Sabtu, 21 Maret 2015

Ranjang yang Ternoda 11C: Anissa Teraniaya

SERIAL: RANJANG YANG TERNODA
BAGIAN SEBELAS C (PART 11(c) OF 12)
ANISSA TERANIAYA
Oleh Pujangga Binal & Friends
Hingga pagi menjelang, Anissa masih berharap Dodit akan
datang dan menyelamatkannya. Itu yang membuatnya tetap
bertahan, sinar matahari yang masuk samar melalui jendela
dengan tirai yang selalu tertutup membuat harapannya terus
terjaga, sepanjang malam hingga pagi ia berjaga. Asanya
masih ada, segunung, sebukit, sekepal, sejengkal, setitik,
sekecil apapun, berapapun ukurannya asa itu masih menyala.
Sayang hingga sinar matahari itu mulai redup dan menghilang
Dodit masih juga belum datang. Justru Pak Bejo yang datang
dan membuka pintu.
"Selamat sore, anak manis. Maaf membuatmu menunggu
lama. Hari ini kursusmu akan segera dimulai." Kata pria tua
itu sambil terkekeh. "Aku akan memanggilkan guru kursus
privat untukmu sore ini."
Anissa kebingungan, ia meringkuk di pojok ruangan dengan
ketakutan, wajahnya pucat pasi dan kepalanya menggeleng -
geleng tak mau berhenti, ia benar - benar sangat ketakutan.
Di samping Pak Bejo berdiri sosok wajah asing yang tak
dikenalinya, wajahnya keras dan tubuhnya kekar, rambutnya
yang keriting dipotong membulat.
"Dia ini panggilannya Kribo," kata Pak Bejo. "Dia orang
kepercayaanku. Dia yang akan menjadi guru privatmu hari
ini."
Kribo tersenyum meringis, wajahnya sangat bengis dan
kejam. Anissa langsung tak menyukainya sejak pandangan
pertama. Pria itu maju pelan dan menarik lengan Anis dengan
kasar.
"Jangan! Jangan... saya tidak mau, Pak... jangan..." Anissa
mencoba minta pertolongan Pak Bejo namun pria tua itu
hanya mendengus tak mau tahu meninggalkan mereka
berdua. Ia duduk di sofa yang ada di ruang tengah dan
menyalakan televisi. Telinganya seakan tersumpal dengan
raungan dan teriakan Anis yang dibawa paksa oleh Kribo
keluar dari kamar.
Gadis itu dibawa paksa menuju gudang yang sepi, di sana
hanya ada kayu dan kotak - kotak kardus kosong. Lampu
ruangan awalnya dimatikan, sehingga Anissa tak bisa melihat
apapun. Ia berjalan dengan tertatih karena digandeng paksa
oleh Kribo. Anis bisa mendengar suara pintu dikunci rapat dan
tawa beberapa orang yang ada di dalam gudang.
Ketika lampu kembali dinyalakan, Anissa ternyata sudah
berada di tengah ruangan.
Terpaksa berjalan pelan di tengah gudang yang sudah kosong
karena tak tahu harus kemana dan berbuat apa, Anissa
menatap ketakutan ke sekelilingnya. Di sana sudah berdiri 5
atau 6 atau 7 orang berwajah sangar yang sama sekali tidak
ia kenal yang mengitarinya, ia tidak bisa menghitung dengan
pasti jumlah mereka karena ketakutan menatap satu demi
satu wajah yang ada. Yang Anissa ketahui dengan pasti
bahwa wajah mereka tidak ada yang tampan, hampir semua
berkulit hitam dan sawo matang, memiliki otot yang kencang
dan masing - masing memiliki tato yang memenuhi bagian
tubuh tertentu.
Yang membuat si cantik itu makin gemetar dan ketakutan
adalah karena orang - orang itu tidak mengenakan celana!
Mereka tersenyum menjijikkan sambil menjulurkan lidah
seperti hendak menelan Anis hidup - hidup sementara batang
penis mereka dipamerkan kemana - mana! Tangan mereka
bergerak ke selangkangan untuk mengocok kemaluan masing
- masing saat Anissa melangkah ke tengah ruangan. Seakan
hanya dengan menyaksikan Anissa melangkah saja mereka
sudah terangsang, walaupun harus diakui, gerakan si cantik
itu memang gemulai.
Di ujung ruangan terletak sebuah kursi kayu yang memiliki
ikat permanen terbuat dari kulit di bagian lengan dan kakinya,
bentuknya seperti kursi penyiksaan yang ada di cerita - cerita
kuno. Melihat kursi itu Anissa makin merinding, apalagi ia juga
melihat lima tripod dengan video kamera yang siap dinyalakan
berada di sisi - sisi gudang semua diarahkan menuju ke kursi
itu. Apa yang orang - orang ini rencanakan??!
Seorang laki - laki yang kulitnya hitam dan bibirnya tebal
maju ke depan Anis sambil berulang kali menjilat bibirnya
sendiri. Gadis yang ketakutan itu hendak mengucapkan
sepatah kata... namun tiba - tiba saja orang itu
menamparnya tanpa sebab!!
Anissa jatuh terjerembab dengan pipi yang merah dan
tersengat. Walaupun bisa berdiri kembali, namun gadis itu
shock berat sembari mengelus pipinya yang panas. Ia
menatap orang yang ada di hadapannya dengan wajah pucat
pasi. Kenapa dia ditampar? Apa salahnya?
Namun belum Anissa protes, anggota kawanan yang lain
sudah datang mengerumuninya seperti anak - anak berebut
es krim.
"Ck ck ck ck, coba lihat ikan yang kita dapat hari ini, anak -
anak. Putri duyung kecil dengan lekukan tubuh yang sangat
seksi dan molek. Tubuh macam ini yang aku bilang sangat
menggiurkan..." goda salah satu pria yang mencoba mendekati
Anissa yang ketakutan setengah mati, dia mencolek pundak
Anis dan membuat gadis itu menjerit tertahan, si cantik itu
pun bergerak memutar ketakutan sembari menutup dada dan
bagian bawah perutnya.
"Jangan... jangan..." tolak Anissa sambil menggelengkan
kepala ketakutan, hampir - hampir ia menangis.
Namun para serigala buas itu tentu tak berhenti. Salah
seorang dari mereka bergerak ke belakang Anis, memegang
tangannya dengan erat dan memutar tubuhnya agar mereka
berdua bisa saling berhadapan. Anissa langsung
menundukkan kepala, tak mau bertatapan wajah dengan
orang itu!
"Senangnya, kita bisa bermain - main dengan putri duyung
yang cantik seharian penuh hari ini. Putri duyung kecil yang
menyelam di antara hiu sudah sepantasnya disantap kan?"
kata orang yang memutar tubuh Anis tadi.
"Yaaaa...!! Dia ini putri duyung lonte!"
"Ayo kita lihat apa yang ada di balik pakaian putri duyung
lonte ini!"
"Bokongnya bulet kencang! Aku suka bokongnya!"
Salah satu dari mereka bergerak maju dan meremas buah
dada kanan Anissa. Meremasnya dengan begitu kencang,
membuat dara jelita itu mengernyit kesakitan dan akhirnya
sadar kalau situasinya saat ini sangat berbahaya sekali,
keringatnya mulai menetes deras membasahi tubuh indahnya
dan jantungnya berdegup sangat kencang. Nasib malang
apalagi yang hendak menimpanya kini? Kenapa dia tidak
melihat Pak Bejo?
"Auuuh! Jangan! Saya mohon, jangan...!!" pinta Anissa
memohon ampun, ia berusaha mendorong tangan seorang
lelaki yang mengelus paha dan berusaha menyentuh
selangkangannya.
Tentu saja pria itu langsung naik pitam karena ditolak oleh
Anissa!
"Lonte sialan!!" laki - laki yang didorong tangannya menjadi
sangat gusar dan dengan kasar menarik kepala Anis ke depan
dengan mendorong bagian belakang kepala dara itu, "Kamu
dengar baik - baik dan simpan dalam - dalam! Kami akan
melakukan apa yang ingin kami lakukan, bagaimana kami
melakukannya, kapanpun kami ingin melakukannya! NGERTI
KAMU?! Kamu itu cuma lonte murahan! Jadi lebih baik kamu
diam saja!! Percuma minta tolong! Tidak akan ada orang yang
akan menolong kamu, NGERTI?!"
"Sudah Yon, langsung saja! Dia ini kan cewek murahan, dia
pasti sudah ga sabar mau dientotin! Heh! Pelacur tengik, diam
kamu! Jangan buka mulut kecuali mau nyepong kontol!" laki
- laki lain membentak Anis dengan galak sambil berusaha
menenangkan rekannya yang marah.
Anissa merasa terbebas sebentar ketika orang yang
memegang lengannya tadi melepas cengkramannya. Merasa
mendapat angin sesaat, Anis bergegas dan bergerak cepat.
Dengan panik, si cantik itu bangkit dan mencoba berlari
menuju pintu! Sayang, baru satu kaki melangkah, ia sudah
jatuh terjerembab karena tiga pasang tangan sigap menarik
tubuhnya. Tentu Anis mencoba meronta dan berusaha
melepaskan dirinya dari sergapan, walaupun sia - sia belaka.
Si molek itu dibawa ke sebuah tikar yang berada di sudut
gudang dengan paksa.
"Mau kabur ya?! Dasar lonte sialan! Tidak tahu diri!"
"Telanjangi saja!"
"Ayo diewe sampe mampus!!"
"Bokongnya! Aku mau bokongnya!"
"Baunya harum! Aku mau jilati seluruh tubuhnya!"
Anissa mencoba melihat laki - laki yang mengitarinya satu
demi satu untuk menandai mereka, tapi ia tidak bisa
menghitung jumlahnya, ia mencoba fokus namun sulit sekali
rasanya karena sudah terlalu panik dan degup jantungnya
berdetak sedemikian cepat sehingga sekali ia berkonsentrasi,
langsung buyar dengan cepatnya. Tangan si cantik itu dengan
otomatis melingkar di dada untuk menutup buah dadanya
sementara tangan lain melindungi bagian bawah perutnya. Air
mata gadis yang sudah pernah diperkosa Pak Bejo itu mulai
mengalir karena tahu nasib buruknya hanya tinggal menunggu
waktu saja.
"Jangan.. saya mohon jangan lakukan ini. Berhenti... saya
mohon ... biarkan saya pergi..."
Laki - laki yang tadi menamparnya bernama Yono, selain
anggota kawanan Pak Bejo, dia juga salah seorang saudara
bandot tua itu. ia mengambil satu langkah ke depan ketika
Anissa mulai merengek dan menatapnya galak, "kita bisa
melakukan ini dengan kasar, atau kita bisa melakukan ini
dengan lembut sesuai persetujuanmu. Lepas semua bajumu
dan perlihatkan pada kami seperti apa tubuh molekmu kalau
kamu bersedia melayani kami! Atau mau aku tampar lagi??"
"Jangan... saya mohon jangan..." Anissa bergerak mundur ke
belakang menjauhi Yono.
"Memang dasar kamu pelacur kecil yang tengik! Buka
bajumu!!" Yono yang sudah gelap mata meraih kerah baju
Anis dan menariknya ke depan dengan satu sentakan yang
mengagetkan. Tidak berhenti di situ saja, Yono merobek
bagian depan baju berkancing Anissa sehingga dadanya
terbuka lebar, begitu kasar dan kuatnya gerakan Yono
sehingga kancing Anis terlempar dari bajunya. "Ayo buka
susumu! Barang segitu gede jangan disembunyikan!
Percuma!"
Tak perlu waktu lama bagi semua pria yang ada di ruangan
itu untuk membantu Yono melucuti pakaian Anissa dan
membuatnya telanjang bulat di hadapan mereka. Sebenarnya
tiga diantara mereka sudah pernah kita kenal sebelumnya,
Badu, Kribo dan Jabrik. Kroco anak buah Pak Bejo yang tempo
hari dihajar oleh Paidi. Anissa meronta sebisa mungkin
dengan hasil sia - sia, seluruh pakaian yang melekat di tubuh
lepas tanpa sisa.
Anissa kini telah bugil. Dara cantik itu berdiri gemetar dengan
tangan menyilang melindungi dada dan selangkangannya dari
tatapan liar para preman yang buas.
Anis menangis sesunggukan di hadapan para serigala buas
yang telah siap memangsanya itu. Begitu cepatnya para lelaki
itu bergerak sehingga bahkan Anissa sendiri kaget ia bisa
ditelanjangi dengan amat cepat. Begitu Yono membuka baju
Anissa, laki - laki lain ikut maju, menyeretnya ke tikar,
menekuk dan mengunci tubuhnya agar tidak bisa bergerak
dan mulai menelanjanginya. Roknya ditarik ke bawah dengan
sentakan demi sentakan yang menyakitkan kakinya, bra dan
celana dalamnya ditarik dengan kasar tanpa mempedulikan
teriakan sakit yang ia lontarkan.
Bagai karnivora kelaparan yang berebut daging segar, semua
lelaki yang ada di sana menyerang Anissa, tak sabar ingin
mempermalukan gadis cantik dan anggun itu. Anis sendiri
tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa pasrah karena
perlawanannya sedari tadi berakhir dengan sia - sia. Apalagi
setelah ia telanjang, kawanan preman itu dengan beringas
menyerangnya! Tangan - tangan mereka bergerak cepat
menjarah keindahan tubuhnya, jari jemari dengan nakal
meremas - remas payudara Anis seperti balon, mereka
mencubit pentilnya, menggosok bibir kemaluannya dan
menyentuh - nyentuh liang duburnya. Orang - orang biadab
itu menganggap Anissa bagaikan tak bernyawa, ia dianggap
seonggok daging tanpa hati dan perasaan!
Mereka makin menggila, seorang pria dengan kasar
menampar payudara Anissa yang kenyal karena gemas,
meremasnya dengan kencang dan menumbukkan sebelah
kanan dan kiri bersamaan, yang lain menepuk pantatnya
dengan keras berkali - kali hingga warnanya memerah dan
yang lain lagi menjambak rambutnya kesana kemari. Anissa
menjerit dan menangis histeris, memohon agar mereka
berhenti, namun para lelaki yang sudah gelap mata itu terus
saja menyentuh dan mengumpatnya.
"Gila! Lihat susunya! Gede banget! Ini bukan susu! Ini pepaya
bangkok!"
"Hajar terus! Aku suka dengerin jeritannya! Jeritannya manja!"
"Lonte!"
"Cewek murahan!"
"Bibirnya manis banget, emang dasar tukang sepong!"
"Wew, memang nakal cewek satu ini! Masa rambut memeknya
dicukur!"
Mendengar itu semua, tubuh Anissa makin merinding, ia benar
- benar ketakutan.
"Sudah dengar sendiri kan? Kamu memang pelacur kecil yang
nakal." Kata salah satu dari mereka, "kamu bahkan mencukur
rambut kemaluanmu sendiri! Itu tandanya kamu sudah biasa
dientoti orang! Kamu memang pengen dientoti kan? Iya kan?
IYA KAN??"
"Berani taruhan! Cewek macam ni begitu ketemu sama cowok,
pasti langsung buka celana! Gak tahan dia lihat kontol!"
"Aku pengen bokongnya. Aku harus dapat bokongnya!"
Kribo menjambak rambut Anis dan menariknya ke belakang,
gadis itu menjerit kesakitan! Tangis Anissa makin mendera
karena ketakutan, preman - preman itu membuat bibirnya
kelu dan lidahnya beku, airmatanya pun mulai menangis deras
tanpa bisa dibendung. Belum selesai begitu saja dengan
menjambak rambut indah si dara jelita, kemaluan Kribo
ditampar - tamparkan ke pipi Anissa, kanan ke kiri, kiri ke
kanan.
"Kamu pernah dientotin kontol segede ini, sayang?" tanyanya
tanpa malu, "kalau belum pernah berarti kamu beruntung hari
ini! Kontol gedeku bakal masuk ke semua lubangmu!"
"Jangan...! Ampun! Saya mohon! Ampuni saya... ampuni saya!
Saya mohon! Saya mohooon!!"
