Senin, 09 Maret 2015

Office Cutie 8: Ouuucchh!! (Final)

angnya berkilauan diterpa sinar mentari
pagi yang hangat
Saat aku tengah terpesona, Non Sherin muncul dari balik tikungan,
jantungku berdetak dengan keras oleh combo yang memikat antara
keliaran ala barat dan kejutekan ala asia yang ternyata sukses
membuatku horny di pagi hari. Degggg...!! sambil lewat disisi kiri dan
kanan Non Michelle dan Non Sherin mengelus singkat selangkanganku,
tuinggggg...!! Ujang junior langsung bereaksi hingga celanaku terasa
sesak saat aku menengok ke belakang untuk menatap indahnya
goyangan bokong Non Michelle dan Non Sherin hingga mereka berdua
menghilang di belokan. Duh, kalau saja bukan dijam-jam sibuk, ingin
rasanya aku menerkam mereka berdua
"ufffhhhhhh..., hossshhhh hosssshhhhh..."
Setengah mati aku berusaha meredam gairah yang meledak akibat
elusan singkat Non Sherin dan Non Michelle yang dengan kurang
ajarnya menggoda Ujang Junior yang tengah bersemedi di dalam
balutan celana dalamku. Libidoku semakin meningkat saat melihat
beberapa orang karyawati cantik di kejauhan. Kulangkahkan kakiku
menuju ruangan Non Shasha, dengan perlahan dan hati-hati kudorong
pintu hingga tidak menimbulkan suara dan menyusup masuk. Kudekati
Non Shasha yang sedang mengintip keluar dari jendela, kubungkukkan
tubuh dan bibirku monyong mendekatinya dari belakang
"cupp..."
"PLAKKKK....!!"
"NGAHAK ?? !!!"
Mataku berkedip-kedip menatap langit-langit ruangan, perasaan sich
tadi aku masih berdiri kemudian membungkuk untuk mengecup pipi
Non Shasha dari belakang, tapi sekarang aku terkapar di atas lantai.
Aku meringis merasakan rasa panas dan pedih dipipi kananku,
sepertinya di situlah gamparan keras Non Shasha mendarat dengan
refleknya.
"hahhh ?? Ujangggg..?? kirain
siapa, aduh maap ya..."
"Nonnn, koq saya digampar
sich...??"
"maaf jangg, aku pikir siapa
beraninya cium - cium dari
belakang..."
Non Shasha memapahku berdiri,
ia mengusap pipiku yang memar,
kubalas dengan mengusap
pinggulnya. Seolah mengerti
keinginanku, Non Shasha duduk
di pinggiran meja kedua kakinya
terjuntai ke arah lantai, tanganku
mengusapi lututnya kemudian
naik merayapi permukaan
pahanya, kuraba pahanya sebelah
dalam yang mengangkang lebar. Kunikmati kemulusan dan kehalusan
permukaan pahanya, jariku naik perlahan kemudian menari bermain di
sekitar bibir vagina sebelum akhirnya kucoblos liangnya yang mulai
becek.
"crebbb...."
"uhhhhhh Ujangggg.. hhhhh nnhhhhh"
Shasha merintih dengan nafas tertahan tahan saat dua buah jariku
menusuki belahan vaginanya. Cairan vaginanya membuat jariku basah
berlendir, dapat kurasakan otot vaginanya yang mengkerut menggigit
jariku. Kupercepat ritme tusukan jariku hingga Non Shasha keenakan, ia
mencubit lenganku yang menusuk semakin cepat.
"Achhh auhhh Uhjangg Akhh...aaaaa! Uhhhh, hssshh."
"ouwww...sakit Nonn.."
"biarin..!!"
"duhhh, judes amat, sini dibuka dulu blazernya.., ini juga kancing
kemejanya dibuka..., WAHHH SUSU...!! kesukaan saya ni mah non,
kenyal kenyal lembut...he he he"
"psssssttt. , jangan keras keras bicaranya jang..."
"Emangnya kenapa non ??"
"kamu tuch dibilangin malah pura-pura bodo, sebel tau...!"
"biar aja ah, kalo sama non Shasha mah, mo dibilang bloon keq, bego
keq, kaga apa-apa...saya mah terima ajaaa, duhhh Nonn susunya halus
bangett" kurayu Non Shasha dengan rayuan gombal sambil meremasi
payudaranya yang semakin mengenyal, rasanya seperti meremas bola
karet yang lembut dan hangat. Kujulurkan lidahku menggapai puting
susunya yang meruncing , kugelitiki puting yang berwarna pink yang
kulanjutkan dengan menghisap kuat-kuat puncak payudaranya.
"Ouhh Ujanggg, enakk , ahh trusss. Ujanggg..."
Non Shasha mendesis sambil membusungkan payudaranya ke depan.
Dengan rakus kucapluki puncak payudaranya dan terdengarlah suara
rintihan tertahan dari bibir Non Shasha. Puas menggeluti payudaranya,
kusergap bibir Non Shasha kulumat dan kukulum untuk melepaskan
gairah yang menggebu di dadaku. Sesekali aktifitas panas kami
berhenti mendadak saat mendengar suara langkah-langkah kaki di luar
sana kemudian kembali berlanjut saat langkah-langkah kaki itu
menghilang. Jantungku dan jantung Non Shasha berdetak keras,
dimainkan oleh birahi dan suara langkah yang lalu lalang yang
membuat kami berdua deg-deg-an.
"Degg deggg deggg DEGG.. deggg DEGGG..!!"
"emmmhh Ckk Ckk Mmmh Mmmhhh...ssllcckkk mmmhhh"
Lumatan dan pangutan menambah tinggi gairahku dan gairah Non
Shasha, rasa takut ketahuan dan terangsang berbaur menjadi satu
hingga menimbulkan sebuah perasaan khusus yang sulit untuk
diuraikan oleh kata-kata. Kuhisap batang lidah Non Shasha, dua
batang lidah saling bergelut, saling meraih, menoel dan mengulas
sementara tanganku semakin aktif meremas-remas payudara Non
Shasha kemudian kukeluarkan dan kutekankan Ujang Junior ke sela
bibir vaginanya. Perlahan liang vaginanya yang becek mulai melar
menerima kepala penisku. Dengan satu sentakkan kumasukkan
batangku ke dalam liangnya yang hangat berlendir.
"Hsssshh ahhh, nnnhh ujjjj..jangggghhhhhnnnggghhh"
"ssstttt..., nonnn,tahan dikit Non!"
"o... Ohhhh... hsssshhh hsssshhhh uh..jang.."
Aku mengingatkannya agar jangan terlalu berisik, kuelus kepala Non
Shasha yang jatuh di dadaku. Ia meringis saat batang besarku melesak
memasuki jepitan liang vaginanya yang basah hangat. Kubenamkan
batang penisku hingga selangkangan kami akhirnya menyatu, batangku
terasa sulit bergerak dijepit oleh vagina Non Shasha.
"cleppp cleppp cleppp..blepp blepppp.. sleppphhhhh" perlahan
kutusuki belahan vagina Non Shasha agar suara becek alat kelamin
kami tidak terlalu keras terdengar. Wajahnya yang cantik terangkat ke
atas dengan mata terpejam saat kubenamkan batangku dalam-dalam
hingga selangkangan kami terasa hangat berdesakan. Tusukan-tusukan
lembut yang kupadu dengan goyangan ke kiri kanan mengantarkannya
menuju puncak klimaks. Kudekap tubuhnya yang tersentak mengejang
"emmhhh.. cruttt crrrtttt.... ahhh enak"
"sini non berdiri, nungging dikittt aja.."
Matanya yang sipit terpejam saat kukecup keningnya, kutarik dan
kudesakkan tubuhnya menghadap ke arah dinding. Kutarik pinggulnya
agar menungging ke atas kemudian kucoba menjejalkan batangku
untuk menyodominya.
