Rabu, 11 Maret 2015

Eliza: Horror di Ruang UKS

I. Berawal Dari Sakit Perut
Namaku Eliza. Cerita ini terjadi saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu,
aku masih duduk di kelas 2 SMA swasta yang amat terkenal di
Surabaya.
Sekilas tentang diriku, aku seorang gadis Chinese yang mungil dengan
tinggi badan 157 cm dan berat badan 42 kg. Rambutku hitam panjang
sepunggung. Kata orang orang, wajahku cantik dan bentuk tubuhku
sangat ideal.
Namun entah apa aku harus bersyukur atau menyesali karunia yang
kuterima ini. Mungkin karena daya tarikku ini, aku malah mengalami
malapetaka di hari Sabtu, tanggal 18 Desember 2004.
Seminggu setelah perayaan ultahku yang ke sweet seventeen, aku
mendapatkan SIM karena sudah cukup umur. Sejak itu aku ke sekolah
dengan mengendarai mobil sendiri, mobil hadiah ultahku. Aku sekolah
siang, jadi pulangnya sampai jam setengah tujuh malam.
Hari itu sepulang sekolah, tiba tiba aku merasa perutku sakit dan
mulas, jadi aku memutuskan buang air di WC sekolah. Karena aku bawa
mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC sekolah, tanpa
harus kuatir merasa sungkan dengan adanya seorang sopir yang
menungguku.
Yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, entah kenapa aku
harus terus bolak balik ke WC sampai lima kali. Mungkin setelah tak
ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air.
Namun perutku masih saja terasa mulas.
Maka aku memutuskan untuk mampir ke ruang UKS sebentar dan
mencari minyak putih. Di dalam sana, aku menyalakan lampu dan
menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu aku mencari cari
minyak putih di kotak obat.
Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut
ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan
rasa sakit perutku.
Tapi aku amat terkejut ketika tiba tiba pintu ruang UKS ini terbuka, dan
ternyata yang membuka adalah tukang sapu di sekolahku yang bernama
Hadi.
Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap
melihat Hadi yang menatapku sambil menyeringai. Aku langsung
menyadari tiga kancing baju seragamku dari bawah ini terbuka,
memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini padanya.
Belum sempat aku berpikir tentang apa yang harus aku lakukan, Hadi
sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke
belakang punggungku dengan tangan kanannya, dan ia segera
membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya.
"Eeemph... eeemph...", aku meronta ronta sambil berusaha menjerit, dan
dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku ini
dengan tangan kiriku yang masih bebas.
Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku
menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Hadi ini?
Aku mulai merasa ketakutan. Aku tak tahu pasti apa maunya Hadi ini,
tapi aku tahu ia pasti bermaksud buruk padaku. Dan selagi aku
berjuang melepaskan diriku dari pak Hadi, mataku terbelalak ketika aku
melihat masuknya seorang tukang sapu yang lain, yang bernama
Yoyok.
"Girnooo", Yoyok melongok keluar pintu dan berteriak memanggil
satpam di sekolahku.
Aku sempat merasa lega, kukira Yoyok akan menyelamatkanku
cengkeraman Hadi. Tapi ternyata Yoyok yang mendekati kami bukannya
menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan
tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi
payudaraku.
Aku kembali berusaha meronta untuk melepaskan diriku dari situasi
yang menyeramkan ini.
"Wah baru kali ini ada kesempatan pegang pegang susu amoy... ini non
Eliza yang sering kamu bilang itu kan Had?", tanya Yoyok pada Hadi.
"Iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?" kata Hadi.
Sambil tertawa Yoyok makin keras meremasi kedua payudaraku. Aku
menggeliat kesakitan dan terus meronta mencoba melepaskan diri,
sambil berharap semoga Girno yang sering mendapat uang tips dariku
untuk kesediaannya mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat
sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis
ini.
Tapi aku langsung sadar kalau aku dalam bahaya besar. Yang
memanggil Girno tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku
berharap banyak pada Girno yang kalau tidak salah memang pernah aku
temukan sedang mencuri pandang padaku. Ataukah... ?
Beberapa saat kemudian Girno datang, dan melihatku diperlakukan
seperti itu, Girno malah menyeringai dan aku merasa mimpi burukku
akan segera menjadi kenyatan.
"Dengar, kalian jangan gegabah... non Eliza ini kita ikat dulu di ranjang
UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong.
Itulah saatnya kita berpesta kawan kawan!", kata Girno.
Maka lemaslah tubuhku setelah aku tahu Girno ada di pihak mereka.
Dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS.
Kedua tangan dan kakiku sudah direntangkan, dan diikat erat pada
keempat sudut ranjang ini hingga tubuhku membentuk huruf X.
Berikutnya, dua kancing bajuku yang belum lepas, dilepaskan oleh
Hadi, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna
pink yang menutupi payudaraku.
"Pak... tolong jangan begini pak...", aku memohon dan rasa putus asa
mulai menghinggapiku.
Ratapanku ini dijawab Girno dengan mencium bibirku. Ia melumat
bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan
nafas, lalu ia menyumpal mulutku sehingga aku tak akan bisa berteriak
minta tolong. http://kisahbb.wordpress.com/category/eliza-series-by-
diankanon/

"Non Eliza, tenang saja. Nanti juga non bakalan merasakan surga dunia
kok", kata Girno sambil tersenyum memuakkan.
Kemudian Girno memerintahkan mereka semua untuk kembali
melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di
ruang UKS sialan ini. Girno kembali ke posnya, Hadi dan Yoyok berkata
mau meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang
belum disapu.
Aku mulai menyesali keputusanku masuk ke dalam ruangan ini,
keputusan yang mungkin harus kubayar mahal.
Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan
terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan seks yang aku
dengar, aku mengerti mereka bertiga pasti akan memperkosaku, entah
dengan cara bergilir ataupun langsung memperkosaku ramai ramai.
Sakit perutku mungkin sudah hilang berkat khasiat minyak putih tadi,
tapi aku dilanda ketegangan yang luar biasa. Ikatan pada kedua
pergelangan tangan dan kakiku ini membuat aku hanya bisa pasrah
menunggu nasib.
-x-
II. Pembantaian Dimulai
Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah
berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan pukul delapan malam.
tibalah saatnya aku dibantai oleh mereka.
Hadi masuk, diikuti Yoyok, Girno, dan celakanya ternyata mereka
mengajak dua orang satpam yang lain, Urip dan Soleh. Aku menggigil
ketakutan, entah seperti apa keadaanku nanti setelah diperkosa oleh
lima orang ini.
"Hai amoy cantik... sudah nggak sabar menunggu kami ya?", kata Hadi.
Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku
hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang
mengalir deras pada kedua pipiku, aku memandang mereka memohon
belas kasihan, walaupun aku sadar hal ini tak akan ada gunanya.
Mereka hanya tertawa dan dengan santai mereka membuka ikatan
ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku, lalu tanpa
mendapatkan perlawanan sedikitpun dariku, mereka melepaskan baju
dan rok seragam sekolahku, juga kedua sepatu dan kaus kakiku. Kini
aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam yang keduanya berwarna
sedikit pink.
Melihat diriku yang sudah pasrah tak berdaya, mereka bersorak
gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku.
Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam
dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus dah halus,
membuatku merasa ngeri juga ketika memikirkan tubuhku akan segera
dijarah habis oleh mereka. http://telurrebus.wordpress.com/category/
eliza-high-school-girl-series/

Aku kembali meronta, tidak rela menerima nasib yang buruk ini. Tapi
tiba tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Girno menyentuh
selangkanganku, menekan nekan vaginaku yang masih terlindung
celana dalamku.
Aku tak tau sejak kapan, tapi bra yang aku pakai sudah lenyap entah
kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Hadi dan
Yoyok, membuat tubuhku rasanya panas dingin. Belum lagi mereka
akhirnya mengikatku lagi dalam posisi seperti tadi, mungkin karena aku
terlalu banyak meronta.
Selagi aku masih kebingungan karena baru pertama kalinya ini aku
merasakan sensasi sentuhan lelaki yang melanda tubuhku, Urip
mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku
habis habisan. Aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Soleh meraba
dan membelai kedua pahaku.
Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh lima orang sekaligus
tanpa bisa berbuat apa apa karena kedua tangan dan kakiku terikat erat
di empat sudut ranjang ini, aku merasakan gejolak luar biasa yang
melanda tubuhku tanpa bisa kukendalikan.
Aku merasakan betapa tubuhku berkelojotan dan mengejang hebat.
Berulang kali tubuhku terlonjak lonjak sampai beberapa saat lamanya.
Kedua betisku melejang lejang, dan rasanya seluruh tubuhku bergetar.
"Oh... augh... ngggg... aaaagh..." aku mengerang dan menjerit keenakan.
Aku merasa seperti buang air kecil, tapi yang keluar hanya sedikit, dan
baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang amat sangat seperti ini.
Aku mengerti sekali bahwa tadi itu aku baru saja mengeluarkan cairan
cintaku, karena aku mengalami orgasme. Aku memang pernah
bermasturbasi walaupun hanya menggesek gesekkan jariku pada bibir
liang vaginaku sampai akhirnya aku mengeluarkan cairan cintaku.
Tapi aku merasa kalau yang keluar itu tak sebanyak yang tadi, dan
semua yang kurasakan tadi jauh lebih nikmat dibandingkan ketika aku
mencapai orgasme saat bermasturbasi. Aku merasakan sensasi yang
luar biasa dengan adanya sentuhan lelaki, yang baru pertama kali
kurasakan.
Tadi itu cairan cintaku keluar banyak sekali, dan aku merasa kelelahan
dan lemas sekali. Kini aku hanya diam pasrah terbaring di tengah
kerumunan para lelaki bejat ini.
"Enak ya non? Hahaha... nanti non pasti minta tambah", aku mendengar
suara itu tanpa bisa melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara
Yoyok, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan
merendahkanku itu.
"Non Eliza, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika non Eliza tidak
macam macam, kami akan melepaskan non setelah kami puas. Tapi jika
non Eliza macam macam, non akan kami seret ke mess kami. Dan non
tahu kan apa akibatnya? Di situ non tidak hanya harus melayani kami
berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya non?", kata
Girno kepadaku.
Mendengar hal itu, aku jadi merasa ngeri, dan aku hanya bisa
mengangguk pasrah, berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semua.
"Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak
bapak. Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi,
saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar... tolong jangan
keluarkan di dalam ya? Saya nggak mau hamil pak..." aku memohon
dengan sungguh sungguh dalam rasa ngeri membayangkan aku harus
dibawa ke mess mereka, juga rasa ngeri akan kemungkinan hamil
akibat diperkosa ramai ramai oleh mereka ini.
Mereka yang tinggal di mess itu adalah para satpam, tukang sapu dan
tukang kebun yang bekerja di SMA tempat aku bersekolah sekarang ini,
ditambah dengan yang bekerja di SMP dan SD yang masih sekomplek
dengan SMAku, yang memang kebetulan masih satu yayasan.
Daripada aku akan lebih menderita diperkosa oleh puluhan orang, lebih
baik aku menuruti apa mau mereka yang 'cuma' berlima ini.
