Senin, 09 Maret 2015

Office Cutie 3: Gairah di Rumah Tua

Di pagi hari yang cerah ini, aku bersiul-siul dengan gembira, kugiring
dan kuparkirkan kendaraan mewahku, motor bebek dukun berwarna
merah keluaran berpuluh-puluh tahun yang silam. Di depan kaca spion,
kurapikan rambutku dan kusisir dengan rapi, Ck Ckk. Ckkk, betapa
tampannya aku ini, bibirku yang tebal selalu menebarkan senyuman
yang ramah, mataku yang bulat besar begitu indah mempesona, apalagi
jika Aku menatap bokong para gadis cantik yang berseliweran di
hadapanku. Ahhhh...ssshhh oohhh....my office, my playground, my
PALACE!! Sebuah senyuman mengembang di bibir seksiku, gimana
rasanya jika aku menjadi atasan disini, pasti asik...
"SELMYYY....kesini kamu!!" aku berteriak memanggil seorang pegawai
tua yang tergopoh-gopoh menghampiriku, ia menunduk ketakutan
menatap lantai, kupandangi sosok kurus itu dari ujung rambut sampai
ke ujung kaki, ckk ckkk.. ckkkk..., begitu kotor, dekil, tak terawat.
"KAMU TUH BEGO YA?? Muka saya ini ada di sini, bukan di bawah kaki
kamu, liat ke sini...! Coba kamu jawab yang benar, dimana muka saya??"
kubentak pegawai tuaku yang tidak berguna itu.
"Di pantat Pakkkkk..... !!!" Selmy menatapku, ia menjawabku dengan
mimik wajahnya yang meyakinkan.
"HAHHH.........??? " Aku tersentak panik ketika mendengar jawaban
SELMY pegawai tuaku, dengan reflek tanganku meraba-raba pantatku
yang sekal, tiba-tiba...
"BLETAKKKK ! HEU....DUHHHHHH......... Ehh Ibuu...??!! " kepalaku
terdorong keras ke belakang ketika sebuah getokan keras yang berasal
dari sebuah payung mampir di jidatku. Aku gelagapan ketika khayalan
tiba-tiba saja berubah menjadi kenyataan, di hadapanku berdiri
sesosok tubuh kurus dengan wajahnya yang keriput, matanya mendelik
tidak kalah besar dengan mataku yang membeliak karena terkejut,
sementara tangan kirinya memegangi sebuah payung berwarna biru
muda yang sebelumnya dipakai untuk mengembalikan kesadaranku,
dengan suara kerasnya. (BLETAKKKKK!!!)
"Kamu nggak denger saya teriak-teriak dari tadi HAHHH....!! Dipanggil-
panggil MALAH CENGENGESAN NGGAK PUGUH!!"
Aku terbata-bata ketika seorang wanita tua keriput menimpukiku
dengan suaranya yang melengking-lengking, nafas Bu Selmy ngos-
ngosan karena nafsu amarah yang memuncak sampai keubun-ubun.
"Panggil Shasha sama Vania, suruh mereka keruangan saya, CEPATT...!!
nggak pake lama....!! "
"Saaa....saya Buuu?? (waduhhhh, apakah aku bakal di foursome bareng
sama bu Selmy ?? NGEHEKKKK...!!NOOOO....!!)" Mata-ku membesar
indah, aku yang rajin dan teliti mencoba memastikan perintah bu
Selmy, telingaku kembali terasa sakit ketika mendengar suaranya yang
melengking tinggi.
"YA IYA-LAH KAMUU....!! EMANGNYA SAYA YANG NAMANYA
UJANGG...!!?? BLAMMMMM!!!!" Bu Selmy membanting pintu mobilnya
kemudian dengan sigap si penyihir tua memarkir mobil mewahnya.
DIITTTT.... Diiiiittttt!! suara klakson mobil Bu Selmy membuatku
setengah berlari, aku segera melaksanakan perintahnya menjemput
Nona Shasha yang cantik.
"Tokkk.. Tokkkk... "
"Yaa, Masukkk...." terdengar suara merdu Non Shasha, aku segera
menerobos masuk, kututup pintu di belakangku, aku menatap wajahnya
yang cantik, tubuh mulusnya tampak begitu seksi, aku lupa diri
menyaksikan keindahan sepasang paha mulusnya. Kuraih tubuh mulus
Non Shasha yang kelabakan menahan nafsu birahiku, kulumat dan
kukecupi bibirnya yang mungil, kuemut dan terus kuemut hingga tubuh
mulusnya. Ia gemetar menahan nafsu birahi yang mulai membakarnya,
Nona Shasha menarik bibirnya untuk mengambil nafas, wajahnya
merona merah ketika aku menatap wajahnya, untuk sesaat kami hanya
berdiri berpelukan, saling memandang satu sama lain.
Kukecup lembut bibirnya kemudian kudorong tubuh mulusnya duduk di
pinggiran meja, kedua pahanya yang mulus mengangkang ketika
kurogohkan tanganku masuk kedalam rok mininya, aku tersenyum
karena Non Shasha mulai menuruti permintaanku, hari ini ia mulai tidak
mengenakan celana dalamnya, kucelupkan jari telunjukku hingga
amblas terbenam, digigit belahan vaginanya. Kutusuki belahan sempit
di selangkangannya hingga ia menggeliat keenakan, tengah asik-
asiknya aku mengeluar-masukkan jariku tiba-tiba aku mengingat
perintah Bu Selmy....
"Non Ehmmmm...itu Nonnnnnn..., Euuuuuuu, tadi Bu Selmy manggil Non
Shasha sama Non Vania" aku berbisik di dekat telinganya tanpa
menghentikan gerakan jariku yang semakin aktif menusuk-nusuk
belahan vaginanya.
