Kamis, 05 Maret 2015

Liburan Birahi 5: Get Me!!

Liburan Birahi 5: Get Me!!
"Cantik,,,sangat cantik,,,"
Mata Bu Sofie menyapu panorama dari ruang tak berbatas,
matahari pagi memberi warna berkilauan pada ombak yang
pagi itu sedikit lebih jinak. Wanita berambut ikal yang diikat
keatas itu melepas sendalnya, berjalan menyambut ombak
kecil yang dengan cepat menjilati jari-jari dan telapak kakinya.
"Aku ingin seperti ini selamanya,,," gumam Bu Sofie pelan,
merentang kedua tangan seolah ingin memeluk langit. bibir
tersenyum bahagia, bahagia dengan kebebasan yang tengah
dinikmatinya.
Lepas dari sorotan mata bengis para wanita sosialita, lepas
dari segala macam barang branded puluhan juta. Tas versace,
gaun dari desainer ternama, jam tangan hingga kalung dan
cincin berlian yang selalu menjadi barometer kesuksesan para
suami. Bu Sofie menggerak-gerakkan tangannya yang serasa
begitu bebas tanpa mata berlian yang setiap hari menjepit
erat aliran darah, yang terkadang membuat jari-jarinya kebas.
"Bebaaass,,," gumamnya, tersenyum lepas, terbebas dari
segala beban.
Bukan sekedar bebas dari rintih persaingan para srikandi
borjuis, tapi juga bebas dari kritik tajam Pak Prabu yang
sehari-hari tak kalah cerewet dengannya. Tak ada pula
komentar miring dari suaminya saat mendapati pantat
montoknya hanya dibalut kain pantai tipis, tanpa underwear.
Bahkan beberapa kali tubuh montoknya dipeluk Dako dan
Munaf dihadapan suaminya, tapi lelaki berkumis itu hanya
tersenyum, seolah mengizinkan dirinya mencari bahagia
ditempat itu. Bibir Bu Sofia tersenyum kecut, saat teringat
tingkah suaminya yang pura-pura tidak melihat saat tubuh
montoknya diseret Dako ke kaki sebuah tebing.
"Pemuda yang nakal," kepala Bu Sofie menggeleng-geleng,
coba mengingat bagaimana lelaki muda itu menggumuli
dirinya dengan begitu buas di atas pasir pantai.
Teringat pula bagaimana serunya persaingan antara dirinya
dan Aida saat berebut mengendarai batang Adit subuh tadi.
"Keponakan geloo,,dikira pingsan beneran, ga taunya malah
main kuda-kudaan sama Aida," umpat Bu Sofie sambil
tertawa.
Parahnya lagi, beberapa saat lalu, secara terang-terangan
dirinya menawarkan tubuh montoknya kepada Arga,
"Uuugghhh,,,dasar betina gatel,,,ga punya maluuu,," Bu Sofie
memaki dirinya sendiri, sambil tertawa kecil. Kakinya
menendang gumpala ombak kecil.
"Ibu baik-baik aja kan Bu?,,,"
Tanya Mang Oyik yang heran melihat tingkah Bu Sofie yang
tertawa sendiri.
"Ehh,,, iyaa,, baik,, Mang,,kenapa di sini lebih banyak batu
karangnya dibanding pantai di depan cottage?,,"
Bu Sofie berusaha menyembunyikan wajahnya yang
memerah, malu dengan tingkahnya sendiri, bertanya pada
Mang Oyik, namun lelaki berambut kriwel itu mengangkat
kedua pundaknya tanda tak tau.
Mata belo (baca: mata bola pingpong nya Bung Iwan Fals)
yang dihias bulu mata lentik itu beralih menuyusuri bibir
pantai. Tiba-tiba pandangannya beralih pada ATV yang masih
diduduki Mang Oyik. "Mang,, ajarin saya nyetir ATV dong,,,
kaya nya seru kalo bisa ngebut di pantai sepi begini,," pinta
Bu Sofie.
"Lhaa,, terus nyiapin peralatan game nya gimana Bu?,," Mang
Oyik menjawab pertanyaan bu Sofie dengan mata yang tak
lepas dari payudara besar Bu Sofie yang dipastikan tidak
mengenakan bra. "Gilaa,, pentilnya aja gede banget,," gumam
Mang Oyik penuh birahi.
"Kenapa Mang?,,,"
"Eenghh,, maksud saya,,, saya ga enak kalo mereka ke sini
peralatan game belum siap,,,"
Kali ini mata Mang Oyik lebih beruntung, angin pantai begitu
lihai meniup rok lebar Bu Sofie, hingga menampilkan pantat
yang begitu montok.
"Itu gampang Mang,,lagian mereka masih lama ke sini,,kita
aja yang terlalu pagi,, Ayolaaah, ajarin sayaaa,,," rengek Bu
Sofie, begitu acuh dengan kenakalan angin yang memanjakan
mata Mang Oyik.
Mang Oyik meneguk ludah, saat Bu Sofia berbalik
menghadapnya, memohon dengan gaya centil khas ABG, tak
peduli dengan ulah angin yang berhasil menyingkap rok
bagian depannya, hingga menampilkan gundukan vagina yang
gemuk. Tangan Mang Oyik gemetar menyerahkan kunci,
disambut tawa Bu Sofia yang sukses mengerjai lelaki
berambut kriting itu.
"Ayo naik,, biar saya bonceng," seru Bu Sofia yang sudah
duduk manis mengangkangi ATV.
Dan ternyata,,, memang tidak sulit bagi Bu Sofia untuk
menjinakkan ATV di atas pasir pantai, ulah ngebut Bu Sofie
membuat membuat Mang Oyik sedikit terganggu menikmati
tubuh dan paha mulus di depannya.
"Jangan terlalu ngebut Bu,,, pasir pantai bikin roda jadi liar
lhoo,,apalagi kalo mau naik tanjakan bukit itu,," seru Mang
Oyik menunjuk bukit pasir yang menjauh dari bibir pantai,
mencari-cari alasan agar dapat berpegangan pada pinggang
yang sedikit berlemak.
Bu Sofia justru tertawa, menggeber gas semakin kencang.
Namun tiba-tiba laju ATV mulai menurun saat Mang Oyik
mengelusi paha. ATV Menaiki bukit pasir yang landai namun
cukup tinggi dengan gas tertatih, akibat ulah Mang Oyik yang
berhasil mengganggu konsentrasi wanita itu, hingga akhirnya
kendaraan beroda 4 itu turun dengan sendirinya dari bukit.
"Mang,, kalo mamang takut jatuh, pegangan yang kenceng,,,"
seru Bu Sofie, yang diamini mang Oyik, memindah telapak
tangannya ke payudara besar Bu Sofia, dan meremasnya
dengan kuat.
"Pegangan seperti ini Bu?,,,"
"Tidaaak,,, lebiiih kencaaang lagiii,,," rintih Bu Sofie, menikmati
kebrutalan tangan Mang Oyik. ATV terhenti ketika Mang Oyik
berusaha menarik keluar sepasang payudara.
"Silahkan jalan lagi buu,," bisik Mang Oyik, ditengah
kekaguman, telapak tangannya yang kasar tak mampu
sepenuhnya menangkup kedua daging milik Bu Sofie.
ATV berjalan dengan sangat lambat, bibir wanita itu terus
mendesis, putingnya yang mengeras terasa sedikit pedih saat
jari-jari Mang Oyik mencubit dan memelintir. Tubuh Bu Sofie
semakin gemetar saat pantatnya merasakan menggesek
batang yang sudah sangat keras.
"yang nempel di pantat saya ini apa Mang?,"
"Cuma tongkat persneling koq Bu,,,"
"Mana ada sih ATV pake persneling,hahahaa,,oowwwhsss,,,"
Bu Sofie tertawa di sela rintihannya.
