belakang. Tanganku meraba dadanya yang berukuran sedang,
kuremas lembut buah dadanya sehingga ia menggeliat.
"Nah...kenalin Ric, Dokter Lea ini dulunya pernah ngekost di
tempat kita, jadi dia ini alumni klub, jadi ga usah sungkan-
sungkan sama beliau, ya ga Dok?" kata Indra sambil
meremas payudara Dokter Lea yang satunya.
"Aahh...diem kamu Ndra, welcome to the club Ric, saya suka
member baru, jadi ingin mengenal kamu lebih dalam" Dokter
Lea menengokkan wajahnya menghadap wajahku dekat sekali,
suaranya jadi basah dan penuh gairah.
Lengannya merengkuh leherku dan telapak tangannya
mendorong kepalaku ke arah wajahnya. Bibir kami pun
bertemu dan berpagutan panas. Tanganku mulai menyingkap
ke atas kaos dibalik jas dokternya sehingga bra kremnya
terekspos.
"Wow, sudah mahir yah kamu. Sudah pengalaman ya?"
guraunya setelah melepas ciuman sambil meraba
selangkanganku, tangan lentiknya meremas penisku sehingga
semakin menegang saja.
"Belum Dok, baru pernah ML sama satu mantan sebelum
gabung ke klub?" jawabku mengendus leher jenjangnya,
aroma parfum berkelas terasa dari tubuhnya.
"Tapi begitu masuk langsung empat cewek dia sikat semua
dalam sehari hehehe..." timpal Indra yang tangannya tengah
mengelusi selangkangan Dokter Lea dari luar celana
dalamnya.
"O ya....nafsu kamu gede juga ya!" kata Dokter Lea
tersenyum nakal padaku, "yuk kita ke sana aja, capek dong
berdiri terus gini!" ia mengajak kami ke ranjang pasien saja
agar nyaman.
Kini ia pun duduk di pinggir ranjang diapit olehku dan Indra di
sebelah kanannya. Aku terus menciumi wajah, bibir dan leher
Dokter Lea, sementara Indra sudah melucuti bra-nya hingga
terpampanglah kini kedua payudaranya yang bulat sedang
dengan puting berwarna coklat itu. Desahan Dokter Lea
semakin liar ketika lidahku menggelitiki lehernya yang jenjang
dan Indra bergantian melumat dan meremasi payudaranya.
Bibirku kembali memagut bibirnya, lidah kami langsung
terlibat saling jilat dan belit dengan panas sementara tangan
kiriku meremas payudara kanannya. Ia mengerang tertahan di
sela percumbuan kami ketika tangan kiriku turun ke bawah
dan mengelus-elus paha dan selangkangannya. Tubuhnya
semakin menggeliat tak menentu dan nafasnya terasa
semakin memburu. Indra naik ke ranjang dan membuka
celananya, ia menyandarkan bantal pada tembok agar nyaman
berselonjor di ranjang pasien
"Sepong dong Dok!" pintanya memegang penisnya untuk
dilayani Dokter Lea, ukuran penis Indra ternyata tidak jauh
beda dengan punyaku, standar cowok Asia lah.
Dokter cantik itu membaringkan diri menyamping di antara
paha Indra, lalu mencium kepala penis Indra, batangnya dan
akhirnya memasuk-keluarkan penis itu ke dalam mulutnya.
Tangan kirinya memegang batang penis temanku itu sambil
bibir dan lidahnya terus melakukan aksinya. Secara alamiah,
kedua tanganku bergerak melucuti rok spannya hingga lepas
lalu disusul celana dalamnya. Kini ia telah telanjang bagian
bawah, tinggal memakai atasan berupa kaos yang sudah
tersingkap dan jas dokternya. Kuamati dengan nanar
kewanitaan Dokter Lea, vaginanya ditumbuhi bulu yang tebal
tapi teratur. Agaknya ia rajin merawatnya, sebab bulu-bulu itu
dicukur rapi, belahannya nampak menggairahkan membuatku
tak sabar untuk segera menikmatinya. Kuraba wilayah
segitiga kenikmatan itu, jari-jariku mengusap-usap bibir
vaginanya lalu kugerakkan keluar masuk ke belahannya.
"Auuwww, aaahhh, enak Ric ... terusin ya!" desis Dokter Lea
sambil menggeliatkan pinggulnya dengan indah.
Setelah beberapa saat mencucuk-cucuk vaginanya dengan jari
sampai wanita cantik itu menggeliat-geliat, kini aku
mendekatkan wajahku ke selangkangannya dan lidahku
kujulurkan ke belahannya yang telah becek.
"Ooooohhhh...!" desahnya sambil mempercepat gerakan
mulutnya terhadap penis Indra.
Jariku membuka vaginanya hingga klitorisnya terlihat.
Kuciumi biji kecil itu sambil sesekali melakuan gerakan
menyedot. Bagian sensitif itu sudah tegang sebesar biji
kacang hijau. Indah sekali bentuknya, apalagi ketika
kukuakkan labianya bagian atas klitorisnya. Kedua labianya
kupegang dengan kedua tanganku dan kubuka lebar-lebar lalu
dengan lembut kujulurkan lidahku menusuk makin dalam ke
vaginanya.
"Aaaaaahhhhhh ....Ric pinter juga ya kamu!" Dokter Lea
berusaha mengendalikan erangannya namun sesekali
suaranya meninggi tanpa terkendali.
Aku melakukan gerakan mencium, menjilat, menusuk,
menyedot secara bergantian, bahkan tak urung kuisap klitoris
dan kedua labianya secara bergantian, hingga erangan dan
rintihannya semakin keras.
"Ahhh, yes...eeemmm!" Indra yang sedang dioral penisnya
juga meracau tak karuan.
Kepala Dokter Lea naik turun mengoral penis temanku.
Tangan Indra tidak tinggal diam, ia meremas-remas payudara
Dokter Lea dan memilin-milin putingnya.
Cairan kewanitaan Dokter Lea keluar semakin banyak saja.
Kusedot dan kutelan cairan bening itu dengan nikmatnya,
gurih rasanya. Tangan kanannya kini memegang belakang
kepalaku dan menekankannya kuat-kuat ke selangkangannya
sambil menggeliat-geliat seksi. Agaknya ia sudah orgasme.
Kurasakan aliran cairan menyembur dari dalam vaginanya
yang langsung kuseruput seluruhnya dengan bernafsu. Ia
menolakkan kepalaku, mungkin merasa jengah karena kuisap
seluruh cairannya, tanpa mau menyisakan sedikit pun. Aku
tidak mengikuti perlakuannya, tapi terus menekan wajahku
menjilati sisa cairan orgasmenya yang masih berleleran. Aku
masih melumat vagina Dokter Lea ketika ia mengangkat
wajahku lalu mencium bibirku.
"Good start Ric, mantap!" pujinya
Kulihat Indra terpengaruh atas orgasme Dokter Lea
"Sekarang aja ya Dok, saya belum dapet nih!" ajaknya
"Aaahh...oke, tapi saya masih capek sih, jadi di bawah ya,"
Dokter Lea menelentangkan dirinya di ranjang tersebut setelah
sebelumnya melepaskan jas dokter, kaos dan bra nya hingga
bugil total.
"Ric...tolong taro di kursi situ aja!" pintanya padaku
Aku pun melakukan permintaannya, sekalian aku melepas
celana dan celana dalam lalu kuletakkan di dekat pakaiannya.
Setelah itu aku kembali ke ranjang tempat peraduan kami.
Indra telah mengambil posisi di antara paha Dokter Lea dan
menggesek-gesekkan penisnya ke bibir vagina dokter cantik
itu. Dokter Lea nampak naik lagi birahinya atas perlakuan
Indra. Indra menekan penisnya hinggga melesak semakin
dalam ke dalam vagina dokter itu. Dokter Lea sendiri
menyambutnya dengan membuka lebar-lebar pahanya. Kedua
kakinya dipentang dan dipegang oleh kedua tangan Indra.
Dokter Lea lalu mengisyaratkan aku mendekatinya. Aku pun
naik ke dadanya dan tangannya langsung meraih penisku.
"Keras nih...kayanya ga bakal mengecewakan, hihi...!"
komentarnya.
"Ga bakal Dok, jaminan mutu boleh dicoba!" timpalku.
"Emangnya baygon, jaminan mutu!" ia mulai mengocok
penisku pelan.
Sambil menyentuh penisku, perlahan-lahan ia dekatkan
wajahnya ke arah pahaku dan menjilat kepala penisku.
"Eeemmm...sedap Dok!!" desahku nikmat.
Dokter Lea semakin liar bergerak menikmati tusukan penis
Indra sambil melumat penisku. Kedua tanganku tidak mau
tinggal diam dan meremas-remas kedua payudaranya dengan
putingnya yang semakin mengeras itu. Genjotan penis Indra
kulihat semakin kencang dan itu berpengaruh pada semakin
kuatnya Dokter Lea menghisap penisku. Kurasakan kepala
penisku menekan ujung tenggorokannya, tapi wanita ini tidak
peduli, ia sepertinya sudah ahli soal beginian, air liurnya
menetes di sela-sela bibirnya yang tak kenal lelah mengoral
penisku. Bahkan ketika seluruh penisku ia telan, lidahnya
mengait-ngait lubang kencingku, rasanya agak panas, tapi
geli bercampur nikmat. Aku ikut merintih tanpa kusadari.
Plok...plokkk...plok....suara penis Indra keluar masuk semakin
cepat. Penisku disedot kuat-kuat oleh Dokter Lea sehingga
tanganku pun makin gemas meremas payudaranya.
"Ahhh, saya mau keluar Dok...yessshhh!" erang Indra ngos-
ngosan
"Sama Dra...bareng ya? Oooohhhh, akkhhh ... enak gilaa...
yang dalam... aaauhhggghhhhh!!" rintih Dokter Lea semakin
tinggi.
Desah orgasme Dokter Lea tak tertahankan ketika dengan
hebatnya penis Indra menghunjam dengan cepat dan berhenti
saat orgasmenya pun menjelang. Kedua pahanya menjepit
pinggul temanku sementara mulutnya menelan penisku hingga
ujungnya kurasakan menekan tekak tenggorokannya.
Kuperhatikan tubuh wanita ini yang indah bergetar-getar
beberapa saat. Aku menengok ke belakang, tubuh Indra pun
menegang otot-ototnya sambil terus menusukkan penisnya
lebih dalam. Aku turun melepaskan diri dari Dokter Lea agar
ia lebih menikmati orgasmenya dengan utuh dan mengambil
tempat duduk di pinggir ranjang. Indra menghempaskan
tubuh di atas tubuh Dokter Lea, sementara kedua tangan
wanita itu memeluk temanku. Kuamati mereka berpelukan
sambil bertindihan menikmati gelombang orgasme yang makin
menyurut.
Tak lama kemudian, Dokter Lea berkata dari balik himpitan
tubuh Indra, "Sekarang giliranmu ya Ric...yuk cepet mumpung
masih jam jumatan nih, masih sepi!"
"Nggak apa-apa Dok, santai aja. Saya kan cuma nemenin
Indra aja," aku berbasa-basi
"Jangan gitu dong" Dokter Lea menolakkan tubuh Indra dan
turun dari ranjang lalu mendekatiku. "kamu kan pendatang
baru, masa saya belum memberi sambutan ke kamu" ia cium
bibirku lembut sambil melingkarkan kedua tangannya ke
leherku.
"Nah, sekarang kamu berbaring aja di ranjang" suruhnya
padaku, "Dra kamu turun dulu, sempit ranjangnya tuh!"
Indra hanya mengangguk dan turun dari ranjang yang
sebenarnya hanya muat satu orang itu untuk membiarkanku
naik
"Giliranlu bro....enjoy!" katanya menepuk lenganku ketika aku
hendak membaringkan diri.