"Ahhh Ahhhh.. Ahhhh... Hahhhh...?? !! Aduh ujang....!!, Kenapa nggak
bilang dari tadi, minggir ah..!! Duhhhh KAMU...!!" Non Shasha yang
tengah sibuk menikmati gerakan-gerakan jari telunjukku tiba-tiba
tersentak kaget, suara-suara ah dan ah-nya mendadak lenyap, dengan
gemas dijewernya kupingku hingga aku mengaduh kesakitan,
ditepiskannya tanganku hingga jariku terpelanting dari jepitan bibir
vaginanya.
Nona Shasha segera merapikan roknya. Setelah menyambar sebuah map
di atas meja, ia meninggalkanku yang masih horny menatap
punggungnya yang menjauh, cegluk, cegluk, berkali-kali aku menelan
ludahku, kuusap-usap kupingku yang terasa sakit, biar sakit namun
hatiku terasa begitu gembira., seperti orang yang sedang jatuh cinta, I
love U Non Shasha. Cintaku, sarung penisku.
"Hnnnhhhhhhhhhhhhhhhh..." Aku menghela nafas panjang-panjang
untuk meredakan nafsu birahiku, dengan langkah gontai aku mengekori
langkah Non Shasha
Aku menolehkan wajahku ketika mendengar suara langkah-langkah
kecil yang terburu-buru. Ahhhh, Vaniaku berlari-lari kecil , pikiran
kotorku tiba-tiba meledak dengan keras. Hmmmm, apakah Vaniaku
yang cantik juga tidak mengenakan celana dalam sesuai dengan
permintaankuku??
Aku membalikkan tubuhku kemudian berbelok ke arah dapur, Lohhhh,
ngapain si Sarif bengong di sisi tangga.
"Riiffff, Sariffff....,WOOOIIIII " Aku berteriak keras untuk menyadarkannya
"HEUUUUUH....!! GELO SIAHHH!!" Sarif tersentak kemudian mengumpat
kesal.
"Lu kenapa Rifffff ?? " Aku bertanya padanya.
"Jangggg, Sini...tadi gua ngeliat itunya Non Vania, pas dia turun
tangga, nggak sengaja gua nengok ke atas, gua ngeliat MEMEKNYA...,
gila Jangg, Gua sampe shock!!" Sarif menarikku, kemudian berbisik di
telinggaku.
"Ssssttt...jangan bilang siapa-siapa Rifff, bahaya tau!!" aku berusaha
melindungi kehormatan Non Vania.
"Hahh ?? napa gitu ?? "
"Bisa dipecat lu nanti, disangkanya lu udah berani kurang ajar ,
bertingkah mesum.....! melakukan pelecehan seksual...tidak senonoh!"
"Oooooooo, Ehhh lu jangan bilang siapa-siapa ya Jang" bibir Sarif
membentuk huruf O, kemudian ia berbisik dengan cemas
"Iya Riff, tapi traktir gue makan siang ya"
"Iya.., iya...., tapi awas lu...!! jaga bacot lu yang rada bawel itu."
"Beres Rifff, tenang aja, rahasia lu aman bersama UJANG..., he he he."
Aku memberikan janjiku sambil menepuk dada..
*************************
Hari Jumat, jam 19.01
Aku menghampiri mobil Honda Jazz berwarna silver metalik yang
menjemputku di depan rumah kostku dan masuk ke dalamnya. Aku
duduk mengangkang di bangku belakang, permukaan celanaku
menggembung, membengkak tanpa dapat kukendalikan. Nona Shasha
menyetir di belakang kemudi sedangkan Nona Vania duduk di
sebelahku, ekor mata Vania sering melirik ke arah selangkanganku, aku
membuka resleting celanaku kemudian menarik batang penisku keluar,
kuraih tubuh mungil Vania dan kupangku di pangkuanku.
"Ihhhh., Ujangg norakk...!! ntar ada yang liat......., Ujangg"
"Ahhh kalemmm aja Nonn, sepi iniiii."
"UJANGGG...ada pengamenn....!! Ada anak kecil!" Nona Vania tampak
khawatir ketika aku memamerkan batang penisku, seorang pengamen
cilik mendekati mobil kami, dengan liar kucumbui batang leher Non
Vania hingga ia merintih lirih.
"Hahhh??" pengamen cilik itu terkejut setengah mati menyaksikan-ku
yang tengah memangku Nona Vania, tanganku masuk ke dalam rok
mininya, cup.., cupphhh, ciumanku mendarat di leher, rahang dan
pipinya, kemudian kulumat bibir mungilnya dengan bernafsu.
"Ehhhhh....,Emmm.., jangan bilang siapa-siapa ya...^_^ " Non Shasha
tersenyum ramah sambil memberikan uang 10 ribuan, pengamen cilik
itu terus menengok ke belakang, sebentar menatap Nona Shasha yang
tersenyum ramah, kemudian kembali menengok lagi ke belakang.
"UJANGGG...!! Idihhhh....Euuuufffhhhh" Nona Vania meronta dari
pangkuanku ketika aku hendak berbuat lebih jauh, aku membiarkannya
meloloskan diri, bukan karena aku rela melepaskan tubuh mungilnya
yang mulus namun karena mobil yang kami tumpangi mulai memasuki
kawasan yang agak ramai, jalanan mulai kembali sepi ketika mobil kami
memasuki sebuah jalan kecil, agak berlumpur di daerah pedesaan.
"Di mana ini Nonnn ?? " sambil
menengok kesana kemari aku
bertanya pada Non Shasha.
