Rabu, 04 Maret 2015

cinta sang bidadari buat alfi 3c

Cinta Sang Bidadari Buat Alfi 3C
Bagian 5: Conclusion (sebuah kesimpulan)
--
Terminal kedatangan bandara kota G,
Penerbangan dari kota S sudah lima belas menitan mendarat.
Penumpang pertama terlihat keluar dari pintu. Kemudian di
susul oleh penumpang berikutnya diiringi oleh seorang porter
yang menyeret sebuah troli yang penuh oleh tumpukan koper
dan barang lainnya. Dalam hitungan detik suasanapun
menjadi hiruk pikuk. Para supir taxi menyongsong setiap
penumpang yang keluar. Mereka memang selalu begitu.
Berebutan menawarkan jasa tanpa memikirkan kenyamanan
orang lain. Sementara itu beberapa petugas bandara sudah
semakin kewalahan menertipkan para penjemput yang
semakin menjejali pintu. Bandara Kota H memang kecil.
Ruangnya sempit dan pintu keluarnya cuma satu. Ditambah
lagi orang-orangnya yang susah di atur. Sandra terlihat
berupaya untuk keluar dengan susah payah di antara
kerumunan orang di sana. Beberapa kali ia harus
mengucapakan 'permisi' kepada setiap orang yang
menghalangi jalannya.
"Hhhhh!" akhirnya ia baru bisa lega setelah duduk di dalam
taxi.
"Apartemen xxx, pak" katanya pada pak sopir.
Untungnya barusan Didiet menelpon bahwa Paijo batal
menjemputnya tanpa menyebutkan alasannya. Tadinya ia
sudah membayangkan perjalanan ini akan semakin menjadi
lebih menjengkelkannya. Setidaknya ia masih bisa punya
waktu buat rilek sejenak sebelum memulai 'perang dunia ke-
lima' dengan Didiet setibanya di apartemen nanti. Dua puluh
lima menit kemudian ia tiba di apartemen. Senyum ramah dan
sapaan dari petugas security di loby tak terlalu ia hiraukan. Ia
melangkah cepat menuju ke Lift. Selama di dalam Lift ia
berusaha mengingat ulang apa saja yang akan ia utarakan
kepada suaminya nanti. Sambil menguatkan tekat untuk
menolak setiap permintaan aneh Didiet sekalipun Didiet
memaksanya melakukan itu. Ternyata Didiet sendiri yang
membukakan pintu baginya.
"Hai" sapa Didiet seraya mengambil alih travelbag dari tangan
Sandra. Lalu mendaratkan kecupan tipis di bibir istrinya.
Hari ini Sandra hanya memakai olesan tipis di wajahnya.
Namun di mata Didiet itu hampir tak ada pengaruhnya.
Kecantikan yang dimiliki Sandra memang luar biasa.
"Hmmm" Sandra menanggapinya dengan dingin. Begitu masuk
pandangannya langsung memindai ke seluruh sudut ruangan.
Namun ia tak menemukan apa yang ia cari.
"Mana anak itu?!" tanyanya ketus.
"Paijo maksudmu, Say? Ia masih tidur. Nanti saja kangen-
kangenannya. Lebih baik engkau beristirahat dulu pagi ini"
"Apa!? Kangen-kangenan katamu?! Siapa juga yang kangen
pada anak kampung itu!" Sandra langsung meledak sambil
membesarkan mata.
"Aduhhh aku kan cuma bercanda, Say. Tapi aku justru suka
melihat dirimu kalau sedang marah. Semakin
menggemaskan!"
Wajah Sandra sempat merona. Tetapi ia tak mau kegombalan
Didiet mempengaruhinya kali ini.
"Aku benar-benar tak percaya engkau melakukan semua ini!
Buat apa engkau mengajak anak itu kembali!" ujar Sandra
terus masuk ke gigi lima persneling dan tancap gas.
"Sabar say. Beri aku kesempatan untuk menjelaskannya
padamu". Ujar Didiet dengan santai. Nyata sekali ia sama
sekali tak terprovokasi oleh keberangan istrinya yang molek
itu.
"Tidak perlu Dit! Aku sudah tahu semua rencanamu. Mungkin
engkau bisa memaksa Nadine memenuhi hasrat liarmu pada
anak itu namun tidak kepadaku!"
