Kamis, 05 Maret 2015

Liburan Birahi: Sayang...Ini Hanya SebuahPermainan

Liburan Birahi: Sayang...Ini Hanya Sebuah
Permainan
"Gilaa,, dah miring otak ni orang,,,"
Dalam hati Arga mengumpat mendengar usul yang
ditawarkan oleh Dako, usul gila yang dengan cepat disetujui
oleh atasannya Pak Prabu, dan kedua teman yang juga
memegang jabatan manager. Hari itu, Kantor Arga menerima
kunjungan pimpinan pusat yang menetapkan kantornya
sebagai cabang perusahaan dengan kinerja terbaik,
memberikan bonus liburan dan berhak untuk menggunakan
cottage milik perusahaan yang ada disalah satu pesisir pulau
jawa. Tentunya ditambah bonus sejumlah uang. Namun di
antara berbagai kegembiraan itu mungkin Arga lah orang yang
paling berbahagia. Ya,,, atas bantuan Pak Prabu, Arga
disetujui oleh pimpinan pusat untuk menempati bangku
pimpinan yang sebelumnya ditempati oleh Pak Prabu. Prabu
sendiri atas prestasinya diminta untuk membantu pusat.
Setelah rombongan pusat meninggalkan ruangan, Pak prabu
langsung mengangkat gelas yang hanya diisi air mineral
mengajak bawahannya untuk bertoast ria. Walau
bagaimanapun ada kebanggaan atas penghargaan yang
diberikan. Namun Pak Prabu dengan berat hati menyampaikan
bahwa dirinya tidak dapat ikut serta dalam liburan itu, karena
telah memiliki janji tersendiri dengan istrinya untuk sebuah
liburan di pulau dewata. Arga tidak begitu peduli dengan
keabsenan Pak Prabu, toh dirinya tetap dapat mengikuti
liburan rombongan kantor bersama istrinya. Dan ini dapat
menjadi kado bulan madu bagi istrinya yang baru dinikahi 3
bulan lalu.
"Tapi apakah Pak Prabu tetap tidak mau ikut rombongan
walaupun nantinya kami mengadakan sebuah game dengan
perjanjian yang menarik?," celetuk Dako.
"Perjanjian?, emang kalian udah bikin perjanjian apa?" Tanya
pak Prabu sambil menatap dako dan Arga bergantian. Seperti
halnya Pak Prabu, Arga yang tidak pernah membuat perjanjian
apapun tentang liburan pada Dako, pun dibuat bingung.
"Ya, sebagai ucapan terimaksih, Saya dan Arga ingin
mengusulkan sebuah permainan, untuk membuang kejenuhan
atas rutinitas kita, bagaimana jika nanti selama liburan disana
kita membebaskan pasangan kita untuk dirayu oleh sesama
kita," papar Dako
"Maksudmu?," Tanya Pak Prabu meminta penjelasan yang
lebih mendetil.
"Ya,,, bagi mereka yang beruntung, mungkin dapat dilanjutkan
dengan rayuan diatas ranjang, dan atas dasar perjanjian awal
tentunya kita tidak boleh melarang untuk 'penuntasan akhir'
atas usaha kawan kita,"
"Saya pikir permainan ini bisa menjadi referensi kepuasan
bagi kita, yang setau saya selalu setia dengan istri masing-
masing, tentang 'cita rasa' dan 'varian kenikmatan' dari
wanita selain istri kita," tambahnya.
"Gila,, bagaimana mungkin usul itu meluncur dengan lancar
dari mulut Dako, apalagi dengan membawa-bawa namaku,"
Hati Arga mengumpat. Namun ketika dirinya ingin menampik
usul Dako, Arga melihat wajah Pak Prabu yang berbinar
sambil menganggukkan kepalanya tanda setuju.
"Kenapa perjanjian ini harus mengatasnamakan balas budi,
sialan," hati Arga kembali mengumpat ketika menyadari sulit
baginya untuk mengelak dari permainan ini.
"Yang bener Meennn,,, pastinya loe juga ngajak istri loe yang
alim itukan?," seru Munaf memastikan Dako mengajak istrinya
yang biasa menggunakan busana tertutup lengkap dengan
penutup kepalanya. Dako mengangguk pasti.
Sesaat Arga terdiam, Cut Zuraida istri sahabat karibnya itu
memang memiliki daya tarik tersendiri dari tubuhnya yang
selalu tertutup, wajah putih bersih, berdagu lancip dan hidung
yang mancung. "Uuuugghhh,,,benar-benar tawaran yang
menggiurkan, terlalu sayang untuk dilewatkan, tapiii,,," Kini
justru Arga yang bingung.
Mungkinkah, dalam liburan ini dirinya dapat mencumbu tubuh
Zuraida, atau bahkan kalau memungkinkan dapat sedikit
berkenalan dengan selangkangan wanita yang menjadi fantasi
seksnya sebelum menikah dengan Aryanti, istrinya.
"Tapi, agar permainan ini semakin seru, kita tidak boleh
memberitahukan istri-istri kita tentang permainan ini,
disamping untuk menghindari timbulnya pertengkaran suami
istri, saya rasa ada tantangan tersendiri bagi kita untuk dapat
menikmati tubuh target kita," ucap Dako dengan tatapan
tajam ke arah Arga, dihias senyum penuh makna.
Arga bingung dengan tatapan itu, muncul pertanyaan besar di
kepalanya, apakah Dako yang menjadi temannya sejak bangku
SMP itu memang menjadikan istrinya sebagai target utama
dalam permainan ini. Sekilas Arga teringat pernyataan Dako
dihari pernikahannya, yang mengakui keindahan tubuh
istrinya, saat melototi tubuh Aryanti yang dibalut kebaya
transparan yang sangat ketat dengan puring tipis yang hanya
menutupi bagian dada.
"untuk Pak Prabu, sepertinya kita harus memberikan
persyaratan tambahan, bapak hanya boleh mengajak
simpanan bapak,"
"Hahahaha,,,"
celetukan dari Munaf, kontan membuat Pak Prabu terbahak
tertawa, Argapun tersenyum kecut mengingat istri sah Pak
Prabu, Bu Sofia yang merupakan aktifis arisan ibu-ibu
pejabat.
