Rabu, 04 Maret 2015

cinta sang bidadari buat alfi 3b

Cinta Sang Bidadari Buat Alfi 3B
Hari demi hari berlalu. Satu bulan sudah Alfi pergi dan belum
juga kembali. Bila tempo hari ia mengatakan jika ia hanya
akan pergi selama dua pekan saja. Berarti sekarang ini sudah
dua minggu melampaui jadwal kepulangannya. Tak ada kabar
sedikitpun mengenai dirinya. Sandra sudah berusaha
menghubungi lewat Handphone. Namun tak ada jawaban baik
dari hp Alfi maupun dari semua anggota tim. Kemungkinan
mereka hanya mengaktifkan hp pada saat-saat tertentu saja
karena keterbatasan baterai. Tentu saja semua itu membuat
Sandra dan yang lain kelabakan. Mereka semua mulai cemas
jika benar-benar telah terjadi hal yang buruk menimpa diri
anak itu. Pagi itu terlihat Sandra duduk termenung sendirian.
Matanya menatap kosong ke luar jendela. Siang ini Didiet
akan pulang. Ia sudah memutuskan untuk berterus terang
kepada Didiet tentang apa yang telah terjadi selama ini. Toh!
cepat atau lambat Didiet juga akan mengetahui semuanya.
Tapi setidaknya masalah keselamatan Alfi jauh lebih penting
dan harus cepat diatasi. Ia bahkan lebih siap menerima
kemarahan dari Didiet ketimbang harus menderita batin
karena mencemaskan Alfi.
"Non.." terdengar suara bik Iyah menyadarkan ia dari
lamunannya.
"Ada apa bik?"
"Bibik..bibik merasa tidak enak sama non. Gara-gara si Paijo,
den Alfi jadi tidak pulang-pulang dan si Non terus-terusan
sedih dan murung"
Sandra hanya diam. Ia sangat tak ingin membahas soal Paijo
lagi.
"Maafkan bibik non.. hks hks" ujar bik Iyah tiba-tiba terisak.
"Aduuh Bik.. sudahlah...Aku tak ingin bibik jadi ikut-ikutan
menjadi susah karena persoalanku ini" ujar Sandra mau tak
mau ia menanggapi omongan bik Iyah barusan karena tak
sampai hati. Ia memang belum pernah melihat bik Iyah
menangis sebab yang ia tahu wanita tua ini sangat keras dan
teguh hatinya.
"Hks hks non tidak mengerti... bibiklah yang bersalah dalam
hal inii... Seandainya saja pada waktu itu bibik tidak meminta
pertolongan sama Den Didiet mungkin tak begini jadinya"
"Didiet? Bibik sedang bicara apa?" Deg! Jantung Sandra
seakan berhenti berdetak saat mendengar nama Didiet di
sebut-sebut.
"Selama ini bibik sudah berlaku tidak jujur sama non.
Sebenarnya.... den Didiet sudah tahu jika si Paijo tinggal di
sini"
"Apaaa?!! Didiet sudah tahu?!" tanya Sandra terlonjak kaget
mendengar penuturan bik Iyah tersebut. Seseorang telah lebih
dahulu mengatakannya pada Didiet. Dan itu yang tak ia
inginkan. Ia ingin Didiet mendengar langsung darinya sendiri
sehingga tak menimbulkan salah pengertian.
"B betul non" ujar bik Iyah menegaskan.
Tapi dari siapa Didiet tahu?. Tak mungkin Nadine atau Dian
yang melakukannya. Tapi siapa? Sandra bertanya-tanya
dalam hati. Mungkinkah Alfi? Paijo?! ataukah... Tiba-tiba ia
menatap bik Iyah dengan pandangan menuduh.
"Pasti bibik yang mengadu pada Didiet?!"
"B..bukan non. " jawab bik iyah. Bik Iyah sepertinya ingin
menjelaskan sesuatu namun Sandra yang dalam keadaan
depresi tak memberinya kesempatan untuk itu.
"Lantas Siapa?! Katakan terus terang bik!!" bentak Sandra
sambil mencengram bahu bik Iyah. Ia kesal karena belum juga
mendapatkan jawaban yang memuaskan hatinya. Padahal
'kunci'nya jelas ada pada pembantunya itu. Bik Iyah yang
tahu tentang perselingkuhannya dengan Paijo. Bik Iyah juga
orang yang tahu jika Didiet sudah mengetahui hal itu.
"N non?. Hks.. hks ..." Bik Iyah terkejut dan kembali terisak.
Ia sedih bukan karena di perlakukan kasar oleh 'nona'-nya
itu. Melainkan karena ia ikut merasa bersalah atas segala
kemelut yang menimpa Sandra. Sejenak Sandra seakan baru
tersadar apa yang ia perbuat. Cepat-cepat ia melepaskan
cengkramannya dan memeluk tubuh tua itu.
"Aduhh Bik..m maafkan aku...aku tak bermaksud kasar sama
bibik" ucap Sandra menyesal. Betapa ia benar-benar khilaf
tadi dan sempat berlaku tak pantas terhadap seseorang yang
mengasuh dan memanjakannya saat kecil itu. Kemelut yang
terjadi akhir-akhir ini semakin membuatnya sulit mengontrol
emosinya.
"Tidak apa-apa non. Bibik maklum akan kondisi non." ujar bik
Iyah. Sebenarnya ia tak ingin menambah beban pikiran Sandra
namun ia merasa ia harus mengatakannya pada Sandra.
"Bik beritahu aku bagaimana Didiet bisa mengetahui semua
ini" ujar Sandra. Kali ini ia berusaha untuk lebih tenang.
"Baiklah bibik akan katakan semua yang bibik ketahui pada
non." ujar bik Iyah mengawali pengakuannya dengan terbata-
bata "Kejadiannya kira-kira dua bulan yang lalu. Saat itu bibik
masih bekerja di rumah ibu non Sandra. Hari itu den Didiet
datang sendirian ke sana menjenguk ibu sekaligus meminta
bibik tukaran posisi dengan bik Nah. Pada kesempatan itu
bibik sempat minta tolong di carikan pekerjaan buat
keponakan bibik si Paijo yang menganggur karena saat itu
istrinya sedang hamil dan membutuhkan biaya untuk
melahirkan. Lantas Den Didiet menyuruh bibik mengajak
sekalian Paijo kemari untuk bekerja di sini "
Pengakuan bik Iyah tersebut sungguh di luar dugaan dan
membuat Sandra benar-benar merasa kecele. Selama ini ia
dan yang lain menganggap Didiet belum tahu soal keberadaan
Paijo di rumah ini. Padahal sejak awal hal itu justru
merupakan idenya Didiet sendiri!
"Mengapa?...mengapa baru sekarang aku diberi tahu soal ini
Bik?"
"Maafkan saya non. Tetapi den Didiet yang melarang bibik
mengatakannya pada Non Sandra."
"Aku semakin tak mengerti? L..lantas...Apakah ia juga
mengetahui apa yang telah aku lakukan dengan Paijo selama
ini, Bik?!" Tanya Sandra bingung. Ia sungguh tak mengerti
akan situasi yang terjadi di dalam rumah tangganya saat ini.
Entah siapa yang terlebih dahulu memulai ketidak jujuran di
antara ia dan Didiet.
"Ya say, aku juga sudah tahu akan hal itu." Terdengar suara
dari arah ruang depan sebelum bik Iyah sempat menjawab.
Kedua wanita itu-pun menoleh ke arah suara tersebut secara
bersamaan.
"Ditt?!" ujar Sandra tergagap ketika melihat Didiet muncul dari
balik pintu..
"Oh! den Didiet sudah pulang" ujar Bik Iyah-pun tak kalah
kaget.
Pembicaraan yang serius barusan membuat mereka tak
menyadari kehadiran Didiet di situ.
"Bik, tinggalkan saja kami berdua"ucap Didiet santai.
"Baik den" ujar Bik Iyah patuh. Ia masih sempat mengambil
alih koper dari tangan majikannya itu.
Setelah bik Iyah berlalu.
"Dit, benarkah engkau sudah mengetahui apa yang terjadi
selama ini?" pertanyaan Sandra langsung membuka
percakapan.
"Say..kemarilah."ujar Didiet lembut.
Apa?..Say?..suaminya masih memanggilnya 'say' dalam
situasi seperti ini?. Mengapa Didiet sepertinya tak
mempermasalahkan perselingkuhannya dengan Paijo? Sandra
mendatangi suaminya dengan perasaan bercampur aduk. Lalu
ia merasakan rengkuhan tangan kokoh pada punggungnya
saat Didiet memeluknya. Saat mengadahkan wajahnya ke
wajah Didiet sebuah kecupan hangat hinggap di bibirnya.
"Ditt engkau belum menjawab pertanyaanku" kejar Sandra
penasaran karena Didiet belum memberinya jawaban.