Dan aku benar benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap
mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar
sering dilakukan oleh pemerkosa... menindik puting susu korbannya.
Aku benar benar takut kalau aku harus mengalami semua itu.
"Hahaha, non Eliza, sudah kami duga non memang masih perawan.
Nona masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi
tubuh nona yang sexy. Kami selalu memimpikan memperawani non
Eliza yang cantik ini sejak non masih kelas satu SMA. Minggu lalu,
ketika non ulang tahun ke tujuh belas dan merayakannya di kelas, non
bahkan berbaik hati memberi kami hadiah makanan. Maka kami sepakat
untuk membalas kebaikan non dengan memberi non kenikmatan surga
dunia.", kata Girno.
"Tenang saja non. Kami memang menginginkan tubuh non, tapi kami
tak sekejam itu untuk melukai tubuh non yang indah ini. Dan kalo
tentang hamil, non Eliza tenang saja. Kami sudah mempersiapkan
semua itu. Tadi siang, aqua botol yang non titip ke saya, saya
campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut. Sekarang non Eliza
mengerti kan kenapa tadi non jadi sakit perut? Hahaha..." jelas Girno
sambil tertawa, tertawa yang memuakkan.
Jadi memang ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul
mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi,
tanpa memandang status mereka. Tapi kini balasannya aku harus
melayani mereka berlima. Apa salahku terhadap mereka?
Hari ini aku akan diperkosa ramai ramai oleh mereka, dan mereka akan
mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir
menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh
mereka.
Membayangkan semua itu, entah kenapa tiba tiba aku terangsang
hebat, dan gairahku naik tak terkendali. Aku tanpa sadar menanti dan
berharap mereka akan memberikanku kenikmatan lagi seperti yang tadi
baru melandaku.
Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata
penis penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat
jantungku berdegup semakin kencang melihat ukuran penis penis itu
yang begitu besar. Dan penis penis itu, akan bergantian mengisi dan
menyiksa liang vaginaku.
Girno mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain
melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku. Girno
menarik lepas celana dalamku. Kini aku sudah telanjang bulat dan
tubuhku yang putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat
semakin bernafsu.
"Indah sekali non Eliza, memeknya non. Rambutnya jarang, halus, tapi
indah sekali", puji Girno.
Aku sama sekali tidak tersanjung oleh pujian cabul Girno ini. Entah apa
indahnya bibir vaginaku baginya, yang pasti liang vaginaku akan segera
disiksa olehnya. Semakin jelas aku melihat penis Girno, dengan
diameter sekitar lima senti dan panjang yang sekitar enam belas senti.
"Pak, pelan pelan pak ya..." aku mencoba mengingatkan Girno.
Ia yang hanya menganguk sambil tersenyum memandangi diriku,
membuatku merasa jengah dan memalingkan mukaku, tak ingin
memandang orang yang akan merenggut keperawananku ini. Girno
menggesek gesekkannya kepala penisnya yang sudah menempel pada
bibir vaginaku, membuatku semakin terangsang.
Aku menyadari bahwa mereka sudah tidak lagi memegangi pergelangan
tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat. Mungkin karena mereka
sudah yakin, aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan
atau mencoba melarikan diri, dan memang aku tak berani melakukan hal
itu.
-x-
III. Terenggutnya Keperawananku
Kini mereka sudah mengerubutiku kembali, seperti segerombolan
serigala memperebutkan seekor kelinci putih yang manis. Kedua
payudaraku kembali diremas remas oleh Hadi dan Yoyok, sementara
Urip dan Soleh bergantian melumat bibirku.
Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku harus
menyerah diantar mereka menuju orgasmeku untuk yang ke dua
kalinya. Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang,
bahkan kali ini aku meraskan cairan cintaku sepertinya menyembur
keluar.
"Eh... non Eliza ini... belum apa apa sudah keluar dua kali, pake muncrat
lagi. Sabar non, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera non
rasakan. Tapi ada bagusnya juga lho, memek non pasti jadi lebih licin,
nanti pasti lebih gampang ditembus ya", ejek Girno sambil mulai
melesakkan penisnya ke liang vaginaku.
"Aduh... sakit pak" erangku.
"Tenang non, nanti juga enak", kata Girno.
Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih
dalam dari yang tadi. Rasa pedih yang amat sangat melanda vaginaku,
yang meskipun sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu
terlalu besar, Girno kesulitan untuk menancapkan penisnya ke dalam
liang vaginaku.
Namun dengan penuh kesabaran, Girno terus memompa masuk
penisnya dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku. http://
kisahbb.wordpress.com/category/eliza-series-by-diankanon/
Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur
rasa nikmat yang luar biasa. Dan Girno terus melakukannya, menarik
sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus
melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi
penis Girno ke dalam liang vaginaku.
Hadi dan Yoyok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang
kurasakan sudah mengeras, mungkin karena tubuhku terus menerus
dirangsang oleh mereka semua sejak tadi.
Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali dan
menghapus semua nikmat yang sempat kuterima tadi. Entahlah,
mungkin akhirnya selaput daraku robek.
"Ooh... aauugggh... hngggkk... aaaaagh...", aku menjerit kesakitan,
seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku kembali mengalir tanpa
bisa kutahan. Keringatku juga mengucur deras.
Aku ingin meronta, tapi rasa sesak dan sakit di liang vaginaku
membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun
padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini.
"Aduh... sakit pak Girno... ampun", aku mengerang dan memohon pada
pak Girno.
Namun Girno hanya tertawa tawa, mungkin karena ia puas telah
berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak menyemangati
kebiadaban Girno ini.
Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan
sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak
berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan
tubuhku supaya liang vaginaku yang penuh sesak itu tak semakin
didera oleh rasa sakit.