Sebenarnya, Bu Sofia, istri pak Prabu yang telah memasuki
umur 40-an, masih terbilang cantik dan selalu tampil seksi
dengan pakaiannya yang selalu mengekspos daerah terlarang,
dan pastinya masih sangat layak pakai. Hanya saja yang
membuat tidak kuat adalah mulutnya yang selalu aktif
mengkritik setiap sesuatu yang tidak sesuai dengan hatinya.
Alias cerewet. Mungkin itulah sebabnya Pak Prabu memilih
sebuah hubungan rahasia dengan Sintya, resepsionis kantor
yang terkenal montok dan murah hati kepada kaum lelaki
dalam hal berpakaian, dan tentunya lebih penurut
dibandingkan Bu Sofia
"Tidak, tidak,,, Pak Prabu silahkan saja mengajak kedua
istrinya, dengan tetap merahasiakan hubungannya dengan
Sintya bukankah kita melakukan permainan ini dengan diam-
diam, karena bisa saja saya berhasil mendapatkan tubuh Bu
Sofia dengan meminjam kamar kalian, dan pastinya Pak
Prabu tidak bisa melarang saya untuk melakukan itu, bukan
begitu Pak prabu?" papar Dako.
Pernyataan Dako sontak membuat Arga, Munaf dan Aditya
terkejut, kata-kata Dako sudah kelewat batas, meskipun
dirinya memang memiliki hasrat yang sama untuk
menunggangi tubuh montok istri Pak Prabu itu, tapi tidak
selayaknya hal itu diungkapkan langsung dihadapan Pak
Prabu, yang nota bene adalah atasannya.
"Whuahahaha,,, saya selalu suka dengan ide gilamu, Dako,
silahkan nikmati Sofia sepuasmu bahkan kalau kau juga ingin
mencicipi Sintya silahkan saja, tapi jangan salahkan saya bila
nanti membuat istrimu yang alim itu terkapar oleh ku,"
jawaban Pak prabu membuat Dako tersenyum kecut. ternyata
tidak hanya dako yang tersenyum menyambut tawaran Pak
Prabu tetapi juga Aditya, Munaf dan tentu saja Arga.
"OK,,, jika semua memang semua telah sepakat, ada baiknya
kita mempersiapkan istri-istri kita untuk menyambut
pertempuran yang panjang besok lusa," Pak Prabu menyudahi
rapat tambahan para pimpinan itu dengan tertawa terbahak.
"Tunggu pak, saya hanya ingin memastikan, perjanjian ini
hanya berlaku saat liburan sajakan?" semua tersenyum
dengan pertanyaan Aditya yang sedari tadi lebih banyak diam
dan hanya mengangguk-agukkan kepala.
Andini, gadis remaja yang dinikahi Aditya hampir berbarengan
dengan hari pernikahan Arga itu memang seorang gadis lugu
yang dinikahinya satu bulan setelah gadis itu lulus dari
bangku SMU. Pastinya Aditya tidak berbeda dengan Arga yang
merasa keberatan dengan permainan yang diusulkan dako,
karena mereka sendiri masih belum puas mengayuh tubuh istri
mereka.
"Itu Pasti, permainan kita ini cukuplah menjadi skandal saat
liburan, karena tentunya kita tidak ingin rumah tangga kita
ataupun rumah tangga rekan kita berantakan," pungkas Dako
sambil merapikan beberapa berkas yang ada dihadapannya.
########################
Arga
yang
duduk
santai di
depan TV
rumahnya
sesekali
menatap
istrinya
yang
tengah
menyiapkan makan malam mereka.
"Ada-ada saja permintaan Pak Egar itu, komentar dan
sikapnya selalu saja bikin orang emosi," keluh istrinya sambil
meletakkan piring berisi ikan Nila yang baru digoreng.
"Ada apalagi dengan Pak Egar, Dia masih sering
menggodamu," Arga memandangi tubuh semampai yang
berjalan menuju freezer disampingnya. tubuh Aryanti terbilang
langsing dengan pinggul yang bertaut serasi dengan
bongkahan pantat montok yang selalu bergetar mengiringi
tiap langkah kakinya.
"Sungguh aku gak relaaa,,," bibir Arga mendesah pelan ketika
teringat obrolan dikantornya tadi siang, bagaimana mungkin
dirinya membiarkan tubuh indah itu ditunggangi oleh teman-
teman sekantornya.
"Apa? Bicaramu selalu saja pelan, bagaimana aku bisa
mendengar,"
"Oh,,, Tidak,, aku hanya memanggilmu," Arga memeluk istrinya
dari belakang, membaui rambut tergerai yang masih sedikit
basah, tangannya mengelus lembut bongkahan pantat yang
selalu saja membuatnya bergairah.
Telah sering Arga ingin mencoba lubang bagian belakang yang
ada ditengah-tengah pantat itu, sebuah seks anal, tapi
Aryanti selalu saja menolaknya, dengan berbagai macam
alasan, jijik, jorok, takut sakit, dan puluhan alasan lainnya.
"Sayang,,, aku masih terlalu capek hari ini, aku tidak yakin
dapat melayanimu malam ini, bahkan mungkin aku akan
langsung tertidur ketika menyentuh kasur," keluh Aryanti saat
Arga meremasi payudaranya.
"Hahaha,,, Tidak sayang, aku hanya ingin menawarkan sebuah
liburan kepadamu, apakah kau bisa mengambil cuti untuk
beberapa hari kedepan? Bukankah kau belum mengambil cuti
tahun ini," Arga mencoba mengingat-ingat, bahkan pada saat
perkawinan mereka, tepat tiga bulan yang lalu Aryanti tidak
dapat mengambil jatah cutinya, semua gara-gara ulah pak
Egar manager personalia salah satu Bank swasta tempat
Aryanti bekerja.
"Liburan? Kemana? Kapan?," Wajah Aryanti langsung berbinar,
mungkin inilah kesempatan untuk sesaat melepas semua
rutinitas yang melelahkan.
