Rabu, 04 Maret 2015

alfi,lidya dan sabrina geliat gelisah sang kumbang

Geliat Gelisah Sang Kumbang
Ringkasan episode sebelumnya :
Ketidaksenangannya terhadap hubungan Alfi dan kakaknya
Lila membuat Lidya menyetujui usul sahabat baiknya Sabrina
untuk menjebak Alfi agar pemuda itu menyingkir dari
kehidupan rumah tangga Lila untuk selamanya.
#########################
Di rumah sakit
Di
sebuah
kamar
VIP
nampak
Lila
terbaring tengah menanti persalinan dirinya. Tadi pagi Lidya
sempat mampir sebelum pergi ke kantornya dan
mengutarakan niatnya buat mengajak Alfi tinggal serumah
dengannya dengan alasan dia dan Sabrina merasa tidak aman
tinggal berdua tanpa adanya lelaki di rumah itu. Ini aneh! pikir
Lila. Sekalipun alasannya masuk akal tetap saja Lila
merasakan jika ada sebuah kejanggalan. Mengapa Lidya
justru memilih Alfi? Bukankah Lidya sangat tidak menyukai
Alfi? Hhhhhh! Lila berkali-kali menghela napas. Ia terus
menduga-duga apa sebenarnya yang tengah Lidya
rencanakan. Kedua gadis ini benar-benar tak tahu sedang
berhadapan dengan siapa. Keluh Lila. Meski demikian ia belum
memberikan persetujuan kepada Lidya. Tak lama kemudian
masuk Sandra dan Niken ke kamarnya. Lila sengaja
memanggil ke duanya untuk mendiskusikan masalah ini
bersama.
"Ibuku sedang dalam perjalanan menuju kemari. Jadi kita tak
punya waktu banyak buat membahas soal ini" ujar Lila.
"Aku belum tahu seperti apa rupa si Sabrina itu tapi aku
pernah melihat adikmu, La. Dia itu sangat cantik dan
mengoda. Dan aku kira Alfi tak bakalan kuat menahan
hasratnya jika harus terus-terusan berdekatan dengan Lidya
"ujar Sandra.
"Ini Sabrina. Foto ini kuambil saat kami makan malam
beberapa hari yang lalu"ujar Lila sambil memperlihatkan
sebuah foto dari handphone-nya kepada Sandra dan Niken
"Gilaa! Cantiknyaaa!." Niken sampai mendesis kagum ketika
melihat sosok gadis yang bernama Sabrina itu.
"Astaga! Bule, La?"tanya Sandra yang juga tak kalah
kagetnya.
"Bukan. Tapi ayahnya memang 'Bule' Tulen" jawab Lila.
"Kalau Indo seperti ini sih bukan cuma si Alfi yang suka. Si
Didiet-pun doyan hi hi hi" komen Sandra.
"La, Sejujurnya aku sangat tidak setuju jika Alfi harus tinggal
seatap dengan mereka. Sebaiknya engkau tolak saja
permintaan Lidya itu. Bikin saja alasan yang masuk akal" ujar
Niken. Ia langsung kuatir akan akibat yang bakal muncul
nantinya.
"Benar katamu Nien. Tak seharusnya kita membiarkan Alfi
tinggal bersama gadis-gadis molek seperti itu. Bisa-bisa
mereka-pun ternoda seperti dirimu." timpal Sandra.
Lila merenung memikirkan pendapat para sahabatnya itu.
Memang taruhannya sangat besar bila ia menuruti apa
keinginan Lidya itu. Apalagi mengingat Lidya itu adalah
adiknya sendiri
"Kalian lupa ibuku akan datang kemari. Tanpa
persetujuankupun Lidya pasti berhasil membujuk ibu buat
mendukung keinginannya itu. Mengingat peristiwa yang
menimpa diriku tempo hari. Bagaimana dengan mudah dan
leluasanya kawanan Eric menculikku di rumahku sendiri.
Tentunya Ibu pasti tak ingin terjadi sesuatu pada anak
gadisnya yang satu lagi itu. Ibu juga pasti sangat setuju jika
Alfi yang menemani mereka karena dia sudah sangat
mengenal anak itu"
"Lantas bagaimana caranya agar keinginan Lidya terlaksana
namun kedua gadis itu tetap save'?"tanya Niken
"Sulit! Paling-paling Alfi sebisanya harus meminimalkan
kontak langsung dengan mereka. Seperti nonton televisi
bersama mereka. Agar tak memancing hasratnya."ujar Sandra
"Di pagi hingga siang baik Lidya maupun Sabrina berada di
kantornya sedangkan Alfi sendiri juga sibuk dengan aktifitas di
sekolahnya. Tapi setelah itu tetap saja mereka akan bertemu
dan berkumpul di rumah. Jadi kuanggap saat itu adalah
waktu yang sangat rawan"ujar Lila.
"Apakah tak sebaiknya kita meladeni Alfi bercinta dulu
sebelum dia pulang ke rumah itu? Setidaknya itu akan
menguras hasratnya saat ia menginap di sana"ujar Niken.
"Apakah engkau yakin Nien? Sebab kita tahu hasrat Alfi tak
pernah reda meski kita terus bergantian bercinta dengannya"
"Betul juga. Apakah tak sebaiknya engkau beri saja Alfi obat
penurun gairah, La?"
"Mana ada obat macam itu, Nien. Yang banyak justru
kebalikannya. Ada-ada saja ah" ujar Sandra.
"Eng sebentar.! Mungkin tidak sepenuhnya salah. Obat
tidur!..Ya itu dia!. Alfi harus mengkonsumsinya menjelang
malam karena itu efektiv mencegah ia bergairah."ujar Lila.
"Tapi aku tetap tak yakin dengan keefektifan metode ini
karena semua itu tergantung dari tekat Alfi sendiri. Obat itu
baru bekerja jika dia meminumnya. Bagaimana jika ia justru
tergoda pada ke dua gadis itu dan dengan sengaja tak
meminum obatnya? Dan lebih gawat lagi Alfi malah justru
mempergunakan benda itu buat menidurkan mereka." Ujar
Niken
Mereka bertiga kembali merenung. Masing-masing berpikir
buat menemukan pemecahan dari permasalahan ini.
"Aku punya saran"ujar Sandra
"Apa itu?"
"Kita minta saja Alfi berjanji kepada kita untuk tidak
mengganggu Lidya dan Sabrina"
"Hi hi hi engkau jangan bercanda, Sand. Itu sama saja
dengan melarang seekor kucing mencuri ikan!"
"Siapa bilang aku sedang bercanda. Maksudku kita beri ia
sanksi agar mau tidak mau ia harus mematuhi janjinya"
"Sanksi?"
"Ya. Kurang lebih begini bunyinya bahwa apabila dia sampai
melanggar janjinya maka dia akan kehilangan kita semua."
Suasana mendadak hening sejenak setelah mendengar ucapan
Sandra tersebut. Kedua wanita cantik itu tenggelam dalam
pikirannya masing-masing.
"Aku kira itu bagus. Bagaimana denganmu, La?" Niken
memecah keheningan itu
"Baiklah aku juga setuju. Dan soal obat tidur... Alfi tetap
harus mengkonsumsinya namun ia sendiri tidak usah tahu jika
yang dia minum itu adalah obat tidur agar tak ia
salahgunakan." jawab Lila
"Jika kalian semua sudah setuju sebaiknya kita panggil Alfi
sekarang"
###############################
Alfi masuk ke dalam kamar. Hatinya terenyuh saat melihat
salah satu bidadarinya terbaring tanpa daya dengan perutnya
membuncit akibat ulahnya sembilan bulan yang lalu. Sebentar
lagi Lila akan mempertaruhkan nyawanya buat mengantarkan
calon putri mereka ke dunia ini. Kekuatiran akan keselamatan
Lila begitu membekas di wajah pemuda ABG itu. Sebagaimana
yang pernah ia rasakan saat Nadine dan Niken menjalani
persalinan dulu.
"Hmmm kamu lihat akibat kenakalanmu sayang" ujar Lila
tersenyum. Ia senang sekali Alfi berada di sisinya di saat-saat
menjelang persalinannya.
"Kakak sayang. Maafin Alfii ya..Alfi sudah bikin kakak
menderita" bisiknya lalu mengecup lembut dahi Lila.
"Fi" Sandra memutuskan untuk memulai pembahasan itu.
"Ya kak"
"Ini saatnya menyampaikan keputusan kami berlima.
Mengingat permintaan Lidya tak mungkin ditolak maka
dengan terpaksa jika kami harus menyetujui hal tersebut.
Namun sebelumnya kami semua termasuk Dian dan Nadine
ingin minta janjimu bahwa engkau tak bakal meniduri Lidya
dan Sabrina."
"Hi hi hi kakak ini ada-ada saja. Mana mungkin Alfi
ngenganggu mereka. Terlebih-lebih kak Lidya. Dia itukan adik
kandungnya kak Lila. Bukankah sebelum ini Alfi sudah pernah
berjanji sama kakak semua jika Alfi tidak akan terlibat asmara
dengan wanita lain selain dengan kakak berlima?"
"Bagus, kami senang mendengar tekadmu itu! Namun
meskipun demikian kami tetap akan membekalimu dengan
beberapa suplemen buat membantu dirimu mengendalikan
gairahmu"ujar Sandra.
"Aduhh kakk ngapain juga pakai obat segala. Apakah kakak
semua tidak percaya sama Alfi?"
"Fi. Hal ini tidak bisa dianggap main-main. Sebab jika engkau
sampai ingkar janji maka engkau akan menerima sanksi dari
kami berlima"ujar Niken.
"S.sangsi? sangsi apa kak?"tanya Alfi agak tergagap karena
pembicaraan ini mendadak menjadi begitu serius.
"Iya Fi, Kami berlima sudah sepakat jika engkau sampai
menodai Lidya atau Sabrina maka hubungan antara engkau
dengan kami semua akan berakhir."
"Kaak?"Alfi terperangah. Ia benar-benar tak menyangka akan
seberat itu bentuk sanksi yang bakal ditimpakan kepadanya.
"Kami rasa itu cukup adil. Engkau boleh pilih mereka berdua
atau kami berlima".
"Dan itu juga artinya kami-pun berhak bercinta dengan pria
lain"timpal Sandra.
"Dengan eng...Paijo misalnya.Ya kan Sand?."tanya Niken
sambil mengerling nakal ke Sandra.
Dahi Alfi langsung mengerenyit begitu mendengar nama Paijo
di sebut-sebut. Ia teringat bagaimana susah payahnya ia
merebut kembali cinta kasih Sandra yang sempat jatuh sesaat
ke dalam pelukan Paijo. Jelas ia tak boleh membiarkan
pemuda kampung itu kembali lagi kemari. Apalagi kali ini tak
hanya Sandra dan Dian yang akan dipertaruhkan namun juga
Nadine, Niken dan Lila. Sebetulnya ia maklum akan kekuatiran
Sandra dan yang lain. Ia sendiri sadar menahan nafsu birahi
memang bukanlah sebuah perkara yang mudah buat dirinya
mengingat betapa tinggi gairahnya. Apalagi dirinya harus
tinggal bersama dua orang bidadari yang memang sangat
molek itu. Jelas ia harus berusaha sekuat tenaga agar tak
tergoda oleh ke dua gadis itu.
"Baiklah, kak. Kakak berlima boleh pegang janji Alfi. Alfi tak
bakal ingkar karena Alfi sayang dan tak sanggup bila harus
kehilangan kakak semua."ujar Alfi mantab. Ia yakin dirinya
bakal mampu melewati masalah ini. Bukankah Ini toh hanya
buat sementara waktu saja. Selain itu Lila juga akan
membantunya dengan obat-obatan. Lagian pula mana
mungkin ia menjalin hubungan asmara dengan Lidya. Gadis
itu galak sekali terhadapnya. Dan pastinya Sabrina sendiri
akan mendukung sahabatnya itu yang secara otomatis akan
menjaga jarak dengannya. Jadi apa yang perlu ia takutkan.
"Bagus. Kalau begitu mulai besok kamu harus mulai
mengkonsumsi obat dari Lila"ujar Sandra.
"Fiii kamu jangan kemana-mana dulu. Soalnya aku sebentar
lagi akan melahirkan. Siapa tahu tahu aku tak bakalan
melewatinya dengan selamat, Lho"ujar Lila mendadak
kolokan.
"Aduhhh kak!. Jangan berkata begituuuu. Alfi ga bakalan pergi
dari sini sampai Fili lahir" Ujar Alfi kembali mengecupi wajah
Lila. Entah siapa yang memulai tahu-tahu mereka sudah
terlibat dalam ciuman yang panas.
"Duhh! Kalian iniii.." ujar Sandra gemas.
Jemari Alfi menyusup masuk ke bawah selimut mengelus
lembut perut Lila yang membuncit.
"Ohh...Fiii...kakakk kangen bangett" desah Lila ketika jemari
Alfi terus turun hingga mencapai ke sebuah celah sempit nan
basah yang sebentar lagi bakal dilalui oleh bayi mereka
berdua. Keduanya sama-sama diliputi rasa kangen yang kuat.
Memang Lila sudah nyaris tiga bulan tak lagi diintimi Alfi
sejak usia kandungannya memasuki trimester terakhir.
Tiba-tiba Alfi merasakan keanehan.
"Kakk.. kok basah sekali?" tanyanya bingung. Cairan yang
mengalir keluar dari vagina Lila tak seperti biasanya. Begitu
berlimpah hingga membasahi selimut.
"Aaaaaa!! Ke keeetubannya pecah! "pekik Niken panik.
"Aduuhh celakaaa! Lekas panggil suster, Fi!" seru Sandra
yang juga panik.
Alfi-pun bergegas berlari ke luar dari kamar.
################################
Dua hari kemudian,
Di rumah milik Lila
"Hoaaamm...."
Sudah berkali-kali mulut Alfi menguam berusaha membuang
kantuk di hadapan meja belajarnya. Malam baru saja
menjelang namun matanya seakan tak dapat diajak
berkompromi. Untung saja pekerjaan rumahnya sudah
terselesaikan. Ia sendiri merasa heran mengapa rasa kantuk
yang aneh ini selalu muncul kala hari menjelang malam dan
begitu sulit dilawan.
"Wahh.. wahh.. kamu rajin sekalii, Fi" terdengar suara lembut
menggoda menyapa dirinya.
Alfi menoleh ke arah asal suara itu. Di ambang pintu
kamarnya.... tengah berdiri Sabrina yang tersenyum manis
kepadanya.
"Eh Kak Sabrina.." Alfi membalas sapaan tadi dengan gugup.
Gairahnya langsung terusik saat mendapati bahwa gadis itu
hanya mengenakan baju tidur ala babydoll yang sangat tipis.
Begitu tipisnya sehingga Alfi dapat melihat lekuk tubuh bak
jam pasir itu membayang. Sedangkan ujung gaun yang
berenda indah itu berada jauh dari atas lututnya melambai-
lambai menggoda di permukaan kulit paha gadis itu yang
putih terang
Sabrina melangkah masuk ke dalam kamar. Harum wangi
tubuh gadis itu merasuk ke dalam hidung Alfi saat gadis itu
mendekat ke arahnya...
"Hmm...akuntansi ya Fi?"tanya Sabrina sambil menunduk
memperhatikan buku pelajaran Alfi.
