Selasa, 17 Maret 2015

Eliza 11: Semalam Bersama Cie Steffany

I. Les Yang Menyenangkan
Jam 15:15. Aku berpikir sejenak, berarti tadi itu aku dibantai sampai
hampir 2 jam di gubuk tukang tambal ban itu. Aku sudah berada di
depan pintu rumahku sekarang. Setelah memasukkan mobil ke dalam
garasi rumah, aku mengambil nafas panjang untuk mengumpulkan
kekuatan. Kemudian aku turun dari mobilku, dan aku sudah
membayangkan akan segera tidur pulas karena capai yang amat sangat
ini.
Masih terasa sekali, sisa rasa sakit bercampur ngilu pada
selangkanganku ketika aku melangkahkan kakiku. Kedua kakiku ini
juga masih lemas dan sedikit gemetar. Tapi aku harus segera mandi,
membersihkan badanku sebersih bersihnya, lalu tidur mengistirahatkan
tubuhku yang sudah hancur hancuran diperkosa oleh 7 orang tadi.
(kisah bb)
Suasana rumah sepi sekali, dan ketika aku terus melangkah sampai ke
depan pintu kamarku, aku tertegun melihat sepasang sepatu,
sepatunya Cie Stefanny.
Aduh, aku baru ingat kalau harusnya aku les sejak jam satu siang tadi.
Aku segera masuk ke dalam kamarku. Tak ada siapa siapa di dalam
sini, tapi pintu kamar mandiku yang tertutup dengan suara gemericik
air dari dalam sana melenyapkan kebingunganku. Aku menaruh tas
sekolahku di atas meja, dan duduk di kursi menunggu Cie Stefanny
keluar dari kamar mandi.
Aku memandangi ranjangku agak lama, dan aku mulai menyadari
keadaan sprei ranjangku sepintas memang rapi, tapi kalau diperhatikan
permukaannya terlalu banyak lipatan tak beraturan seperti sprei yang
belum disetrika saja.
Apakah karena Cie Stefanny tadi sempat tiduran di ranjangku? Mungkin
saja, karena gorden kamarku sekarang ini tertutup. Tapi kalaupun iya,
seharusnya sprei itu tidak sampai lecek di sana sini seperti ini.
'Klik', pintu kamar mandiku terbuka, dan Cie Stefanny yang keluar dari
sana sedikit terkejut melihatku.
"Hai... sudah pulang ya Eliza", Cie Stefanny menyapaku. (c)kisahbb
"Iya, aduh sori ya Cie, tadi...", kata kataku terhenti ketika aku terlalu
tertarik untuk memperhatikan keadaan Cie Stefanny.
Wajahnya merah segar walaupun ada kesan sedikit capek ditambah
nafasnya yang ngos ngosan. Bajunya agak kusut, semua kancing baju
itu juga tidak terpasang, memperlihatkan kaus merah muda di
dalamnya yang membalut ketat tubuh Cie Stefanny. Rambutnya yang
panjang dan biasanya selalu indah tersisir rapi itu kini terlihat sedikit
awut awutan. Sungguhpun begitu, Cie Stefanny masih tetap terlihat
begitu cantik.
"Eliza?", tanya Cie Stefanny sambil memandangiku, membuatku
tersadar kalau aku sudah terlalu lama memperhatikannya. (kisah bb)
"Oh... itu Cie, anu... Cie Cie cantik sekali", aku tergagap panik dan
berusaha menjawab apa saja.
Sadar dengan apa yang baru saja kuucapkan, aku jadi malu sekali.
Tapi belum sempat aku bereaksi lebih lanjut, tiba tiba aku sudah
berada dalam pelukan Cie Stefanny yang melingkarkan tangannya di
belakang bahuku.
"Eliza... thanks ya udah bilang Cie Cie cantik...", kata Cie Stefanny
perlahan. (c)kisahbb
Hangat dan nyaman sekali pelukan ini, membuatku memejamkan mata
dan balas memeluk Cie Stefanny begitu saja. Kulingkarkan tanganku
pada pinggang guru lesku yang hanya sedikit lebih tinggi dariku ini,
dan kusandarkan kepalaku pada pundaknya.
Tiba tiba aku menggigit bibirku sendiri ketika kurasakan rangsangan
pada kedua puting payudaraku.
Oh, aku baru sadar, sekarang ini aku tidak mengenakan bra.
Berpelukan seperti ini, kurasakan kedua payudara kami saling
menekan. Akibatnya, tekanan ini langsung mengenai kedua putingku
yang tak terlindung bra ini, dan hal ini langsung menyengat
perasaanku.
"Mmmh... Cie...", tanpa sadar aku merintih ketika pelukan Cie Stefanny
itu makin erat.
"Kenapa Eliza...", tanya Cie Stefanny pelan sambil melonggarkan
pelukannya, dan sekarang kami berdua saling beradu pandang.
Aku tak mengerti apa yang terjadi dengan diriku. Bertatapan seperti ini
dengan Cie Stefanny, mendadak gairahku kembali meninggi. Sesaat
kemudian aku sudah menerkam Cie Stefanny yang menjerit kecil karena
terkejut. Berikutnya aku menjatuhkan dan menidih tubuh mungil guru
lesku ini di atas ranjangku.
Entah dapat kekuatan dari mana, kini aku sudah berhasil mencengkram
kedua pergelangan tangan Cie Stefanny dan menekankan keduanya di
atas ranjangku.
"Aduh... Eliza... kamu kenapa mmphhh...", kata kata Cie Stefanny
terputus saat aku memagut bibirnya yang memakai lipgloss itu dengan
sepenuh hatiku. (c)kisahbb
Aku merasakan Cie Stefanny mencoba meronta, tapi aku bertekad tak
akan melepaskannya. Kedua telapak kakiku kukaitkan pada kedua
pergelangan kaki Cie Stefanny, dan aku melepaskan pagutanku dari
bibirnya sesaat untuk kemudian mencumbui wajah guru lesku yang
cantik ini.
"Ohh... Eliza...", Cie Stefanny merintih.
Akhirnya tak ada lagi perlawanan yang dilakukan oleh Cie Stefanny. Ia
menatapku dengan sayu, membuat jantungku semakin berdegup
kencang. Aku kembali memagut bibir Cie Sefanny, dan sekali ini ia
sudah mau membalas ciumanku ini.
Maka kulepaskan cengkraman tanganku dan kaitan kakiku dari Cie
Stefanny. Setelah beberapa saat aku mencumbui wajah guru lesku ini
dengan penuh gairah, kini kami sudah bergumul dengan panas di atas
ranjangku. Beberapa lamanya kami saling pagut dan berpelukan
dengan mesra. Desahan dan rintihan kami berdua memenuhi kamarku,
dan kami baru saling melepaskan ketika sama sama kehabisan nafas.
"Eliza... kamu nakal ya...", kata Cie Stefanny sambil menatapku dengan
muka cemberut, tapi jelas sekali ia sedang menahan senyumnya.
(kisah bb)
Aku menjawab dengan menyusupkan wajahku di antara belahan dada
Cie Stefanny. Senang rasanya ketika Cie Stefanny memeluk kepalaku
dan mengusap rambutku. Rasanya nyaman sekali, seperti mengobati
kelelahanku setelah tadi siang aku harus pasrah melayani tujuh orang
yang ramai ramai memperkosaku di tempat tukang tambal ban itu.
"Cie...", aku mengguman pelan.
"Ada apa Eliza?", tanya Cie Stefanny lembut.
"Hari ini, Cie Cie mau ya, menginap di sini?", tanyaku sambil
mendongak dan menatap wajah guru lesku ini dengan penuh harap.
"Kenapa? Kok tumben sih kamu jadi aneh gini, Eliza?", sekali ini Cie
Stefanny menatapku heran.
"Mmm... besok aku ada ulangan bahasa Inggris, dan ada bahan yang
aku belum bisa Cie", kataku mencoba memberi alasan.
Sesungguhnya aku hanya ingin Cie Stefanny menemaniku hari ini. Aku
ingin terus memeluknya, mencumbuinya, dan bahkan kalau mungkin
bercinta dengannya. Entah mengapa Cie Stefanny hari ini terlihat amat
menggairahkan bagiku. Dan aku sudah membayangkan malam ini aku
akan bercinta dengan Cie Stefanny, walaupun mungkin sebaiknya nanti
itu aku dan Cie Stefanny sama sama menahan lenguhan saat
menikmati percintaan kami, supaya tak ketahuan oleh keluargaku.
"Iya Cie Cie ajarin, tapi nanti malam Cie Cie pulang ya... Cie Cie kan
nggak bawa baju...", Cie Stefanny menawar permintaanku dengan ragu.
(c)kisahbb
"Nggak usah Cie, please... Temani aku ya Cie, kan Cie Cie bisa pakai
bajuku...", aku mulai merengek.
"Duh... Kamu aneh deh hari ini, Eliza... Biasanya kan kamu nggak pakai
minta ditemanin segala seperti ini... Ya udah, terserah kamu", kate Cie
Stefanny sambil tersenyum, manis sekali.
"Thanks ya Ciee...", aku langsung meluapkan kesenanganku dengan
kembali memagut bibir Cie Stefanny sejadi jadinya.
"Mmmhh...", Cie Stefanny mendesah, tubuhnya menegang sesaat, tapi
kemudian mengendur dan pagutanku kembali berbalas.
Kini ciuman kami semakin panas, apalagi Cie Stefanny sudah pasrah
dengan kenakalanku. Ia membiarkan lidahku menjelajahi mulutnya, dan
sekarang ini kurasakan lidahku saling mengait dengan lidah Cie
Stefanny.
Setelah beberapa saat kami saling mencumbu, tiba tiba Cie Stefanny
membalik posisi kami hingga sekarang ia yang menindihku. Aku hanya
menurut dan memejamkan mata, pasrah menunggu apa yang akan
dilakukan guru lesku ini padaku.
"Eliza...", desah Cie Stefanny di antara nafasnya yang memburu.
"Iya Cie...", aku membuka mataku dan menatapnya.
"Kalau kita seperti ini terus, kapan kamu mau belajar? Katanya besok
kamu ada ulangan...", bisik Cie Stefanny.
"Mmm... bentar Cie...", kataku sambil memeluk dan balik menindih
tubuh Cie Stefanny.
Kini aku menyusupkan wajahku di pundak kiri Cie Stefanny. Bau harum
dari rambut Cie Stefanny yang tergerai di depanku ini membuatku tak
ingin segera melepaskan guru lesku ini. Aku terus bermanja manja di
pelukan Cie Stefanny sambil mencium rambutnya.
"Ih... kamu kenapa sih...", Cie Stefanny menggodaku. (c)kisahbb
"Mmm... aku suka wangi rambutnya Cie Cie...", aku asal menjawab
sambil memeluk Cie Stefanny.
Kalau saja aku tidak ingat liang vaginaku sekarang ini penuh dengan
sisa sperma para pemerkosaku tadi, juga pahaku yang berlumuran
sperma itu, aku pasti sudah melucuti pakaianku sendiri dan juga
pakaian Cie Stefanny, lalu bercinta dengannya. Tapi kini aku lebih baik
mandi keramas membersihkan tubuhku.
"Cie... Eliza mandi dulu ya...", aku berbisik di telinga Cie Stefanny.
(kisah bb)
"Mmm...", Cie Stefanny hanya mengguman, mirip sekali sepertiku ketika
sedang dalam keadaan terangsang dan malas diajak bicara.
Aku mati matian menahan gairahku yang menggelegak ini dan aku
beranjak dari tubuh Cie Stefanny. Kubiarkan guru lesku ini terbaring di
atas ranjangku, dengan dadanya yang naik turun sesekali. Mungkin Cie
Stefanny sendiri juga sedang berusaha menahan gairahnya,
membuatku sedikit malu juga setelah berbuat 'nakal' pada guru lesku
ini.
Sambil menggigit bibir menahan senyum, aku segera mengambil
pakaian dalamku dari lemari, lalu aku segera ke kamar mandi. Setelah
selesai keramas, aku menyiram dan membilas seluruh tubuhku dengan
sabun cair plus air hangat. Semua debu dan keringat yang menempel
di tubuh ini hanyut terbawa air shower, dan rasanya nyaman sekali.
Tapi yang pasti aku tak mungkin lupa untuk mencuci sperma para
lelaki yang beruntung menikmati tubuhku siang hari tadi, baik yang
kini sudah mengering di kedua pahaku, dan juga yang masih tersisa di
dalam liang vaginaku yang amat becek ini.
Perlahan kumasukkan satu jariku yang sudah kulumuri sabun pencuci
vagina untuk mengorek semua sisa campuran sperma dan cairan
cintaku di dalam sana, lalu kusemprotkan air hangat sampai liang
vaginaku jadi terasa bersih dan kesat. Setelah memberi cairan
pengharum vagina yang juga berfungsi sebagai antiseptik, aku
menghanduki rambutku dan tubuhku.
Lalu aku memakai bra dan celana dalamku. Dan tanpa memakai baju,
aku segera keluar dari kamar mandi, mengunci pintu kamarku untuk
memastikan tak ada gangguan dari luar. Lalu setelah mengambil buku
pelajaran bahasa Inggrisku dari lemari buku pelajaranku, sekarang aku
sudah duduk di sebelah Cie Stefanny yang masih tiduran di ranjangku.
(c)kisahbb
"Eliza? Kamu...", Cie Stefanny memandangku sejenak, lalu ia tersenyum
malu dan memalingkan mukanya.
"Cie, ayo... katanya Eliza disuruh belajar...", kataku dengan manja
sambil memeluk Cie Stefanny.
"Eliza... kamu nakal ya...", kata Cie Stefanny dan mencubit kedua pipiku
dengan gemas.
"Auww... sakit Ciee... ampun...", aku mengeluh manja.
Kami berdua sama sama tertawa geli. Berikutnya aku duduk di sebelah
Cie Stefanny, sambil mulai membuka buku pelajaran bahasa Inggrisku.
Setelah menunjukkan beberapa halaman yang menjadi bahan ulangan
besok, terutama bagian yang aku merasa cukup sulit, Cie Stefanny
mengambil buku itu dan memperhatikan halaman demi halaman.
Kini aku malah memperhatikan Cie Stefanny, dan melihat Cie Stefanny
masih memakai pakaian lengkap, aku jadi usil. (kisah bb)
"Cie, aku lepas bajunya ya...", kataku sambil mencoba melucuti baju
Cie Stefanny.
"E... Eliza... ini...", Cie Stefanny mengeluh sambil memandangiku, tapi
tak sedikitpun kurasakan ada perlawanan ataupun penolakan dari guru
lesku yang cantik ini.
Aku terus melepas baju Cie Stefany, dan memang Cie Stefanny sudah
pasrah. Ia menurut saja dan mengangkat tangannya ketika aku menarik
lepas baju itu dari tubuhnya. Lalu kulempar baju itu hingga terhampar
di kursi meja belajarku, yang biasanya kupakai duduk selama les
dengan Cie Stefanny.
Kaus merah muda ketat yang masih melapisi tubuh Cie Stefanny
kutarik lepas ke atas. Agak sulit aku melepaskan kaus itu karena
begitu ketatnya kaus itu membalut tubuh Cie Stefanny. Aku segera
melempar kaus yang kulucuti dari tubuh Cie Stefanny itu ke tempat
yang sama dimana tadi aku melempar baju Cie Stefanny.
Kini aku melihat kedua payudara Cie Stefanny yang masih terbungkus
bra. Tidak begitu besar, kira kira hanya lebih besar sedikit dari
milikku.
Cie Stefanny hanya menatapku dengan ragu, lalu ia menunduk sambil
tersenyum malu. Aku tak menyia nyiakan kesempatan ini dan segera
melucuti sabuk yang dikenakan Cie Stefanny.
"Oh... Eliza... jangan...", Cie Stefanny kembali merengek, dan ia
menatapku dengan pandangan memelas.
Tapi aku tak perduli, kini aku berusaha melucuti celana jeans yang
dikenakan Cie Stefanny. Resleting itu sudah kutarik turun dan
kurasakan tubuh Cie Stefanny sempat menegang dan kedua telapak
tangan Cie Stefanny menahan pergelangan tanganku, sepertinya Cie
Stefanny tak ingin bagian bawah tubuhnya kutelanjangi. (c)kisahbb
Perlawanan yang jelas jelas hanya dilakukan dengan setengah hati itu
membuatku menggigit bibir dan menatap Cie Stefanny dengan penuh
gairah. Kutarik paksa celana jeans itu dari pinggang Cie Stefanny dan
terus kulorotkan sampai akhirnya lepas dari kedua kakinya yang indah
itu.
Aku melempar celana jeans itu ke arah kursi dimana baju dan kaos Cie
Stefanny tergeletak.
"Nah, gini dong baru adil Cie", kataku sambil meleletkan lidah.
"Kamu...", Cie Stefanny memandangku gemas dengan senyum yang
tertahan.
Kini kami berdua sama sama hanya mengenakan bra dan celana dalam.
Baru kali ini aku melihat tubuh Cie Stefanny dengan jelas, begitu
ramping dan indah. Kulitnya putih sekali, mungkin lebih putih dari
kulitku, membuat rambut Cie Stefanny yang lurus dan panjang itu
tampak semakin hitam dan indah.
Bra dan celana dalam warna putih bercampur coklat muda itu membuat
tubuh Cie Stefanny begitu sexy dan menggairahkan. Wajah guru lesku
yang cantik itu merona merah ketika ia menunduk malu, mungkin
karena ia melihatku memperhatikan tubuhnya sampai sebegitunya.
Sempat kuperhatikan, ada beberapa bagian dari kedua pangkal paha
Cie Stefanny yang membekas merah, sepertinya bekas cupangan.
Demikian juga kedua payudaranya Cie Stefanny, ada beberapa bekas
cupangan juga. Dan celana dalam Cie Stefanny juga sedikit basah,
mungkin karena sekarang ini Cie Stefanny sedang terangsang hingga
cairan cintanya sedikit keluar membasahi celana dalamnya itu.
Keadaan Cie Stefanny ini membuatku menduga duga, apakah leceknya
spreiku ini karena Cie Stefanny tadi sempat dipermainkan Wawan dan
Suwito di atas ranjangku? Apakah beberapa bekas cupangan pada
tubuh Cie Stefanny itu adalah hasil dari perbuatan mereka berdua?
(kisah bb)
"Kamu kenapa lagi Eliza...", Cie Stefanny bertanya dengan curiga dan
khawatir. (c)kisahbb
"Nggak apa apa Cie... abisnya asyik ngeliatin Cie Cie yang sexy gini",
aku mendesah dengan penuh gairah sambil kembali menindih Cie
Stefanny, dan ujung rambutku jatuh terhampar di samping wajah Cie
Stefanny.
"Eliza boleh kan sayang sama Cie Cie...", kataku di sela nafasku yang
makin memburu.
"Mmhh... boleh sayang...", desah Cie Stefanny dengan pasrah dan
menatapku dengan sayu.
Kepasrahan Cie Stefanny membuatku tak tahan lagi untuk
mencumbuinya. Aku membelai pipi kiri Cie Stefanny, lalu mengecup
mata dan bibirnya. Kurasakan tangan kanan Cie Stefanny melingkar di
punggungku, memberikan belaian yang mesra. Aku sangat senang dan
mendekap tubuh guru lesku ini, rasanya nyaman sekali.
"Mmmh... Eliza... kamu kok tiba tiba seperti ini sih... sejak kapan kamu
jadi begini...", Cie Stefanny merintih ketika aku mencium lehernya.
Aku diam sejenak, ingin rasanya aku menceritakan semua kejadian
buruk yang menimpaku, termasuk penderitaanku siang tadi di tempat
tambal ban itu, tapi aku pikir lebih baik kuceritakan nanti malam saja.
"Aku... nanti aja aku ceritakan Cie... sekarang aku cuma ingin
menyayangi Cie Cie...", aku berbisik pelan di telinga Cie Stefanny.
"Ooh...", Cie Stefanny mengeluh pasrah ketika aku melanjutkan
mengulum daun telinganya yang kiri.
Tubuh Cie Stefanny menegang dan mulai gemetar. Cie Stefanny sudah
sangat terangsang akibat perbuatan nakalku ini, dan dadanya terlihat
naik turun mengiringi nafasnya yang mulai tak beraturan. Aku sendiri
juga sedang diamuk birahi, yang mengalahkan semua rasa capek di
tubuhku. (c)kisahbb
"Tapi... kalau kita begini terus... kamu kapan... belajar...", Cie Stefanny
mendesah terputus putus di sela nafasnya yang memburu.
Meskipun Cie Stefanny bertanya seperti itu, tak ada reaksi penolakan
sedikitpun dari Cie Stefanny. Ia hanya pasrah sambil memejamkan
matanya ketika aku masih terus memberikan rangsangan pada
tubuhnya.
Sebenarnya aku sendiri sangat lelah, ingin rasanya tidur sambil
memeluk Cie Stefanny, tapi kata kata tadi itu membuatku sadar kalau
sekarang ini aku masih harus belajar untuk ulangan besok. Maka aku
menyandarkan kepalaku di pundak kiri Cie Stefanny, lalu aku
memejamkan mataku sambil berusaha menekan gairah birahiku yang
membara ini.
"Iya Cie, sebentar ya...", aku mengguman dan tak bergerak gerak lagi,
hanya menikmati empuknya tubuh Cie Stefanny yang berada di bawah
tindihan tubuhku.
Cie Stefanny sendiri juga hanya diam saja, tapi sesekali ia membelai
punggungku. Aku merasa disayang oleh Cie Stefanny, dan itu
membuatku senang sekali.
Setelah beberapa menit, barulah aku mau melepaskan Cie Stefanny,
dan duduk di sampingnya. Cie Stefanny sendiri juga duduk, dan kami
saling berpandangan dengan mesra sambil tersenyum geli. Kini sambil
sesekali tertawa kecil dan saling menggoda, kami berdua membahas
apa yang harus kupelajari untuk ulangan besok.
Yang pasti, aku tahu sejak saat ini, les bahasa Inggris ini adalah les
yang paling menyenangkan di antara semua les yang harus kuikuti.
(c)kisahbb
-x-
II. Akibat Mencari Jawaban
"Sekarang bagaimana, anak nakal? Kamu ini udah bisa dan sangat siap
untuk ulangan besok. Terus... masa Cie Cie masih harus menginap di
sini?", tanya Cie Stefanny dengan senyum menggoda.
"Ciee... pleasee... temani aku yaa... sehari iniii aja...", aku merengek
manja sambil merangkul Cie Stefanny.
"Iya iya... Tadi Cie Cie juga udah mau kok. Tapi... kamu hari ini benar
benar aneh, Eliza...", guman Cie Stefanny sambil membelai rambutku.
Aku menatap Cie Stefanny dengan mesra, lalu perlahan aku
menyandarkan kepalaku di payudara Cie Stefanny yang masih
terlindung bra ini. Rasanya aku tak ingin hari ini segera berakhir, aku
masih ingin bermanja manja lebih lama di pelukan Cie Stefanny.
"Ko Melvin nggak marah kan Cie kalau aku sayang sama Cie Cie...",
tanyaku bermaksud menggoda.
"Nggak, Cie Stefanny udah putus sama Melvin", kata Cie Stefanny
membuat aku seperti mendengar petir di siang bolong.
"Apa...", tanyaku tak percaya.
"Udah nggak usah bicarain hal itu. Liat nih, gara gara kamu, pakai
nelanjangin Cie Cie segala, sekarang perut Cie Cie mulas nih. AC
kamarmu dingin sekali sih... aduh...", keluh Cie Stefanny sambil
memegangi perutnya yang rata dan indah itu. (c)kisahbb
"Aduh... maaf ya Cie... ya udah Cie Cie ke WC dulu aja", aku tertawa geli
dan beranjak ke lemari bajuku.
Aku mengambilkan satu set baju milikku untuk Cie Stefanny, baju
rumah yang santai, lengkap dengan bra dan celana dalamku. Kuberikan
semua itu juga handuk cadanganku, dan Cie Stefanny beranjak dari
ranjangku ke kamar mandi di kamarku ini.
"Cie...", kataku tiba tiba, membuat Cie Stefanny menghentikan
langkahnya dan menoleh ke arahku, dan tanpa berkata apapun aku
langsung memeluk Cie Stefanny dan memagut bibirnya dengan penuh
rasa mesra. (kisah bb)
Aku senang sekali karena pagutanku kembali berbalas, dan kami
berciuman dengan panas untuk beberapa saat lamanya, sampai
akhirnya kami saling melepaskan pagutan ini dengan nafas yang
tersengal sengal.
"Udah dong Eliza... Bisa bisa Cie Cie nggak jadi ke kamar mandi nih
kalau pacaran sama kamu terus", kata Cie Stefanny sambil cemberut,
dan sesaat kemudian kami berdua tertawa geli.
"Iya deh Cie... oh iya Cie Cie nggak boleh sungkan sungkan lho... pakai
aja shampoo dan sabunku ya... nanti aku kasih bonnya kok", kataku
sambil duduk di ranjangku dan menatap Cie Stefanny dengan senyum
usil.
"Oh gitu ya... awas kamu nanti ya... dasar anak nakal...", kata Cie
Stefanny sambil melirikku dengan ekspresi wajah kesal, dan setelah
kami sama sama tertawa geli Cie Stefanny masuk ke kamar mandi.
Aku tersenyum, rasanya senang sekali hari ini Cie Stefanny mau
menginap di sini.
