Rabu, 04 Maret 2015

predator sekolah:kepsek mesum

Predator Sekolah: Kepsek Mesum
Suatu hari di suatu sekolah menengah atas tepatnya di ruang
kepala sekolah tampak seorang pria berumur 45 tahun sedang
merenung, entah apa yang sedang dia pikirkan. Wajahnya
tampak gelisah, dengan raut muka serius duduk di belakang
meja kerjanya yang nyaman. Namanya Pak Risman
Kusbiantoro, berkulit sawo matang berperawakan tinggi
dengan perut yang agak buncit. Sudah dua tahun Pak Risman
menjadi kepala sekolah di SMA tersebut. Namun entah
mengapa baru hari ini dia mulai berpikir mesum.
"Mungkin ini gara-gara film porno yang aku tonton tadi
malam", begitulah pikirnya.
Sejak pagi tadi Pak Risman tidak hentinya berpikiran jorok
ketika bertemu dengan para guru-guru perempuan di sekolah
tersebut.
"Aku rasanya ingin sekali mencicipi tubuh-tubuh sexy mereka"
kata-kata itu selalu muncul ketika Pak Risman bertemu
dengan para guru perempuan di sekolah itu yang rata-rata
masih muda.
Hingga suatu saat dia mulai tersenyum, terbersit dalam
pikirannya bagaimana cara untuk bisa menikmati para guru
tersebut. Dia mulai berpikir jika kekuasaan yang dia miliki di
sekolah itu bisa dia jadikan senjata untuk mengajak para guru
wanita di sekolah tersebut naik ranjang.
##############
Jam istirahat sekolah telah tiba dengan ditandai bunyi nyaring
bel tanda istirahat. Murid-murid berhamburan menuju kantin
sekolah, begitupun para guru mulai berkumpul di ruangan
kantor guru. Begitupun tak ketinggalan dengan Bu Ernita,
seorang guru honorer mata pelajaran bahasa inggris di
sekolah itu, berusia 28 tahun, berperawakan tinggi langsing,
berkulit putih dengan rambut sebahu yang biasanya disanggul
kalau sedang mengajar, tak ketinggalan kacamata yang
menambah anggun wajahnya. Hari itu Bu Ernita tengah
berbincang dengan sesama rekannya di kantor guru. Ada Pak
Hamdan dari bagian kurikulum dan juga Bu Astri yang
mengajar mata pelajaran matematika. Ketika sedang asik
berbincang-bincang datanglah Mang Yono yang merupakan
penjaga sekolah di sekolah tersebut.
"Maaf ganggu nih, Bu Ernita dipanggil sama Pak Risman
katanya bu" Mang Yono langsung memotong pembicaraan
mereka.
"Wah ada apa ya mang? Tumben nih Pak Risman panggil
saya" sahut Bu Ernita dengan senyuman manisnya.
"Waduh bu,saya juga kurang tau" jawab Mang Yono sambil
garuk-garuk kepala cengengesan namun matanya tanpa
disadari guru-guru yang ada disitu tengah melirik gumpalan
payudara Bu Ernita yang walaupun tertutup baju seragam
mengajarnya tetap terlihat membusung menggemaskan.
"Hmmm...baik Mang saya sebentar lagi ke sana" sahut Bu
Ernita sambil kemudian berpamitan kepada Bu Astri dan Pak
Hamdan.
"Tok...tok...tok.." Pintu ruangan kepala sekolah itu diketuk
dari luar, sesaat kemudian masuklah seorang wanita cantik
berseragam abu-abu khas pengajar dan rambut disanggul
dengan kacamata yang menghiasi wajahnya.
"Oh...Bu Ernita, mari silakan duduk bu" suara berat
menyambutnya.
"Bapak panggil saya ada keperluan apa ya?" sahut Bu Ernita
sambil duduk di depan meja kepala sekolah tersebut.
"Eh anu bu ada hal penting yang harus saya sampaikan sama
ibu dan rekan-rekan lainnya, nanti akan saya panggil satu
persatu" kata Pak Risman dengan nada bicara dibuat
seberwibawa mungkin.
"Oh...hal penting apa pak?" Bu Ernita tampak penasaran.
Pak Risman mulai menjelaskan tentang hal yang harus dia
sampaikan kepada para guru khususnya para guru honorer di
sekolah tersebut. Menurutnya pihak yayasan sudah
memberikan keputusan jika di sekolah tersebut harus mulai
berhemat dalam segi pengeluaran, yang berimbas terhadap
pengurangan staff pengajar.
"Jadi artinya saya diberhentikan pa"? Bu Ernita mulai
bertanya.
"Bisa ya bisa juga tidak" jawab Pak Risman tenang.
"Jadi bagaimana Pa?" Bu Ernita mulai penasaran.
"Saya akan menyeleksi para guru disini bu, karena saya diberi
wewenang dalam mengambil keputusan itu" jawab Pak
Risman dengan jumawa.
Lalu Pak Risman mulai menjelaskan secara mendetail
tahapan-tahapan seleksi tersebut, bagaimana cara
penilainnya dan sebagainya. Bu Ernita tampak serius
mendengarkan penjelasan dari Pak Risman, hingga suatu saat
bu Ernita mulai penasaran dengan apa yang dikatakan kepala
sekolah tersebut.
