Kamis, 05 Maret 2015

Liburan Birahi 6: The Game I

Liburan Birahi 6: The Game I
"Ayooo
Aidaaaa,,, satu putaran lagiii,,,"
"Aryantiii,,, cepeeet,,, jangan mau kalaaahh,,,, loncat yang
tinggi,,hahahaaa,,,"
Teriakan para suami terdengar ramai, tapi mereka bukan
memberi semangat kepada istri masing-masing, teriakan itu
justru ditujukan kepada istri yang memiliki gerakan paling
liar. Yaa,, lomba balap karung dipilih sebagai laga pembuka
untuk game pantai. Mata para suami tertuju pada Aida yang
begitu semangat meloncat memacu tubuhnya, memimpin
paling depan, dan bisa ditebak, mata jalang para suami tertuju
pada sepasang payudara besarnya yang bergerak naik turun.
Sementara di belakangnya Aryanti berusaha menyusul,
meloncat dengan cepat, tak peduli dengan payudara mereka
yang tidak dilindungi bra, bergerak liar. Memang sangat
merepotkan bagi mereka yang memiliki buah dada dengan
ukuran besar, ketika harus meloncat, jelas sepasang benda
menggiurkan itu akan ikut bergerak tak terkendali. Andini yang
berada diurutan ketiga memang lebih diuntungkan dengan
payudaranya yang tidak terlalu besar, namun ukuran karung
yang hampir menutup seluruh tubuhnya itu membuatnya
sangat kerepotan.
"Ayooo cepeeeet,,, yang nyampe duluan saya kasih piala,,"
seru Pak Prabu yang berdiri di garis finish, sambil menggosok-
gosok penisnya, membuat para suami lainnya tertawa. Tapi
justru membuat para wanita yang tengah berloncat dan berlari
tersipu malu.
Siapapun dapat melihat tojolan penis Pak Prabu, yang telah
mengeras dengan sempurna, dan itu diakibatkan ulah
payudara mereka yang bergerak brutal tak terkendali. Aryanti
yang sudah pernah merasakan keperkasaan batang besar itu,
tertawa. Terlintas dipikiran nakalnya untuk menabrak Pak
Prabu, dan memberi pelajaran buat lelaki paruh baya itu
dengan meremas batangnya saat tubuh mereka terjatuh.
Aryanti lagi-lagi tertawa, menertawakan pikiran mesumnya.
Tapi ternyata hal yang sama juga terlintas dibenak Aida,
meski tidak tau pasti ukuran pusaka Bos suaminya itu, dari
balik kacamata minusnya Aida dapat memastikan batang itu
memeiliki ukuran yang menggiurkan birahinya. Tak ayal kedua
wanita cantik itu memacu kakinya lebih cepat, bersaing
menuju tempat Pak Prabu berdiri. Saling bersenggolan sambil
tertawa. Membuat Munaf yang berdiri tak jauh dari Pak Prabu
sangat cemburu.
"Kyaaaaa,,,"
"Aaaaaa,,,hahahaahaa,,,"
"Mba Aida curaaaang,,, Hahahaaa,,"
Bruaakkk!!! Kedua tubuh montok itu bersamaan menubruk Pak
Prabu yang tertawa menyambut sambil merentangkan kedua
tangannya, jatuh terjengkang ditindih dua wanita cantik.
Membuat para lelaki begitu iri dengan keberuntungan Pak
Prabu. Apalagi mata mereka menangkap gerakan tangan Aida
dan Aryanti yang berebut mencengkram selangkangan Pak
Prabu bersamaan. Andini yang tepat berada di belakang
mereka seakan tak mau kalah ikut meloncat ketubuh Pak
Prabu, menindih Aida dan Aryanti. Membuat tawa semakin
riuh.
Tentu saja Pak Prabu juga berusaha sebaik mungkin
memanfaatkan kesempatan, tangannya yang terentang
dengan bebas meremasi payudara para wanita yang
menyerahkan tubuh pada dirinya.
"Asseeeemmm,, mantap bener pantat istri kalian,,, uggghh,,,
pasti nikmat banget kalo di Doggy,," celetuk Mang Oyik
kepada Arga dan Munaf, meremas-remas selangkangnya saat
melihat rok ketiga wanita itu tersingkap, memamerkan pantat
yang dibalut celana dalam aneka warna.
"Kan mamang udah pernah nyobain, kemaren nyemprot
didalam juga kan?,,hehehe,," jawab Arga terkekeh.
"Mamang udah pernah nyobain? Sama siapa? Istrimu Ga?,,,"
tanya Munaf bingung.
"Ya istri mu lah,,, ngeliat sendirikan gimana lemesnya istri mu
tadi malam? Hahahahaa,,," Arga tertawa, seakan ingin
membalas ulah Munaf yang sempat merayon tubuh Aryanti
saat bermain kartu.
"Heehhh,, yang beneeer?,, ahh sialan kau Mang,,," wajah
Munaf seketika berkerut, tak pernah terlintas diotaknya kalau
tubuh mulus istrinya turut dinikmati oleh lelaki seperti Mang
Oyik.
Aryanti menghampiri Arga sambil tertawa. "Huuufff,,, capek
banget sayang,, kakiku pegel seperti ingin keram,"
Sementara Munaf dan Mang Oyik harus meneguk liur menatap
payudara Aryanti yang tercetak jelas di balik kaos, bergerak
naik turun dengan teratur, mengikuti tarikan nafas yang masih
tersengal.
"Kalau gitu istirahat lah dulu," ucap Arga santai tanpa
menoleh.