Sekarang jam 17:30. Sebentar lagi papa mamaku, juga kokoku akan
segera pulang. Setelah berpikir sejenak, aku memutuskan untuk
mencari jawaban tentang leceknya sprei ranjangku, sekaligus menanyai
kedua pembantuku itu, apa yang telah mereka perbuat terhadap Cie
Stefanny.
Maka aku mengenakan baju rumah yang kuambil dengan asal pilih, lalu
aku turun ke bawah menuju ke kamar mereka untuk mencari mereka
berdua.
Tanpa mengetuk pintu, kubuka kamar mereka, dan kutemukan Wawan
dan Suwito di dalam sana. Mereka terlihat agak terkejut melihat
kedatanganku yang memasang muka kesal.
"Ada apa non", tanya mereka nyaris berbarengan.
"Kalian... apa yang tadi kalian lakukan ke guru lesku? Nggak cukup ya
kalian sehari hari memperkosa aku, sampai guru lesku ini juga kalian
perkosa?", tanyaku dengan kesal.
Entah Cie Stefanny masih virgin atau tidak, tapi kalau sampai
keperawanan Cie Stefanny terenggut oleh kedua maniak ini, bukankah
aku jadi ikut merasa bersalah?
"Lho non, tadi itu kami memang main main sebentar dengan guru
lesnya non. Tapi kami nggak sampai ngeseks kok", jawab Wawan
dengan muka tak bersalah. (c)kisahbb
"Lalu kalau nggak ngeseks, kenapa badan Cie Cie itu bisa ada bekas
merah merah? Memangnya main mainnya kalian itu seperti apa?", aku
setengah membentak, entah mengapa aku tak rela kalau
membayangkan Cie Stefanny dipermainkan oleh mereka berdua.
"Non, jangan marah dulu, biar kami jelaskan", kata Suwito yang
beranjak berdiri lalu mendekatiku.
Ketika Wawan melakukan hal yang sama, aku sadar akan terjadi
sesuatu terhadap diriku. Aku mencoba untuk mundur supaya aku
berada di luar kamar ini, tapi Suwito lebih cepat, ia sudah menutup
pintu kamar ini.
"Kalian mau apa?", tanyaku dengan panik.
"Lho non ini gimana? Tadi non nanya, gimana kami main main sama
guru lesnya non", kata Suwito sambil cengegesan.
"Tadi itu begini ceritanya non... tiap hari Kamis jam setengah tiga itu
biasanya non kan sudah selesai les, jadi kami mau menemani non
tidur siang. Eh nggak tahunya bukan non yang ada di sana, tapi guru
lesnya non itu yang lagi tidur", kata Wawan, yang begitu kata katanya
selesai langsung mendekapku erat.
"Eh... jangan sekarang Wan...", aku mencoba meronta, aku tak ingin
bermain seks menjelang pulangnya papa dan mamaku, apalagi di atas
ada Cie Stefanny.
"Tenang aja non, sekarang non berbaring dulu lah", kata Wawan sambil
menyeretku ke ranjangnya, lalu ia membaringkan tubuhku di atas
ranjang.
"Kalian jangan gila, papa mamaku sebentar lagi pulang mmpphh...",
kata kataku terhenti ketika Wawan melumat bibirku.
"Ini awalnya kami main main sama guru lesnya non. Selagi dia tidur,
Wawan duduk di sebelah kanannya, terus langsung cium cium seperti
itu", kata Suwito yang kulihat juga sedang mendekatiku.
Kata kata Suwito ini membuatku sadar kini mereka sedang
memperagakan apa yang tadi mereka lakukan terhadap Cie Stefanny
untuk menjelaskan semuanya padaku. Gilanya, aku malah terangsang
dan pasrah menunggu apa yang akan mereka lakukan.
"Guru lesnya non terbangun, meronta sebentar, tapi kedua tangannya
saya tangkap seperti ini", kata Suwito sambil meraih kedua
pergelangan tanganku, lalu disatukan di atas kepalaku dan ia
memegang dengan erat sampai aku tak bisa bergerak lagi, hanya
kakiku yang masih bebas, namun jelas tak ada artinya karena aku
malah mulai menikmati ketidakberdayaanku untuk menggerakkan
kedua tanganku ini.
"Nah, terus saya lepasi kancing bajunya", kata Wawan sambil melepasi
kancing bajuku. (c)kisahbb
Lalu tanpa berkata apa apa lagi, Wawan mulai membelai dan menciumi
payudaraku, membuatku mendesah perlahan. Tangan Suwito yang
satunya membekap mulutku, sungguhpun itu adalah hal yang tidak
perlu karena aku tak akan menjerit.
Tapi aku tahu Suwito memang ingin 'merekonstruksi' apa yang tadi
diperbuat olehnya terhadap Cie Stefanny. Demikian juga dengan
Wawan. Aku sedang dijadikan model peraga mereka berdua untuk
menerangkan bagaimana mereka tadi melecehkan Cie Stefanny.
Sungguh kurang ajar perbuatan mereka ini, tapi jujur saja aku benar
benar menikmatinya. Kalau tadinya aku kesal karena mereka kurang
ajar terhadap Cie Stefanny, kini aku malah semakin bergairah
membayangkan Cie Stefanny tadi diperlakukan seperti ini.
Tiba tiba kurasakan sedikit rasa sakit bercampur geli pada bagian
payudaraku. Ternyata Wawan sedang sibuk mencupangi kedua
payudaraku. Aku jadi semakin terangsang dan menggeliat perlahan,
kedua kakiku kutekuk sedikit hingga telapak kakiku sepenuhnya
menempel pada ranjang ini, lalu kutekankan ke bawah untuk menahan
rasa nikmat yang menjalari tubuhku.
"Jangan berteriak ya non", kata Suwito kepadaku, dan sambil
melepaskan pegangannya pada kedua telapak tanganku, kepalaku
ditekan, menuntun aku melakukan gerakan mengangguk.
"Nah, setelah guru lesnya non mengangguk, saya lepasin", kata Suwito
sambil melepas bekapannya pada mulutku.
Aku langsung mendesah karena Wawan menyupangi kedua
payudaraku, dan ia mulai menyusu bergantian pada kedua puting
payudaraku dengan rakus. Sementara itu Suwito melepas celananya,
mengeluarkan senjatanya dan menyodorkan ke arah mulutku.
"Diisep non", perintah Suwito. (c)kisahbb
Tangan si Suwito bergerak meraih kepalaku, dan menekan kepalaku ke
arah selangkangannya. Kini aku mengoral penisnya Suwito, sementara
Wawan menyibak rok yang kukenakan, lalu ia sudah sibuk menyupang
kedua pangkal pahaku, bergantian.
Aku mulai gemetar menahan nikmatnya rasa geli yang bercampur
sedikit sakit ini. (kisah bb)
Sementara Suwito sendiri dengan bersemangat memompa mulutku
sambil tangannya meraih payudaraku yang sebelah kiri, dan ia
meremas dengan seenaknya, kadang lembut, kadang kasar dan
menyakitiku.
"Mmph..", aku merintih ketika remasan pada payudaraku begitu kuat
dan menyakitkan.
Kedua pangkal pahaku sudah basah oleh air ludah Wawan, dan pasti
sudah ada bekas cupangan di sana sini. Kini aku sudah tahu
bagaimana bisa ada bekas cupangan di kedua payudara dan paha Cie
Stefanny.
Tiba tiba kurasakan jilatan pada selangkanganku yang masih
terbungkus celana dalam ini. Aku menggeliat lemah, dan tak ada yang
bisa kulakukan selain terus memberikan servis oral pada Suwito, yang
entah kenapa cepat sekali hari ini dia sudah mencapai puncak.
"Ooh... non Elizaa... sepongan non memang nomer satuu...", Suwito
meracau dan melolong, tubuhnya menggigil tanda penisnya sudah
akan berejakulasi.
Penis itu berkedut dan menyemprotkan cairan sperma ke dalam
mulutku, hanya sedikit. Aku cepat menelan semuanya, sudah bosan
hari ini aku merasakan genangan cairan sperma dalam mulutku.
Setelah aku melaksanakan 'kewajibanku' untuk mengulum penis itu
sampai bersih, Suwito terduduk lemas di bawah sana, sementara
Wawan masih sibuk menjilati celana dalamku hingga makin basah
saja. (c)kisahbb
"Ya, kami baru sebentar menemani guru lesnya non, tiba tiba kami
dengar suara mesin mobilnya non, jadi kami keluar dari kamar non dan
lewat belakang, supaya tidak ketahuan non", kata Suwito sambil
cengengesan sambil menyulut sebatang rokok dan mulai
menghisapnya.
"Ohh... sudah, hentikan... katanya kalian udah keluar... harusnya
sekarang kan sudah selesai...", aku merintih ketika Wawan masih saja
meneruskan cumbuannya pada liang vaginaku.
Aku tak heran melihat Wawan tak perduli. Ia malah mengait bagian
bawah celana dalamku, pastinya dengan jarinya, lalu setelah menarik
bagian bawah celana dalamku hingga liang vaginaku terpampang di
hadapannya, dengan rakus ia mencucup liang vaginaku, membuatku
menggelepar keenakan.
Walaupun aku minta Wawan menghentikan perbuatannya, aku sendiri
sama sekali tak berusaha untuk melepaskan diri, meskipun aku bebas
bergerak. Aku malah pasrah dijadikan barang mainan oleh kedua
pembantuku ini.
Suwito sudah asyik mencucup puting payudaraku yang kiri setelah
menaikkan braku sedikit, membuatku semakin tak berdaya dan memilih
menikmati semua ini, walaupun aku sadar di atas itu ada Cie Stefanny
yang mungkin akan bertanya tanya kalau aku tidak segera kembali ke
sana.
Deru khas mesin mobil papaku di depan rumah menyelamatkanku dari
pergumulan lebih lanjut dengan kedua pembantuku ini. Wawan dan
Suwito segera melepaskanku, lalu mereka keluar untuk membuka pintu
gerbang, tentunya setelah mereka mengenakan baju seperlunya. Aku
sendiri dengan panik segera keluar dari kamar ini sambil membetulkan
letak braku yang sudah tak karuan, dan aku terus berlari menaiki
tangga belakang menuju ke kamarku sambil mengancingkan bajuku.
-x-
III. Makan Malam
Jantungku masih berdegup kencang. Aku masuk ke dalam kamarku dan
mengunci pintu. Ternyata Cie Stefanny masih berada di kamar mandi.
Aku duduk di ranjangku sambil mati matian berusaha menekan
gairahku yang masih amat tinggi setelah tadi aku dipermainkan kedua
pembantuku di kamar mereka tadi.
Aku sudah tahu penyebab leceknya sprei ranjangku ini. Ternyata benar
seperti dugaanku, Cie Stefanny tadi sempat menjadi korban dua
pembantuku yang sudah keranjingan menikmati tubuh gadis Chinese.
Aku tahu Papa mamaku sudah pulang, kokoku juga harusnya sudah
pulang, karena sebentar lagi kami aka makan malam. Maka aku terus
berusaha untuk tak memikirkan semua hal yang bisa membangkitkan
gairahku terhadap Cie Stefanny. Lebih baik aku bertemu dengan semua
keluargaku dalam keadaan yang wajar, bukan dalam keadaan bergairah
seperti ini. (c)kisahbb
'Klik', pintu kamar mandiku terbuka, dan Cie Stefanny keluar dengan
rambut terurai, sedikit basah.
Sungguh Cie Stefanny terlihat begitu cantik sexy di mataku. Aku
memandangnya dengan tatapan mesra dan kagum, sementara Cie
Stefanny sendiri setelah bertatapan denganku, menunduk dan tesipu
malu.
Oh, ingin sekali aku memeluk Cie Stefanny, mencumbuinya lagi, tapi
aku mati matian menahan diri karena aku tahu masih banyak waktu
untuk itu nanti malam. Dan sekarang ini lebih baik kalau aku tidak
terus terusan membakar tubuhku dengan gairahku sendiri, supaya
nanti aku punya cukup tenaga untuk bercinta dengan Cie Stefanny.
"Cie, nanti makan sama sama ya Cie, tapi seadanya aja... nggak apa
apa ya?", aku bertanya sambil duduk di atas ranjangku, sekalian
mengistirahatkan tubuhku sejenak.
"Duh Eliza... makanya kamu ini, sekarang Cie Cie jadi nggak enak...",
keluh Cie Stefanny dengan bingung.
"Yee, kenapa pakai nggak enak sih? Nggak apa apa lah Cie...", jawabku
sambil berpikir.
Aku baru sadar, berarti nanti Cie Stefanny akan bertemu kokoku.
Sebenarnya mereka ini sempat berpapasan ketika Cie Stefanny akan
pulang setelah les selesai, tepat ketika kokoku memasukkan mobil ke
dalam garasi. Waktu itu, Cie Stefanny tidak melihat kokoku, tapi
kokoku melihat Cie Stefanny dari dalam mobilnya. Dan setelah Cie
Stefanny pergi, kokoku waktu itu bilang kepadaku kalau Cie Stefanny
itu cantik sekali.
Sekarang ini Cie Stefanny udah putus dari pacarnya yang bernama
Melvin itu. Jadi aku nggak merasa bersalah kalau aku ngenalin Cie
Stefanny dengan kokoku. Dan kalau kami makan di rumah, mereka
berdua akan bertemu muka untuk pertama kalinya. Lalu nanti aku akan
mengatur mereka duduk bersebelahan.
Oh, senangnya kalau kelak ternyata mereka berdua bisa menjadi
pasangan, berarti Cie Stefanny akan menjadi Cie Cie iparku.
"Iih... anak nakal, kenapa kamu senyum senyum?", tanya Cie Stefanny
sambil mendekatiku dan dari gerak gerik tubuhnya aku tahu Cie
Stefanny akan melakukan sesuatu terhadapku.
Rupanya tadi itu tanpa sadar aku tersenyum membayangkan semua
itu.
"Rahasia!", kataku sambil tersenyum geli dan meleletkan lidah. (kisah
bb)
"Auuw... ampun Cieee", aku mengeluh kesakitan ketika Cie Stefanny
mencubit lenganku.
"Nggak ada ampun, kamu hari ini nakal sekali", kata Cie Stefanny
sambil tertawa, dan mencubit lenganku yang satunya dengan gemas.
(c)kisahbb
"Aduuh...", aku mencoba menghindar dengan menjatuhkan badanku ke
ranjang, tapi tak kusangka Cie Stefanny malah menyergapku, dan
sekarang ini ia menindihku. Untuk beberapa saat lamanya, kami saling
bertatapan, dan tanpa ampun lagi gairahku langsung naik cepat.
"Eliza...", Cie Stefanny berbisik mesra padaku, terlihat sekali Cie
Stefanny sendiri sedang diamuk gairah.
Bisa ditebak, selanjutnya kami sudah berciuman dengan panas. Aku
memeluk Cie Stefanny erat erat dan kami saling memagut bibir seperti
layaknya sepasang kekasih. Kupejamkan mataku menikmati semua ini,
bibirku kubuka perlahan menerima air ludah Cie Stefanny.
Kutelan semuanya dengan cepat, lalu aku menyusupkan lidahku ke
dalam mulut Cie Stefanny. Tubuhku bergetar ketika lidahku terjepit
oleh bibir Cie Stefanny. Aku semakin melayang ketika kurasakan
lidahku disedot masuk ke dalam mulut Cie Stefanny, tak ada yang bisa
kulakukan selain merintih mesra.
Pelukanku melemah seiring semakin sulitnya aku bernafas. Cie
Stefanny sendiri juga tersengal sengal, dan kami saling melepaskan
diri. Tapi Cie Stefanny dengan nafasnya memburu, mulai melepasi
kancing bajuku. Dengan penuh gairah aku sendiri juga melakukan hal
yang sama, aku sudah tak sabar untuk bercinta dengan Cie Stefanny.
'tok tok tok...', suara pintu kamarku yang diketuk membuat kami
berdua berhenti.
"Eliza, ayo turun, waktunya makan malam...", aku mendengar suara
mamaku.
"Iya maa...", aku cepat menjawab.
Batal saling menelanjangi, Cie Stefanny dan aku dengan panik
langsung berusaha mengancingkan semua kancing baju kami masing
masing, dan juga merapikan rambut kami yang sedikit awut awutan ini.
"Sudah ditungguin semua lho... Mama tunggu di bawah ya, Eliza...",
kata mama lagi.
"Iya ma, Eliza turun bentar lagi...", aku menjawab lagi. (c)kisahbb
Akhirnya kami berdua selesai merapikan baju dan rambut kami yang
sedikit awut awutan ini. Aku dan Cie Stefanny saling pandang dan
tertawa geli, melihat tubuh kami yang bisa bisanya berkeringat di
kamar dengan AC sedingin ini.
Kini kami berdua keluar kamar. Aku menggandeng tangan Cie Stefanny
dan kami berdua berjalan menuruni tangga menuju ke ruang makan.
"Eh... ada temanmu toh... Kamu kok nggak bilang sih Eliza?", tegur
mamaku.
"Ma, ini kan Cie Stefanny, guru les bahasa Inggrisnya Eliza. Sorry ya
ma, ini tadi Eliza lupa waktu, masih sibuk belajar untuk ulangan
besok, terus Eliza masih ada yang belum bisa. Jadi Cie Stefanny mau
menginap di sini, untuk ngajarin Eliza sampai nanti agak malam", aku
menjawab sekaligus memberikan alasan mengajak Cie Stefanny
menginap di sini, tentunya di kamarku.
Alasan yang benar benar spontan terpikir begitu saja. Meskipun aku
sudah selesai belajar, tapi lebih baik kalau mereka berpikir Cie
Stefanny menginap di sini karena mau mengajariku untuk ulangan
besok.
Dengan begitu aku tak usah berpikir keras mencari alasan mengapa
aku mengajak guru lesku menginap, dan lebih lagi, mereka tak akan
menggangguku malam ini, semalam bersama Cie Stefanny yang cantik.
"Suk... Ai... Ko...", Cie Stefanny menyapa semua keluargaku.
"Oh iya, Stefanny ya, Ai kira teman Eliza... Aduh... kamu sekarang jadi
makin ayu ya... Ai sampai pangling lho... Ini si Eliza kok jadi
ngerepotin, makasih ya Stefanny", kata mamaku yang tersenyum
hangat pada Cie Stefanny.
"Oh... nggak... nggak apa apa kok Ai, Stefanny suka kok mm... ngajarin
Eliza", kata Cie Stefanny tergagap dan tersipu malu.
"Ayo Stefanny, duduk dan makan bersama", ajak papaku.
"Iya, makasih Suk", jawab Cie Stefanny dengan kikuk. (kisah bb)
Aku segera memperhatikan kokoku. Ternyata kokoku tak berani melihat
ke arah Cie Stefanny, dan ia malah menunduk, mukanya memerah.
Diam diam aku tersenyum geli melihat hal ini dan sifat usilku segera
kambuh. Aku menggandeng Cie Stefanny yang hanya menurut saja ke
kursi di sebelahnya kokoku.
"Ko, disapa sama Cie Cie kok nggak jawab sih? Nggak sopan ah", aku
pura pura menegur dengan kesal sambil membuka kursi itu supaya di
acara makan malam ini Cie Stefanny duduk di sebelah kokoku.
"Eh... itu... iya... Aku Hengki", kokoku dengan panik menjawab dan
makin salah tingkah. (c)kisahbb
Setelah menatap sekilas ke arah Cie Stefanny, lalu ke arahku, kokoku
segera menunduk lagi sambil tersenyum malu, jelas sekali kalau
kokoku jadi salah tingkah.
"Aku Stefanny", kata Cie Stefanny dengan suara pelan. Cie Stefanny
menggigit bibirnya sejenak, lalu ia juga menunduk dan tersenyum
malu.
"Kok nggak ngajak salaman sih ko? Masa kenalan kok seperti orang
ketakutan gitu... Cie Stefanny ini baik kok, nggak nggigit. Eliza jamin
deh ko", aku semakin usil menggoda mereka berdua.
"Oh iya...", kata kokoku dengan suara yang terdengar jelas gemetar,
tapi kokoku berdiri mengulurkan tangannya mengajak Cie Stefanny
bersalaman.
Aku sekuat tenaga berusaha menahan tawa melihat keduanya
bersalaman dengan begitu canggung dan malu malu. Apalagi sekilas
aku melihat papa mamaku tersenyum senyum. Selesai mereka
bersalaman, aku tak menduga tiba tiba Cie Stefanny dengan diam diam
mencubit pinggangku.
"Auuw...", aku mengeluh kaget dan tertawa kegelian.
"Kenapa Eliza?" tanya mamaku heran.
"Enggak apa apa ma, tadi kaki Eliza ada yang nginjak... nggak sengaja
sih", aku malah makin usil menggoda Cie Stefanny, yang kini sama
sekali tak bisa berbuat apa apa untuk membalasku.
"Duduk sini ya Cie", kataku sambil 'membimbing' Cie Stefanny untuk
duduk di sebelah kokoku.
Sempat aku melihat Cie Stefanny menatapku dengan pandangan
protes, tapi aku tak perduli dan cepat cepat meninggalkan mereka dan
duduk di sebelah mamaku, tentunya dengan perasaan menang di dalam
hati melihat Cie Stefanny yang diam diam menatapku dengan gemas.
(c)kisahbb
"Kalau gitu kebetulan. Tadinya papa dan mama bermaksud
meninggalkan kokomu di rumah untuk menemani kamu di rumah,
sayang. Tapi kalau ada Stefanny yang menemani kamu, nanti setelah
makan kokomu bisa ikut papa dan mama menginap di hotel *****
malam ini, untuk menemani tamu papa dari luar kota", kata papaku.
"Oh ya, nggak apa apa kok Pa", kataku berusaha untuk bersikap
tenang.
Padahal saat ini aku amat senang dan jantungku berdegup kencang,
membayangkan nanti malam aku bisa bercinta dengan Cie Stefanny
sepuas hati dan tak perlu menahan segala rintihan ataupun lenguhan
saat aku tenggelam dalam kenikmatan bersama Cie Stefanny.
Maka acara makan malam ini dimulai, dan disemarakkan perkenalan
kokoku dan Cie Stefanny yang masih sama sama kuliah ini. Walaupun
tak terlihat banyak mengobrol, aku tahu sekarang ini kokoku pasti
senang sekali bisa berkenalan dengan Cie Stefanny. Papa mamaku juga
terlihat suka mengobrol dengan Cie Stefanny. (kisah bb)
Aku makan dengan tenang, dan tidak terlalu berusaha menggoda Cie
Stefanny dan kokoku, supaya mereka tak semakin canggung selama di
meja makan ini. Tanpa sadar aku sendiri mulai melamunkan
keadaanku. Kapan, aku bisa seperti ini sama Andi?
-x-
IV. Menggoda Cie Stefanny
"Kok melamun, Eliza? Lagi mikirin apa sayang?", aku tiba tiba
dikagetkan mamaku yang memelukku dari belakang dengan lembut.
"Eh... mama... enggak...", kataku sambil tersenyum malu dan memeluk
tangan mamaku.
"Ya udah, ayo... sudah selesai belum makannya? Tinggal kamu yang
masih di meja makan.", kata mamaku, membuatku sadar.
"Ma, Cie Stefanny mana?", tanyaku sambil mengalihkan pandanganku
ke seputar ruang tamu dan ruangan utama, dan kemudian aku sudah
menemukan jawabannya.
Cie Stefanny, sedang bersama kokoku di sofa ruang utama. Benar
benar pemandangan yang jarang, karena kokoku itu lebih sering
bersama teman teman cowoknya, atau kalau tidak ya sibuk dengan
komputernya di kamarnya sendiri. (c)kisahbb
Baru kali ini aku melihat kokoku antusias mengobrol dengan cewek,
dan mereka berdua entah sedang terlibat obrolan apa, yang pasti
mereka terlihat akrab dan penuh canda tawa. Lagi lagi aku tersenyum
senang melihat itu semua.
"Stefanny itu orangnya baik ya, Eliza...", kata mamaku sambil
melepaskan pelukannya dariku.
"Iya ma, Cie Stefanny itu orangnya baik, sabar, pintar lagi Ma.
Pokoknya Cie Stefanny itu guru lesnya Eliza yang paling baik...
auww...", aku mengaduh karena kedua pipiku dicubit mamaku.
"Sudah sudah, nggak usah promosi. Mama juga tau kok... kamu sudah
berapa kali bilang kalau kamu senang sekali mendapat guru les seperti
Stefanny", kata mamaku sambil melihat ke arah kokoku dan Cie
Stefanny yang lagi tertawa di ruang utama.
"Ih mama, gitu juga masa Eliza dicubit... sakit nih", aku merajuk manja,
walaupun diam diam aku makin senang karena melihat cara mamaku
menatap Cie Stefanny, aku merasa mamaku pasti suka kalau Cie
Stefanny itu bisa jadian sama kokoku.
"Kamu ini sudah besar, masih saja manja seperti anak kecil. Sudah ayo
piring kotornya diangkat", kata mamaku sambil tertawa.
"Iya ma", aku segera berdiri, mengangkat piringku dan membawa ke
dapur.
Aku melihat jam, ternyata sudah jam 7:30 malam. Aku sebenarnya tak
ingin segera merebut Cie Stefanny dari kokoku, tapi aku harus
memperlihatkan kalau aku masih harus 'belajar' seperti kataku tadi,
supaya mama papaku tidak curiga.
Selain itu, mungkin hal ini malahan bisa membuat kokoku berusaha
mencari Cie Stefanny, semoga...
"Ehm...", aku sengaja berdehem ketika aku sudah ada di ruang utama.
