Rabu, 04 Maret 2015

cinta sang bidadari buat alfi 2

Cinta Sang Bidadari Buat Alfi 2
Bagian 2 : Sebuah Pengorbanan
Sejak hari itu Sandra secara rutin melakukan aktifitas seksual
dengan Paijo. Setiap malam acara setor benih itu
berlangsung. Sandra tak lagi berusaha menghindari Paijo. Bik
Iyah-pun tak dapat berbuat apa-apa karena itu semua atas
kehendak dari Sandra sendiri. Simbiose mutualisme antara
dua insan yang saling membutuhkan itu terus berlangsung
tanpa ada yang menghalangi lagi. Undangan tak resmi bagi
Paijo ke dalam kamar Sandra diisyaratkan dengan pintu
kamar-nya yang tak pernah lagi dalam keadaan terkunci. Lalu
mereka bercinta dengan panas seakan tak ada lagi hari esok.
Bila si Paijo mendapatkan tempat penyaluran bagi nafsu
birahinya maka sementara itu Sandra sendiri memperoleh
asupan benih dari Paijo. Namun demikian bukannya secara
seksual Sandra tak ikut menikmati perlakuan Paijo tersebut.
Ia bahkan mulai suka dan ketagihan oleh gelitikan aneh yang
ditimbulkan oleh penis anak itu. Semakin hari daya tahan
Paijo-pun semakin baik. Itu sangat mengherankan. Jika
awalnya ia cuma mampu bersetubuh paling banyak dua kali
saja tiap malamnya. Tapi kini penisnya mampu berdiri tegak
sedikit lebih lama. Setidaknya ia bisa memberikan kepuasan
bagi Sandra. Sebuah pertanda buruk buat Alfi karena kini
Sandra mulai menggantungkan kebutuhan seksualnya pada
Paijo. Tapi sulit bagi Sandra menyembunyikan semua itu dari
kedua sahabatnya, Dian dan Nadine. Mereka akhirnya
mengetahui juga hal itu. Ketika pada suatu pagi Dian dan
Nadine datang dan ia belum bangun karena bercinta dengan
Paijo tanpa henti dari sore hingga malam harinya. Seperti
biasanya Dian menyelonong masuk ke dalam kamar Sandra
tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Aroma bekas-bekas
persetubuhan masih kentara terendus membaur dalam udara
dingin AC. Suasana kamar yang gelap hanya menampakan
bayangan tubuh Sandra yang masih tertidur dalam tindihan
tubuh ramping. Dian melangkah ke arah jendela lalu ia
menyingkap bagian tengah kain horden dan menariknya ke
arah sisi yang berlawanan.
"Aww!!..." gadis itu terpekik kaget melihat sosok wajah yang
tadinya disangkanya adalah Alfi itu ternyata orang lain yang
tak ia kenal.
"Ada apa, An?" tanya Nadine menyusul masuk ke dalam
kamar setelah mendengar jeritan Dian tadi.
Sandra dan Paijo-pun terjaga dari tidur-nya.
"Oahmmm...kalian rupanya" Sandra berusaha membuang dulu
sisa rasa kantuknya.
"Ohh...Sand, Apa yang telah terjadi di sini?" tanya Nadine
ikut-ikutan kaget seperti Dian.
Ekspresi wajah Sandra tak terlihat berubah. Meski kedua
sahabat karibnya itu memandangnya sambil menunggu
penjelasan darinya dengan tak sabar. Ia malah berkata
dengan lembut kepada Paijo.
"Tidak perlu kuatir Jo, mereka adalah teman-temanku. Kamu
sebaiknya kembali saja dulu ke kamarmu"
Anak itu beringsut dari kasur. ia tak lupa memunguti
pakaiannya yang berceceran di lantai sebelum meninggalkan
kamar. Penisnya yang telah kembali ke ukuran normal itu
terjuntai dan mau tak mau terlihat jelas oleh pandangan
kedua wanita cantik itu.
"Kegilaan macam apa lagi ini" tanya Nadine setelah Paijo
pergi.
Mereka bertiga duduk bersila di atas tempat tidur seperti yang
sering mereka lakukan pada masa-masa remaja mereka dulu.
Lalu Sandra-pun menceritakan semuanya tanpa terkecuali.
"Apakah Didiet sudah mengetahui mengenai hal ini, Sand?"
Tanya Nadine setelah Sandra usai menuturkan kisahnya.
Nadine
"Belum."
"Sand, kuanggap kamu telah melangkah terlalu jauh.
Bukankah ada banyak cara untuk mendapatkan sebuah
kehamilan seperti bayi tabung atau mengambil benih pada
bank sperma bukannya dengan menyuruh anak itu
mendonorkan sperma-nya dalam sebuah persetubuhan
langsung. Ini adalah sebuah perselingkuhan, Sand." ungkap
Nadine
"Perselingkuhan? Mungkin benar apa yang aku perbuat ini
layak disebut perselingkuhan tapi apakah kalian lupa apa
yang terjadi dengan rumah tanggaku?. Sebuah rumah tangga
yang sudah dipenuhi ketidakwajaran dan itu sudah di mulai
sebelum aku menikah. Selama ini silih berganti orang lain
yang masuk kedalam kehidupan rumahtanggaku mulai dari
Alfi, Dian , kamu lalu Niken dan Lila. Entah siapa lagi yang
akan menyusul terseret kedalam hubungan yang aneh ini.
Lantas apakah masih ada pengaruhnya dengan hadirnya Paijo
di dalam kegilaan ini?".
"Aku mengerti Sand. Tetap saja kau tak bisa mencari sebuah
solusi bagi masalahmu dengan cara membabi buta seperti ini"
"Engkau tidak mengerti, Nad. Kau bisa mengatakan itu karena
kamu sudah memiliki Alfina.Tapi ..Kalian tak tahu bagaimana
hancurya perasaanku mengetahui begitu kecil-nya
kemungkinan buat diriku untuk bisa hamil" Ujar Sandra
dengan suara mulai meninggi.
Ia bukan marah atau kesal akan ucapan sahabatnya itu. Itu
adalah ungkapan kekecewaan atas segala situasi buruk yang
telah menimpa dirinya. Nadine cepat memeluk sahabatnya
yang telah membagi kebahagiaan kepadanya. Nadine hapal
dengan sahabatnya itu. Sandra bukanlah type wanita yang
cengeng dan gampang menangis seperti Niken. Namun Nadine
tahu persis jika ada sebuah kesedihan yang mendalam pada
relung jiwa sahabatnya itu. Ia tak ingin Sandra semakin
terguncang dalam sebuah dilemma. Dian-pun ikut merangkul.
Itu yang biasa mereka lakukan sejak remaja bila ada salah
satu dari mereka yang tertimpa oleh sebuah permasalahan.
"Sand. jangan gusar aku tak bermaksud menghalangimu
memiliki buah hati dari rahimmu sendiri. Aku hanya tak ingin
kau mengambil resiko besar bagi perkawinanmu."
"Iya dong. Bukankah selama ini kita selalu saling mendukung.
Lantas mengapa tak mengapa kamu tidak pernah bilang ke
kami soal ini?" ujar Dian.
"Semuanya terjadi diluar kendali. A..ku benar-benar terjebak
dalam situasi buruk saat itu. Anak itu hadir disaat aku sedang
di landa kegelisahanku dan...tahu-tahu semuanya terjadi
begitu saja"
"Sudahlah semuanya telah terjadi. Sekarang bagaimana
rencanamu selanjutnya?"
"Kalian tak perlu kuatir. Aku telah memikirkan semuanya. Aku
memilih Paijo justru karena tak ada yang akan membuatku
terikat secara emosional. Mungkin secara seksualitas Paijo
sangat memuaskan dan kemampuan bercintanya di atas
suamiku Didiet namun walau bagaimanapun aku tetap
mencintai suamiku. Lagian aku sudah memiliki Alfi jika
masalahnya adalah seks."
"Dengarkan aku Sand. Ketika seorang wanita melakukan
perselingkuhan, awalnya ia hanya berpikir akan menjalin
sebuah hubungan singkat yang tanpa didasari ikatan
emosional. Namun berjalan waktu engkau mulai merasa
tergantung dengannya. kau merasa semakin membutuhkan
dia. Setelah rasa ketergantungan itu, mulailah terjalin kontak
batin diiringi proses saling memenuhi kebutuhan emosional
satu sama lain. Hingga akhirnya hubungan itu terus berlanjut
di luar kendali dan menjadi sebuah perselingkuhan yang
permanent dan sulit sekali dilepaskan."ujar Nadine
memberikan pandangannya.
"Tapi aku berselingkuh bukan untuk mencari kepuasan seksual
atau cinta yang lain, itu hanya karena aku ingin hamil. Dan
aku tak berniat menjalin sebuah hubungan dalam waktu yang
jangka panjang. Secepatnya begitu aku hamil aku sesegera
mungkin mengakhiri hubunganku dengan Paijo".
"Baiklah bila itu sudah menjadi pilihanmu. Kami cuma
berharap engkau tetap konsisten dengan ucapanmu barusan.
Lantas bagaimana dengan Alfi sendiri. Aku belum dapat
membayangkan apa reaksi Alfi bila memerogi kalian?"
Hening sejenak. Sandra sadar ia belum memikirkan hal yang
satu itu. Ia yakin mungkin Didiet tak keberatan akan
hubungan dirinya bercinta dengan anak seusia Paijo
mengingat kebiasaan anehnya. Sedangkan Alfi, firasatnya
mengatakan jika Alfi tak bakalan bisa menerima seorang
pesaing macam Paijo. Alfi.. anak itu meski telah bercinta
dengan banyak wanita. Namun Sandra tahu jika hanya dirinya
dan Niken-lah yang sangat dipuja-puja Alfi. Alfi menganggap
dirinya seakan seorang bidadari yang tercipta untuk dirinya.
Bahkan Alfi sering menunjukan hasratnya ingin memiliki
dirinya secara utuh jika saja Sandra bukanlah istri dari Didiet.
"Aku juga tak tahu. Namun sebaiknya ia tak usah tahu
tentang hal ini."
"Ya. aku rasa juga demikian.. Sebaiknya mulai sekarang
engkau harus pintar-pintar mengatur waktumu bagi ke
duanya"
"Sepertinya aku harus fokus meladeni Paijo seorang saja. Oleh
sebab itu bisakah aku minta bantuan kalian buat mengalihkan
perhatian Alfi dariku ke kalian berdua?. Hanya untuk beberapa
minggu ke depan saja hingga Paijo berhasil membuahiku"
"Yah..Baiklah Sand"
"Berarti kita tak boleh lengah. Ngomong-ngomong kapan ia
kemari?"
"Tenang Nad. Jadwal Alfi buatku masih beberapa hari lagi?"
"Sand, alangkah baiknya jika engkau segera minta pendapat
Lila sekaligus memeriksakan diri anak itu secara klinis"
"Aku memang berencana menemui Lila besok. Terima kasih
karena kalian telah mau berbagi dalam masalah denganku"
"Hi hi sejak dulu kamu memang biangnya masalah bagi kita
bertiga Sand" kata Dian
"Nad.."
"Ya?"
"Mungkin aku telah kualat karena telah membohongi ibumu
tempo hari"
"Sudahlah jangan terlalu banyak memikirkan hal-hal yang
hanya akan menambah beban pikiranmu" ujar Nadine.