"Tapi jika ibu
tak keberatan
saya punya
cara lain agar
ibu bisa lolos
seleksi dan
tetap
mengajar di
sekolah ini"
itulah kata-
kata terakhir
dari
penjelasan pak
Risman yang
panjang lebar.
Dengan
penasaran dan
wajah bersinar
bu Ernita pun
bertanya, "apa
itu pa?".
"Ibu harus mau tidur dengan saya" jawab pak Risman dengan
tenang dan senyum menjijikan.
Bagai petir di siang bolong bu Ernita mendengar kata-kata itu,
ia tak menyangka jika orang yang selama ini ia anggap
sangat terhormat bisa berkata semenjijikan itu.
"Jangan harap itu terjadi Risman" ucap guru bahasa inggris
tersebut dengan nada tinggi dan amarah yang menggebu.
"Ternyata anda sangat menjijikan" lanjutnya.
Namun amarah bu Ernita ditanggapi dengan sangat tenang
oleh pak Risman, ia telah mengantisipasi jika hal itu akan
terjadi.
"Hmmm...baik kalau itu mau bu Ernita, saya tidak apa-apa
jika ibu menolak" ungkapnya dengan tenang.
Lalu sambil beranjak dari tempat duduknya dia memaparkan
semua kemungkinan yang akan terjadi jika ajakannya itu
mendapat penolakan.
"Saya tidak apa-apa bu, silahkan ibu mengikuti seleksi akan
tetapi saya pastikan kalau ibu akan jadi orang pertama yang
saya nyatakan gagal" ungkapnya dengan senyum memuakan.
"Silahkan ibu pikirkan kembali".
Bu Ernita tampak merenung, pikirannya kacau balau. Ia mulai
memikirkan masa depannya, bagaimana keluarganya, anak
semata wayangnya yang baru berusia empat tahun, dan
suaminya yang saat ini tengah menganggur akibat terkena
PHK dari tempatnya bekerja.
"Siapa yang akan menafkahi keluargaku?" Pikirnya.
Pikiran bu Ernita seketika buyar ketika mendengar bel tanda
masuk berbunyi. Tanpa ia sadari sudah 1 jam ia berada di
ruangan kepala sekolah mesum ini.
"Bagaimana bu Ernita? Mau terima tawaran saya atau anda
akan mengikuti seleksi yang sia-sia itu?" Tanya pak Risman
dengan senyum yang menjijikan. "Silahkan ibu kembali
mengajar, saya tunggu sepulang sekolah disini ya bu" ujarnya
dengan masih mengembangkan senyum khasnya.
Dengan tak berkata apapun bu Ernita meninggalkan ruangan
kepala sekolah tersebut, langkahnya lemah tak bergairah.
Beberapa murid dan sesama guru yang menyapanya ia jawab
seadanya dan dengan senyum yang dipaksakan. Sampai pada
suatu ketika ia berpapasan dengan bu Linda, seorang guru
honorer mata pelajaran bahasa Indonesia yang juga seorang
janda muda belum mempunyai anak yang dikenal banyak
orang sebagai wanita yang gampang diajak naik ranjang.
Dalam pikiran bu Ernita terbersit jika bu Linda ini bisa jadi
orang yang lolos seleksi kepala sekolah mesum itu. Lalu mulai
timbul rasa iri di hati bu Ernita.
"Ini dia sainganku" begitulah kira-kira pikirnya.
"Eh bu Erni, katanya tadi pak Risman manggil ibu? Ada apa
ya? Terus katanya semua guru juga akan dipanggil
menghadap, ada apa bu?" Tanya bu Linda nyerocos.
Lalu bu Ernita pun menceritakan hal yang dibicarakan bapak
kepala sekolah itu tadi akan tetapi iya tidak menceritakan
semuanya apalagi tentang ajakan jalan pintas pak Risman
terhadap dirinya.
"Wah...bu Erni bisa jadi sainganku nih" ucap bu Linda jujur.
"Ah bu Linda saya pamit dulu, anak-anak sudah nunggu
pelajaran saya di kelas" jawab bu Ernita tak menanggapi
ucapan bu Linda sambil beranjak menuju ke kelasnya.
Waktu tak terasa berlalu, bel tanda jam pelajaran terakhirpun
sudah berbunyi. Para murid berhamburan meninggalkan
sekolah tersebut, begitu pula para guru. Di ruang guru hanya
tersisa beberapa orang guru saja yang sekarang tengah
bersiap pulang tak terkecuali bu Ernita.
"Bu Erni yuk pulang bareng, kebetulan suami saya jemput
bawa mobil" ajak bu Indah seorang guru cantik yang baru
saja menikah. "Oh..engga..eh silahkan bu duluan saya masih
ada kerjaan ngoreksi hasil ulangan anak-anak" jawab bu
Ernita tergagap karena pikirannya sedang menerawang.
"Kalau gitu saya duluan ya bu" ungkap bu Indah yang dibalas
dengan anggukan dan senyum manis bu Ernita.
Bu Ernita mengambil ponselnya dan memberi tahu suaminya
di rumah jika ia kemungkinan pulang agak sore dikarenakan
ada rapat dengan staff guru di sekolah, dan tentu saja itu
berbohong. Ia keluar dari ruang guru, namun ia berbelok ke
ruang kepala sekolah setelah melihat-lihat kanan kiri dan
memastikan tidak ada yang melihatnya ia mulai mengetuk
pintu ruang kepala sekolah tersebut.