"Lho, Aku tak pernah memintamu datang kemari buat bercinta
dengan Paijo."
"Paijo yang mengatakannya kemarin di telepon!"
"Ha ha ha! " Didiet tertawa geli.
"Dit! hentikan ini tidak lucu, tahu!"
"Ha ha Baik baik ....sabar dulu. Waktu itu kami hanya
mengodamu."
"Maksudmu Paijo tak sungguh-sungguh ingin bercinta
denganku, begitu!? Huh!!"
"Iya, Say "
"Aku tak percaya kalian berdua tak menginginkan itu!
Buktinya Nadine?!"
"Itu soal lain. Sungguh! Aku sama sekali tak memaksa
Nadine. Hari itu aku terlalu lelah buat melakukan kewajibanku
sebagai suami kepada Nadine. Aku cuma menawarkan
kepadanya. Kalaupun ia tak bersedia akupun tak akan
memaksa. Dan Nadine sendiri setuju. Ia menganggap itu
murni hanyalah karena seks! tak ada perasaan sama sekali
terhadap Paijo".
"Aku sangat mengenal Nadine, Dit!. Ia tidak pernah menyukai
Paijo. Kalau bukan karena ingin menyenangkan dirimu ia tak
mungkin mau melakukannya dengan anak itu"
"Kenyataan yang terjadi Nadine justru sangat menginginkan
persetubuhan malam itu. dan ia terpuaskan oleh anak itu.
Sand, Paijo hanya memberi Nadine apa yang seharusnya Alfi
rutin berikan padanya."
Sandra mengakui.Didiet memang benar. Belakangan ini Alfi
memang sudah kewalahan mengatur waktu buat memenuhi
kebutuhan biologis dari sekian banyak wanita yang ada di
dalam kehidupannya. Bahkan Sandra baru sadar jika Nadine
memang tidak di intimi Alfi selama lebih satu bulan terakhir
ini. Bukankah dulu ia sendiri mengalami hal yang serupa
tatkala Alfi jarang mendatanginya. Bagaimana ia begitu
frustasi mengharapkan belaian Alfi sehingga akhirnya ia
tergoda melakukan perselingkuh dengan Paijo. Jadi wajar saja
bila Nadine akhirnya juga terseret dalam permasalahan yang
sama dan memutuskan buat melakukan perselingkuhan.
"Tetapi bagaimana bila Alfi sampai mengetahui hal itu? Dan ia
pasti akan kembali meradang"
"Seharusnya Alfi tak perlu cemburu bila ia memang sungguh-
sungguh 'hanya' mencintaimu." ujar Didiet memberikan
penekanan pada kata 'hanya' pada ucapannya.
Ya! Didiet benar lagi soal itu. renung Sandra. Meski Alfi
menyatakan sangat menyintai dirinya namun Alfi belum
pernah membuktikan kesetiaannya. Sampai saat ini ia masih
saja menebarkan cinta kepada banyak wanita. Dan Sandra
yakin jumlah kekasih Alfi akan selalu bertambah seiring
dengan waktu.
"Aku maklum dengan kekuatiranmu itu. Namun tak
semestinya engkau berprasangka buruk terlebih dahulu
kepada kami berdua. Aku tak akan pernah memaksamu
melakukan apa yang tak ingin engkau lakukan Say. Begitu
juga dengan Paijo. Ia tahu engkau sudah menjatuhkan
pilihanmu kepada Alfi. Dan ia sadar jika ia sudah tersingkir
dalam persaingan memperebutkan dirimu ketika mengetahui
engkau hamil oleh Alfi" ujar Didiet lagi
"Maaf aku Dit. Aku hanya tak ingin hubunganku dan Alfi
kembali memburuk. Perbuatanmu mengajak Paijo kemari
sungguh membuatku bingung dan kuatir, Dit"
"Tak usah di masukan ke dalam hati Say. Aku memang belum
bercerita kepadamu apa alasanku membawanya kemari"
- - - - -
"Sewaktu engkau memberi kabar bahwa Alfi sudah pulang
maka kuputuskan untuk langsung berangkat kemari dengan
mengunakan pesawat dari kota H. Dalam perjalanan menuju
ke kota H aku melintasi desanya bik Iyah. Aku berhenti
sejenak di sebuah Puskesmas kecil di desa itu buat meminta
obat karena kepalaku mendadak puyeng. Di sana aku malah
menemukan Paijo sedang terbaring di ranjang puskesmas
sambil menangis. Kulihat banyak bekas penganiayaan di
sekujur tubuhnya. Mantri yang mengobatinya mengatakan
bahwa Paijo telah menjadi korban penganiayaan oleh
beberapa begundal suruhan seorang tuan tanah di sana.
