Sabtu, 25 November 2017

Rumah kontrakan Ardy 4

Besok paginya, aku
bangun dengan tubuh
yang segar. Ah, aku mau
cuci motorku, pikirku.
Dan aku ada ide nakal;
aku akan bertelanjang
dada dan hanya
menggunakan celana
pendek ketat yang biasa
dipakai untuk balap
sepeda, pasti kontolku
akan tercetak dengan
jelas. Hahaha… Pasti dua
perempuan itu akan
ngiler bila melihatku.
Segera kulakukan aksiku.
Sebelum keluar, aku
melakukan push up dan
angkat beban sebentar
biar keringat dan ototku
yang kencang terlihat
menonjol. Memang aku
sangat menyukai dan
biasanya sering
melakukan olahraga
balap sepeda dan angkat
beban, sehingga otot
pahaku menonjol dan
tubuhku terbentuk
sempurna. Setelah
kurasakan otot tubuhku
mengencang dan
keringatku mengucur
deras membasahi tubuh,
segera kukeluarkan
sepeda motorku dan
kuparkir di halaman
depan rumahku.
Kulihat sekeliling,
ternyata masih sepi. Saat
itu masih jam 7.30 pagi,
akupun mulai mencuci
motorku. Oleh karena
siraman dari selang tidak
terarah dengan tepat,
maka tubuh dan celana
pendekku basah
tersiram. Sial, pikirku.
Tapi kupikir-pikir justru
dengan begitu kontolku
jadi semakin terlihat
tercetak pada celana
pendekku. Kondisi tidur
saja kontolku mempunyai
panjang 10 cm, nah bisa
kebayang kan kalau
kontol dengan ukuran
segitu terjepit celana
pendek yang tipis dan
ketat, hehe.
Aku terus mencuci.
Ternyata tanpa
sepengetahuanku, ada
sepasang mata yang
mengawasiku, dan itu
bukan Siska ataupun Ece
Geulis. Tak lama
muncullah seorang
wanita cantik keluar dari
rumah kontrakan
sebelah rumah Ece Geulis
dan berjalan hendak
keluar dari gang
kontrakan yang pastinya
melewatiku. Kira-kira
jarak lima meter, aku
pura-pura berdiri dengan
tegak, sengaja ingin
memamerkan tubuh dan
batangku yang menonjol.
Tepat di depanku, gadis
itu menyapaku, "Pagi,
Mas Ardi," katanya
ramah.
"Oh iya, selamat pagi
juga. Lho, kok tahu nama
saya? Padahal kan kita
belum kenalan," kataku
sambil kuberikan
tanganku untuk
bersalaman.
"Saya Paramitha, panggil
saja Mitha. Saya adiknya
Ece Geulis, Mas.
Kebetulan saya juga
ngontrak di sebelah
rumah Ece," jawab gadis
yang ternyata bernama
Mitha itu.
"Oh gitu, aku nggak tahu
kalau Ece punya adik
perempuan, apalagi
cantik begini," rayuku.
"Ah, Mas Ardi bisa aja,"
balas Mitha dengan
wajah bersemu merah,
kuperhatikan dia melirik
ke arah celanaku, tapi
cepat-cepat ia palingkan
begitu melihat apa yang
ada disana.
"Beneran cantik kok…
Mitha mau kemana?"
tanyaku.
"Oh, aku mau ke warung
depan, Mas. Mau beli
sabun buat mandi, di
rumah habis." jawabnya.
"Jadi belum mandi ya?"
tanyaku.
"Iya," dia mengangguk.
"Belum mandi aja sudah
cantik begini, apalagi
kalau mandi, hehe." aku
tersenyum. "Daripada
beli sabun buang-buang
uang, mendingan sini aku
bantu mandiin bareng
sama motorku. Tuh aku
juga pakai sampo bagus
buat mandiin motor,
hehehe." candaku sambil
mengarahkan selang
yang ada di tanganku ke
tubuhnya.
"Ih, jangan donk, Mas,
nanti kalau kena bajuku
kan basah!" kata Mitha
sambil menghindar.
"Bukannya takut basah
kali, tapi takut tambah
sexy, hehe." balasku
sambil sedikit
kusemprotkan air pada
tubuhnya.
"Iiih, Mas Ardi nakal ya…
basah atuh, Mas,
bukannya sexy!" katanya.
"Nggak kok, tuh kan jadi
sexy." kutunjuk baju kaos
putihnya yang basah
tersiram di bagian
dadanya.
Kulihat dia menelan
ludahnya dan wajahnya
begitu merah, sementara
tangannya dengan cepat
berusaha menutupi buah
dadanya. "Ih, nakal
banget Mas Ardi ini,
nanti aku cubit loh."
balas Mitha.
"Memangnya berani? Ini
cubit!" tantangku sambil
menyodorkan dadaku ke
dekatnya.
"Udah donk, Mas, Mitha
kan mau ke warung,"
rengeknya.
"Emangnya kamu mau
beli sabun apa sih?"
tanyaku.
"Aku mau beli sabun
Pantene, Mas."
jawabnya.
"Sama donk sabunnya.
Udah nggak usah beli,
aku masih ada stok
banyak, kamu pakai aja
punyaku. Sini aku siram
lagi," kataku sambil
kembali menyiram
tubuhnya.
"Udah donk, Mas. Tuh
kan, aku jadi basah
semua nih." rengek
Mitha.
"Oke deh. Tunggu
sebentar ya, aku
ambilkan sabunnya.
Masuk dulu, Mith, duduk
dulu aja, tuh di sofa."
jawabku.