"Dia malah minta tuh, Bo! Ambil aja gih! Emang dasar Lonte
tuh! Malah minta dientotin!"
Anissa begitu bingung dan ketakutan, dia semakin tidak tahu
apa yang harus dilakukan. Nasibnya benar - benar dalam
bahaya. Pemerkosaannya hanya tinggal menunggu waktu
saja. Tanpa bisa memberikan perlawanan berarti, Anis digiring
ke kursi yang memiliki ikat. Yono dan Kribo dibantu teman -
teman lain mulai bekerja. Mereka membalik tubuh Anis dan
membungkukkannya hingga wajahnya menempel di landasan
kursi. Kembali gadis itu mencoba meronta dan kembali ia
gagal melepaskan diri. Tangan Anis ditarik ke belakang,
ditekuk agar lengan bawahnya saling bersilang dan diikat
dengan erat menggunakan isolasi berukuran besar. Setelah
selesai mereka membaliknya kembali sehingga Anis bersandar
dengan tangannya yang sudah terikat di belakang. Posisi yang
membuatnya tersiksa.
Badu mengambil ikat leher anjing yang berada di bawah kursi
dan melingkarkannya di leher Anis, mengaitkannya hingga
berbunyi klik dan menunjukkan wajah puas ketika melihat
penampilan Anissa. "Nah, begitu seharusnya wajah seorang
lonte sejati, terikat dan menggunakan ikat leher dalam
keadaan telanjang, menunggu kontol datang!"
Jabrik dan salah seorang teman yang bernama Kemal
membuka kaki Anissa lebar - lebar sementara Badu meremas
buah dada dara itu dengan gemas, ia menarik puting susu
Anissa dengan sangat kencang membuat dara jelita itu
mengernyit menahan sakit. Kribo menjambak rambut Anis ke
belakang, membuat gadis itu menengadah ke atas tepat
berhadapan dengan wajah Kribo. Air mata Anis kini tak
terbendung, ia begitu ketakutan sehingga tak bisa berhenti
gemetar.
"Jangan..jangan..jangan..jangan..."
"Cuh!" Kribo meludahi wajah cantik Anis. Ludah itu tepat
jatuh di dekat pelupuk membuat Anis memejamkan mata
sekejap. Kribo menyeringai hina "ambil itu, pelacur!"
Anissa sudah tak bisa berbuat apa - apa, tubuhnya jadi
sasaran serangan, seluruh kawanan preman yang ada. Ia
disentuh, dicubit dan diremas di sekujur tubuh oleh tangan -
tangan para begundal itu. Jabrik dan Kemal menaikkan lutut
Anis hingga kakinya terangkat ke atas, membuat bagian
bawahnya terekspos tanpa halangan. Tangan - tangan
mereka bergerak liar, menyentuh, mencubit dan meremas
setiap sentimeter jenjang kaki dan paha mulusnya termasuk
meremas pantat bulatnya yang menggoda. Badu masih tetap
mengerjai buah dada Anis, ia tak hentinya meremas dan
memilin sehingga puting susu Anis menjorok ke depan dengan
kencang. Kribo dan Yono kini merabai selangkangannya,
mengelus bibir kemaluannya bergantian. Seorang pria berkulit
gelap yang sepertinya berasal dari wilayah timur Indonesia,
mencium bibir Anis dan memaksanya membuka mulut dengan
menjambaknya. Lidah orang bernama Wewengko itu masuk
menjelajah di mulut Anis dan menikmati apapun yang ada di
sana, ia juga meludahi bagian wajah si cantik itu hingga
belepotan air liur.
Begitu ketakutannya Anissa, sehingga ia tak mampu lagi
meronta atau bergerak, ia hanya pasrah menerima apa yang
mereka lakukan pada tubuhnya. Gadis malang itu gemetar
ketakutan hebat dan selalu berharap kawanan itu selanjutnya
akan berhenti.
"Ko punya tubuh sangat indah, eh! Kami akan bersenang -
senang sepanjang malam!" Ejek Wewengko. Walaupun sudah
pernah diperkosa oleh Pak Bejo, sudah pernah bercinta
dengan Pak Doni dan sudah tidur dengan Udin, namun Anissa
tak pernah membayangkan dia akan dijadikan santapan
beramai - ramai seperti ini. Semuanya preman anak buah Pak
Bejo dan semuanya bertujuan memperkosanya dengan kasar.
Anissa memejamkan mata dan kembali menangis
senggugukan. "Kumohon jangan sakiti aku," pintanya penuh
peluh air mata.
"Kamu diam aja deh, dasar lonte! Bikin ilang feeling! Tadi kan
sudah dibilang jangan banyak omong! Aku kasih tahu biar
kamu nggak banyak omong lagi! Kamu tahu apa itu
gangbang? Tahu ya? Jangan - jangan kamu malah udah
langganan digangbang, dasar lonte! Hari ini kami akan
mengangbangmu, memberi kenikmatan!" kata Kribo dengan
meringis kejam, "kamu pasti menyukainya nanti, bahkan
minta tambah. Kamu hanya perlu dilatih, jadi yang harus
kamu lakukan adalah diam saja dan nikmati."
Wewengko kini berada tepat di selangkangan Anis, "buka eh!
Aku mau lihat dia punya!"
Badu dan Kemal membentangkan kaki Anis kembali, seakan
memberi jalan lebar bagi Wewengko. Anissa tentu berusaha
meronta dengan sekuat tenaga, tapi ia tetap tak bisa berbuat
banyak, perlawanannya menjadi sia - sia dan tidak berarti.
Wewengko kini jongkok di depan selangkangan Anis dan mulai
menggunakan jarinya untuk mengerjai bibir kemaluan si cantik
itu. Pria berkulit gelap itu mencibir dan menghina Anis, "apa
aku bilang tadi eh, dia punya sudah basah. Memang dia ini
pelacur!"
"Jangan! Jangan! Saya mohon! Saya mohon! Saya mohon!
Jangan! Jangaaan! Jangaaaan!"
Dengan menggunakan jari jemarinya yang bergerak liar,
Wewengko membuka bibir kemaluan Anis lebar - lebar dan
mulai menjilati kelentitnya. Anissa bisa merasakan lidah pria
itu bergerak menyusur di semua bagian bawahnya, tubuh si
cantik itu menggelinjang tanpa bisa berhenti ketika Wewengko
menjilati bibir kemaluannya dan sesekali menembus masuk
liang cintanya. Gadis jelita itu memejamkan mata dan
menggemeretakkan gigi. Tak ada satupun hal yang bisa ia
lakukan untuk mencegah Wewengko. Seperti sedang
menikmati buah yang manis, Wewengko menyeruput cairan
yang ada di seputar kemaluan sang dara tanpa merasa jijik,
membuat Anissa menggelinjang tak henti.
"Berhenti... saya mohon...! Saya mohon... berhenti..."
Selesai mencicipi bibir kemaluan Anis, Wewengko menengadah
dan menatap si cantik itu dengan gembira, "Tahu tidak
sayang? Rasanya nikmat sekali!"
Tak mau berlama - lama di bawah, Wewengko berdiri
menghampiri kepala Anissa yang masih menggantung karena
kakinya diangkat naik oleh Badu dan Kemal. Kemaluan hitam
pria itu menggantung di depan wajah Anis, membuat gadis itu
risih dan takut. Anissa pun membuang muka karena jijik.
Wewengko yang merasa terhina hendak menampar Anis
namun dicegah oleh Kribo yang menggelengkan kepala, ia
maju menyodorkan kontolnya ke muka Anissa menggantikan
Wewengko yang mundur.
"Kita mulai pelajaran pertama, nyepong kontol!" kata Kribo
dengan penuh senyum, namun karena Anis kembali
membuang muka, ia jadi sebal. "Oi, balik dia!"
Badu, Kemal, Jabrik, Wewengko dan Yono membalik tubuh
Anissa hingga perutnya mengganjal kursi. Buah dadanya
tergencet ke bawah dengan wajah menghadap langsung ke
penis Kribo. Batang panjang kemaluan pria bertubuh kekar itu
kini ditamparkan berulang kali ke wajah Anis, mengenai
hidung dan pipinya. Ia sengaja melakukannya agar Anissa
bisa merasakan kerasnya penis itu. Anis tentu saja berusaha
memundurkan kepala atau bergerak ke kanan kiri untuk
menghindari bersentuhan dengan batang kejantanan Kribo.
"Jangan.." pinta Anis sia - sia, "lepaskan saya.."
"Memangnya kenapa?" Kribo menghardik Anis, membuat gadis
itu gemetar ketakutan. "Apa kamu takut melihat kontolku? Ini
bukan kontol pertama yang pernah masuk ke mulutmu, kan?
Ayo dikulum! SEKARANG!!"
Darah Anis terasa membeku dan wajahnya jadi pucat pasi
ketika Kribo meminta Anis mengulum batang kejantanan pria
kekar itu. Gadis itu takut sekali, selain ukurannya yang besar,
penis Kribo memiliki urat - urat besar yang bertonjolan dan
rambut kering yang menggerombol di pangkal. Anissa
meneguk ludahnya, membayangkan bagaimana rasanya benda
ini pun ia tak berani. Kini ia harus mengulumnya?
"Lama amat sih!!!" hardik Kribo emosi.
Anissa masih berusaha meronta ketika penis itu dioleskan
dari tepian telinga ke pipi kiri hingga ke pipi kanan melintas
wajah cantiknya. Bau batang kejantanan yang pesing
membuat Anis mengernyit jengah dan kewaspadaannya pun
lengah, mulutnya membuka secara reflek! Kribo pun
menggunakan kesempatan ini untuk mendorong penisnya ke
mulut Anis. Tidak mau mengalah, Anissa menutup mulutnya
rapat - rapat.
Kribo semakin emosi karena gagal.
PLAK!
Tanpa ampun Kribo menampar pipi Anissa. "Mungkin niat
kami masih kurang jelas ya? Apa aku perlu menjelaskannya
sekali lagi? Kamu ada di sini untuk melayani kami. Tidak akan
ada yang menolongmu, jadi jangan pernah berharap akan ada
pahlawan kesiangan yang datang! Menolongmu juga percuma
karena kami menjaga ketat tempat ini. Kami akan
memperkosamu siang malam sampai Bos Bejo memutuskan
untuk menjualmu ke lokalisasi atau menggunakanmu untuk
memeras bos - bos gendut berduit tebal. Saat kami selesai
dengan perkosaan ini, kamu akan menjadi pelacur kelas teri
yang siap dijual 24 jam. Pelacur murahan yang cukup tahu
bagaimana caranya membuka kaki lebar - lebar. Kamu hanya
perlu bekerja sama dengan melakukan apa yang kami minta
tanpa perlu melawan, kalau melawan kamu hanya akan sakit
sendiri."
Selama mengucapkan ancamannya, Kribo menyekik leher
Anissa sehingga gadis itupun sesak nafas. Anis megap -
megap mencari udara, wajahnya berubah pucat. Melihat Anis
semakin kesulitan bernafas, Kribo melepaskannya, dia tidak
mau Anissa mati sebelum berhasil diperkosa.
Sekali lagi dia menjambak Anis, mendekatkan wajahnya ke
arah kejantanannya yang mengeras. Ujung gundul kemaluan
Kribo dioleskan ke bibir mungil gadis jelita itu dan didesakkan
supaya masuk, tapi Anis masih bersikeras menutup bibirnya.
"Buka mulutmu, pelacur tengik!" maki Kribo tak sabar lagi,
tangannya naik ke atas bersiap menampar Anissa sekali lagi.
Dengan airmata menetes di pipi, Anissa membuka mulutnya
pelan supaya ujung gundul kemaluan Kribo bisa masuk.
Dengan menggunakan tangan kanannya Kribo membimbing
batang kejantanannya untuk menembus bibir mungil gadis
jelita itu, tangan kiri Kribo yang bebas digunakan untuk
menggerakkan kepala Anis maju mundur menyusuri panjang
batang hitam kemaluannya. Penis berkulit tebal berwarna
gelap dengan urat yang melingkar - lingkar itu akhirnya
berhasil keluar masuk mulut Anissa yang mungil manis.
"Pelacur sialan, gini aja kok lama banget!" gerutu Kribo tak
jelas. "Wah! Sedotanmu enak sekali.."
Kribo menambah kecepatannya, memaksa si cantik itu
bergerak lebih cepat. Kepala Anis terantuk - antuk seperti
boneka tak bernyawa.
"Ayo hajar terus, Bang Kribo!" teriak Kemal penuh semangat.
"Makan terus batangku!" Kribo ikut terbakar semangatnya.
Anissa ingin mati saja rasanya. Kemaluan Kribo sangat bau
dan tidak enak dikulum, ia jijik sekali namun tidak bisa
berbuat banyak. Penis yang sudah keras itu justru makin lama
makin keras dan membesar, terasa di dalam rongga mulutnya
yang hangat.
Wewengko tertawa - tawa sambil membantu Kribo
menggerakkan kepala Anissa supaya penis Kribo bisa semakin
masuk ke dalam mulut sang dara. Benar saja, begitu dalam
sodokannya ujung gundul penis Kribo bisa mengetuk dinding
kerongkongan Anis! Si cantik itu tersedak dan memejamkan
mata kesakitan karena mulutnya terus menelan batang
kejantanan Kribo yang sudah mengeras. Gadis itu berontak
dan meronta mencoba bebas, ia tak sanggup menarik nafas,
belum pernah dalam hidupnya Anissa diperlakukan seperti ini,
dia bisa mati! Suara menggelegak keluar dari tenggorokan si
cantik itu.
Di saat Anissa meronta karena lemas tak bisa bernafas, Kribo
malah mengeluarkan erangan kenikmatan yang panjang.
"Gilaaaaaaaaaa! Enak banget!"
"Jebol tenggorokannya!"
"Pelacur!"
"Kalian harus coba mulutnya, bener - bener enak."
Tangis dan air liur menetes dari wajah cantik Anissa yang
mulutnya diperkosa secara brutal. Masih dengan kemaluan
Kribo dimulutnya, dara cantik itu sesunggukan. Ia tahu pasti
mereka semua akan mencoba melakukan hal yang sama
kepadanya, memperkosa mulutnya. Tanpa henti. Kantung
kemaluan Kribo terlempar - lempar bersamaan dengan
gerakan maju mundur penisnya dan berulangkali menampar
dagu Anis. Rambut kemaluan yang bau dan tebal berulang
kali melesak dan mengkikis bibir indah si cantik itu. Semua
preman yang ada di sana tertawa terbahak - bahak melihat
wajah jijik Anissa.
"Top, semuanya ditelen sama lonte satu ini!"
"Suka makan jembut?"
Kribo tak berhenti mempermainkan Anissa, seluruh batang
kemaluannya amblas ditelan gadis itu. Memang sukar
dipercaya bibir semungil milik Anissa bisa menelan utuh
kemaluan Kribo yang sudah membesar dan mengeras seperti
kayu. Memegang bagian belakang kepala gadis itu, Kribo
memaju mundurkan kemaluannya dengan lebih cepat,
menggasak tenggorokan Anissa hingga hampir tersedak
kembali. Suara basah menggelegak keluar dari mulut Anissa
dan lelehan air liur mengalir deras dari mulut gadis itu.
"Benar, seperti itu. basahi mulutmu. Kontolku lebih enak
masuk kalau mulutmu basah." Kribo mengerang keenakan,
menggoyang kemaluannya dan menusuk lagi ke dalam mulut
Anissa. "Seperti itu. Seperti itu juga. Seperti itu juga. Seperti
itu juga.."
Ujung gundul penis Kribo mendesak masuk tanpa ampun,
Anissa juga tak berhenti meronta. Raung kesakitan dara
cantik itu justru membuat Kribo makin terangsang. Suara
menggelegak dan tersedak yang dikeluarkan Anis dan
pemandangan indah mulut mungil yang terpaksa menelan
kemaluannya membuat Kribo naik ke langit kenikmatan. Ia
terus saja menggerakkan kemaluannya tanpa henti, ini
membuat Anissa kian tersiksa, Kribo tak berhenti memperkosa
mulutnya sementara ia kesusahan bernafas. Berhenti, cepat
berhenti, cepatlah berhenti, jerit Anis dalam batin.
