Kamis, 05 Maret 2015

Liburan Birahi 3: Guru Kencing berdiri, DuaTiga Pulau Terlampaui

Senin, 23 September 2013
shusaku di 12.41
Liburan Birahi 3: Guru Kencing berdiri, Dua
Tiga Pulau Terlampaui
Setiba di meja makan, Arga tak mampu sepenuhnya mengikuti
obrolan yang semakin panas, berbagai ocehan nakal semakin
deras mengalir. Suara tawa meledak serentak ketika Bu Sofia
dengan gaya yang centil memainkan sebatang sosis
dimulutnya.
"Masukkanlah daging sosis itu kebelahan dadamu, mungkin
daging itu merasa kesepian tak memiliki teman," seru Munaf
seraya menunjuk payudara Bu Sofia dengan bibirnya.
"Ow, ow, ow,, aku tidak mungkin mengambil talenta yang
dimiliki oleh Aryanti," jawab Bu Sofia sambil melirik Aryanti
dengan mata mengedip, membuat semua tertawa. Dan kini
semua mata tertuju pada Aryanti.
"Tidak,tidak,,, Aku memenuhi permintaan kalian tadi sore
hanya karena penasaran, dan sekarang tidak ada yang dapat
memaksaku," sela Aryanti.
Jidat Arga berkerut, dan Aryanti membaca tanda tanya
dikepala suaminya.
"Sayang, tadi sore setelah berjalan-jalan sebentar kami
kembali ke gazebo tempat kita berkumpul selumnya, dan aku
sudah tidak mendapatimu disana.
"lalu, apa hubungannya dengan sosis itu," Tanya arga
penasaran.
"Istrimu memang hebat, mampu melakukan apa yang tidak
mampu dilakukan oleh istri-istri kita," Jawab pak Prabu cepat
dengan bibir nyengir.
"Ya,ya,,, itu Cuma kebetulan saja Sayang,, Adit menantang bu
Sofia, apakah payudara tantenya itu dapat memeras jeruk
yang sudah terbelah dua, imbalannya Adit bersedia memijiti
kaki Bu Sofia yang memang terus mengeluh capek karena
terlalu lama jalan-jalan tadi sore" jawab Aryanti berusaha
menerangkan, tak ingin membuat suaminya salah paham.
"Lalu Bu Sofia meladeni tantangan Adit dengan memasukkan
jeruk itu kedalam kaos dan dijepit oleh kedua payudaranya
yang besar, Namun ternyata air yang keluar dan mengalir
kepusarnya hanya sedikit,So,,,Karena penasaran aku turut
mencobanya, dan ternyata air jeruk yang diperah kedua
payudara istrimu ini lebih banyak, hahahaha,,,"
"Dengan menjepitkan kedua payudaramu?" Tanya Arga cepat
yang dijawab dengan anggukan.
"Semuanya sudah mencoba, jadi tidak ada salahnya kan jika
aku turut mencoba, sekuat tenaga aku mengepit balon ini
dengan lenganku dan ternyata aku berhasil," sahutnya sambil
memperagakan kedua tangannya yang saling menggenggam
lalu menjepit kedua payudaranya dengan kuat.
Tak ayal sepasang payudara Aryanti menyembul seakan ingin
melompat dari kaosnya yang longggar, Mata Arga bisa
menangkap bagaimana mata teman-temannya melotot
melihat aksi Aryanti yang me-replay usahanya tadi sore.
"Sebenarnya aku tidak kalah dari istrimu, hanya saja air jeruk
hasil perahanku tertahan oleh bra ku, sementara istrimu bisa
mengalirkan air itu langsung kepusarnya tanpa terhalang,"
celetuk Bu Sofia yang masih belum bisa menerima
kekalahannya, tapi justru membuat mata Arga melotot kaget.
"Haahahahaa,,, Ya,,yaa,, aku memang sudah melepas bra ku
karena sudah terlalu lengket oleh keringat akibat berlarian
dipantai dengan Zuraida, tapi setidaknya aku tidak melepas
bra-ku karena permainan itu," jawab Aryanti dengan santai
seakan semua itu adalah hal yang biasa.
"Pasti saat itu semua mata dapat memandang dengan bebas
kearah gumpalan payudara istriku," gumam Arga sedikit
cemburu.
Arga perlahan menarik nafas panjang mencoba untuk lebih
rileks, toh apa yang telah dilakukannya lebih dahsyat dari
istrinya, sesekali matanya melirik Zuraida yang malam itu
terlihat berpakaian lebih santai, baju tidur berwarna biru
lengkap dengan penutup kepala jenis bergo. Sangat berbeda
dengan istri Arga yang berpakaian lebih menantang dari
biasanya, kaos longgarnya kali ini lebih kedodoran dari
biasanya, memperlihatkan pundaknya yang putih begitu
kontras dengan tali bra yang berwarna merah.
"Shit,,, sejak kapan Aryanti memeiliki baju model seperti ini,"
dengus hati Arga saat menyadari pakaian baru yang
dikenakan istrinya. Pasti bosnya memberikan uang sangu
yang cukup besar untuk cutinya kali ini.
Namun Arga terlihat puas saat memergoki semua mata
teman-temannya yang diam-diam menyatroni bagian tubuh
Aryanti yang terbuka dengan rasa kagum.
"Tapi tunggu,,, jika semua wanita melakoni permainan itu,
artinya Zuraida juga melakukannya kan?" bisik Arga ketelinga
Aryanti.
"Ya,, dia juga melakukannya, hanya saja kami tidak dapat
melihat dengan jelas aksinya karena terhalang oleh penutup
kepalanya,,, Heeeyy,,, apa kau mengagumi istri temanmu itu?"
tanya Aryanti, menatap penuh selidik kewajah Arga yang tiba-
tiba salah tingkah.
"Tidak juga, hanya penasaran apakah wanita seperti dia juga
seberani istriku yang seksi ini," jawab Arga memandang
istrinya berusaha memberikan ketegasan.
"Tidak mengapa sayang, itu wajar, karena Zuraida memang
cantik,,, apa kau tau?,, tadi sore dia mengenakan celana
dalam berwarna pink lhoo,, itu terlihat saat dia mengangkat
kaos bawahnya untuk memperlihatkan pusarnya yang hanya
dialiri beberapa tetes air jeruk,"
GLEEEKK,,,, Arga yang sedang minum untuk menenangkan hati
tiba-tiba tersedak, tapi Aryanti justru tertawa terpingkal,
membuat mereka yang ada disitu bingung melihat Aryanti
yang tiba-tiba tertawa setelah berbisik-bisik dengan
suaminya.
"Hey, apakah ada yang melihat istriku," celetuk Munaf tiba-
tiba yang masih menunggu istrinya.
Lagi-lagi Arga tersedak, Aida istri Munaf yang begitu
menggairahkan mungkin masih terlelap dikamar Lik Marni,
setelah kelelahan bertempur dengannya.
"Tadi sih jalan-jalan denganku ke belakang cottage, dan
mungkin dia sedang kelelahan di kamar, karena kami berjalan
terlalu jauh," jawab Arga sesantai mungkin takut mengundang
kecurigaan teman-temannya, dan untunglah Munaf tak ambil
pusing lalu mengunyah makanannya.
Seusai makan Munaf mengeluarkan rokoknya, lalu berjalan
kearah tepian kolam renang, "Kapan kita akan memulai
permainan ini?,," ucapnya kepada para lelaki yang berkumpul.