Aku pun berjalan masuk
ke rumahku untuk
mengambil sabun, dan
Mitha mengikutiku
masuk ke ruang tamuku
dan duduk disana. Tak
lama aku keluar lagi
sambil membawa sabun
dan berjalan mendekati
Mitha yang sedang
duduk sambil membaca
majalah kesehatan lelaki
yang ada di mejaku.
"Hei, itu kan buat laki-
laki, Mit." kataku sambil
berdiri di depannya.
"Oh iya? Sory, habis
isinya bagus-bagus,
Mas." jawab Mitha
sambil menaruh majalah
kembali di meja. Dia pun
terkejut saat
mendongak, matanya
tertumbuk tepat pada
tonjolan besar yang
tercetak di celana
pendekku. Wajahnya
langsung merah padam,
dia bergegas bangun dari
duduknya lalu mengambil
sabun yang ada di
tanganku.
"Makasih ya, Mas, aku
bayarin deh." kata Mitha
dengan wajah masih
memerah.
"Nggak usah, Mit. Mau
sekalian aku mandiin
gak? Hehe," tanyaku
nakal.
"Ihh, Mas Ardi nakal
banget sih. Udah ah, aku
mau pulang." jawab
Mitha, diapun segera
bergegas keluar dari
rumahku.
Kupandangi dari
belakang tubuhnya, tak
disangka, ternyata adik
Ece Geulis sangat cantik
dan montok.
Payudaranya menonjol
sekali dan kulitnya lebih
putih dari kakaknya,
kalau pantatnya sama-
sama menonjol. Wah,
bisa betah aku tinggal
disini. Akupun keluar dan
melanjutkan mencuci
motor. Sedang asyiknya
membilas, dari arah
samping kananku ada
suara lelaki yang
menyapaku. Oh, ternyata
Mas Anton.
"Lagi mandiin motor,
Ar?" tanyanya.
"Iya nih, Mas, udah
keliatan dekil banget."
jawabku.
Kami pun terlibat
pembicaraan serius
masalah pekerjaan, dia
memintaku untuk
berhati-hati bekerja agar
tidak melakukan
kesalahan karena ini
menyangkut nama
baiknya. Kulihat mata
Mas Anton juga
memperhatikan tonjolan
yang ada di celana
pendekku. Mungkin dia
iri, hehe… Akupun
selesai memandikan
motorku dan Mas Anton
juga sudah kembali
masuk ke dalam
rumahnya karena Siska
memanggilnya. Kulihat
sebelum masuk, Siska
menelan ludahnya dan
melirik kepadaku dengan
tatapan penuh nafsu.
Di kamarku aku berkata,
"Asyik juga tuh
perempuan, sudah
cantik, sexy, pintar lagi.
Jadi tambah sayang gue
sama dia. Tunggu
petualangan dariku
selanjutnya, Sis, kamu
pasti tambah nggak bisa
lupain aku."
Hari senin, aku dipanggil
untuk interview di
kantor Mas Anton.
Singkat cerita, akupun
diterima. Aku bekerja
mulai besok. Selasa pagi,
aku berangkat memakai
motorku. Seharian aku
sibuk bekerja hingga tak
terasa kalau hari sudah
sore. Saat akan pulang,
Mas Anton memanggilku,
dia berkata kalau akan
kerja lembur malam ini.
Ia titip pesan untuk
memberitahu dan
menjaga istrinya, dia
khawatir Siska akan
ketakutan ditinggal
sendirian. Dalam hati,
aku melonjak
kegirangan, "Tenang aja,
Mas, aku akan menjaga
istrimu sebaik-baiknya,
hehe." bisikku dalam
hati.
Segera kutinggalkan
kantor itu dan kukebut
Honda CBR-ku menuju
rumah kontrakanku.
Begitu sampai, segera
kumasukkan motorku ke
dalam rumah dan aku
langsung menuju ke
rumah Siska. Saat itu
Siska sedang nonton teve
dengan hanya memakai
tank top tipis warna
krem. Begitu
dipersilahkan masuk,
langsung saja kupeluk
dan kucium dia dengan
penuh nafsu seperti
layaknya seorang
kekasih yang sudah lama
tak bertemu.
Siska kaget bukan
kepalang menerimanya,
dan bertanya. "Ada apa,
Ar, kok tumben?"
"Aku lagi pengen
ngentot sama kamu, aku
sudah kangen berat nih
sama susu dan jepitan
memekmu, Sis." candaku
sambil kuremas
payudaranya dengan
penuh nafsu. Kubimbing
dia untuk pindah ke sofa
ruang tamu dan
kupangku tubuhnya
sambil kupeluk dia dari
belakang, sementara
kedua tanganku terus
meremas-remas kedua
gunung indah miliknya
yang masih terbungkus
bra hitam lembut.
"Jangan nekat, Ar, nanti
kalau suamiku pulang
gimana?" tanya Siska
ragu.
"Hehe… jangan takut,
Sis. Tadi suamimu minta
tolong kepadaku untuk
ngentotin kamu malam
ini dan supaya benar-
benar memuaskanmu
karena malam ini dia
lembur, mungkin jam
satu malam baru bisa
pulang, hehe." candaku.
"Ah masa? Memangnya
dia sudah tahu hubungan
kita? Kamu bohong ya,
Ar, dasar kamu!" kata
Siska sambil
membaringkan
kepalanya di pundakku
dan membuat tubuhnya
semakin melengkung
seksi sehingga
payudaranya yang bulat
semakin kelihatan
membusung indah.
Tanganku dengan agresif
segera melepas bra
hitamnya dan langsung
kuremas-remas dengan
penuh nafsu kedua
gundukan daging kenyal
itu. Siska memejamkan
matanya menikmati
setiap sentuhanku.
"Hehe… mimpi kali ye,
kalau bisa seperti itu
berarti ilmuku sudah
pada level sempurna, Sis.