"I..yaa kak"jawab Alfi tergagap sambil meremas pensilnya
karena gugup
Seolah terpengaruh magnet perlahan matanya melirik ke arah
gadis itu. Jantungnya berdetak semakin keras dan cepat saat
melihat betapa putih kulit lengan Sabrina yang diselimuti oleh
bulu-bulu halus berwarna pirang itu. Cuma beberapa detik.....
Alfi cepat-cepat membuang kembali pandangannya ke buku
pelajarannya. Tiba-tiba saja ia teringat akan janjinya kepada
Lila beberapa hari yang lalu dan juga sangsi berat yang bakal
ia terima jika dirinya melanggar hal itu. Gairahnya yang tadi
nyaris tak tertahankan secara cepat jatuh ke titik terendah.
Bagaikan bara api tersiram air es. Situasi seperti ini sama
sekali tak seperti yang bayangkan sebelumnya. Semenjak ia
pindah ke rumah ini dua hari yang lalu, godaan yang datang
padanya begitu bertubi-tubi. Terutama Sabrina, gadis itu
kerap nyelonong masuk ke dalam kamarnya dengan hanya
memakai pakaian yang sangat minim seakan tak risih pada
dirinya.
"Ehh Fi, kamu bisa pakai program photoshop ga?"tanya
Sabrina
"Bisa kak. Kebetulan diajarin di sekolah"
"Kalau begitu ajarin kakak dong, Fii" rengek Sabrina dengan
sengaja memepetkan tubuhnya ke arah pemuda itu.
Srttttt...tubuh Alfi langsung tersentak saat kulit nan halus itu
bersentuhan dengan kulitnya.
"K.kaak.." Alfi benar-benar dibuat belingsatan. Hasratnya
langsung menggelegak bak bara panas.
Sabrina tersenyum. Ia tahu apa yang tengah Alfi itu rasakan
saat itu. Mana mungkin ada lelaki yang tak tergoda padanya
dalam situasi seperti ini. Apalagi hanya anak bau kencur
seperti Alfi.
"Maukan Fi?"
"Iyaa .kaak..Tapii..."
"Kamu ngga usah kuatir. Lidya sedang pergi ke rumah kak Lila
dan dia bilang pulangnya agak kemalaman"
"Bukan begituu kakk...engg.tapi... y.ya baiklahh" ujar Alfi
akhirnya menyerah. Ia sudah berusaha menghidar namun ia
merasa tak enak buat terus-menerus menolak permintaan itu.
"Nahh gitu dong. Kakak ambil laptop kakak sekarang" ujar
Sabrina bangkit dan ke luar dari kamar.
################################
"Stttt..Bagaimana, Rin?"tanya Lidya.
"Sipp. Sesuai dengan rencana!. Dia juga tidak tahu jika
engkau ternyata masih di rumah hi hi.." jawab Sabrina
bergegas kembali menuju ke kamar Alfi sambil membawa
Laptop-nya.
Lidya menunggu di kamar sembari mempersiapkan kamera
video. Sudah lima menit berlalu. Ini merupakan saat yang
tepatbuatnya bertindak. Ia berdua Sabrina sudah membahas
hal ini berulang kali sebelum menerapkannya di lapangan.
Sebuah rencana yang sederhana namun harus dilakukan pada
'timing' yang tepat. Sabrina bertugas untuk mengoda anak itu
dengan harapan pada akhirnya Alfi tak mampu lagi
mengendalikan diri dan berusaha mencabuli Sabrina. Pada
saat itulah Lidya akan merekam aksi pemuda itu sekaligus
menghentikan Alfi. Hasil rekaman itu akan mereka pergunakan
untuk menekan dan memaksa Alfi menjauhi rumah tangga
Lila.Akan tetapi jika anak itu menolak maka mereka akan
mengadukan hal itu ke ibu Lidya. Yang otomatis membuat
Lila sekalipun tak berkutik. Ketika Lidya keluar dari kamar.
"Lho, Rin?" tanya Lidya heran melihat Sabrina justru keluar
dari kamar Alfi dengan wajah cemberut.
"Kita coba lain kali saja!" ujar Sabrina sambil menarik tangan
Lidya kembali ke kamar mereka.
"Apa yang terjadi, Rin? Kok ga jadi, sih?"
"Dasar Sial!. Saat aku kembali ke kamarnya kutemukan dia
sudah tertidur lelap dengan kepala tergeletak di atas meja
belajarnya. Bahkan sudah kucoba untuk membangunkannya.
Tapi ia tetap saja molor seperti orang dibius. Huh!"
"Ha ha ha!"
"Lho kok kamu malah ketawa sih, Lid?!"
"Hi hi hi...jangan tersinggung ya, Rin. Menurutku dia tak
tergoda dengan aksimu"
"Ga mungkin!"ujar Sabrina menyangkal dugaan Lidya. Meski
sebenarnya ia memang agak bingung dengan situasi yang
terjadi barusan. Jelas Alfi tergoda padanya sewaktu di
kamarnya tadi. Lantas mengapa anak itu begitu cepat
kehilangan gairah dan semudah itu terlelap?.
"Mungkin di mata anak itu kamu masih kalah sexy
dibandingkan sama kak Lila!"ujar Lidya lagi.
"Ah! Yang benar saja,Lid?! Masa separah itu tubuhku?"ujar
Sabrina menoleh ke arah cermin besar sambil memperhatikan
bayangan tubuhnya.
"Hi hi hihii " Lidya nyaris tak dapat berhenti tertawa sampai
matanya berair melihat tingkah sahabatnya itu.
############################
Keesokan malamnya
Terlihat Alfi tengah sibuk mencari obatnya ke sana kemari. Ia
bahkan sudah membongkar isi lemari pakaiannya. Namun
benda itu tak juga ia temukan. Di dalam tas sekolahnya juga
tak ada.
"Duh! Di mana benda itu?"keluh Alfi. Ia mondar-mandir
dengan gelisah. Seharusnya ia sudah meminumnya paling
tidak tiga jam-an yang lalu. Begitu sibuknya ia sore ini
sehingga ia tak memiliki kesempatan meminum obatnya. Ia
yakin benda itu terselip di sebuah tempat di dalam kamar ini.
Kepanikannya justru membuat ia semakin lupa dimana
terakhir kali ia menaruhnya. Buruknya lagi saat ini ia sedang
dalam kondisi terangsang hebat.
Permasalahan ini dimulai sejak sore tadi. Ia dikejutkan saat
ke dua gadis itu tiba-tiba saja muncul menjemputnya
sepulang dari sekolah. Dari sana mereka mengajaknya hang
out ke mall dan baru pulang ke rumah menjelang malam.
Selama berdekatan dengan kedua gadis cantik tersebut Alfi
benar-benar dibuat canggung dan salah tingkah. Bukan hanya
karena sikap Lidya tak pernah ramah terhadapnya itu namun
karena desakan hasrat kelaki-lakiannya yang secara alami
bangkit menyerang dirinya. Lidya tetap saja terlihat sangat
cantik bak bidadari meskipun matanya selalu menyipit judes!.
Kalau Sabrina, tidak perlu lagi dibahas-bahas, gadis yang satu
itu jelas begitu sempurna di mata Alfi. Lihat saja bagaimana
reaksi setiap lelaki yang mereka jumpai di mall itu. Tak
satupun yang dapat melepas pandangannya dari kemolekan
sosok Sabrina maupun Lidya. Apalagi dirinya yang memang
sangat mudah terangsang ini. Kulit mereka yang putih
semakin bercahaya saja saat tersorot lampu-lampu mall. Tak
hanya itu. Harum wangi tubuh mereka, gerak gerik tubuh,
bahkan suara tawa mereka sekalipun. Semuanya sungguh
membuat Alfi mabuk kepayang. Bahkan di sebuah toko
sepatu,Alfi tak henti-hentinya meneguk ludahnya saat ke dua
gadis itu secara bergantian mencoba berbagai sepatu sambil
memutar-mutar kaki indah mereka di depan kaca. Mata Alfi
menatap lekat ke bagian-bagian tubuh mereka yang memang
tak perlu ditutupi. Hanya sedikit bagian paha, lutut, betis,
tumit, punggung kaki, hingga kesepuluh jemari mereka, Tapi
kesemua itu terlihat begitu indahnya dan sudah lebih dari
cukup untuk membuat penisnya berdiri keras! Akibatnya ia
harus berusaha mengatur posisi duduknya agar tak
seorangpun melihat sebuah tonjolan besar mendesak
selangkangannya. Kejadian tadi siang menyisakan
permasalahan lain buatnya sebab ia tak punya kesempatan
buat meminum obat penurun gairah yang diberi Lila
kepadanya. Sementara hari sudah semakin sore hasratnyapun
semakin memuncak dan tak tertahankan. Pikirannya tak lagi
bisa lepas membayangkan kemolekan kedua gadis tersebut.
Tengah ia sibuk mencari kesana kemari.
"Fiiii!. Ayoo dong!"teriak Sabrina seperti biasa tanpa
mengetuk pintu terlebih dahulu nyelonong masuk ke
kamarnya.
"E..K..ak Sabrina...ada apaa, kak?" Alfi benar-benar
gelagapan.Kenapa pula si cantik ini datang dalam situasi
buruk seperti sekarang ini
"Kamu kan sudah janji mau ngajarin kakak buka photoshop-
nya kemarin"
"S.sekar..angg, kak?"
"Iya sekarang! Mumpung Lidya baru saja pergi"
"Eng..sebentar ya, kakk.Eng ada yang harus Alfi kejain dulu.
Setelah itu baru Alfi nolongin kakak" ujar Alfi berusaha
mengelak. Yang jelas ia harus segera menemukan obatnya
terlebih dahulu.
"Ngaa mau! Sekarang! Ntar kamu keburu bobok seperti
kemarin"rengek gadis itu.
Duhh! Bagaimana ini? Keluh Alfi. Ia merasa dirinya tak boleh
berdekatan dengan Sabrina terutama pada saat ini. Tapi sulit
sekali menolak permintaan itu karena Sabrina terus
mendesaknya.
"Baik kak. Mana laptopnya?"
"Laptopnya sudah kakak nyalahin di kamar kakak"
"Apaa?!. Di k..amar kakak? Ke..napa di sini saja kak. Ntar
kalau kak Lidya pulang mendadak gimana?"
"Aaaaaa! Lidya perginya pasti lama! Pokoknya kamu yang
harus ke kamar kakak!
Alfi merenung sejenak sambil berusaha menenangkan diri. Ok!
Ini tak bakalan lama. pikirnya memantabkan hati. Ia akan
memberi petunjuk ringkas kepada Sabrina dan secepatnya
begitu urusan ini beres ia harus kembali ke kamarnya.
"Iya deh kak"
Begitu sampai di kamar Lidya dan Sabrina. Sabrina langsung
meloncat ke atas tempat tidur. Di atas situ ada sebuah
Laptop yang sudah menyala.
"Kok di atas kasur kak?"tanya Alfi binggung.
"Iya emangnya kenapa, Fi? Kakak sih pingin lebih nyaman aja
ketimbang di meja."
Glek! Alfi meneguk ludah. Ini benar-benar gila! Ia harus naik
ke atas ranjang bersama seorang gadis semolek itu?. Dan
srtt... aroma kamar ini terendus olehnya....harum para gadis-
gadis! Belum apa-apa penisnya kembali membesar dan mulai
menyesaki celananya.
"Eng..begini kak..kalau mempergunakan program jenis ini
lebih gampang mempergunakan mouse eksternal ketimbang
pake mouse asli milik laptop. Tapi akan sulit buat ngejalanin
mouse-eksternal di atas tempat tidur karena permukaannya
tidak datar, kak" jelas Alfi mengemukakan alasannya. Selain
logis ia memang mencoba menghindari berdua-dua dengan
gadis itu di atas kasur.
"Tapi kakak ngga punya mouse lain, Fi. Jadi kita hanya bisa
pake yang ada di laptop."
"Tapi kak.."
"Sudahhh sini ahh!" ujar Sabrina menarik lengan Alfi sehingga
pemuda itu mau tak mau harus naik juga ke atas tempat
tidur.
Hhhhhhh! Alfi menghela napas kelu. Ada baiknya ia segera
mulai saja sebelum Lidya pulang atau sebelum ia menjadi
terlalu terangsang.
"Nah sekarang kita perlu sebuah gambar atau foto buat di
edit" ujarnya berusaha untuk langsung fokus ke layar monitor
"Foto? Kalau gitu yang ini ajah, Fi..."
Sabrina menjulurkan tangannya dari belakang tubuh Alfi dan
mengambil alih kendali mouse. Alfi terkejut merasakan
sesuatu yang sangat empuk menekan bahu kanannya. Ia tahu
bagian tubuh Sabrina mana itu. Seketika itu juga kejantannya
mengejang penuh tak tertahankan. Sabrina tersenyum. Ia tahu
betul apa yang Alfi rasakan saat itu.
Tahu rasa kamu sekarang! Ia tak yakin jika kali ini Alfi bisa
bertahan seperti malam sebelumnya. Beruntung buat Alfi
karena Sabrina segera menemukan foto yang ia cari sehingga
dada gadis itu kembali menjauh dari bahunya. Namun belum
sempat ia bernapas lega...
"Kaaak!"ia menjerit tertahan saat menyaksikan foto yang
terpampang di layar laptop. Penisnya yang sejak tadi telah
mengeras semakin mengejang menyakitkan di balik celana
piyamanya. Betapa tidak yang dipilih Sabrina itu adalah foto
Sabrina yang hanya mengenakan bikini tipis berwarna merah
menyala.
"KenapaFi?"
"Kok yangg iniii kak?." Alfi benar-benar gelagapan.
"Lho ini salah satu foto terbaik kakak sewaktu jadi model, Fi"
"Apa ga bisa ambil yang lain saja. Soalnyaaa..."
"Hi hi hi kakak tahu kamu risih ya melihat kakak seperti itu?"
"Iya sih kak. Masa kakak sendiri tidak malu fotonya Alfi
lihatin"
"Hi hi hi kamu ini Fi. Ya ngga lah! Kan itu sesuai dengan
profesi kakak sebagai model?"
"Apa benar-benar ngga ada foto yang lain, kak?"
"Sebenernya ada sih. Tapi kakak justru pingin kamu nge-edit
foto kakak ini. Kakak tidak suka ada bayangan orang laindi
background-nya itu"
"Wah itu ngga susah sebenarnya. Tapi butuh waktu tidak
sebentar"
Duh! Semakin berat saja godaan ini! Keluh Alfi. Berkali-kali ia
meneguk ludah. Betapa tidak, bikini yang dipakai Sabrina di
foto itu tidak hanya minim namun juga benar-benar sangat
tipis!. Sampai-sampai ia dapat melihat bayangan gelap di
bagian sudut bawah selangkangan gadis itu. Sepuluh menit
pun berlalu.
"Kak, latar belakangnya kakak pingin dikasih warna apa?"
tanya Alfi.
Ia harus cepat menyelesaikan ini sebelum hasratnya menjadi
tak terkendali sehingga terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Hening! Tak ada jawaban dari Sabrina. hal itu memaksa Alfi
menoleh ke belakang.Ternyata gadis itu tengah terpejam.
"Lho Kak?.. Kak Sabrina!...kak ..kaak..." panggil Alfi berulang
kali sambil mengoyang-goyangkan bantal yang tertindih
kepala Sabrina. Mencoba membuat Sabrina terbangun.
Namun gadis itu tetap diam. Alfi menggaruk-garuk kepalanya
karena kebingungan harus berbuat apa. Glek! Untuk kesekian
kalinya Alfi menuguk ludahnya. Keringat dingin mulai
membintik di jidatnya. Dipandanginya mahluk cantik yang
tengah terlelap itu. Aduhh! Aduhhhh!