Mereka berdua langsung melihat ke arahku, lalu keduanya tertunduk
malu. Sifat usilku kembali kambuh, dan aku jadi semakin ingin
menggoda mereka. (c)kisahbb
"Koko ini, tadi aja... disapa Cie Stefanny nggak jawab... Sekarang aku
mau belajar sama Cie Stefanny, eh Cie Cie malah diculik ke sini.
Gimana sih?", kataku lagi dengan pura pura sedikit kesal.
"Ini... anu...", kokoku tergagap panik.
Sedangkan Cie Stefanny sempat melotot padaku sekilas, tapi kemudian
ia hanya bisa menunduk dan menggigit bibirnya sambil tersenyum
malu sekali.
"Ya udah, sekarang waktunya Cie Stefanny nemani aku ya, kalau kalian
belum selesai, sekarang tukeran nomer handphone dulu deh, jadi
besok kan bisa dilanjutin", kataku lagi, sekali ini dengan menahan
tawa.
"Oh iya, kalau gitu boleh ya aku simpan nomer handphonemu ya
Stefanny", kata kokoku sambil mengeluarkan handphonenya. Yee...
harusnya kokoku ini berterima kasih lho sama adiknya ini :p
"Iya boleh", kata Cie Stefanny dengan suara yang pelan. (kisah bb)
Aku mati matian menahan geli selagi mereka yang dengan sikap malu
malu bertukar nomer handphone mereka. Ketika mereka saling missed
call dan menyimpan nomer dalam handphone masing masing, aku
melihat papa dan mamaku menghampiri kami semua di ruang utama
ini. Maka aku mendekati Cie Stefanny dan merangkul tangan kanannya.
"Ayo Cie, sekarang sama Eliza dulu, besok besok aja baru sama koko,
lagian koko itu kan udah mau pergi", kataku sambil meleletkan lidah ke
kokoku.
"Sudah ya, tukar tukaran nomer hanpdhonenya?", mamaku malah ikut
menggoda mereka berdua
Entah bagaimana keadaan Cie Stefanny, tapi aku tak bisa lagi menahan
geli hingga aku tertawa sambil menutup mulutku melihat kokoku yang
tidak bisa berbuat apa apa selain salah tingkah dengan wajah yang
merah seperti kepiting rebus,
"Kalau sudah, ayo kita pergi. Stefanny, kami berangkat dulu, titip Eliza
ya. Eliza, jangan bikin repot Stefanny ya", kata papaku berpamitan.
"Oh... iya Suk, Ai", kata Cie Stefanny yang terus menunduk malu.
(c)kisahbb
"Lho lho? Koko kok nggak pamitan sama Cie Stefanny sih?", aku
memprotes dengan pura pura kesal.
"Oh... itu... Stefanny, aku pergi dulu ya", kata kokoku dengan suara
yang pelan.
"Iya...", kata Cie Stefanny dengan suara yang tak kalah pelannya.
Mereka semua keluar menuju ke garasi, dan aku dengan senang
menarik Cie Stefanny pergi menuju kamarku.
-x-
V. Bercinta Dengan Cie Stefanny
"Eliza... kamu ini nakal sekali ya...", Cie Stefanny berbisik dengan suara
pelan sekali saat kami menaiki tangga, tapi aku bisa merasakan kalau
Cie Stefanny mengatakan hal itu dengan gemas sekali.
Aku hanya tertawa geli dan terus menuju kamarku. Setelah kami masuk
dan aku mengunci kamar, tiba tiba saja Cie Stefanny memelukku dari
belakang dan menyusupkan kedua tangannya, mencari dan meremas
kedua payudaraku dengan lembut.
"Ouw... Cie...", aku mengeluh, terangsang.
"Anak nakal... sekarang kamu Cie Cie hukum", desah Cie Stefanny di
sela nafasnya yang memburu.
"Ampun Ciee...", aku menggeliat terbakar gairah ketika Cie Stefanny
yang tak melepaskan remasannya pada kedua payudaraku, menarik
tubuhku sampai ke tepi ranjang.
"Enak aja kamu minta ampun... udah bikin Cie Cie malu tadi...", kata Cie
Stefanny gemas dan memperkuat remasannya pada kedua payudaraku.
"Aduuh... mmmh... malu kenapa Cie...", aku merintih tapi masih juga
nekat menggoda Cie Stefanny.
"Kamu iniii... masih pakai nanya lagi... awas ya...", Cie Stefanny
menarikku sampai kami berdua jatuh terduduk di atas ranjangku dan
kini tubuhku ada di pangkuan Cie Stefanny. (c)kisahbb
Aku sama sekali tak berniat kabur, kubiarkan Cie Stefanny memelukku
dan meremasi kedua payudaraku.
Malah tubuhku kusandarkan pada Cie Stefanny, dan kupegang kedua
punggung telapak tangan Cie Stefanny yang masih meremasi kedua
payudaraku dengan lembut. Dada Cie Stefanny yang menempel di
punggungku membuatku bisa merasakan degup jantung Cie Stefanny
yang begitu cepat. Aku sendiri juga dalam keadaan yang sama,
bedanya aku lebih bisa menguasai diriku, setelah beberapa kali aku
harus pasrah 'diperkosa' Sherly dan Jenny. Mungkin gara gara
perbuatan mereka berdua itu, hingga membuatku menjadi suka dengan
sesama wanita seperti ini.
Sudah sejak tadi sebelum les, aku menahan gairahku untuk bermesraan
dan bercinta dengan Cie Stefanny. Sedangkan Cie Stefanny sendiri
tampaknya masih canggung dan malu malu, sama seperti diriku waktu
pertama kali digoda Sherly, lalu Jenny. Aku bisa merasakan tangan Cie
Stefanny agak gemetar waktu meremasi kedua payudaraku ini.
Maka aku memutuskan untuk 'memaksa' Cie Stefanny bermesraan
denganku.
Kutarik lepas kedua tangan Cie Stefanny dari payudaraku, lalu aku
membalik badan dan menarik lepas baju rumahan yang kukenakan,
tentu saja kemudian aku juga menarik lepas baju yang dikenakan Cie
Stefanny. Mudah saja aku melakukannya, karena baju rumahanku
memang longgar untuk ukuran tubuhku, sedangkan ukuran tubuh Cie
Stefanny sama sekali tak beda dengan ukuran tubuhku.
Selain itu memang tak ada perlawanan dari Cie Stefanny yang sudah
pasrah. Muka Cie Stefanny semakin merah ketika aku merangkulkan
tanganku ke belakang punggung Cie Stefanny, melucuti bra yang
dikenakannya.
"Cie Cie takut ya", aku berbisik mesra pada guru lesku ini sambil
membuang bra itu ke samping ranjang.
"Mmm... nggak tau...", Cie Stefanny hanya menggeleng lemah dengan
ragu.
Perlahan aku meraih celana dalam Cie Stefanny dengan kedua
tanganku. Setelah jari jari tanganku mengait bagian celana dalam di
kedua pinggangnya, kutarik lepas ke bawah dengan perlahan. Aku tahu
ini akan membuat Cie Stefanny sangat terangsang, ditelanjangi secara
perlahan seperti ini.
"Eliza...", desah Cie Stefanny.
"Iya Cie...", aku pura pura perhatian dan bertanya, tapi aku terus
melorotkan celana dalam Cie Stefanny sampai akhirnya lepas dari
kedua kakinya yang indah ini.
"Cie Cie ini mau kamu apain...", tanya Cie Stefanny dengan suara
bergetar sambil memejamkan matanya.
"Eliza mau liat Cie Cie nggak pakai baju. Boleh kan Cie?" tanyaku
dengan manja. (c)kisahbb
Cie Stefanny hanya diam dan menggigit bibirnya.
"Tapi kalau Cie Cie masih virgin, Eliza pasangkan lagi celana dalam
ini, Cie", kataku sekalian memastikan apakah Cie Stefanny masih virgin
atau tidak. (kisah bb)
"Nggak... Cie Cie udah nggak...", Cie Stefanny menggeleng lemah,
matanya tetap terpejam.
Aku membuang celana dalam itu ke samping ranjang, lalu aku
merangkak, lututku sengaja kutempelkan di depan selangkangan Cie
Stefanny yang sudah terbaring pasrah di atas ranjangku. Tanpa
menindih tubuh Cie Stefanny, perlahan aku membelai wajah guru lesku
yang cantik ini dengan kedua tanganku.
Kurasakan tubuh Cie Stefanny menegang sesaat, tapi kembali
melemas.
Dengan nafas yang mulai memburu, aku melanjutkan belaianku ke
bawah, menyusuri leher Cie Stefanny yang mulus dan jenjang ini
perlahan, menggunakan semua ujung jari tanganku. Cie Stefanny
hanya mendesah dan matanya tetap terpejam pasrah.
Kini aku membelai pundak Cie Stefanny, kemudian lengan bagian luar
dan terus ke bawah. Aku menikmati pemandangan di depanku,
ekspresi wajah Cie Stefanny yang seperti menahan sakit, dengan
bibirnya yang terkatup erat sejak tadi itu terbuka sedikit. Aku
menemukan telapak tangan Cie Stefanny, dan setelah kugenggam
lembut, kami saling meremas jemari tangan kami.
Aku merentangkan tangan Cie Stefanny, lalu menekuk tangannya ke
atas. Kulepaskan genggamanku, lalu aku menyusuri kulit lengan itu
perlahan, kembali ke bagian dada Cie Stefanny.
"Ohh...", Cie Stefanny merintih pelan.
"Kenapa Cie...", tanyaku dengan mesra.
"Kamu nakal... sayang...", desah Cie Stefanny. (c)kisahbb
Aku hanya tersenyum tanpa menjawab, dan jari tanganku terus
kugerakkan melingkari payudara Cie Stefanny. Kini tubuh Cie Stefanny
mulai menggeliat pelan. Aku tahu Cie Stefanny menginginkan sentuhan
ataupun rangsangan pada kedua puting payudaranya, tapi aku sengaja
menurunkan belaianku ke bawah tanpa menyentuh puting payudara Cie
Stefanny.
"Mmmh...", Cie Stefanny merintih dan menatapku seperti kecewa and
memohon, membuatku harus sekuat tenaga menahan gairahku untuk
tidak langsung mencumbui Cie Stefanny.
Sekarang ini aku ingin menggoda Cie Stefanny sampai terangsang
dahulu, supaya nanti ketika kami bercinta, Cie Stefanny tak lagi
canggung ataupun malu malu. Aku yakin ini pengalaman pertama Cie
Stefanny bercinta dengan sesama wanita, dan aku ingat keadaanku
dulu. Butuh waktu yang cukup lama sebelum aku bisa membalas
kemesraan Sherly dan Jenny.
Aku ingin Cie Stefanny terbiasa dengan hal ini, supaya nanti aku bisa
bercinta sepuas puasnya dengan guru lesku yang cantik ini.
Kini perut Cie Stefanny yang rata ini kubelai dengan lembut, sementara
pemiliknya hanya bisa menggeliat lemah. Dan ketika belaianku sampai
ke pangkal paha Cie Stefanny, aku sedikit menggerakkan lututku ke
depan sesaat, menekan vagina Cie Stefanny hingga guru lesku ini
langsung merintih dan mendesah, tubuhnya mengejang lemah.
Kemudian aku merangkak mundur, karena aku akan melanjutkan
membelai kedua kaki Cie Stefanny. Tapi tentu saja aku tak lupa
menggoda Cie Stefanny dulu. Tanpa sekalipun menyentuh liang vagina
milik Cie Stefanny, aku menggerakkan jemariku melingkari sekitar bibir
liang vagina itu, dan sesekali kutekan dengan lembut.
"Oooh...", Cie Stefanny mengerang pelan. (c)kisahbb
Ternyata memang itu sudah lebih dari cukup, Cie Stefanny mulai
menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri perlahan, dengan
kepalanya yang sedikit terangkat Cie Stefanny menatapku dengan
pandangannya yang memelas, seperti memohon padaku untuk
memberikan sentuhan jariku pada bibir liang vaginanya.
Aku tak berniat mengabulkan permohonan Cie Stefanny secepat itu.
Aku ingin menggodanya sampai gairahnya benar benar memuncak dan
membangkitkan sisi liar Cie Stefanny. Kini aku mulai membelai kedua
paha Cie Stefanny perlahan sementara Cie Stefanny mulai menggigil
terangsang.
Aku tak perduli dan belaian jemariku sudah sampai di ujung jari kaki
Cie Stefanny. Dengan lembut aku menyentuh tiap bagian di antara jari
kaki Cie Stefanny, membuat guru lesku ini semakin menggeliat.
"Eliza... kamu...", keluh Cie Stefanny, pastinya antara geli dan
terangsang.
Aku menatap Cie Stefanny mesra tanpa menjawab, dan Cie Stefanny
yang dadanya sudah naik turun karena nafasnya yang mulai tak
beraturan itu hanya memalingkan wajahnya yang merona merah, pasrah
membiarkan aku mempermainkan gairahnya sesuka hatiku. (kisah bb)
Aku merasa Cie Stefanny masih terlalu malu untuk mengekspresikan
gairahnya. Tapi aku tak menyerah, aku kembali melanjutkan belaian
jemariku ke atas, dan sekali ini aku mulai menggunakan telapak
tanganku.
Kedua betis Cie Stefanny yang pertama menjadi sasaranku, kubelai
dengan lembut dan akhirnya belaian tanganku sampai ke bagian ke
belakang lutut Cie Stefanny.
"Sshh...", Cie Stefanny mendesah pelan.
Aku merasakan kedua kaki Cie Stefanny sudah mulai mengejang
perlahan, dan aku melanjutkan ke bagian paha, dan terus ke atas. Aku
sempat membelai bibir vagina Cie Stefanny dengan gerakan seperti
tidak sengaja.
"Eliza...", desah Cie Stefanny sambil menatapku.
"Iya Cie...", aku menjawab pelan dengan suara yang sedikit bergetar.
Aku sendiri sebenarnya juga sedang diamuk gairaku sendiri. Tapi
kelihatannya Cie Stefanny sudah tak tahan lagi, tiba tiba ia meraih
tubuhku dan memeluk erat. Belum lagi aku bereaksi, bibirku sudah
dipagut dengan ganas oleh Cie Stefanny.
"Mmmh...", aku merintih mesra dan membalas ciuman ini dengan
sepenuh hati.
Kudorong Cie Stefanny sampai kembali terbaring di ranjangku. Kini aku
menindih Cie Stefanny, dengan kedua payudara kami saling
menggesek dan sesekali puting payudara kami saling bersentuhan.
(c)kisahbb
Akibatnya gairah kami makin menjadi jadi. Cie Stefanny menjepit paha
kiriku di antara kedua pahanya, aku sendiri balas menjepitkan paha
kananku hingga kami seperti sedang bergulat. Perlahan kurasakan
liang vagina Cie Stefanny yang sudah mulai membasah itu bergesekan
dengan pahaku.
Kini saatnya aku menggoda liang vagina Cie Stefanny. Selagi kami
masih asyik berpagut, kuturunkan tangan kiriku mencari bibir vagina
Cie Stefanny. Begitu jari telunjukku menemukan bibir vagina Cie
Stefanny, segera kucelupkan perlahan.
"Angghk...", Cie Stefanny melenguh kaget dan menggeliat.
Pelukan Cie Stefanny terlepas. Aku mulai menggunakan tangan
kananku untuk membelai dan meremas kedua payudara Cie Stefanny
bergantian. Dan yang pasti jari telunjuk kiriku terus kudorong masuk
sampai terbenam seluruhnya di dalam liang vagina Cie Stefanny.
Hangat... licin... dan yang terutama denyutan denyutan dalam liang
vagina Cie Stefanny benar benar membuatku makin bergairah dan tanpa
bisa kutahan lagi, tanganku yang masih menempel di atas payudara
Cie Stefanny kuremaskan dengan kuat pada payudara Cie Stefanny
hingga guru lesku ini kembali menggeliat.
"Aduuh... Eliza... sakit...", keluh Cie Stefanny, dan aku sudah bisa
merasakan nada manja dari suara Cie Stefanny.
"Mana yang sakit Cie...", tanyaku dengan nada menggoda.
Cie Stefanny menatapku dengan gemas, dan tiba tiba kedua tangan
Cie Stefanny bergerak, dan sekarang kedua payudaraku balik diremas
oleh Cie Stefanny.
"Oooh... Cieee...", aku mengeluh terangsang. (kisah bb)
Tak hanya remasan yang kurasakan, kini kedua putingku rasanya
seperti terjepit. Aku melihat sejenak, ternyata kedua puting
payudaraku dijepit jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan Cie
Stefanny, sementara tiga jari lainnya memberikan tekanan pada masing
masing bukit payudaraku, seperti sedang meremas saja.
Dan untuk makin menyiksaku, kedua jari tangan Cie Stefanny itu tak
hanya menjepit puting payudaraku, tapi mulai memilin milin hingga
aku mulai merintih dan terangsang hebat. Aku sudah tak tahan lagi,
dan aku kembali menatap Cie Stefanny, kali ini ganti aku yang
memelas. (c)kisahbb
"Cie... cium Eliza dong", aku merintih dan memohon, tangan kananku
terkulai lemas ke bawah karena tenagaku sekarang ini entah lenyap ke
mana.
"Iya sayang...", desah Cie Stefanny, yang kemudian lebih menekuk siku
tangannya hingga tubuh kami kembali menyatu.
Kami kembali saling berpagut mesra, tanpa lupa untuk terus saling
merangsang. Cie Stefanny masih terus mempermainkan kedua
payudaraku juga putingnya, sementara aku kembali meliuk liukkan jari
telunjuk tangan kiriku dalam liang vagina Cie Stefanny.
"Ooh... sayang... kamu nakal...", Cie Stefanny merintih ketika aku
mempercepat gerakkan jari telunjuk tangan kiriku dan terus mengaduk
liang vagina Cie Stefanny.
"Cie Cie juga...", aku sendiri juga merintih mesra dan melingkarkan
tangan kananku di belakang bahu Cie Stefanny.
"Ngghh...", Cie Stefanny melenguh ketika aku menusukkan jariku
sambil mengait dinding liang vaginanya.
Kini Cie Stefanny sudah mulai tak mampu menguasai dirinya.
Tubuhnya tertekuk ke belakang sesaat dan roboh terbaring ke ranjang
ketika aku terus menggoda liang vaginanya. Kedua kakinya tertekuk
sedikit, dan sesekali mengejang. Cairan cinta Cie Stefanny mulai
membasahi liang vaginanya. Aku tahu sekarang ini Cie Stefanny tidak
akan merasa begitu sakit kalau aku mengikutkan jari tengahku untuk
mengaduk aduk liang vaginanya.
"Kamu... kamu mau apa Eliza...", rintih Cie Stefanny ketika ujung jari
tengahku mulai menguak membuka jalan ke liang vaginanya yang
sudah menampung jari telunjukku.
"Nggak apa apa Cie... ini nggak sakit kok...", aku mendesah dalam
keadaan terbakar gairah dan memang sekarang ini jalan masuk ke
dalam liang vagina Cie Stefanny sudah begitu licin, dan dengan mudah
aku mencelupkan jari tengahku bersama jari telunjukku ke dalam liang
vagina guru lesku ini.
"Angghk...", Cie Stefanny kembali melenguh. (c)kisahbb
Aku mendiamkan kedua jariku sejenak supaya Cie Stefanny bisa
beradaptasi. Sementara itu aku beranjak dan berbaring miring di
samping Cie Stefanny, tentu saja dengan kedua jariku yang masih
tercelup mengait liang vagina Cie Stefanny.
"Sakit ya Cie...", aku berbisik menggoda Cie Stefanny.
"Iya...", keluh Cie Stefanny dengan manja.
"Tapi enak kan Cie...", kataku sambil mulai mengaduk liang vagina Cie
Stefanny dengan kedua jariku.
"Auww... iyaah...", erang Cie Stefanny keenakan dan memiringkan
tubuhnya menghadap ke arahku, dan menggeliat pasrah.
Aku menggunakan kesempatan ini untuk mengecup lembut mata Cie
Stefanny yang terpejam erat. Tak ada lagi perlawanan dari Cie Stefanny
yang kini tubuhnya mengejang hebat dalam pelukanku. Cie Stefanny
sudah berhenti meremasi kedua payudaraku, sekarang ia hanya bisa
merintih dan mendesah, bergulat dengan kenikmatan yang mendera
liang vaginanya.
Berulang kali tubuh Cie Stefanny tersentak ketika aku mulai menirukan
gerakan kaki orang berjalan dengan kedua jariku yang masih terbenam
dalam liang vaginanya.
"Aduh... Elizaa... Cie Cie... mau... pipis... ngghhh...", Cie Stefanny
melenguh panjang, dan tubuhnya mengejang berulang ulang.
Rupanya Cie Stefanny sudah dilanda orgasmenya. Cairan cintanya
membanjir dan membuat liang vagina guru lesku ini begitu becek. Aku
sama sekali tak menurunkan kecepatan adukan jari tanganku pada
liang vaginanya hingga terdengar bunyi kecipak cairan cinta Cie
Stefanny yang teraduk aduk itu, di antara desahan dan lenguhan yang
amat sexy dan menggairahkan itu.
"Eliza... sebentar... berhentii... duluu... angghhk...", Cie Stefanny terus
merengek dan memohon, tapi tak ada yang bisa dilakukan Cie
Stefanny selain melenguh ketika aku malah menyusu pada puting
payudaranya yang kiri.
Tubuh Cie Stefanny terus menggelepar dan mengejang, karena aku
sama sekali tak menghentikan adukan kedua jari tanganku di dalam
liang vaginanya. Selain itu aku malah mencumbui kedua payudara Cie
Stefanny dengan nakal. (c)kisahbb
"Ngghh... sudah... Elizaa... ampun...", Cie Stefanny melenguh tanpa daya,
tubuhnya mengejang dan tertekuk sexy, kemudian kurasakan cairan
cintanya kembali membanjir, sementara kedua betis Cie Stefanny
melejang tak karuan.
Aku kasihan juga melihat Cie Stefanny didera multi orgasme. Kedua
jariku kini kudiamkan terbenam dalam liang vagina Cie Stefanny,
menikmati setiap denyutan otot liang vagina Cie Stefanny.
Kulumanku pada puting payudara Cie Stefanny juga kuhentikan, kini
aku menikmati pemandangan indah di depanku, wajah Cie Stefanny
yang menggambarkan dengan jelas kalau dirinya terangsang hebat,
dengan matanya yang terpejam erat dan nafasnya yang tersengal
sengal, sedang pasrah menghadapi semua kenakalanku.
Tubuh Cie Stefanny berkeringat banyak sekali, dan sesekali Cie
Stefanny mendesah. Aku memeluk guru lesku yang sejak hari ini pasti
menjadi guru les kesayanganku ini.
"Cie... capai ya...", tanyaku dengan mesra.
"Mmm...", Cie Stefanny masih terlalu lemas untuk menjawab. (kisah bb)
Perlahan aku menarik lepas jariku dari jepitan liang vagina Cie
Stefanny. Aku melihat kedua paha Cie Stefanny mengejang tepat ketika
ujung jariku keluar dari jepitan liang vaginanya. Benar benar satu
pemandangan yang membangkitkan gairahku, membuatku ingin
menggoda Cie Stefanny.
Perlahan aku bergerak ke arah selangkangan Cie Stefanny. Selagi mata
guru lesku ini masih terpejam, aku mendekatkan wajahku ke liang
vaginanya.
"Ngghkk... auww...", Cie Stefanny kembali melenguh sejadi jadinya
ketika aku mencucup bibir vaginanya guru lesku ini.
Aku terus menyeruput cairan cinta Cie Stefanny sepuas puasnya
sampai tak tersisa, sementara Cie Stefanny terus menggelinjang
kegelian dan menggelepar keenakan.
"Sayang... Cie Cie udah nggak kuat...", erang Cie Stefanny memelas.
(c)kisahbb
"Udah selesai kok Cie...", kataku sambil menindih tubuh Cie Stefanny.
"Ooh...", keluh Cie Stefanny dengan manja ketika aku memeluknya
mesra.
"Eliza sayang Cie Cie...", kataku pelan sambil menatap mata Cie
Stefanny dengan sayu.
"Cie Cie juga sayang kamu... anak nakal...", bisik Cie Stefanny lemah
sambil melingkarkan kedua tangannya ke belakang punggungku.
Belaian tangan Cie Stefanny pada rambutku membuatku makin merasa
nyaman. Aku menyusupkan wajahku di dalam rambut Cie Stefanny
yang terhampar di sisi kiri kepalanya. Walaupun bercampur keringat
saat kami bercinta tadi, baunya wangi menyenangkan, membuatku
ingin tidur dalam posisi seperti ini.
-x-
VI. Cerita Sedih
Agak lama kami saling berdiam diri dalam posisi seperti ini, kini nafas
kami sama sama mulai teratur. Tapi kami masih berpelukan dengan
mesra, dengan posisi tubuhku yang menindih Cie Stefanny. Sesekali
aku mencium bibir Cie Stefanny yang cuma bisa pasrah menghadapi
kenakalanku ini. Tapi setiap ciumanku selalu berbalas, dan aku
menikmati belaian tangan Cie Stefanny pada rambutku dan juga
punggungku.
"Eliza... sekarang kamu mau cerita nggak, kenapa kamu hari ini jadi
nakal seperti ini dan mengajak Cie Cie bercinta?", tanya Cie Stefanny
dengan lembut sambil menyibakkan sebagian rambutku yang tergerai
jatuh menutup keningku.
Aku mengangkat kepalaku, dan mengecup bibir Cie Stefanny dengan
mesra sebelum aku beranjak dari tubuh Cie Stefanny dan berbaring di
sisi kiri Cie Stefanny. Sempat aku menerawang sejenak, baru kemudian
aku menoleh ke kanan menatap Cie Stefanny.