"Hey,,hey,,hey,,,apakah kau tidak sadar jika pesta sudah lama
dimulai, bahkan istrimulah yang telah menjadi hidangan
pembuka," mendengar paparan Pak Prabu, Munaf dan Dako
serentak melotot.
"Assem,,, pantes dari tadi aku nyari istriku ga ketemu. Ni
orang pake ga ngaku lagi kalo udah make bini orang," Arga
hanya tersenyum cengengesan. "Gimana,, mantap ga servis
bini ku," tanya Munaf dengan santai.
"Sialan ni orang, cuek bener istrinya digagahin orang," hati
Arga jelas heran dengan respon Munaf. Tapi masa bodohlah,
yang jelas dirinya telah berhasil menjajal keindahan tubuh
montok itu, dan membuat ibu muda itu kembali menagih
untuk dipuaskan.
"Apa rencana kita malam ini," tanya Munaf sambil menatap
Dako dan dan Arga.
"Terserah, tapi yang pasti aku telah memiliki janji dengan Bu
Sofia, hehe,," jawab Dako sambil menghembuskan asap rokok
dari bibirnya yang tersenyum simpul.
Pak Prabu yang asik dengan Handphone nya langsung melotot
ke arah Dako, meski sadar permainan must go on, namun
tetap saja terasa berat untuk melepas tubuh wanita yang
telah menemani hidupnya selama bertahun-tahun, untuk
disantap para srigala mesum.
"Bolehkan Pak Prabu?,"
"Terserah kalian lah, tapi ingat tidak ada pemaksaan,
pengeoroyokan dan kekerasan," kata-kata Pak Prabu begitu
tegas, setidaknya dengan cara itu dirinya dapat sedikit
memastikan wanitanya dalam keadaan lebih baik.
"Mungkin untuk syarat yang lain, aku dapat memenuhi, tapi
untuk kekerasan sepertinya tidak mungkin, karena bagaimana
tombakku dapat menghujam membelah tubuhnya jika dalam
keadaan loyo," kelakar Dako sontak membuat semua yang
ada disitu tertawa, begitu juga dengan Pak Prabu yang hanya
bisa tersenyum masam.
"Weeehhh,, rame bener nih, ada apa," sura lembut itu, siapa
lagi jika bukan milik Zuraida.
Seketika tawa mereda, masing-masing berusaha
menyembunyikan rahasia, jika para wanita mengetahui
sebelum permainan berjalan panas, maka semuanya akan
menjadi lebih sulit.
"Tidak ada yang spesial, hanya membicarakan pembagian
jabatan dikantor," jawab Pak Prabu cepat, meski diucapkan
dengan santai dari bicaranya lelaki paruh baya itu ingin
mengukuhkan kuasanya dalam kelompok itu kepada Zuraida.
Gadis itu mendekati bangku Arga yang memang duduk didekat
suaminya. Dari jarak sedekat ini pesona Zuraida seakan
begitu nyata, ditambah dengan kaos tidur yang melekat
sedikit lebih ketat dibandingkan baju yang biasa
digunakannya. Kini Zuraida berdiri tepat di depannya,
berbicara dengan suaminya, entah apa yang dibicarakan Arga
tidak terlalu peduli karena posisinya yang tengah duduk
membuat wajahnya berhadapan langsung dengan pantat
membulat yang terangkat, layaknya pantat bebek yang
memiliki kaki yang langsing.
"Ternyata berani juga Zuraida memakai celana seketat ini,"
gumam Arga.
"Arrrgghh,,, sialan," ulah Dako yang memeluk pinggul Zuraida
dan memberikan sedikit remasan nakal, seakan sebuah
tantangan dari Dako untuk menaklukan Zuraida bersama
tubuh indahnya.
Tampak Zuraida sedikit berkelit, jelas dirinya malu jika
diperlakukan seperti itu di depan umum, walau itu oleh
suaminya sendiri. Zuraida menoleh ke belakang dan
mendapati Arga masih duduk di kursinya berhadapan tepat
dengan pantatnya yang tengah diremas Dako. wajah Zuraida
terlihat tak nyaman dan menahan malu oleh ulah suaminya.
"Ok,,, aku pamit dulu, ada yang harus ku kerjakan," ucap Arga
sambil menggerutu melihat ulah Dako.
"Arga, malam ini aku ingin ngobrol dengan Aryanti, tapi ada
yang harus aku bereskan sebelumnya dengan suamiku ini,"
"Baiklah, nanti akan aku sampaikan kepadanya," ucap Arga
menjawab rencana Zuraida yang kini menggantikannya duduk
di kursi.
Ketika melewati persimpangan yang menuju kearah dapur,
Arga bingung, di ujung lorong itu telah menunggu tubuh
montok Aida yang masih mengharapkan sentuhannya.
"Mungkin aku akan menyelesaikan tanggung jawabku dengan
gadis itu sebentar," ucap Arga sambil berbelok ke lorong.
"Arrgghhh,, Adduuuhhh,,, pelaann dikit dong Pak, Aarrghh,,"
Itu jelas suara Aida, tapi bukankah semua teman-temannya
tengah duduk santai di pinggir kolam renang, lalu siapa yang
telah membuat wanita itu mendesah dan menjerit tertahan,
langkah kaki Arga semakin cepat ingin mencari tau. Tampak
Lik Marni sedang mencuci beberapa peralatan makan yang
baru saja mereka gunakan, suara gemericik air kran
bersahutan dengan lenguhan seorang wanita yang tengah
dilanda orgasme.
"Aaarrggghhh,,, aaahh,,"
Dari celah pintu Arga mengintip dua tubuh yang saling
menindih, tampak sang wanita telah terkapar mengakang
lebar, hanya bisa pasrah membiarkan seorang pejantan
menggasak selangkangannya. Dari rambutnya yang kriting
jelas itu adalah Mang Oyik, penjaga cottage, tapi kenapa Lik
Marni bisa begitu cuek dengan pekerjaannya, sementara
suaminya tengah menggagahi tamu dikamar tidur mereka. Lik
Marni menolehkan wajahnya saat menyadari ada orang yang
mendekati kamarnya, sesaat wajahnya sedikit pucat.
"Maaf Den' Saya udah ngelarang bapak yang pengen nyicipin,
tapi Nona nya juga mau, jadi saya ga bisa ngelarang lagi
Den," ucapnya berusaha menerangkan sekaligus membela ulah
suaminya.
"Nikmat banget kayanya, biar gayanya standar tapi
serangannya mantap juga," ucap Arga bersandar pada dinding
yang menghadap kaca pemisah antara ruang dapur dan kamar
Lik Marni. Dirinya baru tersadar, dari tempat itu segala
kejadian diruang itu terlihat dengan jelas, tapi tidak
sebaliknya. Artinya, semua yang dilakukannya bersama Aida
tadi sore ditonton oleh pasangan penjaga villa ini.
"Gedean mana Lik, punya saya ama punya Mang Oyik,"
"Gede? Apanya sih Den yang gede,"
Lik Marni hanya tersenyum dengan wajah menunduk, Arga
telah mengetahui semua rahasia kaca itu. "Mang Oyik udah
sering ikut icip-icip tamu? Wajah manis khas wanita jawa
tengah itu menganguk pelan.
"Berarti Lik Marni juga sering dong dicicipin ama tamu,"
dengan cepat wajahnya menggeleng, "Ngga juga Den' saya
kan jarang dibolehin keluar dapur ama Mamang,"
Arga tersenyum mendengar keegoisan Mang Oyik, "Ngga
juga? Berarti pernah juga kan?" Arga terus menggoda.