Wajahnya...kulitnya....lekuk tubuhnya yang hanya berbalut
baju tidur begitu tipis itu... semuanya memang sangat
spektakuler! Pemandangan indah ini benar-benar
membuatnya berada di ambang batas daya tahannya.
Perlahan Alfi membungkuk dengan tangan terjulur ke arah
kaki Sabrina yang jenjang. Sementara itu tanpa ia sadari dari
balik kisi-kisi pintu sebuah lemari pakaian, Lidya tengah
mengintai secara seksama adegan di atas tempat tidur itu.
Yes! Pekik gadis itu dalam hati. Momen ini yang ia tunggu-
tunggu sejak tadi. Tak sia-sia penantiannya selama nyaris
sepuluh menit terbekab di dalam lemari ini. Bajingan kecil ini
bakal segera tertangkap basah kali ini. Ia memastikan
kameranya terus merekam setiap gerakan Alfi. Jantung Lidya
dan Sabrina berdetak cepat menanti saat-saat terjadinya
sesuatu. Dan..kejadian selanjutnya membuat Lidya terpana.
Ternyata tangan Alfi hanya meraih selimut di dekat kaki
Sabrina lalu menariknya hingga menutupi tubuh gadis itu.
Setelah mematikan laptop perlahan ia turun dari kasur. Di
letakannya laptop tersebut di atas meja. Selanjutnya setelah
mematikan lampu ia keluar dari kamar seraya menutup pintu
dengan sangat perlahan.
############################
Lima menit kemudian...
"Wow! Engkau lihat tadi itu?" tanya Sabrina pada Lidya.
"Apa?"
"Tak disangka ternyata dia itu begitu gentleman!"
"Gentelman apanya? Masa hal begitu saja bisa membuatmu
terkesan?!"
"Kamu tahu, Lid? Mana pernah seekor kucing menolak ikan
asin. Begitupun dengan lelaki. Bayangkan ia tak sedikitpun
berusaha mencabuliku padahal ia tahu aku tengah tergolek
tak sadarkan diri. Bahkan kurasa Rendy-mu itu-pun tak
bakalan melewatkan kesempatan seperti tadi itu!".
"Aku tetap tak percaya dia se-alim itu. Buktinya kak Lila
sampai hamil dia bikin!"
"Yah..Sudahlah. Besok kita pikirkan cara lain buat
menggodanya"
Yang jelas hasil permainan ini berkembang di luar dugaan dan
harapan mereka.
"Sttttt engkau dengar itu?"tanya Lidya saat mendengar suara.
Sepertinya ada seseorang yang membuka pintu rumah di
bagian belakang.
"Itu pasti dia. Hendak kemana rupanya dia malam-malam
begini?"
"Ahh..Biarkan saja. Sebaiknya kita tidur"
Benar dugaan Sabrina yang barusan keluar melalui pintu
belakang itu adalah Alfi. Gairah nyaris meledakan ubun-
ubunnya akibat terlalu lama berdekatan dengan Sabrina tadi.
Bayangan tubuh indah Sabrina tak kunjung berhasil ia tepis
dari benaknya. Bahkan bau harum tubuhn gadis itupun masih
kentara melekat dihidungnya. Bermasturbasi tak bakal akan
meredakannya. Ia butuh lebih dari itu. Ia inginkan remasan
lembut nan kuat dari sebuah liang vagina pada penisnya.
Dengan napas memburu ia berjalan cepat menuju ke sebuah
pangkalan ojek di dekat situ. Beruntung baginya masih ada
seorang tukang ojek yang nangkring. Tujuannya tak lain
adalah rumah sang bidadari....Sandra.
##############################
Di hari Sabtu pagi
"Aku ingin kita melakukannya lebih awal sore ini sebab sudah
tiga hari rencana ini tertunda-tunda karena anak itu selalu
tidur lebih awal. Mumpung saat ini Alfi masih di sekolah kita
bisa merencanakan segalanya lebih matang." Ujar Sabrina.
Kebetulan hari ini kantor mereka sedang libur.
"Masih pingin coba main 'laptop-laptop-an' lagi?" sindir
Lidya pada Sabrina.
"Tidak! Aku rasa kita butuh cara yang lebih ekstrim dan aku
ingin kali ini engkau membantuku buat mengodanya"jawab
Sabrina
"Bukannya sejak awal aku memang membantumu menyuting
aksi kalian"
"Maksudku kali ini engkau menjadi juru kamera sekaligus
pemeran wanitanya"
"Lho? Jadi aku jadi harus ikut seksi-seksi-an sepertimu?"
"Ya! Aku ingin meningkatkan godaan baginya sekaligus
menguji teorimu"ujar Sabrina
"Teori apa?'
"Bukankah engkau kemarin pernah bilang jika anak itu lebih
berselera kepada kakakmu ketimbang kepadaku?."
"Iyaa, eng.. lantas apa hubungannya denganku?"
"Mungkin saja dia tak tertarik padaku. Siapa tahu dia justru
berselera padamu karena engkau rada mirip dengan kakakmu
itu"
"Maa..maksudmu kali ini aku yang menjadi objek utama
pencabulannya?" tanya Lidya lagi.
"Iya. Tak hanya itu kita harus menciptakan situasi yang mirip
dengan kejadian saat ia menggagahi kakakmu"jawab Sabrina
"Hiiiiiiiy! Amit-amittt. Tidak mau!" tubuh Lidya menggelinjang
seakan ada serangga yang menjijikan yang tengah merayapi
tubuhnya
"Itu sih terserah kamu, Lid, mau meneruskan permainan ini
atau tidak. Aku sih cuma berniat membantu melampiaskan
rasa tidak sukamu pada anak itu"
Lidya merenung sejenak.
"Ok! Tapi jangan minta aku buat merayunya. Aku tak mungkin
bisa. Sebaiknya kamu saja yang melakukannya"
"Beress! Sekarang aku ingin merubah penampilan kita
menjadi sedikit lebih ekstrim"
Sabrina berdiri di atas lututnya seraya memelorotkan hotpant-
nya.
"Rin! Rin! Sebentar... Engkau tak bermaksud memintaku
berpakaian sepertimu di depan anak itu, kan??"
"Lho siapa bilang? Kalau tidak begini bagaimana dia bisa
terangsang? "
"Aaaaaaa!!!Ngga mauuu! Masa hanya karena ingin dia
terangsang lantas kita harus nyaris bugil seperti ini?!" protes
Lidya lagi.
"Ngga bisa! Kita tadi sudah sepakat. Ayo buka hotpant-mu!"
Dengan berat hati Lidya menuruti permintaan sahabatnya itu.
Tapi begitu hotpant-nya terlepas ia langsung membungkuk
dan melipat kakinya. Kausnya ia tarik sehingga menutupi
kakinya.
"Lho kok malah ditutup-tutupi sih, Lid?! Kalau begini percuma
saja tadi aku minta engkau membuka hotpant-mu"
"Tapi Rinnn aku malu banget!"
"Ahhh! Anggap saja kita sedang di pantai. Bukaa!"
Lidya akhirnya membebaskan kakinya.
"Nah gitu, sekarang giliran bra-mu"ujar Sabrina.
"I.ituu juga dibukaa, Rin?!"
"Iya! Biar dia bisa melihat lebih jelas puting susu-mu dari
balik tanktop-mu"
"Aarrgg! Ini benar-benar keterlaluan. Aku benar-benar
semakin membenci dirinya!'
"Sudaaah!..Buka saja, jangan cerewet!"
Lidya melepas branya. Kini sesuai keinginan Sabrina,
payudaranya yang bulat bagus dan puting susunya tercetak
ketat di tang top putihnya,
"Nahh begitu! Awalnya memang kikuk tapi lama-lama akan
terbiasa"
"Sekarang apa?"tanya Lidya
"Kamu harus bertingkah agak seksi sedikit!"
"Seksi gimana? ..Begini?!"ujar Lidya sambil mencoba berpose.
"Parah!" ujar Sabrina sambil mengeleng-gelengkan kepala.
"Tirukan gerakanku!" Sabrina memang sempat menjadi model
di beberapa majalah remaja saat kuliah dulu. Namun ia
memutuskan untuk tak lagi menggeluti profesi itu gara-gara
sang fotografer sempat ingin menggagahinya.
"Hi hi hihi"Lidya tertawa geli melihat sahabatnya itu
menggeliat-geliatkan tubuh bak ulat nangka.
"Sekarang giliranmu!"
"Begini?"tanya Lidya mencoba menirukan gerakan yang
dicontohkan Sabrina tadi.
"Masih kurang hot! Coba lagi!"
Lidya kembali melenggak lenggok.
"Gimana?"
"Yaa begitu..Ternyata kamu juga punya bakat menjadi model
foto sensual, Lid"
"Sialan!"ujar Lidya sambil melempar bantal ke arah Sabrina.
Lalu terdengar suara tawa berderai keduanya menggema
memenuhi kamar. Mereka berdua menikmati sepanjang hari
itu di rumah. Ternyata sore itu Alfi pulang dari sekolah
bersama seorang gadis cantik.
"Ka, tunggu sebentar ya? Aku ambil laptopnya dulu sekalian
buatin kamu minum" ujar Alfi kepada gadis itu.
"Ga usah repot-repot, Fi"
"Ga pa pa. Aku juga haus kok"
Alfi masuk ke dalam meninggalkan gadis itu duduk di ruang
tamu.
"Siapa sih Fi?.Cantik banget... Pacar kamu ya?"tanya Sabrina
seperti biasa langsung ngerocos.
"Ssstttttt! Aduuuhh kak, jangan ngomong seperti itu keras-
keras!. Ga enak kalau sampai terdengar oleh dia . Dia itu Rika
teman sekolah Alfi tapi beda kelas. Bukannya pacar Alfi.
Huuh!"
"Hi hi hi maaf Fi. Habisnya kamu bawa-bawa cewek segala
kemari. Kirain tadi kamu mau ngenalin pacar kamu ke kakak"
"Eng kak. Apakah kakak tidak keberatan kalau Alfi pinjem
laptopnya?"ujar Alfi.
"Duhh Fi! kamu ini ngomongnya seperti bawahan sama boss
ajah!"
"Hi hi hi biar dikasih ya harus sopan mintanya kan kak?"
"Hi hi hi Sudah pake ajah. Tuh kamu ambil sendiri di meja"
"Makasih banyak ya kak"
Tak lama kemudian Lidya keluar dari kamar.
"Siapa tuh, Rin?"tanya Lidya penasaran sambil berusaha
mengintip ke arah ruang tamu..
"Tadi Alfi bilang temannya tapi mungkin juga pacarnya dia.
Sepertinya mereka mau mengerjakan tugas dari sekolah"
"Pacar? Heh!" cibir Lidya.
"Iyalah. Wajar saja kan kalau anak seusia itu sudah pacaran"
"Dasar bego tu cewek!. Mau saja jadi pacarnya orang dekil
dan kere seperti itu!"umpat Lidya.
"Sudah! Biarkan sajalah. Ngapain juga kita ngurusin hubungan
dia dengan pacarnya"
"Benar juga katamu. Bisa-bisa kita malah dituduh jelous dan
suka lagi sama dia. Hiiiiyy! Amit-amit! Jangan sampai deh
aku menjadi seperti kak Lila"
Sabrina hanya diam mendengar umpatan-umpatan Lidya itu.
Dalam hati ia tak suka Lidya selalu merendahkan seseorang
hanya karena status sosial mereka. Padahal justru sebaliknya
kebanyakan pemuda berstatus sosial tinggilah yang
bertingkah laku menjijikan. Mau berbuat namun tak mau
bertanggung jawab. Mengangggap semua persoalan bisa
diselesaikan dengan uang. Pikiran Sabrina sontak melayang
mundur ke masa lalu. Ke suatu masa di mana ia baru diterima
bekerja di bank tempat ia bekerja sekarang
#############################
Di sebuah perkebunan karet ,
15 kilometer dari kota H
"Bajingan kamu, Har! Apakah masih belum cukup mahasiswi
di kampus maupun lonte di kota ini buat engkau selingkuhi
sehingga engkau harus meniduri pembantu?!" umpat Sabrina
berang dari handphone.
Sumi nama gadis itu. Usianya baru lepas 15 tahun. Pak
Kimun sendiri, ayah si Sumi juga bekerja di pada keluarga
Hardy sebagai sopir semenjak Hardy belum lahir. Ibunya
Sumi, istri pak Kimun sudah meninggal dunia beberapa tahun
yang lalu. Sumi ikut bekerja di keluarga Hardy baru satu tahun
ini. Gadis itu memang tergolong manis meski berkulit gelap.
Ia baru saja melewati masa pubernya. Dan Hardy langsung
memetik kuncup bunga yang baru hendak mekar itu. Alhasil
dua tiga kali di setubuhi Sumi-pun hamil. Permasalahannya
muncul Pak Kimun menolak ganti rugi yang ditawarkan Hardy
ataupun menggugurkan janin tersebut. Ia ingin Hardy
bertanggung jawab penuh dengan menikahi secara syah
putrinya atau ia akan membeberkan aib ini sehingga keluarga
Hardy akan menerima dampaknya dari masyarakat luas.
Tentu saja Hardy tak mau itu terjadi. Ayahnya adalah
pengusaha sukses skala nasional. Sedangkan ibunya tak
kalah populernya. Seorang tokoh wanita panutan masyarakat
yang berkiprah di panggung politik. Tapi pemuda itu juga tak
ingin memenuhi tuntutan sopirnya itu. Hari itu Pak Kimun
sudah habis kesabaran menunggu jawaban dari Hardy.Ia
menjemput Sabrina saat pulang dari tempat kerjanya. Sabrina
yang tak tahu masalah tentu saja tidak menaruh curiga sama
sekali. Ia baru merasakan kejanggalan ketika Pak kimun
membawanya jauh ke luar kota. Di bawah ancaman sebilah
pisau mau tidak mau Sabrina-pun menurut. Pak Kimun baru
menghentikan kendaraan di sebuah pondok terpencil di tepi
hutan lindung. Rencananya ia akan menggagahi Sabrina jika
hari ini Hardy masih menghindar. Beruntung buat Sabrina
semua itu urung terjadi karena pak Kimun merasa tak tega
menjahati gadis yang selama ini selalu berlaku ramah dan
baik kepadanya itu. Pada dasarnya pria itu memang bukanlah
orang jahat. Ia melakukan itu semua karena terdorong oleh
rasa amarah dan sakit hati atas perlakuan Hardy. Ia biarkan
Sabrina berbicara kepada Hardy melalui handphone.
"Sorry, Rin. Aku khilap!."jawab Hardy dari seberang telepon.
"Oya?!! Lalu bagaimana dengan perselingkuhanmu dengan
banyak perempuan selama ini?! Apakah itu juga sebuah
kehilapan?!!" Sabrina sengaja berbicara agak jauh dari Pak
Kimun.
"Rin! Aku rasa kita tak harus membahas itu sekarang. Aku
hanya ingin dia menerima penawaranku dan membawamu
pulang!"
"Engkau tetap harus bertanggung jawab, Har!" ujar Sabrina.
Meski ia hampir saja menjadi korban pelampiasan sakit hati
pak Kimun namun Ia tetap ingin orang tua itu memperoleh
keadilan.
"Gila! Mana mungkin aku menikahi seorang babu!. Dia pikir
dia itu siapa!"