"Tadi, yang Eliza pulang telat itu... waktu Cie Cie memeluk Eliza...", aku
menguatkan hatiku dan mulai bercerita.
Cie Stefanny tersenyum manis sekali, tapi ia menatapku dengan
sungguh sungguh, terlihat sekali kalau ia siap untuk mendengarkan
semua ceritaku.
"Eliza nggak pakai bra, Cie", aku menunduk, ingin sekali
menyembunyikan wajahku di belahan dada Cie Stefanny.
"Jadi, tadi itu terasa sekali tekanan dari payudara Cie Cie di sini...",
kataku pelan sambil menggerakkan tangan kiriku untuk menunjuk ke
arah puting payudaraku.
Cie Stefanny tertegun menunggu kelanjutan ceritaku, sedangkan aku
dengan perasaan yang campur aduk meneruskan ceritaku.
"Eliza tadi nggak pakai bra, soalnya tadi waktu di tempat tambal
ban...", aku memejamkan mata dan mulai menangis.
"Sayang, kalau kamu nggak mau cerita... jangan dipaksa", bisik Cie
Stefanny lembut dan memelukku dengan sayang.
"Eliza diperkosa Cie...", aku berkata di antara tangisku. (c)kisahbb
"Oh... sayang...", kata Cie Stefanny sambil memelukku, dadanya Cie
Stefanny berguncang karena sekarang Cie Stefanny juga menangis.
Aku jadi semakin sedih. Kubenamkan wajahku di belahan dada Cie
Stefanny, lalu aku menangis sejadi jadinya. Hatiku pedih sekali
mengingat nasibku yang sedemikian buruk ini, berkali kali jatuh ke
dalam pemerkosaan oleh berbagai orang, tanpa bisa berbuat apa apa.
Memang aku selalu orgasme dalam setiap perkosaan yang menimpaku,
tapi itu lebih karena aku berusaha untuk tidak makin menyakiti hatiku
dan membuang pikiran kalau aku ini sedang diperkosa. Toh rela
ataupun tidak, tak ada yang bisa kulakukan dan aku tetap akan
diperkosa. Maka daripada aku makin tersiksa, aku memilih pasrah
memberikan tubuhku, bahkan aku cenderung berusaha menikmatinya.
Akibatnya aku malah selalu terangsang dan orgasme di tangan para
pemerkosaku, bahkan tak jarang aku mempermalukan diriku di hadapan
mereka. Sudah berkali kali tubuhku bergerak di luar kendaliku untuk
memuaskan hasrat tubuhku sendiri saat aku ditenggelamkan dalam
lautan kenikmatan oleh para pemerkosaku, membuatku benar benar
terlihat seperti perempuan yang kegatalan atau haus seks, dan juga
membuatku tak beda dengan pelacur. (c)kisahbb
Tapi kalau dalam keadaan tenang dan akal sehatku berjalan seperti ini,
tetap saja aku merasa sedih sekali merenungkan keadaanku. Entah
sudah sekotor apa diriku ini, yang sudah berkali kali dinodai siraman
sperma dari para pemerkosaku. Aku makin sedih dan tangisanku
semakin menjadi. Entah berapa lama, belaian lembut Cie Stefanny pada
rambutku perlahan membuatku menjadi tenang kembali.
Setelah kami berdua sama sama bisa menguasai diri, aku
membenamkan wajahku di belahan dada Cie Stefanny.
"Eliza...", kata Cie Stefanny sambil membelai rambutku.
Aku menumpahkan semua isi hatiku dan mulai menceritakan pada Cie
Stefanny, bagaimana aku harus kehilangan keperawananku karena
diperkosa ramai ramai di UKS, kemudian sopir dan dua pembantuku
yang jadi keranjingan menikmati tubuhku.
Aku tidak menceritakan tentang pemerkosaan yang menimpaku di
rumah Jenny, karena aku tak ingin menyangkutkan Jenny yang waktu
itu dibantai bersamaku. Aku juga memilih tak menceritakan
kekurangajaran tukang sapu di sekolah baletku ataupun
perselingkuhan Cie Elvira. Aku hanya menceritakan pertama kalinya
aku merasakan berciuman dengan seorang wanita, yaitu Cie Elvira.
"Jadi sejak itu kamu jadi suka sama sesama wanita ya", goda Cie
Stefanny.
"Yee... Cie Cie jahat... enggak Cie, belum", kataku sambil meleletkan
lidah.
"Jadi sejak kapan kamu jadi begini?", tanya Cie Stefanny dengan
cukup penasaran. (c)kisahbb
"Ada teman sekolah Eliza, Cie. Namanya Sherly. Orangnya cantik
sekali, dan suatu hari waktu Eliza ngembalikan buku ke rumahnya, tiba
tiba dia menciumi Eliza...", kataku sambil senyum senyum sendiri.
"Anak nakal... jadi sekarang Cie Cie kamu jadikan korban
pelampiasanmu ya...", kata Cie Stefanny gemas sambil mencubit kedua
pipiku. (kisah bb)
"Auww... ampun Cie...", aku merintih manja.
"Abisnya Cie Cie cantik sih...", kataku sambil menatap nakal pada Cie
Stefanny sambil memegangi kedua pipiku yang terasa panas akibat
cubitan Cie Stefanny.
Cie Stefanny mengecup kedua mataku mesra, dan aku memejamkan
mataku menikmati cumbuan guru lesku yang cantik ini.
"Nah, lebih parah lagi, suatu hari itu Eliza, Jenny, Sherly, juga tiga
teman Eliza yang lain berlibur. Pertama itu Sherly yang nggodain dan
menciumi Eliza, dan Eliza cuma bisa pasrah. Tapi Eliza nggak nyangka
kalau Jenny melihat semua itu. Dan waktu kami pulang liburan, Jenny
juga ikut ikutan menciumi Eliza. Yah... akhirnya Eliza jadi seperti ini
Cie", kataku sambil terus menatap Cie Stefanny
Sekali ini Cie Stefanny sudah tak lagi canggung dan mau balas
menatapku dengan mesra selagi aku menceritakan bagaimana aku
bermesraan habis habisan dengan Sherly di vila, kemudian saling
melumat bibir dengan Jenny di depan rumahnya, dan dari awal yang
canggung, aku jadi terbiasa untuk bermesraan dengan kedua temanku
ini.
"Terus, kenapa tiba tiba kamu mengajak Cie Cie bercinta... Cie Cie kan
nggak melakukan apa apa selain memeluk kamu...", tanya Cie Stefanny
yang masih penasaran.
"Kalau puting payudara Cie Cie ditekan seperti ini...", kataku sambil
beranjak duduk lalu menekan kedua puting payudara Cie Stefanny
yang masih menyembul itu.
"Sshhh...", Cie Stefanny mendesah pelan.
"Nah gitu deh Cie, terus yang menekan punya Eliza tadi itu cewek
yang cantik seperti Cie Cie. Apalagi Cie Cie terlihat sexy dengan
rambut sedikit basah tadi, ya udah...", kataku sambil mendekatkan
wajahku ke wajah Cie Stefanny, lalu aku balas mengecup kedua
matanya.
"Mmmh... kamu ini nakal ya... Tadi itu Cie Cie sampai kaget setengah
mati waktu kamu menciumi dan menerkam Cie Cie seperti itu.
Untungnya yang memperkosa Cie Cie itu cewek yang cantik seperti
kamu, jadi Cie Cie rela deh...", kata Cie Stefanny sambil tersenyum
manis.
"Cie Cie baru pertama kali ya digodain cewek?", tanyaku mencoba
menebak.
"Bukan cuma pertama kali digodain cewek. Selama ini Cie Cie cuma
tahu tentang orgasme wanita dari membaca artikel di majalah
kesehatan ataupun internet, tapi baru tadi itu Cie Cie merasakan
bagaimana rasanya orgasme, sayang", kata Cie Stefanny sambil
menggigit bibirnya. (c)kisahbb
"Ohh... tapi Cie Cie... oh nggak kok, tadi nggak ada darah", aku sempat
merasa ngeri kalau kalau ternyata tadi itu aku merenggut keperawanan
Cie Stefanny, tapi aku ingat tak ada bekas darah di jariku, ataupun
rasa amis darah ketika aku menyeruput cairan cinta dari liang vagina
Cie Stefanny tadi.
"Cie Cie udah nggak virgin kok sayang... Valentine Day tahun ini, Cie
Cie sudah pernah bersetubuh, lebih tepatnya dipaksa...", kata Cie
Stefanny sambil menerawang.
"Ko Melvin ya, Cie?", aku bertanya dengan hati hati.
"Iya... Melvin memaksa Cie Cie, merayu Cie Cie, pokoknya segala
macam cara dan alasan dia pakai, sampai akhirnya Cie Cie luluh,
lagipula waktu itu Cie Cie juga takut kehilangan Melvin", kata Cie
Stefanny datar, tapi kurasakan kesedihan dalam suara Cie Stefanny.
Aku memeluk Cie Stefanny, ingin sekali aku mengurangi kesedihan Cie
Stefanny.
"Setelah Melvin berhasil membuat Cie Cie menyerahkan tubuh Cie Cie,
Melvin ninggalin Cie Cie begitu saja. Ditelepon selalu sibuk, di SMS
nggak pernah dibalas, kalau ketemu di kampus selalu menghindar,
pokoknya Melvin itu jelas jelas menunjukkan kalau dia menghindari
Cie Cie... dan sudah nggak mau berhubungan lagi dengan Cie Cie...",
kata Cie Stefanny, sekali ini air matanya meleleh dan Cie Stefanny
mulai terisak pelan.
"Akhirnya Cie Cie menyerah, lalu Cie Cie memutuskan hubungan
dengan Melvin. Sakit rasanya, Eliza. Tapi itu adalah yang terbaik", kata
Cie Stefanny dengan suara serak.
Aku tak tahu harus berkata apa, perasaanku benar benar campur aduk.
Di satu sisi aku amat membenci perbuatan Ko Melvin yang sangat
egois itu, sedangkan di sisi lain aku merasa harapanku semakin besar
bisa terkabul, untuk mendekatkan Cie Stefanny dengan kokoku. Tapi
saat ini, aku hanya bisa ikut sedih dan menangis bersama Cie
Stefanny.
Aku terus memeluk Cie Stefanny sampai akhirnya Cie Stefanny mulai
tenang kembali. Sementara itu aku diam dan merenung. Apakah semua
laki laki seperti itu? Apakah Andi juga akan seperti itu?
Beberapa saat kemudian, akhirnya Cie Stefanny sudah bisa menguasai
dirinya, lalu mulai melanjutkan ceritanya.
"Belum lagi hilang sakit hatinya Cie Cie ini, hampir sebulan
kemudian...", keluh Cie Stefanny dan menceritakan tentang Caroline,
adik perempuan Cie Stefanny yang baru saja berumur 20 tahun, dan
masih kuliah semester V di universitas ternama di Surabaya. (c)kisahbb
"Malam itu Cie Cie keluar kamar, mau ambil minuman di kulkas. Dan
waktu itu Cie Cie melihat Caroline berjalan menuju pintu belakang.
Penasaran, Cie Cie ke balik pintu dan mengintip apa yang akan
dilakukan Caroline. Waktu Cie Cie melihat Caroline masuk begitu saja
ke dalam kamar para pekerja mebel di rumah Cie Cie, rasanya jantung
Cie Cie ini seperti berhenti", Cie Stefanny menghentikan ceritanya
sebentar dan memandangku sambil menarik nafas panjang.
"Cie Cie mendekat dan mengintip dari jendela kamar itu. Di dalam
sana, Cie Cie melihat Caroline digumulin empat pekerja itu, shock
rasanya melihat semua itu Eliza...", kata Cie Stefanny yang kini jadi
menerawang, seperti sedang membayangkan dan mengingat kejadian
itu dalam pikirannya.
"Cie Cie akhirnya masuk ke dalam kamar Caroline, dan duduk di
ranjangnya menunggu dia kembali. Satu jam baru akhirnya Caroline
masuk, dan Cie Cie langsung bertanya tentang apa yang Cie Cie lihat
itu. Dan Caroline... dia menangis dan menceritakan semuanya... Awal
tahun ini, dua minggu setelah Caroline berulang tahun ke 20, ganti Cie
Cie yang berulang tahun...", Cie Stefanny menunduk sejenak, tapi aku
bisa melihat ekspresi wajahnya yang sendu.
"Cie Cie nungguin Caroline, ingin mengajaknya makan kue ulang tahun
pemberian Melvin, tapi Caroline malah pulang tengah malam dari
dugem, dalam keadaan setengah mabuk lagi", Cie Stefanny kembali
menarik nafas panjang, sekali ini kesedihan yang amat dalam kembali
terpancar dari wajahnya yang cantik.
"Caroline... kamu anak bodoh...", Cie Stefanny mengeluh dan mulai
terisak. (kisah bb)
Terlihat jelas sekali kalau Cie Stefanny amat kesal dan sedih. Cie
Stefanny menggigit bibir sementara air matanya meleleh.
"Dia takut ketahuan Cie Cie kalau mulutnya berbau alkohol... dia malah
mengambil jalan belakang. Dan waktu itu salah satu pekerja mebel di
rumah Cie Cie melihat Caroline, yang pasti wajahnya merah karena
pengaruh alkohol. Tepat ketika Caroline akan masuk ke rumah dari
pintu belakang. Caroline ditangkap, mulutnya dibekap, lalu dia diseret
ke kamar mereka", kata Cie Stefanny dengan air mata yang semakin
deras membasahi kedua pipinya. (c)kisahbb
"Bajingan bajingan itu tahu betul, papa dan mama memang tidak
mengijinkan anak anaknya pergi dugem apalagi pulang larut malam
seperti itu. Mereka sempat bercerita pada Caroline, papa pernah
mengobrol dengan temannya di tempat mereka berkerja, tentang
ketidak sukaan papa dan mama terhadap anak anak jaman sekarang
yang suka dugem dan pulang larut malam.", Cie Stefanny menggigit
bibir sesaat di antara tangisnya.
"Dan di sana Caroline diancam akan dilaporkan ke papa, mama atau
Cie Cie, kalau Caroline nggak mau menuruti nafsu bejat mereka.
Caroline... dia diperkosa dalam keadaan setengah mabuk... dan sampai
sekarang Caroline diperlakukan seperti budak mereka, . Oh... Eliza...
kalau saja waktu itu Cie Cie nggak nungguin Caroline, harusnya ini
nggak perlu terjadi...", Cie Stefanny menangis dengan penuh
penyesalan.
Tak ada yang bisa kulakukan selain menggigit bibir dan memeluk Cie
Stefanny erat erat sambil menangis sedih.
"Dan harusnya Caroline itu nggak perlu takut ketemu sama Cie Cie
waktu itu... Oh Tuhan... kenapa harus jadi seperti ini... Cie Cie merasa
bersalah sekali sama Caroline...", Cie Stefany memelukku dan
tangisannya makin menjadi jadi, membuat hatiku rasanya seperti teriris
karena tak ada yang bisa kulakukan untuk mengibur Cie Stefanny, juga
melihat nasib adik Cie Stefanny yang tak lebih baik dariku.
-x-
VII. Hampir Tertangkap
Tak ada lagi cerita. Kami berdua tenggelam dalam duka. Tentu saja aku
tak ingin malam ini kami lewatkan dengan menangis dalam
penyesalan, aku mencoba mencairkan suasana ini.
"Cie... Eliza buatin sereal yah", kataku pelan.
"Nggak usah deh sayang... kok malah ngerepotin kamu...", jawab Cie
Stefanny.
"Nggak repot kok Cie... kalau repot Eliza juga nggak mau buatin",
kataku mencoba mengajak Cie Stefanny bercanda. (c)kisahbb
"Ya udah anak nakal... kalau kamu nggak repot, Cie Cie mau...", kata
Cie Stefanny sambil membelai pipiku dengan sayang.
Aku bangkit berdiri dan mengenakan bra dan baju rumahku.
Sebenarnya reflek saja aku mengenakan bra, karena memang aku biasa
memakai bra dan celana dalam walaupun aku berada di dalam rumah.
Tapi ketika Cie Stefanny ikut berdiri dan hendak memakai bra dan
celana dalamnya, aku langsung merengek.
"Cie... jangan... Cie Cie nggak boleh pakai...", aku mendekati Cie
Stefanny dan memegang kedua tangannya.
"Kamu... Sayang... ini kan nggak adil... masa kamu boleh pakai baju tapi
kamu suruh Cie Cie telanjang terus?", tanya Cie Stefanny dengan pura
pura kesal.
"Eliza kan mau turun. Nanti Eliza juga nggak pakai bra kok... pokoknya
Cie Cie jangan pakai ya...", aku terus merengek dan pura pura merajuk
sambil memeluk Cie Stefanny yang masih telanjang bulat ini, lalu
kupagut bibirnya dengan sepenuh hati.
"Mmmh...", Cie Stefanny merintih mesra dan membalas pagutanku.
Setelah puas saling berpagut bibir dengan Cie Stefanny, barulah aku
melepaskan pagutanku, sementara Cie Stefanny menatapku dengan
tatapan orang dewasa terhadap anak kecil yang nakal.
"Cie... Eliza mau turun buatin sereal... Cie Cie kunci pintunya dulu ya...
nanti kalau Eliza udah mau masuk, Eliza panggil Cie Cie... tapi janji ya
Cie Cie nggak boleh pakai baju", kataku dengan tatapan nakal.
"Kamu ini memang... ya udah... terserah kamu sayang...", kata Cie
Stefanny sambil tersenyum geli.
Maka aku keluar dari kamarku dan Cie Stefanny langsung mengunci
pintu. Aku tersenyum geli dan turun ke ruang makan, untuk membuat
dua gelas sereal instant yang hangat. Sebenarnya aku sudah lelah dan
mengantuk sekali, tapi tiba tiba saja aku jadi bergairah membayangkan
betapa Cie Stefanny yang sedang telanjang bulat menunggu pasrah di
kamarku. Sambil mengaduk kedua gelas sereal ini, aku memikirkan hal
yang membuatku tak sabar untuk segera ke atas dan kembali bercinta
dengan Cie Stefanny.
"Eh?", aku terkejut ketika kurasakan dua tangan yang mendekap
tubuhku dari belakang.
"Non... kangen...", suara itu, aku tahu kalau suara itu milik pak Arifin.
"Mmmhh...", aku merintih ketika kurasakan remasan yang amat kuat
pada kedua payudaraku. (c)kisahbb
Aku berhenti mengaduk sereal di kedua gelas itu, bermaksud
melepaskan kedua payudaraku dari remasan kedua tangan pak Arifin.
Tapi ketika tanganku sudah akan meraih tangan pak Arifin,
cengkeraman pada masing masing pergelangan tanganku menahan
gerakan kedua tanganku ini.
Sesaat kemudian, kedua tanganku sudah terentang lebar. Aku menoleh
ke kanan dan ke kiri, mendapati Wawan dan Suwito yang sudah ikut
mengerubutiku dengan pandangan yang sangat bernafsu.
"Eh... apa apaan kalian malam malam gini mpphh...", omelanku terhenti
ketika Suwito sudah melumat bibirku tanpa ampun. (kisah bb)
Aku mulai panik ketika Wawan sudah mengangkat kaki kiriku yang kini
sudah tertekuk ke atas hingga menempel di perutku. Kancing baju
yang kukenakan sudah dipreteli mereka dengan cepat, sementara
tangan kanan Suwito sudah menyusup masuk ke dalam celana
dalamku. Jarinya yang mencari dan dengan cepat menemukan bibir
vaginaku, langsung tercelup masuk dan membuatku menggeliat
mengikuti irama adukan jari tangan Suwito pada liang vaginaku.
Kalau dengan keadaanku yang sudah amat lemas ini masih harus
melayani mereka bertiga sekaligus seperti ini, bisa bisa mereka
membuatku pingsan pingsan. Aku segera berpikir keras mencoba
menghindar dari sopir dan kedua pembantuku yang sudah makin
bernafsu untuk menikmati tubuhku ini.
"Engghh... kalian berhenti... besok... aku ini... ada ulangan...", aku
memohon di antara rintihanku.
Dan mereka memang langsung menghentikan rangsangan mereka
terhadapku. Sekarang mereka sudah melepaskanku, tapi mereka masih
mengelilingiku, membuat jantungku berdebar sedikit lebih keras,
membayangkan apa yang masih akan meleka lakukan terhadapku.
"Yah... non, padahal saya sudah kangen nih", kata pak Arifin.
"Kangen kangen... ngapain sih kalian ini malam malam gini di sini?",
aku bertanya dengan setengah kesal.
"Kan ortu dan kakak non lagi pergi, sayang dong kalau nggak pesta
sama non", kata Suwito sambil kembali meremas payudara kiriku.
(c)kisahbb
"Udah... berhenti... tunggu besok juga kenapa sih? Sekarang aku masih
mau belajar untuk ulangan besok pagi tau", kataku sambil menepis
tangan Suwito.
"Yah... kalau gitu cium dulu non sebelum kami tidur", kata Wawan yang
langsung meraih tubuhku dalam pelukannya dan memagut bibirku
dengan sangat bernafsu.
Aku melemas dalam pelukan Wawan, membiarkan pembantuku ini
melumat habis bibirku. Suwito dan pak Arifin jelas tak mau
ketinggalan, mereka bergiliran melumat bibirku dengan ganas sampai
nafasku tersengal sengal.
Dadaku masih naik turun ketika mereka semua selesai menikmati
bibirku. Aku terduduk di kursi, mencoba mengatur nafasku sejenak.
"Non Eliza kok tidak kembali ke atas?", tanya Suwito
"Menunggu kami cium lagi ya?", sambung Wawan usil.
Tak ingin bibirku kembali dilumat habis, aku segera bangkit berdiri.
Bukannya aku tak mau, sebenarnya aku suka suka saja diperlakukan
seperti ini oleh mereka bertiga ini, tapi sekarang ini selain aku sudah
kelelahan, di atas Cie Stefanny sudah menungguku.
Aku mengambil mengambil sebuah sendok teh, sebotol kecil susu
kental manis dan sebotol besar air dingin. Bersama kedua gelas sereal
buatanku tadi, aku letakkan semua di atas baki. Tanpa pamit pada
mereka, baki ini kubawa ke atas menuju kamarku.
"Perlu bantuan non?", tanya Suwito ketika aku sudah di tengah
tangga.
Aku sempat menoleh ke arahnya dan menggeleng tegas, lalu aku terus
berjalan menuju kamarku.
-x-
VIII. Bercinta Lagi Dengan Cie Stefanny
"Cie... ini Eliza...", aku berkata pelan di depan pintu kamarku.
Pintu kamarku terbuka dan aku segera masuk. Cie Stefanny yang
bersembunyi di balik daun pintu kamarku langsung mengunci pintu.
Kutaruh baki ini di atas meja belajarku, dan kuberikan segelas sereal
hangat ini pada Cie Stefanny, lalu Cie Stefanny kuajak duduk di depan
meja belajar. (c)kisahbb
"Duh sayang, Cie Cie kira kamu ditangkap pembantu pembantumu tadi,
abisnya kamu kok lama amat nggak kembali kembali", kata Cie
Stefanny.
"Oh, nggak kok Cie... sini... Eliza suapin ya...", kataku sambil mulai
mengambil sesendok sereal dari gelasku, lalu kusuapkan pada Cie
Stefanny yang hanya tertawa geli menerima suapanku.
Berikutnya kami saling menyuapi sampai sereal di gelas kami habis,
tentu saja diselingi canda tawa kami berdua. Kemudian setelah gelas
gelas ditaruh di atas meja, aku melihat jam. Oh... sudah jam sembilan
malam.
"Cie... bukain baju Eliza dong...", kataku sambil memegang tangan Cie
Stefanny.
"Eliza... lagi?", Cie Stefanny mendesah pelan, ia menatapku sambil
menggigit bibir dan menahan senyum.
Aku mengangguk dan terus menatap Cie Stefanny dengan sayu penuh
permohonan. Cie Stefanny sempat menunduk jengah, tapi kemudian
tangannya mulai bergerak melepas baju rumahku. Aku memejamkan
mata menahan gairah yang makin menggelegak ini, dan aku pasrah
saja ketika Cie Stefanny menuntunku dan berikutnya kami sudah sama
sama terbaring di ranjang, dengan tubuhku ditindih Cie Stefanny.
"Cie...", aku merintih ketika kedua payudaraku dibelai dengan lembut
oleh Cie Stefanny.
"Sayang... kamu ... cantik sekali...", desah Cie Stefanny terputus putus
di tengah nafasnya yang memburu.
Oh, senang sekali rasanya dipuji seperti ini oleh Cie Stefanny. Aku
langsung memeluk dan memagut bibir Cie Stefanny, meluapkan semua
gairahku. Sementara itu kurasakan kedua tangan Cie Stefanny
menyusup ke belakang punggungku, dan sesaat kemudian kait bra
yang kukenakan sudah terlepas.
Dengan senang hati kuangkat kedua tanganku hingga Cie Stefanny
dengan mudah menarik lepas bra ini dari tubuhku. Dan seperti
harapanku, Cie Stefanny sudah tak canggung lagi untuk bermesraan
denganku, kini celana dalamku ditariknya lepas melewati kedua
betisku, dan kami berdua sama sama telanjang bulat di atas ranjangku.
(c)kisahbb
"Nah anak nakal, begini baru adil... sekarang Cie Cie akan balas
kamu...", kata Cie Stefanny dengan nafas memburu dan berikutnya aku
sudah ditindih oleh Cie Stefanny.