"Aku yakin kali ini pasti bisa mendapatkan jatah cutiku,"
sambungnya cepat, seakan takut Arga menarik kembali
tawarannya.
"Besok lusa kantorku mengadakan liburan kesalah satu villa
di pesisir pantai, rasanya sangat sayang bila kita melewatkan
kesempatan itu, hitung-hitung kita dapat berbulan madu
dengan gratis,"
"Bersama rombongan kantormu?," dahi Aryanti mengerut,
dirinya memang telah lama ingin menghabiskan waktu hanya
berdua dengan suaminya. Ingin sekali Aryanti mencoba
beberapa busana yang menantang, memperlihatkan keindahan
tubuhnya dalam berbagai balutan busana yang sengaja
dibelinya untuk bulan madu, tapi hanya di depan Arga.
Arga membaca rona kecewa pada wajah cantik itu. "Kau
boleh mengenakan apapun yang kau mau, bahkan kau boleh
melakukan apa saja disana," Arga bingung sendiri dengan
kalimat yang dilontarkannya, kenapa ia justru begitu takut
Aryanti tidak bisa ikut dalam liburan kantornya.
"Tapi aku malu, disana banyak teman-temanmu,,,"
"Kenapa harus malu, mereka Cuma teman-teman sekantorku,
bahkan beberapa dari mereka sudah pernah menginap
dirumah kita, Ayolah sayang,,,"
"Tapi,,, apakah nanti aku boleh mengenakan hadiah yang
diberikan Sintya pada saat perkawinan kita?" Aryanti bertanya
dengan pelan, takut mengundang kemarahan Arga.
"Hadiah dari Sintya?" Arga mencoba mengingat-ingat hadiah
apa yang telah diberikan oleh staff yang menjadi istri
simpanan Pak Prabu itu.
"Owwgghh,,, dua lembar pakaian renang One Piece dan two
piece, kenapa pula Sintya menghadiahkan pakaian semacam
itu diacara pernikahan," Arga mengumpat, jika Aryanti
menggunakan itu maka tak ubahnya seperti menjajakan
tubuhnya untuk dijamah dan dilahap teman-temannya.
"Yah,, mungkin kau bisa menggunakan salah satunya, dan
menurutku one piece tidak terlalu jelek untukmu," timpal Arga
cepat, One piece lah pilihan terbaik dari yang terburuk.
Arga merinding ketika Aryanti menyambut usulnya dengan
wajah yang tersenyum. Ruangan menjadi senyap, masing-
masing sibuk dengan pikirannya. Tidak ada lagi percakapan
serius hingga mereka selesai makan dan beranjak ke tempat
tidur. Paginya Arga melahap roti selai kacang dengan sedikit
enggan, matanya terus memandangi tubuh Aryanti yang
dibalut seragam biru muda dengan list putih disetiap sisinya.
Sungguh tubuh yang mempesona, apalagi seragam itu
melekat ketat, wajarlah bila banyak lelaki yang menggoda.
Tapi, heeyy,,, kenapa Aryanti mengenakan seragam yang lebih
ketat dari hari-hari biasanya, tidak salah lagi itu adalah
seragam yang telah lama dikeluhkannya karena sudah terlalu
kecil untuk membalut tubuhnya yang semakin montok.
Seragam itu telah lama tidak digunakannya. Bahkan rok yang
sudah terlalu kecil itu berhasil mencetak dengan indah segitiga
celana dalam yang membalut bongkahan pantat yang padat,
dan lebih tinggi beberapa sentimeter dari rok yang biasa
dikenakannya.
"Mas, sebenarnya aku tidak yakin bisa mendapatkan cuti
untuk liburan besok," suara Aryanti mengagetkan lamunan
Arga,
"Memangnya kenapa?"
"Ya, kau tau sendiri bagaimana sikap dan tingkah laku Pak
Egar, aku tidak mau dia mengambil kesempatan atas
permohonan cutiku ini," ucap Aryanti sambil mengangkat
roknya lebih tinggi untuk mengenakan stocking, hingga Arga
dapat melihat celana dalam yang dikenakan istrinya, dengan
cepat birahinya terbakar.
"Ayolah sayang, aku rasa kau bisa sedikit menggodanya untuk
mendapatkan izin itu, dan aku yakin kau dapat
melakukannya," kalimat itu mengalir dari mulutnya dengan
dada yang bergemuruh, paha jenjang yang mulus siapa yang
tidak tergiur bila kaki indah itu melenggang dengan seksi.
Arga bingung dengan perasaan yang menyesak didadanya,
entah kenapa dirinya kini justru ingin sekali memamerkan
keindahan itu kepada teman-temannya.
"Baiklah sayang, semoga aku bisa melakukannya, tapi kau
harus tau aku melakukan ini semua hanya untukmu," ucap
Aryanti yang telah siap dengan sepatu hak tinggi. Jemari
lentiknya mengambil kunci mobil Yaris yang tergeletak
disamping tv.
############################
Di kantor Arga tidak dapat bekerja dengan tenang, pikirannya
dihantui berbagai misteri yang akan disuguhkan dalam liburan
mereka nantinya. Di ruang sebelah, dari dinding pemisah
ruangan yang keseluruhan menggunakan kaca, Arga
tersenyum melihat Aditya, keponakan Pak Prabu yang tampak
asyik berbincang dengan Sintya. Tampaknya pemuda yang
masuk dalam lingkungan kerjanya dengan jalan KKN itu mulai
berusaha menggoda Sintya, wajar saja karena dalam liburan
nanti dirinya memiliki kebebasan penuh untuk mendapatkan
tubuh bahenol dari simpanan pamannya itu. Pukul 15.30, Arga
yang melirik jam di ruangan, merasakan waktu berjalan
dengan sangat lambat.
"Heeii,,heii,,heeiii,,Apakah kalian sudah siap dengan liburan
esok," teriak Dako ketika melewati pintu kacanya yang
terbuka.
Arga mendapati sesosok tubuh semampai terbalut jilbab putih
dibelakang Dako. Melemparkan senyum termanis dengan
lesung pipit yang mengapit dikedua pipinya, matanya berbinar
indah, dengan raut muka yang penuh keramahan dan
keakraban. Ya,,, sebuah senyum yang selalu saja membuat
hati Arga tak berkutik.