Sekarang ini masih
belum, tapi suatu saat
pasti ilmuku bisa
sempurna dan aku akan
bisa menaklukan
suamimu itu, hehe…
tunggu aja."
Malam itu kami
bersetubuh sepuas-
puasnya, dari mulai
ruang tamu, ruang
makan, kamar mandi
hingga terakhir di
kamarnya untuk
mengantarnya masuk ke
dalam mimpi. Aku baru
pulang saat Siska sudah
tertidur lelap. Melalui
komputerku, suaminya
kulihat baru pulang jam
1.30 dini hari, dan
langsung tertidur.
Esoknya aku kembali
bekerja. Suasana di
tempat kerjaku yang
baru ini ternyata sangat
menyenangkan.
Perusahaan ini bergerak
di bidang jasa
penerbangan yang
setelah kuamati hampir
80% karyawannya adalah
perempuan. Disini rekan-
rekan kerjaku
kebanyakan adalah
wanita-wanita yang
mempunyai paras cantik
dan bentuk tubuh yang
proporsional. Pantesan
Mas Anton kalau kerja
sampai lupa waktu,
pikirku.
Hari ini aku kesal sekali
karena kelihatannya aku
harus kerja lembur, ada
program baru yang
diminta oleh divisi
Accounting, sudah dari
siang aku
mempersiapkan
perlengkapan yang akan
kugunakan untuk
kukerjakan pada malam
harinya. Huh, sial! Malam
ini aku tidak bisa
ngentot sama Siska,
padahal Mas Anton juga
lagi lembur.
Saat aku hendak menaiki
lift, aku berpapasan
dengan Mas Anton yang
berjalan dengan seorang
wanita yang cukup
cantik. "Eh, kamu, Ar…
mau kemana, sudah mau
pulang?" tanyanya.
"Belum, Mas, masih ada
kerjaan. Mas sudah mau
pulang?" tanyaku.
"Belum juga," jawab
Anton. "Oh iya, ini
kenalkan sekretarisku,
Devi." katanya.
"Oh iya, saya Ardi."
kuberikan tanganku.
Kami pun bersalaman
dan saling memberikan
senyum. Anton
menjelaskan kepada
sekretarisnya itu
mengenai status kerjaku.
Kuperhatikan perempuan
ini cantik juga, dan
terlihat pintar pintar
memilih pakaian yang
dapat membuatnya
kelihatan anggun dan
sexy. Saat itu dia
mengenakan baju
dalaman berwarna krem
yang mempunyai belahan
dada yang cukup rendah
berbentuk V, lalu dibalut
lagi dengan blaser warna
hitam serta rok mini
sekitar 15 cm di atas
lutut. Pahanya yang
putih dihiasi bulu-bulu
hitam yang halus, kian
menambah kesan sexy
dari penampilannya.
Entah kenapa aku mulai
berpikir ngeres
kepadanya, tapi segera
kutepis pikiran itu.
Kami pun masuk ke
dalam lift bersama-sama
dan berpisah saat Mas
Anton keluar bersama
sekretarisnya di lt.15,
sedang aku masih
melanjutkan hingga lt.17
untuk menemui
atasanku. Sesampai di
ruangannya, atasanku
berkata, "Ar, setelah
selesai urus
perlengkapan, kamu
install program di lt.17
ya!" suruhnya.
"Baik, Pak Lesmana,
akan saya kerjakan. Tapi
mungkin baru agak
malam saya baru bisa
install karena masih
banyak perlengkapan
yang belum lengkap."
jawabku.
"Oke, tidak apa-apa.
Yang penting bisa selesai
malam ini dan beres
semuanya." balas Pak
Lesmana.
"Baik, Pak." jawabku.
Akupun kembali
melengkapi segala
sesuatu yang kuperlukan
untuk kubawa kesana, oh
iya kalau nggak salah
lt.17 itukan ruang Mas
Anton bekerja. Lama
juga aku mempersiapkan
semuanya. Jam delapan
malam, handphone-ku
berbunyi, ada sms masuk.
Oh, ternyata dari Siska,
dia menanyakan
keberadaanku. Akupun
menjawab kalau malam
ini tidak menemani dia
karena diminta lembur.
Dia kelihatan sedih
karena suaminya juga
lembur dan sampai
sekarang belum pulang.
Kira-kira sekitar jam
sepuluh malam, saat
keadaan sudah sepi, aku
baru beranjak menuju ke
lt.17. Sebelum masuk
ruangan Pak Anton, aku
memutuskan untuk ke
toilet dulu. Saat akan
membuka resletingku,
kudengar suara yang
mencurigakan dari arah
salah satu wc yang
pintunya tertutup,
seperti ada suara
desahan nafas yang
sangat kukenali. Akupun
mendekat dan masuk ke
salah satu wc yang ada di
sebelahnya. Dengan
pelan dan hati-hati
kutempelkan telingaku
ke dinding wc, dan benar
saja dugaanku, ternyata
sepasang sejoli sedang
bersetubuh menggapai
nikmat disana.
Aku penasaran siapa
kira-kira yang berbuat
hal tersebut, mulai
kupanjat dengan hati-
hati dinding wc tersebut.
Aku kaget bukan main
saat kulihat siapa yang
ada disana, ternyata itu
Mas Anton bersama
dengan Devi,
sekretarisnya, sedang
melakukan penetrasi.
Mereka tidak menyadari
kalau gerak-gerik
mereka kuawasi dan
sempat aku mengambil
gambar mereka dengan
camera handphoneku.
Tapi karena takut
ketahuan, aku tidak
meneruskan acara
mengintipku dan segera
keluar dari toilet untuk
bergegas menuju ruang
kerja divisi Accounting.
Di dalam, aku berusaha
menenangkan diri dan
berpikir cepat untuk
menarik kesimpulan.