"Makan tuh kontol!"
"Bikin dia mati tersedak, Bo!"
"Lagi! lagi! lagi! lagi! terus! Lagi!"
"Telan sampai mampus!"
Gelegak suara tersedak kembali keluar dari mulut Anissa yang
mencoba menarik nafas, namun desakan penis Kribo di
mulutnya sangat cepat dan dalam, membuatnya tersiksa.
Kribo mengelus rambut Anissa yang menangis, "wajahmu
kelihatan sangat cantik kalau menelan kontol seperti ini,
lonteku..."
Anissa memejamkan mata, ia semakin tak kuat bertahan, pria
bejat ini memperlakukan mulutnya seperti liang kewanitaan!
Kribo bukannya berhenti namun malah makin menjadi, terlebih
lagi ada semangat dari kawan - kawannya!
"Telan sampai dalam, lonte sialan! Kamu bisa makan
semuanya!"
"Cekik dia sampai mampus, Bo! Lonte satu ini suka dicekik!"
"Wajahnya manis kalau mulutnya ngemut kontol!"
"Dia goyang terus, Bo! Ayo terus! Bikin dia goyang!"
"Bagus kalau dia suka kontol, dia akan jilat semua kontol
kita!"
"Edan, baru make mulutnya aja sudah bikin aku pengen
ngeluarin pejuh!!" Kribo menggelengkan kepala takjub, heran
sekali dia. Sekejap kemudian pria berambut keriting itu
memejamkan mata dan mendengus penuh nafsu, gerakan
pinggulnya kian cepat! "Ya! Ya! Terus! Yaaa! Ohhh!! Uuughh!!
Aku mau keluar, lonte sialan! Aku mau keluarin semua di
mulut kamu! Semuanya! Semuanyaaa!!"
Semua preman yang sedang menonton kebuasan Kribo
memperkosa mulut Anissa bisa mendengar suara hantaman
perut pria itu di kening sang dara, kantong kemaluan laki -
laki sadis itu juga menumbuk dagu Anissa hingga
menimbulkan suara saat penisnya masuk sangat dalam ke
kerongkongan. Bukannya merasa kasihan dengan Anissa yang
jelas sangat tersiksa, mereka malah memberikan setiap kali
Kribo menggeram dan penisnya melesak. Kribo memang tak
peduli, ia menganggap mulut Anissa adalah liang cintanya, ia
menumbuknya dengan cepat dan kejam, tak peduli gadis itu
tersedak dan tak bisa bernafas.
Lalu saat yang dinanti Kribo pun tiba! Pria itu menekan kepala
Anissa dalam - dalam hingga menempel di bagian perut
bawahnya, membiarkan Anissa meronta sementara ia sendiri
melenguh sangat lama sembari memejamkan mata. Kribo
rupanya telah berhasil mencapai puncak! Dengan hidung yang
menempel di pusar Kribo, Anissa bisa merasakan penis yang
ditanam di mulutnya berdenyut berulang, benda keras itu
bergetar dan makin kencang denyutannya, lalu tiba - tiba
saja mengeluarkan cairan hangat yang membanjir di dalam
mulutnya, turun melalui kerongkongan dan memenuhi
perutnya!
Pria sialan itu orgasme dalam mulutnya!
Bagaimana mungkin ini semua bisa terjadi pada dirinya? Batin
Anissa sambil menjerit. Dia dipaksa menelan pejuh seorang
begundal sadis! Mulut mungil Anissa memberontak, menolak
menelan benda yang ia anggap menjijikkan itu, tapi goyangan
meronta Anissa malah justru membuat Kribo makin merasa
nikmat! Leleran pejuh yang menggumpal dan membuih keluar
dari sisi - sisi mulut sang dara, menetes membentuk temali
kental yang menuruni bibir dan dagunya. Meskipun sudah
mengeluarkan seluruh mani dari ujung gundul kemaluannya,
Kribo masih juga belum berhenti berherak maju mundur.
Gerakan dan goyangan tubuh Anissa membuat leleran air
mani tadi kian turun dari dagu, menetes ke leher dan jatuh ke
balon buah dadanya.
Setelah beberapa saat, akhirnya Kribo menarik penisnya dari
mulut Anissa.
Saat kejantanan Kribo itu dilepas perlahan, dari ujung
gundulnya melejit cairan cinta yang membanjiri kerongkongan
sang dara. Menebarkan campuran rasa asin - hambar yang
kenyal dan lengket di dalam mulut Anissa. Si cantik itupun
megap - megap berusaha menarik nafas begitu penis Kribo
lepas, ia tersedak dan berulang kali terbatuk. Lega sekali
rasanya bisa bernafas dengan bebas kembali. Air mani yang
tertinggal di dalam kerongkongan Anis terdorong keluar,
menetes melalui pinggir bibir dan menetes ke dagunya.
Hingga saat itupun, batang kemaluan Kribo masih belum
tuntas mengeluarkan ledakan air cinta, penisnya masih terus
berdenyut dan menyemprotkan pejuh ke wajah Anissa.
Rombongan preman itupun bersorak - sorai menyambut
orgasme pertama yang mendera tubuh sang dara jelita.
"Tuh dia suka sama pejuhnya!"
"Pelacur memang suka itu eh?"
"Telan! Jangan sampai keluar! Telan!"
"Telan, lonte!" pinta Kribo.
Anissa yang sudah hancur rasa percaya dirinya, membuka
mulut dan menelan semua pejuh yang dikeluarkan Kribo.
Lidahnya bergerak memutar di sekitar bibir dan menarik air
mani Kribo kembali ke dalam, persis ketika ia sedang makan
es krim.
"Enak kan rasanya? Sedikit asin tapi berkhasiat." Kata Kribo
sambil tertawa. "Masih belum bersih semua, tidak baik kalau
masih ada yang tersisa."
Kribo menggoyangkan batang kejantanannya beberapa kali
dengan tangan untuk mengeluarkan sisa air mani yang masih
tersisa. "Keluarkan lidahmu, lonte!"
Anissa membuka mulut dan menyentuhkan lidahnya ke penis
Kribo. Pria itu bisa melihat sisa - sisa mani masih menempel
di bibir Anis, namun ia tidak peduli. Mempergunakan penisnya,
Kribo menghapus sisa pejuh itu dan menyodokkan batangnya
ke dalam tenggorokan si cantik itu sekali lagi.
"Pelajaran selesai, jalang! Sekarang kamu sudah resmi jadi
lonte kami. Wajahmu sudah penuh pejuh dan kerongkonganmu
sudah menelan kontol." Kata Kribo sambil tertawa walaupun
tidak ada yang lucu. "Ayo, sekarang giliran kalian."
Setelah menarik nafas panjang Anissa memejamkan mata,
sepertinya ini semua masih jauh dari usai. Tubuhnya kembali
ditarik dan dibalik hingga kepalanya menggantung di ujung
kursi. Kemal dan Yono memulai aksi dengan meremas buah
dada Anis yang menggantung dan kenyal seperti bantal.
Melihat buah dada sentosa milik sang dara, Yono menjadi tak
tahan, iapun menggigit puting susu si jelita itu dengan pelan,
menggeriginya hingga Anissa menggelinjang, apalagi
kemudian Yono menjilatinya penuh nafsu! Kemal maju ke
depan dan menjambak rambut sang dara, seperti apa yang
dilakukan Kribo tadi, pemuda itu menamparkan kemaluannya
ke wajah Anis!
"Aku mau kamu melakukan seperti apa yang tadi kamu
lakukan pada temanku! Rasakan kontolku, di mulutmu,
dengan lidahmu, ke tenggorokanmu..."
Anissa tak menjawab, ia hanya bisa meneteskan air mata.
"Perempuan jalang sialan, bagaimana, masih mau ngemut
kontol lagi?" tanya Kemal sambil memaksa Anissa
menganggukkan kepala. "Kamu pasti mau, kamu kan lonte."
Pria bertubuh besar itu membalikkan badan ke arah kawan -
kawannya. "Bagaimana, apa kalian mau membantu lonte ini
dengan menyediakan kontol?"
"Ha - ha, ya! Tentu!" hampir bersamaan mereka menjawab.
"Yang tadi belum apa - apa!"
"Ayo ngomong kalau kamu mau ngemut kontol lagi! Ngomong!
Cuih!" Yono menampar Anissa pelan dan dengan kurang ajar
meludah di wajahnya. "Aku mau mendengar kamu memohon,
meminta kami memperkosamu lagi, misalnya meminta kami
membuat anusmu lebih lebar dan lubangnya perih karena
terluka!"
Anissa diam dan menatap Yono dengan pandangan benci
yang tak terkatakan.
"Ayo ngomong!" tampar Yono lagi. "Malah melotot!"
"Aku mohon..!" teriak Anissa.
"Mohon apa?"
"Aku mohon..," Anissa berhenti sejenak, tangis dan rasa malu
membuat lidahnya tercekat. "mohon perkosa aku." Bisiknya
tanpa daya.
"Nah, kalau kamu sendiri yang ngomong gitu kan jauh lebih
sopan dan manis." ejek Kribo yang ikut datang untuk
menghina gadis itu. "Yang perlu kamu lakukan kan hanya
tinggal meminta.." Kribo berpikir sejenak, "..bagaimana kalau
sekarang kita coba dengar pintamu sekali lagi tapi lengkapi
dengan kata memek dan anus."
"Aku tidak mau... aku tidak.."
"Katakan."
"Ak.. aku mohon..., ak... akku.." Anissa tergagap namun
kemudian ia menghela nafas sangat panjang, air matanya
menetes ketika ia mengucapkan kalimat yang tidak pernah ia
duga akan keluar dari mulutnya sendiri. "Aku mohon... perkosa
memek dan anusku..."
"Bagus sekali." Kribo bertepuk tangan, "sekarang katakan
kamu ingin nyepong kontol."
"Ak... aku ingin... nyepong kon... kont..." Anissa menggeleng,
"aku tidak bisa mengatakannya..."
Kribo mendelik marah.
Anissa pun menganggukkan kepala sebagai permohonan
ampun, "ja...jangan! ak... aku ingin... ingin.... nyep... nyepong
kontol... aku ingin nyepong kont... kontol...."
Yono dan yang lain tertawa terbahak - bahak, "baiklah kalau
itu maumu, lonte cantik."
Sembari tersenyum licik, Yono membuka bibir Anissa dan
mulai mencoba melesakkan kemaluannya ke dalam mulut
yang masih menyisakan cairan mani Kribo. Sekali lagi Anis
megap - megap mencoba bernafas, apalagi Yono menekan
hidung sang dara sehingga mau tak mau Anissa harus
membuka mulutnya lebar - lebar.
"Lonte cantik, sekarang giliranku merasakan mulutmu!
Rasakan kontolku masuk ke kerongkonganmu, ke
tenggorokanmu, kalau bisa akan kutembus sampai perutmu!!
Akan kusemprotkan dalam - dalam pejuhku sampai kamu
kenyang minum mani!" kata Yono kembali. Tanpa peduli sakit
yang kini dirasakan Anissa, pria sadis itu duduk di atas kepala
sang dara dan melesakkan penisnya ke dalam mulut yang
terbuka. Dengan satu lenguhan panjang, Yono menjebloskan
kemaluannya dalam - dalam. Ketika Anis mulai tersedak,
Yono menarik keluar penisnya dengan menyisakan ujung
gundul masih berada di mulut sang dara.
"Sedot, ayo sedot! Lonte sialan! Kenapa harus selalu
disuruh?! Ayo sedot!!!"
Dengan air mata menetes deras, Anissa dengan patuh
menghisap dan menjilat ujung gundul batang kejantanan
Yono. Kribo datang membantu, ia menekuk kaki Anissa ke
depan hingga lutut gadis itu hampir sampai di telinganya
sendiri. Dengan tubuh yang ditekuk seperti itu, pantat dan
memek Anissa mengundang sekali untuk diserang!
"Ayo! Lonte ini masih punya dua lubang lagi di belakang!
Sumbat saja!" kata Kribo sambil menyunggingkan senyuman.
Kalau kakak ipar Anissa yang cantik sudah menolak Pak Bejo
mentah - mentah dan memilih bajingan kurus kering yang jadi
supirnya itu untuk menghajar mereka tempo hari, kini dia akan
lampiaskan semua kekesalan pada Anissa!
Usai Yono melampiaskan nafsunya pada Anissa, gadis itu bisa
merasakan serangan datang silih berganti, tangan - tangan
jahil merambah seluruh lekuk tubuhnya yang mulai
bermandikan keringat. Ada tangan yang nakal mengelus paha
mulusnya yang seputih pualam, ada jemari yang meremas
pantatnya yang sekal dan ada telunjuk yang cekatan
mengoyak bibir liang cintanya, semuanya hampir bersamaan!
Buah dadanya yang sentosa jelas menjadi sasaran empuk,
bergantian mereka menjilati, menggigit dan meremas - remas
payudara Anis. Puting susunya dipilin dan ditarik - tarik
membuat Anis meringis kesakitan sementara para pria buas
yang mengitarinya justru tertawa terbahak - bahak. Sial bagi
dara malang itu, rasa sakit yang mengitari putingnya justru
membuat barang mungil itu menegak dan mengeras,
menghunjuk ke atas. Wajah cantik Anis yang panik juga tak
kalah parah, terus menerus diserang oleh tamparan kemaluan
para penyerangnya.
"Pelacur!"
"Lonte!"
"Cewek murahan!"
"Sampah!"
Hinaan dari semua penjuru makin menyudutkan dan membuat
Anis terhina sementara detik - detik pemerkosaannya kian
cepat datang. Anissa sudah tak bisa lagi mengetahui siapa
yang menyerang bagian tubuhnya yang mana, mereka
berputar dan bergantian menyentuhnya. Salah seorang dari
mereka meletakkan batang kemaluannya tepat di tengah
lembah buah dada Anissa dan menggunakan balon payudara
gadis itu untuk menekan penisnya, setelah dirasa ketat dan
nyaman, orang itu mulai memperkosa payudara Anissa
dengan bergerak maju mundur dengan cepat! Tak butuh
waktu lama bagi orang itu untuk kemudian menyemprotkan
cairan maninya ke dagu dan dada sang dara! Usai orgasme,
ia meludahi dada Anissa dan turun dari atas tubuhnya.
Tangisan Anissa tak terbendung, entah sudah berapa lama ia
menangis, mungkin bahkan hingga kering, tapi para preman
itu tak juga berhenti melecehkannya. Hingga akhirnya ia
mendengar teriakan Badu.
"Sudah waktunya ngentot!"
Preman itu melesakkan penisnya ke dalam memek Anissa
perlahan, si cantik itu memejamkan mata ketika merasakan
ujung gundul kemaluan Badu masuk hingga memenuhi liang
cintanya. Anissa menarik nafas pendek satu dua karena
mencoba bersiap dengan serangan Badu. Benar saja, dengan
satu sodokan yang keras dan kejam, Badu menanamkan
penisnya dalam - dalam! Anissa ingin menjerit kesakitan
namun teriakannya terhenti karena ketika mulutnya membuka,
satu penis berbau busuk menembus bibirnya!
Melihat Anissa tak berdaya dengan penis yang melesak di
mulut, Badu mengulangi lagi sodokannya dengan lebih
kencang lagi! Begitu kencangnya desakan penis Badu, sampai
- sampai tubuh Anissa hampir melejit.
"Memekmu enak sekali!!" teriak Badu puas.
"Ayo, lonte...bibirmu seksi sekali, aku suka merasakan
bibirmu..." orang yang sedang memperkosa mulut Anis, yang
ternyata adalah Kemal mulai merem melek keenakan. Sama
seperti Badu, ia juga bergerak maju mundur dengan cepat,
menanamkan kemaluannya di dalam mulut Anissa. Saat gadis
itu mulai tersedak, Kemal menarik penisnya dan tanpa
disangka, ia telah mencapai puncak! Semprotan air mani
meledak di mulut Anissa. Tembakan demi tembakan cairan
kental memenuhi mulut, membasahi bibir dan menempel di
lidah sang dara jelita itu.