"Aaaarrrgg,,, Maaaaang,,," lagi-lagi lenguhan Aida kembali
terdengar, serentak Lik Marni dan Arga menoleh ke kaca,
menyaksikan tubuh montok Aida menggeliat dan bergetar
seiring tubuh Mang Oyik yang berkelojotan dan semakin
mengukuhkan penancapan batangnya keselangkangan Aida.
Meski tidak sepanas saat melayani Arga, namun Aida tidak
melakukan penolakan ketika tubuh ceking itu menghamburkan
sperma kedalam tubuhnya, mengosongkan kantung sperma.
Tampak Aida terkikik, entah kata-kata apa yang diucapkan
Mang Oyik sehingga membuat Aida kembali melingkarkan
paha sekalnya kepinggul Mang Oyik dan kembali bergerak
pelan menyambut pinggul Mang Oyik yang kembali bergerak
menumbuk dengan pelan.
"Punya suami saya walo udah keluar bisa tetap keras Den"
ucap Lik Marni menjawab kebingungan Arga. "kalo Aden mau,
saya masih punya jamu nya," imbuhnya sambil berjalan ke
sudut dapur mengambil ceret yang bodynya menghitam
karena gosong.
Dengan cepat air dengan warna hijau pekat dan sedikit kental
mengisi gelas kecil yang dipegang Lik Marni.
"Kalo Aden mau tarung lagi ama pasangannya boleh diminum
sekarang, khasiatnya bisa sampai dua hari koq," ucapnya
sambil tersipu malu.
"Takut ahh,,, Ntar punya saya ngaceng terus dong, kan malu
jalan-jalan di pantai bawa pentungan satpam,"
"Hahaha,,, Ihh,, Aden bisa aja," Lik Marni tidak dapat
menahan tawanya. "Ramuan rumput laut plus kuda laut ini
beda ama ramuan yang lain Den' kalo kita udah ga pengen
ntar bisa tidur sendiri, tapi kalo Aden mau beraksi lagi
langsung on lagi, Aden ngecrot mpe 10 kali lagi juga ga bakal
loyo koq,"
Penuturan Lik Marni jelas membuat Arga terkesima, apalagi
miliknya kini tengah tegak sepenuhnya, sementara dirinya
masih ingin menghabiskan malam ini dengan berbagai
petualangan. Dengan cepat tangannya meraih gelas yang
dipegang Lik Marni,
"Pelan-pelan aja Den, lagian pasangannya masih betah
ditindih bapak tuh," Arga tertawa, ternyata wanita berwajah
pedesaan ini bisa juga bercanda.
(Sumpah,,, jangan percaya dengan ramuan Lik Marni, karena
Ane sendiri belum pernah nyicipin tu jamu, Cuma terlintas
diotak mesum khasiat Kuda Sumbawa, So,, berhubung lokasi
lagi di pantai ya akhirnya ane ganti dengan kuda laut)
"Berarti giliran saya masih lama dong?" ucap Arga setelah
menghabiskan jamunya. Lik Marni hanya tertawa lalu kembali
meneruskan membilas beberapa piring yang masih kotor.
"Kalo ngetem disini dulu boleh?" bisik Arga sambil memeluk
Lik Marni dari belakang, tangannya langsung menuju
selangkangan yang dibalut kain jarik.
Lik Marni hanya tertawa, rupanya wanita muda itu memang
telah menduga apa yang akan dilakukan oleh tamunya. Tapi
jantungnya langsung berdegub kencang ketika teringat penis
Arga yang terlalu besar. Memorynya langsung mengingatkan
dirinya pada sosok pak Nathan lelaki India yang secara
terang-terangan meminta kepada Mang Oyik untuk
menemaninya dikamar selama menginap di Vila itu. Dimata
Lik Marni, Pak Nathan betul-betul seorang petarung seks
sejati yang memiliki penis begitu besar dan mampu
menggasak kemaluannya semalam suntuk. Melihat tidak ada
penolakan, tangan Arga segera menyelusup masuk kedalam
kebaya sementara tangan lainnya berusaha mengurai puntelan
jarik yang cukup panjang.
"Weeeww,, koq bisa sih Mang Oyik ngedapetin body sebagus
ini." Ucap Arga setelah berhasil menjatuhkan kain jarik itu ke
lantai.
"eegghhh, saya dijodohin Den, eenghh,," Lik Marni mulai
mendesah saat merasakan sebuah batang mulai menyelinap
di antara paha montoknya, perlahan cairan vagina mulai
membasahi batang yang sesekali menusuk klirotisnya.
"Den,,Adeeen,,"
"Ada apa Lik, takut ketahuan Mang Oyik," ucap Arga sambil
meremasi payudara dari balik kebaya, dengan pakaian atas
yang tetap lengkap memberikan gairah tersendiri baginya.
"Bukaaan, saya boleh minta cium Aden?" Arga tergelak, tak
perlu diminta dua kali bibirnya langsung menyambar bibir
basah Lik Marni.
"Eemmhhh,,, uummhh,,"
Ternyata wanita ini buas juga, lidah Arga yang terjulur
disedoti oleh bibir Lik Marni. Bagi wanita yang tinggal di
pesisir yang sepi terpisah dari keramaian ini, sangat jarang
mendapati para lelaki tampan, rupanya dirinya telah lama
bosan, tiap hari hanya memelototi wajah Mang Oyik yang
penuh bopeng akibat cacar air. Dan kini tubuhnya tengah
dipeluk oleh lelaki yang biasa hanya muncul di televisi,
meminta pelayanan dari tubuhnya, maka tak ada alasan bagi
Lik Marni untuk menolak, masalah apakah nantinya Mang
Oyik akan marah melihat istrinya digagahi tanpa seijinnya itu
urusan belakangan. Dengan sigap tangannya menggenggam
batang Arga dan mengarahkan keliang kemaluannya, seakan
takut Arga berubah pikiran.
"Uuugghhh,,, Deeenn,,"
Batang yang terlalu besar membuat vaginanya sedikit nyeri,
tapi Arga lebih cekatan memiting pinggul wanita muda itu dan
terus memaksa masuk.
"Deenn,, tunggu dulu deen,," Mata Lik Marni mendelik dengan
air mata menahan perih, kepalanya coba menunduk ingin
melihat batang yang tengah berusaha membelah tubuhnya.
Benar saja, penis lelaki ini terlalu besar, lebih besar dari milik
Pak Nathan yang dikiranya merupakan ukuran maksimal dari
penis lelaki.
"Aaahhh,,, nyonyaaa,,, iseepp dong,,," tiba-tiba terdengar
suara Mang Oyik yang meloncat kewajah Aida, namun ibu
muda itu terlalu jijik dengan penis Mang Oyik dan menutup
mulutnya dengan rapat, akibatnya cairan itu menghambur
kewajah cantiknya.
"Uuuugghhh,,, Deenn," Lik Marni sepertinya tak ingin kalah
dengan aksi suaminya.
"coba teruuss deen,,,masukiiinn,, pasti bisa koq" tubuhnya
membungkuk agar batang Arga lebih mudah menerobos
kemaluan yang sehari-hari hanya menyantap batang dengan
ukuran standar.
Lik Marni terlonjak saat Arga tiba-tiba melesakkan penisnya
dengan kuat. Tanpa menunggu dirinya bersiap-siap untuk
menerima serangan selanjutnya Arga sudah kembali
menghentak dengan keras. Entah kenapa Arga sangat
menikmati wajah Lik Marni yang begitu tersiksa tapi pada
saat yang bersamaan juga menikmati perlakuan kasarnya.