Kasihan juga kau, Siska,
pikirku. Kau tidak tahu
apa yang dilakukan
suamimu di luar. Pantas
saja Anton suka lembur
hingga tengah malam,
dan bila diajak
berhubungan oleh Siska
dia selalu menolak
belakangan ini.
Kira-kira jam 11.30
malam, selesailah
pekerjaanku untuk
menginstall semua
program dan akupun
segera kembali ke
rumahku. Karena begitu
lelah, aku langsung
beranjak tidur, tapi
sebelumnya sempat
kulihat gerak-gerik Siska
dan Anton melalui
komputerku. Ternyata
malam ini mereka
bertengkar karena
hampir setiap malam
Anton selalu lembur dan
meninggalkan Siska
sendirian di rumah. Aku
tidak tahu apa yang akan
terjadi bila saja Siska
mengetahui apa yang
telah kulihat hari ini. Aku
lalu mematikan
komputer dan segera
tertidur dengan
pulasnya.
Esoknya aku bangun
kesiangan, untungnya
aku hari ini dapat masuk
siang karena sudah
lembur tadi malam. Saat
aku sedang memakai
baju setelah mandi dan
masih menggunakan
handuk, tiba-tiba pintu
rumahku diketok orang.
Akupun segera beranjak
menuju kesana untuk
melihat siapa yang
datang. Setelah kubuka,
ternyata Siska yang
datang, dia langsung
masuk ke dalam
rumahku dan duduk di
sofa ruang tamuku.
"Ada apa, Sis?" tanyaku
sambil mendekat dan
duduk di sebelahnya.
"Aku lagi kesal dengan
Mas Anton, Ar." jawab
Siska.
"Memangnya ada apa,
wajahmu kok keliatan
pucat banget gitu?"
tanyaku lagi.
"Aku bertengkar dengan
suamiku tadi malam, dan
setelah itu aku tidak bisa
tidur hingga pagi hari ini.
Aku berusaha sms kamu
tapi tidak dibalas juga,
kamu juga sudah tidak
perduli sama aku ya?"
balas Siska.
"Oh gitu, pantas saja
wajahmu pucat.
Sudahlah, tidak usah
dipikir lagi, nanti kamu
jadi sakit lho," jawabku.
"Enak saja kamu
ngomong, Ar." sahutnya.
"Emangnya kamu sms
aku jam berapa, Sis? Aku
tadi malam capek banget
habis lembur, jadi begitu
nyampe rumah langsung
tidur. Maaf ya…" kataku.
"Oh gitu, aku sangka
kamu juga sudah nggak
peduli lagi sama aku."
kata Siska dengan nada
manja.
"Mana mungkin aku
begitu, Sis." balasku
cepat.
"Suamiku tadi pagi-pagi
sudah berangkat kerja
tanpa pamit kepadaku,
dia berubah belakangan
ini." lanjut Siska.
"Oh iya, aku pengen
tanya sesuatu sama
kamu, gimana sih
awalnya kamu ketemu
sama Mas Anton?"
tanyaku.
"Sebenarnya aku tuh
sebelum nikah adalah
sekretaris big bos di
tempatnya bekerja, oleh
karena peraturan
perusahaan
mengharuskan kalau
suami istri tidak boleh
kerja bareng, maka kami
putuskan aku yang
berhenti bekerja.
Memangnya kenapa,
Ar?" tanya Siska.
"Oh gitu… nggak apa-
apa, cuma mau tau aja."
jawabku, pantas saja
Siska begitu cantik dan
sexy, ternyata dia dulu
seorang sekretaris big
bos. Sungguh beruntung
sebenarnya Mas Anton
bisa mendapatkan hati
dari wanita yang begini
cantik dan sexy. Oh iya,
aku juga lebih beruntung
bisa mendapatkan tubuh
Siska tanpa harus
membiayai kebutuhan
hidupnya, hehe.
"Ar, tau nggak yang
membuat aku tambah
kesal, pagi ini sampai
hari minggu sore, Mas
Anton harus keluar kota
untuk mengunjungi
kantor cabang. Dia
benar-benar sudah tidak
peduli lagi sama aku."
kata Siska.
"Sudahlah, Sis, jangan
bersedih. Nikmati aja
setiap keadaan, toh
tidak semuanya buruk
untuk kita. Lagipula, kan
ada aku disampingmu."
balasku.
Siska tersenyum
mendengarnya, "Iya, Ar."
dia mengangguk.
"Oh iya, Sis, mumpung
besok hingga minggu
suamimu pergi ke
luarkota, bagaimana
kalau kita juga jalan-
jalan? Besok jumat sore
setelah aku selesai kerja,
kita berangkat…
daripada kamu sedih
terus," sambungku.
"Ehm… boleh juga, tapi
kita mau kemana?"
tanya Siska.
"Kita ke Puncak aja. Aku
dulu pernah tahu satu
tempat bagus, semacam
villa, tapi privasinya
bagus banget, ada kolam
renangnya pribadinya.
Tapi yang jadi masalah,
harganya mahal
banget…" jawabku.
"Trus kita kesana naik
apa, Ar?" tanya Siska
lagi.
"Kalau kamu nggak
keberatan, kita naik
motorku saja, mau?"
tanyaku.
"Boleh juga sih,
sepertinya seru tuh. Aku
nggak pernah jalan-jalan
jauh pake motor. Ok
deh… soal biaya, aku
yang keluarin deh, yang
penting kita bisa senang-
senang disana." jawab
Siska.
"Ok, sip kalo gitu."
sahutku.
"Aku agak pusing nih, Ar.
Aku mau pulang dulu
deh, mau tidur…"
sambung Siska sambil
memegangi kepalanya.