"Masuk bu Ernita" suara dari dalam menjawab ketukan di
pintu ruangan tersebut seakan-akan yang di dalam tahu kalau
yang datang itu dirinya.
"Hmmm...bu Ernita,mari bu sini dan kunci pintunya" ucap pak
Risman yang melihat bu Ernita masuk ruangannya.
Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya bu Ernita menurut
mengunci pintu dan menghampiri pak Risman yang tengah
duduk di sofa ruangan kepala sekolah tersebut sambil
menikmati sebatang rokok. Hatinya menjerit lirih, hari ini ia
akan menghianati suaminya dan menyerahkan
kehormatannya.
"Maafkan mamah pah" begitulah kata hatinya ketika
mengingat suaminya.
"Oh bukan disitu bu duduknya,tapi disini" ungkap pak Risman
sambil menepuk-nepuk pahanya ketika melihat bu Ernita
hendak duduk di sofa.
Dengan gontai bu Ernita melangkah mendekati pak Risman
dan mendaratkan pantatnya yang semok itu menyamping di
pangkuan pak Risman.
"Sudah lama saya menginginkan ini bu Ernita, ibu terlihat
sangat sexy dan menggairahkan" ucap kepala sekolah
tersebut sambil merangkulkan tangan kirinya di pinggang bu
Ernita dan mengelus bongkahan pantatnya yang semok.
Tak ketinggalan tangan kanannya mengelus pipi bu Ernita dan
mengusap air matanya lalu berakhir di daun telinga, jari
gemuknya mengelus leher jenjang wanita itu yang
menggiurkan.
"Tak usah menangis bu, nikmati saja" ucap pak Risman
sambil kembali mengusap air mata bu Ernita.
Dengan suara bergetar bu Ernita akhirnya angkat bicara
"sudahlah pak jangan merayu, kita mulai saja agar semuanya
cepat selesai dan bapa puas".
Pak Risman menyeringai penuh kemenangan, lalu dengan
tangan kirinya dia mendorong kepala bu Ernita ke arahnya dan
mulai mencium bibir ranum dan tipis wanita itu. Tangannya
mulai menjamah semua bagian tubuh bu Ernita. Tanpa
disadari bu Ernita gairahnya mulai merangkak naik seiring
dengan usapan dan jamahan tangan pak Risman di tubuhnya.
Ciuman mulai berubah menjadi pagutan. Air mata bu Ernita
mereda, sekarang ia mulai melayani pagutan-pagutan ganas
pak Risman. Bunyi kecipak air liur mulai terdengar bahkan
sayup-sayup mulai terdengar desahan bu Ernita ketika pak
Risman meremas payudarnya dengan kasar dari balik
seragam.
"Ohhhh..ahhh...yaaahhh" desahan bu Ernita mulai keluar.
Rupanya pak Risman sangat piawai memancing gairah
perempuan, terlihat dari gerakan bu Ernita yang tadi tampak
terpaksa justru sekarang berbalik menjadi memaksa pak
Risman untuk bercumbu dengannya. Tanpa sadar jari-jari
lentik bu Ernita mulai mempereteli kancing baju pak Risman.
Ia sangat bergairah dan ingin segera mengeluarkan hasrat
yang paling liar dari dalam dirinya yang selama ini dikenal
sebagai sosok pengajar yang alim. Air liur keduanya
bercampur bahkan tampak meleleh di dagu keduanya.
"Oh bu Ernita...kau sangat bergairah sekali" ucap pak Risman
di sela-sela pagutannya.
"Jangan banyak omong pak, mari kita selesaikan" jawab bu
Ernita beringas.
Pergumulan itu berlanjut. Pak Risman kini sudah bertelanjang
dada. Perut buncit dan dadanya yang berbulu itu kini sedang
dijilati bu Ernita dengan buas. Tak ketinggalan tangan kanan
pak Risman kini tengah memainkan vagina bu Ernita dari balik
celana panjang abu-abu yang senada dengan bajunya.
Tangan bu Ernita tanpa sadar mempereteli kancing bajunya
sendiri dan membukanya, tak ketinggalan juga ia membuka
BH-nya. Seakan mimpi pak Risman memelototi payudara
ranum berputing coklat indah yang meloncat di hadapannya.
Bu Ernita melepaskan pagutannya, lalu kedua tangannya
meraih kedua payudara ranum itu dan meremasnya,
pandangan sayu dan senyum menggoda mengembang,
dengan kerlingan mata binal ia melirik pak Risman dan dengan
desahan lirih ia mulai berkata menggoda
"ko diliatin terus pak? Inikan jalan pintas buat saya agar tidak
bapak pecat? Ayo nikmati pak Risman yang terhormat" seru
bu Ernita sambil tidak hentinya meremas payudara ranumnya.
Dengan tangan bergetar pak Risman menggerakan tangannya
menggapai payudara bu Ernita yang tadinya sangat terpaksa
justru sekarang tampak binal. Ia seperti merasa ini mimpi.