"nnnggg--ggghh.. akhhhh..."
belepotan di pahanya kemudian kuusapkan di sekitar kerutan anusnya
dan kembali aku berkutat. Perlu sedikit paksaan untuk menyuntikkan
batangku menyodominya, dengan giat kujejal-jejalkan penisku hingga
otot anus Non Shasha terpaksa menggigit leher penisku. Kucengkram
pinggulnya kuat-kuat sebelum akhirnya kusentakkan batangku ke
dalam liang duburnya. Blupphhhh...
"Hegghhhh...!! awwwkhh! J-jangan dalem dalem jang henggkk"
"gak apa-apa nonn,kan makin dalem makin enak,makin kerasa"
Kulumat bibirnya dari belakang untuk membekap keluh kesahnya yang
semakin keras, berkali-kali kuhempaskan batangku. Buah pantat Non
Shasha terasa empuk hangat saat kudesakkan selangkanganku,
tangannya bertumpu pada tembok dengan gaya standing doggy style.
Tangan kiriku mengusapi rambutnya, sedangkan tangan kananku meraih
payudaranya yang menggantung. Kuremas buntalan payudaranya yang
keras kenyal, kuraih hp Non Shasha dan kuputar sebuah lagu Mp3
untuk menyamarkan suara tumbukan penisku. Berkali-kali kutarik
pinggul Non Shasha agar ia tetap di posisi yang kuinginkan, tubuhnya
menggeliat resah saat jari kiriku mengurut tonjolan klitorisnya.
"uhh crreetttt. Crettttt..crrrrr....Ouhhh..!! "
"wuih boolnya empot-empot,memeknya muncrat yah non ?? he he"
"Plepphh.. blepphhh beppphhhh...!!"
Non Shasha meronta saat anusnya kurojok-rojok dengan kuat. Dengan
paksa kudesakkan tubuhnya menempel di dinding. Kudongkrak liang
anusnya dengan menggunakan batang penisku, kucekal kedua
pergelangan tangannya ambil mengayun-ngayunkan batangku
mengempur liang anus Non Shasha yang mengerang pelan.
"Brakkkkk....!!"
"Hahhhh...... ? ? !! Plopppphhhh...!!"
"lagi pada ngapain sihh?? kerja-kerja...!!"
Tiba-tiba pintu terbuka dengan keras, kontan saja aku dan Non Shasha
gelagapan. Bibirku meruncing antara kesal dan lega, kesal karena
kenikmatanku terganggu namun lega karena yang berdiri di ambang
pintu ternyata adalah kedua istriku yang lain. Non Shasha mencibir
pada Non Ayhwa dan Non Sherin yang terkekeh dan menyindirku
kemudian menutupkan pintu itu kembali, di tengah nafas dan nafsu
kami yang masih tak beraturan, aku dan Non Shasha bergegas
merapikan pakaian masing-masing yang berantakan.
"muachhhh, se u darlennnnn..."
"udah, sana gih.. hi hi "
"srrrottttt... srootttthhh srrroooottthhh"
kusemprotkan Baygon untuk menyamarkan "aroma khas" yang tercium
kuat diruangan Non Shasha, saat aku tengah menyemprot ke arah daun
pintu atas. Tiba-tiba saja seseorang menerobos masuk, sebuah suara
melengking membuat ku tergagap, suara seekor nyamuk raksasa
berdenging dengan keras, nguunggggg, nguuuunggggg..
NGUUNGGG..!!!
"Heiiiiiii............, apa-apaan ini??"
"maaf buu, maafff, saya lagi nyemprot nyamuk...."
"NYAMUK?? emangnya kamu pikir saya ini nyamuk Hah?? kalau
nyemprot pake mata!"
"iy-iya BUUU, KE MATA, SEMPROT KE MATA..."
"PAKE, MATAAAAAAA.......!!!"
"Mata buuu, !! Mataaa...!!."
"Shasha, panggil Sherin dan Ayhwa ke ruangan saya"
"baik bu, segera..."
"BRAKKK..."
Bu Selmy melotot kepadaku sebelum keluar dari ruangan dengan
membanting pintu. Mendadak aku dan Non Shasha merinding
membayangkan apa yang akan terjadi jika si penyihir tua datang sekitar
15 menit yang lalu saat aku dan non Shasha sedang hot-hotnya
berolah raga di pagi hari. Gemas kuremas pinggul Non Shasha yang
menepiskan tanganku, dengan buru-buru aku meloloskan diri dari
cubitannya.
"UJANG, awas kamu yahhh..." masih sempat kudengar desis ancaman
Non Shasha sebelum akhirnya kututupkan pintu yang sudah banyak
berjasa menyimpan rahasia belakangan ini.
"pagi Nonnnnnn..."
"pagii.."
Sebuah senyum dari seorang karyawati cantik membuatku sibuk
menidurkan Ujang Junior. Udara seakan mendadak menjadi panas dan
tubuhku menghangat, ingin rasanya kurengkuh tubuhnya yang putih
mulus, mataku melirik ke belakang , merayapi mulai dari sepasang
kakinya yang indah, buah pantatnya yang bulat padat, pinggangnya
yang ramping. Oohh alangkah indahnya goyangan pinggul si sexy,
ingin kuterkam dia yang menggairahkan, sungguh sayang aku harus
bergegas membeli pesanan sarapan istri-istriku. Jika tidak sudah pasti
aku akan mencari cara jitu untuk "menembaknya".
"Brrmm brrmmmmm ckkkiittttt... brrrrmmmm" Sebuah kendaraan pribadi
milik Ujang berteriak dengan nyaring. Motor bebek berwarna merah tua
meluncur di jalan raya. Sebuah helm terpasang di kepalaku. Beberapa
lampu hijau kulewati. Dengan sopan aku mengangguk kepada seorang
polisi di pinggiran jalan. Tiba-tiba... Priiiitttttt....!! gila, apa-apaan
ini ?? polisi gemuk itu menghentikanku.
"selamat siang, boleh saya lihat sim dan STNK-nya ??"
"boleh pakk, sapa takut... nihhh, lengkapkan pakkk ?? "
"lengkappppppp, tapi saudara tidak memakai helm SNI..."
"Es en i, apaan tuch pakk ??"
"Helm dengan Standar Nasional Indonesia..."
"Oooo, itu, Aduh pakk, kira-kira donnnng, kemaren katanya harus pake
yang model begini, masa sekarang diganti lagi...terus helm yang ini mo
dikemanain pak, please deh pakk, emang saya harus makan dulu helm
yang ada di kepala saya ini buat ganjel perut baru beli helm yang
baru?? tolong pak, saya rakyat kecil...." aku mencoba memohon belas
kasihan, namun si penyakit berbaju coklat tetap bersikukuh ingin
melahapku
Setelah berdebat panjang lebar sampai tenggorokanku teras kering
akhirnya aku mengalah
"sudah deh pak, yang ini lebih aman dari helm, gimana pakkk..(Rp) ??"
"iya.., aman-aman..." si perut buncit pura-pura tidak melihat tapi
tangannya seperti bermata menyambar lembaran di tanganku.
Kusela motor tuaku sambil menggerutu dan menyumpah dalam hati
tanpa melihat lagi wajah si polisi brengsek itu. Kulanjutkan
perjalananku dengan hati dongkol. Keesokan harinya saat aku kembali
melintas sambil membonceng Darso. Terdengar kembali suara prat-prit-
prat-prit. Kali ini kuhadapi teman polisi gemuk brengsek itu dengan
muka masam. Aku dan Darso sama-sama sewot, kali ini aku tidak
memberikan Sim dan STNK kepada si baju coklat. Setelah cukup lama
beradu mulut dan beradu alasan ini dan itu, akhirnya sebelum terjadi
french kiss, kedua lintah jalan raya berbaju coklat itu menyerah di
bawah lembaran.