"Sepertinya kamu masuk
angin, Sis, makanya
nggak usah terlalu
dipikirkan. Oh ya, mau
kukerokin nggak? Biar
besok kamu sudah sehat
dan kita bisa menikmati
jalan-jalan kita?"
tawarku.
"Aku nggak mau dikerok,
nanti kulitku jadi rusak,
trus nanti kamu nggak
gairah lagi lihat aku.
Dipijitin aja deh," jawab
Siska.
"Oke deh. Kamu mau
dipijit dimana, disini atau
di rumahmu?" tanyaku.
"Di rumahku aja, biar
bisa langsung tidur.
Kamu nanti siang mau
kerja kan?" jawab Siska.
"Iya, kamu duluan pulang
sana, kalau bareng-
bareng takut tetangga
pada curiga." kataku.
"Oke deh… aku pulang
dulu ya, Ar. Jangan lama-
lama lho," jawab Siska,
dia segera pulang ke
rumahnya. Tak lama
akupun menyusul. Siska
langsung mengajakku
masuk ke kamarnya, dan
diapun segera berbaring
di ranjangnya.
"Sis, kalau mau dipijat,
buka dulu donk bajunya."
kataku.
"Oh iya, sorry." diapun
kembali duduk di ranjang
dan mulai melepas kaos
putih dan celana
pendeknya, yang
tertinggal sekarang
hanya cd dan bra
berwarna pink, dia lalu
kembali berbaring. Wow,
indahnya wanita ini;
bokongnya sungguh
padat, kakinya yang
panjang begitu putih dan
halus, punggungnya pun
begitu menggairahkan,
aku menelan ludah
melihat tubuh Siska yang
terpampang sangat jelas
dihadapanku.
"Ayo, Ar, tolong pijit
yang enak ya," kata
Siska dengan mata
terpejam rapat.
Akupun segera
memijatnya dengan
lembut, entah kenapa
aku mulai merasa sayang
dengan wanita yang satu
ini, rasanya aku merasa
cocok sekali dengan
semua yang dimiliki oleh
Siska. Kumulai pijatanku
dari kaki dan terus
kususuri naik hingga ke
pahanya, sesampainya di
paha, aku minta kepada
Siska untuk melepaskan
cd dan bra-nya.
"Sis, kupikir lebih baik
kamu lepaskan saja cd
dan bra-mu supaya lebih
mudah aku memijat."
kataku.
"Iya deh. Tolong dong,
Ar, kamu lepasin cd dan
bra-ku." pintanya.
Aku kembali menelan
ludah. Dengan tangan
sedikit gemetar,
kulepaskan cd Siska, dan
setelah itu bra-nya juga
kulepas hingga
terpampanglah tubuh
Siska yang mulus
telanjang di hadapanku.
Lama kupandangi
tubuhnya hingga Siska
menegurku, "Jadi pijit
aku nggak, kok malah
bengong?" tanyanya.
"Aku sedang mengagumi
tubuhmu, Sis, kamu sexy
sekali. Bodoh sekali
suamimu meninggalkan
istri yang luar biasa
cantik dan sexy seperti
ini. Kalau aku jadi Anton,
aku akan entot kamu
siang dan malam, hehe."
jawabku sambil kembali
meneruskan pijatan.
"Ah, kamu bisa aja, Ar.
Dulu suamiku juga bicara
seperti itu waktu kami
masih pacaran." jawab
Siska.
"Tapi aku beda, Sis. Aku
benar-benar mengagumi
kecantikanmu." rayuku.
"Ah, gombal kamu."
balas Siska.
"Ya sudah kalau nggak
percaya, dengan
berjalannya waktu, kamu
juga akan tahu kalau apa
yang kukatakan itu
benar." jawabku. Aku
pun terus memijatnya,
pantatnya yang bulat tak
luput dari pijatanku,
sambil sesekali
kuselipkan jari-jariku di
paha bagian dalamnya
hingga menyentuh bibir
vaginanya.
Siska merintih nikmat
karenanya, "Ughh, nakal
kamu, Ar. Nanti kalau
aku nggak tahan
gimana?" sahutnya.
"Gampang, kan ada aku,
hehe." jawabku.
"Huh, dasar nakal!" balas
Siska.
Akupun meneruskan
pijatanku ke
punggungnya yang
mulus, kulihat Siska
sangat menikmati
pijatanku dan tanpa
terasa, mungkin karena
mengantuk sekali,
diapun tertidur pulas.
Aku menghentikan
pijatanku dan kubalikkan
tubuhnya, kini
terpampanglah tubuh
bagian depannya beserta
dengan aksesorisnya
yang begitu menantang.
Kusentuh dengan
perlahan kedua
payudaranya dan
kuremas dengan lembut.
Kontolku menegang
melihat pentil susunya
yang begitu menantang,
perlahan kudekatkan
bibirku kesana dan
kuhisap benda mungil
kemerahan itu dengan
lembut. Kulihat Siska
sedikit menggeliat tapi
tak membuka matanya.
"Ar, ehmm… kamu nakal
ya!" lirihnya.
Meski sudah sangat
konak, tapi aksiku tidak
kulanjutkan. Pikirku
kasihan juga kalau dia
kugenjot sekarang, Siska
kan lagi capek. Jadi
kuambil selimut dan
kututupi tubuhnya yang
telanjang. Perlahan
kubisikkan sesuatu di
telinganya, "Sis, kamu
istirahat dulu ya untuk
memulihkan staminamu,
aku mau bersiap
berangkat kerja. Oh iya,
kunci rumahmu gimana?"
tanyaku.
"Bawa aja, Ar, tolong
kamu kunci dari luar.
Aku nggak mau kemana-
mana hari ini. Tapi kamu
nanti malam temani aku
ya?" jawab Siska.