Dokter Lea naik ke atas penisku lalu ia membuka kedua belah
pahanya lebar-lebar. Rambut-rambut halus vaginanya
memberikan nuansa romantis yang tak terlukiskan ketika
bersentuhan dengan kepala penisku. Tubuh Dokter Lea benar-
benar seindah pualam. Geliatnya begitu erotis, membuat pria
manapun takkan mampu menguasai diri untuk tidak
menyetubuhinya dalam keadaan begitu rupa.
"Ayo Ric, ga usah malu-malu gitu, tiap member orgy club ga
perlu sungkan soal ginian" rayu Dokter Lea sambil mengelus
rambutku, kuamati wajahnya dari dekat, benar-benar cantik,
di balik wajah wanita berintelektual tinggi ini ternyata
mengandung gairah yang tinggi, payudaranya bersentuhan
dengan dadaku
Tanganku mengelus-elus lengan dan perutnya. Ia menarik
pergelangan tanganku agar mengelus dan meremas
payudaranya. Kini aku mulai beroperasi di bagian dadanya
dan memainkan putingnya yang kembali mengeras akibat
sentuhan jari-jariku. Kupilin-pilin putingnya dengan lembut
dan kudekatkan mukaku ke payudaranya. Lidahku kujulurkan
menjilati puting payudaranya memberinya sensasi geli, setelah
itu kumasukkan putingnya ke dalam mulutku sambil
melakukan gerakan menyedot.
"Ooogghh, ya, yahh, gitu enak Ric! " desisnya
Disemangati begitu, kedua payudaranya makin kuremas
sambil terus mengisap, memilin, menyedot putingnya dengan
gerakan bervariasi, kadang-kadang lembut, kadang ganas,
hingga pemiliknya menggeliat-geliat nikmat. Kurasakan
tangannya yang lembut meraih penisku dan menyentuhkan
kepalanya pada bibir vaginanya. Ia menggelinjang-gelinjang
antara geli dan nikmat.
"Ooouggghh, kita mulai aja yahh! Udah ga tahan nih"
erangnya.
Aku mengiyakan saja mengikuti permintaannya, ia terus
memainkan penisku menggesek klitorisnya hingga kurasakan
semakin tegang ditekan oleh kepala penisku. Ia menurunkan
tubuhnya setelah bibir vaginanya tepat pada kepala penisku
"Eeemmmhh..." lenguhnya merasakan penetrasi penisku pada
vaginanya
Secara perlahan ia mulai menaik-turunkan pinggulnya
menyambut masuknya penisku yang melesak makin ke dalam.
Indra memandang ke arahku sambil tersenyum. Kini ia berdiri
di samping ranjang dan meraih payudara Dokter Lea dan
mengenyotnya.
"Aaaahhh ...... " erang Dokter Lea lagi, tangannya memeluk
kepala Indra yang menyusu darinya.
Gerakannya menaik turunkan tubuh di atas penisku
berlangsung dengan ritme pelan, tetapi kadang-kadang ia
menyelinginya dengan gerakan cepat dan dalam. Rintihan
nikmat terdengar dari mulutnya
"Oohh...yahh...enak...isep Dra, isep yang kuat!"
Pinggulnya sesekali berputar sehingga penisku seperti sedang
mengaduk. Semakin lama gerakan pinggulnya makin tak
menentu. Aku sendiri terkadang aktif menggerakkan pinggulku
sehingga penisku semakin menghantam-hantam vaginanya.
Seiring gerakanku makin bertenaga, desahannya pun makin
kuat mengarah pada jeritan, namun ia masih berusaha
meredamnya dengan menggigit bibir atau jarinya sendiri.
Dengan beberapa kali hentakan ke atas kubuat tubuh Dokter
Lea semakin bergetar, kurasa sebentar lagi ia segera
menggapai puncak kenikmatan.
"Ric, terusin ....udah mau nih, ooohh!" ia menggeram sambil
menyentak-nyentakkan tubuhnya semakin cepat.
Jari-jari tangannya memeluk punggung Indra dengan erat.
Dinding vaginanya semakin berdenyut-denyut memijati
penisku, sentakannya kadang membuat buah pelirku ngilu tapi
perasaan itu bercampur dengan kenikmatan luar biasa.
Kurasakan guyuran cairan kewanitaannya membasahi penisku
sedemikian rupa hingga tak kuasa kubendung luapan
spermaku memasuki rongga vaginanya.
"Dokter....!!! ngecrot nih!" desahku sambil meremas
payudaranya
Ia pun akhirnya ambruk menindihku setelah Indra melepaskan
pelukannya. Kuciumi bibirnya rapat-rapat dan ia pun
menyambut ciumanku. Kurasakan bibir kami berdua agak
dingin, sebab aliran darah kami seakan-akan terdesak ke
bagian bawah. Kedua belah pahanya menjepit kedua pahaku
dengan kuatnya dan jepitan vaginanya seolah-olah ingin
mematahkan batang penisku. Dinding vaginanya masih
berdenyut-denyut memilin penisku.Beberapa kali aku
mendorong tubuhnya tapi ia tak mengijinkan tubuhku
meninggalkan tubuhnya.
"Buru-buru amat? Peluk aku Ric...saya suka diberi
kehangatan!" katanya.
Mulutnya masih terus menciumi mulutku hingga bibir kami
kembali berpagutan dan lidahnya masuk rongga mulutku
menggapai langit-langit mulutku. Kulakukan hal yang sama
bergantian dengannya. Cairan orgasme kami mengalir di
selangkanganku, juga kuperhatikan membasahi wilayah
kewanitaannya. Penisku menyusut setelah melakukan
tugasnya dengan baik. Aku melepaskan diri dari pelukannya
dan berbaring di sebelah sebelah kiri tubuhnya Sungguh
sensasi yang terlukiskan nikmatnya. Lama kami berpelukan
dalam posisi berdekapan. Elusan jari-jari Dokter Lea di
tubuhku membuatku tak habis pikir, betapa dahsyat
permainan wanita ini. Ia memiliki kekuatan melawan dua pria
sekaligus.
"Oh gitu...jadi akhir minggu ini kalian bakal party bulanan?"
Dokter Lea telah berbenah diri dan duduk di belakang meja
kerjanya.
"Iya Dok, kalau bisa dateng dong ya...sejak member setahun
lalu baru pernah sekali ketemu dokter di party loh saya!" kata
Indra
"Ya gimana ya...maaf sekali, bukannya ga kepingin, tapi
tuntutan profesi, jadwal padat...yang kali ini juga gak bisa
keliatannya, ada shift malam di rumah sakit" ujar Dokter Lea
tersenyum, "tapi kalau kalian mau datang ke rumah sakit,
welcome banget kok saya...jam malem gitu kadang enak ada
yang nemenin" lanjutnya.
"Yah...pengennya sih dokter ke party, ya udah deh....oke kita
cabut dulu ya dok! Tar lagi ada kuliah lagi" pamit Indra
setelah melihat jam tangan.
"Yuk Dok, kita pamit dulu, sampai nanti ya!" aku juga
pamitan.
"Oke bye-bye guys" Dokter Lea bangkit dan mengantar kami
ke pintu.
"Wei...ngehe lo...ga bilang-bilang kalau Dokter Lea ex-
member!" aku menonjok pelan lengan Indra yang tertawa
menang atas diriku.
"Huehehehe...ya salah lu juga ga nyelidikin dulu malah
langsung main ketawain gua" katanya, "terus gimana nih
taruhannya Ric?"
"Oke...oke gua isiin pulsa lu nanti, lu emang partner in
mupeng sejati hahaha...." aku merangkul pundaknya dan
berjalan meninggalkan gedung itu.
Tidak apa deh membayarkan pulsa 100ribu untuk temanku ini
juga, tidak ada artinya dibandingkan bisa mendapat pasangan
seks baru, Dokter Lea yang cantik dan montok itu. Aku dan
Indra sedikit berlari memasuki ruang kuliah karena kami sudah
agak terlambat. Untunglah Bu Tri yang galak itu belum
menutup pintu sehingga kami masih boleh masuk kelas. Satu
setengah jam ke depan aku mengikuti kuliah ini seperti biasa.
Seusai mata kuliah ini, Indra meninggalkanku karena ada
urusan, sedangkan aku masih harus menunggu karena masih
ada kuliah berikutnya satu setengah jam lagi. Aku bermaksud
menunggu di perpustakaan sambil baca-baca, saat berjalan
ke sana aku melewati taman kampus dan bertemu lagi dengan
Dokter Lea. Ia sedang bersama seorang bocah laki-laki yang
memakai baju seragam taman kanak-kanak yang letaknya
tidak jauh dari kampus ini. Anak itu berlari-lari di dekatnya
dengan membawa robot-robotan sambil disuapi oleh seorang
baby sitter yang sibuk mengejar-ngejarnya.
"Siang Dok!" sapaku menghampirinya, ia juga membalas hai
dengan senyuman, "sama keponakan? Atau pasien?"
"Ooh bukan...anak" jawabnya, "Albert! Come here, say hello to
uncle!" panggilnya pada anak itu.
"Hah! Anak!?" aku tersentak dalam hati, tidak kusangka
Dokter Lea ternyata sudah punya anak sebesar ini, padahal
masih terlihat begitu muda dan ramping, selain itu rasa
vaginanya juga masih seperti wanita yang belum pernah
melahirkan, hampir tidak percaya aku dibuatnya.
"Hi Albert...hello!" aku mengulurkan tangan dan ia dengan
malu-malu menjabat tanganku, kuperhatikan wajahnya
memang ada kemiripan dengan ibunya, terutama mata dan
hidung, wah...ternyata dokter satu ini memang MILF, yes...I
like it!
"Pake Inggris ya omongnya?" tanyaku setelah anak itu
kembali sibuk dengan mainannya.
"Ya campur lah, kan sekolahnya pake Inggris pengantarnya"
jawab dokter cantik itu.
"Eeemm...iya emang sekarang banyak sekolah yang standar
internasional ya..."
"Kamu masih ada kuliah ya Ric?" tanyanya
"Iya bentar lagi Dok, kan sekarang lagi tunggu...kalau dokter,
kapan pulangnya?"
"Sebentar lagi, makanya dia kesini jadi sekalian pulang abis
ini"
"Dijemput sama papanya Dok?"
"Papanya..." tiba-tiba air muka Dokter Lea berubah,
"nggak...saya single parent kok"
"Ups...maaf Dok" aku merasa tidak enak karena sepertinya
mengorek kehidupan pernikahannya yang kelihatannya tidak
berjalan mulus.
"Hihihi maaf apaan sih...kamu gak salah apa-apa kok maaf"
dia mulai tersenyum lagi.
Aku buru-buru mengalihkan topik pembicaraan, kami duduk di
bangku batu dekat situ dan ngobrol. Dokter Lea ternyata
teman ngobrol yang menyenangkan,sehingga kami cepat akrab
seperti teman lama, padahal aku pada dasarnya bukan pria
yang supel. Obrolan kami semakin seru, dia bercerita dan
terus berkembang hingga tidak terasa setengah jam berlalu,
Aroma tubuhnya harum membuat darah lelakiku bergolak
keras apalagi mengingat kejadian tadi pagi bersamanya.
"Eeehhmmm...Dok, omong-omong tadi pagi puas ga?"aku
beranikan diri aku mengajukan pertanyaan nakal dengan suara
pelan
Dia terdiam beberapa saat dengan pandangan ke arah
anaknya yang sedang bermain, wah...aku sudah berpikir
jangan-jangan dia marah nih. Lalu dia menoleh ke arahku
"Ric...saya sudah tampar kamu..." ketika dia berkata begitu
nafasku tertahan karena malu telah bertanya seperti itu,
"kalau kamu bukan anggota klub"
Barulah aku lega mendengar kalimat lanjutannya itu.
"Tapi saya kan udah anggota Dok, jadi gimana?"
"Hussshh....jangan omong macem-macem ah, disini ada anak
saya tau"
"Kalau di ruang praktek boleh Dok?"