"Ya. Say. Aku sudah mengetahui tentang hubunganmu dengan
Paijo Namun kamu tidak perlu kuatir aku akan
mempermasalahkannya karena hal itu juga ada hubungannya
mengapa sejak awal aku tak memberi tahumu soal
kepindahan Paijo kemari"
"Katakan, Dit. Mengapa engkau tak pernah memberi tahuku
soal itu?." tanya Sandra tak sabar.
"Sebenarnya sejak awal aku ingin memberitahumu namun
mengingat saat itu suasana hatimu sedang tak baik maka aku
merasa harus menunggu waktu yang tepat untuk berbicara
padamu." Ujar Didiet sambil membimbing istrinya untuk duduk
bersama di sofa. "Baiklah aku ceritakan saja sekarang. Seperti
yang telah bik Iyah katakan padamu tadi, aku memang
bertemu dengannya di rumah ibumu. Aku terkejut saat tahu
ternyata keponakannya yang bernama Paijo itu telah memiliki
seorang istri yang sedang hamil. Hal itu membuatku teringat
dengan masalah kehamilanmu. Tiba-tiba saja terbetik
keinginan untuk menjadikan Paijo sebagai pendonor bagimu.
Lantas kuminta bik Iyah untuk mengajaknya kemari. Dan ia
memang kularang mengatakannya padamu. Namun ia
sungguh tak tahu apa sebenarnya tujuanku. Awalnya aku ingin
Paijo tinggal bersama kita beberapa minggu terlebih dahulu
dengan harapan aku bisa mengenal segala hal tentang Paijo
lebih jauh agar tak menimbulkan masalah bagi kita di
kemudian hari. Namun ternyata tanpa kuduga, sebelum aku
sempat mengungkapkan rencanaku padamu, ternyata
hubungan antara engkau dan Paijo sudah terjalin dengan
sendirinya. Aku baru mengetahui hal itu dua minggu yang lalu.
Ketika itu penerbanganku kemari dimajukan lebih awal. Dan
aku tiba di rumah pagi-pagi sekali. Saat itulah aku
menemukan dirimu masih tertidur lelap berdua dengan anak
itu di ranjang kita. Tetapi aku tak ingin mengganggu kalian.
Jadi kuputuskan pergi ke rumah Donnie. Lalu setelah agak
siang aku kembali lagi ke rumah. Dan berlagak seolah-olah
baru tiba siang itu.."jelas Didiet panjang lebar.
Sandra tercenung setelah mengetahui kenyataan tersebut.
"Say, apakah ada yang salah?" Tanya Didiet heran. Tadinya ia
yakin ini menjadi sebuah surprise yang menyenangkan buat
Sandra. Namun Sandra tak bereaksi seperti yang ia harapkan.
Garis-garis kesedihan nampak jelas di wajahnya.
"Dit? Apakah engkau sengaja memanfaatkan kelemahaan dan
permasalahanku untuk mewujutkan fantasi liarmu?" Tanya
Sandra.
"Sand? " Tanya Didiet terkejut melihat reaksi istrinya itu.
"Engkau sengaja mengumpankan anak itu agar berselingkuh
denganku! Benarkan Dit?!"
"Say..akukan cuma berniat membantu" ujar Didiet terpojok. Ia
tak menyangka ternyata Sandra mampu membaca niat
terselubungnya,
"Jawab pertanyaanku Dit!!" tanya Sandra kesal. Ia benar-
benar sudah lelah dengan semua ini. Tak di sangka ternyata
suaminya sendiri yang menjadi actor intelektual atas
perselingkuhan dirinya dengan Paijo yang berujung pada
kepergian Alfi.
"Baik! Baik!! Aku akui. Aku memang memiliki hasrat melihat
anak itu menidurimu. Namun apa bedanya? Toh, selama ini
engkau juga melakukannya bersama Alfi. Ayolah say...kita
ambil positifnya saja. Bukankah dengan begini engkau bisa
memperoleh manfaatnya karena ada seseorang yang mau
menghamilimu dan aku sendiri...yahh...mendapatkan apa yang
kumau" tukas Didiet. Ia berbalik heran melihat keberangan
istrinya. Ia sulit menebak bagaimana kondisi emosi istrinya
saat ini. Bukankah seharusnya Sandra senang ada solusi bagi
masalah kehamilannya. Namun kenyataannya justru tidak
demikian. ia sungguh tak menyangka Sandra justru terlihat
sangat kesal kepadanya.
"Tetapi tahukah engkau akibat semua ini bagi Alfi?!"
"Lho? Memangnya ada apa dengan Alfi?!"
"Alfi...diaa...sangat terpukul setelah melihat kebersamaanku
dengan Paijo."
"Terpukul? Aneh!...aku benar-benar tak mengerti maksudmu?
Bukankah selama ini ia tak mempermasalahkan kehadiran pria
lain seperti aku atau Donnie dan juga Robert?"
"Aku juga tak mengerti soal itu, Ditt!.Yang jelas ia tak suka
melihat Paijo di sini meniduri aku!"
"Baiklah, di mana anak itu sekarang? Mungkin aku bisa minta
maaf serta pengertiannya soal hal ini. Setidaknya ia tak perlu
menyalahkan dirimu atas semua yang terjadi "
"Terlambat Dit. Alfi sudah pergi" ujar Sandra lirih.
"Apa? Pergi?..Kemana? Apakah ia ke rumahnya Donnie atau
Robert?"
"Ia tidak ada di sana, Dit. Alfi pergi mendaki gunung XX."
"Haa!! Mendaki?! Mengapa kau tak berusaha mencegahnya?
Bukankah aku sudah pernah melarangnya melakukan kegiatan
itu!"
Lalu Sandra menceritakan secara ringkas semua yang telah
terjadi selama ini. Didiet-pun melongo setelah mendengar
penuturan Sandra. Kali ini ia baru nyambung. Ia dibuat
bingung dan tak tahu harus menjawab apa. Situasi yang
terjadi tak seperti yang ia harapkan. Sungguh! Ternyata
banyak hal yang tak terpikirkan olehnya. Ia lupa
memperhitungkan resiko jika Alfi tak menyukai Paijo. Bahkan
tak akan pernah ada kehamilan dikarenakan Paijo Mandul!
"Eh uh..Maafkan aku say..aku benar-benar tak tahu jika akan
begini jadinya" ujar Didiet penuh penyesalan karena semua ini
justru membuat Sandra semakin sedih dan tertekan.
"Ia... ia sengaja mencari mati gara-gara aku huu huu" Sandra
mengatakan itu sambil mendekap wajahnya dengan ke dua
telapak tangannya. Air matanya tumpah tak terbendung lagi.
Bayang-bayang mimpi buruknya tentang Alfi tempo hari
kembali terlintas di kepalanya.
Didiet benar-benar kaget ketika melihat istrinya itu menangis.
Cepat-cepat ia bangkit seraya menarik kepala Sandra ke
dalam pelukannya.
"Aduhh say!.. tak perlu seperti ini? haduhh bagaimana
ini.....tadi kan aku sudah katakan jika aku sangat menyesal..."
bisiknya kebingungan membujuk istrinya agar berhenti
menangis.
"Bagaimana dengan Alfi, Ditt? Sudah satu bulan ia tidak
pulang. Aku kuatir sekali jika terjadi apa-apa padanya hks
hks!"tanya Sandra di antara isaknya.
"Kita akan mencari tahu tentang dia. Namun aku ingin engkau
berusaha menenangkan dirimu dulu.. Aku cukup mengenal
leader kelompok itu. Ia merupakan juniorku di kampus dulu.
Pemuda itu tak sembarangan mengajak seseorang buat
mendaki. Semuanya pasti sudah dipersiapan secara matang.
Jadi aku kira tak terjadi apa-apa dengan mereka. Lagian
bukankah tak ada berita buruk dari radio maupun televise?"
"Tapii Ditt masa kita harus menunggu terjadi apa-apa dulu
baru bertindak?! huu huu "
"Baik!..Baiklah say!. Aku segera memerintahkan beberapa
karyawanku buat mencari Alfi di posko para pencinta alam di
kota H besok. Aku yakin mereka dapat dengan cepat
memperoleh info keberadaan Alfi. Selanjutnya biarlah aku
yang akan menangani hal ini ya Say " ujar Didiet. Ia sadar tak
ada jalan lain untuk membuat hati istrinya itu tenang kecuali
menemukan Alfi secepatnya.
