Rabu, 04 Maret 2015

alfi,lidya dan sabrina perangkap dua mawar jelita

Perangkap gairah Dua mawar Jelita
Chapter 18
Bunga-bunga terakhir buat Alfi
Bagian 7 dari 11 : Perangkap gairah Dua mawar Jelita
--
Ringkasan episode sebelumnya :
Rasa ketidaksenangnya terhadap hubungan Alfi dan kakaknya
Lila membuat Lidya menyetujui usul sahabat baiknya Sabrina
untuk menjebak Alfi agar pemuda itu menyingkir dari
kehidupan rumah tangga Lila untuk selamanya.
--
Sorenya itu..pukul 19.30
Seusai santap malam. Sabrina dan Lidya-pun langsung
menjalankan rencana mereka.
"AAAAAAAAA!!!!" terdengar suara teriakan cukup keras.
Alfi yang bary saja hendak meminum obat-nya terpaksa
menunda dulu niatnya itu. Dengan cepat ia berlari menuju ke
arah muasal teriakan itu.
"Ada apaa, kak?!" tanya Alfi.
Dari ambang pintu dilihatnya Sabrina dan Lidya tengah
meringkuk di atas tempat tidur sambil berpelukan. Wajah
keduanya nampak ketakutan. Entah siapa di antara mereka
tadi yang berteriak. Yang jelas Alfi merasa berkewajiban
melindungi keselamatan ke dua gadis itu. Tapi ia hanya berani
berdiri di ambang pintu. Ada perasaan sungkan karena di situ
ada Lidya.
"Fiii!!... Kemariii cepatt!!. Tolooongg !!"
Setelah Sabrina yang memintanya masuk barulah ia
melangkah maju dengan hati-hati.
"Ada apa, kak?" ia melontarkan pertanyaan yang sama sambil
menaikkan kewaspadaannya. Pandangannya menyapu cepat
ke semua sudut kamar tersebut. Namun ia tak melihat orang
lain di situ selain mereka bertiga.
"I..tuuu!"ujar Sabrina menunjuk ke arah salah satu sudut.
"I-itu..apa kak?" tanya Alfi bingung sebab tak ada apa-apa di
sudut itu.
"T-tikuss!"jawab Sabrina dari tempatnya.
"T-tikuss, kak?" Alfi mengulangi ucapan Sabrina hanya
sekedar untuk meyakinkan pendengarannya.
"Iyaaa Fiii! Tikus!...tolonggg usirinnn!"
Astaga...cuma tikus rupanya! Tapi kedua gadis itu bertingkah
seolah melihat hantu atau penjahat saja. Keluh Alfi dalam
hati. Tapi setidaknya ia bisa napas lega sebab hal itu
bukanlah suatu yang membahayakan bagi jiwa kedua gadis
itu. Lantas bagaimana pula tikus bisa nyelonong masuk ke
kamar ini? Sebab selama ia tinggal bersama Lila dulu tak
pernah sekalipun ada kejadian seperti ini. Sesaat kemudian
Alfi tertegun. Ia barulah menyadari jika ada sesuatu yang luar
biasa di dalam kamar itu. Kedua gadis itu!..mereka hanya
mengenakan pakaian yang lebih minim dari biasanya. Hanya
sebuah tangtop putih yang sangat tipis berpadu dengan
sepotong...celana dalam! Alfi dapat memastikan keduanya tak
mengenakan bra karena ia dapat melihat secara samar-samar
puting-puting yang tercetak jelas di permukaan tanktop
mereka. Seketika itu juga tubuhnya seakan dialiri strom
bertegangan tinggi dan tanpa dapat dicegah penisnya
menegang secara cepat.
"G-ga ada kak" ujar Alfi tergagap berusaha mengalihkan
pandangannya dari kaki-kaki panjang nan indah juga putih
bersih yang selama ini hanya sebagian kecil saja yang dapat
ia nikmati...kini semuanya terpampang utuh dihadapannya.. Ia
menduga tadinya kedua gadis itu sudah bersiap-siap untuk
tidur dengan pakaian seperti itu.
"Coba periksa sekali lagiii, Fii! Dia pasti ada di situu!!" teriak
Sabrina ketakutan sambil menunjuk ke arah lemari pakaian di
sudut kamar.
"I-iya kak..iyaa..ini Alfi sedang nyari kok..."
Untuk meredam kegelisahan hatinya, Alfi langsung memeriksa
di sekitar tempat yang ditunjukan Sabrina kepadanya. Tapi
lagi-lagi konsentrasinya terganggu saat ia dapati di sana sini
berceceran bra dan celana dalam wanita. Itu pasti milik ke
dua gadis itu. Duh! bentuk dan warnanya yang beragam
membuat tubuh Alfi semakin panas dingin.
"B-beneran ga ada kok kak"ujar Alfi setelah yakin tak
menemukan apa yang ia cari.
"Barangkali dia kabur ke kolong tempat tidur, Fi!"ujar Sabrina.
Alfi merendahkan kepala ke bawah kolong tempat tidur.
"Di bawah sini juga ga ada, kak" ujar Alfi setelah puas
mencari ke sana kemari.
Ketika ia mengangkat kepalanya, ia dibuat tercekat... karena
kurang dari satu meter dari wajahnya... Sabrina tengah duduk
berlutut di bibir kasur dengan paha agak melebar sementara
pandangannya berada tepat dalam sebuah garis lurus dengan
bagian yang menonjol di pertemuan kedua batang paha putih
gadis itu. Glek! Alfi meneguk ludah namun seakan gumpalan
air liurnya begitu sulit masuk. Betapa ia begitu dekat dengan
keindahan surgawi yang diidamkan banyak pria di dunia ini
"Masa ga ada, sih? Mungkin dia sudah sembunyi"ujar Lidya
ikut nimbrung. Si judes yang molek itu merangkak maju ke
sisi Sabrina.
"I-iiya kak tidak ada. Alfiii rasa kakak tadi cuma salah lihat
sajaaa" jawab Alfi terus tergagap dan salah tingkah. Tubuh
Lidya terlihat lebih ramping dari Sabrina. Payudaranya juga
tak sebesar milik Sabrina namun sungguh ideal dan
indah...mengingatkan Alfi akan Lila.
"Tapi kakak yakin sekali kalau yang melintas tadi itu adalah
tikus" ujar Sabrina. Tentu saja sebagai gadis petualang cinta
ia bisa melihat kegelisahan Alfi saat itu.
"Uhh baiklah, akan Alfi cari lagi.." ujar Alfi. Karena Sabrina
begitu yakin, maka ia-pun kembali mencari. Kali ini setiap
sudut kamar ia periksa secara teliti. Namun tetap saja tikus
karangan kedua gadis itu tak kunjung ia temukan.
"Gimana nih Rin?' tanya Lidya.
"Kita bobo di kamarnya Alfi dulu sampai tikusnya
ketangkep"ajak Sabrina.
"Kamu pindah saja sendiri ya, Rin. Aku tetap di sini. Ntar aku
malah ga bisa tidur di kamar itu"jawab Lidya.
"Ya sudah. Kalau begitu aku pindah sekarang soalnya aku
ngantuk banget nih!"
"Sama nih. Sedari tadi aku juga merasa ngantuk. Pasti ini
gara-gara obat batuk yang kita minum tadi sore"ujar Lidya
menimpali. Ia sengaja ingin Alfi tahu kondisinya saat itu.
"Lho kak. Lantas Alfi gimana dong?" sela Alfi bingung
mendengar dialog cepat kedua gadis itu.
"Hi hi iya, Fi. Kamunya jangan pergi dulu sampai tikusnya
ketangkep. Kamu kan bisa nonton televisi yang ada di kamar
ini sembari menunggu tikusnya muncul lagi"
"Ntar kalau tikusnya ga muncul-muncul juga, gimana dong
kak?"
"Ya kamu tidur aja di karpet. Kan banyak bantal-bantal gede"
"Di sini?! M..akud kakak di..ka..mar ini?"
"Iya"ujar Sabrina.
Alfi sempat terperangah.
"T..api kak..."
"Tenang Fi. Kamu santai aja. Lidya ga keberatan kamu di sini.
Ya kan Lid?"
"Iya ga pa pa...Asal jangan ngorok saja.....Hooaamm!"ujar
Lidya sambil menguap panjang.
Sebelum Alfi sempat protes lagi Sabrina sudah pergi
meninggalkan kamar dengan membawa bantalnya. Tapi ia tak
masuk ke dalam kamar Alfi melainkan keluar ke pekarangan
samping. Ia mengendap-endap di dekat jendela kamar dimana
Lidya dan Alfi berada. Di tangannya ada sebuah kamera
sudah dipersiapkannya sejak tadi. Sementara itu Alfi duduk di
lantai kamar dengan hati resah gelisah. Matanya menatap ke
arah televisi namun pikirannya tak kesitu. Ia sadar jika saat
ini ada seorang bidadari tengah terbaring di atas kasur di
belakang punggungnya dengan hanya memakai CD dan
tanktop tanpa bra seperti tadi. Begitu dekat. Terdengar
olehnya suara elahan napas berat Lidya. Sepertinya gadis itu
sudah tertidur lelap karena pengaruh obat batuk yang ia
minum tadi. Paling tidak itu kesan yang Alfi tangkap saat itu.
Hhhh...Alfi menghela napas. Kembali dirinya ditempatkan
dalam kondisi rawan. Tentu saja bukan baginya namun rawan
bagi Lidya. Sebagaimana peristiwa yang pernah ia alami
bersama Lila dulu yang berujung dengan ternodanya Lila.
Situasinya sangat mirip dengan yang ia alami saat itu. Kini ia
kembali bersama seorang gadis molek yang tergolek tak
berdaya dalam satu kamar tanpa ada orang lain di sana.
Sesekali ia menoleh ke setiap sudut kamar....berharap agar
sang tikus itu muncul. Ia mencoba untuk mempertahankan
akal sehatnya sambil menekan sisi lain dari dirinya yang
dikuasai nafsu birahi. Namun semakin lama Alfi justru
semakin gelisah. Perlahan tapi pasti sisi yang didominasi
nafsu-birahilah yang mengguasai seluruh medan perang
dalam dirinya. Sementara itu penisnya semakin terasa sakit
karena terjepit di bawah sana. Di sisa-sisa kesadarannya ia
putuskan untuk pindah ke ruangan lain. Ia merasa ia akan
semakin sulit buat mengendalikan dirinya jika terus-terusan
berada di situ. Perlahan ia bangkit. Alfi mendekat ke arah
tempat tidur dimana Lidya tergolek agak menyamping.
"K-kakk Lidyaa... kak..." Alfi mencoba membangunkan.
Hening... Sebagaimana halnya Sabrina malam-malam
kemarin Lidya diam tak menyahut.
Pulas sekali dia. Gumam Alfi.
"Kakk.."sekali lagi Alfi memanggil nama gadis itu. Namun
Lidya tetap saja diam.
Semula niatnya ingin segera pergi dari situ namun naluri
kelaki-lakiannya seakan tak rela membiarkan pemandangan
indah di hadapannya berlalu begitu saja. Ia justru terpaku
bediri di sisi tempat tidur. Menatapi wajah Lidya yang
memang luar biasa cantik itu. Hidungnya itu... mancung
indah tentu saja asli bukan buatan. Bibirnya yang penuh dan
sensual itu bukan lukisan. Tak ada kata yang lebih pas buat
menggambarkan wajah Lidya selain cantik. Bahkan....
mungkin melebih Lila.!. Alfi yakin sekali dengan penilaiannya
itu. Tak puas-puas ia menatapi wajah cantik itu. Namun
hatinya tergoda untuk melihat keindahan lain yang dimiliki
gadis itu. Sebagaimana kakaknya, Lidya tak hanya cantik
namun juga memiliki bentuk tubuhnya yang aduhai.
Tatapannya berhenti di dada Lidya yang membusung di balik
kaos putih itu. Sungguh indah. Tak terlalu besar namun
begitu pas..menggantung di tubuh sintal gadis itu. Napas Alfi
menyesak saat matanya menangkap tonjolan kecil di puncak
ke dua bukit kembar itu. Puting susu Lidya tampak
meruncing ...menekan permukaan kaus yang dikenakannya.
Tatapannya terus menjelajah...kali ini ia temukan pusar gadis
itu mengintip karena kausnya sedikit tersingkap. Uh..Alangkah
putihnyaa...Alfi sampai mendesis tak sadar. Kulit Lidya
terlihat bak salju. Kemudian pandangannya singgah di kedua
batang paha Lidya yang panjang. Itu adalah paha yang
berisi... indah...dan putih mulus... diikuti bentuk pantat yang
bulat bagus yang terbalutan oleh sepotong CD tipis. Sampai
saat ini sama sekali tak ia temukan bagian yang buruk dari
tubuh gadis itu. Semuanya indah sempurna......semuanya
mengoda.. mulai dari kepala hingga ke ujung jari kaki. Dan
Glek! Kali ini Alfi meneguk ludahnya ketika matanya akhirnya
sampai ke wilayah paling intim dari tubuh Lidya. Sebuah bukit
mungil menonjol..dan terjepit di pangkal kedua paha Lidya.
Lama Alfi menatap bagian itu. Ia tak tahu apakah Lidya masih
perawan atau tidak. Tapi ia yakin sekali jika ukuran vagina
gadis itu sangat sempit buat penisnya. Saat memikirkan hal
itu seketika itu juga segumpal cairan precum memancar tak
tertahankan dari ujung lubang pipisnya. Crittttt! Tubuh Alfi
bergetar hebat. Tubuhnya secara alami merespon apa yang ia
saksikan saat itu. Hasrat kejantanan secara cepat memenuhi
raganya. Di dalam benaknya kini membayangkan sebuah
keintiman. Sebagaimana dulu..bertahun-tahun
berselang...ketika ia menyelinap masuk ke kamar Dian yang
tengah terlelap..untuk kemudian memerawaninya.
Sebagaimana juga ketika ia pertama kali mengintimi Lila.
Terbayang apa yang harus ia lakukan dalam situasi seperti
ini...yang jelas Ia harus membebaskan penisnya dari
kesesakan yang menyiksa dari celananya. Lalu perlahan naik
ke atas ranjang. Dengan hati-hati merentangkan ke dua paha
Lidya tanpa membuat gadis itu terjaga dari tidurnya.
Mengambil posisi di antaranya. Segalanya harus ia lakukan
cepat namun. dengan hati-hati....Ia tak perlu repot-repot
melepas CD Lidya. Cukup dengan menarik sedikit bagian
bawahnya ke arah samping maka ia sudah cukup
mendapatkan ruang buat melakukan penetrasi. Bagian
puncaknya adalah sebelum gadis itu terjaga ia harus sesegera
mungkin menusukan penisnya yang sudah berlumuran precum
itu ke dalam vagina Lidya.
"ARGGGGHH!!" Alfi merintih lirih membayangkan betapa ketat-
nya liang senggama gadis itu. Ujung penisnya terasa begitu
gatal. Dan...
Cruutt..crutttt...lagi-lagi precumnya memancar. Terbayang
rintih kesakitan gadis itu saat vaginanya terentang. Namun
Alfi yakin sekali begitu ia berhasil membuat Lidya orgasme
maka gadis itu bakal langsung ketagihan. Untuk kemudian
menjadi tergila-gila padanya. Bahkan kebencian gadis itu
sirna dengan sendirinya sehingga pada akhirnya Lidya-pun
akan menjadi salah satu kekasihnya. Hayalan Alfi terus melaju
tak terkendali dan semakin meracuni jiwanya sehingga ia
memutuskan untuk melakukannya...Menggagahi Lidya.
Tubuhnya serasa panas dingin. Sementara jantungnya
berdetak semakin cepat. Di bagian bawah.. penisnya
menegang kaku ...begitu gatal dan butuh sebuah hisapan kuat
dari sebuah vagina. Dan saat ini yang ia inginkan hanyalah
vagina milik Lidya! Namun saat ia akan naik ke atas
ranjang...Di detik-detik yang mendebarkan itu tiba-tiba saja
terbayang wajah memelas penuh kesedihan...Lila. Wanita
yang pernah ia gagahi dengan cara yang sama persis seperti
yang akan ia lakukan pada Lidya sekarang ini.
"Duhh! Apa yang hampir aku lakukan?!" desis Alfi sontak
undur lagi kebelakang.
Ia seakan baru tersadar dari mimpi buruk. Nyaris saja
peristiwa buruk itu terulang lagi. Alfi sadar ia tak boleh
menodai Lidya. Bukankah ia sangat menyayangi Lila? Itu
berarti ia tak boleh menghancurkan perasaan wanita itu.
Terbayang pula akibat lainnya yang bakal terjadi akibat ulah
bodohnya ini. Betapa beruntung dan girangnya si Paijo dapat
menyetubuhi Niken dan Lila secara sekaligus. Sebelum hawa
napsunya kembali menguasainya dan semakin tak terkendali,
Alfi-pun bergegas keluar dari kamar itu tanpa memperdulikan
Lidya lagi. Persetan dengan tikus jahanam itu!.umpatnya. Ia
tak lari menuju ke kamarnya karena ia tahu Sabrina tengah
tidur di situ. Sebagaimana malam-malam sebelumnya ia
harus mencari tempat untuk menuntaskan hasratnya... para
bidadarinya.
############################
Lima menit berlalu.
Sabrina sudah kembali ke kamar. Dari jendela ia menyaksikan
semua apa yang terjadi di dalam kamar. Ia sempat melihat
Alfi pergi dari rumah dan menuju ke arah jalan besar.
"Gila! ternyata diapun tak bernapsu terhadapku. Sepertinya
kita memang harus mengakui keunggulan kak Lila." Umpat
Lidya lesu.
Lagi-lagi mereka harus menerima kenyataan pahit.