"Oya..Sebaiknya kalian pulang atau menginap saja di paviliun
sebelah sebab aku tak ingin kalian ikut-ikutan ditiduri anak
itu" Adapun yang di sebut Sandra sebagai paviliun itu
sebenarnya adalah sebuah bangunan yang terletak
bersebelahan rumah yang ditempati oleh Sandra.
Perkataan Sandra langsung disambut gelak tawa Dian.
"Kok ketawa? Aku serius tau"
"Hi hi hi. kamu ini Sand. Mana mungkin aku tertarik dengan
penis berukuran biasa-biasa saja seperti itu. Boro-boro dapet
enak Paling-paling cuma bikin lengket badan saja. Ujung-
ujungnya capek deh!"
"Jangan anggap remeh anak itu. Kemaluan anak itu, besar
dan panjangnya mungkin tak sebanding dengan milik Alfi.
Tapi ia memiliki sesuatu yang unik buat menaklukan seorang
wanita di ranjang. Jujur saja ia bisa membuat aku mengalami
sepuluh kali orgasme disepanjang malam coba kalian
bayangkan"
"Yang benar saja Sand? Bagaimana bisa?" tanya Dian tak
percaya.
"Entahlah aku juga tak mengerti. Aku merasa ada sesuatu
yang aneh pada penisnya.
"Aneh?"
"Ya aneh. Bila benda itu sudah berada didalam tubuhku dan
setiap kali bergerak seakan ada sesuatu yang menggelitik
bagian dalam organ kewanitaanku. Lalu timbul rasa gatal
nikmat yang luar biasa sehingga membuatku cepat sekali
mendapat orgasme."
"Tuh kan. Kamu sudah ketagihan"ujar Nadine.
"Mungkin benar aku bisa menikmati saat ia mengauliku.Tapi
itu bukan berarti telah membuktikan teorimu Nad. Bisa saja
itu terjadi hanya karena aku mulai jarang disentuh oleh Alfi
atau Didiet sehingga aku terlalu antusias. Dan aku rasa itu
normal." Kilah Sandra "Tapi yang jelas kamu tidak usah kuatir
Nad. Bukankah tadi sudah kukatakan bahwa begitu aku hamil
saat itu juga aku menghentikan ini semua"
"Ya aku juga harap juga demikian."
"Tapi aku masih penasaran dengan ceritamu tadi. Aku jadi
teringat penuturan dari salah seorang temanku. Mungkin ini
ada kaitannya dengan mitos yang sudah lama sekali lenyap di
jaman modern seperti sekarang ini"ujar Dian
"Mitos?...mitos apa?"
"Ia mengatakan kalau ada sebuah ilmu yang kerap diburu oleh
kaum pria untuk memuaskan wanita dalam hubungan intim
yang dinamakan susuk tindik kejantanan. Namun kabarnya
ilmu ini begitu langka dan tak dimiliki oleh banyak orang
pintar. Bagi pria yang menginginkannya harus melakukan
ritual-ritual khusus terlebih dahulu seperti disuruh berpuasa
mutih selama tiga hari. Kemudian pada bagian atas alat
vitalnya akan ditindik seperti tindik pada telinga. namun yang
dipasang bukanlah anting, tapi rambut kuda yang berasal dari
ekor kuda yang telah dirituali oleh si orang pintar tersebut"
"Apa susuk? Maksudmu aku telah ia guna-gunai?"
"Bukan seperti itu. Yang kudengar kaum lelaki melakukan itu
bukan bertujuan menaklukan wanita secara mistis namun efek
dari susuk itu justru terasa secara nyata dalam hubungan
intim. Penggunanya justru kebanyakan pria yang sudah
beristri. Sebagai laki-laki merupakan kebanggaan besar jika
mampu memuaskan istri di ranjang. hal seperti itu ternyata
jauh lebih efektif ketimbang melakukan upaya membesarkan
kejantanan.
Saat persetubuhan berlangsung rambut kuda pada alat vital
laki-laki tersebut akan menggelitik bagian dalam vagina
terutama bagian g-spot sehingga akan membuat wanita cepat
mencapai orgasme.Dan tentu saja wanita yang pernah
merasakan sensasi kedahsyatan alat vital yang menggunakan
tindik kejantanan ini akan menjadi ketagihan. Begitu temanku
bilang"
"Ah...Ada-ada saja kamu An. Masa kau masih percaya dengan
hal-hal berbau tahayul seperti itu. Lagian mana mungkin anak
seusia Paijo ngurusi yang begituan meski ia sudah beristri."
"Hi hi iya juga sih. Entahlah pikiran itu tiba-tiba saja melintas
dalam pikiranku."
******************************
Di tempat Praktek dr.Lila
Sandra kembali ke tempat Lila setelah satu hari sebelumnya
ia mengajak Paijo ke situ memberikan sample spermanya
untuk di teliti. Lila mengatakan jika siklus terjadinya
pembuahan terbaik buat Sandra terjadi dua minggu lagi.
Namun Lila melihat ada sebuah permasalahan lain. Setelah di
lakukan pengujian di laboratorium ternyata sel-sel Sperma
Paijo justru tak menunjukan tingkat kesuburan yang baik.
Spermanya terlihat berenang dengan lemah.
"Percuma saja Sand sperma anak itu tak akan mampu
membuahi sel telurmu"
"Maksudmu si Paijo mandul La?"
"Hmm.... Kondisi yang di alami oleh Paijo disebut infertilitas
dimana penyebab utamanya disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh Paijo untuk memproduksi sperma
dalam jumlah dan kualitas yang baik. Memang ada sejumlah
kecil sel sperma Paijo yang subur namun dari sekian juta sel
kuperkirakan hanya kurang dari dua persennya saja. Dan
jumlah itu tak cukup untuk'survive' saat dalam perjalanan
menuju ke rahimmu yang terbalik lalu membuahi sel telurmu.
Butuh lebih banyak lagi sel sperma yang subur dan memiliki
mortilitas yang bagus dan itu hanya bisa ditemui pada
spermanya Alfi."
"Tetapi bagaimana mungkin ia mandul La. Sebab yang kutahu
anak itu bisa membuat hamil teman gadisnya"
"Apabila dalam kondisi normal mungkin saja terjadi kehamilan
secara kebetulan meski kemungkinan terjadinya-pun sangat
kecil. Namun dalam kasus-mu dimana kondisi rahimmu
menghadap ke belakang...maaf...secara ilmiah aku meragukan
hal itu Sand."
Sandra terhenyak lemah di atas kursinya.
"Berarti yang aku lakukan selama ini sia-sia saja"
"Masih ada jalan lain ada berbagai cara yang dapat ditempuh
untuk mengatasinya tapi aku tak menjamin ini berhasil"
"Apa itu La"
"Aku akan memberinya beberapa suplemen atau vitamin
Selain itu aku anjurkan sebaiknya mulai sekarang Paijo lebih
banyak mengkonsumsi banyak buah dan sayuran untuk
meningkatkan kualitas spermanya serta mengindari memakan
daging-dagingan termasuk mengurangi konsumsi produk susu
dan olahannya"
"Bukannya susu merupakan sumber protein la? Mengapa Paijo
justru tak boleh mengkonsumsinya"
"Benar namun hasil penelitian menunjukan bahwa laki laki
yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
daging dan bahan bahan yang terbuat dari susu memiliki
kualitas sperma yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
mereka yang mengkonsumsi banyak buah dan sayuran." Ujar
Lila
"La.."
"Ya?"
"Apakah semua ini ada manfaatnya?"
"Mengapa kau tanyakan itu? Kau ragu buat mencobanya?"
"Tadinya aku hanya memanfaatkan kehadiran Paijo untuk
membuatku hamil La. tapi setelah aku tahu ternyata kondisi
Paijo 'buruk', Aku tak tahu apakah aku masih perlu
meneruskan hubungan ini"
"Sand, Jika kamu tak menginginkannya kamu bisa saja
menghentikan semua ini sekarang. Namun setelah apa yang
terjadi tak ada salahnya kalau kau mencoba."
"Itu masalahnya. Logikaku mengatakan jika aku memang
harus menghentikan semua ini tapi Ada bagian diriku yang
menginginkan ia tetap melakukan itu meski hasilnya
cenderung gagal. Tapi baiklah... Bukankah aku sudah terlanjur
memilih jalan ini dan seperti katamu tadi tak ada salahnya
bila kucoba sehingga apa yang telah aku lakukan selama ini
tak menjadi sia-sia meskipun aku agak ragu jika semua ini
akan berhasil"
"Baiklah aku akan membuatkan resep buat Paijo sekarang"
"Sebenarnya ada satu hal lagi yang kukuatirkan"
"Apa itu?"
"Aku takut jika hal ini terjadi berlarut-larut tak hanya akan
mengganggu hubunganku dengan Alfi tapi juga membuatku
terlanjur tertarik secara seksualitas pada Paijo"
"Begitukah?..tentunya anak itu punya 'sesuatu' yang luar
biasa, kan?"
Sandra tak menjawab namun dari pipinya yang merona Lila
dapat melihat jika terkaannya mengena. Dalam hati Lila
membenarkan ucapan Sandra. Ia-pun pernah mencoba
mencicipi bocah-bocah nelayan saat berbulan madu bersama
Robert tempo hari di Thailand. Memang tak ada yang
menandingi kemampuan Alfi di atas ranjang bahkan gigolo
yang katanya terbaik seperti Charan-pun tak ada apa-apanya
dibandingkan Alfi. Namun petualangan indah itu tetap
memberikan kesan yang sangat mendalam baginya. Ia bahkan
tak menolak apabila suatu hari nanti Robert mengajaknya
mengulangi petualangan seperti itu lagi. Tentu saja mereka
tak pernah memberitahukan mengenai hal tersebut pada Alfi.
***************************
Sementara
itu
ditempat
lain di
saat yang
bersamaan
dengan
Sandra
menemui
dr.Lila.
Sesuatu
sedang
terjadi di
dalam
kamar
tidur
Sandra.
Terlihat
beberapa
potong
pakaian
nampak berserakan di lantai kamar. Di atas ranjang itu
sedang terjadi sebuah pergumulan yang panas. Terdengar
rintihan-rintihan Paijo bersama seorang wanita.
"Oghhhhh! ..." rintihan penuh kenikmatan itu terlontar dari
bibir Dian ketika ia mendapatkan sebuah orgasme
berbarengan dengan terjadinya ejakulasi pada Paijo.
Ternyata wanita itu memang tak lain adalah Dian. Hari ini ia
diminta Sandra pulang kantor lebih awal karena kuatir Alfi
datang ke sana. Kejadian itu berlangsung begitu saja. Ketika
itu ia menemukan si Paijo masih tertidur dalam keadaan bugil
di kamar Sandra. Penis kampung yang masih segar itu sangat
menggodanya untuk melakukan percintaan di siang ini.
Hatinya tergelitik setelah mendengar cerita Sandra mengenai
keperkasaan anak itu di ranjang. Sehingga ia tertarik buat
sekedar 'menguji' kebenaran cerita tentang anak itu. Saat
Paijo terjaga dari tidur, ia melihat seorang bidadari cantik
yang lain terbaring menyamping tanpa busana di sebelahnya.
Tentu saja Paijo tak menolak rejeki yang datang itu. Dian
langsung dihajarnya dengan sejatanya yang dapat
menimbulkan gelitik nikmat itu. Mereka bercinta dalam kurun
waktu hampir satu jam-an dan Paijo Barulah setelah itu
akhirnya Paijo mengalami ejakulasi untuk kedua kalinya.