Alhasil setelah mendengar ucapan suaminya itu Sandra
menjadi lebih tenang. Beberapa saat kemudian tangisnya-pun
mereda di dalam dekapan suaminya. Haihh...Didiet menghela
napas panjang. Ia merasakan kemejanya basah oleh air mata
istrinya itu. Sejak berkenalan dengannya hingga saat ini,
Sandra tak pernah menjadi sesedih seperti tadi. Kecuali satu
kali. Ya...Didiet jadi teringat akan peristiwa dulu saat itu
Sandra menjadi begitu murungnya sejak berpisah dengan Alfi
setelah melakukan percintaan buat pertama kalinya di cottage
di pantai X tempo hari. Dalam hati kecilnya sebetulnya ia tahu
bila kehadiran Alfi dalam perkawinan mereka telah mendapat
tempat yang istimewa di dalam hati Sandra tapi ia tak pernah
menduga seberapa besar perasaan itu. Dan selama ini-pun
Sandra selalu mengungkapkan jika ia hanya mencintai dirinya
seorang sedangkan Alfi hanyalah dianggap sebagai bumbu
dalam kehidupan ranjang mereka semata. Tapi kini kenyataan
itu tak lagi dapat di tutupi oleh Sandra. Kemarahan dan
tangis Sandra barusan itu tak cuma mengartikan sebuah
kekuatiran namun juga sebuah ungkapan penuh kerinduan dan
kasih sayangnya terhadap Alfi. Didiet seakan baru tersadar
jika bayang-bayang Alfi secara perlahan namun pasti akan
mampu menggeser dirinya dari hati Sandra. Tapi ia tak bisa
menyalahkan orang lain. Bukankah semua ini berasal dari
keinginan dan fantasi liarnya sendiri? Berarti ia sendiri yang
juga harus siap menanggung segala konsekuensi atau akibat
yang di timbulkan oleh hal tersebut. Termasuk siap tersisih
dalam memperebutkan cinta sejati Sandra!
##########################
Keesokan paginya Didiet terlihat sibuk menelpon ke sana
kemari. Namun hingga siangnya ia belum juga mendapatkan
jawaban yang memuaskan.
"Sepertinya aku sendiri yang harus pergi mencari Alfi" ujarnya
pada Sandra.
"Aku tak ingin menyusahkanmu Dit. Kurasa kita bisa
menunggu kabar dari orang-orangmu"
"Tak mengapa. Ketimbang hanya menunggu. Semakin cepat
aku bisa memperoleh kabar mengenai keberadaan Alfi
tentunya semakin baik."
Akhirnya Didiet pergi ke kota H yang hanya berjarak empat
jam perjalanan berkendaraan mobil dari kota S. Waktu terus
merambat. Sandra terus menunggu dengan harap-harap
cemas. Handphonenya tak pernah lepas dari genggamannya.
Menanti benda itu berdering dan seseorang yang akan
memberinya kabar baik mengenai Alfi. Namun hingga hari
menjelang sore apa yang ia harapkan tak juga terjadi. Ia mulai
merasa putus asa. Masalah kehamilan yang berujung dengan
kepergian Alfi benar-benar telah membuatnya lelah. Ketika ia
sedang berupaya membuang kegelisahannya dengan berjalan-
jalan di pekarangan rumahnya sambil memandangi beragam
bunga yang tumbuh di sana. Tiba-tiba terdengar derit pintu
gerbang bergeser. Seseorang masuk ke perkarangan rumah
sambil tersenyum riang tengah berlari kecil menuju ke
arahnya.
"Kakaakkk! Alfi pulanggg!"
"Ohhh Fii?! Kamu.. sudahh pulanggg?!!".
Sandra-pun langsung menubruk tubuh anak itu. Memeluknya
se-erat mungkin. Mendekapannya. Seakan tak ingin
melepaskannya lagi. Air matanya meleleh tak terbendung lagi
oleh rasa lega dan kerinduan yang mendalam.
"Ooh..Fii kakakk kuatir sekali huu huu"
"Duh! Kenapa kakak begitu kuatir? Bukankah sudah Alfi bilang
kalau Alfi bakal mampu menaklukan gunung itu" bisik Alfi
sambil membelai rambut Sandra. Ia sungguh tak tega melihat
bidadarinya menangis.
"Kamu jangan pergii lagi ya Fi huu hu.."
"Iya iya Alfi tidak bakalan meninggalkan kakak lagi. Alfi sudah
berniat tak akan mendaki lagi demi kakak. Cukup sudah satu
kali itu buat menuntaskan hasrat dan rasa ingin tahu Alfi saja.
Nah sekarang kakak sudahan dulu nangisnya" bujuk Alfi
sambil mengusap pipi Sandra yang basah.
"Kakk.." bisik Alfi setelah tangis Sandra mereda.
"Iya Fi?"
"Alfi kangen sama sekali sama kakak"
"Oh..Fii Kakak juga, sayang. Ayo kita masuk. Kamu harus
istirahat setelah menempuh perjalanan jauh"
"Melihat kakak, rasa capek Alfi jadi hilang"
"Gombal ahh!" ujar Sandra mencubit pinggang pemuda itu.
#################################
Sandra
segera
mengabarkan kepulangan Alfi kepada Didiet. Didietpun merasa
lega. Ia menganggap masalah dan kemelut antara Sandra dan
Alfi sudah terselesaikan. Namun Ia mengabarkan jika ia tidak
bisa pulang ke kota S. Ia memutuskan untuk langsung
berangkat ke kota G dengan pesawat. Ia-pun berpesan agar
Nadine segera menyusulnya. Sore itu Sandra menghabiskan
waktu berjam-jam di sebuah SPA buat menyambut
pertemuannya dengan Alfi. Ia tahu selama beberapa hari ke
depan akan menjadi hari-hari penuh keintiman yang
melelahkan bagi mereka berdua. Dan malamnya ia mengajak
Alfi makan malam di sebuah restoran berkelas di kawasan
elite. Sandra mengenakan gaun malam hitam yang indah
terlihat begitu kontras dengan kulitnya yang putih lembut itu.
Ia ingin terlihat cantik buat pemuda itu. Para pengunjung lain
banyak yang mencuri memandang ke arah mereka sambil
berbisik-bisik. Tentu saja pasangan unik itu cukup
mengundang tanya mereka. Kemana suaminya? Mengapa
wanita secantik dan seanggun Sandra minta ditemani oleh
pemuda bertampang pas-pasan seperti Alfi yang cocok
menjadi jongosnya itu? Namun Sandra tak memperdulikan
semua itu. Kepulangan Alfi telah menepis segala kegalauan
hatinya selama ini. Saat ini ia benar-benar sedang dimabuk
asmara. Ia ingin menikmati saat-saat terindahnya bersama
Alfi tanpa terganggu oleh siapa pun malam ini. Setelah
selesai menikmati makan malam. Mobil Sandra meluncur
menembus gemerlapnya malam. Menuju ke luar kota ke
sebuah tempat yang penuh dengan nostalgia indah baginya
dan Alfi. Cottage xxx di tepi pantai X. Malam semakin larut
dan dingin ketika mereka tiba di situ. pohon nyiur melambai
kuat di terjang hembusan angin pantai. Sepertinya tak lama
lagi bakal turun hujan lebat. Sebuah malam pertemuan yang
sempurna buat Alfi dan Sandra.
"Wah..Kakak cantik sekalii..dan harum" puji Alfi ketika wangi
tubuh Sandra menggelitik hasrat kejantannya.
"Betulkah?" Sandra tersipu senang.
"Engg..kak"
"Iya sayang"
"Alfi turut prihatin" ujar Alfi sambil membelai pipi Sandra
lembut.
"Soal apa sayang?"
"Soal kegagalan Paijo. Alfi sudah mengetahui semuanya dari
kak Dian" ujar Alfi. Sandra tahu Alfi tak sedang mengoloknya.
Ia melihat ketulusan di mata Alfi.
"Tidak apa-apa sayang. Mungkin itu pantas kakak terima
karena kakak telah menyakiti hatimu" jawab Sandra.
"Tapi Alfi ngga pernah membenci kakak. Saat itu Alfi justru
ingin dia bisa bikin kakak hamil."
"Betul begitu?" Sandra menatap mata pemuda itu lekat-lekat.
Ia tahu Alfi sudah melakukan sebuah pengorbanan besar dan
ia sudah membuktikan betapa besar cintanya dengan mampu
melewati ujian yang sangat berat itu. Kini Sandra-lah yang
harus memikirkan bagaimana ia membalas semua yang telah
dilakukan anak itu kepadanya.
Alfi mengangguk sambil membalas tatapan Sandra. Jelas ia
ingin Sandra tahu jika ia tak berbohong atau dianggap
sekedar mengucapkan kata-kata gombal.
"Terima kasih sayangku. Namun mulai saat ini kakak hanya
inginkan kamu yang nantinya bisa menghamili kakak."ujar
Sandra membelai wajah anak itu.
"Eng Kak...Alfi... kangen sekali sama kakak."
"Lantas kenapa sejak pulang kamu belum juga mencium
kakak"
Alfi tak memberi jawaban atau menunggu Sandra bertanya
lagi. Ia langsung memagut Bibir kekasihnya itu. Lalu keduanya
menumpahkan segala rasa rindu mereka dalam balutan
ciuman yang ketat. Tak ada keliaran di situ. Ini sebuah
ciuman yang di dasari oleh perasaan cinta dan kasih sayang
dari kedua pelakunya.
