Rabu, 04 Maret 2015

cinta sang bidadari buat alfi 1

Cinta Sang Bidadari Buat Alfi 1
Bagian 1 : Penyusup itu bernama Paijo
Mentari pagi menerobos lembut kaca jendela ke dalam rumah.
Di pagi cerah penuh simfoni terlihat Sandra sedang duduk
termagu-magu di ruang keluarga. Meski belum mandi dan
berias namun wajahnya yang bulat telur tetap saja terlihat
cantik. Hidungnya meliuk dari dahi ke bawah dan meruncing
di bagian ujung membentuk sudut yang manis dengan bibirnya
yang sensual. Ia memang memiliki semua anugrah yang di
idamkan kaum wanita. Kulitnya yang halus berwarna putih
menambah keelokan tubuh sintalnya. Sayang tak ada senyum
dan keceriaan menghiasi wajahnya saat itu. Wajahnya yang
cantik itu justru menggurat sebuah kesedihan. Nampak Didiet
sang suami baru saja keluar dari kamar dengan menyandang
sebuah koper kecil. Pagi ini ia harus berangkat ke kota G. Ia
menoleh di mana sang istri tercinta duduk menatap sesuatu di
kejauhan padahal sesungguhnya dia tak melihat apapun di
sana.
"Say, aku sudah siap."
"Sarapan saja dulu biar aku temani" ajak Sandra bangkit dari
kursi.
Mereka pergi menuju ke ruang makan. Di atas meja sudah
tersaji nasi goreng kegemaran Didiet. Sandra tak banyak
bicara sejak semalam. Mereka duduk berseberangan meja.
"Tidak ikut sarapan Say?" tanya Didiet saat melihat Sandra
hanya dengannya tanpa membalik piring makan.
"Biar nanti saja. Aku belum merasa lapar"
Didiet tak mau banyak bertanya lagi. Ia tahu suasana hati
istrinya saat itu sedang tidak bagus. Sesungguhnya ia tak
tega meninggalkan cintanya itu sendirian dalam keadaan
demikian. Namun Sandra bersikeras tak ingin ikut dengannya
kali ini. Kesedihan Sandra bukannya tanpa sebab. Semua itu
dimulai sekitar satu bulan yang lalu ketika itu ia melakukan
test kehamilan dengan mempergunakan alat test yang banyak
dijual di pasaran. Hasilnya menyatakan bahwa ia telah
'positif' hamil. Entah apakah karena barang tersebut
diproduksi secara masal sehingga tidak akurat hasilnya.
Ataukah dikarenakan ia terlalu gembira dengan hasil instant
tersebut hingga tak lagi melakukan test yang lebih akurat di
klinik Lila. Yang jelas setelah satu bulan berjalan, dan baru
tadi malam setelah mereka memeriksakan diri pada Lila, di
sanalah mereka baru mengetahui bila hasil yang di perlihatkan
alat tersebut ternyata salah. Memang belum terjadi kehamilan
pada dirinya hingga saat ini. Kenyataan itu tak hanya sangat
mengecewakan hati Sandra namun juga meninggalkan kesan
tidak mengenakkan bagi ia dan Didiet karena mereka sudah
terlanjur mengadakan acara penyambutan atas kehamilan
tersebut dengan mengundang teman-teman dan kerabat dekat
mereka.
"Dit...Apa kata mereka jika mengetahui bahwa aku sebenarnya
belum hamil?" Tanya Sandra saat Didit selesai menyantap
sarapan. Didiet maklum jika istrinya itu masih diliputi perasan
gusar dan sedih.
"Sudahlah manis, tak perlu lagi kau risaukan hal itu. Kukira
mereka semua bisa mengerti akan kondisi kita" kata Didit
berusaha menghibur istrinya.
"Mengapa hal ini terjadi padaku Dit? Di saat wanita lain
dengan mudahnya hamil sedangkan aku yang memiliki dua
pria sekaligus dalam hidupku malah tak kunjung hamil " keluh
Sandra.
Didiet menghela napas sungguh ia tak bisa berbuat banyak.
Padahal sejak diketahui Sandra sulit hamil, dia-pun tak
pernah lagi mempergunakan alat kontrasepsi saat
berhubungan intim dengan istrinya sebagaimana halnya Alfi.
"Bukankah Lila pernah mengatakan jika dirimu bukannya tak
mungkin hamil namun hanya perlu waktu" Ujarnya saat
teringat penjelasan Lila saat Sandra melakukan pemeriksaan
medis secara lengkap kira-kira satu tahun yang lalu.Hasil
pemeriksaan ketika itu sangat mengejutkan mereka berdua.
Diketahui ternyata Sandra memiliki rahim yang terbalik atau
terlipat ke belakang dalam bahasa medisnya di sebut uterus
retrofleksi. Pada umumnya letak rahim seorang wanita
menghadap ke depan atau disebut antofleksi. Hal itu
kemungkinan terjadi karena adanya perlengketan rahim
dengan organ rektum yang dapat disebabkan oleh adanya
riwayat infeksi pada organ kandungan. Tapi menurut Lila
mereka tak perlu kuatir karena hal itu tak membuat Sandra
tak dapat hamil namun hanya agak lambat saja. Lebih lanjut
Lila menyarankan agar mereka melakukan hubungan intim
dalam posisi tengkurap atau lazim disebut knee-chest
position, hal itu diharapkan dapat membuat posisi rahim
kembali ke posisi yang normal. Lalu setelah persanggamaan
usai di bawah panggul Sandra harus diganjal dengan bantal
dan kedua kaki di angkat atau disandarkan pada dinding. Ia
harus tetap diam dalam posisi itu selama kurang lebih 15
menit-an. Tujuannya selain agar sperma tidak tumpah keluar
dan memberinya kesempatan agar dapat masuk ke saluran
telur atau tuba fallopi dalam jumlah yang cukup banyak untuk
selanjutnya membuahi sel telur atau ovum disana. Tentu saja
ada cara lain apabila upaya tadi tetap tak membuahkan hasil
yaitu dengan jalan operasi untuk mengembalikan posisi rahim
sekaligus melakukan terapi terhadap penyebabnya. Demikian
penjelasan dari Lila kala itu.
"Tapi sampai kapan kita harus menunggu, Dit? Sudah hampir
dua tahun kita menikah dan selama satu tahun ini semua
saran Lila sudah kita lakukan termasuk mencoba posisi
bersanggama seperti yang ia anjurkan pada kita.namun
hasilnya tetap saja nihil. Atau haruskah aku menempuh jalan
terakhir ...operasi?"
"Sayang.. sayang.. aku tak ingin membiarkan dirimu
menempuh resiko terlalu besar demi sebuah kehamilan.
Sepertinya kita dituntut untuk bersabar sedikit lebih lama lagi.
Asalkan kita tak berputus asa, aku percaya dan yakin jika
suatu hari nanti seorang bayi mungil dan lucu pasti datang
buat kita. Kau dengar aku manis" Bisik Didiet memeluk hangat
tubuh si cantik itu dan mengecup lembut bibir dan keningnya.
"Ya Dit, Maafkan aku bila sudah ikut membebani pikiranmu".
Sandra sadar ia tak sendirian menghadapi masalah ini.
Bukankah ada Didiet di sisinya. Memang Ia sangat
membutuhkan dorongan secara moril dari suaminya itu.
Namun demikian tak seharusnya ia terlalu berlarut-larut
dalam keresahan seperti sekarang ini. Bukan tak mungkin
keluhan-keluhannya justru membuat suaminya ikut-ikutan
tenggelam dalam keresahan sehingga mengganggu
pekerjaannya. Tentu saja Sandra tak menginginkan hal itu
terjadi.
"Sttt...sudahlah." Didiet melirik ke arah arlojinya.
"Sudah tiba waktunya aku harus pergi. Apakah kamu yakin
tak ingin menemaniku manis?" ujarnya
Sandra menggeleng lemah.
"Akhir-akhir ini aku merasa kondisi fisikku tak begitu baik Dit.
Itu mungkin disebabkan kerena selama satu tahun ini aku
selalu bolak balik menemanimu ke kota G. Bukankah Lila juga
mengatakan jika salah satu penyebab sulitnya terjadi
pembuahan dikarenakan factor keletihan. Karena itu aku
memutuskan untuk tidak pergi bersamamu dulu kali ini"
"Baiklah. Mungkin benar kau butuh istirahat. Baik-baiklah di
rumah. Ajak bik Iyah menemanimu selama aku pergi. Apabila
nantinya kamu mulai bosan di rumah, susul aku manis"
Sandra masih membalas lambaian suaminya sebelum
kendaraannya lenyap dari pandangan..
***********************
Bik Iyah adalah seorang pembantu yang telah bekerja selama
lebih dua puluh tahun pada orang tua Sandra. Bik Iyah juga
adalah pengasuh Sandra di saat masih kecil. Selama ini ia
sering dimintai Sandra buat menemaninya apabila ia ditinggal
ke luar kota oleh Didiet seperti sekarang ini. Wanita tua
adalah seorang yang sangat setia dan tak banyak bicara. Ia
bahkan tahu mengenai 'rahasia" kehidupan rumah tangga
Sandra dan Didiet. Meski demikian ia tak pernah mengatakan
hal itu pada siapapun. Sebenarnya Sandra memiliki seorang
pembantu sendiri bernama bik Nah. Namun agar rahasia di
dalam rumah ini tetap aman sengaja Bik Nah bertukar posisi
dengan Bik Iyah. Matahari sudah agak meninggi saat bik Iyah
muncul. Tapi ia tak datang sendirian. Bersamanya ikut pula
seorang pemuda tanggung.
"Siapa dia bik?"
"Ini Paijo keponakan saya Non. Dia baru datang kemarin dari
kampung." Jelas bik Iyah. Meskipun sang nona majikannya
itu sudah dua tahun menikah namun ia masih saja memanggil
dengan sebutan non.
Bik Iyah menjelaskan bahwa ibu Paijo adalah adik
kandungnya. Usia Paijo baru menginjak 16 tahun. Kurang
lebih enam tahun yang lalu telah terjadi sebuah bencana besar
di desa mereka yang terletak di sebuah lembah bukit.. Ketika
itu hujan turun dengan lebatnya selama dua hari dua malam.
Lereng bukit yang gundul oleh penebangan liar tak mampu
menahan terjangan air yang ditumpahkan dari langit. Ribuan
kubik tanah tergerus turun dengan cepat menuju lembah di
mana desa Paijo berada. lalu dalam hitungan detik menerjang
puluhan rumah penduduk. Tak hanya harta benda yang
menjadi korban, bencana itu juga merengut jiwa puluhan
penduduk desa itu termasuk kedua orang tua Paijo.. Di
usianya yang belum genap 10 tahun Paijo telah menjadi yatim
piatu. Tak ada sanak familinya yang tersisa tinggal hanyalah
Bik Iyah sang Bu de.
Karena semua kerabat dekat mereka ikut menjadi korban
maka sejak itu pula Bik iyah terpaksa harus mengambil alih
tanggung jawab sebagai orang tua bagi Paijo termasuk
membiayai hidup dan sekolahnya. Lalu Paijo dititipkan bik
Iyah pada seorang duda tua budiman yang mau menampung
Paijo di rumahnya. Dengan demikian ia dapat terus bersekolah
dan tak harus ikut bu de-nya bekerja di kota.
Sandra memperhatikan penampilan pemuda itu dari kepala
sampai ujung kaki. Tak ada yang istimewa. Seperti
kebanyakan anak kampung lainnya. Kulitnya hitam kesat
hangus terbakar sinar matahari. Bahkan lebih hitam dari si
Alfi. Sebuah kemeja putih usang yang tak bisa dikatakan
putih lagi membalut tubuh kurus ceking itu. Ada hal yang
menggelitik bagi Sandra saat ia melihat gaya rambut pemuda
itu dalam potongan menyamping dan awut-awutan.Bagian
depan sepertinya sengaja di biarkan tumbuh panjang hingga
menutupi mata kirinya. Kerap kali tangannya harus
menyibakan bagian itu atau dengan mengayunkan kepalanya
kesamping agar tak mengganggu pandangannya. Sebuah tali
hitam yang tipis melilit ketat pada leher anak ini membuat ia
semakin terlihat norak dan kampungan. Namun dibalik itu
semua terlihat kepolosan dimata anak itu. Terkesan seperti
seorang anak desa yang belum teracuni oleh kebiasaan dan
cara pergaulan anak-anak muda di kota.
"Saya minta ijin dari non karena saya mengajak dia bersama
saya. Paijo ini belum bisa apa-apa jadi saya terpaksa
mengajaknya kemanapun saya kerja dengan begitu ia bisa
belajar melakukan pekerjaan-pekerjan rumah tangga"ujar Bik
Iyah.
"Tidak apa-apa bik. Saya tak keberatan kok. Biarkan ia
menginap bersama bibik sekalian bisa membantu bibik
selama di sini"
"Makasih non. Nah Jo bilang terima kasih sama Bu Sandra"
"Terima kasih bu" ucap anak itu
"Mumpung masih pagi bibik pergi belanja ke pasar dulu."