"Jang, gimana kalau kita kerjain mereka ??"
"kerjain ?? gimana caranya ??apa lu mau dibedil Soo ??"
"hussshhh, bukan gitu janggg, kita maenin., gini janggg..wa bisikin."
"Hua ha ha ha ha ha ha....muka gileeee, bisa aja lu..."
"sapa duluuuu dong, DARSOOOOOO...., "
"Nge he he he he....iya dahhh, kali ini gua kalah..."
Dikantor kurayu Non Shasha, Non Vania, Non Michelle, non Ay hwa dan
Non Sherin. Bukan hanya duet combo, namun kusuguhkan super combo
yang pasti akan membuat kalang kabut si baju coklat yang sering
nangkring di dekat lampu merah atau juga menanti "korban" daerah situ
dengan cara bersembunyi. Mulanya "kelima istriku" keberatan dengan
rencana gilaku dan Darso, namun setelah kuceritakan sedikit kisah
sedih siang tadi, mereka langsung berang dan berniat untuk
membantuku dan Darso membalaskan dendam kesumat ini. Selama
beberapa hari aku dan Darso mengintai jadwal si gembrot yang
akhirnya kutahu bernama briptu Sobir dan rekannya Briptu Anang.
Sesuai dengan rencana,
sepulang jam kantor aku dan
Darso mempersiapkan Non
Shasha, Non Vania, Non
michelle, Non Sherin dan Non
Ayhwa, kelima istriku ngomel
panjang lebar saat aku dan
Darso mempersiapkan
pertunjukan bagi 2 orang
penyakit di sekitar setopan
lampu merah.
"Ujang..!! jangan dibuka terlalu
banyak dong..!!"
"lhaa, katanya mau ngebantu,
buka dikit lagi non..."
"bantu sich bantu.., tapi jangan
dibuka sampe ke sini dong ah"
"iya, gimana sih nih!!"
"paya hot nonn, buka satu kancing lagi ya..."
"rok nya non, ditarik ke atas dikitttt lagi.."
"udah ah cukup, idih, pokoknya enggak, ihh Darso..!!"
Akhirnya setelah siap, sebuah mobil Panther berwarna silver meluncur
ke tujuan. Bom sex dengan daya ledak tinggi tersedia di dalamnya.
Dengan sengaja Non Michelle memarkir mobil di tempat dengan rambu
dilarang berhenti. Tak lama si baju coklat terlihat menghampiri dan
mengetuk kaca samping mobil yang berwarna hitam. Dua orang
sekaligus, Briptu Anang dan Briptu Sobir berjejer sambil memasang
wajah seram, perlahan kaca mobil bagian depan turun. Aku dan Darso
berdiri pura-pura hendak menyeberang jalan.
"selamat siangg... hahhhh ?? !!cegluk"mata Briptu Sobir melotot ke
dalam mobil
Seraut wajah wild-wild west membuatnya tertegun dengan mulut
ternganga lebar, kumisnya hampir jatuh saat mata mupengnya
melompat keluar.
"siang pakk, ada apa ya ??"
"apakah saudari melihat rambu itu ?? disini dilarang berhenti..."
"lihat pakk, "
"lalu mengapa saudari berhenti disini ??"
"ya pengen aja" Non Michelle menjawab asbun.
"ya tapi itu berarti anda sudah melanggar peraturan lalu lintas dan lagi
mengapa saudari tidak mengenakan sabuk pengaman ??"
"susah pakkk..."
"Susah ? susah kenapa ??"
"kalau pakai sabuk pengaman dada saya terasa sesak pak.."
"ceglukkk.. Uhhhh..!! @_@"
mata Briptu Anang tambah melotot ke arah dada Non Michelle yang
membusung saat kedua tangannya terangkat ke atas kepala seperti
orang yang sedang mengusir rasa pegal. Wibawa tetap berusaha dijaga
oleh Briptu Anang dan Briptu Sobir namun selangkangan mereka tidak
dapat berbohong. Sesuatu membuat bagian celana mereka
menggembung sesak. Saat paha-paha mulus sengaja menggoda mata
si baju coklat yang terlihat gelisah, keduanya larak-lirik kedalam mobil
dengan tatapan mata berbinar, aku dan Darso menahan tawa mendengar
suara Briptu Anang yang tergagap sambil berusaha menjawab
"wallpaper Hp saya bagus nggak pak.. ??"
"ehh, eeee. B-bag-Bagus... wahhhhh....mulus glekkkk..."
"ihh bapak liatin apaan sih pak.., masa wallpaper hp saya mulus..."
"ehhh.. bukan, ya, bagussss"
Dengan nakal Non Michelle menyodorkan Sim dan STNKnya ke arah
selangkangan Briptu Sobir. Gerakannya seperti dibuat tidak sengaja
saat mengelus gelembungan celana si polisi gemuk. Mata Briptu Sobir
melirik selangkangan Non Shasha yang duduk agak mengangkang
sambil memainkan Hp-nya.
"Perlu STNK dan Sim saya pak ??"
"ooo, nda usahhh.. nd-dah...., eheummm.. glekkkk, ngak usah"
"yawdah kalau gitu , dah bapakk, .muach"
"We luv u pakk, byeeee..., c u ^_^"
Briptu Anang dan Briptu Sobir memelototi bokong mobil Panther yang
menjauh dan menghilang di tikungan. Mereka sepertinya menyayangkan
tak sempat menahan mobil itu dengan lebih lama lagi karena masih
shock digoda oleh yang bening-bening,
Aku dan Darso berjalan santai menjauhi dua orang "penyakit berbaju
coklat". Stik diselangkangan mereka masih menonjol saat meniup-niup
peluit "prittt.. pritttt pritttt" pengemudi sebuah mobil honda city
berwarna silver metalik kebingungan saat dua tangan si baju coklat
menunjuk ke atas langit.
"Pakkkk...., masa ke atasss ?? !!!" si pengemudi berteriak.
"Haepphh uhuk khekkk" hampir saja Sigemuk coklat menelan peluit-
nya.
Aku dan Darso masuk ke dalam mobil yang menunggu di tikungan.
Spontan kami tertawa terpingkal melihat ekspresi wajah mupeng briptu
Anang dan Sobir di layar lebar Sony experia X10 milik Non Shasha.
Rupanya di tengah-tengah kesibukan, Non Shasha masih sempat-
sempatnya mengabadikan moment-moment khusus yang pasti tidak
akan pernah dilupakan oleh "dua orang preman berbaju coklat".
"ii, Ujang jangan disini ah...."
"nggak apa nonnnn, tenang ajaaa rileksss he he"
Non Sherin terlihat was-was, dengan santai tanganku mengelus-ngelus
pahanya. Tangan mungilnya mencubit lenganku, saat tanganku
mencari-cari sesuatu di dalam rok mininya, ia mengapitkan kedua
pahanya saat jariku menoel belahan vaginanya.
"nahhh, ini baru bener non, kan gampang kalo saya mo colek-colek.."
Non Sherin pura-pura tidak mendengar, ia memalingkan wajahnya ke
kiri ke arah jendela yang berlapiskan kaca film hitam. Aku semakin
berani meraba-raba, kucium pipi Non Sherin yang sedang meringis.
Tampaknya ia menikmati permainan jariku yang menggesek-gesek
belahan vaginanya kemudian menekan lembut tonjolan klitorisnya. Aku
menoleh ke kanan saat merasakan remasan seseorang yang meremas
gembungan yang masih rapih menyimpan Ujang junior. Non shasha
tersenyum malu-malu kucing dengan wajah merona merah.
"ckiiieettt...!"
"Wadowwww MAMPUS dahhh..."
"oww maaf , aduh maaf Darso,kegigit yach... "
Di jalan kecil yang sepi, dengan jahil Non Michelle menginjak rem
mendadak. Terdengarlah suara hiruk pikuk di dalam mobil, dan yang
paling keras suara jeritan Darso yang duduk di kursi belakang, rupanya
tak sengaja, Non Ayhwa yang sedang melakukan service menggigit
baso Darso.
