Kamis, 05 Maret 2015

Liburan Birahi 8: The Game III

"Mang,, tempat gamenya pindah ya?,, kemana?,," tanya Aida, berjalan
beriringan dengan Arga.
"Iya buu,, kita pindah ke sana, tempatnya lebih rindang, adem,,," Mang
oyik tampak kerepotan membawa beberapa balon yang tertiup angin,
meski sudah diisi dengan air beberapa gelas air, balon itu tetap saja
bergerak liar saat disapa angin yang lebih kencang.
Di depan Mang Oyik tampak rombongan Bu Sofie yang berjalan lebih
dulu menuju tempat yang dimaksud. Wanita bertubuh super montok itu
menggelendot manja di lengan Pak Prabu. Tertawa menanggapi
banyolan yang dilontarkan oleh Dako dan yang lainnya.
"Buuu,,, tolong tangkepin tu balon Buu,,," tiba-tiba Mang Oyik yang
berusaha secepatnya tiba di tempat yang dituju, berseru pada Aida
yang berjalan agak tertatih.
Aida berusaha menangkap, tapi langkahnya tertahan. Menjepit erat
pahanya, seperti menahan sesuatu.
"Kenapa Bu,, koq jalannya gitu,,,hehehee,," goda Arga.
"Ihhh,, kamu ini, udah nyemprotnya paling banyak, masih aja berlagak
gak tau,,, banjir banget niiihhhh,,,"
"Hahahaaa,, masa tadi ga dikeluarin dulu sih,,"
"Mana sempat,,, Bu Sofie keburu teriak-teriak suruh kita ngumpul,,
Duuuhhh,, gmana ni Gaa,,, banyak banget,,"
"Udah,, biarin aja Bu,, ntar juga kering dicelana, kalo ibu jalan kaya
gitu malah ngundang perhatian suami ibu lhoo,,"
Apa yang diucapkan Arga ada benarnya, Aida berusaha berjalan
senormal mungkin, tapi rembesan cairan yang mengalir membuat
dinding vaginanya terasa geli.
"Iiihhh,,, sialaaaan,, kenapa tadi mesti buang didalam sih,,," Aida
mulai ngedumel, tangannya berpegangan dilengan Arga, berharap
dapat membantu agar jalannya bisa sedikit lebih normal.
"Kenapa kita tidak pakai ATV aja sih,, kayanya jauh nih jalannya,,,"
Arga mengangkat kedua pundaknya, sebagai jawaban tidak tau. "Yang
depan jalan kaki, ya kita jalan kaki juga,,,"
Tanpa disadari Arga, beberapa langkah di belakangnya, Zuraida
menatap dirinya dengan pikiran yang kacau. Bukan lagi karena
cemburu, tapi karena dihantui rasa bersalah yang tiba-tiba menyergap.
"All is well,,," gumamnya pelan. Menguatkan hati yang masih
terombang-ambing, layaknya gadis belia yang tengah mencari jati diri.
"Hai Bu Dokter,,, gimana istirahatnya, udah cukup?,,"
"Eeehh,,, Mas Adit, iya,, cukup,, cukup buat bikin hati plong,,
hehehee,," Zuraida kaget mendengar sapaan Adit.
Arga yang mendengar suara Zuraida dan Adit menoleh ke belakang.
"Zee,," sapa Arga ramah sembari menebar senyum. Matanya berusaha
membaca raut wajah wanita yang penutup kepalanya mulai terlihat
lusuh.
Zuraida membalas dengan senyum, Tak ada lagi luapan emosi diwajah
cantiknya, dan itu lebih dari cukup untuk menenangkan hati Arga, lalu
kembali menoleh kedepan, menanggapi kegelisahan Aida.
"Hati plong?,,,Maksud ibu?,," Adit kembali melanjutkan obrolan mereka
yang terpotong.
"yaaa plong aja,, hehehee,,," Zuraida tersenyum, melangkahkan kaki
dengan santai. Ternyata senyum Arga juga mampu memberikan
ketenangan yang sama pada wanita itu, dan itu membuat hatinya
sedikit lebih tenang, plong.
Diam-diam Adit yang berjalan di samping berdecak kagum
memandangi kecantikan natural seorang Zuraida. Begitu sederhana
tanpa polesan make up yang mencolok. Mata pemuda itu turun
kebongkahan payudara yang memamerkan bentuk puting yang samar
terlihat.
"Ooowwwhhh,, Shiiit,,, mancung banget tu puting,,,"
Zuraida bukannya tidak tau apa yang tengah diperhatikan oleh mata
Adit, tapi dirinya sudah sangat lelah untuk menghindar. Di benak
Zuraida, Adit, seperti hal nya Mang Oyik yang terkagum-kagum pada
tubuh indahnya, tak ada yang dapat mereka lakukan selain
memandangi dan berdecak kagum. Sementara Adit yang semakin
penasaran dengan tubuh semampai Zuraida, yang selama ini sangat
jarang memperhatikan sosok wanita cantik itu, berkali-kali menelan
ludah. Sambil mengerem langkahnya, lagi-lagi Adit harus berdecak
kagum dengan kemolekan pantat yang tidak terlalu besar, tapi
bentuknya menungging seperti pantat bebek. Kencang dan padat.
"Hhhmmm,, pasti abis ngelepas beban itu yaa?,,,hehehe,," tiba-tiba
Adit nyeletuk.
"Maksudnya?,,," kini giliran Zuraida yang balik bertanya.
"Hehehee,, tuh ngalir sampai ke paha ibu,,," Adit tertawa, matanya
tertuju pada tetesan sperma yang terlihat samar dicelana leggins putih.
DEGG!!!... Wajah Zuraida pucat seketika, jarinya segera mengelap cairan
itu.
"Ini,, ini cuma susu bendera cair koq, buat tambahan es kelapa tadi,,,"
Wanita itu mencari alasan sekenanya.
Tapi Adit memandang dengan tak percaya.
"Nihh,, manis koq,, ga percayaan banget sih jadi orang,," dengan
terpaksa Zuraida menjilat cairan itu dengan lidahnya, "Mauuu?,,"
"Gilaaa,, aku menjilat sperma Pak Prabu,,," Wanita itu mengumpat
dalam hati. Kesal kenapa dirinya menjilat sperma itu untuk meyakinkan
Adit.
"Owwhh,, ngga,, terimakasih,,, tapi sepertinya dipantat ibu masih
banyak susu yang nempel tuh,," jawab Adit sambil menunjuk beberapa
tetesan sperma yang mengahmbur di pantat hingga bawah
selangkangannya.
Zuraida tak mampu lagi berkelit, merasa begitu malu, pasti pemuda di
hadapannya berfikir bahwa dirinya baru saja melakukan perbuatan
terlarang dengan seseorang, walau sebagian tuduhan itu ada benarnya.
"Uuuugghhhh,,, Pak Prabuuuu,,, kenapa tadi ga dibersihiiinn,," ingin
sekali wanita itu berteriak mengumpat ulah bos dari suaminya itu, tapi
bukankah tadi justru dirinya sendiri yang memberikan tawaran.
"Uuuhhhggg,,," lagi-lagi bibirnya mengumpat kesal.
Sialnya, ketika tubuhnya membungkuk berusaha membersihkan, saat
itulah Arga berbalik, melihat apa yang dilakukannya. Wajah cantik itu
semakin pucat.
"Kamu baik-baik aja kan Zee,,,"
"Ehhh,, iya,, gapapa koq,,," Zuraida tersenyum kecut menjawab
pertanyaan Arga.
"Cepet dikit Ga,,, aku malu kalo sampai ada yang netes, terus
kelihatan sama Zuraida,," Pinta Aida lalu menggamit tangan Arga untuk
melangkah lebih cepat.
"Sini mba,, biar aku bersihkan," tawar Adit. Melepas bandana yang
terikat di kepalanya.
"Eeehh,, ga usah Dit, aku bisa sendiri."
