Rabu, 11 Maret 2015

Petualangan Rikku

Namaku Rikku Angela Kawamoto, aku biasa dipanggil Rikku. Cerita ini
bermula saat aku masih duduk di bangku SMA. Sejak kecil aku memang
telah menarik perhatian banyak lelaki, baik yang seumuran denganku
maupun yang umurnya jauh lebih tua dariku. Bisa dibilang aku memang
sangat menarik perhatian karena aku berdarah campuran Jepang dan
Australia. Waktu itu aku sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita
dengan tubuhku yang putih mulus dan tingginya 171cm dan ukuran
dada yang termasuk besar apabila dibandingkan dengan ukuran
pinggangku yang ramping yaitu 34D. Aku memang sering menjaga
makan dan berolahraga dirumah sehingga perutku rata dan tak ada
lemak yang menempel di tubuhku. Dengan ukuran dada segitu aku
sering kerepotan apabila aku harus berolahraga tetapi ada juga daya
tariknya tersendiri. Orang tuaku baru dua tahun lalu bercerai dan
mereka kembali ke negara asal mereka masing-masing sedangkan aku
yang ingin tinggal di Indonesia diberi rumah yang besar dengan dua
orang pembantuku dan seorang satpam. Aku yang sudah bisa
mengendarai mobil sendiri ditinggali mobil papaku yaitu Honda S2000
VGS putih dan sebuah Toyota Harrier berwarna silver milik mama. Papa
yang telah kembali ke Jepang datang mengunjungiku dua kali setahun
dan mama yang berasal dari Australia datang dua kali setahun pada
waktu yang berlainan.
Hari itu aku sedang bermalas-malasan dirumah ketika saudara
sepupuku yang dari jepang menelepon karena dia minggu depan ingin
datang berkunjung selama seminggu. Aku hanya mengiyakan saja
karena saat itu aku sedang tidur-tiduran diranjang dan malas
mengangkat telepon. Setelah kututup teleponnya aku menyadari kalau
aku nanti sore harus pergi ke les privat kimia di jalan panjaitan tapi aku
tidak tahu dimana letaknya. Sebenarnya aku malas keluar kamar karena
siang itu cuaca panas dan lembab sekali, tetapi kuputuskan untuk
bertanya ke satpamku yang memang hafal seluk beluk kota ini. Dengan
masih mengenakan t-shirt pink dan celana pendek aku keluar dari
kamar, aku memang biasa tidak mengenakan bra dan celana dalam
apabila aku dirumah, kecuali ada tamu yang datang atau aku
berolahraga dan tentunya saat menstruasi. Untungnya saat itu aku baru
saja melewati masa menyebalkan itu. Ku langkahkan kakiku menuju
pos satpamku dan kuintip kedalamnya dengan keheranan karena aku
tak menemukan pak Nardi didalamnya. Aku sudah merasa kesal karena
aku sudah kegerahan, tubuhku terasa lembab sedangkan satpamku tak
tahu kemana. Ketika aku membalikkan tubuhku ingin kembali ke
kamarku, kudengar sayup-sayup suara wanita yang melenguh-lenguh.
Aku penasaran siapa itu karena setahuku istri pak Nardi ada di
kampungnya, akan kudamprat dia apabila dia berani mendatangkan
wanita kerumahku tanpa sepengetahuanku. Wanita itu tidak mungkin
salah satu dari pembantuku karena mereka sedang pergi berbelanja.
Dengan megendap-endap kudekati kamar tidur satpamku itu dan
kuintip dari jendelanya. Alangkah kagetnya aku ketika kutemui
satpamku ternyata sedang membaca buku dan suara itu ternyata lagu
dari radionya, memang akhir-akhir ini banyak lagu-lagu yang
kedengarannya aneh.
Sambil mengelap dahiku aku mengetuk kamarnya.
"Eh nik Rikku, ada apa nik panas-panas begini kesini? Kan bisa pakai
intercom?" jawabnya sambil membukakan pintu untukku. Aku hanya
bisa tersenyum karena ketololanku.
"Tapi lebih enak kalau bertanya langsung, pak" jawabku sekenanya.
"Pak tahu dimana jalan Panjaitan?"