Awalnya ia berpikir kalau bu Ernita akan susah untuk
ditaklukan. Kini pak Risman tengah asik menyusu di payudara
bu Ernita yang sedang mendesah seperti orang kepedesan
menikmati lumatan dan sedotan mulut pak Risman di
payudaranya. Keduanya mulai tak sabar. Pak Risman
menurunkan bu Ernita dari pangkuannya dan dengan terburu
menelanjangi dirinya sendiri. Begitupun bu Ernita yang
membuka rok dan celana dalam hitamnya dengan gaya yang
menggoda sambil duduk di atas sofa ruangan kepala sekolah
tersebut yang walaupun ber-AC tapi kini malah terasa sangat
panas bagi mereka berdua. Bu Ernita tampak kaget sekaligus
kagum ketika pak Risman sang kepala sekolah mesum berdiri
di hadapannya sambil mengocok pelan kemaluannya.
"Hmmm...ah besar sekali pak" ucap bu Ernita sambil
menggerakan tangannya menggapai kemaluan pak Risman
lalu mengocoknya dengan lembut.
Dalam pikiran bu Ernita ia sangat mengagumi kemaluan
kepala sekolahnya yang besar dan panjang, bahkan telapak
tangannya pun tak mampu untuk menggenggamnya,
"ini sangat berbeda dengan kontol suamiku, ini sangan
panjang, besar, hitam dan berotot. Yah...inilah kontol yang
selama ini aku inginkan mengobok-obok memekku" itulah pikir
bu Ernita.
"Bu Ernita,maukah ibu nyepong kontol saya?" Pertanyaan pak
Risman mengagetkan lamunan bu Ernita lalu ia mengangguk
dan tersenyum menggoda. Bu Ernita menyuruh pak Risman
duduk di sofa dan menaikan kakinya mengangkang. Lalu ia
turun dan berlutut di depan pak Risman yang tengah
mengangkang di atas sofa. Bu Ernita mulai memperlihatkan
kehebatannya memuaskan kaum pria. Ia jilat semua bagian
kemaluan pak Risman mualai dari biji pelir hingga ujungnya
dan diakhiri dengan kuluman dan sedotan yang dahsyat.
Beberapa menit berselang pak Risman menyudahi bu Ernita
yang tengah asik melumat kemaluannya. Ia suruh bu Ernita
naik ke atas sofa dengan kepala dan tangan ada di sandaran
sofa tersebut dan tubuh menungging menunjukan lubang
kemaluan yang berbulu tipis dan lubang anus yang coklat
mengerucut menggoda menawarkan berjuta kenikmatan.
Tanpa disangka wajah ayu guru Bahasa Inggris itu menoleh
dan tersenyum ke arah pak Risman yang tengah mengagumi
semoknya tubuh telanjangnya.
"Pak, ko saya jadi kaya pelacur?" Ucap bu Ernita dengan
senyum dan desah menggoda.
"Kamu memang pelacur bu Ernita. Pelacur buat saya" ungkap
pak Risman sambil membenamkan wajahnya di pantat semok
bu Ernita.
Dengan buas pak Risman menjilati dan menyedot lubang
vagina bu Ernita, bahkan sesekali ia juga menjilat lubang
anusnya. Diperlakukan seperti itu bu Ernita sangat senang
hatinya malah berbunga dikatakan sebagai pelacur, bahkan
ketika jari telunjuk tangan kanan pak Risman menerobos
lubang anusnya sambil menyedot lubang vaginanya ia malah
mendapatkan orgasme yang hebat sehingga air
kenikmatannya menyembur membasahi wajah kepala sekolah
tersebut.
"Ahhhh...ahhh...nikmat sekali pak..hmmm..." Desah bu Ernita
ketika orgasmenya tiba.
Dengan lemas bu Ernita membalikan badannya dan duduk
menyender di sofa, begitupun dengan pak Risman. Mereka
duduk berpelukan mengistirahatkan sejenak tubuh mereka.
Sambil istirahat tak henti-hentinya bu Ernita mengelap wajah
pak Risman yang semakin jelek karena terkena semburan air
kenikmatan miliknya, dan sesekali menciumi laki-laki mesum
tersebut.
"Wah kayanya bu Ernita berbakat jadi pelacur,gimana kalau
saya jadi germonya" terang pak Risman dengan cengengesan.
Tapi bukannya marah dengan perkataan tersebut bu Ernita
malah menanggapinya dengan santai dan nampak senang.
"Aaa..bapak"," tapi kalau saya jadi pelacur masih boleh kan
saya ngajar di sekolah ini pak, siapa tau sambil ngajar saya
bisa sambil melacur buat murid,guru dan staff di sekolah
ini...kan lumayan".
"Waduh bu Ernita ini jadi seneng ya kalau banyak yang
ngentot" tanya lagi pak Risman sambil tangannya tak berhenti
meremas payudara bu Ernita.
"Sssst...udah ah pa, denger entot-entotan rame-rame saya
jadi pengen ni" jawab bu Ernita dengan kerling menggoda.
Selang beberapa menit merekapun kembali berpagutan panas,
dan tak lama kemudian pak Risman mengatur posisi bu Ernita
di atas sofa. Ia kembali ditunggingkan. Sementara pak Risman
telah siap dibelakang bu Ernita dengan kemaluan tegak
mengacung di depan lubang vagina bu Ernita yang
menungging menantang.
"Bu saya tusuk sekarang ya" sambil berkata demikian pak
Risman mendorong kemaluannya memasuki vagina legit bu
Ernita.