"hahahaa,, ya artinya ini tongkat persneling saya bu,,
hahaha,,Pengen nyoba tongkat persneling saya?,,,"
Deg,,, Laju ATV direm mendadak, Bu Sofie memang sudah
sering mencoba ketangguhan para pejantan muda yang
menjadi bahan arisan teman-temannya, tentunya tanpa
sepengetahuan suami-suami mereka, tapi Mang Oyik adalah
manusia paling amburadul yang pernah menjamah tubuhnya.
Matanya menyusur bibir pantai, menoleh ke kiri dan ke kanan,
memastikan tidak ada seorangpun selain mereka ditempat itu.
Mengucap terimakasih pada bukit pasir yang tadi dinakinya,
menutup akses pandangan dari arah cottage
"Boleehhh,,, biar saya coba,," jawab Bu Sofie dengan jantung
berdebar, coba merasakan batang keras yang terus
menggesek-gesek sekitar pinggang dan pantatnya.
Wanita itu berdiri, mengangkangi jok ATV, perlahan
menurunkan celana dalamnya dengan mata waspada
mengamati sekitar pantai. Melihat pantat montok mulus yang
terbuka di depan wajahnya Mang Oyik langsung
membenamkan wajahnya ke belahan pantat Bu Sofie.
"Aaaakkkhhh,,, Maaaangssss,,,," tubuh wanita terlonjak, tak
menduga dengan serangan Mang Oyik, tangannya segera
memegang stang menahan tubuhnya yang terhuyung
kedepan.
"Oowwwhhssss,,,Ganas baangeetss ni Orang,,,
Aaaggghhhsss,,," gumam wanita itu tak jelas, merasakan lidah
panas Mang Oyik yang dengan cepat melakukan sapuan
panjang di selangkangannya, menjilati bibir vaginanya dan
terus menyapu hingga ke lubang anusnya.
Terus berulang-ulang, menyapu, menggelitik, sesekali
menusuk lorong vagina dan anusnya, membuat tubuhnya
merinding.
"Aaaaggghhh,,, gilaaaa,,, masukin maaaaang kalo beraniii,,,"
rintih Bu Sofie semakin membuka lebar pahanya, dan benar
saja, sesaat kemudian Mang Oyik menjawab tantangannya
Lidah panas itu berusaha menguak lubang anus Bu Sofie.
Akibatnya wanita itu semakin kalang kabut dilanda birahi. Tak
pernah dirinya diperlakukan seperti ini, selama ini pejantan
muda yang dibokingnya kebanyakan dari kalangan
mahasiswa, yang minim pengalaman dan terlalu menjaga
sopan santun. Tapi kini, wanita itu dapat merasakan lidah
panas yang berhasil menerobos liang kotor itu, menggelitik liar
berusaha masuk semakin dalam,
"Aaaaaggghhhh,, Maaaang,,,jilaaaatin dalam nyaaa jugaaaa
Maaaangssshhh,,," pantat besar Bu Sofie menekan wajah
Mang Oyik.
Tak ingin mengecewakan tamunya, Mang Oyik tak lagi peduli
dengan rasa pahit di lidah, daging tak bertulang itu menari,
melengkung ke kiri ke kanan seolah mencari sesuatu di lorong
anus Bu Sofie.
"Dasaaarrr,,, betinaaa binaaaallll,,," rintihnya, mengakat
pantatnya semakin tinggi, memberi akses sepenuhnya pada
lidah Mang Oyik untuk bertualang. Bibirnya terus mendesis,
merintih, menjerit histeris.
"Aaaaakkkkhhhhhh,,,,, pindaaaah depaaaaannn,,, sedooottt
yang didepaaaan Maaaaang,,,," jerit Bu Sofia tiba-tiba,
menjambak rambut kriting Mang Oyik, mengangkangi wajah
Mang Oyik, mengarahkan lidah yang masih terjulur itu
kebagian depan.
Tapi, belum puas dengan gerakan lidah Mang Oyik di
vaginanya, pantat Bu Sofie bergerak semakin liar, menggesek-
gesek bibir vaginanya yang penuh lendir ke wajah mang Oyik
dengan kuat. Hingga akhirnya gelombang orgasme menyerang
tubuhnya.
"Aaaaggghhh,,, keluaaaaaarrrr,,,,"
"Sedooot Maaang,,, minuuuum,,,sedoooot semuaaaa,,,"
perintah Bu Sofie yang merintih penuh kenikmatan,
menjejalkan bibir vaginanya ke mulut Mang Oyik yang terbuka.
Tapi bukan Mang Oyik namanya jika pasrah begitu saja
menjadi objek pelampiasan seorang wanita. Karena bibir
tebalnya tiba-tiba membekap seluruh pintu vagina Bu Sofie,
dan melakukan sedotan kuat, hingga wanita itu terkencing-
kencing.
Didera orgasme panjang kaki montok itu gemetar, "Sudaaaah
Maaaang,,,stooop,,," namun bibir Mang Oyik terus menghisap,
menyedot lorong vaginanya, memaksa semua cairan keluar
dan beralih ke mulutnya.
"Uuuuggghhh,,,"
Seeeerrr.... lagi-lagi Bu Sofie squirt, memuntahkan air seni
yang dipaksa keluar. Tubuhnya roboh memeluk stang ATV,
menungging membelakangi Mang Oyik yang tertawa puas
dengan wajah basah oleh cairan vagina.
"Saat nya beraksi,,," batin Mang Oyik, Tangan kirinya
mengocoki batang yang sudah mengeras, sementara tangan
kanannya mengusap-usap bibir vagina yang penuh dengan
tetesan lendir.
"Oooowwwwhhhssss,,,"lenguh Bu Sofie, saat merasakan
batang Mang Oyik yang dengan mudah menerobos vagina
yang basah, tanpa menunggu dirinya siap, Mang Oyik
langsung menggenjot dengan kasar.
Bu Sofie tertawa melihat ulah Mang Oyik yang begitu
bernafsu, wajar saja, sangat jarang lelaki itu bisa merasakan
barang semulus milik Bu Sofie.
"Selamat menikmati,," seru Bu Sofie dengan gaya yang sangat
genit, menduduki batang Mang Oyik di atas ATV.
Menggerakkan pinggulnya pelan. Wanita itu sadar, lorong
vaginanya yang terbiasa dengan batang besar, terasa sedikit
longgar saat berusaha mengempot batang Mang Oyik.
"Waaahhh,,, Mang Oyik, ada barang bagus dipake sendiri
nih,,," seru seseorang dari arah belakang. Bu Sofie yang terlalu
asik dengan Mang Oyik tak menyadari seorang pemuda
menghampiri mereka. Bu Sofie berusaha meloncat turun dari
atas tubuh Mang Oyik, tapi lelaki itu mencengkram erat
pinggulnya sambil tertawa. akhirnya wanita itu hanya bisa
berusaha menutupi selangkangannya dengan rok yang terlalu
pendek.
"Tenang Bu, dia si Kontet teman saya koq, penjaga cottage
sebelah, ga usah takut, Kontet ini kalo ga diizinin ga bakalan
ikut nyodok koq," terang Mang Oyik, yang langsung dijawab
Kontet dengan plototan mata.
"Gila lu Mang, barang bagus gini masa gue cuma disuruh
nonton, aaahh,,, tai lu Mang, bini gue kemarin lu obrak-abrik
gue santai aja, sekarang elu ada barang bagus dipake sendiri,
liat aja ntar bini lu gue pake siang malam jangan protes lu,,,"
"Aaahh,, berisik Lu Tet, bikin orang ga khusu aja," Mang Oyik
melempar sendal ke arah Kontet.
Bu Sofie tak bisa menahan tawanya, meski tampangnya lebih
sangar dan punya body yang jauh lebih besar dari Mang Oyik,
ternyata lelaki itu cerewetnya minta ampun.