"Mmmh...", aku merintih manja dan pasrah ketika kedua pergelangan
tanganku direntangkan oleh Cie Stefanny.
Wajahku dihujani ciuman mesra Cie Stefanny, dan aku sesekali
berusaha membalas. Rasa geli sekaligus terangsang membuatku lemas
dalam gairahku, kubiarkan Cie Stefanny berbuat sesuka hatinya
terhadap diriku.
"Oooh... Cie...", aku menggeliat dan mengejang sesaat ketika kedua
puting payudarku dicubit oleh Cie Stefanny.
"Sayang... sakit ya...", goda Cie Stefanny. (kisah bb)
Aku menggigit bibir dan menggeleng lemah.
"Auww... Cie... ampuun...", aku menggeliat ketika Cie Stefanny
memperkeras cubitannya pada kedua puting payudaraku.
Selagi aku memejamkan mata menahan sakit yang sebenarnya tak
terlalu menyiksa ini, Cie Stefanny menghentikan cubitannya, lalu tiba
tiba kurasakan kedua puting payudara dikulum bergantian oleh Cie
Stefanny.
"Ssshh... aduuhh...", aku mendesah tak karuan.
Ingin sekali rasanya sekarang ini aku menerkam Cie Stefanny, tapi aku
mati matian menahan diri, supaya Cie Stefanny punya waktu untuk
mengekpresikan gairahnya. Rambut Cie Stefanny yang terjatuh di
dadaku ini terseret ke kiri dan ke kanan mengikuti gerakan kepalanya.
Aku menikmati rasa geli yang ditimbulkan ujung demi ujung rambut
Cie Stefanny.
"Sayang... perut kamu indah sekali...", Cie Stefanny mengguman dan
mengecup kulit perutku.
Aku tersenyum senang mendengar pujian Cie Stefanny. Kubelai rambut
Cie Stefanny yang halus ini, selagi perutku dicumbui olehnya. Darahku
berdesir ketika kurasakan cumbuan itu perlahan berpindah ke bawah
menuju ke vaginaku.
"Mmmhh...", aku merintih ketika kurasakan ciuman dari Cie Stefanny
pada bibir vaginaku. (c)kisahbb
Cie Stefanny terus menggoda vaginaku. Kedua pahaku sudah
dilebarkan oleh Cie Stefanny, dan aku hanya pasrah.
Tak ada jilatan nakal yang kurasakan, tapi setelah beberapa kali
mengecup bibir vaginaku, kini jari jari tangan Cie Stefanny mulai ikut
bermain. Liang vaginaku dikuak sedikit, dan ketika sebuah jari
menusuk liang vaginaku dengan lembut, tiba tiba aku merasa sedikit
nyeri. Mungkin karena sehari ini liang vaginaku sudah berkali kali
ditembusi penis penis pemerkosaku.
"Cie... sakit...", aku mengeluh pelan.
"Kenapa sayang...", tanya Cie Stefanny sambil menatapku sayu.
Aku hanya menggeleng lemah sambil berusaha tersenyum. Aku jadi tak
tega menolak keinginan Cie Stefanny. Biarlah, aku akan menahan rasa
nyeri yang moga moga hanya sebentar ini. Mungkin kalau nanti liang
vaginaku sudah basah oleh cairan cintaku, rasa nyeri yang
mengganggu itu akan mereda atau bahkan hilang.
"Angghk...", aku mengerang ketika dua jari Cie Stefanny terbenam
dalam liang vaginaku.
Tubuhku mulai mengejang, antara sakit dan nikmat. Ketika dua jari itu
mulai mengaduk liang vaginaku, aku mendesah dan menggeliat
keenakan. Tak ada yang bisa kulakukan selain menggenggam sprei
ranjangku, mencoba bertahan dari siksaan kenikmatan ini.
"Eliza... hangat sekali di dalam sini sayang...", bisik Cie Stefanny
mesra.
"Mmmh... iyah Cie...", aku merintih malu. (kisah bb)
Adukan jari tangan Cie Stefanny makin liar, membuatku menggigit bibir
dan memejamkan mataku erat erat, sementara tubuhku menggigil
merasakan ngilu yang amat nikmat pada liang vaginaku. Cairan cintaku
yang sudah membasahi liang vaginaku benar benar meredakan rasa
nyeri yang kurasakan sejak Cie Stefanny menyerang liang vaginaku.
"Ngghhh... Ciee...", pinggangku sampai terangkat ketika Cie Stefanny
meliuk liukkan kedua jari tangannya dalam liang vaginaku. (c)kisahbb
"Oooh... Ciee... jangan berhentii...", aku mengeluh dan memohon ketika
Cie Stefanny menghentikan gerakan jari jari tangannya yang masih
terbenam dalam liang vaginaku.
"Tapi... kamu sampai kesakitan gitu sayang...", kata Cie Stefanny
dengan ragu.
"Nggaaak... nggak sakit... ayo Cie... pleasee...", aku merengek tak ingin
kehilangan kenikmatan ini.
Dua jari tangan Cie Stefanny di dalam liang vaginaku kembali bergerak,
mengembalikan sensasi nikmat yang tadi sempat menurun. Aku
menggeliat menikmati semua ini, bahkan aku mendorong dorongkan
pinggulku ke depan, rasanya ingin sekali membuat jari jari itu tertelan
semuanya dalam liang vaginaku, dan akibatnya aku malah merintih
keenakan.
"Eliza... kamu nggak apa apa sayang...?", tanya Cie Stefanny ragu.
"Ngghh... enak kok Cie...", aku melenguh dan merintih
"Oh... sayang... kamu sexy sekali...", Cie Stefanny mendesah pelan.
Sepertinya Cie Stefanny sendiri sedang terbakar oleh gairahnya sendiri.
Tanpa menghentikan adukan jari tangannya pada liang vaginaku, Cie
Stefanny merayap di atas tubuhku, menindihku dan kemudian
mencumbui wajahku. Aku yang semakin tenggelam dalam kenikmatan
ini, segera memeluk Cie Stefanny dan kupagut bibir Cie Stefanny sejadi
jadinya.
Rintihan kami berdua bersahut sahutan memenuhi kamarku. Ngilu yang
kurasakan pada liang vaginaku ini semakin menjadi jadi, dan tubuhku
mulai mengejang dan tersentak sentak, mengiringi orgasme yang mulai
menderaku.
"Nngghh... Ciee... mmmph...", aku menjerit keenakan dalam orgasme
yang amat nikmat, tapi jeritanku langsung tertahan karena Cie
Stefanny langsung memaksaku untuk kembali saling berpagut dengan
panas.
Tentu saja aku tak menolak, dan aku mempererat pelukanku pada Cie
Stefanny. Dan pinggangku sampai tertekuk ke atas karena adukan jari
tangan Cie Stefanny dalam liang vaginaku ini sama sekali tidak
mereda, malah semakin menjadi jadi. Kurasakan cairan cintaku
membanjir di dalam sana, tubuhku juga basah oleh keringatku.
(c)kisahbb
AC kamar yang harusnya terasa dingin ini tak mampu membendung
rasa panas yang menjalari sekujur tubuhku. Nafasku sudah tinggal
satu satu, tapi Cie Stefanny masih saja memagut bibirku dengan
ganas, sedangkan adukan jari tangan Cie Stefanny belum menunjukkan
tanda tanda akan berhenti. Akibatnya liang vaginaku semakin ngilu,
dan orgasmeku sama sekali tidak mereda, malah makin menjadi jadi.
Kedua betisku melejang lejang sampai rasanya kram. Diperlakukan
seperti ini, lama kelamaan aku mulai jatuh dalam keadaan setengah
sadar, pandanganku mulai kabur, entah karena kehabisan nafas atau
kehabisan tenaga, atau mungkin kedua duanya. Pelukanku melemah,
kedua tanganku terkulai pasrah di atas ranjang. Aku memejamkan
mata, pasrah membiarkan Cie Stefanny berbuat sesuka hatinya
terhadap diriku.
Akhirnya Cie Stefanny melepaskan pagutannya pada bibirku, juga
menghentikan adukan jari tangannya dalam liang vaginaku. Kepalaku
langsung terkulai lemas dengan nafas yang terputus putus. Sesekali
tubuhku tersentak, dan sekujur tubuhku gemetar dalam kenikmatan,
dan tulang tulangku seperti terlepas dari semua sambungannya. Benar
benar lemas sekali, bahkan untuk bergerak pun rasanya aku sudah tak
punya tenaga.
"Ngghh...", aku melenguh lemah ketika Cie Stefanny menarik lepas
kedua jari tangannya dari liang vaginaku.
Entah apa lagi yang akan dilakukan Cie Stefanny, aku sudah pasrah.
Mataku terpejam erat menikmati sisa sisa orgasmeku yang mulai
mereda. Belaian belaian mesra Cie Stefanny benar benar membuatku
merasa nyaman, dan aku mulai bisa mengatur nafasku.
"Sayang...", guman Cie Stefanny dan bibirku dikecupnya dengan mesra.
(kisah bb)
"Mmm...", aku merintih perlahan dan balas mengecup bibir Cie Stefanny
dengan tak kalah mesranya.
Kedua telapak tanganku digenggam oleh Cie Stefanny, kemudian Cie
Stefanny menyusupkan wajahnya di pundak kiriku. Aku senang sekali
dan balas menggenggam telapak tangan Cie Stefanny. Beberapa saat
lamanya aku pasrah membiarkan tubuhku ditindih Cie Stefanny. Saat
tenagaku mulai pulih, aku mekepaskan genggaman tangan kami,
kemudian memeluk Cie Stefanny dengan mesra. Rasanya nyaman
sekali, dan kami berdua terdiam menikmati semua ini.
-x-
IX. Menikmati Cairan Cinta Cie Stefanny
"Sayang... sekarang pakai baju aja ya... nanti kita masuk angin", kata
Cie Stefanny.
"Nggak boleh...", aku memandang Cie Stefanny dengan nakal. (c)kisahbb
"Kamu ini...", kata Cie Stefanny sambil menggeleng gelengkan
kepalanya, lalu melepaskan tindihannya pada tubuhku dan berbaring di
sebelahku.
"Malam ini, Cie Cie nggak boleh pakai baju... Eliza juga kok... sekarang
kita selimutan aja ya Cie...", kataku sambil duduk dan mengambil
selimutku, yang sebenarnya adalah bed cover, dan kuhamparkan
menutupi tubuh kami berdua yang masih telanjang bulat.
"Eliza ingin main main lagi sama Cie Cie ...", kataku dengan manja
sambil menyusupkan kepalaku di pundak Cie Stefanny.
"Ya ampun... kamu nggak capek Eliza?", tanya Cie Stefanny yang
memandangku heran.
"Capek sih... enggak kok Cie, Eliza bukan mau ngajak Cie Cie bercinta
lagi kok... Eliza cuma ingin...", aku menggigit bibir sambil tersenyum
senyum membayangkan rencanaku.
"Anak nakal... Cie Cie ini mau kamu apain lagi...", tanya Cie Stefanny
yang pura pura merajuk, tapi kemudian tubuhku dipeluknya dengan
mesra.
Aku melihat jam, masih jam sembilan malam. Sebentar lagi tenagaku
akan cukup untuk kupakai bermain main sebentar dengan Cie Stefanny,
habis itu barulah aku akan tidur mengistirahatkan tubuhku, yang
sebenarnya sudah amat capek ini. Seharian ini aku sudah berkali kali
orgasme, dan itu benar benar menguras tenagaku, juga membuat
pinggangku terasa seperti akan patah.
Tapi aku tak mau melewatkan kesempatan untuk bermanja manja
dengan Cie Stefanny malam ini. Sambil menunggu, kami berdua saling
bercerita pengalaman lucu kami di sekolah. Bukan hal yang penting,
tapi pastinya lebih baik daripada kami hanya berdiam diam saja.
Beberapa menit kemudian aku menyibakkan bed cover ini, dan jadinya
kami berdua sama sama menggigil kedinginan. (c)kisahbb
"Eliza... dingin nih...", kata Cie Stefanny memelas.
"Iya... sebentar ya Cie...", aku mencari remote AC dan mematikan AC
kamarku.
Kemudian aku mengambil botol yang berisi susu kental manis dari
baki yang tadi kubawa masuk ini, tak lupa juga sendok kecilnya. Lalu
aku mendekati Cie Stefanny yang masih belum mengerti apa yang akan
kulakukan.
"Kok...?", tanya Cie Stefanny dengan heran.
"Pokoknya Cie Cie berbaring aja ya Cie...", kataku sambil meleletkan
lidah.
"Duh... kamu... kamu mau apa lagi sayang...", keluh Cie Stefanny dan
menatapku dengan pandangan memelas.
Kubuka botol itu, dan sambil sesekali menatap Cie Stefanny, aku
mengambil sesendok kecil susu kental manis. Setelah cukup, aku
menuangkan susu itu tepat pada puting payudara kanan milik Cie
Stefanny.
"Oooh...", Cie Stefanny terkejut seperti tak percaya.
"Auww... Eliza...", Cie Stefanny antara merintih dan tertawa geli ketika
aku mencucup putingnya yang berlumuran susu kental manis itu.
"Mmm... enak lho Cie...", aku menggoda Cie Stefanny dengan tatapan
nakal setelah mengulum bersih puting susunya.
"Kamu...", Cie Stefanny menatapku tanpa daya dengan gemas.
Aku tertawa kecil, lalu kembali menuangkan sesendok susu kental
manis pada puting payudara kanan Cie Stefanny. Dan aku segera
mencucup puting itu, sementara Cie Stefanny kembali tertawa geli dan
tubuhnya menggelinjang. Muka Cie Stefanny sampai memerah, entah
karena malu atau terangsang.
Setelah kurasakan tak ada lagi sisa susu yang tersisa pada puting
payudara Cie Stefanny, aku beranjak ke belakang, dan kini kedua paha
Cie Stefanny kulebarkan hingga vaginanya tersaji di depanku.
"Ooh... Eliza... kamu ini nakal sekali...", keluh Cie Stefanny memelas
ketika aku bersiap siap mengoleskan susu kental manis ini di bibir
vaginanya.
Aku hanya meleletkan lidah, lalu bibir vagina Cie Stefanny yang indah
ini mulai kubasahi dengan susu kental manis, dan kedua paha Cie
Stefanny yang terbuka lebar ini kutahan dengan kedua tanganku. Aku
menatap Cie Stefanny dengan senyum menggoda. Cie Stefanny hanya
menatapku dengan pandangan memelas dan hanya bisa pasrah dengan
kenakalanku. (c)kisahbb
"Udah... nggak tau... terserah mau kamu apakan Cie Cie ini...", keluh Cie
Stefanny yang sudah menyerah pasrah.
"Angghhk...", Cie Stefanny melenguh ketika aku dengan tiba tiba
mencucup bibir vaginanya.
Semua susu kental yang teroles di bibir vagina Cie Stefanny ini
kusedot sampai tandas. Sementara Cie Stefanny hanya bisa merintih
dan melenguh, kedua pahanya mengejang hebat, dan kurasakan kedua
betis Cie Stefanny juga melejang tak karuan.
Bibir vagina Cie Stefanny sudah kubersihkan dari susu kental manis.
Aku melihat Cie Stefanny sekarang ini memejamkan matanya erat erat,
nafasnya juga tersengal sengal. Kedua payudaranya berguncang sexy
seiring naik turunnya dada Cie Stefanny. Dan selagi guru lesku yang
cantik ini tak berdaya, aku mulai mencelupkan jari telunjuk tangan
kananku ke dalam liang vagina Cie Stefanny.
"Ngghh...", lagi lagi Cie Stefanny melenguh. (kisah bb)
Kedua tangan Cie Stefanny mencengkram sprei ranjangku ketika aku
mulai mengaduk aduk liang vagina Cie Stefanny. Aku bermaksud
membuat cairan cinta Cie Stefanny keluar membasahi liang vaginanya,
maka aku mempercepat adukan jari tanganku ini. Bahkan selagi Cie
Stefanny terus merintih dan mengerang, jari tengah tangan kananku
ikut kucelupkan ke dalam liang vagina Cie Stefanny.
"Ngghh... Eliza... ini... kok lagi...", Cie Stefanny mulai merengek di antara
lenguhannya.
"Satu kali aja Cie...", aku menjawab di antara deru nafasku yang
memburu.
"Ngghh... aduuuh...", Cie Stefanny tak kuat menahan siksaan
kenikmatan yang kuberikan padanya, dan ia langsung orgasme dengan
hebatnya. (c)kisahbb
Tubuh Cie Stefanny kembali terlonjak lonjak, dan aku cepat
memasukkan sebuah guling di bawah pinggang Cie Stefanny. Kini
vagina Cie Stefanny sedikit menghadap ke atas. Aku kembali
mengambil botol susu dan sendok kecil itu, lalu kuambil sesendok
susu kental dan kutuangkan tepat di bibir vagina Cie Stefanny.
"Oooh...", Cie Stefanny merintih dan kedua pahanya mengejang sesaat.
Tanpa ampun aku segera mencucup bibir vagina Cie Stefanny yang
berlumuran susu kental manis bercampir cairan cintanya ini. Cie
Stefanny hanya bisa menggelepar tanpa daya, erangannya makin lemah
dan akhirnya guru lesku ini terkulai pasrah dengan tubuhnya yang
sesekali tersentak keenakan.
Akhirnya habis juga, cairan cinta Cie Stefanny yang bercampur susu
kental manis ini. Aku duduk dan menatap Cie Stefanny sambil
tersenyum nakal, sedangkan Cie Stefanny hanya menatapku dengan
sayu dan memelas. Tampaknya tenaga Cie Stefanny sudah terkuras
habis, dan aku sendiri sebenarnya juga sudah sangat capek.
-x-
X. Tidur Dalam Pelukan Cie Stefanny
Setelah mengatur nafas sejenak, kukembalikan botol susu dan sendok
ini ke atas baki. Lalu kutuangkan air dingin dari gelas besar ini ke dua
gelas bekas kami minum sereal tadi. Dan kubawakan gelas ini ke Cie
Stefanny yang masih tergolek lemas di atas ranjangku.
"Cie... minum dulu ya", aku berkata lembut.
Cie Stefanny perlahan mencoba bangkit dan duduk, lalu memandangku
dengan gemas.
"Sudah puas kamu, anak nakal... Cie Cie sampai lemas gini...", kata Cie
Stefanny pura pura kesal.
"Mmm... belum sih Cie... tapi nggak apa apa deh... besok besok masih
bisa dilanjutin kok", kataku sambil meleletkan lidah.
"Dasar... kamu ini benar benar nakal ya Eliza... sampai sampai tadi...
masa kamu olesin badan Cie Cie pakai susu kental manis... awas ya,
sekarang ini Cie Cie memang capek, tapi besok Senin Cie Cie balas...
Dan... kok kamu ini bisa bisanya sampai punya pikiran seperti itu sih?",
tanya Cie Stefanny sambil mengambil gelas minuman untuknya dari
tanganku.
"Duh... capeknya...", Cie Stefanny memandangku seperti minta
pertanggung jawaban, membuatku tak bisa menahan geli.
"Iya deh Cie, udah Cie Cie duduk aja, sini Eliza yang bawa", kataku
sambil mengambil kedua gelas itu dari tangan Cie Stefanny. (c)kisahbb
"Sayang... sekalian tolong ambilkan tissue basah di tasnya Cie Cie ya",
kata Cie Stefanny.
"Iya Cie", jawabku dan setelah menaruh kedua gelas ini, aku
mengambil tas Cie Stefanny yang tergeletak di meja belajarku.
Aku membuka tas itu, mencari cari dan segera menemukan beberapa
sachet tissue basah di dalamnya, tapi ketika aku melihat dompet Cie
Stefanny, aku jadi penasaran. Apakah Cie Stefanny masih menyimpan
foto ko Melvin di dalam dompet itu?
Maka aku mengambil keduanya, dan tentu saja hanya satu sachet
tissue basah itu yang kuberikan pada Cie Stefanny.
"Eliza ingin liat SIMnya Cie Cie... boleh yaa", aku bertanya penuh harap
"Iya boleh kok", kata Cie Stefanny sambil mulai membuka sachet tissue
basah itu.
Aku senyum senyum walaupun hatiku berharap harap cemas. Dan aku
lega ketika memang tak ada secuil pun foto ko Melvin dalam dompet
Cie Stefanny, itu artinya kokoku benar benar punya harapan. Dan aku
pura pura memperhatikan SIM milik Cie Stefanny sebelum akhirnya
dompet itu kukembalikan ke dalam tas.
Tapi tepat saat aku akan menutup dompet itu, pandanganku tertuju
pada foto yang terpajang di bagian utama dompet itu, tiga orang gadis
remaja yang sedang duduk di meja restoran. Entah mengapa aku jadi
tertarik untuk terus melihat foto itu, Cie Stefanny dan dua temannya
yang cantik.
"Cie... ini Cie Cie kan?", tanyaku sambil menunjuk salah seorang cewek
paling kanan dalam foto itu yang menurutku paling mirip dengan Cie
Stefanny. (c)kisahbb
"Iya, itu waktu Cie Cie baru aja lulus SMA, dan lagi makan makan
dengan keluarga", kata Cie Stefanny sebentar setelah melihat ke foto
itu.
"Ih... nggak terlalu beda lho sama Cie Cie sekarang...", kataku sambil
terus memperhatikan foto itu.
"Kalau yang ini?", tanyaku sambil menunjuk ke cewek yang paling kiri.
"Ya itu Caroline, adik Cie Cie", jawab Cie Stefanny. (kisah bb)
"Oooh... kalau yang di tengah ini siapa Cie?", tanyaku cepat cepat
berusaha mengalihkan pembicaraan supaya Cie Stefanny tak teringat
masalah adiknya itu.
"Yang di tengah ya... itu Katherine, sepupu Cie Cie. Kalau masih hidup,
sekarang usianya sudah 24 tahun", kata Cie Stefanny sambil
menerawang.
"Lho... kenapa? Sudah nggak ada Cie?", tanyaku dengan ragu.
"Iya. Empat tahun lalu, abis ikut acara makan makan untuk merayakan
kelulusan SMA Cie Cie, Katherine dan tiga temannya berlibur ke villa di
Bogor. Cie Cie masih ingat, temannya itu ada yang bule, dan yang dua
lagi Chinese", Cie Stefanny melanjutkan ceritanya.
"Oh...", aku mulai merasa kalau tiga temannya Cie Katherine itu juga...
"Mereka sudah akan sampai ke villa ketika mobil mereka ditabrak oleh
truk yang sopirnya ugal ugalan, hingga mobil itu terbalik. Semuanya,
Katherine dan temannya, meninggal...", kata Cie Stefanny dengan nada
menyesal.
"Ya ampun...", aku cuma bisa mengguman.
"Tiga teman Cie Katherine itu langsung meninggal karena benturan
keras. Katherine yang terjepit mobil yang terbalik itu, menurut
beberapa saksi mata sebenarnya masih hidup, tapi akhirnya juga
meninggal dengan luka bakar yang sangat parah, karena mobilnya
terbakar... Cie Cie waktu itu sampai berkali kali mimpi buruk melihat
mayat Katherine di peti, hangus terbakar... ", Cie Stefanny menggigit
bibir.
"Cie... udah jangan teruskan...", kataku ngeri sambil memeluk Cie
Stefanny, tak ingin mendengar detail cerita itu.
Lagi lagi masa lalu yang menyedihkan. Aku sedikit merasa bersalah
pada Cie Stefanny dan aku menunduk entah harus berkata apa ketika
aku melepaskan pelukanku. (c)kisahbb
"Sayang, sorry ya Cie Cie tadi terlanjur cerita...", kata Cie Stefanny.
"Nggak Cie, Eliza yang salah, harusnya Eliza nggak tanya tanya soal
foto itu", aku masih menyesal mengapa aku harus menanyakan foto
foto yang ada di dompet Cie Stefanny itu.
"Ya, abisnya sama kamu itu... mana bisa Cie Cie nggak cerita...", kata
Cie Stefanny yang tiba tiba meraih tubuhku dalam pelukannya dan
memagut bibirku sejadi jadinya.
"Mmmhh...", aku agak terkejut walaupun aku langsung pasrah bahkan
langsung membalas pagutan Cie Stefanny ini, dan lagi lagi kami
berdua berciuman dengan panas sampai sama sama kehabisan nafas.
"Cie...", aku merintih manja dan menaruh kepalaku di pundak Cie
Stefanny, dan aku tersenyum senang ketika kurasakan belaian tangan
Cie Stefanny pada rambutku.
"Udah deh... yuk kita tidur... besok kamu ulangan lho sayang...", bisik
Cie Stefanny lagi.
Bibir yang mungil itu kukecup mesra. Weker kusetel jam setengah
enam pagi, lalu aku berdiri dan mematikan lampu kamar. Dengan cepat
aku menarik Cie Stefanny hingga kami sama sama terbaring di ranjang.
Remote AC kupencet supaya AC kamarku kembali menyala, lalu bed
cover ini kutarik menutupi kedua tubuh kami yang polos ini. Di dalam
selimut, aku memeluk tubuh Cie Stefanny, dan menyusupkan kepalaku
ke pundaknya.
Rasanya nyaman sekali, apalagi ketika kurasakan tangan Cie Stefanny
melingkar dan memeluk tubuhku.
"Cie... Eliza ngantuk...", kataku sambil bermanja manja di pelukan Cie
Stefanny.