Tampak bu Ernita memejamkan mata dan membuka mulutnya
membentuk huruf O merasakan mili demi mili kontol panjang,
hitam, besar,dan berurat milik pak Risman memasuki
vaginanya. Setelah ujung kemaluan pak Risman terbenam
semua di dalam vagina bu Ernita, ia mendiamkannya sesaat
untuk meresapi pijatan dan kehangatan vagina guru bahasa
Inggris tersebut. Setelah dirasa cukup, pak Risman mulai
menggerakan pinggulnya secara perlahan.
Tiap detik berlalu penuh kenikmatan. Pak Risman terus
meningkatkan tempo genjotannya di vagina bu Ernita yang
legit, hangat dan basah. Desahan mulai terus terdengar di
ruangan tersebut. Bu Ernita mengimbangi kebrutalan genjotan
pak Risman dengan goyangan pinggulnya. Selang 5 menit
mereka berganti gaya. Kini gantian bu Ernita berada di atas,
dia memamerkan goyangan erotisnya dalam memuaskan pak
Risman. Sambil meremasi payudaranya ia bergoyang dan
selang beberapa menit bu Ernita mendapatkan orgasmenya
kembali di atas tubuh pak Risman. Kali ini pak Risman tidak
mau memberi bu Ernita kesempatan beristirahat, ia
membalikan posisinya dan langsung menghajar vagina bu
Ernita dengan kemaluan besarnya.
"Aaaahhh...ohhh...ampun..yah..enak...oh" desahan bu Ernita
mulai tak terkendali
Orgasme-orgasme susulan datang bertubi-tubi hingga
akhirnya pak Risman menggeram sambil memuntahkan lahar
kenikmatannya di dalam tubuh guru bahasa Inggris tersebut,
tubuh buncitnya ambruk menindih bu Ernita. Hingga selang
beberapa menit ia mencabut kemaluannya tersebut dan
berjalan memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai
ruang kepala sekolah tersebut. Setelah keduanya beristirahat
sejenak dan berpakaian tak ada satupun yang berbicara
hingga bu Ernita mulai mengeluarkan suara yang terdengar
bergetar.
"Bagaimana, apa bapak puas? Apa saya berhasil melewati
seleksi ini pak".
Pak Risman terkekeh menjijikan, lalu memeluk bu Ernita dan
berbisik, "saya sangat puas bu, tapi ibu masih punya lubang
satu lagi yang belum saya coba. Sekarang kita pulang bu,
suami bu Ernita sudah nunggu pastinya di rumah, mungkin
besok atau lusa saya cicipi lagi ya".
Perasaan kesal mulai timbul kembali di hati bu Ernita, ia
merasa dipermainkan oleh pak Risman. Akhirnya mereka
pulang ke rumah masing-masing dengan membawa perasaan
berbeda di kedua hati mereka. Namun tanpa mereka sadari
setelah mereka beranjak dari ruangan itu nampak seseorang
cengengesan sambil menonton video dalam ponselnya hasil
rekamannya sendiri
####################
Keesokan harinya
Jam menunjukan pukul 09.30. Di waktu yang masih relatif
pagi itu dua insan berlainan jenis sudah mengumbar birahi.
Tepatnya di ruang kepala sekolah suatu sekolah menengah
atas. Ya siapa lagi kalau bukan pak Risman si kepala sekolah
mesum dan si semok bu Ernita sang guru bahasa Inggris.
Saat itu bu Ernita tengah menungging di sofa ruang kepala
sekolah, pakaiannya masih lengkap hanya beberapa kancing
baju seragam mengajarnya saja yang terbuka dengan BH
tersingkap sehingga menampakan payudara mulusnya
bergelantungan ke sana kemari. Rambutnya yang masih
dalam keadaan disanggul ke belakang sedikit kusut, beberapa
helai nampak telah jatuh di atas dahinya yang telah
bercucuran keringat. Rok yang dipakainya telah diangkat
menggantung di pinggangnya, sementara celana dalam
hitamnya masih menyangkut di lutut wanita itu. Di
belakangnya tampak seorang pria buncit berkulit sawo
matang berusia 45 tahun tengah menyodok-nyodokan
kemaluan besar, hitam dan panjangnya ke lubang nikmat nan
legit milik guru bahasa Inggris yang cantik dan seksi tersebut.
Kurang lebih sudah 30 menit mereka mengumbar nafsu di
ruangan tersebut. Bahkan sudah dua kali bu Ernita mengalami
orgasme oleh kemaluan sang kepala sekolah mesum itu.
Cairan putih licin dan lengket yang keluar dari vaginanya kini
meleleh di paha bu Ernita. Suara kulit paha membentur pantat
kenyal terdengar bersahutan dengan suara desahan dan
erangan penuh kenikmatan bu Ernita. Ini baru hari kedua bu
Ernita digauli pak Risman, dimana kemarin siang untuk
pertama kalinya dia menyerahkan kehormatan yang selama ini
dia jaga dan hanya dia berikan untuk suaminya kepada pak
Risman dengan diiming-imingi lolos seleksi pengajar di
sekolah itu yang tentu saja itu hanya akal-akalan pak Risman
untuk menikmati tubuh sexy, semok dan menggiurkan bu
Ernita. Namun biarpun baru dua kali bu Ernita digagahi kepala
sekolahnya tersebut ternyata ia sudah mulai ketagihan dengan
ukuran kemaluan pak Risman yang jauh lebih panjang, besar
dan lebih perkasa dari suaminya. Ia kini tampak pasrah dan
menikmati setiap sodokan kemaluan pak Risman pada lubang
kenikmatannya. Kata-kata kotor dan binal keluar dari mulut
ranum dan tipis bu Ernita disertai senyuman nakal dan kerling
mata menggoda lawan jenisnya.