"Sayang,,, masih marah ya?" tanya Aryanti yang bingung
melihat Arga sedikit agak cuek dari biasanya. "Atau kau
marah karena kejadian tadi, saat aku menabrak Pak Prabu,
aku memang melakukannya dengan sengaja, maaf,,,"
"Ngga koq sayang,, aku tau kau cuma terbawa permainan,"
Arga menoleh sambil tersenyum lembut, tapi tetap saja ada
yang mengganjal di hati Aryanti. Perlahan dipeluknya Arga
dari samping.
"Ayooo Zuraidaaaa,,, cepaaat,,, jangan mau kalaah sama Bu
Sofie,,,"
DEEEGGG, hati Aryanti terasa sakit saat Arga memberi
semangat kepada Zuraida. Tapi kenapa?,,, Zuraida adalah
teman baiknya, dan Zuraida pula yang menjodohkan mereka.
Wanita cantik itu semakin erat memeluk pinggang Arga. Tapi
bukan hanya Arga, karena mata semua lelaki kini tertuju pada
Zuraida yang terlihat malu-malu untuk meloncat, menghindari
gerakan di dadanya, sesekali kakinya berusaha berjalan di
dalam karung yang sempit. Akibatnya Bu Sofie yang berada di
belakang perlahan mulai mendekat, padahal tenaga wanita
dengan tubuh padat berisi itu telah terkuras habis akibat ulah
Mang Oyik dan Kontet.
"Ayooo Zuraidaaaa,,, loncat yang tinggiii!!!,,, Awwww,,," Munaf
yang berteriak memberi semangat seketika terpekik akibat
cubitan Aida yang cemburu.
Teriakan Munaf justru membuat gerakan Zuraida semakin
pelan, tapi sepelan apapun gerakan, payudara dengan ukuran
menggiurkan itu pasti akan bergerak tanpa topangan bra.
"Hahahahaaa,, Hooosshh,, Hooshhh,, haahh,,hahaaahh,,," Bu
Sofie yang tertinggal dibelakang, kembali bersemangat saat
melihat gerakan Zuraida semakin pelan, kini dirinya sudah
menyusul beberapa langkah di depan, berusaha
memperpendek jarak dengan Sintya yang ada di depannya.
"Siaaal,,, Uuuhhhh,, Kenapa semua melihat ke aku sih,,
padahal masih ada Sintya dan Bu Sofia yang nenennya lebih
gedeeee,, Uuuhh,,, ," Hati Zuraida berteriak kesal seakan ingin
menangis.
Tubuh nya yang selalu tertutup hingga kekepala itu, tak
pernah sekalipun dipertotonkan seperti itu kepada banyak
orang, meskipun hanya dengan pakaian yang ketat. Tapi kini
semua lelaki dapat melihat puting payudara yang tercetak
jelas. Apalagi saat dirinya menangkap pandangan mata Pak
Prabu, Adit dan munaf yang menatap penuh birahi. Parahnya
lagi, di belakang ketiga lelaki itu, Mang Oyik begitu bernafsu
menggosok selangkangannya, mulut lelaki berwajah
amburadul itu membuka dan menutup mengikuti gerak
payudaranya yang naik turun. Ada penyesalan dihati wanita
itu, kenapa tadi dirinya memilih kaos ketat, padahal tujuannya
tidak lain hanya untuk menggoda Arga, tapi jika ranum buah
dadanya itu turut dipelototi oleh lelaki lain, jelas dirinya
sangat malu.
"Begoooo,,, kenapa ga ditutup pake jilbab aja,,, uugghhh,,
begoo, begooo,,," rutuk hati Zuraida, ketika teringat bagian
bawah jilbabnya yang terikat ke belakang. Dengan sekali
hentakan ikatan kain putih itu terlepas, menutupi bagian
depan payudaranya. Sontak teriak kecewa menghambur dari
mulut para lelaki.
"Whooooo,,, Zuraidaaa pelit,, Aaaaww,,, koq dicubit terus sih
mahh,," protes Munaf ketika teriakan kecewanya beroleh
cubitan di perutnya yang mulai buncit.
"Mamahkan enak, udah nyobain banyak batang dimari,,,"
sungut Munaf.
"Tu kan,,, salahnya papah juga sih suruh-suruh mamah pake
rok beginian, pasti biar bisa pamerin punya mamah kan?, jadi
kalo ada orang yang minta isi dalam rok mamahh, papah ga
boleh marah dong,,," protes Aida lalu melenggang
meninggalkan Munaf yang terbengong.
"Eeee,,, busyet dah, sejak kapan bini ku binal kaya gitu, main
kasih memek seenaknya,, kan tu punya kuu,,," dengus Munaf
kesal, melototi istrinya yang melenggang cuek, sesekali
memamerkan pantat yang tak mampu ditutupi oleh rok yang
pasrah tertiup angin.
"Yeeeeaaahhhh,,,," terdengar teriakan Sintya yang berhasil
mencapai finish.
"Aaahhh,,, tungguuu,,tungguuu,,, curang kaliaaan,,," Bu Sofie
berteriak histeris dengan nafas ngos-ngosan, mulai keteteran
tak mampu menyaingi Zuraida yang memacu tubuhnya,
menyalip dengan cepat mencapai garis finish.
"Yaaaaaaaa,,,, hahahahahaaa,,," Zuraida ikut tertawa heboh
berdiri digaris finish. Mengangkat tinggi kedua tangannya,
terlihat jelas wanita itu mulai menikmati permainan.
"Maaf ya buu,, sekali-sekali ibu yang belakangan,,,heheehee,,"
ucap Zuraida menyambut Bu Sofie yang menggerutu lucu, di
garis finish.