"Sejak tadi ibu keluar terus" ujar Paijo membuat Dian tersipu
malu . Kini Dian sudah merasakannya sendiri. Tak salah jika
Sandra mengatakan anak ini punya keistimewaan. Alat
kejantanannya memang benar-benar terasa enak bila berada
di dalam vagina.
"He e...punya kamu... ternyata enak juga" puji Dian lirih sambil
mengusap dada Paijo yang penuh peluh. Lumayan juga anak
ini, pikir Dian. Pada pertarungan awal ia mampu membuatnya
dua kali orgasme.
Paijo begitu senang mendengar pujian wanita itu. Rasa
kebanggaan menyelinap di dadanya. Betapa tidak, sudah dua
orang wanita cantik mengatakan hal yang sama. jika bercinta
denganya sangat memuaskan. Paijo melepaskan tindihannya
dari tubuh Dian. Ia terlentang sejenak memulihkan tenaganya.
Butir-butir peluh mengembang dari permukaan kulitnya. Tiba-
tiba Dian teringat akan sesuatu. Ia segera bangkit dan
mendekatkan wajahnya pada selangkangan Paijo.
"Ibu sedang mencari apa?" Tanya Paijo heran melihat Dian
sedang mengamati sambil membolak balik batang penisnya ke
sana kemari.
"Jo, burungmu kok ada bulu-bulu begitu di lehernya?" tanya
Dian terkejut saat menemukan sesuatu pada bagian bawah
leher kemaluan Paijo. Memang bentuknya persis seperti yang
pernah dituturkan sahabatnya di kantor.
"Saya juga tidak tahu. Itu sudah ada sejak saya kecil"
"Kamu pakai susuk ya?"
"Susuk? Susuk apa bu?"
"Coba kamu ingat-ingat dulu. soalnya tak mungkin benda ini
melekat pada anu-mu sejak kamu lahir Jo"
"Saya tidak pernah begitu... tapi mungkin juga ibu benar. Saya
ingat Bu de pernah bilang kalau sewaktu berumur lima tahun
saya pernah di bawa sama pak de ke tempat orang pinter.
Tempatnya jauh di luar desa di sekitar lereng gunung. Saya
tidak ingat persis kejadiannya karena saya dalam keadaan
tertidur saat di bawa ke sana "
Benar juga dugaannya tempo hari. Anak ini memang memiliki
sesuatu yang di tanam pada kemaluannya. Ternyata mitos itu
benar-benar ada. Bahkan efeknya terhadap wanitapun sudah
ia dan Sandra rasakan sendiri. Tapi Dian menilai rasa nikmat
yang diawali rasa geli seperti itu tak ada bedanya dengan
bermasturbasi dengan mempergunakan vibrator dua kepala.
Dimana salah satu kepala benda itu bergetar menggelitik
bagian klitoris sedangkan satu kepala lagi bergetar di dalam
liang senggama. Pada intinya orgasme yang datang wanita
terjadi saat itu disebabkan oleh rasa geli yang diaklerasi
secara ekstrim Bahkan tak jarang wanita bukannya
memperoleh orgasme malahan terkencing-kencing karena tak
tahan terhadap rasa geli seperti itu. Tadipun saat mengalami
orgasme Dian nyaris tak dapat menahan air kencingnya. Tak
menyenangkan sekali. Orgasmenya malah sempat buyar
karena kegelian. Dian membanding-bandingkan antara diri Alfi
dan Paijo. Baginya bercinta dengan Alfi tetap adalah yang
ternikmat. Segalanya berjalan dengan alami. Meski
membutuhkan waktu yang lebih lama untuk membuat seorang
wanita mencapai puncak kenikmatan. Namun kenikmatan
yang dihasilkan jauh lebih enak dan panjang. Lambat namun
pasti Alfi akan menggiring pasangan intimnya kepada fase
multiorgasme.
Ukuran kejantanan jelas menjadi factor perbedaan yang tak
dapat dibantah. Daging cinta Alfi yang panjang dan besar
jelas lebih unggul ketimbang Paijo. Lima senti adalah sebuah
selisih panjang yang signifikan. Hanya milik Alfi yang mampu
mencapai dasar vagina setiap wanitanya. Mereka dapat
merasakan setiap mili organ tersebut menyentuh bagian
dalam kewanitaan mereka hingga di dasar liang senggama.
Kemaluan berukuran standar seperti milik Paijo juga tak
terlalu nikmat dipergunakan pada posisi doggie bukan saja
karena tak mampu mencapai kedalaman maksimal namun
juga akan lebih sering terlepas saat berlangsung
persetubuhan. Pada ukuran diameter Alfi juga unggul dari
Paijo. Diameternya nyaris seukuran lengan seorang bayi yang
paling gemuk itu akan bersentuhan secara maksimal dengan
liang vagina wanita. Satu lagi kelebihan Alfi yang tak dimiliki
oleh Paijo. Melakukan keintiman dengan Alfi lebih tepat
disebut sebuah percintaan ketimbang persetubuhan. Alfi selalu
melakukan hal itu penuh dengan perasaan kasih sayang
terhadap pasangan intimnya. Kata-kata sayang dan cinta
selalu menghiasi sepanjang percintaan itu berlangsung mulai
dari pra-persetubuhan hingga ke pasca persetubuhan. Hal itu
mendatangkan perasaanan yang nyaman dan lebih dihargai
bagi wanita manapun yang ia tiduri. Tidak seperti kebanyakan
pria yang hanya bisa mengumbar kecabulan lalu tak perduli
lagi dengan pasangannya dan jatuh tertidur begitu saja setiap
kali usai melakukan keintiman.
"Ibu masih kuat? Kalau tidak saya mau mandi dulu" Tanya
Paijo.
Sialan! Sombong betul bocah ini! gerutu Dian dalam hati.
Baru bisa bikin perempuan orgasme saja sudah merasa paling
perkasa. Muncul keisengannya. Ia bertekad ingin memberi
sebuah pelajaran pada Paijo.
"Benarkah aku boleh kan minta sekali lagi? " rayu.
"Ya tapi satu kali saja ya bu. Soalnya saya harus menemani
bu Sandra setelah ini!" jawab Paijo dengan kepongahan
"Aduhh Jo, kamu memang benar-benar jantan." Ujar Dian
penuh kegombalan. Pujian itu makin membuat Paijo besar
kepala.
Sok jantan kamu Jo! Tunggulah! Sebentar lagi aku akan
membuatmu keok. Umpat Dian lagi.
Sepuluh menit berlalu, Dian telah bersiap-siap melakukan
persetubuhan kembali. Kali ini ia ingin melakukannya dengan
posisi dirinya di atas agar dapat mengontrol persetubuhan
secara penuh. Lalu ia naik ke atas tubuh Paijo yang masih
terlentang. Penis Paijo yang sudah berdiri kembali itu ia
bimbing masuk ke dalam vaginanya. Bless!! Begitu benda itu
tertanam sempurna di dalam liang senggamanya, pinggul
Dian-pun langsung berayun. Jika saat bercinta dengan Sandra
selama ini mereka hanya melakukan nya dalam posisi
missionary dan knee-chess, maka dengan wanita cantik yang
satu ini Paijo mendapat sebuah pengalaman baru. Ia dengan
leluasa dapat memandang kesempurnaan sososk tubuh yang
sedang menduduki perutnya saat itu. Ia pernah melakukannya
dengan Surti dulu namun sungguh tak membuatnya nyaman
karena Surti begitu pasif dan hanya rebah di atas tubuhnya.
Saat ini ia baru merasakan kenikmatan dan keindahan
bercinta dalam posisi ini. Tentu saja wanita yang melakukan
bersamanya kali ini adalah seorang yang telah
berpengalaman. Dian tidak main-main dalam melaksanakan
tekadnya. Tangannya bertumpu pada dada Paijo. Kemudian
tubuhnya mulai bergerak naik turun secara perlahan. Dian
mempergunakan seluruh kekuatan otot-otot panggulnya saat
berputar dan bergoyang. Di saat naik otot-otot bagian dalam
kewanitaannya-pun beraksi mencengram dan menarik setiap
mili batang kemaluan Paijo ke atas. Lalu pinggulnya berputar
lambat. Saat itulah Paijo merasakan penisnya di peras-peras.
Kemudian Dian melepaskan kuncian vaginanya sambil
menyentak turun dengan cepat.
"Aaoooo!!!!" Paijo melolong nikmat.
Paijo menggelepar tak berdaya di bawah kendali Dian. Tubuh
anak itu melengkung saat puncak kenikmatan secara dasyat
menyengat kemaluannya. Gerakan Dian-pun semakin cepat
dan liar. Jemari Paijo mencoba meraih pinggul Dian seakan
ingin mencari tempat berpegang sebelum ia jatuh ke dalam
jurang kenikmatan yang sangat dalam. Persetubuhan itu baru
berjalan kurang dari tiga menit namun Paijo sudah tak
mampu lagi bertahan.
"Aargggggg!!!" itu pekik terakhir dari Paijo saat terhempas
dalam sebuah ejakulasi hebat.
Creettt...creettt...cretttttt...gumpalan demi gumpalan yang tak
dapat dikatakan kental lagi itu berhamburan dari ujung
penisnya memenuhi relung-relung lembut vagina Dian.
Penis Paijo terus memancarkan seluruh sisa sperma yang
terproduksi oleh tubuhnya buat hari ini. Vagina Dian terus
menghisapnya tanpa ampun seakan ingin membetot jiwanya
sekaligus. Pandangan Paijo mengabur bersamaan dengan
usainya ejakulasi itu. Seluruh ketegangan tadi mengendur.
Dua menit berlalu. Perlahan kesadarannya yang menghilang
tadi kembali. Paijo dapat mengingat kembali semua yang baru
terjadi.
Edann! Yang barusan tadi itu nikmatt sekali. Dalam hati Paijo
mengakui kemampuan bercinta wanita di hadapannya itu
memang luar biasa. Ia benar-benar tak habis berpikir
bagaimana bisa lubang tempik wanita satu ini menjadi
demikian enaknya?
"Kamu kok cepat sekali keluar Jo?"
"Eh .iya...punya ibu.. enak.. sekali!... sempit!... ngisepnya..
kuat banget!" puji Paijo disela-sela napasnya yang tersengal-
sengal.
"lagi?"tantang Dian.
"Sudah dulu bu. besok saja lagi."
"Masa begitu saja sudah nyerah? Ayo dong Jo. Tadi kan aku
belum dapet"
"Eh anu. Bukan begitu bu. Soalnya saya takut bu Sandra
pulang dan saya dimarahi" jawab Paijo ngeles. Anak ini masih
bisa sombong juga. Padahal sebenarnya ia tak punya
kekuatan lagi. Penisnyapun sudah mengecil.
"Jangan kuatir Jo. Kan ada aku. Sandra tak bakalan marah."
Ujar Dian membungkuk sehingga wajahnya tepat berada di
depan penis Paijo.
"Tapii..tapii.." ujar Paijo kehabisan akal. Sia-sia saja ia
berusaha menghindar sebab Dian tak membiarkan
kesombongannya semakin membumbung. Dian telah
menyergap batang penisnya yang telah menguncup kecil itu.