"Ayo telan! Telan semua!" teriakan Kemal begitu nyaring
rasanya di telinga Anissa. "Ayo, lonte sialan! Telan
semuanya!"
Anissa hendak menelan, tapi kerongkongannya terasa begitu
sakit sehingga ia terbatuk - batuk karena tersedak. Ketika
gadis itu membuka mata, semprotan mani lain membasahi
wajahnya! Entah siapa yang kali ini menyemprotkan air mani
ke wajah Anissa karena gadis itu sudah kembali memejamkan
matanya untuk mencegah semprotan itu masuk ke matanya.
Kemal mengoleskan ujung gundulnya di pipi Anissa untuk
membersihkannya dari air maninya sendiri. Para preman itu
bersorak - sorak melihat wajah Anissa yang makin tak
karuan belepotan cairan cinta.
"Begitu seharusnya wajah lonte!"
"Aku tidak mengira dia bisa menelan segitu banyak!"
"Lonte seperti dia pasti minta lagi! lanjut!"
"Lanjut!"
"Lanjuuuuttt!"
Dengan mulut megap - megap, Anissa berusaha bernafas.
Rasanya susah sekali membuka mulut dengan cairan kental
yang membanjir di mulutnya. Ia merasa seperti tenggelam
dalam lautan air mani. Berulang kali gadis itu tersedak dan
terbatuk - batuk. Setiap kali ia menelan atau mengeluarkan
cairan itu melalui sela bibir, seperti masih ada sisa yang
tertinggal hingga ia terus - menerus bisa merasakan cairan
sperma dalam mulutnya. Satu garis panjang kental menetes
dari bibir mungil Anissa, menetes melalui dagu turun hingga
leher dan bagian atas dadanya. Ketika ia masih berusaha
menata diri untuk bersiap, tiba - tiba Badu melenguh panjang
penuh kenikmatan, preman yang masih memperkosa
memeknya itu mengejang dan menarik keluar penisnya. Tak
pelak lagi, satu semprotan hebat membanjir di buah dada dan
perut sang dara!
Anissa sesunggukan dengan air mata yang kering, malam
masih panjang. Orang - orang ini pasti belum akan berhenti...
"Sepertinya bagian yang ini sudah matang, ayo kita balik!"
kata Kribo yang langsung disambut sorakan teman -
temannya.
Mereka mengangkat tubuh Anissa dan berusaha membuatnya
berdiri, namun karena tidak kuat dan kedua tangannya masih
terikat isolasi, si cantik itu ambruk dan jatuh berlutut.
Wewengko menarik kursi ke depan Anissa dan
membungkukkan tubuh gadis itu ke depan hingga tubuhnya
bersandar di kursi dengan kepala yang tergantung di ujung
kursi dan pantatnya naik ke atas. Kini Kribo menarik kaki Anis
dan mengikatnya di kursi, begitu juga dengan pinggangnya
yang ramping.
"Pantat pelacur ini mulus sekali." kata Jabrik yang langsung
disambut sorakan teman - temannya, mereka memang tahu
Jabrik sangat menyukai pantat mulus wanita cantik. "Kalian
boleh menyoraki aku, tapi coba lihat lobang anusnya! Pasti
sempit dan nikmat sekali!"
Jabrik menampar pipi bokong Anis dengan sekeras -
kerasnya! Anissa pun menjerit sekuat tenaga! Ketika
kepalanya tegak, ia bisa melihat sekeliling dan melihat wajah
- wajah pemerkosanya sedang meringis puas melihat gadis
itu ketakutan. Lebih ketakutan lagi karena kini penis dua
orang yang berada di samping kepalanya kembali membesar
dan mengeras. Dua orang itu adalah Wewengko dan Yono.
Keduanya tertawa terbahak - bahak melihat wajah Anissa
yang memucat. Kembali penis - penis mereka ditamparkan ke
pipi dan wajah Anissa yang walaupun sudah belepotan air
mani namun masih terlihat sangat mempesona. Pipi, hidung,
bibir, dahi, rambut, semua bagian wajah sang dara jelita
terkena tamparan batang kejantanan. Anissa mulai menangis
lagi walaupun kini tenggorokannya terasa kering, gadis itu
tahu tinggal tunggu waktu saja sebelum salah satu batang
kemaluan itu kembali masuk ke tenggorokannya.
Rambut Anissa yang panjang dan indah dijambak ke arah kiri,
gadis itupun mengernyit kesakitan.
"Jilat kontolku." Kata Yono dengan kasar.
Walaupun dengan tetesan airmata deras, Anissa menuruti
permintaan Yono. Ia mengeluarkan lidahnya yang mungil dan
dengan perlahan dan gugup menempelkannya di penis sang
preman. Dengan gerakan lembut Anissa menggerakkan
lidahnya naik turun menyusuri batang kejantanan Yono,
membiarkan preman yang sebelumnya menyakitinya itu
merasakan kenikmatan hingga merem melek dan
menggelinjang. Anissa bahkan mengulum ujung gundul penis
Yono, lalu melepaskannya hingga mengeluarkan suara letupan
kecil yang membuat preman itu melenguh keras penuh
kenikmatan.
Tak lama kemudian, giliran Wewengko yang menarik kepala
Anissa. Kemaluannya yang keras, panjang dan hitam sudah
menunggu. Pria itu tak lama - lama menunggu, begitu kepala
Anis berbalik,penisnya langsung dilesakkan melalui bibir
mungil sang dara. Untuk beberapa saat, Anissa memainkan
penis Wewengko dalam mulutnya dan memberikan service
yang sama seperti sebelumnya ia lakukan pada Yono. Gadis
itu beranggapan, jika ia mau menuruti mereka, mudah -
mudahan mereka tak menyakitinya dan ini semua cepat
berakhir.
Sama seperti Yono, Wewengko pun akhirnya melenguh keras
dan bahkan bisa mencapai puncak dengan cepat! Sekali lagi
air mani disemprotkan ke wajah Anissa. Semua preman itu
tertawa melihat wajah Anissa makin tak karuan. Tadi mereka
mengocok penis masing - masing selama Anis mengulum
penis Wewengko dan kini mereka siap menyemprotkan cairan
sperma ke seluruh wajah sang dara. Tanpa ampun, cairan
kental itu membanjiri wajah cantik Anissa, membuat gadis itu
hanya bisa pasrah menerima dengan memejamkan mata.
Para preman itu tertawa lagi.
Kribo menowel dagu cantik Anis dan menatapnya tajam, "lihat
aku baik - baik, lonte sialan."
Anissa mencoba membuka matanya, namun karena ada
leleran air mani yang lekat membasahi bagian matanya, ia
hanya bisa mengejap beberapa kali sebelum menutup lagi
matanya.
"Kamu sudah mulai mengerti apa yang harus kamu lakukan,
betul?"
Anissa tak menjawab, bukan karena ia tak mau tapi karena ia
sibuk menelan sisa mani dalam kerongkongannya. Dengan
ketakutan gadis itu hanya bisa menganggukkan kepalanya
saja.
Sayangnya Kribo tetap marah melihat dara itu terdiam, iapun
menjambak dan menarik rambut Anissa. "Betul tidak? Jangan
diam saja, dasar lonte!!!"
"Be..benar." jawab Anissa sekuat daya.
"Dasar pelacur murahan..."
"Aku mau bokongnya," kata Jabrik menyela Kribo, "kira - kira
muat atau tidak ya?"
"Tentu saja muat." Kribo terkekeh, "kamu bahkan bisa
memasukkan lenganmu ke dalam sana kalau mau!"
"Cewek ini pantatnya mulus banget."
"Bagaimana pelacur sialan? Kamu mau menikmati permainan
baru kami?"
Anissa sudah berniat menggeleng namun karena ketakutan
akan kembali disakiti, ia hanya bisa terdiam menggigil dengan
wajah pucat pasi. Jabrik mengoleskan satu jarinya di bibir
anus Anis yang mungil dan bersih, lalu perlahan menusuk ke
dalam, menjajal sempitnya tempat itu. Anissa mengeluarkan
satu erangan panjang karena sakit dan memejamkan matanya
pedih.
Jabrik berujar gembira, "ini sempit banget!! Kontolku bakalan
kegencet. Oh, tapi jangan takut, lonteku... kamu pasti akan
terbiasa."
Mendengar apa yang akan dilakukan Jabrik kepadanya
membuat Anissa tak bisa lagi berdiam diri, ia meronta habis -
habisan! Sayang ia tak bisa berbuat banyak karena terikat
erat, bahkan kemudian Badu maju kembali dan menyodokkan
penisnya ke dalam mulut sang dara, membuat gadis itu
terkunci tak sanggup bergerak! Dengan mencengkeram pipi
bokong Anissa dan menggerakkannya ke kanan dan kiri,
Jabrik membuka akses ke anus gadis itu lebar - lebar. Ia
sempat menampar pantat mulus dara itu sehingga berwarna
merah, Anissa hanya bisa memejamkan mata dan menahan
perih yang dirasa. Jabrik maju ke depan dan berbisik di
telinga sang dara, "baiklah lonte sialan. Siap dientotin
bokongnya?"
Jabrik meludahi jemarinya sendiri, lalu mengoleskannya di
belahan pantat Anissa. Dengan penuh harap, ia meletakkan
ujung gundul kemaluannya yang sudah menegang di lubang
pembuangan Anis yang mungil dan bersih.
Jabrik mendorongnya masuk.
Anissa terbelalak lebar! Ia mengernyit kesakitan namun tak
bisa berteriak karena mulutnya juga sedang diperkosa. Ia
hanya bisa mengatupkan kedua kepalan tangannya erat -
erat seakan hendak meremukkan sesuatu. Penis Jabrik yang
memasuki wilayah sempit terangsang hebat dan kian lama
kian membesar, sodokannya juga menguat dari saat ke saat,
menguasai daerah jajahan baru, tempat yang seharusnya
tidak boleh dimasuki oleh penis. Anis menangis hebat,
rasanya sakit. Sakit sekali. Seakan lubang anusnya hendak
dirobek dengan kasar.
Melihat gadis itu menderita, Jabrik malah tertawa. "Rasanya
pasti enak sekali, ya sayang?"
Badu yang sedang menyumpal mulut Anis ikut menimpali,
"pelacur yang doyan disodomi. Kamu pasti pelacur murahan
yang sudah tidak laku lagi."
Tanpa ancang - ancang, Jabrik melesakkan penisnya dalam
- dalam, membuat Anissa kembali ingin menjerit. Seluruh urat
gadis itu menegang dan wajahnya memerah.
"Bukankah kamu yang menginginkan kontol kami masuk di
semua lubangmu, hei lonte?"
Jabrik masih terus menusuk dengan kasar. Lalu, di saat rasa
sakit itu tak tertahankan, Anissa merasakan lubang anusnya
mulai membuka dan penis milik Jabrik mulai bisa masuk
dengan bebas. Suara menggelegak dan erangan menjadi satu
- satunya protes yang bisa dilakukan sang dara jelita itu. ia
tidak bisa berbuat apa - apa dengan mulut dipenuhi penis.
Gadis itu bisa merasakan liang duburnya mulai menyesuaikan
ukuran penis Jabrik dan mengatup mencengkeram penis
preman itu. desahan nikmat Jabrik menjadi pertanda
perasaannya benar, pria sadis itu tidak berhenti, ia menusuk
semakin dalam.
Jabrik belum menusukkan seluruh penisnya ke dalam pantat
sang dara, namun tiap kali ia menusuk, Anissa merasa
pantatnya akan jebol. Duburnya memanas dan tubuhnya
menegang, ia sangat kesakitan. Jabrik yang memaksa masuk
membuat lubang anus Anissa terpaksa merenggang karena
harus membuka jalan. Ini jauh lebih sakit daripada saat
pertamakali Pak Bejo memperkosanya dulu. Yang kali ini
seperti terasa ada batang pedang yang masuk tubuhnya untuk
menjajah perut menembus hingga ke dada.
Tangisan Anis kian tak terbendung. Hentikan... hentikan...
hentikan...
Menahan perih dan sakit seperti itu membuat mata Anissa
berkunang - kunang, ia merasa pandangannya kabur,
tubuhnya mulai melemah... dia tak tahan lagi... sepertinya dia...
akan... pingsan... dia... akan...
PLAKK!! Tangan Badu menampar Anissa, untuk
menyadarkannya. Gadis itu membelalakkan mata karena kini
pipinya pun terasa panas dan perih. Tepat di saat Anissa
sadar kembali, ia merasakan kantong kemaluan Jabrik sudah
menampar pipi pantatnya! Penis pria itu sudah masuk semua
ke duburnya!
"Auughhh... bokongnya sempit banget." Ujar Jabrik sambil
menggemeretakkan giginya dengan gemas, ia menggoyangkan
pantatnya dengan penuh kenikmatan. "Aku sukaaa sekali
bokongmuuuu, sayaaaang!!"
Kribo terbahak - bahak, "itulah pelajaran kedua, lonte sialan!
Sodomi!"
Badu menarik penisnya yang sudah hampir orgasme dari
mulut Anissa dan langsung menyemprotkan spermanya ke
seluruh wajah si cantik itu. Hidung, bibir, kening, pipi, bahkan
pelupuk mata, semua kena cairan lengket berwarna putih
gading yang kental itu. Untungnya Anissa sudah tidak peduli
lagi, karena begitu Badu menarik kemaluannya, Anissa
langsung tersedak dan terbatuk - batuk, ia juga menggeram
kesakitan karena Jabrik masih menggoyangkan penis di
anusnya. Dengan kurang ajar, Badu membersihkan ujung
gundul batang kejantanannya di rambut indah Anissa.
Kribo, Yono dan Wewengko memberi semangat pada Jabrik
untuk terus menghajar dubur dara jelita yang malang itu.
"Kasih dia neraka, Brik! Hajar terus!"
"Mantap!"
"Lonte! Cuih!"
"Terus! Bikin dia pingsan!"
"Duburnya enak ya? Sempit ya? Habis ini aku juga mau!"
"Lonte sialan itu pasti suka!"
"Pantat putih montok kayak bakpao! Ditusuk - tusuk biar
kempes!"
"Jangaaan...... jangaaaan! Saya mohon! Kasihani saya......!
Saya salah apaa sama kalian? Jangaaan! Saya mau
melakukan apa sajaa! Apa sajaaa! Asal jangan itu!
Jangaaan...!" jerit tangis Anissa dengan putus asa.
Ketika Jabrik menarik mundur batang kejantanannya, Anissa
menarik nafas lega, namun belum lagi setarikan nafas, Jabrik
sudah melesakkan kembali dalam - dalam! Tubuh gadis itu
seperti terlontar ke depan dengan penuh tenaga, kepalanya
bahkan terlempar ke atas karena sodokan itu! Karena sudah
mulai longgar, Jabrik kini bisa leluasa memaju mundurkan
penisnya di dalam dengan cepat. Bagi preman itu, rasanya
luar biasa enak. Bagi Anissa, ia seperti dihukum cambuk
berulang - ulang. Gadis itu menjerit kesakitan tiap kali Jabrik
menancapkan batang penisnya dalam - dalam.
Yono yang risih dengan jeritan Anissa mengambil posisi dan
menyiapkan penisnya, begitu gadis itu menjerit dengan sigap
Yono melesakkan penisnya ke dalam mulut sang dara! Sekali
lagi Anis diserang atas belakang! Kini, tiap kali Jabrik
mendorong ke depan, Yono yang merasakan nikmat luar
biasa! Ia merem melek karenanya.
Di saat Anissa kembali tersedak dan kesakitan karena
mulutnya diperkosa, para preman itu kembali tertawa terbahak
- bahak dan bersemangat. Mereka seperti berlomba menyakiti
gadis jelita itu! Jabrik yang bersemangat ikut meloncat -
loncat dan menusuk semakin dalam dan semakin dalam!
"Hebat, Brik! Lontenya mulai suka kamu sodomi!"
"Sakit ya? Sakit ya? Syukurin!"
"Jabrik hebat!"
"Ini baru dua lubang, bagaimana kalau tiga lubang sekaligus?"
"Cepetan, Brik! Aku juga mau tuh pantatnya!"