Sekilas Zuraida melirik Arga yang mengangkat jempolnya,
membuat wanita itu tertawa tersipu. Dokter cantik itu tidak
menyadari, Aryanti yang berdiri di samping suaminya
tersenyum kecut, cemburu melihat kemesraan Suaminya dan
Zuraida
"Wokkeeeee,,, game kali ini dimenangkan oleh Aidaaa,,," Pak
Prabu mengumumkan pemenang lomba.
"Lhoo koq bisa Pak?,,, aku kan lebih dulu nginjak garis finis
dibanding Aida,," protes Aryanti.
"Yaa,, tapi Aida sepersekian detik lebih cepat memegang
punyaku,,,hahahaa,,,"
"Whhoooooo,,, Pak Prabu curang,,Hahahahaaa,,,"
"jurinya mupeng tuuuhhh,,,Hahahaa"
Teriakan dan
tawa
menghambur
di bibir
pantai. Terik
matahari
seakan tak
mampu
mengurangi
keceriaan
para suami
istri.
"kali ini biar
adil, biar aku
yang jadi
jurinya,
karena game
berikutnya
bakal lebih
panas, lomba
makan sosis hahahaa,," ucap Bu Sofie sambil bertolak
pinggang.
"Ayooo sini,,,, semua ngumpul,,, para wanita silahkan pakai
kalung pita ini," lanjutnya, lalu menyerahkan pita merah
kepada Aryanti, pita biru untuk Andini, pita ungu diserahkan
pada Aida, Pita putih untuk Sintya, dan pita hijau untuk
Zuraida. Bu Sofie meminta para istri mengalungkan di leher.
"Ayooo,, sekarang giliran para suami, cepet sini,,," teriaknya
sambil menenteng kain kantongan berisi beberapa bola.
"Dako kau duluan,, silahkan pilih wanita mu,,,, hehehee,,," Bu
Sofie mengulurkan kantong. Mata Dako berusaha mengintip
melalui celah.
"Eeehh,, ga boleh ngintip,,, semua tergantung keberuntungan
tanganmu,, ayo cepat ambil satu bola,"
"Warna Unguuu,, Aidaa,,,hahahaa,," Bu Sofie mengumumkan
pasangan Dako adalah Aida.
"Hehehehee,,, hay bu guru cantik, udah siap untuk menang?,,"
Dako sengaja mencolek pinggang Aida, menggoda Munaf yang
lagi uring-uringan.
"Yaaa,, meraahh,,Aryantiii,,,"
"Yeeeaaahhh,,," Adit berteriak girang, menghampiri Aryanti,
"Sorry ya calon boss,, aku pinjam dulu istrimu,,,hehehee,," Adit
menggoda Arga, menarik tangan Aryanti yang masih memeluk
pinggang suaminya.
"Awas aja kalo sampe lecet, aku jadiin OB kamu,," ancam Arga
bercanda, walau ada rasa was-was dihati, permainan seperti
apa yang bakal digelar.
"Sintyaaa,,, Putih,,,"
"Weeew,,, boleh juga nih,,, game nya harus hot Bu,," seru
Munaf, jengkelnya sedikit berkurang. Sudah lama dirinya
tertarik dengan wanita yang setiap hari duduk manis di depan
ruang Pak Prabu dengan rok ketat dan minimalis.
"Argaa,, kau dapat Andini,,, hahahaa,, mau ditukar dengan
ibu?" goda Bu Sofie, ketika Arga maju mengambil bola warna
Biru.
"Emang ibu sanggup makan sosis saya?,," jawaban Arga
membuat Bu Sofie terdiam dengan jantung berdegub kencang.
"Tunggu tanggal mainnya, pasti kulahap habis sosis besarmu
itu,," balas Bu Sofie, berbisik dengan jantung menderu merasa
ditantang.
"Tersisa satu bola hijau, artinya Zuraida berpasangan dengan
suamiku, pak Prabu,,," terang Bu Sofie, sepeninggal Arga yang
mendekati Andini.
"Jadi permainannya seperti ini,, Sosis yang dibagikan Mang
Oyik ini harus diikat dipinggang para istri, dan mereka harus
mendekati pasangan mainnya dengan mata tertutup, dan
pasangan mainnya harus memberi aba-aba kemana si wanita
harus menuju, terus,,," Bu Sofie menghentikan ucapannya
sambil wajah tersenyum nakal, membuat peserta lomba
penasaran menunggu.
"Terus,,, sosis itu harus dimasukkan ke dalam mulut para
lelaki yang berbaring di pasir, dan ingat,, tidak boleh dibantu
oleh tangan,,,hehehee,," Bu Sofie tertawa sambil bertolak
pinggang. Permainan itu tak ubahnya seperti permainan
memasukkan pensil dalam botol, hanya saja dilakukan dengan
cara yang vulgar.
"Haahhh???,, yang benar aja bu,, masukin sosis kemulut Adit
yang tiduran, berarti kami harus ngangkangin mereka
dong?,,," Aryanti coba protes, tangannya reflek menahan rok
yang tertiup angin, entah kenapa tiba-tiba dirinya merasa
malu, pasti lomba ini akan terlihat sangat vulgar.
"Hehehee,, itulah tantangan dari game ini, kalian boleh
berusaha menutupi rok kalian bila mau, tapi ingat tangan
kalian tidak boleh memegang sosis itu,,." terang Bu Sofie,
tersenyum puas melihat wajah para wanita mulai pucat.
"Tenang aja mba,, ntar saya merem koq,,,"
"Merem? aku make rok aja kamu masih usaha buat ngintip ke
bawah, gimana kalo aku ngangkang depan matamu,,, awas
aja kalo ngga merem, bakal ku colok matamu,,,"
"Hahahahaaa,, nih Yan,,, buat jaga-jaga, kalo ngintip colok
aja," celetuk Zuraida, menyerahkan potongan ranting kepada
Aryanti.