"Kamu pikir kamu bisa lolos dari jeratan hukum? Ingat Har!
Gadis itu masih di bawah umur dan dengan test DNA dapat
dibuktikan jika janin di dalam kandungannya adalah hasil
perbuatanmu!"ujar Sabrina.
"Katakan padanya jangan terlalu menekanku!. Aku toh sudah
berusaha menawarkan ganti rugi dalam jumlah yang besar.
Lagian... Sumi dapat membesarkan anak itu tanpa harus
menikah denganku. Itu bila ia tetap tak ingin menggugurkan
janin itu!"
"Betapa tega dan tak berperasaannya engkau, Har.
Bagaimanapun engkau adalah ayah dari calon bayi itu"ujar
Sabrina
"Sudahlah! Aku tak ingin berpanjang-panjang. Terserah dia
mau menerima tawaranku atau tidak. Jangan lupa aku pun
bisa melaporkan dirinya telah melakukan pemerasan
terhadapku"
"Engkau memang bajingan yang memuakkan, Har!"
"Lho engkau kok malah marah-marah padaku dan ngebela
dia?! Seharusnya engkau salahkan saja anaknya itu! Kenapa
juga membersihkan kamarku saat aku ada disana! Jadi wajar
saja jika aku tergoda."
Sabrina nyaris habis kesabaran mendengar pembelaan diri
Hardy. Orang ini! Benar-benar egois! Jelas-jelas dia yang
membuat kerusakan tapi terus saja melempar kesalahan
kepada orang lain. Bahkan ia tak pernah memikirkan akibat
ulahnya tersebut ia membuat orang lain ikut celaka. Seperti
kejadian hari ini.
"Lantas apakah tak pernah terpikirkan olehmu bagaimana
hubungan kita sebelum melakukan hal itu?"
"Bukankah sudah kukatakan padamu tadi jika aku khilap?"
jawab Hardy enteng.
"Segampang itu engkau bicara Har?! Hhhhhhhh!
Aku ...aku..benar-benar tak tahu kemana arah hubungan ini
dan bagaimana cara mempertahankannya, Har?"ujar Sabrina
kelu.
"Hey! Apa maksudmu? Engkau tak sedang berpikir untuk
putus kan?! Ha ha ha sebaiknya engkau pikir-pikir saja dulu
sebelum terlanjur menyesal"
Sampai di situ Sabrina sudah tak mampu lagi menahan
kegeramannya mendengar kepongahan Hardy tersebut.
"Dengar baik-baik, Har!. Aku memang sudah memikirkannya.
Dan aku lebih menyesali perjumpaan kita ketimbang menyesali
perpisahan kita. Jadi mulai saat ini engkau tak perlu
mencariku atau menghubungiku lagi!" ujar Sabrina dengan
suara meninggi.
"Lho Riin?!!...Rinn!! tungg.."
Sabrina langsung menutup pembicaraan sebelum Hardy
menyelesaikan omongannya sekaligus mematikan hp-nya.
Mungkin ini adalah saat yang tepat bagi ia mengakhiri
hubungannya dengan pemuda anak orang kaya itu. Sungguh
tak ada lagi kebaikan yang tersisa dari hubungan mereka ini.
Suasana hening. Pak Kimun menunduk penuh penyesalan.
"Maafkan perbuatan saya karena tadi sudah membuat non
Sabrina ketakutan. Juga tak sepantasnya bapak melibatkan
diri non ke dalam masalah ini. Gara-gara saya non jadi ikut-
ikutan susah dan hubungan non sama den Hardy menjadi
rusak." ujar pak Kimun lirih.
Ahh..Sabrina benar-benar terharu. Orang tua ini masih saja
memikirkan kesusahan orang lain padahal dia sendiri dalam
keadaan lebih susah.
"Sudahlah pak. Bapak tak perlu merasa bersalah. Pada
dasarnya hubungan kami memang tengah berjalan menuju
keperpecahan. Hanya tinggal menunggu waktu saja buat
berakhir" jawab Sabrina.
"Apa yang akan bapak perbuat setelah ini?"tanya Sabrina
kemudian.
"Saya akan terima tawaran den Hardy sebab saya tak
mungkin menjahati tuan dan nyonya besar yang selama ini
telah menolong saya. Tapi saya akan berhenti bekerja pada
keluarga itu lalu mencari pekerjaan sekaligus tempat tinggal
baru bersama Sumi agar terhindar dari celaan tetangga
sekitar. Maklumlah non masyarakat di sekitar kami sekarang
belum bisa menerima kenyataan ada seorang wanita yang
melahirkan tanpa seorang suami" ujar orang tua malang itu.
Sabrina terenyuh mendengar ucapan orang tua ini. Pak Kimun
masih memiliki hati nurani dan kesetiaan meski dirinya telah
teraniaya.
"Lantas bagaimana dengan anak itu, Pak. Alangkah
kasihannya bila ia hidup tanpa seorang bapak"
"Biarlah anak itu lahir tanpa ayah ketimbang Sumi harus
bersuamikan bajingan seperti Hardy. Anak itu akan saya
besarkan dan saya anggap anak sendiri. Dan dia tak perlu
tahu siapa sebenarnya ayah kandungnya"
"Baiklah jika bapak sudah memutuskan demikian"
"Sebaiknya bapak antar non pulang sekarang"ujar pak Kimun.
##########################
Dua hari berselang
Sore itu di rumah kontrakan milik Sabrina.
Hardy benar-benar menepati janjinya. Uang senilai seratus
juta ia kirimkan ke tabungan pak Kimun. Sesuai rencana pak
Kimun-pun berhenti bekerja sebagai sopir keluarga Hardy. Dan
ia telah mendapat pekerjaan baru sebagai sopir taksi kota.
Sejak hari itu pula Sabrina merasa tak perlu lagi melanjutkan
hubungannya dengan Hardy. Meskipun pemuda itu masih
terus mencoba menghubunginya. Kabar baik buat Sumi dan
Pak Kimun. Ada seorang pemuda teman Sumi di kampung
dulu yang ingin melamar gadis itu. Pemuda itu mau menerima
keadaan Sumi apa adanya.
"Masih ada lagi yang mau dimasukan, non?"tanya Pak Kimun
memegang tutup sebuah kardus besar. Sore ini, selesai 'narik'
sengaja ia sempatkan mampir ke kontrakannya Sabrina untuk
membantu gadis itu membereskan barang buat kepindahannya
ke kota S.
"Ga ada pak. Itu yang terakhir" jawab Sabrina. Keputusannya
sudah bulat. Ia menerima kepindahan yang diajukan oleh
kantornya ke kota besar itu sekaligus membuka lembaran
kehidupan yang baru di sana.
"Yakin ga ada yang tertinggal lagi non?" tanya Pak Kimun
"Ga ada pak" jawab Sabrina.
"Kalau begitu langsung bapak selotif, ya non?"
"Iya pak"
Sembari menunggu pak Kimun selesai menutup kardus
terakhir Sabrina pergi ke dapur. Ia kembali ke ruang depan
sambil membawa secangkir kopi.
"Ngopi dulu, pak."ujar Sabrina.
"Makasih, non. Nanti bapak minumnya sesudah bapak
menyelesaikan ini"
"Kalau begitu Sabrina tinggal dulu ya pak. Sabrina mau
ngebersiin badan dulu"
"Oyaa ndak apa-apa. Silakan non"
Lima belas menit kemudian Sabrina baru kembali lagi ke
depan. Dilihatnya pak Kimun tengah duduk melepas penatnya
sambil menyeruput kopi buatannya. Sepertinya ia sudah
menyelesaikan pekerjaannya. Dua buah koper berukuran
sedang serta beberapa kardus sudah terpacking rapi. Memang
hanya itu barang yang ia miliki. Sedangkan perabotan seperti
kursi, meja dan televisi adalah kepunyaan si pemilik rumah ini.
Harum sabun mandi langsung terendus oleh hidung pak
Kimun saat Sabrina duduk tak jauh darinya.
"Bapak dan Sumi bisa saja menempati rumah ini sampai
kontrakannya habis sekitar enam bulan lagi"ujar Sabrina
memandangi rumah yang ia tempati selama hampir tiga tahun
belakangan ini. Ada rasa sedih. Karena ia merasa kerasan
tinggal di situ.
Setelah menghabiskan sisa kopinya pak Kimun berdiri.
"Non, bapak pamit dulu. Besok pagi-pagi sekali bapak sudah
menunggu di depan"ujarnya.
"Pak....jangan pulang dulu." Ujar Sabrina lirih
"Eng.. Iya non?"
"Sabrina masih mau ngobrol-ngobrol sama bapak. Siapa tahu
setelah besok kita lama bakal ketemu lagi"
"Baiklah non" jawab pak Kimun.
Ia kembali duduk di kursi. Mereka ngobrol dengan santai.
Beberapa kali pak Kimun terpaksa meneguk air liurnya saat
tanpa sengaja melihat ke arah dada Sabrina. Pak Kimun baru
menyadari jika Sabrina tak memakai bra di balik baju tidurnya
yang tipis itu. Alamak!...Puting susu gadis itu!... terbayang
dengan jelas dari tempatnya duduk. Dirinya dibuat semakin
gelisah di atas kursinya karena selain tipis baju tidur yang
dikenakan Sabrina itu juga sangat pendek. Ia bertanya-tanya
dalam hati mengapa gadis itu berpakaian seperti itu di
hadapannya? Akhh! Sungguh indah kedua batang kaki yang
panjang itu. Kulitnyapun begitu putih dan bersih. puji pak
Kimun dalam hati. Gerak gerik tubuh Sabrina juga menjadi
sebuah godaan besar baginya membuat hayalannya semakin
jauh berkelana dan mulai tak terkontrol. Hatinyapun mulai
bertanya-tanya apakah Sabrina juga sedang tak memakai
celana dalam saat ini? Lalu terbayang keindahan tempik gadis
indo itu. Dan alangkah nikmatnya seandainya penisnya
diselipkan ke liang itu. Terus berhayal jorok membuat batang
kejantanan pak Kimun perlahan menegang.
... AAARKKHH!! Tiba-tiba ia tersadar jika ia telah memikirkan
sesuatu yang tak pantas terhadap Sabrina. "Betapa buruk apa
yang aku pikirkan barusan!" Umpatnya dalam hati. Walau
bagaimanapun gadis itu telah begitu baik kepadanya selama
ini. Bahkan gadis itu ikut-ikutan menderita gara-gara
membela kepentingannya. Lagian mana mungkin pula gadis
terpelajar seperti Sabrina berniat menggodanya. Berpakaian
seperti itu pasti memang merupakan kebiasaan Sabrina saat
menjelang tidur. Pikir pak Kimun positif. Cepat-cepat ia
membuang pandangannya ke tempat lain sebelum gadis itu
menyadari ulah tak pantasnya itu. Waktu menunjukukan pukul
sembilan belas lewat tiga puluh. Tak terasa sudah tiga puluh
menit mereka ngobrol.
"Pak...Ada yang ingin Sabrina tanyakan pada bapak"ujar
Sabrina.
"Iya non silakan"ujar pak Kimun.
"Benarkah waktu itu..... pak Kimun hendak memperkosa
Sabrina?"
Pak Kimun terkejut mendengar pertanyaan itu. Ia menghela
napas sebelum menjawab.
"Haihhh....bapak akui.... memang iya, non. Sejak dari rumah
niat sudah bulat begitu. Tapi semua itu terdorong oleh rasa
sakit hati dan marah kepada den Hardy. Untunglah semua itu
tak sampai terjadi. Sekali lagi maafin bapak ya, non"
"Nga pa pa kok pak. Sebenarnya kalaupun pak Kimun
melakukannya pada saat itu Sabrina juga... rela dan
menerima kok. "
"Hah!! N.Nooon!?"
Pak Kimun lagi-lagi terkejut mendengar pengakuan gadis itu.
Bahkan kali ini ia seakan tak percaya dengan apa yang
barusan ia dengar itu. Saat ia masih terbengong tiba-tiba
Sabrina bangkit dari kursinya dan maju melangkah ke arahnya
dengan sorot mata memancarkan hasrat membara.
"Sekarangpun Sabrina mau bapak jika melakukan hal itu"
lanjut Gadis itu
Belum lagi pak Kimun sempat berkata seketika itu pakaian
tidur Sabrina telah jatuh ke lantai. Dan benar apa yang ia
duga sebelumnya jika di balik gaun tidur itu ternyata Sabrina
sudah tak memakai apa-apa lagi alias polos. Sabrina
memang sedang frustasi secara seksual akibat
ketidakmampuan Hardy memuaskan hasratnya di tempat tidur
selama ini. Dan saat ini ia sangat berharap jika sosok lelaki
dihadapannya mampu berlaku jantan dan mampu melepas
rasa dahaganya
"Aduhh non..eling non!" jerit Pak Kimun semakin kaget dan
gugup menyaksikan kegilaan yang dilakukan oleh gadis itu.
Memang ia tadi sempat menghayalkan hal jorok pada gadis
itu. Namun Ia benar-benar tak menduga jika Sabrina akan
bertindak seberani itu.
"Bapak jangan kuatir. Sebenarnya sudah lama Sabrina
kepingin bapak memesrahi. Saya... butuh kehangatan dari
pria sejantan bapak. Dan saya harap bapak mau menolong
saya hanya untuk kali ini saja." ujar Sabrina dengan tatapan
semakin membara sementara pak Kimun hanya bisa bengong
di atas kursinya.
Glek! Lelaki tua itu meneguk liurnya. Benarkah pengakuan
Sabrina itu?!....Sungguh tak bisa diterima oleh akal sehatnya!
Tapi gadis itu terus melangkah semakin mendekat ke
arahnya. Mau tak mau semua keindahan yang ada pada raga
Sabrina yang terpampang jelas di depan matanya mengusik
gairah kejantanannya. Tanpa dapat dicegah alat vitalnya
langsung mengeras bak baja. Kini pak Kimun baru yakin jika
Sabrina benar-benar adalah sosok seorang wanita bule.
Tubuh gadis itu tinggi semampai ditopang oleh lekuk tubuh
berlekuk bagai sebuah jam pasir besar. Dadanya itu .... ya
tuhan.... pak Kimun nyaris tak bernapas menatap benda yang
menggantung indah laksana dua butir pepaya Calipornia.
Sementara kaki-kaki panjangnya begitu mulus terapit sebuah
sebuah surga bagi kaum lelaki yang tertutup oleh rimbun
hutan berwarna keemasan.
"N.noooN.." hanya itu yang bisa terucap dari mulut Pak
Kimun.
Belum lagi ia sadar betul dengan apa yang terjadi, tahu-tahu
Sabrina sudah duduk di atas pangkuannya dan langsung
menyergap bibirnya dengan ciuman membara.
"Mmmmm!!" Pak Kimun merintih saat lidah gadis itu berputar
menyapu rongga mulutnya.