"Adeeenn,,, batang gede kayaaa giniii emang divagiinnaa
sayaa tempatnyaaa,," Lik Marni menggoda Arga dengan
menggoyang-goyangkan pantatnya yang besar. Setelah
beberapakali batang itu keluar masuk, akhirnya Lik Marni
dapat merasakan batapa nikmatnya kejantanan milik lelaki
berparas ganteng itu.
"Deenn,, kalo saya ketagihaaan gimaanaa,,," bibir wanita
berwajah oval itu mulai meracau akibat ekstasi yang
disuguhkan kejantanan Arga disaluran kencingnya.
"Tenang saja Lik,, teman-teman saya yang menginap disini
ukuran batangnya juga besar-besar koq," bisik Arga yang
tengah berusaha mengenali kekenyalan pantat besar Lik Marni
sambil menggerak-gerakkan batangnya kekiri dan kanan.
"Kalo Lik Marni mau nyicipin batang mereka satu-satu bisa
koq, atau kalau Lik Marni pengen dikeroyok, mereka juga siap
koq," goda Arga yang begitu menikmati mimik wajah Lik
Marni yang merem melek dengan bibir terbuka lebar
membentuk huruf O.
Sambil menghujamkan batangnya Arga berusaha melolosi
kebaya Lik Marni, cukup sulit ternyata, tanpa bantuan Lik
Marni yang sibuk berpegangan ke meja dapur, memberikan
perlawanan atas batang yang menerobos jauh ke lorong
kemaluannya.
"Lik,, kancingnya lepas dulu dong, ditusuk sambil netek kan
lebih enak,," bisik Arga tanpa menghentikan tusukannya.
Seakan tak ingin rugi, Lik Marni melepasi kancingnya sambil
terus menggoyangkan pantatnya. "Ini Deenn suudaaahhh,,
aahhh,," seru Lik Marni sambil sedikit memutar tubuhnya ke
belakang, menyerahkan payudara yang bergelantungan dengan
bebas dan dengan cepat dilahap oleh Arga dengan rakus.
"Ooowwwhhhh,,,Deeennn,,, ga kuaaatt,,, jangan terlalu
dalaaamm sayaa ga mau nyampee duluuuaaan,,," Lik Marni
menjerit penuh kenikmatan berusaha menghindari titik sensitif
yang dirojok batang besar. Tampaknya wanita itu tidak ingin
orgasme terlalu cepat.
Arga tertawa saat mengetahui kelemahan dari wanita itu, dan
mempercepat tusukan dengan hujaman yang lebih dalam.
"Aaagghhhh,,, gaa maaauuuu,,, ga maauuu,, saya masih
pengen dientot yang laamaa,," rengek Lik Marni, tapi apa
daya, batang Arga yang memang belum masuk sepenuhnya
terus digeber semakin dalam hingga membuat Lik Marni
melonjak-lonjak diterpa orgasme.
"Aaaggghhh,, tuu kaaann,, aaahh,,, Oowwwgghhhh,,,,,"
Tubuh Lik Marni bergetar hebat, "Aagghhh,,, Awass Deeenn
cabuuuttt,, sayaa mauu kencing Deeenn,,"
Arga menarik keluar batangnya hingga hanya kepala batang
yang tertinggal didalam, dan saat itulah cairan menghambur
dengan derasnya.
"Busyeett,,, gila juga ni cewek,, squirt mpe segitu banyaknya,,"
gumam Arga yang kaget melihat cairan yang menghambur
deras.
Lik Marni menolehkan kepalanya sambil cengengesan malu-
malu, "Maaf Deen,, seharusnya tadi tusuk yang dalam biar
saya ga terkencing-kencing gini," ucap Lik Marni polos.
Arga menarik tubuh Lik Marni ke arah dipan. Wanita itu
mengerti dengan keinginan tamunya, dengan malu-malu
mengangkangi tubuh Arga yang kini duduk dengan kejantanan
tegang mengacung.
"Oowwwhhssss,,, masih sesak banget Deenn,,," rintihnya
sambil menikmati batang yang perlahan menyelusup
memenuhi lorong peranakan.
"Aaawww,,, udah mentok Deeenn,,"
Arga yang asik mengenyoti payudara besar Lik Marni,
merasakan ujung helm yang menyentuh dasar lorong, masih
tersisa beberapa centi batangnya yang berada diluar.
"Uuugghhh,,, emang udah ga bisa masuk lagii,," rengek Lik
Marni yang masih bermain-main dengan batangnya berusaha
melahap seluruh batang Arga.
"Awwwgghhh,,, Aden nakaall aaahh,,," wanita itu menjerit saat
Arga dengan usil menghentakkan pinggulnya dengan keras,
hingga menggedor dinding rahim.
"Kalo satu batang aja udah kewalahan, gimana kalo nanti
dikeroyok teman-teman saya,," ledek Arga seraya menikmati
pinggul Lik Marni yang bergoyang pelan memanjakan batang
yang ada dalam tubuhnya.
"Dikeroyoookkk,,, takuuut ah Deenn,, ntar semua lubang saya
dimasukin sama teman-teman Aden,"
JEDUGG,,, semua lubang?,, lubang anal?...
"Lik Marni udah pernah ditusuk disini?" tanya Arga sambil
mengusap-usap pintu anus Lik Marni yang kegelian.
"Belum Den,, takut sakit,, lagian jorok ahh,,,"
"Seeepp,, daripada ntar ni lubang diperawanin teman-
temannya, mending ku sikat duluan daahh,,," gumam Arga.
"Saya tusuk ya Lik,," Pinta Arga seraya berusaha menjajalkan
telunjuknya ke lorong yang masih perawan itu.
"Ooogghh,,, gelii Deenn,, Cuma pake tangan kan?,"
"Ya pake inilah," jawab Arga sambil memonyongkan bibirnya
menunjuk kejantanannya.
Pantat Lik Marni berhenti bergoyang, keningnya berkerut,
sesaat kepalanya menoleh ke kaca menatap Mang Oyik yang
tengah menghajar Aida yang menungging mengangkat tinggi
pantatnya. Meski bibirnya terus mengerang nikmat, tampak
jelas Aida sudah sangat kewalahan meladeni batang Mang
Oyik.
"Emmmhhh,, boleh aja sih,,Tapiii,, jangan kasar seperti tadi
ya Deeenn,," ucapnya setelah memastikan suaminya masih
dapat bertahan cukup lama dengan tamu cantik yang tengah
digenjotnya.
"Tenaaang aja,, pasti saya masukin dengan lembut koq
sayang,,"
Lik Marni tersenyum senang saat dirinya dipanggil sayang,
lalu mengangguk dengan pasti sambil tersenyum.
Plop!!!,,, Batang Arga terlepas, Lik Marni yang masih
mengangkangi Arga kini memegang erat batang besar,
mengarahkan ke bagian belakang dari pintu vaginanya.
"Eeenghh,,," kening Lik Marni mengerucut, wajahnya meringis
saat pintu anusnya dipaksa untuk menerima batang Arga.
Terlihat jelas wanita itu sangat ingin memenuhi keinginan
Arga dengan terus memaksa menekan pantatnya.
"Deeenn ga bisaaa,, batang Aden kegedean,," ucapnya sambil
meringis menahan perih.
Lik Marni turun dari tubuh Arga,lalu memasukkan batang
besar itu kemulutnya, lalu melepaskan batang dengan air liur
yang memenuhi bagian helm batang.
"Uuugghh,, emang gede banget ternyata,,pantas sulit banget,"
dengus Lik Marni dengan mata mengagumi kelamin Arga yang
berdiri tegak dalam genggaman tangan lentik.