Cut Zuraida, dokter muda istri sahabatnya itu memang
memiliki sejuta pesona bagi dirinya. Arga sendiri tidak habis
pikir, bagaimana mungkin gadis kalem dan lembut itu justru
memilih Dako yang terkadang urakan, untuk menjadi teman
hidupnya.
"Untuk liburan besok, Aku dan Zuraida telah mempersiapkan
semuanya, dan aku harap kau dan istrimu juga begitu," ucap
Dako sambil memeluk pundak istrinya.
"Aku harap kau mengajak Aryanti, karena liburan ini pasti
akan sangat menyenangkan," sambung Zuraida, Dako
mengedipkan matanya ke arah Arga sambil menyeringai.
"Ya pasti liburan ini akan sangat menyenangkan," balas Arga
yang tersenyum kecut.
Seandainya Zuraida tau, Dako suaminya telah
mempersilahkan kepada mereka untuk berlomba mendapatkan
tubuh indahnya.
"Apa kau benar-benar merelakan wanita alim itu disantap
oleh teman-temanmu," bisik Arga, setelah Zuraida
meninggalkan mereka untuk mengambil beberapa barang di
ruang kerja Dako.
"Justru itu, aku sangat ingin melihat semuanya terjadi,
tentunya tanpa membuatnya marah, dan aku rasa kau bisa
membantuku," Arga tercengang dengan jawaban sahabatnya
sejak di bangku SMP itu.
Dengan langkah santai Dako menggamit pinggul Zuraida
melangkah keluar. Tepat didepan pintu, tanpa diduga Dako
meremas pantat istrinya yang dibalas tatapan tajam Zuraida
yang marah atas ulah suaminya.
##############################
Arga mencoba mencoba memejamkan matanya di atas sofa
di ruang tamu rumahnya.
"Uuuggghhh,,," Arga menghela nafasnya, minggu ini benar-
benar hari yang melelahkan bagi batinnya.
Aryanti dan Zuraida, dua sosok wanita yang memiliki
kesempurnaan tubuh yang sering diimpikan dan dimiliki kaum
hawa. Aryanti dengan gayanya yang riang dan supel membuat
semua lelaki berlomba untuk berakrab ria dengannya sambil
mengagumi setiap lekuk bagian tubuh yang sempurna.
Sedangkan Zuraida, sosok wanita kalem dengan senyum yang
menawan dan mata yang teduh, membuat para lelaki merasa
betah untuk berlama-lama mencumbu keindahannya. Hanya
saja bagi Arga, Zuraida memiliki arti lebih dari sekedar
seorang wanita yang ramah, di balik tubuhnya yang selalu
tertutup oleh gaun putih khas seorang dokter, Zuraida
memang memiliki mistery yang begitu besar. Sayup-sayup
dirinya mendengar suara mesin mobil memasuki halaman
rumahnya. Tak lama terdengar suara Aryanti yang
bersenandung riang, memasuki rumah. Arga terjaga dari
lamunannya.
"Sayang, aku telah mendapatkan cuti seperti yang kau mau,"
seru Aryanti riang, mengecup kening Arga yang tengah
tiduran.
"Oh yaa?,,, bagaimana cara kau mendapatkannya, bukankah
itu tidak mudah?,"
"Ya, seperti yang kau katakan tadi pagi, aku harus sedikit
menggodanya," Aryanti mengambil nafas panjang sebelum
melanjutkan ceritanya.
"Untuk mendapatkan cuti yang kau inginkan, aku harus
melepas dua kancing bagian atas blazer ku ketika memasuki
ruangannya, bahkan ketika duduk di depannya aku sengaja
melipat kedua pahaku untuk memberikan Pak Egar sedikit
tontonan yang menarik, berharap orang tua itu dapat
langsung memberikan izinnya."
"Lalu?" sambar Arga cepat dengan suara yang dibuat sesantai
mungkin. Matanya menatap rok Aryanti yang semakin tertarik
keatas ketika istrinya itu duduk disampingnya, pikirannya
mecoba membayangkan suguhan apa saja yang telah
diberikan istrinya.
"Dan seperti katamu, tidak mudah untuk mendapatkan izin itu,
orang tua itu justru semakin ngelunjak ketika aku mengajukan
permohonan cuti, dia memintaku untuk menemaninya
mengobrol disofa diruangannya, dan tahu kah kau apa yang
dilakukannya selama obrolan itu terjadi," Aryanti berhenti
sejenak untuk mengatur nafasnya.
"Dia mulai berani meraba pahaku ini, bahkan berulangkali
mencoba memasukkan jemarinya kedalam rok sempit yang
jelas tidak akan cukup untuk tangan gemuknya, meski aku tau
usahanya sia-sia, aku tetap menepis ulah usilnya itu," Aryanti
mencoba menutup ceritanya sambil mengecup bibir suaminya.
Dengan sangat bernafsu Aryanti meneguk minuman dingin
milik Arga yang ada di depannya.
"Baiklah, Banyak persiapan yang harus kulakukan untuk
besok, dan aku tidak ingin ada barang penting yang tertinggal
nantinya," Aryanti beranjak dari duduknya, meski wajahnya
sedikit pucat karena kelelahan setelah bekerja sehari penuh,
namun wanita cantik itu terlihat begitu bersemangat
menyambut liburan.
Sementara Arga sibuk mengingat-ingat sosok tambun Pak
Egar, dengan jari-jari tangan yang juga dipenuhi lemak.
Tubuhnya yang pendek membuat pria paruh baya itu semakin
membulat. Namun seberkas noda yang mengering pada rok
bagian belakang Aryanti membuat Arga meloncat dari
peraduan.
"Apakah hanya itu yang dilakukannya padamu," sela Arga
sambil perlahan menarik Aryanti hingga kembali duduk
disampingnya. Entah mengapa Arga begitu penasaran dengan
noda yang dilihatnya.