"Bu,, gimana?,,, boleh ikut gabung ga?,,,"
"Eeenghh,, iya deehh,, eemmh,,terserah deh maksud sayaa,,"
wajah Bu Sofie panas seketika, bibirnya telah memperislahkan
dua manusia amburadul itu untuk menikmati tubuhnya, tubuh
istri dari seorang direktur cabang perusahaan besar di negeri
maritim ini.
Tapi ulah Kontet yang tertawa girang menampilkan gigi yang
sebagian ompong itu, membuat Bu Sofie tak mampu lagi
menahan tawanya. Dan akhirnya hanya bisa merutuki
nasibnya yang harus menjadi pemuas nafsu dua kura-kura
pantai selatan.
"Tapi bilangin Mang, kalo nusuk punya saya ini mulut harus
diam, ga boleh cerewet,,Hihihihi,,,"
Namun tawa Bu Sofie terhenti saat Kontet mengeluarkan
batangnya. Batang yang lebih besar dari milik suaminya yang
sudah termasuk kategori big size. Berselimut kulit yang coklat
kehitaman, membuat tampilannya semakin sangar.
"Kenapa Bu,, gede banget ya,,,hehehee,,, makanya saya ga
pernah ngizinin dia ngentotin bini saya, pasti ancur meqi
Marni kalo disodok tu batang,,,hehehee,,,"
Jantung Bu Sofie bergemuruh mendengar paparan dari Mang
Oyik yang begitu vulgar, khas orang pinggiran. Tapi batang itu
memang sangat besar. Pinggul besar Bu Sofie kembali
bergerak, berusaha sekuat mungkin menjepit batang Mang
Oyik agar lelaki itu cepat selesai. Sementara Kontet berjalan
ke depan ATV, seolah ingin memamerkan batang gorilanya
kepada Bu Sofie yang tak berkedip memandang dengan bibir
mendesis birahi. Tak sabar menunggu giliran.
"Bu,,, kelamaan kalo nungguin Mang Oyik kelar,,langsung
masukin double dong Bu,,,"
"Gila kamuu,, bisa hancur beneran punya sayaa,,, Sini
deehhh,,Aaawwwhh,, pelan Mangss,,"
Bu Sofie kembali menungging, agar mulutnya dapat
menjangkau batang besar itu.
"Dasar kau Sofiee,, ga pernah bisa sabar kalo liat batang
besar," batinnya tertawa girang bercampur ngeri.
"Ooowwwhhh,,,yaaa,,, jilaaat buuu,,,yaaa,,,basaaahiin dulu
batangnyaaa,, jilat memutar buuu,, oowwhhh,,,"
"yaaa sekarang masukin kemulut ibu,,, ooowwwhhhsss,,,
gilaaa,, mulut ibuuu hangaaat bangeeettt,,masukiiin semua
dong Buuu,,ayoo buuu semuaaa,,"
"AAAAWWWW,,, SAKIT BUUUU,,,"
Kontet menjerit seketika, batang besarnya digigit oleh Bu
Sofie.
"Makanya diam,,, tinggal nikmatin aja repot bener sih,,, ga tau
apa kalo ane masih Nobi,, kalo bikin cernas otaknya masih
sering ngadat."
(Naahhhh,, Lhooo,,, tepos kan ,,,lanjut ngaceng lagi yuuu,,,)
"Makanya diam,,, tinggal nikmatin aja repot bener sih,,, ga tau
apa kalo ni batang gede banget,, ga bisa masuk semua
tauu,,,"
"Tapi Bu, kan ga usah pake digi,,,"
"Diam!!!,,"
Kontet langsung menutup rapat mulutnya.
"Whuahahahaa,, emang bener Lu Tet, sampe ngentot aja
mulut lu ga bisa diam,,," Mang Oyik sontak tertawa. disambut
tawa Bu Sofie yang ga sanggup melihat wajah Kontet yang
seketika pucat, mendengar bentakannya.
Kehadiran
Kontet
membuat
Bu Sofie
bisa lebih
rileks,
seakan lupa
dengan
status
sosialnya.
"Waduuuhh,,, koq malah ngecil sih ni batang," Bu Sofie tiba-
tiba panik saat mendapati batang Kontet yang keras seperti
kayu mulai loyo.
"Sini dehh,, ibu masukin semuuaaa,, Eeemmmpphhh,,,,
uuummpphhh,,,"
Bu Sofie berusaha menjejalkan batang gemuk itu kemulutnya,
membekap dengan lidahnya. Namun batang itu hanya mampu
masuk setengah.
"Uuugggmmpphhh,, Ooommppphh,,," Bu Sofie gelagapan, saat
batang kontet yang hitam kembali membesar di dalam
mulutnya. Tapi mulut wanita itu enggan untuk melepaskan.
Ini adalah persetubuhan paling gila dari yang pernah
dialaminya. Tangan Bu Sofie mencengkram pantat Kontet,
memberi perintah agar batang itu bergerak di dalam
mulutnya.
"Ooommmpphhh,,, uuggmmmppp,,," jari lentiknya menekan
pantat Kontet lebih kuat, hingga batang besar itu hampir
masuk ke kerongkongannya, menutup saluran nafasnya."
"Ooogghhhh,,," mulut Bu Sofie tersedak, melepaskan batang
besar, matanya berair akibat tersedak, tapi gilanya bibir
sensualnya itu justru tersenyum.
"Gimanaa Tet,,,nikmat mana sama meqi binimu,,"
"Juancuuuk,, mulut Ibu ganas banget,,nikmat banget
Bu,,,hampir aja saya muncrat di mulut ibuuu," telinga Bu Sofie
terasa panas saat mendengar Kontet hampir saja memenuhi
mulutnya dengan sperma, batangnya saja sudah bau,
bagaimana spermanya.
"Buu,, sebelum mulut ibu menampung sperma kita-kita,, saya
cium dulu dong Buu,," Mang Oyik yang merasa diacuhkan
memalingkan wajah Bu Sofie, lalu dengan cepat melumat
ganas.
"Eeemmpphhh,,, Mmaamgghhh,, emmpphh,," Bu Sofie
gelagapan, mulutnya dihisap Mang Oyik, lidahnya membelit,
menarik masuk lidah wanita cantik itu ke dalam mulut yang
bau tembakau.
Tak henti-hentinya Mang Oyik menyedot dan meneguk ludah
Bu Sofie yang terkumpul. Sementara batangnya kembali
bergerak menghajar kemaluan wanita itu. Belum lagi Kontet
yang begitu ganas menyusu di payudara besarnya.
"Bolehkan? kalo saya nyemprot di mulut ibu?,," tanya Mang
Oyik, dengan nafas memburu. Pantatnya semakin cepat
bergerak.
"mulut sayaa?,, Yaaa,, saya rasa itu lebih baik, saya sedang
subuurrr," ucap Bu Sofie terengah-engah, entah apa
maksudnya, padahal subuh tadi keponakannya Adit berkali-
kali memenuhi rahimnya dengan benih yang sangat subur.
Tapi yang pasti, mulut Mang Oyik yang bau itu hampir saja
menghantarnya pada orgasme yang liar.
"Buu,, isep punya saya lagi buuu,,," pinta Kontet dengan suara
memelas, sesaat Bu Sofie menatap wajah Kontet yang penuh
harap. Haapp...
Kembali batang besar itu memenuhi mulut Bu Sofie.
"Eeemmpphh,, Oooommggghh,, Ooowwhhggg,,,"
"Ooowwhhhsss,, Buuu enaaaak Buuu,,,"
Tangan Bu Sofie kembali mencengkram pantat kekar Kontet,
memandu agar batang besar itu bergerak lebih cepat di dalam
mulutnya, begitu kompak dengan kedua tangan kontet yang
memegangi kepala Bu Sofie, seakan benar-benar tengah
menyenggamai mulut wanita cantik itu.
"Oooommmgggghh,,, Aaaaagghhmmm,,,"
Mata Bu Sofie kembali berair, berkali-kali batang besar itu
menyodok tenggorokannya dengan kasar. Tapi wanita enggan
melepaskan, bahkan lidahnya semakin liar menggelitik batang
besar Kontet.