"Ststsss,, udah tenang aja mba, ga bakal kelihatan koq, lagian kalo
Mba Zuraida berisik, ntar Arga sama Bu Aida di depan kita malah tau
lho,,,"
"Diiitt,,, ga usaaahh,,,"
"Ststssss,, tetap jalan dengan tenang seolah ga ada apa-apa,,"
Zuraida menutup mulutnya, apa yang dilakukan Adit sebenarnya
sangat lancang. Mengusap-usap bongkahan pantat montoknya. Tak
lebih dari alasan Adit untuk bisa merasakan kemolekan pantat seorang
wanita yang wajahnya selalu tertutup kain. Tapi Arga yang berjalan
beberapa langkah di depannya bisa saja menoleh kalo mendengar
suara ributnya.
"Uuugghh,, Adiiit,, cepet, ntar ada yang liat Or,,, Diiit!!! jangan
nakaaaal,," Dengus Zuraida, berusaha menepis tangan Adit yang
awalnya mengusap, tiba-tiba berubah menjadi remasan.
Tapi tangan itu terus saja membersihkan, sesekali meremas bergantian
sepasang bongkahan pantat yang padat.
"Bener-bener pemuda yang nakal,,," gumam Zuraida, yang menoleh
memperhatikan wajah Adit yang tersenyum-senyum sendiri dengan
ulahnya. Namun setiap tangan pemuda itu bergerak meremas, Zuraida
dapat melihat gelora nafsu yang tertahan.
"Asseeem,,, cute juga ternyata keponakan Bu Sofie ini,," Zuraida mulai
mengaggumi wajah Adit yang cukup ganteng, seperti artis korea
dengan rambut lurus yang sengaja dibikin acak-acakan.
"Sudah belum ngebershinnya, cepet entar kelihatan orang Dit,,," mata
Zuraida menoleh ke belakang, memastikan tak ada seorang pun di
belakang mereka.
"Bentar mba,,, susunya lengket banget,,"
"Egghhh iyaa,, tapi cepet,," langkah wanita itu sesekali berjinjit akibat
ulah jari-jari Adit yang sengaja merangsek menyusuri belahan
pantatnya. Matanya nanar mengawasi ke depan.
"Ooowwhh mbaa,, sekel banget mbaa,,, indaah bangeeet,, mba pinter
banget ngerawat ni daging biar tetep kenceng,, Ooowwhhh,,,"
"Ststssss,,, jangan berisik Dit,,," jemari lentiknya mencengkram
pegelangan Adit, mengingatkan pemuda itu untuk tidak berisik.
"Mbaa,, yang dibawah sini dibersihin juga ngga?,, banyak banget
nihh,,," telapak tangan Adit mencaplok sepanjang garis
selangkangannya.
Tatapan mereka bertemu, bila Zuraida menahan birahi yang tersulut
dengan wajah yang memerah, wajah Adit justru menunjukkan hasrat
yang begitu besar, berharap diberi sedikit kesempatan untuk
mengenali selangkangan wanita cantik itu.
"Bersihinn ajaa,, ehh,,Terseraaah,, terseraaah kamuu,, tapi cepet,,
Oooowwwggghhh,,, jangan diremeeees gituuu,,,"
Izin yang keluar dari bibir seorang wanita cantik berjilbab itu,
mengomando tangan Adit dengan cepat.
"Maaf mbaaa,,, aku gemeees bangeeet,,,"
"Gemeeesss,,, kenapaa?,, punya istrimu bentuknya kan juga seperti
ini,,,Aaasshhh,,," Zuraida kadang heran, apa yang membuat para lelaki
begitu bernafsu mengejar selangkangan para wanita, bukankah
bentuknya sama, hanya sebuah liang senggama yang berbentuk
vertikal.
"Ya samaaa,,, punya Andini dan Bu Sofie juga sama seperti ini,,, tapi
karena ini milik mba Zuraida yang selalu mengenakan jilbab lah yang
menjadikannya luar biasa,"
BUUGGG...kata-kata Adit menohok hatinya. Menyadarkan posisinya
sebagai wanita yang selalu menutup rapat bagian tubuhnya.
Menyadarkannya sebagai wanita yang selalu menjaga tingkah laku.
Tapi justru karena itulah, semakin rapat seseorang menutup bagian
tubuhnya, semakin besar pula rasa penasaran yang tercipta.
"Sudaaahh Diiit,,, cukup,,, Aaagghhh,,, kamu mau ngapaiiinn,," tubuh
Zuraida telonjak, kakinya menjingkit, saat dirinya asik bermain dengan
fikiran, tangan Adit dengan cepat menyelusup di sela celana
legginsnya.
"Mbaaa,, pliss jangan berisiiiik,, pliss,, Adit ngga mau mba malu diliat
Arga sama Bu Sofie,"
"Uuugghh,,, pinter bener ni bocah manfaatin situasi,," Hati Zuraida
menggumam kesal, kondisi dan situasi memang sangat mendukung
Adit untuk mengintimidasi Zuraida.
"Oooowwhhh,, Diiitt,, jangan Diiit,, pliss,," wanita itu menatap Adit
dengan wajah menghiba.
"Mbaaa,, maaf mba,, kalo saya meminta dengan sopan untuk
melakukan ini, meski di tempat yang sepipun Mba pasti tidak akan
mengizinkan,,,"
Adit memelas, berharap Zuraida mengendorkan cengkraman tangannya
yang menahan laju tangan, "maaf banget mbaa,,, cuma saat-saat
seperti ini saya bisa menyentuh bagian terindah milik Mba Zuraida,,
pliss,,,"
"Diittt,, aku melarang karena ini salaaah,, kamu pasti mengerti itu,,,
mengertilah,,,"
Tapi tangan Adit terus saja bergerilya, merasakan langsung bagaimana
mulusnya kulit pantat Zuraida.
"Mbaaa,, mulus banget,, seperti pantat bayiii,, uuuggghh,, Adit rela
koq kalo ni wajah dipantatin sama Mbaa,,,"
Zuraida membuang pandangannya kedepan, sekaligus mengawasi Arga
yang dapat kapan saja menoleh ke belakang. Meski dirinya tau Adit
tengah mengeluarkan jurus gombal para lelaki, tapi tetap saja pujian
itu membuatnya tersipu.
"Diiit,, jangaaann,, kesituuu,,plisss,,," wanita berjilbab itu
menggelengkan kepala saat jarii-jari Adit berusaha menjangkau bibir
kemaluannya, memandang pemuda yang memasang wajah memohon.
"Ugghhh,,,Kenapa ni bocah pasang wajah melas, ngarep banget ama
selangkangan kuuu,," pertahanan hati Zuraida mulai goyah,
cengkramannya mengendur.
"Owwwhhh,, Diiit,," Zuraida terus menggelengkan kepalanya. Namun
tidak lagi untuk menunjukkan larangan, tapi sebuah pelampiasan dari
geliat birahi saat jari-jari seorang lelaki yang perlahan tapi pasti
menyeruak masuk membelah liang vaginanya.
Jantungnya berdebar kencang. Bagian paling sensitif nya itu dapat
mengenali bagaimana jari-jari Adit berformasi. 1 jari Adit, jari telunjuk,
menggesek bagian kacang kecil yang ada didepan gerbang. Disusul
jari kedua, jari tengah yang menggeseki labia mayoranya, membuat
kaki Zuraida gemetar menahan rangsangan.
"Oooowwwhh,, Argaaa,, Plisss,, jangan liat ke belakaaaang,," Jantung
Zuraida berdebar, seseorang yang sangat berarti baginya, berdiri
hanya beberapa meter dari tempat dirinya dikerjai. Berharap lelaki
bertubuh jangkung itu tidak menoleh ke belakang.
"Owwwgghhhh,,, Adiiittt,,, punya mba diapaaaiiinn,,," tubuh wanita itu
menggigil saat jari ketiga dari tangan Adit, jari manis yang berhiaskan
cincin akiq perlahan menyelusup ke dalam vaginanya.
Kini lengkap sudah, setiap bagian dari kemaluan wanita cantik yang
selalu mengenakan penutup kepala itu, menerima pesan-pesan birahi,
yang bergerak liar. Tangan Zuraida tak lagi mencengkram lengan Adit,
tapi justru berpegangan pada pundak pemuda itu, berusaha meredam
tubuhnya yang gemetar menerima rangsangan di tengah umum.