Arga berusaha menahan tawa melihat ulah Lik Marni yang
kini berusaha kembali memasukkan kepintu anusnya sambil
membelakangi Arga. Tapi lagi-lagi usahanya gagal.
"Kalo pake ini gapapa kan Deen,," tanya Lik Marni sambil
meraih botol Bimoli yang masih tersisa setengah.
"Hahahaa,, boleh juga, tapi abis itu jangan dimasukin wajan
yaa,,"
"Ihh,, Aden,," Lik Marni menyentil batang Arga dengan gemes.
"Ayo cepat olesin,,ntar Mang Oyik keburu kelar lhoo,," bisik
Arga, menarik tubuh Lik Marni hingga terduduk diperutnya
menghadap batang besar Arga, dengan cepat tangan lelaki itu
mengubel-ubel vagina Lik Marni yang sudah mulai mengering.
"Ooowwhhsss,,,Deeenn,," sambil mengerang menikmati
korekan tangan Arga di vaginanya, Lik Marni mengolesi
batang Arga dengan minyak goreng. Dalam hati Lik Marni
masih belum puas menikmati batang besar itu dengan
vaginanya, tapi entah kenapa dirinyapun kini merasa
penasaran untuk menikmati batang itu dengan menggunakan
pintu belakang.
"Ayo Deeenn,,," Lik Marni beranjak dari tubuh Arga, mengambil
posisi telentang di dipan, mengangkang, lalu menarik lututnya
hingga selangkangannya terangkat dan terekspos bebas.
"Ayo Deeenn,, tekan,,," pinta Lik Marni saat yakin batang Arga
berada di depan liang sempit yang mengerucut.
"Eeeemmgghhh,,," Sambil berdiri disisi dipan, Arga mengejan
agar penisnya mengeras maksimal, dirinya memang memiliki
pengalaman mengawini liang dubur istrinya, tapi pintu
belakang Lik Marni kali ini jelas lebih rapat.
"Ooowwggghhh,,, Deeen,,,,," tangan Lik Marni mencengkram
lengan Arga saat merasakan penis Arga berhasil menguak
perlahan. Bulir air mata menggenang akibat perih yang
menyerang, "Teruss ajaaa,, gapapa Deenn,," Wanita itu
memberi izin kepada Arga yang terhenti, wajahnya tampak
memucat.
"Eeeeenggghhhh,,, bisaaa masuuuukkk,, Deeeenn,,," Kepala Lik
Marni terangkat mengamati kepala penis yang telah
menghilang diliang anusnya.
"Boleh saya teruskan,,," ucap Arga meragu saat melihat air
mata Lik Marni menetes.
Wanita itu mengangguk pelan "Yang lembut ya sayaaang,,,"
pintanya.
Sebagai gadis kampung, dalam percaturan birahi, Arga
adalah lelaki dengan kualitas yang terbaik dari para lelaki
yang pernah menikmati tubuhnya, dan Lik Marni tak ingin
menyia-nyiakan kesempatan ini.
"Tentu saja sayaaang,,," jawab Arga seraya menjatuhkan
tubuhnya diatas tubuh montok Lik Marni, lalu melumat
bibirnya dengan lembut, dalam pagutan bibir Arga bibir Lik
Marni tersenyum, membalas melumat seiring batang Arga
yang menusuk semakin dalam.
"Ooowwwhhh,,, lagi-lagi mentok, penuh banget," bisik Lik
Marni manja, lalu mata keduanya tanpa dikomando sama-
sama melototi sebagian batang Arga yang masih tersisa di
luar.
"Masih sakit?,,,"
"Sedikit,,,"
"Sudah siap?,,,"
Wanita itu mengangguk sambil tersenyum malu-malu.
"Aaahhhh,,, yaaa,, yang lembut,, yaaa,,, tusuuuk lagiii,,
pelaannn,,Eemmmhhh" Lik Marni mengomando pergerakan
batang Arga, menusuk pantat nya yang terangkat, berusaha
menikmati.
"Lebih cepaaatt,,, ini mulai membuatku
melayaaang,,Ooowwwhhh,,," rintih Lik Marni.
Arga tersenyum, saat bisa melakukan hentakan-hentakan
sesuai keinginannya. Tapi lorong itu memang sempit, erat
mencengkram batangnya.
"Ooowwhhh,,, Saaayaaang,,, jangan terlalu cepaaat,," Lik
Marni merintih berusaha mengimbangi sodokan Arga,
tubuhnya menggelinjang liar saat Arga memainkan vaginanya
yang menganggur.
"Aaaarrrggghhhh,,, minggir Deeeenn,, saya mau kencing,,
cabuuut,,,"
Permohonan Lik Marni tak dihiraukan, Arga terlalu menikmati
hangatnya liang belakang Lik Marni.
"Oooowwwhhhhssss,, Maaf Deeeenn,, Maaaaaff,,," teriak Lik
Marni yang menghantar orgasme seiring air kencing yang
menghambur ketubuh Arga, tapi itu sungguh menjadi
pemandangan yang luar biasa bagi Arga. Tak ayal lelaki itu
semakin cepat menusuk-nusuk tubuh Lik Marni berusaha
mengejar orgasmenya sendiri.
Lik Marni yang sudah bisa menguasai ekstasi orgasmenya
tersenyum, melihat Arga yang begitu bernafsu menjejalkan
batang besar ke dalam tubuhnya.
"Nikmati sepuasmu Den,," suara Lik Marni terdengar lirih
diantara dengusan nafas Arga.
"Tapi ngecrotnya disini aja ya Deenn,," Lik Marni mengusap-
usap vaginanya, menyibak gerbang dengan kedua jarinya
seakan mengundang batang Arga untuk kembali masuk
kelorong vagina yang dangkal. "Kali aja saya bisa dapat anak
dari Aden" sambungnya manja namun dengan nada serius.
"hahaha,,, bisa aja Lik Marni ini,,," Arga semakin cepat
menghajar Lik Marni.
"Ooowwwgghhh,,, nihh,,, terimaaa,,," suara Arga terdengar
serak, saat mencabut batangnya dari anus Lik Marni dan
dengan cepat kembali menghujamkannya ke vagina yang
basah.
"Aaakkkhhhh,,," Lik Marni terkaget-kaget dengan gerakan Arga
yang tak diduganya, berusaha mengangkang lebih lebar,
membiarkan batang Arga masuk lebih dalam dan dengan
bebas menghamburkan benihnya di pintu rahim.
Lik Marni tertawa melihat tubuh Arga yang kelojotan diantara
selangkangannya.
"Sedaap,, punyamu sedap banget Lik,," bisik Arga sambil
memaju mundurkan pantatnya menikmati ekstasi yang
tersisa.
"Heeyy,, ternyata jamu mu emang manjur Lik,, rasakanlah
batangku yang masih mengeras dalam vaginamu," Lik Marni
kembali tertawa saat Arga yang mencabut batangnya dan
berusaha memasukkan batang itu ke lubang belakangnya.
"Ooowwhhh,, masih sempit aja punyamu Lik," dengus Arga
merayu.
Blaamm...
"Hhhhmmm,, pantes aja ditungguin lama banget," suara Aida
mengagetkan keduanya.
Sontak Arga dan Lik Marni menoleh ke pintu, namun disitu
hanya ada Aida yang berdiri dipintu dapur dengan baju lusuh
dan rambut acak-acakan. Dari kaca mereka dapat melihat
Mang Oyik yang tertidur kelelahan.