Darahnya mendesir saat kulitnya bersentuhan dengan
kelembutan kulit gadis itu. Sekuat-kuatnya iman lelaki pasti
bakal runtuh juga bila dihadapkan dalam situasi seperti saat
itu. Apalagi buat seorang Pak Kimun. Meski berusia agak
lanjut, ia adalah pria normal yang masih menyimpan hasrat
seksual terhadap lawan jenisnya. Apalagi yang ia ada di
hadapannya saat itu adalah gadis indo muda yang sangat
cantik yang diam-diam selama ini ia sukai. Pada titik ini pak
Kimun benar-benar sudah kehilangan kendali. Keimanan dan
akal sehatnya runtuh oleh kemolekan gadis indo di
hadapannya itu. Belakang kepala Sabrina diraihnya. Lalu ia
balas setiap hisapan Sabrina dengan buas pula. Tak hanya
bibir Sabrina yang ia gasak, dagu, telinga hingga leher jenjang
Sabrina-pun ia kecupi...ia hisapi dan jilati...tak ada yang
terlewat.... Sreelpp....Slic..Slik suara decak-decak muncul
dari kecupan yang bertubi-tubi dan serampangan itu. Sabrina
sungguh senang. Tadinya ia sempat kuatir jika pria itu akan
menolaknya. Satu menit berlalu. Pak Kimun baru berhenti tapi
wajah dan leher Sabrina belepotan air liurnya. Napas tuanya
terengah-engah terbakar hawa nafsu yang hendak meledakan
dadanya.
"N..noon Sabrina...nonn Sabrinaa.." ucap lelaki tua itu parau
secara berulang-ulang. Sementara matanya menanap nanar
tak berkedip ke arah dua bukit putih kembar yang
menggantung indah pada dada Sabrina.
"Silakan Pak ... malam ini Sabrina sepenuhnya milik
bapak.."bisik Sabrina memberi ijin.
Ia tahu betul apa yang tengah berkecamuk di benak lelaki tua
itu. Dan ia jelas tak ingin lelaki tua itu ragu dan berhenti di
situ saja. Seraya berkata Sabrina meraih kedua tangan Pak
Kimun dan meletakannya di dadanya yang membusung.
Kesepuluh jemari pak Kimun dengan agak gemetaran
meremas bukit kembar dalam pegangannya itu. Terasa begitu
empuk dan lembut.
"Ugghhh...Bapak sukaa?"Sabrina meleguh.
"N..nnoon.." lagi-lagi hanya itu yang dapat keluar dari bibir
pak Kimun.
Air liurnya nyaris menetes. Bukan karena tak terteguk lagi
namun karena mulut si pemiliknya tengah menganga
terkesima. Sabrina kembali meleguh saat pak Kimun
membenamkan kepalanya ke antara payudaranya. Sesaat
terlihat pak Kimun agak bingung harus memilih yang kiri atau
yang kanan. Namun sedetik kemudian ia sudah menentukan
pilihan. Tap!
"Ouhhhhh...pakkk!!..."Sabrina langsung merintih lirih ketika
puting kirinya dicaplok oleh mulut pak Kimun.
Pria tua itu ...langsung menyusu dengan rakus laksana
seorang bayi kehausan... mengisapi puting susu berwarna
merah muda itu kuat-kuat hingga kedua pipi tuanya
terkempot-kempot. Sementara tangannya meremas-remas
payudara Sabrina yang satunya lagi. Bilamana ia telah puas
menghisap yang kiri, lalu ia pindah ke puting susu yang
sebelah kanan. Begitu ia lakukan berulang kali. Nyaris dua
menit berlalu. Ditengah-tengah asyik menyusu di dua butir
payudara indah itu, tiba-tiba Sabrina mendorong wajah pria
tua itu menjauh dari dadanya. Plok! Puting susu Sabrina
sempat tertarik menjauh hingga di batas kekeyalannya
sebelum akhirnya terlepas dari pagutan bibir tebal pak Kimun.
Meninggalkan dua puting yang benar-benar telah berdiri tegak
dan berlumuran air liur.
"N..noon? mau a..paa?"Pak Kimun binggung ketika tiba-tiba
gadis itu turun dari pangkuannya lalu berlutut di antara kedua
kakinya.
"Sabrina ingin lihat kontol-nya bapak..."ujar Sabrina dengan
tergesa-gesa membuka retsluting celana panjang Pak Kimun.
Meski agak jengah namun pak Kimun tak kuasa mencegah
perbuatan gadis itu. Ia malah mengangkat sedikit pinggulnya
agar Sabrina dengan leluasa bisa memelorotkan celananya
panjang sekaligus celana dalamnya.
"AAAaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!" pekik Sabrina kaget saat
kemaluan pria tua itu berhasil ia bebaskan dari sarangnya.
Betapa tidak..... di hadapannya saat itu telah berdiri tegak
sesosok kemaluan pria yang memiliki ukuran yang sangat tak
biasa.... panjangnya satu jengkal! Dan tak hanya panjangnya
yang istimewa tapi diameternya juga nyaris menyamai
pergelangan lengannya!. Sabrina sampai berkali-kali meneguk
liurnya.......... Daging tak bersunat itu terlihat begitu luar
biasa! Kulit keriput dan kasar berwarna hitam pekat
membungkus seluruh permukaannya semakin menambah
kegarangannya...... sementara urat-urat sebesar cacing besar
bertonjolan membeliti sekujur batangnya hingga ke bagian
pangkalnya yang dikelilingi oleh gerombolan bulu-bulu jembut
yang kusut dan telah memutih....Hati Sabrina bergetar
hebat....seketika hasratnya membuncah merasuki sekujur
tubuhnya... Baru kali ini ia bertemu lagi dengan penis hebat
semacam ini. Bahkan penampilan fisik penis pak Kimun ini
jauh lebih dasyat ketimbang penis mang Gimin. Saking besar
dan panjangnya benda itu terlihat seperti sebuah pentungan
satpam.
"Jelek ya non..namanya juga punyanya orang kampung" ujar
pak Kimun dengan perasaan minder.
Ia mengira Sabrina pasti sedang membanding-bandingkan
miliknya itu dengan milik si mantan pacarnya yang
merupakan anak orang kaya itu.
"Hi hi hi bapak salah! Sabrina justru sukanya sama titit gagah
seperti punya bapak ini. Yang Item...yang ga sunat...."puji
Sabrina tergagap. Matanya berbinar-binar penuh gairah
menatap tak lepas lagi dari benda di selangkangan pak
Kimun.
"B..bener nih non? Masa iya lebih b..baguss?" tanya Pak
Kimun sok berusaha santai dalam situasi itu.
"Bener kok pak! Udah begitu ukurannya ini....Aduhh!..Sabrina
bener-bener ga nyangka kalau punyanya bapak segede dan
sepanjang ini!...... ini...inii.. aduhhh...Kokk bisaaa gede
beginii? .Arghhh....Seharusnya bapak perkosa saja Sabrina
siang itu!" ujar Sabrina semakin tak dapat mengontrol
ucapannya. Hasrat birahinya meletup-letup nyaris tak
tertahankan. Baginya kondisi kemaluan kampung seperti ini
jauh lebih mengairahkan ketimbang penis terawat milik
pemuda seperti Hardy.
"Uh Glek! Nonn..." Pak Kimun benar-benar kehabisan kata-
kata. Gadis ini..tak hanya tubuhnya yang menggairahkan....
setiap ucapannya bahkan merupakan rangsangan yang kuat
bagi lelaki yang mendengarnya.
"Eng boleh Sabrina pegang pak?"
"Ee..I..yaa.."jawab pak Kimun tergagap lagi.
Sabrina tersenyum. Ia tahu pak Kimun masih grogi
terhadapnya. Untuk itu ia ingin membangkitkan hasrat pria
tua itu secara perlahan agar pak Kimun benar-benar siap buat
bercinta dengannya. Di sentuhnya benda yang sudah
mengacung penuh itu dengan ujung telunjuknya.
"AAARKK!" pak Kimun tersentak. Penisnya langsung berkejat
hebat. Sentuhan ujung telunjuk Sabrina ternyata mengenai
glans penisnya yang mengintip sedikit dari balik kulit
kulupnya.
"Hi hi hi ...geli ya pak?" tanya Sabrina sambil tersenyum geli.
Tentu saja ia tahu bagian tu memang sangat sensitif.
"I..yaa..non..Aaaaaaaaark!!"
Lagi-lagi Pak Kimun berkelonjotan. Kali ini ia merasakan
jemari nan lembut gadis itu melingkar pada penisnya.
"Uuuhh..memang g-gemuk sekali!" desis Sabrina sambil
kembali meneguk air liurnya tanpa perduli keadaan pak Kimun
saat itu.
Ia tak habis pikir bagaimana seorang pria pribumi bisa
memiliki kejantanan sebesar itu. Apakah pak Kimun memiliki
darah bangsa India. Karena perawakannya yang hitam
kelewat-lewat. Tapi bermata besar dan berhidung mancung.
Sabrina tak tahu pasti namun Ia yakin benda ini bakal
memberinya kenikmatan luar biasa nantinya. Membuat dirinya
semakin tak sabar lagi untuk segera merasakannya.
Dieratkannya genggamnya benda tersebut.... diremas-
remasnya dengan gemas. Tubuh pak Kimun terus
berkelonjotan. Kontolnya berdenyut keras dan semakin
menegang dalam remasan jemari Sabrina. Dari ujung lubang
pipisnya langsung mengalir keluar cairan precumnya. Tapi
Sabrina belum selesai sampai di situ. Gengamannya ia geser
ke arah pangkal batang membuat kulit kulup penis pak Kimun
tertarik hingga ke leher sekaligus membuat glans penis pak
Kimun nongol keluar. Seketika bau apek bercampur sedikit
pesing langsung merebak dan terendus oleh hidungnya.
"Non ...mau diapainn?..." jantung Pak Kimun berdetak
semakin cepat saat melihat Sabrina mendekatkan wajah ke
arah penisnya. Ia pernah iseng-iseng nonton film BF.
Tapi ia tak yakin Sabrina benar-benar akan melakukannya
terhadap penisnya yang kotor dan bau itu. Namun Belum lagi
pertanyaannya terjawab, tahu-tahu penis tuanya sudah di
bekapan oleh mulut Sabrina.
"AAARRRGGGHHHH!! Nnooooon!!" pak Kimun mengerang
nikmat.
Kedua dengkulnya bergetar hebat. Kepalanya terlempar ke
sandaran kursi sementara kesepuluh jemarinya mencengkram
erat rambut Sabrina. Ia benar-benar tak menyangka jika
Sabrina mau melakukan hal itu terhadapnya.
"NONNNN! Ituuu jorookkkk!! ARGGHHHHHHHHHH!!"
terdengar suara pak Kimun memperingatkan di sela
rintihannya.
Tapi Sabrina tak menghiraukan ucapannya itu. Ia terus sibuk
dengan pekerjaannya tanpa rasa jijik. Kondisi penis pak Kimun
yang berbau dan berasa orisinil justru membuat dirinya
semakin bergairah. Sambil menghisap rakus, sesekali mata
Sabrina melirik mengamati ekspresi wajah mantan sopir
kekasihnya itu. Mata pak Kimun nampak terpejam rapat
menandakan ia tengah dilanda oleh kenikmatan. Secara
bertahab cairan precum terus memancar dari ujung lubang
pipis pak Kimun bagaikan lumuran saus lezat yang membuat
Sabrina semakin lahap mengisap. Begitu herannya Pak Kimun
dengan prilaku para remaja jaman sekarang. Betapa
tidak..apa kurangnya Sabrina sehingga si Hardy mengincar
gadis desa seperti Sumi yang item yang kecantikannya
sungguh tidak ada apa-apanya jika dibandingkan kekasihnya
yang cantik ini. Dan kini ia kembali dibuat mengeleng-
gelengkan kepalanya ternyata Sabrina-pun memendam hasrat
terhadap dirinya yang jelek, tua dan miskin. Edan! Bener-
benar eudan! Gumamnya. Tidak yang lelaki tidak juga yang
perempuan ternyata semuanya pada doyan barang kampung.
Malam semakin merambat naik begitupun kegairahan dua
insan berlainan jenis di dalam kamar kontrakan Sabrina.
Sabrina melepas kulumannya. Lalu bangkit tanpa melepas
cekalannya pada batang kejantanan pria tua itu. Mau tak
mau membuat pak Kimun tertarik dari kursi dan mengiring
Sabrina yang melangkah menuju ke kamar bak kerbau dicocok
kontolnya meski berjalan terseok-seok karena celana panjang
masih terperangkap di kedua kakinya. Sabrina tak ingin
berlama-lama. Kedua puting susunya sudah lama tegak
meruncing sementara vaginanya terus berkedut-kedut hebat
dan basah oleh lava cintanya menandakan dirinya siap buat
sebuah penuntasan. Ia naik ke atas kasur dan berbaring
terlentang dengan kedua paha terpentang lebar. Diberinya pak
Kimun akses cepat dan langsung ke liang surga miliknya.
Sementara itu pak Kimun dengan tergesa-gesa menelanjangi
dirinya sendiri. Begitu ia terbebas dari semua pakaiannya
iapun langsung melompat naik ke kasur. Ia posisikan dirinya
berlutut di antara kangkangan paha-paha indah Sabrina.
Batang kemaluannya ia genggam erat sementara ujungnya ia
arahkan lurus ke vagina Sabrina.
"Pakk...masukinnn"pinta Sabrina tak sabaran ketika Pak
Kimun belum juga menjejalkan penisnya.
Nampaknya pak Kimun masih terkesima saat memandang
keindahan surga di hadapannya itu. Bagian itu...laksana
sebuah serabi import yang terbelah dan membasah oleh
lelehan saus cinta. Demikian cantiknya.... rimbunan rambut
berwarna keemasan menghiasi permukaan bukit kecil itu.
Bukan satu dua kali ia menghayalkan dapat melihat tubuh
bugil gadis itu....terutama keindahan bagian paling pribadi
miliknya. .......dan kini ia mendapati kenyataan yang jauh
lebih indah dari yang pernah ia hayalkan! ARGH! Mimpi apa
dirinya semalam sehingga bisa mendapat rejeki nomplok
seperti ini?! Ia masih seakan tak percaya jika Ia bakal
menyetubuhi Sabrina!...melesakan penis kampungnya ke
dalam vagina gadis itu sebentar lagi.....merasakan lumatan
demi lumatan liang indo tersebut pada setiap milimeter penis
kampungnya......
"Pakkk...ayoo.."kembali terdengar Sabrina memanggilnya.
"Eh.i..iyaaa non."
Pak Kimun seakan baru tersadar. Kini yang tengah ia
berhadapan dengan kenyataan. Yang menuntutnya mampu
melakukan tugasnya bukan lagi kali ini sebagai sopir
melainkan sebagai seorang kekasih...sebagai seorang lelaki
jantan bagi gadis muda yang tengah terlentang pasrah di
hadapannya saat itu. Pak Kimun memantapkan hatinya. Kini
ia benar-benar telah siap untuk pertempuran ini Sorot
matanya buas. Napasnya terus mendengus. Ia memenggeser
dirinya semakin mepet ke selangkangan Sabrina. Lalu
direndahkannya pinggulnya keukuran yang ia inginkan hingga
ujung kontolnya bersentuhan dengan permukaan vagina
Sabrina. Lalu...perlahan Ia gosok-gosokan ke atas.... ke
bawah...ke atas..ke bawah..terus berulang-ulang.
Cresss...cairan bening kembali memancar dari dalam semakin
membasahi belahan indah itu.
"Ayoooo dong pakk! Argggggggg!!"rintih Sabrina semakin tak
sabar.
"Sabar ya non..biar punyanya bapak dan punyanya si non
saling kenal dulu.. ntar bapak kasih kontolnya ke non."ujar
pak Kimun.
Ada-ada saja! Pikir Sabrina. Ia nyaris tertawa mendengar
celotehan pak Kimun itu. Akhirnya pinggul Pak Kimun pun
menghentak... kepala kontolnya yang sebesar tomat itu
membelah bibir vagina Sabrina...dan jlep! Dalam sekejab
benda itu melesak hingga sebatas leher ke dalam vagina
Sabrina.