Lalu mengulumnya dengan hisapan yang kuat dan liar. Kontan
saja Paijo merintih. Itu bukan lagi rintihan keenakan namun
itu rintihan kesakitan.
"Aduuhh.. duhh.. ampunn buu...itu saya sakitt ..saya tidak
mauu lagi" pintanya sambil meringis.
Rasa ngilu itu benar-benar merupakan siksaan baginya.
Akhirnya Paijo harus mengaku kalah. Ulah Dian
menenggelamkan segala kesombongannya. Penisnya benar-
benar terasa sakit hingga ke testisnya. Setengah menit
kemudian Dian baru melepaskan kemaluan anak itu setelah
dilihatnya benda itu memang tak mampu lagi berdiri.
"Yah sudah!. Berarti cuma begitu saja kemampuanmu" Cibir
Dian. Rasakan! Baru tahu rasa kamu.
Paijo tak dapat berkata-kata lagi. Bisa mampus ia bila terus
meladeni kuda betina ini.
Padahal awalnya ia sudah berbangga hati ketika mampu
membuat Dian orgasme. Ia pikir ia sudah berhasil menaklukan
wanita cantik itu tidak tahunya malah justru ia yang
dipecundangi. Terbukti sudah. Alfi memang unggul segala-
galanya dari Paijo. Paijo pun tak bisa menandingi Alfi dalam
urusan stamina. Baik Dian maupun semua wanita yang pernah
ditiduri Alfi selalu kewalahan meladeni keperkasaannya di
tempat tidur. Alfi mampu bercinta kapanpun tanpa mengenal
kata lelah dan batas waktu. Meski ia harus meladeni begitu
banyak wanita. Penisnya selalu kembali berdiri setiap kali
selesai melakukan persetubuhan. Alfi-pun tak pernah
sekalipun meminta istirahat justru para wanitanya yang lebih
dulu minta berhenti. Lila sekalipun tak menemukan jawaban
mengapa anak itu memiliki daya tahan sedemikian hebat.
Seakan Alfi memang terlahir sebagai Sedangkan Paijo baru
meladeni dua orang wanita saja sudah kedodoran. Dian
menilai Sandra sedikit agak berlebihan soal kejantanan anak
itu. Kemungkinan benar jika Sandra hanya terlalu antusias
karena jarang di belai Alfi. Bagi Dian sudah jelas kini hanya
Alfi seorang yang mampu membuat ia dan yang lain
terhempas dalam lautan kenikmatan tak bertepi. Tak berapa
lama kemudian Nadine muncul. Ia terpaksa pulang lebih
lambat karena harus menghadiri meeting di kantornya hari itu.
terbukti baru meladeni dua perempuan saja
"An!! Apa-apaan kamu" ujarnya kaget melihat ulah
sahabatnya itu.
"Hi hi kalem dikit dong, Nad. Aku hanya menuntaskan rasa
penasaranku saja. Tidak lebih dari itu kok". Ujar Dian santai
sambil memakai pakaiannya kembali.
"Tapi kamu seharusnya tak ikut-ikutan melakukannya dengan
pemuda itu. Bukankah kita kemari karena sudah sepakat ingin
membantu Sandra buat mengamankan situasi.
Bagaimana jika Alfi tiba-tiba saja muncul disaat kamu
bersama dengan Paijo?"
"Iya..iya aku juga sudah selesai kok. Aku tadi bosan banget
nungguin kamu datang jadi emm..." jawab Dian
Nadine cuma dapat mengeleng-gelengkan kepala melihat ulah
Dian.
"Hei kamu! Pindahlah ke kamarmu sekarang!" hardik Nadine
pada Paijo.
Paijo cukup terkejut akan ketegasan wanita cantik yang satu
itu. Lalu sambil meringis kesakitan ia bergegas memunguti
pakaiannya. Sesaat sebelum keluar dari kamar Paijo masih
sempat melirik dada besar Nadine yang padat dipenuhi oleh
air susu itu. Glekk! Paijo meneguk air liur sendiri.
********************
Ketika
Alfi
datang
siang
itu,
Nadine
dan
Dian
telah
siap
menunggunya di depan teras. Mereka mengatakan pada Alfi
jika Sandra telah berangkat ke kota G menyusul Didiet. Lalu
mereka mengajak Alfi melakukan percintaan di rumah Dian.
Alfi sempat terkejut ketika melihat beberapa bekas
kemerahaan pada dada Dian. Ia tahu persis itu bekas apa.
Namun ia tak merasa membuatnya. Ia tak terlalu suka
melakukan cupangan ataupun gigitan. Tidak mungkin kak
Donnie. Pikir Alfi. Ia-pun tahu Donnie maupun Didiet juga tak
suka berprilaku demikian. Lantas dari siapa Dian mendapat
sebanyak cupangan itu? Mungkinkah kak Dian sudah punya
pacar? Mungkin saja pikir Alfi. Dian memang belum
mendapatkan jodohnya. Dulu sewaktu Niken menawarinya
buat di madu. Tapi Dian menolak dengan alasan ia masih
enjoy melajang. Dan ia lebih suka mencari pasangan hidupnya
sendiri. Alfi tak jadi menanyakan soal itu. Ia cuma berharap
Dian segera mendapatkan pasangan yang sepadan seperti
halnya Niken maupun Lila. Demikianlah hal itu berlangsung
selama hampir dua minggu. Selama itu semua berjalan
dengan baik sesuai dengan yang mereka bertiga rencanakan.
Terkadang Alfi muncul. Terkadang ia absen seperti
biasa.Hingga pada suatu hari. Di luar perhitungan mereka
semua ternyata pada suatu hari Alfi datang di hari yang
bukan jadwalnya. Seharusnya hari ini ia bersama Lila. Bahkan
tak biasanya Alfi datang di saat jam pelajaran sekolah
berlangsung. Ternyata hari itu ia pulang lebih cepat karena
ada rapat besar para guru di sekolahnya. Sebelum pulang ke
rumah Lila ia memutuskan mampir sebentar ke tempat Sandra
buat mengambil sesuatu di dalam kamarnya. Namun ketika ia
hendak masuk ke dalam ia melihat sepasang sepatu di depan
pintu. Kebetulan ia hapal itu milik siapa.
"Yeahh..sepertinya kak Sandra sudah pulang" ujarnya
gembira.
Alfi bergegas masuk dari samping rumah karena tak dapat
membendung rasa rindunya untuk bertemu Sandra. Di dapur
ia melintasi Bik Iyah yang baru akan bersiap pergi ke pasar.
"Den ..den Alfi tunggu jangan masuk ke dalam..." ujar bik Iyah
panic melihat kemunculan pemuda itu. Wanita tua itu
setengah berlari menyusul Alfi ke arah dalam rumah.
"Loh memangnya kenapa bik? Kak Sandra sudah pulang
kan?"
"A..anu..denn. .belumm...tapi neng Nadine sama neng Dian
ada di paviliun sebelah"
"Belum? Lah itu sepatunya ada di depan pintu"
"A..nu tadi eng...non Dian yang pinjem"
"Masak? ukuran kakinya Kak Dian kan lebih kecil Bik?"
"Ehh maaf salah maksud Bibik... Non Nadine yang pake"
"Wah itu lebih ngga masuk akal lagi bik. Kaki kak Nadine
justru lebih gede dari kak Sandra"
Kasihan Bik Iyah ia tak dapat mencari kata-kata yang pas
untuk memberikan penjelasan pada pemuda itu. Ia benar-
benar mati kutu karena Alfi sangat mengenal semua hal
mengenai para kekaksih itu. Jawabannya itu sangat tak
memuaskan malah justru mendatangkan kecurigaan bagi Alfi.
Alfi menangkap sesuatu yang tidak beres dari setiap ucapan
bik iyah saat berbicara dengannya. Kentara sekali kalau bik
Iyah sedang berbohong mengenai soal sepatu itu. Ia sangat
yakin bila saat ini Sandra ada di dalam kamarnya. Memang
selama dua minggu belakangan ia sudah merasakan
kejanggalan. Setiap kali ia datang kemari Nadine dan Dian
selalu menunggu kehadirannya di sini namun mereka
mengajaknya bercinta di rumah Dian Apa sebenarnya yang
sedang terjadi saat ini. Mengapa ia tak dapat melihat
kekasihnya itu tanpa mendapat penjelasan sedikitpun. ia ingin
semua nya menjadi jelas sekarang. Tanpa menghiraukan bik
Iyah. Ia melangkah ke arah kamar Sandra.
"Bibik mohonn, aden jangan masuk ke sana" ujar Bik Iyah
masih berusaha mencoba menghalagi upaya Alfi buat
menerobos masuk ke dalam kamar Sandra.
"Minggir bik" ujarnya mendorong tubuh Bik Iyah kesamping
agar ia dapat lewat.
"Aduh bagaimana ini..." ujar Bik Iyah membatin karena tahu
sebentar lagi semuanya akan menjadi runyam. Namun apa
daya ia tak kuasa mencegah Alfi.
Alfi mendorong daun pintu kamar Sandra memang tak pernah
terkunci dan langsung masuk ke dalam.
"Ohh!! Kakk!!"
Bukan main terperanjatnya Alfi saat melihat pemandangan di
atas tempat tidur Sandra. Di atas ranjang itu terbaring sang
bidadari yang paling ia sayangi itu dalam keadaan polos tanpa
sehelai benang-pun yang melekat pada tubuhnya bersamanya
seseorang anak lelaki yang tak ia kenal yang juga dalam
keadaan bugil total dengan dada penuh peluh bercucuran. Di
sekitar payudara Sandra yang putih bersih itu terlihat jelas
banyak bekas-bekas cupangan berwarna merah. Darah Alfi
naik dengan cepat ke ubun-ubunnya di saat yang sama jilatan
api cemburu membakar hatinya. Rasa yang tak pernah
menghinggapi hatinya bila melihat sosok Didiet, Donnie
ataupun Robert saat bersama-sama dengan para wanita yang
ada di dalam kehidupannya..
"Ohh! Fi ka..mu.." Sandra juga terkaget hingga tak tahu harus
berkata apa-apa menghadapi situasi saat itu.
"Siapa dia kak?!"
"Fi.. se..bentar kakak akan jelaskan ini semua. Kamu tunggu
kakak di luar ya sayang" ujar Sandra belingsatan sambil
mencoba mencari pakaiannya yang tercecer di lantai.
Sandra mengira ia dapat mengendalikan situasi dengan
sebuah bujukan lembut kepada Alfi. Ia tak sadar jika Alfi tak
menghiraukan ucapannya. Saat itu semua pancaindra dan
pikirannya hanya tertuju pada sosok hitam di hadapannya.
Matanya menatap tajam ke arah si penyusup itu. Alfi benar-
benar dalam keadaan sudah tak dapat membendung emosinya
lagi. Tanpa di duga-duga sebuah pukulan melayangkan deras
ke wajah Paijo.
Buuukk!! Pukulan keras itu tepat menghantam pipi sebelah
kiri. Paijo yang tak menduga jika dirinya akan di serang dalam
keadaan tidak siaga. Ia terpaksa menerima mentah-mentah
hantaman tersebut sehingga tubuhnya terjengkang. Untung
saja ia jatuh ke atas tempat tidur sehingga ia tak sampai
mengalami cidera. Tapi ia tak belum dapat bernapas lega
sebab sebuah pukulan dari Alfi kembali menghajar wajahnya.
Sandra-pun terkejut melihat reaksi cepat Alfi yang tak sempat
ia cegah.