"Rumah ini baru disita sama bu
Selmy karena pemiliknya nggak
bisa bayar hutang.. " Nona Vania
menjelaskan secara singkat
sambil keluar dari dalam mobil.
"Yaaaa..., sebenarnya sich kami
takut....waktu bu Selmy meminta
kami untuk memeriksa rumah ini...,
karena...itu kami ngajak kamu...
Jang" Nona Shasha menjelaskan
dengan singkat, aku buru - buru
membuka pintu mobil. Setelah
berada di luar kurenggangkang
tubuhku kesana kemari untuk
mengusir rasa pegal yang
menyiksa selama perjalanan,
hemm, suasana yang masih asri,
masih banyak pohon-pohon besar ditepi jalan setapak menuju rumah
tua itu...
"Ujanggg.., Emmmm, kamu duluan gihhh...." Nona Vania dan Non
Shasha mendorong punggungku,
"Lohhhh... kenapa ?? Ehhhh... Uhhh..."Entah kenapa Aku tiba-tiba
bergidik ngeri, mataku menelusuri jalan setapak menuju rumah tua
besar yang menyeramkan, berkali-kali kepalaku menengok ke kanan
dan kiri, gelap, seram, duh, batang penisku sampai berkedut karena
ketakutan,akhirnya aku sampai juga di depan pintu rumah itu itu
dengan tangan kanan kudorong pintu rumah tua itu, sementara tangan
kiriku memegangi emergency lamp yang diberikan oleh Nona Shasha.
"Krekeeettttt.....!!! "Bunyi pintu tua itu serasa menyayat telinggaku,
"Hiiii... Hiiii hiiii Hiiii Hiiiii....!! "
"ANJRITTT......!!" aku berteriak keras, jantungku melompat keluar
mendengar suara cekikikan yang mengerikan, tepat disebelah batang
kemaluanku, sementara " Ujang junior " terjengkang tak sadarkan diri..
"Awwwww!!" Nona Shasha dan Nona Vaniapun menjerit dan melompat
sangking kagetnya. Dengan terburu-buru tangan kananku merogoh
Hpku yang mendadak berbunyi dengan nada dering alarm yang
membuat bulu kuduk kami merinding.
"UJANGGG...ngapain sihh pake nada kaya gitu!!" Nona Vania mencubit
punggungku dengan gemas.
"Iya nihhhhhh...bikin kaget aja!!!" satu cubitan keras Non Shasha ikut
mendarat di punggungku.
"BEUUUUU......!! Bukan non Shasha sama Non Vania aja yang kaget..!!
Saya juga kagettt!!" aku buru-buru mematikan suara Hp-ku yang
membuat kami bertiga hampir lari terbirit-birit ketakutan, sementara
suara angin yang berlari di antara pepohonan membuat suasana hatiku
semakin tidak menentu, akhirnya kami bertiga memberanikan diri masuk
ke dalam rumah tua itu (jangannnn dorong-doronggg Nonnn, aku juga
tatut nehhhh, aku berteriak didalam hati), sebuah rumah tua di tengah
kawasan perkebunan yang jauh dari keramaian, dengan korek api
kunyalakan lampu cempor yang tergantung disudut ruangan.
"WAhhhh...Nonnnn, koq kaya di warung remang-remang yahh
suasananya, he he he he he..." Aku terkekeh sambil mematikan
emergency lamp di tangan kiriku. Nona Vania dan Nona Shasha duduk
saling bersebelahan di sebuah kursi sofa tua panjang.
"kamu sering ya Jangg, ke tempat seperti itu ?? " Nona Vania
menatapku dengan tatapan mata curiga.
"Enggakkkk, kan ada Non Vania sama Non Shasha yang lebih cantik
dan bohay...., ngapain saya ke tempat seperti itu ??"
"Dasarrr... , nggak usah ngerayu gitu dehhh, nggaku ajaa..., kamu sering
kan ke tempat seperti itu??" Nona Shasha ikut mendesakku sambil
menatapku dengan tatapan nakalnya.
"Enggak Nonnn, Suerrrr..... " Aku mengacungkan kedua tanganku keatas
membentuk huruf V dan DHUARRRRR.....!!!, GLEKKK, CEGLUK!! aku
segera menarik tanganku turun ketika tiba-tiba terdengar bunyi geledek
yang memekakkan telinga (bibirku berkata tidak, tetapi hatiku
menggakui segalanya). Suara angin bergemuruh, berlari kencang
diantara pohon-pohon besar yang tumbuh dengan subur di sekeliling
rumah tua itu.
"WAhhhh...sepertinya bakal turun hujan deras ya??" Nona Shasha
bangkit dan melangkah ke dekat jendela, tangan mungilnya mendorong
daun jendela hingga terbuka merekah ke samping, ia hanya mendesah
pelan ketika aku memeluk tubuh seksinya dari belakang, satu persatu
pakaian Nona Shasha mulai berjatuhan ke lantai hingga tubuh seksinya
telanjang bulat tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya, kuremas
induk payudaranya dengan gemas, hingga ia mengaduh kesakitan.
"Ahhh... Ujangg pelan-pelan dong.....mmmhhh..mmmmnnn " bibirnya
yang mungil agak manyun, aku hanya terkekeh sambil menggerayangi
dua gundukan bukit susunya yang semakin mengenyal, kusumpal
bibirnya dengan bibirku untuk meredakan keluh kesahnya. Kupeluk dan
kubelit tubuh mulusnya dengan erat, kudorong hingga ia duduk di
tepian jendela, kedua kakinya yang halus mulus mengangkang lebar,
seolah-olah memperlihatkan keelokan wilayah intimnya kepadaku yang
sedang melotot sambil berlutut di antara kedua kakinya yang terbuka
lebar.