Setelah bik Iyah pergi. Sandra terlihat sibuk memasukan satu
persatu cucian ke dalam mesin cuci. Meski selama ini ada bik
Iyah dan Bik Nah yang membantunya. Ia tetap melakukan
sendiri beberapa pekerjaan-pekerjan rumah. Sandra sangat
menyadari tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Apalagi
dalam suasana hati yang kurang menyenangkan seperti
sekarang ini. ia lebih baik memiliki cukup kegiatan agar tak
terus larut dalam kegelisahan.
"Bu, biar saya saja yang mengerjakannya" tiba-tiba terdengar
suara seseorang menyapanya.
"Oh..kamu Jo. Kamu pernah dan bisa mencuci dengan mesin
cuci Jo?" ternyata suara tadi memang benar suara Paijo.
Anak itu menawarkan diri untuk membantu. Ternyata Paijo
cukup tahu dirisetelah ia sudah diberi tumpangan tinggal di
sini.
"Belum bu. tolong ajari saya biar selanjutnya saya bisa
sendiri"
Ternyata Paijo dengan cepat memahami semua petunjuk yang
diberikan Sandra.
"Kenapa ke kota Jo? Bukannya kamu seharusnya masih
sekolah" Tanya Sandra membuka percakapan. Sedari tadi
anak itu lebih banyak diam dan cuma bicara seperlunya saja.
Sandra berusaha menghilangkan kecanggungan itu.
"Cari kerja bu"
"Mengapa harus capek-capek kerja bukankah masih ada Bik
Iyah yang membiayaimu."
"Tak mengapa bu, saya juga tak mau terus-terusan
membebani bu De buat membiayai sekolah dan hidup saya di
kampung. Lagian saya kerja biar bisa ngasih nafkah buat istri
saya bu"
"Ha...istri? Kamu sudah beristri Jo?" ujar Sandra terperanjat
mendengar kasus kawin muda seperti ini ternyata masih saja
terjadi dijaman millennium seperti sekarang ini.
Sungguh keterlaluan pikir Sandra karena masih ada saja
orang tua yang tak mengerti akan pentingnya sebuah
pendidikan bahkan membiarkan anak-anak mereka kawin di
usia muda demi hal-hal yang berbau mitos dan kekolotan.
seperti masih saja percaya pada pepatah banyak anak berarti
banyak rejeki-nya.
"Bik iyah mengijinkan kamu menikah?"
"Tidak bu. Itu semuanya memang salah saya. Itu karena saya
tidak menuruti omongan bu de " Sandra melihat kegugupan
pada Paijo saat mengatakan itu. Seakan ada sesuatu yang
sengaja hendak ia tutup.
"Hmm...Lantas dimana istrimu sekarang?"
"Masih di kampung bersama ibu mertua saya"
"Loh kok ditinggal? kan bisa ikut kerja juga"
"Soalnya dia sedang hamil bu. Kasihan kalau dia harus ikut
saya ke sana kemari sedangkan di sana ada keluarganya yang
ngurus"
"Apaa Hamil?! Istrimu sudah HAMIL?" Sandra kembali
tersentak kaget mendengar pengakuan Paijo tersebut.
mendadak hatinya terasa perih. Ia jadi teringat lagi akan
persoalannya. Apalagi mendapati kenyataanan bahwa begitu
gampangnya seorang gadis hamil.
"Bu..? bu Sandra"
Sandra tersadar dari lamunannya saat mendengar namanya
dipanggil berulang-ulang oleh Paijo.
"Ibu tidak apa-apa?" Tanya Paijo heran melihat majikan
barunya itu mendadak diam dalam waktu yang cukup lama.
"Eh..u.ya. Pasti kamu berhenti sekolah karena Surti hamil
kan?" tebak Sandra. Sedikit demi sedikit ia mulai faham urut
kejadian dan apa penyebab Paijo harus datang ke kota S ini.
Ia telah salah menilai tadi. Ternyata anak ini tak sepolos yang
ia duga. Tentu saja ia lupa pada masa sekarang ini di mana
arus informasi sudah semakin baik malah justru cenderung
lebih banyak membawa dampak negative ketimbang baiknya
sehingga mempunyai peran besar atas bergesernya nilai-nilai
moral kehidupan bagi generasi muda kini. Seperti tayangan
sinetron yang kerap mengekspos prilaku kehidupan remaja
kota justru banyak ditiru oleh penonton remaja seperti Paijo.
"I..ya bu" jawab Paijo dengan kepala menunduk. Ia merasa
malu karena aib yang telah diperbuatnya di kampung akhirnya
di ketahui juga oleh majikan barunya itu dalam tempo yang
singkat.
Surti nama gadis itu. Ia sebenarnya teman sekolahnya Paijo.
Surti kedapatan hamil empat bulan. Dan itu perbuatan Paijo.
Setidaknya demikian yang diakui gadis itu pada orang tuanya.
Paijo-pun tak menyangkal saat dimintai pertanggungjawaban.
Ia memang pernah menyetubuhi gadis itu. Singkat cerita agar
tak menjadi aib mereka segera dinikahkan. Namun si
perempuan tetap tinggal bersama orang tuanya karena
mereka dianggap masih terlalu muda dan belum mampu hidup
berumah tangga secara mandiri. Sementara Paijo sendiri
karena tak lama lagi akan menjadi seorang bapak ia harus
belajar bekerja buat menafkahi anak istrinya kelak Begitulah
sepenggal-demi sepenggal kisah hidup yang dituturkan Paijo
pada Sandra.
"Kamu tidak usah malu Jo. Meski usiamu masih terlalu muda
buat berumah tangga namun kamu harus memikul tanggung
jawabmu sebagai seorang suami dan calon bapak dari janin
yang dikandung Surti dengan bekerja secara giat dan
bersungguh-sungguh" ujar Sandra menasehati.
"Ya bu. Terima kasih"ucap Paijo lirih. Ia merasa beruntung
mendapat seorang majikan yang baik dan perhatian seperti
Sandra.
***********************
Jam menunjukan sudah pukul lima sore. Terlihat Paijo sedang
mengayunkan strikaan. Lembar demi lembar pakaian ia gosok
hingga hampir satu keranjang penuh. Semuanya ia strika
dengan rapi. Bu de-nya berpesan agar ia lebih baik melakukan
pekerjaannya satu kali dalam waktu yang lama ketimbang
terburu-buru namun hasilnya mengecewakan. Hari ini ia telah
mengambil alih hampir semua pekerjaan berat bu de-nya di
rumah kecuali memasak. Setidaknya bik Iyah merasa sangat
terbantu sekali dengan hadirnya keponakannya itu. Ia pun
gembira melihat Paijo melaksanakan tugas yang diberikan
padanya dengan giat tanpa mengeluh sedikitpun. Bahkan
sejak pagi hari anak itu hanya berhenti sejenak buat makan
siang lalu bergegas kembali pada pekerjaannya. Paijo terus
mengayunkan strikaan. Semakin lama tumpukan pakaian yang
belum di strika semakin sedikit. Ia senang karena sang bu de
memberinya ijin buat pergi jalan-jalan seusai pekerjaan ini.
Jemarinya sesekali mengusap peluh yang menjentik di
keningnya.
Tiba-tiba ia tertegun sejenak. jantungnya berdegup kencang
ketika tangannya mengambil sepotong pakaian berikut yang
hendak distrika. Paijo meletakkan strikaan pada tatakan. Lalu
secara perlahan ia mengangkat dan pentangkan benda di
dalam pegangannya itu untuk memandangnya lebih jelas lagi.
"Whoaah.." suara penuh ketabjuban itu keluar secara spontan
dari mulutnya yang menganga saat sadar jenis pakaian apa
yang sedang ia ambil saat itu.
Benda berwarna krem dan berenda-renda indah itu tak lain
adalah celana dalam milik Sandra. Betapa indahnya! gumam
Paijo dalam hati. Belum pernah ia melihat pakaian dalam
seindah ini. Hampir seluruh permukaannya tertutup oleh
renda-renda hingga menyisakan sedikit saja bagian tertutup
di bagian tengah bawah. Tentu saja Paijo tahu bagian mana
yang bakal ditutupi itu. Dalam hati ia tertawa. Buat apa orang
memakai benda ini jika sebenarnya hampir tak ada bagian
yang bisa ditutupi.
Ia menoleh ke dalam keranjang. Iapun menemukan beberapa
potong lagi barang sejenis. Lalu ia mengambil sebuah lagi.
Ternyata benda yang satu ini adalah pasangan benda
pertama tadi. Sebuah bra yang memiliki warna dan motif
senada dengan celana dalam tadi. Tiap tonjolan itu berukuran
cukup besar dan mampu menampung sebuah jeruk bali paling
besar sekalipun.
Lama ia memandanginya seakan ada getaran aneh menembus
kalbunya Terbayang sosok Sandra yang baru kenal pagi tadi.
Sungguh! baru pertama kali hatinya begitu takjub akan
seorang wanita. Sandra memang wanita muda yang memiliki
raga yang sempurna. Wajah cantiknya terlihat begitu ideal
dipadu dengan tubuh indah dan sintal. Jantung Paijo berdebar
semakin tak karuan ketika membayangkan Sandra yang
bertubuh tinggi semampai itu terbungkus oleh dua potong
pakaian dalam berenda di dalam pegangannya itu. Mendadak
ia merasakan ketidaknyamanan pada selangkangannya.
Ternyata kemaluannya membesar secara cepat dan mendesak
celana usang dan sempit miliknya. Namun beberapa saat
kemudian kesadarannya muncul kembali. Buru-buru ia
turunkan kedua tangannya yang sedang memegang pakaian
dalam Sandra sambil celingukan ke kiri dan ke kanan. Untung
saja saat itu tak ada seorangpun yang memperhatikan
perbuatan bodohnya barusan. Ia sadar ia bakal membuat
susah dirinya dan bu de-nya apabila bu Sandra
mempregokinya saat itu. Rasa takut dan cemas telah
mengalahkan napsu-nya yang tadi sempat naik. Bagaikan
bara api yang sempat menyala lalu tersiram oleh air es.
Selanjutnya ia berusaha keras membuang jauh-jauh semua
pikiran negative yang menempel di benaknya dan kembali
fokus menyelesaikan pekerjaannya. Lima belas menit
kemudian semua pakaian di keranjang telah terstrika rapi.
Sesuai dengan pesan bu denya setelah itu ia harus membawa
pakaian-pakaian tersebut masuk ke dalam rumah. Ketika ia
sampai di depan kamar Sandra. Tiba-tiba saja ia
mengurungkan niatnya buat mengetuk pintu. Pintu kamar itu
terbuka separuh sehingga membuatnya dapat melihat ke arah
dalam. Paijo terdiam di tempat tanpa kuasa membuang
pandangannya ke arah lain. Saat itu ia melihat majikan
barunya Sandra sedang duduk bibir tempat tidur dengan satu
buah kakinya terjuntai ke bawah sedangkan yang satunya ia
letakan di atas ranjang. Wanita cantik itu hanya memakai
pakaian tipis dan pendek. Begitu pendeknya sehingga kakinya
yang indah dan panjang terbuka hingga ke pangkal pahanya.
Jemarinya tengah membalurkan cream ke setiap jengkal kulit
pada kakinya yang kencang dan tak ada lemak sedikitpun.
Tangan Paijo gemetar memegang bakul strikaannya saat
memperhatikan betapa kulit wanita itu begitu putih dan
membuat tampilan kaki berkilau menggoda saat terkena
pantulan sinar mentari sore yang menerobos dari celah-celah
kain tirai.
Baru kali ini ia percaya akan sebuah ungkapan tentang
keindahan betis seorang wanita yang diumpamakan sebuah
padi membunting itu. Penisnya menggeliat di dalam
kesesakkan dan keterbatasan ruang. Bereaksi alamiah dan tak
ada kekuatan apapun yang mampu menghalanginya untuk
membesar dengan cepat. Naluri kejantanannya yang dengan
susah payah ia redam tadi tergiring kembali pada gelora yang
kini tak terkendali.
Paijo meletakkan keranjang pakaian itu di luar kamar dekat
pintu. Lalu bergegas pergi dari situ sebelum Sandra
menyadari kehadirannya. Ia berlari menuju kamarnya.
Mengunci pintu dari dalam. Dan dengan tergesah-gesah
membuka celana nya. Lalu mengeluarkan miliknya telah berair
dan didera rasa gatal. Tak lama kemudian ia sudah merintih-
rintih oleh kenikmatan bermasturbasi dalam tuntunan
imajinasinya. Melepaskan rasa geli yang menyengat penisnya
dengan hentakan-hentakan ejakulasi. Lalu membawanya
tertidur dalam keletihan dan kelegaan. Paijo baru terjaga
ketika bu denya mengetuk pintu kamarnya.
"Jo bangun!"
"Ada apa bu de?" tanya paijo setelah membuka pintu kamar.
Ia masih mengucek-ngucek matanya.
"Hari sudah mampir gelap. Kamu lekas mandi. Setelah itu
kamu bantu bu de menyiapkan makan malam" ujar bik Iyah.
Paijo melihat ke arah jam dinding ternyata sudah pukul enam
lewat sepuluh.
"Baik bu de" jawab Paijo. Tertidur sejenak barusan cukup
dapat memulihkan tenaganya serta rasa gelisahnya terhadap
Sandra.
Kala usai makan malam Sandra sempat melintas ke dalam
dapur di mana Paijo saat itu sedang mencuci piring. Detak
jantung Paijo kembali berpacu ketika mencuri pandang ke
arah nyonya majikannya itu. Wajar saja wanita cantik ini
begitu percaya diri selalu menggunakan baju terusan yang
pendek jenis baby doll karena ia memang memiliki dua batang
kakinya yang panjang dan sangat indah mempersona.