"Fiii Janggaannn!"pekik Sandra yang dalam keadaan sedang
memakai pakaiannya.
"Aduhh nonnnn!!" Bik Iyah ikut terpekik panik.
"Fii!! Hentikann..!Dengarkan kakakk duluu!" teriak Sandra
sambil berusaha memegang lengan Alfi dengan tujuan untuk
menghentikannya. Namun hal itu sia-sia saja. Cekalannya
kembali terlepas. Alfi bagai kesetanan memburu kemanapun
Paijo bergerak sambil melancarkan pukulan demi pukulan.
Karena terpojok akhirnya Paijo-pun membalas memukul.
"Kurang ajar! Rasakan ini!!" ujar Alfi bertambah berang
melihat adanya perlawanan dari musuhnya itu.
Karena terlalu emosi Alfi tak sempat lagi memikirkan tentang
jurus karatenya. Ia meladeni Paijo berkelahi secara serabutan.
Pada sebuah kesempatan sebuah pukulan Paijo berhasil
menghantam wajah Alfi namun Alfi seolah tak menghiraukan
balasan Paijo tersebut. Keduanya kini terlibat saling adu
pukulan dan tendangan namun pukulan Alfi lebih banyak yang
mendarat. Terus menerus dihajar Paijo tak tahan juga. Wajah
anak itu sudah babak belur. Keadaan kamarpun jadi
berantakan akibat pergumulan kedua pemuda itu. Sandra dan
bik Iyah sudah kewalahan melerai perkelahian itu. Untung saja
Dian dan Nadine segera datang di tempat itu. Mereka
bergegas kesana setelah mendengar kegaduhan ini. Setelah di
bantu oleh kedua sahabatnya barulah mereka dapat
memisahkan pergumulan itu. Sandra berdiri di antara ke dua
pemuda itu sehingga menghalangi usaha Alfi buat kembali
menghajar Paijo.
"Apa-apaan kamu FI!!" ujar Sandra sambil mendorong tubuh
Alfi dengan keras.
Selain berang melihat semua perlakuan kasar Alfi pada Paijo
juga karena sejak tadi Alfi tak lagi menghiraukan kata-
katanya. Paijo terlihat meringis kesakitan. Pada wajahnya
nampak lebam sementara dari hidungnya mengucur darah.
Sementara Alfi sendiri juga tak luput dari cidera nampak
beberapa memar-memar pada bagian wajahnya.
"Kakak minggir!! Alfi belum puas menghajarnya!!" Alfi
bertambah berang mendengar pembelaan Sandra buat Paijo.
Ketika ia berusaha buat kembali menyerang saingannya
itu....PLAKK!! sebuah tamparan keras Sandra mendarat di
pipinya dan membuatnya tertegun. Betapa menyakitkan
rasanya namun bukan pipinya yang perih melainkan hatinya.
Tindakan Sandra itu sungguh di luar dugaannya. Belum
pernah selama ini ia melihat Sandra terlihat begitu marahnya
dan berlaku kasar kepadanya. Tak hanya Alfi semua yang ada
di ruangan itu terkejut melihat hal itu.
"Kakk? Kenapa?..."
"Kau memang patut menerimanya! Datang-datang langsung
main pukul. Kau benar-benar keterlaluan dan sudah tak
menghargai aku lagi!"
Bola mata Alfi mendadak terasa perih. Sia-sia ia saja
berusaha keras menahan butiran air bening yang hendak
meleleh dari sudut mata-nya. Sebenarnya ia tak ingin terlihat
cengeng di depan si pengganggu itu. apalagi ia memang tak
pernah menangis sebelumnya. Tapi semua ini sudah di luar
kendali.
"Aneh kok malah kamu yang nangis?! Padahal si Paijo-lah
sang korban di sini!" ujar Sandra sebal
"Kak! Alfi tidak suka melihat kakak bersama dia!"
"Huh! ..Apa hakmu melarangku bersama dengan pria lain?
Bukankah selama ini aku juga tak pernah menghalangi dirimu
utuk tidur dengan wanita lain?! Lantas mengapa kini aku tidak
boleh melakukan hal yang sama sepertimu?"
"Tapi Kak.. kenapa kakak lakukan ini?!! Apa salah Alfi?!"
"Harusnya kau bisa mengingat bagaimana kau dengan
seenaknya memperlakukan diriku selama ini. Dimanakah
dirimu di saat-saat aku membutuhkanmu?"
"Kakk..Alfii benar-benar minta maaf soal itu. Alfi berjanji tak
akan mengulanginya lagi tapi suruh anak itu pergi kak...Alfi
mohonn!" ujar Alfi sambil meraih tangan Sandra Sandra dan
menciumnya dengan harapan Sandra mau mengabulkan
permintaannya. Ia benar-benar tak menyangka jika
perbuatannya selama ini telah membuat Sandra berpaling ke
orang lain.
"Dasar egois! Semudah itu kau mengucapkan maaf! Tidak
bisa. Saat ini aku hanya ingin Paijo yang menemaniku. Kau
bisa toh bersama yang lain. Sekarang lepaskan tanganku!"
Sandra berusaha menarik tangannya namun Alfi masih belum
mau melepaskannya.
"Tidakk Kaakk...tolongg jangan lakukan ituu Alfi cinta sama
kakak!! Alfi sayang sama kakak!!" pekik Alfi dengan suara
pecah bercampur tangis sambil tetap menggengam jemari
Sandra. Ia tak tahu lagi bagaimana caranya agar Sandra
kembali kepadanya.
"Apa kau bilang? Cinta? Huh! Coba kau tanyakan pada dirimu
sendiri, benarkah yang ada di dasar hatimu itu adalah sebuah
cinta? Omong kosong! Apa yang telah kita lakukan selama ini
tak lebih hanyalah ungkapan napsu birahi semata!"
"Tidak kakk...Percayalah kak! Alfi benar-benar cinta dan
sayang pada kakaaak"
"Cukup! Aku tak ingin mendengar itu lagi. Dan lepaskan
tanganku atau aku tak bakalan sudi lagi bertemu denganmu."
Alfi terpaksa melepas tangan pujaannya itu.
"Mulai sekarang aku tak ingin lagi kau mencampuri
hubunganku dengan Paijo! Apabila kau tak suka kau boleh
angkat kaki dari sini!"
"K..ak.." Suara Alfi tercekat dikerongkongan. ia sungguh tak
menyangka Sandra, kekasih, cintanya itu mampu
mengeluarkan perkataan setega itu padanya. Apakah ia telah
lupa saat-saat kala mereka berdua menumpahkan kasih
sayang? Apakah benar semua itu hanyalah gairah semata?
"Mari Jo biar aku obati dulu wajahmu!" ujar Sandra tanpa
menghiraukan Alfi lagi. Lalu ia membalikan badan sambil
membimbing Paijo masuk ke dalam kamarnya.
Alfi merasakan hatinya bertambah perih mendengar kalimat
terakhir dari Sandra barusan.
Alfi sudah tak lagi berusaha mengejar Sandra ataupun Paijo.
Ia duduk terhenyak di sebuah kursi lalu meletakan kepalanya
di meja sambil tersedu-sedu. Kejadian ini benar-benar telah
mencabik-cabik perasaannya. Nadine dan Dian yang sejak
tadi menyaksikan semua itu tak dapat berkata apa-apa. Alfi
menepis tangan bik Iyah yang hendak membantu memoleskan
balsem pada pipinya yang mulai bengkak.
"Biar saya saja yang mengobati Alfi Bik" ujar Nadine
Wanita tua itu akhirnya meninggalkan mereka.
"Fi ayo kita ke Paviliun nanti kakak akan menjelaskan
semuanya"
******************************
"Fi Mari biar kuobati dulu memarmu" ujar Nadine saat mereka
berada di Paviliun.
"Tidak usah kak. Biarkan saja."
"Jangan begitu. Nanti sakit dan bekasnya tidak hilang-hilang
jika tak di obati"
"Sepuluh kali lebih sakit dari ini masih bisa Alfi tahan
ketimbang perih di hati Alfi sekarang. Perasaan Alfi benar-
benar sungguh hancur kak"
"Iya iya kakak tahu itu...sekarang diam sejenak biar balsam ini
tak kena matamu"
Alfi masih bermuka masam saat pipinya di olesi dengan
balsem oleh Nadine.
Kesedihan hatinya terasa menghimpit dadanya beberapa kali
lipat dari sebelumnya. Benarkah Sandra sudah tak lagi
memiliki perasaan sayang terhadapnya.Dan apa yang menjadi
keistimewaan anak itu sehingga Sandra lebih memilih anak itu
ketimbang dirinya? pikir Alfi heran. Pastilah si Paijo
bertambah jumawa dan merasa besar kepala akibat
pembelaan Sandra terhadapnya.
"Fi, biarkan saja kak Sandra-mu. Lagian kan masih ada kami
Fi" ujar Dian.
"Kok kakak malah belain anak itu? bahkan kakak berdua tak
pernah memberi tahu Alfi padahal sudah tahu hal ini sejak
lama"
"Fi jangan salah paham. Kami cuma ingin membantu kak
Sandra-mu bukannya Paijo"
"Sama saja kak. Tetap saja si Paijo yang dapat enaknya!"
"Jangan-jangan.. kakak berdua juga pernah.....?" pertanyaan
itu tiba-tiba saja melintas di benaknya, hatinya bergetar
penuh kekuatiran karena baru menyadari ada kemungkinan
bocah kampung itu bertualang lebih jauh di dalam wilayah
kekuasaannya.
Sejenak Dian dan Nadine diam.. Kedua gadis itu diam sejenak
karena hendak mencari kata-kata yang pas buat
menjelaskannya pada Alfi. Terutama Dian yang pernah tidur
dengan Paijo. Namun Alfi yang sedang sedih dan kesal
langsung dapat menangkap dan mengartikan kediaman
mereka.
"Benarkan kak?!" kejar Alfi bertambah penasaran dengan
kediaman mereka berdua.
Tiba-tiba ia teringat akan bekas cupangan pada dada Dian
tempo hari. Lalu membanding-bandingkannya dengan apa
yang tadi siang ia lihat di dada Sandra.
"Itu tidak benar, Fi" jawab Nadine.
Alfi maju ke arah Dian. Lalu dengan sigap ia membuka satu
persatu kancing blouse Dian.
"Fi kamu mau apaa?" tanya Dian heran melihat perbuatan
Alfi.
Meski sudah hampir hilang namun ia masih dapat melihat
tebaran cupangan secara samara-samar di permukaan dada
Dian.
"Ini apa! Tuhh kan sama dengan kak Sandra!...berarti
pernah!...Woaahhhh!!!" Alfi tak dapat menahan kekesalan dan
kesedihannya ia menangis meraung sejadi-jadinya. Ia sungguh
tak rela para bidadarinya di jarah satu persatu oleh Paijo.
"Baik Fi kakak ngaku! kakak memang pernah melakukannya
tapi cuma sekali dan karena iseng saja Kok dan kakak berjanji
tak bakal mengulanginya lagi." ujar Dian berkilah.
Sebenarnya ia juga kesal akan ulah Paijo yang melakukan
cupangan saat bercinta dengannya. Bikin repot orang saja!