Wanita yang selalu setia dengan penutup kepalanya itu dapat
sedikit bernafas lega, karena dirinya memakai celana leggins
putih. Meski celana dalam warna hitamnya dapat terlihat
dengan samar, setidaknya itu masih lebih baik dibanding para
istri lainnya yang mengenakan rok. Mang Oyik membagikan
potongan sossis yang ujungnya dibungkus plastik, agar dapat
diikat oleh tali, wajah mesumnya cengengesan
membayangkan kegilaan yang bakal terjadi.
"Lho Mang,,, koq tali punya saya pendek banget sih, tuker
yang lebih panjang dong,," sela Zuraida saat menerima
sosisnya.
"Waduh,, udah habis bu,, itu yang terakhir,," jawaban Mang
Oyik membuat wajah cantiknya cemberut.
"Aaahhhh,,, tu kaaaann,,, pendek banget,," Zuraida mulai
panik, sosis yang sudah diikat kan di pinggang menggantung
hanya beberapa senti dari pantatnya.
"Heheheheee,,,, cuma game aja koq Bu Dokter,,,ga usah terlalu
diambil hati,, hehehee,,," ucap Pak Prabu, hatinya berteriak
girang, dengan mata tak lepas dari pantat montok Zuraida.
Dokter cantik itu cuma bisa tersenyum kecut, andai saja
partner game nya adalah Adit atau Munaf mungkin Zuraida
bisa main bentak kalo mereka nakal, tapi ini adalah Pak
Prabu. Akhirnya wanita itu cuma bisa berharap game dapat
selesai dengan cepat.
"Ko,,, koq pendek banget sih ngiketnya,, lagian kenapa
ngiketnya dibelakang,,," protes Munaf kepada Dako yang
membantu mengikatkan sosis di pinggang belakang istrinya,
membuat sosis itu menggantung tepat di depan selangkangan
istrinya.
Dako mengangkat kedua pundaknya, "Tapi Istrimu ga protes
tuh,,," jawaban itu membuat Munaf melototi istrinya yang jadi
salah tingkah, wajah berhias kacamata itu memerah malu.
"Sayaaaang,,, Kan ini cuma permainan aja,, ngga lebih koq,"
bujuk Aida, membuat Munaf tidak bisa berkata apa-apa.
"Hanya permainan,,," hati Aida berkali-kali mengucap kalimat
itu dengan jantung berdegub kencang.
Protes yang sama juga dilontarkan Adit yang melihat Istrinya,
Andini, dengan sengaja memutar sosis yang berada di
belakang ke depan, hingga menggantung tak jauh dari
selangkangannya. Begitu juga dengan Pak Prabu yang
melototi ulah Munaf, meski sosis itu tetap berada di belakang,
tapi wanita simpanannya tidak protes saat Munaf menggulung
tali menjadi lebih pendek.
"Okeeee,,, para suami silahkan berbaris disana,,, dan kalian
berbaris di sini,, silahkan menutup mata dengan syal ini,,," Bu
Sofie kembali memberi perintah.
Berbeda dengan para lelaki yang tampak terlihat girang, para
wanita justru terlihat pucat, saling pandang dengan bingung,
masing-masing merasa tidak nyaman.
"Duuuhhh,,, aku ga bisa,,, kasian kamu Zuraidaa,,," ucap Aida,
memutar posisi sosisnya ke belakang, lalu menurunkan tali
menjadi lebih panjang.
Perbuatan Aida ternyata diikuti wanita lainnya, yang berusaha
menjauhkan gantungan sosis dari selangkangan mereka.
Perbuatan para istri itu jelas membuat para lelaki yang
berbaris 5 meter dari para wanita, terlihat kecewa.
"Kalian harus mendengarkan intruksi dari pasangan kalian,
kemana kalian harus melangkah,, dan kalian yang cowok,
setelah pasangan kalian sudah mendekat tepuk pundaknya
lalu kalian boleh berbaring dan memakan sosis itu sampai
habis," Bu Sofie terpaksa harus sedikit berteriak agar semua
dapat mendengar suaranya.
"Yaaa,,,Silahkan pasang penutup mata kalian,," seru Bu Sofie
sambil memeriksa mata para wanita, memastikan sudah
benar-benar tertutup.
"Semua sudaahh siaaap?,,,"
"Satuuuu,,,,"
"Duaaaaa,,,,"
"Tigaaaaaa,,, Gooo,,,!!!"
Aba-aba dari Bu Sofie langsung disambut teriakan para lelaki
yang heboh memberi komando kepada pasangannya agar
menuju ke arah mereka. Para wanita harus bekerja sedikit
ekstra untuk mengenali suara, untungnya Bu Sofie memberi
jarak dua meter antar wanita dan pasangan mainnya agar
suara teriakan tidak terlalu kacau dan membingungkan. Sintya
yang lebih dulu sampai di hadapan Munaf, pundaknya segera
ditepuk oleh Munaf, dan dengan wajah sumringah Munaf
segera berbaring di kaki Sintya.
"Yaaa,,
buka
kakimu
Sin,,,
turunin
sosisnya pelan-pelan,,,"
"Ooowwwhh,,, Shit!!!,,," Munaf mengumpat saat Sintya
mengangkangi wajahnya, pantat semok milik sekretaris seksi
itu tepat di depan matanya, perlahan mulai turun mendekati
wajahnya. Meski mulutnya sudah menyentuh sosis, Munaf
tetap saja menyuruh Sintya menurunkan pantatnya.