***********************
Pukul delapan. Sandra sedang melewati malam itu dengan
membaca sebuah majalah di atas tempat tidurnya. Lembar
demi lembar ia baca hingga akhirnya ia meletakkan
majalahnya tersebut setelah merasa tak ada lagi artikel yang
menarik untuk dibacanya. Pandangannya menatap ke arah
langit-langit kamar. Pikirannya menerawang jauh. Malam ini
terasa begitu sepi dan membosankan. Ia merasa sedikit
menyesal mengapa menolak tawaran Didiet untuk ikut ke kota
G. Beberapa bulan belakangan Alfi mulai jarang menginap. Itu
terjadi sejak semakin banyaknya wanita yang masuk ke dalam
kehidupannya. Sandra-pun akhirnya harus rela berbagi waktu
dengan mereka. Meski sebenarnya ia sendiri tak bakal mampu
meladeni napsu Alfi yang tak pernah ada mati-nya itu. Namun
ketika anak itu semakin jarang mendatanginya ia justru
semakin kesepian dan merindukan belaiannya. Terutama di
saat-saat di tinggal sendiri oleh suaminya seperti sekarang
ini. Malam belum terlalu larut namun Ia tak melihat bik Iyah
maupun Paijo sejak tadi. Ia tahu kebiasaan perempuan tua itu
yang selalu tidur lebih awal setelah pekerjaannya selesai.
Namun si Paijo apakah juga sudah tertidur juga? Biasanya
orang desa yang merantau ke kota seperti mereka selalu
menghabiskan waktu buat menonton acara televise hingga
larut malam. Mungkin saja Paijo kelelahan akibat sehari-
harian sejak pagi hingga sore membantu bik Iyah mengerjakan
sebagian besar pekerjaan di rumah ini. Ia berniat meminta bik
Iyah menemaninya. Biasanya iapun bisa minta wanita tua itu
untuk memijit tubuhnya. Sebenarnya ia tak berniat
membangunkan pembantunya itu namun Ia sangat tak
menyukai kesendirian seperti sekarang ini.
Sandra keluar dari kamar dan berjalan menuju ke arah
belakang rumahnya. Bagian tersebut terpisah dari bagian
utama rumah yang terdiri dari dapur, laundry, kamar
pembantu 2 buah, satu buah kamar mandi. Dan kamar Bik
Iyah terletak paling ujung setelah kamar Paijo. Saat melintasi
kamar Paijo langkahnya terhenti. Sandra mendengar suara-
suara aneh kedengarannya mirip seseorang yang merintih-
rintih dan sepertinya ia mengenali itu adalah suara si Paijo.
Tak hanya itu ia juga mendengar suara berderit.
Kreyot...kreyot..kreyot...
Apa yang terjadi pada anak itu? pikir Sandra. Apakah ia
menginggau? Pintu kamar anak ini juga tak tertutup rapat.
Ada sebuah celah meski sedikit sekali namun cukup
memungkinkan bagi Sandra untuk dapat melihat ke dalam
kamar itu.
Alangkah terkejutnya Sandra melihat ke arah dalam kamar
yang sempit itu. Nampak si Paijo sedang tidur terlentang di
atas ranjang dalam keadaan bugil sementara tangan
kanannya mencengkeram erat batang kemaluannya yang
sedang berdiri tegak. Anak itu sedang bermasturbasi. Ternyata
suara aneh yang terdengarnya dari luar tadi adalah suara drit
ranjang kayu yang bergoyang yang diakibatkan gerakan anak
itu saat mengocok kemaluannya yang berdiri tegak di tengah
gerombolan jembutnya yang lebat dan kusut. Sandra dapat
melihat semua dengan jelas dari tempat ia mengintip. Kepala
dan batang kemaluan Paijo hingga ke kelima jemarinya sudah
basah dan licin karena berlumuran air mani yang meleleh
keluar dari lubang pipisnya. Penis anak itu berukuran standar-
standar saja. Namun Sandra tetap terpana menatapnya.
Ujungnya yang bulat kemerahan membuka dan menutup
akibat kulit kulupnya ikut tertarik dan terdorong mengikuti
arah kocokan. Sesekali terlihat jemarinya melakukan gerakan
mengosok bagian glans yang sangat sensitive tersebut.
Kasihan Paijo mungkin ia merindukan Surti pikir Sandra.
Sandra tahu libido anak remaja seusia itu memang sedang
tinggi-tingginya. Mana mungkin ia dapat menahan hasrat
seksualnya. Terpisah jauh dari istri-nya itu tentunya
merupakan hal yang sangat menyiksa bagi Paijo. Mulut Paijo
terus mengeluarkan rintihan-rintihan kenikmatan. Sepertinya
dia tak hanya merintih tapi juga berkata-kata sendiri. Sandra
tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang Paijo ucapkan.
Satu menitan Paijo menghajar kemaluannya. Cengkramannya
semakin ketat. Akhirnya ia telah sampai pada tahab yang ia
inginkan dari kegiatan bermasturbasinya. Dan...
"Buuu..Sandraaa!....Oghhh!..." Paijo terpekik tertahan beberapa
detik menjelang ejakulasinya.
Alangkah terkejutnya Sandra saat mendengar itu. Ia pasti tak
salah dengar. Namanyalah yang terlontar dari bibir Paijo saat
berejakulasi. Ternyata dugaannya meleset. Paijo tak sedang
membayangkan istrinya melainkan justru sedang
menghayalkan dirinya.
Crottttt..crooottt...crooottt...Sandra nyaris terpekik saat
melihat gumpalan demi gumpalan putih dan kental susul
menyusul melenjit dari ujung penis pemuda itu bahkan
gumpalan pertama terlontar tinggi nyaris satu meter dari
lubang tempat asalnya bagaikan bak peluru terlepas dari laras
pistol. Begitu tinggi-nya gairah anak itu hingga orgasmenya
berlangsung dengan sangat kuat.
Paijo terus menghajar batang penisnya dengan kocokan-
kocokan liar hingga tetes terakhir pejuh-nya keluar. Mungkin
ada sepuluh gumpalan air mani yang telah terbuang begitu
saja dari testis anak kampung itu. Gumpalan-gumpalan yang
kemungkinan besar begitu subur dan berisi benih calon-calon
bayi yang gemuk dan montok. Justru apa yang ia cari kini
tersia-sia berceceran diatas tubuh Paijo, di seprey bahkan di
penjuru sudut kamar sempit itu. Sungguh sayang pikir Sandra.
Dengan langkah gontai Ia perlahan meninggalkan area
tersebut dan kembali ke kamarnya dengan membawa
kegelisahan. Di atas ranjangnya ia berbaring lesu. Peristiwa
tadi benar-benar memancing ketegangan dan membangkitkan
gairahnya. Semua erotisme yang terjadi tadi terus menerus
berputar-putar di benaknya seakan tak mau meninggalkan
pikirannya.. Ia menduga pastilah si Paijo sejak awal telah
beronani sambil membayangkan dirinya. Mau tak mau ia
harus mengakui jika ia begitu terangsang melihat pemuda itu
bermasturbasi. Apalagi teringat anak itu menghayalkan dirinya
Sandra-pun merasakan cairan cintanya memancar keluar
tanpa dapat ia cegah sehingga celana dalamnya menjadi
sangat basah.
"Ohh..Fiii..." desahnya. Sungguh sial kenapa gairahnya
mengelora di saat-saat sekarang padahal jadwal Alfi
mendatanginya barulah besok malam. Memang sejak hadirnya
Niken dan Lila di dalam mata rantai kehidupan rumah
tangganya yang aneh ini, praktis membuat Alfi menjadi jarang
mampir ke rumah. Dalam satu minggu Sandra hanya
mendapat jatah sebanyak dua hari. Itupun terkadang harus
berbagi dengan Nadine yang terkadang tinggal satu rumah
dengannya. Ditambah lagi beberapa bulan belakangan Alfi
sering kali tak datang memenuhi jadwalnya membuat Sandra
semakin terabaikan. Ketika ia justru merasa sangat
membutuhkan belaian pemuda itu ada saja alasan dari Alfi.
Ikut acara kemping-lah, eskul-lah, dan lain-lain alasan.
Sandrapun cukup maklum dan menyadari jika Alfi juga punya
kehidupan sebagai mana orang lain. Alfi sudah semakin
dewasa. Ia bukan anak kecil lagi seperti saat ia datang
pertama kali. Bulan ini ia berulang tahun yang ke tujuh belas.
Jelas ia butuh berinteraksi dengan bermacam-macam sosial
link masyarakat demi perkembangan kepribadiannya.
Bukannya hanya menjadi tempat penyalur birahi bagi ia dan
wanita-wanita di sekelilingnya semata. Setelah lewat pukul
satu barulah Sandra tertidur.
**********************
Keesokan harinya sebuah kabar bahagia datang dari rumah
sakit bersalin. Niken telah melahirkan dengan selamat. Meski
dalam keadaan hamil Lila tetap ikut membantu persalinan
sahabat baiknya itu. Kini Alfi mendapatkan seorang putri lagi.
Wajah mungil itu tak mirip sedikitpun dengan dirinya. Mata,
hidung, bibir, hingga warna kulit tak ada terkecuali semua
mirip Niken. Fini nama depannya adalah singkatan dari nama
Alfi si bapak biologisnya dan Niken sang bunda. Donnie justru
yang memilihkan nama itu. Tentu saja hanya orang-orang
tertentu saja yang tahu soal asal-usul nama itu.
"Mana Sandra, Fi?" Tanya Niken saat tak melihat Sandra di
antara mereka yang hadir.
"Eng.. katanya ia ingin melihat si Jabang bayi terlebih dahulu,
kak"
Sementara itu di depan ruang bayi terlihat Sandra sedang
berdiri memandang ke arah deretan kotak tempat tidur bayi
dari balik kaca dengan tatapan mata sendu. Makluk-makluk
mungil dan lucu itu terlihat ada yang menangis karena lapar
ada pula yang sedang tertidur pulas. Tapi semua tingkah
mereka sungguh mengemaskan hatinya. Bilakah ia dapat
merasakan anugrah itu tumbuh di dalam perutnya lalu ia
lahirkan dan merasakan kebahagiaan saat menyusuinya.
Tiba-tiba ia merasa kepalanya mendadak pusing dan dunia
seakan berputar. Tangannya mencoba berpegangan pada
sesuatu. Namun sebelum itu terjadi pandangannya sudah
menjadi gelap. Untung saja ada seorang perawat di sekitar
situ. Perawat itu melihat gelagat kurang bagus langsung
menangkap tubuh tubuh cantik yang hampir jatuh itu.
"Duduk saja dulu, Ibu mungkin terlalu letih" ujar perawat Tak
lama kemudian terlihat Nadine dan Dian menyusul. Mereka
terkejut melihat Sandra dipapah oleh seorang perawat.
"Sand kamu baik-baik sajakan?" Tanya Nadine mengambil
alih sahabatnya itu dari si perawat. Lalu mengajaknya duduk
di kursi.
"Tidak apa-apa kok. Mungkin aku cuma kurang tidur saja"
"Syukurlah kalau begitu. Sebaiknya kamu duduk saja dulu
sampai badanmu lebih enakan" ujar Dian sambil menyodorkan
segelas air mineral kepadanya.
"Oya aku mau melihat bayinya Niken"ujar Dian
Dian dan Nadine tak menangkap kegelisahan pada wajah
sahabatnya itu. Mereka berdua tertawa gembira di depan
kaca. Sandra pergi ke kamar Niken di saat yang lain masih di
ruang bayi. Di sana tinggal Alfi seorang yang menemani
Niken.
"Selamat ya Nien. Kamu pun seperti Nadine. Lengkap sudah
kebahagianmu kini" ucap Sandra.
"Sabar ya Sand, aku yakin kamu-pun bakal mendapatkan
buah cintamu" Niken yang mempunyai perasaan yang peka
dapat membaca kesedihan pada wajah dan perkataan Sandra.
"Makasih ya Nien. Aku akan sabar menanti"
"Fi, kamu juga harus berusaha terus biar kak Sandramu bisa
ngasih adik ke Fini ya"
Ujar Niken pada Alfi.
"Iya kak"
"Oya kak Alfi minta maaf karena belum bisa mampir nanti
sore karena ada kegiatan pecinta alam" kata Alfi pada
Sandra.
"Aduhh Fi... masa tidak jadi lagi? Padahal minggu lalu kan
juga ga jadi. " ujar Sandra kecewa. Padahal ia sangat
mengharapkan kehadiran Alfi untuk menghabiskan malam ini
bersamanya.
"Iya kak. Sebenarnya Alfi akhir-akhir ini sibuk melakukan
latihan mendaki. Kak Wayan intruktur kami mengatakan
pertengahan bulan depan bertepatan liburan kenaikan kelas
akan ada kegiatan pergi mendaki lereng gunung XX bagi para
junior tim dan itu hanya dilakukan satu tahun sekali."
"Apa? Mendaki? Kamu boleh ikut sebatas latihan namun
kakak engga ngasih kamu ijin buat mendaki"
"Wahh kak padahal Alfi pingin banget pergi."
"Pokoknya tidak boleh!"