Gerutu Dian dalam hati. Pasti Alfi tadi sempat melihat kondisi
tubuh Sandra yang mirip dengan yang ada ditubuhnya saat ini
sehingga Alfi dapat menduga dan membuktikan secara tepat
bahwa itu adalah bekas percintaan yang telah ditinggalkan
oleh Paijo.
"Sama saja!! Huu..huu berarti kakak semuanya telah
menghianati cinta Alfi!" teriak kesal anak itu membaur dengan
tangis.
Nadine dan Dian benar-benar merasa iba sebab ia belum
pernah melihat Alfi sesedih ini. Namun mereka berdua nyaris
tertawa karena geli akan ucapan Alfi itu. sekuat tenaga
mereka menahan keinginan tawa mereka sebab tak ingin
kekesalan Alfi semakin menjadi-jadi. Memang terkadang
mereka sendiri tak begitu yakin apakah kata 'cinta' yang
kerap Alfi ucapkan pada mereka itu adalah sebuah cinta yang
sesungguhnya atau cuma ungkapan rasa suka yang
berlebihan yang lebih didasari oleh nafsu birahi semata.
"Ihh...apa juga kataku!" ujar Nadine membesarkan bola
matanya pada Dian sambil berusaha menenangkan anak itu.
"Pasti kakak juga begitu, kan?!" kali ini pandangan Alfi tertuju
kepada Nadine.
"Fi dengar dulu! Sungguh cuma Sandra dan aku yang pernah
berhubungan intim dengan-nya, kak Nadine-mu tidak mau
ikut-ikutan Fi. kamu boleh periksa kalau tak percaya" jelas
Dian
"Alfi tetap tidak terima!! Whu huuu huu..." tangis Alfi tak juga
mereda meski tahu seorang bidadarinya tak sampai ikut di
'makan' Paijo. Ia tetap merasa rugi terutama menyangkut
soal Sandra sang bidadari utamanya.
****************************
Hari mulai gelap tapi Alfi belum dapat menghilangkan
kesedihan hatinya. Ia duduk diberanda paviliun sambil terus
menatap ke arah jendela kamar Sandra. Nadine mengeleng-
gelengkan kepala melihat tingkah Alfi tersebut lalu. Ketika
malam semakin larut. Alfi bertekat masuk untuk menemui
Sandra. Ia ingin meminta maaf atas kejadian tadi sore dengan
harapan kali ini Sandra mau kembali padanya dan mengusir
Paijo. Ia juga takut jika aksi Paijo akan makin melebar ke
bidadarinya yang lain. Namun rasa penasarannya malah
membuat hatinya bertambah sakit. Dari celah pintu kamar Ia
harus menyaksikan bagaimana Paijo menujukan dominasi dan
legitimasinya atas tubuh wanita yang paling ia sayangi itu
sekaligus memberikan sebuah orgasme.
"Jooo.....akuuu...dapettttt!!! Oughhhhh!!" tubuh Sandra
tersentak-sentak dalam letupan kenikmatan dasyat itu.
Paijo mendekap pinggang Sandra sambil melakukan tusukan
jauh. Sandrapun menyambutnya dengan mengangkat
pinggulnya tinggi-tinggi sehingga Pubicnya yang tertutup
rapat oleh bulu-bulu itu melekat kuat pada pubic hitam Paijo.
Saat inilah yang sangat dinanti-nantikan Paijo. Seperti yang
sudah-sudah disaat orgasme vagina Sandra akan menghisap
penisnya secara kuat dan akan membawa ikut dirinya
mengalami ejakulasi yang sangat enak secara bersamaan.
Crettt...creettt...creettt
"Oghhhhh...buuuu..enakkkk!!!" pekik Paijo tertahan, air
maninya bermuncratan hingga meluber keluar dari sela-sela
tautan kemaluan mereka.
Ketika itu Sandra menoleh ke arah pintu. Ia melihat wajah
penuh kesedihan Alfi di sana. Ia jadi merasa iba dan tak tega
juga melihat kedua pipi Alfi telah basah oleh air mata. Walau
bagaimanapun anak itu sudah mempunyai tempat di dalam
hatinya. Perkataan kasarnya tadi sore ia ucapkan hanya
karena tak suka melihat Alfi memukul Paijo. Sandra
berencana akan menemui Alfi dan menjelaskan semuanya
besok pagi setelah hati anak itu agak tenang. Alfi kembali lagi
ke Paviliun. Baru kali ini ia merasakan menjadi orang yang
kalah. Menyaksikan secara langsung proses penyetorkan benih
bayi oleh Paijo kepada Sandra membuatnya limbung tak
bertenaga.
"Bukankah tadi kakak sudah melarang kamu ke sana Fi?" ujar
Nadine melihat Alfi duduk melamun di teras tanpa
menghiraukan puluhan nyamuk lapar berebut mengigitinya..
Akhirnya Nadine memutuskan untuk membawa Alfi pergi ke
rumah Niken malam itu selain merasa kasihan juga karena
kuatir Alfi menjadi tak dapat mengendalikan emosinya
sehingga terulang lagi keributan seperti tadi siang dengan
Paijo.
*************************
Malam sudah semakin larut ketika mereka tiba di rumah
Donnie dan Niken
"Gwha..ha.haa!" terdengar gelak tawa Donnie setelah
mendengarkan penuturan dari Alfi padanya. Matanya sampai
berair karena tak kuat menahan geli.
"Loh kok kak Donnie malah tertawa seperti itu? kakak ikut
senang ya melihat Alfi apes seperti ini" ujar Alfi bertambah
kesal.
"Bukan begitu Fi...ha ha aku cuma teringat kejadian dulu
ketika aku pertama kali melihat kau meniduri kak Niken-mu.
Aku tak menyangka ternyata kamu-pun bisa merasakan
kecemburuan..Ha.ha,ha!"
"Sudahlah mas. Nanti Alfi makin sedih" ujar Niken yang
sedang menyusui si Fini kecil.
"Iya ya...maaf kakak Fi. tapi percayalah kakak juga tidak suka
orang asing masuk ke dalam 'lingkungan' kita. Tapi kakak
juga tidak setuju jika kamu langsung main pukul seperti itu."
"Alfi kesal sekali kak! Alfi tidak rela kak Sandra digituin sama
dia! Dan gara-gara dia Alfi dicampakan kak Sandra. Rasanya
Alfi ingin dia itu... arghhh!!" ujar Alfi meremas rambutnya
karena kekesalannya kembali memucak saat teringat akan
pemandangan yang dilihatnya di dalam kamar Sandra tadi
sore.
"Sabar dulu Fi. sebaiknya kamu jangan berprasangka buruk
dulu terhadap Sandra. Kupikir Sandra tak sampai
membencimu. Ia hanya marah karena kamu memukul
Paijo"ujar Niken
"Sudahlah, besok-besok biarlah Niken yang akan berbicara
pada Sandra soal ini. Sekarang kamu nginap saja dulu di sini.
Dan untuk sementara waktu selama anak itu masih di rumah
Sandra sebaiknya kamu tidak usah ke sana-sana dulu"
"Nien..aku pulang dulu. Kasihan Alfina sejak pagi ia kutinggal
sama ibu di rumah" ujar Nadine.
*****************************
Setelah Nadine pergi.
"Fi, kamu tidur dengan kak Dian-mu di kamar bawah ya"
bujuk Niken.
"Alfi ngga mau tidur sama kak Dian! Alfi mau ke rumah kak
Lila saja malam ini"
"Aduh Fi, kakak kan sudah minta maaf tadi" ujar Dian jadi
ikut-ikutan merajuk.
"Sudah..sudah ...kamu sama kakak malam ini Fi" ujar Niken
berusaha menengahi keributan kecil itu.
"Nien, ini kan belum sampai empat puluh hari?" Tanya
Donnie.
"Ga pa pa kok mas, rasanya aku sudah bersih sekarang"
jawab Niken.
Malam itu setelah menidurkan putrinya. Niken kembali
melakukan persetubuhan dengan Alfi.setelah tiga bulan
berpisah ranjang Meski belum sampai empat puluh hari sejak
ia melahirkan. Wanita cantik itu rela melakukan itu demi
membuang kesedihan Alfi. Percintaan itu berlangsung di
hadapan suaminya. Donnie tahu selain Sandra hanya istriya
yang memiliki ikatan batin begitu besar dengan Alfi. Niken
memang mampu membuat hati Alfi nyaman. Namun penis
besar Alfi lumayan membuat Niken sedikit kesakitan pada
saat penetrasi.
"Nien kamu ga pa pa kan?" Tanya Donnie melihat bercak
merah menyelimuti kulit penis Alfi. Penuh sekali belahan
vagina istrinya itu. Alfi memang sudah sangat kangen dengan
mantan gurunya itu. Ia melakukan genjotan dalam tempo
yang sangat lambat. Seakan ingin menikmati setiap gesekan
kulit penisnya dengan kelembutan liang senggama Niken.
Liang senggama Niken-pun tak berubah sama sekali setelah
melahirkan. Alfipun kali ini dapat menikmati air susu Niken
sepuasnya sambil menikmati lumatan istimewa liang vagina
Niken.
"He e mas....Cuma perih sedikit"
"Tapi enak kan?"
"He em enak banget" ujar Niken sambil tersenyum geli.
Malam itu Donnie bukan saja tak dapat porsi ia juga harus
rela Alfi mengambil 'keperawanan kedua' istrinya. Ia harus
puas dengan hanya beronani karena Alfi tak pernah
sekejabpun melepaskan dekapannya dari tubuh Niken.
Pantatnya yang bulat terus menerus berayun dan hanya
sesekali saja berhenti henti sepanjang persetubuhan. selama
itu juga erangan demi erangan kenikmatan mereka berdua
silih berganti menambah panasnya percintaan itu.
"Oughhhh Fii!! Kakak dapetttt!!" pekik Niken ketika
orgasmenya menjelang. Itu sudah yang kesekian baginya.
"Ohh kakk ...Alfiii juga dapett!"
Crotttt...crottt..crottt..
Alfi belum mereda. Tapi ia sadar Niken perlu banyak
beristirahat karena harus bangun malam menyusui putri
mereka. Alfi mengecup kening Niken lalu bangkit dari tempat
tidur.
"Loh Fi, mau kemana?" Tanya Donnie heran.
"Alfi ga mau kak Niken kelelahan. Biar Alfi sama kak Dian
dulu"
Niken tersenyum.
"Baiklah. Tapi jangan bertengkar lagi ya"
"Iya kak"
"Mas di sini saja. Biarkan mereka berdua" ujar Niken
mencegah Donnie ikut-ikutan bangkit.
Tanpa mengenakan pakaiannya lagi, Alfi pindah ke kamar
bawah di mana Dian sedang terbaring sendirian di sana.
"Oh Fi..Kamu?"
Alfi naik ke tempat tidur. Langsung membekap bibir Dian
dengan ciuman membara. Dian membalas ciuman itu.
Tangannya melingkar di leher Alfi. Satu persatu kancing baju
tidurnya terlepas sehingga dadanya yang tak terbungkus lagi
oleh Bra itu membusung terkeluar . Ciuman Alfi beralih dari
bibir menuju leher jenjang Dian. Menjelajahi tiap jengkal
permukaan kulit halus itu hingga sampai pada kedua bukit
kembar indah di dada Dian.
"Engggg Fiii" desahnya manja ketika bibir Alfi melumat salah
satu puting susunya
Dian menggeliat dan mengerang menahan nikmat yang
diberikan Alfi.