Sempat terlintas dalam pikiranku, kini aku sudah bukan seorang gadis
suci lagi.
Lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Urip menahan gerakan
kepalaku, dan ditambah belaian pada rambutku serta dua orang lelaki
yang menyusu seperti anak kecil pada kedua payudaraku ini
membuatku melupakan itu semua, dan gairahku yang sempat
dipadamkan oleh rasa sakit tadi kembali menyala.
Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan pada
bibirku. Girno terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah
menancap setengahnya pada liang vaginaku.
Dan Girno memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu
sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah rasa
ngilu yang amat nikmat yang melanda selangkanganku.
Walaupun baru menancap setengahnya, batang penis Girno itu
membuat liang vaginaku terasa begitu sesaknya, dan urat urat pada
batang penis itu berdenyut denyut, menambah sensasi yang kurasakan.
"Oh sempitnya non. Enaknya... ah...", Girno mulai meracau sambil terus
memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya.
Penis itu terasa seperti sedang menyodok bagian terdalam dari
vaginaku, mungkin itu rahimku. Aku hanya bisa mengerang tanpa
berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur
nikmat.
Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha
mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa
mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak
dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di
vaginaku.
Dan setelah diam beberapa saat untuk memberiku kesempatan
beradaptasi, akhirnya Girno mulai memompa tubuhku. Aku mengerang
dan mengerang, mengikuti irama genjotan si Girno. Dan erangangku
kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan
penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini.
"Isep non. Awas, jangan digigit ya!", Urip berkata seperti memerintah
budaknya saja.
Walaupun aku gelagapan karena baru pertama kali mulutku dimasukin
penis seorang lelaki, tapi aku hanya pasrah, dan mulai mengulum
penis yang baunya tidak enak ini. Dan lama kelamaan aku jadi terbiasa
juga dengan bau itu. Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak
terlalu besar dibanding dengan penisnya Girno.
Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis
itu, Urip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali
melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah,
meskupun berulang kali aku tersedak.
Selagi aku berjuang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini,
Soleh meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya.
"Non, ayo dikocok!", perintahnya.
Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang
mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu,
walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang.
-x-
IV. Kedatangan Pak Edy Wali Kelasku
Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka,
dan pak Edy, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku
menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Girno masih tetap
bersarang dalam liang vaginaku.
Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, "Apa apaan ini? Apa yang
kalian lakukan pada Eliza?".
"Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka", aku merasa
ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Urip, dan
berkata dengan sedikit berteriak
"Kalian ini... ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya kembali mau
mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon tidak
ketemu juga tidak apa apa... hahaha...", pak Edy seolah tak mendengar
kata kataku.
Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara
pesta seks terhadap diriku ini langsung lemas dalam keputus asaan.
Dengan kesal aku mulai melanjutkan kocokan tanganku pada penis
Soleh dan juga kulumanku pada penis Urip. Memang aku harus
mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga
ingin semua ini berakhir. http://telurrebus.wordpress.com/category/
eliza-high-school-girl-series/

Setelah sadar bahwa pak Edy malah akan bergabung dengan mereka,
para maniak ini tertawa lega.
"Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Eliza
masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Edy dulu. Tapi kalo
soal memeknya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih", kata Girno yang
mulai memompa liang vaginaku dengan penisnya.
"Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar
kan?" kata pak Girno yang tertawa mengiyakan sambil melepas
pakaiannya.
Ternyata penis wali kelasku ini tidak terlalu besar, bahkan ternyata
paling pendek di antara mereka.Tapi aku sudah tak perduli lagi.
Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga
kalinya.
"Aaaaagh...", erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak
Edy yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur.
Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak,
entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun liang vaginaku yang
masih sangat sempit ini tersa penuh sesak terisi batang penis Girno
yang berukuran raksasa ini, hingga aku tak berani menggeliat sesuka
hatiku.
Dalam kelelahan ini, aku harus melayani enam orang sekaligus.
Sodokan sodokan yang dilakukan Girno membuat gairahku tak
menurun, dan hal itu amat menyiksaku. Sudah beberapa menit Girno
terus menggagahiku, hingga berkali kali aku harus menggelepar didera
orgasme dan orgasme.
Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini.
Kedua tanganku mengocok penis dari Soleh dan pak Edy, wali kelasku
yang ternyata bejat ini, dan tiba tiba aku agak bingung juga
memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai
Senin besok dan seterusnya saat dia mengajar di kelasku.
-x-
V. Pembantaian Berlanjut
Urip mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali
disodokkannya ke tenggorokanku, membuat aku tak sempat terlalu lama
memikirkan hal itu. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya
aku mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang penis si Urip
ini, menikmati rasa tercekik yang enak ini.
Tiba tiba Girno menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di
ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan
penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih
tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga
rebah dan kedua payudaraku menindih tubuhnya. Urat penisnya terasa
mengorek ngorek dinding vaginaku.
Aku hanya pasrah menunggu, entah permainan apa lagi yang harus
kujalani bersama Girno dan yang lainnya ini.
"Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh,
tiga sekalian, tiga lubang rame rame?" tanya Girno pada yang lain.
"Akuuur...", seru mereka segera menyetujui sambil tertawa tawa.
Berikutnya Urip segera ke belakangku, dan kurasakan ia sedang
meludahi anusku. Kengerian kembali melandaku, membayangkan aku
akan dijadikan sandwich oleh Girno dan Urip.
"Jangan.... jangan di situ..." desisku ketakutan.
Namun seperti yang aku duga, Urip sama sekali tidak perduli. Aku
memejamkan mata ketika Urip menempelkan kepala penisnya ke
anusku, dan yang lain bersorak kegirangan dan beberapa dari mereka
memuji ide Girno.