"Saya udah mau pulang Ric" jawabnya enteng, "tapi
sebelumnya mau beres-beres dulu, kalau mau bantu saya yuk
kita kesana"
Saat itu Albert sudah menghabiskan makannya dan berlari ke
arah mamanya dengan manja.
"Albert, you play here for a while ok, mom will be back soon!"
kata Dokter Lea sambil berjongkok dan memegang kedua
pundak buah hatinya itu, "Sus, main-main aja deket sini, saya
mau beres-beres dulu!"
"Iya Bu!" sahut si babysitter, "yuk sini Bert!"
"Yuk Ric...kita bicara di dalam aja!" ajak Dokter Lea setelah
mengecup pipi anaknya.
"Albert bye-bye!" kataku pada anak itu yang dibalas
senyumannya.
Iblis dalam diriku juga berkata, "I'm going to fuck your Mom
for a while Boy...hehehehe!"
Aku mengikuti Dokter Lea yang sudah mendahuluiku di depan.
Aku suka MILF satu ini, gaya pancingannya bener-bener cool.
"Kunci pintunya" perintahnya seraya berjalan ke arah jendela
dan menutup tirai setengahnya.
Begitu berbalik badan setelah mengunci pintu, Dokter Lea
langsung memelukku erat sekali.
"Uuuffff...Dok ..."
Tanpa banyak babibu lagi bibir kami langsung berpagutan.
Lidahnya yang lincah dan ahli langsung menelusuri rongga-
ronga mulutku. Tangannya turun ke bawah mengelusi
selangkanganku yang sudah menggeliat dari balik celanaku.
Kali ini ia menunjukkan sisi agresifnya dibanding ketika
pertama bercinta beberapa jam yang lalu. Sambil masih
berpelukan, aku menggeser tubuhnya menuju ke mejanya. Ia
menaikkan pantatnya pada tepian meja, matanya menatapku
tajam, menantang dan penuh nafsu. Aku tak tahan lagi,
kusingkap kaos di balik jas dokternya hingga tampaklah
kedua gumpalan daging kenyal putih yang seakan sesak
tertutup bra krem. Gumpalan itu tampak lebih menonjol,
karena posisi dadanya agak membusung. Kemudian kunaikkan
juga kedua cup bra itu sehingga sepasang buah dadanya yang
bulat, menonjol, kenyal, putih, bersih tampak seluruhnya di
hadapanku. Sepasang putingnya telah mengeras. Tak ada
yang bisa kuperbuat selain menyerbu sepasang gunung indah
itu dengan mulutku.
"Ooohhh...Ric!" Dokter Lea merintih keenakan ketika kujilati
dan kukenyot putingnya.
Aku sadar harus main quickie karena waktu tidak banyak,
maka sambil mengeksplorasi payudaranya dengan mulutku,
tanganku yang satu membuka celanaku dibantu tangannya. Ia
sudah terlebih dahulu mengeluarkan penisku sebelum aku
sempat menurunkan celana dalamku membuatku makin
tegang aja. Lalu, dengan perlahan dia membantu menurunkan
celana dalamku. Celana panjangku telah melorot jatuh ke
lantai dan celana dalamku menyangkut di pahaku, penisku
sudah mengacung tegak di depan Dokter Lea, ibu muda yang
cantik dan sexy itu.
"Kamu yang ajak, jadi awas kalau ga memuaskan ya!"
katanya sambil menatap penisku.
"Beres Dok, dijamin!" sahutku sambil menyingkap roknya dan
menarik lepas celana dalamnya.
Celana dalam itu pun terlepas dan kuletakkan di meja itu.
Dokter Lea membuka kakinya lebih lebar, klitnya pun semakin
terlihat jelas, merah jambu dan berlendir, siap untuk ditusuk.
Aku langsung menempatkan pinggulku di antara pahanya yang
membuka dan kami berciuman lagi. Tangan kananku
membimbing penisku mencari lubang sasarannya, akhirnya
kepala penisku menempel pada bibir vaginanya yang basah
dan mulai kutekan.
"Uuuuuhhhhhh....eeemmmhhh!" rintihnya, padahal baru kepala
penisku saja yang masuk..
"Ouufff ...pelan please!" ia menahan dadaku ketika aku
menekan lebih keras.
"Oh...maaf Dok! Sori terlalu nafsu"
Aku coba lebih lembut, menusuk pelan-pelan tapi pasti
sampai akhirnya penisku tenggelam seluruhnya. Vaginanya
memang sungguh sempit, gesekannya amat terasa di batang
penisku.
"Eeeehhmmm....enak Dok, sempit, padahal kan Dokter dah
punya anak!" kataku sambil menggenjot dengan tempo
sedang.
"Aaahh....aaahh...saya kan dulu sesar!"
"Oohh...pantes masih legit hehehehe...."
Tempo genjotanku pun kunaikkan sampai mejanya berderit-
derit setiap aku melakukan gerakan menusuk.
"Uuuhh....Ric...kamu sadar siapa yang lagi kamu entot ini?
Saya dokter kampus, ibu dari seorang anak! Ini hubungan
terlarang...berani-beraninya kamu!" katanya sambil
menatapku dengan matanya yang sayu.
"Tapi kan dokter anggota klub...jadi bebas dong ya ga?"
kataku sambil terus menggenjot vaginanya sampai ia tidak
bisa menahan erangannya sehingga harus menutup mulutnya
dengan telapak tangan.
Aku menyingkirkan telapak tangannya dan memagut bibirnya
sehingga erangannya teredam. Ketika kurasakan gelombang
klimaks itu akan tiba, saatnya mempercepat pompaan.
Penisku makin berdenyut-denyut siap memuntahkan sperma.
Ketika hendak mencabut penis untuk dikeluarkan di luar guna
menghindari 'kecelakaan' sepasang kakinya menjepitku
menahanku mencabut penisku, tangannya juga memelukku
semakin erat saja. Karena memang aku tak mampu menahan
lagi, kusemprotkan kuat-kuat spernaku ke dalam vaginanya,
sambil mengejang dan melenguh. Dia juga mencapai
orgasmenya tidak lama setelah aku sehingga kurasakan
kehangatan di bawah sana, cairan orgame kami sudah pasti
membasahi meja di bawahnya. Tak lama kemudian, tubuh
kami melemas saling berpelukan. Kami dapat merasakan
dengus nafas masing-masing yang ngos-ngosan.
"Thanks ya Ric...singkat tapi puas!" kata Dokter Lea sambil
membelai pipiku.
"Oh masa?"
"Iya bener...kamu hebat mainnya"
"Ah...Dokter terlalu muji deh, saya biasa aja kok, malah masih
kalah liar dibanding dokter"
"Kamu tau Ric, profesi saya menuntut kedisplinan dan
ketelitian, ditambah peran sebagai single parent, itu semua
gak mudah, stress udah hal biasa" curhatnya sambil
mengelus-elus dadaku, "suami gak punya, pacar juga yah
setidaknya belum dulu sampai sekarang ini, karena itu Ric,
kalau lagi ada waktu senggang di luar itu saya sangat
menikmati peran saya sebagai...wanita nakal...yah sangat
nakal, dimana saya bisa mengekspresikan hasrat sebebas-
bebasnya. Di klub inilah saya menemukan yang saya
perlukan, bukan sekedar seks, tapi juga teman"
Tiba-tiba terdengar suara pesan masuk, Dokter Lea
mengambil BB dari kantong jas dokternya dan membaca
pesan itu.
"Sepertinya kita harus udahan dulu, kamu juga sebentar lagi
kuliah kan?" ia melepaskan diri dari dekapanku dan turun dari
meja.
"Wah mejanya jadi basah Dok!" aku hendak mengambil tissue
untuk membersihkan cairan hasil persetubuhan kami yang
berleleran di tepi meja.
"Gapapa Ric, tar saya bersihin, kamu mending cepet beres-
beres biar gak telat!" katanya sambil berbenah diri, ia
mengambil celana dalamnya di atas meja dan memakainya
kembali.
"Lain kali kalau senggang kita bisa main lagi ok" katanya
tersenyum "oh ya...saya pakai IUD, jadi feel free aja kalau kita
ML"
"Oh gitu"
"Yup...satu anak aja udah cukup repot, jangan sampai
tambah lagi, setidaknya belum dulu sampai saat ini" katanya
lagi, "terus...ini kartu nama saya!" ia mengeluarkan kartu
nama dari dompetnya dan menyodorkannya kepadaku.
Kuterima kartu nama itu. Tertulis nama lengkap beserta
gelarnya, Dr. Lea Kumalasari Sp. PD-KGH, di bawahnya
tertera rumah sakit tempatnya bekerja dan juga alamat rumah
dan nomor HP.
"Spesialis penyakit dalam...KGH nya apaan Dok?"
"Konsultan Ginjal Hipertensi" jawabnya, "O ya, salam buat
anak-anak di kost ya!"
"Oke deh...dokter juga kapan-kapan main ke kost dong,
ya...ya...!!" godaku sambil memeluk tubuhnya.
"Kamu ini, kan udah saya bilang jadwal saya padat, harus
urus anak juga...tapi kalau ada waktu saya coba ke sana
sekalian nostalgia!" ia mendorong dadaku pelan dan berjalan
ke arah pintu, "O iya, Amel masih kost di situ kan Ric?"
"Amel...mata gede, rambut panjang sedada itu?" aku mencoba
memastikan.
"Iya...dia kayanya angkatan kamu deh"
"Masih kok, angkatan atas saya itu sih Dok" jawabku, "emang
ada apa sama dia Dok?"
"Ngga...cuma tanya, salam aja buat dia" katanya
"Ya udah deh, saya kuliah dulu ya Dok....dadah" aku pamitan
sambil mencium ringan bibirnya dan meninggalkan ruang
klinik kampus dengan hati puas.
Sungguh hari yang menyenangkan, aku menuju ruang kuliah
dengan hati puas. Beberapa orang sudah menunggu di kelas
ketika aku tiba. Setelah menyapa beberapa orang aku mencari
tempat duduk dekat jendela supaya dapat udara segar. Aku
duduk lalu mengecek BB sambil menunggu si dosen datang.
"Hai kayanya senang banget hari ini!" sapa Amel yang tiba-
tiba sudah di sebelah, ia menarik bangku kosong di sebelahku
dan duduk di sana.
"Hehe...gokil juga nih" kataku lalu membacakan sebuah status
lucu di facebook salah satu temanku.
"Bukannya senang karena kenal sama dokter cantik?" kata
Amel lagi yang membuatku agak kaget, "romantis banget di
taman tadi, gua kira lu bapaknya anak itu" lanjutnya dengan
nada agak sinis seperti biasa.
"Oohhh....itu hehehe...Dokter Lea, itu Indra yang ngenalin, gak
nyangka dia anggota klub juga ternyata" kataku, "kita sempat
threesome tadi pagi, si Indra tuh yang mulai" aku
memelankan suara.
"Wow...jadi sudah sejauh itu, ckk....ckkk...ckk..." ia geleng-
geleng kepala.
"Eh iya, Dokter Lea juga titip salam ke kamu Mel, kayanya
kalian kenal deket ya?"
"O thanks, tapi gua tolak salamnya!" katanya datar.
"Hah...ada apa emang di antara kalian Mel?" kayanya lu sinis
banget nadanya daritadi," ooo...gua tau, lu cemburu ya
hahaha...!"
"Ihhh...apaan sih lu, ngapain juga cemburu ke lu?" wajahnya
berubah masam, "please jangan omong sembarangan yah!"
"Eh, sori bukan maksud gitu, emang ada apa sebenernya
antara kalian?"
"Ini urusan pribadi gua, sori gua pindah ke belakang, temen-
temen gua udah dateng", lalu ia berdiri meninggalkanku begitu
saja.