"Michelleeeeee...!!"
"ati-ati dong Chel..."
"abis kalian sih mau senang sendiri, aku kan jadi nggak bisa konsen,
pada sabar donggg, ntar kita kupas rame-rame diatas pesawat he he
hehe"
"Yeeee, bilang aja lu ngiri....ha ha ha ha"
"ha ha ha ha.., " Non Michelle tertawa lepas.
Dengan sengaja Non Michelle mendesah keras keras, tawa merdu yang
bersahutan membuatku semakin gelisah dan tak sabar ingin merasakan
seperti apa rasanya dikupas di atas pesawat. Selanjutnya... Deg deg
deg deg deg.... aku dapat mendengar detak jantungku sendiri, kursi
penumpang di dalam pesawat memang terasa nyaman kududuki, namun
entah kenapa hatiku tidak tenang.
"Ujang jangan tengang gitu dong, tumben nih masih layu he he he"
Non Vania terkekeh sambil mengecup pipiku, jarinya mengusap
celanaku, namun si Ujang junior masih gemetar ketakutan di dalam
kurungannya.
"euhhh, non, yakin aman nih?? !!" aku bertanya panik saat merasakan
pesawat yang kami tumpangi mulai maju dan WAKKKK, sepertinya
mulai terbang nih, aku menutup kedua mataku serapat yang aku bisa.
"waduhhh, suami kita pada takut terbang yach...??" canda non
Michelle.
"glekkk.. ceglukk, nggak , nggakk takut koqqqq... bener nggak Soo??"
"Hoo hoo-ohh, iya iya, b-bener jang kita mah nggak ada yang
ditakutin..."
"kok pada merem sich?? udah ngaku aja, pada takut terbang kan ?"
"Maklum Non, saya sama Darso belum pernah terbang.., jadi yah agak
merinding merinding gitu deh...yakin ini tehh aman non ??"
"amannnn, tapi nggak pake tehhhhhh...."
"tapi non, kapal segede gini koq nggak ada penumpang yang lain
selain kita?? kan mubazir tuch tempat duduknya banyak amat yang
kosong"
"ada dechh, "
"Lagian agak aneh, koq kita-kita boleh cuti sih ?? bisa samaan lagi
ngambil cutinya ?? "
"udah ah jangan banyak tanya , sretttt..." non Michelle menarik
resleting celanaku ke bawah.
"Darso koq merem aja sich, sini dongggg..."
"e-ehh..nonn, mulus amat pahanya ?? aduh."
"eit.!!, Darso hati-hati siniii...pelan - pelan..."
Non Ay Hwa tersenyum menggoda. Darso melangkah dengan lutut
gemetaran, ia hampir saja keseleo, rupanya ketimbang jatuh Darso
memilih untuk merangkak. Si gemuk Darso mendekati paha mulus non
Ay Hwa yang semakin lebar mengangkang. Suara desahan kecil
membuatku melirik ke arah suara non Ay Hwa menggemaskan. Ay Hwa
merinding merasakan hembusan-hembusan nafas hangat Darso yang
menerpa permukaan vaginanya. Sepasang kakinya yang mulus semakin
pasrah mengangkang dan tangan kanannya mengusapi kepala Darso
yang tengah asik menyantap selangkangannya.
"emmmh Darsoo jangan digituin ah, aku geli, ihhhh"
Dengan bernafsu Darso menjilati vagina Non Ay Hwa yang menggeliat-
geliat resah di kursinya. Ujung lidah si Obe gemuk menyentil dan
mencokeli klitoris mungilnya yang menonjol. Terkadang Non Ay Hwa
mendorong kepala Darso sambil mengapitkan kedua kakinya rapat-
rapat saat Darso semakin garang dan galak melumati vaginanya yang
berlendir. Karena tidak tahan akhirnya non Ay Hwa mendorong pundak
Darso. Sedikit penolakan dari Non A Hwa membuat Darso berubah liar,
si gemuk terlihat tangkas memelucuti pakaian Non Ay Hwa, tubuhnya
yang putih mulus tampak kontras dengan tubuh Darso yang hitam
gemuk. Dengan mata berbinar Darso menjulurkan lidahnya untuk
menjilat puting susu Non Ay Hwa yang berwarna merah muda. Ujung
lidahnya menggelitik hingga Non Ay Hwa mendesah keenakan,
payudaranya semakin indah membongkah dan putingnya mengeras
karena terangsang.
"enyak non, enyakk happp eummm..Nyoottt nyoooottt, memmm"
Mulut si obe gemuk tambah lengket mengemut ngemut puncak
payudara Non Ay Hwa. Tangannya berkeliaran menyusuri kemulusan
dan kehangatan tubuh seorang karyawati cantik sementara cuping
hidungnya mengendusi keharuman tubuh Non Ay Hwa yang
menggairahkan. Endusannya semakin naik ke atas keleher, ke rambut,
tangan Darso membelit semakin kuat merengkuh tubuh mulusnya yang
pasrah dengan tatapan mata sayu.
"mmmhh mhhhhh.. ckk mmmmhhhhh..."
Suara keluh kenikmatan terdengar mengasikkan, pangutan-pangutan
semakin memanas seiring dengan semakin naiknya birahi Ay hwa dan
Darso, mulut Darso hinggap di leher jenjang non Ay Hwa. Dihisapnya
leher jenjang itu hingga meninggalkan bekas cupangan kemerahan.
Sementara Non Vania dan Non Shasha mulai melucuti pakaian Darso.
Sebuah batang gemuk berurat tercuat saat celana dalam itu terlepas,
benda panjang milik Darso menjadi rebutan Non Vania dan Non Shasha.
Dengan sengaja Darso memiringkan pinggulnya agar Non Vania dan
Non Shasha dapat lebih leluasa lagi memainkan benda kebanggaannya.
"Sha..., koq rasanya mirip bakso malang ya ?? "
"Ah masa sih, mana aku coba, emmmmmhh ckk..! enggak ah..gak
sama"
"aku bilang mirip bukan sama..,"
"bakso malang asin he he he he..."
Darso junior sibuk menghadapi kuluman dan kecupan dua orang
karyawati cantik. Belaian lidah yang hangat membuat batang besar
Darso tampak semakin perkasa. Balutan air liur membuat batang Darso
basah, kuluman demi kuluman non Vania dan Non Shasha membuat
kepala penisnya mengkilap. Darso tersenyum sambil meletakkan
batangnya di permukaan Vagina Non Ay Hwa seakan sedang
memamerkan sampai sejauh mana batang itu akan masuk. Si cantik
semakin gelisah saat kepala kemaluan Darso semakin betah bermain di
sela bibir vaginanya. Ia tahu sebentar lagi tubuhnya akan melonjak kuat
dalam kenikmatan, kepala penis Darso menggerus-gerus belahan
vagina Non Ay Hwa, si obe terus mempermainkan birahinya yang
menggebu.
"Akhhhhhhhh..!!" Ay Hwa memekik keras saat sesuatu merangsek kasar
menusuk belahan vaginanya, sekujur tubuhnya mengejang dan terasa
lemas saat batang besar Darso amblas semakin dalam, butir-butir
keringat yang mengucur deras memperindah lekuk liku tubuhnya yang
terdesak oleh benda panjang di selangkangan Darso
"ayo Hwaaa, lawannn..."
"Goyangg.. goyang terus hwaaa... jangan mau kalahh..."
"nnggghh, susah, besarrr Dar...sooo, pelannhh, aduhhh, owwww..."