"Fi dengarkan kata kak Sandra-mu. Sebab kakak juga ga
setuju soal yang satu itu" timpal Niken.
"Yah... baiklah. Tak apalah Alfi tidak ikut asalkan kakak
berdua senang"
"Nah begitu. Kamu ingat pesan kak Didiet kan Fi? Kamu boleh
ikut kegiatan apapun sepanjang itu tak membahayakan dirimu
Lagian apakah tidak ada klub lain yang punya kegiatan lebih
aman ketimbang klub itu Fi?" ujar Sandra
"Bagaimana lagi kak. Alfi suka banget gabung sama mereka-
mereka itu. Kebayang kerennya gitu"
"Ya sudah, tapi minggu depan kamu tidak boleh ingkar lagi"
"Iya kakak sayang" ujar Alfi memagut bibir bidadarinya itu.
"Udah ah nanti ada orang lain yang melihat kalian" ujar Niken
mengingatkan mereka.
************************
Satu minggu kemudian,
Pada suatu malam
Di dalam kegelapan kamar, Sandra berbaring di atas
ranjangnya dalam kegelisahan. Beberapa malam terasa
sangat menyiksa tanpa kehadiran suaminya maupun Alfi.
Sejak sore ia belum juga dapat memejamkan mata. Ia masih
memikirkan bayi-bayi lucu di rumah sakit tempo hari. Entah
mengapa lama-lama lamunannya malah beralih
membayangkan Paijo. Memang sejak kejadian malam itu. ia
jadi sering memperhatikan pemuda itu.. Sandra tahu anak
itupun amat sering mencuri-curi memperhatikan dirinya saat
sedang mengerjakan pekerjaannya sehari-hari di rumah. Entah
mengapa ia malah suka diperhatikan oleh anak itu. Semakin
lama memikirkan Paijo, pikirannya semakin jauh melayang
dan Aneh kini alam pikirannya malah menuju ke dalam kamar
Paijo. Dan Sandra seakan tahu persis apa yang sedang terjadi
di dalam sana saat ini. Seperti malam sebelumnya anak itu
pasti sedang menggelinjang dan merintih dalam kenikmatan
sambil membayangkan sesuatu yang erotis yang ada
berhubungan dengan dirinya. Lalu membuang benihnya
dengan percuma hingga berceceran kemana-mana. Dan itu ia
lakukan kesia-siaan tersebut secara berulang-ulang. Tiba-tiba
ia mendengar suara derit halus pintu kamarnya terbuka.
Seseorang melangkah masuk ke dalam kamarnya.Dadanya
berdetak keras. Meski kondisi kamar agak gelap ia dapat
mengenali sesosok bayangan tersebut. Orang itu bukan bik
Iyah. Setelah menutup kembali pintu orang itu maju perlahan
menuju ke arah dirinya. Lalu berhenti ketika jarak langkahnya
tinggal satu dua meter lagi dari tempat tidurnya. Ia hanya
berdiri mematung. Kelihatannya ia ragu-ragu untuk terus
maju. Sandra berpura-pura tidur namun matanya tetap
terbuka sedikit. Dari jarak yang cukup dekat itu dapat melihat
dengan jelas. Tak salah, sosok itu memang Paijo adanya.
Sandrapun dapat melihat kalau pemuda itu keadaan
bertelanjang dada dan hanya memakai celana pendek.
Setengah jam yang lalu Paijo beronani di atas ranjang
kayunya. Namun tak kunjung bisa ia tuntaskan. Ia sengaja
menunda-nunda orgasmenya. Seakan ia berharap ada
sesuatu yang lebih nikmat mencengkram penisnya ketimbang
jemari-jemari tangannya. Ia sendiri tak tahu dari mana
datangnya keberanian melangkahkan kakinya ke arah kamar
sang majikan. Tadinya ia hanya coba-coba memutar knop
pintu. Yang ternyata tak terkunci. Yakin orang tersebut adalah
Paijo namun Sandra ia tetap diam dan tetap berpura-pura
tidur. Ia menunggu apa yang akan dilakukan anak itu
selanjutnya.
Sekitar lima menit Paijo hanya berdiri diam di pada posisinya.
Terlihat sekali jika anak itu masih dipenuhi keraguan. Ia lalu
membalikan badan dan kembali ke arah pintu seolah hendak
meninggalkan kamar. Namun sepertinya dorongan napsu
birahi nya telah memuncak dan terlalu sulit buat dilawan. Ia
kembali berjalan ke arah kasur di mana seorang wanita cantik
yang sering menjadi model masturbasinya selama ini sedang
terbaring. Sandra merasakan tempat tidurnya bergerak karena
ada tubuh yang menekannya. Anak ini sudah nekat pikir
Sandra. Ia berani naik ke ranjang dari arah punggung Sandra.
Sandra merasa ia harus bertindak sekarang. Saat itu tangan
Paijo tak sengaja menyentuh sesuatu di atas kasur. Matanya
yang mulai dapat beradaptasi dalam suasana gelapnya kamar
mencoba melihat apa yang terpegang olehnya itu. Meski
samara-samar tapi ia dapat menduga itu adalah sepotong
celana dalam seperti yang sering ia strika. Mengapa benda itu
tergeletak begitu saja di samping pemiliknya. Oh...apakah bu
Sandra tidur dalam keadaan tak mengenakan ini? duga Paijo.
ia baru menyadari benda itu begitu lembab. Sesuatu yang
secara alami telah membuatnya basah. Sesuatu yang selalu
dibungkus oleh celana itu yang telah membuatnya basah.
Perlahan ia mendekatkan benda itu ke wajahnya. Lalu
mengirup aroma yang menyebar dari situ. Ahkk aroma itu
langsung membangkitkan gairah kejantananya. Daging pejal di
dalam celana usangnya secara naluri menegang. Berdiri bagai
sebuah tonggak. Saat ia masih terhanyut oleh biusan aroma
surgawi itu, tiba-tiba
"Clik!" seketika suasana kamar yang semula remang-remang
gelap menjadi agak terang oleh sinar lampu. Ternyata Sandra
memencet knop lampu di samping tempat tidurnya. Paijo
tersentak kaget. Ia bergegas mundur menjauh lalu turun dari
tempat tidur dengan ketakutan. Begitu takutnya sehingga
kedua lututnya gemetaran dan membuatnya tak mampu buat
kabur dari situ. Di lantai ia hanya berlutut seraya berupaya
menutupi bagian depan celananya yang menonjol dengan
kedua telapak tangannya. Jelas ia tak ingin Sandra melihat
bagian tersebut.
"Apa yang hendak kamu lakukan padaku Jo? Kamu ingin
memperkosa aku?" Tanya Sandra dengan suara datar.
"Ampunnn buu...sayaa ..sayaa..." Ia pun tak mampu
menyelesaikan ucapannya. Wajahnya tertunduk. Tak ada
keberanian buat menatap wajah sang majikan. Tentunya tak
ada yang perlu dijelaskan lagi. Pastinya Sandra sudah tahu
apa maksud dan tujuannya mengendap-endap kemari malam-
malam dan naik ke atas ranjangnya. Mana mungkin ada
orang yang percaya bahwa ia tak berniat melakukan
kecabulan. Meski ia bersumpah sekalipun. Yang jelas ia
merasa nasibnya tak lama lagi bakal segera berakhir. Diantara
rasa takutnya melintas pula bayangan wajah sang bu de yang
sedang melotot kepadanya dengan bola mata nyaris melompat
dari tempatnya.
"Mengapa kamu melakukan ini bukankah kamu sangat
mencintai istrimu Jo?" Tanya Sandra lagi.
"Iya buu. Sa..ya sangat mencintainya ta..pii sayaa tidak
tahan melihat ibu" ucap Paijo lirih.
Sandra tahu anak itu jujur mengatakan itu. Ia-pun paham
sekali bahwa yang ada dihadapannya saat ini adalah seorang
anak lelaki yang telah memasuki masa pubernya. Seperti
halnya Alfi, Paijo tadinya juga merupakan seorang anak yang
belum cukup umur yang karena sebuah keadaan membuatnya
terpaksa berkenalan dengan dunia kedewasaan yang
seharusnya belum saatnya ia masuki. Seorang anak lelaki
yang sudah pernah mengecap nikmatnya persetubuhan. Kini
sedang berada di puncak birahinya dan telah lama menanti
tubuh seorang wanita untuk melampiasan segala dendam
rindunya pada nikmatnya lumatan sebuah liang senggama
pada batang penisnya. Tinggal di dalam satu rumah dengan
seorang wanita yang sangat molek justru tak membuat
pemuda macam Paijo merasa nyaman. Awal-awal mungkin
masturbasi adalah solusi yang tepat. Namun dari hari ke hari
dalam godaan yang terus menerus semakin membuat hasrat
kejantanannya semakin tak terbendung. Entah dari mana
datangnya tiba-tiba saja terbesit sebuah ide gila di kepalanya.
Mengapa ia tak memberikan dirinya buat disetubuhi anak
kampung itu, siapa tahu dia bisa membuatnya hamil?
Bukankah pemuda ini telah membuktikan jika ia menyimpan
benih-benih jantan yang dapat berpotensi membuat seorang
wanita hamil. Mumpung Didiet dan Alfi sedang tak ada di sini.
Tidak! Sekejap kemudian akal sehatnya kembali
menyadarkannya jika ia tak boleh melakukan itu. Benar ia
menginginkan sebuah kehamilan. Namun untuk membiarkan
Paijo bercinta dengannya sama sekali bukan ide yang benar.
Itu sama saja dengan berselingkuh. Meski Didiet suka melihat
ia bercinta dengan anak seusia Alfi bukan berarti ia setuju
melihat istrinya dihamili Paijo. Alfi masuk dalam kehidupannya
karena Didiet yang menghendaki dan itu juga atas persetujuan
dari dirinya sendiri. Tentu saja tak bisa disamakan dengan
situasi saat ini. Mungkin saja ia hanya butuh benih anak itu.
Tentu perlu sebuah cara agar sperma Paijo yang subur itu
bisa membuahinya tanpa perlu harus bersetubuh dengan anak
itu. Tapi bagaimana caranya? Sandra belum memperoleh
jawaban. Meski hatinya sedang diliputi kegundahan tapi ia
ingin Paijo melakukan 'sesuatu' pada dirinya dan membuatnya
hamil.
"Baiklah Jo, aku akan memaafkan semua ini asalkan kamu
menuruti semua ucapanku"
"Saya bersedia melakukan apa saja bu, asalkan saya tak
dilaporkan sama bu de" Paijo cepat-cepat menyetujui ucapan
Sandra tersebut.
Tadinya ia sudah berpikir jika Sandra akan memanggil bu
denya untuk kemudian bersama-sama mengadilinya lalu
setelah itu nasibnya akan segera berakhir dengan kebinasaan.
Sebab sejak kecil ia hapal betul dengan kebiasaan bu denya
itu. Bik Iyah memang terkenal sangat tegas dan ringan tangan
bila menindak lanjuti setiap kebandelan keponakannya itu.
"Jo naik kemari"
"Hah..?" Paijo melongo seakan tak percaya akan ucapan
Sandra tersebut.
"Ayo.." itu kalimat ajakan yang kedua kalinya. Meski dilanda
kebingungan namun Paijo tak ingin Sandra berubah pikiran.
Dengan cepat ia kembali naik ke atas kasur yang empuk itu.
Bagi Paijo wajah Sandra yang tersiram cahaya lampu kecil itu
tetap saja terlihat begitu cantik meski tanpa polesan make up.
Paijo dulu berpikir jika ia sudah sangat beruntung bisa
memperistri Surti karena dianggapnya gadis dari desanya itu
merupakan wanita paling cantik. Tapi jika dibandingkan
dengan wanita yang berdiri dihadapannya ini Surti bukan apa-
apa lagi. Wanita ini seolah jelmaan atau mungkin saja benar-
benar seorang bidadari dari kayangan.
"Ehm..Jo.."
"Iya bu"
"Kamu sering.. masturbasi kan?"
"Apa mantu..basi?"
"Dasar terbelakang! Udik!" pikir Sandra
"Ngocok maksudku" ujar Sandra terpaksa mengucapkan kata
yang lebih umum bagi kalangan orang seperti Paijo.
"Iya.. kok ibu tahu?" Paijo tersipu malu. Aneh mengapa
wanita ini menanyakannya? Pikir Paijo. Tentu saja ia tak tahu
kalau sebenarnya Sandra pernah melihatnya melakukan hal itu
beberapa hari yang lalu.
"Aku hanya mengira-ngira saja, biasanya anak seumurmu
senang melakukan itu. Lantas siapakah perempuan yang
kamu bayangkan kalau sedang melakukan itu?" tanya Sandra
lagi. Padahal sebenarnya ia sudah tahu jawaban dari
pertanyaannya itu namun ia ingin mendengar langsung
pengakuan yang jujur dari Paijo.
"Eng..S..surti bu"
"Benarkah hanya istrimu saja? Siapa lagi?'
Tak ada jawaban lagi dari Paijo.
"Kau pasti pernah juga membayangkan aku, betul kan Jo?"
Paijo tertunduk diam. Mengangguk tidak menggelengpun
tidak. Ia semakin tak berani menatap wajah Sandra.
Bagaimana pula Sandra dapat menebak hasrat yang
terpendam di dalam hatinya itu?.