"Yaa,,, cukup,,, aku akan makan sosis ini pelan-pelan,,," seru
Munaf saat selangkangan Sintya tinggal sejengkal dari
mulutnya.
"Makan yang cepet Pak,, jangan lama-lama,,," seru Sintya,
entah kesal, entah marah, tapi yang jelas liang vaginanya
yang kini berada satu jengkal dari wajah Munaf, mulai basah.
"Ayooo Bu,,,, Yaaa,, cepet buka kaki mu,,,turuuniiin,,
Oooowwwhhh,,, punyamu mantap banget Buuu,,," seru Dako
tak kalah heboh, langsung berbaring dan meletakkan
kepalanya di antara kedua kaki Aida.
"Ckckckck,,, bener-bener mantap ni pantat, apalagi meki nya
gemuk banget,,pasti jepitannya mantap nih,," Dako dengan
cueknya berkomentar, tak peduli dengan kondisi Aida yang
panas dingin. "curang tu si Arga, dapet barang bagus ga
bilang-bilang,,,"
DEG,,,
"Jangan-jangan Dako juga melihat perselingkuhannya dengan
Arga?,,," hati Aida semakin tidak karuan.
"Ayooo Dakoo,, cepet makan sosisnya,,," pinta Aida tidak
karuan.
"Aku ga mau sosis,,, aku mau nya kue apem,,, hehehe,,,"
jawab Dako.
"Huusss,, jangan nakal,,, makan aja cepat,,," Aida perlahan
semakin menurunkan pantatnya, hingga hidung Dako dapat
merasakan aroma dari vagina yang mulai basah.
Hal yang sama juga dirasakan Zuraida, yang tidak
menyangka dirinya menuruti begitu saja untuk mengikuti
permainan gila itu. Dirinya yang berhasil sampai di tempat
Pak Prabu berdiri, disambut dengan cara yang sangat nakal.
Yaaa,, Pak Prabu yang seharusnya memberi kode dengan
menepuk pundak atau tangannya, justru mencolek puting
payudaranya.
"Maaf Bu Dokter,,, ga tahan pengen nyolek, habisnya kenceng
banget,,,Hehhehe,,," ucap Pak Prabu pelan, yang begitu
menikmati kenakalannya mengerjai wanita alim itu.
Seandainya lelaki itu bukan atasan suaminya, ingin sekali
Zuraida menampar wajah Pak Prabu, tapi dirinya cuma bisa
menahan emosi, Toh,, sebentar lagi lelaki itu akan pergi
meninggalkan kantor suaminya, akhirnya Zuraida berusaha
untuk tetap tersenyum di antara wajah kagetnya.
"Kakinya buka yang lebar ya Bu Dokter,,, kepala saya mau
masuk,,,"
"Ooowwwhh,,, pantat ibu mantap banget Bu,,, ga terlalu besar,
tapi nungging kaya itik,,,"
Komentar-komentar nakal Pak Prabu sangat menganggu
pikiran jernih Zuraida. Tak pernah dirinya merasa senakal ini
di hadapan orang lain, selain dengan Arga. Tak ubahnya
seperti eksibisi berselubung persaingan dalam permainan.
"Paakk,, berhenti mengomentari tubuh saya, selesaikan saja
permainan ini secepatnya,," ucap Zuraida dengan intonasi
tinggi, untuk menunjukka rasa tidak senangnya atas
kenakalan atasan suaminya itu.
Tapi tanpa disadari Zuraida, rasa dari amarah yang
menyeruak itu tidak lebih dari pelarian rasa malu dan
bersalahnya. Dan parahnya permainan ini baru saja dimulai.
"Pelan-pelan aja bu nurunin meqi nya,,, ga usah buru-
buru,,,hehehee,,"
"Uuuugghhhh,,," Zuraida bingung, sangat bingung, komentar
Pak Prabu semakin nakal.
Zuraida masih bingung, bagaimana bisa dirinya terjebak
permainan gila seperti ini. ingin sekali dirinya menyudahi
permainan itu, tapi itu hanya akan membuat suaminya malu.
Dengan bertopang pada tangan yang berpegangan dilutut,
Zuraida perlahan menurunkan pantatnya. Meski matanya
tertutup tapi wanita itu sangat yakin tepat di bawah
selangkangannya wajah Pak Prabu sedang tersenyum girang.
Dirinya cukup sering menemani suaminya dalam acara-acara
kantor, dan Pak Prabu selalu memuji kecantikan wajah dan
keindahan tubuhnya, dan saat ini lelaki itu tengah memuaskan
rasa penasaran atas tubuhnya.
"Terus Bu,, turunin pantatnya, mulut saya belum bisa
menjangkau meqi ibu,, ehh,, maksud saya sosisnya
bu,,,Hehehehee,,"
Zuraida tau, lelaki berkumis lebat itu tidak berbohong, karena
tali pengikat sosisnya memang sangat pendek, dengan sangat
terpaksa menurunkan tubuhnya lebih rendah, membuat
siapapun yang melihat akan tergoda untuk menghajar pantat
montok yang semakin menungging.
"Ooowwhhggg,,," tubuh Zuraida kembali terangkat, dirinya
sangat kaget saat sesuatu yang lembut menyentuh lapisan
celana leggins nya, tepat di bibir vagina.
"Lho koq diangkat lagi sih Bu,,, saya baru pengen ngegigit
meqi ibu, eehh,, sosis nya bu,,,"
"Paaak,,, jangan nakal,, plisss,, saya mohon,,," Zuraida serasa
ingin menangis, sungguh dirinya tidak ingin menjadi wanita
yang nakal. Meski dirinya pernah menggoda Arga, tapi itu
tidak lebih dari ungkapan perasaan hatinya yang masih
memiliki rasa terhadap Arga.