Aku tiba-tiba jadi tidak enak melihat reaksinya, entah ada apa
dengannya dan Dokter Lea, sepertinya ia tidak mau diajak
bercanda soal ini. Tak lama kemudian dosen pun datang dan
aku mengikuti kuliah seperti biasa, Amel tidak sedikitpun
melihat ke arahku selama itu, nampaknya ia marah atau
tersinggung padaku yang aku belum mengerti dimana salah
kataku sampai dia begitu. Usai kuliah aku masih harus
bertanya beberapa hal mengenai tugas pada dosen sementara
Amel sudah keluar bareng teman-temannya sehingga aku pun
kehilangan jejaknya. Setelah semua selesai, aku berjalan ke
parkiran motor, hatiku sedikit galau, tidak enak pada Amel.
Aku ingin segera pulang menemuinya di kost dan menjelaskan
semuanya.
"Ehhh! Mel!" sapaku merasa senang melihatnya di tangga,
"tadi itu...sori...!"
"Udahlah gua bukan mau omongin itu, cuma mau tanya lu
ada kegiatan lagi ga?"
"Ga, mau pulang ini, napa emang?"
"Bisa anter gua Ric, ikutin aja petunjuk gua, jangan tanya-
tanya dulu"
"Emm...oke, boleh, yuk!" aku agak heran juga dengan
sikapnya yang tiba-tiba berubah, tadi marah sekarang minta
tolong.
Kami meluncur sampai ke sebuah daerah yang tidak terlalu
jauh dari kampus, tapi aku baru pernah menginjakkan kaki ke
sini, daerahnya agak menanjak, sepi, dan rumah-rumah di
sana keren-keren.
"Ini sih daerah elit!" kataku dalam hati.
"Kita kemana nih Mel?" tanyaku penasaran.
"Depan sana belok kanan" katanya mengarahkan, sepanjang
jalan ia tidak bicara apapun selain menunjukkan arah tujuan
kami.
"Itu Ric, yang tingkat dua itu, yang ada pohon cemara di
depannya!" katanya.
Akhirnya sampai juga kami di tujuan, sebuah rumah yang
megah, letakknya lebih tinggi dibanding rumah lainnya. Amel
turun dari motor dan memencet bel di sebelah gerbang.
"Rumah siapa nih Mel? Sodara? Temen?"
"Ngga...ini rumahnya om Dedy, di sini kita biasa ngadain
arisan bulanan Ric, nanti lu juga diajak kok ke sini, nah
sekarang gua ajak liat-liat dulu"
'Oohh ya...wah baru tau gua Mel, bukannya setau gua mereka
tinggalnya di kompleks deket kost kan?"
"Iya, yang satu ini juga, yang ini lebih berfungsinya ke arah
guess house, kalau ada rekan bisnis atau famili mereka
dateng biasa tempatin di sini sama ya itu you know lah...yang
lain udah cerita kan, tapi kadang mereka tidur di sini juga
kok" jelasnya tersenyum tipis.
"Aaah...Non Amel! Ayo Non masuk!" sahut seorang pria
setengah baya bertopi yang datang membukakan gerbang.
Aku pun memasukkan motorku ke pekarangan rumah itu.
"Di sini gapapa Pak?" tanyaku.
"Iya gapapa situ aja" jawab pria berpostur pendek tersebut.
"Pak Iqbal...ini Rico, anggota baru...Ric ini Pak Iqbal, penjaga
di sini" Amel memperkenalkan kami setelah aku mematikan
mesin dan turun dari motor.
"Hehe...anggota baru yah Den" pria itu mengulurkan tangan
padaku yang kusambut jabat tangannya, "kalau perlu apa-apa
disini bilang Bapak aja yah!" katanya ramah.
"Pak, kita ke dalem dulu yah, ga ada siapa-siapa?" tanya
Amel.
"Oh, silakan Non hehee...ga ada siapa-siapa kok hari ini"
"Yuk Ric!" Amel lantas meraih lenganku dan menuntunku ke
pintu depan sementara aku masih mengagumi pekarangannya
yang indah dan tertata rapi itu.
"Eeennnggg...Non!"
panggil Pak Iqbal, Amel
pun membalik
"anu...kan udah lama"
tangannya tanpa malu-
malu mengelus pantat
Amel yang terbungkus
celana jeansnya.
Amel melepaskan
tanganku sejenak, lalu
ia berpagutan bibir
dengan pria itu dengan
panasnya. Amel agar
merendahkan tubuhnya
karena ia lebih tinggi.
Mereka beradu lidah di
depanku tanpa risih, tangan pria tua itu menggerayangi
payudara montok Amel dan pantatnya, adegan itu
berlangsung sekitar 2-3menitan.
"Eemmhh...udah dulu ya Pak" Amel mendorong pelan pria itu
ketika ia hendak menyingkap kaosnya, "gak sekarang, oke"
katanya.
"Hehe...iya deh Non, Bapak ngerti, eh sori Den Rico, kangen
soalnya udah lama ga ketemu Non Amel" kata pria itu
cengengesan padaku, "silakan masuk aja"
"Dasar...muka ramah tapi mesum juga nih si tua!" omelku
dalam hati, panas juga hatiku melihat adegan mereka tadi.
"Mau minum apa Den? Non?" tanyanya dengan tetap
tersenyum
"Teh dingin aja Pak, mau apa Ric?"
"Ehh...apa ya, air dingin aja deh Pak, lagi panas nih"
Amel lalu mengajakku memasuki rumah itu. Betapa aku
terkagum-kagum menyaksikan interior di dalamnya yang
elegan itu. Sebuah piano di sudut, minibar lengkap dengan
botol-botol minuman keras berkelas di lemari kacanya,
beberapa patung bergaya Eropa maupun Oriental nampak di
beberapa tempat memberi kesan eksotis. Di tengah ruangan
terdapat satu set sofa lebar dan panjang serta televisi
berlayar flat dan lebar dengan permadani berbulu di
bawahnya. Wah...jadi disini biasanya diadakan arisan bulanan
penghuni kost yang lebih tepatnya pesta Caligula itu, aku jadi
tak sabar ingin segera bergabung dalam pesta tersebut.
"Mel, gapapa emang nyelonong masuk ke rumah orang gini?"
tanyaku
"Kan gua udah bilang, disini lebih ke guess house, termasuk
kita ini yang member orgy club."
"Ohh gitu, ic...ic deh!" kataku sambil terus mengagumi rumah
mewah ini.
"Terus, lu ajak gua ke sini mau apa emangnya Mel?" tanyaku
"Gua lagi pengen berenang" ia melangkah ke belakang
membuka sebuah pintu kaca yang lebar, di luar sana terdapat
sebuah kolam renang yang berukuran sedang, suasananya
begitu teduh dan nyaman dengan pemandangan sekitar yang
indah.
"Emang lu bawa baju renang Mel?"
Ia tersenyum dan berkata, "Baju renang? Siapa yang butuh?"
habis berkata ia mulai membuka celana panjangnya, kemudian
kaosnya.
Aku terpana melihatnya melucuti satu demi satu pakaiannya
di hadapanku, ia lemparkan bra krem dan celana dalamnya
padaku dan tersenyum melihat reaksiku. Kini ia tidak
mengenakan apapun lagi, tubuh polos itu sungguh ciptaan
yang agung, sungguh indah.
"Skinny diping...pernah Ric?" aku menggeleng, "oke gua terjun
dulu ya!" dengan santai ia menuju ke tepi kolam.
'JBUR!' ia menceburkan diri ke air, berenang hingga tengah,
lalu berbalik badan ke arahku yang masih terpana.
"Ikutan ga? kok bengong kaya perjaka tingting gitu?"
sahutnya.

The Orgy Club 2: Kehangatan di RuangTengah

The Orgy Club 2: Kehangatan di Ruang
Tengah
Hari itu aku tidur lelap sambil tersenyum dan tak sempat
kurasakan apapun, tapi ketika aku terjaga karena alarm pada
BB-ku berbunyi tepat pukul enam sore sesuai yang telah
kustel sebelumnya. Baru terasa badanku pegal-pegal terutama
lutut dan pinggangku, bahkan untuk bangun dari tempat
tidurpun berat sekali rasanya. Jika saja Indra tidak
meneleponku tak lama setelahnya mungkin aku tertidur lagi
"Hai Bro, congrats ya! Hehehe!!" sahut Indra di seberang sana
"Tau darimana Dra? Lu udah di kost emang?" tanyaku masih
setengah ngantuk
"Belom hari ini gua maleman balik, cuma tadi si Hany udah
ngabarin di SMS"
"Hehe...thank you nih udah ngajak masuk ke sini, asyik gila!"
"Katanya lu udah main sama Hany, Angel sama Amel ya
tadi? Wah maruk juga lu, baru masuk udah embat tiga
sekaligus hehehe..."
Aku senyum-senyum dan berterima kasih pada Indra karena
telah diajak ke kost ini yang mengubah pandanganku tentang
seks. Setelah ngobrol beberapa saat akhirnya kami menutup
pembicaraan. Setelah ngobrol, dengan memaksakan diri aku
bangun dari tempat tidur, namun saat kuberdiri terasa lututku
lemas dan bergetar, hampir aku jatuh terduduk. Baru setelah
mandi badanku terasa agak segar. Aku keluar dari kamar
hendak mengambil beberapa snack yang kusimpan di kulkas
bersama dekat dapur. Saat itu hujan lebat sekali disertai
sesekali petir dan guntur. Kamar Alex, salah satu teman kost
yang juga seuniversitas denganku sudah menyala, ia pasti
sedang sibuk dengan komputernya seperti biasa. Hanny masih
belum pulang, ia memang biasa pulang malam, kalau tidak
sedang bersama teman prianya paling sedang bareng teman-
teman ceweknya. Demikian juga Amel, dari yang kuketahui
ketika ngobrol waktu makan siang tadi ia hendak ke tempat
temannya. Sebelum aku sampai ke kulkas tiba-tiba aku
terpancing oleh suara desahan dan adegan yang terjadi di
ruang tengah yang terlihat sekilas melalui jendela yang
menghubung ke halaman samping. Aku pun sedikit berputar
dan hati-hati melongok ke dalam. Pemandangan di dalam
sana sungguh membuat penisku mulai bereaksi. Gila, lagi-lagi
adegan hot sedang berlangsung.
Sabrina bersandar di sofa dengan Pak Somad, si tukang nasi
goreng langganan anak-anak di kost ini, di sebelahnya sedang
sibuk menyusu dari payudaranya dan tangannya mengelusi
paha mulus gadis itu. Tubuh bagian atas Sabrina sendiri
sudah terbuka, kaos ketat tanpa lengannya telah tersingkap
ke atas, demikian juga dengan cup branya warna pink-nya.
Sabrina memiliki payudara yang ideal, kencang, cukup besar
dan menantang ditambah dengan tubuh yang langsing dan
putih mulus. Saat itu penisku juga tidak tanggung-tanggung
langsung bangun dan mengeras.
"Hhhggg...
hggg..." terdengar
desahan Sabrina
sambil meremas
rambut Pak
Somad.
Aku tidak tahu
bagaimana
permulaan mereka
main, kan aku
tidak lihat. Tapi
nampaknya
mereka belum
lama mulai. Di
meja depan sofa
itu nampak
sebuah piring
kosong bekas
nasi goreng dan
sebuah gelas,
pasti Sabrina baru
menghabiskan
nasi goreng dari
Pak Somad pikirku. Televisi yang masih menyala sedang
menayangkan sinetron membosankan tapi banyak digandrungi
itu sepertinya sudah diabaikan.
"Aaaccchhh..." desah nikmat Sabrina seraya mendongakkan
kepalanya ke atas saat tangan Pak Somad membelai-belai
selangkangannya dari luar celana pendeknya.