"Benarkan Jo?"kejar Sandra
Kali ini Paijo mengangguk.
"Dengar Jo. Bagaimana jika malam ini aku akan memberimu
kesempatan buat melihat sedikit bagian tubuhku. Tapi hanya
boleh kamu lihat. Tidak lebih! Bahkan kamupun aku ijinkan
mengocok di sini, di hadapanku. Kamu mau Jo?"
"Hahh! " untuk kali sekian Paijo dibuat terbengong. Apakah
Sandra sengaja mengolok-olok dirinya. Ini bukannya tawaran
biasa. Ini tak menyusahkan sama sekali bahkan sangat
menyenangkan.
"Kenapa? Kamu tidak mau?"
"Bukan begitu bu..saya hanya heran kenapa ibu..."
"Kamu tak usah banyak tanya Jo. Atau sebaiknya aku
urungkan saja bila kamu cerewet seperti itu!" ujar Sandra
dengan sedikit penekanan pada kata-katanya.
"Jangan bu! Saya mau! Saya mauu! "jawab Paijo cepat kali
ini.
"Baiklah. Sekarang dengarkan aku. Silakan kamu lakukan itu
sambil berbaring. Tapi ingat di saat kamu hampir muncrat ,
kamu harus segera bangun dan menumpahkan air manimu di
telapak tanganku. Kamu mengerti Jo?", Sebenarnya Paijo
merasa aneh apa untungnya bagi Sandra meminta dirinya
beronani dihadapannya. Lalu menampung spermanya di
telapak tangan. Kenapa tidak mengajaknya bersetubuh saja
sekalian? Tapi ia tak berani bertanya-tanya lagi kuatir akan
ancaman Sandra barusan. Jika ia pikir-pikir ia sudah cukup
beruntung tidak jadi dihukum dan malahan mendapat tawaran
mengiurkan seperti itu. Sebaiknya ia tak boleh melewatkan
kesempatan yang telah datang padanya itu begitu saja.
"Baik bu. Apa saja kata ibu saya bakal nurut saja" ujar Paijo.
Setelah mendengar kesanggupan Paijo itu lalu perlahan
Sandra mengangkat babydollnya sampai ke bagian pinggang
sehingga kewanitaannya yang sudah tak lagi dilindungi oleh
celana dalam itu nampak jelas. Lalu ia berbaring menyamping
menghadap ke arah Paijo. Salah satu kakinya bergerak-gerak
terangkat dan melipat bagai melakukan sebuah gerakan tari
balet.
Duhh..Edannn! Mulut Paijo menganga lebar saat hatinya
meneriakkan itu. Atraksi Sandra itu nyaris membuatnya
berhenti bernapas. Matanya terbelalak takjub menikmati
pemandangan yang tersaji dihadapannya saat itu. Sungguh
mendebarkan memandang tubuh molek setengah telanjang
yang menggeliat-geliat dihadapannya itu. Terutama bagian
yang tertutup rapat oleh bulu-bulu hitam yang halus. Meski
suasana kamar tak begitu terang oleh cahaya lampu baca
namun itu sudah cukup bagi mata Paijo.
"Kamu mundur Jo. Jangan terlalu dekat denganku" perintah
Sandra.
Paijo menurut. Ia mundur agak jauh dari posisi tubuh Sandra.
Lalu berbaring terlentang.
"Jo kamu lupa membuka celanamu ...."ujar Sandra
mengingatkan. Ia menduga Paijo masih terkesima.
Paijo baru menyadari kebodohannya. Dengan cepat ia
membuka celana sempit dan usang itu. lalu melemparnya ke
lantai.
Wow..dia sudah kukuh sekali! Pikir Sandra saat melihat
kemaluan anak itu. Tak membuang waktu lagi Paijo-pun
segera melacap. Tak ada gerakan lambat. Ia langsung tancap
gas. Sandra memandang semua itu dengan hati bergetar.
Menonton perbuatan lawan jenisnya melakukan erotisme
bukanlah tak menimbulkan dampak baginya. Walau
bagaimanapun ia adalah seorang wanita yang normal.
Vaginanyapun membasah.
Tapi Paijo tak dapat mengendalikan hasratnya. Ia terlalu syok
oleh semua rangkaian erotismenya yang sejak tadi
menggodanya. Terutama bila memandang vagina Sandra yang
indah itu. Daya tahannya jebol hanya dalam tempo satu
menitan.
"Oghhh!! Buuu sayaa dapett!!!"
Crettt!! Creettt!! Crettt...Sandra terkejut tak menyangka jika
Paijo akan berejakulasi secepat itu. Cepat-cepat ia bangkit
sambil menadahkan kedua telapak tangannya ke dekat
kemaluan anak itu. Namun hal itu terjadi tak sesuai dengan
harapannya. Sperma Paijo berebutan memancar secara tak
terkendali ke berbagai arah. Bahkan semburan pertama justru
menyemprot ke wajah Sandra. Sandra terpaksa memalingkan
wajahnya agar tak tersemprot dua kali. Tapi hal itu justru
telah membuatnya tak bisa focus saat menadahi gumpalan-
gumpalan sperma Paijo. Sementara itu Paijo terus menghajar
penisnya hingga ejakulasinya berakhir. Setelah penis Paijo
benar-benar sudah berhenti memancarkan cairannya. Sandra
memandang hasil yang sudah ia peroleh. Hanya sedikit sekali
sperma Paijo yang benar-benar tertampung oleh telapak
tangannya. Ada yang mengenai di lengannya. Ada juga yang
nyelonong ke paha. Sebagian besar justru berceceran di
seprey. Itupun ia bingung bagaimana cara memanfaatkan
benih-benih tersebut. Dengan apa ia akan menjejalkan cairan
kental itu ke dalam vaginanya. Tentunya sulit sekali bagi
sperma ini untuk mampu mencapai rahimnya. Jelas cara ini
tak akan berhasil. Akibatnya Sandra menjadi serba salah.
namun kepalanya masih dipenuhi oleh banyak pertimbangan
buat melangkah ke sebuah hubungan yang lebih intim dengan
Paijo.
"Buu..saya boleh saya lihat itu lebih dekat lagi?" Tanya Paijo
memberanikan diri mendekatkan kepalanya ke arah
selangkangan Sandra. Namun Sandra dengan cepat
merapatkan kedua kakinya.
"Tidak boleh! Jangan mendekat lagi. kamu kan bisa
melihatnya dari tempatmu sekarang"
"Buka sedikit saja bu." Mohonnya dengan memelas sambil
mencoba untuk merentangkan dengan ke dua batang paha
Sandra namun sia-sia saja tenaganya tak cukup besar buat
membongkar pertahanan wanita itu.. Karena gagal, Ia kembali
duduk di atas kedua lututnya.
"Bukankah tadi sudah aku katakan kamu cuma boleh lihat!"
"Iya bu, tapi tadi itu terlalu jauh jadinya kurang jelas"
"Apanya yang kurang jelas? Aku rasa sama saja dengan milik
istrimu"
"Beda kok bu Punya Surti item semua kalau punya ibu kan
putih bersih"
"Begitu?" Sandra cukup tergelitik karena bangga. Memang
selama ini baik Alfi maupun suaminya Didiet memang tergila-
gila akan kewanitaannya. Kini anak bau kencur seperti Paijo-
pun ikut-ikutan memuji.
"Buu..bolehh ya?" Paijo merengek lagi. Anak inipun mirip Alfi
suka merengek. Dan ia sangat menyukai rengekan-rengekan
manja seperti itu. Hanya saja ia tak ingin berbuat intim terlalu
jauh dengan Paijo karena ia belum mengenal betul diri anak
ini.
"Ya sudah! kamu boleh lihat sebentar. Tapi janji jangan di
pegang-pegang" karena kasihan Sandra membuka tangkuban
kedua pahanya agak lebar. Paijo segera beringsut menyelinap
ke antara kedua kaki Sandra. Kini wajahnya hanya berjarak
beberapa senti dari selangkangan Sandra.
"Wahh...cantiknyaa" ucapnya terperangah. Paijo sendiri tak
pernah berpikir tadinya jika begitu banyak perbedaan yang ia
temukan antara apa yang dimiliki oleh Surti dengan Sandra.
Warnanya saja merah muda, cantik sekali! Sungguh berbeda
dengan milik istrinya yang hitam merata. Dari aromanya saja
sudah sangat menggoda. Wangi yang merebak dari vagina
Sandra mengundang dirinya buat semakin mendekat lagi ke
sana.
"Sudah puas lihatnya Jo?" Tanya Sandra. Ia sudah berniat
menghentikan ini semua karena ia anggap tak ada
manfaatnya. Paijo tak menjawab ia justru semakin
mendekatkan wajahnya. Lalu secara naluriah ia membuka
mulutnya lebar lantas tanpa di duga-duga oleh Sandra, mulut
anak itu menyergap kewanitaannya dan lansung melakukan
sedotan-sedotan kuat disertai perasan gemas benda di
hadapannya itu.
"Oghh...Jooooo...kamuuu ngga boleehh....ouhhhh" pekik
Sandra. ia tersentak kaget dan tak sempat mencegah Paijo
melakukan itu.
Sudah terlambat dan sulit bagi Sandra untuk menolak
kemesraan itu. Bahkan kini kedua tangan Paijo masing-
masing memeluk batang paha Sandra sehingga kemaluan
Sandra semakin melekat erat dengan mulutnya.
Rasa nikmat itu dengan cepat menyengat bagian
kewanitaannya dan menjalar ke seluruh syaraf-syaraf pada
tubuhnya. Tak hanya mencucup saja kini lidah Paijo juga ikut
menjelajah kesana kemari jilatannya. Lidahnya juga
menemukan sebuah sebuah daging bulat kecil yang
menghiasai bagian atas kewanitaan Sandra. Bentuknya
bagaikan sebuah batu mutiara kecil didalam cangkrang
kerang. Paijo tahu banyak dari teman-temannya dikampung
jika daging mungil ini adalah anak kunci untuk membuka
gerbang persetubuhan. Bilamana benda yang disebut itil
tersebut sudah dibuat mengacung keras dan lobangnya sudah
basah berarti si pemiliknya sudah siap untuk disetubuhi.
Benda yang berisikan penuh syaraf-syaraf kenikmatan itu
dengan cepat membulat keras dilanda sapuan-sapuan lidah
Paijo. Tubuh Sandra menggelinjang liar berayun ke kiri dan ke
kanan terstimulasi oleh gerakan lidah Paijo. Bibirnya hanya
dapat merintih karena perlakuan Paijo padanya. Hingga pada
suatu ketika jemari Sandra meraih kepala Paijo dan
menekannya kuat sambil mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi
membuat wajah Paijo makin terbenam di bagian
kewanitaannya.
"Aghhhh....jooooooooo!!" pekik Sandra
Paijo tahu sekali jika saat itu Sandra sedang 'dapet' istilah
mereka dikampung. Meski sulit bernapas akibat terjepit di
dalam keindahan itu namun Paijo berusaha terus melakukan
jilatan-jilatan. Kejadian itu berangsung satu menitan sampai
akhirnya cengkraman jemari Sandra mengendur dan
pinggulnya terhempas kembali di kasur menandakan kalau
fase kenikmatan baginya tersebut sudah berakhir. Paijo
akhirnya baru bisa bernapas lega. Bagi Paijo ini sungguh hal
yang sangat membanggakan sebab ini buat pertama kali-nya
ia mencoba melakukan oral seks dan langsung bisa bikin puas
seorang wanita.
Menjadi suatu kebanggaan di antara sesama anak lelaki di
kampung yang sudah pernah ngeseks apabila bisa bikin
perempuannya puas. Paijo sendiri merasa heran ia dari mana
ia dapat kemampuan mencumbu kemaluan wanita padahal ia
belum pernah melakukan itu sebelumnya. Jelas mana ia mau
melakukan hal itu pada istrinya. Jangankan buat menjilat
mendekatkan wajah ke arah situ saja ia sudah mau muntah
karena aromanya yang tak sedap. Lima menitan Paijo
melahap vagina Sandra bagai sebuah es krim lezat. Entah
sampai kapan pemuda itu terus menghisap vaginanya. Yang
jelas bagi Sandra ia semakin tak dapat mengendalikan gairah
birahinya setelah mengalami dua kali orgasme akibat ulah
Paijo. Kerinduannya akan kemesraan dengan Alfi malah
tertuntaskan oleh hadirnya Paijo. Sandra mulai melanggar
garis pembatas yang ia buat sendiri. Ia sungguh tak dapat
menahan hasrat hatinya buat bercinta. Sungguh fatal telah
membiarkan Paijo merangsangnya dan membuat gairahnya
naik tak terkendali. Sehingga membuatnya berani mengambil
keputusan akhir dengan membiarkan Paijo membuahinya kali
ini dengan cara yang sempurna yaitu melalui sebuah
....Persetubuhan!
"Kamu memang anak kampung yang tidak tahu diri! Apa yang
telah kamu lakukan barusan? Kamu telah mengingkari janji
kita di awal tadi" suara Sandra terdengar serak saat
mengucapkan itu karena sedang terbakar oleh gairah.
"Maafkan saya buu" ucap Paijo. Ia merasa tadi ia benar-
benar tak dapat mengendalikan dirinya.