"AAAARRRGHH!" Sabrina langsung terpekik lirih. Tusukan Itu!
Sakiiit sekali! Ternyata kemaluan lelaki tua itu mampu
menyakitinya. Benda meraksasa itu merentangkan vaginanya
jauh lebih lebar dari yang pernah penis lelaki manapun
lakukan seakan hendak merobek kewanitaannya. Tapi ini
adalah rasa sakit yang begitu ia rindukan.....yang datang
bersama kenikmatan seperti yang pernah ia peroleh dari
batang kemaluan mang Gimin dulu.
"Sakiit..non?" Tanya Pak Kimun sambil menahan laju
kemaluannya.
Dilihatnya Sabrina menggigit bibirnya sendiri. Ia tahu saat ini
Sabrina pasti tengah kesakitan.. Sebagaimana ibunya Sumi
dan para wanita yang pernah ia tiduri dulupun mengalami hal
yang serupa. Penisnya ia biarkan terpacak diam menyumbat
pangkal liang senggama Sabrina.
"Engg..i..yaa.Pakk. Punya ba..paak b..esaarr..sekalii Uhhhh.."
rintih Sabrina.
Setelah sepuluh detik berlalu rasa sakit dan ngilu yang ia
rasakan mulai berkurang
"Oughhhhh...paaakkk..."
"Iyaa...noonn?"
"M-masuuk..in..lagiih..."desah Sabrina.
Pak Kimun-pun mulai menekan.... kontolnya melesak masuk
sedikit lebih dalam ..semakin jauh menyelusuri .lorong lembab
itu. Pada kedalaman tertentu ia berhenti melaju....Kemudian
perlahan batang kejantanannya ia tarik ke arah luar namun
tanpa membuatnya tercabut lepas. Sedetik kemudian ia
mendorong lagi ..membuat dirinya memasuki tubuh Sabrina
namun sedikit lebih dalam dari semula. Crrrrttttt! Cairan cinta
Sabrina kembali memancar seiring gerakan penis Pak Kimun
yang mulai lancar keluar masuk di dalam vaginanya. Begitu
seterusnya pak Kimun berusaha terus memasukan sisa
kontolnya dengan cara mencicil-cicil semata-mata agar
Sabrina tak kesakitan. Hingga ketika nyaris setengah dari
kontolnya yang berhasil ia benamkan ke liang senggama
Sabrina....ia kembali berhenti.
"U.ugggghhh!" pak Kimun meleguh sambil menggigit bibirnya
sendiri.
Semakin dalam vagina Sabrina terasa semakin menyempit
dan menghimpit. Seolah tengah mengulum-ngulum
kontolnya.....nikmatnya yang ia rasakan sungguh tak
terkatakan! Nyaris belasan tahun tak pernah merasakan
persetubuhan lagi... tahu-tahu ia kini melakukannya dengan
seorang gadis indo yang teramat menggiurkan...semua
ini...sungguh terlalu luar biasa... sehingga mendorongnya buat
berejakulasi secara dini. Plok! Tiba-tiba saja pak Kimun
mencabut lepas kontolnya. Tentu saja perbuatan pak Kimun
itu mendatangkan protes Sabrina.
"AAAAAA..Pakkkk!...kok malah di cabutt.!!"
"Ma..af non. Ndak sengaja terlepas .... tadi bapak terlalu jauh
nariknya ..."kilah pak Kimun. UuuH! Nyaris saja! Gerutunya.
Bila saja tak ia tak cepat-cepat mencabutnya tadi pasti air
maninya langsung bermuncratan. Kenapa juga ia segampang
itu kedodoran. Mubazir saja ada gadis indo secantik ini yang
minta dientot tapi dirinya justru tidak mampu bertahan. Ia tak
ingin mempermalukan diri dan ia bertekat ingin membuat
gadis muda ini terkesan dengan kemampuan bercintanya.
"Ayoo ditusukin lagii Enggggg!!"rengek Sabrina kesal.
"Iyaa nonn..iyaa.." Jawab pak Kimun sambil mencoba
mengatur baik-baik pernapasannya.
Setelah sepuluh detik barulah ia berhasil meredakan dorongan
muncratnya. Lalu ia coba untuk menjejalkan lagi kepala
penisnya ke vagina Sabrina. Bleessssss!! Penis besarnya
kembali melesak sekaligus menimbulkan nyeri plus nikmat
bagi Sabrina seperti tusukan awal tadi.
"P..aakk K..imuunn...ARRGHHHHH..." Sabrina merintih.
Dirinya bagaikan melayang ke langit ketujuh. Cepat-cepat ia
lingkarkan kakinya ke pinggul pak Kimun mencegah agar lelaki
tua itu tak lagi mencabut lepas tautan kemaluan mereka.
Pak Kimun mengulangi permainannya seperti tadi...menusuk
perlahan...membuat penisnya masuk sedikit demi sedikit agar
Sabrina tak kesakitan. Ia memang selalu berlaku sabar bila
sedang bercinta sebab Ia tak ingin wanita yang tengah ia
setubuhi menjadi menderita gara-gara kejantanannya yang
besar dan panjang itu.. Cairan cinta Sabrina terus memancar.
Melicinkan lorong kenikmatan pemiliknya itu sedangkan
sisanya merembes keluar dari sela tautan kemaluan mereka
terdesak oleh penis kampung super besar itu. Beruntung kali
ini pak Kimun secara konsisten dapat mengontrol emosinya
meski rasa geli dan nikmat menyengat sekujur batang
kejantanannya Tapi permainan tarik ulur itu membuat Sabrina
semakin tak sabaran. Ketika penis Pak Kimun kembali masuk
lebih dari setengahnya ia sudah tak tahan lagi. Ia inginkan
merasakan semuanya. Tiba-tiba Ia tarik pinggul pak Kimun ke
arah dirinya sambil menghentakan pinggulnya sendiri kuat-
kuat ke atas....dan.. JLEEEEEEP!...Seketika itu benda
seukuran lengan bayi montok itu-pun itu amblass
seluruhnya.
"AAARRRRRGGGGHH!!!" Sabrina dan Pak Kimun sama-sama
menjerit tertahan saat penyatuan cepat itu terjadi.
Kali ini Sabrina berhasil memperoleh apa yang ia inginkan.
Sebuah penetrasi penuh yang dari lelaki itu. Bahkan ia dapat
merasakan ....jika ujung penis pria tua itu mampu menyentuh
bagian yang sama sekali belum pernah terjamah oleh penis
prianya manapun sebelum ini... dasar vaginanya.
"Si non ini ...ndak sabaran betul...hhhhhhsss" ujar Pak Kimun
meringis menahan gejolak rasa geli yang tengah mendera
penisnya.
Ia melirik ke arah bagian bawah perutnya. Hanya nampak
pubik mereka yang menekan erat satu sama lain. Sedangkan
senjata tuanya benar-benar sudah lenyap seluruhnya ditelan
oleh liang senggama Sabrina. Liang senggama gadis ini
sungguh dalam. Belum ada vagina perempuan yang sanggup
menelan semua penisnya sebelum ini.
"Ughh...Sesak sekali!" Keluh Sabrina.
Benda itu sungguh memadati liang indonya. Rasa gatal mulai
menyerang secara hebat di setiap milimeter persegi bagian
intimnya. Cuma ada satu penawarnya. Dan Ia hanya bisa
memperolehnya dari pria yang menindihnya saat itu.
"Dikocokinn pakk! Kocokinn sekarangg ARGGHHHH!!!" pinta
Sabrina histeria sambil mencengkram erat pantat keriput pria
yang tengah menindihnya itu.
Pak Kimun segera memenuhi permintaan Sabrina tersebut.
Dipeluknya pinggang gadis itu. Kemudian Ia mengangkat
pinggulnya. Penisnya yang sebesar lengan itu sedikit demi
sedikit tercabut keluar berlelehan maghma cinta yang berasal
dari dalam liang surga itu. Seketika itupun dinding-dinding
vagina Sabrina langsung ikut tertarik keluar seakan tak rela
ditinggalkan oleh daging hitam berurat-urat nan pejal itu.
"OUGHHHHHHHHH Paak....." Sabrina merintih lirih. Benda itu
mendatangkan rasa nikmat yang sebanding dengan
ukurannya.
Begitu penisnya tercabut sampai ke bagian leher, pak Kimun
berhenti. Lalu dengan kecepatan yang sama ia mendorong
masuk seluruh penisnya kembali ke dalam liang surga Sabrina
hingga benar-benar tandas.
"AAAAARRRGHHHHH!!!" Sabrina terpekik dan menggelingjang.
Penis super besar itu... ternyata memang sangat nikmat!.
Sebuah awal yang hebat dari pak Kimun!.
"Lagi non?" tanya pak Kimun tersenyum melihat betapa
Sabrina menyukai apa yang ia lakukan barusan.
"Iyaaa Pakk!!...jangan berhentiii!! Terus entottinn Sabrinaa!!
ARRRHHGGG!!"jerit Sabrina tak sabaran sambil menghentak-
hentakan pinggulnya ke atas ke bawah. Berharap agar penis
besar itu terus bergerak keluar dan masuk.
"Iyaa..iyaa..sabarr....ini sekarangg bapak entot non..."ujar
pak Kimun berusaha menenangkan gadis muda yang tengah
histeria itu.
Dengan rasa percaya diri yang semakin melambung tinggi pak
Kimun kembali beraksi.Ia ayunkan pinggulnya. Kali ini
kontolnya keluar secara lambat namun saat masuk ia
menghujam cepat. Ia paham apa yang disukai wanita saat
bercinta. Bertahun-tahun tak pernah lagi melakukan
persenggamaan namun tak membuat dirinya lupa bagai
mana melakukannya secara benar. Selagi bujangan ia sempat
berpropesi sebagai supir truck antar daerah yang banyak
menghabiskan penghasilan nariknya di warung-warung
remang. Ia sangat disegani dan dicemburui dikalangan rekan
seprofesinya. Pelacur yang sempat mencicipi kontol besarnya
dipastikan tergila-gila dan selalu memilih dirinya ketimbang
melayani supir lainnya. Menikah dan cintanya pada ibu Sumi
membuatnya tak lagi jajan dan menjadi seorang bapak
keluarga. Hujaman penis besarnya pada liang senggama
Sabrina yang berair serta beradunya pubik mereka secara
berulang-ulang mengeluarkan bunyi-bunyian yang indah nan
merangsang. Cleks..Kcleks... Kcleks... Kcleks.
"Arrgggghhhh Pakkkk!!" Sabrinapun terus mendesah, menjerit
dan menggelepar tak berdaya dalam genjotan sopir tua itu.
Pinggulnya berputar menyambut setiap hujaman tegas pak
Kimun. Setiap kali kontol besar itu bergerak.....mengerek dan
menggesek dinding vaginanya bukan kepalang nikmatnya!
"E.enakk ndak ngentot ama bapakk, nonn?" tanya pak Kimun
terbata-bata ditengah-tengah kenikmatan yang mendera
keduanya.
"Uh he paakk. Enakkk bangettt! GRRRAAAAAA!!!"jawab
Sabrina dalam rintihannya.
"Lebih enak dari den Hardy, non?"
Sabrina tersenyum kecut melihat tingkah sok perkasa lelaki
tua itu!. Ia tahu pak Kimun butuh dorongan agar lebih percaya
diri bercinta dengan gadis secantik dirinya. Sedangkan dirinya
sendiri sangat suka percintaan macam ini. Bumbu perkataan
erotis di tengah keintiman membuat api gairahnya semakin
berkobar.
"Iyaa pakk...punya bapak lebih besarrr..lebihh panjangg dan
lebihh Enaaak!! Oughhh!"
Bukan main senang dan bangganya pak Kimun dengan
pengakuan Sabrina tersebut sekaligus menambah tinggi rasa
percaya dirinya. Setiap hentakannya menjadi semakin mantab
dan bertenaga. Tapi pak Kimun tetap harus menyerah pada
kenyataan. Ia sudah tak lagi muda. Sedangkan yang tengah ia
tiduri ini adalah seorang gadis muda yang berada di puncak
gairah seksualitasnya dan tengah haus akan belaian lelaki.
Persetubuhan itu belum lagi berjalan sepuluh menit tapi
napasnya sudah mulai ngos-ngos-an dan parahnya lagi ia
kembali terdorong buat muncrat.
Beberapa saat kemudian ia benar-benar sudah kewalahan
mengimbangi hasrat terpedam Sabrina. Pinggul Sabrina terus
berputar semakin liar dan menghentak-hentak. Hisapan demi
hisapan dari liang senggama gadis itu begitu kencang dan
sungguh tak terkatakan nikmatnya. Menderanya dari ujung
hingga ke pangkal batang kemaluannya.
"Aduhh biung!" jerit batin Pak Kimun.
Saat ini dirinya benar-benar tengah berada di ambang pintu
surga. Mulutnya yang agak monyong itu menganga
membentuk hurup O. Kocokannya sebentar-sebentar terputus.
Ia takut air maninya akan terpancar sebelum berhasil
memberi kenikmaan pada Sabrina. Lobang kencingnya
menciut menyempit di detik-detik terakhir justru semakin
menjadikan gatal nikmat yang mendera kemaluannya semakin
tak tertahankan. Tak ada kekuatan yang bisa mencegah
desakan alami tersebut terjadi termasuk sopir tua itu. Ia telah
sampai pada titik yang mampu tubuh rentanya tahan.
"N.ooonnnnn!! Bapaak ndakk kuat lagiiiAAAAARRGGHH!!!"
Beruntung bagi pak Kimun. Saat itu Sabrina sendiri nyaris
sampai di ujung penantiannya. Sejak berpisah dari mang
Gimin belum ada percintaan yang begitu membakar gairahnya
sedemikian tinggi sehingga membuatnya cepat sekali menuju
puncak kenikmatan.
"ARGGHHHHH Muncratinnn Pakkk!! Pelukkin Sabrina! Pelukin
Sabrinaa!! Sabrinaa juga mau dapettt!!"jerit Sabrina histeria.
Ia rangkul leher pak Kimun erat. Sementara kedua kakinya
menekan tubuh tua itu ke arahnya semakin ketat. Pinggulnya
terangkat tinggi sambil berayun secara erotis dan liar!
Pak Kimun tahu kinilah saat baginya untuk melepaskan semua
yang ia miliki. Didekapnya erat tubuh sintal Sabrina yang
tengah menggerinjal liar itu. Pinggulnya ia ayunkan lebih
cepat lagi. Kontol tuanya membom-bandir vagina Sabrina di
detik-detik akhir menjelang orgasmenya itu membuat cairan
cinta yang ada di dalam vagina Sabrina berciptaran di seprey.
Dan dalam hitungan detik pak Kimun menggeram dasyat bagai
seekor singa sambil menghujamkan penis hitam panjang nan
gemuknya itu kuat-kuat ke dalam vagina Sabrina.
"GMMMMMRRRRAAAAAAAA!!!!!"
Seketika itu juga sebuah gumpalan lendir yang sangat kental
terlontar bak peluru meriam dari laras senjata tuanya.
CROOOOTTT!!!!!!!! ..
"AAAAWWWWWW!! PAAkkkk!!" pekik Sabrina-pun membahana.
Orgasmenya-pun datang saat ejakulasi Pak Kimun
menghantam dinding rahimnya. Seketika itu organ
kewanitaannya berkontraksi secara hebat. Berkedut..
membengkak...mengecut...Melumat apapun yang ada di
dalam liang senggamanya saat itu. CRAAAtttt!...