Kemudian tangannya menyibakkan rambutnya ke belakang
memperlihatkan leher jenjangnya yang menggiurkan. Sungguh
suatu paduan gerakan alami nan menawan. Sejurus kemudian
ia menyilangkan kedua tangan dan meloloskan kaos yang
telah tersingkap itu lalu meletakkannya di meja. Pak Somad
juga kemudian bangkit dan melepaskan celana yang
dikenakannya termasuk celana dalamnya. Segera
menyembullah penisnya yang kepalanya disunat. Sabrina
tanpa malu-malu menggenggam batangnya dengan tangan
kanan, dikocoknya perlahan lalu ia membuka mulut dan
melahapnya hingga tertelan oleh mulutnya yang dihiasi bibir
mungil itu. Milik si tukang nasi goreng itu kelihatannya
ukurannya kurang lebih sama dengan punyaku hanya saja
lebih hitam sedikit.
"Non... achhh... ach...!!" erang Pak Somad yang memuncak
nafsunya.
Tanganku mulai meraba-raba selangkanganku sendiri. Kira-
kira tak sampai sepuluh menit Sabrina mengoral penis Pak
Somad, ia mengeluarkannya batang itu dan segera si tukang
nasi goreng itu berjongkok di depan Sabrina lalu menarik
celana pendek serta celana dalamnya hingga terlepas
seluruhnya. Sekarang Sabrina sudah bugil total, dia tidak
mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya sementara Pak
Somad tinggal memakai kemeja lusuhnya saja. Bulu-bulu
hitam lebat menghiasi kemaluan Sabrina, sungguh
menggairahkan. Aku sebenernya bisa saja nongol di depan
mereka dan ikut bergabung, tapi aku sedang ingin
menyaksikan adegan beauty and the beast ini dulu, rasanya
ada sensasi tersendiri yang tidak kalah seru seperti tadi siang
menyaksikan Amel dikerjai oleh Pak Kasimun si penjaga kost.
Pak Somad perlahan membelai dan menciumi tubuh mulus itu.
Mulutnya nampak menggelitik telinga kanan Sabrina, turun ke
leher, lalu menyusuri bahu berputar-putar di sana sejenak dan
terus turun mendekati bukit nan menjulang sebelah kanan.
Dia membiarkan kedua payudaranya dimainkan pria setengah
baya itu, malah dengan tangannya dia mengarahkan sebelah
tangan pria itu yang satu lagi untuk menggerayangi
vaginanya.
"Ssshhh... achhh...ya Pak!" sayup-sayup aku dapat
mendengarkan rintih nikmat Sabrina.
Sekarang jari-jari Pak Somad menyibakkan rumput hitam
lebat itu dan mulai mencucuk-cucuk ke lubangnya.
"Eennhh....terus Pak...gitu eeemm!!" tangan kanan Pak Somad
sibuk tepat di pusat itu dan nampak Sabrina sangat
menikmatinya.
Lagi seru-serunya mengintip sambil menggosok-gosok
selangkanganku tiba-tiba saja bahuku ditepuk dari belakang
membuatku sedikit kaget.
"Hei...ngapain?"
"Haduh...Kak Angel, ngagetin aja, itu Kak, si Sabrina tuh, lagi
rame nih!" kataku dengan suara pelan
Ternyata Angel, si pramugari cantik yang tadi siang bercinta
denganku, yang menyapaku dari belakang. Dia tetap cantik
meskipun baru bangun tidur, apalagi saat itu ia memakai
gaun tidur tipis warna pink ditambah sebuah cardigan putih.
"Kok gak masuk aja? Yuk ikutan aja, kan kamu udah anggota
klub" Angel menarik pergelangan tanganku dan mengajakku
masuk.
"Eh, entar...entar aja Kak, gua masih pengen ngeliatin Sabrina
dikerjain Pak Somad, lagian mereka lagi enjoy duaan, kita
nonton aja dulu Kak" kataku sambil menarik kembali tangan
Angel, "omong-omong Kak, waktu sebulan sebelum gua jadi
member, kok gua ga pernah liat yang terang-terangan gini
ya? Apa kalian emang sengaja puasa seks dulu kalau ada
orang luar?"
"Eeemmm, berarti si Hany belum jelasin ke kamu Ric, gini loh
tandanya...itu tuh kamu liat lukisan Bali di sana itu kan?"
tunjuk Angel ke arah lukisan wanita Bali bertelanjang dada
sambil memikul buah-buahan di atas kepalanya.
"He-eh, lukisannya emang sebelumnya beda sih, tadinya
penari Bali duaan itu kan?"
"Nah itu dia tandanya, kalau lukisan yang digantung yang itu,
tandanya kondisi di sini safe for sex, jadi kamu boleh ngentot
di mana aja di kost ini, mau di dapur, ruang tengah, koridor,
terserah karena saat itu cuma ada orang dalam di sini" jelas
Angel
"Berarti kalau yang dipasang lukisan dua penari jadi
sebaliknya dong ya?"
"Yup betul, kalau lagi ada orang luar, tamu, atau penghuni
baru yang masih masa seleksi seperti kamu dulu, yang
dipasang ya lukisan penari itu. Kalau gitu artinya kita harus
liat sitkon kalau mau gituan, minimal jangan di tempat
terbuka lah, di kamar masing-masing aja. Itu tugasnya Pak
Kasimun sih, dia yang memantau situasinya"
"Ooo...gitu toh kodenya, baru ngerti gua sekarang" kataku
mangut-mangut.
"Ya udah kalau lu masih pengen nonton mereka lanjut aja
dulu" kata Angel, "biar nontonnya lebih enak....gimana
kalau..."
Angel meneruskan kata-katanya dengan berlutut di depanku
lalu tangannya dengan lincah menarik turun celana beserta
celana dalamku. Penisku yang sudah tegang itu segera
mencuat tegak di hadapan wajahnya. Jemarinya yang lentik
dan lembut itu segera menggenggam batang kemaluanku.
Diremas-remas sebentar dan dikocok lembut, serta dieluskan
pada pipinya.
"Uhhh....Kak, tempo lambat aja yah, biar ga buru-buru
ngecrot!" aku mengerang-ngerang kenikmatan.
Sambil menikmati pelayanan oral Angeline, kembali aku
melihat ke dalam sana. Wow, Sabrina dan Pak Somad kini
sudah bergaya 69, Sabrina berada di atas dan sedang
mengulum penis Pak Somad yang sesekali ia kocok dalam
genggamannya, sementara Pak Somad sedang asyik menjilati
dan mengobok-obok vaginanya. Wajah Sabrina memerah
menahan gejolak nafsunya yang sudah tak tertahan lagi,
sesekali keluar desahan sensual dari bibir mungilnya. Ia
mengocok batang kemaluan si tukang nasi goreng itu hingga
terlihat kepala penis itu terkadang menyembul di antara kulit
kelaminnya. Batang kemaluan Pak Somad nampak berwarna
merah ketika darah beserta nafsunya terpompa akibat
kocokan tangan Sabrina. Sementara Pak Somad menghujani
klitoris gadis itu dengan jilatan dan gesekan jemari tangannya,
bibir vaginanya juga ia jelajahi dengan jilatan lidah yang
mengelilingi liang kenikmatannya itu. Mungkin kira-kira
seperti itu lah karena aku melihatnya tidak dari dekat, yang
jelas Sabrina mendesah hebat sampai tubuhnya berkelejotan.
Sementara di luar jendela, aku juga berjuang menahan
suaraku agar tidak mendesah terlalu keras menahan rasa geli
campur nikmat dari pelayanan oral Angel supaya tidak
ketahuan sedang mengintip.
"Akhhh...enak Kak...tapi pelanin please" desahku lagi sambil
memegang kepalanya, aku memintanya agar tidak terlalu
heboh memperlakukan 'adik'ku.
Angel cukup pengertian, ia melambatkan gerak maju-mundur
kepalanya, namun hisapan-hisapannya tetap memberikan
kenikmatan padaku. Pak Somad menepuk pantat Sabrina dan
gadis itu turun lalu membaringkan dirinya telentang di sofa.
Sambil nyengir mesum Pak Somad membuka kedua kaki
Sabrina dan mengambil posisi siap di antara kedua pahanya.
Perlahan pria itu mulai melesakkan batang kemaluannya
hingga menembus dan membuka liang sorgawi Sabrina.
Perlahan tetapi pasti, seiring dengan kaki Sabrina yang
panjang menekuk menyambut batang yang memberikan
kenikmatan birahi itu. Pak Somad melakukan penetrasi tanpa
kesulitan berarti, tak lama setelahnya mulailah ia bergerak
perlahan memompa. Sebentar saja gerakannya sudah seirama
dengan gerakan Sabrina yang diiringi nafas memburu pria itu
dan desah lirih tiada henti dari mulut si gadis. Adegan
persenggamaan di atas sofa itu membakar birahiku yang
masih mengintip di luar. Penisku yang sedang dilayani oleh
Angel terasa semakin berdenyut-denyut di dalam mulutnya.
Kalau tidak kuhentikan juga aku mungkin sudah ejakulasi,
padahal ini baru pembukaan, maka aku pun segera
memintanya berhenti,
"Kak...udah Kak, udah dulu sepongnya...bisa keluar duluan
nih!" kataku dengan berusaha memelankan suara.
"Kok berenti sih!? Tanggung amat, makanya dibilang kita
gabung ke dalam aja!" Angel protes.
"Eee...kan saya bilang juga nanti kita bakal masuk, tapi
sekarang nonton dulu Kak!" kataku, "yuk sekarang gantian
Kak!" kupegangi lengannya dan menariknya hingga ia berdiri.
"Gantian apanya Ric?"
"Gantian tadi kan Kakak yang kocokin saya, na sekarang saya
yang ngocokin Kakak!" kataku sambil memutar tubuh Angel ke
arah jendela lalu menghimpitnya dengan tubuhku dari
belakang.
Kedua tanganku menggerayangi payudaranya dari luar, ia
tidak memakai bra sehingga aku dapat merasakan putingnya.
Pramugari cantik ini mendesah ditahan ketika biji kecil di
payudaranya itu kupilin dengan kedua jemari tanganku. Ia
nyaris tak dapat lagi menahan libidonya, hal itu nampak dari
mukanya yang memerah dan putingnya yang mengeras.
Dengan kakiku aku menggeser kakinya sehingga membuka
lebih lebar untuk memberiku ruang menggerayangi bagian
bawahnya. Tangan kiriku turun meraba-raba paha mulus
Angel yang masih tertutup gaun tidur yang menggantung kira-
kira sejengkal di atas lututnya. Kuusap perlahan kemudian
naik menuju ke atas yaitu selangkangannya.
"Ughhh...Ric..." rintih Angel ketika jemariku dengan nakalnya
mulai membelai selangkangannya dari luar, mulutnya
mendesah perlahan ketika jemariku dengan lembut membelah
bibir vaginanya
Celana dalam itu sebentar saja telah basah seiring dengan
semakin liarnya permainan jariku di bibir vaginanya.
Sementara tangan kananku kini menyusup ke kerah gaun
tidurnya dan langsung mencaplok payudara kanannya.
"Uuuhh....anak baru udah nakal banget kamu yah!" desahnya
menggigit bibir bawah.
"Hehe...ya gimana gak nakal kalau lingkungannya bikin jadi
nakal Kak?" balasku
Jemari tangan kananku meremas payudaranya bergantian dan
memilin putingnya sementara itu tangan kiriku menggesek
klitoris dan bibir vagina Angel sehingga membuatnya semakin
lemas tak kuasa menahan sentuhan-sentuhan erotisku .
Di dalam sana, pertarungan Pak Somad vs Sabrina juga makin
seru saja, Pak Somad masih dengan perkasanya
membombardir vagina Sabrina tanpa ampun sehingga tubuh
gadis itu terguncang-guncang akibat sodokan ganas pria itu.
Hujan di luar semakin deras ditambah dengan sesekali
sambaran kilat dan bunyi gemuruh, suara desahan nikmat di
dalam masih terdengar sedikit ke tempat kami. Semakin
lama genjotan penis Pak Somad terlihat makin cepat
mengobok-obok vagina Sabrinya sampai membuat payudara
gadis itu tergoncang-goncang seperti terlanda gempa bumi.