"WAHHH....Nonnn...segerrrrrr...mulussss, hehehe" kedua tanganku
merayapi permukaan pahanya yang halus mulus, sementara kepalaku
mulai terbenam di selangkangannya.
"aaaaaaaaa.... Ahhhhhh, aaaaaaaaaahhsss!!" nafas Nona Shasha
tersendat-sendat ketika aku mulai menarikan batang lidahku
menggelitiki bibir vaginanya yang merekah, aroma harumnya yang
semerbak membuatku semakin bergairah.
"Slllccckkkk...,, Ckkkkkk.. Ckkkk Cpphhhh... Sllllccckkkkk" dengan tekun
lidahku berkali-kali mengoreki belahan vaginanya yang mulai basah
dilelehi cairan kewanitaannya yang gurih dan lezat.
"uhhhh. ?!.. awwhhhhsss.... aaahhhh" Nona Shasha semakin resah
gelisah ketika ujung lidahku menusuki clitorisnya, kukaiti daging
mungil itu hingga pemiliknya tersentak sambil mendesah dan merintih
keenakan, kuciumi belahan vaginanya dengan rakus sebelum kuemut
kuat-kuat bibirnya
"Aduhhh, jangannn... Nonnn saya maluu!!" aku pura-pura malu ketika
Non Shasha dan Non Vania melepaskan pakaianku, mereka hanya
tertawa kecil ketika aku pura - pura ketakutan.
"Ihh, Ujang, jangan begitu ah.., sebell!!"
"Iya... Pura-pura nehhh, padahal aslinya nggak kaya gini..., buas dalam
bercinta he he he he...."
"WAHHHH...belajar dari mana Nonn?? koqq jadi pada jago nyepong
sihh?" aku memuji ketangkasan lidah dan mulut mereka yang
mempermainkan batang kemaluanku.
Kusodorkan batang penisku ke depan masuk kedalam rongga mulut
Nona Shasha yang ternganga, HAPPPPPP....., mulutnya mencaplok
kepala penisku, kedua pipinya tampak kempot ketika mengemut-
ngemut kepala penisku, kutarik bahunya agar ia berdiri, kurendahkan
batang penisku dan kutempelkan kepala penisku hingga menggesek
belahan vaginanya, desahanku dan rintihan lirih Nona Shasha saling
bersahutan ketika gesekan demi gesekan yang nikmat itu membuat
kami semakin terlena jauh kealam birahi yang penuh dengan
kenikmatan.
"aaaaaaaaaaaa.... Ahhhhhhhh.... Bllllsshhhh" kukait belahan vaginanya
dengan batang penisku, dengan sedikit paksaan melesatlah penisku
mengarungi lorong sempitnya yang terasa hangat dan nikmat,
Lubang vagina Nona Shasha berdenyut - denyut, mengenyot dan
memijati batang kemaluanku yang sedang asik berendam semakin
dalam menusuk liang vaginanya yang peret. Dengan terengah Nona
Shasha menengadahkan wajahnya menatap wajahku, kupandangi
wajahnya yang cantik dan sensual, matanya tampak sayu, keringat-
keringat lembut mulai membasuh tubuh mulusnya yang mengkilap
indah dibawah pancaran sinar lampu cempor.
"Ujanggggggghhhhhh..., enakkkkk.... Ohhhhhhhhh!!" Nona Shasha
menggeliat resah ketika aku mulai mengayunkan batang kemaluanku,
merojok-rojok belahan nikmat di selangkangannya, sesekali penis
besarku tertekuk ke kiri dan kanan sangking sempitnya belahan
vaginanya yang sedang kusodok-sodok dengan penuh nafsu binatang
yang semakin membara di dadaku, kedua tanganku mencapit
pinggangnya yang ramping, tubuh mungilnya tampak kewalahan ketika
aku semakin mempercepat irama sodokanku, sesekali tubuhnya
bergetar hebat menahan rasa nikmat yang mendera vaginanya dan
menyengat tubuh mungilnya yang putih mulus.
"Awwwwwwwww.... Crrrtttt... rrrtttt... Crrrrrr" tiba-tiba saja tubuh mungil
Non Shasha mengejang selama beberapa saat kemudian terkulai lemah
sambil bersandar pada tubuhku, kupeluk erat-erat tubuhnya, ia baru
saja dihajar rasa nikmat yang begitu kejam memeras tenaga dan
keringatnya yang mengucur dengan deras.
"Ujanggg..., jangan disitu.., aku nggak suka...." Nona Shasha protes
ketika aku membalikkan tubuhnya dan berusaha mengait liang anusnya
yang mengkerut ketakutan. Aku sama sekali tidak menghiraukan keluh
kesahnya, dengan paksa aku membongkar lubang duburnya.
"Auhhhhhh... Ngggghghhh...!! Pelannnhh.. Ohhhhh Pelannnnhhhh"
tubuhnya terperanjat ketika dengan kasar kepala penisku menyusup
masuk ke dalam jepitan lubang anusnya, ia kembali memekik keras
ketika aku menghentakkan batang penisku,
Aku tersenyum merasakan batang besar panjang di selangkanganku
tertancap kokoh di jepitan anus Non Shasha. Kutarik pinggulnya sambil
menyodok-nyodokkan penisku menyodomi liang anusnya yang mungil,
aku semakin bersemangat menyodomi Non Shasha ketika mendengar
suara desahan nafasnya yang tersendat disertai rengekan-rengekan
kecilnya yang terdengar semakin menggairahkan.