Disadarinya, cairan dari liang senggamanya mengalir deras. Membasahi
jari-jari Adit. Matanya bergerak liar mengawasi sekitar, begitu takut
tingkah gilanya ketahuan oleh yang lain.
"Oooowwwhhhsss,,, Aaahhhhsss,,," pantat Zuraida bergerak maju
mundur, kekiri dan kekanan, mengikuti gerak jari Adit.
"Seperti inikah rasanya kegilaan yang dialami oleh para istri saat
melakoni game tadi, memacu birahi dalam kebisuan, pasrah mengikuti
kehendak para pejantan.
Langkah kedua nya semakin pelan, semakin jauh dari rombongan. Dan
gilanya Zuraida justru berharap tempat yang mereka tuju masih jauh.
"Diiitt,, jangan terlalu dalaaam,,, yaa disituuu,, Uuugghh,,," Zuraida
harus menghentikan langkahnya, menatap wajah Adit berharap untuk
menyelesaikan kegilaan itu secepatnya. Menggeliat, gemetar, cemas,
mengejar sesuatu yang sangat baru baginya.
"Oooowwwhhhsss,, Diiittt,,, tarriikkk tangaaaanmuuu,, aduuuuhh,,"
paha Zuraida menjepit tangan Adit dengan kuat, seiring dengan desir
cairan yang menghambur keluar.
"Suddaaaah,, Ditt,,, tarik tanganmu,, maaf, tangannmu jadi ikut
basah,,," wajah Zuraida memerah. Mengamati tangan Adit yang keluar
dari legginsnya dalam kondisi basah oleh cairan.
"Gilaaa,, ini benar-benar gila," tubuh Zuraida membungkuk, menopang
tubuhnya dengan tangan yang bertengger di lutut, meredam kakinya
yang gemetar oleh orgasme singkat.
Masih tidak percaya, Bagaimana bisa dirinya yang selalu menjaga
prilaku bisa senekat ini, membiarkan tangan seorang lelaki mengaduk-
aduk liang kemaluannya.
"Mbaaa,,, kita kesitu dulu yuuuukkk,,," Adit menunjuk pepohonan
rimbun, dengan wajah memelas, memohon dengan memasang wajah
tanpa dosanya. Sementara tangan pemuda itu meremas-remas batang
di balik celananya.
"Ngapaaainnn,,, entaaaar kitaaa malah dicarriin,,," mata Zuraida tertuju
pada batang Adit yang tegak mengacung ke depan, mengarah tepat ke
wajahnya yang tengah membungkuk.
Berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang diinginkan oleh Adit,
sebuah penyelesaian dengan penetrasi di liang kemaluannya. Dibawah
sadarnya, pikiran wanita itu tengah mengira-ngira seperti apakah
bentuk dari batang Adit.
"Mbaaaa,, aku mauuu nyeluuup,, sebentaaaar ajaaa,, plisss,,"
"Tidaaak Ditt,, tidaaak boleeeh,, ini sajaa sudah terlalu gila buat
mbaaa,,,"
"Plisss mbaaa,, udah ga taaahhaaan,, tolong bantuin Adit Mbaaa,,"
Adit menarik karet celana pantainya, memamerkan batangnya yang
bengkok kekiri.
Deeeg...
"Diiiit,,, kenapa punya mu bisa seperti ittuuuu,,"
Zuraida kaget plus bingung, seperti halnya Aryanti ketika pertama kali
melihat batang Adit saat memberikan servis kilat bersama Sintya.
"Gaa taauu mbaa,, koq bisa bengkok banget seperti ini, tapi banyak
koq yang suka, Mba Aryanti aja juga suka koq,"
"Aryanti??,,," Zuraida melotot, sembari memapar wajah tak percaya.
Tapi bila ingat kejadian di malam itu, apa yang dikatakan Adit
bukanlah suatu hal yang mustahil. Tapi seingatnya, Aryanti dulu
memang seorang gadis yang supel, tapi selalu menjaga sopan santun.
"Malah Mba Aryanti udah pernah nyobain. Tapi cuma sebentar sih,,,
Mba juga mau nyobain?,,"
"Aryanti,, kamu,, vagina mu sudah pernah merasakan batang unik
inii?,,," jantung Zuraida kembali berdetak tak teratur.
Batinnya bertanya-tanya, haruskah kembali mengulangi kejadian
beberapa menit yang lalu, membiarkan penis seorang lelaki
menghambur sperma tepat di pintu gerbang kemaluannya. Bahkan
mungkin ini akan menjadi lebih gila lagi. Memang tidak sulit, dirinya
cukup menurunkan celananya dan membiarkan batang itu meyelusup
masuk ke alat senggama miliknya yang sudah sangat basah. Sangat
mudah, bahkan terlalu mudah. Zuraida yang tengah mengenali dunia
barunya, dunia ekhibis yang bebas, yang diselubungi oleh keluguan
dan kealimannya, kini mulai tergoda. Kebimbangannya meraja, sangat
ingin mencoba apa yang telah dilakukan Aryanti, memasukkan batang
milik lelaki lain ke dalam tubuhnya. Jantung wanita itu berdetak
kencang, menatap Arga dan Bu Sofie yang mulai jauh
meninggalkannya, lalu beralih menatap pepohonan rimbun yang
dimaksud oleh Adit.
"Ugghhh,,, haruskah aku mengangguk menerima tawaran Adit untuk
disetubuhi, tapi bukankah tadi aku juga sudah menjanjikan tubuh ini
untuk Pak Prabu, setelah Arga,, yaaa,, setelah Arga,," batin Zuraida
berkecamuk hebat.
Sesaat Zuraida menatap Adit, wajah putih dengan style remaja korea.
"Diiitt,,, Engghhh,,," kata-kata Zuraida terhenti, bingung, haruskan
dirinya juga memberikan janji serupa pada pemuda itu.
"Zeee,,, kamu baik-baik ajakan?,,," terdengar teriakan lantang dari
Arga, yang bergegas menghampirinya.
"Kamu baik-baik ajakan?,,," terlihat wajah cemas Arga yang tak dapat
disembunyikan saat mendapati tubuh Zuraida membungkuk, tampak
lemas dan gemetar.
"Dit,, kamu apain Zee ku?,,," suara Arga pelan tapi menebar ancaman
tersembunyi pada Adit. Membuat pemuda itu mulai ketakutan, tak
pernah dirinya melihat Arga seemosi itu.
Apalagi saat Arga mendapati batang Adit yang menyembul dari balik
celana, sangat sulit untuk disembunyikan oleh pemiliknya. Sementara
Zuraida justru termenung,
"Zee ku,,," bibir tipis wanita itu mengulang apa yang tadi dikatakan
Arga, kata-kata yang mengungkapkan perasaan Arga yang masih
menganggap dirinya sebagai milik lelaki itu.
Kata yang sangat singkat, tapi mampu membuat hatinya mabuk
kepayang seketika, tersanjung, bahagia, sekaligus membuat rasa
bersalahnya semakin besar.
"Argaa,, aku ngga apa-apa koq,,, Adit cuma mau nolong aku, ngga tau
kenapa kakiku keram, mungkin terlalu capek,," Zuraida berusaha
menenangkan Arga.
"Ya udaahh,, kau jalan duluan sana,," Arga menyuruh Adit dengan
suara datar, berusaha menyembunyikan emosi, dari batang Adit yang
mengeras, Arga mengambil asumsi bahwa pemuda itu baru saja atau
hendak melecehkan Zuraida.
"Ok,, aku duluan, biar aku menemani Bu Sofie,,," ucap Adit, lalu
meninggalkan keduanya.
"Gaa,, ini tidak seperti yang kamu fikirkan koq,,," Zuraida bisa
membaca curiga dari wajah Arga. Dan tak ada yang bisa dilakukannya
selain mengelak, tak mungkin untuk mengakui kegilaan yang baru saja
terjadi.