Darinya juga aku mengetahui kejadian sebenarnya bahwa
ternyata bukan Paijo yang telah menghamili Surti. Gadis itu
hamil oleh Ipung pacarnya sendiri yang merupakan anak tuan
tanah kaya di kampungnya. Hal itu terjadi beberapa bulan
sebelum Paijo datang ke rumah kita. Karena Ipung takut
bertanggung jawab maka Surti mencari jalan buat menutupi
aib tersebut. Paijo yang naïf, ia benar-benar tak tahu hanya
dimanfaatkan oleh Surti. Surti menjebaknya dengan
keintiman. Lalu satu bulan kemudian ia mengaku telah hamil.
Surti juga tahu Paijo tak akan menolak bila dimintai tanggung
jawab karena sangat ngebet padanya. Permasalahan baru
muncul saat Paijo pulang ke desa, ternyata istrinya sudah
diboyong oleh Ipung ke rumah besar orang tua-nya. Ipung
yang tak senang akan kepulangan Paijo lalu memerintahkan
beberapa karyawan perkebunan ayahnya buat mengusir Paijo
dari kampung itu sekaligus menjauhkannya dari Surti untuk
selama-lamanya. Tak ada seorangpun yang mau membelanya
atau menolongnya saat ia di aniaya."
"Bagaimana mungkin orang-orang di sana membiarkan hal
seperti itu terjadi padahal mereka tahu Surti adalah istri
Paijo?" timpal Sandra. Tanpa sadar timbul rasa ibanya
terhadap nasib buruk yang selalu menimpa diri Paijo.
"Orang-orang di desanya segan terhadap keluarga Ipung yang
kaya raya. Mereka lebih memilih untuk tidak ikut campur
tangan dengan urusan itu. Dan satu hal lagi faktanya
pernikahan antara Paijo dan Surti sesungguhnya tidaklah syah
sebab mereka tak pernah benar-benar dinikahkan oleh
keluarga Surti. Tak ada penghulu bahkan tak ada buku nikah.
Mereka cuma tinggal serumah tanpa ada ikatan resmi"
"Sungguh malang nasib anak itu. Tadinya kupikir setelah
kusuruh pulang ia akan menemukan kebahagiaan di sana."
"Namun itulah kenyataan hubungan antara Surti dan Paijo.
Seakan kemalangan selalu identik dengan orang-orang seperti
dia. Nasibnya tak seberuntung Alfi. Di desa itu tak ada
seorangpun yang mau mengurusinya. Lantas karena kasihan
akhirnya kuputuskan mengajaknya kemari bersamaku. Aku
memang sengaja tak membawanya ke rumah kita di kota S
karena aku tak ingin terjadi permasalahan lagi dengan Alfi.
Namun demikian apabila engkau keberatan aku akan segera
memindahkannya ke sebuah tempat kos" ujar Didiet
mengakhiri penuturannya.
"Baiklah Dit. Aku bisa mengerti alasanmu mengajaknya
kemari. Aku juga tak keberatan ia tinggal di sini buat
sementara waktu asalkan engkau berjanji tak memintaku
bercinta dengannya"
"Tentu Say. Bukankah sejak tadipun aku sudah
mengatakannya. Akupun tak ingin membuatmu resah apalagi
mengingat engkau sedang dalam keadaan hamil."
---
Hari-hari berlalu dengan tentram. Sandra tak lagi
mempermasalahkan lagi urusan Paijo. Tetapi meski demikian
ia tetap menjaga jarak dengan anak itu. Hampir setiap malam
ia dan Didiet bercinta. Namun hanya sebatas melakukan oral
seks. karena Sandra takut akan terjadi masalah terhadap
kandungannya. Sementara itu tanda-tanda kehamilannya
mulai terlihat. Rasa mual mulai sering ia rasakan. Waktu
berjalan hampir dua minggu dan sampai detik ini tak terjadi
hal-hal yang dikuatirkan Sandra. Sandra baru bisa bernapas
lega karena baik Didiet maupun Paijo benar-benar
menunjukan konsistensinya terhadap omongan mereka. Dan
yang paling menggembirakan buat Sandra karena lusa ia akan
pulang ke kota S.