Berkali-kali Ay Hwa memohon belas kasihan saat batang Darso
menggasak liang mungilnya namun batang besar itu terus menghujam
tanpa ampun. Dengan disemangati oleh Non Shasha dan Non Vania, Ay
Hwa berusaha bergoyang menyongsong sodokan sodokan kuat itu
dipadu dengan sodokan lembut yang dalam yang membuatnya semakin
kewalahan. Nafasnya berhembus tak beraturan dan benteng
pertahanannya pun tak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi
menghadapi enjotan lembut alat kelamin Darso yang panjang gemuk.
"clepp cleppp cleppp Bleppppphhhhh..."
"cruttt cruttt unnnnhhh...."
"mau lagi non ?? nga ha ha ha ha.."
"nggak ahh, udah Darso, udahhhh.., cukup."
"bohong, kemaren Ay Hwa pernah bilang pengen sepuluh kali..."
"pengen dianal juga katanya..."
"Oooo, gitu yahh, sini non, nungging..!!"
Non Shasha dan Non Vania memprovokasi Darso yang langsung
bertindak garang menarik dan menunggingkan Non Ay Hwa yang
berontak. Non Vania memegangi tangan Non Ay Hwa, sementara Non
Shasha membimbing batang Darso menuju liang anus Non Shasha.
"bohonggg, jangan Darsoo, jangan!!" Non Ay Hwa memohon.
"JREBBBBB... Breppphhhh....! JEBOL" Darso berteriak sambil merojok
kuat anus non Ay Hwa.
"Heeeggghhhhh, mampus akhuuuu.." Non Ay Hwa mengerang keras
saat Darso menusukkan batangnya,
Liang anusnya terasa panas dan sesak, dengan lembut Darso
menunggangi Non Ay Hwa. Setelah mengocok kuat, non Shasha
membuka sebotol sampanye. Disemprotkannya buih buih sampanye ke
sekujur tubuh Non Ay Hwa, tubuh Vania dan juga tubuh Darso, aroma
persetubuhan bercampur dengan aroma sampanye yang memabukkan.
"Spruttthhhh...."
"Awwww, gila kamu Sha, awas yach... aku balas..., pegangin Sher,
Ujang bantuin dong pegangin si Shasha....."
Non Michelle terkejut saat Non Shasha menyemprotkan sampanye ke
belahan pantatnya yang sedang menungging. Aksi kulumannya berhenti
dan Ujang junior terbebas dari emutannya yang asoy, emutan yang
membangkitkan rasa beraniku. Aku mendekapnya dari belakang dan
Non Sherin memaksa kedua kaki non Shasha untuk mengangkang,
dengan dua jari Non Michelle menguakkan bibir vagina Non Shasha.
"ehhh, kalian mau apa ?? sherina lepas....OWWWWWWW...., ampun-
ampun AUCHHHH..."
Non Shasha menjerit saat isi vaginanya terkena semprotan buih
sampanye yang dingin. Non Michelle menembaki isi vagina non Shasha
dengan sampanye tanpa mempedulikan pemiliknya yang kelojotan. Si
pirang tampak ahli memainkan vagina Non Shasha, jarinya menekan
hingga klitoris non Shasha menonjol kemudian menggosoknya dengan
botol sampanye. Kontan saja tubuh non Shasha mengerjat - ngerjat
hingga akhirnya menggelepar, vaginanya berdenyut kuat menyemburkan
lendir-lendir putih kental.
"Ousssshhhh,, akhhhh, crutt cruttt...."
Non Sherin menolak saat Non Michelle menyuruhnya untuk menjilati
lelehan lendir di selangkangan Non Shasha. Ia menolak dan
menggerutu, semakin keras Non Sherin menolak semakin hebat pula
Non Michelle merayunya.
"ayo Sher, enak loh,."
"nggak ah aku ngak mau Chell..."
"udahhh, nyicip aja, dikit..."
Non Michelle menekan kepala Non Sherin ke arah selangkangan Non
Shasha sambil terus merayunya agar mau menjilat lelehan harum yang
sudah bercampur dengan aroma sampanye. Dengan ragu Sherin
mencoba mennjulurkan lidahnya, dan sllcckkkk, sambil terus menekan
kepala Non Sherin, Non Michelle mulai bergabung lidahnya saling
berbagi mengecap cairan gurih yang meleleh dari belahan bibir vagina
Non Shasha yang duduk bersandar sambil mengangkangkan kedua
kakinya lebar lebar, ia semakin keras merintih saat kedua tanganku
meremasi induk payudaranya.
"owww..!! Michelle...., jangan, hsssshhh.. ja....ngannnnhhh"
"ohhh Sherinn, muachh muachhh..."
Non Sherin menjerit saat non michelle menerkamnya, mereka berdua
bergulingan, non Sherin mendorong Michelle saat sipirang bernafsu
ingin mengemut payudaranya. Non Sherin menyilangkan kedua
tangannya di dada berusaha melindungi payudaranya dari sergapan
mulut Michelle. Sekali lagi non Sherin mengeluh saat non Michelle
mendorongnya hingga jatuh terlungkup. Dengan liar Non Michelle
menaiki punggung Sherin. Terdengar penolakan bercampur dengan
rintihan dari bibir Non Sherin saat non Michelle menggeluti tengkuk
dan pundaknya. Sambil menonton pergumulan antara non Michelle dan
non Sherin yang semakin seru kutarik non Shasha, dalam posisi duduk
saling berhadapan non Shasha menurunkan belahan vaginanya. Dengan
setia kepala kemaluanku menunggu belahan vaginanya, kedua
tanganku menarik pinggangnya untuk turun.
"Blesssssshhhhh, ouhh, ssshhhh..."
Non Shasha seperti tersiksa saat batangku amblas menyelami belahan
vaginanya yang peret. Butiran keringatnya mengucur deras, wajahnya
mendongkak ke atas seolah memberikan ruang untukku untuk
mencumbui batang lehernya. Naik turunnya vagina kusambut dengan
menyentakkan batangku ke atas kuat-kuat.
"nnnhhhh...!!"
"oughh, non Shasha...."
"Ujangggg... nnnggghhhhhh"
Shasha mengeluh, sodokan-sodokan Ujang jonior yang akurat dan liar
membuatnya melayang semakin tinggi, desahannya berbaur dengan
desahan Non Michelle, Non Ay hwa, non Sherin dan non Vania. Shasha
menoleh ke arah Sherin, ia tersenyum dikulum saat melihat Sherin
terlentang pasrah sementara Michelle terlihat asik asik menyusu di
dadanya. Nafas Sherin terlihat semakin memburu saat Michelle
mengejar sesuatu di selangkangannya. Tiba-tiba Shasha mengerjat
dikejutkan oleh rasa nikmat yang menyengat vaginanya. Tubuhnya
menggeliat erotis dalam pelukan Ujang yang nyengir bak arjuna menang
perang. Sang Arjuna merobohkan dirinya ke belakang, kemudian
meluncurkan tombak di selangkangannya hingga tubuh Shasha
tersentak-sentak ke atas saat batang besar Ujang merojok kasar dalam
posisi woman on top. Berkali-kali liang mungilnya menyemburkan
cairan hangat kental.
"Akhhhh.. crrutt crutttt..." tubuh Shasha ambruk ke dada Ujang
Dirinya sudah tak sanggup lagi melayani nafsu seorang obe yang
nyengir keenakan sambil terus mengocoki belahan vaginanya.
Robohnya Shasha bukan berarti berhentinya Ujang junior yang semakin
asik menggempur liang mungilnya.
"auhhhh, gila kamu Chelll... gila ohhhhhhh ampunnn Chelll. Aaaa"
Mulut Michelle mengunyah kuat-kuat vagina Sherin. Omelan dan gerutu
terdengar di sela-sela desah kenikmatan Sherina. Rintihan Sherin
semakin keras saat Michelle membuka bibir vaginanya. Kulepaskan
tubuh non Shasha yang sudah tidak berdaya dan kuambil posisi di
belakang non Michelle yang tengah asik menikmati isi vagina Non
Sherin. Kutempelkan batangku pada belahan vaginanya dan kutusuk
liang si pirang.