"Aneh sekali? Sepertinya tadi itu hampir
berhasil..tapii..."gumam Sabrina agak binggung. Ia setidaknya
hanya butuh beberapa detik saja dan 'klik' ..maka misi
mereka-pun selesai.
"Sudahlah aku mau tidur!. Besok biar kusuruh ia pulang saja
ke tempat kak Lila. Terserah kak Lila masih mau terus
berselingkuh dengan bocah itu. Aku sudah tak perduli lagi!.
Yang penting aku tidak mau ia tinggal di sini!"ujar Lidya
sambil menarik selimutnya.
"Duhh.. baru begitu saja sudah menyerah"goda Sabrina.
"Mau apa lagi?! Kita berdua kan sudah gagal total..Tal!
Lagian ini sudah berjalan dua minggu sesuai dengan batas
waktu janji kita kepadanya"pungkas Lidya
"Tapi anak itu benar-benar membuatku penasaran, Lid"
"Kok sekarang malah kamu yang ngotot sih Rinn?!"
Sabrina termenung sambil mencubit-cubit bibirnya. Jelas ia
tak ingin menyerah begitu saja.
"Argggg!" tiba-tiba saja Sabrina berteriak.
"Duhh! Ada apa sih Rin. Bikin kaget orang saja!"protes Lidya.
"Dengarkan aku dulu, Lid!. Sebenarnya tadi itu dan juga
sebelum-sebelum ini kita tidak gagal menggodanya! Buktinya
aku sempat memperhatikan celananya yang mengembung
karena ereksi saat ia berdiri memandangi engkau tidur
tadi"ujar Sabrina dengan mata berbinar.
"Ok! Lantas apa bedanya? Ia toh tetap tak tertarik
melampiaskan nafsu-nya pada kita"ujar Lidya
"Iya itu dia!..Anak itu pasti pergi ketempat seseorang yang ia
sukai buat melampiaskannya!"
"M.maksudmuu diaa..?!.."
"Yaa!...Dia pasti pergi ke rumah kak Lila buat itu!"
"Hah?! T..apii apa mungkin kak Lila mau meladeninya
sedangkan ia belum lagi empat puluh hari bersalin"
"Siapa tahu? Bukankah kakakmu selalu menuruti setiap
keinginan anak itu! Jadi wajar saja kita selalu gagal"
"Setan jelek! Berani-beraninya mempermainkanku! Kalau
begitu ayo cepat kita susul dia Rin!"ajak Lidya dengan
perasaan gemas.
###########################
Jelas mereka tak mungkin menemukan Alfi di tempat Lila
sebab pemuda tengah berada di rumah bidadarinya yang lain
buat menuntaskan gairahnya. Beruntungnya Alfi saat itu
Nadine baru saja akan mandi. Sementara Dian baru pulang
dari sebuah acara kantor. Nadine langsung disergapnya
dengan ciuman panas.
"Hpp..." Nadine tak sempat menyapa. Mulutnya disibukan
membalas serbuan bibir dan lidah Alfi.
"Jangan-jangan kamu lupa lagi minum obatmu, ya Fi?"tebak
Dian melihat kemunculan Alfi secara mendadak itu..
"Kak kita ke kamar saja yuk. Alfi sudah kangen banget sama
kakakk" ajak Alfi tak sabaran. Tangannya meremas-remas
gemas dua butir pepaya Calipornia yang masih tersembunyi di
balik handuk Nadine.
"Aaaaaa..Fiiii..kamuu sama kak Dian-mu saja dulu, ya?
Soalnya kakak ngantuk bangeeet" ujar Nadine berusaha
menghindar.
"Aduh sepertinya aku sedang ga bisa, Nad!"
"Lho kenapa? Sedang 'dateng', ya An?"tanya Nadine
"Iya nih! Terpaksa kamu sendirian dulu yang ngeladenin
Alfi"jawab Dian.
"Kalau begitu apa boleh buat.. tapi sayang, kamu tunggu
sebentar ya. Kakak mandi dulu. Biar kita lebih nyaman
gituannya"ujar Nadine tersenyum menggoda. Seletih apapun
Alfi selalu saja berhasil membangkitkan birahinya.
Alfi terpaksa menunda sejenak hasratnya. Setelah lima belas
menit kemudian Nadine baru keluar dari kamar mandi tanpa
mengenakan handuk. Lalu wanita cantik itu naik ke tempat
tidur dan memberikan punggungnya ke Alfi untuk sebuah
percintaan doggy. Alfi langsung mengambil ancang-ancang
untuk melakukan penetrasi.
"Eng..Sayang! Sayang! Tunggu dulu!" tiba-tiba saja Nadine
beringsut menjauh sambil menutup jalan penis anak itu.
Rupanya ia teringat akan sesuatu.
"Lho ada apa kak?"tanya Alfi heran. Ujung penisnya urung
menembus vagina Nadine.
"Sabar dulu ya sayang... kakak pasangin kamu kondom dulu
ya?"ujar Nadine lalu ia sibuk membuka laci di samping
ranjang. Dari sekian banyak gadis Alfi hanya dia yang paling
sering diintimi Alfi dengan pengaman. Menurut Lila, Nadine
memiliki kesuburan yang paling tinggi di antara mereka
semua. Cukup satu kali persetubuhan bisa langsung terjadi
pembuahan. Dan saat ini Nadine belum berencana untuk
hamil lagi karena ia ingin sedikit bersantai setelah selama dua
tahun mengurus Alfina. Tapi Alfi sudah tak lagi bisa menahan
hasratnya. Pinggang Nadine diraihnya seraya menusukan
kejantannya ke belahan bibir vagina Nadine. JLEPP! Nadine
hanya mampu menjerit nikmat saat penis hitam Alfi yang
besar nan panjang itu bersarang utuh ke dalam vaginanya.
"ARRRGGHHHH! S-sayaangg! Kamu caaabut duluuu.. Ntar
kalau sudah pakai pengamanmu baru kamu masukin
lagiii.."pinta Nadine sambil berusaha mendorong Alfi menjauh.
Namun Alfi tak bisa lagi menjawab di dalam kukungan
kenikmatan dasyat itu. Ia justru mencekal pinggul Nadine
semakin erat sambil merintih-rintih.
"Oughhhhhhh Kaakk..e-nakk bangett....".
"Oughhhh...Yah sudahlah.....Tapi kamu harus janji ga boleh
muncrat di dalem! Arghh.." akhirnya Nadine mengalah pada
hasrat anak itu. Selain Ia menjadi tak tega setelah mendengar
rintihan Alfi, kenikmatan yang berasal dari gesekan langsung
kulit kejantanan Alfi tersebut terlalu nikmat untuk ditukar
dengan latex. Tapi baru tiga kali genjotan tanpa ia duga-duga
tiba-tiba penis Alfi berdenyut hebat di dalam liang
senggamanya. Dan tanpa tertahankan lagi oleh
Alfi....CROOOOTTT!!! Ia berejakulasi.
"AAAAARRRRRGHH
Kaaaaak!!"
"Ohh Sayaaaang!
K-kamuu?!
Kamu ?!.ARGGHH.
Tidaak!! Cabuut
Fiii!! Cabutt
duluu!!!" Nadine
sungguh terkejut
ketika sebuah
semburan kuat dan
panas menerjang
tepat di mulut
rahimnya. Ia
benar-benar tak
menyangka jika Alfi
akan mengalami
ejakulasi sedini itu.
Sebisanya ia
berusaha melepaskan tautan kemaluan mereka. Tapi
terlambat. Semburan kuat berikutnya susul menyusul
menghantami peranakannya.
CROOOOTTT!!!... CROOOOTTT!!!
CPLOK! Akhirnya Penis Alfi berhasil juga terlepas. Tapi Nadine
tetap tak bisa menjauh. Tubuhnya terperangkap di bawah
payungan tubuh Alfi yang masih terus mengenjan. Beberapa
semburan lendir panas lainnya terlontar dari lubang pipis anak
itu. Dan Nadine terpaksa menerima hujan lendir kenikmatan
Alfi dengan punggungnya. Menunggu hingga pemuda itu
menyelesaikan ejakulasinya. Setelah Alfi selesai menuntaskan
kenikmatannya. Nadine membalikkan tubuhnya sehingga
dirinya berhadap-hadapan dengan tubuh Alfi.
"Arghh! Lihat apa yang sudah kamu perbuat barusan! Badan
kakak jadi lengket semua!" ujar Nadine dengan mata
membola.
"Uhh..Maafin Alfi ya kak. Soalnya Alfi sudah kebelet bangett
tadi ituu.." aku Alfi jujur. Ia tak bermaksud membuat Nadine
kesal gara-gara kejadian ini. Ia benar-benar tak kuasa
mengendalikan diri gara-gara godaan Lidya dan Sabrina di
rumah tadi.
"Tapi seharusnya kamu menuruti omongan kakak tadi.
Biarkan kakak pasangin kamu pengaman dulu .... Kakak kan
bisa hamil lagi gara-gara ini?!. Duhh.!!"keluh Nadine kesal.
"Kak ..maafin Alfi ya..Alfi ngaku salah.."
Nadine menghela napas sambil memandangi wajah penuh
penyesalan Alfi.
"Anak nakal! Kemari!"ujar Nadine merangkul leher Alfi. Lalu
melumat bibir anak itu. Ia benar-benar tak bisa marah kepada
anak ini. Siapapun tahu Alfi memang selalu kesulitan
mengatasi dorongan hasratnya dan tadi ia sudah berusaha
keras menahan hasratnya. Masih untung Alfi tak sampai
melampiaskannya pada Lidya dan Sabrina. Nadine juga tahu
jika Alfi memang tak pernah berniat bersikap kurang ajar
seperti yang sering dilakukan Paijo.
"Kakk maafin Alfii..."ujar Alfi lagi.
"Sudahlahh sayangg.."
"Tapi kak..gimana kalau.."
"Ga paa paa...semuanya sudah terlanjur..Biarlah kakak
melahirkan anak kamu lagi"
"Bener kakak.. r-rela?..."
"He em sayang.. Mau kamu hamilin sekarang atau nanti juga
ga ada bedanya. Toh hal ini pasti akan terjadi juga"
"Uhh..Kamu masih mau lagi sayaang?" tanya Nadine saat
merasakan penis Alfi yang berkedut di atas perutnya
"He uh kak..."
"Kakak juga pingin sayaang.."
Masih dalam posisi misionary. Nadine meletakkan sebuah
bantal di bawah pinggulnya. Dengan begitu Ia akan
memperoleh penetrasi maksimal dari penis Alfi. Lalu ia
bentangkan pahanya lebar-lebar.
"Ohh..kakk.." Alfi sangat menyukai penampilan wanita klasik
seperti Nadine.
Bulu kemaluannya dibiarkan tetap tumbuh rimbun hingga
menutupi areal luas di sekitar pubiknya. Sementara itu bibir
vaginanya basah dan merekah sehingga Alfi dapat mengintip
liang surga di baliknya yang tengah berkedut-kedut yang siap
menantinya dengan janji sejuta nikmat yang ada di dalam
situ.
"Kemarii..tindih kakak..."bisik Nadine. Lalu mereka berciuman.
Sementara tangan Nadine menangkap kejantanan Alfi yang
masih berlumuran lendir itu lalu membimbingnya memasuki
liang kenikmatannya. Perlahan....bibir vaginanya
terbelah......sementara Alfi menekan...
Dan... Jleeeepp...penis hitam meraksasa milik Alfi kembali
bersarang di liang senggama Nadine.
"YAARRRGG....Saayanggg!.."Nadine-pun merintih.
Kedua kakinya yang panjang itu langsung membelit pinggang
Alfi. Meski tak ada sensasi gelitik seperti yang diakibatkan
oleh penis Paijo namun Ia jauh lebih suka apa yang dimiliki
oleh Alfi. Kejantanan sebesar itu mampu menyentuh seluruh
sisi dalam liang senggamanya tanpa terkecuali...selain itu
daya tahan serta kehangatan Alfi merupakan sesuatu yang
sangat didambakan oleh kaum wanita di atas ranjang.
Setelah kemaluan mereka bertaut, Alfi mulai mencumbui
kekasihnya itu. Bibir dan lidahnya sangat terlatih itu terus
meniti daerah-daerah sensitf Nadine. Ia sangat tahu apa yang
disukai para wanitanya. Kecupan-kecupan ringan.... juga
hisapan.... sampai gigitan-gigitan mesra pada leher dan
telinga Nadine yang membuat Nadine terpekik lirih dan
semakin larut dalam lautan keintiman. Hingga akhirnya
kecupannya singgah di dada Nadine. Alfi langsung menuju
titik gairah tertinggi pada wilayah itu... Dan..tap! Ia pagut
puting wanita itu. Srllpppp...Srllpppp... terdengar seruputan-
seruputan bercampur air liur Alfi.
"Oughhhhhhhh saayaangg....."rintih Nadine sambil menekan
kepala Alfi semakin erat ke dadanya. Puting susunya memang
sudah tak lagi mengeluarkan ASI namun Alfi tetap
menguluminya dengan rakus. Nadine tak hanya memiliki
payudara terbesar dan terindah di antara semua gadisnya.
Dada besar itu juga mengingatkan Alfi akan Sabrina.
"Kamu pasti kepingin kan kalau payudara kakak keluar susu
lagi?.. Ughhhh..".."tanya Nadine di sela rintihan kegeliannya.
Sementara Alfi hanya dapat menjawab pertanyaan tersebut
dengan anggukan sebab mulutnya terlalu sibuk saat itu.
"Kalau begitu bikin kakak hamil lagi, sayang.." lanjut Nadine.
Ia senang dan bangga sekali karena memiliki payudaranya
yang alami namun berukuran besar. Alfi, Didiet bahkan Paijo
sangat memujanya karena payudaranya itu.
"OUGHHH..Alfiiiii... entot kakak sekarangg...Uhhhg" rintih
Nadine sambil menggerakan pinggulnya. Vaginanya sudah
gatal sekali dan butuh garukan dari penis Alfi.
Mereka mulai lagi persetubuhan ini dari awal. Kali ini dengan
gairah lebih tinggi...tanpa terbeban oleh apapun... yang ada
hanya rasa saling membutuhkan yang lebih kuat. Alfi melepas
payudara Nadine. Kini bibir mereka melekat satu sama lain
saling menghisap gemas sementara lidah mereka bergulat liar.
Saling mendesak...berkejaran dan berputar secara bergantian
di rongga mulut keduanya. Mengimbangi rasa nikmat yang
mendera di bagian kemaluan mereka.
"Ohhh Kaaakkk..." Alfi-pun merintih nikmat. Vagina Nadine
meremas-remas setiap milimeter kejantanannya yang besar
itu. Setiap kali ia menarik penisnya keluar maka liang itu akan
membetot kuat...laksana sebuah mesin penghisap. Meski
liang itu pernah di lalui oleh Alfina putri mereka saat lahir
dulu, tapi masih terasa begitu ketat dan sangat nikmat.
Bahkan dalam durasi yang panjang Nadine mampu
menggunakan secara optimal otot-otot kegelnya.
Menit-menit berlalu dengan cepat,
"GRRAAAAAAAAAAAA!!!.........." Nadine tak kuasa menahan
pekiknya saat ia memperoleh orgasme pertamanya.
Cepat-cepat Alfi merangkul pinggang Nadine sambil menekan
penisnya sedalam mungkin hingga ujung penisnya mendesak
masuk ke leher rahim Nadine. Agak menyakitkan buat Nadine
tapi ia menyukai sensasi itu. Beberapa tahun belakangan,
seiring kedewasaannya, penis Alfi mencapai ukuran terbaiknya
hingga beberapa liang vagina para wanitanya tak lagi mampu
menampungnya secara utuh seperti dulu.
"AAAAWWWW!!! FIIIHH!!" Nadine berulang-ulang memekik
sepanjang denyut kenikmatan yang menderanya berlangsung.
Tubuh sintalnya mengenjan dengan pinggulnya terangkat
tinggi menyambut hujaman Alfi. Sementara Alfi juga merintih
lirih...
"HHHGGGGGGG...K-KAAAAK..". Tubuhnya bergetar karena
nyaris tak mampu bertahan dalam gelombang kenikmatan
dari lumatan liang senggama Nadine. Tapi ia belum ingin
mengakhiri semua ini. Ia akan memberikan sebuah
persetubuhan yang panjang dan nikmat sebagai
penghargaannya terhadap pengorbanan Nadine malam ini.
Setelah satu menit berlalu kecil pinggul Nadine menghentak-
hentak di bawah himpitan tubuh Alfi. Gatal-gatal nikmatnya
masih terus terasa di sekujur kewanitaannya meski
orgasmenya telah berlalu.
"Makasih sayangg..." bisik Nadine sambil mengeratkan
rangkulannya pada leher Alfi. Ia kecupi wajah pemuda itu
sebagai tanda rasa terima kasihnya atas kepuasan dasyat itu.
Sedangkan kaki panjangnya tetap melingkar erat di pinggang
Alfi seakan enggan berpisah dari pemuda itu.
"Hi hi hi Gila! kenceng banget teriaknya" ujar Dian tertawa
geli. Ia duduk di pinggiran kasur menatap gelisah ke dua
tubuh yang tengah saling melekat erat itu.
"Abis.. enak bangeeeet..."ujar Nadine di sela-sela sengalan
napasnya.
Orgasme barusan memang kuat. Memperolehnya tak secepat
bila bercinta dengan Paijo namun nikmatnya...jangan dikira!
Sepuluh orgasme buatan penis kampung Paijo belum
sebanding dengan orgasme barusan.