"Cie Cie juga sayang...", jawab Cie Stefanny sambil membelai
rambutku. (c)kisahbb
Aku memejamkan mata, menikmati pelukan Cie Stefanny yang mulai
bercerita kalau tadi siang itu Cie Stefanny sempat disergap Wawan dan
Suwito di ranjang ini, lalu dipermainkan mereka sampai lemas.
"Cie Cie tadi sudah hampir diperkosa mereka... untung kamu cepat
datang sayang...", kata Cie Stefanny sambil mencium keningku mesra.
"Eliza sih... nyaris tiap hari diperkosa mereka Cie...", aku menjawab
dengan sangat mengantuk.
"Kamu nggak ngelawan sayang?", tanya Cie Stefanny.
"Mmm...", aku hanya menggelengkan kepala.
"Kok nggak?", Tanya Cie Stefanny mempererat pelukannya padaku.
"Nggak tau Cie, abisnya punya Wawan itu... enak...", aku menjawab
walaupun sudah hampir tertidur.
"Kalau sama mereka Cie Cie nggak tau, takut deh. Tapi kalau sama
kamu tadi, mm... kalau saja tadi itu ada yang merekam waktu Cie Cie
bercinta...", kata kata Cie Stefanny sudah tak bisa kudengar lagi karena
aku sudah tertidur pulas, dalam pelukan Cie Stefanny.
-x-
XI. Penderitaanku Di Sekolah
Nafasku masih tersengal sengal ketika tinggal aku sendiri yang masih
berada di kamar ganti. Bagaimana tidak capek, tenaga masih belum
benar benar pulih akibat perkosaan demi perkosaan yang kualami
kemarin, ditambah semalaman aku bermesraan dengan Cie Stefanny,
tadi aku dan semua teman teman harus berlari keliling lapangan berkali
kali karena guru olahraga kami marah dan memberi kami hukuman.
Teringat tentang Cie Stefanny, aku jadi senyum senyum sendiri, dan
setelah selesai berganti pakaian, aku keluar dari kamar ganti ini. Aula
tempat kami berolahraga ini sudah kosong sama sekali, dan aku
melangkah menuju pintu aula ini.
Tapi sesaat kemudian aku berhenti melangkah, dan aku tertegun
melihat sosok lelaki yang berdiri di depan pintu aula. Itu kan... Andi?
Jantungku berdegup kencang, ketika aku melihat Andi melangkah
mendekatiku. Oh, apa yang akan dia lakukan di sini? Benarkah ini Andi
yang sampai mencariku ke sini? Aku diam mematung, dan
menundukkan kepala tak tahu harus berbuat apa, di antara rasa tegang
dan senang, tapi juga bercampur malu.
"Hai, Eliza", Andi menyapaku.
"H... Hai juga Andi...", aku membalas sapaan Andi.
"Aku tadi diberitahu Jenny, kamu masih di sini", kata Andi. (c)kisahbb
"Kamu... cari aku?", aku bertanya dengan hati yang berbunga bunga.
"Iya", kata Andi sambil memegang kedua lenganku, membuatku
terkejut sekali.
Jantungku terus berdebar dengan hati yang berharap harap cemas.
Apa yang ingin Andi katakan padaku di saat hanya ada kami berdua
dalam aula ini? Apakah seperti biasanya, Andi hanya ingin meminjam
buku catatan pelajaranku? Atau Andi akan menyatakan cintanya
padaku? Atau apakah ada yang lain?
Dan selagi aku masih bertanya tanya dalam hati, tiba tiba Andi
mendorongku masuk kembali ke kamar ganti, dan setelah kami sama
sama berada di dalam, pintu kamar ganti ini dikuncinya dengan cepat.
"Andi?", tanyaku tak percaya.
"Eliza... sudah lama aku menginginkan kamu", kata Andi dengan suara
berat dan ia memandangku dengan penuh gairah, tapi anehnya aku
merasakan pandangan itu juga sedikit merendahkan diriku.
Berikutnya ia sudah menubrukku, memeluk tubuhku dan menciumi
wajahku. Aku meronta dengan perasaan kecewa. Ternyata Andi tidak
berbeda dengan mereka, mereka yang cuma menginginkan tubuhku
saja. Aku mulai menangis, rasanya sudah tak ada lagi harga diri yang
tersisa dariku. Apakah aku memang dilahirkan hanya untuk memuaskan
nafsu para lelaki bejat?
"Eliza... kenapa kamu menangis? Apa kamu tidak tahu bagaimana
perasaanku padamu?", ejek Andi.
Aku membuang muka. Tiba tiba saja aku merasa muak dan marah, dan
aku kembali meronta dan berusaha mendorong Andi yang masih
mendekap tubuhku. Tapi tenaga Andi terlalu kuat bagiku, dan tak ada
perlawanan yang berarti dariku ketika Andi melucuti baju seragam
sekolahku, lagipula tiba tiba saja aku jadi takut kalau kalau Andi
mendadak jadi kalap dan merobek bajuku ini. (c)kisahbb
"Ya Tuhan... kulitmu putih sekali Eliza... sudah lama aku ingin melihat
tubuhmu, cantik", kata Andi yang kini matanya seperti melotot hendak
keluar memandangi payudaraku yang masih terlindung bra ini.
"Andi... kamu gila... kenapa kamu jadi seperti ini...", aku kembali
mencoba meronta berusaha melepaskan diri dari dekapan Andi yang
sudah seperti kerasukan setan ini. (kisah bb)
"Kenapa Eliza... kamu nggak mau bersenang senang denganku? Tapi
kamu cuma mau bersenang senang dengan tukang tambal? Dengan
tukang becak?", kata kata Andi ini membuatku merasa seperti disambar
petir.
"Nggak usah pucat begitu, Eliza. Aku tahu semuanya, kamu ini
sebenarnya cewek bispak. Sudah banyak laki laki di sekolah ini yang
mencicipi tubuhmu, termasuk kemarin Dedi dan Pandu. Waktu istirahat
pertama tadi, mereka tadi sudah cerita ke semua orang yang ada di
warung depan sekolah, tentang servis oralmu yang luar biasa, juga
memekmu yang masih seret walaupun sudah nggak perawan lagi", kata
Andi dengan senyuman yang penuh ejekan.
"Ohh...", aku mengeluh lemas, air mataku mengalir membasahi kedua
pipiku dan aku sudah sama sekali tak berniat untuk meronta ataupun
berteriak.
"Jadi, sekarang aku ingin coba servismu, perek... sebelum aku nggak
kebagian", kata Andi sambil melorotkan celananya.
Hatiku benar benar hancur mendengar perkataan Andi, dan rasa ngeri
menyelimuti hatiku. Apa itu berarti satu sekolah ini sudah tahu kalau
aku ini sudah bukan perawan lagi? (c)kisahbb
Entah apa yang harus kulakukan, dan entah apa yang terjadi kalau
berita ini sampai ke telinga papa dan mamaku. Kini aku hanya
menangis pasrah ketika Andi menaikkan ujung bawah rok seragam
sekolahku ini sampai ke pinggangku.
Celana dalamku dengan cepat ditarik lepas ke bawah oleh Andi, dan
tanpa melepaskan sepatuku, Andi menaikkan kedua kakiku ke
pundaknya, lalu mulai mengarahkan penisnya untuk membelah liang
vaginaku.
"Aduh... sakit Ndi...", aku mengeluh ketika Andi menjejalkan penisnya
begitu saja ke dalam liang vaginaku tanpa perasaan.
"Augh... benar benar sempit... persis seperti kata Dedi dan Pandu...",
Andi meracau tak karuan sambil mulai memompa liang vaginaku.
Aku menggeliat kesakitan, liang vaginaku pedih sekali, rasanya seperti
diterjang besi panas. Penis Andi ternyata cukup besar, dan cukup
untuk menyakiti liang vaginaku karena belum ada cairan pelumas sama
sekali di dalam sana.
"Ndi... sakit...", aku kembali memohon dengan memelas.
"Sudah diam perek, nanti juga enak", Andi membentakku.
Kata kata yang baru saja keluar dari mulut Andi itu sangat melukai
perasaanku. Dan setelah berkata begitu, Andi langsung meremasi
kedua payudaraku dengan kasar, sampai bra yang kukenakan ini
tertarik ke atas dan memperlihatkan puting payudaraku. Sementara itu
sodokan penisnya Andi semakin menyiksaku. Entah sebesar apa
penisnya Andi ini, tapi sekarang ini liang vaginaku rasanya seperti
dirobek robek, dan rintihan kesakitan dariku sama sekali tak
diperdulikan oleh Andi.
Hatiku benar benar sakit. Laki laki yang selama ini kuidam idamkan
dalam hati, ternyata bejat tak bermoral, juga tega memperlakukan
diriku dengan kejam seperti ini. Sakit di hatiku akibat penghinaan dan
pelecehan yang dilakukan Andi jauh lebih besar dari rasa sakit yang
mendera liang vaginaku sekarang ini. Kini aku hanya memejamkan
mata sambil menangis sedih, menanti selesainya pemerkosaan
terhadap diriku.
"Mmph...", sayup sayup aku mendengar rintihan wanita.
Aku sangat mengenal suara rintihan itu. Itu adalah suara rintihan Cie
Stefanny! (c)kisahbb
Tentu saja hal ini membuatku bertanya tanya karena tadi itu hanya
tinggal aku sendiri yang berada di dalam ruang ganti ini, dan kini
seharusnya hanya aku dan Andi yang berada di dalam sini. Dan lagi
bagaimana Cie Stefanny bisa berada di sekolahku? Aku membuka
mata, tapi sinar lampu yang amat terang memaksaku kembali
memejamkan mata dan membuka mataku dengan perlahan. Selagi aku
masih berusaha beradaptasi dengan sinar lampu ini, Andi
menghentikan genjotannya pada liang vaginaku.
-x-
XII. Terbangun Dari Mimpi Buruk
"Non, kok menangis?", aku merasa terkejut, yang barusan bertanya ini
jelas bukan suara Andi.
Apakah benar benar ada orang lain di ruangan ini? Aku segera
membuka mataku kembali, dan yang pertama kulihat adalah langit
langit... kamarku sendiri!?
Aku mengarahkan pandanganku ke depan, ternyata Suwito yang berada
di depanku, dekat sekali, dengan kedua betisku yang tertumpang di
pundaknya. Lalu di mana Andi? Kulihat jam digital di meja belajarku,
ternyata sekarang ini hari Jumat jam 12:15... pagi!? Harusnya begitu,
karena kalau ini siang dan masih jam segitu, aku pasti belum pulang
dari sekolah.
Tapi tetap saja aku ragu. Siapa tahu aku pulang lebih awal? Dan semua
tadi itu adalah nyata?
Walaupun mataku memang basah oleh air mata, sesaat kemudian aku
mulai berharap tadi itu semuanya hanyalah mimpi.
"Suwito... ini masih pagi kan?", aku bertanya penuh harap.
"Masih tengah malam non", jawab Suwito, yang terlihat heran dengan
pertanyaanku.
Tapi jawaban Suwito yang belum jelas ini membuatku kembali kuatir.
Aku sendiri merenung sejenak, mencoba memahami keadaanku.
Tubuhku yang telanjang bulat tanpa sehelai kainpun yang melekat,
terduduk di kursi meja belajarku. Suwito sendiri seperti duduk di
depanku, membuatku cukup tertarik untuk memperhatikan bagaimana
ia melakukannya. (kisah bb)
Ternyata ia memang sedang duduk di atas kursi satunya dari meja
belajarku, yang ditaruhnya berhadapan dengan kursi yang kududuki
ini. Dengan penisnya yang menancap dalam liang vaginaku tentunya,
yang kini denyutan denyutan penis itu sedikit banyak membuatku jadi
terangsang juga.
"Cie Stefanny...", aku langsung teringat, dengan jantung berdegup
kencang, berharap Cie Stefanny masih ada di sini, karena itu adalah
hal yang paling bisa meyakinkanku kalau semua kejadian bersama
Andi yang tadi itu hanyalah mimpi buruk.
"Guru lesnya non? Tuh, Wawan yang dapat bagian", jawab Suwito
sambil cengengesan. (c)kisahbb
Aku segera menoleh ke sana kemari tanpa memperdulikan tawa Suwito
yang kurang ajar ini, dan aku segera menemukan Cie Stefanny, sedang
tergolek di ranjangku, dengan kedua tangannya yang terentang pasrah
terikat pada kedua ujung ranjangku. Tubuhnya telanjang bulat sama
sepertiku, dan kulitnya yang putih mulus itu jadi terlihat begitu
putihnya dengan adanya tubuh Wawan yang kini sedang menindih dan
mencumbui guru lesku ini.
Sesekali aku melihat Cie Stefanny meronta, tapi dengan kedua
tangannya yang terentang dan terikat erat pada sudut sudut ranjangku,
tak banyak yang bisa dilakukan oleh Cie Stefanny selain sesekali
mengejang menerima rangsangan demi rangsangan yang diberikan
oleh Wawan.
"Mmphh...", kembali kudengar Cie Stefanny merintih.
Melihat Cie Stefanny masih di sini, aku sudah yakin kalau semua
kekejaman Andi tadi itu hanyalah mimpi buruk. Oh Tuhan, entah
bagaimana nasibku kalau mimpi tadi itu adalah kenyataan, dan kini
aku menangis sejadi jadinya meluapkan kelegaanku.
"Non... maaf membuat non marah", kata Suwito dengan panik sambil
menjauhkan dirinya dariku hingga penisnya terlepas dari jepitan liang
vaginaku.
Ingin sekali aku menahan Suwito, aku tak ingin penis itu terlepas
meninggalkan liang vaginaku. Tapi sekarang ini aku memikirkan Cie
Stefanny, maka aku harus menahan gairahku sendiri dan memastikan
Cie Stefanny baik baik saja.
Aku melihat Wawan sudah berhenti bergerak dan memandangku
dengan tegang, kelihatannya ia juga kuatir melihatku menangis. Tepat
ketika aku mulai memikirkan bagaimana mereka berdua ini bisa masuk
ke kamarku, karena aku sangat yakin tadi aku sudah mengunci pintu
kamarku, tiba tiba sesosok tubuh muncul dari jendela kamarku, dan
setelah bunyi klik yang menandakan tertutupnya jendelaku, sosok itu
mendorong dan menerobos gorden di kamarku yang menutup kaca
jendela itu.
Ternyata sosok itu adalah pak Arifin!
Aku menyesali kebodohanku yang tadi tidak memeriksa kunci jendela
kamarku. Aku memang hampir tak pernah membuka jendela kamarku
hingga sama sekali tak terlintas di pikiranku untuk memeriksanya, dan
selain itu jendela kamarku memang biasanya selalu terkunci. Siapa
yang akan menyangka hal seperti ini akan terjadi? (c)kisahbb
"Wah bener Wan, cantik sekali, nggak kalah sama non Eliza", seru pak
Arifin mengagumi kecantikan Cie Stefanny.
Dan aku makin kesal karena pak Arifin yang baru datang itu tanpa
sungkan langsung naik ke ranjangku lalu ikut mengeroyok Cie
Stefanny yang terus merintih tertahan. Tapi kemudian ia segera
berhenti karena ditahan oleh Wawan.
"Kalian semua sudah gila ya?", aku mendesis ngeri di sela isak
tangisku.
Tak pernah aku berpikir mereka bertiga akan senekat ini, memasuki
kamarku di tengah malam lewat jendela untuk memperkosaku, apalagi
kini ada Cie Stefanny yang harus ikut menemaniku jadi bulan bulanan
para pembantu dan sopir keluargaku ini.
Aku berdiri dan berjalan mendekati Cie Stefanny. Kulihat mulut Cie
Stefanny disumpal dengan segumpal kain, yang ketika kutarik ternyata
adalah celana dalamku. Benar benar kurang ajar mereka ini, aku
merasa sangat marah melihat hal ini.
"Aahh...", keluh Cie Stefanny ketika mulutnya terlepas dari sumpalan
ini.
Aku cepat melepaskan semua ikatan pada kedua pergelangan tangan
Cie Stefanny yang ternyata juga sedang menangis.
"Sorry Cie...", aku tak tahu harus berkata apa selain mencoba
menenangkan Cie Stefanny dengan memeluknya.
"Nggak sayang... Cie Cie nggak apa apa", Cie Stefanny memelukku, dan
tanpa kuduga sama sekali bibirku langsung dipagut Cie Stefanny
dengan penuh gairah.
"Mmhhh...", aku merintih mesra dan membalas pagutan Cie Stefanny
dengan penuh gairah.
Aku membayangkan, tiga orang lelaki di kamarku ini pasti terbengong
bengong melihat dua bidadari di depan mereka ini saling berpagut
mesra seperti ini. (c)kisahbb
Diam diam aku tertawa geli dalam hati, dan aku malah sengaja
memamerkan kemesraanku dengan Cie Stefanny, walaupun aku sadar
hal ini berarti kami berdua secara tidak langsung memberikan lampu
hijau pada pak Arifin, Wawan dan Suwito untuk menikmati tubuh kami
sepuas puasnya.
-x-
XIII. Live Show
Cukup lama aku dan Cie Stefanny berciuman dan bercumbu dengan
mesra, ketika kurasakan dua tangan yang menyusup dari belakang
tubuhku, mencari dan menggerayangi kedua payudaraku. Hal ini
membuat gairahku yang sudah terbakar karena saling berpagut dengan
Cie Stefanny ini makin menjadi jadi.
"Non Eliza... bikin takut saja pakai nangis segala", kata Wawan gemas
dan meremas kedua payudaraku dengan keras.
"Mmh... aah...", aku merintih dan menggeliat kesakitan hingga
pagutanku pada bibir Cie Stefanny terlepas.
"Eliza...", Cie Stefanny merengek dan menatapku memelas ketika pak
Arifin memeluknya dari belakang dan meremasi kedua payudaranya.
"Udah non, sama saya saja", kata pak Arifin sambil meremasi kedua
payudara Cie Stefanny yang hanya bisa merintih rintih.
Berikutnya, Cie Stefanny hanya pasrah ketika wajahnya dicumbui pak
Arifin. Adegan sensual di depanku ini benar benar membuatku terbakar
birahi, apalagi payudaraku sendiri terus diremasi oleh Wawan. Dan tiba
tiba aku melihat Suwito yang kini sudah ada di samping kananku, dan
memandangku dengan gemas, membuat jantungku berdegup kencang.
"Su... Suwito... mau apa kamu mmpph...", kata kataku terputus ketika
Suwito memagut bibirku dengan ganas.
Seperti biasa, Wawan dan Suwito dengan mudah membuatku
tenggelam dalam lautan birahi. Aku hanya bisa menggeliat pasrah
dalam pelukan mereka berdua, menikmati pagutan gemas Suwito pada
bibirku, juga semua cumbuan dan rangsangan oleh Wawan yang
memeluk tubuhku dari belakang.
Sesekali kudengar rintihan pasrah dari Cie Stefanny yang digumuli
oleh pak Arifin, sementara dengusan nafas pak Arifin yang sudah
begitu bernafsu terdengar dengan jelas. Aku makin terangsang
membayangkan Cie Stefanny diperkosa oleh sopirku yang keranjingan
ini. (c)kisahbb
"Ngghh...", aku melenguh pelan ketika Suwito yang baru saja
melepaskan pagutannya pada bibirku, kini sudah kembali memaksa
memasukkan penisnya ke dalam liang vaginaku.
Entah apa yang membuatku berpikir seperti ini, tapi tiba tiba saja aku
ingin Cie Stefanny menikmati keperkasaan Wawan yang penisnya amat
keras dan selama ini memang Wawan yang paling mampu berlama lama
mempermainkan liang vaginaku. Bukan hanya itu, kini aku bahkan
ingin melihat Cie Stefanny dipuaskan oleh mereka bertiga sekaligus,
seperti yang biasa dilakukan oleh mereka lakukan bertiga ini padaku.
"Cie...", aku memanggil Cie Stefanny di antara deru nafasku.
"Iyah... sayaang...", Cie Stefanny menjawab di sela rintihannya.
"Cie Cie... mau nggak... kalau sama Wawan... ngghh...", aku kembali
melenguh ketika Suwito menusukkan penisnya begitu dalam pada
liang vaginaku.
"Mmpph...", Cie Stefanny hanya merintih tertahan, mungkin karena
bibirnya sudah dipagut lagi oleh pak Arifin, aku tak bisa melihat
karena aku sendiri sedang digumuli oleh Wawan dan Suwito.
"Wan... kamu sama Cie Cie aja...", aku berkata sambil memejamkan mata
menikmati genjotan Suwito.
Tanpa menjawab, Wawan melepaskan pelukannya pada tubuhku hingga
kini aku terbaring di ranjang. Dan Suwito tampaknya mengerti
keinginanku, ia menggeser posisi persetubuhan kami hingga aku bisa
melihat ke arah Cie Stefanny yang sedang pasrah dipagut oleh pak
Arifin. Kedua tangannya lunglai tanpa daya, benar benar sebuah
pemandangan yang amat erotis.
Kini Wawan sudah berada di depan selangkangan Cie Stefanny. Wawan
segera melebarkan kedua paha Cie Stefanny, dan bersiap untuk
menusukkan senjatanya yang perkasa itu. Aku terus berusaha melihat
ke arah mereka bertiga. Tapi Cie Stefanny yang sadar dengan
keberadaan Wawan mencoba merapatkan kedua pahanya, tampaknya ia
masih ragu untuk menerima hunjaman penis lelaki pada liang
vaginanya.
Tiba tiba aku terkejut ketika memikirkan satu hal. (c)kisahbb
"Suwito... berhenti...", aku beranjak duduk dan mendorong tubuh
Suwito hingga penisnya terlepas dari jepitan liang vaginaku.
"Lho... kenapa lagi non...", Suwito penasaran dan mencoba memeluk
tubuhku, tapi aku menahannya.
"Sebentar Suwitoo... nggak sabaran amat sih...", aku mengomel dan
menjauhkan diri dari Suwito yang masih menatapku dengan penuh
nafsu.
Aku tak perduli dan segera merangkak mendekati Cie Stefanny,
memaksa pak Arifin menghentikan pagutannya pada Cie Stefanny yang
sudah hampir kehabisan nafas itu. Lalu aku memeluk Cie Stefanny dan
menyusupkan kepalaku ke pundak kirinya.
"Cie... lagi subur nggak...", aku berbisik di telinga Cie Stefanny yang
terlihat sekali kalau sedang terangsang hebat ini.
Cie Stefanny menatapku dengan pandangan memelas dan ia
menggeleng tanpa menjawab.
"Cie Cie mau nggak diperkosa mereka?", tanyaku lagi dengan masih
berbisik, sekali ini sambil menatap mata Cie Stefanny dengan nakal.
"Nggak mau...", rintih Cie Stefanny dengan memelas. (kisah b b)
"Mmm... ya udah, Cie Cie lihat Eliza aja ya...", kataku sambil menjauh
dari Cie Stefanny.
Aku tahu Cie Stefanny hanya belum biasa, dan kalau aku bisa
membangkitkan gairahnya, bukan tidak mungkin kalau akhirnya malah
Cie Stefanny yang menginginkannya. Maka kini aku akan mencoba
menggoda iman Cie Stefanny, dengan melakukan live show di depan
Cie Stefanny.
"Kalian bisa ngeseks denganku, tapi jangan sentuh Cie Stefanny.
Mengerti?", aku berkata serius pada pak Arifin, Wawan dan Suwito.
"Siap bos", jawab mereka serempak.
Sebenarnya aku ingin bercinta dengan Wawan, tapi tadi yang terakhir
mendapatkan jatah liang vaginaku adalah Suwito dan ia belum tuntas
menikmati tubuhku. Aku tak ingin mengecewakan Suwito, maka Suwito
kusuruh tiduran di atas ranjangku, lalu aku menaiki tubuhnya untuk
menunggangi penisnya yang sudah ereksi dan amat tegang itu.
(c)kisahbb
Selain itu kalau aku harus memberikan liang vaginaku pada Wawan,
aku takut kalau aku harus orgasme berkali kali, sedangkan tubuhku
sebenarnya baru mendapatkan sedikit istirahat, yang pasti belum
cukup kalau aku harus ngeseks sepuas puasnya dengan Wawan. (kisah
bb)
Dan aku memang hanya ingin memberikan servis oral saja kepada
Wawan, hingga nanti Wawan akan membantai Cie Stefanny dengan
ganas karena nafsunya yang memuncak akibat spermanya yang
harusnya tak mungkin keluar hanya karena kuoral saja.
Aku menunduk dan memegang penis Suwito, lalu aku memasangkan
bibir vaginaku ke kepala penis Suwito. Tubuhku kuturunkan ke bawah
hingga liang vaginaku menelan penis Suwito yang langsung saja
merem melek keenakan. Aku terus menekan pinggulku ke bawah sambil
memandang sayu ke arah Cie Stefanny.
Cie Stefanny menggigit bibirnya dan menatapku antara malu dan
bergairah, lalu ia kembali melihat ke arah selangkanganku. Aku
menahan gerakan pinggulku, dan malah menarik sedikit ke atas, lalu
kuturunkan lagi perlahan hingga penis Suwito akhirnya amblas
sepenuhnya tertelan liang vaginaku.
"Aakkh... enaknya noon...", Suwito meracau tak karuan
Suwito sudah tak tahan lagi untuk memulai menikmati tubuhku.
Dengan sekali sentakan oleh Suwito, aku langsung memejamkan mata
sambil menggigit bibir menahan nikmat. Liang vaginaku mulai dipompa
dengan kencang oleh Suwito, membuatku mulai lemas diamuk gairah.
Namun aku masih harus melanjutkan rencanaku, dan aku menatap ke
arah pak Arifin.