"Aaaaaagh..." aku mengerang ketika penis Urip mulai melesak ke dalam
liang anusku.
Mataku terbeliak, kedua telapak tanganku tanganku kugenggamkan erat
erat pada sprei kasur tempat aku diperkosa ramai ramai ini. Tubuhku
terutama pahaku bergetar hebat, selagi aku berjuang menahan sakit
yang luar biasa. Ludah Urip yang bercampur dengan air ludahku di
penis Urip yang baru kukulum tadi harusnya sudah membuat penis itu
cukup licin, tapi ternyata itu tak membantu sama sekali.
"Aaaaaagh... sakiiiiiit... Jangaaaaan...", erangku tanpa daya ketika
akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam liang anusku.
Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Soleh mengambil
kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga
eranganku teredam. Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip
yang sedang menyodomiku. Begitu panjang, walaupun diameternya
tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok
nyodok tenggorokanku.
Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi, dijarah habis oleh mereka
semua. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Urip
mulai memompa liang anusku. Setiap ia mendorongkan penisnya, penis
Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis
Girno sedikit tertarik keluar dari liang vaginaku.
Tapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga
sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku. Akibatnya tubuhku yang
turun membuat penis Girno kembali menancap dalam dalam pada liang
vaginaku, ditambah lagi Girno sedikit menambah tenaga tusukannnya,
hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku.
Rasanya tubuhku seperti sedang dirobek robek ke berbagai arah. Belum
lagi liang anusku yang kemasukan benda asing ini membuatku jadi
ingin mengejan, perutku kembali terasa mulas sekali.
Setelah beberapa saat aku harus berjuang menahan keinginanku untuk
mengejan, perlahan rasa sakit pada liang anusku sudah berkurang
banyak. Dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah kembali harus
melayang dalam kenikmatan.
Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku
hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak
banyak karena semua bagian tubuhku yang harusnya bisa kugerakkan
ini semuanya ditahan oleh para pemerkosaku.
Dalam keadaan orgasme seperti ini, mereka tanpa ampun terus
bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan
akhirnya aku mengalami multi orgasme! Tanpa terkendali lagi, aku
mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang
ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih
dari 2 menit.
Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Girno bergetar getar.
Sementara Soleh membelai rambutku dan Urip meremas remas
payudaraku dari belakang.
Sungguh, aku tak kuasa menyangkal, kenikmatan yang aku alami
sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku
merasakan yang seperti ini. Aku memang pernah bermasturbasi sampai
merasakan orgasme yang nikmat. Namun orgasme dalam keadaan liang
vagina tertancap penis seperti ini benar benar membuatku melayang.
http://kisahbb.wordpress.com/category/eliza-series-by-diankanon/
Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya
desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama
penis Soleh mengaduk aduk tenggorokanku. Entah sudah berapa kali
aku mengalami orgasme, sampai akhirnya kurasakan tubuh Girno
bergetar dan menggigil.
"Hegh... hu... huoooooooh...", Girno melenguh, penisnya berkedut,
kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam
liang vaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke
sekian kalinya.
Akhirnya Girno orgasme juga bersamaan denganku, dan penisnya
sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk
membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela
sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran darah perawanku,
cairan cintaku dan sperma Girno.
"Oh... enake rek, memek amoy seng sek perawan..." kata Girno, yang
tampak amat puas, entah puas karena berhasil memperawaniku, atau
puas menikmati sempitnya liang vaginaku.
Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Urip dan Soleh cukup
pengertian. Urip mencabut penisnya dari liang anusku, dan Soleh tak
memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang sudah
begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Girno yang masih
belum juga melepaskan penisnya yang masih terasa begitu besar
untukku.
-x-
VI. Tenggelam Dalam Nikmat Pesta Seks
Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku
selama hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis. Tak ada
keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati
perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku dijadikan
obyek pesta seks lagi seperti tadi. Apalagi mereka cukup lembut dan
pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan.
Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan
menyakitiku seperti menampar pipiku ataupun menjambak rambutku.
Bahkan Girno memelukku dan membelai rambutku dengan mesra,
setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah
dan hanyut dalam pelukannya.
Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku
seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini.
Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk
seterusnya, membuatku terkejut dalam hati.
Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku
malah berpikir seperti itu? Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar
benar nikmat, belum pernah aku merasakan orgasme yang senikmat itu
ketika aku bermasturbasi.
Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah
melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai
orgasme berkali kali.
Lamunanku terputus saat Girno mengangkat tubuhku hingga penisnya
yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku, dan ia menyingkir
membiarkan Soleh mengambil gilirannya.
"Non, kita lanjutin ya", kata Soleh yang sudah tiduran di sela kakiku
yang sedikit mengkangkang.
Aku hanya menurut saja dan menaiki penisnya yang tegak mengacung
itu. Soleh memegang dan membimbing penis itu menempel pada bibir
vaginaku. Sekali ini, tanpa paksaan sedikitpun, malah aku yang
berinisiatif menurunkan badanku, hingga perlahan penis itu tertelan
dalam liang vaginaku.
"Ooh... aaah....", erang Soleh ketika penisnya mulai melesak ke dalam
vaginaku.
Memang lebih mudah dari punya Girno tadi, karena diameter penis si
Soleh lebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya yang tidak selisih
banyak dengan milik Girno tadi membuatku kelabakan.
"Ooh... aduuuuh...", erangku panjang seiring makin menancapnya penis
Soleh hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku.
Penisnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Girno yang kini
duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka memberiku
kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Urip mendorongku
hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Soleh yang langsung
mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku. Baru aku sadar,
Soleh ini pasti tinggi sekali.