"Duhh! Sampe ngiri aku...." ujar Dian lagi. Sayang dirinya
sedang mens, Jika tidak ia pasti sudah ikut meloncat ke
dalam kancah persetubuhan itu. Percintaan Alfi dan Nadine
sungguh membakar hasratnya. Kemampuan dan daya tahan
Alfi memang pantas membuat banyak lelaki iri. Dirinyapun
mengakui jika Alfi tetap beberapakali lebih baik dari Paijo
dalam urusan ranjang. Sembari kedua wanita itu berbicara,
Alfi terus menganyun pinggulnya.
"Entot kakak lagi sayang...sekarang giliran kamu dapet.."
bisik Nadine
"He uh k-kak"
"Kamu tetap mau di atas?"tanya Nadine. Tentu saja Ia tahu
sekali apa yang disukai Alfi sebagai posisi orgasmenya.
Posisi missionary.
"Iya kak.."jawab Alfi. Meski tubuhnya basah kuyup oleh peluh
yang mengucur deras namun ia tak henti-hentinya menggenjot
Nadine. Pinggulnya bergerak sesuai ritme kenikmatan.
Terkadang lembut perlahan..terkadang cepat. Penisnya
membombardir liang lembut itu.
"Oughhh sayanggg.... sepertinya kamu juga sudah mau
dapet.." tanya Nadine. Ia tahu hal itu saat memperhatikan
mimik wajah Alfi. Beberapa saat lagi penis anak itu akan
mengisi rahimnya dengan benih-benih subur. Kali ini sebanyak
apapun sperma yang bakal dikeluarkan testis Alfi tak lagi
membuatnya kuatir. Ia siap mengandung keturunan Alfi sekali
lagi.
"Sedikiit lagii kakaak!..."rintih Alfi. Genjotannya semakin liar
dan cepat.
Gdurabk!..Gduraak!..Ranjang indah itu berguncang-guncang
hebat bagai sebuah kapal diguncang badai. Seprey nya pun
acak-acakan tak karuan lagi.
"ALLLLFIIIIII!!!! AARRRGGHHHHH!!!"Nadine menjerit-jerit.
Penis Alfi sungguh terlalu enak...
"Glek!" Dian sampai meneguk liur dan menggigit bibirnya
sendiri saat menonton persetubuhan itu.
"K.kkakaaakkk Alfiii dapeettT ARGGGHHHHH!!!!!"rintih Alfi.
Hanya beberapa detik menjelang bendungan kenikmatannya
jebol. Ia tekan penisnya sejauh ia bisa hingga pubiknya
kandas di pubik Nadine.
"Keluarinn sayaaangg!!!...kitaa beRENGGG..ARGGGHHHHHH!!!"
Nadine memekik kuat dalam sengatan kenikmatan itu.
Ternyata pertahannannya lebih dulu bobol sepersekian detik
dari Alfi. Seketika itu dinding vaginanya mengembang dan
mencekik kuat penis Alfi sehingga Alfi-pun terpekik..
"AAAAARRRRRGHH KAAAAAKK!!!!!"
Penisnya berdenyut kuat dan... CROOOOTTT!!! Segumpal besar
lendir terlontar bak peluru dari lubang pipisnya tepat di mulut
peranakan Nadine. Nikmatnya sungguh tak tertahankan bagi
Alfi...mendera kejantanannya dari ujung hingga ke pangkal
lalu gumpalan besar berikutnya datang susul menyusul.
CREEEETTT!!!... CROOOOTTT!!!.. CROOOOTTT!!!
"AAAAARRRGGHHH!!!!" Alfi mengerang-erang. Liang senggama
Nadine terus menghisapnya di sepanjang orgasme super enak
itu berlangsung.
Lagi...dan lagi... CREEEETTT!!!... CROOOOTTT!!!..
CROOOOOOOTTT!!!
"AARGHHHHHHH!!!!" Nadine pun terus memekik dan
mengenjan. Gelitik nikmat yang mendera kewanitaannya
benar-benar keterlaluan hingga ia hilang separuh
kesadarannya. Kejantanan Alfi terus saja memberinya
kenikmatan sambil berkejat-kejat memuntahkan benih yang
tak terkira banyaknya seakan tak ada habis-habisnya.
Satu setengah menit berlalu...
Nadine terkulai lemas dibawah tindihan Alfi. Masih saling
mendekap satu sama lain dengan Alfi. Ia masih merasakan
hentakan kecil dari pinggul Alfi meski pemuda itu telah
menuntaskan ejakulasinya. Dan menyuntikannya semua
langsung ke rahimnya yang subur.
"Ouggh sayaaaang ..kamu keluar banyak sekali......"bisik
Nadine.
"Habiss itunya kakak enak banget...."puji Alfi di antara
engahan nafasnya. Penisnya tetap ia biarkan terkepit erat di
liang surga di selangkangan Nadine. Berkubang limpahan
spermanya sendiri sambil meresapi sisa-sisa kenikmatannya.
"Ga! Kakak pikir bukan karena itu. Kamu pasti napsu banget
gara-gara Sabrina dan Lidya kan?"tanya Nadine.
"Ahk Kakak! Bisa aja..hi hi hi"
"Tuh! Mukamu itu ga bisa ngebohongi kakak!"
"Hi hi hi iya sih kak. Ngapain juga Alfi di suruh nemenin
mereka!?"
"Ingat janjimu sayang.. kamu ga boleh ngenganggu mereka!"
"Iya kak..Alfi inget itu kok. Karena itu Alfi kabur kemari"
"Makanya lain kali kamu jangan lupa lagi minum obat!"ujar
Dian ikut nimbrung.
"An, Sepertinya Alfina bakalan punya adik.." ujar Nadine
sambil menoleh ke arah Dian. Ia yakin sekali jika
persetubuhan barusan akan terjadi pembuahan.
"Hi hi hi emang sudah pantes kok. Alfin kan sudah dua tahun
sekarang".
"Hmmm...tadinya kupikir Didiet bakalan mengambil
kesempatan menghamiliku kali ini..tapi yah sudahlah..."
"Kamar mandinya kupakai duluan ya Nad...aku penat
banget"timpal Dian.
Ia melepas satu persatu pakaiannya. Alfi menatap adegan
seksi itu hingga Dian menarik lepas celana dalamnya. PLOPP!
Tiba-tiba Alfi mencabut lepas penisnya dari bekapan vagina
Nadine dan langsung melompat turun dari ranjang.
"Kak.. Alfi juga mau mandi sekalian" ujar Alfi pada Nadine
"Baiklah tapi jangan lama-lama. Kakak juga mau mandi. Ntar
biar kakak antar kamu pulang ke tempatnya Sabrina dan
Lidya!"ujar Nadine. Ia beranggapan Alfi sudah mengakhiri
percintaan tadi.
"Iya kak" lalu ia susul Dian ke dalam kamar mandi.
"Numpang mandi bareng ya kak?.." tanya Alfi tanpa
menunggu persetujuan Dian terlebih dahulu, ia langsung
nyelonong ikut masuk ke bawah siraman air shower yang
hangat. Lalu ia mengambil sabun tapi lebih dulu digosokannya
ke punggung Dian.
"Ma kasih sayaang" ujar Dian tersenyum senang dengan
perhatian Alfi tersebut.
"Puter badannya kak..biar Alfi bisa sabuni bagian depannya
juga.."ujar Alfi.
Namun saat Dian membalikan badannya, tiba-tiba Alfi
merendahkan wajahnya dan mencaplok puting kiri
payudaranya.
"Aaaaaa..Fiiiii... Kamu ini jahiiiil!"ujar Dian berusaha
mendorong wajah Alfi. Tapi Alfi malah memeluk pinggangnya
erat sementara mulutnya melekat semakin kuat bak lintah
kelaparan. Akhirnya Dian biarkan pemuda itu menyusu
padanya. Putingnya secara cepat menegang, Bahkan aerola-
nya ikut menggembung ber-ereksi akibat kuluman Alfi..
Plop! Alfi melepasnya...lalu ganti mencaplok puting susu yang
satunya.
"Kita gesekin
sebentar ya kak"
Duk! Penisnya
masih tetap keras
berdiri secara alami
itu menubruk paha
Dian .
"Dasarr! Kamu
emang anak
bandell! Bukannya
barusan itu kamu
sudah di bikin
'lega' sama kak
Nadine-mu?!."ujar
Dian membolakan
matanya. Siklus
mensturasi yang
sedang ia alami
telah membuat
gairahnya
meningkat lebih kuat dan tak tertahankan. Tapi ia berusaha
menghindarkan keintiman.
"Alfi kan juga kangen sama kakak..soalnya kakak ke luar kota
melulu bulan ini. Lusa sudah mau berangkat lagi padahal baru
pulang dari kota G. Memangnya kakak ga kangen sama
Alfi?"protes Alfi.
"Kakak kangen banget sama kamu ssayaangg tapi kita ga
boleh.. kakak sedang kotor..." ujar Dian memperingatkan anak
itu.
"Cuma digesekin kok kak. Boleh yaa.."ujar Alfi sambil
memepet tubuh Dian ke sudut membuat ruang gerak gadis itu
menjadi terbatas.
"Fii..kok lamaa? cepetan dong!!"Terdengar suara Nadine dari
luar kamar mandi.
"Iyaa kak..sebentar lagii..!!" jawab Alfi.
"Ayoo cepetan donk kaak...buka kakinya lebaran sedikit.."
pinta Alfi pada Dian sambil mencocol-cocolkan ujung
penisnya ke vagina Dian.
"Fiii..jangan dimasukinn..."bisik Dian. Ia sadar betul keinginan
Alfi bukan sekedar untuk saling menggesekan alat kelamin
mereka. Alfi membutuhkan lebih banyak ejakulasi lagi meski ia
baru memperolehnya dari percintaannya dengan Nadine
barusan. Namun sebagaimana Nadine Dian-pun tak dapat
menolak keinginan pemuda itu ....sesungguhnya sejak tadi ia
sendiri terangsang hebat menyaksikan persetubuhan Nadien
dan Alfi. Dan ketika pemuda itu mengangkat salah satu
pahanya ia tak berusaha mencegahnya sehingga kini
kejantanan Alfi mendapatkan akses penuh menuju ke sarang
impiannya.
JLEEEPP!
"OUghhhhhhh ARGHHHHH!!!" rintih Dian. Matanya terpejam
erat sementara tangannya berpegang erat pada bahu Alfi. Ia
membiarkan ujung duri sengat kenikmat Alfi menusuki
tubuhnya. Perlahan namun pasti ..mili demi mili penis Alfi
menyeruak masuk. ..... merangsek semakin jauh ke dalam.
Clek! Hingga akhirnya penis besar Alfi benar-benar tertanam
utuh memenuhi liang vaginanya..
"K-kkaaakk..." Alfi merintih.
Vagina Dian langsung mencengkram ketat penisnya. Meski Ia
memiliki lima wanita yang rutin ia intimi secara bergilir.
Namun kelimanya begitu memiliki perbedaan dalam urusan
seks. Dan hal itu yang membuat Alfi tak bosan-bosannya
bercinta dengan mereka. Dian merupakan gadisnya yang
paling mungil tubuhnya di antara kelima wanitanya itu...
tingkahnya juga paling centil dan menggoda.... Sedari awal
Alfi sudah mencoba menahan hasratnya pada gadis yang satu
ini karena ia tahu Dian sedang datang bulan. Namun gerak
gerik Dian mengingatkannya akan kecentilan Sabrina sehingga
ia tak tahan untuk menyetubuhinya.
"Tuh kan..B-baandeeeel..Emmppp.."keluhan manja Dian
terhalang oleh bekapan bibir Alfi.
Mereka berciuman lama. Saling merangkul dalam posisi
berdiri di bawah siraman air shower. Membiarkan kemaluan
mereka bertaut diam namun saling memberi kenikmatan satu
sama lain.
"Fiii.. dibersihin duluu..."pinta Dian sambil mendorong lembut
perut Alfi.
Alfi mengangguk ..ia mengerti. Perlahan ia tarik penisnya
hingga terlepas dari vagina Dian. PLOPP! Nampak cairan
merah menyelimuti seluruh batang kejantanannya sebelum
tersapu bersih oleh air hangat dari shower. Sesaat kemudian
Alfi mengulangi tusukannya...lembut namun jauh hingga ke
dasar vagina Dian yang mungil. Lalu ia cabut lagi penisnya
dengan membawa darah dari liang senggama Dian.
Selanjutnya proses itu ia ulangi beberapa kali hingga akhirnya
vagina gadis itu benar-benar bersih. Setelah itu barulah Alfi
mengenjot. Tusukannya perlahan namun menghujam jauh
dan dalam. Sementara Dian memutar pinggulnya mengimbangi
tusukan-tusukan Alfi dengan kedua lengan berpegangan pada
leher Alfi.
"OUGHHH Sayangggg...punyamu besaarrr sekaliii!"Dian
merintih.
Tiba-tiba Nadine muncul.
"ARkkk.. Fiii!! Kamu ga boleh ngegituin Dian,!.." ujar Nadine
menggeleng-gelengkan kepalanya saat mengetahui apa yang
tengah terjadi di dalam kamar mandi.
"Sekaliii ini saja kak... ughh.."ujar Alfi.
"Ga pa pa, Biarin aja, Nad.... Aku hampir bersih kok"ujar Dian.
"Kamu memang bandel! Kakak pikir kamu beneran sudah
selesai. Tapi Ingat! Yang kali ini jangan kamu sempotin di
dalem!" sembari memperingatkan Alfi, wanita cantik itu
melepas handuknya lalu ikut ke tengah siraman air shower.
Ia merapat ke punggung Alfi yang tengah bergoyang itu. Kini
dua tubuh berkulit seputih salju itu mengapit tubuh Alfi yang
berwarna gelap. Mereka bertiga terlihat persis bagaikan dua
potong roti sandwich menjepit sepotong daging yang hangus
"He eh kak" jawab Alfi. Ia tahu dalam kondisi mens wanita
sangat rapuh dan rawan terkena penyakit.
Sementara alat kelamin mereka bertaut saling memberikan
kenikmatan satu sama lain, bibir-bibir merekapun saling
memagut liar...dan lidah mereka bergulat saling berkejaran.
"AAaUUUuUUU Fiiii OuGhhhhh!!"rintihan Dian tak beraturan.
Tubuhnya bergetar mencoba terus berdiri dalam deraan
nikmat itu.
Nadine berpindah posisi. Kini tubuh Dian-lah yang berada di
tengah-tengah alias terjepit di antara tubuh Alfi dan Nadine.
Dari belakang Nadine remas-remas payudara Dian sambil
mengecupi leher jenjang sahabatnya itu. Sementara dari depan
Alfi mengenjot vaginanya sambil berciuman. Di perlakukan
sedemikian rupa Dian secara cepat mencapai puncak. Dan
ketika tubuhnya mengenjan hebat, Alfi langsung menekan
habis penisnya.
"AAAAARRRGGHHHHHH!!!!!!!"pekik Dian menggema di kamar
mandi itu. Tangannya tak mampu lagi berpegangan.
Untunglah ada Nadine yang ikut memegangi tubuhnya
sehingga ia tak jatuh ke lantai kamar mandi. Setelah satu
menit orgasme Dian mereda.
"Kakak sayaang kamuu.." bisik Dian. Ia merasa lega sekali
karena Alfi berhasil membebaskan dirinya dari gairah yang
membelengunya gara-gara sedang datang bulan.
"Sekarang giliranmu sayang..." Dian cepat berlutut.
Ia tetap ingin sperma Alfi pada sesi ini menjadi miliknya.
Vagina dan rahimnya berhalangan untuk kali ini namun tidak
mulutnya. Dibasuh dan disabuninya terlebih dahulu penis Alfi.
Setelah itu barulah ia melahap kejantanan pemuda itu. Sambil
mengisap, lidahnya berputar..memainkan permuakaan glans
Alfi yang semakin sensitif. Gclek..gclek..slrurrp..tak butuh
waktu lama. Mulut Dian sangat tahu bagaimana caranya
menghancurkan pertahanan Alfi.
"AAAAARRRRRGHH Kaaaaak!!" Alfi memekik seiring air
kenikmatannya terlepas dari laras kejantannya.
CROOOOTTT!!!... CROOOOTTT!!! gumpalan protein tinggi
melenjit keluar dari lubang pipis Alfi menghantami
kerongkongan Dian. Glek! Dian cepat menelannya sebelum
semburan berikut datang.
CROOOOTTT!!!... CROOOOTTT!!! dan Dian baru mengendurkan
hisapannya ketika sperma Alfi tak lagi memancar.
################################
Sementara itu di Apartement Lila dan Robert.
"Sial! Pergi kemana sih anak itu" umpat Lidya kesal. Tak ada
tanda-tanda Alfi bakal atau telah datang ke situ.
"Barangkali ia justru ke rumah pacarnya"timpal Sabrina.
"Cewek yang datang tadi siang itu?"
"Siapa tahu?"
"Sompret!"
"Sudahlah. Paling tidak orang itu bukan mbak Lila.
Eng..Sudah malem nih! Mendingan kita pulang saja. Tidur!
Biar kita ga bangun kesiangan dan terlambat ke kantor.
Besok- besok aku akan membujuknya agar mau tinggal di
tempat kita lebih lama lagi selanjutnya kita pikirkan cara lain
lagi" ajak Sabrina.
##################################
Sementara itu di rumah Sandra.
Waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Mereka bertiga baru
selesai melakukan sesi percintaan yang panas di kamar
mandi. Dian berulang-ulang mendapat orgame. Nadine
kembali menjadi sasaran Alfi berikutnya. Namun ketika Alfi
baru saja hendak memulai sesi baru itu, Tiba-tiba dadanya
berdetak keras. Tanda itu lagi! Desisnya menatap tanda bias
kemerahan di leher Nadine. Selain posisinya agak ke
belakang bagian itu selalu tertutup oleh gerai rambut Nadine.