"Vaa.. Vaniaaa..?? Ohhhhhh...mmhhh, Vania, jangan ahh, aduhh
mmmhh... Vania sadarrr..Ohhhh Mmmmhh Mhhhhh" Shasha tampak
gugup ketika Vania memeluk tubuhnya sambil menggerayangi bulatan
susunya, bibir Vania melumat dan mengulum bibirnya. Untuk beberapa
saat Shasha berusaha menolak perlakuan Vania, namun nikmatnya
perlakuan Vania malah membuatnya seperti kehilangan kendali, ia
memeluk tubuh Vania dan membalas melumat bibir mungil Vania,
kuikuti tubuh Shasha yang merosot turun hingga meringkuk
menungging diatas lantai kayu, kutarik kedua tangannya kebelakang,
tubuhnya tersentak-sentak dengan kencang mengikuti irama sodokan-
sodokan batang penisku yang semakin cepat dan kuat.
"PLOKKK.. PLOKKK PLOKKKKK....." terdengar suara persetubuhan yang
semakin memanas ketika aku menunggangi tubuh mungil Nona Shasha
dengan liar dan kasar, erangan dan rintihan kecilnya terdengar begitu
merdu menggairahkan ditelinggaku. Kutusuk dan terus kutusukkan
batang penisku menyodomi liang anusnya yang sempit dan kering.
"Ahhhh... aaaaaa... Aooowwwwwww!!" Nona Shasha melolong keras
ketika aku menjejalkan seluruh batang kemaluanku ke dalam liang
anusnya yang mulai memar kemerahan akibat dihajar olehku.
"Ehmmm, Ujang...pelan-pelan dong, Oww...gggggakkkkkhhhaa....jangan
kasar gitu auhhhh" Nona Shasha mencoba merayuku di tengah suara
nafasnya yang tersendat-sendat, aku terus menyodok-nyodokkan
batang penisku merojoki liang anusnya tanpa pernah menghentikan
gerakanku sedetikpun. Semakin keras ia mengeluh, semakin kuat pula
kuhentakkan batang penisku menyodominya, sementara jariku terus
mengucek-ngucek klitorisnya, Non Shasha hanya dapat meringis
pasrah menghadapi serangan brutalku yang sedang menyodomi liang
anusnya.
"Awwww. Krrrttttt.......kkkkrrrtttttt... "kuku Nona Shasha mencakar-cakar
lantai kayu itu, punggungnya berkali melengkung terangkat ke atas,
tubuh mulusnya gemetar dengan hebat, ia seperti sedang menahan
sesuatu yang akan meledak dengan nikmat di dalam vaginanya,
terdengar suara erangan kerasnya yang menggairahkan, di sela-sela
desah nafasnya yang tersendat-sendat.
Cuurrrrttttttt crrrutttttt........, tubuh Nona Shasha mengejang ketika aku
membenamkan batang penisku dalam-dalam, telapak tanganku segera
membuka ke atas menampung cairan vaginanya yang meleleh,
kusekakan cairan vaginanya merata pada buah pantat Nona Shasha
yang bulat padat, aroma cairan vagina non Shasha tercium yang kuat di
udara membuatku semakin terlena menusuki liang anusnya yang
tersungkur-sungkur mengikuti irama sodokan-sodokan kuatku,
PLAKK..!! PLAKKK...!! PLAKKK.....!! buah pantat Non Shasha yang bulat
padat terguncang dihantam oleh selangkanganku.
"Plophhhhh" terdengar suara letupan keras ketika aku mencabut
penisku dari jepitan anus Non Shasha kemudian kupukuli buah
pantatnya seperti sedang bermain drum. Non Shasha menarik
pinggulnya ketika jari telunjukku menyentuh lingkaran otot anusnya
yang memar merekah, kutundukkan kepalaku dan kuciumi dubur Non
Shasha yang sudah teruji kelayakannya dalam memberikan kenikmatan,
liang anus yang mungil sempit.
"UJANG!" aku menolehkan kepalaku ke arah suara Non Vania yang
mendesah memanggilku, ia duduk bersandar santai mengangkang di
atas kursi sofa tua itu, kemolekan selangkangan Non Vania seakan
menghipnotisku yang merangkak mengejar wilayah intimnya.
"ahhhhhh...., UJANGhhhhhhhnn!!" kedua tangan Non Vania mendekap
dan membelai kepalaku yang terbenam di selangkangannya, kuhirup
aroma vaginanya yang segar, kujulurkan lidahku mengulas-ngulas
belahan vaginanya yang berwarna pink.
"Eummm, slllccckkk.. ckkk mmm ckkk, itu Nonn,umm siapa nama
pegawai baru, yang bule itu nyammmm.. mmmmm.. yang baru lulus
kuliah itu lohhh...muahhh" sambil menikmati hidangan vagina Non
Vania aku mencoba mengumpulkan informasi " daging segar impor"..
"Hati-hati JANG, ituuu..., ohhhh...., bias habis nanti kaa..mhuuhh
hhhsss, dia ahli bela dir" Non Vania berusaha mengingatkanku.
"Wahhh,kalau soal bela diri saya juga hebat loh Nonn...., pokoknya
Ujang mah nggak ada lawannya dehhhhh, He he he duhhhh memek!"
kuemut bibir vagina nona Vania dan kugigit kecil hingga ia terperanjat
dan menjewer kupingku, aku bangkit berdiri sambil menyodorkan
permen loli besar di selangkanganku.