"Pak, sini... ke depan Eliza...", kataku pelan.
Liang vaginaku yang dipompa Suwito sudah mulai terasa ngilu ngilu
enak. Aku merintih pelan dan sedikit menggeliat, lalu dengan gerakan
yang sengaja kubuat erotis, aku melucuti sabuk yang dikenakan pak
Arifin, yang sudah berdiri di depanku. Sesekali aku melirik ke arah Cie
Stefanny yang sepertinya makin gugup melihatku bertingkah seperti
pelacur saja. (c)kisahbb
Dalam keadaan terangsang karena liang vaginaku terus dipompa dari
bawah oleh Suwito, aku melepaskan kancing celana panjang pak Arifin
dan menurunkan resletingnya. Aku melorotkan celana panjang itu ke
bawah sambil menatap pak Arifin dengan nakal.
"Ngghh...", aku melenguh pelan menikmati sodokan penis Suwito yang
makin gencar.
Tubuhku bergetar menahan nikmat, dan aku mati matian berusaha
menguasai diri. Lalu aku membelai senjata pak Arifin yang masih
terbungkus celana dalamnya hingga pemiliknya mengerang menikmati
kenakalanku. Masih dengan perlahan dan dengan gerakan erotis yang
pasti sangat menggoda iman sopir keluargaku ini, aku melorotkan
celana dalam itu hingga penis yang panjang dan besar itu langsung
mengacung ke arahku.
"Pak, tadi katanya... kangen sama Eliza... Sekarang kok diam aja...",
desahku pelan sambil terus menggoda penis pak Arifin.
Aku jadi ingin tertawa geli melihat pak Arifin yang menatapku sambil
melongo. Aku mengulum penis pak Arifin sambil menatap Cie Stefanny
yang langsung menunduk malu, tapi sesekali Cie Stefanny menatapku
sekilas.
Kira kira semenit aku mengoral penis pak Arifin bahkan beberapa kali
kupaksa masuk ke dalam liang tenggorokanku, sampai aku
menganggap penis itu cukup basah oleh air ludahku. Aku melepaskan
penis itu dari mulutku, lalu aku menatap Suwito yang sama sekali tak
menurunkan tempo genjotannya pada liang vaginaku. Sambil sedikit
membungkuk aku menahan tubuhku dengan kedua tanganku yang
kutekankan di ranjang.
"Pak... Arifin... ngghh... masukin... punya pak Arifin... juga... di
belakang...", kataku di antara lenguhanku ketika aku sudah tak mampu
lagi menahan nikmat yang diberikan Suwito pada liang vaginaku ini.
"Beneran nih non? Sudah lama bapak ingin menikmati lubang non
yang belakang ini", kata pak Arifin antusias.
"Eliza... kamu...", desis Cie Stefanny yang kembali menggigit bibirnya.
Kini tubuhku sudah kurebahkan hingga dadaku menempel pada dada
Suwito, sambil terus menatap Cie Stefanny dengan sayu, menunggu
datangnya siksaan dari penis pak Arifin pada liang anusku. Sebenarnya
aku tak suka jika anusku dibobol, tapi demi membangkitkan gairah Cie
Stefanny, aku merelakan kedua liang di selangkanganku ini dihajar
ramai ramai oleh pak Arifin dan Suwito.
"Angghhk...", aku melenguh kesakitan ketika penis pak Arifin mulai
membobol liang anusku. (c)kisahbb
"Elizaa... kamu nggak apa apa sayang?", tanya Cie Stefanny.
"Nggak... apa apa... Ciee... ngghh...", jawabanku terputus ketika aku
harus melenguh dan hampir mengejan karena penis pak Arifin yang
panjang dan cukup keras itu terus melesak masuk memenuhi liang
anusku.
Kini dua penis sudah menancap erat di dalam kedua liang di
selangkanganku yang terasa penuh. Aku menguatkan diri dan dengan
kedua tanganku yang kutekankan di ranjang, bagian depan tubuhku
kuangkat sedikit. Dan aku menatap Wawan sambil menggigit bibir.
"Wan... ayo aku emut... punya kamu...", aku bahkan hampir tak bisa
mempercayai kata kataku yang mungkin tak beda dengan rayuan
pelacur rendahan, entahlah mungkin karena aku sudah diamuk gairah
membayangkan aku akan dikeroyok habis habisan oleh mereka bertiga
di depan Cie Stefanny.
"Weleh weleh, tumben tumbennya non yang minta satu lawan tiga. Ya
sudah, emut non", kata Wawan yang langsung berlutut menyodorkan
penisnya ke hadapan mulutku.
Aku menatap Cie Stefanny sejenak, lalu aku segera menghisap penis
Wawan. Dan mereka bertiga mulai menggerak gerakkan tubuh mereka,
menyiksa dan menggelamkanku dalam kenikmatan yang luar biasa.
Setiap Suwito menekankan penisnya ke dalam liang vaginaku, penis
pak Arifin sedikit tertarik keluar dari liang anusku. Bersamaan dengan
itu Wawan dengan kejam menjejalkan penisnya hingga terus melesak
masuk ke dalam kerongkonganku.
Dan berikutnya ketika Suwito sedikit menarik keluar penisnya dari liang
vaginaku, ganti penis pak Arifin yang melesak masuk ke dalam liang
anusku, membuat perutku terasa mulas dan aku harus menahan diriku
supaya tidak mengejan. Wawan sendiri juga menarik penisnya sampai
keluar seluruhnya dari tenggorokanku, tapi kepala penis hingga
setengah batang penis Wawan masih ada di dalam jepitan mulutku
yang mungil ini. (c)kisahbb
"Mmpph...", aku merintih antara kesakitan dan keenakan.
"Oooghh... punya non ini seretnya minta ampun...", racau pak Arifin
sambil meremasi kedua pantatku.
"Enak noon...", erang Suwito yang kini menambah siksaan kenikmatan
pada tubuhku dengan mulai meremasi kedua payudaraku yang
tergantung di depan wajahnya.
Aku sendiri tak bisa menjawab apapun karena mulutku tersumpal penis
Wawan yang tak berkata apa apa dan terus menikmati servis deep
throat dariku.
Mereka bertiga terus mengaduk aduk ketiga liang kenikmatanku, dan
aku sendiri berusaha untuk menikmati semua rangsangan yang
kuterima, terutama untuk melenyapkan rasa sakit yang mendera liang
anusku. Kenikmatan sekaligus rasa sakit yang mendera tubuhku
membuat rintihanku mulai berubah menjadi erangan tertahan, tubuhku
mulai gemetar dan pandangan matakuku cepat sekali sudah kabur dan
berkunang kunang.
Aku sempat berpikir, keadanku yang lebih lemah dari biasanya ini
mungkin karena staminaku yang sudah habis. Aku masih ingat
bagaimana kemarin seharian aku harus ngeseks berkali kali mulai dari
berlesbian ria di toilet sekolah dengan Jenny, lalu digangbang di
ruang guru oleh pak Edy, Pandu dan Dedi, lalu dibantai lagi oleh Dedi,
tukang tambal ban dan 5 tukang becak siang kemarin. Dan sorenya aku
masih sempat sempatnya berlesbian ria dengan Cie Stefanny, bahkan
keterusan sampai malam.
Semua itu diperparah dengan tidurku yang hanya dua jam dan
sekarang aku harus ngeseks lagi dengan ketiga lelaki yang sekarang
ini menikmati tubuhku. Memikirkan semua itu malah membuatku makin
bergairah, dan di tengah jepitan tubuh ketiga orang lelaki ini aku
orgasme tanpa bisa kutahan lagi.
"Mmpphh... mmmmhhh...", aku merintih panjang tanpa daya menikmati
orgasmeku.
"Ohh... kalian jangan siksa Eliza seperti ini...", keluh Cie Stefanny yang
memandangku dengan iba.
"Mpphh... mmhhh... enggak apa apa... enak kok Ciee... ngghhh", aku
sempat melepaskan mulutku dari jejalan penis Wawan, tapi kata kataku
kembali terputus karena aku harus melenguh keenakan, dan sesaat
kemudian aku kembali harus mengulum dan menelan penis Wawan di
dalam tenggorokanku.
"Sayang...", desah Cie Stefanny.
Cie Stefanny kini mendekatiku dan berlutut di sebelah kiriku. Ia
menyibakkan dan membelai rambutku yang terjuntai ke bawah dan
sedikit menutupi wajahku. Aku menatap senang ke arah Cie Stefanny.
Aku memang suka kalau rambutku dibelai, apalagi yang membelai ini
Cie Stefanny. Kutekankan tangan kananku kuat kuat ke ranjang, dan
tangan kiriku kuangkat untuk kutempelkan di payudara Cie Stefanny
yang hanya menatapku sambil tersenyum malu. (c)kisahbb
"Mmmhh...", Cie Stefanny merintih ketika aku meremasi kedua
payudaranya bergantian dengan tangan kiriku.
"Yah... enaaak noooon...", kudengar pak Arifin melolong dan penisnya
yang sejak tadi menghajar liang anusku berkedut kedut.
Siraman cairan sperma yang hangat dari penis pak Arifin seperti
meredakan rasa nyeri dan sakit pada liang anusku. Dan setelah penis
itu tertarik lepas, aku sedikit merasa lega. Paling tidak aku tak lagi
harus menahan keinginanku untuk mengejan, rasa mulas pada perutku
juga mereda. Kini aku tinggal menunggu Suwito berejakulasi, yang
kalau kulihat dari wajahnya yang mengernyit keenakan tampaknya
sebentar lagi ia juga sudah akan mencapai puncaknya.
"Non Elizaa...", erang Suwito panjang ketika tubuhnya yang ada di
bawahku ini berkelojotan dan bergetar hebat.
Kurasakan semprotan sperma yang kencang dari penis Suwito yang
masih bersemayam di dalam liang vaginaku. Rasanya hangat dan aku
gemetar menahan nikmat, hampir saja aku dibuat orgasme lagi oleh
Suwito.
Dan karena mulai kehabisan nafas, aku mendorong tubuh Wawan
hingga penis Wawan yang masih mengaduk liang tenggorokanku ini
terlepas dari mulutku.
"Akh...", aku memejamkan mata dan menarik nafas panjang sepuas
puasnya hingga dadaku terasa lega.
Belum lagi aku membuka mata, tiba tiba kurasakan bibirku sudah
terpagut, dan tanpa membuka mata aku sudah tahu bibir mungil yang
memagut bibirku ini adalah milik Cie Stefanny. Aku memeluk Cie
Stefanny dan balas memagutnya, dan kami sampai bergulingan di atas
ranjang hingga penis Suwito juga terlepas dari liang vaginaku. Kini Cie
Stefanny yang menindihku, dan aku sampai menelan semua air ludah
yang keluar dari mulut Cie Stefanny, dan aku benar benar menyukai
rasa air ludah Cie Stefanny.
"Wooo...", sorakan sopir dan kedua pembantuku mengiringi
pergumulanku dengan Cie Stefanny.
Setelah puas saling berpagutan, kami berdua saling pandang dengan
mesra. Cie Stefanny kembali menyibakkan rambutku yang kusut dan
sedikit basah oleh keringatku, lalu ia mengecup kedua mataku dengan
lembut. Aku memejamkan mata menikmati cumbuan mesra Cie
Stefanny. (c)kisahbb
-x-
XIV. Pesta Seks Di Tengah Malam
"Cie, Eliza ke kamar mandi dulu ya, mau bersihin ini", kataku sambil
menunjukkan tanganku ke arah selangkanganku.
Cie Stefanny mengangkat badannya yang menindih tubuhku sambil
melihat arah tanganku. Lalu kami berdua sama sama berdiri. Sopir dan
kedua pembantuku masih duduk di lantai kamarku, asyik memandangi
kami berdua.
Tapi di luar dugaanku, tiba tiba Cie Stefanny berlutut dan melebarkan
kedua pahaku, lalu liang vaginaku yang masih belepotan sperma
Suwito itu dicucupnya kuat kuat.
"Ngggh... Cieee...", aku merintih keenakan.
"Woooww... isep... isep...", kembali sopir dan kedua pembantuku
bersorak menikmati tontonan adegan lesbian dari dua bidadari di
hadapan mereka.
Cie Stefanny terus menghisap campuran sperma Suwito dan cairan
cintaku dari liang vaginaku. Aku mulai menggeliat dan berkelojotan
menahan nikmat. Setelah semuanya habis, Cie Stefanny malah
memasukkan satu jari tangannya ke dalam liang vaginaku, diikuti satu
jarinya yang lain lagi.
"Ngghh... ampun Cieee...", aku mengerang.
Tapi Cie Stefanny sudah terbakar nafsunya, ia mengaduk aduk liang
vaginaku dengan kedua jarinya hingga aku hanya bisa meracau
keenakan. Gairahku yang belum turun sepenuhnya ini kembali
meninggi dengan cepat, dan liang vaginaku rasanya seperti akan
meledak saja.
"Cieee... ooohhh... ngghhh...", aku melenguh panjang mengiringi
orgasme yang melandaku.
Cairan cintaku rasanya membanjir deras, dan gilanya Cie Stefanny lagi
lagi mencucup liang vaginaku. Aku sudah dalam keadaan setengah
sadar, tubuhku gemetar dan mengejang hebat. Seandainya sekarang ini
aku terbaring di ranjang, kedua kakiku pasti melejang tak karuan. Tapi
aku tak bisa melakukannya karena kedua kakiku masih harus
kupijakkan kuat kuat untuk menopang tubuhku. (c)kisahbb
"Cieee... ampuuun...", aku merintih dan memohon supaya Cie Stefanny
menghentikan cucupannya pada liang vaginaku, tapi Cie Stefanny baru
mau berhenti setelah cairan cintaku habis dihisapnya.
Aku terduduk lemas di lantai setelah bibir vaginaku terlepas dari
hisapan bibir Cie Stefanny. Aku menatap Cie Stefanny dengan sayu
dan mesra, dan kalau saja tenagaku belum habis seperti sekarang ini,
mungkin aku sudah balik menerkam Cie Stefanny dan bercinta
dengannya sepuas hatiku.
"Non, tadi gue belum keluar nih, ayo sekarang sama saya", kata
Wawan yang tiba tiba sudah berdiri di sampingku, lalu ia
menggendongku dan membaringkan tubuhku ke ranjang.
"Wan... bentar lagi ya please... aku capek...", aku memohon pada
Wawan.
"Wah gak bisa non, tegangan tinggi nih punya gue", kata Wawan yang
sudah mengangkat kedua betisku dan ditumpangkan ke pundaknya.
"Tapi...", aku mulai merengek ketika merasakan penis Wawan yang
sudah menempel di bibir vaginaku.
"Nggghh...", aku melenguh tanpa daya ketika Wawan mulai melesakkan
penisnya membelah liang vaginaku.
Aku hanya bisa pasrah menerima tusukan penis Wawan pada liang
vaginaku, berharap semoga aku tak sampai berkali kali orgasme di
tangan Wawan, bisa bisa aku pingsan lagi seperti siang kemarin.
"Em... Wan, kasihan Eliza... kamu sama aku aja", kudengar suara Cie
Stefanny yang terdengar sedikit bergetar. (c)kisahbb
"Makasih Cie...", aku memandang Cie Stefanny mesra.
Wawan memandang ke arah Cie Stefanny yang menunduk malu, lalu
Wawan kembali memandangku. Aku mengangguk lemas, dan Wawan
segera mencabut penisnya dari jepitan liang vaginaku. Cie Stefanny
melangkah ragu ke arah kami, dan ketika tubuh Cie Stefanny sudah
berada dalam jangkauan Wawan, Cie Stefanny ditarik oleh Wawan ke
dalam pelukannya.
"Ooh...", rintih Cie Stefanny.
Aku bergeser ke kiri, memberikan ruang untuk Cie Stefanny yang kini
dibaringkan di sampingku. Wawan yang sudah sangat bernafsu itu
segera mengarahkan penisnya ke bibir vagina Cie Stefanny.
"Wan, jangan langsung main tembak gitu dong... sakit tau! Bikin basah
dulu kek...", omelku lemah.
"Siap bos!", jawab Wawan.
Kini Wawan yang tak jadi melesakkan penisnya ke dalam liang vagina
Cie Stefanny, mulai mencumbui Cie Stefanny yang pasrah saja.
Rintihan memelas Cie Stefanny terus terdengar, dan mendadak Wawan
protes ketika ia sudah akan mencumbui liang vagina Cie Stefanny.
"Non, sudah basah abis gini, masa masih harus dibikin basah?", tanya
Wawan yang seolah meminta persetujuanku untuk segera menggenjot
Cie Stefanny.
"Oh...", Cie Stefanny merintih malu. (kisah bb)
"Ya kalau udah basah ya udah Wan", kataku pelan sambil memandang
Cie Stefanny dan tersenyum nakal.
Setelah aku merasa cukup mengumpulkan tenaga, aku segera bangkit
meninggalkan ranjangku yang akan segera menjadi arena pertempuran
Cie Stefanny melawan Wawan.
"Eliza... kamu kok ninggalin Cie Cie...", rengek Cie Stefanny.
"Enggak Cie... Eliza cuma mau membersihkan ini kok", kataku sambil
menunjuk selangkanganku yang becek ini dari belakang pantatku.
Cie Stefanny memandangku seperti ingin minta tolong diselamatkan
dari perkosaan yang akan menimpa dirinya. Tapi aku cuma tersenyum
nakal dan kemudian aku masuk ke kamar mandi. Di dalam sana aku
mencuci liang anusku yang basah oleh cairan sperma milik pak Arifin.
Aku memutuskan untuk mandi keramas sekalian, badanku rasanya
lengket semua akibat keringatku sendiri yang juga bercampur keringat
tiga maniak yang akan berpesta tubuh Cie Stefanny itu.
Tentu saja aku juga sekalian mencuci bersih liang vaginaku dengan
cairan pembersih vaginaku. Meskipun tadi campuran cairan cairan di
dalam sana sudah diseruput habis oleh Cie Stefanny, tetap saja
rasanya masih ada yang tertinggal.
Selagi aku menghanduki tubuhku, aku tiba tiba teringat kata kata Cie
Stefanny yang kudengar sebelum aku tertidur, yaitu 'mm... kalau saja
tadi itu ada yang merekam waktu Cie Cie bercinta...' (c)kisahbb
Aku menggigit bibir sejenak, gairahku kembali meninggi. Setelah
kuhanduki seluruh tubuhku hingga kering, aku keluar dari kamar mandi
tanpa terbalut sehelai kainpun alias telanjang bulat.
Aku melihat Cie Stefanny sudah takluk dan pasrah berada dalam
gendongan Wawan yang berdiri di samping ranjangku. Wawan yang
dengan perkasa menyetubuhi Cie Stefanny dalam gendonganya.
Aku berjalan dalam keadaan telanjang bulat seperti ini, melewati pak
Arifin dan Suwito yang aku yakini masih lemas setelah ngeseks
denganku. Mereka memang tak berbuat apa apa, hanya memandangi
tubuhku dengan penuh nafsu.
Aku tak berniat memakai bra dan celana dalamku, takutnya mereka
akan mengajakku ngeseks lagi, yang bisa membuat bra dan celana
dalamku jadi lembab lagi oleh keringatku. Aku hanya menyisir rapi
rambutku di depan meja riasku. Setelah selesai merapikan rambutku,
aku mencari handycam milik kokoku di lemari bawah meja belajarku.
Suara rintihan dan erangan Cie Stefanny yang dibantai oleh Wawan
memenuhi kamarku. Aku terus mencari handycam itu sambil menahan
gairahku. Begitu kutemukan, aku langsung memeriksa apakah ada isi
rekamannya atau tidak. Setelah kupastikan isinya kosong, aku
mencoba merekam sembarangan selama kira kira dua puluh atau tiga
puluh detik, lalu memutar hasilnya. Lalu rekaman itu kuhapus, dan aku
sudah siap untuk merekam adegan panas yang dibintangi Cie Stefanny
ini :p
"Eh... Elizaa... kamu kok mmpphh...", protes Cie Stefanny terhenti karena
ia kembali harus berpagut dengan Wawan.
"Kan Cie Cie tadi malam berharap ada yang merekam waktu Cie Cie
bercinta...", kataku menggoda Cie Stefanny. (c)kisahbb
"Mmpphh... tapi maksud Cie Cie... bercinta sama kamu...", rengek Cie
Stefanny yang kembali berhasil melepaskan bibirnya dari pagutan
Wawan.
"Nggak apa apa Cie, sekarang ini Cie Cie keliatan sexy kok", aku
meleletkan lidah dan mulai merekam adegan panas di depanku ini.
"Oooh... ngghh...", Cie Stefanny merintih dan melenguh ketika Wawan
yang perkasa itu terus menggenjot Cie Stefanny sambil berdiri, dan
kini Cie Stefanny menyembunyikan wajahnya dari sorotan handycam di
tanganku ini dengan cara menyusupkan wajahnya di pundak kanan
Wawan.
"Wooo...", sorakan pak Arifin dan Suwito seolah menyemangati Wawan
yang sudah bersimbah peluh, sementara keadaan Cie Stefanny sendiri
juga basah kuyup mandi keringat.
Setelah kira kira lima menit, Wawan menurunkan Cie Stefanny dari
gendongannya. Lalu Wawan berbaring di ranjang, rupanya Wawan ingin
supaya Cie Stefanny melayaninya dengan posisi woman on top.
"Non, ayo naik ke sini", panggil Wawan pada Cie Stefanny.
Dengan menggigit bibir Cie Stefanny naik ke ranjangku. Ia memandangi
penis Wawan yang tegak mengacung, siap membelah dan mengaduk
aduk liang vaginanya. Beberapa saat lamanya Cie Stefanny diam
seperti ragu hendak melakukan apa. Lalu Cie Stefanny menoleh ke
arahku dan menatapku dengan wajah memelas.
"Eliza...", rengek Cie Stefanny.
"Nggak apa apa Cie, ayo...", kataku membujuk Cie Stefanny.
Cie Stefanny menghela nafas panjang seperti ingin mengumpulkan
kekuatannya, lalu ia menaiki tubuh Wawan. Tapi Cie Stefanny malah
diam seperti tak tahu harus berbuat apa. Maka Wawan mengarahkan
penisnya hingga kepala penisnya menempel pada bibir vagina Cie
Stefanny. Langsung saja Cie Stefanny mendesah, tubuhnya sedikit
menggigil.
"Jangan malu malu non, ayo turunin badannya. Tadi non kan juga
sudah suka", ejek Wawan.
Cie Stefanny mulai menurunkan badannya, dan perlahan senti demi
senti penis Wawan amblas tertelan dalam liang vagina Cie Stefanny.
Aku tak mau melewatkan pemandangan indah ini, kusorot baik baik
dengan handycam di tanganku.
"Ngghh.. ngghhh...", Cie Stefanny melenguh dan menggeliat selama
proses menyatunya tubuh Cie Stefanny dengan Wawan.
"Enak ya non?", tanya Wawan.
"Iyah... oooh...", rintih Cie Stefanny.
"Kalau enak, goyang dong", Wawan melanjutkan godaannya pada Cie
Stefanny. (c)kisahbb
Kini aku hampir tak bisa mempercayai pandangan mataku di LCD
handycam ini. Cie Stefanny mulai menggoyangkan tubuhnya, mencari
kenikmatannya sendiri. Wawan yang terbaring di bawahnya mulai
melolong lolong keenakan. Cie Stefanny sendiri sesekali melenguh
sambil mulai menggunakan kedua telapak tangannya untuk meremasi
kedua payudaranya sendiri.
"Oooh... enak... sempitnya punya non ini...", racau Wawan.
"Non, sini saya bantu", kata Suwito yang tiba tiba sudah berlutut di
samping Cie Stefanny.
Kini Suwito mulai meremasi payudara Cie Stefanny. Bahkan sesaat
berikutnya mereka saling berpagut dengan panas. Aku mengarahkan
sorotan kameraku hingga cukup untuk melihat Cie Stefanny dan Suwito
yang berciuman sampai bagian selangkangan Cie Stefanny yang
ditembusi penis Wawan dari bawah.
"Eh pak Arifin! Ke WC dulu sana, cuci dulu punya pak Arifin! Yang
bersih!", aku setengah membentak ketika melihat pak Arifin tiba tiba
lewat di belakang Cie Stefanny dan Suwito yang masih asyik berpagut.
"Oh iya non, maaf", kata pak Arifin yang langsung minggir dan pergi ke
kamar mandiku.
Aku tak ingin pak Arifin dengan penisnya yang pasti kotor dan bau itu
membuat Cie Stefanny kehilangan mood untuk menjadi bintang pesta
seks di tengah malam ini. Susah payah aku tadi mencoba
membangkitkan gairah Cie Stefanny, apalagi kini Cie Stefanny yang di
atas ranjangku sudah larut dikeroyok Wawan dan Suwito.
"Mmphh... aaah...", rintih Cie Stefanny yang langsung mengambil nafas
begitu bibirnya terlepas dari pagutan Suwito. (c)kisahbb
Rintihan Cie Stefanny masih terus terdengar, karena saat ini Suwito
sudah menyusu di payudara kanan Cie Stefanny. Dan kini pak Arifin
yang bergabung lagi langsung menyusu di payudara kiri Cie Stefanny.
"Oooh... aduuuh...", Cie Stefanny mulai mengejang di sela rintihannya.
Sorotan handycam ini begitu sempurna merekam orgasme Cie
Stefanny. Wajahnya seperti menahan sakit yang amat sangat, mulutnya
ternganga dan badannya tersentak sentak. Penderitaan Cie Stefanny
makin lengkap karena Wawan yang penisnya pasti masih sangat
perkasa itu terus memompa liang vagina Cie Stefanny dari bawah tanpa
henti, memaksa Cie Stefanny untuk melenguh lenguh keenakan.