"Fi ada yang mau kakak katakan padamu" ujar Sandra saat
ciuman mereka terlepas.
"Apa itu kak?"
"Fi... kakak mencintaimu"
"Alfi tahu itu kak" Alfi menanggapinya dengan tersenyum
getir. Ia sudah sering mendengar kata-kata itu terucap tak
hanya oleh Sandra namun juga dari wanitanya yang lain. Ia
menganggap itu hanya ekspresi rasa kangen Sandra saja.
Mana mungkin Sandra benar-benar mencintainya dalam arti
yang sebenarnya sebagaimana halnya ia sendiri mencintai
wanita itu. Selain itu tak mungkin ia mampu bersaing dengan
kak Didietnya.
"Fi, kakak serius. Kakak mencintaimu dengan segenap jiwa
raga kakak" Sandra seakan tahu apa yang berkecamuk di
dalam benak Alfi. Ia mengucapkan hal itu sambil menatap
lekat-lekat mata Alfi. Kini adalah giliran baginya untuk
menyatakan isi hatinya pada Alfi. Ia tak ingin lagi mengingkari
perasaannya yang sebenarnya terhadap Alfi dan ia ingin Alfi
tahu kebenaran itu sekarang bahwa Ia sungguh-sungguh
mencintai Alfi.
"Tetapi K..kaak Alfi kan jelek. Sedangkan kakak cantik" mau
tak mau kali ini Alfi menanggapi ucapan Sandra dengan
serius.
"Ya Fi. Kamu memang tak setampan dan segagah suami-
suami kami. Kamu juga tak sekekar Donnie. Kamu memang
ngga sepintar Robert. Tetapi aku tak perduli dengan semua
kekuranganmu itu, Fi. Kamu justru memiliki sesuatu yang tak
mereka bahkan kebanyakan pria punyai. Kamu jantan. Penuh
dengan ketulusan dan kasih sayang. Kakak merasa kamu itu
ngga jelek-jelek amat kok. Justru di mata kakak kamu itu
sangat...seksi lho. Lagian apakah ada larangan buat seorang
yang cantik mencintai orang seperti dirimu Fi?"
Mendengar ucapan Sandra tersebut jantung Alfi seakan
berhenti berdetak saat itu juga. Rasanya ia tak bermimpi.
Wanita yang paling ia cintai itu akhirnya membalas cintanya.
Hal itu yang selama ini paling ia dambakan. Tak ada kata-
kata yang bisa mewakili kebahagian hatinya saat itu.
"Ohh Kakaak ...Alfi juga sangat mencintai kakak". Alfi tak lagi
dapat membendung perasaannya. Bibir Sandra yang
mengiurkan itu di sambarnya. Dan merekapun kembali larut
dalam lautan French kiss yang menghanyutkan.
"Kak, Alfi mau ceritain pengalaman Alfi waktu di gunu ...".ujar
Alfi sambil merenggangkan rangkulannya.
"Stttt Fii sebaiknya kita ngga usah bicara itu dulu ya.."
potong Sandra sebelum Alfi menyelesaikan kalimatnya.
"Lho kenapa kak?"tanya Alfi
"Katamu kamu sudah kangen banget sama kakak, tapi kok
malah ngomong melulu?"
"Hi hi Iya ya kak ...."
Alfi segera memagut bibir kekasihnya dengan lembut.
Sandrapun menyambutnya dengan penuh hasrat dan
kerinduan. Menjadikan ciuman mereka begitu ketat.
Sementara itu hujan telah turun dengan lebatnya. Udara
lembab dan sejuk mengalahkan kenyamanan dari AC modern
manapun merasuk masuk ke dalam kamar menyapu hawa
panas yang sedang membara berasal dari tubuh dua insan
berlainan jenis dan status sosial yang sedang bergumul di
atas ranjang. Bila dulu Alfi lah yang kerap merengek-rengek
bila kebelet ingin bersetubuh. kini malah Sandra yang dibuat
merengek-rengek manja. Alfi yang sekarang benar-benar bisa
mengendalikan hasratnya. Tapi Sandra tahu anak itu siap
meledakan gairahnya pada saat percintaan yang akan terjadi
sebentar lagi. Bahkan jauh lebih dasyat dari sebelum-
sebelumnya. Alfi berlaku sabar dalam melakukan cumbuan
awal untuk memulai sebuah persetubuhan. Bibir mereka saling
menghisap satu sama lain. Saling kecup. Bergantian
memasukan lidah dan saling bertukar cairan mulut. Ciuman
Alfi menjalar ke leher jenjang Sandra. Ia kecupi setiap jengkal
kulit putih bak pualam itu. Sandra memejamkan matanya
meresapi setiap kecupan Alfi yang jauh berkelana hingga ke
dadanya yang membusung. Tubuh Sandra maupun dirinya
masih tertutup oleh pakaian lengkap. Begitu juga dengan Alfi.
Tak sukar bagi Alfi melakukan kemesrahan. Jemarinya yang
terlatih dengan cepat berhasil membuka satu demi satu
kancing-kancing gaun Sandra. Sandra sengaja memakai bra
berkait depan. Dan ketika Alfi membuat satu gerakan lagi
maka dada Sandra yang membusung indah itupun terbebas.
Alfi menjatuhkan kecupannya pada puncak bukit putih yang
berwarna merah muda itu. Menangkapnya dalam mulutnya.
Menguncinya dengan bibirnya. Lalu menghisapnya dengan
kuat.
"Arggg...sayanggggg" rintih Sandra dalam kenikmatan. Lidah
Alfi mampu berputar liar menyapu setiap sisi puting susunya
di dalam kevakuman rongga mulutnya. Rasa nikmat itu
membaur dalam rasa deg-degan. Tak ada yang menandingi
anak ini dalam urusan yang satu ini. Sandra benar-benar
dibuatnya semakin melambung.. Alfi juga memberikan porsi
yang sama pada puting susu satunya. Bila sudah demikian ia
akan melakukannya paling tidak satu dua menitan. Meski ke
dua puting Sandra sudah berdiri penuh ia akan tetap akan
menempel di situ persis seperti seorang bayi yang sedang
menyusu. Itu pula yang sangat di sukai setiap wanitanya. Alfi
mampu membuat seks pada puting susu menjadi begitu
mengasyikan.
"Ohh..Fiii geliiii" pekik Sandra.
Geli itu di barengi tumpahnya cairan-cairan cinta yang
membasahi rongga-rongga liang senggamanya. Sandra mulai
kewalahan buat mengalihkan gairah yang berubi-tubi di
susupkan Alfi ke tubuhnya. Gairahnya terpompa naik dengan
cepat oleh setiap sentuhan Alfi. Ia tahu Alfi tak akan melewati
setiap tahaban foreplay yang ada. Dan ia tak akan mendapat
penuntasan dalam waktu dekat. Jemari Sandra menggapai-
gapai berusaha meraih sesuatu pada selangkangan anak itu.
Ia berusaha menyusupkan jemarinya ke dalam celana Alfi
yang ketat. Namun nampaknya begitu sulit baginya untuk
mendapatkan apa yang ia inginkan.
"Fii...buka semuanyaaa" rengek Sandra.
Alfi bangkit. Ia melepas semua pakaian yang masih melekat di
tubuhnya satu persatu. Sandra-pun tak tinggal diam. Ia-pun
melakukan hal yang sama. Lalu Alfi berdiri pada ke dua
lututnya. Membuat wajah Sandra persis berada di
selangkangannya. Hal itu untuk memudahkan kekasihnya itu
melakukan apa saja yang ia mau pada kemaluannya. Sandra
menatap benda panjang hitam sedang teranguk-anguk garang
di hadapannya itu. Benda itu sudah berdiri penuh dan pada
ujungnya bertumpahan cairan lengket. Benda ini yang dulu
telah merenggangkan selaput daranya hingga berdarah.
Menodai kesuciannya yang telah susah payah ia jaga selama
dua puluh lima tahun. Tak hanya itu benda itu juga pernah
memberikan rasa sakit dan nikmat secara bersamaan pada
vaginanya untuk pertama kalinya. Tapi benda itupun kini tak
lagi sama ukurannya dengan dulu. Selama dua tahun ini besar
dan panjangnya tumbuh semakin meraksasa hingga ke ukuran
puncaknya.
Sandra menggenggam pangkal kemaluan Alfi dan mulai
mengocok pelan. Membuat kulit kulup yang menutupi glans
penis Alfi terbuka dan menutup. Wajahnya bergerak mendekat
hingga hanya berjarak beberapa senti meter saja lagi. Dan...
Leppp Sandra memasukan ujung organ tersebut ke dalam
mulutnya. Lalu dengan telaten mengulum dan menjilatinya.