"Ya,,,Setelah tidak berhasil mendapatkan apa yang
diinginkannya pada bagian bawah tubuhku, tangan yang
dipenuhi bulu itu menghiba kepadaku untuk bisa merasakan
sedikit kepadatan payudaraku,"
Arga mendengarkan cerita istrinya dengan jantung yang mulai
berdegub kencang, meski ada rasa cemburu disana tapi tak
ada sebersitpun gelora amarah, entah mengapa?.
"Selama dia melakukannya dari luar blezerku kupikir tak
mengapa, dan bisa kau tebak bagaikan anak kecil yang
mendapat mainan baru, tangannya bergerak cepat meraba,
meremas dan terkadang mencubit dengan kuat hingga
membuatku sedikit menjerit. Tapi tak lama kemudian Pak Egar
mengeluhkan blazerku yang terlalu tebal dan memintaku untuk
melepas beberapa kancing yang tersisa. Aku teringat akan
pesanmu tadi pagi untuk memberikan sedikit tontonan pada
orang tua yang sudah hampir pensiun itu, jadi biarlah dirinya
mendapatkan sedikit keindahan dari tubuhku, toh aku masih
mengenakan blus yang menutupi tubuhku" Suara Aryanti
semakin berat, matanya menerawang mencoba mengingat
kejadian tadi siang.
"Lalu?" Tanya Arga dengan suara tercekat.
"Yaaa,, aku mempersilahkan tangan gemuknya itu masuk
kedalam blazerku, tohhh masih ada blus yg menutupi
tubuhku,"
"Dan Mungkin hari itu memang hari keberuntungan baginya,
karena aku mengenakan bra yang terlalu tipis, jadi sangat
mungkin jemarinya dapat merasakan kedua puting payudaraku
yang mengeras karena godaannya. Tapi bukan Pak Egar jika
tidak melakukan berbagai kejutan-kejutan,"
"Kejutan? Apakah dia mencoba memperkosamu?"
"Tidak,tidak,,, kukira dia tidak akan berani melakukan itu, dia
hanya menyerang bibirku dan berusaha memasukkan lidahnya
yang basah kedalam untuk merasakan lidahku. Bibirku yang
tertutup rapat dan terus menolak justru membuat wajahku
basah oleh jilatannya, karenanya aku membuka sedikit bibirku
agar pria itu tidak melakukan tindakan yang menjijikkan itu.
Bagai orang yang haus, lidahnya berusaha menarik bibirku
untuk bertandang ke dalam mulutnya, bahkan berulangkali
menyedot ludahku, aku tak kuasa menolak undangan itu, dan
tau kah kau sayang?,,,ternyata lidahnya begitu panas, mengait
dan menghisap lidahku yang akhirnya ikut menari-nari dalam
mulutnya,"
Tanpa sadar Arga meneguk liurnya. (Kalo pembaca budiman
yang lagi tegang mendengar penuturan Aryanti, ingin meneguk
ludah juga, boleh koq,,,)
"Namun justru di situ kesalahanku, di saat lidahnya beraksi
dengan nakal dan harus kuakui aku terbuai, tanpa kusadari
tangannya berhasil membuka beberapa kancing atas blus-ku
dan terus menyelusup kedalam bra, dan akhirnya dia berhasil
mendapatkan apa yang diinginkannya, kedua payudaraku
diremasnya bergantian, sesekali mulutku menjerit tertahan
dalam pagutan bibir tebalnya ketika tangannya meremas
terlalu keras."
Arga tak mampu menahan tangannya untuk tidak bertandang
kedalam blus Aryanti yang telah melepas blezernya, seakan
tak ingin kalah dengan cerita istrinya Arga meremas kedua
bukit kembar itu dengan kuat, membuat Aryanti memekik.
Aryanti mencoba mengangkat pantatnya mencoba membantu
Arga yang kini berusaha menyingsingkan rok ketat itu ke
pinggulnya. Aryanti sangat paham dengan tingkah suaminya
yang sedang birahi. Sesaat Arga memandangi dua paha mulus
yang bertemu pada kuncup selangkangan yang begitu indah.
Stocking yang masih melekat pada kaki Aryanti membuat
bagian bawah Aryanti semakin menggoda. Arga membaui
vagina istrinya yang basah. Tanpa menunggu persetujuan
Aryanti, Arga yang sudah melepas celana kolornya berusaha
melolosi celana dalam putih yang menutupi kemaluan yang
ditumbuhi semak hitam. Aryanti hanya bisa pasrah ketika
kakinya semakin terbuka, mengangkang, menyambut hujaman
batang milik suami tercinta,
"Uuuummhhhh,,, milikmu masih yang terbaik sayaaaang,,,,"
dengusnya saat batang itu memenuhi rongga yang semakin
basah. beberapa saat Arga menggoyangkan pantatnya dengan
pelan.
"Lalu, apakah bibirnya berhasil mencicipi dua payudaramu
ini?" Tanya Arga dengan suara bergemuruh.
"Oooohhh,,, tidak sayaaang,,, diaa justru memaksa bibirku
untuk menerima penisnya, yang entah sejak kapan sudah
terpampang di depan wajahku, dengan sedikit ancaman akan
membatalkan izin cuti untukku, dan lagi-lagi dia berhasil
mendapatkan yang diinginkannya, memasukkan penis hitam
ituuu,, ke dalam mulutkuuuu," Suara Aryanti terengah-engah,
disatu sisi dirinya harus jujur dan menceritakan semua yang
telah terjadi, di sisi lain vaginanya yang terus mendapat
hujaman-hujaman keras dari batang Arga memberikan
stimulan kenikmatan ke otaknya, membuatnya tak mampu
lagi menyortir apa dan bagian mana dari pengalaman gilanya
yang harus disembunyikan.
"Apakah miliknya panjang dan sebesar milikku?" keegoan
sebagai seorang lelaki muncul dihati. Arga semakin cepat
mengobok-obok vagina yang menganga pasrah.
"Tidak sayang, miliknya jauh lebih pendek dari milikmu, hanya
saja batang itu begitu gemuk, mulutku sempat kewalahan
meladeni goyangannya yang semakin cepat, dan
akhirnyaaaaaa,,,"
"Mampukah mulutmu ini memasukkan semua batang
penisnya," dengus Arga, pantatnya menghantam selangkangan
Aryanti bagai orang kesurupan. Dirasakan orgasme hampir
menyapanya.