Karena itu tak terlihat olehnya sejak tadi. Rambut Nadine
yang basah kini membuatnya jelas terlihat. Meski samar-
samar dan hampir hilang namun ia masih bisa mengenalinya.
"Fi, ada apa?"tanya Nadine heran karena Alfi mendadak
menghentikan keintiman itu.
"Tidak apa-apa kak. Tunggu sebentar" ujar Alfi bergegas
keluar dari kamar mandi.
Ia mengambil handphone-nya. Dengan jari gemetaran ia
menekan nomor telepon apartement Sandra dan Didiet di kota
G. Ia sengaja tak menghubungi Sandra melalui handphonenya.
Nada panggil berulang-ulang terdengar. Alfi menanti dengan
hati tak sabar. Tak lama kemudian ...seseorang mengangkat
telepon tersebut dan menyapanya.
"Hallo.."
Alfi langsung tercekat!.. Itu bukan suara Didiet. Lelaki
itu!....tentu saja Alfi mengenalinya!......mana mungkin ia lupa
dengan suara sekatrok itu! Seketika itu juga gairahnya
langsung turun ke titik terendah.
"HALLO!" pria di seberang telepon mengulangi sapaannya
dengan lebih keras. Sepertinya ia kesal karena Alfi tak
menjawab sapaannya. Alfi sendiri cuma terdiam sambil
meremas handphone-nya tanpa sadar. Napasnya sesak.
Perasaan marah...dan perih bercampur aduk di dalam
dadanya karena terbakar api cemburu dan merasa terhianati
ketika teringat bahwa ketiga bidadarinya ini terus secara rutin
bergantian datang ke kota itu. Bahkan saat ini-pun Sandra
tengah berada di sana! Ternyata virus kenikmatan yang
tularkan Paijo sedemikian hebatnya Bahkan kini telah
bertambah satu orang bidadarinya yang terinfeksi oleh penis
kampung itu..... Nadine!
"WOOEII SIALANN! Ngenganggu saja ndak tahu orang sedang
enak!" umpat lelaki itu secara sangat kasar sebelum
mematikan telepon.
Alfi terdiam mematung dengan hati remuk. Berarti
kecurigaannya selama ini benar. Bocah kampung itu memang
tinggal di sana! Pastas saja beberapa hari yang lalu ia
menemukan beberapa potong pakaian dalam lelaki nyasar
masuk ke tumpukan pakaiannya di rumah Sandra. Jelas itu
juga bukan miliknya Didiet. Ukuran pinggang pemilik celana
ini sama ramping dengannya. Saat ia tanyakan ke bik Iyah.
Wanita tua itu cuma mengatakan bahwa pakaian kotor itu
semua berasal dari kopernya Didiet dan Sandra sepulang
mereka dari kota G.
"Hhhhhhh!" Alfi hanya bisa menghela napas.
Kini ia mampu mendapat gambaran yang nyata setelah
menghubung-hubungkan semua rangkaian kejadian janggal
ini. Mengapa Sandra masih bercinta dengan pemuda itu?
Bukankah dulu ia melakukan itu semata-mata karena ingin
hamil? Dan bukankah ia juga sudah janji jika ia tak lagi
mengulangi perselingkuhannya itu?.lalu..Dian...juga
Nadine?...Dengan lesu ia punguti pakaiannya yang tercecer di
lantai lalu kembali memakainya.
"Lho udahan nih, Fi?"tanya Nadine yang baru keluar dari
kamar mandi. Tadinya ia mengira Alfi akan melanjutkan
keintiman mereka di kamar.
"K-kak.."
"Ya?"
"Ada yang ingin Alfi tanyakan"
"Ya sayang?"
"Eng.anuu...ga jadi deh kak.."ujar Alfi.
Keragu-raguan menyelimuti hatinya. Ia butuh jawaban tapi
lidahnya terasa sangat kelu. Apa gunanya menanyakan hal itu
kepada mereka jika hanya akan mengundang pertengkaran
belaka. Bukankah dulu masalah ini sudah pernah dibahas
sebelumnya namun toh tetap saja mereka berselingkuh.
"Hmm..ya sudah. Tapi kamu belum jawab pertanyaan kakak
barusan"
"A-apa?"
"Kamu bener mau pergi sekarang?"
"Iya kak. Mungkin sebaiknya Alfi segera kembali ke tempat
kak Lidya dan kak Sabrina"
"Hmm...Baiklah.. tapi kamu tunggu kakak berpakaian
sebentar. Biar kakak yang mengantarmu"ujar Dian yang juga
diliputi tanda tanya besar..
"Ga usah kak. Alfi bisa ke sana sendiri kok"
"Ga.. jangaaan!. Malam sudah sangat larut. Ntar terjadi apa-
apa di jalan."
"Aduhh Kak! Ntar malah ketahuan sama mereka. Sudah ya
kak Alfi pergi sekarang Hi hi hi"Ujar Alfi memaksakan diri
tertawa meski hatinya tengah dalam kepedihan.
"Apa apa dengannya, Nad? Tak biasanya Alfi bersikap
demikian"tanya Dian setelah Alfi pergi.
"Entahlah. Aku juga heran"jawab Nadine.
#####################################
Sementara itu di kota G
Di apartment milik Didiet dan Sandra .
Di bawah temaram sinar lampu tidur. Di atas kasur
empuknya, Sandra tengah merintih dalam genjotan sesosok
tubuh kerempeng. Malam ini Didiet tengah berada di lokasi
proyek. Meninggalkan istrinya yang cantik dan sedang hamil
itu berduaan bersama seorang lelaki lain. Clap! Clek! Clap!
Clek! Bunyi benturan pubik bergantian dengan decakan becek
terdengar jelas beriring kocokan kuat Paijo. Paijo menghindari
tindihan langsung ke perut Sandra yang membuncit. Ia
berlutut di antara kangkangan paha Sandra. Punggungnya
berdiri tegak sambil memegang lutut Sandra. Sementara
pinggulnya berayun buas tanpa henti dengan kecepatan
konstan. Tubuh Paijo yang hitam legam terlihat licin mengkilat
oleh peluh yang mengucur dari setiap pori-pori tubuhnya.
"Argghhhhhhh!! Per-lahaann Kangmaaas!! ARRGGH!!"rintih
Sandra.
Sodokan Paijo memang begitu nikmaaaaat namun ia kuatir
akan keselamatan janinnya. Paijo bercinta secara buas dan
liar malam ini. Nyaris tiga jam mereka mengayuh biduk
kenikmatan itu tanpa istirahat. Namun pemuda itu belum
menunjukan tanda-tanda kelelahannya.
"OUGHhh.... Kanggmassss!!!" Sandra merintih tertahan oleh
sengatan kenikmatan yang bertubi-tubi disuntikan oleh Paijo
kepadanya.
Sudah tak terhitung orgasme yang ia rasakan malam ini. Dan
ia tak tahu berapa orgasme lagi bakal ia terima dari Paijo. Ia
hanya bisa merintih dan menggelinjang membiarkan Paijo
menggenjotnya. Sedangkan Paijo sendiri sampai saat ini baru
dua kali muncrat. Bukan main! Keintiman ini sempat terhenti
sejenak karena ada ganguan telepon iseng.
"AAAAAAAARRGHHH!!!!!"pekik panjang Sandra membahana.
Ternyata orgasmenya kembali datang. Dengan tangkas Paijo
mengujamkan penis tujuh belas sentinya sedalam ia dapat
masuk. Tubuh Sandra bergetar hebat bak terstrum.
Pinggulnya terangkat secara naluriah menyambut hujaman
penuntas Paijo.
"OUGHHHH!!" Paijo meleguh...... vagina Sandra mengecut
secara ekstrim dan menghisap penisnya....tapi ia masih
mampu bertahan dalam bekapan super nikmat tersebut.
Sembari bertahan, Ia terus melakukan hujaman penuntasan
bagi orgasme Sandra. Wajah jelita Sandra yang tengah
dilanda kenikmatan itu terlihat sangat menggemaskan.
Tubuhnya yang sedang melar karena hamilpun juga semakin
menggiurkan saat menggelinjang. Paijo tersenyum bangga
dan puas akan pencapaiannya....betapa tidak..ia terus
menerus mempersembahkan orgasme bagi Sandra malam ini.
Paijo sengaja melakukan berbagai upaya buat menambah
keperkasaannya di ranjang termasuk diam-diam
mengkonsumsi Viagra....yang bertujuan bukan hanya untuk
menaklukan Sandra secara seksual di ranjang namun juga
merebut hati wanita anggun itu. Ia merasa yakin jika Sandra
semakin tergila-gila kepadanya sehingga Sandra merasa tak
perlu lagi meminta kenikmatan kepada Alfi! Pemuda yang
sangat ia benci dan cemburui itu. Demikian juga halnya
dengan kedua wanita cantik lainnya...Nadine dan Dian yang
beberapa hari yang lalu telah ia pecundangi. Mereka
menyatakan kepuasan atas percintaaannya. Bahkan Dian
yang dulu pernah mempecundanginya kini malah merintih-
rintih minta ampun karena tak mampu lagi meladeni
keperkasaannya. Dan ia tak akan berhenti di situ. Ia
mendengar jika Alfi juga memiliki stock beberapa kekasih
wanita cantik lainnya. Untuk itu Ia akan menerapkan strategi
yang sama untuk merebut semua wanita tersebut dari Alfi.
Secara pelan namun pasti ia mendekati lalu mengintimi satu
demi satu. Hingga mereka memuja-muja keperkasaannya dan
berpaling dari Alfi. Paijo bahkan berhayal lebih ekstrim lagi. Ia
tak hanya berencana merebut Sandra dari Alfi jika perlu ia
akan menyingkirkan pemilik syah wanita cantik itu...yaitu
Didiet!
"Hsss...Kang
mas buass
sekali malam
ini!.Aku puas
tapi juga
sudah capek
sekali" puji
Sandra dalam
engahan
napas yang
masih
memburu
sambil
mengelus
dada
kerempeng
Paijo yang
berlumuran
peluh.
Sebenarnya ia
sudah letih dan berharap Paijo menghentikan keintiman ini
agar ia dan janinnya dapat beristirahat.
"Tapi aku masih kangen sama kamuu Diajeengg..sekaliii saja
lagi ya diajeng.. berbulan-bulan di rantauan kangmas cuma
bisa ngocoookk!"rayu Paijo.
Efek viagra mulai terasa mengganggunya. Sukar sekali
baginya untuk ejakulasinya. Setiap kali rasa itu datang selalu
kembali menjauh. Tapi jelas ia tak akan berterus terang
kepada Sandra jika ia telah mengkonsumsi Viagra.
"Benarkah itu Kangmas? Jangan-jangan Kangmas malah
punya pacar di sana, iya kan ?"
"Ndaaaak diajengg! ...Kangmas-mu ini lelaki setiaa..." tukas
Paijo cepat. Padahal ia berbohong. Tanpa Sandra dan yang
lain ketahui sebenarnya ia tak cuma bekerja sebagai buruh
angkut di tambang milik temannya Didiet. Namun juga ikut-
ikutan beberapa temannya di sana menjadi gigolo bagi istri-
istri pelaut kesepian di sebuah komplek. Jelas Paijo takut jika
prilaku buruknya itu diketahui Sandra dan yang lain. Meski tak
ada satupun di antar wanita tersebut yang bisa menandingi
kecantikan Sandra Nadine dan Dian, namun setidaknya dirinya
mendapatkan penyaluran bagi kebutuhan seksualnya yang
semakin meninggi. Selain itu ia juga menerima upah dari
wanita yang ia puaskan berupa uang, handphone dan pakaian
baru. Kemampuannya bercintanya membuat dirinya cukup
populer di kalangan para wanita kesepian dan juga
membuatnya disegani di kalangan teman sepropesinya
sesama pria lacur.
"Akh! Tapi Kangmas kan sudah tidur sama kedua temanku
satu mingu ini!"
"Tapi aku tetep ndak puas! Penisku ini kadung ketagihan
tempiknya Diajeng!"
"Ya sudah kangmas boleh gituin aku lagi tapi kangmas harus
ingat-ingat sama anak-anak kita. Mereka juga butuh istirahat
lho"
"Terima kasih diajeng.."
Lalu Paijo kembali memompa penisnya. Batang hitam itu
menerobos keluar masuk ke liang pink kewanitaan Sandra..
mengaduk-aduknya ... meniti rasa nikmat hingga sampai ke
titik puncak. Kclk..kclek...kclek...suara becek mengiringi
setiap gesekan alat kelamin mereka.
"AAARRGGHHHHH!!!!"Sandra menjerit lirih.
Kemampuan bercinta Paijo sudah patut disejajarkan dengan
Alfi. Selain daya tahannya semakin baik. Paijo juga telah
melakukan piercing pada kejantanannya.......seakan tak puas
dengan tindik kejantanan yang sejak lama ia miliki itu. Bola-
bola besi kecil bergelantungan di sekujur penis Paijo
mengincar posisi klitoris,.g-spot serta titik kenikmatan
lainnya. Setiap sodokan Paijo berbuah kenikmatan membuat
vaginanya semakin lama semakin sensitif saat menerima
gesekan penis berassisoris itu. Sementara itu payudara kirinya
terus dimangsa mulut Paijo disepanjang persetubuhan
mereka. Paijo melakoni itu tanpa kepegalan seakan otot
mulutnya terbuat dari karet. Payudara Sandra yang tengah
membengkak di kehamilannya membuat Paijo semakin betah
berlama-lama menetek. Tak lama lagi benda indah ini akan
mengeluarkan susu bersamaan dengan kelahiran bayi kembar
mereka.
Tak hanya batang penisnya Paijo juga telah menindik
lidahnya. Dan Sandra dapat merasakan manfaat dari bola besi
di bawah lidah Paijo tersebut. Lidah Paijo terus menggelitik
lincah batang puting susunya. Buat Sandra...dihisap saja
sudah sedemikian nikmatnya apalagi ditambah sentuhan
intens ke putingnya. Bahkan saat persetubuhan ini di mulai
sore tadi, gelitik dari lidah bertindik itu juga telah membuat
dirinya berulang-kali orgasme saat Paijo melakukan sesi
Jimek (jilat memek) yang panjang.... mengulumi dan
menyedot-nyedot clitorisnya.....nyaris selama dua puluh
menitan. Terus mengenjot akhirnya gelombang kenikmatan itu
datang juga. Geli nikmat mencekam sekujur penis
kampungnya. Sambil mencengkram payudara Sandra kuat-
kuat, Ia mempercepat kocokannya....
"DIAJEEENGG... A-aaku sudah mauuu daaPEEETT!!! ISEPP
TITIITKUU DIAJENGGG!!!! ISEEEEEPPP!!!!"rengek Paijo.
Sandra tentu saja tahu apa yang Paijo inginkan. Ia dapat
merasakan kepala penis Paijo mengembang mengempis. Lalu
ia kerahkannya segenap sisa-sisa tenaganya. Otot-otot di
sepanjang lorong kewanitaannya langsung menciut secara
ekstrim... meremas penis Paijo sekaligus menciptakan
kevakuman di dalam situ sehingga memberi efek hisapan
seperti yang Paijo maksud.
"DIAJEENGGG!!!! EENAAAAKKKKK!!!!" Paijo lagsung meracau
jorok.
Bola matanya mendelik sementara mulut menganga bego oleh
rasa geli nikmat semakin menggila yang mendera
kemaluannya. Vagina Sandra telah membuat saluran
kencingnya tercekik hebat...menyumbat aliran besar maninya
yang hendak keluar. Namun dalam hitungan sepersekian detik
air maninya berhasil menjebol sumbatan yang tercipta....Lalu
dengan kecepatan fantastis berseluncuran di saluran
kencingnya...dan terlepas dari laras berkulupnya..
CROOOOTTT!!!... pancaran itu diiringi oleh jerit kenikmatan
Paijo.
"AAAAAAAAAAARGHHH!!!!!" CROOOOTTT!!!
"UGHHH KAAANGGMAASSS!!!...." Sandra-pun memekik karena
orgasmenya kembali datang saat Paijo berejakulasi hebat di
dalam tubuhnya. Ia dapat merasakan pancaran kuat dan
hangat itu. Air mani Paijo memang sangat encer.
Semburannya tak menggumpal melainkan menyebar seperti
semburan air soda keluar dari botol yang sebelumnya di
kocok-kocok. Sandra menyambut pancutan itu dengan
mengoptimalkan kinerja otot-otot kewanitaannya.
CROOOOTTT!!!... CROOOOTTT!!!
"GRRRRAAAAAAAAaaAaAA!!"Paijo terus memekik. Cincin-
cincin di sepanjang liang senggama Sandra terus memeras
kejantannya ditengah gatal nikmat menggila itu..
"Keluarkan semuaa
Kangmasss...habiskaannn...benihhmu..."bisik Sandra tanpa
mengendurkan sedikitpun cengkraman otot-otot kegelnya.
Sementara kakinya melingkari erat pinggul Paijo yang tengah
menghentak-hentak.
Paijo baru berhenti mengenjan hingga tetes terakhir
spermanya terpancar pada sesi ini. Begitu ejakulasinya
berakhir, Ia langsung mencabut lepas penisnya. Lalu
menghempaskan tubuhnya di samping tubuh Sandra.
"Kangmas, aku mau mandii dulu...."ujar Sandra lirih bangkit
dari ranjang.
"Yaa Wis... mandi sana! Kalo udah seger ..tak entot
lagi...!"timpal Paijo dengan napas tersengal-sengal.
Sandra menghela napas. Tadinya ia berharap Paijo
memberinya sebuah bentuk perhargaan meski itu hanya
berupa sebuah kecupan ringan. Namun Paijo justru seakan tak
perduli dengan keadaan wanita yang baru ia setubuhi itu.