"Ouchhh...!!"
"Bleppp bleppphh clepppp....PLOK PLOKK PLOKKK"
Non Michelle menghempas-hempaskan buah pantatnya ke belakang.
Gerakannya sungguh liar, ia melawan gempuranku, kusodokkan
batangku dengan lebih kasar lagi hingga tubuhnya tersungkur-sungkur.
Sebagai pelampiasan Non Michelle bertambah kasar menggeluti isi
vagina Non Sherin yang mejerit bersahutan dengan si pirang dalam
birahi yang bergolak membakar sisi-sisi liar gairah kewanitaan mereka
berdua. Aku mengulum senyumanku saat mendengar Non Ay Hwa
memohon pada Darso yang begitu pandai menggempur lembut liang
vaginanya dan berkali-kali merobohkannya berkubang dalam lumpur
yang paling nikmat.
"ohhh, Darso....cruttt cruttt, sudah Darso sudah, aku nggak kuat lagi"
"bolehh tapi syaratnya cerai-in suami non Ay Hwa, trus kita kawin
yach.."
"emmmmh iya...., terserah kamu So, terserah, tapi sudah dong , aku
capek"
Darso melepaskan tubuh Non Ay Hwa yang mengeluh kecapaian.
Pinggul Darso mundur ke belakang hingga Darso junior terlepas dari
jepitan liang vagina Non Ay Hwa, dengan wajah mesum Darso
mengusap vagina Ay hwa yang memar kemerahan akibat perbuatannya,
Si gemuk berdiri sambil menarik tubuh Vania yang mengalungkan kedua
tangannya ke leher Darso saat si obe gemuk mengait selangkangannya
dalam posisi berdiri. Posisi Non Vania mirip seperti sedang digendong
tapi dari arah depan dengan selangkangan yang saling merapat. Wajah
Vania terlihat renyah saat batang Darso membelah liang mungil di
selangkangannya.
"wowww ?? non Vania makin hebat aja dehh..."
Darso cukup terkesan dengan kemahiran Non Vania, tangan Darso
menopang buah pantat Non Vania. Sementara kaki mulus Vania
berusaha menjepit pinggang Darso, mata Vania melotot merasakan
nikmatnya gerakan batang besar yang begitu kuat menumbuki liang
mungil miliknya.
"Ahhhhhhhhhh...!! crutttt crutttttt....."
Sepasang kaki mulus Non Vania terjuntai tanpa daya saat tubuhnya
menggelepar dilanda rasa nikmat yang berlebih, lendir-lendir yang
membanjir membuat suara tumbukan semakin keras dan jelas. Mulut
Darso melumati bibir Vania yang tak henti hentinya merintih dan
mendesah. Setelah puas menggempur dalam posisi berdiri. Darso
menurunkan tubuh Non Vania yang bersimbah keringat. Si gemuk
tersenyum melihat lendir yang meleleh di paha Vania sebelah dalam.
Vania mengusap batang panjang di selangkangan Darso sebelum
akhirnya ia berbaring dengan santai di bawah kaki si gemuk. Kedua
kakinya yang mulus tertekuk mengangkang kemudian ia bertumpu pada
ujung kaki mengangkat pinggulnya ke atas setinggi yang ia mampu.
"anjrit, oh nonnn, indah nian "
Darso berlutut kepalanya mengejar selangkangan Vania yang terangkat.
Aroma vagina tercium kuat dicuping hidungnya, belahan mungil
berlendir di selangkangan gadis cantik itu yang merekah menyebarkan
aroma harum khas yang disukai oleh pencinta lendir.
"sllcckk nyottt mhemmm nyemmm..srrrpphhh..."
Darso membantu menopang pantat Vania sementara mulutnya sibuk
menghisap liang vagina gadis itu. Puas melumati liang vagina, Darso
kembali menempelkan batangnya pada belahan hangat yang kesulitan
menelan kepala kemaluannya. Wajah Vania memerah saat batang itu
diamblaskan oleh pemiliknya dengan paksa, saat Darso menghentakkan
batangnya ke bawah dengan kasar. Vania mengangkat pinggulnya ke
atas kuat-kuat.
"Bhubbb.. bhubbb bhubbbb.. Jrebbb" terdengar suara keras tumbukan
dua alat kelamin yang saling beradu dihantamkan oleh pemiliknya.
Nafas keduanya berdengusan disiksa oleh sang nafsu, suara erangan
kenikmatan Vania disambut suara keluhan Darso,
Vania mencoba sekuat tenaga untuk mengimbangi gerakan Darso, tubuh
mungilnya menggigil, kedua lututnya semakin gemetar dan kakinya
terasa lemas namun ia tetap mengangkat pinggulnya sekuat tenaga
hingga titik pertahanan yang terakhir. Di saat batang itu meluncur dan
beradu, vaginanya kalah telak dan terhempas tanpa daya di bawah
selangkangan si Obe gemuk. Vania nyengir kucing saat merasakan
kedut-kedut kenikmatan yang membuat tubuhnya menggelepar dengan
nafas memburu kencang, ia terdiam saat Darso membalikkan tubuh
mulusnya yang banjir keringat, batang Darso menaiki buah pantatnya
yang empuk. Ketidak berdayaan Vania seperti mengundang binatang
liar itu untuk membelah liang anusnya.
"AKHHHH..."
Tubuh Vania menggeliat dibawah tangan Darso yang mencengkram
pinggulnya kuat-kuat. Anusnya mengkerut saat benda asing besar itu
memaksa untuk masuk sementara anus yang mengkerut membuat Darso
harus mengeluarkan tenaga ekstra menjebloskan batang besarnya ke
dalam anus gadis itu.
"Arrrrhhhh errrrhhh hssssshh AWWWW..!!"
Erangan pertama terdengar saat kepala kemaluan Darso menjebol anus
Vania, erangan kedua menyusul saat Darso menekankan batangnya
beberapa kali dalam sentakan-sentakan kecil untuk memasuki liang
anus Vania, dan pekikan keras terdengar saat batang Darso amblas
seluruhnya. Selanjutnya suarapun silih berganti antara erang, rintih dan
pekikan saat Darso mulai menggenjotkan batangnya menikmati liang
anus Vania.
"Darso haus ya ?? nih minum.."
"glukkk.. ceglukkk glukkkk,mkasih nonnn..."
Darso menghentikan genjotannya kemudian meminum segelas milo
dingin yang disodorkan oleh Non Ay Hwa kemudian kembali
menggenjot anus Vania yang tengah meneguk segelas milo dingin
hingga gadis cantik itu tersedak.
"uhukk uhukk.. "
"ihhh, Darso ntar dulu kali, orang lagi minum koq disodok sich, kacian
kan Vania..."
Darso cuma terkekeh sambil menepak gemas buah pantat non Ay Hwa
yang berusaha berdiri sambil menjajakan minuman. Sambil menggenjoti
anus Vania tangan kiri Darso menggapai payudara gadis itu dan
meremas-remas dan memilin putingnya yang mengeras hingga Vania
merintih hebat. Darso protes saat mendengar suara pekikan non Ay
Hwa.
"Oiiii... JANG, awas lu..!! jangan kasar-kasar sama calon bini gua..."
"pinjem bentar gua butuh liangnya so, he he he"
"sompret luh..."
Setelah meneguk minuman dingin kulepaskan tubuh si pirang yang
sudah terkapar lemas. Sebagai gantinya kurengkuh tubuh Non Ay Hwa,
dengan santai aku duduk bersandar di kursi. Non Ay Hwa duduk
mengangkang di perutku, kuelus buntalan payudaranya dan kuremasi
keindahan sepasang payudaranya yang putih. Payudara non Ay Hwa
tidak begitu besar namun terasa padat. Kutarik wajahnya dan kulumat
bibirnya yang merekah, nafas non Ay Hwa terdengar berat saat
kubenamkan wajahku di belahan buah dadanya, kuhirup dalam-dalam
aroma harumnya payudara Non Ay Hwa sebelum kuhisapi buah ranum
di dadanya.