"Heheehee,, maaf bu,,, tadi ga sengaja bibir saya nyenggol
itunya ibu,,,"
"Tapi meqi punya Bu Dokter emang indah banget, gemuk,
mukung,,, seperti punya Sintya,, hehehehe,,,"
"Tuuu kaaaan,,, Pak Prabu memang mengincar vagina ku
yang gemuk,,," hati Zuraida semakin panik. Tapi kata-kata
Pak Prabu yang membeber bentuk vagina Sintya membuat
Zuraida teringat pada Arga.
Teringat ketidaksengajaan dirinya saat memergoki
percumbuan Arga dan Sintya. Zuraida yang sangat mengerti
dengan kondisi para lelaki, merasa kasihan dengan kondisi
Arga yang berkali-kali menggantung setelah bercumbu
setengah jalan dengan dirinya, dan akhirnya memilih untuk
mendukung kenakalan Arga pada Sintya.
"Mukung seperti punya Sintya?,,, uggghhh,,, apa vagina Sintya
memang seperti milik ku?,,, Apa Arga juga suka bentuk
vaginaku,,, Aaaggghhhh,,," kepala Zuraida menggeleng-geleng,
berusaha mengenyahkan pikiran nakal.
"Ooowwwhh Paaaak,,," Zuraida terkesiap, pantatnya bergetar,
dirasakannya mulut Pak Prabu bergerak-gerak dibibir
vaginanya. Lewat celah dibawah matanya, wanita itu melihat
Pak Prabu yang mulai mengunyah sosisnya, bergerak pelan
sesekali menggesek vaginanya.
Zuraida tak yakin dirinya dapat bertahan dengan godaan ini,
apalagi saat merasakan ada cairan yang merembes dicelah
kemaluannya. Ingin sekali mengangkat tubuhnya, tapi para
istri lainnya pun pasti tengah mengalami hal yang sama
dengan dirinya, berusaha menyelesaikan lomba secepatnya.
"Batang Pak Prabu bangun!!!,,," Jantung wanita itu berdegub
semkain keras, mata indahnya tidak sengaja melihat celana
Pak Prabu yang menonjol.
"Kenapa Bu?,,,"
"Ngga apa-apa,,, cepat pak makan sosisnya,,,"
Tapi permintaannya itu justru membuat tubuhnya semakin
tidak karuan, Zuraida tidak bisa memastikan apa saja yang
tengah dilakukan mulut lelaki itu dibawah selangkangannya,
tapi yang pasti mulut lelaki itu semakin cepat bergerak,
menggesek bibir vaginanya semakin cepat. Pak Prabu yang
tau apa yang tengah dipelototi oleh wanita itu, sengaja
menggerakkan otot penisnya, memamerkan keperkasaan
batangnya. Meski tertutup kain celana, Dokter cantik itu pasti
dapat melihat dan memastikan seberapa besar betang yang
bergerak nakal
"Owwwhhhh,,, Pak cepaaat habiiiskaaan,,, Aaagghhhh,,, Paak,,"
Tubuh wanita itu melejit, refleks terangkat saat kumis tebal
Pak Prabu berhasil menyelinap dan menusuk bibir vaginanya.
Lagi-lagi wanita itu harus menyesal, kenapa tadi pagi memilih
celana leggins yang tipis, tak mengira akan ada permainan
seperti ini. Tak jauh dari dokter cantik itu, Aryanti juga tengah
berjuang membunuh rasa malunya. Komentar-komentar Adit
membuat Aryanti ingin menghajar bibir pemuda itu.
"Mbaaa,, tebel banget kayanya tu jembi,,, bener-bener bikin
konti ku ngaceng,, jadi pengen masukin kaya malam kemarin,,,
hehehee,,,"
"Banyak omong ni bocah, tinggal nikmatin aja masih sempat
komentar, kalo masih cerewet aku bekep mulut mu pake ni
pantat,," Aryanti benar-benar gerah dengan komentar Adit,
terlintas keajadian malam itu saat bibirnya dan bibir Sintya
meberikan servis pada batang Adit.
"Ooowwhhh,,, mauu dong dibekep ama pantat montok mu
mbaaa,,,"
"Cepeeet habisin,, atau ku pecahin dua telur mu ini,,," seru
Aryanti sambil mencengkram dua telur kehidupan milik Adit,
dan ancamannya ternyata cukup manjur, Adit yang kesakitan
segera melahap sosis yang menggantung.
Tampaknya wanita cantik itu tengah berusaha untuk tidak
nakal, dan menyelesaikan permainan secepatnya. Tapi nafas
Adit yang mendengus panas tepat mengenai bibir vaginanya
yang hanya dibalut kain tipis. Lutut Aryanti gemetar, berusaha
untuk tidak menurunkan pantatnya lebih dekat kewajah Adit.
"Oooowwwhhh,,, Diiiit,,, jangan nakaaaal,,," lirih Aryanti saat
Adit dengan sengaja menggesekkan hidung ke bibir vaginanya.
Mati-matian wanita itu bertahan untuk tidak lagi mengkhianti
suaminya.
Karena saat ini hatinya sudah cukup sakit melihat kemesraan
pandangan mata suaminya dan Zuraida. Yaaa,, sebatas
pandangan mata yang mesra, karena Aryanti percaya akan
kesetiaan suaminya, lagipula dirinya yakin Zuraida bukan
wanita yang mudah tergoda oleh lelaki. Tapi hatinya jadi
penasaran, apa yang tengah dilakukan Arga pada Andini, istri
dari lelaki yang tengah dikangkanginya.