"Yaaa,,, bahkan aku dapat merasakan bagaimana batang itu
berkedut," Aryanti yang terbawa permainan Arga juga bersiap
menyambut orgasmenya. Dengan kuat Aryanti membelitkan
kaki indahnya dipinggang Arga, membuat penis Arga semakin
terjepit.
"Aaaapa diaaa,,, berhasil menyiramkan speeermanya
dimulutmuuu,,,,," teriak Arga bersamaan dengan semprotan
pertama yang menghambur keluar.
"Tidaaakkk,,, sayaaaang dia menyemprotkan spermanya tepat
dilubang anuuussskuuuu,,, Aaaahhh,,aahh,,"
Badan Aryanti berkelojotan ketika tak mampu lagi
membendung orgasme, pantat nya terangkat keatas agar
penis suaminya itu menohok semakin dalam. Pengakuan
terakhir yang keluar dari bibir Aryanti memberikan jawaban
akan noda yang mongering pada roknya, justru membuat
orgasme Arga semakin dahsyat. Batang besar itu menghujam
semakin dalam, dan terus menghentak kasar dengan sperma
yang terus menghambur keluar. Tapi bagaimana itu bisa
terjadi?, bukankah Aryanti tidak pernah bersedia melakukan
anal seks?
"Aaaahhh,,,, Eeemmhhh,,,Aaaarrgghhh," keberingasan Arga
membuat kenikmatan yang diterima Aryanti semakin
sempurna. Seakan tak ingin kehilangan vagina itu terus
mengemut dengan kuat mencari-cari kenikmatan yang tersisa.
Sesaat keduanya mengatur nafas, pergumulan mereka
memang selalu menghantarkan pada kenikmatan yang
dahsyat, tapi kali ini ada sensasi yang berbeda. Membuat ego
Arga memuncak untuk membuktikan dirinyalah yang terbaik,
dan memaksa Aryanti untuk berimajinasi dengan liar atas
pengalaman yang didapatnya hari ini.
"Eee,,,Apakah kau marah padaku?," Tanya Aryanti ragu-ragu
disisa gemuruh nafasnya, walau bagaimanapun Arga adalah
suaminya, dan Aryanti sangat takut kehilangan orang yang
disayanginya itu.
"Aku telah berusaha untuk jujur meskipun itu pahit, aku,,,
akuu,, mengakui semua kesalahanku membiarkannya terus
bermain dengan tubuhku," tambahnya, mencoba menghiba.
Arga merasa kasihan dengan posisi Aryanti yang merasa
bersalah, ingin sekali Arga mengerjai Aryanti dengan berpura-
pura marah, namun hatinya tak tega, dan lagi-lagi entah
mengapa, sungguh,,, tak ada rasa amarah di dada, hanya
cemburu membara yang justru membangkitkan libido untuk
bercinta.
"Kurasa tergantung bagaimana kondisimu saat itu, jadi
ceritakanlah semuanya," ucap Arga sambil memainkan
payudara Aryanti yang penuh dengan tanda merah.
Seingatnya, cerita Aryanti tidak pernah menyinggung tentang
permainan bibir atau sedotan pada payudara yang membuat
tanda merah, hanya remasan-remasan nakal dari lelaki tua
itu.
"Ku berharap kau tidak menyesal mendengar kejujuran ku ini,
dan berjanjilah untuk tidak marah sayang, karena aku
melakukan ini semua untukmu," lirih Aryanti dengan wajah
serius sekaligus memelas.
Arga yang asyik menambahkan beberapa tanda merah di dada
istrinya itu akhirnya terdiam, "Kenapa aku harus menyesal
dan marah, apakah dia bertindak kasar terhadapmu,"
selidiknya.
"Seperti yang kukatakan tadi, mulut ku cukup kewalahan
untuk melayani penis kecilnya, aku tak tau bagaimana
mungkin batangnya dapat bertahan begitu lama, dan aku
merasa kasihan dengan wajahnya yang mulai kelelahan
dengan keringat yang mengalir deras dikulit putih pucatnya,"
Penis Arga menggeliat manja didalam selimut vagina Aryanti.
"Lalu apa yang kau lakukan untuk membantunya?," Tanya
Arga, dirasakannya batang itu mulai terjaga, menggelitik
dinding vagina Aryanti dengan nakal.
"Ya, akhirnya aku mencoba sedikit menarik rokku, dan dia
membaca apa yang ingin kutawarkan untuk menyelesaikan
permainan ini. Seakan takut aku menarik tawaranku, dengan
sigap tangannya menarik rok ku semakin keatas dan
menyibak celana dalamku.
Kau pasti tau sayang aku sangat ingin mnyelesaikan
permainan itu secepatnya, agar tidak terlalu merasa berdosa
kepadamu, tapi aku juga tak mampu menolak ketika
kepalanya dengan cepat menghilang di selangkanganku dan
lagi-lagi aku merasakaaa,,n lidahnya yang panas menjilat,
mengusap dan menyedot klitoris ku yang sudah sangat
basaaah,, Aaahhh,,," Mata Aryanti terpejam, bayangan akan
kejadian tadi siang ditambah vaginanya yang kembali
menerima sodokan pelan membuat wanita itu kembali
melayang mengejar kenikmatan.
"Aku harus mengakui permainan lidahnya begitu nikmat, dan
aku tak mampu menolak orgasme yang menyerang diriku,
kulihat Pak Egar menyeringai tersenyum dengan kumis
dipenuhi selai putih milikku. Meski baruuu,, saja mendapatkan
orgasme, birahiku memaksa tanganku untuk kembali
membenamkan wajahnya di selangkanganku dan berharap
lidahnya memasuki liaaa,,angku sekali lagiii,,,. Aku ingin
lidahnya menggelitik dinding-dinding vaginaku, menggigiiiitt,,
klirotiskuuu,,,. Dan memang, akhirnya lagi-lagi aku menyerah
pada orgasme yang begitu nikmaaat,"
Rambut kemaluan Aryanti yang begitu lebat membuat Arga
jarang memainkan lidahnya pada selangkangan istrinya, dan
dirinya tidak menyangka jika istrinya justru sangat menyukai
itu, dan kini istrinya telah mendapatkan kenikmatan itu dari
pria lain. Cerita Aryanti bagaikan dongeng mesum yang
menghantarkan pada persetubuhan yang sedikit berbeda,
penisnya kembali menyodok dengan mantap. Sementara
Aryanti berkali-kali mendesah dalam keasyikannya bercerita.