"Sini Non,,, kalo ga salah dengar tadi Den Arga juga pengen
nusuk pintu belakang si Non,," ajak Lik Marni seramah
mungkin, dia sadar jika dirinya sudah menyerobot selingkuhan
wanita itu.
"Pintu belakang?,, Arga,,apa kau tengah menusuknya di lubang
belakang?" tanya Aida yang terkaget sekaligus penasaran,
dengan cepat mendekati Arga yang kembali menusuk-nusuk
anus Lik Marni sambil cengengesan.
"Siaalan,, ga dapat di aku, lubang dobol Lik Marni yang kau
embat, Huuhh,,," ada nada cemburu dari suara Aida saat
melototi batang besar yang tadi sore membuatnya 2 kali
orgasme kini menusuk tubuh Lik Marni.
"Ayo sini Nonn,, mumpung batang Den Arga masih keras,,"
ajak Lik Marni sambil menarik lengan Aida yang ada dalam
jangkauannya.
"Tidak,, aku masih terlalu capek,, nanti sajalah,,"
"Ayolah tak apa,, kurasa kau masih kuat, setidaknya untuk
satu ronde," bisik Arga melepaskan batangnya lalu memepet
tubuh Aida ketembok, menarik pinggulnya kebelakang hingga
menungging.
"Ooowwhhh Shiiit,,mana celana dalam mu,, ," Arga keheranan
saat menyibak rok Aida dan mendapati pantat yang
menungging tanpa tertutup kain pelindung.
"Tuhh,, dikelonin sama Mang Oyik,,"
Arga dan Lik Marni sontak tertawa.
Setelah meremas-remas pantat montok Aida, Arga beranjak
mengambil Bimoli dan melumuri batangnya. Sementara Aida
terbengong, apa benar Arga ingin menusuk lubang
belakanganya sekarang, setelah usahanya tadi sore gagal,
namun dirinya tak yakin.
"Aaaggghhh,,, Argaaa,,, bilang dong kalo mo nusuk disitu,,"
mata Aida melotot menahan sakit. "Aaawwwhhhh,,, koq bisaa
massuuukk cepet bangeeett siihhh,,, aaaggghhh," minyak
goreng ternyata cukup ampuh untuk dijadikan pelumas.
Meski sulit, lorong Aida tidak sesempit milik Lik Marni, kali ini
batangnya lebih mudah menerobos masuk. Setelah yakin Aida
bisa menyesuaikan dengan batang besarnya Arga perlahan
memompa maju mundur.
"Ooowwwwhhh,, Pelan Gaaa,,,punyamu gede banget,,"
"Tenang aja Non, sama persis waktu Non pertama kali
ditusuk di depan, sakitnya sebentar aja koq,," ucap Lik Marni,
terinspirasi dari ulah Arga yang mengobel vaginanya, jari Lik
Marni terulur menggapai vagina Aida.
"Mau ngapain Lik?,,,"
Tapi Lik Marni Cuma cengengesan, lalu menyelusupkan
sebuah timun berukuran sedang ke vagina Aida. "Semoga ini
bisa membantu," ulah iseng Lik Marni benar-benar mebuat
Aida kelojotan, dua lorong kemaluannya dipenuhi oleh batang.
"Saya mau istirahat sebentar, biar sperma Den Arga bisa
ngetem di dalam," ucapnya berlalu menuju kamarnya, tanpa
rasa bersalah pada Aida yang kini kewalahan.
"Aaarrggghh,, Gilaaa,,," Aida menikmati sambil sesekali
meringis saat batang Arga masuk terlalu jauh.
"Duuuhhhh,,, kali ini bener-bener sesak banget Gaaa,,, udaahh
mau nyampe nihhh,,," erang Aida yang memainkan timun
keluar masuk di vaginanya.
"Wadduuuhhh,,, Bu Guru koq cepet banget,," tanya Arga,
namun tak dihiraukan oleh Aida yang sibuk menyambut
orgasmenya.
"Aaaaagghhh,, Gaaaa,,," Aida mengangkat pantatnya lebih
tinggi untuk mendapatkan penetrasi yang lebih dalam.
"Siaaal,,,,," Kini giliran Arga yang ikut panik, pantat montok
dan mulus yang tersekspos menerima eksplorasi batangnya
ditambah gaya menungging Aida yang begitu menggairahkan
memberi fantasi tersendiri bagi Arga.
"Ooooowwwhhhsss,,,aaahhhhhhhh,,, keluaaarrr,," Tubuh Aida
bergetar menoleh, menatap Arga dengan pandangan penuh
birahi.
hujaman Arga yang tidak menurunkan ritmenya membuat
wajah Aida yang menatapnya semakin terengah-engah.
"Sialan,, Innocent banget sih wajah ni guru,,," geram Arga tak
tahan memandangi wajah Aida yang begitu pasrah.
"Mampuuuusss,,,, Aaagghhh,,," Batang Arga yang terbenam
erat serasa membesar dan tiba-tiba menghamburkan sperma,
meski tidak sebanyak sebelumnya tetap saja membuat Aida
kegelian.
"Gila,, hanya beberapa menit udah ngecrot lagi,," gumam Arga
seraya melepas batangnya dan terduduk didipan.
"Emang,,, gila banget,, tubuhku juga serasa remuk dipake dua
orang," imbuh Aida yang terhuyung membetulkan roknya.
"Iiiikkhhh,, dari ujung kaki sampai ujung rambut bau sperma,"
kali ini Arga tertawa terpingkal mendengar ucapan Aida yang
tengah membaui tangan dan rambutnya.
"aku kekamar dulu,,mandi, makan, tiduuuurrr mpe besok,"
"Hahahaaa,,," Arga geleng-geleng kepala, menyusul Aida
sambil mengagumi pantat Aida yang berayun mengikuti
langkah kaki menuju pintu samping.
Sementara Arga berbelok ke gazebo. Suasana pantai sudah
sangat gelap, untunglah bulan yang tengah menuju purnama
cukup membantu mata Arga mengamati sekitarnya.
"Eaalaaahh,, koq malah gerimis sih,," dengus Arga seraya
mengangkat kedua telapak tangan meyakinkan adanya
rintikan air dari langit.
"Gaaa,,," Adit setengah berlari, melambaikan tangannya dari
kejauhan. Sementara dibelakangnya tampak Aryanti dan
Sintya mengiringi sambil tertawa.
"Ternyata istrimu emang pelit banget, Masa aku dibiarin
kentang,,," tanpa basa-basi Adit ngedumel dengan wajah
super mupeng, Lalu bergegas menuju cottage.
"Mau kemana Dit?,,,"
"Nyari Istri kuuu,,,udah ga tahan nih,,," Teriak Adit tanpa
menoleh.
Sementara Arga hanya terdiam bingung, tidak tau apa yang
telah antara istrinya Aryanti dan Adit.
"Adit kenapa?,,,"
"Tuhh,,tanya sama istrimu, tega banget ngerjain anak orang,
hahahahaa,,,"
"Tidak apa-apa sayang, bukan masalah yang perlu dibesar-
besarkan, hanya memberi sedikit pelajaran bagi
pemula,,Hihihhi,,," jawaban Aryanti disambut tawa Sintya.
"Tau ga? Tadi istrimu membiarkan Adit meremas
payudaranya,, Hahahaha,,,"
GLEKK,,, meremas payudara? Dan itu bukan masalah yang
besar?..
"Kita ke sana dulu lah,, biar ku ceritakan semua,,lagipula
kakiku capek banget, ingin istirahat sebentar," Aryanti
mendahului melangkah menuju Gazebo, disusul Sintya.