"Buuu,,, sayaaa keluaar duluaaannn,,, Aggghhhh,,," tiba-tiba
Mang Oyik mendengus liar, menghambur sperma di lorong
kemaluan Bu Sofie.
Wanita itu berusaha berdiri, melepaskan batang Mang Oyik,
tapi lelaki itu mencengkram erat pinggulnya, menekan kuat
pantatnya ke bawah, membuat Batang Mang Oyik semakin
jauh tenggelam. Mati-matian Bu Sofie berusaha melepaskan
batang yang terus berkedut menghambur benih, tapi sangat
sulit, mulutnyapun masih dipenuhi oleh Batang besar. Bahkan
gerakan batang itu semakin kasar. Bu Sofie menatap wajah
Kontet yang habang ijo mengejar kenikmatan tertinggi.
"Uuugghhh,, Siaaal,," hati Bu Sofie mengumpat melihat wajah
Kontet yang menunjukkan bagaimana besarnya kenikmatan
yang diberikan oleh mulut seorang wanita sosialitas kelas
atas.
"Ooommmggghhh,,, uuuggmmhhhh,,,," tangan Bu Sofie
meremas erat pantat Kontet, pinggulnya besar wanita itu
kembali bergerak, berharap batang Mang Oyik masih dapat
melaksanakan tugasnya.
Terlanjur basah, dirinyapun tak ingin rugi, harus mendaptkan
orgasme seperti yang tengah dikejar Kontet, dengan mulut
menggeram, penuh dengan jejalan batang besar, mata wanita
menatap Kontet memberi sinyal. Inilah saat yang tepat.
"Oooowwwhhhsss,, Buuu,,,Aaaagghhhh,,,"
"Gilaaa,, nikmat bangeeeet,,," Kontet histeris menghambur
sperma, yang sigap disambut mulut Bu Sofie, berkali-kali
mulutnya meneguk sperma Kontet yang memancar, seiring
lorong vaginanya yang juga menghambur cairan orgasme
ditengah sumpalan batang Mang Oyik.
"Ooommpphh,, puiihh,,puaahh,, puihhh,, asin banget sperma
mu Tet,,,"
"Haayyaaaahh,, kalo asin kenapa ditelan Buu,, heheheee,,"
"Terpaksa tau,,"
Bu Sofie mencoba berdalih, meski mulutnya sudah terbiasa
dengan beberapa cita rasa sperma.
"Buu,,," Kontet kembali merengek, meminta bibir mungil Bu
Sofie membersihkan batangnya.
"Aaahhh,, ngelunjak Lu Tet,, gue kan juga mau disepong ama
Bu Sofie,,," protes Mang Oyik yang merasa tersisih.
"Iyaa,,iyaa,, sini gantian,,," wanita itu melepaskan batang
Mang Oyik dari vaginanya. Lalu turun dari ATV, tanpa tendeng
aling langsung melahap batang yang masih mengeras, dan itu
membuatnya sangat heran.
BREEMMM...BREEEMMMM... BREEEEMMMMM....tiba-tiba
terdengar suara ATV di kejauhan. Bu Sofie terkaget, itu pasti
rombongan suaminya. dan mereka pasti mencari dirinya yang
tiba lebih dulu. Sebenarnya Bu Sofie bisa saja langsung
melepaskan batang Mang Oyik, membenahi pakaiannya lalu
menghampiri mereka. Tapi matanya menatap nanar batang
Kontet yang besar dan masih mengeras. Yaa,, dirinya masih
ingin merasakan batang yang lebih besar dari milik suaminya
itu memasuki tubuhnya.
"Aaahh,, persetanlah,, ntar gampang cari-cari alasan," batin
Bu Sofie menghentak.
"Tet,, cepet tiduran,," BU Sofie mendorong tubuh besar Kontet
kepasir, lalu dengan sigap menggenggam batang besar
pemuda itu, dan mengarahkan keliang kemaluannya.
"Oooowwhhhhsss,, Gilaaa,, emang besar bangeeeettsss,,"
"Aaagghhh,,, Tai Lu,, jangan diaaam,, cepet masukiin batang
Luu,,"
Bentak Bu Sofie panik,kata-katanya terdengar vulgar. Tanpa
pikir panjang Kontet menghentak dengan kuat, bahkan terlalu
kuat, hingga batang besarnya menggelosor masuk
menghentak hingga ke lorong rahim.
"Aaagghhhh,,, begooo,,,sakiiitt,,kegedeaaann,,"
"Tapi bisa masuk koq Bu,,," jawab Kontet cengengesan,
antara takut dan nikmat.
"Yaaa,, masuukk,,Aaahhhss,, sampe mentoookss,," Bu Sofie
coba meresapi kenikmatan di lorong vaginanya.
"Maaang,,,mau Apaa?,,,jangaaan disituuu,,"
"Aaagghhh,, gilaaa,,,masuuukk,,jangaaann,,sakiitt
begooo,,,Aaagghhh,, dikit lagiii,,,"
Bu Sofie kalang kabut, kedua lubangnya dipenuhi batang.
"Buu Sofieee,,, Buuu,,,"
"Sayaaaang,,, yu huuuu,,,"
"Buuuu,,, bu Sofie dimana,,,,"
"Mang Oyiiiik,,, Woooyy,,, Maaaang,,,"
Terdengar teriakan-teriakan samar memanggil namanya. Tapi
sudah terlambat untuk menyudahi permainan. Kini dua buah
batang pejantan telah memenuhi kedua lorongnya.
"Ayoo Tett,, Hajaaarrr,," seru Mang Oyik. Memegangi pantat
Bu Sofie yang begitu indah, seperti berbentuk amor yang
sangat besar, dengan dua panah besar menembusi bagian
tengahnya. Assseeeeemm,, pantat besar kaya gini yang dari
dulu gue cari-cari,"
"Hehehee,, iyaa Mang,,kapan lagi bisa ngerasain barang kelas
atas yang bisa dipake join depan belakang kaya gini,,," jawab
Kontet,mulai bergerak liar, batang besarnya bergerak cepat
memaksa sperma Mang Oyik keluar.
"Ooowwwhhhss,,, Gilaaa,,kaliaaan,,ayooo hajaaarr punya
Ibuuu,,," rintih Bu Sofie yang kerepotan menahan tubuhnya,
menjaga posisi agar kedua batang itu dapat bergerak cepat
dan leluasa menikmati sempit kedua liang kemaluannya.
"Oooowwhhhsss,,, seperti inikah nikmatnya di gangbang,
seperti kata Bu Ningrum,, Aaahhhsss,,," Bu Sofie teringat
cerita temannya yang terbiasa digangbang oleh suami dan
anak kandungnya.
"Aaarrrgghhhssss,,papii,,, yang cepeeeet,, Sandyyy,,hajar
memek Ibuuuu muuu ,,," tiba-tiba mulut Bu Sofie meracau,
membayangkan yang tengah menyetubuhinya adalah
suaminya dan anaknya Sandy Prabu, yang tengah kuliah di
Australia. Menyodorkan payudara besarnya ke mulut Kontet
yang segera melahap rakus.
"Aaaaggghh,,, teruusss soddoook yang kuaaaat Saaandyyy,,
masukin memek ibuuu yang dalaaaam Naaak,,"
Tubuh wanita itu mulai gemetar bersiap menyambut
orgasme, bertepatan dengan matanya yang menangkap sosok
suaminya berdiri di atas bukit pasir, menatap tak percaya.
"Papiii,,, Maaf Piii,, mamiii,,keluaaarrrrhhhh,,,
Aaaarrrgggghhh,,,"
Mata Pak Prabu melotot, mulutnya ternganga melihat istrinya
dihimpit dua lelaki dengan kejantanan bersemayam di lorong
vagina dan anusnya. Sangat persis saat dirinya menunggangi
Aryanti bersama Dako, Tapi kenapa istrinya justru menyebut
namanya dan anaknya Sandy saat menyambut orgasme.