Sabrina meraih kepala si penjual nasi goreng itu yang
langsung memagut bibirnya. Mereka nampak saling melumat
dengan ganas yang disebabkan gelombang dahsyat yang
menerpa birahi mereka.
Angel tidak dapat berdiri tegak lagi, tubuhnya terus menggeliat
dalam dekapanku. Celana dalamnya sudah melorot dan kini
menggantung di pahanya yang mulus itu. Aku dapat
merasakan nafas Angel terengah-engah ketika ia
menggelinjang keenakan dengan rangsangan kedua tanganku
di vagina dan payudaranya.
"Akhhh...aaahh...!!" Angel tersentak ketika merasakan jariku
menyodok ke vaginanya.
Sodokan jariku berlanjut lagi, kali ini telunjukku ikut masuk
menyusul jari tengahku yang sudah masuk sebelumnya.
Kugerak-gerakkan kedua jariku mengaduk-aduk liang
kenikmatan Angel, liang itu pun semakin becek dan
menimbulkan bunyi berdecak karena kukocoki seperti itu.
"Rico...oohhh...pelan-pelan...aaahhh...aahhh!!"desah Angel
sambil tangan kirinya memegangi tanganku meminta agar aku
menurunkan kocokanku.
Namun aku justru mempercepat kocokanku, jariku bukan saja
melakukan gerakan menusuk-nusuk, tapi juga diselingi
dengan gerakan mengaduk sehingga Angel merasakan
vaginanya seperti dimixer.
"Aaahh...Rico...gila!" ia orgasme, cairan kewanitaannya
mengucur deras sampai membasahi tanganku dan ia tidak
bisa lagi menahan desahannya sehingga kali ini suaranya
tidak terkendali, ditambah lagi tangannya tanpa sengaja
menggebrak jendela, 'brak!' memang tidak kencang tapi tentu
orang dari dalam terkejut sehingga mereka pun menoleh ke
arah kami.
"Hi....hehehe...!" aku menyapa sambil cengengesan ke arah
mereka.
Mengetahui yang mengintip ternyata orang dalam juga,
Sabrina pun tersenyum dan tanpa canggung melambaikan
tangan ke arah kami agar masuk.
"Kak Angel...Rico...ayo sini, ngapain di sana?" panggilnya
"Masuk yuk, di sini kan nyamukan!" Angel menarik
pergelangan tanganku setelah menaikkan kembali celana
dalamnya.
"Nah sekarang nih pesta yang sebenernya mulai,
yes...yes...yes!!" kataku dalam hati dengan girang.
Kami masuk lewat pintu samping tidak jauh dari jendela
tempat kami mengintip.
"Kak Angel...kapan pulang!?" Sabrina menyambut kami tanpa
sehelai benang pun di tubuhnya begitu kami tiba di tengah
ruangan.
"Tadi siang, terus tidur sepanjang hari cape banget" jawab
Angel
Mereka cipika-cipiki sejenak lalu disusul berpagutan bibir
selama beberapa saat, lidah mereka juga ikut main. Kedua
wanita ini melakukannya di depanku dan Pak Somad tanpa
malu-malu.
"Na..." sahut Angel setelah melepas ciuman mereka, "nih
anggota baru, baru resmi masuk tadi siang!"
"Yea, I know, Pak Kasimun udah ngomong kok, Hany yang
melantik ya" kata Sabrina sambil menghampiriku, "gimana
Ric? Lu enjoy di klub ini?" tanyanya padaku dengan senyum
yang nakal, tangannya membelai dadaku
"Ya enjoy lah masa ada yang asyik-asyik gini ga enjoy Na
hehehe" jawabku, belaian Sabrina telah sampai ke tonjolan di
selangkanganku begitu aku menyelesaikan kalimatku.
"Hhhmmm...udah keras gara-gara ngintipin kita tadi ya?"
tanyanya, aku mengangguk dan senyum-senyum saja
menjawabnya "Ric, gua kasih tau ya...di klub ini ga ada
ngintip-mengintip, kalau mau liat ya liat aja langsung, kalau
mau ngentot ya ngentot langsung, paham?" katanya dengan
wajah dekat sekali dengan wajahku.
"Iya, paham bos" aku mengangguk dan cengengesan lagi.
"Dan gua ga suka diintip Ric...karena itu lu harus dihukum!"
lanjutnya dengan suara lebih tegas tapi menggoda.
"Emang hukumannya apa Na?" tanyaku
"Puasin gua, puasin sampe gua takluk!" jawabnya, suaranya
mendesah sehingga membuatku semakin bergairah.
Kutatap tubuhnya yang indah dan padat berisi, tingginya
sepantaran denganku. Sungguh karya agung dari Sang
Pencipta, melihatnya saja membuat penisku semakin tegang.
Sabrina (21 tahun) juga sama-sama anak kuliahan seperti aku
dan kebanyakan penghuni di sini, tapi berasal dari universitas
yang berbeda. Gadis berdarah Jawa-Tionghoa-Australia ini
memang memiliki kecantikan khas blasteran dengan rambut
kecoklatan dan mata yang indah. Dengan modal itu, sambil
kuliah ia juga tengah merintis karir sebagai model dan foto-
fotonya telah terpampang di beberapa majalah. Sejak awal
masuk kost ini aku sudah tergiur dengannya apalagi ia sering
berpakaian seksi sehingga membuat mupeng, hari ini akhirnya
fantasiku menjadi kenyataan. Tanganku mendarat di bahunya,
turun ke bawah merasakan kulitnya yang halus, payudaranya
begitu kenyal dan bentuknya indah, belaianku terus ke bawah.
Sabrina tersentak dan melenguh ketika tiba-tiba jariku
menusuk ke vaginanya.
"Uuuhh...yes, ayo lagi...lu ga cuma bisa segitu kan?" tantang
Sabrina dengan suaranya yang menggoda dan tangannya
melingkar ke leherku.
Merasa tertantang, aku pun semakin mengintensifkan
serangan pembukaanku.
"Ah, empfff, enak Ric....." desahannya semakin menjadi saja
saat jari-jariku memainkan bibir kemaluannya dan juga
klitorisnya.
Aku gesek-gesekan jari tengahku di klitorisnya yang membuat
dia menjadi kalang kabut menerima luapan hasrat nafsunya
sendiri. Tak butuh waktu lama sebelum akhirnya dia lemas
dan mungkin sudah tersungkur kalau tidak kudekap tubuhnya.
Kubaringkan dia di sofa , payudaranya kujilati tanpa
melepaskan jari-jariku dari vaginanya. Desahan-desahan
mulai keluar dari mulutnya makin tak terkendali. Sementara
tanganku yang satunya mulai beroperasi di lekuk-lekuk
tubuhnya yang lain, mulai punggung , pantat hingga paha
Sabrina. Diperlakukan seperti itu akhirnya Sabrina pun mau
tak mau semakin terbuai, desahannya mulai disertai jeritan
kecil menahan rasa nikmat ketika puting susunya kugigit-
gigit. Payudara montok itu pun kurasakan mengeras dan
putingnya mencuat seolah-olah meminta lebih.
"Rico...ackhhh...lu udah pernah entotin...berapa..ackhhh...
cewek sebelum masuk ini..ackchh...ahhh!" desahan maupun
rintihannya sudah tidak dapat dibedakan lagi.
Sabrina tampak sangat menikmati pemanasanku seutuhnya.
Setiap kali aku menyodokkan jariku dan mengorek-ngorek
dalamnya, ia langsung menggelinjang dan mendesah yang
semakin lama semakin keras saja volumenya.
"Baru sama mantan gua aja kok Na, kenapa emang?" jawabku
sambil tersenyum yang kemudian dengan rakusnya dia mulai
mengenyot payudaranya dan mengorek-ngorek vagina Sabrina
yang berbulu rapi itu dengan.
Aku memang paling suka melakukan pemanasan yang hot,
berdasarkan pengalaman dengan mantanku serta bacaan dan
film-film bokep, aku sudah banyak mencoba macam-macam
gaya. Mantanku juga mengakui ia sangat puas dengan
foreplayku sehingga ke sananya permainan lebih panas.
Hasilnya sudah dapat ditebak, Sabrina pun tidak akan tahan
dengan cumbuan dan sentuhan erotisku pada tubuhnya. Dia
menyerah dan akhirnya mengikuti kemana nafsuku
membawanya pergi. Setelah beberapa saat lamanya jari-
jariku bergerilya di daerah vaginanya, cairan kewanitaanya
sudah mulai berleleran membasahi daerah kewanitaannya.
Sementara aku sibuk dengan Sabrina, Angeline pun berailh ke
Pak Somad untuk mereguk kenikmatan birahi bersamanya.
"Non Angel, kemana aja nih, lama ga keliatan...sini dong
sama Bapak!" sahut Pak Somad sambil menepuk pahanya,
"kangen nih!"
"Ya ginilah profesi saya Pak, kalau di luar bisa lama, baru
pulang tadi siang" jawab Angel sambil berjalan ke arah
dispenser dekat situ, dituangkannya air ke gelas dan
diminumnya.
"Jalan-jalan ke mana aja Non kemaren?" Pak Somad masih
tetap duduk di sofa sambil sesekali melihat ke arahku dan
Sabrina yang sedang asyik.
"Deket-deket aja kok, Singapur, Malay, Thailand, Filipina,
Australia..."
"Asyik ya Non jadi pramugari, jalan-jalan terus kerjanya
hehehe"
"Yang asyik mah penumpang pesawatnya Pak, kita sih
banyaknya di pesawat sama bandara, paling ada waktu dikit-
dikit aja buat nyantainya" Angel menuangkan air lagi dari
dispenser dan kembali menghabiskannya.
"Non kangen sama Bapak ga? Bapak asli kangen loh hehehe"
seloroh Pak Somad
Angel hanya tersenyum sambil berjalan menghampiri Pak
Somad di sofa. Ia akhirnya berdiri di hadapan pria itu yang
menengadah memandangnya dengan tatapan mesum.
"Jadi bapak kangen sama saya? Apa buktinya kalau bener
kangen Pak?" suara Angel mendesah menggoda si penjual
nasi goreng.
"Ya kangen contohnya ngelusin paha Non yang bagus ini"
jawab Pak Somad, tangannya meraih paha luar Angel dan
mengusapnya, tangannya semakin ke atas akhirnya
menurunkan celana dalamnya.
Angel menggerakkan kakinya membiarkan celana dalamnya
dilolosi. Pak Somad meletakkan celana dalam tersebut di
sofa. Disibakkannya bagian bawah gaun tidur Angel yang
pendek itu. Tubuh Angel bergetar saat pria itu mencium
kemaluannya dan tangan satunya meremas bokongnya.
Akhirnya dia juga malah merapatkan kemaluannya ke bibir
Pak Somad dan mengangkat kaki kanannya di sandaran
tangan sofa.
"Bapak juga kangen sama memek Non yang wangi
ini....mmmmhh!" ujar Pak Somad lalu menciumi wilayah
kewanitaan Angel
Secara naluriah Angel mulai menggoyangkan pinggulnya
supaya pria itu lebih leluasa menciumi kemaluannya dan ia
sendiri semakin menikmati jilatannya. Wajah cantiknya
menengadah dengan mata terpejam dan mulutnya
mengeluarkan desahan merasakan nikmat lidah Pak Somad
yang mengais-ngais vaginanya. Ia mengelus-elus kepala Pak
Somad dan semakin merapatkannya ke selangkangannya.
Rupanya si penjual nasi goreng itu tanggap bahwa Angel akan
mencapai puncak. Maka dihisapnya wilayah kewanitaan Angel
kuat-kuat sampai terdengar bunyinya, ssrrrpp....sssrrrppp...
"Uuhh!!" lenguhan Angel dengan merapatkan kakinya dan
tubuh mengejang.