"Uuuh...yahhh...soddok terushh pak...kontolnya enak" racau
bu Ernita ketika pak Risman menggenjotnya dengan kecepatan
sedang.
"Hmmm...bu Ernita ternyata doyan kontol gede.." Jawab pak
Risman dengan senyum menjijikannya sambil terus
menghujam-hujamkan kemaluan besarnya di lubang legit bu
Ernita.
"Ohhh...yah pak...ssaya..suka..kontol gede..seperti punya
bapak...ooohhh..yaahhh.." Racau bu Ernita terputus-putus.
Ternyata kenikmatan akhirnya mengubah bu Ernita yang
tadinya merupakan seorang istri dan guru yang alim dan
terhormat kini malah tampak seperti pelacur binal yang
memuja kenikmatan seksual dari lawan jenisnya.
"Ahhh...kontol enak...aku keluar lagi pak..". Bu Ernita
mengerang, bola matanya terbalik, kepala menengadah
dengan mulut terbuka ketika kemaluannya berdenyut-denyut
menyemburkan cairan orgasme yang ketiga kalinya di pagi itu.
Namun tanpa ampun pak Risman bukannya menghentikan
sejenak genjotannya, akan tetapi ia malah menambah
kecepatannya dalam menghentak pantat bu Ernita yang kini
mulai tersungkur dan meringis dikarenakan gesekan pada
dinding vaginanya mulai terasa panas.
"Oh...ampun pak..cepet keluarin pejuhnya oh" racau bu Ernita
sambil meringis-ringis.
Namun pak Risman malah semakin beringas melihat bu Ernita
tersiksa dengan genjotannya.
"Tenang saja bu...masih ada setengah jam lagi kan sebelum
jam istirahat?" ucap pak Risman sambil menaikan ritme
genjotannya dan mencengkram pantat putih mulus nan semok
bu Ernita.
Ruang kepala sekolah tersebut memang letaknya agak jauh
dari ruang-ruang yang lainnya di sekolah tersebut sehingga
jarang sekali ada orang yang lewat di depannya. Namun hari
itu entah merupakan kesialan atau keberuntungan bagi Rizal
Ferianto, seorang murid kelas 2 SMA tersebut. Rizal
bermaksud menyerahkan tugas perbaikan kepada bu Ernita
dikarenakan nilainya jeblok pada mata pelajaran bu Ernita.
Setelah mencari di kantor guru dia tidak mendapati bu Ernita
di sana, namun salah satu staff tata usaha di sekolah itu
mengatakan kalau bu Ernita tengah menghadap kepala
sekolah. Rizal bergegas menyusul bu Ernita ke ruang kepala
sekolah karena dia tak ingin ketinggalan mata pelajaran bu
Astri guru favoritnya. Namun ketika hendak mengetuk ruangan
kepala sekolah tersebut, sayup-sayup Rizal mendengar suara
desahan wanita dari dalam ruangan tersebut dan diikuti
geraman seorang pria. Rizal yang penasaran akhirnya
mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu. Ia kemudian
mengintip melalui jendela yang terletak di pinggir ruangan
tersebut. Seperti disambar gledek perasaan anak itu kagetnya
bukan main melihat adegan yang terjadi di dalam ruangan
tersebut. Guru yang dia cari ternyata tengah berada di atas
tubuh buncit kepala sekolahnya yang terlentang di sofa
ruangan itu dengan mulut dipenuhi kemaluan kepala
sekolahnya. Vaginanya tengah menduduki wajah kepala
sekolah itu yang asik menjilat dan menyedot cairan yang
keluar dari dalamnya. Adegan demi adegan ia lihat dari balik
jendela itu sambil mengelusi kemaluannya sendiri. Ia tak
percaya kalau guru yang kesehariannya alim tersebut bisa
berlaku binal dengan seorang kepala sekolah bahkan lebih
mirip pelacur ketimbang seorang guru.
Sementara itu di dalam ruangan kepala sekolah tersebut
kedua insan yang sedang memacu birahi itu tidak menyadari
kalau kegiatannya tersebut tengah ada yang mengintip.
Mereka semakin panas melakukan persetubuhan itu, bahkan
saat ini bu Ernita sedang menghentakan pantanya di
pangkuan pak Risman dengan posisi membelakanginya.
Tampak sekali senyuman senang dari bu Ernita mendengar
pak Risman melenguh-lenguh menikmati goyangan pantat
semoknya.
"Ouh...bu Ernita pintar sekali bergoyang...kontol saya tak
ku..at lagih bu" ungkap pak Risman ketika kemaluannya akan
menyemburkan isinya.
"Hmmm...baru digoyang memek udah kelojotan pak, gimana
kalo di goyang lubang ini" ujar bu Ernita sambil menunjukan
lubang pantatnya di hadapan pak Risman dan menusuk-
nusukan jari manis tangan kirinya ke lubang pantatnya
sendiri.