Arga menelan ludah saat menyadari bagian belakang rok ketat
Sintya tampak lusuh dan sedikit terangkat, namun Aryanti
jelas lebih berantakan, bahkan bagian atas kaos nya yang
lebar dan terjatuh dikedua sisi lengannya hanya
menampakkan satu tali bra, Apakah tali satunya memang
sudah terlepas? Tapi oleh siapa? Dan bagaimana bisa tali itu
bisa terlepas?,,, APA Yang sebenarnya terjadi.
"Huuufff,,, Jadi begini,," tutur Aryanti setelah menghempas
pantat montoknya di atas bangku dari kayu. "Setelah makan
malam tadi, Aku dan Sintya mendapati Dako yang tampak
merayu Bu Sofia, karena curiga aku dan Sintya mengajak Adit
untuk menguntit kemana tantenya itu pergi,"
"Ternyata mereka menuju sebuah tebing yang sepi, meski
agak jauh kami dapat melihat bagaimana Dako akhirnya
berhasil menelanjangi bagian bawah tubuh Bu Sintya, yang
terlihat pasrah,"
"Sayang,,, Seharusnya kau melihat bagaimana rakusnya Dako
melumat kemaluan Bu Sofia, hingga membuat perempuan itu
mengerang keras di kegelapan, memang tadi sehabis makan
kamu kemana? Aku tidak melihatmu diantara teman-teman,"
tanya Aryanti.
"Ehh,, akuuu,, menemui Mang Oyik, untuk menanyakan
perlengkapan yang ada disini," jawab Arga serampangan.
"Aku yakin, Dako berhasil membuat Bu Sofia orgasme di
mulutnya,, Ooowwhh,, aku jadi merinding bila mengingat
rintihan Bu Sofia tadi," celetuk Sintya, menyelamatkan rasa
bersalah Arga.
"Yaa,, orgasme di mulut seorang lelaki memang sangat
menantang sekaligus menggairahkan," balas Aryanti sambil
memejamkan matanya seolah saat itu dirinya dapat
merasakan kenikmatan itu.
"Sial, pasti Aryanti teringat permainan nakal yang dilakukan
bos dikantornya," Arga menggeram kesal melihat ulah istrinya.
"Yaa,, apalagi saat Dako menghajar kemaluan Bu Sofia yang
menungging di tengah hamparan pasir pantai,, Ugghhhh,,,
pengeeeennn,," jerit Sintya menahan hasratnya, disambut ulah
istriku yang menjepit lengan dengan kedua pahanya. Arga
sangat hapal, itu adalah gelagat istrinya bila tengah horny.
"Lalu apa hubungannya dengan adit,"
"Adit,, hahahaa,, Adit merajuk kepada kami, dan menuntut
kami untuk bertanggung jawab karena telah menyeretnya
untuk mengikuti Dako dan Sofia, kau taukan? Adit sangat
bernafsu pada tubuh tantenya itu. Dan adegan itu membuat
batangnya mengeras dengan sempurna," Jawab Aryanti.
"Dan aku tidak dapat menghindar saat dengan tiba-tiba ia
memelukku dari belakang, apa kau tau sayang? Anak muda
itu ternyata sangat rakus, belum sempat aku memberi izin,
mulutnya telah mencomot payudaraku hingga tali braku
terputus,"
"Ooowwwhhh,, lalu?,," Suara Arga tercekat hampir tak
terdengar.
"Yaaa,, dia bagai orang kesurupan, melumat kedua
payudaraku, mungkin di dalam kamar nanti kau bisa melihat
beberapa tanda merah di payudaraku ini akibat gigitannya,"
"Asseeemmm,,, kenapa istriku bisa sesantai ini bercerita
tentang pencabulan pada tubuhnya, mana aku disuruh melihat
cupangan ulah mulut Adit,, uugghhh,, juangkrriikk,," Arga
menggumam dengan hati yang kesal.
"Apakah hanya itu?,,"
"Tentu saja tidak, setelah puas bermain dengan payudaraku
Adit meminta hal yang sama pada Sintya, dan ternyata
payudara Sintya jauh lebih besar dari milikku,"
"Tidak,,tidaak,,, punyamu lah yang lebih besar, hahahaa,," elak
Sintya sambil tertawa.
Aryanti melotot genit kepada Sintya, "Sayang, dari gumpalan
dibalik kaosnya kau pasti sudah bisa menebak payudara siapa
yang lebih besar diantara kami, atau,,,jika kau tidak percaya
remaslah punya Sintya,, hingga kau bisa menilai payuadara
siapa yang lebih besar,hahahaa,,"
ZLEEBBB,,,
meski aku tidak yakin apakah perintah istriku untuk meremas
payudara Sintya sebuah gurauan ataukah serius, yang pasti
tanpa kuduga dengan mudahnya tanganku melayang,
menyentuh payudara Sintya yang membuat tubuh gadis itu
tegang seketika. Aku meremas cukup kuat untuk merasakan
tekstur gumpalan payudara istri simpanan Pak Prabu itu.
"Kurasa payudara kalian sama besarnya," ucap Arga tanpa
menghentikan remasannya.
"Sayang,, jangan membuatku cemburuu,, kau meremas
payudara Sintya tepat di depanku,," Aryanti merajuk, membuat
Arga terkaget melepaskan remasannya, sementara wajah
Sintya bersemu merah.
"Aku hanya mengikuti intruksimu sayang,," jawab Arga
cengengesan.
"Huuhh,, paling pinter kalo ngeles,," sambut Aryanti yang
akhirnya tertawa karena tidak bisa berpura-pura marah
kepada lelaki yang sangat dicintainya itu.
"Sudahlah aku mau kekamar dulu,, celana ku terasa sangat
lengket," ucap Aryanti pamit, lalu beranjak mendekati Arga,
mengecup kening lelaki itu dengan lembut.
"Heehh,,, kenapa tubuhmu seperti ada bau pesing? Dan ada
bau,, bauu apa ya ini?,, minyak goreng?,,"
JEDEERRR,,,
"Yaa,, aku menyempatkan membantu Mang Oyik
membenarkan mesin genset, bukan minyak goreng, tapi Oli,,"
"Oli?,,, tapi koq seperti minyak goreng ya?,," tanya Aryanti
sambil membaui tubuh suaminya. Untunglah sesaat kemudian
wanita cantik dengan tubuh semampai itu berbalik dan
melangkah menuju cottage.
"mandi,,dan gantilah bajumu sayang,, aku tunggu kamu
dikamar,," teriak Aryanti dengan gaya yang genit, lalu
melanjutkan langkahnya.
"Istrimu cantik banget Mas, plus seksi,,,aku yang sesama
cewek aja kagum, apalagi mata lelaki,,"
"Yaa,, aku memang beruntung memilikinya,"
"Jaga bener-bener, banyak lelaki yang menginginkan tubuhnya
lhoo,,"
"Iya,, Heh,, tunggu maksudmu,,,?,,"
Sintya hanya menjawab dengan senyuman.
"Apa benar yang terjadi tadi hanya sebatas itu?,,," Arga
berusaha mengorek dari Sintya, sesaat gadis itu memandang
mencari sesuatu dimata Arga yang memiliki tatapan tajam.
"Huufff,, Lebih dari itu,,"
Arga berusaha bersabar menunggu bibir Sintya membeber
cerita.