"Memang dasar lonte murahan."
"Dasar pelacur! Suka ya?" Diberikan semangat oleh teman -
temannya, Jabrik menghajar dubur Anissa dengan satu
sodokan sekuat tenaga, tubuh mungil Anissa bagai terlempar
ke depan hingga hidungnya masuk ke rimbunnya rambut
kemaluan Yono yang masih terus memaksa Anis mengulum
penisnya. "Kamu suka kan, sayang? Kamu suka, kan?" tanya
Jabrik lagi.
Dengan sekuat tenaga, Anissa mencoba berteriak ketika penis
Yono sedang ditarik mundur.
"TIDAKKKhghhmmpp!!!"
"Tidak suka ya sudah, nikmati saja ini!" sekali lagi Jabrik
menghajarkan penisnya dalam - dalam.
"Hauuughhhhhhkkkgghhh!!!! Jangaaannmmpphh!!
Sakiiittttmmmpghhhhkk!!"
Yono geleng - geleng kepala melihat Anissa masih mencoba
berteriak walaupun mulut gadis itu sudah dipenuhi batang
kemaluannya. "Lonte! Cuih!" maki preman itu sambil meludahi
kepala sang dara.
Jabrik menggoyangkan kemaluannya yang tertanam dalam -
dalam dan ini membuat Anissa makin menderita karena liang
itu kian merenggang. Tubuh gadis malang itu menggelinjang
hebat karena tak tahan dengan penderitaan ini, melihatnya,
bukannya simpati, Jabrik malah tersenyum sadis. "Kamu
kesakitan ya? Kasihan banget, ya sudah aku tarik saja...."
Batang kemaluan pria itu ditarik perlahan keluar, namun
bukannya lega, Anissa malah semakin kesakitan ketika penis
itu membuka jalan keluar. Jabrik menarik mundur semua
batang kemaluannya kecuali ujung gundulnya. "Bagaimana?
Sudah enakan?"
Anissa tahu apa yang akan dilakukan oleh Jabrik, ia menangis
dan menggelengkan kepala.
Jabrik tertawa, "maaf sayang, aku tidak bisa
mengeluarkannya sekarang, sempit sekali jalannya. aku coba
maju saja ya?" dengan kekuatan penuh Jabrik mendesakkan
kemaluannya ke dalam, lalu ditarik, lalu disodokkan lagi,
ditarik, sodok lagi, tarik, sodok lagi, tarik, sodok lagi, lagi, lagi,
lagi, lagi....
Tiap sodokan membuat Anissa menjerit dan menangis dalam
penderitaan dan rasa malu. Tangisnya bisa terdengar dari
sela - sela penis Yono yang masih menguasai mulut gadis
itu. Mendengar tangis itu, Jabrik malah semakin cepat dan
kencang melakukan sodokan. Anissa yang terikat di kursi
hanya bisa melenguh dan mengembik penuh derita saat kedua
orang preman sadis kini tengah memperkosanya habis -
habisan.
Entah beruntung entah tidak, di mulutnya tiba - tiba saja
membanjir cairan sperma kental. Lagi, lagi, terus, banjir itu
terus datang hingga Anissa harus menelannya supaya bisa
bernafas. Namun belum sempat Anissa bernafas lega, penis
lain milik Wewengko datang menyerang mulutnya! Penis demi
penis menjejal mulutnya tanpa henti, Anissa merasakan
bibirnya mulai perih dan berasa seperti hendak robek
karenanya. Wajahnya yang cantik kini makin kabur karena
wajahnya basah oleh cairan mani kental yang menempel di
sana - sini, di pipi, leher, kening, hidung, semua.
Begitu juga anus Anissa yang terasa panas dan perih
berkelanjutan karena diperkosa oleh Jabrik. Preman itu masih
juga terus menyakitinya tanpa henti, bahkan bukannya
melunak malah semakin keras.
"Bokongnya sempit banget! Enak gila! Kayak ngentotin
perawan!"
Sekali lagi dia menghunjamkan penisnya dalam - dalam lalu
menariknya dan melesakkan lagi dengan cepat, menembakkan
kantong kemaluannya seperti peluru hingga menampar bibir
liang cinta Anissa, berulang - ulang kali sampai dia akhirnya
hampir mencapai klimaks.
"Ambil itu, lonte sialan! Ambil semua kontolku! Hancur
anusmu!"
Anissa mengembik menahan pedih, ia memejamkan mata
sembari mengeluarkan lenguhan berulang di balik kuluman
penis Wewengko, "Oh! Oh! Oh! Oh!"
"Terus aja, Bro! Dikenthu terus sampai pingsan!" teriak Yono
memberi semangat.
"Hajar bokongnya, Bro!"
Sekali lagi Jabrik mengulang kekurangajarannya, ia menarik
penisnya hingga ke ujung gundul dan dilesakkan dengan cepat
dan kejam hingga sangat dalam. Ia memang berniat menyiksa
dan menghancurkan dubur gadis tak bersalah itu.
"Aku akan membuatmu menyesal dilahirkan, sayang." Erang
Jabrik penuh nikmat. "Ooooh yaaa..." ia mengerang tiap kali
penisnya masuk ke dalam. "Ambil semua kontolku, sayang.
Ambil semua! Semua untuk kamu!"
Anissa kian lemah melawan, ia ingin ada yang memotong
batang kejantanan Jabrik dan mengeluarkannya dari anus
mungil gadis itu, tapi tentu saja itu mustahil. Jabrik bergerak
sangat cepat dan kencang merusak anusnya seperti orang gila
yang kesetanan.
"Ooooh, ini dia datang, sayang....!" teriak Jabrik menuju
puncak kenikmatan. "Ini dia datang!!"
Dengan satu sodokan kencang, Jabrik menanamkan batang
kejantanannya dalam - dalam di dubur Anissa. Cairan kental
meluncur deras dari ujung gundul kemaluan Jabrik memenuhi
lorong belakang sang dara cantik. Batang kemaluan Jabrik
berdenyut beberapa lama ketika semprotan itu mengalir deras
dan membanjiri liang dalam Anissa, lalu beberapa saat
kemudian berhenti. Akhirnya, setelah beberapa saat yang
menyiksa, penis itu mengecil lemas dan dikeluarkan dari
pantat Anis. Saat penis itu keluar, leleran cairan cinta
menetes dari anus hingga ke bibir kemaluannya.
Anissa berharap pemerkosaannya yang brutal oleh kawanan
preman ini selesai. Tapi asa itu pudar ketika sekali lagi ia
merasakan pantatnya dielus seseorang dan penis lain
perlahan mulai memasuki anusnya. Cairan cinta yang sedari
tadi disemprotkan Jabrik ke dalam liang belakang membuat
penis yang ini masuk lebih mudah, orang ini bisa melesakkan
penisnya dalam - dalam hingga kantong kemaluannya
mentok menampar pipi pantat Anissa. Ia menyodominya
untuk beberapa menit, menariknya dan melesakkannya dalam
- dalam ke liang cinta sang dara. Preman ini rupanya tidak
puas hanya dengan satu lubang saja. Anissa tetap
memejamkan mata karena tak ingin melihat siapa
pemerkosanya kali ini, tapi penisnya begitu kencang dan keras
menghajar memeknya, berulang - ulang kali dia menggauli
Anissa hingga akhirnya ia mencapai klimaks dan cairan
cintanya disemprotkan ke dalam vagina si cantik itu.
Wewengko menggoyang kepala Anissa ke depan dan belakang
dengan sangat kasar, rambut panjang dan halus milik si
cantik itu bagai terbang memutar seperti baling - baling. Dara
itu bisa merasakan air mani yang menetes dari mulutnya dan
jatuh ke perut, tapi ia hanya bisa meneguk sedikit ke dalam
mulut dan kerongkongannya.
"Mulai sekarang kamu tak lebih dari seorang pelacur hina
yang harus menyediakan mulut, memek dan bokong untuk
semua laki - laki yang menginginkanmu eh!" ujar Wewengko.
"Kamu pikir kamu ini gadis suci yang masih perawan eh? Pikir
lagi baik - baik! Semua kehormatanmu sudah kami renggut!"
Anissa tidak menjawab karena ia sekali lagi tersedak. Bibirnya
tepat berada di ujung terdalam kejantanan pria itu tapi ia tahu
kalau ucapan preman itu tepat sekali, dia sudah bukan lagi
gadis perawan yang masih suci, dia sudah kotor dan
menjijikkan. Saat tersedak, kerongkongan Anis bergejolak dan
tubuhnya menggelinjang, hal itu justru membuat sang preman
yang sedang memperkosa mulutnya menjadi semakin
terangsang dan akhirnya melepaskan cairan lengket ke dalam
tenggorokan dara jelita itu.
Saat penis preman itu ditarik, Anis berusaha menarik nafas
dalam - dalam. Pria itu hanya tertawa, "Luar biasa, cewek
satu ini memang jago kalau disuruh nyepong kontol."
Cengirnya, "lain kali kita harus mengundang lebih banyak
orang lagi." preman itu dengan kurang ajar membersihkan
penisnya yang masih belepotan air mani menggunakan
rambut halus Anis yang kini acak - acakan.
Selesaikah mereka? Tidak. Tubuh si cantik itu kembali ditarik,
satu penis masuk ke mulut dan satu ke dalam memeknya,
dengan brutal mereka memperlakukan tubuh Anis seperti
boneka tak bernyawa. Yang memperkosa mulutnya tanpa
ampun mendorong pinggulnya hingga kantong kemaluannya
bisa menampar - nampar dagu Anissa. Gadis itu sudah tak
mampu lagi merasakan dan memahami bagaimana, kapan dan
apa yang terjadi. Yang bisa ia rasakan hanyalah penis yang
keras, besar dan panjang yang dilesakkan ke dalam semua
lubang di tubuhnya. Anis menggeram sebentar ketika satu
batang kemaluan ditarik dari pantatnya dan digantikan penis
lain, tetesan mani menetes hingga membasahi pahanya yang
mulus. Lututnya terluka karena tergesek - gesek karpet yang
dibentangkan di bawah kursi saat tubuhnya dipaksa
membungkuk sembari terikat di atas kursi ketika ia
berulangkali diperkosa.
Badu mengeluarkan sebuah spidol boardmarker warna merah
yang biasa digunakan untuk menulis di papan tulis dari
kantongnya. Saat itu Anissa masih diperkosa oleh Kemal yang
merem melek saat merasakan kontolnya dipijat oleh liang
cinta sang dara. Di pipi pantat kiri Badu menulis kata
'PELACUR' dengan spidolnya, sementara di pipi pantat kanan
ia menulis kata 'LONTE', di tengah kedua kata itu, sembari
membubuhkan tanda panah ke bawah menuju bibir anus
Anissa, ia menulis 'SILAHKAN MASUK'. Kemal tertawa
terbahak - bahak karenanya dan gagal mencapai klimaks,
dengan bercanda Ia memaki Badu yang membuatnya
kehilangan konsentrasi.
Rasanya seperti tiada akhir, semuanya berlangsung terus dan
terus. Penis berwarna hitam berulangkali berpindah dan
bergantian, mengisi mulutnya sampai ia tersedak,
membanjirinya dengan air mani di kerongkongan dan
wajahnya. Vaginanya sudah bukan barang rahasia lagi karena
semua preman di sana telah membanjirinya dengan sperma
mereka, jika sampai Anissa hamil, ia tidak akan tahu siapa
ayah anaknya karena semua orang ini telah memperkosanya
tanpa ampun. Pantatnya yang molek telah diacak - acak dan
anusnya begitu perih karena berulangkali disodomi. Dara itu
kini seperti orang lumpuh, tak bisa bergerak dan hanya
mampu terkulai pasrah, satu - satunya protes yang kini ia
lakukan hanyalah menggeram dan mengerang, tangisnya tak
berhenti mengalir sampai kering, ia kini hanyalah boneka
mainan yang jadi sumber pelampiasan kebejatan para preman.
Bagi mereka, Ia boneka yang hanya pantas diperkosa. Mereka
tidak peduli ketika ia tersedak dengan mulut masih mengulum
kontol ketika penis lain mendesak memeknya. Mereka tidak
peduli ketika mereka bersamaan membanjiri lubang -
lubangnya dengan pejuh deras. Mereka adalah binatang buas
dan gadis itu tak lebih dari seonggok daging. Parahnya lagi,
mereka sering memaksa Anissa membuka mulut untuk
mengatakan bahwa ia menikmati perkosaan ini.
"Lonte satu ini suka digangbang! Lihat nih, airnya keluar
terus! Kamu memang pelacur murahan! Lonte pinggir jalan!
Kamu suka disodomi! Kamu suka ngemuk kontol! Kamu nggak
bisa hidup tanpa ada kontol di memek! Ayo bilang kamu suka
kontol! Ayo bilang!"
"A... aku suka kontol..." desah Anissa lemah. "Aku pelacur...
aku lonte... aku suka disodomi... ngemut... kontol... memek...
aku..."
"Kamu mau kontolku kan? Ayo bilang kamu suka kontolku!"
"A... aku suka kontolmu... aku mau... aku mohon..."
Pemerkosaan bergilir dan berantai ini telah menghancurkan
kemurnian pikiran dan tubuh Anissa yang indah dengan rasa
sakit dan penghinaan. Bertubi - tubi dan bergantian penis
demi penis menjajah tubuhnya, menusuk, mendera dan
menyakitnya. Satu selesai, diganti yang lain, lalu yang lain
lagi, kemudian yang lain lagi, dan lagi, dan lagi, dan lagi...
tanpa henti.
Ketika Anissa kembali terikat di kursi, Wewengko mengincar
pantat Anissa, ia mengelus bokong mulus si cantik itu dengan
perlahan - lahan, merasakan kemulusan pantat yang bulat
indah dan putih bersih, walaupun saat ini sudah belepotan
cairan sperma dimana - mana.
"Pelacur." Ia memandang Anis dengan jijik, "coba katakan
pada kami eh, seberapa ingin pantatmu disodomi?"
Dengan berani pria berkulit gelap itu mencelupkan jemarinya
ke mulut sendiri, membasahinya, lalu mengelus bibir anus
Anis, membukanya dengan perlahan dan tanpa memberitahu,
langsung memasukkan kemaluannya yang keras seperti kayu
ke dalam anus Anissa hanya dengan satu sodokan! Anissa
melolong kesakitan dan menjerit - jerit.
"Bagaimana? Kamu bilang apa?" tanya Wewengko lagi.
Anissa sudah sangat lemah dan pasrah saat ini, dia tidak bisa
berbuat banyak dan tidak ingin melawan kecuali menuruti apa
yang mereka inginkan. "aku...aku.. mau disodomi.. aku mau
dientoti bokongnya.. pantatku...tolong entoti pantatku.. aku
akan melakukan apa saja..." kata gadis itu dengan
sesunggukan menahan rasa sakit dan perih yang luar biasa di
liang belakangnya, air matanya tak pernah kering mengalir.
"Teman - teman sudah dengar semua?" tanya Wewengko
sambil menengok - nengok ke belakang, "pelacur baru ini mau
dientotin bokongnya. Bagaimana kalau kita wujudkan saja
keinginannya eh?"
Karena tadi sudah digunakan dan masih basah, Wewengko
bisa menyodomi Anissa dengan mudah. Gerakannya ringan
dan cepat, membuat tubuh Anissa bergoyang - goyang tak
berhenti.
"Ada yang mau ikut? Masih ada lubang kosong." Tanya
Wewengko pada teman - temannya yang langsung disambut
tawa. Posisi Anis yang disetubuhi secara vertikal memang
membuat bagian depannya terekspos. Liang cintanya
mengundang birahi preman lain.
Jabrik yang tadi menghancurkan anus Anissa yang akhirnya
maju ke depan, ia menarik tangan Anis agar berpelukan
padanya sementara tangannya sibuk menempatkan ujung
gundul kemaluannya di liang kewanitaan sang dara. Tak butuh
waktu lama bagi Jabrik untuk bisa melesakkan penisnya
dalam memek Anissa. Tanpa ampun, tanpa malu, keduanya
menghukum vagina dan dubur Anissa bersamaan! Gadis itu
hanya bisa meringis menahan perasaan tak tergambarkan
yang kini dialaminya, dua penis memasuki dan menjajah
tubuhnya! Keringat deras membasahi tubuhnya yang telanjang
bulat.