Mengambil alih untuk sementara tugas vaginanya memberi
kenikmatan pada penis Alfi.
"Ooohh... Kakk... ooohh...", desahan Alfi terdengar lirih setiap
kali batang penisnya memasuki mulut kekasihnya. Penisnya
terus dibetot oleh mulut Sandra dengan hisapan liar yang
dasyat.
Deburan ombak terdengar seakan menggambarkan letupan
gelombang gairah kedua insan tersebut. Semilir udara dingin
ditambah hembusan AC tak mampu menahan butir-butir peluh
yang mulai membintik di sekujur tubuh ke duanya. Sandra
menyadari sepenuhnya. Alfi memang bukan lagi Alfi yang
Sandra kenal dua tahun yang lalu. Tubuh anak itu semakin
tinggi meski masih berselisih jauh dengannya. Dadanya
membidang basah oleh peluh mengucur hingga bungkahan
otot-otot di perutnya. Memang sejak mengenal Donnie, Alfi
jadi rajin berolah raga menjadikan tubuhnya berkembang baik.
Alfi meletakkan sebuah bantal di tengah tempat tidur. Ia
meminta Sandra berbaring tengkurap dengan posisi bantal
tersebut tepat di bawah pinggul Sandra. Dengan demikian Ia
mendapatkan ruang yang paling terbuka untuk mengoral
Sandra. Vagina Sandra memang terekspos sempurna. Bibirnya
yang telah basah itu membuka, Alfi menyelinap di antara
kedua paha Sandra dan menempatkan kepalanya tepat di
depan vagina wanita cantik itu. Ia mulai dengan mengecup ke
dua pipi bukit cantik itu. Lalu menjilat apapun yang ada
dihadapannya bagai seseorang anak kecil melahap sebuah es
krim yang lezat. Gelombang kenikmatan dengan cepat
merasuki Sandra. Ia sudah pasti akan orgasme dalam waktu
dekat. Tiba-tiba saja ia menjauhkan pinggulnya dari wajah
Alfi sebelum hal itu terjadi.
"Kenapa kakak sayang?"
"Fiiii udahhhh! kakakkk pinginn kamu gituin sekarang" ujar
Sandra terengah-engah. Ia tak ingin orgasme dulu sebelum
titit Alfi masuk ke tubuhnya.
Sandra mengubah posisi tubuhnya menjadi terletang.
"Lho? Kakak seharusnya tetap tengkurap"
"Ngga mau...kakak ingin kamu nindih kakak dari depan seperti
waktu pertama kali kamu ngambil perawan kakak dulu"
"Tapi kak, bukankah sekarang ini adalah saat yang tepat buat
melakukan pembuahan? Alfi sudah siap membuahi kakak
malam ini. Apalagi akhir-akhir ini Alfi hanya menkonsumsi
sayur-sayuran saja"
Ucapan Alfi membuat Sandra heran.
"Sayangggg...Buat apa kamu lakukan itu?"
"Kak Lila bilang selama diperjalanan Alfi harus banyak makan
buah dan sayuran. Bahkan Alfi juga dilarang menkonsumsi
mie instan. Katanya itu bisa bikin kak Sandra cepat hamil"
Sandra akhirnya mengerti ternyata Lila sadar jika
kemungkinan Paijo untuk gagal begitu besar. Dokter cantik
itu-pun tahu siapa sebenarnya yang mampu dan paling
pantas untuk menghamili Sandra. Untuk itu ia sengaja
mempersiapkan Alfi buat itu.
"Oh begitu...tapi kamu sudah banyak berkorban buatku, oleh
karena itu sejak malam ini kakak ingin kita menikmatinya
tanpa memikirkan lagi soal kehamilan. Hamil atau tidak kakak
tak lagi mempermasalahkannya. Yang penting kakak hanya
ingin kamu selalu ada bersama kakak"
"Eng..Baiklah kalau begitu kak"Alfi tak ingin berbantah dengan
kekasihnya itu. Namun ia tetap bertekat ia harus berhasil
membuahi kekasihnya malam ini. Ia tak ingin masa-masa
puncak kesuburan Sandra berlalu dengan kesia-sia-an seperti
sebelum-sebelum ini.
Posisi misionari adalah posisi keintiman yang paling mereka
sukai. Bagi Sandra ini merupakan cara penyatuan yang
sempurna dan penuh dengan kenangan bagi mereka berdua.
Posisi ketika si Alfi kecil pertama kali merengut kegadisannya.
Alfi mengangkat tubuh Sandra bergeser ke tengah-tengah
tempat tidur agar memperoleh posisi yang lebih nyaman.
Setelah itu ia menindih tubuh kekasihnya itu sekaligus
memberinya ciuman yang ketat. Tubuh mereka-pun menyatu
tanpa ada penghalang. Sandra merasakan ujung penis Alfi
mengusap-usap permukaan vaginanya. Cairan cintanya
merembes keluar dan melicinkan bagian dalam
kewanitaannya. Ia membuka kedua kaki lebih lebar memberi
akses seluasnya bagi Alfi memasuki dirinya. Tanpa perlu
dibimbing .penis Alfi seakan tahu di mana jalan yang harus ia
jelajahi. Perlahan setahab demi setahab mulai kepalanya yang
bulat bak tomat membelah dan masuk ...lalu leher tempat
berkumpul kulit kulupnya yang tertarik ...hingga akhirnya
seluruh batang penis besar Alfi tertelan utuh ke dalam liang
kenikmatan kekasihnya yang cantik itu.
"Arrgghkkhh...!", Sandra dan Alfi mendesah bersamaan saat
penyatuan itu berlangsung.
Sebuah penyatuan yang sempurna. Terjadi di dalam kamar
yang sama dan di atas ranjang yang sama dikala Sandra
ternoda dulu. Sandra-pun langsung orgasme secepat begitu
penis Alfi mengisinya. Sungguh luar biasa nikmatnya titit Alfi.
Vaginanya terasa begitu penuh. Baik penis suaminya maupun
Paijo tak ada yang mampu menyentuh dasar vaginanya
seperti halnya milik Alfi. Dan belum ada pria lain selain Alfi
yang mampu membuatnya orgasme secepat ini.
"Ouhhhhh..sayaaangggg!!"pekik Sandra tertahan.
Kedua tutut Sandra membuat satu garis lurus hingga ke
kesepuluh ujung jemarinya yang menegang. Alfi tahu apa yang
harus dilakukannya saat itu. Ia menahan gerakannya.
Sehingga ujung penisnya tetap menekan dasar vagina Sandra.
Membiarkan vagina Sandra berpuas-puas mengulumi
penisnya. Tak beberapa lama kemudian, setelah orgasme
pembuka yang berlangsung beberapa detik tersebut usai.
Barulah Alfi menggerakan pinggulnya naik turun. Alfi
melakukannya dengan sangat lambat. Menarik penisnya
hingga ke bagian leher. Melakukan kocokan dangkal yang
lambat beberapa kali. Lalu pelan-pelan mengirim utuh semua
penisnya ke bagian terdalam vagina Sandra. Dan menekannya
dasar rahim Sandra beberapa detik. Lalu melakukan kocokan
pendek namun dalam pada kedalaman itu.
"Ooohhh...sa..yanggggg...ohhhhh" Rintihan dan desahan silih
berganti keluar dari bibir Sandra akibat perlakuan Alfi
tersebut. Gerakan kepala penis Alfi yang bulat besar itu terasa
bagaikan mengulek dasar vaginanya di sepanjang
persenggamaan. Liang senggamanya yang selama beberapa
pekan belakangan selalu di hajar oleh penis kampung Paijo
terasa tetap rapat dan tak berubah sama sekali bagi Alfi.
Cleks..clks...ckleks...Suara lembut berasal dari tautan
kemaluan mereka berdua mengiringi setiap kocokan Alfi.
Sepuluh menit berlalu dan sebuah orgasme kembali melanda
Sandra. Kuku-kukunya menghujam dan menekan bongkahan
pantat Alfi. Berusaha menahan Alfi agar tak menarik penisnya.
"Ughhh....!!! Fiii...kakakkk dapettt lagiii!"
Alfi kembali menahan gerakannya. Membiarkan Sandra
menikmati setiap detik kenikmatan yang diakibatkan penisnya
itu. Meski dalam keadaan diam namun dengan kekuatan
ototnya Alfi mampu membuat penisnya berdenyut-denyut
dengan kuat. Sementara kemaluannya bekerja, Alfi berusaha
menambah rasa kenikmatan yang dialami Sandra dengan
mengecupi seputar leher jenjang kekasihnya itu atau
memberinya lumatan di bibir. Kedua tangannya-pun tidak
tinggal diam. Payudara dan pinggul Sandra secara bergantian
ia remas-remas secara kembut.