Rupanya si Urip belum puas dan ingin melanjutkan aksi sodominya
terhadapku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku
lebih siap. Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang
seperti kodok, dan perlahan tapi pasti, liang anusku kembali ditembus
penis Urip yang amat keras ini, membuat kedua liang di selangkangan
tubuhku ini kembali terasa sesak.
Walaupun memang tidak sesesak tadi, rasa mulas dan ingin mengejan
itu langsung kembali lagi menyiksa tubuhku, membuatku merintih dan
mengerang, antara pedih dan nikmat. Beberapa kali aku harus menahan
nafas karena kesakitan.
Kini Hadi dan Yoyok ikut mengepungku. Mereka masing masing
memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk
menggenggam penis mereka dan mengocoknya. Selagi aku mulai
mengocok dua buah penis itu, pak Edy mengambil posisi di depanku,
kelihatannya ia ingin memintaku untuk mengoral penisnya.
"Dioral sekalian Eliza, daripada nganggur nih", katanya dengan senyum
yang memuakkan.
Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau
mengancam yang macam macam. Kubuka mulutku walaupun dengan
setengah hati, membiarkan penis pak Edy yang berukuran kecil ini
masuk dalam kulumanku. http://telurrebus.wordpress.com/category/
eliza-high-school-girl-series/

Jadi kini aku digempur lima orang sekaligus, yang entah mengapa
justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Soleh dan Urip makin
bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat
membawaku orgasme lagi.
"Eemmph....", erangku keenakan.
Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi
vaginaku yang terus dipompa Soleh yang kulihat sedang merem melek
keenakan. Tiba tiba penis pak Edy berkedut dalam mulutku, dan tanpa
ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku.
Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin
dan asam. Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film biru, tanpa
disuruh pun aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Edy
dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidak ada sperma
yang tertinggal di penis yang kecil itu, sementara itu pak Edy melolong
lolong keenakan.
"Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya non Eliza?
Bagaimana nanti sama memeknya? Seret banget lho pak", kata Soleh
dengan nada sedikit mengejek, disambung tawa para lelaki bejat di
ruang ini.
Pak Edy terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk
di sebelah si Girno. Aku juga tertawa dalam hati, namun ada bagusnya
juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan.
Hadi yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke
depanku, dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku mengulum penis
itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Yoyok
kupercepat, aku seakan sedang berlomba mengimbangi cepatnya
sodokan demi sodokan penis Soleh dan Urip yang semakin gencar
menghajar vagina dan anusku.
"Ouuggghh....", Urip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang
seiring berkedutnya penisnya dalam liang anusku.
Penis Urip menyemprotkan spermanya berulang ulang di dalam liang
anusku hingga terasa hangat sekali pada liang anusku di bagian
terdalam. Perutku kembali sedikit mulas, tapi mulas yang enak sekali.
Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah
orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya. Dan Yoyok
berniat menggantikan Urip membobol anusku. Baru aku sadar, dari
genggaman tanganku tadi pada penis Yoyok, aku tahu penis Yoyok
tidak panjang, tapi... diameternya itu, rasanya seukuran dengan punya
si Girno. Dan celaka... penis itu akan segera menghajar anusku.
"Oooh... ooogh... sakiiiit...", erangku ketika Yoyok memaksakan penisnya
sampai akhirnya masuk.
Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya
berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak
bisa dilukiskan dengan kata kata. Aku melenguh lenguh menikmati
mulasnya perutku, juga rasa ingin mengejan yang mendera liang
anusku. Apalagi liang vaginaku ini semakin ngilu seperti akan copot
saja, karena Soleh terus memompa liang vaginaku tanpa ampun.
Aku semakin tersengat birahi ketika Soleh yang ada di bawahku
meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya,
sementara Hadi menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan
penisnya ke kerongkonganku. Di sini aku bisa mengira ngira, ternyata
penis si Hadi ini mirip dengan punya Urip dan Soleh.
Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai
akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutan penis Soleh
dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Hadi berkedut lebih keras dan
langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga
mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan
semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku.
Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Yoyok
menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma
berulang ulang dalam liang anusku, diikuti Soleh yang menghunjamkan
penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan.
"Ooohh... aanggh...", aku sendiri juga mengerang panjang.
Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Soleh di
dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Hadi jatuh
terduduk lemas setelah penisnya kubersihkan tuntas seperti punya pak
Edy tadi. Lalu Soleh yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku
memelukku erat dan kembali melumat bibirku dengan ganas, sampai
aku tersengal sengal kehabisan nafas.
Yoyok yang penisnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari
anusku, juga duduk bersandar di dinding. Liang anusku langsung
terasa lega dan nyaman, dan sekarang ini tinggal aku dan Soleh yang
ada di atas ranjang.
Kami terus bergumul dengan panas. Soleh membalik posisi kami hingga
aku telentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih
menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mungkin
dikarenakan penis Soleh yang panjang.
Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Soleh, seakan tak ingin
penisnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Soleh ini.
Mungkin pergumulan kami yang panas menyebabkan birahi Girno
terbakar. Aku sempat melihat penis raksasa itu mengacung kembali,
seolah menandakan tenaganya yang sudah pulih setelah tadi sudah
sempat berejakulasi.
Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Soleh yang bergumul
dengan penuh nafsu. Namun penis Soleh yang semakin mengecil itu
akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Soleh pun
tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah
siap kembali untuk menggenjotku.
Girno segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan
bernafas, dengan penuh nafsu ia segera menjejalkan penisnya yang
amat besar itu ke dalam vaginaku. Aku terbeliak, merasakan kembali
sesaknya vaginaku.