"Iya aku percaya koq, kamu adalah Zuraida,,,karena itu aku selalu
percaya, justru aku minta maaf karena tidak tau apa yang terjadi
dengan mu saat berjalan di belakangku, bagaimana dengan
kakimu?,,bisa berjalan? Sini biar aku gendong,,"
Meski hati Arga ketar-ketir tak berani untuk menduga-duga tentang
apa yang terjadi pada diri wanita yang membuatnya terpesona itu,
Lelaki itu tetap berusaha tersenyum, mencoba menenangkan hatinya.
"Ngga usah, aku masih bisa jalan sendiri koq,," tapi Arga tak
menggubris, tangannya segera membopong tubuh Zuraida.
"Aaakkhh,,," Zuraida terpekik, tertawa, "Gaa jangan kaya gini,, kalo
gini seperti pengantin turun di pelaminan,,, hihihii,,,"
Arga yang sudah hendak melangkah terhenti, "Yaa,, ini seperti orang
yang menggelar pernikahan,,hehehee,," lelaki itu tersenyum kecut.
Entah kenapa hatinya terasa nyeri.
Sesaat keduanya saling menatap, ada penyesalan dihati Zuraida
menyebut kata-kata pernikahan. Yaa,, pernikahan, sebuah sesi hidup
yang menunjukkan kepemilikan sepenuhnya atas diri dan hati
seseorang.
"Ayoo,, aku gendong dibelakang aja yuk,,," Arga menebar senyum,
mencairkan suasana. Membungkukkan tubuhnya agar Zuraida bisa naik
ke atas punggungnya.
"Uuugghhh,,, berat juga ya ternyata tubuhmu,,," Arga tertawa
menggoda Zuraida.
"Iiihh,, langsing gini koq dibilang berat,,, apalagii,,"
"Apalagi apa?,,,"
"Eeengghh,,,Apalagi punyaku kan lebih kecil dari milik istrimu,,"
Zuraida merasa malu, karena sepasang benda yang tengah
diperbincangkan menempel erat di punggung Arga.
"Kata siapa kecil?,,, ini aja berasa banget gedenya, apalagi kemaren
waktu aku emut-emut gede juga koq,, walo gelap, tanganku masih
hapal bentuk dan ukuran punya mu ini,,hahahaha,,,"
"Iiiihh,, tu kan,, seneng banget ngeledekin,," Zuraida mencubit lengan
Arga. Teringat saat Arga mencumbu tubuhnya di kegelapan bibir
pantai.
"Hahahahaa,, tapi emang bener koq,,, Eehhh,, tapi koq punggung ku
kayanya basah ya,, kamu ga ngompolkan hahaha,,?,,"
"Nggaa,, nggaa koq,, tadi aku,, aku,, celanaku ketumpahan air kelapa
tadi,,"
"Oowwhhh,,, ya gapapa sih, cuma khawatir aja ntar kamu malah masuk
angin,," Arga memiringkan kepalanya berusaha menoleh kewajah
Zuraida sambil tersenyum. Dimata Zuraida senyum itu sangat manis.
"Gaa,, ni aku kasih mmuaahhhh,,, buat upah nggendong,,,hehehee,,"
Zuraida tidak tahan untuk tidak mengecup pipi lelaki yang tengah
menggendong tubuhnya. Sebuah kecupan singkat namun sarat dengan
rasa kasih dan sayang.
"Waahhh,, lagi dong,, lagii,,"
"Hahahaha,,, udahh,, ngga boleh kemaruk,,hahaha,,,"
Entah kenapa hati Zuraida serasa lebih tenang, setelah cukup lama
terombang-ambing, mulai dari tersingkapnya kembali memori mereka
saat pertemuan beberapa tahun lalu, yang berbuah menjadi rasa cinta
yang kembali menyapa, disusul dengan hadirnya cemburu, marah,
kesal, dan petualangan gila sebagai pelarian hatinya. Dan kini,,,
dirinya kembali memeluk lelaki yang beberapa tahun lalu bersimbah
darah dipangkuannya. Dengan kedamaian hati yang tak pernah
ditemukannya sebelumnya.
"Argaaa,,, maafin aku ya,,," ucap Zuraida mempererat pelukannya,
merebahkan kepalanya di pundak Arga. Hati kecilnya berharap, dapat
terus memeluk Arga, bukan hanya saat ini, tapi selamanya.
"Maaf untuk apa?,,,"
"Untuk apapun yang kau anggap salah,,,dan tadiii aku,," bibir tipis
Zuraida terdiam.
"Kenapa tadi?,,,"
"Tadii,, aku udah nakal,, nakal banget,,," Ada rasa sesal dihati Zuraida,
telah mengucap kejujuran, yang bisa saja merusak kedamaian yang
baru saja dirasakannya.
"Owwhhh,, sudah mulai nakal juga yaa,,, hehehee,, tapi jangan
kelewatan ya sayang,,, agar aku bisa terus mengagumi mu,,"
"Gaaa,,,hikss,," Zuraida tak mampu menahan air matanya, setulus
itukah kasih sayang yang diberikan oleh Arga untuk dirinya. Wanita itu
tau hati lelaki ini tengah menahan pedih, namun berusaha
menyimpannya sendiri, dan berusaha tetap tersenyum untuk dirinya.
"Ehh,, jangan nangis,, malu keliatan yang lain, ntar dikira aku udah
nakalin bini orang,,,"
"Uuugghhh,, sebeeel,, aku kaya gini masih aja diledekin,,," Zuraida
segera mengusap air matanya.
"Tapi tadi aku nakalnya ga sampe kelewatan juga koq,,, ntar aku kalo
mo nakal izin sama kamu dulu deeehhh,,"
Zuraida bingung sendiri, melihat tingkahnya yang seperti anak kecil,
anak kecil yang takut dimarahi karena berbuat nakal.
"Lhoo,, kenapa malah izin sama aku,,, kan ada suami mu Zee,,,"
"Nggaaa,, aku tegasin,, kalo aku ini juga milikmu,,setidaknya saat
liburan ini,, titik!!!, ga usah dibahas lagii,,,"
Meski Arga tak dapat melihat wajah Zuraida yang tersipu malu setelah
mengatakan itu, tapi Arga tau tidak mudah bagi Zuraida untuk
mengungkapkan perasaan itu.
"Hahahaaa,,, koq bisa gituu,, beruntung banget aku,, tapi kalo emang
punyaku, berarti boleh kunakalin kapan aku mau dong,,,"
Zuraida tidak menjawab langsung, namun dari punggungnya Arga tau
wanita cantik itu mengangguk, lalu terdengar suara lirih dari bibirnya,
"Kapanpun Arga mau,,"
Lalu lengannya memeluk pundak Arga semakin erat, merasakan
bagaimana dirinya begitu dilindungi, berharap tubuhnya dapat melebur
dengan tubuh lelaki itu.
"Gaaa,,, Zuraida kenapa?,,," Aryanti menghampiri Arga dengan cemas.
Mengagetkan Zuraida yang tengah terbuai digendongan. "Koq Arga ga
bilang sih kao udah nyampe," hatinya kesal.
Wanita itu tersipu malu, karena memeluk suami dari sahabatnya itu
begitu erat.
"Aku ngga apa-apa koq,,, cuma kaki kanan ku aja terasa keram,,,"
Arga menurunkan tubuh Zuraida diatas sebuah potongan batang pohon
kelapa.
"Bener ngga apa-apa?,,," tanya Aryanti, lalu memijat kaki Zuraida
pelan.
"Iya ga apa-apa,,, sueerr,, aku juga masih bisa ikut lomba koq,,,"
Aryanti tersenyum mendengar jawaban sahabatnya.
"Bagaimana, apa kau bisa menikmati liburan ini?,,,"
Mendengar pertanyaan Aryanti itu, Zuraida sedikit kaget, apakah
wanita di depannya ini memang sudah mengetahui hubungan
tersenyum antara dirinya dan Arga. Keduanya terdiam sesaat, tidak tau
apa lagi yang ingin dibicarakan untuk sekedar berbasa-basi, entah
kenapa kedua wanita yang sebelumnya sangat akrab ini menjadi kaku.