Sungguh berbeda dengan Alfi. Alfi tak pernah buru-buru
menjauhi wanitanya yang dimesrainya meski percintaan sudah
berakhir. Upssh! Sperma Paijo langsung mengucur keluar dari
vaginanya dan berceceran di lantai sebelum ia sampai di
kamar mandi. Sandra juga heran bagaimana mungkin benih
seencer itu pernah sampai membuahinya. Sandra merenung di
cermin sambil memandangi tubuhnya. Bercak-bercak
cupangan bertebaran di sekitar leher dan dadanya memerah
akibat cengkraman Paijo barusan. Anak ini memang tak bisa
diomongi. Sandra mengira Paijo telah dengan sengaja
menebarkan jejak perbuatannya sehingga dirinya tak mungkin
bertemu Alfi dalam waktu dekat ini. Seakan Paijo ingin
menahannya lebih lama lagi di kota G ini. Nyaris tiga bulan
tak bertemu Paijo menjadi semakin menggila di ranjang. Sejak
kemarin Paijo tak henti-henti mengajak bersetubuh hingga ia
kewalahan meladeninya. Tadinya Sandra mengira Paijo ingin
menuntaskan rasa kangennya karena tiga bulan ini mereka
berpisah. Namun terkesan Paijo hanya ingin membuktikan
kalau ia mampu menaklukan setiap wanita di ranjang. Ketika
Sandra baru keluar dari kamar mandi Paijo langsung meraih
pinggangnya. Tubuh wanita hamil itu hilang keseimbangan
hingga terjerembab ke kasur.
"AAAAAAAAAA JOOO!!!"pekik Sandra ketakutan.
Untung kasur mereka sedemikian empuknya hingga tak
berakibat apa-apa pada kehamilannya. Namun ulah ceroboh
Paijo tersebut tak urung membuat Sandra kesal.
"Apa-apaan kamuu, JO! Hatii-hatii DONK!!!"
"Wangiiinya...Diajeng bikin penisku ngaceng lagii...! "ujar
Paijo tanpa perduli pada hardikan Sandra, dengan tergesa-
gesa ia mencoba menusukkan ujung penisnya yang tak
bersunat itu ke celah kewanitaan wanita itu.
"Tapii Joo...Ughhhh.... Kanggmass..." hanya itu yang mampu
Sandra ucapkan. Putingnya sudah dalam kuluman mulut
Paijo. Membuatnya tak mungkin menolak keinginan bocah itu.
Sementara itu burung Paijo-pun telah berhasil menemukan
sarangnya...JLEEEPP!!!
"AAARRGGHHHHH!!!!"Sandra menjerit lirih. Gelinyaa.. penis
kampung yang hitam legam ber-assisoris tak bersunat itu
memang merupakan sumber kenikmatan yang sukar dicari
tandingannya. Sebuah fakta yang tak terbatahkan jika dirinya,
Nadine dan Dian sangat menyukai kejantanan Paijo. Dalam
dua puluh menit penuh Sandra kembali merintih digasak
pemuda kampung itu. Terperangkap dalam jebakan
kenikmatan tiada akhir.
Tiga puluh menit berlalu...vagina Sandra kembali dipenuhi
sperma encer Paijo.
"Memek gedongan!.... Gatelll! Doyan penis kampung!!!!" oceh
Paijo.
Tiga buah jemarinya menancap di vagina Sandra. Mengobok-
oboknya dengan gemas. Ia bersiap-siap hendak memulai sesi
berikutnya menunggu kondisi penisnya benar-benar berdiri
penuh.
"Joo...sudaah duluu. ARRGHH!!"ujar Sandra sambil
mendorong lepas jemari Paijo dari vaginanya.
"Satu kali lagi saja, Diajeng! Bukankah diajeng suka sama
penisku ini? Aku sengaja bawa 'oleh-oleh' ini buat
Diajeng.."Paijo terus merayu sambil terus mencoba
menggerayangi tubuh Sandra.
"Jo Hentikan! Kurasa cukup untuk malam ini! Aku hargai
upayamu menyenangkanku tapi aku juga tak ingin kegiatan
seksual kita mengganggu bayiku! Engkau mengerti?!" tegas
Sandra mulai kesal. Karena Paijo seakan tak mengerti-
mengerti akan kekuatirannya. Dulu sebelum merantau ke
pulau K, Paijo begitu perhatian terhadap kehamilannya dan
kerap mengelus perutnya yang membuncit itu. Entah mengapa
Paijo menjadi begitu berbeda sekarang. Penampilan Paijo juga
terlihat sangat berbeda sekarang. Tubuhnyapun dipenuhi oleh
tato yang bentuknya tak karuan alias serampangan
bertebaran di tubuhnya. Ada tubuh perempuan bugil hingga
gambar vagina. Dan yang paling membuat Sandra risih karena
ada namanya beserta Nadine dan Dian terukir di sekitar pubik
Paijo dengan hurup kapital yang cukup besar. Seakan Paijo
ingin menunjukan jika ia pernah 'memakai' para wanita cantik
itu. Satu hal lagi...cara bicara Paijopun juga berubah menjadi
sangat tak sopan.
"Baik Diajeng Baik!..." ujar Paijo menghentikan
kemesumannya sesaat sambil mencucupi jemarinya yang
berlumuran juice cinta Sandra.
"Sebaiknya engkau tidur saja di kamarmu...aku tak ingin kita
jadi keterusan"ujar Sandra.
"Engg...Boleh saya minta waktunya sebentar, Jeng? Soalnya
ada yang mau saya bicarakan sama Diajeng" ujar Paijo tanpa
henti memanggil 'Diajeng' kepada Sandra.
"Soal apaa?"
"Saya mau usul bagaimana kalau kita...nikah siri,
Diajeng"tanya Paijo.
"A-apaa, Jo? Nikah siri?!"Sandra kaget. Anak ini mintanya
yang aneh-aneh saja.
"Iya... saya ini cinta mati sama Diajeng dan diajeng juga cinta
sama. Jadi kenapa kita ndak jadi suami- istri yang syah
saja?."
"Tidak mungkin, Jo. Aku kan sudah punya suami" ujar Sandra.
Jelas ia anggap hubungannya dengan Paijo selama ini
hanyalah karena seks. tak lebih! Tak dapat dipungkiri awalnya
berselingkuh dengan Paijo begitu membakar gairahnya.
Bersetubuh liar dalam durasi lama...merasakan orgasme
demi orgasme hebat silih berganti dari penis bertindil itu...
namun lama kelamaan Sandra tak lagi merasakan sensasi
atau getaran itu. Dan soal pilihan hati? Jelas ia tak dapat
berpaling dari Alfi. Alfi bukanlah bandingan bagi Paijo.
"Tapi..Kan saya yang bisa bikin Diajeng bunting bukan pak
Didiet"
"Kamu jangan kurang ajar Jo!"ujar Sandra merasa tidak
senang dengan ucapan Paijo yang cenderung melecehkan
suaminya itu.
"Maaf bu kalau ibu ndak suka sama omongan saya. Tapi
maksud saya...Jika kita nikah..saya bisa leluasa ikutan
merawat si kembar setelah mereka lahir nanti ....bahkan
setiap saat kita bisa tambah momongan lagi buat
ibu...berapapun bayi yang ibu inginkan pasti saya kasih!"
"Tidak, Jo. Engkau tidak mengerti...yang jelas aku kita tak
mungkin menikah..dan bagiku kehamilan ini sudah cukup"
"Begitu rupanya...Lantas bagaimana kalau seandainya kang
Alfi yang minta? Pasti ibu kabulkan kan?!, Huh!" tanya Paijo
sinis.
"Alfi tak pernah minta-minta yang aneh-aneh seperti kamu!"
"Lho saya cuma nanya seandainya..kok? Kan gampang ibu
tinggal jawab ..iya atau tidak"tantang Paijo.
"Jo! Bukankah kita kan sudah janji bila kita sedang bersama
kita tidak akan membahas atau menyinggung hubunganku
dengan Alfi"ujar Sandra dengan nada suaranya meninggi. Ia
kesal.
"Yaa sudahh Ndak usah marah begitu toh! Maafin
kangmasmu ini! Ndak usah buru-buru. Biar kangmas beri
diajeng waktu buat pikir-pikir dulu!."ujar Paijo terus gigih
merayu.
Ia sudah lelah terus bersembunyi dari Alfi. Tentunya sebuah
ikatan tak ada lagi yang bisa menghalanginya untuk selalu
bersama Sandra.
"Tidak Jo! Aku tegaskan aku tak akan pernah menikah
denganmu! Jadi engkau tak usah menunggu-nunggu
jawabanku"tegas Sandra.
Wajah Paijo merah padam. Ia kecewa sekali... segala upaya
telah ia kerahkan semata-mata agar dapat memiliki hak
secara utuh terhadap wanita anggun ini telah gagal! Ternyata
Sandra masih lebih menyukai Alfi ketimbang dirinya!
Sedangkan dirinya hanyalah dianggap sebagai sebuah vibrator
hidup belaka.
"Baiklah kalau ibu ndak mau nikah! Tapi saya ndak mau jatah
ngentot buat saya dibetes-batesin sebagaimana kang Alfi!"
"Huh! Kamu pikir siapa dirimu, Jo?. Ga bisa! Akulah yang
berhak mengatur dan menentukan jatah kumpul
kita ..bukannya kamu!"
Melihat sikap Sandra yang defensif, Paijo menjadi
nekat...Secara tiba-tiba ia menerkam tubuh Sandra.
"ARRHKK! Apaa-apaan kamuu, JO!!" Sandra terpekik kaget
sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Paijo.
"Diajeng ini kalau marah tambah cantik! Malam ini saya bakal
entotan sama Diajeng sampai saya puas dulu!" ujar Paijo
menyeringai buas. Ia menguatkan cekalannya sambil berusaha
menusukan lagi burungnya ke vagina basah wanita cantik itu..
PLAKKK!! Sebuah tamparan keras melayang menerpa pipi
Paijo di tengah pergulatan itu. Dan sekali lagi..PLAAKK!!! Dua
tamparan itu membuat Paijo langsung menghentikan aksinya.
Ia tergagap tak menyangka jika Sandra akan seberang itu
padanya. Sementara Sandra sendiri cepat-cepat berlari ke
dekat pintu begitu terlepas dari cengkraman anak itu.
"Kurang ajar kamu, Jo! Mengapa kamu semakin berlaku tak
sopan?!"tanya Sandra semakin tak mengerti akan perilaku
Paijo.
"Weleh..sopann? Sedari tadi ibu juga ndak sopan...telanjang
bulet gitu di depan saya? He he he" timpal Paijo sambil
mengelus pipinya yang memerah..
"Keluar kamu dari kamar ini! Dan sebaiknya besok pagi-pagi
kamu kembali ke pulau K!"
"Ibu mengusir saya?!"tanya Paijo. Matanya menatap tajam ke
Sandra. "Saya ndak mau! Saya tetap pingin di sini!"
"KELUAARRR! Atau engkau ingin aku memberi tahu Alfi soal
kelakuanmu!"bentak Sandra kali ini tak dapat menahan
kesabarannya lagi.
"He he Ibu berani bilang ke kang Alfi?!...Bukannya kang Alfi
malah membenci ke ibu kalau tahu ibu sudah menghianati dia
selama ini?" ejek Paijo saat mendengar Sandra menyebut
nama rivalnya itu.
"Kalau begitu aku berita tahu dia sekarang. Lalu kita lihat saja
besok pagi." balas Sandra tak mau kalah.
Dan kali ini ia berhasil membuat hati Paijo keder. Paijo tentu
saja tak ingin bertemu lagi dengan musuh lamanya itu atau
menanggung kemurkaan Alfi atas perbuatan mereka.
"Baik! Baik! Saya pergi besok. Ternyata Ibu sama saja dengan
Surti. Cuma mau memanfaatkan saya. Setelah bunting saya
dicampakkan. Tapi ibu harus ingat yang ada di dalam perut
ibu itu adalah anak-anak saya! Bukan pak Didiet atau kang
Alfi! jadi sayalah berhak atas mereka!"
Lalu ia pergi sambil membanting pintu. Sandra cepat-cepat
mengunci pintunya. Hhhhh! Sandra membatin ..inilah
akibatnya bermain api, keluhnya. Ia tak menyangka jika Paijo
memiliki niat lain dengan kepulangannya ini. Tak lama setelah
Paijo pergi, telepon berdering. Terdengar suara Dian dari
seberang.
"Tadi Alfi kemari"ujar Dian.
"Oyaa?"
"Kami bertiga baru saja usai bercinta. Ternyata dia lupa
meminum obatnya"
"Hhhhh..sebenarnya aku kangen sekali padanya"Sandra
mendesah.
"Kangen gimana? Bukannya kamu sedang bersenang-senang
bersama Paijo?"goda Dian.
"Akh engkau ini..mana mungkinlah aku samakan Alfi dengan
Paijo. Sebenarnya kami baru selesai bercinta tapi aku justru
memikirkan Alfi. Selain itu juga aku mulai merasa ga nyaman
Paijo di sini.. Belakangan ini dia mulai bertingkah
menyebalkan...bahkan agak..begajulan! Kukira dia telah salah
bergaul sejak dia merantau ke pulau K" keluh Sandra.
"Tadinya kupikir cuma aku saja yang merasa demikian.
Ternyata kamu sama Nadine juga begitu".ujar Dian
membenarkan pendapat sahabatnya itu.
"Kupikir kita harus menghentikan ini sebelum Alfi tahu apa
yang telah kita lakukan"
"Aku setuju banget kalau dia dijauhkan dari lingkungan kita.
Ketimbang dia membawa dampak buruk bagi kita semua.
Kamu juga sich Sand yang mulai. Kenapa juga si Paijo pake
ditawari mampir ke sana, jadinya kita bertiga keterusan
selingkuh. Perasaanku sungguh ga enak banget sewaktu aku
digauli Alfi tadi..."ujar Dian.
"Iya iya memang aku salah.. Itu semua gara-gara aku merasa
iba dengan nasib buruk yang menimpanya tempo hari
sekaligus sebagai ungkapan rasa terimakasihku karena dia
yang berhasil membuatku hamil. Tadi sudah kukatakan
kepadanya jika dia tak usah lagi kemari untuk menemui kita
bertiga"
(baca episode 14)
"Tapi bagaimana jika dia tidak mau. Anak itu mulai susah
diomongin dan berani membantah"
"Ga mungkin. Dia itu takut banget kalau Alfi sampai tahu jika
dia sering kemari"
###############################
Di kantor Didiet .
Hari menjelang sore namun Alfi tak langsung pulang ke
rumah. Ia menemui Sriti. Sejak peristiwa di kota H tempo hari,
Sandra dan Didiet memperkerjakan Sriti di kantor mereka.
"Kenapa mereka mempermainkan Alfi seperti ini, Kak? Mereka
semua bilang sudah tak lagi berhubungan dengan si Paijo.
Kenyataannya? Sampai sekarang anak itu justru tinggal
bersama mereka di kota G. Bahkan kini kak Nadine-pun ikut-
ikutan selingkuh sama anak itu Huh!" gerutu Alfi dengan
wajah cemberut.
Ia sangat kesal...dan cemburu sekali. Pasti saat ini Paijo
tengah mentertawakan keluguannya selama ini. Sementara ia
seenaknya meniduri ketiga kekasihnya itu satu per satu. Atau
bahkan ketiganya sekaligus dalam waktu bersamaan!
"Dan sebalnya lagi kak Niken dan kak Lila malah ikut-ikutan
menjadikan Paijo sebagai ancaman agar Alfi tidak
mengganggu kak Sabrina dan kak Lidya!" sambungnya.
"Hhhh..Fii..kakak rasa ada satu hal yang harus engkau
pahami terlebih dahulu, Fi"ujar Sriti. Setelah ibunda Alfi
meninggal hanya kepada Sriti-lah tempat pemuda itu
mencurahkan kegundahan hatinya.
"Pertama-tama kita tak boleh melupakan kebaikan Didiet dan
Sandra. Berkat mereka-lah martabat kita berdua terangkat.
Kita harus ingat siapa diri kita sebelum ini. Jika bukan karena
mereka mungkin kita masih berada di tempat kotor"
"Tentu kak. Mana mungkin Alfi menyangkal semua itu. Alfi
hanya tidak suka mereka masih berhubungan dengan Paijo,
itu saja kak!"
"Tapi Fi engkau sama sekali tak berhak melarang mereka.
Mungkin engkau lupa jika Didietlah yang lebih hak atas diri
Sandra dan Nadine karena Didiet adalah suami mereka
berdua. Demikian pula halnya dengan Niken dan Lila. Mereka-
pun masing-masing memiliki suami yang syah..
Keberadaanmu di antara mereka hanyalah sebagai bumbu
bagi kesenangan di atas ranjang perkawinan mereka belaka!.
Termasuk hubunganmu dengan Dian. Engkau hanya bisa
menikmati tubuh mereka tanpa bisa memiliki mereka"ujar
Sriti. Ia harus mengatakan itu secara gamblang agar Alfi
paham meski kenyataan itu sakit bagi Alfi.
Alfi terhenyak di sandaran kursinya dalam ketidakberdayaan.
Pikirannya menerawang ke belakang..tiga tahun yang
lalu...kala sore itu ia tengah berteduh dari lebatnya hujan di
bawah sebuah pohon dengan mengepit koran dagangannya
yang semuanya basah kuyup. Sejak siang perutnya merintih
perih minta diisi padahal ia belum punya cukup uang untuk
membeli makanan karena koran dagangannya baru laku dua
buah.