Girno yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa vaginaku dengan
ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku
mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini.
Gilanya, aku ingin Girno bersikap lebih liar. Aku malah mencoba
menggoda Girno dengan pura pura ingin menahan sodokan penisnya
dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya.
Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram dan menekan kedua
pergelangan tanganku di atas ranjang tempat aku dibantai ini,
membuatku tak berdaya. Dan sodokan demi sodokan penis Girno yang
menghajar vaginaku terasa semakin keras.
Aku bahkan nekat menatap Girno dengan pandangan sayu memelas
untuk lebih menggodanya lagi, dan ternyata memang berhasil. Dengan
nafas memburu, Girno melumat bibirku seolah tak ingin bibirku terlepas
dari pagutannya. sambil terus memompa vaginaku.
Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku
bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskan ledakan birahiku
karena seluruh gerakan tubuhku terkunci. Bahkan untuk melenguh pun
aku tidak bisa karena Girno masih saja melmat bibirku.
Aku hanya bisa diam dan pasrah menikmati semua ini, hingga akhirnya
aku mendengar Girno menggeram nggeram. Semprotan sperma yang
cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.
Girno melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku,
namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia
turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu
memberi kesempatan pada pak Edy yang penisnya sudah ereksi
kembali.
Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang
vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi. Dengan
tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan
kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma
bercampur cairan cintaku.
Tanpa kesulitan yang berarti, wali kelasku ini sudah melesakkan
penisnya seluruhnya, membelah dinding liang vaginaku yang licin ini.
Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa vaginaku. Namun lagi
lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram,
kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke
dalam liang vaginaku.
Yang lain kembali menertawakan pak Edy, sedangkan aku yang belum
terpuaskan dalam 'sesi' ini, memandang yang lain, terutama Hadi yang
belum sempat merasakan selangkanganku.
Hadi yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia
mencium bibirku dengan gaya yang dimesra mesrakan, membuatku
sedikit geli namun cukup terangsang juga.
Tak lama kemudian, Hadi sudah siap dengan kepala penis yang
menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan penisnya dalam dalam. Ia
terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan
sakit karena Hadi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini.
Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Edy
yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak
sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak
ingin terlihat murahan di depan mereka.
Hadi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari
tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat,
seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi
aku dan Hadi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat
yang lain yaitu Yoyok dan Urip akan pergi keluar dari ruangan ini.
"Nanti kasihan non Eliza, kalo memeknya yang bersih jadi kotor kalo
kontolku tidak aku cuci", kata Urip ketika akan keluar.
"Iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep gini harus ngemut kontol
yang kotor seperti ini", sambung Yoyok.
Oh, ternyata mereka begitu pengertian padaku. Aku jadi semakin
senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka.
Kulayani Hadi dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut
dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam,
memberikan nikmat yang amat sangat.
Tanpa ampun lagi, tak sampai lima menit kemudian aku orgasme
disusul Hadi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku,
bersamaan dengan kembalinya Yoyok dan Urip.
Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Hadi
terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku, tapi hanya
membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat
setelah orgasme barusan.
Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil,
membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul
sembilan malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani nafsu enam
lelaki ini. http://kisahbb.wordpress.com/category/eliza-series-by-
diankanon/

Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Urip dan Yoyok
untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku
haus.
"Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu ya", kataku.
Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman
yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat
cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini.
"Pak Girno. Saya haus... tapi air minum saya tadi itu sudah bapak
campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu.
Jangan dicampurin apa apa lagi ya pak", kataku sambil akan turun dari
ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas
sekolahku.
"Tidak usah non. Saya belikan saja, sekalian sebagai hadiah untuk
non", kata Girno menolak.
Dalam hati aku menggerutu, air aqua sebotol saja dikatakan hadiah.
Tapi aku diam saja.
Girno pergi ke WC sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembali
dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia
keluar untuk membeli air minum untukku.
Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya
aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya.
Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua.
Tak lama kemudian, Girno kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang
ternyata segelnya sudah terbuka.
"Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya
mulas mulas lagi?", aku menatap Girno dengan curiga, dan bertanya
dengan ketus.
"Nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pingin non bolak balik ke
WC lagi. Ini cuma supaya non Eliza gak terlalu capek. Buat tambah
tenaga non", jawab Girno sambil tersenyum senyum.
Yah, pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya
sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa
aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan
membuangnya ke tong sampah di ruang ini. Aku tak mau sampai salah
minum dan kemudian menderita di toilet seperti tadi.
-x-
VII. Diperparah Obat Perangsang
Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Urip
dan Yoyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama
wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku.Padahal
mereka belum menyentuhku.
Aku langsung tersadar, ini pasti ada obat perangsang yang
dicampurkan dalam minuman yang tadi dibelikan oleh Girno.
Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka.
Urip dan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku. Permainan
ini dilanjutkan kembali. Urip melesakkan penisnya dalam vaginaku,
sementara Yoyok memintaku mengoral penisnya.
Mungkin karena obat perangsang itu, aku sendiri menginginkan
kenikmatan ini tidak pernah berhenti menghinggapiku, bahkan sebentar
sebentar aku mengalami orgasme. Dan gilanya, tiap aku orgasme
mereka berdua bertukar posisi, membuatku semakin larut dalam
permainan ini.
Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku, kurasakan
ketika mengoral penis mereka, membuatku semakin liar. Aku
menggeliat keenakan saat mereka berejakulasi hampir bersamaan,
Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku. Sedangkan aku sendiri
kembali harus menyerah diantar menuju orgasmeku.