Mata mereka tertuju pada sosok Arga yang berjalan menjauh, menuju
kumpulan para lelaki yang terlihat sibuk meniup balon.
"aku minta maaf,, aku udah cemburu pada mu,,"
"Eeehh,, maksudmu?,,," Zuraida mulai was-was, mungkinkah Aryanti
akan menanyakan langsung tentang sejau mana hubungannya dengan
Arga, dan membongkarnya dihadapan umum.
Tapi Aryanti justru tersenyum, "Jujur,, aku tau Arga suami yang nakal,
tapi aku tidak pernah marah, karena aku tau dia tidak pernah membawa
serta perasaannya, dan aku percaya pada hatinya," Aryanti menghela
nafas sesaat, tangannya terus bergerak memijat kaki Zuraida.
"Tapi entah kenapa, saat melihat kau dan Arga bercanda hatiku terasa
sakit,,," Aryanti tersenyum kecut, lalu beranjak,duduk disamping
Zuraida, memeluk pundak sahabatnya. "Tapi kurasa itu tidak lebih dari
pelarian rasa bersalahku, diliburan ini aku sudah terlalu nakal, dan
lagi-lagi Arga bisa memaklumi itu,"
"Yan,,, aku minta maaf, aku memang punya masa lalu dengan Arga,
dan aku,,,"
"Hahahaa,, udah jangan dipikirin,, suamimu Dako udah cerita koq,,,
dan aku tidak keberatan di liburan ini untuk berbagi denganmu,,,"
DEGG,,, Zuraida keget dengan jawaban Aryanti.
"Yan,,, maksudku bukan begitu, lagipula aku tetap merasa ga enak
dengan dirimu,, bukan bermaksud merebut koq,," Zuraida merasa
bersalah pada sahabatnya itu.
"Ststsss,, udah, udah santai aja ngapa, kalo enak dimasukin, kalo ga
enak buang diluar,,, hahaaa,,,"
"Iiihh,,, koq kamu jadi genit gini sih Yan,,,"
"Hahahaa,, aku cuma ingin menikmati liburan ku, Say,,"
"Ayo semua berkumpul,,, kita lanjutin permainan kita,,," Bu Sofie
berteriak mengumpulkan pasukan.
"Permainan kali ini sangat mudah, tetap berpasang-pasangan, dan
penentuan pasangan masih seperti tadi,,Well,,,untuk menghemat
waktu, apa kalian setuju bila aku yang menentukan pasangan kalian
dengan bola-bola ini?,"
Para lelaki mengangkat pundaknya, menyerahkan semua keputusan
kepada Bu Sofie yang memang terlihat begitu berkuasa. Dako akhirnya
senyum sumringah kembali menghias bibir para lelaki. Munaf yang kali
ini mendapatkan Andini dengan cepat merasakan batangnya mengeras,
meski tidak tau permainan seperti apa yang bakal digelar. Sementara
Pak Prabu dengan tangan terbuka menyambut Aida yang berjalan
mendekat dengan malu-malu, lalu menyampirkan tangannya di pinggul
wanita itu. Adit tersenyum puas saat mendengar Bu Sofie menarik bola
dengan warna senada dengan pita milik Sintya. Memorynya dengan
cepat mengingatkan lelaki itu pada permainan lidah sekretaris cantik
itu saat memanjakan penisnya. Dako tertawa girang, mengusap-usap
batang dibalik celana saat tau partnernya kali ini adalah Aryanti. Dan
tingkah Dako itu membuat Aryanti tertawa tergelak.
"Emang kamu mau ngapain, ini kan cuma game,,,hahaaahaa,,,"
Tapi di antara mereka Zuraida dan Arga lah yang paling merasa
senang, wanita itu tersenyum mengangkat gelang pitanya saat Bu Sofie
mengeluarkan bola warna hijau.
"Okeeey,,, sekarang para wanita silahkan ikut saya,,, Mang Oyik,,,
tolong bawain kain yang tadi ya,,," Bu Sofie meminta penjaga cottage
yang selalu setia mengiringi kemanapun wanita itu pergi, untuk
membawa kain bali dengan corak dan warna yang meriah. Kain yang
sering digunakan para SPG untuk menyembunyikan paha mulus mereka
saat naik kendaraan roda dua.
"Kita mau ngapain Bu?,,," tanya Aida yang bingung.
Tapi Bu Sofie hanya tersenyum penuh misteri. "Silahkan masuk bilik
ini satu persatu,, ganti rok dan celana kalian dengan kain ini,,,"
"Ooowwhh,,, ok,, tidak terlalu buruk, kain ini bahkan lebih panjang dari
rok ku,, heheheee,, tapi permainan apa lagi sih Bu?,," tanya Andini
ikut penasaran.
"Udah,, masuk dulu,,,jangan keluar sebelum aku menghampiri kalian
satu persatu,," teriak Bu Sofie saat para wanita satu persatu masuk
kedalam bilik yang memang biasa digunakan untuk berganti pakaian.
Wanita yang mampu menjaga tubuhnya agar tetap terlihat ideal meski
sudah dimakan usia itu, menyusul masuk kekamar yang dimasuki
Zuraida. Di dalam, Zuraida yang tengah melepas celana legginsnya
sempat terkaget saat Bu Sofie memasuki biliknya. "Zuraida, lepas
celana dalam mu juga ya,,"
"Hehh,,, maksud ibu?,,,"
"Pokoknya lepas aja,,," ucapnya lagi sambil tersenyum, tapi Zuraida
masih tampak bingung, terlihat enggan melepas kain kecil yang telah
melindungi liang kemaluannya dari batang ganas Pak Prabu.
"Ayolaaahh,, lepas aja,,, aku sudah berusaha menyediakan waktu
untuk kalian, dan aku sudah berusaha memasangkan dirimu dengan
Arga, meski suamiku sempat ngotot untuk dapat berpasangan dengan
mu lagi,,,"
"Jadi undian bola tadi memang sudah ibu atur?,,," Bu Sofie
mengangguk pasti, menjawab pertanyaan Zuraida.
"Aku merasa kalian sangat serasi, jadi tolong jangan sia-siakan
kesempatan ini,, ok?,,, aku harus ke bilik yang lain,," Bu Sofie
membuka pintu hendak melangkah keluar.
Tapi kepala wanita itu kembali menyembul dari balik pintu untuk
sekedar menegaskan. "Inget ya,, kain kecil yang penuh dengan sperma
suamiku itu lepas aja,,,punya mu emang lebih cocok buat Arga, tapi
jangan dihabisin, soalnya aku juga pengen nyicipin,,,hihihi,,,"
"Ada apa ini sebenarnya,,," Zuraida tersandar lemas didinding bilik.
Ternyata game ini memang sudah direncanakan oleh Bu Sofie, dan
parahnya lagi, darimana wanita itu tau tentang cairan yang membasahi
celana dalamnya adalah milik suaminya, Pak Prabu.
Di bilik sebelah, bu Sofie kembali memaparkan intruksi yang sama,
entah apa yang tengah direncakan oleh wanita itu. Zuraida keluar dari
bilik, disusul para istri lainnya. Mata mereka saling pandang, masing-
masing tau dibalik kain yang mereka kenakan tak ada kain segitiga
yang melindungi alat kelamin mereka. Semua membisu, cukup saling
tau dengan kondisi masing-masing, dengan jantung berdegup kencang
berjalan mengiringi Bu Sofie yang bersenandung riang menuju arena
permainan.
"Oke guyss,,, permainnanya adalah, kalian harus menggendong
pasangan kalian, sambil menggiring balon yang kalian miliki menuju
garis finish,, mengerti?,,,"
"Maksud ibu gendong didepan?,," tanya Aryanti ragu-ragu.
"Yaaa, gendong di depan, seperti monyet menggendong anaknya,,,
bisa kan?,,"
Bu Sofie memperagakan sambil merentangkan kedua tangannya
memeluk leher Mang Oyik, kemudian meloncat dengan kaki menjepit
pinggul Mang Oyik dengan cueknya.