CRooOOOT!.....CrooOOOOTT! Gumpalan demi gumpalan besar
lain susul menyusul menghambur deras dari lubang kencing
Pak Kimun.
"GRAAAAAAAAA!!" Pak Kimun kembali menggeram setiap kali
air maninya terpancar keluar.
Tubuh rentanya menggigil hebat bak kucing kedinginan. Bola
matanya sampai mendelik saking tak kuat menahan
penyatuan rasa nikmat dari jiwa dan raganya. Jiwanya yang
dipengaruhi oleh hasrat, gairah dan rasa sukanya terhadap
Sabrina, sosok wanita yang tadinya mustahil ia dapatkan itu.
Sedangkan raganya melalui jutaan syaraf yang ada di
sepanjang kejantanannya sebagai penerima efek langsung
perasan-perasan dan lumatan nikmat dari liang senggama
Sabrina.
"PAKKKK!!!!..Ohhh PAAAKKK!!!" Sabrina juga terus terpekik-
pekik.
Rasa nikmat menggila itu terus mendera dirinya. Betapa ia
merindukan orgasme kuat sebagaimana yang pernah ia alami
bersama mang Gimin dulu. Dirinya laksana padang rumput
tersiram hujan yang lebat di tengah kemarau panjang.
Sesuatu yang tak pernah mampu diberikan oleh pemuda
terpelajar semacam Hardy. Keduanya terus saling
mendekap...mengenjan... dan menggelinjang. Sementara
kemaluan mereka melekat kuat. Saling menyuntikan
kenikmatan satu sama lain. Bibir mereka merintih diterjang
oleh buncah kenikmatan. Hingga dua menit berlalu, tubuh
pak Kimun ambruk menindih tubuh Sabrina dengan kemaluan
masih terhujam pada liang senggama gadis itu. Pantatnya
sesekali berayun lemah. Menuntaskan sisa-sisa rasa gatal
nikmat yang masih menggelitik penis tuanya. Pak Kimun
terlentang. Napasnya masih memburu bagai habis berlari
ratusan meter. Peluhnya membintik di sekujur tubuhnya.
Persetubuhan itu berlangsung hanya kurang dari sepuluh
menit-an tapi sungguh menguras banyak tenaga sekaligus
memberikan kenikmatan orgasme tingkat tinggi pada
keduanya.
Buat Pak kimun kejadian sore ini merupakan sebuah kejadian
yang luar biasa aneh namun terindah dalam hidupnya. Tapi Ia
merasa malu dan kesal karena tak mampu menunjukan
keperkasaannya kepada Sabrina. Padahal dulunya ia mampu
bersetubuh hingga beberapa jam.
"Maafin bapak ya Nonn. ..bapak cepat sekali mucratnya" ujar
pak Kimun lirih.
"Hi hi hi ga pa pa pak,. Sabrina juga sempet 'dapet' kok tadi!.
Enak banget terima kasih ya Pak!" ujar Sabrina mencoba
memompa percaya diri pak Kimun sambil mengelus-elus dada
tua yang dibasahi oleh keringat itu.
Tapi baginya orgasme barusan hanyalah sebagai hidangan
pembuka saja. Ia butuh beberapa orgasme semacam tadi lagi
dari pak Kimun agar hasratnya mereda. Dan ia tak ingin
kejadian tadi justru menjadi beban psikologis buat pak Kimun
sehingga menjadikan semuanya menjadi antiklimaks.
"Owww pejuhnya bapak banyak bangeet...cks..cks..!"ujar
Sabrina merasakan aliran balik cairan dari relung
kewanitaannya.
"Maklumlah, non..bapak kan sudah lama banget ndak
ngentot..mungkin lebih lima belas-an tahun sejak mendiang
istri bapak menjadi kering istilahnya. Buat bapak yang
barusan itu enak sekalii."
"Aduhh Kasihannn pak Kimunn.."
"Tapi Nonn tadi bapak nyemprot pejuh-nya di dalem
tempiknya non"
"Malah enak Kan, Pak?"
"Bukan itu..maksud bapak.."
"Bapak takut kalau Sabrina sampai hamil, kan?"tebak Sabrina
"H-hiya ituuu..."
"Kalau Sabrina hamil..yaa..bapak harus tanggung jawab
dong" jawab Sabrina enteng.
"M-mmaksudd non..?"tanya pak Kimun terperanjat.
"Sabrina bakal kembali lagi ke kota ini dan mencari pak
Kimun. Lalu kemudian kita nikah"
Pak Kimun seakan tak percaya dengan pendengarannya saat
itu.
"Haa! Be..nerr nih non?! N.nnon Sabrina ma.uu..jadi bini
bapak?"
"He eh..Sabrina bersedia pak.."ujar Sabrina
Menikahi gadis belia..indo..nan cantik ini?! Wow! Pak Kimun
nyaris berteriak sekeras-keras saking girangnya. Begitu
banyak kejutan menyenangkan yang tak terduga yang terjadi
dalam hidupnya di sore ini. Seketika rasa percaya dirinya yang
sempat down langsung melambung naik mendengar
pengakuan Sabrina barusan. Di dalam hati kecilnya Sabrina
sungguh terlalu molek....terlalu sempurna buatnya.
"Ndak disangka-sangka bukan cuma si Sumi yang dapat
jodoh, ternyata bapak juga bakalan dapat istri.
Eng..tapii..kenapa non Sabrina milih bapak. Bapak kan sudah
tua, jelek dan bisanya cuma nyopir "
"Bapak itu orangnya baik dan perhatian. Gak brengsek seperti
mantan pacar Sabrina sebelum-sebelum ini. Selain itu
emmm... bapak juga punya kontol gede dan jago banget
ngetotnya. Bisa bikin Sabrina muncrat dan ketagihan"puji
Sabrina semain centil dan vulgar!
"He he si non bisa aja. Eng..emang den Hardy ndak pernah
bikin si non puas seperti tadi?"tanya Pak Kimun.
"Ga pernah." Jawab Sabrina menerawang mengingat apa yang
pernah terjadi antara dirinya dengan pemuda itu selama tiga
tahun ini.
Tak ada percikan cinta...tak ada letupan gairah... hanya
sebuah keintiman yang hambar!. entah mengapa sejak awal ia
tak pernah merasakan 'feel' apapun dari pemuda itu.
Sehingga tanpa ia sadari hal itu pula yang membuat Hardy
selalu gagal membawanya ke puncak kepuasan.
"Masa iya selama tiga tahun pacaran ndak pernah 'dapet'?"
"Kalau 'dapet' sih sering, pak. Tapi bukan pake titit"
"Lho?.Jadi pake apa dong non?"
"Pake ....jari sendiri"jawab Sabrina tersenyum getir.
Dari situ pak Kimun baru mengerti apa yang terjadi.
"Oh...Bapak bener-bener ndak nyangka. Jadi yang barusan
tadi itu....?"
"Iyaa pak. Dan saya 'dapet'nya kuat banget!. Sekali lagi
makasih ya, pak".
"He he he non Sabrina bisa aja mujinya". Pak Kimun terkekeh
senang. Bagaimana tidak senang dan bangga mengetahui jika
dirinya lebih unggulan dalam urusan ranjang ketimbang si
Hardy jahanam itu. Ia menganggap dirinya merupakan lelaki
pertama yang mampu membuat Sabrina orgasme melalui
persenggamaan. Dirinya sama sekali tak tahu jika Hardy
bukanlah pria pertama bagi Sabrina.
"Tahu bakalan begini, kenapa ndak dari dulu-dulu ajah non
minta entot sama bapak"ujar pak Kimun.
"Pak, saya masih punya kesetiaan meski Hardy justru selalu
melakukan perselingkuhan. Kalaupun saya bersama bapak
saat ini, itu karena saya dan Hardy sudah putus" jelas
Sabrina.
Pak Kimun tercenung mendengar penjelasan Sabrina. Ia
benar-benar kagum akan kesabaran dan kesetiaan gadis itu.
Bayangkan nyaris tiga tahun bersama Hardy yang playboy
itu ...tersiksa secara lahir dan batin...namun tak sekalipun
Sabrina berselingkuh. Pak Kimun jadi ingat, gara-gara Hardy
sering menghilang entah kemana bersama selingkuhannya,
justru membuat dirinya lebih sering yang menjemput Sabrina
di kampus dulu. Gadis itu tak hanya cantik namun juga
memiliki pembawaan yang menyenangkan. Hangat, ramah dan
kadang sedikit manja kepadanya. Sering bersama berdua
dengan gadis yang sangat molek itu telah menumbuhkan
rasa suka atau lebih pantas di sebut.. hasrat terhadap
Sabrina. Perasaan yang membuatnya jadi ingin selalu
bersama gadis itu. Dan berjalan waktu perasaan itu tumbuh
semakin bersemi di hatinya tanpa ia tak dapat mencegahnya.
Bukan satu dua kali kemanjaan gadis ini justru membuat
hasrat kelaki-lakiannya bangkit. Meski hal itu sangat
manusiawi tapi ia cukup tahu diri. Ia sadar itu semua cuma
hayalan atau mimpi ditengah hari bolong. Jelas tak mungkin
ia bisa bermesraan dengan Sabrina. Selain Sabrina adalah
kekasih majikan mudanya, mana pula mungkin Sabrina mau
dengannya yang sudah tua kropos, jelek, hitam serta sederet
lain kekurangan yang sangat bertolak belakang dengan apa
yang gadis itu miliki. Tapi Ia merasa cukup puas setiap kali
bisa melayani menjemput dan mengantar kemanapun gadis itu
ingin pergi. Tanpa di duga-duga kejadian ternodainya Sumi
malah membuat mimpinya untuk bercinta dengan Sabrina
menjadi kenyataan.
"Pakk..Entotin Sabrina lagi, yaa?" rengekan manja Sabrina
menyadarkan Pak Kimun dari lamunannya.
Pak Kimun sudah cukup beristirahat. Dengan semangat dan
percaya diri yang tinggi ia bangkit bersiap meladeni hasrat
Sabrina. Ia ingin menunjukan pada Sabrina bahwa dirinya
bukanlah lelaki semacam Hardy, yang hanya punya nafsu
besar saja namun tak memiliki kemampuan. Penisnya yang
meraksasa itu sudah kembali berdiri kukuh dan siap untuk ia
hajarkan lagi ke liang vagina gadis indo di hadapannya itu.
Sabrina tersenyum senang melihat semangat bertempur pak
Kimun telah kembali. Kali ini ia mengambil posisi tengkurap.
Di bawah perutnya ia letakan sebuah bantal. Kedua pahanya
terpentang lebar sementara vaginanya membuka dan
menunggu datangnya kepala penis pak Kimun. Awalnya
sedikit ada kesulitan buat penis seukuran itu menembus
masuk dari belakang dalam posisi seperti itu. Tapi Pak Kimun
sukses melakukan tugasnya. Belahan vagina indo Sabrina
merekah lebar terentangkan oleh penis kampung super besar
itu.
Bleessss!....Mata Sabrina terbeliak begitu ujung penis lelaki
tua itu menumbuk dasar vaginanya. Kali ini pak Kimun
langsung menggenjot. Tubuh kerempengnya memayungi
punggung Sabrina dengan bertumpu pada ke dua lengannya
yang kokoh.
"Ouuuuughh Paakkk!!.....besaaar bangeettt!!!"Sabrina
meracau. Kontol tua itu kembali mengaduk-aduk liang
senggamanya.
Kcleks!..Kcleks!..Kcleks...Setelah satu kali muncrat Pak Kimun
terlihat lebih rileks. Rambut indah Sabrina ia sibakan sehingga
ia bisa dengan leluasa mengecupi leher dan tengkuk gadis itu.
Sodokannyapun jauh lebih mantab dan bertenaga. Terbukti
dalam sepuluh menit ia berhasil menggiring hasrat Sabrina
menuju ke puncak. Rintihan Sabrina terdengar semakin cepat
dan tersengal-sengal. Kesepuluh jemarinya mencengkram erat
kain seprey. Sementara tubuhnya menggelinjang liar bak
seekor ikan lele kehabisan air. Pak Kimun bisa menangkap
isyarat itu. Ia kerahkan segenap tenaganya... pinggulnya
menghentak lebih kuat dan cepat sehingga batang penis
tuanya menghujam semakin mantab.
"AOOOOOOOOOOO!!! Pakkkk!! Sabrinaa dapettt!! Arghhhhhh!!!!"
Sabrina menjerit hebat.
Seketika itu pak Kimun merasakan kontolnya diperas begitu
kuat di dalam sana. Liang senggama gadis itu berkontraksi
secara liar. Menghisap ....melepas ...menghisap secara
berulang-ulang. Dengan pengalaman bercintanya pak Kimun
tahu apa yang harus ia lakukan. Sambil bertahan dalam badai
kenikmatan itu, penisnya ia hujamkan sejauh mungkin sambil
menarik pinggul Sabrina ke arahnya. Ia tahan di dalam
selama tiga detik lalu ia cabut dan hujamkan lagi. Ia ulangi
proses itu berkali-kali sampai orgasme gadis itu mereda.
"Enak non?"Pak Kimun membisikan pertanyaan tersebut ke
telinga Sabrina. Secara pasti ia tahu jika Sabrina sudah
mendapat orgasme. Tapi ia masih bertanya kepada gadis itu.
Seakan belum yakin dirinya jika dirinya sudah memberikan
apa yang gadis itu inginkan.
"Iya paaak...ituu tadii enaak bangett...Bapak emang jagoo
ngentotnyaa ..Oughhhhh..."puji Sabrina. Ia menoleh ke
belakang. lalu ditariknya leher Pak Kimun ke arahnya...
dilumatnya bibir tebal pria itu dengan ciuman panas. Sebagai
ungkapan rasa terimakasihnya pada pria tua itu. Meski
kemampuan bercinta Pak Kimun tak se'impresif' mang Gimin.
Tapi pak Kimun memiliki sesuatu yang berbeda dan sangat
istimewa .....batang kejantanannya yang sangat besar dan
panjang itu! Dan pria tua itu telah terbukti juga mampu
memberinya orgasme hebat. Yang jelas Hardy sungguh tak
ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mantan sopir
tuanya itu.
"Pak ..entot Sabrina lagi yaa?....yang lama...dan bikin
Sabrina dapet lagii....."pinta gadis itu manja.
"Tenang non...Bapak bakal bikin si non lebih sering dapet
sesudah ini.."ujar pak Kimun mantab.
Lumayan buat seorang yang mendekati usia uzur. Setidaknya
ia mampu membuat gadis remaja mengalami puncak
kenikmatan dalam bercinta merupakan sesuatu hal yang
sangat membanggakan buat Pak Kimun. Untuk membuktikan
tekatnya pak Kimun kembali memacu penisnya.
Cltap!..cltap!..cltapp! itu bunyi pubik pak Kimun yang beradu
dengan pantat montok Sabrina.
"Arrgghhhhhhhhhhh!" Sabrina memekik dan merintih. Penis
sebesar pergelangan lengannya itu kembali membongkar-
bongkar vaginanya.
"N..noonnn bapakkk sa..yaang sama nonnn!!" rintih pak
Kimun ditengah-tengah badai kenikmatan yang tengah
melandanya saat itu.
"Sabrinaa juga sayangg sama pak Kimunnn!! Ohhhh!!"timpal
Sabrina.
"Bapak bakal kangennn samaa nooonn.....Bapakk ndak
sanggup bila pisahh dari nooon..Ughhhhhh!!"