"Kau menyukainya kan? Suka kan? Suka dientoti bersamaan
gini?" Wewengko menampar pantat Anissa.
Anissa menggeram sembari memejamkan mata dan
menggemeretakkan gigi menahan sakit, "I..iyaaa.. aahhhhh!!
Iyaaa!! IYAAAAAA!!"
Gadis cantik yang sedang menjadi bulan - bulanan itu tak
bisa berbuat apa - apa selain membiarkan dubur dan
vaginanya diperkosa oleh kawanan preman anak buah Pak
Bejo, dia hanya bisa merengek minta ampun saat dua penis
bergerak bersamaan memperkosanya. Setelah beberapa menit
berselang, penis ketiga muncul di depan wajahnya!
"Aku mau disepong." Kata Kemal. "Kamu suka nyepong kontol
kan?" Ketika Anissa terdiam, Kemal menjadi naik pitam.
"Jawab, lonte sialan!! Kamu suka nyepong konyol atau tidak?
Jawab!!"
"Su.....suka," kata Anissa pelan, kalimatnya bergetar karena ia
merasa sangat terhina.
"Coba katakan begini : ya, saya lonte yang suka nyepong
kontol."
Anis meneguk ludah, "ya...... saya...... lonte yang su..suka
nyepong konyol." Tubuh Anis bergetar dan terasa menciut
saat kawanan preman itu tertawa mendengar kata - katanya.
Kemal menjebloskan penisnya ke mulut Anissa dengan
kantong kemaluan menggantung di dagu sang dara. Kemal di
mulut, Wewengko di dubur dan Jabrik di vagina! Kribo
bertepuk tangan melihat ketiga liang yang ada di tubuh Anissa
dimasuki bersamaan! "Ini yang namanya asyik!" teriaknya
puas melihat tontonan hebat, seorang gadis cantik jelita
bertubuh indah dan seksi tengah diperkosa oleh tiga preman
berwajah buruk rupa secara bersamaan!
Perkosaan tiga arah ini berlangsung cukup lama, membuat
Anissa tersiksa melebihi apa yang ia rasakan sebelumnya.
Tubuhnya yang sudah lemah tergantung tak berdaya seperti
boneka yang mudah diombang - ambingkan oleh tiga pria
buas yang memperkosanya tanpa ampun. ketika penis Kemal
ditarik dari mulut, ia sempat menamparkan batang kemaluan
itu di pipi Anis. Entah batang kemaluannya yang keras atau
Anissa yang sudah sangat lemah, tamparan itu bisa membuat
kepala Anissa bergeleng dari kanan ke kiri.
Preman yang sedang menamparkan kejantanannya ke wajah
si cantik itu meraung, dari ujung gundul kemaluannya ia
menyemprotkan mani ke seluruh wajah dan mulut Anis yang
masih megap - megap mencari nafas. Semburan demi
semburan dituangkan ke wajah cantik gadis itu, sebelum
akhirnya iapun luruh dan terengah - engah di pundak sang
dara karena puas dan kelelahan.
"Aku nyerah deh, kalian lanjut." Kata Kemal pada dua
temannya yang masih asyik memasukkan penis ke dalam
bokong dan memek sang dara.
Tapi kedua teman Kribo itu juga tak mampu lagi bertahan
lama, setelah beberapa menit memperkosa Anissa dengan
brutal, mereka akhirnya mendaki kenikmatan menuju puncak,
hampir bersamaan! Tak main - main, semprotan pejuh
mereka tanamkan dalam - dalam di anus dan rahim Anissa.
Gadis itu sudah tak tahu lagi berapa banyak air mani yang
sudah masuk ke dalam rahimnya.
Anus Anissa terasa panas karena terus menerus dimasuki
kemaluan secara bergantian, mereka tidak peduli kotor atau
jijik, yang penting bisa menghajar seluruh lubang gadis cantik
itu! Anissa terguncang - guncang dan hanya bisa mengembik
kesakitan ketika kembali bokongnya menjadi sasaran. Suara
yang keluar dari bibir mungil sang dara sangat beragam,
mulai dari melenguh lirih hingga menjerit tertahan.
"Ayo bilang kamu ingin disodomi lagi, lonte sialan!" kata Badu
penuh harap.
"A... aku mau disodomi lagi..."
"Mana mohonnya?"
"Mo...mohon saya di..disodomi lagi..."
"Nah begitu."
Kembali Anissa menjerit - jerit saat anusnya diperkosa untuk
kesekian kalinya.
Mereka semua memperkosanya, menggunakannya,
membuatnya tersiksa. Semua lubang yang ada di tubuhnya.
Semuanya digunakan tanpa terkecuali, tanpa henti, tanpa
ampun. Anissa tahu semua lelaki yang ada di ruangan itu
sangat menyukai tubuhnya dan gilanya mereka memiliki cara
yang berbeda - beda memperlakukannya. Mereka begitu ingin
mempermalukan seorang gadis baik - baik yang datang dari
keluarga berada yang tidak mungkin mereka dapatkan dengan
cara biasa. Mereka memperkosa dan menghancurkan rasa
percaya dirinya, menghancurkan semangat dan mentalnya.
Tanpa rasa kasihan mereka menyodominya dengan begitu
menyakitkan, membuat mengulum penis mereka dan
menyemburkan mani dalam kerongkongannya. Sadis, brutal,
merendahkan. Mereka menganggap Anis seperti sampah,
seperti pelacur yang bisa digunakan semua lubangnya, seperti
pelacur yang mau digangbang oleh pria berkasta rendah,
seperti pelacur murahan yang hanya perlu dibayar semurah -
murahnya.
Waktu terus berjalan, terus menyayat hati dan nurani Anissa.
Tubuhnya yang kelelahan banjir oleh keringat dan cairan cinta
yang meleleh dari semua lubangnya. Wajahnya penuh lelehan
air mani, rambutnya basah oleh air mani, buah dadanya,
selangkangannya, pahanya, kakinya, semua. Ia terus menerus
digangbang, depan belakang, atas bawah, mereka silih
berganti menggunakan tubuhnya. Ia tidak tahu bagaimana
mereka bisa terus menerus mengeluarkan mani dan semangat
untuk memperkosanya, ia sudah begitu lemas, lemah dan tak
berdaya.
Tapi mereka terus saja memperkosanya dan memompa air
mani ke seluruh tubuhnya, seakan tanpa henti. Tanpa
sepengetahuan Anis, mereka semua telah minum obat kuat
dan pemacu daya tahan tubuh sehingga mampu berbuat
seperti ini.
Hingga suatu ketika, Kribo adalah yang terakhir memperkosa
memek Anissa. Kali ini ia sudah tidak bisa lagi mengeluarkan
cairan cinta, bahkan penisnya sudah sangat terasa panas.
Kawan - kawan lain mentertawakan Kribo yang sudah lemas.
"Payah! Begitu saja letoy!"
"Apa itu? sudah selesai? Begitu saja?"
Kribo mengayunkan tangan sambil bercanda dan terkekeh.
"Aku sudah lelah. Kalian teruskan saja, aku mau ke tempat
bos dulu."
"Payah!"
Kribo kembali terkekeh, ia mengambil celana dan
mengenakannya. Preman itu beristirahat sejenak, menenggak
bir yang ada di meja dan meninggalkan kawan - kawannya
yang masih lanjut mengerumuni Anissa. Preman itu
melangkah keluar gudang menuju ruang tengah yang ada di
rumah samping. Di sana, duduk di sofa yang ada di tengah
ruangan sambil menonton sinetron sambil mengocok penisnya,
adalah bandot tua pemimpin kelompok preman itu, Pak Bejo
Suharso.
###
Langkah kaki Udin terasa berat. Kepalanya pun pening.
Menyaksikan apa yang terjadi di dalam gudang membuat hati
Udin tersayat pedih, betapa tidak, ia tak menyangka Pak Bejo
akan tega memberikan Anissa pada preman - premannya
untuk diperlakukan sehina ini. Udin tidak mungkin bisa
melawan mereka, dia hanya pemuda tolol yang lemah dan
bodoh!
Udin meneteskan air mata saat ia berjalan meninggalkan
gudang, betapa tololnya dia mau terjebak ke dalam permainan
para preman ini, betapa malunya dia dulu telah
memanfaatkan kelemahan Anissa hanya untuk bisa
menidurinya. Dia tak akan pernah bisa meminta maaf
padanya, pada gadis yang untuk selamanya akan ia cintai.
Bagaimana mungkin dia berhadapan kembali dengan Anis
setelah apa yang telah ia lakukan? Ia tak akan pernah bisa
menatap mata indahnya lagi dengan jenaka. Ia tak akan
sanggup bercanda lagi seperti dulu. Ia telah berubah menjadi
pria terkutuk yang tak ada bedanya dengan para preman yang
kini tengah memperkosanya tanpa ampun!
Apa yang membedakannya dengan para begundal itu? Ia
sama menjijikkannya! Bukankah ia mengaku mencintai
Anissa? Kenapa ia malah pergi? Kenapa ia tak
melindunginya? Anis memang bukan perawan lagi, ia sudah
kotor, tapi Udin merasa ia jauh lebih kotor. Dia yang
seharusnya melindungi dan menyelamatkan, malah menggali
nafsu binatang.
Langkah kaki Udin yang meninggalkan gudang tempat Pak
Bejo dan kawan - kawan memperkosa Anis kian terasa berat.
Hendak dibawa kemana kaki ini sekarang? Seluruh dunia
seperti menatapnya jijik... benar, ia memang menjijikkan. Udin
menutup telinga rapat - rapat karena ia tak sanggup
mendengar teriakan Anissa yang masih bisa terdengar walau
samar.
Wajah cantik Anis yang berkeringat deras, tubuh telanjangnya
yang carut marut diperkosa oleh para lelaki buas, pandangan
mata indah yang dulu mempesona kini runtuh dan selalu
memohon ampun agar semuanya diakhiri... semua yang terjadi
pada Anissa menghantui langkah kaki Udin.
Ia memejamkan mata, mencoba melupakan, mencoba mencari
terang di hati dan pikiran.
Teriakan itu terdengar lagi...
Ia tak bisa membantu Anissa. Ia tak bisa...
Wajah Anissa yang mengajaknya makan siang di kampus
terbayang dengan manis dan lembut...
Ia tak bisa membantu Anissa. Tak bisa...
Suara mesra Anissa saat memanggil namanya tak akan
pernah ia lupakan...
Anissa... Anissa!
Batin Udin bergejolak, perasaannya... perasaannya pada Anis...
Ini semua salah! Semuanya salah! Kenapa ia malah pergi?
Kenapa ia justru lari?!! Ada yang harus dia lakukan! Ada
sesuatu yang bisa ia lakukan untuk Anissa! Ada yang bisa
membuatnya kembali menjadi manusia! Batinnya..
perasaannya... semua meyakinkan Udin kalau dia tidak akan
pernah sanggup dan tega meninggalkan Anis di dalam sana,
menjadi mangsa para pria menjijikkan yang memanen
keindahan tubuhnya.
Ia tidak sanggup.
Ia tidak boleh seperti ini...
Ia bukan orang seperti mereka!
Ia tidak dididik menjadi orang tidak bermoral seperti mereka!
...demi dewa, apa yang telah dia lakukan? Apa yang telah
membuatnya sesat?
Ia memang telah kotor, tapi ia masih bisa menyelamatkan
Anis. Ia masih bisa! Ia yakin masih bisa! Persetan dengan
bajingan tengik seperti Pak Bejo dan kawan - kawannya! Udin
tahu apa yang terbaik dan yang terbaik adalah
menyelamatkan Anissa! Seandainya ini semua membuatnya
harus masuk bui, tapi ia tahu mana yang baik dan mana yang
buruk!
Masih ada waktu! Masih ada waktu!
Udin berlari sekuat tenaga.
Masih ada waktu!
###
"Halo, Bos? Baru sibuk?" kekeh Kribo yang menangkap basah
Pak Bejo bermasturbasi.
Pak Bejo cuek sembari melanjutkan 'pekerjaannya' tanpa
merasa risih sedikitpun. "Percayalah, nak. Marsha Timothy ini
cewek yang hot sekali. Sekali waktu aku ingin menidurinya.
Kebetulan aku ada teman yang bekerja di bidang foto artis di
studio Naga Langit, pernah dengar? Dia biasa menjebak artis
- artis dengan obat bius di minuman untuk membuat mereka
pingsan dan mengambil foto mereka saat telanjang. Setelah
itu memaksanya bercinta dengan ancaman akan menyebarkan
gambar ke internet, saudara, orang tua dan teman."
Kribo menganggukkan kepala setuju saat ia melongok ke TV,
Marsha Timothy yang mengenakan kaos ketat dan celana hot
pants memang tidak bisa dilewatkan, tapi gadis yang ada di
gudang juga tidak kalah hot. "Bos. Sepertinya cewek itu
sudah mau pingsan, yakin tidak mau ambil bagian?" tanya
Kribo pada Pak Bejo yang awalnya cuek.
"Gila kalian, aku kira sudah berhenti sejak tadi sore. Sudah
berapa jam kalian perkosa dia?"
"Cukup lama juga, kami tidak menghitung waktunya."
"Bagaimana keadaannya?"
"Sejauh ini masih sadar, tapi dia sudah di ambang batas."
Kata Kribo, "kalau Bos mau pakai, sekarang saatnya.
Mumpung cewek itu masih sadar."
"Baguuuus!" Pak Bejo memasukkan batang zakarnya ke
celana, bangkit dari kursinya dan berjalan menghampiri Kribo,
ia menepuk bahu anak buahnya itu dengan bangga, "gadis itu
komoditi bagus yang bisa dijual kemana saja, jangan biarkan
ia sakit, pingsan berlebihan atau mati. Layani dia dengan
layak setelah ini, aku tidak ingin punya budak seks yang kurus
kering karena kelaparan dan kedinginan. Aku ingin dia tetap
seksi dan montok."
"Siap, Bos."
"Tapi saat ini kontolku juga sudah tidak tahan ingin masuk
lagi ke memek sempit lonte sialan itu."
Kribo tertawa, "silahkan saja dipakai, bos. Kami semua sudah
mencicipi."
"Ya... ya... kamu kembalilah dahulu ke gudang, nanti aku
susul."
"Siap, Bos."
Saat kakinya hendak melangkah keluar, Kribo jadi teringat
sesuatu.
"Si Udin kemana, Bos? Kok tidak kelihatan?"
"Mana aku tahu?! Dia tidak menyusul kalian?
"Tidak bos, dia tidak kelihatan sejak awal."
"Ah, paling - paling dia ke WC. Dia kan pecundang, takut lihat
ceweknya kalian perkosa habis - habisan. Sudah, nanti juga
dia datang lagi minta jatah. Kamu balik saja ke gudang."
"Siap, Bos."
Kribo pun melangkah keluar, namun ia beristirahat sebentar di
luar gudang. Preman sadis itu sempat menghabiskan
sebatang rokok sebelum kembali ke dalam. Semua kawannya
duduk bermalas - malasan di dalam, beberapa sudah mulai
memakai baju, yang lain sedang membersihkan kemaluan
mereka menggunakan pakaian yang diambil dari tas milik
Anissa. Beha dan celana dalam menjadi kain pembersih
favorit mereka.
Hampir semua orang yang ada di situ menatap ke arah si
cantik yang tak berdaya. Tubuhnya yang sudah carut marut
karena diperlakukan dengan kejam masih terikat di kursi,
pantatnya masih tersumbat dildo yang masih bergerak karena
baterainya tidak dimatikan dan cairan cinta yang bercampur
melekat hampir di semua bagian tubuhnya. Entah darimana
dildo itu berasal, Kribo tak tahu. Melihat kondisi sang gadis,
preman itu sedikit merasa iba melihat seorang wanita bisa
diturunkan derajatnya seperti ini.