"Oke deh. Kalau ada apa-
apa, kamu telepon aku
ya, nanti sore aku datang
sekalian bawakan
makanan untuk kamu,
mau kan?" tanyaku.
"Duh, kamu baik sekali
sama aku, Ar. Boleh
kalau kamu nggak
keberatan," jawab Siska.
"Santai aja, aku senang
kok melakukannya
untukmu. Kamu mau
dibelikan apa, Sayang?"
tanyaku lagi.
"Apa aja terserah kamu,
Ar, dan terima kasih
sebelumnya." jawab
Siska.
"Tapi siang ini kamu
sudah makan kan?"
tanyaku kembali.
"Sudah, aku masih ada
sayur yang kemarin."
jawab Siska.
"Oke deh, met istirahat
ya, Say… tidur yang
nyenyak, karena nanti
malam akan kita
habiskan berdua dengan
percintaan yang panas."
sambungku.
"Oke, siapa takut… nanti
malam, aku pasti bisa
melayanimu." tantang
Siska sambil mengelus
kontolku yang masih
menegang.
"Sampai nanti malam,
Sayang…" kataku sambil
kucium bibirnya dan
diapun membalas
ciumanku.
Siska segera melanjutkan
tidurnya, sementara aku
berangkat ke kantor. Di
perjalanan, aku berpikir,
"Makanan apa yang akan
kubawakan nanti sore
untuknya?" Ah, akan
kubelikan seafood saja
untuk mendongkrak
gairahnya nanti malam,
hehe… pikiran nakalku
kembali bekerja.
***
Sore harinya Siska
terbangun, dia
merasakan tubuhnya
lebih segar. Diapun
segera menuju ke kamar
mandi untuk
membersihkan diri. "Aku
harus memberi
penampilan yang terbaik
saat nanti Ardi datang."
pikirnya sambil
tangannya mulai
mengguyur tubuhnya
yang telanjang.
Entah kenapa hatinya
begitu bersemangat dan
bergairah, seperti halnya
merasakan cinta pada
pandangan pertama.
Selesai mandi, diapun
merias diri dengan
sungguh-sungguh,
dipakainya gaun malam
yang sexy dengan
punggung yang terbuka
hingga ke bokong dan
belahan dada berbentuk
V yang membuat
payudaranya yang
montok dan putih bersih
itu seakan ingin
memberontak keluar.
Diikatnya rambutnya
yang hitam dan panjang
ke atas sehingga
lehernya yang putih
jenjang terlihat
menggoda.
Disemprotkannya parfum
termahal yang
dimilikinya ke seluruh
tubuhnya. Dia siap untuk
bertempur kali ini,
pikirnya.
Jarum jam seakan
bergerak lambat, tak
sabar hatinya menunggu
kekasihnya datang untuk
bercinta. Demikian
halnya juga dengan Ardi,
di kantornya ia nampak
gelisah, tak sabar dia
ingin segera pulang. Dia
sudah menelpon
restaurant seafood
langganannya untuk
memesan makanan, jadi
saat dia datang ke
restaurant itu
pesanannya sudah jadi
dan tinggal dibawa
pulang. Untuk
menghemat waktu,
pikirnya.
Waktu menunjukan
pkl.16.55 WIB, tinggal
lima menit lagi, pikir
Ardi. Tiba-tiba hp-nya
berbunyi, ada sms masuk,
ternyata dari Siska.
"Ar, cepat datang ya…
aku udah nggak sabar
nih. Hati-hati di jalan
ya," bunyi sms itu.
"Oke, tunggu aku ya…
sebentar lagi aku pulang.
Oh iya, request baju sexy
ya, Sis? Hehe." canda
Ardi.
"Tenang aja, aku akan
berikan penampilan
terbaikku untuk kamu
seorang, Sayang… kamu
pasti puas malam ini,
hihi." jawab Siska.
"Oke deh, jadi gak sabar
nih… see u." balas Ardi.
***
Pkl.17.00 sudah tiba,
segera aku keluar dari
kantorku dan
menggenjot dengan
maximal Honda CBR-ku
menuju ke restaurant
dan langsung bergegas
pulang. Sesampainya di
rumah, aku segera mandi
untuk menghilangkan
bau keringat dan
kupakai baju terbaikku,
lalu bergegas pergi ke
rumah Siska. Dengan
segera kubuka pintunya
yang tak terkunci,
berbisik kupanggil
namanya. "Sis, Siska,
kamu dimana?" tanyaku.
"Disini… di kamar, kamu
masuk aja!" terdengar
jawaban darinya.
Segera aku berjalan
menuju ke kamarnya.
Disana kulihat Siska
sedang berdiri di depan
kaca rias sambil bergaya
sexy, aku segera
menghampirinya. "Wow,
kamu cantik sekali, Sis!"
sapaku sambil langsung
memeluknya dari
belakang sembari
mencium tengkuk dan
batang lehernya, tak
terasa kontolku sudah
mulai tegang melihat
penampilan Siska.
"Aku memang cantik, Ar,
aku kan sekretaris
bigbos… sudah lama juga
aku tidak berdandan
seperti ini, ini semua
demi kamu, Ar. Belum
apa-apa aja burungmu
sudah bangun begini."
dengan nakal Siska
merebahkan kepalanya
di dadaku yang bidang.
"Sungguh beruntung Mas
Anton bisa memilikimu,
Sayang." balasku sambil
mengecup pipinya.
"Apakah kamu tidak
beruntung bisa
memilikiku diriku?"
tanya Siska.
"Aku lebih dari orang
yang beruntung, Sis."
kataku sambil memagut
bibir sexy Siska dan kami
pun mulai berciuman.
Cukup lama kami saling
melumat sampai aku
ingat sesuatu, "Oh iya,
aku bawakan makanan,
yuk kita makan sama-
sama." kataku.