"Sudah paham?,,,"
Para suami mengangguk cepat sambil tertawa, sementara para istri
menayangkan wajah pucat, memaksakan untuk menganggukkan kepala
mereka.
"Bu Aidaa,, maaf yaa,,aku pinjam suami ibu dulu,," ucap Andini,
dirinya bisa merasakan permainan ini akan menjadi lebih gila dari
sebelumnya.
"Eeehh,, iya gapapa,,, kamu yang hati-hati ya, jangan sampai jatuh,"
jawab Aida ragu-ragu, berusaha mengajak bercanda.
"Ayolaaahh,,, nikmati permainan ini, aku sudah merelakan mobil
kesayanganku bagi siapapun yang menang dari kalian," Rupanya Bu
Sofie gregetan dengan tingkah para istri yang malu-malu seperti
kucing, yang berusaha menyembunyikan kebinalan mereka dari para
suami.
"Oke bersiap,,, semua wanita silahkan naik ke kuda pacuannya,,,"
Bu Sofie memberi aba-aba, penggunaan istilah kuda pacuan membuat
para lelaki tertawa.
Deegg,, jantung Zuraida tercekat saat membuka pahanya untuk
menjepit pinggang Arga, kain yang mereka kenakan terlalu pendek,
meski tubuh bagian bawah dan belakang mereka tetap terlindung, tapi
dibagian depan selangkangan mereka yang telanjang bertemu
langsung dengan tubuh pasangan mereka. Dengan cepat Zuraida
menoleh ke Aryanti, rupanya sahabatnya itu juga tengah kebingungan,
berusaha menutupi selangkangan dengan kain, meski itu sia-sia.
"Zee,,, daleman kamu mana?,," bisik Arga saat menyadari wanita yang
tengah menjepit pinggulnya dengan erat itu tak mengenakan sehelain
kain pun.
"Iyaaa,, tadi Bu Sofie yang suruh lepas,, dan aku ga tau kalo game nya
bakal seperti ini,,," Zuraida pucat, entah kenapa dirinya takut bila Arga
marah. Pasti lelaki itu tidak tau jika itu memang skenario Bu Sofie.
Dan benar dugaan Zuraida, wajah Arga tampak sedikit emosi, "Gila,,,
bagaimana seandainya jika kamu berpasangan dengan yang lain,
dengan kemaluan terbuka seperti ini?,,," suara Arga meninggi.
"Iyaaa,, aku minta maaf udah nurutin kemauan aneh Bu Sofie,, tapi
bukankah sekarang aku denganmu,,"
"Tunggu,,tunggu,,,apa Aryanti dan wanita lainnya juga tidak
mengenakan celana seperti ini?,,,"
Zuraida mengangguk pelan, tak berani menatap Arga. Keributan tidak
hanya terjadi pada Arga dan Zuraida, tapi juga pasangan lainnya.
Munaf yang merasa mendapat durian runtuh langsung merengek pada
Andini untuk memasukkan batang penisnya ke vagina mungil Andini.
Alasan Munaf, bukankah mereka sudah pernah melakukan, tapi
dibawah tatapan cemburu Adit, gadis itu menggeleng tegas.
"Ayolah Din,,, apa kamu tidak kangen ama batangku,,, dijamin kali ini
pasti lebih lama deh,,,"
"Jangaan,, ada mas Adit, ntar dia marah,," Munaf tertawa mendengar
jawaban Andini, sedikit lampu hijau, artinya saat lomba nanti dirinya
dapat dengan bebas memasuki liang mungil itu tanpa sepengatahuan
Adit.
Sementara di samping mereka Adit berusaha menyembunyikan
hasratnya untuk menusuk vagina Sintya. Adit menahan bukan karena
tak ingin, tapi karena memikirkan kondisi vagina Andini yang pastinya
kini tengah mengangkangi batang Munaf. Rasa cemburunya semakain
besar saat melihat gerakan tangan Munaf yang bergerak, menggeser
celana agar batangnya dapat keluar.
Berbeda lagi dengan Bu Aida yang terlihat gemetar, Pak Prabu yang
tidak pernah menunda setiap kesenangan yang dihidangkan dengan
cepat menggoda vagina Aida dengan gesekan-gesekan lembut. Aida
kini merasakan dirinya begitu binal, batang milik Pak Prabu adalah
batang terakhir yang belum merasakan jepitan vaginanya.
"Koq sudah basah banget Bu?,,," tanya Pak Prabu, kedua tangannya
memeluk pantat Aida, selain untuk menahan tubuh wanita itu, tapi
juga untuk memudahkan batangnya yang bergerak menggoda.
"Okey,,, sudah siap?,,, perhatikan balon di hadapan kalian, dan ingat
kalian harus menggiring balon yang sudah diisi air itu ke garis finish,,,
mengerti?,,,"
"Siaaap,,, tapi kalo seperti ini aku lebih memilih untuk kalah aja deh,,
haahhhaha,,," Munaf tertawa, sambil menepuk-nepuk pantat Andini,
dan ulahnya itu membuat Adit meradang.
"Diiitt,,, jangan pikirkan istrimu,, di kantor kamu sering menggoda
ingin kencan denganku, dan kurasa ini lebih dari itu,, apakah aku lebih
jelek dari istrimu,," ucap Sintya, membisiki telinga Adit dengan cara
yang sangat menggoda.
Adit tertawa, matanya beralih ke payudara Sintya yang kini berada di
depannya. "Ayolah buat game ini semakin panas,,,"
Kini giliran Sintya yang tertawa, tau apa yang dimaksud oleh Adit.
"Liat saja nanti,," bisik Sintya tak kalah panas, tak lagi peduli dengan
Pak Prabu yang kini juga terlihat bahagia dengan Aida.
"1,,, 2,,, 3!!!,,, Goooo..." Bu Sofie berteriak memberi aba-aba penuh
semangat.
Kaki para lelaki dengan cepat berusaha menendang balon yang
bergerak liar tertiup angin, air yang ada di dalam balon tidak cukup
berat untuk menahan hempasan angin. Bu Sofie tertawa, meski para
lelaki terlihat serius melakoni lomba, wanita itu dapat melihat,
bagaimana Adit menghentak batangnya ke liang kemaluan Sintya, tepat
saat aba-aba Goo berkumandang. Begitupun dengan suaminya, Pak
Prabu yang memaksa Aida untuk menurunkan tubuhnya, dan menerima
batang besarnya di liang vaginanya yang sudah sangat basah.
"Ooowwgghhhh,, Paaakk,,," Aida melenguh, akhirnya batang terakhir
itu memasuki tubuhnya. Tangannya berpegangan erat berusaha agar
tidak terjatuh saat pak Prabu setengah berlari mengejar balonnya yang
tertiup angin cukup kencang.
"Ugghhh,, apa lagi sih yang kalian tunggu,,, tinggal masukin aja koq
susah bener,,," Bu Sofie menggerutu melihat pasangan Arga dan
Zuraida yang berlari sangat pelan.
Tubuh Zuraida tampak sesekali menggeliat saat batang Arga yang
masih tersimpan di balik celana menyentuh bibir vaginanya.
"Gaaa,,, aku ga kuaaat kalo seperti iniii,," Zuraida merintih pilu di
telinga Arga, berusaha bertahan, sudah berkali-kali tubuhnya
menerima rangsangan hebat, dari pak Prabu dan Munaf.
Sementara Aryanti yang berada tidak jauh di depan mereka menatap
wajah suaminya yang menahan birahi, tak berbeda dengan dirinya
yang berusaha menahan laju batang Dako yang berusaha menyelusup
masuk.
"Masss,,," bibir Aryanti terbuka, seolah meminta izin untuk menerima
batang milik Dako kedalam tubuhnya. Sangat sulit baginya untuk terus
bertahan.
Tapi di mata Arga, istrinya justru terlihat seperti tengah mendesah.
Pikiran negatif menyeruak di hati lelaki itu. Mungkinkah Dako sudah
berhasil menyetubuhi istrinya. Tapi diamnya Arga, layaknya
membiarkan istrinya berselingkuh langsung di depan matanya, tapi ini
adalah game, game yang sangat panas, sangat sulit bagi para wanita
untuk bertahan dari rangsangan para lelaki.