"Adit terus merajuk kepada kami, aku sempat meremas
batangnya yang ternyata memang sudah sangat keras, dan
aku terpekik karenanya. Aryanti yang penasaran akhirnya juga
meremas batang Adit yang tersembunyi dibalik celana
pantainya, ohh,,, tidak,,tidak,, Aryanti langsung merogoh ke
dalam celana Adit, dan merasakan batang itu langsung
dengan telapak tangannya, sepertinya istrimu tertarik dengan
bentuk batang Adit yang bengkok itu," Sintya berusaha
mengingat-ingat detil kejadian yang terasa begitu cepat
dengan mata menatap buih ombak yang bergulung.
Sementara nafas Arga tertahan. "Laluu,,"
"Laluuu,, yaa,, kami terpaksa mengizinkan Adit mencumbu
tubuh kami bergantian tanpa dengan syarat tidak melepas
pakaian kami, kami terbawa gairah permainan Dako dan Bu
Sofia yang begitu panas.
Arga semakin penasaran, apakah kejadian di kantor istrinya
terulang lagi, "Laluu,,?,,"
"Istrimu sungguh wanita yang memiliki gairah yang meletup-
letup,, akupun begitu,,," bibir Sintya hening sesaat, pahanya
menjepit erat. "karena tidak tahan, istrimu yang berinisitif
lebih dulu menurunkan celana hingga kedengkul dan meminta
Adit memanjakan vaginanya dengan mulut pemuda itu,
sementara ia berpegangan pada pohon kelapa, aku dapat
melihat dengan jelas bagaimana lidah Adit menyapu setiap
inci pintu vagina dan anus Aryanti,,Uuugghhh,," Suara Sintya
tertahan saat merasakan tangan Arga meremas pahanya yang
terbuka.
"Sialan,, rupanya istriku tadi bukan menghayalkan kejadian di
kantornya, tapi justru teringat ulah Adit yang menservis
vaginanya,, siaaal,,siaaal,, aku kecolongan lagii,," Arga
ngedumel dalam hati.
"Apakah Adit juga melakukan itu padamu?,,,"
"Iyaaa,,, aku penasaran dengan lenguhan orgasme istrimu
saat wajah Adit sepenuhnya terbenam diantara pantatnya
dengan lidah terjulur masuk ke dalam vagina, aku tau itu
karena aku juga meminta Adit melakukannya pada vaginaku,
memang benar kata istrimu,, orgasme sambil mengangkangi
wajah lelaki itu sungguh sesuatu yang luar biasa,, Owwhhh,,,"
suara Sintya tertahan saat jari-jari Arga berusaha menyelusup
kedalam roknya yang sempit.
"Apakah terjadi enghhh,, terjadi sesuatu yang lebih jauh
setelah itu,,"
"Tidaakk,, yaaa,, eeenghh,, aku tidak tau pastinya, karena
setelah Adit berhasil membantu kami menuntaskan hasrat,
giliran dirinya yang meminta kepada kami, aku menawarkan
oral tapi Adit menolak dan ingin menyetubuhi salah satu dari
kami,"
"Dan akhirnya istrimu bersedia karena setau ku istrimu sangat
tertarik dengan bentuk penis Adit yang lucu, pastinya ia ingin
merasakan bagaimana sensasi bila batang bengkok itu
bergerak didalam vaginanya, tapi dengan syarat Adit
memuntahkan spermanya diluar," Duduk Sintya mulai gelisah,
pahanya menjepit jemari Arga yang berhasil mengusap-usap
vagina gemuk yang terbalut kain tipis.
"Istrimu beralasan, tak ada bedanya antara lidah dan batang
penis, toh Adit sudah merasakan bagaimana bentuk vagina
kami, sama-sama daging hanya bentuknya saja yang berbeda,
dan aku mengangguk setuju, hanya ukurannya saja yang
berbeda,"
"Apakah batang Adit lebih besar dari ini," ucap Arga sambil
mengeluarkan batangnya hingga membuat mata Sintya
melotot.
"Tidaakk,, milikmu jelas lebih besar,," tanpa diminta wanita
berambut sepundak itu menggapai batang Arga, menyusuri
otot yang terukir. "Tapi jika dibandingkan dengan milik Pak
Prabu aku tidak tau, karena punya Bapak juga berukuran
besar sepertimu," suara Sintya bergetar, meremas batang
Arga dengan gemes.
"Apa kau bersedia mengukurnya, agar kita tau milik siapa
yang lebih besar,,?,," ucap Arga, menarik pinggul Sintya, tanpa
menunggu persetujuan mengangkat rok ketat yang membalut
paha sekal sang sekretaris.
"Mungkin,, jika kau mau, aku bisa mengukurnya sebentar,
yaa,, hanya sebentar,, untuk memastikan batang siapa yang
lebih besar," ucap Sintya, matanya mengamati sekeliling, lalu
mengangkangi Arga, mengangkat roknya semakin ke atas dan
menyibak celana dalamnya ke samping.
Semua
terjadi
begitu
cepat
dan,,,,
"Oooowwwgghhh,,,,," Sintya menekan pinggulnya kebawah,
vaginanya sedikit kesulitan saat harus menelan ujung batang
Arga yang besar. "Oooowwwhhhsss,,, Siiinn,, Kau tidak akan
tau jika tidak menekannya lebih dalaaaamm"
"Yaa,, kurasa kau benar Gaaa,,Aaahhh,,,"
"Punyaaamuuu,, punyamuuu lebih besaaarr dan
panjaaaaaaang darii batang Bapaaak,," lenguh Sintya saat
berhasil melumat seluruh penis Arga.
"Pantas saja Aryanti begitu mencintaimu,," bisik Sintya yang
bergerak liar mengiringi remasan tangan Arga dipantatnya.
"Istrikuu,, Laluu,, apa Adit berhasil memasukkan batangnya
ketubuh istriku,,seperti aku memasuki tubuhmu ini?,,,"
"Aku tidak tau pastinya, karena Adit menindih istrimu yang
berbaring diatas pasir menutupi pandanganku,,, kalaupun Adit
berhasil menyelusup kan batangnya kevagina istrimu kurasa
itu tidak lama,, karena saat Adit menggerakkan pantatnya
yang membuat istrimu mengarang, Dako dan Bu Sofia yang
telah selesai bejalan menuju kami, dan aku segera memberi
tahu hal itu kepada Aryanti, Akhirnya tubuh Adit terjengkal
akibat dorongan istrimu yang kaget,"
"Adit masih merajuk, tapi kami sudah berlari
meninggalkannya," ucap Sintya sambil mempercepat
goyangan pantatnya membuat batang Arga begitu
dimanjakan.
Tapi tiba-tiba Sintya meloncat turun melepaskan batang
Arga. "Ada yang menuju kemari,," ucapnya dengan takut.
"Siaaaall,,," kondisi Arga tidak jauh berbeda dengan Adit.
Namun terpaksa menyarungkan pusakanya.
"Heeyyy,,, sedang apa kalian gelap-gelapan disini, Hayoooo,,,"
terdengar suara lembut Zuraida yang menghampiri mereka,
diiringi Pak Prabu yang menatap penuh selidik kepada Arga
dan Sintya.
"Hahahaa,, kami hanya mengobrol koq,,," jawab Sintya cepat.
"Kalian dari mana?,,"
"Aku habis jalan-jalan sama Pak Prabu,, dijalan kami ketemu
warung yang ngejual kentang goreng, renyah banget lhooo,,
Arga mau?,," ucap Zuraida dengan sangat lembut
menyerahkan bungkusan kepada Arga.
"Kentang?,,, owhh,, tidak,, terimakasih,,," jawab Arga dengan
lesu...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.