"Tahan sebentar lagi saya juga nyampe pak...ouuuhhh" ucap
bu Ernita lagi sambil memperhebat goyangan erotis di atas
kemaluan pak Risman.
Akhirnya dalam waktu yang hampir bersamaan keduanya
mengalami orgasme yang hebat bertepatan dengan bel tanda
istirahat sekolah tersebut berbunyi. Setelah beristirahat
beberapa menit tampak di ruangan itu bu Ernita tengah duduk
bersimpuh di lantai di hadapan pak Risman yang duduk di
sofa masih belum mengenakan celana dan mengelus-elus
rambut bu Ernita yang tengah membersihkan kemaluan kepala
sekolah tersebut dengan bibir dan lidahnya.
"Kamu hebat bu Ernita" ungkap pak Risman sambil mengelus-
ngelus kepala bu Ernita.
"Terimakasih pak" jawab bu Ernita singkat sambil tersenyum
senang dan melanjutkan tugasnya kembali membersihkan
kemaluan pak Risman.
Hatinya sangat berbunga-bunga ketika mendapat pujian itu,
entah kenapa ia kini malah senang jika dirinya dilecehkan oleh
lawan jenisnya.
"Bu nanti kalau di kantor bertemu bu Astri tolong suruh dia
menghadap saya ya" ucap pak Risman sambil tersenyum
menerawang membayangkan korban berikutnya yang akan dia
nikmati.
"Baik pak, ta..tapi..." ucap bu Ernita terpotong.
"Tapi apa bu?" tanya pak Risman yang melihat bu Ernita
tertunduk.
Lalu bu Ernita memandang mata kepala sekolah mesum itu
dan tersenyum genit dengan kerlingan mata binalnya, dan
berucap "kalau bapak udah dapet jatah dari bu Astri...saya
pelacur bapak yang pertama kasih jatah juga ya pak".
Mendengar itu gelak tawa menjijikan keluar dari mulut pak
Risman sambil manggut-manggut dan menepuk-nepuk kepala
bu Ernita yang tengah tersenyum nakal. Dan diluar ruangan
itu rizal pun ikut tersenyum.
#######################
Bertepatan dengan jam istirahat sekolah bu Ernita keluar dari
ruang kepala sekolah dengan wajah berseri-seri, ia tak habis
pikir kenapa dirinya jadi sangat menyukai bersetubuh dengan
pak Risman. Padahal dari segi penampilan sudah jelas sekali
kalau pak Risman bukanlah laki-laki idaman, tapi lain halnya
jika bu Ernita berpikir kearah kemaluan dan keperkasaan pak
Risman.
"Uuuuh...ko aku jadi ngawur gini...hihihi" gumamnya.
Saat itu di ruang guru memang sedang ramai karena di jam
istirahat seperti sekarang ini para guru berkumpul di sana.
Mata bu Ernita menyapu sekeliling ruangan mencari-cari
seseorang yang tadi diamanatkan pak Risman.
"Eh bu Ernita, darimana aja dari jam sembilan gak keliatan"
sapa seseorang sambil menepuk bahunya.
Bu Ernita menoleh dan tersenyum kepada orang tersebut yang
tak lain adalah bu Linda seorang guru bahasa Indonesia di
sekolah tersebut. Sepintas tentang bu Linda, ia adalah
seorang janda muda yang belum mempunyai keturunan.
Tinggi badannya hampir sama dengan bu Ernita, mempunyai
wajah oval dan hidung mancung dengan bibir sensual yang
selalu ia hiasi dengan lipstik tebal. Namun yang membuat bu
Linda jadi pusat perhatian adalah ukuran payudaranya yang
besar menonjol di balik baju seragam mengajarnya, yang
membuat semua laki-laki berkhayal untuk menjamahnya.
"Eh bu Linda, hmmm tadi aku dipanggil lagi buat test sama
bapak kepala sekolah..katanya sih buat seleksi itu" papar bu
Ernita menjelaskan.
"Oh...terus-terus gimana testnya bu?" tanya bu Linda
penasaran.
"Yaaa...gitu aja test, nanti juga ibu bakal dipanggil ko" jawab
bu Ernita dengan tersenyum ramah pada rekannya, padahal
dalam pikirannya ia tengah membayangkan bagaimana nanti
bu Linda akan digagahi pak Risman.
"Ngomong-ngomong bu Linda lihat bu Astri gak?" Bu Ernita
balik bertanya. "Tuh.." Jawab bu Linda singkat sambil
menunjuk kearah wanita cantik berpakaian hijau khas PNS
dengan rambut pendek.
"Oh iya, sebentar ya bu saya tinggal dulu..ada yang mau saya
sampaikan sama bu Astri" ucap bu Ernita sambil
melangkahkan kakinya menghampiri perempuan yang
ditunjukan bu Linda.
Bu Astri adalah seorang guru matematika di sekolah itu,
usianya satu tahun lebih muda dari bu Ernita, sudah menikah
tiga tahun akan tetapi belum mempunyai keturunan. Tinggi
badannya sedikit lebih pendek dari bu Ernita namun pantat
dan payudaranya tidak kalah menggiurkan dari bu Ernita
ataupun bu Linda.
"Bu Astri bisa bicara sebentar?" tanya bu Ernita ketika ia
menghampiri bu Astri.