"Iya nih, aku sudah lapar
sekali." jawab Siska.
Kami pun menuju ruang
makan, Siska dengan
pakaiannya yang sexy
melayaniku bagaikan
seorang raja, seakan-
akan aku ini adalah
betul-betul suaminya.
"Kamu beli apa, Ar?"
tanya Siska.
"Aku beli seafood, biar
nanti malam kita bisa
bertempur habis-habisan,
hehe." candaku.
"Ih nakal… memangnya
nanti malam aku mau
bercinta sama kamu?"
balas Siska.
"Harus mau! Kalau
nggak, aku perkosa aja,
hehe." jawabku.
"Ih, maksa nih ye… kalau
rayuanmu yang indah sih
aku belum tentu mau, Ar,
hihi." canda Siska.
"Ah, selesai makan juga
nanti kamu yang bakal
minta, apalagi kita
sekarang makan seafood,
kita lihat saja, hehe."
balasku.
"Huh, sok tahu!" sahut
Siska.
"Yah sudah, kita lihat
saja. Kalau aku yang
benar, aku minta kamu
menuruti semua
permintaanku, mau?"
kataku.
"Boleh, siapa takut?"
jawab Siska.
"Yuk kita makan,"
kataku lagi.
Kamipun segera
menyantap hidangan
yang ada, tak lama kami
pun telah selesai. Kami
lalu beranjak menuju
kamar Siska, dia
menyalakan AC dan
disetelnya pada
temperature paling kecil
sehingga tak lama suhu
di dalam menjadi sangat
dingin. Aku pun duduk di
tengah ranjangya sambil
menyandar di dinding,
Siska segera menyusulku
dan menyandarkan
kepalanya di bahuku
sembari tangannya
melingkar di pinggangku.
Kubalas dengan
melingkarkan tangan di
bahunya dan mulai
mengelus-elus pelan
lengannya yang halus
mulus sembari
kupermainkan bulu-bulu
halus di kulitnya. Suhu
ruangan terasa semakin
dingin, membuat Siska
semakin merapatkan
tubuhnya ke tubuhku,
tangannya mulai nakal
meraba-raba kontolku.
"Tuh kan, benar kataku,
pasti kamu yang minta
duluan, hehe." kataku.
"Habisnya dingin banget,
Ar." dia terus
memainkan kontolku,
membuatnya jadi
menegang karena
diperlakukan seperti itu.
Apalagi yang
mempermainkannya
adalah wanita cantik dan
sexy macam Siska.
"Ah, alasan… udah,
ngaku aja, aku yang
menang kan? Pokoknya
kamu harus menuruti
semua permintaanku."
balasku.
"Iya deh… emangnya
kamu mau minta apa
sih?" tanya Siska.
"Aku mau kamu
sekarang telepon
suamimu," jawabku.
"Untuk apa, Ar?" tanya
Siska.
"Pokoknya kamu telepon
dulu deh, nanti kamu
juga akan tahu,"
desakku.
"Oke, tapi…" jawab Siska
ragu.
"Sudah, nggak usah
takut. Mana hp-mu?"
tanyaku.
"Ini," Siska
memberikannya.
"Sekarang telepon dia…
ayo, Sis." kataku.
Siskapun segera
memencet hp-nya dan
terdengarlah nada
sambung pada hp itu, tak
lama terdengar suara
suaminya. Aku meminta
dengan berbisik agar
Siska mengaktifkan
loudspeaker, begitu
sudah diaktifkan,
terdengarlah dengan
jelas suara suaminya.
"Halo, Sis… ada apa?"
tanya Anton.
"Nggak ada apa-apa,
Pah… papa baik-baik
aja?" tanya Siska.
"Aku baik-baik aja,
sekarang aku lagi di
kamar hotel, baru aja
sampai." jawab Anton.
Selagi mereka bercakap-
cakap, kupeluk tubuh
montok Siska dan mulai
kuciumi tengkuk hingga
lehernya sambil
tanganku bergerilya
masuk ke dalam gaunnya
untuk meremas-remas
gundukan payudaranya.
"Ehmm… aahh… sssh…
aduuh!" gumam Siska,
tak sadar
mengucapkannya karena
menerima serangan
dariku.
"Kamu kenapa, Mah?"
tanya Anton.
"Nggak kenapa-napa,
Pah… sshs… aahh…
uuhh…" rintih Siska.
"Kok kayak gitu
suaranya, kamu lagi
ngapain sih?" tanya
Anton makin curiga.
"Oh, sorry, Pah… aku
lagi… uhh… aku kangen
sama Papah… sshh…
aaah… uuhh…" jawab
Siska berdalih.
"Oh, kamu pasti lagi
swalayan lagi ya?" tanya
Anton.
"Ehhm… iya, Pah… aduh
enaknya… nggak apa ya,
Pah, aku ganggu papah
sebentar?" jawab Siska.
"Nggak apa-apa, Sis…
teruskan saja, aku akan
mendengarkan dari sini."
jawab Anton.
Aku suruh agar Siska
meminta kepada
suaminya untuk memberi
arahan untuk melakukan
sesuatu, seperti halnya
phone sex.
"Pah, aku minta papah
untuk memberi arahan
kepadaku seperti
seakan-akan Papah ada
bersamaku, please…
Pah!" kata Siska.
"Oke-oke… sekarang
seakan-akan kamu
kupeluk dari belakang
dan kuremas-remas
susumu. Kamu
menggeliat kenikmatan.
Lalu perlahan kubuka
baju dan bra kamu
sehingga seluruh
tubuhmu terbuka,
susumu yang montok itu
akan menggelantung
bebas dengan indahnya
dan kembali kuremas-
remas dengan penuh
nafsu." kata Anton
mengarahkan.