"he he he.., ihhh Ujangggggg..... "
Non Vania menggeser posisinya diraihnya batang penisku, jemari
tangannya yang lentik mengelus-ngelus buah terong besar panjang
yang menghiasai selangkanganku kemudian cuppp.. cupppp.. cupppp..,
berkali-kali ciumannya mendarat di kantung pelir, batang dan dikepala
penisku, lidahnya yang basah dan hangat menari-nari melingkari
permen loli kesukaannya, dihisap dan diemutnya kuat-kuat kepala
penisku hingga bibirku yang tebal termanyun-manyun keenakan, bola
mataku mendelik ketika Non Shasha ikut mengeroyok batang penisku,
kedua tanganku membelai kepala dua orang gadis Chinese bertubuh
mungil putih mulus tengah asik menservice batang kontolku. Nona
Vania mengangkangkan sepasang paha mulusnya kesamping, kutatap
dalam-dalam matanya yang sayu, sepasang mata yang haus akan
kenikmatan, sepasang mata sipit yang mengharapkan kenikmatan
dariku. Kuletakkan kepala penisku pada belahan vaginanyakemudian
kucokel-cokel belahan vaginanya dengan kepala penisku, slopp...
slopppp....slllloooppphh...
"Ujanggg.., jangan digituin ah....aaaa"
"Abis digimanain dong Non??"
"Ya, dimasukin dong ahh, pake nanya lagi he he he" Nona Vania
mencubit lenganku yang sedang menggerayangi payudaranya.
"bener nihhh pengen dimasukin??"aku menggodanya
"He eh" ia menjawab sambil mengangguk kecil, Vaniaku yang cantik
tersenyum manis menatapku.
"Yaa udahhh kalau Non Vania maksa, saya cuma bisa menuruti
keinginan Non Vania...tahan dikit nonnnn, titit saya juga pengen masuk
ke dalam liang memek Non Vania yang peret... he he he...."
"Nnnngggghhhhh...Nnnnnnhhh...ooohhhhhhh!!" berkali-kali tubuh
mungil Vaniaku yang cantik menggelinjang dan menggigil hebat
menahan desakan kepala penisku yang berusaha merojok vaginanya,
mata sipitnya terpejam rapat-rapat, keningnya mengkerut membentuk
angka " 11", sedangkan mulutnya membentuk angka O besar disertai
desahan panjangnya yang terhembus keluar ketika batang penisku
menerobos membelah belahan liang vaginanya yang mungil, nafasnya
terengah-engah seperti sedang berlari dipacu oleh nafsu birahi yang
menggelora, butiran keringat mulai mengucur dengan deras di lehernya.
"Uhhhhhh.... Hsssshhhhh... ujaann..nnnggghhhh " tubuh mungil Vagina
menggeliat resah ketika batang penisku tertancap dengan semakin
sempurna di jepitan vaginanya.
"Gimana Nonnnn? nggak sakitkan?? rasanya cuma seperti digigit semut
aja koqqq" kedua tanganku mencapit pinggangnya.
"semutnya.., ehhh semuttt ahhhhhhhhh" Nona Vania gelagapan ketika
aku mulai mengayunkan batang penisku dengan gerakan yang liar dan
brutal, sementara Nona Shasha memeluk tubuhku dari belakang, sebuah
bisikan-bisikan mesum dibisikkannya ketelinggaku.
"Terus ujang, terussss, ewe Vania, iya betul, entot terus Jangg sampai
kamu puas, gimana rasanya jangggg, enak ya rasa memek Amoy...
hmmmmmm? ohhh UJANGGG... kamu kuat bangeeetttt..sichhhh cupp
cuppp..., cupph" Nona Shasha menciumi pundakku, aku semakin liar
mengayunkan batang penisku ketika mendengarkan desahan-desahan
mesum Nona Shasha.
"Ahhhh... Aaaaaaaaaa...sebentarrrrhhh ahhhh Ujjnnanggghhhh" Nona
Vania kewalahan menerima sodokan-sodokan liarku, bibirnya
menceracau tidak karuan, aku bertambah nafsu merojoki vaginanya
ketika mendengar rengekan-rengekan kecilnya, kupompa hingga ia
terguncang hebat dan mengejang, Crrruuuu... crrrrrrrrrrttttt...penisku
disiram oleh cairan vaginanya yang terasa panas nikmat, kuaduki
vaginanya perlahan-lahan, kuusap keringat yang mengucur deras
didahinya, kutundukkan wajahku merapat kewajahnya, bibirku
mengecupi bibir mungilnya yang termegap - megap berusaha
mengambil nafas-nafas panjang.
Kubalikkan tubuhnya menungging, kutekankan punggungnya hingga
susunya tertekan di bangku sofa, kutarik bokongnya ke atas, kutekan
buah pantatnya bagaikan seorang pedagang yang tengah membelah
buah duren, kutempelkan kepala penisku di pintu kenikmatan anal sex,
terdengar lenguhan panjang ketka perlahan-lahan kepala penisku mulai
terbenam kedalam anus Nona Vania.
"Unnnhhhhh...Ujangggggg... aaaaaaaaaaa!!" Nona Vania mendorongkan
tangan kirinya kebelakang, berusaha menahan gerakan penisku, kutarik
kedua tangannya ke belakang sambil menghentakkan batang penisku
dengan sekuat-kuatnya.
"aaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrhhhhhhhhh...................... " gejolak nafsuku semakin
meledak-ledak ketika punggung Nona Vania melengkung ke atas
disertai suara erangan kerasnya yang merdu, jantungku serasa berhenti
berdetak ketika penisku melesat menyodomi duburnya.
"ahhhhh haaaahhhhkkkk...owwwww...owwwww.....awww...aaakkk"
kutunggangi anus Vania dengan penisku, kenikmatan itu seperti asik
memeras keringat ditubuhku dan tubuhnya yang semakin basah kuyup
oleh butiran keringat yang mengucur deras, mengguyur tubuhku dan
tubuh mulusnya yang terayun dan tersentak disodomi oleh batang
penisku.