"Ohh Fiii.. masukinn kakak sudah pingin banget" bisik Dian
sambil menarik celana dalamnya kesamping memungkinkan
penis Alfi menyusup ke dalam miliknya.
Alfi membentangkan kedua paha kekasihnya itu sambil
mengarahkan ujung kulupnya ke vagina Dian yang tertutup
oleh bulu-bulu halus nan lebat. Alfi menekan pantatnya
perlahan. Lalu sedikit demi sedikit penisnya tenggelam.
Menuju kedalaman paling dasar dari liang senggama Dian.
"Argghh..." Dian menggelepar saat mulut rahimnya tertekan
oleh ujung kulup Alfi.
Penuh sekali. Benda yang pernah merobek keperawanannya
dulu itu sudah tubuh secara sempurna seiring kedewasaan
Alfi. Tak ada lelaki lain yang dapat menandinginya. Alfi
mendiamkan penisnya. Ia belum mengocok sambil
memandangi wajah cantik Dian di bawah temaram lampu
kamar. Dian-pun balas menatapnya.
"Hmm kamu sudah memaafkan kakak, sayang?"
"Kakak.. berjanjilah untuk tidak melakukannya sama Paijo
lagi"
"Tentu sayang. Kakak berjanji"
Mereka kembali berciuman secara panas. Alfi-pun mulai
mengayunkan pinggulnya memulai percintaannya di malam
yang panjang dan sahdu itu. Dian benar-benar dibuat Alfi tak
berdaya. Ia menggelepar dalam keindahan multiorgasme di
sepanjang persetubuhan berlangsung. Tubuh keduanya terus
berayun dalam ritme yang harmoni.
Mereka bercinta kurang lebih dua jam dan setelah Alfi
mendapat orgasmenya yang ke tiga barulah segalanya
berhenti. Mereka tertidur tetap dalam posisi missionary
dengan penis Alfi masih menancap pada vagina Dian.
Setidaknya percintaan dengan kedua wanita malam itu bisa
membawa ketenangan sementara bagi jiwa Alfi yang sedang
terguncang.
***************************
Esok harinya di apartement Robert dan Lila
"Fi, kak Sandra-mu melakukan itu agar ia dapat hamil
bukannya semata-mata karena benci atau bosan padamu"
ujar Robert. Ia sudah mendapat penjelasan dari Nadine
tentang kejadian malam itu.
"Tapi mengapa harus sama Paijo? Pokoknya Alfi ngga rela!"
"Haihh.....kamu sayang dengan Kak Sandra-mu kan Fi?"
"Iya lah kak buktinya Alfi sedih begini. Kok ditanya lagi"
"Fi... Sayang dan cinta adalah sesuatu anugrah yg kita terima
datang dengan sendirinya tanpa harus memikirkan untung dan
rugi terhadap apapun. Tapi rasa sayang dan cinta itu tak
hanya sekedar ucapan dibibir saja. Atau ditunjukan dengan
seks yang menggebu-gebu. Cinta butuh lebih dari itu. Ia
butuh sebuah pengorbanan yang kita beri tanpa rasa pamrih
ikhlas dan tulus tanpa mengharapkan balasan apa-apa. Cinta
itu akan menjadi sesuatu yang lebih indah ketika kita bisa
berkorban buat kebahagian orang yang kita cintai. Walau
pengorbanan itu menjadi hal yang menyakitkan buat kita. Aku
tahu kali ini kasusnya berbeda dengan sewaktu kau merelakan
Kak Lila-mu menikah denganku dulu tapi justru saat inilah
sebenarnya rasa cinta dan kasih sayangmu terhadap Sandra
diuji. Walaupun ini terasa sangat berat buatmu, tapi aku
berharap kau bisa melalui ujianmu ini. Bukankah ada
ungkapan yang berbunyi seperti ini 'cinta dan sayang itu akan
selalu abadi di hatimu walau kau tak dapat memiliki balasan
dari orang yang kau cintai itu'.
"Alfi ngga suka dengar ungkapan itu kak" ujar Alfi cemberut.
"Suka atau tidak suka kamu harus mau menerima kenyataan
yang menyakitkan ini demi kebahagiaan Sandra , Fi. Itu bila
kamu benar-benar mencintai kak Sandra-mu"
"Lantas... Alfi harus gimana sekarangg kak?"
"Saat ini biarkanlah kak Sandra-mu menjalin hubungan
bersama dengan Paijo. Kamu harus rela sebab Sandra juga
berhak mendapatkan apa yang ia dambakan selama ini dan
hal tersebut tak dapat kamu berikan. Dan aku yakin hubungan
mereka hanya berlangsung hingga Sandra memperoleh
kehamilan."
Membiarkan Paijo anak udik itu bersama bidadarinya? Apa
yang lebih menyakitkan dari itu?
"Kamu paham dan mau menuruti semua ucapanku Fi?"
"i..yaa..pa.ham ..kaak hk hk huh u " jawab Alfi. tubuhnya
terguncang-guncang sambil terisak-isak ia tak menyangka
begitu menyakitkan sebuah pengorbanan itu.
"Bagus itu baru namanya seorang lelaki jantan" ujar Robert
berusaha membuat hati Alfi lebih tegar.
"Satu hal lagi. Kau harus menjaga jangan sampai hal ini
sampai terdengar oleh Didiet agar tak menimbulkan
permasalahan bagi perkawinan mereka berdua".
"Kamu harus tabah ya Fi" hibur Lila. Ia sesungguhnya ingin
menghibur anak itu dengan sebuah percintaan namun
berhubung usia kandungannya sudah memasuki masa-masa
rawan maka ia tak dapat berbuat apa-apa kecuali
menghiburnya dengan ucapan.
*********************************
Satu minggu sudah kejadian itu berlalu. Alfi tak pernah lagi
menampakkan batang hidungnya di rumah Sandra. Tak terasa
liburan kenaikan kelas bagi Alfi-pun tiba. Hingga pada sebuah
siang. Terlihat Paijo sedang tertiduran di ruang strika. Sejak
bercinta dengan Sandra. Ia menjadi sering ketiduran di siang
hari bolong. Fisiknya tak mampu bekerja rangkap siang dan
malam. Saat ia terjaga dari tidur lelapnya. tiba-tiba saja ia
terkejut bukan main.
"Eh Ohh..jangkrikk! Kamuuu mauu a.paa.?"ujar Paijo terkejut
bercampur gugup melihat orang yang menyerangnya beberapa
hari yang lalu kini tengah duduk di samping tempat ia tertidur.
"Tenang Jo. Bila aku ingin mencelakaimu itu bisa saja aku
lakukan sejak tadi saat kau tidur"
"Sebaiknya kamu keluar dari sini atau saya bakal lapor ke bu
Sandra!"
"Silakan saja bilang ke kakak. Aku tidak takut kok
Tapii ..Ehem..kudengar-dengar kamu punya istri di kampung
ya dan kabarnya dia itu mantan bunga desa"
"Kamu kamuu..mau apa?"
"Kasihan dia pastilah sangat kesepian karena lama ditinggal
suami merantau. Aku rasanya ingin sekali mampir menengok
ke desamu sekaligus mencicipi bagaimana rasanya nikmatnya
jepitan memek seorang perempuan kampung. Meski sedang
hamil yah...lumayanlah."
"Setaann!!" ujar Paijo berang.
Ia tak dapat menahan emosinya mendengar ucapan-ucapan
Alfi tentang Surti.. Ia bangkit dari kursi dengan kedua tangan
terjulur mengarah ke leher Alfi. Namun Alfi tak tinggal diam.
Sebelum tangan Paijo berhasil meraihnya, dengan mudahnya
ia menghindar dan menangkap lengan Paijo lalu memuntirnya
sehingga tubuh Paijo hilang keseimbangan dan jatuh
terterungkup di lantai. Kini Paijo benar-benar tak dapat
berkutik Posisi Alfi tepat menindih punggungnya sementara
tangan kanannyapun terkunci dibelakang. Alfi tetap bukanlah
tandingan Paijo. Meski dari ukuran fisik dan usia mereka tak
jauh berbeda. Gemblengan ilmu bela diri dari Donnie sudah
banyak yang ia kuasai dengan sempurna sekarang.
Kali ini Alfi bertindak lebih tenang tak seperti pada hari saat
mereka pertama kali berkelahi.
"Aduhhh... sakittt!!!Lepaskan!!" teriak Paijo. Tapi ia baru
teringat kalau bu denya sedang tak di rumah saat itu.
Harapannya tinggal pada Sandra yang mudah-mudahan dapat
mendengar jeritannya.
"Silakan berteriak maka akupun akan sekalian mematahkan
batang lehermu." Ancam Alfi. Ia membuktikan ancamannya
dengan memutar kunciannya lebih jauh sehingga membuat
Paijo semakin kesakitan.
"Ampunnn kang...lepaskan saya ...sakittt!! Hu huuu huu" rintih
Paijo yang juga mulai meratap dan menangis. Ia benar-benar
tak berdaya kali ini.
"Huh! Kau sendiri yang datang mencari gara-gara. Sudah
punya istri tapi masih mau menggangu milik orang lain.
Tidakkah kau berpikir sia -sia saja penantian istrimu selama
ini. Entah bagaimana perasaannya ketika mendengar
suaminya bukannya mencari uang buat biaya ia melahirkan
tapi malahan enak-enakan bikin bayi baru di rantauan." Ujar
Alfi mengkuliahi Paijo.
"Ja..gaannn ...toloongg jangann ganggu Surtiii Kangg...apalagi
katakan hal itu padanya. Aku tak ingin ia tahu dan sedih...
sayaa akan meninggalkan tempat ini sekarang juga bila itu
mau akang ..huh ..huuu..." mohon Paijo dalam tangisnya. Ia
menjadi sangat ketakutan bila perbuatannya bakal diketahui
oleh Surti dan gadis itu akan meninggalkan dirinya.
Tiba-tiba Alfi mengendorkan kunciannya. Ia juga melepaskan
tindihannya pada punggung Paijo sehingga anak kampung itu
terbebas. Alfi duduk terhenyak bersandar di dinding. Ia diam
dan bahkan tak lagi memperdulikan Paijo. Matanya hanya
menatap ke depan dengan pandangan kosong. Paijo pun
duduk sambil memegang pergelangannya yang masih
menyisahkan sakit. Ia heran melihat perubahan sikap Alfi
yang tak segarang tadi. Meskipun demikian hatinya sudah
ciut buat melawan.
"Hei! Mau kemana kamu?!" tanya Alfi saat Paijo bangkit
hendak meninggalkannya.
"M..mau berkemas buat pulang ke kampung kang"
"Bego! siapa suruh kamu pulang!"
"bu..bukankah itu maunya akang?" tanyanya bingung
bercampur takut.
"Aku justru tak ingin kamu pergi karena aku tak ingin kak
Sandra menjadi sedih"
"Lantas saya harus bagaimana sekarang kang?"
"Aku kemari bukannya buat menghalangi hubungan kalian.
Aku bahkan tak akan mengganggumu lagi setelah ini." Alfi
diam sejenak. Mengumpulkan kekuatan hatinya untuk
mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan baginya
sendiri. Berkali-kali ia menelan ludahnya sebelum akhirnya
meneruskan perkataannya dengan suara bergetar "Aku... cuma
ingin berpesan padamu agar kau harus berusaha membuat
kak Sandra bahagia dengan... sebuah ..kehamilan".