"Hmm..punya kamu enak banget sayangg" puji Sandra setelah
orgasmenya mereda. Jemarinya dengan lembut mengelus-
elus perut hingga pubik Alfi yang menempel pada miliknya.
Sementara kemaluan Alfi masih tetap menegang keras dan
mengeram di dalam vaginanya.
"Enak mana sama Paijo kak?"goda Alfi.
"Aaa...Alfi begituuu..!!"
"Bilang dulu enak titit Alfi atau punyanya Paijo?"
"Emang kenapa jika titit Paijo lebih enak?" Sandra balas
menggoda kekasihnya itu.
"Betulkah kak? Titit Paijo seenak itu?" Tanya Alfi penasaran.
"Hi hi ngga sayang. Titit kamu tetap paling enak kok"
"Tapi tempo hari Alfi lihat sendiri kakak dibuatnya orgasme?"
kejar Alfi belum yakin.
"Hi hi Kamu cemburu ya Fii?"
"Kakakkk?!"Alfi merengek kesal. Sepertinya ia memang mulai
tersulut api cemburu.
"Iya..iya..kakak memang orgasme waktu itu. Tapi bikinnya
susah bener sebab titit Paijo kecil dan pendek. Tetap saja titit
kamu lebih enak dari Paijo, sayang".
"Begitu ya kak?"
"Kan buktinya dia kakak suruh pulang kampung. Dan kakak
milih menunggu kamu pulang"
Alfi tersenyum. Kali ini ia percaya akan omongan Sandra. Ia
gembira telah memenangkan segalanya dari Paijo.
"Sudah ngga cemburu lagi kan?"Tanya Sandra.
"hi hi sudah kakak"
"Kalau begitu entott kakak lagi sayanggg" rengek Sandra
manja.
Demikian percintaan itu terus berlangsung penuh cita rasa
bagi mereka berdua. Hingga akhirnya Sandra sampai pada
fase multiorgasme-nya. Penis Alfi mulai memberinya orgasme
yang luar biasa nikmat secara beruntun tanpa henti.
Vaginanya tak lagi berhenti berkontraksi.. Lepas dari sebuah
orgasme kuat maka sebuah orgasme berikut datang
melandanya. Begitu seterusnya. Kenikmatan itu datang susul
menyusul bagai bergelombang ombak yang tak pernah
terputus. Dan multiorgasme yang melanda Sandra itu
membuat lumatan liang vaginanya menjadi permanent. Saat
seperti inilah yang membuat Paijo selalu gagal bertahan.
Tetapi Alfi bukan Paijo. Alfi adalah pejantan sejati yang
diimpikan banyak wanita. Tempaan seks sejak kecil
menjadikan otot-otot sekitar kelaki-lakiannya tumbuh dengan
sempurna dan berbeda dengan kebanyakan pria lain. Ia tak
semudah tak gampang jebol. Ia selalu berhasil mengontrol
dirinya dalam durasi waktu yang panjang. Ia biarkan Sandra
menikmati proses orgasme demi orgasme tersebut
berlangsung dengan kondisi sebuah penis tetap ber-ereksi
penuh di dalam vaginanya. Hampir satu jam Alfi bertahan
dalam sebuah persetubuhan yang emosional. Tanpa seks
selama lebih satu bulan. Menahan ejakulasi dari betotan
secara periodik gelombang multiorgasme vagina Sandra.
Sungguh luar biasa! Ini sudah melampaui di ambang batas
yang mampu ia pernah lakukan.
"Kakakkk .....Alfi sudah mau mun..crattt" bisik Alfi lirih.
"Ohhh...sa..yanggggku...La..ku..kan."erang Sandra di antara
kesadarannya yang memudar akibat balutan kenikmatan
dasyat itu, ia dapat melihat wajah kekasihnya yang hitam itu
memucat. Bola mata hanya terlihat putihnya saja. keningnya
mengerenyit seolah menahan sakit yang amat sangat.
Alfi menyusupkan kedua telapak tangannya ke bawah
bungkahan pantat Sandra yang montok. Dengan mengerahkan
seluruh kekuatan pinggulnya ia mengocok secara cepat dan
bertenaga. untuk mengakhiri sesi ini. Desahan Sandra kini
terdengar semakin kencang seiring kocokan Alfi yang semakin
cepat. kewanitaannya yang dalam kondisi mengecut itu
teraduk-aduk hebat. Ia tahu ini akan menjadi sebuah akhir
yang dasyat. Kedua lengannya ia rangkulkan pada leher Alfi.
Ia ingin menikmati momen secara berbarengan dengan Alfi.
"Sekaranggg sayaanggggg!...sekaranggggggg!!"rintih Sandra
memberi isyarat pada Alfi
"Arghhhh kakaaakk!!!" Alfi menggeram kuat saat melepas
kenikmatan itu dalam satu hujaman akhir yang kuat dan
dalam. Sandra mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi
menyambut hujaman Alfi tersebut. Di saat itulah kepala penis
Alfi seakan meledak di mulut rahim kekasihnya.
CRAATTTTTT!!!...Crattttttt!!!,,,,crattttttttt!!! Sandra pun
terkaget ketika sesuatu yang amat kental melenjit masuk jauh
menjangkau bagian rahimnya. Lalu gumpalan-gumpalan lain
susul menyusul ikut masuk tak terkendali. Ledakan dasyat
yang memicu ledakan yang paling kuat pada dirinya sendiri.
"Argghhhhh....SAYANGGGGGG!!!!" Sandra memekik nikmat saat
mencapai puncak kenikmatan.
Tubuhnya saling mendekap dengan tubuh Alfi. Tak hanya
tubuh, jiwa mereka-pun bersatu dalam puncak kenikmatan
tersebut. Dua tubuh dengan warna kulit yang begitu berbeda
kontras bagai dua buah kutub magnet yang berlawanan
namun melekat dengan sangat kuat. Proses orgasme
berbarengan yang hanya berlangsung tak lebih dari dua menit
itu seakan terasa bagai sebuah tingkat kesenangan yang
berlangsung berabad-abad bagi mereka. Hingga akhirnya fase
yang penuh keindahan itu berakhir mereka masih tetap
berpelukan mesrah. Sandra mengecupi wajah Alfi dengan
lembut. Ia lakukan itu sebagai ungkapan bahagia. Puas.
Terima kasih dan bahagia tentunya.
"Ohh..Fiii..sa..yanggg ...apa yang terjadi barusann?" Tanya
Sandra setelah mereka berdua menuntaskan orgasmenya.
Begitu mempersona rasanya ledakan besar yang mereka alami
bersama barusan. Emosi energi cinta mengalir dari hati yang
lebih dasyat dari luapan hasrat birahi
"Kenapa kak?"
"Kakak... kakak..belum pernah merasakan yang seperti itu.
itu..itu..benar-benar enak banget..dan kenapa sperma-mu
begitu kental dan banyak seakan menembus ke jauh dalam
perut kakak"
"Alfi tidak tahu. Mungkin gara-gara Alfi tidak begituan selama
lebih sebulan ini"
"Lho, apa kamu tidak cobain tidur dengan teman wanitamu
selama di perjalanan, Fi?"
"Ngga lah kak. Mana mungkin Alfi berani. Ntar bikin masalah
lagi."
"Setidaknya kamu bisa onani kan sayang?"
"Rugi ahh! Mana mungkin kenikmatan tubuh kakak ditukar
sama jari. Biar Alfi rela menunggu sampai ketemu kakak. Dan
hanya karena kakak Alfi bisa tahan tak melakukan itu."
"Ohh..sayangg itu manis sekali. Kakak tambah cinta padamu"
Bibir Sandra yang mengiurkan itu kembali di sambar Alfi. Dan
merekapun kembali larut dalam lautan French kiss yang
menghanyutkan. Mereka mencurahkan semua perasaan
bahagia mereka di situ. Demikianlah mereka mereguk madu
kasih berdua tanpa memikirkan hal lain malam itu. Panasnya
gairah berbaur dengan letupan kasih sayang membuat mereka
bersetubuh seakan tiada lagi hari esok. Sandra seakan
mengulang keindahan masa lalunya bersama Alfi dulu. Bahkan
tak terasa ini memasuki malam kedua mereka berduaan di
kamar. Tak pernah Alfi menyenggamai Sandra dalam waktu
selama itu.Selama lebih delapan belas jam anak itu hanya
mencabut titit besarnya bila ke kamar kecil atau mau makan
selebihnya ia biarkan tititnya mengeram di dalam vagina
Sandra. Alfi tak hanya mampu mempertahankan ereksinya
dalam kurun waktu lama namun juga mampu produksi
sperma yang seakan tak habis-habisnya Bahkan terjangan
orgasme Alfi yang terjadi itu masih tetap deras dan banyak
walau telah ia suntikan berkali-kali ke dalam rahim wanita
yang sangat ia cintai itu. Sandra sungguh merasakan luapan
kebahagiaan. Malam ini ia telah mengungkapkan cintanya
pada Alfi. Ini pertama kalinya raga dan hatinya menyatu
dalam gelombang gairah tiada akhir. Setelah percintaan
mereka usai ia menyusupkan kepalanya di dada Alfi. Lalu
tertidur dalam belaian sang kekasih sejatinya.