"he he he., gimana non.., asik nggak ?? " aku bertanya sambil
menggenjot-genjotkan batang penisku merojok liang anus Vania, hanya
erangannyalah yang kudengar, ia terlalu sibuk menahan serangan
liarku.
"ahhhhhhhh... aaaaaaaaaaa....Crrrrrrrr...." kujambak dan kutarik rambut
Non Vania ke belakang sambil menyentakkan penisku dalam-dalam,
kujilati belakang telinganya yang tengah menggigil mencapai puncak
klimaks, sementara batang penisku tetap terayun dengan kuat.
"DHUARRRr....!! EHAKKK CROOTTT.. KECROOTTTT....." Suara geledek
yang sangat keras membuat-ku kehilangan kendali, mataku mendelik
ketika kepala penisku "mengucapkan sumpah serapah " disertai
muncratnya spermaku menyiram liang anusnya, nafasku bersahutan
dengan nafasnya.
"Sialan....bikin kaget aja! Tolong Non" Aku menyodorkan batang
penisku yang sempat kaget dan pingsan kehadapan Nona Shasha, ia
tertawa sambil menarik batang penisku.
"He hehe. duhhh kaciannnn...kaget yaaaaa??" dengan penuh kasih
sayang Nona Shasha membelai-belai batang penisku, dielus, dijilat dan
dibelainya hingga penisku kembali berdiri dengan tegak perkasa,
cuphh, satu kecupan kecilnya mampir di kepala penisku, lidahnya
membelit melingkari kepala kemaluanku, mulutnya terbuka lebar
menganga kemudian mencaplok kontolku, kubiarkan Nona Shasha
bermain dengan batang kemaluanku yang semakin mengeras.
"Ujanggggg...aku di atas ya??" Nona Shasha meminta agar aku
terlentang di atas lantai kayu.
"Hemmmm?? Tapiii harus yang liar ya Nonnnnn!!" aku bernegosiasi
dengannnya.
"yeeee..., pake nawa segala, emangnya dipasar ?? " Nona Shasha
merangkak menaiki tubuhku yang tinggi besar seksi hitam legam,
sungguh cocok jika aku yang " ganteng" ini bersanding dengan Nona
Shasha yang cantik bertubuh mungil putih dan mulus, kedua tanganku
mendekap pinggulnya, aku tersenyum ketika ia menarik penisku,
kemudian diletakkannya kepala penisku di tengah-tengah rekahan bibir
vaginanya, ada rasa geli yang menggelitik ketika kepala penisku
mengulas belahan vaginanya, plesetttt...kepala penisku terpeleset ketika
ia berusaha memasukkan batang penisku.
"Mau dibantuin Nonnn ??"
"Nggak...nggakkk usahhh....hampir masukkk...emmmmhh!" mata sipit
Non Shasha membeliak lebar ketika aku menyentakkan batang penisku
ke atas, tubuh mungilnya menggeliat indah, kedua tangannya bertumpu
di dadaku, nafasnya tersendat-sendat ketika kedua tanganku menarik
pinggulnya untuk turun dan duduk di kursi kenikmatan di
selangkanganku. Aku menatap wajahnya yang merona merah, untuk
beberapa saat kami berdua hanya diam saling berpandangan, tanganku
mengusap-ngusap pinggangnya yang ramping.
"Ayoo Nonnn...tolong perkosa saya...he he he"
"begini ya janggg...cara merkosa kamu ?? hemmm" Nona Shasha tertawa
kecil sambil menekan kedua bahuku, kemudian ia mulai menaik
turunkan pinggulnya.
"Lebihh cepat Nonnnn!!"
"Ini juga udah cepat janggg....mmmhhh Hssshhhh...aaaahhhhh.. crrrr
crrrtttttt" belum begitu lama Nona Shasha menaik-turunkan pinggulnya
tiba-tiba ia menjerit kecil, Shashaku yang seksi mencapai klimaks, aku
mendekap tubuh mungilnya yang terkulai lemas, kupeluk erat tubuh
mungilnya yang mulus, basah dan hangat.
"waduhhhh, padahal memek Non Shasha baru turun naek sebentar,
masa udah meledak lagi he he he" aku mengusap punggungnya yang
berkeringat.
"Titit kamu kegedean sich Janggg...enakkk" Nona Shasha menggakui
kekalahannya, telapak tangannya membelai pipiku dengan lembut,
kuraih tangannya yang sedang mengelus pipiku kemudian kekecup
tangannya dengan mesra, kedua tanganku merayap semakin turun,
kutekan-tekan bokongnya sambil menyentak-nyentakkan batang
penisku keatas, kusodoki vaginanya dengan gerakan-gerakan yang
kuat dan teratur, kedua kakiku mengangkang menerima kehadiran
tubuh mungil Nona Shasha yang terlungkup tanpa daya merintih diatas
tubuh hitamku, hingga ia akhirnya kembali memekik kecil ketika batang
penisku membuat cairan vaginanya meledak - ledak dengan nikmat.
Vania merangkak dan berlutut di sisi kananku,
"Shaaaaa... geser dongggg...aku mauuuu!!" Nona Vania merengek agak
Non Shasha turun dari atas tubuhku.
"Nggak bolehhhh..., he he he" Nona Shasha menggoda Non Vania. Ia
mengeluh ketika Vania mencubit pinggulnya yang sedang bergeser dari
atas selangkanganku, Non Shasha memeluk tubuhku dari sebelah kiri,
kepalanya bersandar di dadaku, sementara tanganku membelit memeluk
tubuhnya yang mulus.