Ada satu menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku
terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku
menggengam sprei yang sudah basah dan awut awutan. Aku melenguh
panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih
terbakar nafsu birahi.
Tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya
bisa memejamkan mata menikmati getaran pada sekujur tubuhku.
Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku. Liang vaginaku
ini tak henti hentinya diaduk aduk oleh penis demi penis yang selalu
ada penggantinya setiap pemerkosaku berejakulasi. http://
telurrebus.wordpress.com/category/eliza-high-school-girl-series/
Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat
hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol
diriku. Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam
menunjukan pukul sepuluh kurang seperempat.
-x-
VIII. Pulang Dari Pesta Seks
Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku
bangkit berdiri dan melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat ini
dengan sehelai handuk yang mereka berikan, sekaligus membersihkan
selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma.
Aku tertegun melihat Girno sudah membawa sebuah roti hot dog yang
panjang. Dengan nakal Girno melesakkan roti hot dog itu ke dalam
vaginaku. Aku mendesah dan memandangnya dengan memelas
sekaligus penuh tanda tanya.
Tapi Girno hanya cengengesan sambil terus melesakkan roti itu
sedalam dalamnya, sedangkan aku menggeliat perlahan ketika roti itu
menbuat liang vaginaku terasa sesak. Lalu ia memakaikan celana
dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku dan
menyiksa liang vaginaku.
Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku.
Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku
dengan cup braku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu
setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku
yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan
sepatu sekolahku.
Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman
kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah... ah, kalo itu sih nggak usah
mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga
menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian
melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan??
Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku
juga sudah pasrah, bahkan hati kecilku seperti mengatakan aku suka
dan rela diperkosa habis habisan oleh mereka seperti tadi.
"Non Eliza, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja
kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya",
kata Girno.
"Apa maksud bapak?", tanyaku pura pura tak mengerti.
"Non tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis non di lain
hari. Kebetulan, di minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor
semester tiga. Dan sejak tanggal dua puluh empat kan sekolah libur,
maka kami ingin hari itu non Eliza datang ke sini... jam tujuh malam...
untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup melayani kami
dua jam saja", jelas Girno.
Aku memandang Girno dengan perasaan yang campur aduk, menyadari
aku akan jadi budak seksnya.
"Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal dua puluh
empat itu. Yang pasti non Eliza harus datang, karena kalo tidak wali
kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy?" tambah
Girno, dengan nada yang sangat mengintimidasi diriku.
"Benar Eliza. Bapak bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan
yang bisa bapak cari cari. Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam,
apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, bapak yakin
kamu cukup cerdas untuk tak melakukan hal bodoh seperti itu" kata
pak Edy.
Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Oh
Tuhan, setelah menerima raport minggu depan, aku harus menyerahkan
diri untuk digilir oleh enam lelaki yang ada di sekitarku ini. Dan aku tak
bisa menolak sama sekali. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang.
Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke arah mobilku. Selain
sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan
diperkosa ramai ramai, roti yang menancap pada liang vaginaku
sekarang ini membuatku merasa liang vaginaku seperti sedang
diperkosa oleh roti itu selagi aku terus berjalan, dan akibatnya aku tak
bisa berjalan dengan wajar.
Untungnya tak ada orang yang melihatku dalam keadaan seperti ini.
Kalau saja ada gerombolan lelaki yang melihatku dengan penampilan
seperti ini, dimana rambutku kusut masai menghiasi wajahku yang sayu
kelelahan setelah ngeseks dua jam dengan enam lelaki, serta cara
berjalanku yang terlihat menahan sakit, bisa bisa aku disergap dan
dipaksa melayani nafsu mereka dahulu.
Akhirnya aku sampai ke dalam mobil. Sebenarnya aku ingin melepaskan
roti yang sedang memperkosaku ini, tapi harus kuakui rasanya enak
juga kalau vaginaku terganjal roti itu sepanjang perjalanan pulang
nanti. Dan aku pikir lebih baik aku cepat pulang saja daripada aku
harus mengalami kejadian yang tak kuinginkan.
Aku menyetir sampai ke rumah dengan selamat, sekitar pukul setengah
sebelas malam. Aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu
aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote
untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung
menuju kamarku.
Sejak aku menyetir tadi, aku terus memikirkan roti yang sedang asyik
menancap di liang vaginaku. Rasa ngilu yang nikmat terus mendera
liang vaginaku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak
kopling mobil, roti ini rasanya begitu mengganjal, menggesek dan
mengaduk dinding liang vaginaku.
Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku.
Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, karena
kamarku memang ada di lantai 2. Tiap anak tangga yang kudaki ini
hanya menambah siksaaan kenikmatan yang kurasakan dalam liang
vaginaku ini.
Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu
pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang
ternyata sudah sedikit hancur, mungkin karena sudah terlalu lama
menyerap campuran sperma para pemerkosaku dan tentunya cairan
cintaku sendiri yang memang rasanya tak berhenti keluar sejak roti itu
mengisi liang vaginaku.
"Mmhh...", aku merintih nikmat dan liang vaginaku terasa lega,
meskipun tubuhku rasanya lemas sekali.
Aku menyemprotkan air shower ke liang vaginaku untuk membersihkan
sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek
liang vaginaku ini supaya lebih cepat bersih. Rasa nikmat kembali
menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat.
Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah
mengeringkan tubuhku aku memakai baju tidurku yang nyaman, dan
merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang
empuk.
Aku baru teringat kalau aku tidak mengenakan bra, tapi aku sudah
terlalu malas bangun lagi hanya untuk mengenakan bra. Dan akhirnya
aku bisa tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas
orang orang yang tadi memperkosaku ramai ramai di UKS.
(BERSAMBUNG)

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.