"Setelah membiarkanku beristirahat beberapa saat, Pak Egar
menawarkan padaku sebuah kesepakatan. Bila aku bersedia
menerima penisnya pada vaginaku maka dirinya akan
mempromosikan sebuah jabatan baru yang selama ini
memang kuinginkan."
"Lalu, apa kau menyetejuinya?" seru Arga cepat, penisnya
semakin mengeras menghentak selangkangan istrinya.
"Yaaa,,, dirinya telah melihat semua bagian intim tubuhku,
lagipula penis miliknya begitu kecil, jadi kupikir tak apalah jika
penis itu beberapa saat mencari kenikmatan di kemaluanku.
Sekali merangkuh dayung dua pulau terlampaui, itulah pikirku,
dengan memenuhi keinginannya aku bisa mendapatkan cutiku
dan jabatan yang baru,"
"Aku membuka kedua pahaku dengan lebar, mempersilahkan
tubuhnya yang tambun untuk merapat di selangkanganku dan
melakukan penetrasi di kemaluanku. Awalnya dia memintaku
untuk melepas rok dan seluruh pakaian atasku, tapi aku malu,
tapi kurasa cukup dengan melepas celana dalam dan
mengangkat rokku hingga ke pinggul, dia dapat dengan bebas
menyetubuhiku dan melakukan apapun yang dimaunya dengan
selangkanganku,"
"Seperti yang kuduga, dengan mudah batang itu berhasil
memasuki vaginaku, dan menggoyang selangkanganku dengan
kasar. Namun aku harus kecewa, perutnya yang buncit
ditambah penisnya yang begitu pendek membuat batang itu
berkali-kali terlepas dari vaginaku, dan Pak Egar menangkap
kekecewaanku,"
"Agar dia dapat menuntaskan nafsunya dengan cepat Aku
mencoba membuka blus dan bra ku, dan membiarkan bibirnya
bertandang didadaku, namun apa yang dilakukannya itu justru
membuatku semakin terangsang, lidahnya menjilat dan
menggigiti putingku ini. Namun usahaku tak juga
membuahkan hasil, penisnya tidak menunjukkan tanda-tanda
akan selesai,"
"Akhirnya, aku harus pasrah ketika Pak Egar memintaku
mengangkat kedua lenganku untuk melepas blus ketat ini,
tapi dia agak kesulitan ketika harus melepas rokku yang telalu
ketat, sehingga aku harus melakukannya sendiri dengan berdiri
membelakanginya, tapi belum sempat rok ini jatuh menyentuh
lantai aku merasakan lidah yang basah berusaha menyelusup
dibelahan pantatku,"
"Ooowwgghhh,,, sayaaang itu benar-benar suatu pengalaman
yang sangat menggairahkan, seorang atasan yang memiliki
wajah galak dan selalu menggerutu kepada semua staf
bawahanya, tengah mendengus penuh nafsu menjilati lubang
anusku. Aku membungkukkan badanku mencoba memberi
ruang untuk lidahnya yang menjelajah anus dan vaginaku, dan
entah kenapa aku marasa sangat puas ketika melihat
matanya diantara belahan pantatku memohon sedikit
kenikmatan dari tubuh istrimu ini sayang,"
"Pak Egar mencoba posisi yang lain, dia memintaku untuk
menduduki penisnya dengan cara membelakangi tubuhnya,
Ooohhh,, tahukah kau sayang? aku sangat malu dengan
kondisi dan apa yang sedang kulakukan saat itu, aku merasa
bagaikan seorang pelacur yang bersedia melayani apapun
yang diinginkan pelanggannya. Tapi posisi itu tetap saja sulit,
penis itu selalu terlepas dari vaginaku, bahkan beberapa kali
penis itu menusuk-nusuk liang anusku karena salah sasaran."
"Lalu Pak Egar kembali menanyakan keinginanku akan jabatan
baru yang ditawarkannya, dia telah berhasil membuatku
telanjang di hadapannya bahkan penisnya telah menjajal
vaginaku tentu saja aku tidak ingin rugi, karenanya aku
mengangguk dengan cepat,"
"Tapi lagi-lagi Pak Egar membuat kejutan, yang sebenarnya
lebih cocok dengan mencurangi diriku,," erang Aryanti.
"Mencurangimu?, memang apa yang dilakukannya?" kening
Arga berkerut.
"Ya,,, dengan sedikit kasar dia menghentak tubuhku ke
belakang, penis nya yang tepat berada dibawah liang anusku
menumbuk dengan keras, aku berusaha untuk menghindar
tapi karena tak mampu menjaga keseimbangan tubuh,
penisnya yang sudah sangat basah oleh cairanku justru
semakin tenggelam dalam anuskuuu,,,"
"Dan lagi-lagi dia berhasil mendapatkan yang diinginkannya,
dengan sedikit hentakan anusku menelan semua batang itu,
tapi yang membuatku heran aku tidak merasakan sakit
sedikitpun, eeentah karena penisnya yang terlalu kecil atau
mungkin juga nafsu yang telah menguaaasaiii,,kuuu,,,,"
"Dan sungguh tak kuduga aku sangat menikmati posisi itu.
Aku menggoyang tubuhku mengikuti irama hentakan penisnya
yang semakin dalam, aku mencoba mencari orgasme ku
sendiri, tapi aku lagi-lagi harus kecewa saat penis itu
menyembur dengan cepat, membasahi liang anuskuuu,, aku
hampir tertawa ketika tangannya memeluk tubuhku dengan
kuat dan memantapkan posisinya penisnya yang
menghamburkan bibit benihnya di anusku, dia mengaku kalah
dan mengakui kehebatan jepitan kedua lubangku"
"Aaawww,,,pelan sayaaang," cerita Aryanti terpotong oleh
jeritannya sendiri, ketika Arga kembali menghentak dengan
kasar, menggedor dinding rahimnya dengan keras.