Akupun mengikuti
arahannya dan kudengar
deru nafas Siska semakin
memburu. "Aahh…
uuhs… sssh… trus apa
lagi, Pah?" tanya Siska.
"Perlahan kubuka cd-mu
dan kupermainkan
klentitmu dengan jariku
hingga kau
menggelinjang
keenakan, tanganmu
mulai meraba-raba
kontolku." jawab Anton.
"Aaww… enak, Pah!
Truus… ohhh… aduh,
kontolnya udah gede
banget… terasa hangat
di tanganku… ughh…"
balas Siska dengan nafas
semakin memburu.
"Perlahan kupangku
tubuhmu dan
kumasukkan kontolku ke
dalam memekmu sambil
mulutku menghisap-hisap
puting susumu." kata
Anton.
"Oohh… tapi kontolnya
gede banget, Pah…
rasannya memekku
nggak muat… gimana ini,
Pah?" tanya Siska
terengah-engah.
"Ludahi dulu kontolku
dengan lidahmu, aku
mau kamu menjilat dan
menghisapnya." balas
Anton.
"O-oke, Pah… ehhm,
enak sekali kontol
Papah… besar, gede
banget… panjang lagi…
sampai mulutku tidak
bisa menampung seluruh
batangnya… urat-
uratnya… uohh! Begitu
kekar dan kasar… aku
belum pernah ketemu
kontol seperti ini…
ehhm… emmm…" rintih
Siska.
"Kontolku sudah keras
sekali… sekarang coba
kamu masukkan ke
dalam memekmu." pinta
Anton.
"Iya, Pah, kontolnya
sudah keras bukan
main… sekarang
kumasukkan ya, Pah…"
jawab Siska.
Aku terus saja mengikuti
arahan dari suaminya,
gairahku sungguh
meningkat sangat-sangat
tajam.
"Sekarang sudah masuk
semua, Pah… boleh
digenjot ya, Pah?" tanya
Siska.
"Oke, sekarang genjot,
Sis… yang keras!" kata
Anton lagi.
"Uuhh… aaah… ahhh..
auw! Enakk, Pah, terus…
enak banget kontolmu…
ughh… please, entotin
aku terus… tusuk aku
yang dalam… arghh…"
raung Siska keenakan.
"Sekarang rubah
posisimu, Sis… kamu
sekarang nungging, biar
kuentot kau dari
belakang." pinta
suaminya.
Kami pun merubah posisi
sesuai arahan Anton,
segera kumasukkan
kontolku yang sudah
sangat menegang ke
memek Siska dari
belakang, dan langsung
kugenjot tubuh sintalnya.
"Auw… sshh… sssh…
terus, Pah, tusuk yang
dalam… entotin aku!"
rintih Siska suka. Tanpa
sadar nafas kami berdua
memburu keras.
"Sis, kok ada suara nafas
selain kamu?" tanya
suaminya curiga.
"Oohh… sshh… itu nafas
Ardi, Pah… aku sedang
digenjot dia, Pah…
aaah!" jawab Siska
nekat.
"Ardi!!! Kamu serius, Sis?
Jangan bercanda kamu!!"
bentak suaminya.
"Sshh…hihi, Papah
cemburu ya? I-itu bukan
suara Ardi kok, tapi
suara film blue yang
kusewa tadi siang…"
jelas Siska berbohong.
Sungguh bodohnya
suaminya, tak menyadari
kalau istrinya sedang
kugenjot menggapai
nikmat bersamaku.
"Beneran? Jangan
bohong kamu!" kata
suaminya.
"Ya enggaklah, Pah… ayo
kita lanjutkan, sudah
nanggung nih… sshh…
ahh!" jawab Siska tanpa
takut.
"Emm, baiklah. Sekarang,
terus saja kugenjot
tubuhmu dengan penuh
nafsu… terus dan
terus…"
"Ooohh… Pah, aku mau
keluar… terus sodok
yang keras… terus…
yah… terus… ahhh…
nikmatnya!" Siskapun
mengalami orgasme.
"Kamu sudah selesai,
Sis?" tanya suaminya.
"Iya, makasih ya Pah atas
arahannya…" sahut
Siska.
"Sama-sama, yang
penting kamu sudah
puas… sekarang kamu
istirahat ya," jawab
Anton.
"Iya, Pah… Papah hati-
hati ya disana, jaga
kesehatan… bye-bye,
Pah." jawab Siska sambil
mematikan hp-nya.
Aku yang belum orgasme
terus saja menggenjot
tubuh montoknya sampai
kira-kira seratus sodokan
berikutnya, baru aku
orgasme. Kami berdua
terkapar nikmat di
ranjang Siska, napas
kami masih terus
memburu.
"Gila! Ahhh… gila kamu,
Ar… nekat sekali kamu…
untung aku dapat
berdalih, kalau tidak…
bisa gawat kita." sahut
Siska.
"Justru itu yang kusuka
dari kamu, pintar dan
cerdik dalam menyikapi
keadaan, sekaligus nakal
dan nekat sepertiku,
hehe… kamu hebat,
Sayang…" jawabku.
"Kapan aku nakal dan
nekatnya?" tanya Siska.
"Itu, waktu kamu bilang
ke suamimu kalau kamu
sedang digenjot sama
aku." jawabku.
"Itu tadi aku nggak sadar
berkata seperti itu,
habisnya kontolmu enak
sekali sih." jawab Siska.
"Oh gitu, tapi tetap saja
terasa nakal buatku."
kataku sambil kupeluk
tubuhnya yang telanjang
dengan erat sambil kami
tertawa bersama-sama.
Malam itu kami habiskan
bersama dengan
percintaan yang luar
biasa panas sampai pagi
menjelang tiba.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.