Terlihat jelas bagaimana tubuh montok itu bergetar, pantatnya
menekan batang Kontet hingga ke muara rahimnya. Hingga
akhirnyaaa,,
"Uuunnghhh,,,Arrggghhh,, masuuuk semuaaaa,,,"
Pak Prabu terbelalak saat Istrinya menghentak keras, sangat
keras. Hingga batang yang besar dan panjangnya melebihi
miliknya itu tenggelam sepenuhnya kedalam kemaluan
istrinya. Mungkinkah batang itu menerobos pintu rahim
istrinya yang sudah melahirkan 3 orang anak.
"Buuuu,,, sayaaaa ngecrooot di memek ibuuuuu,," teriak Kontet
yang tak lagi mampu bertahan, jepitan vagina wanita itu tiba-
tiba begitu kuat mencengkram seluruh penisnya. Tak pernah
ada wanita yang sanggup melumat seluruh batangnya, dan
apa yang dilakukan Bu Sofie bener-bener membuat batangnya
begitu nikmat.
"Gilaaa kau Teeet,,, cabuuuut,,, cepet cabuuuut,,," Wanita itu
panik, semprotan lahar hangat Kontet dengan cepat
memenuhi rahimnya.
"Sayaaa jugaaa keluaaar Buuu,,," teriak Mang Oyik, menekan
kuat batangnya kedalam anus Bu Sofie, hingga menggagalkan
usaha wanita itu melepaskan batang Kontet yang terus
menghambur cairan kental.
"Ooowwwwghhhhh,,, gilaaa kaliaaaannn,,, aku keluaaar
lageeehhhh,,," lagi-lagi tubuh montok itu menggelinjang, saat
merasakan kedua lorongnya terasa begitu penuh.
Akhirnya Bu Sofie jatuh lemas dalam pelukan Kontet, menatap
mata suaminya yang berubah seperti orang linglung.
"Ooggghh,,ooghh,," sesekali bibir tipisnya melenguh saat salah
satu penis dalam tubuhnya menggeliat ke kiri dan ke kanan.
"Mereka tidak ada disini,,," teriak Pak Prabu parau. Menuruni
bukit, meninggalkan istrinya yang masih terengah-engah
kelelahan diantara dua pejantan yang begitu enggan
melepaskan batangnya. "Fifty-fifty,,," gumam lelaki berkumis
itu,suaranya begitu lirih.
##############################
Prepare
Di saat yang sama, tepatnya beberapa menit sebelumnya. Di
tepi kolam renang.
"Dako,, sudah kau kumpulkan semua milik mereka?,,," tanya
Pak Prabu tertawa cengengesan, memasukkan beberapa
potong bra milik Sintya dan Bu Sofie kedalam kerdus besar
yang dipegang Dako.
"Beres Paak, Semua udah ngumpul disini, dipastikan tak ada
satupun yang tersisa,, Hahahahaaa,,,"
"Terus punya Aryanti mana?,,,"
"Tuhh,, dipegang sama Adit,," Dako memonyongkan bibirnya
menunjuk Adit yang berdiri bersandar ke tembok, matanya
terpejam begitu khusu menciumi bra berwarna pink dan
cream.
"Asseeem,,, terus punya Zuraida, istrimu mana?,,,"
"Tadi, diambil sama Munaf,,," Mata Dako celingak-celinguk
mencari Munaf
"Juancuk,,, taik kau Naf,, awas aja kalo sampe bra istriku
basah ama coli mu,,," rutuk Dako, ketika mendapati Munaf
menggosok-gosok bra warna ungu, ke selangkangan
celananya, sambil tertawa.
"Cepet banget sih kalian nyerobot hak atasan,,," umpat Pak
Prabu kesal.
"Tenang Pak, bra Aryanti yang sudah dipake dan belum dicuci
ada di bagian bawah kerdus,,,hehehehee,,," celetuk Dako,
membuat wajah Pak Prabu berbinar. Dengan cepat tangannya
mengais tumpukan bra dalam kerdus.
"Yang ini?,,," Pak Prabu menarik tali bra warna hitam dengan
bahan yang sangat lembut, hampir saja membenamkan
wajahnya ke dalam mangkok bra, tapi untunglah matanya
masih jeli menangkap gumpalan sperma yang masih basah di
kain itu.
"Dakooo,,, taik kaaauu,,, siapa yang udah make bra ini buat
coli?,,,"
"Hahahaa,,sorry Paak, habisnya ga tahan kalo ingat tadi
malam, tapi itu bener punya Aryanti koq,," teriak Dako yang
sudah lebih dulu menghindar menjauh. Disambut tawa Munaf
dan Adit. Lalu masuk ke ruang tengah cottage.
"Waahh,,Dari mana saja kalian, cepatlah makan, kita mau
ngadain game paling panas dari semua game yang
ada,,,hahahaa,," sambut Munaf, saat Arga dan Zuraida
memasuki ruang tengah cottage, di samping Munaf tampak
Aida yang pagi itu terlihat begitu cantik.
Tak jauh dari mereka, Andini begitu mesra memeluk Adit yang
tengah ngobrol dengan Pak Prabu. wajahnya masih terlihat
kelelahan akibat permainan tadi malam. Tak berbeda dengan
Aida, Andini juga mengenakan kaos ketat dan rok pendek
dengan lipitan yang lebar, seolah menjadi seragam wajib bagi
para wanita selama liburan ini. Tapi Arga tidak mendapati
Aryanti, kemana istrinya? Sedang apa?,,, tanya itu lagi-lagi
menyeruak.
"Arga,, Aku duluan ya,, perutku udah lapeeerrr,,," ucap Zuraida
seraya melambaikan tangan. Arga mengacungkan jempol
tanda setuju.
"Gaa,, kalo gitu kami juga berangkat sekalian,,," celetuk
Munaf, menggandeng istrinya, Aida, wanita itu melempar
senyum penuh makna kepada Arga.
Pak Prabu menghampiri Arga, lalu menepuk
pundaknya,,"Mukeee gileee,, kayanya udah sukses nih
eksekusi dokter cantik," tanpa menunggu jawaban dari Arga
yang sedikit kelabakan ditembak seperti itu, Pak Prabu berlalu
sambil tersenyum.
"Aryanti,,," gumam Arga, lalu bergegas menaiki tangga.
Didalam kamar Aryanti baru saja selesai mandi, mengenakan
kaos putih, dengan tulisan 'Touch Me' tepat dibagian
payudara nya yang membusung. Begitu serasi dengan rok
warna merah menyala yang begitu pendek.
"Haaiii Sayaaaang,," sapa Aryanti sambil menyisir rambutnya
yang masih basah.
"Cantik,,, kau memang cantik,,," ucap Arga mendekat, lalu
memeluk dari belakang. Membuat istrinya tersenyum. Wajah
wanita itu begitu segar, seakan pertarungan ganas tadi
malam adalah hal yang biasa bagi tubuh indahnya yang
terbiasa mengikuti aerobik.
"Apakah kau sudah sarapan?,,,"
"Belum," jawab Arga, tangannya menyusuri pinggang ramping
yang bersinergi dengan pinggul dan pantat yang montok
berisi. "Apa kau ingin menemaniku sarapan?,"
"Sebenarnya aku sangat ingin menemanimu makan, tapi aku
harus membawa barang-barang itu ke tempat game, mungkin
Dako yang akan mengantarku," jawab Aryanti dengan wajah
menyesal.
"Yaa,, kurasa tak mengapa,,," jawab Arga berusaha rileks
saat telapak tangannya tiba di selangkangan wanita yang
mengikat janji setia untuk hidup bersamanya.
Tatapan mata sepasang suami istri bertemu di cermin, Aryanti
tersenyum, namun seketika berubah murung saat suaminya
mengusap lembut gundukan vaginanya.