"Ujanggghh, nnnhhh , hsssshhh..."
"mummmmm.., nyottt nyottt, he he he, nyoooott muachh nyoot"
Kedua tangan non Ay Hwa mendekap kepalaku hingga wajahku semakin
dalam terbenam di belahan dadanya. Dengan ujung lidah kugelitiki
belahan buah dadanya dan kuciumi payudaranya yang indah, non Ay
Hwa menggesek-gesekkan vaginanya keperutku. Dapat kurasakan
lendirnya yang harum hangat dan lengket, buah dadanya yang indah
mengundangku untuk lebih menikmati buah itu. Kusentuh induk
payudaranya dengan lembut dan perlahan, tubuhnya menggeliat ketika
aku membuat gerakan melingkar yang menyempit hingga mendekati
puting payudara. Rangsanganku membuat puting payudaranya
meruncing dan mengeras, kuremas dengan lembut dan kuvariasikan
dengan menyentuh putingnya. Saat ia merintih kucapit putingnya
dengan dua jari dan kuputar seperti sedang membuat bulatan.
Kusiapkan non Sherin menungging di sisi Non Ay Hwa yang juga
kutunggingkan. Kutekankan dan kukait vagina Non Ay Hwa, kusodok
kuat menggunakan seluruh kemampuan dan tenagaku, kutunggangi
tubuhnya hingga butiran keringat membasahi punggung dan
pinggangnya. Kupacu dan terus kupacu hingga terdengar suara rintihan
lirihnya
"ohhhhhhhhhhhhhh cruttt cruttt crutttt..."
Kupindahkan batangku yang basah oleh cairan vagina Non Ay Hwa
kerutan anus Non Sherin, ia melenguh keras saat kubongkar paksa
anusnya, kucengkram pinggulnya kuat-kuat. Saat kusodokkan
batangku kutarik pinggangnya kevbelakang hingga tumbukanku
semakin kuat.
"PLOKKK.. PLOKK PLOKKK"
"UNGGHH UNGGGG NGUUUUHHH...."
Non Sherin mengeluh dan terus mengeluh, ia merintih saat Ay Hwa
membantunya dengan melakukan remasan dan jilatan pada putingnya
yang mengeras. Cumbuan-cumbuan Ay Hwa yang hangat
menghanyutkan membuat Sherin menikmati keliaranku. Jari kanan Ay
Hwa menggosoki belahan vagina Sherin sementara tangan kirinya
meremas-remas payudara Sherin yang terayun bebas mengikuti
sodokan batang penisku.
"ouuuhc.. srruttt crruttt...., aduh-aduduhh sakit Ujang sakittt..."
Kuhentikan gerakan kasarku menyodomi anus non Sherin sebagai
gantinya aku tidur terlentang dan kunaikkan vagina Non Sherin ke atas
batang kemaluanku. Crebbbb, raut wajah non Sherin terlihat
mengenaskan saat kubenamkan batang besarku, ia terlihat kewalahan,
erangannya terdengar keras saat tubuhnya tersentak-sentak ke atas.
Seiring berjalannya waktu entah sudah berapa kali tubuhnya mengejang
keenakan dan vaginanya berkedut kedut menyemburkan cairan
kenikmatan.
"Ujang, emmhh ,ahhhh...mmm mmmmmhhh"
Non Ay Hwa memeluk dan mengulum bibir Non Sherin, mereka berdua
saling memangut dan bergantian menaiki batangku dan bergantian pula
batang penisku dimandikan oleh lelehan cairan vagina Ay Hwa dan
Sherin. Kini vagina Non Ay Hwa bermain naik turun pada batangku
sementara Non Sherin menyodorkan vaginanya ke mulutku. Kukunyah
vaginanya yang legit sambil terus menyentakkan batangku ke atas
menyerbu kenikmatan di selangkangan Non Ay Hwa
10 menit kemudian terdengar lenguhan dari bibir Sherin, Ay Hwa dan
Vania yang sedang dikerjai oleh Darso, dua batang yang haus akan
kenikmatan menyemburkan cairan klimas dalam tempo yang berbeda.
"Crotttt Crottt Crotttt......."
"Heugghhh Kecrottt crottttt..........."
"hi hi, Ujang minum nihhh...."
"kamu juga Darsooo, ayo sayang..."
"Gluphh... Glukk Glukkk..."
"Ceglukkk, Burpphhh Glukkkkkk"
Aku dan Darso yang ambruk kecapaian dicekoki oleh non Michelle dan
Non Shasha. Entah berapa botol sampanye yang sudah habis akibat
kenakalan mereka mencekoki kami berdua. Dunia ini serasa oleng ke
kiri dan ke kanan kemudian "BYAR PET PYAR PETTTTTT...."semuanya
tiba-tiba saja menjadi gelap.
OUCCCHHHH....!! wer em ai ? , Kupincingkan mataku untuk memperjelas
pandanganku yang masih kabur. Kepalaku terasa pusing, setelah
beberapa kali berkedip yang cukup lama aku mulai tersadar. Sekuat
tenaga aku meronta, buset, aku terikat diatas ranjang besi, kupanggil
nama istriku satu persatu namun tidak ada satupun di antara mereka
yang menyahut.
"non Shasha, !! Non Michelle, Non ..Vaniaaaa dll dst dsb..."
"Ujangggghh,sebentar dong, udah ngak sabar ya ? hi hi hi..."seseorang
muncul dari balik pintu sambil menyahut memanggil namaku.
"WHUAAAAAAA...!! B-Buu Selmy ?? !!!"
(Yohana : Oye ^_^)
(All : AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA @_@.....!!!!!)
Tak terkira kengerian yang kuhadapi saat melihat sesosok kurus kering
melenggok genit berjalan ke arahku. Tubuhnya masih bersimbah
keringat, ia mengkikik hingga bulu kuduk-ku berdiri dan robohnya
Ujang junior tergeletak tanpa daya. Aku menjerit dan meronta sejadi-
jadinya saat si penyihir tua melompat menerkamku, tangannya
menyambar kemudian meremas dan mengocoki batangku, bibirnya
monyong mengecupi pipi kiri dan pipi kananku.
"AUHHH.. WHOAWWW, AMPUN BU, AMPPPUUUUNNNNN..!! ANJRIT
MAMPUS DAHHHHH..!!.WHOADOOOOOOHHHH."
"cup.. cupp muachh hi hi hi ... hiii hiii.. muachhh..!!ayo Ujang, berdiriin
dongg tititmu, masa lemes gini, cmon beib, nih sedot susu ibu.hi hi hi"
"JANGAN bu, jangannnn..!!KAGA MAU, susunya udah basi buuu..!!
WHUAAAA...!!AMPOOOOONNN, Ehhhhh ??Lhaaaa ??ehh ituuu......."
"Eihhh, cobain dulu.., belum dicoba koq udah nolak sich hik hik hik.."
Tiba-tiba mataku melotot kearah belahan dada bu Selmy, ada sesuatu
yang kukenali, itu..!! astaga..?? OMGGGG, di antara payudaranya aku
melihat sebuah tanda lahir , itu...!! tanda itu...!! aku tidak akan pernah
melupakan orang yang telah merengut keperjakaanku. Seorang wanita
bertubuh gemuk, hemmmm, koq sekarang jadi kurus kering begini
ya ?? !!! diet dan sedot lemak kali ?? ahhh..!! itu tidak penting.
"jalan xxxx rt xxx rw xxx....!! Adowwww...."Aku menjerit karena si peot
terlalu kuat meremas batangku akibat terkejut.
"kam-kamu.., siapa kamu sebenarnya...."si putih peot mangap sambil
bertanya.