"Sejak awal kamu pasti ingin memasukan punyamu ke sini
kan?" ujar Sandra menunjuk ke arah selangkangannya. Paijo
mengangguk malu. Buat apa dia ngeles. Jelas saja Sandra
pasti tahu apa tujuannya datang ke kamar ini.
"Jika kamu berjanji kamu akan mengatakan hal ini pada orang
lain aku akan membiarkanmu melakukannya terhadapku" ujar
Sandra dengan suara bergetar.
"Bee..narrkah?" ucap Paijo terkejut Ia menatap wajah Sandra
lekat-lekat seakan tak percaya akan penawaran yang
menggiurkan itu. Bayangkan seorang wanita yang luar biasa
cantik dan bertubuh indah telah dengan rela ia setubuhi hanya
dengan sebuah persyaratan semudah itu.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku Jo?"
"Ii..yaa saya janjii bu"jawab Paijo kali ini cepat. Ia tak ingin
Sandra berubah pikiran dan mencabut penawarannya barusan
karena ia lelet menjawab.
"Baiklah. Lakukanlah"
Mendapat ijin penuh dari Sandra justru pemuda itu kini malah
diliputi keraguan. Paijo malah menjadi gelisah. Pikirannya
berkecamuk. Padahal tadi ia begitu nekat hingga mencapai ke
tahab ini. Seakan ia baru sadar jika yang diperbuatnya ini
akan dapat menimbulkan masalah besar. Dan Sandra dapat
menangkap kegelisahan itu.
"Sini.." bisik Sandra lirih sambil menarik leher Paijo lalu
memberi pemuda itu sebuah French Kiss agar anak itu lebih
tenang dan percaya diri.
Ciuman yang aneh dan sangat nikmat bagi Paijo. Ia baru tahu
jika berciuman itu bukan hanya sekedar bertemunya bibir pria
dengan bibir wanita. Lidah Sandra menjorok masuk ke dalam
rongga mulutnya lalu berputar mengulung lidahnya.
"Kamu masih ragu?"
"Ohh..buuu saya suka sama ibuu!" ujar Paijo mendekap tubuh
Sandra menandakan ia sudah tak merasakan beban apa-apa
lagi.
"Buka dulu semuanya Jo" bisik Sandra memberi perintah
kepada Paijo. Ia ingin buat melakukan persetubuhan secara
total. Paijo merenggangkan tubuhnya kembali. Sandra
merasakan ini adalah saat-saat yang sungguh mendebarkan
membiarkan seorang pria asing melucuti satu persatu penutup
tubuhnya. Babydoll yang dikenakan Sandra adalah yang paling
awal melayang.
Ia memejamkan matanya saat jemari gemetaran anak itu
mencoba melepas kaitan branya. Entah tak mengerti atau
karena gugup bra Sandra tak kunjung juga terlepas. Sandra
tersenyum geli melihat kegagalan Paijo tersebut. Lalu ia turun
tangan membantu hingga akhirnya tubuhnya benar-benar tak
terhalang apa-apa lagi sperti halnya Paijo ...telanjang bulat.
Kini Paijo dapat melihat dengan kelas segala keindahan yang
wanita itu miliki.
Paijo tak mau bertele-tele. Ia langsung merangkak ke atas
tubuh Sandra sambil memegang senjatanya dengan tangan
kanan.
"Sayaa.. masukinnya sekarangg ya Bu...." Ujarnya begitu lirih.
Paijo tak perlu menunggu jawaban dari Sandra lagi. Lendir
yang membasahi vagina wanita itu sudah merupakan isyarat
baginya bahwa wanita di bawah tubuhnya itu telah menerima
apapun yang akan ia lakukan padanya.. Tak ada lagi gerakan-
gerakan menghindar ataupun upaya buat menghalang-
halanginya melakukan penetrasi kali ini. Jantung Paijo
berdetak semakin keras saat Sandra membuka pahanya
lebar-lebar seakan Wanita itu seakan benar-benar telah
memberinya jalan dan izin secara penuh baginya untuk
melakukan penuntasan dari percumbuan ini. Dengan berbekal
sedikit pengalamannya ngentot dengan Surti selama ini di
kampung, Kali ini Paijo mencoba memberi rangsangan akhir
sebelum dengan mengulek-ulek bibir luar dan klitoris Sandra
dengan kepala penisnya yang bulat besar. Belahan cantik itu
semakin basah dan sedikit terbuka menandakan ia sudah siap
buat dimasuki oleh sebuah penis. Paijo perlahan mendorong
patatnya dan bless....Penis kampungnya itu maju perlahan
dan membelah bibir vagina Sandra
"Ohh...Jooo..." rintih Sandra. Ia menahan napas ketika penis
anak itu berhasil menerobos masuk sedikit demi sedikit ke
dalam keindahan vagina terawat miliknya. Entah mengapa ia
seakan menjadi grogi meladeni Paijo. Padahal penis yang
masuk itu berukuran biasa-biasa saja. Sebuah sensasi yang
sama saat ia akan diperawani Alfi dulu.
Sensasi sebuah perselingkuhan terasa sangat mendebarkan
sehingga membuat persetubuhan ini menjadi begitu nikmat
terutama di saat daging hitam anak itu pertama kali
menyentuh dan merentanglan bibir vaginanya hingga akhirnya
masuk seluruhnya tanpa sisa. Ini adalah batang kemaluan
dari pria ketiga yang berhasil masuk ke dalam tubuhnya
setelah milik Alfi dan suaminya Didiet. Jelas kepala penis
Paijo tetap tak mampu menjamah dasar vaginanya. Benda itu
tak sebesar dan sepanjang milik Alfi. Masih perlu lima
sentimeter lagi untuk bisa sampai di kedalaman itu. Meskipun
demikian ada sesuatu yang menggelitik dan menimbulkan rasa
gatal bercampur nikmat di dalam sana. Tubuh Paijo bergetar
hebat setelah seluruh bagian penisnya amblas ke dalam milik
wanita cantik dalam tindihan tubuhnya ini. Bola mata pemuda
itu terbeliak ke atas oleh sensasi kenikmatan yang sungguh
berbeda dari yang pernah ia peroleh saat bersetubuh dengan
istrinya.
Surti yang memang jauh lebih muda dari Sandra seharusnya
memiliki vaginanya enak karena masih sangat sempit. Namun
kenyataannya vagina wanita cantik ini ...sungguh tak
terkatakan nikmatnya...mungkin puluhan kali atau bahkan
ratusan kali jauh lebih enak ketimbang tempik istri kecil-nya
di kampung itu. Liang milik Sandra yang dipenuhi oleh otot-
otot lembut itu seakan dapat menjepit penisnya jauh lebih
ketat dari milik Surti. Paijo mulai mencoba mengocok.
Pantatnya ia gerakan naik turun. namun baru dua tiga kali ia
kembali berhenti. Ia merasa belum apa-apa air mani-nya
seakan sudah berkumpul di ujung lubang kencingnya.
Kenikmatan itu sungguh tak tertahankan olehnya. Ia
merasakan vagina Sandra bagai menyedot seluruh batang
penisnya. Bahkan semakin ia kocok vagina Sandra semakin
kuat menghisap bagaikan sebuah tabung vacuum. Paijo tak
dapat lagi bergerak. Penisnya ia biarkan mengeram di dalam
balutan vagina Sandra dengan harapan ia mampu meredakan
hasratnya.
Duhh...biungg..enaknya..jerit Paijo dalam hati.
Ia diamkan seperti itu rasa ingin muncrat itu bukannya
mereda malahan makin menjadi-jadi. Rasa-rasanya ia tak
mungkin lagi dapat bertahan lebih lama lagi. Dari ekspresi
wajah Paijo, Sandra mengetahui jika ia sedang berjuang
melawan desakan buat berejakulasi.
"Kamuu sudah hampirr keluar kan Jo?"
"Iyaa..buuuu. maaff..rasanyaa saa..ya ti...dakkk tahan lagiiii"
"Tunggu sebentar! jangan dimuncratkan dulu"
Sandra mendorong tubuh Paijo sehingga penis anak itu
terlepas dari vaginanya. Meskipun heran namun Paijo tak
dapat mencegah Sandra melakukan hal itu.
Lalu Sandra cepat-cepat membalikan tubuhnya posisi mirip
seperti orang bersujud tapi dengan posisi dada menempel ke
kasur.
"Masukin lagi punyamu Jooo"
"Dari be..lakangg?" jadi mirip anjing kawin? pikir Paijo
"Iyaa cepatt!"
Dasar udik! tahunya cuma gaya konvensional saja gerutu
Sandra dalam hati.
Paijo tak ingin membuang waktu dengan berlama-lama di luar
vagina Sandra. Apalagi Sandra sendiri sudah memintanya.
CLeppp! Penisnya kembali bersarang dalam vagina Sandra
dari posisi yang berbeda. Ternyata Paijo masih punya sisa
sedikit ketahanan sehingga mampu menghajar Sandra dari
belakang. Sandra sendiri tak terlalu perduli persetubuhan ini
baru berjalan kurang dari dua menit. justru inilah saat-saat
yang ia tunggu. Baginya yang penting Ia ingin Paijo sesegera
mungkin menyuntikan benih-benih seorang bayi ke dalam
rahimnya secepatnya. Bagi Paijo sendiri tak ada hal lain yang
diinginkannya di dunia saat ini kecuali muncrat. Ia seakan
mendapat anugrah tertinggi dalam kehidupannya. Tapi ia tak
ingin menjadi seorang pecundang di medan pertempuran
tanpa perlawanan sama sekali. Laksana seorang jendral
perang yang berada di dalam keadaan terjepit Ia harus
mengambil keputusan akhir bertarung dengan jantan berharap
gugur bersama musuhnya. Tiba-tiba Paijo mendekap
pinggang Sandra erat sambil mengocok penisnya dengan
sangat cepat dan liar. Tapi ia hanya mampu membuat
sepuluh kocokan hingga rasa gatal nikmat yang ia rasakan
sudah sampai pada batas yang bisa ia tahan.
"Ohhh...Buuuuu...buuu...sayaa hampirr muncrattt!!!" pekik Paijo
memberi peringatan pada Sandra. Seakan ia kuatir Sandra
masih ada permintaan lain lagi sebelum ia melepaskan
ejakulasinya.
"Ohh Jooo tekannn dalem-dalemmm sekaranggg!" Pinta
Sandra
"Ammpuunnnn...enakkkkkknyaa!!" itu pekik terakhir dari Paijo
sedetik sebelum ia melepas orgasmenya. Lalu melakukan
sebuah tusukan akhir yang jauh dan dalam.
Tubuh Paijo mengejang diiringi dengan hentakan yang kuat.
Lalu pancutan demi pancutan sperma melejit dari ujung
penisnya menghantam permukaan rahim Sandra.
Creettttt....Creeeettttttt....creeettttttttt...Sandra terkejut begitu
dasyat orgasme yang dialami Paijo saat itu. Kepala penis
anak itu berdenyut dan tersentak-sentak seakan meletup di
dalam himpitan liang vaginanya. Dalam setiap lima detik
Sandra dapat merasakan denyutan penis Paijo diringi dengan
semprotan sperma dari lubang pipisnya.
"Okhhhhh...Joookkk....Argggghhhh!!" pekik Sandra sambil
mencengkram kain seprey.
Tak dinyana serangan akhir Paijo yang cepat dan singkat
barusan malah memancing dirinya juga mengalami orgasme
yang juga sangat kuat. Suara rintihannya membaur dengan
erangan Paijo. Tubuh keduanya bertaut melekat dalam
hentakan-hentak puncak kenikmatan bersama. Rasanya
orgasme itu berlangsung demikian kuat dan lama.
Paijo ambruk di atas punggung Sandra. Kesadaran anak itu
lenyap beberapa saat. Penisnya masih menyisakan rasa gatal.
Pantatnya masih menghentak sesekali seakan masih ada
sisa-sisa sperma yang harus ia keluarkan dari testisnya yang
bulat hitam itu.
Sandra membiarkan Paijo menindihnya menunggu anak itu
menuntaskan sisa orgasmenya. Sungguh tak disangka anak
desa bau kencur itu ternyata mampu membuat dirinya
mengalami orgasme. Ia merasakan sedikit keanehan pada
persetubuhan singkat barusan. Seakan penis ramping anak itu
menjadi begitu nikmat dalam setiap kocokannya. Tiga menit
sudah berlalu. Setelah fase orgasme itu berlalu. Paijo juga
sudah menuntaskan ejakulasinya. Sandra mengangkat
tubuhnya sehingga tubuh Paijo terdorong dan terlentang ke
sampingnya. Sedangkan ia sendiri buru-buru terlentang sambil
melipat kedua lututnya ke arah dadanya. Ia berusaha
membuat sperma Paijo yang masih tertampung di dalam
vaginanya tidak segera tumpah ke seprey sesuai dengan
ajuran Lila. Sambil mempertahankan posisi tubuhnya seperti
itu. Pikirannya berkelana. Di kala hasrat dan gairahnya
mereda kini terbit rasa penyesalan dalam hatinya. Mengapa ia
larut dalam kegelisahan sehingga akhirnya semua ini terjadi.
Meski Didiet suaminya memiliki prilaku 'sakit'. tapi Sandra tak
ingin menodai perkawinannya dengan bermain dibelakang
seperti ini. Muncul pula rasa kesalnya terhadap Alfi yang
mengabaikannya selama beberapa minggu belakangan.