############################
Sandra terbangun dari tidur lelapnya saat handphonenya
berbunyi. Dilihatnya jam masih menunjukkan pukul empat
pagi. Alfi-pun masih tertidur lelap di sampingnya.
"Hoamm...ada apa Nad?" tanyanya dengan agak sungkan
karena masih ngantuk. Tak biasanya Nadine mengganggunya
pagi-pagi buta seperti ini.
"Sttt..Sand... engkau pasti terkejut jika tahu apa yang telah
terjadi di sini semalam" suara Nadine terdengar berbisik.
"Duhh...Nad apa-apaan sih?! Kau menelponku sepagi ini
hanya buat main tebak-tebakan denganku?"
Ia tahu Nadine sudah tiba di kota G sejak sore. Selama ini
Didiet menyewa sebuah apartment buat mereka tinggal di
sana.
"Sebelum aku jelaskan tunggu sebentar aku ingin memastikan
'mereka' masih tertidur" ujar Nadine menggantung
pembicaraannya. Duh! sudah dibangunkan lalu disuruh
menunggu pula. pikir Sandra sebal.
"Ok..aku sudah di zona yang aman buat kita bicara" terdengar
Nadine kembali berbicara.
"Tunggu! Tadi engkau menyebut kata 'mereka'? siapa yang
kau maksud itu? Engkau tak mengajak Alfina ikut ke sana
kan?" tanyanya.
"Tidak putriku tinggal bersama ibu di kota S"
"Lantas siapa yang engkau maksud tadi"
"Didiet dan Paijo"
"Apaaa?!! Paijo, Nad?!! Yang benar saja?!" Ujar Sandra
terlonjak kaget. Matanya yang semula sayu dan nyaris
tertutup karena mengantuk mendadak terbuka lebar.
" Aduhhh Sand! pelankan sedikit suaramu. Telingaku bisa
budeg nih!"
"E oh maaf aku tadi terlalu kaget. Ba..bagaimana mungkin si
Paijo bisa ada di sana?!"ujar Sandra baru tersadar jika
suaranya juga bisa membuat Alfi terbangun. Ia bangkit dari
tempat tidur lalu menuju ke arah teras cottage.
"Baiklah akan aku persingkat saja ...ketika aku tiba sore
kemarin aku terkejut karena ada anak itu di apartemen kita.
Ternyata Didiet menemukan Paijo di desanya saat sedang
mencari Alfi dua hari yang lalu dan memutuskan mengajak
Paijo serta ke kota G. Didiet mengatakan kepadaku ia hanya
ingin membantu anak itu lepas dari permasalahannya dengan
mencarikannya pekerjaan."
"Engkau patut berhati-hati, Nad. Didiet pasti akan
membujukmu buat tidur dengan anak itu"
"Sebenarnya Didiet memang telah melakukannya tadi malam "
"Nah kan!? Engkau pasti menolaknya kan Nad?!"
"Awalnya begitu. tapi..." ucapan Nadine mendadak terputus di
tengah menandakan ia sedang berpikir mencari kalimat yang
pas buat menjelaskan apa yang terjadi pada Sandra
"Nad! Kamu tidak melakukannya dengan anak itu kan?!" desak
Sandra penasaran.
"Maafkan aku Sand..." jawab Nadine lirih. Sebuah jawaban
yang singkat namun itu sudah cukup buat Sandra mengetahui
apa yang tersirat.
Sial!!! Sandra mendengus kesal. Tadinya ia beranggapan
polemik yang terjadi sudah berakhir. Namun ternyata masalah
ini akan memulai sebuah babak baru. Nampaknya penyakit
aneh si Didiet kambuh lagi! Dan Nadine yang telah menjadi
korban pertamanya.
"Bagaimana hal itu bisa terjadi?"
"Semuanya berawal ketika aku dan Didiet melakukan
keintiman tadi malam. Ketika hal itu baru berjalan sepuluh
menit dan tiba-tiba saja di tengah permainan Didiet sengaja
'mencabutnya'. Pada saat itulah ia memohon kesediaanku
agar anak itu yang menuntaskannya..dan...entah mengapa?
Apakah karena aku sedang dipuncak gairahku sehingga
akhirnya aku bersedia ia melakukannya dan..... semuanya
terjadi "
Sandra termenung mendengarkan semua penjelasan Nadine.
Ia tak dapat menyalahkan Nadine. Dasar si Didiet! Ia memang
banyak akalnya. Sandra sangat mengenal suaminya itu. Ia tak
pernah berhenti berusaha membujuk mereka melakukan
keinginannya itu meski sudah berkali-kali ditolak. Bukankah ia
sendiri juga selalu gagal menolak keinginan-keinginan aneh
Didiet? Bahkan ia justru selalu menikmati setiap keliaran yang
suaminya ciptakan di dalam rumah tangga mereka selama ini.
Termasuk ketika dulu ia diminta untuk menyerahkan
kesuciannya kepada Alfi.
"Sand? Kamu masih di sana kan?" Tanya Nadine ketika
Sandra diam dalam waktu yang agak lama.
"Ya, aku masih mendengarmu, Nad."
"Engkau tidak marah padaku kan?"
"Tentu saja tidak. Aku tak menyalahkanmu dalam hal ini.
Didiet memang pandai memanfaatkan situasi. Aku hanya
berharap Alfi tak sampai mengetahui hal ini"
"Sebaiknya begitu, Sand. Tadi-pun aku telah meminta Paijo
agar tak 'menandai' dadaku seperti yang pernah ia lakukan
padamu dan Dian"
Sandra kembali termenung. Permainan apa lagi yang sedang
direncanakan suaminya itu sekarang? Apakah masih belum
cukup keruwetan yang akhir-akhir ini timbul akibat kehadiran
anak itu?.Begitu banyak yang pertanyaan memenuhi kepala
Sandra. Namun yang pasti ia tidak suka Didiet 'menarik' Paijo
kembali ke dalam lingkungan keluarga mereka.
"Aduhh!" keluhan Nadine menyadarkan Sandra.
"Ada apa Nad?"
"Uh..tidak apa-apa. Hanya sedikit nyeri"
"Engkau jangan bercanda Nad! Masa Penis kecil anak itu
mencideraimu!" ujar Sandra ketus.
"Bukan yang itu....tapi puting payudaraku...anak itu buas
sekali. Dua jam ia tak melepasnya. Kupikir persediaan susu
buat Alfina bisa habis oleh dia sendiri!" keluh Nadine.
"Yah! Ia memang sudah lama mengincar dirimu untuk hal itu,
Nad." Ujar Sandra. Ia dapat membayangkan bagaimana
lahapnya Paijo menetek sambil menusukkan titit bertindiknya
ke dalam liang senggama Nadine. Terbayang pula wajah
pemuda kampung itu meringis keenakan sambil menjerit-jerit
'bu enak, bu enak bu' sebagaimana dulu ketika Paijo
menyetubuhi dirinya.
"Eh Sand, apakah menurutmu Didiet juga akan memintamu
diintimi Paijo pas giliranmu kemari?"tanya Nadine. Sebuah
pertanyaan cukup mengagetkan buat Sandra.
"Tak mungkin Nad! Didiet pasti tak mungkin memintaku
melakukan itu mengingat kejadian kemarin-kemarin"
"Mengapa tidak? Bukankah untuk itu ia mengajak Paijo di
kota G. Dengan begitu keinginannya bisa tercapai tanpa
diketahui oleh Alfi seperti apa yang terjadi padaku malam ini"
"A.kuu.. aku...ah Entahlah...." Sandra tak bisa meneruskan
kalimatnya. Ia menyadari omongan Nadine sepertinya
memang benar. Bisa jadi memang betul demikian yang Didiet
rencanakan. Bukankah Didiet memang sangat ingin
menyaksikan persetubuhan antara dirinya dan Paijo secara
langsung karena keinginannya itu memang belum sempat
terwujut tempo hari? Sebenarnya bukan diri Paijo yang Sandra
kuatirkan. Namun perilaku Didiet. Toh! Tanpa Paijo sekalipun
setiap saat Didiet bisa saja mencari pemuda lain yang sesuai
untuk memenuhi angan-angannya
"Ya sudah! Kita tidak bisa membahasnya di telepon sekarang
tetapi kita memang harus memikirkan semua ini nantinya."
Ujar Nadine seakan tahu kegalauan sahabatnya itu. Sandra
tak menyahut.
"Baiklah kalau begitu. Biar besok aku telpon kamu lagi Sand"
ujar Nadine mengakhiri pembicaraan.