"Berarti kau telah melayaninya dengan anusmu, Apakah kau
menikmatinyaaa sayaaaaang,,," Tanya Arga dengan suara
mendengus bagai banteng.
"Maafkan aku sayaaang,,, tapi itu benar-benar nikmat, aku
bahkan menunggu penisnya kembali mengeras dan rela
memasukkan penis itu kedalam mulutku agar kembali
mengeras, dengan sedikit memaksa untuk menusuk anusku
lagi, dan rasanya sungguh nikmaaaat, berkali-kali aku
merasakan orgasme dan berkali-kali pula Pak Egar memuji
lubangku ini, katanya diriku adalah tubuh ternikmat yang
pernah disetubuhinya,"
"Mungkin kau juga perlu mencoba pintu belakangku iniii,,"
tawar Aryanti, masih subur diingatannya bagaimana eforia
kenikmatan saat dirinya mengayuh penis kecil pak Egar pada
liang anusnya, dan kini dirinya ingin kembali menikmati hal itu
dengan batang yang lebih besar, milik suaminya.
Arga menghentikan pompaannya, dan mencabut penis yang
diselimuti selai putih. Aryanti mengangkat paha jenjangnya
dan memeluk lututnya hingga menyentuh payudaranya. Dan
tampaklah vagina yang merekah basah, dirembesi sperma dari
orgasme Arga sebelumnya yang mencoba keluar dari lorong
sempit vagina, namun bukan vagina itu yang menjadi
perhatian Arga saat ini, tapi lubang mungil yang mengerucut
imut yang ada tepat dibelakang vagina itulah yang menjadi
perhatiannya. Arga tidak yakin penis besarnya dapat
menerobos lubang yang masih tertutup rapat itu.
"Ayolah Saaayaa,,ang," erang Aryanti merayu.
Arga mencoba memasukkan telunjuknya untuk sedikit
membuka, telunjuk itu bermain-main keluar masuk dengan
lembut, dan kini jari tengahnya ikut ambil bagian, terdengar
desahan Aryanti yang semakin keras.
"Saayyyaaaannng,, lakukanlah sekarang, ceeepaaattt,,," teriak
Aryanti yang semakin erat memeluk lututnya membuat lubang
pantatnya begitu menantang untuk dihujam.
"Aaaarrrgghhh,,, aarggmmhhhh,,," Arga mengejangkan otot
penisnya agar dapat memasuki lubang sempit itu.
"Eeeemmhhhh,,, Iyaaaa,,,yaa,, yeeeaaahhh,," batang yang
perlahan namun pasti mulai tenggelam dan terus memenuhi
setiap rongga anal Aryanti. Istrinya menggeram, menjerit dan
berteriak dengan keras.
Tidak seperti yang dirasakannya saat menerima penis Pak
Egar tadi siang, batang milik Arga jauh lebih panjang dan
besar. Dan kini batang itu terus masuk semakin dalam
membuat analnya begitu penuh. Setelah dirasakan penisnya
menyentuh pangkal bagian terdalam, Arga menghentikan
hujamannya, dirasakannya dinding anus yang tergencet oleh
batangnya berkedut-kedut.
"Aaaahhh,,, sayaaang,,, ini jauh lebih nikmaaat, mulailah
mengayuh tubuhku."
"Yaaa,,, ini sangat sempiiit,,, sangaaatt nikmaaat,,," sahut
Arga dengan nafas mendengus liar.
Arga mencoba mengayun penisnya namun lubang itu
bukannya melebar tapi semakin menyempit akibat kontraksi
birahi yang terjadi pada otot anal. Dan itu benar-benar
menghasilkan sebuah kenikmatan. Sofa kecil yang
menampung dua tubuh manusia itu mulai berderit ketika Arga
mengayuh semakin cepat. Aryanti tidak lagi memeluk lututnya,
selangkangannya telah terbuka lebar. Sementara jemarinya
kini aktif mengusap dan menusuk-nusuk liang vaginanya yang
kosong. Tampaknya vaginanya yang melompong menuntut
pula untuk diisi, meski hanya dengan jemari Aryanti. Sempat
terbesit diotaknya, membayangkan kenikmatan bila kedua
lubangnya itu diisi oleh dua penis sekaligus, tak peduli penis
siapapun itu.
"Aaaahhh,,,," gara-gara fantasinya Aryanti jadi semakin liar,
jemarinya mengobok-obok vaginanya dengan cepat. Arga
mencoba mengimbangi dengan mengayun batangnya dengan
lebih cepat. Seluruh otot vagina dan anal Aryanti berkontraksi
dengan dahsyat dan,,,,,,
"Aaaaggrrrgghhhh,,, aaahh,,," vagina Aryanti menghambur
kalenjar cintanya, membanjiri telapak tangannya yang masih
menstimulasi dinding vagina, sebuah orgasme yang begitu
dahsyat.
"Yeeeaaahhhh,,, saaayyyaaaa,,,anng,,," penis Arga berkedut
dengan cepat menghantar bermili-mili sperma. Penisnya
berkali-kali menghentak hingga keujung lorong.
Tak lama, tubuhnya ambruk menindih sang istri tercinta.
Bersahutan nafas mereka memburu udara sekitar, paru-paru
mereka memaksa untuk diisi setelah dibiarkan kosong saat
mereka terus mengejan menghamburkan cairan cinta.
"ini jauh dari yang aku bayangkan selama ini," bisik Aryanti.
"Ya,, milikmu memang selalu nikmat," sambung Arga.
"Jadi, kau tidak marah aku melakukan itu?"
Arga terdiam, harga dirinya sebagai seorang suami tengah
dipertanyakan oleh sang istri. "Hhhmm... Mau bagaimana lagi,
semuanya sudah terjadi, aku marahpun takkan berguna karena
aku sadar kau melakukannya demi kita," ucap Arga, berusaha
untuk tersenyum.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.