"Ngghhh... eengghh... aaangghh...", Cie Stefanny terus melenguh tanpa
daya dihantam badai orgasme.
Mungkin saat ini Cie Stefanny sedang merasakan multi orgasme.
Pandangan matanya redup dan sayu, sementara badannya terus
berkelojotan dengan irama yang kacau. Nafas Cie Stefanny tersengal
sengal dan dadanya sesekali terhentak.
Melihat keadaan Cie Stefanny, Wawan yang mungkin merasa kasihan
menghentikan genjotannya sebentar.
"Ngghh... jangan berhenti...", rengek Cie Stefanny memelas dan
menatap Wawan dengan penuh permohonan sambil terus menggerak
gerakkan pinggulnya, sungguh pemandangan yang amat sexy.
"Beres non", kata Wawan tanggap dan langsung menghentakkan
penisnya yang masih menancap di dalam liang vagina Cie Stefanny.
"Oooohh... auuughh... nggghhh", Cie Stefanny kembali melenguh dan
menggeliat sejadi jadinya.
Keringat Cie Stefanny membanjir deras ketika orgasmenya kembali
memuncak. Tubuhnya yang indah itu melengkung sexy, kelihatannya
Cie Stefanny tak kuasa menahan kenikmatan yang pasti sedang
menjalari sekujur tubuhnya. Pagutan pak Arifin pada puting payudara
Cie Stefanny sampai terlepas ketika tadi Cie Stefanny menggeliat
hebat.
Melihat hal itu, ku bermaksud memberikan isyarat kepada pak Arifin,
dengan membuka mulutku sedikit dan menggerakkan tangan kiriku
menirukan gaya mengoral penis sambil menatap pak Arifin, yang
kelihatannya langsung mengerti maksudku dan segera berdiri di
samping kiri Cie Stefanny.
"Cie... sebelah kiri Cie", aku memberikan 'instruksi' pada Cie Stefanny
yang masih memejamkan matanya menikmati orgasmenya.
Cie Stefanny membuka matanya perlahan dan menolehkan kepalanya
ke kiri. Ia sempat tertegun sejenak melihat penis pak Arifin yang
mengacung tegang di depan matanya.
"Non, ayo pegang", perintah pak Arifin.
Cie Stefanny menggigit bibirnya, lalu perlahan tangan kirinya bergerak
meraih penis pak Arifin dan menggenggamnya. Jantungku berdebar
kencang melihat Cie Stefanny yang pasrah melayani mereka.
Kini dengan tubuh yang terlonjak pelan karena liang vaginanya kembali
dipompa oleh penis Wawan dari bawah, tangan Cie Stefanny yang
mungil itu melakukan gerakan maju mundur untuk mengocok penis
pak Arifin.
"Yaa... terus noon...", racau pak Arifin keenakan.
Cie Stefanny terus menatap penis itu. Aku menyorot wajah Cie
Stefanny memelas sexy dan menggairahkan itu, dan lagi lagi aku
nyaris tak percaya dengan pandangan mataku ketika tiba tiba Cie
Stefanny menurunkan tangannya, dan tanpa diminta Cie Stefanny
memajukan kepalanya hingga bibir Cie Stefanny tepat bersentuhan
dengan kepala penis pak Arifin. Tanpa ampun pak Arifin langsung
memegang kepala Cie Stefanny dan dengan cepat ia mulai
memaksakan penisnya melesak masuk ke dalam mulut mungil milik Cie
Stefanny.
Cie Stefanny pasrah saja dan membuka mulutnya untuk mengulum
penis pak Arifin. Tangan kiri Cie Stefanny memegang sisa penis pak
Arifin yang tak muat di dalam mulut mungil Cie Stefanny, sedangkan
tangan kanan Cie Stefanny memeluk dan meremasi rambut di kepala
Suwito yang masih asyik menyusu di payudara kanan Cie Stefanny.
(c)kisahbb
Dan kini Wawan juga menggerakkan tangan kanannya untuk meraih
dan meremasi payudara kiri Cie Stefanny. Maka lengkaplah penderitaan
Cie Stefanny, tanpa daya dikeroyok oleh sopir dan kedua pembantuku
yang perkasa dalam urusan seks ini.
"Empphh... mmmhh...", Cie Stefanny merintih tak jelas karena mulutnya
tersumpal penis pak Arifin.
Adegan panas di depanku ini kurekam dengan baik, celakanya aku
sendiri sebenarnya juga kembali terbakar gairah. Tapi aku tak ingin
gagal mendapatkan rekaman adegan demi adegan panas ini dan aku
berusaha menahan keinginanku untuk bermasturbasi dengan
mencelupkan jari tangan kiriku yang masih mengganggur ini ke dalam
liang vaginaku. Aku takut peganganku pada handycam akan kacau dan
membuat hasil rekaman ini jadi buruk.
"Aaah... sepongan non enak sekalii...", racau pak Arifin memuji servis
oral Cie Stefanny.
Cie Stefanny hanya mengguman tak jelas, dan tiba tiba pak Arifin
menarik lepas penisnya dari mulut Cie Stefanny. Lalu pak Arifin yang
menyuruh Suwito melepaskan pagutannya pada puting payudara Cie
Stefanny, mengambil posisi di belakang Cie Stefanny, dan mendorong
tubuh Cie Stefanny hingga telungkup menindih tubuh Wawan.
"Ohh... pak... jangan di sana... ngghhh...", Cie Stefanny tak dapat
melanjutkan protesnya karena Wawan menghunjamkan penisnya dalam
dalam mengaduk liang vagina Cie Stefanny.
Suwito langsung mengambil posisi di depan kepala Cie Stefanny yang
tertunduk pasrah. Aku jadi kewalahan merekam semua adegan ini,
maka aku sedikit mundur untuk dapat merekam itu semua. Pak Arifin
sudah mulai menempelkan penisnya yang basah oleh air ludah Cie
Stefanny itu, ke belakang selangkangan Cie Stefanny. (c)kisahbb
Cie Stefanny mendongak dengan wajah yang menampakkan kekuatiran,
tapi akibatnya kepalanya langsung dipegang oleh Suwito, dan penis
Suwito yang sudah mengacung itu menempel di bibir Cie Stefanny.
"Aaaah... mmmppph...", tepat ketika pak Arifin mulai melesakkan
penisnya ke dalam liang anus Cie Stefanny, dengan keras Cie Stefanny
merintih, tapi rintihannya langsung teredam karena Suwito
memanfaatkan kesempatan itu untuk melesakkan penisnya masuk ke
dalam mulut mungil Cie Stefanny.
"Mmmppph...", Cie Stefanny terus merintih panjang tak jelas, dan aku
mengambil gambar handycam dari belakang, menyorot detail situasi
yang terjadi di selangkangan Cie Stefanny.
Liang vagina Cie Stefanny jelas penuh oleh penis Wawan yang
menancap dalam. Dan perlahan liang anus Cie Stefanny terbelah oleh
penis pak Arifin yang terus melesak masuk. Aku bisa membayangkan
betapa sesaknya sekarang selangkangan Cie Stefanny sekarang ini.
Cie Stefanny mulai meronta, sepertinya Cie Stefanny kesakitan
merasakan liang anusnya diperawani oleh penis pak Arifin yang
termasuk berukuran raksasa itu.
Wawan memeluk erat tubuh Cie Stefanny hingga Cie Stefanny tak akan
bisa ke mana mana, dan penis pak Arifin menancap makin dalam pada
liang anus Cie Stefanny. Tak ada yang bisa dilakukan Cie Stefanny
selain merintih.
Kini tiga liang kenikmatan Cie Stefanny sudah terisi penuh. Mereka
bertiga segera mulai menyiksa Cie Stefanny. Gerakan gerakan
menghentak dari tubuh pak Arifin dan Wawan membuat penis mereka
keluar masuk bergantian dengan cepat, mengaduk liang vagina dan
liang anus Cie Stefanny. Erangan dan rintihan tertahan Cie Stefanny
kelihatannya malah membangkitkan gairah mereka berdua yang terus
menghajar selangkangan Cie Stefanny ini.
Aku sempat menyorot sekilas ke arah wajah Suwito yang merem melek
keenakan mendapatkan servis oral dari Cie Stefanny. Suwito masih
menyempatkan meremasi rambut indah Cie Stefanny. Tapi aku
langsung kembali menyorot pemandangan indah di depanku ini, dua
penis yang bergantian melesak masuk mengaduk aduk dua liang
kenikmatan Cie Stefanny.
"Oooh... huooooh...", pak Arifin melolong panjang dan aku melihat
sperma meleleh keluar di sela sela liang anus Cie Stefanny yang
tertancap penis pak Arifin.
Eh, cepat juga pak Arifin berejakulasi. Dan kulihat tubuh Cie Stefanny
bergetar, entah karena kesakitan atau karena kenikmatan. Pak Arifin
menarik lepas penisnya dari jepitan liang anus Cie Stefanny, tapi aku
masih terus menyorotkan handycam ini ke arah selangkangan Cie
Stefanny karena aku tak ingin melewatkan pemandangan yang indah
ini. Sperma pak Arifin terus meleleh keluar dari lubang anus Cie
Stefanny, walaupun tidak terlalu banyak, dan liang vagina Cie Stefanny
masih terus dipompa oleh Wawan.
"Mmmhhh... mmmhhhh...", Cie Stefanny merintih panjang dan tubuhnya
kembali berkelojotan dengan liarnya, entahlah mungkin karena ia
mendapatkan orgasmenya lagi. (c)kisahbb
Aku mengalihkan sorotan handycamku dari pinggir, hingga aku
mendapatkan rekaman sempurna saat tubuh Cie Stefanny menggelepar
dalam pelukan Wawan. Kedua betis Cie Stefanny melejang lejang,
sementara kedua tangan Cie Stefanny terentang mencengkram sprei
ranjangku. Sungguh indah pemandangan yang ada di depanku ini, dan
aku senang sekali bisa merekam semua ini dalam handycam yang
kupegang ini.
"Oooh... noon... huoooohh...", erang Wawan yang mempercepat
genjotannya pada Cie Stefanny.
Aku cepat kembali menyorot selangkangan Cie Stefanny. Tepat sekali,
Wawan memang akan berejakulasi, dan aku beruntung mendapatkan
adegan dimana penis Wawan menancap dalam dalam, sementara tubuh
Cie Stefanny terlihat mengejang beberapa kali. Lalu perlahan sperma
Wawan sedikit meleleh keluar dari liang vagina Cie Stefanny yang
masih tertancap penis Wawan.
"Oooh... enaknyaaa...", racau Wawan, yang kemudian melepaskan
pelukannya dan mendorong tubuh Cie Stefanny hingga terbaring ke
sampingnya, dan sisa sperma di vagina Cie Stefanny yang sempat
menyembur kecil itu membasahi paha Cie Stefanny.
Suwito yang penisnya terlepas dari jepitan mulut mungil Cie Stefanny,
kini ganti mengambil posisi di depan selangkangan Cie Stefanny. Lalu
dengan posisi standar, Suwito mulai menyetubuhi Cie Stefanny yang
masih tergolek lemas.
Sayangnya aku tak sempat merekam dengan detail proses masuknya
penis Suwito ke dalam liang vagina Cie Stefanny. Aku hanya merekam
sekilas bagaimana Suwito menggagahi Cie Stefanny, lalu aku merekam
dari belakang Suwito, menyorot ke arah Cie Stefanny yang terbaring
pasrah.
"Arrghh... enak gilaaa...", Tak sampai dua tiga menit, Suwito sudah
berkelojotan sambil meracau.
Aku langsung menyorot selangkangan Cie Stefanny, menangkap saat
saat melelehnya sperma Suwito dari liang vagina Cie Stefanny yang
masih tertancap penis Suwito itu. Begitu Suwito menarik lepas
penisnya, sperma dalam jumlah yang cukup banyak menyembur keluar
dari liang vagina Cie Stefanny yang warnanya main memerah. Aku
menyorot semua itu dengan detail, dan kali ini aku sudah tak mampu
menahan gairahku lagi. (c)kisahbb
"Suwito, pegang handycam ini. Ya, seperti ini. Pokoknya kamu jangan
sorot ke arah lain ya, tetap sorot ke arah ini", kataku pada Suwito dan
menunjukkan padanya di LCD handycam ini, yang memuat sorotan ke
liang vagina Cie Stefanny.
"Siap bos", kata Suwito sok mengerti, aku hanya bisa berharap dia tak
melakukan kesalahan.
Dan begitu Suwito memegang handycamku, aku langsung memburu
liang vagina Cie Stefanny.
"Eh... Elizaaa...", rintih Cie Stefanny ketika aku mencucup bibir
vaginanya yang masih belepotan cairan cairan itu.
Aku terus mencucup dengan penuh gairah, dan semua campuran
cairan cinta Cie Stefanny, sperma Suwito dan sperma Wawan itu
kuseruput habis. Tanpa ampun lagi Cie Stefanny menggelinjang dan
mengejang hebat dilanda orgasmenya. Aku terus menelan semua
cairan cairan itu, dan aku baru berhenti mencucup bibir vagina Cie
Stefanny setelah tak ada lagi yang bisa kuseruput.
Lalu aku langsung menindih Cie Stefanny, dan memagut bibirnya
sejadi jadinya, tanpa perduli keringat Cie Stefanny menempel di
tubuhku yang tadinya sudah kumandikan sampai bersih.
Aku berharap Suwito cukup cerdas untuk merekam adegan ini, dan
ketika aku melihat dari samping Suwito memang sedang merekam
kami, aku makin ganas memagut bibir Cie Stefanny yang juga balas
memagut bibirku. Kami bahkan sampai duduk dan terus berpagut
mesra, dan baru berhenti setelah kami sama sama kehabisan nafas.
"Oooh... sudah sayang... Cie Cie capek...", Cie Stefanny merengek
dengan wajahnya memelas dan ia langsung berbaring di atas
ranjangku.
"Iya Cie, sudah selesai kok...", jawabku dengan pelan, aku sendiri juga
kecapaian dan ingin tidur saja, tapi aku masih harus mengganti sprei
ini, juga mandi bersama Cie Stefanny yang basah oleh campuran
keringatnya sendiri dan keringat tiga maniak tadi.
"Sini Suwito, handycamnya", aku memanggil Suwito meminta
handycam yang masih menyorot ke arah kami berdua ini.
Suwito memberikan kameraku dan langsung duduk lemas. Aku
langsung mematikan rekaman ini, dan mencoba melakukan replay
untuk melihat hasilnya. Yah, tak bisa dibilang sempurna, rasanya
caraku mengambil gambar masih terlalu kaku, namun adegan adegan
itu terasa natural. Kulihat durasi rekaman ini sekitar 25 menit.
"Udah, kalian kembali ke kamar kalian sana", usirku ketus.
"Yah non, galak amat. Boleh kan kami temani non tidur?", tanya
Wawan (c)kisahbb
"Tidak. Besok aku ada ulangan tau! Kalau kalian tidur di sini, bisa bisa
nanti aku masih enak enak tidur kalian paksa ngeseks lagi. Lagian
ranjangku kan nggak cukup buat ditidurin berlima. Pokoknya nggak
boleh!", aku mulai mengomel.
"Kalau gitu non Stepani boleh kami bawa ke kamar kami non?", tanya
pak Arifin.
"Tidak boleh!! Cie Stefanny ini tamuku ya, jangan macam macam! Udah
ayo kalian keluar sana!!", jawabku tegas.
Akhirnya mereka semua keluar tanpa banyak rewel. Mereka keluar dari
jendela yang mereka bobol ketika masuk ke kamarku ini untuk
memperkosa kami berdua sampai terbangun dari tidur. Aku sampai
teringat tadi itu aku mendapat mimpi yang begitu mengerikan,
diperkosa dan dilecehkan oleh Andi di sekolah.
Sejenak jantungku berdebar cukup kencang, dan sekali lagi aku
mencoba meyakinkan diriku sendiri bahwa tadi itu semua hanyalah
mimpi. Aku melihat lagi ke arah jam digitalku, dan aku menarik nafas
lega melihat hari ini adalah hari Jumat jam 02:00, pagi.
-x-
XV. Mengakhiri Pesta Seks
Aku menguatkan diri untuk bangkit, lalu aku mengunci jendela
kamarku ini. Lalu aku berbalik badan dan bersandar sejenak sambil
menatap Cie Stefanny.
"Cie... ayo mandi sama Eliza", aku mengajak Cie Stefanny bersama
sama membersihkan tubuh kami yang sama sama lengket ini tak
karuan ini.
"Iya sayang, sebentar ya, Cie Cie masih lemas", kata Cie Stefanny
pelan.
Aku melihat jam, sekarang jam dua pagi. Duh, mana besok aku
ulangan lagi. Tapi jujur saja aku tak menyesal terseret dalam pesta
seks di tengah malam ini, dan lagipula seperti yang dikatakan Cie
Stefanny, aku sudah cukup belajar untuk ulangan besok.
Kini aku duduk di kursi meja belajarku, dan membuka laptopku. Aku
mentransfer hasil rekaman handycam ini ke dalam laptopku, lalu aku
memastikan tak ada sisa rekaman Cie Stefanny yang jadi korban pesta
seks tiga maniak tadi di dalam handycam ini. Sungguh tidak lucu
kalau rekaman itu terlihat oleh kokoku. (c)kisahbb
"Sayang... kamu lagi ngapain?", tanya Cie Stefanny yang tiba tiba
sudah memeluk tubuhku dari belakang.
"Pindahin film ini ke laptop Eliza, terus hapus rekaman tadi di
handycam Cie", kataku sambil mengecek ulang isi handycam ini.
"Kamu jahat, masa Cie Cie kamu jadikan bintang film porno...", Cie
Stefanny merajuk walaupun masih tetap memeluk tubuhku.
"Kan cuma buat kita berdua aja kok Cie. Eliza janji nggak akan sebarin
film ini, Eliza kan sayang Cie Cie", kataku sambil menolehkan wajahku
ke arah belakang hingga berhadapan dengan wajah Cie Stefanny, lalu
bibir yang mungil itu kucium dengan mesra.
"Mmmhh...", rintih Cie Stefanny yang langsung membalas ciumanku.
"Janji ya sayang, cuma kita berdua. Kokomu jangan sampai tahu...",
kata Cie Stefanny dengan nada memohon.
"Iya, Eliza janji. Tapi... yeee, kok takut ketahuan kokoku, kenapa
hayoo...", sifat usilku kumat dan aku langsung menggoda Cie Stefanny
"Ahh...", Cie Stefanny menggigit bibirnya, mukanya mendadak
memerah.
"Tenang Cie, Eliza pasti jaga rahasia ini dari koko, asal Cie Cie
besook...", aku sengaja berlambat lambat melanjutkan kata kataku dan
menatap Cie Stefanny dengan pandangan menggoda.
"Duh... kamu jahat...", Cie Stefanny merengek, rona mukanya semakin
memerah.
"Enggak Cie, Eliza cuma godain Cie Stefanny kok. Eliza... Dari sejak
Eliza tahu kalau Cie Cie udah putus sama ko Melvin, Eliza justru
senang kalau Cie Cie mau kenalan sama koko, terus...", aku tak
melanjutkan kata kataku dan memeluk Cie Stefanny dengan penuh rasa
sayang.
"Eliza... kalau kamu berpikir seperti itu... kenapa tadi kamu serahkan
Cie Cie ke pembantu pembantu kamu... pakai kamu rekam segala...",
kata Cie Stefanny yang tiba tiba tubuhnya menggigil, tak kusangka Cie
Stefanny menangis. (c)kisahbb
"Cie... maafkan Eliza, tadi Eliza cuma ingin Cie Cie bersenang senang.
Eliza kan udah janji kalau film tadi itu jadi rahasia kita berdua saja.
Cie, it's just sex, not love", aku sedikit tegang dan mencoba
menenangkan pikiran Cie Stefanny.
"Eliza... Cie Cie ini udah nggak virgin... ditambah dengan tadi itu, apa
sekarang Cie Cie ini masih layak untuk...", kata kata Cie Stefanny
langsung kuhentikan dengan menempelkan jari telunjukku ke bibir Cie
Stefanny.
"Cie... kalau koko dan yang lain nggak tahu, Cie Cie nggak usah
berpikiran aneh aneh. Eliza sayang Cie Cie, dan Eliza yakin koko itu
juga suka sama Cie Cie. Papa dan mama juga suka sama Cie Cie",
kataku sambil terus memeluk Cie Stefanny dan menaruh kepalaku di
pundak kanannya.
"Eliza pasti bantuin Cie Cie, kalau Cie Cie juga suka sama kokoku",
aku berkata sungguh sungguh sambil memejamkan mataku.
"Makasih sayang...", guman Cie Stefanny yang diam dalam pelukanku.
"Cie... kita mandi yuk", aku kembali mengajak Cie Stefanny
membersihkan badan kami yang masih belepotan keringat ini.
Cie Stefanny mengangguk dan kami berdua segera menuju ke kamar
mandi. Di dalam kamar mandi, kami mandi keramas dan saling
membersihkan badan kami, yang tentu saja diselingi kenakalan
kenakalan kecil kami seperti saling mencubit puting payudara kami,
bahkan sesekali kami saling mencelupkan jari ke vagina kami berdua
dan tanpa ampun lagi kami saling memagut bibir dengan mesra.
Tak lupa aku mengambil cairan pembersih vagina yang biasa kupakai,
dan jantungku berdegup kencang karena membayangkan saat saat aku
menggunakan cairan itu untuk membersihkan liang vagina Cie
Stefanny.
"Ssshhh... mmmhhh...", rintih Cie Stefanny ketika aku mencelupkan
jariku yang sudah kuolesi cairan pengharum vagina milikku ini ke
dalam liang vagina Cie Stefanny. (c)kisahbb
Sebenarnya kalau menuruti hawa nafsu birahiku yang kini sudah
kembali bergejolak, ingin rasanya aku mengaduk aduk liang vagina Cie
Stefanny, dan kembali mengajak Cie Stefanny bercinta atau kalau perlu
aku memperkosa Cie Stefanny. Tapi aku sadar ini sudah terlalu malam,
aku harus segera tidur karena besok sekolahku tidak libur, belum lagi
besok itu aku harus mengikuti ulangan bahasa Inggris pada jam
pertama.
Selain itu, aku sadar kalau aku harus memberikan kesempatan pada
tubuhku untuk beristirahat, demikian juga dengan tubuh Cie Stefanny.
Kami berdua baru saja jadi obyek pesta seks, apalagi aku yang dalam
20 jam ini harus ngeseks dengan banyak orang, rasanya vaginaku
seperti bengkak saja. Maka aku hanya diam menahan gejolak birahi ini.
"Sayang, sekarang kita pakai bra dan celana dalam ya?", tanya Cie
Stefanny ragu.
"Mmm... iya deh Cie", jawabku.
Kami berdua saling menghanduki tubuh kami, dan tanpa rasa
canggung kami saling memakaikan bra hingga payudara kami
terbungkus rapi dalam bra kami masing masing. Dan setelah sama
sama memakai celana dalam, kami diam sejenak dan saling pandang.
"Cie, gini aja ya, nggak usah pakai baju", kataku.
"Duh sayang, nanti kita keterusan lagi deh", rengek Cie Stefanny.
"Mmm...", aku berpikir sejenak.
"Nanti aja dipikir Cie, sekarang kita ganti sprei dulu yuk", kataku lagi.
(kisah bb)
Kami berdua mengganti sprei ranjangku yang penuh dengan bekas
keringat, bahkan ada bercak bercak tetesan sperma entah milik siapa.
Bed cover ranjangku juga harus diganti, dan kami sama sama melipat
sprei dan bed cover ini sekedarnya, lalu semuanya kuletakkan di dalam
keranjang baju kotor. Aku mengambil sprei dan bed cover dari lemari,
lalu kami berdua memasang sprei ini di ranjangku.
Bau harum langsung memenuhi ruangan ini. Aku membayangkan tidur
ranjangku yang nyaman, dalam pelukan Cie Stefanny, tanpa
mengenakan baju. Maka aku tak bertanya lagi, dan tanpa peringatan
aku langsung berlari mendekati Cie Stefanny, lalu menerkamnya
hingga kami berdua jatuh ke ranjangku.
"Elizaa... ampun sayang... Cie Cie capeek...", rengek Cie Stefanny.
"Nggak kok Cie, Eliza bukan mau mengajak Cie Cie bercinta lagi... Eliza
cuma ingin malam ini kita tidur nggak pakai baju aja", kataku manja.
"Duh anak nakal... iya iya Cie Cie nggak pakai baju", kata Cie Stefanny
yang pura pura merajuk. (c)kisahbb
Aku tertawa geli, dan bed cover itu langsung kuselimutkan
membungkus tubuh kami berdua. Di dalam bed cover ini kami berdua
saling peluk dengan mesra layaknya sepasang kekasih. Sesekali bibir
kami saling berpagut mesra, walaupun kami berdua sudah sama sama
sangat mengantuk. Aku sangat menikmati saat saat tidur dalam
pelukan Cie Stefanny seperti ini.
Aku tahu kegilaan kami kali tadi ini bukanlah kegilaan kami yang
terakhir. Entah apa yang kelak akan kami berdua lakukan bersama,
yang jelas aku tahu aku pasti akan sangat menikmatinya, bercinta
dengan Cie Stefanny, calon kakak iparku. Dan kini aku berharap bisa
tidur dengan pulas sampai nanti wekerku berbunyi.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.