Di tengah kegalauannya...tiba-tiba sebuah mobil sedan
mewah berhenti di depannya. Seorang pemuda berwajah
tampan dan simpatik muncul dari balik kaca jendela.
"Kamu Alfi kan?!"tanya pemuda itu sengaja agak berteriak
agar Alfi dapat menangkap perkataannya di antara suara
gemuruh hujan. Alfi mengangguk.
"Eng..Kakak siapa, ya ?"
"Ayoo Fi masuklah ke dalam mobil. Nanti baru kakak jelaskan
padamu"
"Tapii..." Alfi agak ragu karena ia tak ingin tubuhnya yang
basah kuyup membuat basah kursi mobil pemuda itu.
"Sudaahh ga usah kuatir. Masuk sajalah!"kata pemuda itu
tersenyum.
Itu kali pertama ia berkenalan dengan Didiet. Pemuda yang
ternyata segaja blusukan mencari seorang anak kecil yang
mau ia pakai sebagai sarana mewujutkan fantasi seksualnya.
Secara hati-hati Didiet menggali informasi di lokalisasi tempat
ibu dan Alfi tinggal. Lalu dari Sriti-lah ia tahu soal Alfi.
"Kamu bersedia kan ngegituin pacarku, Fi?"tanya Didiet penuh
harap setelah mengutarakan niatnya..
"Eng...kak Sandra itu beneran pacarnya kakak?" Alfi balik
bertanya.
"Lho iya Fi. Dia itu benar-benar pacarku. Sebenarnya kami
bakal menikah enam bulan lagi. Dan agar engkau ketahui...dia
itu masih perawan ting-ting"
"Hahh! P-p e r a w a n?"
"Iya perawan Fi.."
"K-kenapaa ga kakak aja yang ngegituin? Apakah kakak ga
bisa ...eng maaf kak..maksud Alfi..sedang sakit?.." tanya Alfi
dengan hati-hati takut kalau pemuda itu tersinggung dengan
kata-katanya.
"Ha ha ha Aku ini dua ratus persen sehat Fi. " jawab Didiet.
Pertanyaan Alfi membuatnya tergelak. Wajar saja jika Alfi
mengiranya impoten.
"Memangnya kakak ga sayang sama kak Sandra?" tanya Alfi
spontan. Jelas ia begitu heran dengan perilaku Didiet yang
sangat ekstrim itu. Biasanya seseorang mewujudkan fantasi
seksualnya dengan cara memainkan sendiri peran itu bersama
pasangannya. Namun Didiet justru ingin hal itu benar-benar
terwujud secara nyata.
"Fi, dengar..Kalau aku tak sayang padanya mana mungkin aku
mau menikahinya. Aku hanya ingin ada sesuatu yang istimewa
diantara kami...yang berbeda ...dan tak biasa"jawab Didiet
tersenyum.
"Tapi..apakah kakak tidak cemburu?"
"Ha ha ha ..Kenapa aku harus cemburu, Fi. Yang penting
bagiku adalah cintanya hanyalah bagiku seorang"pungkas
Didiet.
Alfi termagu-magu ia masih tak paham dengan jalan pikiran
Didiet. Mungkinkah pemuda setampan dan segagah ini telah
rusak otaknya?.
"Gimana?"tanya Didiet.
"A-alfii tanya ibu sama kak Sriti dulu..boleh kan kak?" Alfi
yang tengah kebingungan sungguh tak tahu harus menjawab
iya atau tidak.
"Bagaimana jika aku antar kamu ketemu sama ibu-mu
sekarang, Fi. Soalnya waktunya benar-benar mepet" ujar
pemuda bernama Didiet itu tak sabar.
Alfi mengangguk.
"Tapi eng..ngomong-ngomong kamu sudah makan belum,
Fi?"tanya Didiet tiba-tiba setelah mendengar suara perut Alfi.
Dengan malu Alfi menggeleng.
"Kalau begitu sebaiknya kita makan saja dulu di restoran
dekat sini biar kamu ga masuk angin. Baru kemudian kita
menemui ibu-mu ya Fi"
Segalanya begitu luar biasa. Hubungannya dengan Didiet
begitu cepat menjadi akrab. Hingga waktunya tiba... akhirnya
ia bertemu dengan gadis yang bernama Sandra itu...hatinya
lansung bergetar hebat... sungguh tak di sangka betapa
sangat cantik dan molek sosok yang akan ia gauli itu. Untuk
pertama kali dalam hidupnya ia benar-benar jatuh hati.
Persetubuhan malam itu begitu membekas di hatinya.... meski
dalam hati kecilnya ia merasa risih dengan kehadiran Didiet
saat itu. Untuk pertama kalinya malam itu ia merasakan
sebuah vagina yang sangat sempit dan berselaput dara. Dan
ia membuat vagina gadis itu berdarah...sebagai tanda bahwa
dialah lelaki pertama yang menidurinya. Setelah malam itu
mereka berpisah selama sekian bulan justru membuatnya tak
bisa melupakan Sandra. Ketika nasib akhirnya
mempertemukan ia kembali dengan pujaan hatinya itu
sekaligus membuatnya tinggal bersama dengan pengantin
baru tersebut. Tiga tahun lamanya ia mereguk madu cinta
membuat hatinya semakin terikat pada Sandra.....hingga
kedatangan Paijo membuatnya sadar dan menerima
kenyataan jika dirinya memang bukanlah siapa-siapa di dalam
keluarga itu. Meski selama ini ia bebas bersetubuh dengan
para wanita itu bahkan membuat mereka hamil namun Ia
berharap terlalu banyak dari hubungan ini. Benar apa yang
Sriti katakan barusan... kalau dipikir-pikir memang tak ada
perbedaan antara dirinya dengan Paijo. Ia tak dapat
menghalangi keinginan Sandra maupun yang lain dalam
menentukan 'teman tidur' mereka.
"Meksipun demikian kakak harap kamu tetap memegang
janjimu pada mereka untuk tetap tidak mengganggu Sabrina
dan Lidya!. Engkau sanggup kan, Fi?"ujar Sriti.
Alfi hanya bisa mengangguk lemah. Tak terbetik sedikitpun
dibenaknya untuk membalas perbuatan Sandra meski hatinya
terasa remuk menerima kenyataan itu.Napasnya terasa sesak
seakan ada beban berat yang menekan dadanya. Ia semakin
tak tahu posisi dirinya di dalam keluarga barunya ini.
"Kak.."panggil Alfi lirih.
"Iya Fi?"
"Apakah dulu ibu pernah bilang siapa sebenarnya bapak
kandung Alfi?"
"Hhhhhhh...Fi, Bukankah sudah sering kakak katakan kalau
kakak tidak tahu" ujar Sriti.
Ia sudah hapal dengan gelagat ini. Ia paham betul apa yang
tengah dirasakan anak asuhnya itu. Sejak kecil apabila
hatinya sedang dilanda kesedihan Alfi selalu saja menanyakan
hal yang sama.
"Maksud Alfi....apakah kakak tahu seperti apa orangnya?
Mirip Alfikah?"
"Kakak juga tak tahu, Fi. Kakak kan belum pernah bertemu
dengannya atau melihat fotonya. Ibumu hanya mengatakan
jika dia adalah lelaki yang gagah dan jantan. Yang kakak tahu
wajahmu itu mirip sekali dengan kak Mirah, mendiang ibumu
itu"
"Apakah mereka saling menyayangi, kak?"
"Tentu saja, Fi. Ibu dan bapakmu saling mencintai"
"Lantas kenapa bapak begitu tega meninggalkan ibu?
Pastinya dia malu punya anak dari seorang pelacur ya kak?"
"Fi tak baik berprasangka demikian. Walau bagaimanapun
lelaki itu yang telah membuat engkau hadir di dunia ini.
Mungkin saja mereka memang tak ditakdirkan untuk
bersama"jawab Sriti.
"Kira-kira dimanakah dia sekarang ya kak?"
"Maaf Fi. Sampai sekarangpun kakak tidak tahu. Eh kenapa
kamu mendadak menanyakan itu"
"Hhhhhh..." Alfi tak menjawab hanya menghela napas.
Kesepuluh jemarinya saling meremas.
"Fi, Kamu kangen sama ibumu ya?"tanya Sriti.
"Iya kak.."jawab Alfi lirih.
Sriti memeluk hangat anak itu. Ia tahu kegelisahan yang
melanda pemuda itu. Ia sangat menyayangi Alfi dan ia tak
ingin Alfi semakin terpuruk dalam kesedihan. Apalagi
mendiang Mirah pernah berpesan kepadanya agar selalu
menjaga putra sattu-satunya ini. Dalam hati Sriti juga
menyayangkan keputusan Sandra dan Didiet untuk
'menyimpan' Paijo. Bagaimanapun Alfi butuh lebih dari hanya
sekedar kenikmatan ragawi saja. Sriti tak ingin Alfi tumbuh
dewasa tanpa curahan cinta dan kasih sayang tulus. Terus
memupuk kekecewaan terhadap orang-orang di sekelilingnya
sebagaimana sikap yang ia tunjukan terhadap ayahnya
sendiri. Sehingga seiring waktu membentuknya menjadi
pribadi yang antisosial.
"Sudahlah jangan bersusah hati lagi. Bukankah masih ada
kakak yang akan selalu menyayangimu?" ujar Sriti.
"Iyaa kak..." jawab Alfi lirih sekali.
"Kita pulang ke rumah kontrakan kakak ya. Kakak sudah
kangen sama kamu.." bisik Sriti. Ia tahu betul bagaimana
menghibur anak ini. Ia ingat bertahun-tahun yang silam
bagaimana si Alfi kecil menindihnya sambil merintih saat air
kenikmatan memancar untuk pertama kali dari ujung
penisnya. Bagaimana ia harus meredakan hasrat bocah itu di
sepanjang malam setiap kali usai meladeni tamunya. Tapi
seiring waktu Sriti-pun sadar dirinya akan semakin menua
dan tak mungkin lagi meladeni hasrat muda anak ini. Ia
sangat berharap akan datang seorang gadis yang jauh muda
dan lebih baik darinya sekaligus mampu membahagiakan Alfi.
"Lain kali saja, kak. Alfi mau pulang saja"ujar Alfi. Entah
mengapa dirinya sungguh tak bergairah buat bercinta.
"Beneran kamu ga kangen sama kakak?"goda Sriti
"Bukan begitu,kak...A-lfi...cumaa..."
"Hi hi hi ga pa pa sayang...kakak maklum kok...kalau begitu
pulanglah. Tapi ingat pesan kakak tadi...jangan ngangu
mereka ya Fi"
"Ya kak"
################################
Esok harinya, Di kantin sekolah.
Terlihat Alfi duduk termenung sendiri di pojok kantin dengan
tangan menopang dagu. Berkali-kali ia menghela napas
panjang namun kegundahan terus saja menyelimuti hatinya.
Gara-gara terus memikirkan perselingkuhan kekasih-
kekasihnya itu ia nyaris tak dapat menyerap pelajaran hari ini.
"Hey!" tiba-tiba suara dan tepukan seseorang di bahunya
langsung menyadarkannya dari lamunannya.
"Uh.. kamu, Ka. Bikin kaget orang saja"ujar Alfi lesu.
"Dicari-cari ternyata ngumpet di sini! Sedang mikirin apa sih,
Fi?"tanya Rika.
Alfi hanya menggelengkan kepala.
"Ada apa sih?"tanya Rika penasaran.
"Ga pa pa kok, Ka" jawab Alfi lirih.
"Ga pa pa gimana? Mukanya sampai ditekuk begitu hi hi hi"
Alfi hanya menghela napas. Ia sedang tak berselera meladeni
kelakar Rika.
"Ya..Tak mengapa jika kamu tak ingin mengatakannya. Hanya
saja aku ingin engkau tahu jika ada seorang sahabatmu yang
siap mendengarkanmu bila engkau siap berbagi
kesusahanmu" ujar Rika serius. Ia seakan dapat ikut
merasakan kesedihan sahabatnya itu.
"Terima kasih Ka. Aku hargai niat baikmu itu. Tapi biarlah
untuk sementara aku berusaha mengatasinya sendiri dulu"
"Kamu ingat kejadian sewaktu kita di kelas tujuh dulu? Ketika
ayahku meninggal dunia?" tanya Rika."Betapa kehilangannya
aku. Dia tak hanya merupakan seorang ayah buatku. Dia juga
adalah pahlawanku, idolaku sekaligus sahabat baikku. Begitu
beratnya rasa kehilangan itu hingga aku pernah berniat keluar
dari sekolah. Tapi untungnya waktu itu ada kamu yang
mampu menumbuhkan semangat hidupku kembali. Dan aku
tak akan pernah melupakan hal itu, Fi. Bukankah engkau
sendiri pernah mengatakan jika kita harus mampu melawan
rasa sedih dan mengalihkannya pada hal-hal yang positif"
"Iya Ka. Aku juga ingat itu. Tapi melakukannya ternyata tak
semudah sewaktu mengucapkannya!"
"Hi hi hi kamu ini polos banget! Ayolah Fi..Jika aku bisa maka
engkaupun pasti bisa!"
Alfi kembali menghela napas. Ucapan Rika benar ia harus bisa
mengatasi kesedihannya. Ia harus fokus pada pelajarannya.
Bukankah ujian akhir sudah dekat?
"Ok Ka. Aku akan berusaha sekuatnya"ujarnya.
"Nah gitu dong Fi. Tetap semangat! Hi hi hi"
"Oya. Gimana tugasmu yang kita kerjakan kemarin itu. Sudah
diterima oleh sama pak guru?"
"Sudah Fi, terima kasih ya karena kamu udah ngebantuku"
"Sama-sama, Ka. Kamu juga sudah menyemangati aku"
Terdengar suara bel tanda masuk.
"Fi, pulang nanti temani aku ya?"pinta Rika sebelum mereka
pergi ke kalas masing-masing
"Uhh..Mau kemana sih, Ka?"
"Pokoknya ada deh. Mau ya Fi?"
"Males ah. Aku mau langsung pulang"
"Aaaaaaaaa....mauu ya Fi. Sekali ini aja" rengek Rika.
"Hhhhhh......Iya deh, Ka"ujar Alfi akhirnya mengalah.
#########################################
Di Gedung Kesenian Kota
"Mau ngapain kita di sini, Ka?"tanya Alfi heran.
"Hmm..gini Fi...bulan depan akan ada event pemilihan Putri
Pelajar yang pesertanya berasal dari semua sekolah yang ada
di kota kita. Dan di sini ini tempat pendaftarannya"
"Lho jadi kita kemari ini buat ngedaftarin kamu, Ka?"
Rika mengangguk sambil tersipu.
"Hi hi hi Kalau gitu kamu pasti menang, Ka!"
"E..jangan buru-buru memuji dulu Fi. Saingannya berat-berat
lho! Dan kali ini yang diadu bukan cuma ilmu pengetahuan
saja melainkan semuanya termasuk kecantikan juga"
"Akh..tetap saja mana mungkin mereka bisa ngalahin kamu?
Kamu itu yang terbaik..yang terpandai..dan yang tercantik!"
"Aaaa Alfii kamu ini suka mengada-ada ya?!" Pipi Rika
langsung bersemu dadu.
"Eee siapa bilang aku mengada-ada! Emang kenyataannya
begitu! Dan aku adalah orang yang pertama menjadi
suportermu. Sudah ayo daftar sekarang Ka!"ujar Alfi
bersemangat. Sejenak kesedihan hatinya terlupakan oleh
sikap hangat dan keceriaan gadis ini.
"Hi hi hi iya Fi. Sehabis ini kamu harus mau nemenin aku
makan di warung seberang sana "
"Beres, Ka!"
Mereka pulang menggunakan angkot. Alfi kagum pada
sahabatnya itu. Rika tak merasa canggung naik angkot dan
makan di warteg pinggir jalan meski ia adalah anak orang
kaya yang biasa naik mobil mewah dan makan di restoran
mahal. Mereka duduk bersisian di antara penumpang lain.
Sesekali Alfi mencuri pandang ke wajah Rika. Sabrina benar.
Kalau diperhatikan Rika memang memenuhi semua kriteria
seorang gadis yang dikatakan cantik. Hidungnya mancung.
Matanya besar indah. Bibirnya lumayan sensual. Kulitnyapun
putih terasa begitu halus dan lembut saat lengan keduanya
bersenggolan.. Memang selama ini Alfi tak pernah merasakan
getaran sebagaimana yang ia rasakan saat bersama para
kekasihnya atau bila memandang Sabrina atau Lidya. Ia hanya
menganggap Rika sebagai sahabat baiknya. Bohong bila Rika
tak membangkitkan hasratnya saat ini. Namun Gairah yang
muncul ibarat sebuah percikan kecil saja. Gampang datang
dan gampang pula pergi. Ia memang tak pernah tertarik pada
gadis-gadis polos apalagi berniat menjalin cinta-cintaan
dengan mereka. Tapi ia tak tahu apakah setelah beberapa
tahun ke depan perasaan seperti ini bakal berubah atau tidak.
####################################
Esok siangnya di rumah Niken
Alfi menulis terburu-buru menyelesaikan tugasnya. Pena
bergerak agak tak beraturan karena tak sabar ingin segera
bercinta dengan mantan gurunya yang cantik itu. Rika benar.
Ia harus mampu melupakan dulu sejenak soal perselingkuhan
Sandra, Dian dan Nadine.. juga ...Paijo! dan mengalihkan
kesedihannya pada hal lain. Bukankah ia pernah mengalami
kejadian ini sekali dan berhasil melaluinya? Lagian masih ia
memiliki dua wanita cantik lainnya...Niken dan Lila?
"Ga usah terburu-buru sayang. Kamu selesaikan baik-baik PR
kamu dulu. Baru nanti kakak kasih" terdengar suara merdu
Niken dari arah dapur.