"Haa..?" ujar Paijo bengong karena bingung. Ia heran Alfi rela
membiarkan ia terus melakukan percintaannya dengan
Sandra. Bukankah kemarin bocah saingannya ini begitu
membencinya. Tapi dibalik itu ia senang bukan main berarti
tak ada lagi penghalang bagi hubungannya dengan
majikannya yang molek itu.
"Eh malah bengong!" hardik Alfi sebal.
"B..bbaik kang. Saya tak bakalan mengecewakan kang Alfi"
"Bagus! Tapi ingat! Jangan pernah ganggu kak Dian lagi
ataupun kak Nadine. Urusanmu di sini hanya buat membuat
kak Sandra hamil. Lalu setelah kau berhasil. Kau-pun harus
segera minggat dari sini selamanya"
"Baik kang" Jawab Paijo setuju. Huh! apa hakmu berkata
demikian ujar Paijo dalam hati. Itu kan tergantung
sepenuhnya pada mereka sendiri. Paijo menduga dan yakin
jika para wanita di rumah itu sebenarnya lebih suka
kepadanya ketimbang Alfi. Tapi saat ini biarlah ia mengalah
dulu dan berpura-pura menurut sebab ia tak mungkin bisa
menang menghadapi Alfi.
"Ada sesuatu hal lagi"
"Ya kang?"
"Jangan sampai hal ini sampai diketahui oleh orang lain luar"
"Kang Alfi tenang saja, saya tidak mungkin melakukan itu".
ujar Paijo dengan pedenya.
"Kamu jangan asal berjanji Jo! Kau tahu apa yang akan aku
lakukan padamu apabila perkawinan kak Sandra dan Kak
Didiet sampai hancur gara-gara mulutmu yang longcer itu?"
"Tii..dak. Memangnya apa yang akan akang lakukan?" Paijo
kembali merasakan sesuatu yang tidak enak dari suara dingin
yang Alfi sedingin tatapan matanya.
"Aku akan mencarimu Jo. Setelah ketemu.... Lalu dengan
tanganku sendiri aku akan mengiris-iris barang-mu yang
pendek itu menjadi potongan-potongan yang kecil. Dan aku
akan melakukan itu dengan sangat perlahan hingga saat itu
terjadi kau tak akan tahu lagi perbedaan antara hidup dan
mati."
"Aduhh!!.. A..ampun kangg. Jangan lakukan itu pada saya.
Saya akan melakukan semua perintah akang dan percayalah
saya akan pegang janji!" ujar Paijo tergagap ketakutan. Ia
terperanjat bukan main mendengar ucapan terakhir dari Alfi
tersebut. Meski Alfi mengucapkan kalimat tersebut dengan
suara yang datar namun justru sangat membuat ia merasa
'Syok!'. Ia yakin sekali jika Alfi akan melaksanakan ancaman
yang di arahkan kepada dirinya tersebut. Sungguh iapun tak
menyangka sedemikian besarnya perhatian dan kasih sayang
pemuda disampingnya itu pada Sandra sehingga membuatnya
sanggup berkata sedemikian mengerikan-nya.
Alfi bangkit meninggalkan Paijo yang masih terbengong
ketakutan dalam imajinasinya. Lalu ia melintas ke dalam
rumah menuju ke kamar Sandra. Saat ia masuk ke dalam
kamar, Ia melihat bidadarinya tergolek dalam keadaan tertidur
lelap. Sebetulnya ia kangen sekali pada wanita itu namun
sepertinya ia sedang tak ingin berlama-lama di sana. Lalu Ia
mendekat dan dengan lembut ia kecup kening Sandra.
Perlahan sekali karena ia tak ingin Sandra terganggu dan
terbangun dari tidurnya. Lalu ia bangkit dan pergi keluar dari
kamar.
"Fii..tunggu" terdengar suara lembut yang sangat ia rindukan
memanggil namanya.
Alfi menoleh ternyata Sandra telah duduk pinggir tempat tidur.
Sebenarnya Sandra memang sedang tidak tidur. Mulanya ia
sangat gembira mengetahui yang datang ke kamarnya adalah
Alfi. Bahkan tadinya ia berpikir Alfi kembali ke rumah untuk
bercinta dengannya siang ini. Ternyata dugaannya meleset.
Alfi hanya mengecup keningnya.
"Kakak?..maaf telah membuat kakak terbangun. Sebetulnya
tadi Alfi ingin pamitan dengan kakak"
"Memangnya kamu mau hendak pergi kemana?" Tanya
Sandra heran. Ia baru menyadari ketika melihat sebuah ransel
besar pada punggung Alfi menandakan anak itu memang
dalam keadaan siap untuk menempuh sebuah perjalanan.
"Kak. hari ini Alfi tujuh belas tahun" ujar Alfi tanpa menjawab
pertanyaan Sandra barusan.
"Oh..sayangg benarkah?.."
"Ya kak. Dan Alfi juga naik kelas"
Sandra mendekat dan langsung memeluknya. Lalu mengecup
bibir anak itu dengan mesra. mereka berciuman hangat.
"Kamu belum mengatakan kamu akan pergi kemana?" Tanya
Sandra lagi. Alfi mengendurkan dekapannya.
"Beberapa hari yang lalu sekolah sudah libur jadi Alfi
memutuskan untuk ikut bang Wayan pimpinan regu pendaki
gunung buat mendaki gunung XX hari ini"
"Loh? Bukankah kakak sudah melarang kamu buat ikut
kegiatan itu Fi?" ujar Sandra cemas. Apakah si Wayan itu
sudah gila membiarkan para pemula seperti Alfi ikut mendaki
bersama mereka. Ia tahu gunung XX adalah gunung tertinggi
di antara beberapa gunung di gugusan itu. Bahkan saat ia
masih kuliah dulu pernah terjadi beberapa pendaki hilang dan
tak pernah kembali lagi dari sana. Gunung itu memang
terkenal angker karena terlalu sering memakan korban. Para
pendaki mengatakan bahwa gunung itu memiliki lereng-lereng
yang sangat curam. Sebetulnya yang paling menakutkan
adalah seringnya muncul kabut tebal secara mendadak yang
dapat membuat para pendaki kehilangan arah dan pandangan.
Apakah tidak ada gunung lain yang lebih landai atau aman
buat didaki?.
"Alfi kan sudah hampir satu tahun ikut latihan mendaki. Jadi
tak ada yang perlu kakak kuatirkan. Lagian ada kak Wayan
bersama tim-nya yang akan mengawasi kami kok."
"Tapi Fi apa yang kamu lakukan itu penuh dengan resiko.
Kakak tetap tak mengijinkan kamu pergi"
"Kenapa kak? Ini adalah impian Alfi sejak lama. Bukankah
kakak juga berani mengambil resiko buat meraih impian kak
Sandra?"
Sandra terkejut. Ia ini adalah salah satu konsekuensi yang
harus ia terima akibat perbuatannya dengan Paijo. Setidaknya
hal itu juga yang telah membuat Alfi menjadi nekat seperti ini.
Sejak awal ia sudah dapat menerka jika Alfi bakal menolak
kehadiran Paijo. Namun karena hasratnya buat memiki bayi
begitu besar ia tetap juga melakukannya juga. Sekarang ia
harus menanggung segala resikonya. Termasuk pula resiko
yang bakal ia hadapi saat Didiet mengetahui hal itu.
"Fi apakah kamu masih marah pada kakak? Maafkan atas
perbuatan dan perkataan kakak tempo hari. Kakak tak
bermaksud menyakiti hatimu. Kakak mohon urungkan
kepergianmu" ujar Sandra tetap ngotot.
"Kakak sayang, Alfi tahu itu. Alfi tidak pernah membenci
kakak. Alfi justru sangat sayang pada kakak. Tapi jika Alfi
tetap di sini itu sama artinya kakak membiarkan Alfi mati
pelan-pelan dalam kesedihan karena melihat kakak bersama
Paijo. Ijinkanlah Alfi pergi kak Kakak harus percaya Alfi bisa
menjaga diri" mohon Alfi.
Sandra sadar semua ucapan Alfi benar adanya. Tapi ia
menjadi bingung karena dihadapkan dalam dua pilihan yang
sama beratnya. Dan ia harus memilih salah satu sekarang.
Bila ia tak ingin Alfi pergi. Tak ada jalan lain ia harus
memulangkan Paijo. Dan itu berarti ia harus rela melepas
segala keinginannya untuk memiliki seorang bayi.
Atau sebaliknya ia harus membiarkan Alfi pergi.
"Baiklah Sayangg, sekarang juga kakak akan meminta bik Iyah
memulangkan Paijo asalkan kamu tidak pergi ke gunung itu"
bujuk Sandra kali ini. Ia memutuskan untuk melepas
keinginannya. Ia sadar kini betapa besar arti Alfi dalam
kehidupannya. Ada lebih dari hanya sekedar sebuah ketakutan
bila terjadi sesuatu pada anak itu. Seakan merasakan ada
bagian dari dirinya yang bakal hilang.
"Tidak kak. Alfi tetap harus pergi" jawaban Alfi itu sungguh
mengejutkan sekaligus membuat Sandra bertambah bingung.
" Aduhhh Fiii...kakak harus bagaimana lagiii?"
"Alfi justru tak ingin menjadi penghalang bagi impian kakak.
Alfi sudah tak mampu memberikan sesuatu yang sangat
kakak dambakan selama ini. Alfi akan lebih merasa berdosa
membiarkan kakak kembali larut dalam kesedihan. Biarlah
semuanya berjalan dulu kak. Dengan demikian Alfi juga akan
tahu apakah ucapan kakak tempo hari benar jika apa yang
pernah kita lakukan selama ini hanyalah didasari oleh napsu
semata atau karena ada kasih sayang di situ. Alfi juga sudah
minta Paijo menemani dan menjaga kakak selama Alfi pergi. "
Apa? Alfi berbicara kepada Paijo? Ia memohon pada
saingannya itu? Sadarlah Sandra kini betapa besar rasa kasih
sayang Alfi kepada dirinya. Sebelum ia rela bekorban buat Alfi
ternyata anak itu sudah terlebih dulu melakukannya.
"Tapii Fi...kakak...kakakk..." Sandra kini sudah kehabisan akal
bagaimana caranya membuat Alfi mengurungkan niatnya pergi
ke gunung itu. Anak itu benar-benar tak dapat di cegah lagi
sekarang. Ia tak dapat lagi menahan butiran air matanya kali
ini Ia sebenarnya bukanlah seorang wanita yang cengeng dan
gampang menangis tapi dalam kemelut dan tekanan yang
datang silih berganti melanda dirinya mau tak mau
membuatnya menyerah dalam derai air mata. Alfi mendekat
lalu mengecup ke dua pipi Sandra.
"Kak ..Alfi pergi dulu. Jaga diri kakak baik-baik" bisiknya
lembut. Ia tahu Sandra tak akan memberinya ijin sampai
kapanpun. Tanpa menunggu lagi persetujuan Sandra, Lalu ia
memutuskan segera pergi dari situ sebelum tangis wanita
yang dicintainya itu pecah dan membuat hatinya goyah.
Bersambung ke bagian 3
Apa yang terjadi selanjutnya?
Apakah Alfi akan kembali dengan selamat?
Apakah Paijo berhasil membuat Sandra hamil
sekaligus menggantikan posisi Alfi
selamanya?.
Bagaimana pula sikap Didiet?

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.