Seandainya saja Alfi tetap rutin memesrainya tentunya ia tak
gampang terseret oleh buaian api birahinya. Tapi sekarang
semua-nya telah menjadi bubur. Ia sangat berharap
perbuatannya dengan Paijo malam ini dapat membuahkan
kehamilan sehingga perselingkuhan ini merupakan yang
pertama sekaligus yang terakhir baginya.
"Ibu sedang apa?" Tanya Paijo heran melihat Sandra masih
mempertahankan posisi tubuhnya seperti itu.
"Jo kamu mau tahu kenapa aku rela kamu tiduri?" Sandra
malah balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Paijo
barusan .
"Karena Ibu suka sama saya kan?" tebak Paijo.
Sandra nyaris tertawa mendengar jawaban Paijo itu. Anak itu
sepertinya mulai Pede.
"Kamu salah Jo, bukan karena itu. Kamu itu orangnya jelek!"
jawab Sandra
"Loh...lantas kenapa ibu mau begituan sama saya?" tanya
Paijo bingung. Ia tak menyangka jawaban Sandra demikian
lugas.
"Aku melakukan ini bukannya suka padamu atau pun dengan
permainan seks-mu. Aku hanya memberimu kesempatan
untuk membuatku hamil."
"Ha..mill? ibu mau dihamili oleh saya?"
"Iya kenapa?"
"Suami ibu.. mandul ya?"
"Sembarangan saja bicara! Itu bukan urusanmu!" ucap Sandra
ketus.
Bukan main! pikir Paijo. Pengakuan Sandra sungguh membuat
perasaannya melambung bangga. Ibarat karet yang
mengembang direndam minyak. Bayangkan ada seorang
wanita yang sangat cantik meminta padanya buat buntingi!
Barangkali orang gila sekalipun tak bakal menolak rezeki
seperti ini. Masa bodoh Sandra mencintainya atau tidak, yang
penting ia tetap saja bisa bersetubuh dengannya sepuas-
puasnya
"Kalau begitu ibu tenang saja ibu pasti hamil kok" ujarnya
anak itu dengan rasa percaya diri yang makin tinggi.
Ia semakin yakin bahwa suami Sandra memang adalah lelaki
mandul sehingga Sandra melakukan perselingkuhan
dengannya untuk mendapatkan kehamilan. Setelah lima belas
menit berlalu. Tanpa permisi dulu lagi Paijo merayap naik ke
atas tubuh Sandra buat menambah porsinya.
"Hei Kamu mau apa Jo?"
"Saya mau lagi bu. Lagian katanya ibu mau saya hamili."
"Tidak ! itu tadi sudah cukup. Lepaskan aku dan kembali ke
kamarmu sekarang!"
"Satu kali saja lagi bu...saya pingin nyembur pas saya di atas
ibu" rayu Paijo. Ia bukannya turun dari atas tubuh Sandra
malah mendekap pinggangnya erat-erat.
"Tidak bisa! Kamu pikir kamu bisa seenaknya terhadapku.
Ingat aku adalah majikanmu"
"Tapi ibu suka kan saya selingkuhi?"
"Jangan kelewatan kamu Jo! Saya tidak suka kamu ngomong
seperti itu!" anak ini mulai berani ngomong menyerempet-
nyerempet kurang ajar.
"Biarin yang penting saya mau lagi" Ujar Paijo. Lalu anak itu
tanpa di duga duga memagut puting susu kiri Sandra. Bagian
sensitif itu sejak awal memang belum diberikan sentuhan oleh
Paijo sama sekali. Paijo sebenarnya tak tahu benda mungil di
dalam kuluman bibirnya itu adalah salah satu kelemahan
Sandra.
"Argggg..lepass..kann.. aku tidak.. mauu!!!" rintih Sandra yang
masih berusaha mengendalikan gairahnya sendiri sambil
mendorong tubuh Paijo.
Ibarat pepatah kepalang basah kenapa tak mandi saja
sekalian pikir Paijo. Paijo jadi nekat. Ia harus berhasil
mendapatkan apa keinginannya. Pelukannya pada pinggang
Sandra tak menjadi kendur. Sehingga terjadilah pergulatan
kecil di situ. Sebetulnya tenaga Paijo tak terlalu besar. Namun
justru Sandra yang seakan tak bersungguh-sungguh buat
melepaskan diri. Rontaannya yang lemah bahkan lebih tepat
dikatakan gelinjangan itu sama sekali tak menyulitkan
sehingga dalam waktu relative singkat memudahkan Paijo
menguasai tubuhnya. Akhirnya Paijo mendapatkan posisi yang
tepat untuk melakukan penetrasi. Penisnya sudah berada
tepat di depan belahan bibir vagina Sandra yang masih basah
oleh air maninya. Secepatnya Paijo mendorong pantatnya.
Dan ...blesss...Penisnya kembali berhasil terbenam di dalam
liang senggama Sandra. Setelah miliknya masuk sesegera itu
pula Paijo mengocok. Permainan berlangsung tak sesingkat
tadi sehingga Sandra-pun dapat menikmati permainan klasik
dari Paijo. Sesungguhnya Sandra-pun penyuka missionary
style. Ia hanya melakukan perubahan hanya karena anjuran
dari Lyla. Bercinta dengan posisi itu seakan membuat dirinya
tak berdaya dalam kekuasaan penuh dari pria yang
menindihnya. Sandra menyukai itu. Sebagaimana ketika Alfi
pertamakali mengambil kegadisannya dulu.
"Oww!!.. aduhhhh gelii!!!!" pekik Sandra merasakan sebuah
sensasi baru. Aneh rasa gatal itu datang kembali bersamaan
dengan setiap tusukan Paijo. Kali ini benar-benar kentara
sekali. Mungkin disebabkan durasi persetubuhan kali ini lebih
lama dari yang pertama tadi.
"Argggg...Joooo..akuu dapettt!!" Pekik Sandra mengenjan
karena tak mampu lagi bertahan terhadap sesuatu yang
menggelitik liang senggamanya.
Kedua tangan dan kaki Sandra membelit tubuh Paijo dalam
dekapan ketat. Seakan ia ingin melepaskan kenikmatan itu
dengan meremas penis Paijo beserta tubuh kerempengnya
sekaligus. Orgasme yang terjadi pada Sandra saat itu tak lagi
berhenti. Bagai gelombang ombak yang datang susul
menyusul menghantam pantai.
"Aoooo...buuuuuu...ohhgg!!!" Paijo juga ikut melolong sejadi-
jadinya ketika ejakulasinya meletup dari ujung penisnya.
Crottt...crottt.. crottttt...alangkah nikmatnya muncrat dalam
balutan tubuh indah itu. Ini sungguh kenikmatan yang
sempurna. Ini bahkan berlipat kali lebih nikmat dari orgasme
yang pertama. Bahkan multiorgasme yang berlangsung pada
Sandra seakan mencekik penis Paijo dalam kenikmatan abadi.
Sepuluh menit berlalu. Suasana kamar kembali hening hanya
terdengar suara desahan napas yang masih memburu. Sandra
mendorong tubuh Paijo kesamping agar dadanya sedikit lebih
lega saat menarik napas. Setan! Kena lagi aku.Umpat Sandra
dalam hati Lagi-lagi ia tidak berdaya mencegah terulangnya
kemesraan dengan Paijo barusan.
"Pindahlah ke kamarmu sekarang Jo" ucap Sandra sambil
memejamkan mata. Ia berusaha keras menghentikan keliaran
ini meski rasa nikmat itu masih berkeliaran di sekitar pinggul
dan bagian kewanitaannya.
"Saya tidurnya di sini saja bu. Biar kalau malam bisa nambah
lagi" balas Paijo masih terengah-engah. Peluh membutir bak
biji jagung bermunculan di sekujur tubuhnya. Meski letih
mendera tubuhnya. Ia seakan tak ingin sekejap saja
melewatkan malam ini tanpa persetubuhan dengan sang
majikan yang cantik itu. Tak ada rasa buat bosan
mengulanginya. Wanita yang satu ini benar-benar
membuatnya tergila-gila dan ketagihan.
"Tidak bisa kamu harus pergi sekarang. Aku tidak ingin pagi-
pagi bik Iyah memergoki kita."
Mendengar Sandra menyebut nama orang yang sangat ia
takuti itu Paijo menurut. Ia juga menilai kalau perkataan
Sandra benar adanya. Ia belum mau berurusan dengan bu
denya yang galak itu. Lagian ia juga sudah sangat ngantuk
dan capek. Biarlah besok saja ia mengulangi permainan ini.
Setelah Paijo berlalu dari kamarnya meninggalkan dirinya
terlentang dalam cucuran peluh. Sandra mendengar sebuah
bunyi halus yang berasal dari ponselnya. Ia mencoba
meraihnya. Ternyata hanyalah sebuah pesan singkat dari
Didiet.
"Apakah kamu sudah tertidur Say? Ataukah saat ini kamu
sedang membayangkan dan merindukanku?"
Sandra terpaku lama menatap layar ponselnya. Merenungi
apa yang barusan ia lakukan bersama Paijo di saat-saat
suaminya sedang merindukan dirinya seperti sekarang ini? Ia
memutuskan untuk tidak menjawab sms tersebut karena ia
tahu itu cuma ekspresi kagen Didiet semata. Meski
kegelisahan di dalam hatinya belum dapat hilang, Sandrapun
dapat tertidur pulas malam itu karena keletihan.
***********************
Keesokan paginya, dari dalam dapur Paijo dengan gelisah
melirik ke arah ruang cuci. Seakan ada yang ia tunggu sejak
tadi. Tak lama kemudian raut wajahnya berubah semeringah
ketika melihat Sandra masuk ke dalam ruangan cuci sambil
membawa pakaian kotornya. Paijo mengendap-endap
menyusul masuk kedalam ruangan kecil itu.
"Bu...nanti malam kita...he e lagi ya?" bisik Paijo pelan sambil
memberi kode dengan menyelipkan ibu jarinya diantara jari
tengah dan telunjuknya ke arah Sandra.
Sandra agak kesal melihat kekurang ajaran Paijo. Namun ia
diam saja tak ingin menanggapinya. Sejak bangun tidur tadi
pagi ia sudah membuat komitmen dengan dirinya sendiri
untuk tidak akan mengulangi perselingkuhan itu.
Sesungguhnya jauh di dalam lubuk hatinya ia menyukai
persetubuhan dengan Paijo semalam. Tapi sisi lain dirinya
yang lebih di dominasi oleh akal sehat menganggap kejadian
tadi malam tak seharusnya terjadi. Jika saja saat itu ia tak
terbawa emosi dan tak terbuai dalam erotisme yang ditebar
Paijo. Ia merasa telah bertindak terlalu gegabah tanpa
memikirkan akibat yang lebih komplek. Bisa saja Paijo
menjadi masalah besar dalam keutuhan rumah tangganya.
Bukan mustahil orang lain akan mengendus segala rahasia
dalam kehidupannya selama ini.
"Bu..boleh ya?" Paijo secara gencar mengumbar rayuan.
Merasa tak nyaman berduaan dengan Paijo dalam satu
ruangan. Lalu Sandra pergi ke dapur karena di situ ada bik
Iyah yang sedang memasak. Paijo mengikutinya sampai ke
pintu dapur. Tapi anak itu tak berani lagi mendekat. Namun
dengan mimic wajahnya ia masih mencoba memberi isyarat
ke pada Sandra. Dari dekat pintu ia menanti Sandra
memberinya isyarat balasan. Namun hal itu tak kunjung ia
peroleh. Bahkan setelah itu Sandra selalu menghindari berdua
dengannya dalam satu ruangan. Hingga pada sore hari. Ia
akhirnya berhasil mendapatkan kesempatan baik saat Sandra
datang kembali ke ruang cuci sendirian. Paijo sudah tak dapat
lagi membendung hasratnya dan Ia sudah nekat untuk
melakukan apapun demi dapat merasakan tubuh Sandra
kembali. Setan benar-benar sudah menguasai akal sehatnya
padahal ia tahu bu De-nya saat itu berada di dapur yang
letaknya tak jauh dari situ. Dengan tiba-tiba ia menyergap
pinggang Sandra dari belakang.
"Arggg...Apa-apaan kamu Jo..Lepaskann!" pekik Sandra
karena terkejut akan serangan mendadak tersebut.
"Buu saya tidak tahann...Saya pingin gituan lagi sama ibu"
"Tidakk!..lepaskan akuu!" bentak Sandra seraya berusaha
melepas diri dari dekapan anak itu..
Namun bukannya menurut Paijo malah lebih erat memeluk
pinggangnya. Paijo merasa ia pernah berhasil membuat
Sandra mau mengulangi persetubuhan dengannya dengan
sedikit pemaksaan seperti malam kemarin. Keberaniannya
muncul karena ia merasa Sandra tak mencegah apapun yang
ia lakukan tadi malam. Ia berpikir Sandra cuma pura-pura
menolak sehingga iapun tak takut buat mengulangi hal itu. Ia
mendorong tubuh Sandra sehingga wanita itu terdesak ke
sudut ruangan sempit itu. Salah satu tangannya bergerak
dengan bebas mengerayangi dan meremas dada Sandra
sementara yang satunya lagi bergerak cepat ke arah bawah
dan berusaha masuk ke dalam pakaian Sandra. Sandra
belingsatan sambil menepis tangan dengan kesal berusaha
mencegah aksi tak senonoh Paijo padanya. Namun sepertinya
anak itu sudah benar-benar tak terkendali dan semakin
berani. Hingga pada sebuah kesempatan Sandra berhasil
membalikan badannya lalu mendorong tubuh Paijo buat
menjauh darinya. Paijo tak berhenti begitu saja ia maju dan
bersiap memeluk wanita cantik itu lagi. Namun sebelum
niatnya terlaksana,
Plakk!!! Plakkk!! tiba-tiba Paijo merasakan sebuah tamparan
keras menerpa wajahnya. Tak hanya satu kali bahkan dua
kali.