"nama saya Ujang buu , UJANG...!! saya obe di kantor ibu.....!!"
"SAYA TAHU ITU...TOLOL....!!
Bu Selmy seperti melamun kemudian terdengar suara cemprengnya.
"mungkinkah kamu si anak kecil bertitit besar itu ?? jawab??"
"Nahhhh itu-kan INGET...!!begitu saya melihat tanda di susu ibu yang
peot saya yakin 1 juta persen orang itu pasti ibu, saya tidak akan
pernah melupakan tanda lahir di susu itu seumur hidup saya!! TIDAK
AKANNNN...PERNAHH!! pokoknya sekarang juga lepaskan saya buu..,
kalau enggak saya laporin ibu sama komnas ham, sama kak Seto dll
ehh iya nggak lupa saya laporkan sama pak polisi, kalo perlu saya
laporkan juga sama Bang Oma atas apa yang pernah ibu lakukan
terhadap saya.....!!LEPASKAN..!! LEPASKAN ENGGAK ?? !!!"
"iy-iya jang.., iya..., iya..."
Aku sedikit merasa lega saat dengan gemetar binatang tua itu
menyahut sambil melepaskan ikatan di kedua tangan dan kakiku yang
terikat mirip huruf x. Begitu semua ikatan sudah terbuka aku melompat
sambil menyambar sehelai selimut tanpa mempedulikan si tua yang
memohon agar kusetubuhi. @_@...% # !!, e-ehhh maksudku agar
kuampuni....!! Dengan tegas kupaksa dia untuk menunjukkan kamar
tempat Darso disekap....! waduh ..!! sungguh malang nasib Darso yang
kutemukan dalam keadaan terikat. Abis diapain sampe diiket iket
segala , kulepaskan si gemuk DARSO.
"HU HU HU HU, gua diperkosa janggg... Huu huuuu"
"hah? diperkosa sama siapa ? terus gimana enak ??bagi-bagi dung"
"SETAN luh .JANG!Gua baru diperkosa ama bu Selmi NYOHO...!!hu hu"
"MAMPUS DAH!!! Kalo itu mah buat elu aja dah, btw lu ngak apa - apa
Shooo...!!"
"HIDUP GUA ANCUR JANG,ANCURRRRR HU HU HUU HUUU...."
"tenang Sooo, gua bakal bikin bu Selmy membayar semuanya..!!" aku
buru-buru menghibur Darso yang menangis sesegukan.
Kubalikkan tubuhku, kudekati bu Selmy yang mundur ketakutan
menghadapi kegaranganku. Aku terus merangsek sampai ia tersudut di
pojok kamar tempat Darso disekap dan diperkosa.
(yohana : ready sex scene 2, bu Selmy renyah kaya jamur crispy...,
semuanya siap - siappppppp......, ACTIONNNNN....!!)
(all : waduh !! lagi ?? !! )
"tenang aja bu , saya ngak akan merkosa ibu....!!!"
(All : Fiuhhh, (bernafas lega)
"Tapi sebagai ganti atas apa yang ibu telah lakukan terhadap saya dan
Darso.... he he he he he..., begini buuuuuu" aku berbisik ditelinganya
".............................??? gila kamu...!! saya tidak mungkin melakukan
itu...." tolak bu Selmy dengan mata melotot.
"terserah ibu..., pokoknya sekarang saya Cuma ngasih dua pilihan buat
itu, satu jalan ibu bisa bebassss..., tapi satu jalan lagi...., berakhir
dipenjara + kebangkrutan....., lagian kan ibu nggak punya keturunan....,
nggak ada yang akan dirugikan nantinya...!!"
"berikan saya sedikit waktu untuk memikirkannya..."
"enak aja...!! saya beri ibu waktu satu malam, besok pagi saya tunggu
ibu di depan kantor pengacara ibu...., ingat buu... satu malam saja,
nggak pake lama...!!kalau tidak AWASSS...!! dan satu lagi kembalikan
saya dan Darso kehabitatnya, e-ehh maksud saya ke rumah,
NGARTI ??!!satu lagi bu, saya minta dibeliin motor TIGER..." aku
mengancamnya
Tanpa banyak cerita Bu Selmy mengangguk. Hari itu aku lolos dari
kebuasan bu Selmy. Hanya Darso yang cemberut sepanjang perjalanan,
sesekali ia terisak mengingat kemalangan yang harus dialami olehnya,
Di siang hari yang telah ditentukan, dengan wajah tertunduk sesosok
tua renta mengekori dua orang yang berjalan di depannya, bibirnya
meruncing. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh bu Selmy, seumur
hidup, baru kali ini ia merasa kalah telak dan tidak tanggung-tanggung,
ia dikalahkan oleh dua orang obe berwajah jauh dari kata tampan.
Matanya mendelik saat Ujang menoleh sambil tersenyum dan
mengangguk ramah. Dengan menggunakan motor baru kubonceng
Darso kembali ke kantor kemudian kukumpulkan para istriku di ruangan
bu Selmy. Bibirku meruncing manyun begitu pula bibir Darso, kelima
istriku berjajar dengan wajah tertunduk menatap lantai saat aku dan
Darso mengomel panjang lebar tentang insiden yang terjadi, wass wes
wos wak wek wok..!! aku berkoar-koar.
"maaf janggg maaaaaffff...banget kami dipaksa..." Non Sherin terlihat
serba salah, demikian juga Non Michelle, Non Shasha , Non Vania dan
Non Ay Hwa, bibirku makin meruncing karena rasa kesal yang
menggunung.
"maaf dong Darsooo, abis bu Selmy udah tau kita - kita sering
begituan sama kalian, jadi yaaaaa, bu Selmy ngancam, minta jatah..,
maaf yach maafff." Non Ay Hwa berusaha meminta pengertian padaku
dan Darso, melihat wajah cantik non Ay Hwa murung dengan seketika
hati Darso mencair dan sikapnya melunak.
"Jang , jangan galak-galak donggg, Non Ay Hwa kan jadi ketakutan
tuch, sini sayanggg, Darso nggak marah koq sama non Ay Hwaaaa...,
tapi inget yah non.., sesuai dengan janji non Ay hwa di pesawat,
ceraikan suami non Ayhwa dan nikah sama saya..setuju non??." Darso
merayu sambil merogoh selangkangan Non Ay hwa pasrah mendesah
sambil mengangguk kemudian Darso menarik Non Ay Hwa agar ia
duduk di pangkuannya.
Aku cemberut memelototi Darso yang nggak konsisten, aku
menggaruk-garuk kepala sambil mendengarkan penjelasan dari para
istriku. Rayuan dari istri istriku yang cantik jelita akhirnya membuat
rasa kesalku minggat dari dalam hati ini. Aku berjongkok di hadapan
non Vania dan Non Shasha, tanganku mengusapi kaki jenjang mereka
dan terus merayap naik ke atas sambil menaikkan rok mini mereka.
Mataku menatap sayu pada belahan mungil di selangkangan Non Vania
dan Non Shasha.
"Ujangg , jangan disini uh, ini kan ruangan bu Selmy ntar kalo dia
dateng gimana ??"
"Oooo tenangggggg , sekarang sich direktur yang sebenarnya saya n
Darso, bu Selmy cuma jadi puppet doll aja sslccckk ckkk"
"ihhh Darso ngak mauuu ahhh...."non Ay Hwa mendorong kepala Darso
yang mengendus-ngendus lehernya.
"ha ha ha.. sini dong nonnnn muachhh mmmm"
bergantian aku menjilati vagina non Vania dan Non Shasha dan Darso
terkekeh sambil memperlihatkan isi dari sebuah map biru kepada Non
Ay hwa yang duduk di pangkuannya. Di dalamnya tertulis dengan jelas
ahli waris dari Bu Selmy "UJANG dan DARSO".
TAMAT

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.