Saat itu Niken sedang mempersiapkan makan siang bagi
suaminya. Beberapa minggu belakangan ini semenjak berhasil
mendapatkan kembali kejantanannya melalui suatu terapi
kesehatan bagi lelaki, Donnie selalu pulang ke rumah pada
saat jam makan siang.
"Hi cantik.."
Ternyata Donnie menyelinap masuk dari pintu dapur dan
langsung memeluk istrinya dari belakang.
"Duhh mas! Ngagetin saja. Hampir saja aku berteriak. Lho kok
mas sudah pulang jam segini?"
"Iya soalnya aku mendadak inget kamu"
"Akh gombal!"
"Nien..ke kamar yuk"ajak Donnie
"Apaan sih mas? Aku belum selesai masak buat mas"
"Nanti saja diterusin masaknya. Aku lebih butuh yang satu ini
manis.."ujar Donnie sambil meremas gemas dada montok
istrinya itu.. Tentunya bukanlah makan siang yang diharapkan
Donnie pada saat ia tiba di rumah melainkan tubuh molek
istrinya itu.
"T-apii mas...sebenarnya aku sudah ada kencan sama Alfi..."
"Lho memangnya Alfi mau kemari?"
"Tuh di ruang keluarga, Sedang ngerjain PR"
"Ayolah Nieenn..aku bener-bener sudah ga tahan lagi! Kasih
aku duluan. Biarkan saja Alfi menyelesaikan tugasnya
dulu...Aku bisa matii kalau ga ngerain jepitan-mu sekarang,
manisss!"rengek Donnie. Ia benar-benar hilang kendali atas
nafsu birahinya. Tangannya menyelinap masuk ke balik
babydoll Niken .
"Ough..m-mas Donnie..nakaal.."
Kali ini Niken tak mampu menolak gairah suaminya itu saat
jemari nakal Donnie menggesek-gesek selangkangannya.
Apalagi saat dengan perkasa Donnie membopong tubuhnya
menuju ke kamar.
Sementara itu Alfi telah menyelesaikan tugasnya. Ia langsung
bergegas mencari Niken. Namun ia tak menemukan wanita
itu di dapur. Dan ketika ia sampai di depan pintu kamar ia
malah tertegun. Didapatinya saat itu tubuh kekar Donnie
sedang menindih tubuh sintal Niken sambil mengayunkan
pinggulnya secara mantab. Alfi dapat melihat jelas dari
tempatnya berdiri bagaimana kukuhnya penis Donnie yang
sedang menghujami vagina Niken itu.
"Ouhghhhh!! Massssss...akuu daPEETTT ARGGHHHH!"pekik
kenikmatan pecah. Kini Donnie benar-benar sembuh dari
kelemahannya selama ini. Suaminya itu bahkan mampu
membuat dirinya mengalami orgasme secara cepat.
"ARRRGghhhh! Niennn....s-saayaangg...!!"rintih Donnie. Ia
berusaha sekuat tenaga bertahan dalam gelombang hisapan-
hisapan super liang senggama istrinya itu. Momentum ini
selalu ia dambakan. Berhasil menggiring istrinya menuju
orgasme dengan batang kemaluannya sendiri.
Dari ambang pintu Alfi menyaksikan semua itu. Ia tahu seperti
apa rasanya dikulum vagina Niken dalam kondisi orgasme.
Entah mengapa pekik kenikmatan Niken dan Donnie membuat
hatinya merasa...cemburu!. Seharusnya ia turut gembira
karena kini Donnie mampu membahagiakan Niken dalam
ranjang pernikahan mereka. Sesuatu yang tak pernah terjadi
selama ini. Alfi sendiri heran mengapa perasaan seperti ini
baru muncul sekarang. Dan ia-pun mulai merasakan hal yang
sama terhadap Robert dan Didiet. Hhhhh...Alfi mengelah
napas. Ia merasa tak harus berada di tempat itu. Lalu
perlahan menutup pintu kamar dan memutuskan pergi dari
situ. Ia tak ingin menjadi pengganggu bagi keharmonisan
pasangan suami istri itu. Setelah mengambil tas sekolahnya
lalu Alfi meninggalkan rumah itu.
###################################
Sementara itu di dalam sebuah mobil
Hujan deras menerpa bumi, sementara itu dua muda mudi
saling memagut liar di dalam sebuah mobil yang berhenti di
depan rumah tempat Lidya dan Sabrina tinggal. Tangan
Sabrina menepis jemari nakal Niko yang meremas
payudaranya.
"Hei! Jangan macem-macem, kamu Nik!" hardik Sabrina
sambil mendorong Niko menjauh darinya.
"Lho? Emangnya ga boleh?!"tanya Niko heran. Ia tak
menyangka Sabrina berlaku sekasar itu.
"Sembarangan saja! Kamu pikir aku ini lonte?!"
"Ok! Ok! Aku minta maaf, Rin. Aku salah. Tapi aku melakukan
itu karena engkau tadi memberiku peluang"
"Enak saja. Dikasih hati minta jantung namanya tuh! Apakah
kamu selalu seperti ini. Setiap melakukan pendekatan ke
cewek langsung saja main seruduk?!".
"Bagiku kenapa harus menunggu lama dan membuang-buang
waktu untuk sebuah kenikmatan? Toh kita sendiri sudah tahu
kemana akhir dari sebuah percintaan!"
"Ooo begitu!. Tapi kuanggap kamu belum saatnya melakukan
itu. Sebelum aku selesai memeriksa kepantasan kamu buat
jadi pacarku"
"Ha ha ha ha! Ada-ada saja kamu ini Rin. Tapi...Baiklah. Aku
terima tantanganmu! Nah sekarang engkau mau aku
melakukan apa?" tantang Niko. Tentu saja di usia muda ia
sudah memiliki jabatan cukup tinggi di kantor. Orang tuanya
kaya. Tampang lumayan meski tubuhnya agak tambun karena
ia bermasalah dalam mengendalikan nafsu makannya.
"Buka celanamu dulu!"ujar Sabrina.
"Hah?! Rin, kamu jangan main-main!"
"Siapa bilang aku main-main. Bukankah kamu bilang tadi
kamu tidak mau membuang-buang waktu? Dari sini kita
berdua bakal tahu apakah kamu memang pantas merasakan
yang lain apa tidak"goda Sabrina
"M-maksudmu..kamu ingin lihat..eng.."
"Iya aku ingin lihat seperti apa benda yang akan bikin aku
terbang ke surga sebentar lagi""
"Beneran nih mau lihat punyaku? Tapi kamu jangan takut
ya?" ujar Niko semakin pede.
"Ayolah...."
Dengan terburu-buru Niko berusaha memelorotkan celana
panjangnya. Ia sudah dekat sekali dengan impiannya selama
ini. Sabrina merupakan salah satu dari dua wanita tercantik di
kantornya itu. bak gabungan Ola Ramlan dengan Tamara itu.
Namun ternyata susah sekali menyingkirkan celananya. Selain
kondisi ruang kabin mobil yang terlalu sempit, badannya yang
gemuk juga membuat ia kesulitan melakukan itu. Walau
dengan susah payah akhirnya penisnya terbebas juga..
"Hah?! Yang benar saja! Kamu sudah ereksi-kan?" tanyanya
Sabrina dengan mimik wajah bego memandangi penis Niko
seolah melihat sebuah benda aneh.
"K-k.enapa memangnya, Rin..?"tanya Niko tergagap karena
tak menyangka Sabrina akan bereaksi seperti itu.
Sabrina mempergunakan jari telunjuk dan jempolnya untuk
mengukur panjang penis Niko. Lalu ukuran benda itu ia
angkat ke dekat wajahnya. Lama ia pandangi kedua jarinya
yang tengah membentuk hurup C itu.
"Masa cuma segini?! Ini penis apa....kutil?." cibirnya sambil
menoleh ke arah Niko.
"K..amu...kamuu.."Niko tak dapat berkata-kata lagi.
Wajahnya langsung merah padam karena bukan main
malunya.
"Maaf Nik. Aku jadi kehilangan selera. Lebih baik kubur saja
angan-anganmu agar kita pacaran."pungkas Sabrina
"T-t..unggu Rin..ukuranku memang ga gede-gede betul tapi
yang penting kan bisa bikin kamu puas"kilah Niko membela
diri. Jelas ia tak mau kehilangan kesempatan buat bercinta
dengan gadis itu sore ini..
"Ga gede-gede gimana? Kamu itu malah hampir ga punya
sama sekali, tahu! Lagian siapa yang punya teori begitu?"
"Eng..i.tu.si ahli seksiologi kenamaan...dokter Boyler".
"Ha ha ha..kasihan sekali kamu Nik!. Kamu itu sudah kena
kibuli!. Makanya jangan gampang percaya sama info yang ga
jelas! HOAX namanya tuh! Bagi wanita manapun ukuran
JELAS!.. merupakan faktor utama buat mencapai kepuasan!".
"Aaa tapii Rin.. a..ku sudah buktiin kok sama Mona"ujar Niko
menyebut nama salah satu rekan kerja mereka di kantor. Ia
rela membeberkan affairnya semata-mata agar Sabrina
percaya ucapannya.
"Ahaaa! Pantas saja beberapa minggu ini si Mona selalu
uring-uringan. Sekarang aku jadi tahu apa penyebabnya.
Sekali lagi maafkan aku, Nik. Oya..Terima kasih ya sudah
nraktir makan siang dan nganterin aku pulang..Daag!" Perek
itu cuma mengincar duitmu bego! umpat Sabrina dalam hati.
Rupanya Niko tak ingin menyerah begitu saja. Tiba-tiba ia
mencekal lengan Sabrina saat gadis itu hendak membuka
pintu. Jika secara baik-baik tidak bisa maka ia nekad akan
memaksa gadis indo itu. Tapi ...PLAAAK!! Sebuah tamparan
keras menerpa bagian glans penisnya yang belum dimasukan
kembali ke kandangnya itu dan spontan membuat ia menjerit
kesakitan
"AAAAARRG!!"
Begitu cekalan Niko terlepas, Sabrina langsung keluar dari
mobil dan berlari menerobos guyuran air hujan.
"Perempuan gila!"umpat Niko sambil membuka kaca.
Saat itu Lidya membukakan pintu setelah mendengar suara
bel.
"Lho Itu..si Niko kan?! Memang kenapa dia, Rin?"tanyanya
heran mendengar umpatan kemarahan Niko sebelum pemuda
malang itu pergi bersama mobilnya.
"Hi hi hi Ga tahu tuh. Dasar pecundang!" ujar Sabrina tertawa
mengejek.
Memang sejak awal ia cuma berniat mempermainkan Niko. Ia
muak dengan tingkah pemuda itu. Sok Tajir. Sok playboy.
Serta sederet kepongahan yang mengingatkannya pada Hardy
serta beberapa lelaki hidung belang lain yang pernah ia
campakkan. Baru saja Sabrina hendak menutup pintu. Ia
melihat Alfi berjalan ke arah rumah.
"Aduhh Fii.. lihat pakaian dan tas sekolahmu basah semua.
Kok ga berteduh dulu?"tanya Sabrina saat Alfi sampai di
muka pintu.
"Takut kemalaman, kak. Eng..Maaf kak permisi" ujar Alfi saat
melintasi Sabrina dan Lidya. Wajahnya benar-benar kuyu
sebagaimana tubuhnya yang basah kuyup.
"Kenapa juga dengan anak itu?" tanya Sabrina heran. Lidya
hanya mengedikkan bahu.
###########################################
Dua minggu berlalu. Hari Sabtu pukul sebelas pagi.
Hari sudah tak lagi pagi namun sinar mentari hanya membias
tipis. Langit mendung berselimut awan hitam seakan
menggambarkan suasana hati Alfi. Ia harus bergegas
mempercepat langkahnya bila tak ingin kehujanan lagi seperti
hari-hari sebelumnya. Sepulang sekolah ia langsung mampir
ke apartemen Lila. Tadinya Ia bermaksud melepas kangennya
pada dokter cantik itu namun kembali ia harus menelan pil
pahit. Lila tengah pergi berlibur bersama suaminya ke pulau
B. Ya..Robert telah mengambil hak-nya sebagai suami syah
Lila... dan ternyata Lila lebih mendahulukan suaminya untuk
merentangkan vagina pasca melahirkan Fili..... Sungguh naif
jika selama ini ia menganggap dirinya sangat special? Dari
situ Alfi semakin yakin dengan ucapan Sriti tempo hari benar
adanya jika keberadaannya hanyalah sebagai 'selingan' atau
'bumbu' bagi kehidupan kamar tidur mereka belaka. Bukankah
sudah cukup bukti baginya kini. Ia masuk ke rumah melalui
pintu belakang.
"Hi, Fi. Kok sudah pulang?" sapa Sabrina. Si cantik molek itu
ternyata tengah berada di dapur. Seperti biasa ia berpakaian
yang dapat mengundang jantung lelaki berdentuman. Tapi kali
ini Alfi sama sekali tak terbangkit gairahnya.
"Iya kak. Ada rapat para guru buat menentukan tanggal
ujian."jawabnya lesu. Ia letakan tas sekolahnya di kursi lalu
mengambil gelas dari rak.
"Ooo..."
"Di rumah saja kak? Eng..dimana kak Lidya?"tanyanya
"Lidya? Ada tuh di kamar." Jawab Sabrina. Ia sangat heran
dengan perubahan sikap Alfi beberapa minggu belakangan
ini. Entah kenapa Alfi seperti kehilangan selera terhadap
mereka berdua. Sehingga setiap rencana mereka selalu
berakhir dengan kegagalan.
"Oya kakak berdua pada belum makan kan? Biar Alfi saja
yang pergi beli"
"Ngga usah, Fi. Kakak sudah bosen makan fastfood melulu.
Sebaiknya kakak masak sendiri saja buat makan siang kita
hari ini"
"Kalau begitu ntar Alfi bantuin,ya kak"
"Boleh. Tapi kakak belum tahu nih mau masak apa. Eh..Fi
kamu sendiri sukanya apa? Biar kakak masakin"ujar Sabrina
antusias melihat Alfi mau menanggapi omongannya. Ia
anggap ia harus bisa memanfaatkan setiap peluang tanpa
harus merencanakan segalanya terlebih dahulu.
"Apa sajalah kak. Ga usah repot-repot"ujar Alfi
"Lho, tidak apa-apa. Meski susah kakak akan berusaha
belajar membuatnya."
"Sebenarnya sih yang susah bukan memasaknya tapi nyari
bahannya. Soalnya cuma ada di pasar tradisionil"
"Tenang. Di dekat sini kan ada pasar. Kita bisa pergi sebentar
kesana buat bahan-bahannya"
"Beneran kakak mau masak buat Alfi?"tanya Alfi girang.
Memang ia sudah lama tidak memakan makanan
kesukaannya itu.
"Iya kamu sebutin saja."
"Eng.ituu...IKAN PEDA dibalut sama daun labu!"ucapnya
sambil nyengir
"A-APAAA?!" Sabrina tersentak kaget. Ikan peda balut daun
labu? Apakah ia tak salah dengar?! Anak itu barusan
menyebutkan makanan kesukaan mang Gimin! Desis Sabrina.
"Iyaa kak. Memangnya ada apa?" tanya Alfi heran melihat
Sabrina terbengong menatapnya.
"E-uh..T-tidaak apa-apaa, Fi..K-kakak....kakaak hanya kaget
karena baru kali ini mendengar nama masakan seperti itu"
jawab Sabrina berbohong sambil berusaha menguasai
perasaannya.
Itu pasti hanya sebuah kebetulan! Pikir Sabrina. Ia tak ingin
hanya karena makanan kesukaan anak itu kebetulan sama
dengan mang Gimin lantas mempengaruhi dirinya sehingga
membuat rencananya menjebak anak ini gagal lagi!.
"Hi hi kok kagetnya segitu banget sih kak?" ujar Alfi.
"Kalau begitu ayo ganti dulu pakaian seragam sekolahmu lalu
kita pergi ke pasar"ajak Sabrina menguatkan tekadnya.
"Sebentar ya kak. Alfi mau bikin teh jahe dulu."
"T-tehh Jahee?! K-kamu juga suka minum itu?"tanya Sabrina
kembali terpana.Teh Jahe? Itu juga kan minuman yang paling
di sukai mendiang suaminya dulu. Kali ini Sabrina tak lagi
menganggap hal ini sebuah kebetulan.
"Iya kak. Saat cuaca dingin begini paling enak minum yang
hangat-hangat, kak. Ntar kakak cobain deh!"ujar Alfi.
Untungnya ia tengah sibuk dengan pekerjaannya sehingga tak
memperhatikan reaksi Sabrina saat itu. Tak lama kemudian
ia selesai menyiapkan tiga gelas teh Jahe. Satu gelas
langsung ia berikan ke Sabrina.
"Gimana kak? Sudah pas manisnya?"tanya Alfi meminta
pendapat Sabrina..
Sabrina belum menjawab ia menyeruput minuman itu dengan
mata terpejam. Hangat dan lezat. Ini!.. memang kegemaran
mang Gimin. Anak ini bisa meraciknya dengan tepat. Bahkan
dia sendiripun tak pernah berhasil membuat teh jahe selezat
itu. Sensasinya juga membuatnya merasa rindu akan masa
lalunya. Di masa kebahagiaan masih menaburi keluarganya.
Di mana ia masih bisa merasakan belai kemesraan dari
suaminya itu. Belaian yang tak dapat diberikan oleh semua
mantan kekasihnya dulu.
"Lho, di sini kamu rupanya, Rin?"Lidya tiba-tiba muncul dan
langsung membuat suasana berubah.
"Kak Lidya,... ini Alfi buatkan minuman teh jahe buat
kakak"ujar Alfi dengan sopan menyodorkan sebuah gelas ke
Lidya.