Satpamku menjelaskan dimana letak tempat lesku sambil pandangannya
mencuri-curi ke arah dadaku yang terlihat membusung dibalik t-shirt
longgarku. Setelah kutanyakan padanya dimana letak rumah guru les
privatku aku langsung kembali ke kamarku karena aku harus mandi dan
bersiap-siap untuk pergi les. Perjalananku ke tempat les tidak dapat
dibilang mulus, beberapa kali aku salah masuk jalan sehingga aku
harus beberapa kali menelepon satpamku. Akhirnya sampai juga aku di
tempat lesku yang rumahnya agak terpencil di perumahan itu.
Kuparkirkan S2000 ku didepan rumahnya yang tergolong besar dan
megah itu.
"Wah penghasilan guru les besar juga ya" pikirku.
Saat aku membunyikan bel di rumah tempat les ku, pintu dibukakan
oleh seorang pemuda yang berdada bidang dan wajahnya lumayan,
badannya sedikit lebih tinggi dari aku. Aku menanyakan apakah ini
rumah pak John, dia menjawab bahwa pak John sedang ada keperluan
mendadak dan sebentar lagi pulang, dia menawarkan aku menunggunya
didalam. Aku merasa agak risih juga karena dia terus-menerus
memandangiku dan kadang-kadang matanya melirik ke arah belahan
dadaku yang seperti mencuat ingin keluar dari tanktop merahku yang
memang agak ketat dan mencetak tubuhku yang sempurna.
Akhirnya setelah menimbang-nimbang sejenak aku mengikutinya
masuk, dia ternyata anak pak John, setelah berkenalan aku tahu bahwa
namanya Hendra, dia angkatan pertama universitas terkenal di kotaku
dan mengambil jurusan computer science. Dia bertanya kepadaku
apakah aku bersedia menemaninya menonton film sambil menunggu
pak John pulang, karena aku toh tidak ada kerjaan aku mengiyakan
saja.
Hendra menyalakan DVD yang menayangkan film action. Setelah sekitar
15 menit adegan-adegannya mulai berubah, semakin lama semakin
menjurus ke sex. Aku yang baru pertama kalinya menonton film bokep
jadi salah tingkah, aku merasa agak risih tetapi rasa ingin tahuku lebih
kuat sehingga aku semakin menyimak filmnya. Hendra duduk semakin
merapat padaku, aku yang sudah merasa gerah karena rumah itu sama
sekali tidak ada ACnya semakin merasa kepanasan karena suatu gejolak
dalam tubuhku yang tidak bias kujelaskan. Hendra diam-diam menaruh
tangannya di pundakku, secara otomatis kutepis tangannya. Dia tiba-
tiba merangkulkan lengan kirinya ke pundakku dan menarikku ke
pelukannya dan langsung melumat bibirku. Aku gelagapan dan
berusaha menolaknya tapi apa dayaku seorang gadis melawan pemuda
yang juga sering berolahraga, hal itu terlihat dari otot-ototnya yang
tercetak di t-shirtnya. Lama kelamaan pertahananku melemah karena
aku mulai kehabisan nafas dan pelukannya yang kencang pada tubuhku
kurasa sangat menyesakkan, lagipula aku penasaran juga apa yang
akan dia lakukan padaku, rasa keingintahuanku mulai timbul. Sambil
menciumi bibirku kurasakan tangannya mulai meremas-remas
payudaraku dari luar bajuku, suatu sensasi baru kurasakan pada
tubuhku.
Setelah puas menciumi bibirku, mulutnya mulai menjelajahi leherku
yang putih mulus sambil tangannya turun mengelusi pahaku. Ketika
tangannya sampai ke liang kemaluanku dan mulai menggosok-gosok
celana dalamku, aku terengah-engah kegelian, aku merasa gerah,
seluruh wajah dan tubuhku mulai dihiasi butir-butir keringat yang
berlomba-lomba keluar dari pori-pori tubuhku.
Merasa diatas angin, Hendra melepaskan pelukannya dan membuka
bajunya sendiri dan sambil melolosi tanktopku dia bertanya kepadaku
apakah ini pertama kalinya buatku, aku cuma mengangguk mengiyakan.
Hendra menyarankan aku untuk relax saja dan menikmati perbuatannya,
aku sebenarnya menolak tetapi dia mengancamku daripada dia berbuat
kasar kepadaku, akhirnya aku menuruti saja kemauannya. Matanya
melotot dan dia berdecak kagum memandangi dadaku yang masih
tertutup bra berwarna ungu berukuran 34D itu. Belahan dadaku yang
terlihat membulat indah dihiasi butir-butir keringat yang membuat
semua orang yang melihatnya ingin cepat-cepat menyentuhnya,
begitupun Hendra yang segera memasukkan tangannya kedalam cup
bra ku untuk mengeluarkan payudara kiriku yang langsung dikenyotnya
seperti bayi yang menyusu. Lidahnya menjelajah seluruh permukaan
payudaraku. Putingku dipermainkannya dengan lidahnya, dijilati dan
digigit dengan lembut mempermainkan birahiku yang kian melambung.
"ohhh ..... ssshhhhh ..... hmmm ....." aku mendesah-desah keenakan
sambil tanganku meremas-remas rambut Hendra aku mulai
menggelinjang.
Setelah puas mengenyoti dan meremas-remas payudaraku, Hendra
membuka celana beserta celana dalamnya sehingga dia sekarang
telanjang bulat didepanku, aku tersentak kaget melihat ukuran
penisnya yang panjang dan berdiameter cukup lebar, mungkin sekitar
13 cm panjangnya,, maklum ini baru pertama kalinya aku melihat
kemaluan seorang lelaki. Dia mengajukan penisnya kedepan mulutku
dan memaksaku untuk mengulumnya sambil dia memperingatkan aku
untuk tidak menggigitnya. Aku yang sudah tidak ada pilihan lain mulai
memasukkan kepala penis yang besar itu kedalam mulutku yang kecil,
hampir tidak bisa mulutku menampung ukuran penisnya yang besar itu.
Aku mengernyitkan dahiku karena baunya yang cukup menyengat,
perlahan penis itu mulai masuk ke dalam mulutku. Aku semula agak
bingung apa yang harus kulakukan tetapi aku anggap saja itu seperti
melumat permen. Ternyata Hendra menikmatinya, ditandai dengan
erangan-erangan yang keluar dari mulutnya. Tangan Hendra bergerak
melucuti kait braku dan membiarkannya jatuh ke lantai sambil setelah
itu dia meremas-remas kembali kedua belah payudaraku dan
mempermainkan putingku. Aku sudah benar-benar terangsang dan
mengerang-erang lembut "mmmmhhhh....hhmmmmhhhh..." dan aku
semakin giat mengoral penisnya.
Setelah 10 menitan dia melepaskan mulutku dari penisnya dan
mengangkatku berdiri, Hendra memelototi tubuhku yang sudah
mengkilat basah bermandi keringat dan membalikkan tubuhku lalu
meremas-remas payudaraku dari belakang sambil diciuminya leher,
tengkuk dan belakang telingaku. Aku memalingkan wajahku dan
kulumat bibirnya, lidah kami beradu dengan ganasnya sementara
tangannya sibuk menggerayangi dadaku dan turun ke perutku yang
licin dan dihiasi alur-alur air keringat yang seperti sungai berlomba-
lomba menuruni tubuhku, aku juga merasakan batang kemaluan Hendra
yang menempel di belahan pantatku yang masih tertutup rok kuningku.
Tangan berototnya melorotkan rokku plus celana dalamku sehingga aku
berdiri didepannya sama-sama bugil. Hendra menyuruhku menungging
dengan kaki terbuka lebar dan tangan bertumpu pada sandaran sofa,
dengan begitu vaginaku yang bersih dari bulu-bulu itu semakin
tertampang indah didepannya, aku selalu rajin mencukur bulu-bulu
disekitar vaginaku untuk mengurangi rasa gerah dan aku juga merasa
lebih bersih. Tangannya mengusap-usap pantatku yang basah dan
menuruni belahan pantatku untuk mencapai butiran kacang yang
bernama klitorisku untuk kemudian diusap-usapnya. Tubuhku semakin
menggelinjang.
"Aaaaahhh....hhhhmmmmmmm......." erangku sambil menikmati
perlakuannya pada diriku. Aku merasakan vaginaku semakin basah oleh
cairan cintaku yang membanjir keluar oleh rangsangan tangannya.
Caranya yang lembut mempermainkan birahiku itu membuatku terasa
melayang-layang dan membiarkan tangannya yang satunya lagi
meremas-remas payudaraku yang tergelantung dengan bebas. Aku
mulai panik ketika aku merasakan sesuatu yang besar dan keras
menempel di liang vaginaku dan memaksa membelah lubang yang
masih tertutup rapat. Walaupun liang vaginaku sudah dibasahi oleh
cairan cintaku tetap saja penis super besar itu kesulitan masuk.
"AAAHHHHHHH.... " Aku menjerit cukup keras ketika aku merasa kepala
penis itu memaksa masuk ke liang vaginaku. "AAAAAAAAAAAHHHH...
AAUUUGGGGHHHHH...... SSAAKIIIITTT..." teriakku sambil memberontak
ketika Hendra melesakkan penisnya merobek-robek keperawananku.
Hendra yang seperti kesetanan tidak memperdulikan teriakan-
teriakanku dan mulai menggenjot vaginaku dengan ganasnya.
"Aaaahhhh ..... aaaahhhhh ... pelaannnn pelaaaaaaaannnnn .....
aaaaaaaa.....auuuuuhhhhhh....." Aku melenguh-lenguh dan memohon-
mohon agar dia tidak terlalu kasar menggenjot tubuhku yang semakin
berkilat basah oleh air keringatku yang menuruni wajah dan payudaraku
menetes-netes ke lantai.
"Uhmmmm..... enak sekali vaginamu ....." jawabnya sambil mendiamkan
penisnya sejenak didalam vaginaku yang meremas-remas penisnya
sebelum Hendra mulai bergerak lagi dengan cukup brutal.
Setelah sekitar 10 menit menjerit-jerit kesakitan aku mulai merasakan
sensasi yang berbeda, terutama setelah hendra menarik tangan
kananku ke belakang sehingga punggungku menempel ke dadanya yang
bidang dan dia menciumi tengkuk dan belakang telingaku.
"OOoohhh aaaahhhh ... enaaakkkk ..... aaahhhh ....." tangannya
memegang induk payudaraku dan meremas-remas payudaraku yang
semakin kenyal saja rasanya.
Satu tangannya turun merayapi perutku dan mulai mengocok-ocok
vaginaku yang terlihat merah muda karena darah perawanku yang
bercampur aduk dengan cairan kewanitaanku dan peluhku. Dia tak
berhenti memompa vaginaku mengirimkan sensasi-sensasi nikmat
sampai ke ubun-ubun. 15 menit lamanya Hendra mengocok vaginaku
sebelum aku merasakan sesuatu yang membuatku melayang-layang
kelangit ketujuh, dan akhirnya ...
"AAAAAAAAAhHHHHHHH ......." Croootttt .... Crroootttt ..... aku
mencapai orgasmeku yang pertama disertai lolongan panjang dan
tubuhku bergetar-getar selama setengah menit. Aku merasa capai
sekali dan tulang-tulangku serasa dilolosi dari sendi-sendiku.
Tanpa memandang diriku yang masih kelelahan karena orgasme
hebatku yang pertama itu, Hendra mendudukkan dirinya di sofa sambil
membimbingku menaiki tubuhnya seperti yang sekarang sedang
ditayangkan di DVDnya. Aku bergidik melihat penisnya yang masih
tegang mengacung seperti tiang bendera itu. Terbayang nikmatnya
orgasme yang membuatku melupakan rasa sakit itu dan aku mulai
memposisikan diriku diatas penisnya. Perlahan lahan kuturunkan
tubuhku sambil aku menggigit bibir bawahku karena kesakitan
merasakan penisnya yang mulai membelah vaginaku.
Perlahan-lahan penis itu mulai mengisi rongga kemaluanku hingga
penuh sesak dan kurasakan pantatku yang kini telah menempel di
pahanya. Kunaikkan tubuhku perlahan-lahan dan ketika aku
menurunkannya perlahan-lahan pula Hendra tidak sabar dan
menghentakkan tubuhku ke bawah sambil dia mengangkat pinggulnya
"AAAAAhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh........aaaahhhh
eenaaaakkkkk ..... sakiiiitttt tapi eeeennnaaakkkk.. aaahhhh ....
Hhhhmmmmhhhhh auuugghhhh ...." teriakku histeris ketika tubuhku
terhentak-hentak diatasnya.
Plok ... plok ... creeeppp ... creeeppp .... pantat dan pahaku yang basah
menimbulkan suara berdecak-decak ketika menghantam paha Hendra.
Keringatku yang mengucur deras menetes-netes di permukaan tubuh
Hendra, ruang tamu itu kini berbau mesum oleh kelakuan kita berdua.
Hendra memeluk tubuhku merapat ke tubuhnya sambil menciumi wajah
dan rambutku yang tergerai menempel di tubuhku.
"Harum rambutmu benar-benar merangsang" katanya. Dikulumnya
bibirku dan lidah kami pun tak mau kalah saling beradu.
Ternyata Hendra cukup perkasa juga, aku yang selain menaik-turunkan
tubuhku dan menggoyang-goyangkan pantatku sesuai arahannya mulai
kecapaian tapi Hendra masih terlihat belum ingin mencapai klimaks.
Ketika aku sudah hampir mencapai klimaks nafasku semakin memburu
dan aku berteriak-teriak sejadi-jadinya.
"Aaaaahhhhh .... Ooohhhh... aahhhhhhhh...... aoooooohhhhhhhh....."
Hendra pun ikut menggeram-geram nampaknya dia juga akan orgasme
Gerakanku semakin cepat dan akhirnya ....
"AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHH........ OOOOOOOHHHHHHH......."
CROTTT .....CRROOOTTTT .... CROOTTTT..... kurasakan semburan demi
semburan lahar panas mengisi liang senggamaku.
Aku pun lemas terkulai dipeluk oleh Hendra, kurasakan penisnya
perlahan-lahan mengecil di dalam vaginaku. Nafasku terengah-engah
dan tubuhku dibanjiri keringat yang mengalir deras. Penisnya masih
menempel dalam vaginaku, kurasakan mulai mengecil perlahan-lahan.
"Hendra, warung pak Wagimin kehabisan rokok Kent, adanya cuma
Davidoff, aku malas beli ...... ooooooo". Tiba-tiba Rohimin teman
sekelas Hendra masuk ke ruang tamu untuk melapor dan tercekat
melihat pemandangan indah didepannya, aku yang telanjang bulat
dengan nafas terengah-engah dan dibanjiri keringat dipeluk erat oleh
Hendra. Matanya langsung jelalatan dengan penuh nafsu memelototi
setiap inci tubuhku, aku tak mampu menutupi tubuhku karena aku
masih dipeluk Hendra.
"Wah gile aku kepanasan cari rokok lu malah enak-enakan ngentotin
bidadari, dapet dari mana tuh ndra?" tanyanya.
"Gue nemu didepan pintu tadi" jawabnya cuek "enak banget masih
perawan" lanjutnya.
"Wah boleh nih, terung pipit terung mama, ada sedikit sama-sama
hehehehe" sambil menyeringai dia mendekati kami sambil dia
melepaskan baju dan celananya hingga telanjang bulat.
Adapun Rohimin lain sekali dengan Hendra, tubuhnya hitam karena
terbakar matahari, giginya agak tonggos dan tampangnya jelek. Yang
membuat aku terkejut adalah ukuran penisnya yang hampir dua kali
ukuran penis Hendra, urat-uratnya terlihat begitu menonjol ingin keluar
dari permukaan kulit penisnya yang sepanjang 21 cm dan berdiameter
besar itu mengacung tegang dan mengerikan.
Rohimin menjatuhkan dirinya disamping Hendra dan merengkuh
tubuhku yang masih lemas itu sehingga tubuhku terduduk diatasnya
dengan punggungku menempel ke dadanya. Tangan kanannya
meremas-remas payudaraku secara bergantian sementara tangan
kirinya mengucek-ucek vaginaku yang mulai membangkitkan kembali
nafsuku yang sudah mulai padam.
"uhhhh .... Hmmmmm ... mmmmhhhh ....." erangku lirih karena keenakan
dan kecapaian.
"wah gile enak banget memeknya, bahkan jari-jariku serasa dijepit,
hen!" ujarnya pada hendra.
"Aaauuu .... pelan-pelaaaannnn .... aaaaaahhhh .... sakiiittttt ...." jeritku
ketika Rohimin dengan kasarnya meremas-remas payudaraku dan
menjepit putingku keras-keras.
"tenang saja, nanti juga enak" katanya sambil semakin giat mengocok
vaginaku.
Lidahnya menjilati ketiakku yang bersih dari bulu-bulu itu, kemudian
dia menjilati payudara kananku yang berpeluh itu. Setelah lima menit
dia menikmati payudaraku dia memaksaku untuk memasukkan penisnya
kedalam liang kemaluanku. Aku menaikkan tubuhku dan memposisikan
penisnya yang mengerikan itu didepan vaginaku sambil perlahan-lahan
aku menurunkan tubuhku.
Sambil meringis kesakitan aku merasakan kepala penis Rohimin yang
mulai membelah vaginaku. Keringat mulai mengucur lagi makin
membasahi tubuhku yang telah basah kuyup.
"Aaahhh ... sakitttt .... sakittttt .... teriakku sambil menggigit bibirku. Air
mata mulai mengalir menuruni pipiku yang menahan sakit.
"Sakit ya? Tahan sebentar ya, sebentar lagi juga hilang" katanya sambil
memegang pinggangku yang kukira ingin melepaskannya dari vaginaku.
Ternyata dugaanku salah, dengan tarikan yang kuat dia menarik
tubuhku kebawah yang membuat penisnya terhujam sedalam-dalamnya
kedalam vaginaku.
"AAAAAAHHHHHKKKKKKK ..... SAKKKIIIITTTTT ..... ampunnn...
lepaskaaannnnnn" teriakku membahana ketika merasakan penisnya
merobek tubuhku menjadi dua bagian, sakitnya tak tertahankan sampai
tubuhku melengkung kebelakang dan tulang rusukku terjiplak dengan
jelas di dadaku, keringat semakin deras mengucur menuruni sekujur
tubuhku yang kesakitan. Aku tanpa sadar mencengkeram pegangan
sofa dan paha Rohimin yang kini mulai menaik turunkan tubuhku yang
seperti menunggangi kuda.
"Ooohhhh ..... enak sekali vaginamu benar-benar rapat, mimpi apa
dapat cewek kualitas pertama begini" ujarnya sambil memompakan
tubuhku diatas tubuhnya, dia tak memperdulikan kuku-kukuku yang
menggores pahanya, dia berkonsentrasi meresapi pijatan-pijatan dan
jepitan vaginaku di penisnya.
Rohimin yang sudah seperti kesetanan tiba-tiba membalikkan tubuhku
sehingga menghadap wajahnya, dengan paksa dia melumat bibirku, aku
tak bisa menolaknya dan terpaksa ikut menciumi bibirnya, tercium bau
rokok yang membuatku mual. Setelah bosan melumat bibirku dia
menciumi pipiku dan menjilati air mataku yang bercampur keringatku
yang sedang menuruni pipiku. Dipeluknya erat tubuhku menyatu pada
tubuhnya sehingga dada kami berhimpitan, sungguh kontras tubuhku
yang putih mulus dibandingkan tubuhnya yang hitam.
Aku terhenyak merasakan sesuatu yang tumpul digosok-gosokkan
pada belahan pantatku, kutolehkan kepalaku dan kulihat Hendra yang
rupanya terangsang lagi oleh persetubuhanku dengan Rohimin ingin
menyodomiku. Aku memohon-mohon agar dia tidak melaksanakan
niatnya, tetapi Hendra yang telah dibakar api birahi tidak mendengar
lagi perkataanku dan perlahan-lahan aku mulai merasakan sakit yang
lebih lagi ketika kurasakan kepala penis Hendra mulai membelah
lubang anusku yang sangat sempit. Aku tak kuasa lagi menahan
teriakanku karena sakit yang kurasakan mendera anus dan vaginaku.
"Auuuuuuuu ... aaaaahhhhhh..... saaaakkkiiiittttt ...... aaaaaaaaaaa..."
Aku juga mendengar erangan Hendra yang memejam-mejamkan
matanya menikmati sempitnya anusku yang menjepit penisnya dengan
kencang. "Duh enak sekali anusmu ..... aaahhhh tahan ya ....? sambil
berkata begitu dia memajukan pinggulnya dengan kencang sehingga
seluruh batang penisnya terbenam di anusku dan bijinya menumbuk
pantatku.
"AAAAAAAAHHHHHHHH ......" aku melolong panjang seperti binatang
kesakitan, aku pun menggelepar-gelepar kesakitan, air mataku makin
deras mengucur dan menetes-netes dari daguku. Rohimin kembali
memeluk tubuhku dan dia mulai lagi memompa vaginaku, mulutnya
menjilati leher dan pipiku yang dibasahi keringat bercampur air mataku.
Rupanya jeritan-jeritan histerisku merangsang baik Rohimin maupun
Hendra karena mereka kian gencar menusuk-nusukkan penis mereka.
Setelah beberapa menit Hendra merengkuh induk payudaraku dan
meremas-remas bulatan payudaraku yang menempel di dada Rohimin
yang masih sibuk mencupangi leher dan daerah belikatku.
Lama kelamaan aku mulai merasakan sebuah sensasi berbeda yang
menjalar di tubuhku, rasa sakit yang kurasa perlahan-lahan semakin
berkurang, mungkin karena aku semakin terbiasa. Aku mulai merasakan
rasa nikmat dan rasa itu semakin bertambah kuat menggantikan rasa
sakit yang kurasa sehingga aku mulai membalik keadaan. Aku mulai
menggoyangkan pinggulku dan teriakan-teriakan sakitku mulai berganti
dengan desahan-desahan dan erangan-eranganku yang ingin meraih
kenikmatan tertinggi untuk sekali lagi.
"Aaaahhhh .... eeesssshhhh ..... uuuhhhhh..... hhmmmm ...." desahku
yang bercampur oleh erangan-erangan Rohimin dan Hendra yang
keenakan dijepit vagina dan anusku yang masih sangat sempit ini.
Tiba-tiba Hendra menarik rambutku keras-keras yang membuatku
berteriak kesakitan sambil tangan kirinya menjepit puting payudaraku
keras-keras, dia rupanya suka dengan permainan kasar. Rohimin yang
bertampang lebih sangar dari Hendra malah sekarang lebih lembut
terhadapku, dia mengusap-usap punggungku yang basah kuyup oleh
air keringatku yang bercampur oleh keringat Hendra yang mengalir
seperti kehujanan sambil menciumi lembut bibirku, mungkin juga untuk
meredam teriakan-teriakanku. Beberapa saat kemudian aku mencapai
orgasmeku yang kedua. Setelah puas dengan posisi itu mereka berdua
melepaskan penis mereka dan membiarkanku terjatuh dilantai lalu
mereka mengocok-ngocok penis mereka dan menyemburkan sperma
mereka di wajah, dada, perut dan pahaku. Setelah itu mereka masih
menyuruhku membersihkan penis mereka dengan mengemutnya, aku
yang sudah lemas hanya dapat membuka mulutku sambil mereka
berganti-gantian menusuk-nusukkan penis mereka kedalam mulutku
sampai bersih.
Hendra kemudian berkata padaku sambil tertawa-tawa agar aku pulang
saja karena Pak John ada urusan keluarga yang mendadak dan harus
keluar kota, dia tidak memberitahuku lebih awal karena dia terangsang
ingin memperkosaku. Aku terdiam dan secepatnya mengenakan
pakaianku sekenanya dan aku langsung angkat kaki dari rumah sialan
itu diiringi tawa mereka berdua. Aku langsung menyalakan mesin
mobilku dan secepatnya pulang ke rumah. Sesampainya dirumah aku
langusung masuk ke kamarku dan melepas semua bajuku yang berbau
keringat dan sperma itu dan langsung merendam diriku di jacuzziku
sambil membayangkan peristiwa yang barusan terjadi, sebenarnya aku
agak menyesali kejadian itu tapi diam-diam aku suka nikmatnya
orgasme, aku mulai mengusap-usap vaginaku lagi di jacuzziku dan
kembali aku menikmati kenikmatan duniawi yang membawaku ke langit
ketujuh. Semenjak itu aku mulai ketagihan akan nikmatnya orgasme
dan sex. Keesokan harinya aku menelepon Pak John dan membatalkan
lesku di dia dan aku menemukan tempat les lain yang hanya menerima
murid wanita. Minggu depan sepupuku datang dan ..... pertualanganku
baru saja mulai, pertualangan Rikku .....

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.