Suara erangan yang keluar dari mulut Anissa mengingatkan
Kribo sewaktu mereka menggilir mulut mungil Anis dan
menyemprotkan air maninya ke wajah si cantik itu. Kini
hampir seluruh wajah Anissa tertutup oleh masker mani yang
belepotan. Dia hampir tak bisa dikenali. Satu desahan pelan
dan lembut keluar dari mulutnya, sedikit terdengar seperti
menggelembung karena masih adanya mani yang tersimpan di
mulut. Bibir kemaluan Anis kini berwarna merah terang,
terbuka dan membengkak dengan cairan cinta meleleh dari
semua bagian dan menetes hingga lantai.
Kribo berjalan mendekat dan memegang rantai anjing yang
mengikat leher Anissa. Wajah gadis itu sudah tidak karuan
lagi, penuh air mani dan terlihat pucat tanpa nyawa. "Kamu
kelihatan cantik, sayang. Beginilah seorang lonte seharusnya
terlihat."
"Aku menunggu lama untuk bisa melihat seorang lonte
diperlakukan seperti ini," kata Pak Bejo saat ia melangkah
masuk ke ruangan, ia melepas celananya, meletakkannya di
sebuah meja dan berjalan menuju Anis yang wajahnya
berantakan. Kribo menarik rambut Anis agar si cantik itu
menengadah melihat Pak Bejo.
"Sepertinya seseorang baru saja bermain cinta habis -
habisan," goda Pak Bejo tanpa perasaan, "kamu terlihat
seperti seekor babi yang baru saja bermain di lumpur, anak
manis. Kamu adalah sampah hidup paling kotor yang pernah
aku lihat!"
Anissa tak bergeming, ia memang sudah tak mau dan tak
bisa lagi melawan. Ia sudah tidak peduli apa kata dan
perbuatan mereka.
"Lihat apa jadinya kamu sekarang, manis?" gelak Pak Bejo.
"Itu akibatnya kalau kamu berusaha lari dariku. Kamu hanya
akan menjadi lonte murahan yang diperkosa beramai - ramai
oleh orang - orang rendahan seperti anak buahku. Kamu jadi
sesosok tubuh tanpa jiwa yang hanya tahu bagaimana ngewe
dan membuka kaki lebar - lebar buat jalan masuk kontol!
Yang lebih parah lagi aku tahu kamu sangat menyukai hidup
seperti ini!"
Sembari mengoleskan sejumlah besar air mani yang
ditumpahkan ke wajah Anissa dengan kemaluannya sendiri,
Pak Bejo menggoda gadis muda yang malang itu, "kamu ini
kalau makan sering belepotan. Biar aku bantu."
Jabrik, Badu dan Kribo semuanya maju untuk melihat.
Tanpa merasa jijik, dengan menggunakan penisnya yang
mengeras seperti kayu layaknya sebuah sekop, Pak Bejo
mengumpulkan air mani yang ada di wajah Anissa dan
melesakkannya masuk ke dalam mulut mungilnya yang
terbuka lebar. Tegukan demi tegukan terdengar saat Anis
menelan semua pejuh yang masuk ke mulutnya. Terakhir
sekali sembari memegang kepala Anissa, Pak Bejo melesakkan
penisnya ke dalam mulutnya.
Tanpa mempedulikan bagaimana kondisi Anissa, Pak Bejo
berpikir dengan santai, dia hidup menyenangkan. Lihat saja
saat ini, seorang wanita yang teramat molek dan seksi ada
dalam kuasanya, dia bisa melakukan apa saja dengan gadis
ini, termasuk mengisi mulutnya dengan penisnya yang gemuk
tanpa perlawanan sama sekali.
Untuk beberapa lama, Pak Bejo memperkosa mulut Anissa
sampai ia mencapai puncak kenikmatan. "Buka matamu lebar
- lebar, anak manis. Aku ingin melihat matamu yang indah
saat aku mengucurkan pejuhku."
Anissa membuka matanya perlahan, namun susah sekali
karena dia sangat lemah. Anis hanya bisa membuka sebelah
matanya.
"Ini dia!!" raung Pak Bejo sekuat tenaga. Tubuhnya bergetar
saat ia merasakan sendiri luncuran cairan mani melesat dari
dalam tubuhnya ke dalam mulut si cantik itu. Sekali lagi,
cairan cinta meleleh dari pinggir bibir Anissa, menetes hingga
turun hingga ke dagunya.
"Sudah? Pak Bejo mau apalagi?" bisik Anissa lemah karena
kelelahan.
"Kita akan bersama selamanya, Anissaku yang cantik. Aku
akan menggunakan memekmu setiap malam tanpa henti, aku
akan membawa serta teman - temanku agar mereka juga
bisa memakai semua lubangmu. Intinya, apapun yang aku
minta, kau akan lakukan dengan sepenuh hati." Kata Pak Bejo
yang menginginkan agar Anissa menjadi budak seksnya, untuk
melakukan apapun yang ia minta, untuk menjadi pelacur
seandainya ada orang yang mau membayar.
Dengan kondisinya yang sudah seperti ini, apa gunanya
melawan dan menolak? Anissa sudah terlampau lemah.
"Anak manis, aku ingin mendengar kau mengulang kata -
kata yang tempo hari kau ucapkan saat kita bercinta..." bisik
Pak Bejo di telinga Anissa sambil mengarahkan hapenya ke
wajah mereka berdua. "...dan jangan lupa tersenyum saat
mengatakannya."
Anissa yang sudah tak berdaya berusaha untuk membuka
mata tapi susah sekali. ia hanya bisa berkata pelan, "A...aku
mencintaimu, Pak Bejo."
Bejo Suharso, preman dan pemerkosa itu tertawa terbahak -
bahak diikuti oleh kawanannya. Tingkah laku mereka mirip
serigala yang meraung bersamaan di bawah cahaya bulan
penuh yang menerangi langit malam.
Pak Bejo yang keji puas.
Ya, dia puas!
Dia sangat puas!
###
Seperti hari - hari biasa, suasana perpustakaan kampus X
sangat tenang siang itu. Sebagian mahasiswa yang berada di
sana sibuk mencari bahan untuk kuliah atau skripsi. Satu
diantaranya adalah seorang gadis cantik berambut panjang
yang diikat ekor kuda. Kulitnya yang putih dan wajahnya yang
berbinar membuat gadis ini gampang dikenali dari kejauhan,
apalagi dia juga pernah beberapa kali menghias sampul
majalah sebagai model sehingga kecantikannya tidak asing
lagi. Beberapa pemuda sengaja masuk ke perpustakaan hanya
untuk duduk di dekat si cantik ini.
Namun wajah itu kini begitu serius, selain mencoba menyalin
beberapa bagian keterangan dari buku yang ia baca, ia juga
nampak sangat sedih. Satu pikiran menggelayut di benaknya
dan terus menganggu tak mengijinkannya berkonsentrasi.
Gadis yang sedang membaca itu bernama Aprilia Ussy
Indriani, panggilannya Ussy, sahabat Anissa.
Sebagai seorang sahabat, Ussy benar - benar khawatir
dengan keberadaan Anis yang hingga kini masih belum
diketahui dimana. Anis nampak begitu berbeda dan aneh akhir
- akhir ini sehingga beribu pikiran buruk membuat Ussy
gelisah. Terlebih lagi ketika terakhir kali mereka bertemu, Anis
juga tidak pernah lagi pulang bersama tunangannya, Dodit.
Apa gerangan yang membuat Anis menjadi seperti ini?
Ussy mendesahkan nafas yang amat panjang, dia tidak bisa
berbuat apa - apa lagi kecuali berharap ada yang
menolongnya dengan memberitahukan keberadaan Anis.
Keluarga Anis sudah menghubungi pihak yang berwenang
sehingga mereka semua hanya bisa berharap. Ada di mana
sebenarnya Anissa?
Saat Ussy menghela nafas untuk yang kedua kalinya, tiba -
tiba pintu perpustakaan terbuka lebar dengan kerasnya,
mengagetkan semua orang yang ada di dalam. Petugas
perpustakaan pun bangkit dari duduknya dan menghardik
marah, "siapa itu yang masuk ribut - ribut? Ini perpustaka..."
Belum selesai kata - kata sang petugas perpustakaan,
sesosok tubuh lunglai berlari ke arah Ussy. Semua yang di
dalam makin kaget karena mereka mengenal sosok yang
sangat kumuh, kotor, berdebu dan berkeringat deras ini,
bukankah ini Udin?
"Cepat... cepat... kita... harus... menolong... menolong... Anis...
cepat..." kata Udin dengan suara patah - patah pada Ussy.
Suasana di sana langsung gempar. Banyak orang yang
mengenali Udin dan Ussy mendekat untuk mencari tahu,
mereka bertanya - tanya apakah yang sedang terjadi? Kenapa
Udin masuk ke perpustakaan dengan cara seperti ini?
"Apa maksud kamu, Din?" Ussy mengernyitkan dahinya
sembari menutup buku yang ia baca. Detak jantung Ussy
berdebar dengan kencang. Penampilan Udin kacau balau dan
berantakan. Dia juga sangat bau seperti sudah beberapa hari
tidak mandi namun justru itu yang membuat Ussy penasaran,
dia tahu pasti Anis sudah beberapa hari ini menghilang -
kalau Udin tahu sesuatu tentang itu...
"Anis... dia... Anissa... dia... dia... aku tahu dimana dia..." mulut
Udin yang masih megap - megap mencoba mengeluarkan
kata yang dia inginkan walaupun seluruh kalimat seperti
tercekat di dalam tenggorokannya, terasa berat sekali rasanya
berucap. Betapa Udin seperti ingin membatukkan apa yang
ada di dada, menumpahkan semua kata. Dia orang jahat, dia
orang busuk, dia telah membuat Anis menderita, tapi dia tidak
akan membiarkannya lama - lama, dia harus menyelamatkan
gadis yang sangat ia cintai itu... "cepat... cepat... selamatkan
Anis..."
Udin ambruk dengan lemas ke lantai, mengagetkan Ussy yang
langsung menjerit, mengagetkan semua orang yang ada di
sana.
"Udin? Kamu kenapa, Din? UDIN?!! UDIIIN!??? Tolooong!
Toloooong!!"
Suara panik Ussy menggema di perpustakaan itu.
###
Anissa semakin tenggelam dalam khayal yang dalam, daya
pikirnya melemah, tubuhnya sudah tak bisa dikendalikan lagi.
Ia merasakan detak jantungnya sendiri melemah dan tarikan
nafasnya kian tipis. Ia bahkan tak mampu lagi mengeluarkan
suara selain erangan, ia sudah benar - benar tidak kuat lagi
bertahan.
Mungkinkah sebentar lagi ia akan mati?
Mungkin lebih baik begitu.....
Tubuhnya yang lemah terbaring tanpa daya di tikar, sementara
kelompok preman Pak Bejo beristirahat di sekeliling Anissa,
menunggu kembalinya nafsu mereka untuk meneruskan
pemerkosaan terhadap gadis malang itu. Mereka duduk dan
bercanda sambil bermain kartu, minuman keras dan makanan
kecil ditebarkan begitu saja di sekitar gudang.
"Kalian sudah capek? Aku lagi, ya? Gadis satu itu memang
cantik, cuma istirahat sebentar sudah bisa bikin naik lagi."
Pak Bejo tertawa melihat penisnya kembali menegang hanya
dengan melihat Anissa yang telanjang terbaring tanpa daya,
kawan - kawannya pun tertawa dan mempersilahkan pria tua
itu menikmati kembali nikmat liang cinta Anissa.
Pria tambun berwajah buruk itu berdiri dan melangkah menuju
si gadis malang. Baru tiga langkah ia berjalan, tiba - tiba
pintu depan dibuka dan cahaya terang lampu senter menyorot
wajahnya! Siapa yang membuka pintu? Sejak kapan pintu itu
tidak dikunci?
"Hei! Siapa nih main - main?" teriak Pak Bejo marah.
Sambil mengejapkan mata, Pak Bejo mencoba melihat siapa
yang dengan kurang ajar menyorotkan lampu senter ke
arahnya. Pria tua itu makin jengkel karena orang itu hanya
berdiri saja di pintu tanpa menjawab, dari sosoknya, orang itu
adalah seorang lelaki. Lampu senter yang disorotkan pria itu
akhirnya dimatikan dan Pak Bejo bisa melihat siapa
sebenarnya yang telah datang. Preman tua itupun terbelalak
melihat siapa yang baru saja datang! Ia tak percaya ini!
Bagaimana mungkin?!!
Pak Bejo pucat pasi. Wajah itu... adalah... adalah...
...Paidi!!
"Bajingan tengik! Berani - beraninya kau muncul di sini!" maki
Pak Bejo marah, ia berbalik meninggalkan Anissa, mengambil
sebatang kayu yang ada di lantai dan membawanya untuk
menghadapi Paidi. Dia tidak tahu bagaimana Paidi bisa
menemukan tempat ini ataupun bagaimana orang itu bisa
datang di saat yang tidak tepat, tapi dia berniat mengakhiri
kesombongan sang mantan napi itu sekali untuk selamanya!
Pria gemuk itu berkacak pinggang menantang Paidi. Bisa apa
si kurus kering ini di hadapan Kribo, Yono, Wewengko dan
yang lain?! Mereka akan mengeroyoknya sampai mampus!
Biar tahu rasa dia!
Penuh kegeraman, Pak Bejo mengancam. "Bagus kalau kau
datang! Kami akan beri kamu pelajaran supaya jangan sok
tahu!"
Badu, Jabrik dan Kribo yang tempo hari dihajar Paidi berdiri di
belakang Pak Bejo dengan wajah penuh amarah, mereka juga
punya dendam yang harus dibayar lunas!
Paidi tersenyum sinis, wajahnya tenang dan ia tak mundur
selangkah pun menghadapi Pak Bejo dan preman -
premannya. Ia justru menyilangkan tangan sembari maju
beberapa langkah, sebelum maju Paidi membuka pintu lebih
lebar dan dibelakangnya muncul deretan pria - pria kekar
yang berwajah garang, jauh lebih garang dari Pak Bejo dan
kawanannya! Satu orang masuk, dua orang, tiga orang, empat,
lima, enam... berapa sebenarnya jumlah mereka? Susul
menyusul orang berwajah kekar masuk ke gudang dan
menatap marah kawanan Pak Bejo!
Ketika orang terakhir masuk, Pak Bejo akhirnya sadar jumlah
lawan mereka lebih dari duapuluh orang dan tidak ada yang
menatap ramah. Dari ukuran tubuh, kawanan yang dibawa
Paidi jauh lebih besar dan kekar dibanding kawanan Pak Bejo.
Kawanan preman anak buah Pak Bejo yang sebagian masih
ada yang telanjang buru - buru memakai celana dan tentu
saja sedikit bergidik menghadapi rombongan orang yang
datang. Mereka mundur teratur, apa - apaan ini? Siapa
mereka? Siapa yang diajak Paidi datang ke sini?
"Ini kawan - kawanku saat masih di penjara dulu, Pak Bejo."
Kata Paidi tanpa ekspresi. "Kami akan mengambil Anissa
kembali dengan atau tanpa persetujuanmu dan
mengembalikan gadis itu pada keluarganya. Oh, dan kami
tidak akan mengampuni kalian setelah apa yang kalian
lakukan terhadap neng Anissa, itu sudah pasti. Kalian tuntas
malam ini."
Walaupun mendengar namanya disebut, Anissa hanya
mengerang tak berdaya saat melihat kedatangan Paidi, ia
sudah terlalu lemah untuk mengetahui apa yang terjadi. Ia
juga hanya bisa mengerang saat teman - teman Paidi
menyerang Pak Bejo sambil mengeluarkan suara nyaring yang
nyaris memekakkan telinga. Tak lama kemudian terdengar
suara gaduh disusul jeritan kesakitan yang menyayat. Entah
kenapa, suara teriakan minta ampun dari Pak Bejo, Kemal,
Yono, Wewengko dan yang lain terdengar menyenangkan bagi
gadis itu.
Paidi mendekati Anissa, melepaskannya dari ikatan dan
memberikan jaketnya untuk menutup tubuh telanjang gadis
itu.