Setelah Pak Somad melumat kemaluan Angel, tidak
ketinggalan seluruh sisa cairan yang masih ada di sekitar
wilayah kenikmatan itu, dibersihkan dengan lidahnya. Oh enak
sekali kelihatannya sampai aku makin bersemangat mengocoki
vagina Sabrina. Selesai menikmati jilatan dan hisapan pada
vaginanya, dengan gerakan menggoda Angel naik ke
pangkuan Pak Somad. Setelah menyibakkan rambutnya yang
agak kusut ke belakang dia meraih penis Pak Somad yang
sudah benar-benar tegang dan membimbingnya memasuki
liang kenikmatannya. Sejurus kemudian Angel menggerakkan
pinggulnya memainkan gerakan indah berirama turun-naik
berulang-ulang. Tangan Pak Somad melepasi cardigan yang
dipakai Angel dan menjatuhkannya ke lantai. Kemudian
disusul kedua tali bahu yang menyangga gaun tidurnya itu,
dipelorotinya hingga ke bawah dada sehingga kedua payudara
montoknya menyembul di depan wajah pria itu. Kepala Pak
Somad langsung nyungsep ke ketiak Angel. Diciuminya
lembah ketiak Angel yang bersih tak berbulu itu. Sambil
menggarap Sabrina, kusaksikan bagaimana Angel menggeliat-
geliat di atas pangkuan Pak menerima nikmatnya kecupan
dan jilatan pria itu serta sodokan-sodokan penisnya pada
vaginanya. Tanpa ragu Angel mendesah dan merintih
menahan derita birahi yang sedang melandanya. Hal itu
memberikan pemandangan indah tersendiri, terlebih ketika ia
mendongakkan kepalanya meresapi gelombang kenikmatan
yang datang menerpanya. Pak Somad juga melenguh dan
mendesah merasakan penisnya diremas-remas dinding
kewanitaan Angel. Dia mengelusi punggung Angel dan
mengenyoti payudaranya dengan rakus. Tak lama mulutnya
naik dan memagut bibir Angel, keduanya pun berciuman
dengan penuh birahi sementara tangan pria itu tetap
bergerilya di sekujur tubuh Angel. Seksi sekali Angel saat itu,
dengan gaun tidur pinknya masih menyangkut di perut ia
naik-turun di pangkuan Pak Somad. Lenguhan dan desahan
nikmatnya yang tak jarang berupa teriakan.
Sekarang posisiku dan Sabrina berbaring menyamping di sofa,
aku mendekapnya dari belakang dengan tangan kanan
meremasi payudaranya dan tangan kiri mengobok-obok
vaginanya. Sesekali kami berpagutan mulut, telinga dan
lehernya tak luput dari jilatan dan ciumanku. Setelah
kurasakan vaginanya sangat basah, kutarik jariku dari liang
kenikmatan itu. Cairan bening berleleran di jariku dan
kusodorkan ke mulutnya. Sabrina membuka mulut dan
mengemuti jariku yang berlumuran cairan kewanitaanya
sendiri. Dari caranya menjilat saja aku sudah merasakan dia
sangat ahli dalam bermain oral seks.
"Gua tusuk sekarang ya Na!" kataku dekat telinganya
"Daritadi juga gua udah pengen...ayoh...aahh....jangan bacot
terus!" Sabrina nampak sudah tidak tahan, itu terlihat dari
vaginanya sudah sangat becek.
Kuangkat betis kirinya sehingga kakinya membuka, lalu segera
kulesakkan penisku sedikit demi sedikit kedalam vaginanya.
Bibir vagina Sabrina mulai membelah membuka lebar
menerima tusukan penisku.
"Ahhhhh, achh, ahhhh...Ric!!!" ia mendesah sejadi-jadinya,
Aku meneruskan proses penetrasi, tidak terlalu sulit sih karena
vaginanya sudah sangat berlendir karena sebelumnya sudah
main dengan Pak Somad.
"Aaagghhh!!!" erangan Sabrina berakhir keras saat seluruh
penisku masuk ke dalam liang kewanitaannya.
Tanpa buang waktu lagi, aku memulai dengan sodokan-
sodokan ringan disertai beberapa kali gerakan memutar.
Secara bertahap aku semakin menaikkan frekuensi sodokan
penisku dan membuat Sabrina menjadi kalang kabut. Setiap
kali penisku menusuk lebih dalam maka semakin erat pula
jepitan vaginanya.
"Aaahhh....aaahh....iya gitu Ric...aaahh...aahh!", Sabrina
semakin menggila, tubuhnya semakin menggelinjang dan
sesekali rambutku dijambaknya.
Vaginanya semakin basah dan berkedut-kedut seakan-akan
memijat penisku, nikmat sekali.
"Argh..", desahku keenakan merasakan persenggamaan ini,
dengan irama kocokan yang semakin cepat, suara gesekan
dan benturan yang basah.
"Aduh Ric, gua nggak tahan lagi, mau keluar nih
rasanya....eeeemmmhh....aaahhh", desah Sabrina yang
merasakan g-spotnya tergesek dengan penisku
Aku dapat merasakan vaginanya semakin berkedut-kedut dan
lendirnya juga semakin banyak sehingga pahaku basah oleh
cairan kewanitaan yang keluar sangat banyak. Sebenarnya
aku juga sudah nggak tahan ingin keluar, apalagi mendengar
desahan erotis dan melihat wajah cantik yang sayu itu ketika
di ambang klimaks, maka aku pun mempercepat genjotanku.
Dan akhirnya spermaku mendesir ke batang penisku dan aku
mencapai orgasme yang diikuti pula dengan orgasme Sabrina.
"Ough...keluar nih Na... Ahh..", erangku saat air maniku keluar
dengan derasnya di dalam vagina Sabrina.
Sabrina terbaring dalam dekapanku masih dalam posisi
menyamping seperti sebelumnya. Vaginanya berkedut seakan-
akan memeras sisa spermaku. Sementara di sofa sebelah, Pak
Somad dan Angel sudah berganti posisi, kali ini Angel
berbaring telentang dan Pak Somad di antara kedua kakinya
sibuk menggenjoti vagina si pramugari cantik itu.
"Asyik kan ML rame-rame gini?" kata Sabrina padaku, "lu
pernah ga sebelumnya?"
"Belum lah...gua ga nyangka ada klub ginian dan gua bisa
masuk di dalamnya, lu sendiri udah dari kapan jadi member
Na?"
"Dua tahun lebih...lumayan lama, diajak temen yang tadinya
kost disini juga"
"Kalau udah ga kost disini masih terhitung member orgy club
ga Na? Maksudnya masih bisa gituan lah" tanyanya
"Mmm...ya tergantung, ada alumni sini yang memang masih
suka ikut acara kita kok, tapi biasa kalau yang dari luar kota
udah lulus gitu ya biasa susah kontaknya lagi"
Aku mangut-mangut sambil mengelus punggungnya yang
mulus. Setelah lima menitan istirahat dan ngobrol ringan
dalam posisi ini, aku bangkit hendak mengambil minum. Aku
berjalan ke dispenser mengambil dua gelas plastik dan
menuangkan air ke dalamnya. Saat itu Pak Somad semakin
gencar menggempur vagina Angel. Ditindihnya tubuh
pramugari itu dan gerakan pinggulnya semakin gencar.
Mereka juga bercumbu dengan ganas sehingga dari sela-sela
mulut mereka terdengar bunyi desahan tertahan. Aku kembali
ke sofa tempat kami tadi dan menyodorkan gelas pada
Sabrina.
"Thanks" sahutnya seraya menyambut gelas itu dan
meneguknya, "lu masih pengen lagi? Atau udahan?" tanyanya
"Pengen lagi dong, masa udahan...tapi kumpul tenaga dulu
ya" kataku sambil menjatuhkan pantatku di sebelahnya.
Sabrina lalu menggeliat bangkit dan duduk di sampingku, ia
menjilati penisku yang telah mengendur lalu membersihkannya
dengan lidahnya.
Saat itu tiba-tiba pintu samping terbuka dan Alex masuk
dengan membawa panci kecil. Yang lain hanya melihat
sebentar lalu terus beraktivitas lagi, sementara aku sedikit
terkejut, maklum masih pendatang baru. Alex juga adalah
teman sekampusku, tapi beda fakultas, ia kuliah di fikom
(fakultas ilmu komputer). Pemuda Tionghoa berambut cepak
dan berwajah mirip tikus ini terbilang seorang yang nyentrik,
seorang computer dan gadget freak yang sering
menghabiskan waktunya berjam-jam di depan monitor, selain
kuliah, ia juga part time di sebuah toko komputer milik
saudaranya. Ia sangat dapat diandalkan kalau minta bantuan
yang berhubungan dengan minatnya itu, pernah dia
memperbaiki laptopku yang kena virus, dia juga tidak pelit
berbagi koleksinya yang banyak mulai dari musik, program
hingga bokep, baik bokep normal maupun yang aneh-aneh
seperti scat atau beastiality. Di kost dia lebih banyak
menghabiskan waktu di kamarnya sibuk di depan komputernya
dan hanya keluar kamar untuk makan dan mencari pelepasan
stress dengan ngeseks tentunya. Menurut penuturan Amel tadi
siang, gaya seks Alex sering aneh-aneh, suka main ikat-ikat
dan sedikit kasar, kadang malah kalau lagi mumet dengan
komputernya ia meminta salah satu dari wanita di kost ini
untuk mengoralnya sambil dia sendiri mengutak-atik
komputer, katanya kadang membuat otak jadi jalan lagi. Aku
berpikir mungkin semua itu merupakan bentuk
pelampiasannya dari hasrat seks terpendamnya yang sehari-
hari nampak seperti nerd itu. Hobi nyeleneh Alex lainnya,
masih berdasarkan penuturan Amel, adalah suka
mendokumentasikan adegan seks yang dilakukannya sendiri
maupun yang dilakukan orang lain dengan handycamnya dan
file-filenya ia simpan di hardisknya. Untuk yang satu ini, ia
pernah ditegur Om Dedy, pemilik kost sekaligus ketua Orgy
Club ini, karena berisiko tinggi bila rekamannya bocor ke luar,
namun entah bagaimana ia dapat meyakinkan Om Dedy
bahwa ia hanya menyimpan semua hasil rekaman itu untuk
pribadi, tidak akan pernah masuk ke internet ataupun dishare
pada siapapun, bahkan Om Dedy sendiri pernah meminta hasil
dokumentasi waktu orgy party bulanan darinya. Dari
karakternya yang cenderung introvet itu sepertinya ia memang
bisa dipercaya, juga kata Amel, ia tidak pernah mengshare
file-file rekamannya pada siapapun termasuk penghuni kost
yang menginginkannya untuk koleksi pribadi, ia hanya
mengijinkan mereka menonton rekaman itu di kamarnya.
Kepadaku sewaktu aku masih belum masuk klub, ia tidak
pernah menyinggung sedikitpun mengenai hal itu maupun
segala sesuatu di kost ini yang waktu itu belum waktunya
kuketahui. Hhhmmm...lain kali aku akan minta ijin untuk
melihat rekaman-rekaman serunya, kan sekarang udah
member, pasti boleh lah.
"Hai Lex, mau gabung? Ini member baru kita nih!" sapa
Sabrina.
"Nggak dulu...lagian member barunya cowok, masa main
pedang-pedangan, mau bikin mie dulu, laper nih" jawabnya,
"met mupeng dah Ric!" katanya padaku, "eeh...Kak Angel,
udah pulang ya!" katanya melihat ke Angel yang sedang
disenggamai Pak Somad.
"Baru tadi siang!" sahut Angel membalas sapaan Alex di
tengah gempuran Pak Somad pada vaginanya.
"Jadi pengen anget-angetan bentar sama Kak Angel nih!" Alex
meletakkan panci yang dibawanya di atas dispenser lalu
menghampiri Angel di sofa.
"Yee...Kak Angel lagi sibuk malah diganggu, gua yang lagi
break dicuekin!" kata Sabrina.
"Kalau lu kan tiap hari juga ada di sini Na, avaiable everytime,
Kak Angel kalau pergi lama baru pulang lagi, mumpung pulang
kan harus melepas kangen" sahut Alex sambil menurunkan
celana boxernya dan mengeluarkan penisnya di hadapan
Angel, "yuk Kak, sepong aja kok!"