"Terima kasih!. Tapi sayang sekali aku alergi sama jahe!" ujar
Lidya sambil membuang isi gelasnya ke dalam bak cucian
piring.
Baik Sabrina maupun Alfi sangat kaget dengan reaksi kasar
Lidya itu. Tetapi mereka diam saja tak ingin menanggapinya.
Alfi mengambil gelas-gelas bekas tersebut dan mencucinya.
"Oya, Lid. Ada apa nyariin aku?" tanya Sabrina berusaha
mencairkan suasana.
"Kita cari makan di luar, yuk"
"Lho, tadi kau bilang sedang malas keluar"
"Ngga tahu nih!. Tiba-tiba saja aku illfeel di rumah"
"Ya sudah. Sebaiknya kita pergi sekarang. Eng...Fi, Sorry ya.
Ngga jadi masaknya. Kamu ikut kami makan di luar saja ya?"
"Terima kasih kak, biarlah Alfi di rumah saja. Nanti Alfi bisa
masak mie instan kok"
"Jangan!. Nanti kakak akan bawakan makanan buatmu"
"Baik kak"
Kedua gadis itu lalu pergi meninggalkan Alfi sendiri di dapur.
"Ihhh! ngapain siihh pake ngajak-ajak dia!"sungut Lidya pada
Sabrina saat melangkah ke luar rumah
"Cuma basa basi, Lid. Lagian dia kan nolak tadi"
"Iya! Untungnya nolak kalau tidak, gimana?!"sambung Lidya
lagi
"Aduhh Lid. Kok kamu bawel amat hari ini, sih!"
"Iya habisnya juga kamu sih! Pake acara masak bareng bocah
itu segala"
"Lho? Akukan sedang menjalankan rencana kita. Merayu anak
itu. Lalu menjebaknya dalam perangkap. Di saat aku hampir
saja berhasil tahu-tahu kamu muncul sambil uring-
uringan!"jelas Sabrina
"Jangan salahkan aku, dong. Engkau sendiri sebelumnya tak
memberi tahuku jika akan melakukannya di dapur"
"Aku tak sempat lagi memberi tahumu sebab segalanya
begitu mendadak dan kebetulan situasinya tadi
memungkinkan buat itu. Lid, Jika engkau tak dapat
menguasai emosimu seperti tadi jelas sulit buat rencana kita
berhasil. Sabaran sedikit kenapa sih?"
"Iyaa..iyaa aku tahu itu. Kok sekarang malah kamu yang
bawel sih?Wajar kalau aku kesal sebab sudah tiga minggu ini
kita gagal terus. Entah sampai berapa lama lagi aku harus
pura-pura baik padanya!"
"Yah sudah!Sepulang dari sini nanti kita coba lakukan lagi.."
"Maaf Rin. Lain kali saja! Siang ini aku sedang tidak mood! "
Sabrina hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala melihat
tingkah sahabatnya itu. Kejadian di dapur barusan juga
sangat mengganggu pikirannya. Ia seakan belum percaya jika
makanan dan minuman kegemaran Alfi ternyata memiliki
kesamaan dengan mang Gimin.
########################################
Tiga puluh lima menit kemudian
"Lho mana kak Lidya, kak?" tanya Alfi saat melihat Sabrina
pulang sendirian.
"Dia langsung ke apartement-nya kak Lila. Katanya dia
kangen pada Fili. Ga pa pa kan kita makan yang ini dulu ya,
Fi? Kakak janji besok pasti akan kakak buatkan Ikan peda-
nya"
"Ah kakak. Soal itu jangan terlalu kakak pikirkan. Alfi bisa
makan apa saja, kok. Lagian makanan yang kakak bawa ini
pasti lezat sekali"
"Ini semua kak Lidya-mu yang memilihkan, lho"ujar Sabrina.
Ia juga tak tahu mengapa Lidya begitu ngotot menentukan
jenis menu makanan mereka kali ini.Namun lucunya Lidya
sendiri malah tidak ikut-ikutan makan.
Setelah rupa-rupa makanan yang dibawa Sabrina tersaji di
atas meja. Lalu merekapun menikmati hidangan tersebut
bersama-sama. Selama bersantab Sabrina kerap mencuri-curi
lihat ke arah pemuda yang duduk berseberangan dengannya
itu. Sudah lebih tiga pekan ini mereka tinggal serumah.
Selama ini Alfi selalu menunjukan sikap yang baik. Dan
sampai dengan saat ini belum terbukti jika Alfi memiliki sifat
bejat seperti yang Lidya tuduhkan. Bahkan dirinya dan Lidya
hampir kehabisan cara buat menjebak anak ini. Terutama
satu minggu terakhir ini. Alfi semakin sulit saja digoda. Dua
hari yang lalu ia dan Lidya mengajak Alfi dengan berenang
bersama. Meski keduanya memakai bikini super mini namun
tetap saja mereka gagal memancing anak itu. Anak itu terlihat
begitu murung dan sering melamun sendirian di pinggir kolam.
Tapi Sabrina sengaja tak pernah bertanya demi menjaga
perasaan Lidya.
"Gimana Fi?"tanya Sabrina melihat anak itu makan dengan
begitu lahapnya.
"Hmm ..lezatt sekali, kak"jawab Alfi.
"Kalau begitu tambah lagi. Kamu boleh ambil separuh jatah
kakak" ujar Sabrina menyodorkan piring miliknya.
"Fi.. pacarmu kok ga pernah nongol-nongol kemari lagi? Udah
putus ya?"tanya Sabrina, Ia mengira Alfi tengah memiliki
persoalan dengan gadis itu sehingga ia selalu murung selama
beberapa hari ini.
"Akh kakak!. Putus gimana?! Alfi kan sudah bilang kalau Rika
itu bukannya pacar Alfi. Dia kemari tempo hari itu karena Alfi
sudah janji mau ngebantu dia menyelesaikan tugas OSIS"
"Tapi bisa saja lho awalnya cuma berteman lantas saling
tertarik satu sama lain? Kakak nilai dia itu cantik sekali lho Fi.
Suatu ketika kamu pasti nyesel karena ga memanfaatkan
peluang ini"goda Sabrina
"Ah kakak bisa aja. Kakak tahu? Rika itu bukan hanya cantik,
Orang tuanya adalah pemilik jaringan hotel-hotel berbintang
lima di kota kita. Selain itu dia juga merupakan pelajar
terbaik di sekolah Alfi. Dia yang membawa kemenangan demi
kemenangan di setiap ajang kompentisi saint antar sekolah
bagi sekolah kami sekaligus mengharumkan nama sekolah
kami. Jadi jelas mana mungkin dia mau sama cowok jelek
berotak dangkal seperti Alfi. Lagian dia itu sudah punya
cowok yang ganteng yang juga berprestasi. Apalah artinya Alfi
dibandingkan dengan cowoknya itu"
"Tapi buktinya dia justru minta tolongnya sama kamu bukan
sama pacarnya yang pinter itu. Dan siapa bilang kalau
tampangmu jelek? Kamu itu cakep dan ngegemesin kok"
Alfi tersipu malu mendengar pujian Sabrina kepadanya.
"Hi hi hi. Cowoknya sedang ikut pertukaran pelajar ke luar
negeri, kak. Jadi dia minta tolongnya ke Alfi karena Alfi temen
baiknya. Gara-gara terlalu banyak kegiatan yang dia ikuti
mulai dari kegiatan yang ada kaitannya dengan sekolah
hingga ke ajang putri kecantikan akhirnya membuat dirinya
tak mampu lagi menyelesaikan semuanya. Yaa...Semacam
kutukan bagi pelajar berprestasi He he.".
"Huh itu namanya ambisius! Ujung-ujungnya malah
menyusahkan orang lain. Eh Fi..apakah kamu ga merasa jika
Rika hanya ingin memanfaatkanmu?"
"Hi hi hi. Alfi yakin Rika tidak sepicik itu, kak. Terserah
apabila ada orang berpikir jika Rika mau memanfaatkan
seorang cowok jelek seperti Alfi buat membantunya hanya
semata-mata karena Alfi berharap mendapat balasan
perhatian darinya. Seandainya saja hal itu memang benar
sekalipun buat Alfi tak masalah. Yang penting Alfi benar-
benar iklas membantu dia sebagai teman."
Sabrina tersentak mendengar jawaban Alfi. Itu seakan sebuah
sindiran terhadapnya. Sebagaimana selama ini dirinya
memang sering melakukan itu terhadap beberapa lelaki.
Bahkan hubungannya dengan Hardy tak lebih dari sebuah
sewa menyewa... tak ada ketulusan...sarat dengan
kepentingan pribadi ...saling memanfaatkan satu sama
lain...begitu kepentingan masing-masing pihak tak lagi
terpenuhi maka kerjasama itu berakhir pada pemutusan
kontrak. Semakin lama ia mengenal anak ini, semakin
membuatnya tertarik. Alfi tak hanya menunjukan sikap yang
baik dan menyenangkan namun juga mampu berpikir dewasa.
Di satu sisi rasa simpatinya kepada Alfi terus tumbuh. Apalagi
setelah mendengar kenyataan bahwa ada kesamaan antara
selera makan anak itu dengan mang Gimin. Tapi sisi lain ia
juga tak ingin tertipu. Mungkin saja Alfi justru sengaja
memperlihatkan sisi baiknya itu agar dirinya mendapatkan
rasa simpati darinya. Yang jelas ia masih sangat baru
mengenal Alfi dan ia tak tahu banyak mengenai anak itu. Saat
ini ia memilih untuk lebih mempercayai omongan Lidya
kepadanya serta mengkesampingkan dulu perasaannya. Ia
justru lebih tertarik untuk membuktikan terlebih dahulu akan
kebenaran cerita Lidya tempo hari tentang hubungan Lila
bersama anak ini.
"Akh! Kakak tahu pada dasarnya kamu memang ga punya niat
ngedeketinnya, kan?" ujar Sabrina.
"Alfi sih tahu diri kok kak.. Cari pasangan itu ya yang
sepadan. Ngga usah ngayal-ngayal ga karuan. Selain itu Alfi
memang ga pernah punya perasaan apa-apa ke Rika"jawab
Alfi di sela-sela mengunyah makanannya.
"Pasti karena kamu lebih suka pada wanita yang lebih tua
seperti mbak Lila, ya kan?"
Alfi tersentak kaget mendengar ucapan Sabrina kali ini.
"Benar kan, Fi?"ulang Sabrina.
"Akh.. kakak ngomongnya kok begitu? Ya ga kak.."meski
gugup Alfi mencoba menjawab sekenanya.
"Fi..Kakak mau nanya sesuatu padamu bolehkan?"
"i..ya kak?"
"Benarkah kamu yang bikin kak Lila.. hamil?"
Pertanyaan kali ini membuat Alfi tercekat. Suapannya
langsung terhenti. Ia tahu pasti Lidya sudah mengatakan hal
itu pada Sabrina.
"Sudahh ngaku saja! Kenapa sih harus bohong?. Sekarang
jaman canggih lho, Fi. Pakai tes DNA bisa ketahuan siapa
orang tua biologis dari seorang anak. Lidya sudah melakukan
itu pada Fili dan hasilnyapun sudah ada "ujar Sabrina
terpaksa berbohong melihat Alfi sulit berterus terang.
"I..iya kak.."jawab Alfi lirih.
"Iya apa, Fi?! Maksudmu Fili itu memang benar adalah
putrinya kak Lila sama kamu, begitu?"kejar Sabrina.
".I.yaa kak"aku Alfi karena terpojok.
Sabrina terenyum kemenangan karena trick-nya tadi berhasil.
Ternyata benar dugaan Lidya tentang hal itu. Berarti anak ini
memang berbahaya dan harus diwaspadai. Seketika itu juga
rasa simpatinya terhadap anak inipun lansung sirna..
"Tapi kak..itu semua terjadi tanpa di sengaja.."tambah Alfi. Ia
tak ingin Sabrina menjadi salah paham.
"Oya? Tanpa disengaja bagaimana maksudmu, Fi?" tanya
Sabrina lebih jauh. Mumpung ia sedang mendapat angin. Ia
harus mengorek lebih dalam pengakuan dari anak ini.
Alfi cepat menelan sisa makanan yang masih di dalam
mulutnya. Kemudian barulah ia bisa menceritakan secara
singkat bagaimana kejadian sesungguhnya terjadi tanpa
menyinggung soal rahasia keterlibatan Robert di dalam
hubungan aneh yang terjadi di dalam rumah tangga Lila dan
Robert.
"Katamu tadi engkau menggagahi!...memperkosa! mbak Lila
karena engkau dalam pengaruh obat perangsang, begitu?"
"I..ya kak. Alfi tidak bohong ..." Alfi menjawab dengan lidah
kelu. Pertanyaan Sabrina sungguh menghujam dan
menghakiminya.
"Huh! Lantas kenapa engkau dan mbak Lila masih saja terus
melakukannya bahkan setelah mbak Lila sudah menikah
dengan Robert?"tanya Sabrina sinis.
"Eng..I..tuu.."
"Kenapa Fi?"desak Sabrina.
"Kak..Alfi...Alfi..." Alfi benar-benar kehabian kata-kata.
Betapa kecewanya Sabrina mendengar kenyataan itu. Ia
menganggap Alfi hanya berdalih dan mengarang-ngarang
cerita mengenai obat perangsang itu. Ia menduga Lila telah
menjadi korban kejahatan Alfi. Alfi menggagahi Lila pada saat
gadis itu sedang dalam keadaan tak sadarkan diri
sebagaimana dugaan Lidya selama ini. Lalu Alfi merekam
semua kejadian itu dan mempergunakannya sebagai alat
untuk memeras Lila. Sehingga Lila terpaksa mengikuti setiap
kemauan bajingan kecil ini termasuk melayani napsu
bejadnya. Alfi juga jelas-jelas berbohong soal hubungannya
dengan Rika. Ia pasti berada di rumah Rika saat kali
menghilang di malam-malam sebelumnya. Dia pasti telah
menodai gadis malang itu sebagaimana ia merusak kesucian
Lila! Lalu menidurinya sekehendak hatinya.
"Mengapa engkau tega melakukan semua itu, Fi?! Dimanakah
hati nuranimu?! Apakah engkau tidak merasa kasihan kepada
mbak Lila jika suatu saat mas Robert mengetahui perbuatan
kalian tersebut? Sadarkah engkau jika hal itu akan membuat
rumah tangga mereka menjadi berantakan?!"
Alfi hanya bisa menunduk. Ia terpaksa menelan mentah-
mentah setiap tuduhan Sabrina kepadanya. Ia benar-benar
terpojok tapi bingung harus berkata apa. Tak mungkin ia
membeberkan soal keterlibatan Robert di dalam hubungannya
dengan Lila selama ini kepada orang luar seperti Sabrina.
"Huh! Tak kusangka ternyata engkau sama saja dengan
kebanyakan lelaki! Begitu egois!. Berpura-pura santun agar
wanita percaya kebohongan mereka padahal dibalik itu
mereka hanya ingin mengumbar nafsu semata. Yang engkau
pikirkan hanya kesenanganmu sendiri belaka. Wajar saja Lidya
sampai begitu tak menyukaimu. Ternyata engkau memang
benar-benar sudah keterlaluan, Fi!" ujar Sabrina geram.
Alfi menjadi sedih melihat perubahan sikap Sabrina
terhadapnya. Sungguh tak disangka-sangka bila suasana
menyenangkan bersama gadis ini tadi mendadak berubah
menjadi begitu tak nyaman. Padahal saat mereka berdua
makan dan mengobrol secara santai tadi bahkan ia sempat
bisa melupakan sejenak soal perselingkuhan Sandra dan yang
lain.
"Kak.."panggil Alfi lirih.
"Apa!" jawab Sabrina ketus.
"Alfii...heek..." Alfi baru berniat untuk mengatakan sesuatu
namun mendadak saja ia merasakan sakit luar biasa
menyerang dadanya.
"Ada apa? Kamu tersedak ya?" tanya Sabrina sinis melihat
Alfi memegangi dadanya. Ia menganggap Alfi berpura-pura
tersedak untuk mengalihkan pembicaraan mereka.
"Aduhhh K kkakgg... Argggg..." Suara Alfi terputus-putus
seakan tercekat dikerongkongannya. Rasa sakit itu menjalar
secara cepat dan sungguh tak tertahankan.
Bruuakk! Tiba-tiba Alfi jatuh tersungkur ke lantai seraya tetap
memegangi dadanya. Melihat hal itu Sabrina baru yakin
bahwa Alfi tidak main-main. Ia segera bangkit dari kursinya
untuk memberikan pertolongan.
"Fiii! Kamuu kenapaa?! Aduhhhh!" seru gadis itu menjadi
panik. Ia melihat wajah Alfi begitu pucat sementara giginya
saling mengatup rapat. Meski sedang merasa kesakitin yang
luar biasa namun Alfi sepertinya berusaha mengatakan
sesuatu kepada Sabrina. Tapi suaranya tak keluar dari
kerongkongannya hanya jarinya menunjuk kaku ke arah
kamarnya.
"Fiii!! Bilang pada kakak apa yang haruss kakak
lakukan...Ayooo Fiii! ..Fii!..bangunn! AlFiii!!!"
Tapi terlambat! Alfi sudah jatuh tak sadarkan diri

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

4 komentar:

sambungan nya mana gan..saya penasaran ini chapter 19 nya..ceritanya bagus..:(

Kapan sambunganya gan akan dirilis penasaran nih kelanjutan hidup si alfin

Kapan sambunganya gan akan dirilis penasaran nih kelanjutan hidup si alfin

Ane mau ngikutin klanjutan kisah alfi...
gmana caranya gan....

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.