"Kalau gituu..bikin Sabrina hamill duluu!! Biar kita bisa
nikahh!!"
"Bapakk bakal entot non sampai si non buntiiing!! Bapakk
bakal bikin adik buat si Sumii di rahimnya nooon!!!Arrggghh!!!"
racaunya semakin tak karuan.Ia semakin terbakar oleh
ucapan Sabrina terakhir tadi. Betapa mengairahkan
permintaan gadis itu. Vagina Sabrina dihajarnya dengan
hujaman-hujaman jauh dan panjang.
"Argggghhh!! Pakk enaakk bangettt!! cepetan bikin Sabrinaaa
buntinggg Pakkk!! Sabrina bersedia jadi bininyaa bapakkk!!!
Argghhhhhh!!!!" erang Sabrina. Ucapan-ucapannya pun sudah
jauh di luar kontrol akal sehatnya. Membayangan dirinya
bakal terhamili oleh benih lelaki tua itu membuat gairahnya
semakin meninggi. Kontol Pak Kimun semakin ganas
menghujami kemaluannya. Semakin menenggelamkan dirinya
dalam lautan kenikmatan. Cplok!! Cplap!!...cplokp!! Suara
yang timbul semakin terdengar semakin erotis akibat
membanjirnya juice cinta mereka berdua di dalam liang
senggama Sabrina.
"Arghhhh!!! Pakkk!!! Sabrinaaa hampirrrr dapeeeettt!!!"pekik
Sabrina.
Pak Kimun tak lagi bisa mendengar. Ia terus menggenjot dan
menggenjot bak kesetanan. Akhirnya ia lebih dulu sampai di
puncak pendakian. Tubuh tuanya bergetar hebat bersamaan
otot-ototnya mengejang. Pada detik terakhir ia hujamkan
penis hitam-nya sejauh mungkin ke lubang kemaluan Sabrina.
"GRRARGGGHHHHHHHHH!!" geraman khas ala pak Kimun
kembali menggema di dalam kamar itu.
Bersamaan dengan itu gumpalan lendir kental kembali
berhamburan dari lubang kepundan kontol keriputnya. Lendir
yang mengandung jutaan benih yang ia harapkan bisa
menghamili Sabrina.. CROOOoottt!!!...Crrooottttt!!!....crootttttt!
"ARrrGGGGGGGGHHHHHHHHH!!!!" Sabrina-pun terpekik kuat
dalam deraan kenikmatan itu. Ia rasakan. orgasmenya
menyusul hanya berselang satu dua detik setelah sperma pak
Kimun menerobos langsung ke dalam cervixnya. Organ
kewanitaannya berkontraksi secara hebat. Mengecut dan
menciut. Mengunci pergerakan batang kejantanan pak Kimun.
"AAARGGHHHHHHHH!!!" pak Kimun melolong dalam kuluman
nikmat itu.
Kali ini Sabrina tak lagi mengampuninya. Liang surga gadis
itu memangsa organ kelaki-lakiannya.
Memerasnya ...menghisap habis setiap tetes sperma
miliknya. Mereka terus merintih hingga orgame hebat yang
mendera keduanya itu usai.
"Nooonnn...bapaak ndak bohong...bapak bener-bener cinta
sama non..hss.." rintih pak Kimun di antara engahan
napasnya.
Tubuh Sabrina tetap didekapnya erat. Seakan tak bakal ia
lepaskan lagi. Leher...bahu Sabrina yang bersimbah keringat
ia kecupi...ia cupangi. Sementara pinggulnya terus
menghentak lemah. Menuntaskan sisa-sisa rasa gatal nikmat
yang masih mendera penisnya.
"Yaa pak. Sabrina juga ga main-main Sabrina sayang kok
sama bapak" bisik Sabrina tersenyum senang sambil balas
mendekap lelaki tua itu.
Ia tahu pak Kimun semakin tergila-gila padanya. Apa yang ia
berikan barusan adalah sebuah keintiman terbaik. Sesi kedua
tadi berlangsung cukup panjang dan panas. Itu merupakan
orgasme yang ke tiga bagi Sabrina dan yang ke dua kali buat
Pak Kimun. Namun untuk memulai sesi ke tiga, Sabrina harus
sedikit bekerja keras buat 'membangunkan' senjata tua Pak
Kimun.
Meski memiliki keunggulan dari ukuran kejantanan namun
ternyata stamina Pak Kimun tak setangguh mang Gimin.
Mang Gimin memang sebuah mesin sex yang tak tertandingi.
Untuk membangkitkan kembali penis pak Kimun, Sabrina
melakukan oral sex dalam tempo yang sangat lambat. Sambil
menghisap lidahnya melakukan putaran. ... menyapu titik-titik
sensitif di permukaan glans dan di sekitar lubang pipis lelaki
tua itu. Setelah lima menit berlalu dengan kesabaran dan
ketelatenan akhirnya kontol tua pak Kimun pun kembali
berdiri kukuh.dan siap bertempur.
"Sekarang giliran Sabrina yang entotin bapak" ujar Sabrina
tersenyum nakal.
Ia naiki tubuh pak Kimun yang terlentang penuh kepasrahan
itu. Lalu dibimbingnya penis meraksasa lelaki itu ke
vaginanya. JLepp! Sekali lagi alat kelamin mereka bersatu....
ketat. Sesi kali ini dikendalikan secara penuh oleh Sabrina. Ia
tunggangi sopir tua itu. Pinggulnya berayun vertikal dan
horisontal secara liar menimbulkan suara decak-decak erotis.
Untungnya buat Pak Kimun posisi ini membuat ia sedikit lebih
lama bertahan. Sambil menikmati remasan istimewa vagina
Sabrina ia bisa dengan leluasa menatap keindahan tubuh
gadis itu. Jemarinya meremas gemas payudara nan montok
gadis itu. Mereka bersetubuh selama kurang lebih tiga puluh
menitan dan Sabrina berhasil mendapat dua kali orgasme
kuat sebelum Pak Kimun secara tiba-tiba membalikkan posisi
mereka kembali ke posisi missionari. Sabrina tahu pak Kimun
akan segera muncrat. Ia pasrahkan dirinya ketika lelaki itu
mendominasinya secara jantan untuk menuju
orgasmenya....diterimanya hujaman demi hujaman liar dan
dalam dari kontol besar pak Kimun .... seakan hendak
merobek kewanitaannya......hujaman yang menyakitkan
sekaligus memberinya kenikmatan besar........ Iapun
merasakan jika orgasmenya sendiri bakal datang lagi. Ia
dekap tubuh tua itu erat sambil mengoptimalkan otot-otot
kewanitaannya menjadikan kemaluan mereka saling mengunci
secara kuat. Detik-detik selanjutnya keduanya memekik
berbarengan dan mendekap satu sama lain dalam sengatan
kenikmatan. Orgasme Sabrina meletup bersamaan pak Kimun
menembakan sisa-sisa benih kejantanamnya. Ternyata yang
barusan tadi merupakan sesi akhir persetubuhan mereka.
Setelah itu tak mungkin lagi bisa dilanjutkan karena tenaga
dan sperma pak Kimun benar-benar sudah terkuras habis.
Penisnya pun sudah layu dan mengempis. Tapi bagi Sabrina
percintaan sore ini sudah cukup memuaskannya sekaligus
menjadi obat kekecewaan terhadap ketidakmampuan Hardy
meladeninya di ranjang selama ini.
Sudah sejak lama ia membanding-bandingkan figur Pak Kimun
dengan suaminya dulu, mang Gimin. Hasratnya sering
menggelora bila membayangkan sopir keluarga Hardy ini
menggagahinya sebagaimana yang pernah dilakukan oleh
mang Gimin dulu kepadanya. Keduanya agak mirip satu sama
lain. Sama-sama tua dan sama-sama berprofesi sebagai
sopir keluarga. Namun ia terus menahan diri karena tak ingin
menghianati Hardy. Apalagi ia tahu jika pria tua ini sangat
setia pada majikannya. Tapi ia juga tahu pak Kimun ada
ketertarikan terhadap dirinya. Pria tua itu kerap menatap
dirinya secara mencuri-curi terutama saat mereka hanya
berduaan. Ia juga sering mengoda lelaki tua itu secara
keterlaluan hingga pak Kimun bangkit birahinya. Hingga
akhirnya sore tadi semuanya tak terkendali lagi dan terjadi.
Sabrina mengantar Pak Kimun itu ke muka pintu rumah.
"Bapak gak pa pa?" tanya Sabrina cemas ketika dilihatnya
wajah pria tua itu begitu pucat dan langkahnya agak tertatih-
tatih.
"He he he ga papa kok non..bapak cuma agak kecapean saja.
Soalnya sudah lama banget ga ngedorong mobil mogok di
tanjakan sendirian"
"Hihihi bapak bisa ajah!...masa ngegituin Sabrina disamain
sama ngedorong mobil! Apa ga sebaiknya bapak nginep di sini
dulu?"
"Jangan non. Entar ketahuan tetangga. Kasihan si non. Si
non ga usah kuatir"
"Kalau begitu ya udah. Jangan lupa besok siang anterin
Sabrina ke airport, ya pak..." ujar Sabrina lirih. Ia berat sekali
melepas kepergian pria tua itu.
"Nonn.." tiba-tiba Pak Kimun menahan langkahnya dan
berbalik.
"Iya pak?"
"Beneran kan yang non bilang tadi itu?"
"Uh? Yang mana pak?"
"Katanya si non bersedia nikah sama bapak kalau si non
hamil gara-gara perbuatan kita berdua hari ini?"
"Iya pak. Bapak masih belum yakin juga? Mana mungkin saya
membesarkan anak kita sendirian."ujar Sabrina.
"S-saya sudah yakin non. Tapi sebenarnya bukan itu yang
saya kuatirkan. Gimana kalau ternyata si non justru ndak
hamil. Itu berati saya ndak bakal ketemu sama si non lagi.
Bapak...merasa kehilangan.." keluh pak Kimun
Sabrina maju. Dikecupnya lembut ke dua pipi peot pria itu.
"Pakk Kimun sayangg. Jangan kuatir. Sabrina janji sama
bapak. Sabrina bakal sering kemari buat bapak. Bahkan setiap
akhir pekan dan libur kantor Sabrina usahakan kemari agar
kita bisa bersama. Sabrina juga ingin bapak tahu bahwa
Sabrina terlanjur sayang sama pak Kimun"
Wajah tuanya langsung menjadi cerah dan dari bibirnya
tersungging senyum kebahagian setelah mendengar perkataan
Sabrina itu.
"Baiklah non. Bapak permisi pulang sekarang ya"
"Iya pak. Hati-hati di jalan"ujar Sabrina sambil melambaikan
tamgannya.
Sebuah malam yang mengairahkan. Kehadiran pak Kimun
dalam kehidupannya membuat hati Sabrina berbunga-bunga
bahagia. Percintaan mereka malam ini menjadi sebuah awal
yang indah sekaligus menumbuhkan sebuah harapan baru
baginya untuk memperoleh kasih sayang sebagaimana yang
pernah ia peroleh dari mang Gimin dulu. Ia sungguh
beruntung dapat bertemu dengan seorang lelaki yang memiliki
kejantanan yang begitu dasyat. Pak Kimun menjadi lelaki
pertama yang berhasil menjamah dasar vaginanya. Sesuatu
yang selalu gagal dilakukan oleh mang Gimin dulu. Sabrina
pun yakin jika kemampuan bercinta pak Kimun akan semakin
baik dari hari ke hari nantinya. Tapi malang tak dapat di tolak
untung tak dapat diraih. Sabrina harus menerima kenyataan
jika pak Kimun juga tak berjodoh dengannya. Kesokan
harinya, sebuah berita yang tak terduga-duga datang dari
Sumi. Gadis malang itu mengatakan jika bapaknya ditemukan
meninggal dunia pagi itu di atas tempat tidurnya. Tak
diketahui jelas apa penyebabnya. Sepertinya jantung pak
Kimun berhenti berdetak begitu saja dalam tidurnya.Tapi Sumi
mengatakan jika bapaknya telah meninggal dengan tenang
sebab ia melihat sebuah sunggingan senyum yang menghiasi
bibirnya. Sabrina sungguh terpukul dan tak dapat menahan
kesedihannya. Ia menangis sejadi-jadinya. Keintiman hebat
semalam merupakan keintiman pertama sekaligus yang
terakhir dari pria tua yang kebapakan itu. Betapa tidak, lagi-
lagi sosok pria yang tadinya dianggapnya ideal dan ia
harapkan buat menggantikan kedudukan mang Gimin dalam
mendampingi hidupnya ternyata juga meninggalkan dirinya
sendirian dalam sepinya dunia ini. Yang sangat ia sesali
mengapa justru orang-orang terbaik dalam hidupnya yang
pergi dan kenapa bukan lelaki brengsek seperti Hardy saja
yang mampus. Dua bulan berselang setelah peristiwa itu,
ditengah kesendiriannya itu Sabrina kembali mengalami
peristiwa menyedihkan lainnya. Ketika pada suatu malam
sepulang kerja lembur kantor, ia merasakan sakit yang luar
biasa di sekitar perutnya bagian bawah diiringi pendarahan.
Begitu hebat rasa sakit itu membuat dirinya nyaris kolaps.
Beruntung saat itu menggunakan taxi. Sang sopir langsung
mengantarnya ke sebuah rumah sakit. Yang mengejutkan
buatnya karena dokter yang merawatnya mengatakan jika ia
baru saja mengalami keguguran pada kehamilan muda.
Dokter itu tak mungkin salah. Memang sudah dua bulan tamu
bulannya tak muncul-muncul. Sungguh tak di sangka-sangka
ternyata persetubuhan liar malam itu mampu membuat
dirinya...terhamili. Lelaki tua itu...Pak Kimun telah berhasil
membuahinya. Menanamkan benih cintanya...menitipkan
seorang adik buat Sumi di rahimnya. Celakanya rasa stres
dan sedih akibat kehilangan pak Kimun membuatnya dirinya
berusaha mengalihkan pada pekerjaan. Tanpa ia sadari ia
telah bekerja gila-gilaan yang justru membuat terbunuhnya
janin yang telah pak Kimun titipkan kepadanya. Perasaan
Sabrina bercampur aduk. Rasa sedih...bingung..sesal semakin
menyesaki dadanya .Namun yang bisa ia lakukan hanyalah
menagisi hal itu.
"Rin! Rinaaa!" panggilan Lidya langsung membuyarkan
lamunannya.
"Eh OHH...kenapa Lid?"tanya Sabrina tergagap. Ia melihat
Lidya telah berdiri di hadapannya sambil berkacak pinggang.
"Kamu melamun lagi, ya Rin?!"tanya Lidya. Nyaris sepuluh
detik memanggil sahabatnya itu hingga Sabrina tersadar.
"Eng..i..yaa..Hi hi hi sorry!. Aku tadi lagi mikirin makanan
yang enak-enak" jawab Sabrina berusaha sebisanya menutupi
kegalauan hatinya.
"Dasar tukang menghayal!"
"Ada apa memangnya, Lid?"
"Kamu ini! Kita kan harus mempersiapkan apa yang akan kita
lakukan padanya sore ini! Jangan-jangan kamu lupa lagi
dengan rencana kita pagi tadi?!"sungut Lidya
"Emang ceweknya si Alfi sudah pulang?"
"Dia baru saja pergi. Ayo cepetan!"ujar Lidya sambil buru-
buru melepas kaitan branya.
Bersambung

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.