"nnnggggghhhhh.. mmmmppppphhhh...aaaaaaaaaaaahhhhhh!!" Nona
Vania menggigit bibir bawahnya ketika kepala penisku bersusah payah
menyelam ke dalam belahan vaginanya yang mungil sempit. Ia tampak
menderita ketika perlahan-lahan kepala penisku membongkar belahan
sempit di selangkangannya.
"Auhhhh.. uhhhhhhh......" tubuh Nona Vania tersentak-sentak ke atas
ketika aku menyentakkan batang penisku berkali-kali kusodokkan
penisku merojok-rojok belahan vaginanya. Nona Vania berusaha
melawan sodokanku dengan memutar dan menghempaskan vaginanya
ke bawah.
"Clepppp... cleppppp.... Cleppppp.... Nahhh ini baru benarrrr, hehehe,
Non Shasha harus belajar dari Non Vania...Weissshhhtttt!" aku kagum
dengan kelihaian Non Vania, ia begitu liar menaik turunkan pinggulnya,
jeritan-jeritan liarnya terdengar menggairahkan. Seiring dengan
hempasan-hempasan vaginanya mendesak selangkanganku.
"Ahhhhhh!! Ahhhhhhh!!, ewe akuuuu, ohhhh terusss, entotttt!! Terus
UJANGGG...terusssssss....yaaaaa.... UJANGG seperti ithuuu Ohhhh..,
nikmatnyaa!!" jeritan-jeritan Vania semakin keras, ia memekik histeris
ketika vaginanya disodoki oleh penisku.
"Woww!! Vania!" Non Shasha berlutut di sisi Vania, ia bengong
menatap Vania yang begitu liar dan binal.
"Shaaaa...peluk akuu Shaaaa... pelukkkk!!" Nona Vania berusaha
memeluk tubuh Non Shasha yang tampak risih ketika berpelukan
dengan Nona Vania yang tengah diamuk nafsu birahi.
"Ehhhh..., iniii...ehhh aduhhh mmmhppphhhh" bibir Nona Vania
mengulum bibir Non Shasha, tangan kirinya membelit tubuh mulus Non
Shasha sementara tangan kanan Vania menggerayangi lekuk liku tubuh
Non Shasha yang molek.
"Hmmmmm...Ckkkk...mmmmmhhh Vaniaaaa mmmmmpp.. ckk ckk "Non
Shasha mulai membalas melumat bibir Vania, suara decakan-decakan
mulai berkumandang dengan semakin keras ketika bibir mereka saling
berpangutan.
"Jrebbb...Blessssshhh...bluesssshh jrebbbbb...cleppp" kuladeni
hempasan-hempasan vagina Vania dengan merojokkan batang penisku
kuat-kuat ke atas, kuhantam dan terus kuhantam liang sempit di
selangkangannya.
"Owwwww.....Crrrrtttt!!" gerakan-gerakan liar Vania tiba-tiba berhenti,
kepalanya bersandar di bahu Shasha, kedua gadis cantik bermata sipit
itu saling berpelukan dengan mesra, Shasha memeluk tubuh Vania yang
terkulai dan meringis lemah.
"UJANGG...pelan-pelann dong, kasihan Vania ihh!!" Nona Shasha
memintaku memperlembut irama sodokan-sodokanku.
"Nnggg.. hakkss nggak apa Shaaaaa...nggak apa... ohhhh!!" Nona Vania
memberikan lampu hijau untukku, aku tersenyum sambil
menghentakkan penisku ke atas kuat-kuat.
"JROSSSHHHH....JREBBBBBB...JREBBBBBBBBBB....ooww!!" Nona Vania
melolong liar ketika penisku menyodoki vaginanya dengan kasar,
kulesatkan dan kupanah memek sempitnya dengan penisku yang masih
mengacung perkasa tanpa mempedulikan lolongan-lolongan liar Non
Vania.
Bergantian mereka menunggangi batang penisku yang memacu mereka
hingga bergantian mencapai puncak klimaks, bahkan kini Nona Vania
menjejalkan vaginanya ke mulutku, kucaplok vaginanya dan kulahap
selangkangannya.
"Unnnhhhh...crrrr...crrrrr...." Nona Vania meledakkan cairan
kewanitaannya cairan gurih itu meleleh ke dalam mulutku, kuseruput
dan kutelan cairan gurih penambah tenaga itu, setelah berhasil
menguasai diri Nona Vania meggeser tubuhnya ia berbaring di
pelukanku sebelah kanan, kedua matanya terpejam rapat, bibir
mungilnya tersenyum puas.
"aaaaaaaaa....crrrrrrrrr.. crrrrrrrrr" Nona Shasha ambruk menindihku,
cairan vaginanya menyiram batang penisku, kupacu dan kurojokkan
penisku kuat-kuat, kupacu vaginanya hingga tubuh mulusnya kelojotan
menggeliat gelisah di atas tubuhku.
"Crooottttt...kecrootttttt!!" spermaku meledak berkali-kali di dalam
vagina Shasha, kedua tanganku memeluk erat-erat tubuh mulus kedua
gadis cantik berwajah oriental itu yang sudah terlebih dahulu terkulai
puas, aku berbaring di atas lantai kayu sambil memeluk erat-erat tubuh
mungil mereka yang putih mulus tanpa cela, sesekali tangan kedua
gadis bermata sipit itu mengelus dan menarik-narik batang penisku
sambil tertawa nakal.
(Hmmmmmm..., jadi cewe bule itu namanya.... )" dalam hati kuukir nama
seorang gadis cantik berambut pirang yang baru lulus kuliah dan
bekerja diperusahaan XXXX tempatku mencari nafkah dan mencari
kenikmatan ^_^, aku tersenyum sambil mengecupi kening Non Shasha
dan Non Vania yang sudah tertidur pulas, terlelap dalam pelukan nafsu
liarku.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.