"Cepatlah mandi sayang,,, kasian teman-teman mu menunggu
terlalu lama,"
Hampir saja Arga menurunkan kain tipis di selangkangan
Aryanti. Menarik nafas panjang, membaui rambut Aryanti,
mengecup lembut rambut istrinya. Aryanti berjalan ke
samping kasur, menunduk mengambil pakaian kotor yang ada
di lantai, saat itulah jantung Arga tersentak, rok Aryanti terlalu
pendek, siapapun dapat melihat pantatnya yang montok bila
sedang menungging seperti itu. Jantung Arga semakin
berdetak kencang, pakaian kotor yang ada di tangan Aryanti
tidak lain adalah kaos dan leggins yang dipakainya tadi
malam.
"Kenapa celana mu robek sayang?"
"Owwhhh ini,,, ini ulah teman-temanmu saat bermain game
tadi malam," jawab Aryanti dengan mimik salah tingkah.
"Game?,,," Arga berpura-pura tak tau dengan apa yang
dialami istrinya tadi malam.
"Yaaa,, hanya permainan yang sedikit nakal, yang diusulkan
oleh sahabatmu Dako,,,"
"Hanya permainan?,,," tanya Arga dengan suara lembut tapi
begitu tajam.
Wajah Aryanti berubah pucat seketika, dirinya tidak pernah
mampu berbohong saat Arga bertanya padanya dengan
sebuah senyum yang menyejukkan. Seketika itu juga Aryanti
memeluk tubuh Arga,
"Maaf sayaaang,,," sesal Aryanti dengan suara berat, "aku
terlalu terbawa permainan," matanya yang indah mulai
sembab, penyesalan mengalir tak terbendung.
Sangat sulit bagi Arga untuk meneruskan percakapan itu,
yang akan membuat hatinya sakit saat harus mengingat
kembali kejadian tadi malam, toh apa yang dilakukannya tak
jauh berbeda dengan Aryanti. Lagipula, istrinya sudah
mengakui kesalahannya.
"Sudahalah,,, bukan kah itu hanya sebuah permainan?,,," Arga
tersenyum sambil menatap mata Aryanti. Tapi,,,
"Sayaaang,, apa kamu,, eenghh,, tidak memakai bra?,,," tanya
Arga ragu-ragu saat merasakan gumpalan empuk yang
menyentuh dadanya tidak mengenakan pelindung bra.
"Oohh iya,, bra ku dan semua bra para wanita disita oleh Pak
Prabu, karena kami kalah taruhan saat sarapan tadi pagi,,,"
"Taruhan?,,,"
"Yaaa,, bos mu itu menantang kami para wanita untuk
menebak, batang siapa yang sanggup tetap tertidur bila Lik
Marni memperlihatkan payudaranya yang kencang itu,,"
Aryanti bercerita penuh semangat.
"Ohhh,, sayaaang,,, seharusnya kau ada di ruang makan saat
itu, karena Lik Marni akhirnya benar-benar memperlihatkan
dagingnya yang bulat besar dan kencang itu, kurasa
batangmu pun pasti akan dengan cepat mengeras bila
melihatnya. Hasilnyaa,,,semua batang milik teman-temanmu
itu mengeras semua, hahahahaa,,,sesuai tebakan kami,,, tapi
tidak dengan batang Pak Prabu,,"
"Ohh yaa,,," Arga meneguk liurnya, apa yang digambarkan
Aryanti sama persis dengan apa yang dinikmatinya dari tubuh
istri penjaga cottage itu.
"Bagaimana kalian tau, bukankah mereka mengenakan
celana,,,"
"Yaaa,, karena penasaran, dan untuk memastikan siapa yang
memenangkan pertaruhan, kami mengecek batang mereka
satu persatu,,"
"Ohh,, apakah kamu juga ikut mengecek batang mereka satu
persatu?,,"
"Yaaa,, karena para wanita melakukannya, kurasa tidak
mengapa jika aku turut memastikan," jawab Aryanti, sambil
menggelayut manja, tangannya merogoh ke dalam celana
Arga mengelus lembut batang yang sudah mengeras.
"Tapi lucunya,,, batang Pak Prabu yang tetap tertidur setelah
disentuh para wanita itu, justru mengeras saat kusentuh,,, dan
itu membuat semua yang ada di ruang makan tertawa, jadi
aku terus meremasnya hingga batang itu menegang
sepenuhnya, tapi aku melakukannya dari luar celana, jadi,,
kurasa itu tak masalah,, bukan begitu sayang?,,,"
"Eehhh,, iya,, selama kau tidak menyentuhnya langsung,
tapi,,,"
tok,,tok,,tok,,
"Sayaaaang,, apa kau sudah siap?,,,"
Seseorang mengetuk pintu, dan pemilik suara itu lain adalah
Dako. Pintu terkuak sebelum sempat Arga dan Aryanti
menjawab.
"Tidak apa-apa kan, bila Dako yang mengantarku? Nanti kau
susullah bersama Zuraida dan Sintya, sepertinya dia juga
belum selesai bersiap-siap,"
"Okee,, berhati-hatilah,, jangan ngebut walau pake ATV," Arga
berusaha tidak mempermasalahkan panggilan sayang yang
diucapkan Dako kepada istrinya.
"Sob,,, tolong bocengin istriku ya,,," seru Dako sambil
mengedipkan matanya, lalu menggamit pinggang Aryanti yang
membawa kerdus berisi bola, menuruni tangga.
"Aryantii,,, Apa kau masih bisa membawa beberapa kain ini?"
seru Sintya dari arah ruang makan, membawa segumpalan
kain bali, "Pak Prabu memintaku untuk membawa kain ini,tapi
sepertinya aku akan terlambat,"
"Waaahh,,,sudah penuh Sin, taruh aja di kamarku, nanti biar
Arga yang bawa," jawab Aryanti sambil memperlihatkan isi
kotak.
"Owwhh,, okee,, biar kuantar kekamarmu,," jawab Sintya yang
melihat sosok Arga yang masih di atas, berdiri di pinggiran
tangga. Lalu melambai kepada Aryanti yang kemudian
menghilang di pintu keluar.
Sintya
menaiki
tangga,
tersenyum penuh makna, manatap Arga dengan kerlingan
nakal.
"Apa kau ke kamarku hanya untuk mengantar kain itu?,,,"
goda Arga, matanya menatap tonjolan mungil pada kaos ketat
Sintya yang membulat padat.
Saat tiba di hadapan Arga, wanita cantik itu menepis poni
yang menutupi mata indahnya sambil membusungkan dada
semakin ke depan.
"Menurutmu?,,, apalagi yang kubawa selain barang-barang
ini?,," Sintya mengerling mata menunjuk kain-kain yang ada
di kedua tangannya. Tapi itu tak ubahnya seperti menunjuk
kedua payudara yang membusung. Lalu berlenggok genit
menuju kamar, sengaja menggoyangkan pantatnya sedikit
berlebihan untuk menggoda Arga.
"Okeee,,bawalah barang-barang ini ke kamarku,,," seru Arga
yang menubruk tubuh Sintya dari belakang. Tangannya segera
meremas payudara yang hanya ditutupi kaos tipis.
"Uuuugghhh,,, kurasa kau salah,,, karena barang ini milik Pak
Prabu, Bos ku di kantor,," rintih Sitya yang menahan geli
ketika payudaranya diremas dengan kuat, memainkan puting
yang begitu cepat mengeras.
"Ohh,, yaa?,,, kurasa Pak Prabu tak akan keberatan jika
barang spesial ini dihibahkan untuk pimpinan cabang yang
baru,,"
Blaam,,,Arga segera menutup pintu dengan kakinya, ketika
kedua sudah berada di dalam. Lalu menyeret tubuh Sintya ke
ranjang.
"Boleh aku mencobanya?,,," tanya Arga, memandangi
payudara yang kini terpapar bebas di depan matanya,
tubuhnya beringsut menaiki, menindih tubuh Sintya yang
menggeliat manja.