Tepat
disamping
Aryanti,
beberapa
langkah
dari
tempat
wanita
cantik itu
mengangkangi wajah Adit, Arga telihat tengah digoda oleh
Andini yang menarik segitiga pelindungnya kedalam belahan
pantat, seolah memamerkan kulit pantat yang putih mulus.
Sepertinya gadis itu sengaja ingin membalas ulah nakal Arga
dikolam renang tadi malam. Arga tertawa lalu meremas
pantat mungil Andini yang kencang, entah apa yang
diucapkan Arga, hingga membuat Andini terlihat tertawa, lalu
menyentil batang nya yang mengeras. Perlahan Arga makan
sosis yang menggantung. Siapapun tau, jika gadis itu tengah
menggoda Arga, tapi lelaki itu hanya berani mengusap-usap
paha dan pantat mulusnya. Berkali-kali Andini menurunkan
tubuhnya hingga vagina yang masih terbalut celana dalam
putih itu mengenai bibir Arga, tapi lelaki itu menghindar
dengan membuang wajahnya ke samping sambil tertawa.
"Hihihi,, ternyata Pak Arga juga jinak-jinak merpati, kalo ada
istri nya sok jaim, tapi kalo ga ada,, wuuuhhhh,,, habis-
habisan meqi ku dihajaaarr,,, hihihii,," bisik Andini yang agak
kesal dengan sikap sok cool lelaki itu. Sementara birahi
mudanya tengah terbakar.
Padahal saat itu hati Arga tengah gundah, berkali-kali
matanya melirik istrinya yang tengah dinakali oleh Adit,
berkali-kali pemuda itu dengan sengaja mengakat kepala agar
lidahnya dapat mengusap vagina istrinya. Dilihatnya Aryanti
tampak berusaha untuk bertahan, namun saat kain celana
dalam yang mulai basah itu disapu oleh lidah Adit, mau tidak
mau bibir seksinya melenguh menahan nikmat. Sementara di
sebelah kanannya Zuraida tampak menggeliat menahan
godaan bibir Pak Prabu yang menciumi bibir vaginanya.
Berkali-kali bibir nya merintih saat Pak Prabu membenamkan
wajahnya setelah menggigit potongan sosis, dan dengan cepat
Zuraida mengangkat kembali pantatnya dengan wajah yang
tersipu malu. Tanpa disadari Arga yang tengah mengamati
sekitar, tiba-tiba Andini menarik celana dalamnya ke samping,
lalu mengambil sosis yang menggantung dan meletakkannya
di bibir vagina, perlahan pantatnya turun, mengarahkan sosis
ke bibir Arga.
"Asseeeemm,,, ni cewek, bener-bener ngerjain aku dah,,,"
umpat Arga, saat melihat batangan sosis terjepit divagina
Andini.
"Aaahh,, Masa Bodoh lahh,,," dengan cepat Arga menggigit
sebagian sosis, tapi gerakannya yang terburu-buru itu justru
membuat sebagian sosis yang tersisa masuk semakin dalam
ke vagina Andini.
"Oooowwhhh,,, Paaakk,,, Jangan nakaaall,,"
Meski pelan, Rintihan Andini membuat Aryanti menoleh,,,
"Mas Argaaa,,, Maaass!!!,,,"
Jantung wanita itu seakan berhenti berdetak, Aryanti yang
sengaja membuka sedikit penutup matanya, melihat Arga
seperti tengah memasukkan batangan sosis ke dalam vagina
mungil Andini.
Tapi Aryanti juga heran, jika suaminya memang tengah
menakali Andini, kenapa suaminya justru begitu takut bibirnya
tersentuh vagina gadis mungil itu. Dengan giginya Arga
berusaha menarik keluar batangan sosis, tapi gerakan pinggul
Andini justru membuat sosis itu masuk semakin dalam.
Membuat wajah Arga kebingungan.
"Dasar,, gadis nakal,,," gumam Aryanti kesal, "lihat apa yang
bisa kulakukan pada suami mu,,,"
Perlahan Aryanti menurunkan pantatnya, membenamkan
wajah Adit di belahan pantat dan vaginanya, membuat
pemuda itu terkejut tapi juga kegirangan.
"Mbaaa,,, Owwwhh,, wangi banget mba meqi muuu,,
owwhhh,,," Adit mendengus disela belahan vagina Aryanti,
menggerak-gerakkan hidungnya seolah ingin membelah
vagina Aryanti yang masih tertutup kain.
Kini justru Aryanti yang kelimpungan, gerakan Adit membuat
vaginanya begitu cepat basah, berusaha sekuat tenaga
menahan lenguhan agar Arga yang berada beberapa meter
darinya tidak mendengar dan menoleh.
"Ooooggghhh,, Adiiittt,,, jangan digigiiiit,,," Aryanti terpekik
tertahan, Adit yang memegangi pinggulnya tiba-tiba menekan
pantat montoknya hingga wajah pemuda menghilang
sepenuhnya, dan tanpa diduga mengigit bibir vaginanya.
Aryanti berusaha mengangkat tubuhnya, tapi tenaga Adit
mampu menahan.
"Diiitt,,, jangaaaan,, Oooowwwhh,, Aku bisaaa keluar kalooo
diginiiin teruusss,,"
"Suuudaaaahhh,,,"
Aryanti semakin kaget, disaat bibirnya merintih akibat
ulahnya sendiri, saat itulah Arga menoleh, pandangan mata
mereka bertemu,,,"
"Maaaasss,, aku dikerjai Adiiiit,,,"
"Eeeeeenghhhhkkss,,Ooooowwhhhhhsss,,,," Aryanti melenguh
menghantar orgasme dihujung tatapan suaminya.