"Semua sudah aman... kami datang untuk
menyelamatkanmu.." Dengan menggunakan kain handuk kecil,
Paidi membersihkan wajah Anissa agar ia bisa lebih mudah
bernafas. "Mas Dodit, Bu Alya dan yang lain ada di depan
menunggu kita."
Anissa hanya bisa mengeluarkan erangan pelan dan
meneteskan air mata kembali.
Kembali Paidi berbisik, "Semua sudah aman sekarang.."
Anissa memejamkan mata dan tersenyum.
###
Paidi dan Dodit membawa Anissa meninggalkan gudang dan
meletakkannya di ruang tengah rumah sebelah dimana
terletak sofa panjang. Alya, Lidya dan Ussy langsung
menangis melihat kondisi Anissa yang mengenaskan. Mata
Anis terbuka tapi pandangannya jauh seperti tak sadarkan diri,
nafasnya satu dua dan dari mulutnya hanya keluar erangan
yang tak jelas.
Ussy mengeluarkan tissue dan langsung membersihkan
bagian tubuh sahabat karibnya yang kotor dan basah. Dodit,
Alya dan Lidya ikut membantu. Tangan Anissa terkulai lemas,
wajahnya sayu dengan cairan mani berlumuran di sekujur
tubuhnya. Dodit terus menerus menciumi dahi Anis yang telah
bersih dan mendekapnya hangat. Ia juga terus berusaha
mengajak bicara tunangannya itu tapi Anissa tak menjawab
sepatah katapun. Wajah pemuda itu terlihat sangat khawatir.
Paidi membungkuk untuk memeriksa Anis, ia memeriksa mata,
detak jantung dan luka - luka yang mungkin diderita
tunangan Dodit itu.
"Bagaimana dia?" tanya Dodit.
"Keadaan Neng Anissa cukup parah, kita harus membawanya
ke rumah sakit, segera." Jawab Paidi saat melihat kondisi
Anissa yang menyedihkan, "kawanan preman itu
memperkosanya tanpa ampun. Seandainya kita terlambat
datang, mungkin saja ia bisa mati."
"Pak Bejo memang bajingan!" maki Lidya marah.
Alya segera mengeluarkan kunci mobilnya, "Ini pakai mobilku
saja. Akan terlalu lama kalau menunggu mobil ambulance
datang, apalagi rumah sakit tidak jauh kalau kamu ngebut.
Kami akan baik - baik saja karena orang - orang sialan itu
sudah tidak berdaya, apalagi polisi sebentar lagi juga datang.
Mas Paidi tolong antar Dodit, Ussy dan Anis ke rumah sakit."
"Baik, Bu. Saya akan jemput Bu Alya dan Bu Lidya setelah
menurunkan Neng Anissa." Jawab Paidi.
Sambil menunggu Anissa diberi pakaian layak dan
dipersiapkan menuju rumah sakit, Paidi berlari menghampiri
kawan - kawannya yang masih duduk menjaga kawanan Pak
Bejo. Semua kawanan Pak Bejo sudah tak berdaya,
mengerang kesakitan karena dikeroyok. Mereka terkulai di
lantai dengan wajah babak belur bahkan ada yang patah
tulang.
"Aku tidak bisa berjaga berlama - lama, harus mengantarkan
Neng Anissa ke rumah sakit. Kalau boleh minta bantuan sekali
lagi, aku harap kalian bersedia jaga di sini sampai nanti polisi
datang, pastikan tidak ada satu bajingan pun yang lolos."
Kata Paidi.
"Jangan khawatir. Kamu jaga diri. Begitu polisi datang, kami
pergi." Seorang pria berkulit gelap, berwajah burik dan berusia
sekitar empatpuluh tahun menjawab.
"Terima kasih Mas Wakidi dan yang lain... terima kasih banyak
atas bantuan kalian," kata Paidi. Kawan - kawan Paidi
menepuk pundaknya seakan berterima kasih, selama ini, Paidi
selalu membantu mereka tanpa pamrih, ini saatnya bagi
mereka untuk membalas jasa.
"Kapan saja butuh bantuan, hubungi kami lagi." kata orang
yang bernama Wakidi. Ketika Paidi hendak beranjak pergi,
Wakidi yang kikuk menahan sebentar. "Anu... tapi... aku
sebenarnya mau sekalian pamit. Teman - teman yang lain
mungkin bisa membantu menjaga orang - orang sialan ini
untuk beberapa saat ke depan, tapi kami berenam harus
segera pergi karena.. kamu tahu sendiri status kami masih
pelarian. Kami tidak bisa bertemu polisi."
"Kemana kalian akan pergi?" tanya Paidi lagi sambil melihat
lima orang yang berdiri gelisah di belakang Wakidi karena
takut polisi akan segera datang. Dia tidak begitu mengenal
mereka sebaik Wakidi. Kalau tidak salah nama mereka
Rustam, Asep, Bagong... dan ia tidak kenal yang lain.
"Entahlah, kami berpikir akan pergi ke pantai dan pergi ke
pulau lain."
Paidi mencabut dompetnya dan menarik secarik kertas
bertuliskan nama dan alamat seseorang. "Ini alamat temanku,
dia tinggal di pantai dan sudah berjanji akan memberikan
kapal gratis untuk aku seandainya aku minta, dulu aku pernah
membantunya hingga dia bisa bebas dari penjara. Kalian bisa
kesana dan ambil kapal itu."
Wakidi mengambil kertas itu dan mengangguk - angguk
sambil mengucapkan terima kasih, matanya berkaca - kaca.
"aku tidak tahu apa yang bisa kami beri..."
"Sudah, yang penting kalian semua selamat. Berhati - hatilah,
semoga kalian mendapatkan yang terbaik. Jangan lagi
berbuat jahat." Kata Paidi sambil berlari. Ia menengok ke
belakang dan tersenyum pada Wakidi, "cuaca laut sedang
buruk, hati - hati."
Wakidi mengangguk dan tersenyum.
Dodit dan Paidi segera bergegas membopong Anissa yang
sangat lemah ke mobil diikuti oleh Ussy yang datang
membantu. Alya dan Lidya hanya bisa melihat dengan
pandangan iba, kedua kakak beradik itu berpelukan. Air mata
tak berhenti menetes dari pelupuk mata mereka. Kasihan
sekali nasib Anissa. Alya tak mengira Pak Bejo bisa sekejam
ini.
Seperempat jam setelah mobil Alya pergi membawa Anis
meninggalkan gudang tua, beberapa mobil polisi datang.
###
Raungan sirene polisi mengaung tanpa henti. Masyarakat
sekitar yang penasaran apa yang terjadi bergerombol di
sekitar gudang tua tempat Pak Bejo menyekap Anissa. Tanpa
tahu permasalahannya, satu dua orang warga nekad maju
untuk sekedar memukul anggota gang preman yang sedang
digiring masuk ke truk satu persatu untuk dibawa ke kantor
polisi. Pak Bejo, Jabrik, Badu, Yono, Kemal dan Wewengko
semua tertangkap. Hanya Kribo yang tak terlihat, entah
dimana dia berada. Sepertinya dia berhasil meloloskan diri.
Polisi sebenarnya datang terlambat karena anak buah Pak
Bejo semua sudah babak belur setelah dihajar teman - teman
Paidi. Saat sirene polisi datang, teman - teman Paidi lari dan
berpencar karena ada sebagian dari mereka yang hanya bebas
bersyarat, kalau sampai tertangkap tangan sedang main
hakim sendiri, mereka bisa masuk bui kembali. Saat kawanan
Pak Bejo ditangkap polisi, hanya ada sekitar empat belas
orang tersisa.
Pak Bejo digiring terakhir, walaupun sudah tertangkap dan
diborgol, sifat arogannya masih terlihat dengan senyum yang
tak pernah hilang dari wajahnya.
Dengan darah yang mengucur dari pelipisnya orang tua bejat
itu kesulitan menggunakan indera penglihatan, Pak Bejo
memicingkan mata untuk melihat dua sosok tubuh yang
sepertinya sudah sangat ia kenal dan melihat Alya serta Lidya
memandang kearahnya dengan pandangan marah dan jijik.
Pria tua yang tangannya sudah diborgol itu malah tertawa. Ia
yang sedang digiring beberapa orang polisi masih sempat
mendekati Alya dan Lidya, para polisi itu langsung
mengencangkan pegangan mereka.
"Ini belum berakhir... semua belum berakhir... lihat saja nanti...
aku pasti kembali..." tawanya yang serak terdengar parau dan
tidak nyaman didengarkan. "Kau akan melayaniku lagi..
dengan penuh kepatuhan.." kata Pak Bejo pada Alya, ia melirik
ke arah Lidya, "..dan kau bersiaplah menjilati kontolku..."
Alya menggelengkan kepala. "Tidak. Semua sudah berakhir.
Kamu akan membusuk di penjara, bajingan jahanam!"
Pak Bejo tertawa terbahak - bahak.
Pak Bejo menundukkan kepala ketika dia digiring ke mobil
polisi, beberapa orang yang berkumpul di tempat itu memaki
- makinya, beberapa bahkan sempat melayangkan pukulan ke
arah kepala dan tubuh Pak Bejo. Wajahnya juga masih berbilur
biru karena sempat dihajar Paidi tadi.
Di kejauhan, dua sosok manusia sama - sama mengepulkan
asap rokoknya dengan tenang. Mereka tahu apa yang terjadi
dan mereka sebelumnya juga sudah memperingatkan Pak
Bejo. Kalau ada apa - apa yang terjadi sekarang, itu jelas di
luar tanggung jawab mereka. Mereka juga tidak takut akan
diseret oleh Pak Bejo ke pengadilan karena keduanya sudah
menyiapkan alibi yang sangat kuat dengan bantuan teman -
teman mereka. Kalau Pak Bejo jatuh, dia harus jatuh sendiri.
Itu resiko yang sudah dia ambil karena tidak mengikuti
anjuran mereka.
Dua orang itu adalah Imron dan Pak Kobar.
"Kita pergi sekarang?" tanya Pak Kobar.
Imron melepas rokok yang ia hisap, dilempar ke tanah dan
menginjaknya pelan. Pria buruk muka itu mengangguk dan
tersenyum lebar pada Pak Kobar. Dia sudah punya rencana
baru untuk membuat kampus menjadi mimpi buruk bagi
seorang dosen cantik. "Pak Kobar kenal Bu...."
Percakapan mereka tak terdengar lagi begitu mereka berbalik
dan berjalan menuju kegelapan. Setelah beberapa saat hanya
siulan Imron yang terdengar lamat - lamat.
Keduanya hilang ditelan malam tanpa seorangpun melihat
keberadaan mereka.
###
Beberapa minggu kemudian, di tempat lain...
Dina menguap sambil meletakkan novel yang baru ia baca di
atas meja di samping kursi santainya, capek sekali rasanya
beberapa hari ini. Apa sebaiknya tidur saja? Besok ada janji
dengan seorang klien penting yang harus ia dapatkan
kontraknya sehingga ia harus bangun pagi - pagi sekali agar
tidak terkena macet di jalan. Mungkin memang lebih baik
tidur saja sekarang, apalagi suami dan anak - anak juga
sudah terlelap jauh lebih awal dan para pembantu sudah
kembali ke kamar masing - masing.
Sebelum beranjak untuk mematikan lampu, mata Dina terpaku
pada surat kabar yang ada di atas meja, tepatnya pada satu
berita yang secara tidak sengaja ia baca judul artikelnya. Dina
yang risih mengangkat koran dan mulai membaca berita yang
menarik minatnya itu.
"Hari ini, seorang dosen ternama dari Fakultas X Jurusan X
Universitas X, sebut saja namanya Dn (xx tahun) ditemukan
tewas dirumahnya di kawasan X, pria setengah baya ini
diduga keras meninggal dunia karena bunuh diri karena tidak
nampak adanya tanda - tanda penganiayaan dan meninggal
dengan cara gantung diri. Saat ini polisi masih terus
melakukan olah TKP untuk mendapatkan keterangan yang
lebih lengkap. Almarhum meninggalkan seorang istri dan dua
orang anak yang masih bersekolah yang pada saat kejadian
sedang tidak berada di rumah karena berlibur di Bali. Selain
surat wasiat, Dn juga meninggalkan sepucuk surat pendek
yang berisi permohonan maaf karena telah menyakiti
perasaan sang istri dan mengaku tidak sanggup menahan
beban dan dosa lebih lama lagi. Berdasarkan penelusuran ke
pihak akademik, almarhum diduga keras terkait dengan
skandal joki tes masuk Universitas X yang akhir - akhir ini
merebak di media massa dan merugikan para korban hingga
ratusan juta rupiah. Pihak universitas konon sudah
melayangkan surat resmi pemanggilan pertanggungjawaban
kepada almarhum namun sebelum sidang dimulai, Dn sudah
melakukan bunuh diri, hal ini makin menguatkan..."
Dina menggelengkan kepala. Aneh - aneh saja sekarang ini,
dosen terkenal kok jadi joki, eeh begitu dipanggil untuk
pertanggungjawaban malah bunuh diri. Bukankah itu sama
saja mengakui perbuatannya? Lagipula gaji dosen kan besar,
kok mau - maunya dia jadi joki yang paling - paling tidak
seberapa besar dapat persennya? Udah gitu bunuh diri pula,
benar - benar pengecut yang tidak berani melangkahkan kaki
menuju masa depan.
"Mama Dina sudah makan?"
Terdengar kata - kata lembut dari pintu yang terbuka. Dina
tersenyum melihat Dudung membawakan roti tawar yang
dioles dengan selai yang sedikit berantakan dan susu karton
yang diambil dari lemari pendingin. Dia pikir tadi suaminya
sudah tidur, Dina pun segera meletakkan koran yang ia baca.
"Belum. Mau makan sama - sama?" Dina berbohong, dia tadi
sebenarnya sudah makan malam, tapi ia tidak tega
menyaksikan Dudung memberinya perhatian berlebih dengan
membuatkan roti dan membawakan susu. Dengan gerakan
elegan Dina melangkah ke arah Dudung dan mencium bibirnya
dengan lembut. "Kita makan sama - sama yuk."
Dina menggandeng Dudung yang tersenyum untuk duduk di
meja.
Dina tak peduli lagi seberapa larut malam ini.
Mereka berdua makan bersama.
###
BAGIAN SEBELAS
TAMAT

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

2 komentar:

Updat malam video hot
5 Top level
1.==>> Hot memek tembem
2.==>> perawan pecah
3.==>> Gadis desa
4.==>> Tante sangek
5.==>> Cabe cabean
Silahkan klik link di atas untuk me ngunduh video

Updat cerita sex tahun baru saya sajikan khusus cerita sex Melayu inilah
Kisah nurul suhana==>> klik untuk membaca
Cerita sex Jiran bersusu ==>> klik untuk membaca
Cerita sex jeritan Anna ==>> klik untuk membaca
Cerita sex janda muda ==>> klik untuk membaca
Cerita Budak 13 thn ==>> klik untuk membaca

permisi kakak2 numpang promo ya
yang suka main poker dan domino online, mari gabung di sini bersama kami di www.saranapelangi.com. kini hadir dengan 7 permainan yang dapat dimainkan dalam 1 website. dapatkan jackpot hingga ratusan juta setiap harinya. gak mau kalah teruskan main poker dan domino online ? ayo buruan gabung bersama kami di www.saranapelangi.com

Saranapelangi.com adalah satu - satunya Website Dengan Player VS Player Tanpa Menggunakan Bot (tanpa ROBOT) 100% Fair Play!!!

Hot Promo Dari SaranaPelangi!!!
*Bonus Rollingan Sebesar 0,5%
*Bonus Refrensi Sebesar 20%

Tunggu Apalagi?!, Ayo Gabung Dan Main Bersama Kami!!!


Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami di www.saranapelangi.com atau melalui android kami.

- BBM : 2B47BB9C
- CALL : +855964972098
- WEECHAT : saranapelangi
- SKYPE : saranapelangi
- EMAIL : saranapelangi99@yahoo.com
- FACEBOOK : saranapelangi99@yahoo.com

WWW.SARANAPELANGI.COM

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.