"Mengapa ia belum juga sarapan?" Tanya Sandra heran pada
suatu pagi saat menemani Didiet sarapan.
"Kukira anak itu masih terluka. Bercinta dengan Nadine
ternyata tak lantas membuatnya melupakan Surti. Entah
bagaimana ia harus melewati hari-harinya setelah ini. Sampai
sekarangpun anak itu masih sering menangisi kemalangannya
meski ia melakukannya dengan sembunyi-sembunyi. Biarkan
saja. Nanti juga ia akan makan kalau ia sudah merasa lapar"
ujar Didiet menanggapi.
Sandra menemukan kenyataan bahwa kini Paijo benar-benar
telah banyak berubah. Ia jadi sangat pendiam. Terkadang
Sandra melihat anak itu sering melamun. Namun ia ragu buat
memulai dialog dengan anak itu. Tak lama setelah Didiet pergi
Lila menelponnya.
"Hi, La. Ada apa ?"
"Ada yang perlu kusampaikan padamu. Ini berkaitan dengan
pemeriksaan kehamilanmu tempo hari"
"Apakah ada kelainan atau ..." tanya Sandra cemas.
"Tenang janinmu sehat kok."
"Hhh! Syukurlah! Aku tadi sudah kuatir kalau-kalau ada
masalah dengan janinku"
"Tidak. Aku hanya memberi tahumu bahwa sesuai dengan
perhitungan kalenderku saat ini kehamilanmu telah memasuki
usia sembilan minggu"
"Apakah tidak salah La? Bukankah seharusnya ini baru akan
masuk minggu ke-5?"
"Tidak Sand. perhitunganku akurat untuk itu" tegas Lila
"Minggu ke-9? Ituu. .be rar ti...."
"Ya Sand, Sudah terjadi pembuahan sebelum Alfi
'mencampurimu'. Dan bisa kupastikan ayah dari janinmu yang
sesungguhnya adalah.... Paijo"
Pernyataan Lila sungguh sangat mengejutkan Sandra.
"Tidak mungkinn,La!..A.aku tahu persis aku belum hamil pada
saat itu"
"Engkau keliru. Alat test kehamilan yang engkau pakai tak
bisa dijadikan patokan.
Usia kandungan ditentukan dari kapan terakhir seorang
wanita tak mendapatkan haidnya."
Hening. Sandra tahu ucapan Lila selalu didukung oleh bukti
klinis. Lila tahu saat itu Sandra sedang memikirkan semua
yang ia sampaikan barusan.
"Maafkan aku Sand. Aku tak memberitahumu soal ini sejak
awal. Aku tak ingin merusak kebahagianmu dan Alfi saat itu.
Aku sebenarnya tak ingin hal itu menjadi dilema dan beban
pikiranmu namun aku harus tetap harus mengatakannya
padamu"
"Tidak apa-apa, La. Aku bisa mengerti. Aku justru berterima
kasih atas perhatianmu" ujar Sandra.
Lila sudah melakukan sesuatu hal benar. Ia harus tahu ayah
biologis dari janin yang dikandungnya. Sehingga dengan
begitu apabila dikemudian hari ada permasalahan yang
membutuhkan pertolongan dari sang ayah biologis anaknya,
dia tahu harus mencari siapa. Untungnya Nadine memakai
kontrasepsi saat bercinta dengan anak itu jika tidak dia juga
pasti akan terbuahi oleh Paijo.
"Ada satu berita lagi buatmu, Sand. Namun yang satu ini
akan sangat mengembirakan. Aku melihat ada dua janin di
rahimmu"
"OHH! K KKEMBARR! Benarkahh, Laa?!"pekik Sandra girang.
"Aku tak mungkin salah lihat. Mudah-mudahan saat engkau
pulang nanti kita bisa melihatnya semakin jelas melalui alat
USG. Sekali lagi selamat buatmu ya, Sand"
"La, a..akuu tak tahu harus bicara apa. Di satu sisi aku
benar-benar bahagia mendapati aku bakal memiliki dua orang
bayi namun di sisi lain akupun merasa kuatir jika suatu saat
Alfi mengetahui bahwa sesungguhnya bukan dia yang berhasil
menghamiliku"
"Menurutku saat ini nikmati saja dulu kebahagiaanmu.