"Jangan kurang ajar kamu Jo! Kamu pikir kamu bisa berbuat
seenaknya" bentak Sandra.
Paijo tercekat undur dan takut. Ia tak menyangka Sandra
bereaksi seperti itu.
Bik iyah yang baru selesai mencuci piring bergegas datang
setelah sempat mendengar teriakan Sandra. Ia begitu
terkejutnya melihat pakaian sang nyonya majikan mudanya itu
berantakan. Dada Sandra yang membusung sempat terkeluar
dari balik babydollnya.
"Aduhh.. Apa yang terjadi non?"
"Tidakkk ada apa-apa Bik"jawab Sandra berusaha menutupi
karena ia tak ingin Bik Iyah malah tahu kejadian barusan ada
hubungannya dengan perbuatan ia dan Paijo semalam.
Tapi bik Iyah dapat gampang dibohongi begitu saja. Ia cukup
mengerti apa yang berlaku barusan di situ. Ia yakin itu
kusutnya pakaian sang nona tersayangnya itu akibat ulah
sang keponakan. Pandangannya beralih kepada Paijo. Paijo
undur beberapa langkah dengan wajah pucat pasi bagaikan
mayat. Mata bulat bu denya yang membesar itu terlihat
sangat mengerikan dan Paijo tahu apa artinya itu buat
dirinya...sebuah kesengsaran!
"Kamu! Kamu memang anak tidak tahu diuntung!. Belum jera
kamu bikin masalah di kampung dulu?! Sekarang kamu malah
berani mengganggu majikan sendiri" ujar bik Iyah geram. Ia
langsung mengambil sapu yang tersandar dekat pintu. Tanpa
ba bi bu lagi langsung ia ayunkan ke tubuh keponakannya
yang kurang ajar itu.
"Kamu rasakan inii anak setannn!" teriak Bik Iyah
BAkk!! bukkk!! Bletak!!!
"Ampunnnn buu deee...ampunn bu de tobatttt" jerit Paijo
kesakitan ketika pukulan demi pukulan mendera tubuhnya.
Percuma saja Paijo memohon ampun. Bu denya benar-benar
telah kalap sambil terus mengayunkan gagang sapu itu
dengan membabi buta tanpa belas kasihan. Sandra jadi tak
tega juga melihat pukulan-pukulan dari bik Iyah itu bertubi-
tubi menghantami tubuh Paijo. Apalagi anak itu tak mau
kabur ataupun melawan. Ia hanya bisa menjerit kesakitan
sambil meringkuk melipat tubuhnya di sudut ruangan.
"Sudahlah Bik Hentikan nanti dia celaka" ujar Sandra
berusaha memegangi lengan bik Iyah yang sibuk
menghamburkan jurus 'tongkat pemukul anjing'. Mau tak mau
bik Iyah berhenti karena takut ayunannya akan mengenai
majikannya itu.
"Biar saja non! Dia memang patut dikasih pelajaran supaya
tahu rasa!"
"Ampunnn Bu de! Saya tidak lagi-lagi...hu hu"
"Dasar anak setan! Bisanya bikin susah orang tua saja!
Jangan minta ampun padaku! Cepat bilang minta maaf sama
non Sandra sekarang!" Bik Iyah yang masih belum puas
menghajar Paijo lantas menjewer telinga keponakannya itu
kuat-kuat sehingga pemuda itu kembali menjerit kesakitan.
"Ampun bu Sandra saya tidak akan mengulanginya
lagi..Aduhhh"
"Sudahlah Bik jangan diapa-apakan lagi. Saya sudah
memaafkan dia" ujar Sandra lagi. Kali ini bik Iyah menurut.
Untuk sementara waktu Paijo bisa bernapas lega.
"Beruntung sekali kamu ya!? Hoss...hos..Sekarang
hoss..masuk ke kamarmu hoss..dan kemasi semua
pakaianmu!" Perintah bik Iyah sambil berusaha mengatur
napasnya yang memburu.
"B..aikk bu de"
"Saya urus anak edan itu dulu, Non" ujar Bik Iyah
"Tapi jangan dipukuli lagi bik. Saya mohon" pinta Sandra
Bik Iyah mengangguk sebelum meninggalkan Sandra. Lalu
menyusul Paijo ke dalam kamar. Di dalam kamar bik Iyah
masih terus memarahi Paijo. Meski Sandra telah memberikan
maaf buat Paijo. Tapi ia tak ingin melepas Paijo begitu saja.
"Apa-apan kamu Jok! Seharusnya kamu tahu diri wong kita
sudah untung di suruh tinggal di sini. Baiknya kamu pulang
saja ke desa besok sebelum tuan dan Alfi mengetahui hal itu"
ujar bik Iyah kesal.
"Maafin saya bu de, saya ngaku salah. Saya nurut apa saja
kata Bu de" ujar Paijo lirih. Ia tetap melaksanakan perintah
sang bu de walau sebenarnya ia masih merasa kesakitan.
Satu persatu pakaiannya ia lipat dan masukkan ke dalam
sebuah tas usang yang ikut bersamanya sewaktu datang
kemari tempo hari.
Bik Iyah lalu keluar menemui Sandra. Dan menjelaskan
keputusannya untuk memulangkan Paijo besok pagi.
"Aduhh Non, bibik jadi benar-benar menyesal telah mengajak
Paijo ikut kemari. Bibik tidak menyangka kalau dia itu ternyata
menaruh hati sama non Sandra"
"Tidak apa-apa bik. Sebaiknya masalah barusan jangan
diungkit-ungkit lagi"
"Tapi non belum sempat di apa-apain sama keponakan bibik
kan?"
"Sebenarnya ini salah saya juga bik. Semalam Paijo saya
ijinkan tidur di kamar dalam sama saya"
"Aduhhh!!! walahh nonnn kok jadi begituu. aduhh gustii
kenapa dibiarinn nanti non Sandra bisa Hamill. Kurang ajar
benerrr si Paijoo!! " jerit bik Iyah terperanjat bercampur
geram. Ia mengerti sekali apa yang telah terjadi dimana
seorang wanita bersama-sama dengan lelaki berdua di dalam
sebuah kamar tidur. Ia sudah hendak kembali ke kamar Paijo
buat menghajar keponakannya itu namun segera di cegah oleh
Sandra.
"Tenang bik. Kejadian tadi malam itu memang adalah
kemauan saya karena saya pingin dia hamili Bik"
"Aaaaa...Edaann....edaannnnn...aduhh gustii bagaimanaa inii.
Bagaimana bila den Didiet sama den Alfi tahu ini semua?"
ucap bik Iyah panik.
"Bibik tidak usah kuatir. Asal tak ada yang bilang mereka tak
bakalan tahu soal itu"
"Bibik terpaksa memulangkan Paijo besok non. Bibik tak ingin
kejadian tadi malam dan tadi terulang kembali. Biar si Paijo
tetap tinggal di kampung bersama istrinya ketimbang
membuat masalah di sini"
Sandra hanya diam tak memberikan tanggapan atas
keputusan Bik Iyah tersebut.
*************************
Malamnya Paijo berbaring dalam kesedihan. Tak hanya
menderita karena badannya sakit-sakit akibat menanggung
amukan sang bu de tadi siang namun juga karena harus
berpisah dengan Sandra besok. Ia benar-benar sudah
kesengsem berat pada majikannya yang cantik itu. Tiba-tiba
ia dikejutkan oleh derit pintu kamarnya yang dibuka. Cepat-
cepat ia memejamkan matanya berpura-pura tidur karena
mengira yang datang itu adalah bu denya. Tapi penciumannya
mengendus sesuatu. Itu harum yang sama dengan yang ia
rasakan tadi malam. Paijo sontak kembali membuka
matanya. Dan benar saja di depan pintu telah berdiri sesosok
tubuh semampai yang sangat ia dambakan.
"B.bu..Sandra.." ujar Paijo seakan tak percaya wanita cantik
itu mau mendatangi kamarnya. Namun wanita itu hanya
berdiri diam di dekat pintu. Tanpa ragu Paijo segera bangkit.
Sandra-pun menurut ketika ia bimbing buat duduk di bibir
ranjang.
"Jo.. kamu... jangan pulang dulu ke kampung" ucapnya
terbata-bata.
Paijo tak menjawab hanya secara perlahan wajahnya
mendekat ke wajah Sandra. Sandra memejamkan matanya
menanti bibir tebal Paijo memagut bibirnya. Lalu tenggelam
dalam sebuah lautan kecupan yang mendidih. Ternyata Paijo
mampu mempraktekan ciuman yang telah diajarkannya
kemarin malam. Kedua telapak tangan Sandra meremas
seprey ranjang Paijo. Ia sungguh tak tahu lagi bagaimana
menghindari perselingkuhan ini. Keinginannya buat hamil dan
bayangan seorang bayi lucu dan mungil telah membutakan
segalanya.
"I..Ijinkan saya menolong ibu...Sa..ya janji akan buat ibu hamil
seperti Surti" Paijo seakan sudah tahu apa yang menjadi
kegelisahan Sandra.
Sungguh kebetulan bagi Paijo. Kata-kata yang keluar barusan
dari mulutnya itu bagaikan obat penyejuk yang sangat
mujarab bagi suasana hati Sandra saat itu. Di dalam kamar
yang sesak oleh aroma tubuh Paijo dan obat nyamuk bakar
itu Sandra kembali menyerahkan tubuh moleknya bulat-bulat
pada pemuda tak berkelas seperti Paijo. Lalu menggelepar
dalam kegelisahan dan gairah. Berbeda dengan perjumpaan
pertama. Kali ini ia melakukannya secara total dan tanpa
banyak pertimbangan. Entah berapa puluh kali anak itu
merintih berulang-ulang mengucapkan "Bu enak, Bu enak",
yang jelas ia-pun merasakan sengatan nikmat dari sentuhan
kemaluan Paijo yang tak terlalu besar itu.
Seperti pada pertubuhan pertama. Awalnya Paijo cuma bisa
bertahan dua menit-an. Ia tak dapat mengontrol dirinya.
Dendam rindu selama beberapa jam ini secepatnya ingin ia
tuntaskan. Spermanya muncrat tak tertahankan dalam
pecintaan panas dan singkat.
Setelah hampir satu harian menahan hasratnya terhadap
wanita molek ini. ia akhirnya berhasil menuntaskannya.
Bahkan rasa sakit di sekujur tubuhnya akibat pentungan bu
denya tadi siang sudah tak ia rasakan lagi. Semuanya seakan
telah lenyap ditelan rasa nikmat. Beruntungnya ia dengan
segera bisa ber-ereksi lagi setelah beristirahat sepuluh
menitan. Barulah setelah itu ia tak hanya mampu membuat
Sandra berorgasme bareng dengannya bahkan ia-pun berhasil
membuat Sandra mengalami multiorgasme sebagaimana yang
mampu Alfi lakukan. Setelah gelombang gairah itu surut.
Sandra terbaring dengan kedua kaki tersandar di dinding
seperti biasa melakukan ritual 'pembuahan'.
Cplak!..plok! Bunyi itu terdengar berulang-ulang ketika Paijo
mencipoki puting susu Sandra. Anak ini...masih besar sekali
gairahnya. Padahal yang tadi itu adalah sebuah persetubuhan
yang melelahkan. Seakan tak ada bosan-bosannya melakukan
itu.
"Puas nyusunya?" tanya Sandra
"Belum bu..susu ibu manis sekali"
"Manis? Hi hi punyaku kan belum ada susunya"
"Putingnya manis"
"Bu Sandra"
"Ya?"
"Eng..jika ibu hamil berarti dia itu anak saya juga kan bu?"
"Iya" Pake tanya lagi. Dasar bego, Pikir Sandra
Lima belas menit berlalu. Paijo kembali menindihnya setelah
memberi cukup waktu bagi Sandra beristirahat dan melakukan
upaya 'pembenihan'. Lalu mereka kembali bersetubuh seakan
tak ada lagi hari esok. Malam itu Sandra tidur di kamar
pengap tersebut dalam tindihan tubuh Paijo. Keesokan harinya
saat keluar dari kamar Paijo, Sandra berpapasan dengan Bik
Iyah. Wanita tua itu hanya terbengong dan tak dapat berbuat
apa-apa melihat situasi itu.
"Bik saya minta Paijo tetap di sini dulu ya"ujar Sandra sambil
tersenyum lalu pergi menuju ke arah ruangan dalam rumah
tanpa menunggu jawaban dari Bik Iyah lagi.
"I..iya non......"jawab bik Iyah lirih.
Bersambung ke bagian 2
Apa yang terjadi selanjutnya?
Mampukah Paijo membuat Sandra hamil?
Bagaimana sikap Alfi dan Didiet saat
mengetahui percintaan Sandra dan Paijo?

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.