"Oh tentu bu, ada apa?" Bu astri balik bertanya.
Lalu bu Ernita menjelaskan dengan singkat tentang seleksi
yang diadakan kepala sekolah untuk guru-guru yang mengajar
di sekolah tersebut.
"Hmmm...terus testnya gimana bu?" tanya bu Astri
penasaran.
"Cuma test biasa ko bu, sekarang bu Astri disuruh menghadap
pak Risman di ruangannya" seru bu Ernita.
"Oh gitu...kalau begitu saya tinggal ya bu Erni" sahut bu Astri
sambil bergegas meninggalkan ruangan itu menuju ruangan
kepala sekolah dengan perasaan penasaran diiringi senyuman
misterius bu Ernita.
Beberapa
menit
kemudian bu
Astri sudah
berada di
depan ruang
kepala sekolah
tersebut.
Melihat
ruangan itu
terbuka dan
nampak pak
Risman si
mpunya
ruangan
tengah serius
melihat ke
layar komputer
di depannya.
"Selamat pagi
pak,permisi" ucap bu Astri.
Mendengar suara merdu perempuan pak Risman langsung
menoleh dan tersenyum.
"Eh bu Astri..ayo mari silahkan masuk bu" ucapnya dengan
nada yang dibuat seberwibawa mungkin.
Setelah di dalam ruangannya pak Risman dengan sopan
mempersilahkan bu Astri duduk di kursi depan mejanya.
"Katanya bapak ngadain seleksi buat guru-guru disini ya?" Bu
Astri langsung bertanya pada pokok permasalahan.
"Oh iya benar bu" lalu pak Risman menerangkan segala hal
seperti yang ia terangkan kepada bu Ernita kemarin di ruangan
tersebut.
Seperti halnya bu Ernita kemarin, bu Astri sangat tidak
percaya dengan apa yang diminta oleh kepala sekolah
tersebut. Hatinya geram mendengar permintaan atau lebih
kasarnya paksaan dari seorang kepala sekolah tersebut untuk
menikmati kesintalan tubuhnya. Ia pun mulai memaki pak
Risman namun hanya ditanggapi dengan senyum yang sangat
menjijikan oleh pak Risman. Bahkan bu Astri sampai
menangis karena merasa terhina oleh permintaan kepala
sekolah yang seharusnya jadi panutan untuk dirinya dan
pengajar-pengajar yang lain.
"Sudahlah...bu Astri tak perlu marah apalagi menangis seperti
itu, kalau tak mau ya silahkan angkat kaki dari sekolah ini"
ucap pak Risman jumawa.
Ia merasa wanita ini sudah pasti bisa ia taklukan.
"Bu Ernita juga sama pertamanya seperti anda..tapi ibu lihat
sendiri kan dia hari ini?" Ucap pak Risman enteng.
Bagai disambar petir bu Astri mendengar kata-kata itu. Ia tak
percaya bu Ernita rekan sesama pengajar di sekolah tersebut
bisa menerima tawaran kepala sekolah mesum ini.
"Tidak pak...saya bukan wanita seperti itu" ucap bu Astri
dengan geram.
"Baiklah bu, silahkan anda tinggalkan sekolah ini dan jangan
kembali lagi...karena anda saya anggap gagal hari ini juga".
ucap pak Risman yang sedikit membentak bu Astri.
Akhirnya bu Astri meninggalkan ruangan itu dengan tergesa-
gesa. Di persimpangan jalan antara ruang kepala sekolah dan
ruang guru ia berhenti untuk meredakan emosinya agar tidak
menimbulkan kecurigaan orang lain. Sementara itu,
sepeninggal bu Astri dari ruangan kepala sekolah nampak
Mang Yono datang ke ruangan tersebut.
"Permisi pak Risman, boleh saya bicara sebentar sama
bapak?" ucap mang Yono di depan pintu.
Pak Risman mencoba menyembunyikan kekesalan hatinya
karena kejadian barusan dengan bu Astri.
"Eh..hmmm...iya ada apa mang" jawab pak Risman tergagap.
"Ini pak langsung aja ya" jawab mang Yono lalu memaparkan
maksudnya kepada pak Risman.
Ya mang Yono telah menyaksikan apa yang kemarin pak
Risman dan bu Ernita lakukan di ruangan tersebut bahkan ia
sampai mengabadikan kejadian tersebut dengan kamera
handphonenya.
"jadi maksudnya apa mang" tanya pak Risman ketakutan.
"Gak ada maksud apa-apa ko pak, saya cuma pengen dapet
bagian juga" jawab mang Yono sambil terkekeh menjijikan.
Mendengar jawaban mang Yono hati pak Risman merasa lega,
ternyata laki-laki ini juga sama mesumnya dengan dirinya.
"Ha..ha..ha..bilang kek dari tadi mang, kalau itu sih
gampang..nanti kita nikmatin bareng-bareng" jawab pak
Risman lega.
"Jadi kapan nih pak saya boleh nyicip memek guru bahenol"
tanya mang Yono kurang ajar.
Tampak pak Risman mengelus-ngelus dagunya sendiri
seakan-akan berfikir.
"Oke...nanti sepulang sekolah mamang ke sini aja ya..saya
coba hubungi bu Ernita dulu" jawab pak Risman mantap
sambil mengeluarkan blackberry dari saku celananya.
Bersambung

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.