Ingin sekali Aryanti menerangkan bahwa dirinya tengah
dikerjai Adit, tapi sulit baginya untuk berkelit, tubuhnya yang
menggelinjang orgasme telah menerangkan segalanya. Bu
Sofie yang melihat permainan mulai panas justru tertawa.
"Ayooo,,, cepaaaat,,, habiskan sosisnya,,, Yang cowok jangan
nakal yaa,,,hahahaaa,,"
"Saya hitung sampaai sepuluh,,, kalo ga habis bakal saya
kasih sosisnya Mang Oyik lhoo,, hahahaa,,,"
Mendengar nama nya disebut untuk ditawarkan, membuat
Mang Oyik tertawa girang. "Waaahh,, bener nih punya saya
mau dikasihin keteman-teman ibu?,,,heheee,,makasih Buu,,,"
"Yeee,, jangan girang dulu,, bukan buat yang cewek,, tapi buat
cowok yang kalah,,"
"Anjrit,,,"
"Asseeemm,,,"
Serentak para cowok yang mendengar obrolan Mang Oyik dan
Bu Sofie mengumpat, bergegas menghabiskan sosisnya.
Zuraida tersenyum kecut, saat Pak Prabu menghentikan
kenakalannya, kain celana leggins nya tampak sangat basah,
entah oleh ludah Pak Prabu, entah oleh rembesan cairan
vaginanya, tapi yang pasti Dokter cantik itu mampu bertahan.
Begitu juga dengan Munaf dan Adit, sambil tertawa kedua
orang itu mengunyah habis sosisnya. Lidah Dako yang tengah
asik menikmati labia mayora milik guru cantik bernama Aida,
mengumpat berkali-kali. Yaaa Aida dengan sukarela menyibak
celana dalamnya kesamping karena tak mampu bertahan atas
rayuan Dako.
"Asseeem,,, emang aku Maho,,," umpat Dako, setelah menarik
lidahnya dari lorong vagina Aida yang baru saja mendapat
orgasme, tapi sosisnya masih utuh, belum digigit sedikitpun.
Sambil tersenyum nakal, dengan bibirnya Dako menarik lepas
sosis yang masih utuh menggantung, lalu dengan mulutnya
memasukkan sosis yang memiliki potongan cukup besar itu ke
vagina Aida. Membuat wanita itu menjerit kaget.
"Akuu,, titip dulu,,, ntar setelah lomba baru kuambil,,," bisik
Dako, sementara Aida cuma bisa mengangguk, lalu
mengangkat tubuhnya untuk berdiri.
Kakinya terlihat gemetar, menahan geli akibat sosis yang
bersemayam di dalam vagina. Tersisa Arga yang kelimpungan,
terpaksa mengais-ngais vagina Andini, berusaha menarik
keluar sosis yang masuk semakin dalam ke vagina Andini.
"Ooowwhhsss,,Ni Paaak,,, aku bantu ngeluarin,,," ucap Andini
disela desahannya, mengencangkan otot vaginanya, hingga
membuat batangan sosis yang tersisa sedikit itu meloncat
keluar, seiring dengan cairan orgasme yang menghambur.
"Ooowwhhhh,,," kaki Andini gemetar, orgasme diatas wajah
Arga yang kelimpungan, di bawah tatapan Aryanti dan peserta
lomba lainnya.
Terlihat jelas wajah malu Aryanti, meski ia tau suaminya
tengah dikerjai, tapi tidak bagi yang lainnya, yang hanya
menonton prosesi hebohnya orgasme Andini. Jika yang
lainnya justru tertawa dan bersorak menganggap itu adalah
kemenangan Arga sebagai seorang lelaki, tidak begitu halnya
dengan Zuraida, wanita cantik itu terlihat sangat kecewa.
Menggenggam erat ujung kaosnya untuk meredam emosi,
cemburu, marah yang membaur menjadi satu. Tapi wanita itu
cuma bisa terdiam, sedikitpun dirinya tidak memeliki hak
untuk marah, Arga bukan suaminya, bukan pula kekasihnya,
karena masa bagi dirinya dan Arga telah habis beberapa
tahun yang lalu.
"Okeee,,, permainan selesai,,"
"Sambil menunggu Mang Oyik mengambil minuman, kita
istirahat sebentar,,," Seru Bu Sofie, tanpa rasa bersalah
setelah memberikan permainan yang begitu gila.
"Ingat,,, permainan selanjutnya bakal lebih gila,,, tapi bagi
mereka yang menang akan mendapatkan mobil saya sebagai
kenang-kenangan,,," Sambungnya, lalu berjalan menuju
kesebuah pohon.
Mereka yang awalnya ingin protes menjadi tertawa, saling
pandang, tertantang untuk mendapatkan Honda CRV milik Bu
Sofie.
To be continued...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

1 komentar:

Butuh Bandar Online terpercaya ?
Yuk join aja menjadi member Di TogelPelangi

Menyediakan permainan ;
Togel
Live dd48red blue

serta memberikan prediksi terakurat

DISKON Pemasangan :
4D ; 66%
3D : 59%
2D : 29%

Support 4 Bank terbaik :
BCA
MANDIRI
BNI
BRI

Hot Promosi Jackpot Super Lucky
Promo New Member
Komisi Referal 1%

Daftar sekarang bos : www.togelpelangi.com/daftar

Info dan contact :

BBM D8E23B5C
LINE togelpelangi
No telp.dan W.a +85581569708

Silahkan bos



Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.