Sandra kembali ke dalam kamar. Ia memandangi wajah Alfi
yang sedang terlelap di kasur. Rasanya ia benar-benar tak
sanggup untuk berpisah lagi dengan Alfi. Ia juga tak ingin
melihat Alfi kembali menderita gara-gara mengetahui para
wanitanya ditiduri Paijo. Perlahan Sandra merebahkan
kepalanya di dada kekasihnya itu. Lalu kembali tertidur.
######################################
Satu bulan Sejak kepulangan Alfi
Di pagi itu, nampak Sandra sedang gelisah karena tamu
bulanannya tak kunjung muncul. Ia tak yakin itu di sebabkan
oleh kehamilan. Memang ia dan Alfi telah melakukan
percintaan sesuai jadwal namun demikian mereka tak
melakukannya dalam posisi yang tepat sesuai dengan anjuran
Lila. Sandra tak ingin terlalu berharap sehingga akan
mendatangkan kekecewaan baginya saja. Namun rasa
penasaran membuatnya tetap juga pergi ke kamar mandi.
Lalu mengambil alat test kehamilannya dari kotak obat.
Dengan hati-hati ia meneteskan urine-nya ke tempat yang
disediakan pada alat tersebut...selanjutnya adalah proses
menanti ...dan...menanti...sebuah garis samar-samar muncul
dan menyilangi tanda minus...lalu semakin jelas dan ...
Positive. Ia Hamil? Sungguhkah ini ?! Tidak! Tidak! Ia tak
boleh senang dulu. Pikir Sandra sambil mencoba
mengendalikan perasaannya yang mulai panic. Mengingat
kejadian yang lampau bukan tak mungkin terjadi kesalahan
pada benda ini. Ia merogoh kotak obat dan mengambil lagi
sebuah alat test yang baru. Jemarinya gemetar saat ia
mengulangi semua prosedur yang telah ia lakukan
sebelumnya. Dan hasil yang muncul sama. Positive!
"ARgggg...!!!!" teriak Sandra girang. Teriakan berasal dari
kamar mandi itu terdengar sampai keluar dari kamar tidur. Alfi
yang saat itu sedang berada di ruang depan mendengar
teriakan itu langsung memburu ke arah kamar.
"Ada apa kakkk?!" Tanya Alfi kuatir. Namun ia bingung ketika
melihat senyum girang Sandra.
"Hmmm....sabar ya sayanggg. Nanti akan kakak beri tahu.
Sekarang tolong panggilkan kak Dian-mu kemari" pinta
Sandra. Meski masih bingung Alfi melakukan keinginan sang
kekasihnya itu. Ternyata Sandra meminta Dian buat
menemaninya ke klinik milik Lila. Sandra tak ingin cepat
mengambil kesimpulan bahwa ia sudah hamil. Ia ingin Lila
yang memberikan jawaban pasti.
Dua jam berselang ia sudah kembali ke rumah.
"Fiii aku HAMILLL!!"pekiknya girang sambil memeluk Alfi erat.
Hasil labor di klinik Lila menunjukan jika ia memang benar-
benar sedang hamil.
"Benarkah kak?!"
"Ya sayang. Kakak berterima kasih sekali padamu" ujar
Sandra yang tak dapat menyembunyikan kebahagiannya. Ia
terus-terusan menghujani Alfi dengan kecupan-kecupan.
"Alfi juga senang sekali Kak" ujar Alfi girang. Ia sendiri tak
menyangka jika akhirnya ia berhasil membuat Sandra, sang
bidadarinya, wanita yang paling ia cintai itu hamil. Ia sendiri
takjub. Betapa tidak Di saat anak-anak seusianya masih
berkutat dengan video game, mencuri lihat video porno dari
handphone atau baru mencoba-coba berciuman. Sedangkan ia
sendiri tahun depan bakal menjadi ayah dari empat orang
anak yang berasal dari empat orang wanita berbeda .
"Tapi Fii kakak juga harus minta maaf padamu"
"Loh ada apa emangnya kak?"
"Mungkin buat sementara kakak tidak bisa melayanimu.
Paling tidak selama trimester pertama. Kakak tak ingin calon
bayi mungil kita terganggu oleh keintiman kita" ujar Sandra
pada pemuda itu. Kekuatiran Sandra cukup beralasan sebab
aktivitas seksual di usia kehamilan muda bisa saja
menyebabkan terjadinya Abortus Spontan akibat trauma
benturan dari penis Alfi yang panjang terhadap mulut
rahimnya. Apalagi mengingat kondisi organ kandungan Sandra
yang tak normal.
"Ooo soal itu. Kakak tenang saja." ujar Alfi mantab lalu
mengecup bibir kekasihnya itu.
"Iya kamu-kan bisa minta jatah sama kak Niken dan yang
lain, Fi."ujarnya lagi
##############################
Hari-hari berlalu bertabur kebahagiaan buat Sandra dan Alfi
terus berlangsung. Buah cinta mereka sudah tumbuh di rahim
Sandra dan membuat ikatan keduanya semakin tak
terpisahkan. Alfi menepati janjinya untuk tidak dulu
mengintimi Sandra. Namun hal itu tak membuat
keharmonisan mereka terganggu. Alfi cukup pandai berlaku
romantis dan memanjakan kekasihnya itu tanpa harus
mengakhirinya dengan persetubuhan. Hingga pada suatu
malam.
"Bu Sandra.?."terdengar suara riang di seberang telepon.
"Siapa ini?"
"Ini Paijo buuu"
"Paijo?..."
"Iya bu, Paijo"
Dari mana ia tahu nomor teleponku? Tanya Sandra dalam
hati. Pasti Didiet yang memberikan.
"Ada apa menelponku?" Tanya Sandra dingin. Namun ia tak
ingin berkata kasar.
"Saya cuma mau ngasih tahu kalau saya seneng banget ibu
mau kemari besok. Beri tahu saya jam berapa ibu datang biar
saya yang jemput di bandara"
"Huh!.Siapa bilang aku akan pergi ke sana?" kata Sandra
ketus.
"Lho? Kata pak Didiet, ibu bakal tinggal di sini selama dua
minggu dan saya disuruh jemput ibu besok"
Duh! Keluh Sandra. Ia tahu hal ini cepat atau lambat akan
terjadi juga. Dan kini masalah itu sudah muncul
dihadapannya. Padahal ia belum lagi menemukan solusi yang
tepat untuk itu. Ini memang sudah giliran ia menemani
suaminya di sana. Nadine pun tak mungkin terus-terusan
meninggalkan pekerjaan dan putrinya. Ia juga tak bisa terus
menghindar. Justru sebaliknya ia harus menghadapi dan
menyelesaikan masalah ini secepatnya.
"Ibu kemari ya. Saya sudah kangeeen banget sama ibu...saya
pingin banget ngentot sama ibu lagi" Dasar udik! gerutu
Sandra jengah. Anak ini ngomong vulgar seperti itu di telepon.
Nyata sekali Paijo ingin kembali mengulangi kebersaman
dengan dirinya seperti selama ini.
"Aku belum bisa memutuskannya sekarang. Kalaupun aku jadi
menyusul suamiku, aku tak mungkin bersamamu Jo sebab
saat ini aku sedang hamil muda" jelas Sandra berusaha
mengelak
"Aduh buu...saya janji.. saya bakal ngegituin ibu pelan-pelan...
" terdengar rayuan erotis nan kampungan ala Paijo berusaha
membujuknya. Edan! Padahal anak itu baru beberapa hari
saja ditinggalkan Nadine tetapi sepertinya sudah kebelet
sekali.
"Ya sudah sudah! Nanti aku akan pertimbangkan tetapi jangan
telepon-telepon aku lagi."ujar Sandra sebal. Ia ingin segera
mengakhiri pembicaraan itu.
"Lho kenapa bu? Saya kan cuma pingin kangen-kangenan
sama ibu di telepon"
"Pokoknya jangan nelpon kemari! jika kamu terus membandel
aku tidak bakalan mau berangkat!" ancam Sandra
"I..iyaa iya buu... saya nurut apa kata ibu! Sampai besok ya
bu. Jangan sampai tidak datang...saya bakal.."
Sandra telah mematikan handphone-nya sebelum kalimat -
kalimat bawel Paijo selesai.
###########################
Keesokan paginya
Panggilan boarding bagi para penumpang sudah menggaung
dari speaker bandara. Sebagian penumpang dengan tujuan
kota G sudah berjejer antri memperlihatkan boarding pass
mereka pada petugas.
"Hati-hati di jalan ya kak" ujar Alfi sambil mengecup kening
Sandra.
"Kamu juga sayang. Kakak pergi dulu ya. Dagg Alfi!" ujar
Sandra berjalan menuju tempat antrian sambil menyeret
koper-nya.
"Daag kakakk!!"pekik Alfi sambil membalas lambaian Sandra.
Bersambung

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.