"Sudah kubilang, itu punya Bos ku di kantor,, jika kau adalah
bos baruku, maka kau bebas untuk mencicipinya,,," wajah
Sintya memerah, menunggu bibir Arga yang berada beberapa
senti dari putingnya.
"Ooowwwhhh,,, Emmmppphhh,,,"
"Yaaa,, yaaang kanaaan jugaaa,,,, aaaggghhh,,"
"Boosss,,, gimanaaa,,, apa aku masih layak jadi sekretarismu
nanti,," tangan Sintya mengelus wajah Arga yang masih sibuk
mengenyoti dua puting yang sudah mengeras.
"Apa kau masih membawa alat tester kelamin para lelaki?"
tanya Arga, membuat Sintya bingung, lalu tertawa terbahak
saat teringat kejadian di gazebo, saat mereka bercanda dalam
birahi, tentang barang siapa yang lebih besar, apakah milik
Arga ataukah milik Pak Prabu.
"Hahahaa,,Yaa,, kurasa aku membawanya,, cobalah cek,
apakah alat itu masih ada di bawah sana?" Sintya menunjuk
selangkangannya dengan menggerakkan wajahnya.
Arga tertawa girang, "kurasa kita harus menyelesaikan tugas
kita di gazebo, mengukur punya siapa yang lebih besar,"
tangan Arga menarik tepian celana panjang dari bahan katun
yang membekap tubuh bagian bawah Sintya.
"Yaaa,, benar katamu,,kita harus menyelesaikannya,," dengus
Sintya, mengangkat pantat sekalnya memudahkan usaha
Arga.
Tapi tiba-tiba terdengar suara derap langkah mendekat dari
luar kamar
"Argaaaa,,,"
"Gaaa,,, Argaaaa,,,"
Zuraida memanggil dari depan pintu, sontak keduanya
meloncat bangun, membenahi pakaian yang mulai berantakan.
"Yaa,, Ada apa,, engghhh,, apa kau sudah sarapan?,,, aku,, aku
belum mandi,," Arga gelagapan saat pintu terbuka, sementara
Sintya baru saja berhasil memasukkan payudaranya yang
besar kembali ke dalam kaos.
"Hohohohooo,,, ternyata kau nakal juga yaa,," seru Zuraida
sambil berkecak pinggang, bola matanya melotot menyelidik
wajah Arga yang pucat, layaknya maling tertangkap tangan.
"Huuhh,, ku kira kau memang berbeda dengan mereka,,
ternyata,,," wajah Zuraida yang kaget berubah menggoda
Arga, tertawa genit, lalu berjalan menghampiri Sintya yang
masih di atas kasur.
"Tunggu Zee,,, kami hanyaaa,, emmhhh,, maksudku,,,"
Tapi Wanita anggun itu tampak cuek, mengacuhkan Arga yang
mati-matian mencari alasan, menghampiri Sintya lalu
membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Iiihh,, mba Zuraida apaan sih,,," wajah Sintya tersipu malu,
entah apa yang dibisikkan Zuraida ke telinganya.
Zuraida balik menghampiri Arga, berdiri tepat di depan lelaki
yang terlihat canggung itu.
"Sayaaang,, Pak Prabu, Munaf, Bu Sofie, Aida, bahkan suamiku
dan istrimu, Sepertinya mereka benar-benar menikmati
permainan ini, lalu kenapa kita harus menahan diri," ucap
Zuraida.
Tangan lentiknya perlahan meraih selangkangan Arga, lalu
tertawa genit, saat mendapati batang Arga yang keras mulai
lunglai karena kaget.
"Kau punya waktu beberapa menit, sampai aku selesai mandi,
tapi ingat,,, berusahalah untuk tidak memasukkan barang ini
kedalam tubuh Sintya, karena aku bisa cemburu,," ucap
Zuraida dengan suara bergetar, tangannya mencengkram erat
batang Arga yang dengan cepat kembali keras.
"Weelll,, aku mandi dulu ya sayang, manfaatkan waktumu
dengan baik,,, Sintya, ingat kata-kataku tadi ya,," seru
Zuraida melepaskan batang Arga, mengedip genit ke arah
Sintya. Lalu melangkah keluar dan menutup pintu.
Tinggal Arga dan Sintya yang saling pandang.
"Apa yang dikatakan Zuraida tadi?," tanya Arga, duduk ditepi
ranjang.
"Adda aja,,," Sintya tertawa genit, berusaha menurunkan
celananya yang ketat hingga ke lutut, memamerkan gundukan
vagina yang begitu indah, tersembunyi penuh misteri di balik
kain segitiga berenda yang tipis.
"Soo,,, apa kau masih ingin alat ini mengukur batangmu itu,"
tanya Sintya, jarinya mengusap-usap kain tepat di bibir
vagina, membuat kain itu mulai basah.
"Aaaawwww,,, Argaaa,,," Sintya terpekik, Arga membenamkan
wajahnya ke selangkangannya, lalu mengusapi kain pelindung
dengan hidung dan bibirnya.
"Gaaa,, ingaaat kata Zuraida, waktu kita hanya sebentaaar,,"
Sintya berusaha melepaskan celana dalamnya, lalu membuka
lebar pahanya.
Arga yang tengah melepas celana, harus meneguk ludahnya,
barang itu statusnya memang milik Pak Prabu, tapi bos nya
itu sangat jarang menggunakan, hanya pada saat berpergian
keluar daerah bersama Sintya.
"Maaf Sin,, aku ga bisa memasukkan punyaku,,, tapi,,, kurasa
bibir mu ini cukup mahir untuk mengukur seberapa besar
batangku ini,,," Arga memegangi batang besarnya yang sudah
mengeras sempurna.
Mau tak mau Sintya harus mengakui keunggulan batang Arga
dari milik Pak Prabu, tanpa menyentuhnya pun semua wanita
pasti sudah tau.
"Sini Gaaa,, biar bibirku yang memastikan,," Sintya membuka
lebar mulutnya, tanpa basa-basi wanita itu ingin segera
melumat seluruh batang Arga ke dalam mulutnya.
"Eeemmmhhh,,, Ghheedhheee bhhaaangheeed,,," Sintya
memutar-mutar wajahnya, membuat batang Arga serasa
dipelintir. Menariknya keluar memandangi dengan takjub, lalu
kembali memasukkan sambil menggerakkan kepalanya maju
mundur.
Arga tertawa bangga. "hehehee,,,bagaimana? punya siapa
yang lebih besar,,,"
Wanita itu memandangi Arga dengan tatapan birahi,
"Masukkanlah ke dalam tubuhku,,, hingga aku benar-benar
bisa mengukurnya,,," Sitya mengangkat pinggulnya, seolah
memamerkan kenikmatan yang siap diberikan oleh
kemaluannya
Sintya menggeliat, tubuhnya sudah tak tahan untuk
merasakan kejantanan Arga, apalagi saat teringat kejadi di
gazebo, saat batang itu memenuhi lorong vaginanya dengan
sempurna. Mata Arga memandangi vagina yang terus dielus-
elus oleh Sintya, membuat permukaannya begitu basah. Tapi
Arga menggelengkan kepala dengan sangat berat. "Aku ga
bisaaa, Sin,," pesan Zuraida terombang-ambing di pikirannya.
"Gaa,, Pleasee,,," Sintya merengek, semakin tinggi mengakat
vaginanya, memamerkan pada Arga yang masih berlutut di
samping kepalanya. Menguak kedua pintu vagina, hingga
mata Arga dapat melihat lorong yang begitu sempit.
"Aaagghhh,, Siaaal,,, Zeee,,, maaaf sayaaang,,aku ga tahaaaan
pengen nusuuuk lubang Sintyaaa,,," Arga menggeram,
menindih tubuh montok Sintya, mengarahkan batangnya ke
pintu vagina, dan dalam tiga hentakan batang besar itu
berhasil masuk sepenuhnya.
Tanpa sepengetahuan Arga, mata indah milik Zuraida
mengamati dari celah pintu yang tidak tertutup rapat.