"Maaf Masss,, aku udah ga tahaaan,,"
Tubuh Arga menggigil, saat Aryanti menutup mata, tubuh nya
beringsut turun, menyesuaikan posisi liang vaginanya dengan batang
Dako yang tegak mengacung ke atas, lalu menyelusup cepat kedalam
liang yang sempit. Arga dapat melihat, saat bibir sensual istrinya
terbuka melenguh pelan, ketika tubuh indah itu bergerak naik turun
tak teratur, bukan karena gerakan Dako yang tengah berlari mengontrol
arah balon, tapi karena ulahnya sendiri yang berusaha mengejar
kenikmatan didepan suaminya. Mata Aryanti terbuka, menatap sendu,
memberi pesan tentang kenikmatan yang tengah dirasakan oleh
vaginanya.
"Dakooo,,, kamu ngentotiiinn aku di depaaann Argaaaa, gilaaa,, tapi
nikmaaat banget,," pinggul Aryanti bergerak semakin cepat.
"Apa kamu ingin kita menjauh lebih ke depan,,,agar bisa lebih bebas
menikmati batangku,," tanya Dako yang mulai kewalahan, menyetubuhi
wanita yang sedang digendong, sambil mengejar balon bukan perkara
yang mudah.
"Tidaaakk,, tetaaap seperti iniii,,, aku benar-benar menikmati iniii,,,
uuugghhhhh,, Dakooo,,, aku merasa batangmu semakin besar di
vaginakuuu,,," Aryanti tidak lagi bergerak naik turun, tapi pinggulnya
bergerak maju mundur sangat cepat.
"ooo,,, aku keluaaaarrr,,," bibir Aryanti terbuka mendesah lepas,
pantatnya bergetar menjepit erat pinggul Dako.
"Ooowwhhhhsss,, Kooo,, batangmu keras bangeeett,,, meqi ku mpe
klengeeerrrsss,,," Aryanti seakan tak rela nikmatnya orgasme berlalu
begitu cepat. Sensasi dipuaskan oleh batang milik lelaki lain tepat di
depan suaminya menjadi rangsangan tersendiri baginya.
"Yaaan aku juga mau keluaaarr,, terus empot seperti tadiii,, enak
bangeeet,,," Dako mulai kewalahan, langkahnya tak lagi teratur.
"Zeee,,,, mereka sudah melakukaannyaaa,,," ucap Arga pada Zuraida
yang tengah terengah-engah merasakan gesekan batang Arga yang
masih terbalut celana.
Tiba-tiba langkah Dako terhenti tepat di depan mereka. Nafas lelaki itu
mendengus liar, kedua tangannya mencengkram erat pantat Aryanti,
menghentak maju mundur mengejar orgasmenya sendiri. Sementara
Aryanti tak kalah liarnya, berusaha menekan batang Dako jauh ke
dalam kemaluannya, pantatnya bergerak maju mundur dengan ritme
yang kacau.
"Maaasss Dakooo,," seru Zuraida pelan, saat kedua pasangan itu
bersisian, dan saat itu jualah sperma Dako menghambur, memenuhi
rahim Aryanti yang juga tengah merintih menyambut orgasmenya yang
kedua.
Dan semangat rintihan Aryanti tak lepas dari tatapan Arga yang
langkahnya sempat terhenti tepat di samping mereka. Arga tau vagina
istrinya tengah menerima transfer sperma milik Dako, sebanyak apapun
cairan yang keluar, liang kemaluan istrinya itu tetap pasrah menerima.
"Gaaa,,," wajah Zuraida yang terkejut dengan aksi Dako dan Aryanti
kini menatap Arga, memberi isyarat bahwa dirinyapun ingin merasakan
kenikmatan yang baru saja diterima Aryanti.
Ingin sekali Zuraida berteriak bahwa vaginanya juga sudah tak tahan,
ingin merasakan batang penis yang memenuhi liang kemaluannya.
Gayung bersambut, tangan Arga menyusur ke bawah, menarik turun
celananya. Kini kendali sepenuhnya ditangan Zuraida, bibir vaginanya
dapat merasakan gesekan dari helm kemaluan Arga.
Arga dan Zuraida saling tatap, "Zee,,, bolehhh?,,," tanya Arga
terengah-engah di antara langkahnya yang semakin pelan.
Zuraida mengangguk, meski dirinya selalu berharap Arga
menyetubuhinya dalam suasana yang romantis, tapi saat ini kondisi
benar-benar memaksa tubuhnya untuk turut merasakan kenikmatan liar
yang diciptakan oleh Bu Sofie. Dengan jantung dag dig dug berdenyut
cepat, Zuraida menurunkan pantat mulusnya. Bibir vaginanya mencari-
cari ujung dari batang milik Arga.
"Gaaa,,, aku izin yaaa mau nakaaal,,," kalimat yang keluar dari bibir
tipis itu membuat Arga bener-bener gemas.
Tapi bila waniita itu mengira vaginanya yang sudah sangat basah dan
terbuka lebar, akan dengan mudah menerima batang Arga, itu adalah
salah. Vagina Zuraida yang memang memiliki pintu masuk yang
mungil, tampak kerepotan untuk menelan helm dengan ukuran big size
milik Arga.
"Kegedeaaann,, ga bisa masuuuk,,," Zuraida menggeleng-gelengkan
kepala, tapi pinggulnya terus bergerak mencoba mencari posisi yang
lebih pas untuk sebuah penetrasi darurat.
"Gaaa,,, ayooo dong,, jangan malah diketawain,,," dari balik jilbabnya
bibir tipisnya merengek seperti anak kecil, vaginanya terasa sangat
gatal, tak pernah dirinya begitu ingin disetubuhi seperti saat ini.
"Wooyyy,,, Argaaa,, perhatiin dong balon kamu larinya kemana!!!,,,"
seru Bu Sofie, mengagetkan Arga dan Zuraida, saat menyadari balon
mereka tak ada lagi di depan, sontak keduanya tertawa terpingkal.
Suara Bu Sofie seakan menyadarkan mereka yang begitu asik dengan
dunia mereka berdua. Mata Zuraida kembali mengawasi suaminya
Dako, yang masih berada di belakang mereka, dan untuk kesekian
kalinya mengayunkan pantat Aryanti untuk menerima hujaman
batangnya. Mata dengan bulu yang lentik itu beralih pada Bu Sofie
yang terlihat begitu kelelahan, dengan sisa tenaganya berpegangan
erat di leher Pak Prabu. Tubuhnya bergerak mengikuti setiap gerakan
pejantan yang tengah menggendongnya, Tampak begitu pasrah
menerima setiap hujaman batang besar Pak Prabu. Lain lagi halnya
dengan Adit dan Munaf yang berlari beriringan, aroma persaingan
tampak jelas terlihat. Munaf begitu puas bisa mempencundangi Adit
dengan memberikan orgasme pada istrinya Andini yang tidak berkutik
di hadapan suaminya. Sementara bagi Adit sendiri, ingin sekali
menunjukkan bahwa dirinya masih lebih hebat dengan menghantar
Sintya pada orgasme yang sangat liar.
"Gaaa,,, masukin yuuuk,,, ga ada yang ngeliat kita koq,,,mereka semua
sibuk sendiri koq,,,"
Zuraida kembali merengek, ingin sekali menghentak pantatnya, dan
melumat batang Arga dengan paksa, tapi wanita itu seperti masi ragu
untuk kenakalan yang lebih jauh.
"Zeee,,, bener kamu ingin sekarang,,, tidak ingin menunggu nanti
malam,,,"
Zuraida bingung, lalu akhirnya menjawab sambil berbisik, seolah takut
terdengar oleh lainnya, "Aku pengen sekarang,,,tapiii,, jangan sampai
mereka tauu,,"
Arga tersenyum, Tangan nya segera menggenggam batang, dan
mengarahkan tepat ke vagina Zuraida. Menyunul-nyunul pelan, lalu
perlahan membelah tubuh wanita cantik itu.