Angel pun meraih bantal kursi dan menyelipkannya di bawah
kepalanya agar lebih enak mengoral penis Alex. Ia lalu meraih
penis berukuran sedang yang telah menegang dan tidak
bersunat itu.
"Akhh...sssiippp....sepongan kakak emang...paten...mantap
abis...ohhh" desah Alex menikmati penisnya dikulum Angel.
Pemandangan ini benar-benar luar biasa, seorang wanita
secantik Angel melayani dua pria, yang satunya di antara
kedua belah pahanya menggenjot vaginanya, satunya lagi
menyodorkan penisnya dioral olehnya. Tiba-tiba Sabrina
memelukku dan mendorong tubuhku ke samping hingga aku
terbaring, aku melihat wajahnya nampak kesal. Ia lalu
menindihku dan berbisik di telingaku.
"Kurang asem si freak satu ini, gua tau dia naksir ke gua tapi
gilirannya gua tawarin dia malah nolak, bilang avaiable
everytime lagi, emangnya gua apaan? Ric...tolong bantu gua
bikin dia panas ok?"
"O ya? Terus gua harus gimana Na?" tanyaku berbisik.
"Main belakang...sodomi gua Ric, dia pernah minta itu ke gua
tapi waktu itu ga gua kasih"
"Yakin lu Na? Gapapa nih? Perlu pake kondom kali biar lebih
licin"
"Ga usah, tapi jangan kasar-kasar ya, gua juga ga suka
sebenernya, jarang...tapi ini buat ngehukum dia aja, biar tau
rasa"
"Oke deh kalau gitu, yuk!" aku mengangkat tubuhnya dan
mengaturnya menjadi gaya doggie menghadap ke arah Angel
yang sedang berthreesome dengan Pak Somad dan Alex,
tangannya bertumpu pada sandaran tangan di sofa dan ia
menunggingkan pantatnya ke arahku.
Aku menggesek-gesekkan penisku yang masih basah oleh
liurnya pada bagian luar lubang anus Sabrina dan dengan
perlahan aku mulai meneroboskan penisku ke liang
belakangnya dan bisa diduga kalau Sabrina merintih
kesakitan.
"Akhhh...sakitttt....aaahhh...! Yes...terus...slowly aja!!" rintihnya
Sekalipun ini bukan pertama kalinya dia main belakang namun
tetap saja lubang itu masih terbilang sempir, apalagi kalau
tanpa kondom berpelumas begini.
"Tusuk gua Ric, sodomi gua sampe gua...aaahhh...ga bisa
bangun...aahh" Sabrina mengerang sengaja memprovokasi
Alex yang sedang mengerjai Angeline.
Tangannya meraih penisku turut membantu adik kecilku itu
memasuki pantatnya. Alex sepertinya terpancing, ia menengok
ke arah kami dan menatap tajam pada Sabrina, nampaknya ia
tidak rela wanita yang ditaksirnya bersedia melakukan anal
pada orang lain sementara tidak padanya. Alex tidak berkata
apapun namun ia melampiaskannya pada Angel. Ia yang
tadinya pasif membiarkan Angel mengulum penisnya kini
menjadi ganas, dipeganginya kepala Angel sambil memaju-
mundurkan pinggulnya menyetubuhi mulut pramugari itu.
Perlakuannya tentu saja menyebabkan Angel kalang-kabut,
erangan tertahan terdengar dari mulutnya, tangannya
mendorong Alex namun kalah tenaga, Alex terus menyetubuhi
mulutnya sambil menatap penuh cemburu ke arah kami. Aku
memaju-mundurkan penisku beberapa kali pada anus Sabrina
sampai terasa lancar dan aku pun mulai menaikkan sedikit
temponya, desahan sensual keluar dari mulutnya, sepertinya ia
sudah dapat menikmati anal seks ini walaupun masih terasa
sakit dan perih di liang anusnya
"Akhh...sempit banget bo'ol lu Na, kaya perawan aja nih
hehehe...!" ceracauku sembari meremas-remas payudaranya
yang menggantung bebas dan nampak bergelayutan tiap kali
aku memberikan sodokan keras, "You like it honey?" godaku
sambil menyodok dengan keras anus Sabrina.
"Yeah....aaahhh....ahhh...harder baby! Lebih dalem lagi Ric!"
desahnya lalu disambut dengan pandangan dan raut wajah
Alex yang semakin memberengut.
Tak beberapa lama kemudian tubuh Alex nampak bergetar, ia
melenguh dan memuntahkan cairan spermanya di dalam
mulut Angel, belum habis semprotannya, ia tarik penisnya
sehingga spermanya bercipratan ke wajah pramugari itu.
Setelah semprotannya reda, tanpa mempedulikan Angel yang
masih terbatuk-batuk ia menarik kepalanya dan kembali
menjejali mulut Angel dengan penisnya. Beberapa kali ia
memaju-mundurkan penis itu untuk dibersihkan dengan mulut
Angel, barulah ia menaikkan kembali celananya dan
meninggalkan Angel kembali berduaan dengan Pak Somad.
Saat ia melewati kami, diraihnya payudara Sabrina yang
menggantung.
"Aaaww...apaan sih lu?!!" rintih Sabrina karena Alex meremas
payudaranya dengan brutal lalu berlalu begitu saja setelah
mengambil panci kecil yang telah ia isi air dari atas dispenser.
Aku sebenarnya ingin komplain pada Alex soal aksi brutalnya
terhadap Angel maupun Sabrina tetapi setelah kupikir-pikir
tidak ada untungnya toh mereka juga tidak meributkannya
lebih lanjut, mungkin itu termasuk gaya seksnya Alex yang
emang sedikit nyeleneh seperti yang diceritakan Amel tadi
siang. Sudahlah, ini orgy club, semua mau fun, jangan sampai
merusak suasana. Alex keluar dari ruangan ini dan menutup
pintu setengah dibanting.
"Gapapa Na?" kataku menghentikan sejenak genjotanku.
"It's OK beib...sometimes I like hardcore, itulah yang unik dari
si freak itu" katanya sambil menengok ke belakang dengan
tersenyum, "hei kok stop? Siapa yang suruh? Ayo tusuk lagi!"
perintahnya.
"Uuuhh...kenapa lagi sih tuh orang Na? Gilanya kumat
lagi...uhuukkk...uhhhukk...ampir mati sesak nafas aku!" keluh
Angel yang masih batuk-batuk dan mengatur nafas
"Biasa Kak... emang ada kecenderungan masochist dia hihihi!"
sahut Sabrina
"Hehehe...kasar ya Non tadi, makanya mending sama Bapak
aja ya Non, Bapak kan lembut tapi menghanyutkan....bikin
Non ketagihan, eeemmhh!" kata Pak Somad lalu melumat
payudara Angel dengan gemas.
"Ric, kita gabung ke sana yuk...foursome!" ajak Sabrina
menarik tubuhnya dari dekapanku sehingga penisku pun
terlepas dari pantatnya.
Sabrina berlutut di samping Angel, ia mulai menjilati ceceran
sperma Alex pada wajah pramugari itu, sebentar kemudian
bibir mereka bertemu dan berpagutan dengan panasnya,
tangan Sabrina juga meremasi payudara Angel yang satunya,
jari-jari lentiknya nampak memilin-milin puting yang sudah
mengeras itu. Melihat adegan erotis itu, aku pun menghampiri
mereka dan berlutut di belakang Sabrina, penisku kuarahkan
ke vaginanya dan kugesek-gesekkan di bibirnya. Ciuman
Sabrina merambat turun ke payudara Angel, sesampainya di
sana mulutnya mulai menjilati gunung itu hingga basah oleh
ludahnya, kemudian dimasukkannya ke mulutnya lalu
dikenyot-kenyot.
"Aaahhh!" desahan seksi terdengar dari mulut Angel yang
sedang dikeroyok.
Sementara aku mulai menekan masuk penisku ke vagina
Sabrina yang langsung menjepitnya erat-erat. Dari gerak
tubuhnya kutahu ia pun diamuk birahi dan butuh pemuasan.
Dalam beberapa saat selanjutnya hanya terdengar dengusan
napas dan desahan kami berempat terengah cepat dan
gesekan di antara bunyi 'pak-pak-pak' yang timbul beradunya
alat kelamin. Kami bertahan dalam formasi demikian sekitar
sepermpat jam. Ketika Angel telah mendekati orgasme, Pak
Somad menghentikan genjotannya, ia menaikkan Angel ke
pangkuannya dalam posisi memunggunginya. Angel segera
mengerti, ia lekas-lekas memasukkan kembali penis Pak
Somad ke vaginanya, dengan posisi ini kini ia lebih aktif
menggerakkan tubuhnya mengejar puncak kenikmatan yang
sudah hampir tercapai. Pak Somad cenderung pasif menerima
genjotan Angel, ia hanya memegangi pahanya dan
membentangkannya lebar sehingga penisnya menusuk lebih
dalam ke vagina gadis itu.
Di bawah sofa, Sabrina yang sedang kusetubuhi dalam gaya
dogie menjilati penis Pak Somad yang sedang sibuk dengan
vagina Angel. Sesekali ia mengulum buah pelir si tukang nasi
goreng itu. Kudengar desahan Angel kian tak karuan
"Ooohhh, enak Pak...aaahhh...kontol bapak enak banget!"
erang Angel, aku tak menyangka kalau Angel yang
berpembawaan lemah lembut itu dapat ngomong jorok juga
sewaktu gairahnya tinggi.
"Sama Non manis....Bapak juga mau crot nih...memek kamu
enak bangeeeet!! tahan dulu!" desah Pak Somad sambil
meremasi payudara Angel lebih brutal.
Tak sampai lima menit, tubuh Angel mengejang, jeritan
panjang terdengar dari mulutnya karena tak kuasa menahan
nikmatnya orgasme. Ssssrrrr...cairan bening mengalir dengan
deras dari vaginanya sehingga bunyi decakannya makin
terdengar. Pada saat bersamaan, Pak Somad menekan kuat-
kuat tubuh Angel ke selangkangannya sehingga penisnya
menancap hingga mentok di liang vagina Angel.
"Uuugghhhh....!!!" dia pun menyusul ke puncak, penisnya
menyemburkan sperma yang meleleh di sela-sela bibir vagina
Angel bercampur dengan cairan kewanitaanya.
Cairan itu diseruput oleh Sabrina yang sejak tadi melakukan
oral terhadap mereka berdua. Sungguh luar biasa sensasi
foursome seperti ini, aku mungkin tidak akan pernah
merasakannya kalau tidak masuk ke klub ini.
"Na, kita crot barengan ya!" aku mempercepat genjotanku
ketika kurasakan cairan kewanitaan Sabrina mulai banyak,
"Okehh...terus...jangan stop...dikit lagi inihh..." erangnya
sambil menggoyangkan pinggulnya menyambut hujaman
penisku, tangannya masih mengocok penis Pak Somad yang
mulai menyusut.
Tak lama kemudian, tubuh Sabrina menggelinjang liar,
vaginanya mengeluarkan semakin banyak cairan yang
menghangatkan dan memperlancar keluar masuknya penisku.
Akhirnya keluar juga spermaku membanjiri liang vagina
Sabrina. Kurang lebih empat kali tembakan sperma keluar dari
ujung batang kejantananku mengisi vaginanya.
"Ahhhh...Na...." aku tenggelam dalam kenikmatanku.
Selama kurang lebih 10 detik aku dan Sabrina menikmati
terpaan gelombang orgaseme hingga akhirnya tubuh kami
melemas lagi. Saat itu Angel dan Pak Somad juga telah
mengakhiri pertempuran mereka. Angel masih dipangku pria
itu dengan penis masih menancap di vaginanya. Setelah agak
bertenaga, aku memapah Sabrina ke sofa tempat kami tadi

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda