Kamis, 05 Maret 2015

The Orgy Club 2: Kehangatan di RuangTengah

The Orgy Club 2: Kehangatan di Ruang
Tengah
Hari itu aku tidur lelap sambil tersenyum dan tak sempat
kurasakan apapun, tapi ketika aku terjaga karena alarm pada
BB-ku berbunyi tepat pukul enam sore sesuai yang telah
kustel sebelumnya. Baru terasa badanku pegal-pegal terutama
lutut dan pinggangku, bahkan untuk bangun dari tempat
tidurpun berat sekali rasanya. Jika saja Indra tidak
meneleponku tak lama setelahnya mungkin aku tertidur lagi
"Hai Bro, congrats ya! Hehehe!!" sahut Indra di seberang sana
"Tau darimana Dra? Lu udah di kost emang?" tanyaku masih
setengah ngantuk
"Belom hari ini gua maleman balik, cuma tadi si Hany udah
ngabarin di SMS"
"Hehe...thank you nih udah ngajak masuk ke sini, asyik gila!"
"Katanya lu udah main sama Hany, Angel sama Amel ya
tadi? Wah maruk juga lu, baru masuk udah embat tiga
sekaligus hehehe..."
Aku senyum-senyum dan berterima kasih pada Indra karena
telah diajak ke kost ini yang mengubah pandanganku tentang
seks. Setelah ngobrol beberapa saat akhirnya kami menutup
pembicaraan. Setelah ngobrol, dengan memaksakan diri aku
bangun dari tempat tidur, namun saat kuberdiri terasa lututku
lemas dan bergetar, hampir aku jatuh terduduk. Baru setelah
mandi badanku terasa agak segar. Aku keluar dari kamar
hendak mengambil beberapa snack yang kusimpan di kulkas
bersama dekat dapur. Saat itu hujan lebat sekali disertai
sesekali petir dan guntur. Kamar Alex, salah satu teman kost
yang juga seuniversitas denganku sudah menyala, ia pasti
sedang sibuk dengan komputernya seperti biasa. Hanny masih
belum pulang, ia memang biasa pulang malam, kalau tidak
sedang bersama teman prianya paling sedang bareng teman-
teman ceweknya. Demikian juga Amel, dari yang kuketahui
ketika ngobrol waktu makan siang tadi ia hendak ke tempat
temannya. Sebelum aku sampai ke kulkas tiba-tiba aku
terpancing oleh suara desahan dan adegan yang terjadi di
ruang tengah yang terlihat sekilas melalui jendela yang
menghubung ke halaman samping. Aku pun sedikit berputar
dan hati-hati melongok ke dalam. Pemandangan di dalam
sana sungguh membuat penisku mulai bereaksi. Gila, lagi-lagi
adegan hot sedang berlangsung.
Sabrina bersandar di sofa dengan Pak Somad, si tukang nasi
goreng langganan anak-anak di kost ini, di sebelahnya sedang
sibuk menyusu dari payudaranya dan tangannya mengelusi
paha mulus gadis itu. Tubuh bagian atas Sabrina sendiri
sudah terbuka, kaos ketat tanpa lengannya telah tersingkap
ke atas, demikian juga dengan cup branya warna pink-nya.
Sabrina memiliki payudara yang ideal, kencang, cukup besar
dan menantang ditambah dengan tubuh yang langsing dan
putih mulus. Saat itu penisku juga tidak tanggung-tanggung
langsung bangun dan mengeras.
"Hhhggg...
hggg..." terdengar
desahan Sabrina
sambil meremas
rambut Pak
Somad.
Aku tidak tahu
bagaimana
permulaan mereka
main, kan aku
tidak lihat. Tapi
nampaknya
mereka belum
lama mulai. Di
meja depan sofa
itu nampak
sebuah piring
kosong bekas
nasi goreng dan
sebuah gelas,
pasti Sabrina baru
menghabiskan
nasi goreng dari
Pak Somad pikirku. Televisi yang masih menyala sedang
menayangkan sinetron membosankan tapi banyak digandrungi
itu sepertinya sudah diabaikan.
"Aaaccchhh..." desah nikmat Sabrina seraya mendongakkan
kepalanya ke atas saat tangan Pak Somad membelai-belai
selangkangannya dari luar celana pendeknya.
Kemudian tangannya menyibakkan rambutnya ke belakang
memperlihatkan leher jenjangnya yang menggiurkan. Sungguh
suatu paduan gerakan alami nan menawan. Sejurus kemudian
ia menyilangkan kedua tangan dan meloloskan kaos yang
telah tersingkap itu lalu meletakkannya di meja. Pak Somad
juga kemudian bangkit dan melepaskan celana yang
dikenakannya termasuk celana dalamnya. Segera
menyembullah penisnya yang kepalanya disunat. Sabrina
tanpa malu-malu menggenggam batangnya dengan tangan
kanan, dikocoknya perlahan lalu ia membuka mulut dan
melahapnya hingga tertelan oleh mulutnya yang dihiasi bibir
mungil itu. Milik si tukang nasi goreng itu kelihatannya
ukurannya kurang lebih sama dengan punyaku hanya saja
lebih hitam sedikit.
"Non... achhh... ach...!!" erang Pak Somad yang memuncak
nafsunya.
Tanganku mulai meraba-raba selangkanganku sendiri. Kira-
kira tak sampai sepuluh menit Sabrina mengoral penis Pak
Somad, ia mengeluarkannya batang itu dan segera si tukang
nasi goreng itu berjongkok di depan Sabrina lalu menarik
celana pendek serta celana dalamnya hingga terlepas
seluruhnya. Sekarang Sabrina sudah bugil total, dia tidak
mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya sementara Pak
Somad tinggal memakai kemeja lusuhnya saja. Bulu-bulu
hitam lebat menghiasi kemaluan Sabrina, sungguh
menggairahkan. Aku sebenernya bisa saja nongol di depan
mereka dan ikut bergabung, tapi aku sedang ingin
menyaksikan adegan beauty and the beast ini dulu, rasanya
ada sensasi tersendiri yang tidak kalah seru seperti tadi siang
menyaksikan Amel dikerjai oleh Pak Kasimun si penjaga kost.
Pak Somad perlahan membelai dan menciumi tubuh mulus itu.
Mulutnya nampak menggelitik telinga kanan Sabrina, turun ke
leher, lalu menyusuri bahu berputar-putar di sana sejenak dan
terus turun mendekati bukit nan menjulang sebelah kanan.
Dia membiarkan kedua payudaranya dimainkan pria setengah
baya itu, malah dengan tangannya dia mengarahkan sebelah
tangan pria itu yang satu lagi untuk menggerayangi
vaginanya.
"Ssshhh... achhh...ya Pak!" sayup-sayup aku dapat
mendengarkan rintih nikmat Sabrina.
Sekarang jari-jari Pak Somad menyibakkan rumput hitam
lebat itu dan mulai mencucuk-cucuk ke lubangnya.
"Eennhh....terus Pak...gitu eeemm!!" tangan kanan Pak Somad
sibuk tepat di pusat itu dan nampak Sabrina sangat
menikmatinya.
Lagi seru-serunya mengintip sambil menggosok-gosok
selangkanganku tiba-tiba saja bahuku ditepuk dari belakang
membuatku sedikit kaget.
"Hei...ngapain?"
"Haduh...Kak Angel, ngagetin aja, itu Kak, si Sabrina tuh, lagi
rame nih!" kataku dengan suara pelan
Ternyata Angel, si pramugari cantik yang tadi siang bercinta
denganku, yang menyapaku dari belakang. Dia tetap cantik
meskipun baru bangun tidur, apalagi saat itu ia memakai
gaun tidur tipis warna pink ditambah sebuah cardigan putih.
"Kok gak masuk aja? Yuk ikutan aja, kan kamu udah anggota
klub" Angel menarik pergelangan tanganku dan mengajakku
masuk.
"Eh, entar...entar aja Kak, gua masih pengen ngeliatin Sabrina
dikerjain Pak Somad, lagian mereka lagi enjoy duaan, kita
nonton aja dulu Kak" kataku sambil menarik kembali tangan
Angel, "omong-omong Kak, waktu sebulan sebelum gua jadi
member, kok gua ga pernah liat yang terang-terangan gini
ya? Apa kalian emang sengaja puasa seks dulu kalau ada
orang luar?"
"Eeemmm, berarti si Hany belum jelasin ke kamu Ric, gini loh
tandanya...itu tuh kamu liat lukisan Bali di sana itu kan?"
tunjuk Angel ke arah lukisan wanita Bali bertelanjang dada
sambil memikul buah-buahan di atas kepalanya.
"He-eh, lukisannya emang sebelumnya beda sih, tadinya
penari Bali duaan itu kan?"
"Nah itu dia tandanya, kalau lukisan yang digantung yang itu,
tandanya kondisi di sini safe for sex, jadi kamu boleh ngentot
di mana aja di kost ini, mau di dapur, ruang tengah, koridor,
terserah karena saat itu cuma ada orang dalam di sini" jelas
Angel
"Berarti kalau yang dipasang lukisan dua penari jadi
sebaliknya dong ya?"
"Yup betul, kalau lagi ada orang luar, tamu, atau penghuni
baru yang masih masa seleksi seperti kamu dulu, yang
dipasang ya lukisan penari itu. Kalau gitu artinya kita harus
liat sitkon kalau mau gituan, minimal jangan di tempat
terbuka lah, di kamar masing-masing aja. Itu tugasnya Pak
Kasimun sih, dia yang memantau situasinya"
"Ooo...gitu toh kodenya, baru ngerti gua sekarang" kataku
mangut-mangut.
"Ya udah kalau lu masih pengen nonton mereka lanjut aja
dulu" kata Angel, "biar nontonnya lebih enak....gimana
kalau..."
Angel meneruskan kata-katanya dengan berlutut di depanku
lalu tangannya dengan lincah menarik turun celana beserta
celana dalamku. Penisku yang sudah tegang itu segera
mencuat tegak di hadapan wajahnya. Jemarinya yang lentik
dan lembut itu segera menggenggam batang kemaluanku.
Diremas-remas sebentar dan dikocok lembut, serta dieluskan
pada pipinya.
"Uhhh....Kak, tempo lambat aja yah, biar ga buru-buru
ngecrot!" aku mengerang-ngerang kenikmatan.
Sambil menikmati pelayanan oral Angeline, kembali aku
melihat ke dalam sana. Wow, Sabrina dan Pak Somad kini
sudah bergaya 69, Sabrina berada di atas dan sedang
mengulum penis Pak Somad yang sesekali ia kocok dalam
genggamannya, sementara Pak Somad sedang asyik menjilati
dan mengobok-obok vaginanya. Wajah Sabrina memerah
menahan gejolak nafsunya yang sudah tak tertahan lagi,
sesekali keluar desahan sensual dari bibir mungilnya. Ia
mengocok batang kemaluan si tukang nasi goreng itu hingga
terlihat kepala penis itu terkadang menyembul di antara kulit
kelaminnya. Batang kemaluan Pak Somad nampak berwarna
merah ketika darah beserta nafsunya terpompa akibat
kocokan tangan Sabrina. Sementara Pak Somad menghujani
klitoris gadis itu dengan jilatan dan gesekan jemari tangannya,
bibir vaginanya juga ia jelajahi dengan jilatan lidah yang
mengelilingi liang kenikmatannya itu. Mungkin kira-kira
seperti itu lah karena aku melihatnya tidak dari dekat, yang
jelas Sabrina mendesah hebat sampai tubuhnya berkelejotan.
Sementara di luar jendela, aku juga berjuang menahan
suaraku agar tidak mendesah terlalu keras menahan rasa geli
campur nikmat dari pelayanan oral Angel supaya tidak
ketahuan sedang mengintip.
"Akhhh...enak Kak...tapi pelanin please" desahku lagi sambil
memegang kepalanya, aku memintanya agar tidak terlalu
heboh memperlakukan 'adik'ku.
Angel cukup pengertian, ia melambatkan gerak maju-mundur
kepalanya, namun hisapan-hisapannya tetap memberikan
kenikmatan padaku. Pak Somad menepuk pantat Sabrina dan
gadis itu turun lalu membaringkan dirinya telentang di sofa.
Sambil nyengir mesum Pak Somad membuka kedua kaki
Sabrina dan mengambil posisi siap di antara kedua pahanya.
Perlahan pria itu mulai melesakkan batang kemaluannya
hingga menembus dan membuka liang sorgawi Sabrina.
Perlahan tetapi pasti, seiring dengan kaki Sabrina yang
panjang menekuk menyambut batang yang memberikan
kenikmatan birahi itu. Pak Somad melakukan penetrasi tanpa
kesulitan berarti, tak lama setelahnya mulailah ia bergerak
perlahan memompa. Sebentar saja gerakannya sudah seirama
dengan gerakan Sabrina yang diiringi nafas memburu pria itu
dan desah lirih tiada henti dari mulut si gadis. Adegan
persenggamaan di atas sofa itu membakar birahiku yang
masih mengintip di luar. Penisku yang sedang dilayani oleh
Angel terasa semakin berdenyut-denyut di dalam mulutnya.
Kalau tidak kuhentikan juga aku mungkin sudah ejakulasi,
padahal ini baru pembukaan, maka aku pun segera
memintanya berhenti,
"Kak...udah Kak, udah dulu sepongnya...bisa keluar duluan
nih!" kataku dengan berusaha memelankan suara.
"Kok berenti sih!? Tanggung amat, makanya dibilang kita
gabung ke dalam aja!" Angel protes.
"Eee...kan saya bilang juga nanti kita bakal masuk, tapi
sekarang nonton dulu Kak!" kataku, "yuk sekarang gantian
Kak!" kupegangi lengannya dan menariknya hingga ia berdiri.
"Gantian apanya Ric?"
"Gantian tadi kan Kakak yang kocokin saya, na sekarang saya
yang ngocokin Kakak!" kataku sambil memutar tubuh Angel ke
arah jendela lalu menghimpitnya dengan tubuhku dari
belakang.
Kedua tanganku menggerayangi payudaranya dari luar, ia
tidak memakai bra sehingga aku dapat merasakan putingnya.
Pramugari cantik ini mendesah ditahan ketika biji kecil di
payudaranya itu kupilin dengan kedua jemari tanganku. Ia
nyaris tak dapat lagi menahan libidonya, hal itu nampak dari
mukanya yang memerah dan putingnya yang mengeras.
Dengan kakiku aku menggeser kakinya sehingga membuka
lebih lebar untuk memberiku ruang menggerayangi bagian
bawahnya. Tangan kiriku turun meraba-raba paha mulus
Angel yang masih tertutup gaun tidur yang menggantung kira-
kira sejengkal di atas lututnya. Kuusap perlahan kemudian
naik menuju ke atas yaitu selangkangannya.
"Ughhh...Ric..." rintih Angel ketika jemariku dengan nakalnya
mulai membelai selangkangannya dari luar, mulutnya
mendesah perlahan ketika jemariku dengan lembut membelah
bibir vaginanya
Celana dalam itu sebentar saja telah basah seiring dengan
semakin liarnya permainan jariku di bibir vaginanya.
Sementara tangan kananku kini menyusup ke kerah gaun
tidurnya dan langsung mencaplok payudara kanannya.
"Uuuhh....anak baru udah nakal banget kamu yah!" desahnya
menggigit bibir bawah.
"Hehe...ya gimana gak nakal kalau lingkungannya bikin jadi
nakal Kak?" balasku
Jemari tangan kananku meremas payudaranya bergantian dan
memilin putingnya sementara itu tangan kiriku menggesek
klitoris dan bibir vagina Angel sehingga membuatnya semakin
lemas tak kuasa menahan sentuhan-sentuhan erotisku .
Di dalam sana, pertarungan Pak Somad vs Sabrina juga makin
seru saja, Pak Somad masih dengan perkasanya
membombardir vagina Sabrina tanpa ampun sehingga tubuh
gadis itu terguncang-guncang akibat sodokan ganas pria itu.
Hujan di luar semakin deras ditambah dengan sesekali
sambaran kilat dan bunyi gemuruh, suara desahan nikmat di
dalam masih terdengar sedikit ke tempat kami. Semakin
lama genjotan penis Pak Somad terlihat makin cepat
mengobok-obok vagina Sabrinya sampai membuat payudara
gadis itu tergoncang-goncang seperti terlanda gempa bumi.
Sabrina meraih kepala si penjual nasi goreng itu yang
langsung memagut bibirnya. Mereka nampak saling melumat
dengan ganas yang disebabkan gelombang dahsyat yang
menerpa birahi mereka.
Angel tidak dapat berdiri tegak lagi, tubuhnya terus menggeliat
dalam dekapanku. Celana dalamnya sudah melorot dan kini
menggantung di pahanya yang mulus itu. Aku dapat
merasakan nafas Angel terengah-engah ketika ia
menggelinjang keenakan dengan rangsangan kedua tanganku
di vagina dan payudaranya.
"Akhhh...aaahh...!!" Angel tersentak ketika merasakan jariku
menyodok ke vaginanya.
Sodokan jariku berlanjut lagi, kali ini telunjukku ikut masuk
menyusul jari tengahku yang sudah masuk sebelumnya.
Kugerak-gerakkan kedua jariku mengaduk-aduk liang
kenikmatan Angel, liang itu pun semakin becek dan
menimbulkan bunyi berdecak karena kukocoki seperti itu.
"Rico...oohhh...pelan-pelan...aaahhh...aahhh!!"desah Angel
sambil tangan kirinya memegangi tanganku meminta agar aku
menurunkan kocokanku.
Namun aku justru mempercepat kocokanku, jariku bukan saja
melakukan gerakan menusuk-nusuk, tapi juga diselingi
dengan gerakan mengaduk sehingga Angel merasakan
vaginanya seperti dimixer.
"Aaahh...Rico...gila!" ia orgasme, cairan kewanitaannya
mengucur deras sampai membasahi tanganku dan ia tidak
bisa lagi menahan desahannya sehingga kali ini suaranya
tidak terkendali, ditambah lagi tangannya tanpa sengaja
menggebrak jendela, 'brak!' memang tidak kencang tapi tentu
orang dari dalam terkejut sehingga mereka pun menoleh ke
arah kami.
"Hi....hehehe...!" aku menyapa sambil cengengesan ke arah
mereka.
Mengetahui yang mengintip ternyata orang dalam juga,
Sabrina pun tersenyum dan tanpa canggung melambaikan
tangan ke arah kami agar masuk.
"Kak Angel...Rico...ayo sini, ngapain di sana?" panggilnya
"Masuk yuk, di sini kan nyamukan!" Angel menarik
pergelangan tanganku setelah menaikkan kembali celana
dalamnya.
"Nah sekarang nih pesta yang sebenernya mulai,
yes...yes...yes!!" kataku dalam hati dengan girang.
Kami masuk lewat pintu samping tidak jauh dari jendela
tempat kami mengintip.
"Kak Angel...kapan pulang!?" Sabrina menyambut kami tanpa
sehelai benang pun di tubuhnya begitu kami tiba di tengah
ruangan.
"Tadi siang, terus tidur sepanjang hari cape banget" jawab
Angel
Mereka cipika-cipiki sejenak lalu disusul berpagutan bibir
selama beberapa saat, lidah mereka juga ikut main. Kedua
wanita ini melakukannya di depanku dan Pak Somad tanpa
malu-malu.
"Na..." sahut Angel setelah melepas ciuman mereka, "nih
anggota baru, baru resmi masuk tadi siang!"
"Yea, I know, Pak Kasimun udah ngomong kok, Hany yang
melantik ya" kata Sabrina sambil menghampiriku, "gimana
Ric? Lu enjoy di klub ini?" tanyanya padaku dengan senyum
yang nakal, tangannya membelai dadaku
"Ya enjoy lah masa ada yang asyik-asyik gini ga enjoy Na
hehehe" jawabku, belaian Sabrina telah sampai ke tonjolan di
selangkanganku begitu aku menyelesaikan kalimatku.
"Hhhmmm...udah keras gara-gara ngintipin kita tadi ya?"
tanyanya, aku mengangguk dan senyum-senyum saja
menjawabnya "Ric, gua kasih tau ya...di klub ini ga ada
ngintip-mengintip, kalau mau liat ya liat aja langsung, kalau
mau ngentot ya ngentot langsung, paham?" katanya dengan
wajah dekat sekali dengan wajahku.
"Iya, paham bos" aku mengangguk dan cengengesan lagi.
"Dan gua ga suka diintip Ric...karena itu lu harus dihukum!"
lanjutnya dengan suara lebih tegas tapi menggoda.
"Emang hukumannya apa Na?" tanyaku
"Puasin gua, puasin sampe gua takluk!" jawabnya, suaranya
mendesah sehingga membuatku semakin bergairah.
Kutatap tubuhnya yang indah dan padat berisi, tingginya
sepantaran denganku. Sungguh karya agung dari Sang
Pencipta, melihatnya saja membuat penisku semakin tegang.
Sabrina (21 tahun) juga sama-sama anak kuliahan seperti aku
dan kebanyakan penghuni di sini, tapi berasal dari universitas
yang berbeda. Gadis berdarah Jawa-Tionghoa-Australia ini
memang memiliki kecantikan khas blasteran dengan rambut
kecoklatan dan mata yang indah. Dengan modal itu, sambil
kuliah ia juga tengah merintis karir sebagai model dan foto-
fotonya telah terpampang di beberapa majalah. Sejak awal
masuk kost ini aku sudah tergiur dengannya apalagi ia sering
berpakaian seksi sehingga membuat mupeng, hari ini akhirnya
fantasiku menjadi kenyataan. Tanganku mendarat di bahunya,
turun ke bawah merasakan kulitnya yang halus, payudaranya
begitu kenyal dan bentuknya indah, belaianku terus ke bawah.
Sabrina tersentak dan melenguh ketika tiba-tiba jariku
menusuk ke vaginanya.
"Uuuhh...yes, ayo lagi...lu ga cuma bisa segitu kan?" tantang
Sabrina dengan suaranya yang menggoda dan tangannya
melingkar ke leherku.
Merasa tertantang, aku pun semakin mengintensifkan
serangan pembukaanku.
"Ah, empfff, enak Ric....." desahannya semakin menjadi saja
saat jari-jariku memainkan bibir kemaluannya dan juga
klitorisnya.
Aku gesek-gesekan jari tengahku di klitorisnya yang membuat
dia menjadi kalang kabut menerima luapan hasrat nafsunya
sendiri. Tak butuh waktu lama sebelum akhirnya dia lemas
dan mungkin sudah tersungkur kalau tidak kudekap tubuhnya.
Kubaringkan dia di sofa , payudaranya kujilati tanpa
melepaskan jari-jariku dari vaginanya. Desahan-desahan
mulai keluar dari mulutnya makin tak terkendali. Sementara
tanganku yang satunya mulai beroperasi di lekuk-lekuk
tubuhnya yang lain, mulai punggung , pantat hingga paha
Sabrina. Diperlakukan seperti itu akhirnya Sabrina pun mau
tak mau semakin terbuai, desahannya mulai disertai jeritan
kecil menahan rasa nikmat ketika puting susunya kugigit-
gigit. Payudara montok itu pun kurasakan mengeras dan
putingnya mencuat seolah-olah meminta lebih.
"Rico...ackhhh...lu udah pernah entotin...berapa..ackhhh...
cewek sebelum masuk ini..ackchh...ahhh!" desahan maupun
rintihannya sudah tidak dapat dibedakan lagi.
Sabrina tampak sangat menikmati pemanasanku seutuhnya.
Setiap kali aku menyodokkan jariku dan mengorek-ngorek
dalamnya, ia langsung menggelinjang dan mendesah yang
semakin lama semakin keras saja volumenya.
"Baru sama mantan gua aja kok Na, kenapa emang?" jawabku
sambil tersenyum yang kemudian dengan rakusnya dia mulai
mengenyot payudaranya dan mengorek-ngorek vagina Sabrina
yang berbulu rapi itu dengan.
Aku memang paling suka melakukan pemanasan yang hot,
berdasarkan pengalaman dengan mantanku serta bacaan dan
film-film bokep, aku sudah banyak mencoba macam-macam
gaya. Mantanku juga mengakui ia sangat puas dengan
foreplayku sehingga ke sananya permainan lebih panas.
Hasilnya sudah dapat ditebak, Sabrina pun tidak akan tahan
dengan cumbuan dan sentuhan erotisku pada tubuhnya. Dia
menyerah dan akhirnya mengikuti kemana nafsuku
membawanya pergi. Setelah beberapa saat lamanya jari-
jariku bergerilya di daerah vaginanya, cairan kewanitaanya
sudah mulai berleleran membasahi daerah kewanitaannya.
Sementara aku sibuk dengan Sabrina, Angeline pun berailh ke
Pak Somad untuk mereguk kenikmatan birahi bersamanya.
"Non Angel, kemana aja nih, lama ga keliatan...sini dong
sama Bapak!" sahut Pak Somad sambil menepuk pahanya,
"kangen nih!"
"Ya ginilah profesi saya Pak, kalau di luar bisa lama, baru
pulang tadi siang" jawab Angel sambil berjalan ke arah
dispenser dekat situ, dituangkannya air ke gelas dan
diminumnya.
"Jalan-jalan ke mana aja Non kemaren?" Pak Somad masih
tetap duduk di sofa sambil sesekali melihat ke arahku dan
Sabrina yang sedang asyik.
"Deket-deket aja kok, Singapur, Malay, Thailand, Filipina,
Australia..."
"Asyik ya Non jadi pramugari, jalan-jalan terus kerjanya
hehehe"
"Yang asyik mah penumpang pesawatnya Pak, kita sih
banyaknya di pesawat sama bandara, paling ada waktu dikit-
dikit aja buat nyantainya" Angel menuangkan air lagi dari
dispenser dan kembali menghabiskannya.
"Non kangen sama Bapak ga? Bapak asli kangen loh hehehe"
seloroh Pak Somad
Angel hanya tersenyum sambil berjalan menghampiri Pak
Somad di sofa. Ia akhirnya berdiri di hadapan pria itu yang
menengadah memandangnya dengan tatapan mesum.
"Jadi bapak kangen sama saya? Apa buktinya kalau bener
kangen Pak?" suara Angel mendesah menggoda si penjual
nasi goreng.
"Ya kangen contohnya ngelusin paha Non yang bagus ini"
jawab Pak Somad, tangannya meraih paha luar Angel dan
mengusapnya, tangannya semakin ke atas akhirnya
menurunkan celana dalamnya.
Angel menggerakkan kakinya membiarkan celana dalamnya
dilolosi. Pak Somad meletakkan celana dalam tersebut di
sofa. Disibakkannya bagian bawah gaun tidur Angel yang
pendek itu. Tubuh Angel bergetar saat pria itu mencium
kemaluannya dan tangan satunya meremas bokongnya.
Akhirnya dia juga malah merapatkan kemaluannya ke bibir
Pak Somad dan mengangkat kaki kanannya di sandaran
tangan sofa.
"Bapak juga kangen sama memek Non yang wangi
ini....mmmmhh!" ujar Pak Somad lalu menciumi wilayah
kewanitaan Angel
Secara naluriah Angel mulai menggoyangkan pinggulnya
supaya pria itu lebih leluasa menciumi kemaluannya dan ia
sendiri semakin menikmati jilatannya. Wajah cantiknya
menengadah dengan mata terpejam dan mulutnya
mengeluarkan desahan merasakan nikmat lidah Pak Somad
yang mengais-ngais vaginanya. Ia mengelus-elus kepala Pak
Somad dan semakin merapatkannya ke selangkangannya.
Rupanya si penjual nasi goreng itu tanggap bahwa Angel akan
mencapai puncak. Maka dihisapnya wilayah kewanitaan Angel
kuat-kuat sampai terdengar bunyinya, ssrrrpp....sssrrrppp...
"Uuhh!!" lenguhan Angel dengan merapatkan kakinya dan
tubuh mengejang.
Setelah Pak Somad melumat kemaluan Angel, tidak
ketinggalan seluruh sisa cairan yang masih ada di sekitar
wilayah kenikmatan itu, dibersihkan dengan lidahnya. Oh enak
sekali kelihatannya sampai aku makin bersemangat mengocoki
vagina Sabrina. Selesai menikmati jilatan dan hisapan pada
vaginanya, dengan gerakan menggoda Angel naik ke
pangkuan Pak Somad. Setelah menyibakkan rambutnya yang
agak kusut ke belakang dia meraih penis Pak Somad yang
sudah benar-benar tegang dan membimbingnya memasuki
liang kenikmatannya. Sejurus kemudian Angel menggerakkan
pinggulnya memainkan gerakan indah berirama turun-naik
berulang-ulang. Tangan Pak Somad melepasi cardigan yang
dipakai Angel dan menjatuhkannya ke lantai. Kemudian
disusul kedua tali bahu yang menyangga gaun tidurnya itu,
dipelorotinya hingga ke bawah dada sehingga kedua payudara
montoknya menyembul di depan wajah pria itu. Kepala Pak
Somad langsung nyungsep ke ketiak Angel. Diciuminya
lembah ketiak Angel yang bersih tak berbulu itu. Sambil
menggarap Sabrina, kusaksikan bagaimana Angel menggeliat-
geliat di atas pangkuan Pak menerima nikmatnya kecupan
dan jilatan pria itu serta sodokan-sodokan penisnya pada
vaginanya. Tanpa ragu Angel mendesah dan merintih
menahan derita birahi yang sedang melandanya. Hal itu
memberikan pemandangan indah tersendiri, terlebih ketika ia
mendongakkan kepalanya meresapi gelombang kenikmatan
yang datang menerpanya. Pak Somad juga melenguh dan
mendesah merasakan penisnya diremas-remas dinding
kewanitaan Angel. Dia mengelusi punggung Angel dan
mengenyoti payudaranya dengan rakus. Tak lama mulutnya
naik dan memagut bibir Angel, keduanya pun berciuman
dengan penuh birahi sementara tangan pria itu tetap
bergerilya di sekujur tubuh Angel. Seksi sekali Angel saat itu,
dengan gaun tidur pinknya masih menyangkut di perut ia
naik-turun di pangkuan Pak Somad. Lenguhan dan desahan
nikmatnya yang tak jarang berupa teriakan.
Sekarang posisiku dan Sabrina berbaring menyamping di sofa,
aku mendekapnya dari belakang dengan tangan kanan
meremasi payudaranya dan tangan kiri mengobok-obok
vaginanya. Sesekali kami berpagutan mulut, telinga dan
lehernya tak luput dari jilatan dan ciumanku. Setelah
kurasakan vaginanya sangat basah, kutarik jariku dari liang
kenikmatan itu. Cairan bening berleleran di jariku dan
kusodorkan ke mulutnya. Sabrina membuka mulut dan
mengemuti jariku yang berlumuran cairan kewanitaanya
sendiri. Dari caranya menjilat saja aku sudah merasakan dia
sangat ahli dalam bermain oral seks.
"Gua tusuk sekarang ya Na!" kataku dekat telinganya
"Daritadi juga gua udah pengen...ayoh...aahh....jangan bacot
terus!" Sabrina nampak sudah tidak tahan, itu terlihat dari
vaginanya sudah sangat becek.
Kuangkat betis kirinya sehingga kakinya membuka, lalu segera
kulesakkan penisku sedikit demi sedikit kedalam vaginanya.
Bibir vagina Sabrina mulai membelah membuka lebar
menerima tusukan penisku.
"Ahhhhh, achh, ahhhh...Ric!!!" ia mendesah sejadi-jadinya,
Aku meneruskan proses penetrasi, tidak terlalu sulit sih karena
vaginanya sudah sangat berlendir karena sebelumnya sudah
main dengan Pak Somad.
"Aaagghhh!!!" erangan Sabrina berakhir keras saat seluruh
penisku masuk ke dalam liang kewanitaannya.
Tanpa buang waktu lagi, aku memulai dengan sodokan-
sodokan ringan disertai beberapa kali gerakan memutar.
Secara bertahap aku semakin menaikkan frekuensi sodokan
penisku dan membuat Sabrina menjadi kalang kabut. Setiap
kali penisku menusuk lebih dalam maka semakin erat pula
jepitan vaginanya.
"Aaahhh....aaahh....iya gitu Ric...aaahh...aahh!", Sabrina
semakin menggila, tubuhnya semakin menggelinjang dan
sesekali rambutku dijambaknya.
Vaginanya semakin basah dan berkedut-kedut seakan-akan
memijat penisku, nikmat sekali.
"Argh..", desahku keenakan merasakan persenggamaan ini,
dengan irama kocokan yang semakin cepat, suara gesekan
dan benturan yang basah.
"Aduh Ric, gua nggak tahan lagi, mau keluar nih
rasanya....eeeemmmhh....aaahhh", desah Sabrina yang
merasakan g-spotnya tergesek dengan penisku
Aku dapat merasakan vaginanya semakin berkedut-kedut dan
lendirnya juga semakin banyak sehingga pahaku basah oleh
cairan kewanitaan yang keluar sangat banyak. Sebenarnya
aku juga sudah nggak tahan ingin keluar, apalagi mendengar
desahan erotis dan melihat wajah cantik yang sayu itu ketika
di ambang klimaks, maka aku pun mempercepat genjotanku.
Dan akhirnya spermaku mendesir ke batang penisku dan aku
mencapai orgasme yang diikuti pula dengan orgasme Sabrina.
"Ough...keluar nih Na... Ahh..", erangku saat air maniku keluar
dengan derasnya di dalam vagina Sabrina.
Sabrina terbaring dalam dekapanku masih dalam posisi
menyamping seperti sebelumnya. Vaginanya berkedut seakan-
akan memeras sisa spermaku. Sementara di sofa sebelah, Pak
Somad dan Angel sudah berganti posisi, kali ini Angel
berbaring telentang dan Pak Somad di antara kedua kakinya
sibuk menggenjoti vagina si pramugari cantik itu.
"Asyik kan ML rame-rame gini?" kata Sabrina padaku, "lu
pernah ga sebelumnya?"
"Belum lah...gua ga nyangka ada klub ginian dan gua bisa
masuk di dalamnya, lu sendiri udah dari kapan jadi member
Na?"
"Dua tahun lebih...lumayan lama, diajak temen yang tadinya
kost disini juga"
"Kalau udah ga kost disini masih terhitung member orgy club
ga Na? Maksudnya masih bisa gituan lah" tanyanya
"Mmm...ya tergantung, ada alumni sini yang memang masih
suka ikut acara kita kok, tapi biasa kalau yang dari luar kota
udah lulus gitu ya biasa susah kontaknya lagi"
Aku mangut-mangut sambil mengelus punggungnya yang
mulus. Setelah lima menitan istirahat dan ngobrol ringan
dalam posisi ini, aku bangkit hendak mengambil minum. Aku
berjalan ke dispenser mengambil dua gelas plastik dan
menuangkan air ke dalamnya. Saat itu Pak Somad semakin
gencar menggempur vagina Angel. Ditindihnya tubuh
pramugari itu dan gerakan pinggulnya semakin gencar.
Mereka juga bercumbu dengan ganas sehingga dari sela-sela
mulut mereka terdengar bunyi desahan tertahan. Aku kembali
ke sofa tempat kami tadi dan menyodorkan gelas pada
Sabrina.
"Thanks" sahutnya seraya menyambut gelas itu dan
meneguknya, "lu masih pengen lagi? Atau udahan?" tanyanya
"Pengen lagi dong, masa udahan...tapi kumpul tenaga dulu
ya" kataku sambil menjatuhkan pantatku di sebelahnya.
Sabrina lalu menggeliat bangkit dan duduk di sampingku, ia
menjilati penisku yang telah mengendur lalu membersihkannya
dengan lidahnya.
Saat itu tiba-tiba pintu samping terbuka dan Alex masuk
dengan membawa panci kecil. Yang lain hanya melihat
sebentar lalu terus beraktivitas lagi, sementara aku sedikit
terkejut, maklum masih pendatang baru. Alex juga adalah
teman sekampusku, tapi beda fakultas, ia kuliah di fikom
(fakultas ilmu komputer). Pemuda Tionghoa berambut cepak
dan berwajah mirip tikus ini terbilang seorang yang nyentrik,
seorang computer dan gadget freak yang sering
menghabiskan waktunya berjam-jam di depan monitor, selain
kuliah, ia juga part time di sebuah toko komputer milik
saudaranya. Ia sangat dapat diandalkan kalau minta bantuan
yang berhubungan dengan minatnya itu, pernah dia
memperbaiki laptopku yang kena virus, dia juga tidak pelit
berbagi koleksinya yang banyak mulai dari musik, program
hingga bokep, baik bokep normal maupun yang aneh-aneh
seperti scat atau beastiality. Di kost dia lebih banyak
menghabiskan waktu di kamarnya sibuk di depan komputernya
dan hanya keluar kamar untuk makan dan mencari pelepasan
stress dengan ngeseks tentunya. Menurut penuturan Amel tadi
siang, gaya seks Alex sering aneh-aneh, suka main ikat-ikat
dan sedikit kasar, kadang malah kalau lagi mumet dengan
komputernya ia meminta salah satu dari wanita di kost ini
untuk mengoralnya sambil dia sendiri mengutak-atik
komputer, katanya kadang membuat otak jadi jalan lagi. Aku
berpikir mungkin semua itu merupakan bentuk
pelampiasannya dari hasrat seks terpendamnya yang sehari-
hari nampak seperti nerd itu. Hobi nyeleneh Alex lainnya,
masih berdasarkan penuturan Amel, adalah suka
mendokumentasikan adegan seks yang dilakukannya sendiri
maupun yang dilakukan orang lain dengan handycamnya dan
file-filenya ia simpan di hardisknya. Untuk yang satu ini, ia
pernah ditegur Om Dedy, pemilik kost sekaligus ketua Orgy
Club ini, karena berisiko tinggi bila rekamannya bocor ke luar,
namun entah bagaimana ia dapat meyakinkan Om Dedy
bahwa ia hanya menyimpan semua hasil rekaman itu untuk
pribadi, tidak akan pernah masuk ke internet ataupun dishare
pada siapapun, bahkan Om Dedy sendiri pernah meminta hasil
dokumentasi waktu orgy party bulanan darinya. Dari
karakternya yang cenderung introvet itu sepertinya ia memang
bisa dipercaya, juga kata Amel, ia tidak pernah mengshare
file-file rekamannya pada siapapun termasuk penghuni kost
yang menginginkannya untuk koleksi pribadi, ia hanya
mengijinkan mereka menonton rekaman itu di kamarnya.
Kepadaku sewaktu aku masih belum masuk klub, ia tidak
pernah menyinggung sedikitpun mengenai hal itu maupun
segala sesuatu di kost ini yang waktu itu belum waktunya
kuketahui. Hhhmmm...lain kali aku akan minta ijin untuk
melihat rekaman-rekaman serunya, kan sekarang udah
member, pasti boleh lah.
"Hai Lex, mau gabung? Ini member baru kita nih!" sapa
Sabrina.
"Nggak dulu...lagian member barunya cowok, masa main
pedang-pedangan, mau bikin mie dulu, laper nih" jawabnya,
"met mupeng dah Ric!" katanya padaku, "eeh...Kak Angel,
udah pulang ya!" katanya melihat ke Angel yang sedang
disenggamai Pak Somad.
"Baru tadi siang!" sahut Angel membalas sapaan Alex di
tengah gempuran Pak Somad pada vaginanya.
"Jadi pengen anget-angetan bentar sama Kak Angel nih!" Alex
meletakkan panci yang dibawanya di atas dispenser lalu
menghampiri Angel di sofa.
"Yee...Kak Angel lagi sibuk malah diganggu, gua yang lagi
break dicuekin!" kata Sabrina.
"Kalau lu kan tiap hari juga ada di sini Na, avaiable everytime,
Kak Angel kalau pergi lama baru pulang lagi, mumpung pulang
kan harus melepas kangen" sahut Alex sambil menurunkan
celana boxernya dan mengeluarkan penisnya di hadapan
Angel, "yuk Kak, sepong aja kok!"
Angel pun meraih bantal kursi dan menyelipkannya di bawah
kepalanya agar lebih enak mengoral penis Alex. Ia lalu meraih
penis berukuran sedang yang telah menegang dan tidak
bersunat itu.
"Akhh...sssiippp....sepongan kakak emang...paten...mantap
abis...ohhh" desah Alex menikmati penisnya dikulum Angel.
Pemandangan ini benar-benar luar biasa, seorang wanita
secantik Angel melayani dua pria, yang satunya di antara
kedua belah pahanya menggenjot vaginanya, satunya lagi
menyodorkan penisnya dioral olehnya. Tiba-tiba Sabrina
memelukku dan mendorong tubuhku ke samping hingga aku
terbaring, aku melihat wajahnya nampak kesal. Ia lalu
menindihku dan berbisik di telingaku.
"Kurang asem si freak satu ini, gua tau dia naksir ke gua tapi
gilirannya gua tawarin dia malah nolak, bilang avaiable
everytime lagi, emangnya gua apaan? Ric...tolong bantu gua
bikin dia panas ok?"
"O ya? Terus gua harus gimana Na?" tanyaku berbisik.
"Main belakang...sodomi gua Ric, dia pernah minta itu ke gua
tapi waktu itu ga gua kasih"
"Yakin lu Na? Gapapa nih? Perlu pake kondom kali biar lebih
licin"
"Ga usah, tapi jangan kasar-kasar ya, gua juga ga suka
sebenernya, jarang...tapi ini buat ngehukum dia aja, biar tau
rasa"
"Oke deh kalau gitu, yuk!" aku mengangkat tubuhnya dan
mengaturnya menjadi gaya doggie menghadap ke arah Angel
yang sedang berthreesome dengan Pak Somad dan Alex,
tangannya bertumpu pada sandaran tangan di sofa dan ia
menunggingkan pantatnya ke arahku.
Aku menggesek-gesekkan penisku yang masih basah oleh
liurnya pada bagian luar lubang anus Sabrina dan dengan
perlahan aku mulai meneroboskan penisku ke liang
belakangnya dan bisa diduga kalau Sabrina merintih
kesakitan.
"Akhhh...sakitttt....aaahhh...! Yes...terus...slowly aja!!" rintihnya
Sekalipun ini bukan pertama kalinya dia main belakang namun
tetap saja lubang itu masih terbilang sempir, apalagi kalau
tanpa kondom berpelumas begini.
"Tusuk gua Ric, sodomi gua sampe gua...aaahhh...ga bisa
bangun...aahh" Sabrina mengerang sengaja memprovokasi
Alex yang sedang mengerjai Angeline.
Tangannya meraih penisku turut membantu adik kecilku itu
memasuki pantatnya. Alex sepertinya terpancing, ia menengok
ke arah kami dan menatap tajam pada Sabrina, nampaknya ia
tidak rela wanita yang ditaksirnya bersedia melakukan anal
pada orang lain sementara tidak padanya. Alex tidak berkata
apapun namun ia melampiaskannya pada Angel. Ia yang
tadinya pasif membiarkan Angel mengulum penisnya kini
menjadi ganas, dipeganginya kepala Angel sambil memaju-
mundurkan pinggulnya menyetubuhi mulut pramugari itu.
Perlakuannya tentu saja menyebabkan Angel kalang-kabut,
erangan tertahan terdengar dari mulutnya, tangannya
mendorong Alex namun kalah tenaga, Alex terus menyetubuhi
mulutnya sambil menatap penuh cemburu ke arah kami. Aku
memaju-mundurkan penisku beberapa kali pada anus Sabrina
sampai terasa lancar dan aku pun mulai menaikkan sedikit
temponya, desahan sensual keluar dari mulutnya, sepertinya ia
sudah dapat menikmati anal seks ini walaupun masih terasa
sakit dan perih di liang anusnya
"Akhh...sempit banget bo'ol lu Na, kaya perawan aja nih
hehehe...!" ceracauku sembari meremas-remas payudaranya
yang menggantung bebas dan nampak bergelayutan tiap kali
aku memberikan sodokan keras, "You like it honey?" godaku
sambil menyodok dengan keras anus Sabrina.
"Yeah....aaahhh....ahhh...harder baby! Lebih dalem lagi Ric!"
desahnya lalu disambut dengan pandangan dan raut wajah
Alex yang semakin memberengut.
Tak beberapa lama kemudian tubuh Alex nampak bergetar, ia
melenguh dan memuntahkan cairan spermanya di dalam
mulut Angel, belum habis semprotannya, ia tarik penisnya
sehingga spermanya bercipratan ke wajah pramugari itu.
Setelah semprotannya reda, tanpa mempedulikan Angel yang
masih terbatuk-batuk ia menarik kepalanya dan kembali
menjejali mulut Angel dengan penisnya. Beberapa kali ia
memaju-mundurkan penis itu untuk dibersihkan dengan mulut
Angel, barulah ia menaikkan kembali celananya dan
meninggalkan Angel kembali berduaan dengan Pak Somad.
Saat ia melewati kami, diraihnya payudara Sabrina yang
menggantung.
"Aaaww...apaan sih lu?!!" rintih Sabrina karena Alex meremas
payudaranya dengan brutal lalu berlalu begitu saja setelah
mengambil panci kecil yang telah ia isi air dari atas dispenser.
Aku sebenarnya ingin komplain pada Alex soal aksi brutalnya
terhadap Angel maupun Sabrina tetapi setelah kupikir-pikir
tidak ada untungnya toh mereka juga tidak meributkannya
lebih lanjut, mungkin itu termasuk gaya seksnya Alex yang
emang sedikit nyeleneh seperti yang diceritakan Amel tadi
siang. Sudahlah, ini orgy club, semua mau fun, jangan sampai
merusak suasana. Alex keluar dari ruangan ini dan menutup
pintu setengah dibanting.
"Gapapa Na?" kataku menghentikan sejenak genjotanku.
"It's OK beib...sometimes I like hardcore, itulah yang unik dari
si freak itu" katanya sambil menengok ke belakang dengan
tersenyum, "hei kok stop? Siapa yang suruh? Ayo tusuk lagi!"
perintahnya.
"Uuuhh...kenapa lagi sih tuh orang Na? Gilanya kumat
lagi...uhuukkk...uhhhukk...ampir mati sesak nafas aku!" keluh
Angel yang masih batuk-batuk dan mengatur nafas
"Biasa Kak... emang ada kecenderungan masochist dia hihihi!"
sahut Sabrina
"Hehehe...kasar ya Non tadi, makanya mending sama Bapak
aja ya Non, Bapak kan lembut tapi menghanyutkan....bikin
Non ketagihan, eeemmhh!" kata Pak Somad lalu melumat
payudara Angel dengan gemas.
"Ric, kita gabung ke sana yuk...foursome!" ajak Sabrina
menarik tubuhnya dari dekapanku sehingga penisku pun
terlepas dari pantatnya.
Sabrina berlutut di samping Angel, ia mulai menjilati ceceran
sperma Alex pada wajah pramugari itu, sebentar kemudian
bibir mereka bertemu dan berpagutan dengan panasnya,
tangan Sabrina juga meremasi payudara Angel yang satunya,
jari-jari lentiknya nampak memilin-milin puting yang sudah
mengeras itu. Melihat adegan erotis itu, aku pun menghampiri
mereka dan berlutut di belakang Sabrina, penisku kuarahkan
ke vaginanya dan kugesek-gesekkan di bibirnya. Ciuman
Sabrina merambat turun ke payudara Angel, sesampainya di
sana mulutnya mulai menjilati gunung itu hingga basah oleh
ludahnya, kemudian dimasukkannya ke mulutnya lalu
dikenyot-kenyot.
"Aaahhh!" desahan seksi terdengar dari mulut Angel yang
sedang dikeroyok.
Sementara aku mulai menekan masuk penisku ke vagina
Sabrina yang langsung menjepitnya erat-erat. Dari gerak
tubuhnya kutahu ia pun diamuk birahi dan butuh pemuasan.
Dalam beberapa saat selanjutnya hanya terdengar dengusan
napas dan desahan kami berempat terengah cepat dan
gesekan di antara bunyi 'pak-pak-pak' yang timbul beradunya
alat kelamin. Kami bertahan dalam formasi demikian sekitar
sepermpat jam. Ketika Angel telah mendekati orgasme, Pak
Somad menghentikan genjotannya, ia menaikkan Angel ke
pangkuannya dalam posisi memunggunginya. Angel segera
mengerti, ia lekas-lekas memasukkan kembali penis Pak
Somad ke vaginanya, dengan posisi ini kini ia lebih aktif
menggerakkan tubuhnya mengejar puncak kenikmatan yang
sudah hampir tercapai. Pak Somad cenderung pasif menerima
genjotan Angel, ia hanya memegangi pahanya dan
membentangkannya lebar sehingga penisnya menusuk lebih
dalam ke vagina gadis itu.
Di bawah sofa, Sabrina yang sedang kusetubuhi dalam gaya
dogie menjilati penis Pak Somad yang sedang sibuk dengan
vagina Angel. Sesekali ia mengulum buah pelir si tukang nasi
goreng itu. Kudengar desahan Angel kian tak karuan
"Ooohhh, enak Pak...aaahhh...kontol bapak enak banget!"
erang Angel, aku tak menyangka kalau Angel yang
berpembawaan lemah lembut itu dapat ngomong jorok juga
sewaktu gairahnya tinggi.
"Sama Non manis....Bapak juga mau crot nih...memek kamu
enak bangeeeet!! tahan dulu!" desah Pak Somad sambil
meremasi payudara Angel lebih brutal.
Tak sampai lima menit, tubuh Angel mengejang, jeritan
panjang terdengar dari mulutnya karena tak kuasa menahan
nikmatnya orgasme. Ssssrrrr...cairan bening mengalir dengan
deras dari vaginanya sehingga bunyi decakannya makin
terdengar. Pada saat bersamaan, Pak Somad menekan kuat-
kuat tubuh Angel ke selangkangannya sehingga penisnya
menancap hingga mentok di liang vagina Angel.
"Uuugghhhh....!!!" dia pun menyusul ke puncak, penisnya
menyemburkan sperma yang meleleh di sela-sela bibir vagina
Angel bercampur dengan cairan kewanitaanya.
Cairan itu diseruput oleh Sabrina yang sejak tadi melakukan
oral terhadap mereka berdua. Sungguh luar biasa sensasi
foursome seperti ini, aku mungkin tidak akan pernah
merasakannya kalau tidak masuk ke klub ini.
"Na, kita crot barengan ya!" aku mempercepat genjotanku
ketika kurasakan cairan kewanitaan Sabrina mulai banyak,
"Okehh...terus...jangan stop...dikit lagi inihh..." erangnya
sambil menggoyangkan pinggulnya menyambut hujaman
penisku, tangannya masih mengocok penis Pak Somad yang
mulai menyusut.
Tak lama kemudian, tubuh Sabrina menggelinjang liar,
vaginanya mengeluarkan semakin banyak cairan yang
menghangatkan dan memperlancar keluar masuknya penisku.
Akhirnya keluar juga spermaku membanjiri liang vagina
Sabrina. Kurang lebih empat kali tembakan sperma keluar dari
ujung batang kejantananku mengisi vaginanya.
"Ahhhh...Na...." aku tenggelam dalam kenikmatanku.
Selama kurang lebih 10 detik aku dan Sabrina menikmati
terpaan gelombang orgaseme hingga akhirnya tubuh kami
melemas lagi. Saat itu Angel dan Pak Somad juga telah
mengakhiri pertempuran mereka. Angel masih dipangku pria
itu dengan penis masih menancap di vaginanya. Setelah agak
bertenaga, aku memapah Sabrina ke sofa tempat kami tadi
dan aku membaringkan diri dengan dia di atasku.
"What a great fight" katanya tersenyum lemas dan
memandangku
"Gua juga puas banget Na, pasti tidur pulas dah malam ini"
kataku menghela nafas
Tubuh kami yang sudah mandi keringat saling berpelukan.
Kami berciuman dan berpagutan ringan dengan sisa-sisa
tenaga kami. Kulihat jam dinding telah menunjukkan pukul
setengah delapan lebih, di luar sana hujan telah reda, tapi
rintik-rintik kecil masih terdengar.
"Pak, nasi goreng kornetnya satu dong...pake telor ga pedes!"
pintaku, lapar juga rasanya setelah ML habis-habisan tadi.
"Oke Den, siap!" sahut Pak Somad mulai memakai kembali
pakaiannya lalu keluar dari situ untuk menyiapkan pesananku.
Kami memulihkan tenaga sambil ngobrol dan bercanda
dengan santai, dari situ kami merasa lebih dekat dan mulai
bercerita lebih banyak mengenai diri kami masing-masing,
mulai dari kota asal, kegiatan kampus, hobby sampai hal-hal
yang privat. Dari cerita Angel aku baru tahu sisi lain kehidupan
pramugari yang panas dan seru, mungkin akan kuceritakan di
lain kesempatan. Ia sendiri sebenarnya sudah punya pacar,
seorang bule asal Belanda yang pekerjaannya
mengharuskannya bolak-balik Indonesia dan negerinya,
keduanya bertemu di pesawat. Ia pernah diajak pacarnya ikut
swinger party ketika di negara asal sang pria. Dari situ hasrat
liar dalam dirinya mulai bangkit hingga akhirnya di tanah air
ia menemukan penyaluran di klub orgy ini yang gilanya lewat
perkenalan sang pacar yang juga adalah kenalan Om Dedy.
Pacar Angel sendiri pernah dua kali menjadi tamu di arisan
klub orgy di rumah Om Dedy dan ia tidak keberatan pacarnya
yang cantik ini menjadi budak seks di klub ini.
"Kita saling terbuka aja kok, aku pernah ML sama siapa selalu
bilang ke dia, dan sebaliknya...dia bilang mumpung masih
belum merit ya silakan puas-puasin hasrat liar, ntar kalau
udah saatnya menjadi istri atau mama yang baik!" tandasnya.
"Yeah...I like her man, amazing, especially his style and cock"
kata Sabrina pelan padaku saat Angel bercerita tentang
hubungannya dengan pacar bulenya.
"Hey, cut it off bitch!" Angel melemparkan bantal kursi pada
Sabrina yang menangkapnya sambil cekikikan.
Weleh...weleh...bener-bener pemikiran yang nyeleneh bin edan
juga ya pikirku yang sebelumnya belum pernah mendengarkan
pemikiran seperti itu. Lain halnya Sabrina memang dari
awalnya adalah pencari kesenangan sensual, namun ia tidak
akan pernah melakukannya demi uang seperti menjadi ayam
kampus atau menjadi simpanan orang kaya. Baginya seks ya
seks, buat kesenangan, bukan buat cari uang seperti PSK. Ia
bersedia memberikan kehangatan tubuhnya secara sukarela
bila memang ia menginginkannya, bahkan menurut
pengakuannya ia pernah melakukannya dengan dua ABG ojek
payung yang tidak dikenalnya, namun ia bisa marah dan
tersinggung bila seseorang yang berlagak baik padanya dan
mendekatinya dengan tujuan untuk menidurinya, semakin
orang itu menginginkan tubuhnya semakin ia tidak akan
memberikannya. Sementara Pak Somad mengaku dirinya
merasa lebih segar dan awet muda sejak menjadi member
luar klub orgy ini. Ia menjadi member lewat rekomendasi Pak
Kasimun lalu melalui persetujuan Om Dedy dan tentunya para
member atau penghuni kost ini. Dengan menjadi member klub
ini ia tidak perlu lagi menghabiskan uang untuk melampiaskan
nafsunya yang menggebu-gebu dengan pelacur-pelacur kelas
bawah, malah dia mendapat yang high quality dengan gratis,
sehingga ia dapat menghemat anggaran dan menyisakan lebih
banyak uang untuk dikirim pada istri dan anaknya di
kampung, syaratnya hanya diam, jangan cerita apapun
tentang orgy club pada mereka yang bukan anggota.
"Gimana Ric kesan-kesannya setelah bergabung di klub ini?"
tanya Angel sambil meletakkan gelas kosong yang baru
diteguk isinya di atas meja ruang tengah
"Yah...seneng, kaget, ga percaya, campur-campur deh,
soalnya ga nyangka ada klub kaya ginian. Sebelumnya kan
cuma pernah ML satu lawan satu sama mantan cewek gua
aja" kataku sambil menyuapkan nasi goreng yang masih
hangat ke mulutku, ah enak banget rasanya, seperti mendapat
asupan tenaga lagi.
Saat itu itu terdengar suara gembok pintu gerbang depan
dibuka sehingga refleks akupun memunguti pakaianku untuk
mengenakannya, tapi Angel dan Sabrina malah senyum-
senyum melihat reaksiku. Saat itu memang Angel sudah
memakai kembali gaun tidurnya, demikian pula Pak Somad
yang sebelumnya keluar membuatkan pesanan nasi gorengku,
jadi tinggal aku dan Sabrina saja yang masih bersantai dan
belum memakai pakaian kami. Lalu terdengar suara motor
memasuki tempat parkir kost.
"Hihihi...tenang aja Ric, orang dalam kok itu" kata Sabrina.
"Yakin bener lu? Kalau bukan gimana? Kalau iya terus mereka
bawa orang dari luar gimana?" tanyaku bingung.
Sejak lu resmi member tadi siang, beritanya udah disms ke
semua penghuni kost sini kok, mereka juga udah tau, jadi
kalaupun mereka bawa orang dari luar mereka bakal hati-hati
kalau-kalau ada yang ngentot di luar kamar seperti kita tadi
itu" Sabrina menjelaskan.
"Lagian Pak Kasimun jaga di posnya juga akan kasih tanda
bel musik kok kalau ada orang luar datang kalau waktunya ga
tepat supaya kita bisa beres-beres dulu" tambah Angel.
"Cuma belakangan si Kasimun suka meleng ke mana aja,
waktu itu Bapak pernah entotan sama Non Amel ampir
kepergok temennya Den Leo!" Pak Somat menyeletuk.
Tiba-tiba aku merasa cemburu mendengar si tukang nasi
goreng ini menyebut ia bercinta dengan Amel walau memang
horny juga membayangkan Amel disetubuhi olehnya. Sungguh
aku tidak mengerti perasaan ini, sebelumnya terhadap Amel
aku hanya menganggap teman, tapi kenapa sejak bercinta
dengannya tadi mulai timbul perasaan lebih dari itu. Aku
belum bisa menjelaskannya sekarang.
"Emang waktu itu di mana sama Amel Pak sampe ampir
kepergok?" tanyaku penasaran.
"Di kamarnya Non Amel...tapi pintunya belum tertutup bener,
untung keburu sadar ada orang lain"
"Hei...hei all! Gile hujannya besar sekali tadi mana banjir
pula!" sapa Mario, "wah...wah...baru pada ngentot ya?"
tanyanya begitu melihat aku dan Sabrina yang masih belum
pakai apa-apa, "Eh Ric, selamat ya, akhirnya lulus juga jadi
anggota lu! Asik deh sekarang udah bisa ngentot bebas lagi,
hehehe"
Mario (27 tahun) adalah seorang staff marketing di sebuah
perusahaan, pria berdarah Ambon ini memiliki badan yang
gempal, kulit gelap dan berambut cepak. Dilihat-lihat mirip
dengan Mike Mohede si juara Indonesian Idol, tapi dengan
level ketampanan yang di bawahnya. Orangnya rame dan
mudah dekat dengan orang lain, berbanding terbalik dengan
Alex, si maniak komputer itu.
"Angel...kapan balik lu?" tanyanya pada Angel dengan logat
Ambonnya itu
"Siang tadi" jawab Angel, "sana mandi dulu udah basah gitu
kamu!" katanya melihat celana Mario yang sudah sangat
basah walaupun bagian bawahnya telah digulung.
"Bareng mandi yuk Ngel, udah mandi belum lu?"
"Oke yuk...badan udah lengket juga nih" Angel mengiyakan
dengan ringan dan bangkit berdiri, "mau di mana? Kamar
mandi luar, kamar kamu apa kamar aku?"
"Kamar aku aja lah Ngel...sekalian taro ini barang-barang"
"Sini! Sun dulu dong, udah lama gak ketemu" Mario langsung
mendekap tubuh Angel dan memagut bibirnya.
Keduanya pun berpagutan mesra di depan kami tanpa risih,
tangan Mario menyingkap gaun tidur Angel dan meremas
bongkahan pantatnya. Angel juga tidak kalah agresif,
tangannya merabai selangkangan pria itu dari luar celana
panjangnya. Setelah tiga menitan baru mereka melepas bibir.
"Mmm...tambah manis aja kau! Yuk ke kamarku!" kata Mario
menuntun pergelangan tangan Angel, "O ya Pak...nasi goreng
kambingnya ya, yang pedas!" sahutnya pada Pak Somad,
"Dingin gini enak makan kambing bisa anget...o ya Ngel,
kamu mau juga?"
"Ngga ah...ga usah! Udah makan dikit tadi" tolak Angel
"Ya udah...ini Pak, uangnya aja dulu, kembalinya ambil aja!"
kata Mario mengeluarkan selembar dua puluh ribuan dari
dompetnya dan mengulurkannya pada Pak Somad, "nanti taro
aja di depan kamar saya ya, mau mandi dulu ini!"
"Siap Den! Makasih banget ya!" Pak Somad segera keluar
untuk membuat pesanan Mario.
"Gitu deh Kak Angel...tiap baru pulang semua pengen melepas
rindu sama dia" kata Sabrina.
Kini tinggal aku dan dia saja di ruang tamu ini, sekarang
sudah lebih bertenaga sih setelah menghabiskan sepiring nasi
goreng Pak Somad.
"Jadi pengen mandi juga, nih udah keringetan gini!" kata
Sabrina menggeliatkan tubuhnya lalu bangkit berdiri, "mau
bareng Ric?"
"Gua tadi udah sih, tapi kalau yang ngajaknya lu masa gua
nolak hehehe"
"Dasar...ayo, di kamar gua aja ya!" katanya
Kami pun masuk ke kamar mandi di kamarnya, harum dan
rapi kalau dibanding kamar mandi di kamarku atau cowok lain
di sini. Semburan air hangat dari shower sungguh
menyegarkan menghilangkan peluh sehabis bercinta tadi.
Kami saling menyabuni dan saling meraba tubuh pasangan
masing-masing diselingi obrolan ringan dan nakal, kami juga
sempat bercinta di bawah siraman air, sebentar saja tapi
karena sudah lelah. Akhirnya setelah mandi kami pun
memakai pakaian kami lagi.
"Ngapain Na abis ini?" tanyaku
"Bobo lah...besok kuliah pagi, lu sendiri?" ia tanyanya sambil
memakai kaos gombrang tanpa bra di baliknya.
"Gua ada tugas kuliah, harus ngerjain, abis ML kayanya plong
deh rasanya, kerjain tugas rasanya jadi semangat"
Di depan pintu kamarnya kami bercanda sejenak lalu kupagut
bibirnya sebelum berpisah, tanganku meraba dadanya,
kurasakan putingnya di balik kaos tanpa bra itu. Saat itu
kudengar langkah kaki mendekat membuatku menoleh ke
arahnya. Oh...ternyata Amel yang baru pulang.
"Hai Mel!" sapa Sabrina yang dibalas Amel dengan hai juga
dan senyum tipis.
"Eh...Mel, abis darimana? Malem gini baru balik?" aku
menyapanya dengan sedikit salah tingkah.
"Dari temen, tadi nungguin ujan berenti baru pulang"
jawabnya datar sambil terus melengos.
"Na gua cabut dulu ya, dah!" aku pamitan ke Sabrina lalu
menyusul Amel "Mel...udah makan belum lu?"
"Udah" ia menjawab singkat,
"Malem ini lu sibuk ga Mel?" tanyaku.
"Napa emang nanya-nanya gitu?" ia terus berjalan dengan
gayanya cuek seperti biasa.
Saat itu kami lewat di depan kamar Mario, dari dalam
sekonyong-konyong terdengar suara desahan, pasti si Ambon
itu sedang asyik mereguk kenikmatan bersama Angeline.
"Gapapa sih...kalau ga sibuk...kita tidur bareng yuk malem
ini, gimana?" aku heran juga diriku jadi lebih berani sejak
masuk klub ini padahal belum juga sehari.
Ia hanya tersenyum penuh arti padaku sambil mengeluarkan
kunci kamar dari tasnya karena kami sudah dekat dengan
kamarnya.
"Hehe...berani juga ya lu terus terang gitu padahal member
baru tadi siang" katanya
"Nnggg...yah gimana ya, mungkin kebawa suasana di sini jadi
berani...gimana Mel, kok belum jawab?"
"Yaahh...gua suka keterusterangan lu Ric" jawabnya menghela
nafas, "tapi sori yah, malam ini gua udah janji nemenin Pak
Kasimun, lu denger sendiri kan tadi siang?"
Kembali aku jadi panas mendengarnya, terlebih langsung dari
mulut Amel sendiri.
"Oke deh, maybe next time ya!"
"Oh ya Ric, boleh gua minta tolong ga?" ia seperti teringat
sesuatu setelah membuka pintu kamarnya.
"Ya...apaan?"
"Gua mau pindahin data dari USB ke CD, lu bisa?"
"Bisa, di laptop lu ada Nero nya?"
"Ada...cuma belum ngerti caranya sih"
"Ya udah gua ajarin sini!"
Kamipun masuk ke kamarnya, ia menyalakan laptopnya dan
menyerahkan USB dan sekeping CD kosong padaku.
"Eehmm...Mel, gimana kalau lu ga usah pake apa-apa sambil
gua ajarin, biar lebih semangat gitu loh" kataku ketika tiba-
tiba ide nakal melintas, "tenang aja si Sabrina udah nguras
tenaga gua tadi, ga bakal sampe ML kok, lagian gua juga
harus ngerjain tugas abis ini"
"Oke...no problem, asal lu yang bener ya ajarinnya" katanya
dengan cuek lalu mulai melepaskan satu demi satu
pakaiannya lalu kembali duduk di sebelahku dengan tubuh
polos.
Aku melongo memandangi tubuh telanjangnya yang kali ini
kunikmati dengan utuh (tadi siang ketika bercinta dengannya
kan ia masih mengenakan pakaiannya). Ternyata Amel
memiliki tubuh yang mulus dan indah, tidak kalah dengan tiga
wanita lain di kost ini, sungguh luar biasa payudaranya yang
montok dan berputing kemerahan itu, juga bulu-bulu lebat
yang tumbuh di selangkangannya. Kesehariannya yang hampir
tidak pernah memakai pakaian seksi dan pembawaaanya yang
alim sungguh memberi nilai lebih pada gadis satu ini.
"Ayo dong, ajari guanya kapan? Jangan bengong terus! Kaya
ga pernah liat cewek bugil aja!" protesnya membuyarkan
lamunanku.
"Ohh, iya...iya Mel...jadi gini caranya..." aku mulai memberi
instruksi bagaimana mengoperasikan Nero, memindahkan
data ke CD dan ia menggerakkan mouse mengikuti
instruksiku.
Tentunya sesekali aku tidak konsen mengajarinya dalam
keadaan ia telanjang begitu, herannya justru dia malah biasa
saja tanpa terlihat risih tanpa pakaian di tubuhnya begitu.
"Nah, sekarang tinggal tunggu beres, gak lama kok!" kataku
setelah ia mengklik tombol burn sehingga proses burning ke
CD dimulai.
"Hihi..." ketika menunggu tiba-tiba ia tertawa kecil
memperlihatkan senyumnya, ia tambah manis kalau sedang
senyum begitu, heran sehari-harinya malah jarang senyum.
"Kenapa Mel? Ketawa apa?" tanyaku.
"Kamu belajar dari Alex ya Ric? Persis banget sama dia"
jawabnya
"Persis? Maksudnya?"
"Iya...si freak itu juga kalau diminta bantuan yang
berhubungan sama komputer juga mintanya sambil aneh-aneh
gini, ya kitanya harus bugil kaya gini, atau sambil nyepong
atau kocokin dia, atau kadang sambil ML di pangkuannya
malah"
"Ngga...asli ngga...cuma lagi iseng aja kok gua makanya
kepikir gitu, emang si Alex pernah apa aja ke lu?" tanyaku
penasaran.
"Mmm...gua pernah ML sama dia waktu nungguin install
Office ke laptop gua, sambil oralin dia juga pernah" tuturnya
enteng
"Hehe...beneran ga nyangka ternyata lu nakal juga ya Mel
sampe ikut klub ini segala!" kataku
"Everyone has her darkside, sah sah aja kan?" katanya sambil
mengangkat bahu
"Sini Mel!" aku menarik pergelangan tangannya dan
menyuruhnya duduk di pangkuanku menyamping.
Kuelusi paha mulusnya hingga tanganku sampai ke
selangkangannya
"Ooohh..." ia mendesah ketika jariku mulai mengorek
vaginanya
"Cerita ke gua Mel...lu paling sering ngentot sama siapa di
kost ini?" aku bertanya penasaran sambil mencucuk-cucukkan
jari tengah dan telunjukku.
"Aaah...aahh...duh sama rata lah...disini semua sex for fun,
mau sama siapa aja bebas!" jawabnya sambil mendesah.
"Pak Kasimun emang dia sering ngajak lu nemenin tidur?" aku
menusukkan jariku lebih dalam dan menemukan klitorisnya.
"Gak juga...aaahhh...lebih sering temenlu si Indra
malah...aahh!" tubuhnya semakin menggelinjang sampai
dadanya membusung.
"O ya? Si In....mmmmhhh!" tiba-tiba ia menempelkan
bibirnya ke bibirku, dan kami pun terlibat percumbuan yang
panas sambil jariku tetap mengobok-obok vaginanya.
Vagina Amel semakin berlendir sehingga kini jadi manisku pun
masuk ke sana turut mengais-ngais. Klitoris yang merupakan
bagian sensitif setiap wanita itu kugesek-gesekkan dengan
jariku, Amel pun berkelejotan dibuatnya. Kira-kira 10 menit
aku mengobok-obok vaginanya hingga akhirnya tubuhnya
bergetar
"AAAhhhhhh...enakkhh...Ric!!" desahnya panjang
Amel pun tiba di puncak kenikmatannya, vaginanya
mengeluarkan cariran bening yang hangat, cukup banyak
sampai belepotan di tanganku. Aku pun melepaskan tanganku
dari selangkangannya, kusodorkan jari-jariku yang basah ke
bibirnya. Tanpa ragu Amel mengulum jariku yang belepotan
cairan klimaksnya sendiri. Setelah menjilatinya hingga bersih,
ia memberikan kecupan ringan di bibirku. Saat itu proses
pemindahan data telah selesai, CD tray di laptopnya telah
membuka dan layar monitor menayangkan screen saver
karena lama ditinggal.
"Thanks ya Ric...lu bener ga mau itu dulu?" tanyanya sambil
kembali mengecup bbirku.
"Bener ngga...nanti aja deh ya...gua ada tugas, lu juga kan?
Jadi perlu tenaga nih"
Akhirnya aku pun pamitan padanya dan kembali ke kamarku.
Malam itu, setelah beres mengeprint tugas kuliahku, aku
tertidur karena kecapaian, hampir seharian ngeseks terus,
tentu terasa penatnya terutama daerah pinggang dan lutut.
Sekitar jam satu dinihari aku terbangun. Rasanya haus ingin
minum, tapi galon air di kamarku sudah kosong, belum
diganti, maka aku pun membawa tempat minumku ke ruang
tengah untuk mengambil air. Aku menelusuri koridor, jam
segini memang biasanya sudah sepi, semua sudah di kamar
masing-masing, beberapa kamar sudah gelap, beberapa
menyalakan lampu remang-remang seperti misalnya kamar
Amel. Aku mendengar suara desahan di dalam sana ketika
lewat di depannya. Ia pasti sedang bertempur dengan Pak
Kasimun. Aku jadi penasaran dan mendekati kamar itu, Amel
dan Sabrina bilang kalau mau lihat langsung saja, tidak perlu
pakai ngintip-ngintipan. Maka sesuai kata mereka, aku pun
perlahan membuka pintu kamar itu, tidak terkunci rupanya,
kudorong sedikit pintunya untuk melihat ke dalam. Aku
menelan ludah melihat adegan di atas ranjang dimana dua
tubuh berlainan jenis saling bergumul. Tubuh bugil Amel
tengah ditindih Pak Kasimun yang memompa batang
kejantanannya dengan cepat di dalam vaginanya. Amel
menengok ke arahku sedikit terkejut tetapi lalu dia tersenyum
dan berkata,
"Belum bobo Ric? Yuk sini kalau mau ikutan!" ucapnya sambil
kembali menikmati pompaan penis Pak Kasimun di liang
kewanitaannya, "akhh...terus Pak...tusuk lebih dalem!"
sekarang ia malah membuat ceracau seksi ketika tahu aku
melihatnya, seperti disengaja untuk memancingku.
"Sip lah Non!! Uuhh!" desah Pak Kasimun yang lalu
mempercepat pompaan penisnya di liang kewanitaan Amel,
"Akhhh...memek Non benar-benar asoy deh. Ayo Den....ikutan
aja biar rame!" ajak pria itu, ia nampak sangat bernafsu
mengaduk-aduk vagina Amel, tangannya juga meremas
payudara gadis itu. Kemudian bibir mereka berpagutan dengan
panas.
Ada rasa cemburu melanda hatiku ketika aku melihat tubuh
Amel digarap oleh penjaga kost itu, tetapi anehnya juga, aku
juga terangsang dengan kejadian ini dan berharap mereka
melakukannya lebih hot, padahal melihat Hany, Angel dan
Sabrina dipakai oleh orang lain aku memang horny tapi sama
sekali tidak ada rasa cemburu seperti ini. Baru saja hari
pertama menjadi member orgy club sudah banyak pergumulan
dalam diriku, apakah aku ini sudah jadi maniak? Kelainan?
ataukah aku mulai menyukai Amel? Jika aku menyukainya,
mengapa aku justru menikmati ketika ia digarap oleh orang
lain bahkan semakin horny ketika Pak Kasimun mencabut
batang penisnya dari liang vagina Amel lalu berejakulasi di
wajah cantiknya? Amel sendiri juga tampaknya menikmatinya,
ia menyeka ceceran sperma itu dengan jarinya dan
menjilatinya tanpa ragu.
"Non Amel sukanya negak peju kaya gini Den!" sahut Pak
Kasimun.
"Hehe...oke, lu orang enjoy aja! Gua mau bobo, cape nih"
kataku sambil menutup kembali pintu kamarnya.
Aku berlalu tapi bukan dengan cemburu ataupun nafsu
menggebu tetapi dengan tanda tanya besar di otakku
mengenai ada apa dengan diriku terhadap Amel. Setelah
mengambil air aku kembali ke kamarku dan melanjutkan
tidurku.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.