"Gaaa,, ooowwwhhhh,, masuuuk,,,sedikit lagiii,,, masuuuk,,,"
Mulut Zuraida terbuka lebar, matanya terpejam saat batang Arga
perlahan menerobos masuk.
Sangat mudah, tidak sesulit usahanya tadi,
"Aku tau kamu tadi masih ragu," ucap Arga disela nafas Zuraida yang
tercekat.
Kini tubuhnya telah menerima batang milik lelaki lain, perlahan terus
menyelusup masuk kebagian terdalam tubuhnya, seiring luluhnya
segala digdaya kesempurnaan dirinya sebagai istri yang setia.
"Gaaa,, seperti inikah rasa nikmat dari kejantanan mu,," vaginanya
masih berusaha memasukkan batang Arga lebih dalam, meresapi rasa
nikmat yang dikumandangkan oleh liang kemaluannya yang menjepit
erat.
"Gaaa,,,Ooowwhhhh,,, penuuuhhh bangeeet,,," pinggulnya mulai
bergerak pelan, mencari-cari sensasi nyata yang disuguhkan.
Sementara Arga seakan tak percaya, akhirnya berhasil menyetubuhi
wanita yang bertahun-tahun menjadi fantasi liar nya.
"Zeee,,, aku entot yaaa,,,"
Mata Zuraida terbuka, mengangguk pelan, berusaha melebarkan
selangkangannya dengan mata mencoba mengintip ke bawah, tempat
dua alat senggama mereka bertemu.
"Gaaa,,, batangmu ooowwwssshh,,, jangan terlaluuu cepaaaat,,,
Arrgghhhhh,,,aku bisaaa keluaaaarr,,,"
Mata Zuraida nanar menatap batang Arga yang bergerak cepat keluar
masuk lubang kawinnya. batang pertama selain milik suaminya yang
berhasil mengobok-obok lorong sempit yang selama ini dijaganya
dalam biduk kesetiaan.
"Argaaa,,, aku keluaaaarrr,,,Adduuuuhhh gaaa,, aku
pipisss,,,Aaaggghhh,,," Kaki Zuraida berusaha memiting pinggul Arga,
memaksa batang itu masuk jauh lebih dalam. Tubuhnya bergetar,
menggeliat liar.
"Zeee,,, kau memaaang indaaahh,, Zee,,," batang penis Arga serasa
semakin membesar, lelaki itu tidak sanggup lagi bertahan saat wajah
cantik di depannya melepas orgasme sambil menatapnya penuh
kenikmatan.
"Argaa,,, kamu maauu keluaaaarr?,,, cabuuut Gaaa,, aku sedaaang
subuuuur,,, aku bisa hamil Gaaa,,,"
Mendengar kata-kata Zuraida, Arga justru semakin bernafsu,
mencengkram erat pantat Zuraida, memaksa batangnya tetap
bersemayam dibagian paling dalam, merasakan empotan vagina
Zuraida yang masih dilanda orgasme. Sia-sia bagi Zuraida berusaha
melepas batang Arga dari vaginanya, karena saat ini kemaluannya juga
tengah menagih hal yang sama.
"Zeee,, aku keluaaarrr,, aku keluar dirahim mu
sayaaaang,,,oowgghhhh,,," batang Arga berkedut, lalu menghambur
bermili-mili sperma, menghentak dinding rahim Zuraida dengan deras.
"Ooowwhhhh,, Argaaa,,,keluarkaaan sayaaaaang,,, keluar semuaaa
dirahimkuuu,,," Zuraida menatap wajah Arga yang orgasme dengan
rasa bahagia di hati. Membiarkan lelaki itu menikmati setiap detik
kenikmatan yang diberikan oleh alat senggamanya.
Kembali menjepit pinggul Arga, memaksa otot vaginanya memijat
batang Arga, seakan berusaha menguras seluruh isi kantong sperma,
dan menerima semua peralihan cairan itu kedalam tubuhnya.
"Gaa,,, sperma mu banyak bangeeet,, kamu bisa menghamiliku,,," bisik
Zuraida.
Whoooo,,, Plok,,Plok,,Plok,, Plok,,Plok,,Plok,,tepuk tangan dan sorak
terdengar riuh, mengagetkan Arga dan Zuraida. Tanpa mereka sadari
semua mata menatap ke arah mereka. Wajah Zuraida memerah seperti
udang rebus, turun dari tubuh Arga dengan terhuyung, kakinya begitu
lemas, tak bertenaga.
"Duduk dulu sayaaang,, kau terlihat sangat kelelahan,," sambut
Aryanti, wajahnya tersenyum menahan tawa.
"Maaf yaaan,, maaf banget, aku minjam suamimu ga bilang-bilang,,,"
"Ststsss,, udah jangan ributin itu,,," jawab Aryanti, merapikan kain
yang menutupi tubuh bagian bawah Zuraida yang hampir terlepas.
"Hey,, Pak Prabu, ngapain ngintip-ngintip, ga boleh tau,, sana gih,,
haahahaa,," Aryanti mengusir Pak Prabu yang berusaha mengintip
selangkangan Zuraida. Tampak sperma milik Arga perlahan mengalir
keluar dari celah sempit itu.
"Gilaaa,, sepertinya orgasmemu tadi dahsyat bener Ga,,," seru Munaf,
sambil terus bertepuk tangan.
"Asseeeem,,, sejak kapan kalian nonton,, akkhh,, taik kau Naf,,,
lombanya siapa yang menang,,," Arga berusaha mengalihkan obrolan.
"ngga ada yang menang,,, liat aja balon kalian ngumpul di pantai
semua tuh,,,hahaahaa,,," seru Bu Sofie disambut gelak tawa yang
lainnya.
"Okeeey,,, masih ada waktu setengah hari untuk kita beristirahat,
karena nanti malam kita akan mengadakan sedikit pesta perpisahan."
Pak Prabu kembali mengambil alih komando.
"Ada beberapa kabar, entah ini baik atau buruk untuk kalian,
tergantung kalian menyikapi kabar ini, lebih jelasnya kita bicarakan
nanti malam saja, Oke??,,,"
Wajah beberapa orang menjadi tegang, penasaran dengan kabar yang
baru diterima Pak Prabu.
Bersambung....

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

2 komentar:

Updat malam video hot
5 Top level
1.==>> Hot memek tembem
2.==>> perawan pecah
3.==>> Gadis desa
4.==>> Tante sangek
5.==>> Cabe cabean
Silahkan klik link di atas untuk me ngunduh video

Updat cerita sex tahun baru saya sajikan khusus cerita sex Melayu inilah
Kisah nurul suhana==>> klik untuk membaca
Cerita sex Jiran bersusu ==>> klik untuk membaca
Cerita sex jeritan Anna ==>> klik untuk membaca
Cerita sex janda muda ==>> klik untuk membaca
Cerita Budak 13 thn ==>> klik untuk membaca

permisi kakak2 numpang promo ya
yang suka main poker dan domino online, mari gabung di sini bersama kami di www.saranapelangi.com. kini hadir dengan 7 permainan yang dapat dimainkan dalam 1 website. dapatkan jackpot hingga ratusan juta setiap harinya. gak mau kalah teruskan main poker dan domino online ? ayo buruan gabung bersama kami di www.saranapelangi.com

Saranapelangi.com adalah satu - satunya Website Dengan Player VS Player Tanpa Menggunakan Bot (tanpa ROBOT) 100% Fair Play!!!

Hot Promo Dari SaranaPelangi!!!
*Bonus Rollingan Sebesar 0,5%
*Bonus Refrensi Sebesar 20%

Tunggu Apalagi?!, Ayo Gabung Dan Main Bersama Kami!!!


Untuk informasi lebih lanjut silahkan hubungi kami di www.saranapelangi.com atau melalui android kami.

- BBM : 2B47BB9C
- CALL : +855964972098
- WEECHAT : saranapelangi
- SKYPE : saranapelangi
- EMAIL : saranapelangi99@yahoo.com
- FACEBOOK : saranapelangi99@yahoo.com

WWW.SARANAPELANGI.COM

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.