Tersenyum lembut sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Gaa,,Usahamu untuk bertahan boleh juga,," gumamnya pelan,
lalu berbalik menuju kamar dengan birahi yang ikut tersulut.
"Gaaa,,, Oooowwwhhh,,, penuh banget Gaaa,,,"
"Mba Zuraidaaa,,,sudaaah masuk semua Mbaaa,,,"
"Oooowwwhh,,,"
Arga terkaget, menghentikan gerakannya, "Apa maksud mu
Sin,,,"
"Mba Zuraida membisikiku,, menantang, apakah aku bisa
menelan semua batangmu,,,"
"Owwhhh yaaa?,,,jadi memang ini yang diinginkannya?,,lalu
apalagi,," Arga menjadi bingung dengan Zuraida, dirinya
dilarang tapi justru menantang Sintya untuk menggodanya.
Tapi masa bodoh lah bila itu adalah ujian untuk dirinya,
karena vagina Sintya sangat mahir memanjakan batangnya di
dalam sana. Pinggulnya kembali bergerak menghentak dengan
ganas.
"Mba Zuraida juga pengen Pak Arga nyemprot di dalam
sebelum dia selesaai maandiiii,,, Aaahhhh,,
yaaa,,,Oooowwwhhh,,,"
"Owwwhh,,,tapi apa kau sanggup membuat aku keluar secepat
itu? Arrggghhh,,,"
"Aaahhhssss,,, bisaaa,, haruuusss bisaaa,,, Sintyaaa pengeeen
disemproot punyaaa bapaaaak,,," paha montok itu menjepit
pinggul Arga, kakinya membelit kaki Arga dan menekan
pinggulnya keatas. Membuat batang Arga masuk semakin
dalam dan terjepit begitu erat.
"Gilaaa,, ada jugaaa ternyata tehnik seperti ini,,, Uuugghhh,,
tapi ini belum cukup Sin,,,"
Sintya tertawa sambil terengah-engah di sela sodokan Arga
yang semakin keras. Lalu mendorong Arga hingga duduk
bersimpuh di atas kedua kaki, dan menaikinya, tanpa
menunggu Arga siap, Sintya yang kini dalam posisi dipangku
segera menggerakkan pantatnya dengan liar.
"Oooowwwhhh,,, Paaaak,,, bagaimanaaa,,, Aaagghhhh,,,"
Membekap wajah Arga di antara kedua payudara, pinggul
montok itu kini bergerak menghentak dengan kasar dengan
lorong vagina yang menjepit erat.
"Paaaak,,, cepeeet keluaaarin Paaaak,,, Sintya udaaah ga
kuaaaaat,,"
"Ooowwwhhh,,, batang mu gedeee bangeeet Paaak,,,"
Gerakan liar wanita cantik berponi itu membuat Arga
kelabakan, batangnya dengan cepat keluar masuk.
"Uuugghh,, gila kamu Sin,,, Aaaghhh,, barangmu ini haruss
menjadi milikkuuu Aaarrgghh,,,"
"Please semprotin meeeemek aaahh,,,Sintyaaaa,,"
"Pleaseeee,,, Sintyaaa keluaaaarrrr,,,"
"Aaarrrgggghhh,,,"
"Akuuu semprooot memeeeeeek mu Siiin,,, Aaaarrrgghhhh,,,"
Kedua tubuh manusia berlainan jenis itu berkelojotan, saling
melumat bibir, bertukar ludah, seiring cairan kelamin mereka
yang menyatu dalam vagina Sintya.
"Oowwhh,, nikmat banget punyamu Sin,,,hehehee" ucap Arga,
menjatuhkan tubuh Sintya ke kasur, dan menindihnya.
"Punya bapak tuh yang gila,, nusuknya dalem banget, sampe
mentok,,hihihi,,,"
"Paak,, Apa bener bapak mau ngambil saya dari Pak Prabu,,,"
tanya Sintya, tatapannya begitu serius, membuat Arga
bingung.
"Eeeenghhh,, maksud ku,,"
"Hehehe,, tenang aja pak,, Sintya Cuma bercanda
koq,,hehehe,,"
"Tapi kalo kapan-kapan bapak mau nyoba alatnya Sintya
lagi, boleh koq," Wanita itu tersenyum, menyembunyikan
wajahnya ke dada bidang Arga. Memeluk erat, dalam desir
hati yang berbeda.
"Waahh,,, cepet banget,,, tau-tau udah makan disini,,," Sapa
Zuraida saat mendapati Arga dan Sintya sudah berada di
ruang tamu. "Tapi kamu sudah mandi kan Ga?,,"
"Ya sudahlah,, kamu aja yang terlalu lama mandinya,," jawab
lelaki itu sambil memandangi tubuh Zuraida yang dibalut kaos
putih yang ketat. lebih ketat dari biasanya.
"Gimana tadi?,,," bisik Zuraida, duduk di sisi Sintya.
"Aku menang,,Mba kalah,,," jawab Sintya malu-malu.
Zuraida langsung melotot ke arah Arga, yang tiba-tiba keselek
dipandangi wanita berwajah cantik itu. penutup kepalanya
diikat keleher seakan sengaja memamerkan sepasang
gundukan payudara yang membulat padat.
"Aku ke kamar sebentar, ngambil kacamata, pasti panas
banget nanti,," pamit Sintya, menuju kamar.
"Sempurnaaa,," ucap Arga pelan. Matanya tak sengaja
menangkap tonjolan mungil, puting Zuraida tercetak jelas di
kaos putihnya yang ketat. Bulatan payudara yang tidak
ditopang oleh bra itu tetap membusung tegak, bergerak begitu
indah mengikuti gerakan tubuh sang wanita. Sontak wanita
itu tersipu malu, menundukkan wajahnya.
"Argaa,,, apakah aku masih terlihat cantik?,," Hati Zuraida
bergemuruh, ingin mendapatkan pengakuan dari lelaki yang
dulu begitu dikaguminya.
"Cantik, bahkan sekarang kau bertambah lebih montok,," Arga
berdiri, mendekati bangku Zuraida. "Tapi bagiku, kau lebih dari
sekedar cantik dan seksi, kau masih yang terindah,,"
"hohohoo,,, tidak,,tidaaak, jangan menggodaku lagi,,," Zuraida
bangkit, berusaha mengelak dari Arga yang ingin merengkuh
pinggangnya. "Kau sudah gagal tadi,, u are a looser,,
hahaaha,,," berjalan menuju keluar.
"Aaahhh Siaaaal,,," Arga memang sudah menduga jika Zuraida
tadi tengah mengujinya.
"Zeee,,, Sayaaaang,,," Arga menggenggam tangan Zuraida,
menahan wanita itu. Menatap dengan penuh harap.
Setidaknya...
Biarkan di waktu yang tersisa ini aku memilikimu...
Merengkuh hatimu yang begitu jauh...
Meski sesaat, itu sangat berarti bagiku...
Aku ingin dirimu...
Lagi-lagi Zuraida harus menyerah pada tatapan teduh itu.
Berjalan mendekat, masuk dalam pelukan sang lelaki.
"Arga,,, meski untuk sesaat, liburan ini juga sangat berarti
bagiku,,, berusahalah untuk mendapatkan ku,, mendapatkan
tubuhku,,," ucap wanita yang hatinya tengah goyah itu.
Ada hasrat untuk menyerahkan tubuhnya dalam keperkasaan
sang pejantan, tapi tidak dalam birahi liar. Wanita itu
menginginkan sang pejantan menikmati tubuhnya dalam ritual
hasrat yang sengaja dicipta, mencinta dan dicinta.
"Mbaaa,, Hehehee,, sorry,, lagi-lagi aku ngeganggu, Cepet
Yuk,,, udah ditunggu sama yang lain," seru Sintya, tepat saat
Arga mengecup lembut Zuraida, yang menyambut dengan bibir
terbuka.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.