Perlahan-lahan kita cari cara buat memberi pengertian pada
Alfi. Oya jangan lupa atur menu makananmu sebab janinmu
memerlukan asupan nutrisi sejak dini "
"Terima kasih, La. Oya bagaimana dengan kandunganmu
sendiri?"
"Ini sudah masuk bulannya bagi dia lahir. Hmmm...Kira-kira
dia akan mirip denganku atau Alfi ya, Sand?"tanya Lila.
"Mudah-mudahan ia lebih mirip ke kamu, La. Biar kalau sudah
gede dia ga minder-an sama Alfina dan Fini hi hi"
"Hi hi benar juga katamu. Eh Sand..sudah dulu ya. Aku jadi
ingat ada yang harus aku beli buat Fili"
"Fili? Engkau memberinya nama itu? Hi hi Baiklah kalau
begitu.. Daagg!"
--
Setelah menutup pembicaraan Sandra termenung memikirkan
semua rankaian kejadian ini. Sungguh tak ia sangka ternyata
justru Paijo yang berhasil membuahinya. Tidak tanggung-
tanggung, Paijo justru memberinya dua orang bayi sekaligus.
Ia benar-benar menjadi serba salah bagaimana harus bersikap
kepada anak itu. Soalnya akhir-akhir ini ia telah
memperlakukan anak itu secara kurang baik. Lalu bagaimana
juga dengan Alfi? Bagaimana reaksinya bila mendengar berita
ini. Sandra jadi benar-benar bingung.
"Buu...ibu tidak apa-apa?"
Terdengar seseorang menegurnya.
"Eh ohh kamu Jo. Ya aku tidak apa-apa. Kenapa?" Sandra
benar-benar tak menyadari kehadiran anak itu di situ.
"Syukurlah sedari tadi saya sudah memanggil ibu berkali-kali
tapi ibu tak menyahut"
"Ohh begitukah? Em ada apa Jo?"
"Saya cuma mau mengembalikan ini sama ibu" ujar Paijo
sambil menyodorkan sebuah amplop.
"Apa ini Jo?"
"Itu uang yang dulu ibu kasih ke saya buat istri saya
melahirkan. Saya kembalikan ke ibu karena ternyata sudah
tidak diperlukan lagi"
"Tak perlu dikembalikan. Jo"
"Tapi buu"
"Simpan saja. Suatu saat engkau pasti membutuhkannya"
"Terima kasih bu. Tapi kalau ibu tak keberatan saya mau titip
uang dari ibu ini buat bu de saja."
Sandra mengeleng-gelengkan kepala. Anak ini tak jauh
berbeda dengan Alfi. Agak keras kepala. Namun memiliki hati
yang baik.
"Hmmm...Baiklah jika itu keinginanmu. Begitu aku pulang lusa
langsung akan kusampaikan pada bik Iyah"
"Terima kasih bu. Saya juga sekalian mau pamit ke ibu karena
mulai minggu depan saya tidak tinggal di sini lagi"
"Lho kamu mau kemana?"
"Saya diterima kerja sebagai buruh angkut di sebuah
pertambangan milik temannya pak Didiet di pulau K."
"Pulau K? itu jauh sekali, Jo"
"Iya. justru itu saya minta tolong ibu. Siapa tahu saya bakal
lama baru bisa bertemu sama bu de lagi"
"Apakah engkau sudah pikirkan matang-matang keputusanmu
itu? Bekerja di tempat seperti itu begitu berat bagi anak
seusiamu"
Aneh! pikir Sandra. Mengapa jauh di lubuk sanubarinya
muncul perasaan tak tega melihat anak ini pergi? Mengapa ia
tak ingin Paijo harus terus menerus berkutat dalam
penderitaan selama hidupnya? Jelas itu lebih dari sekedar
hanya rasa kasihan.
"Tidak apa-apa kok bu. Saya harus kerja supaya bu de
bangga sama saya. Dengan begitu saya juga bisa ngasih ke
bu de uang yang banyak. he he" Paijo mengucapkan hal itu
dengan kebanggaan.
"Jo kamu sebenarnya anak yang berbakti. Baik-baiklah kamu
di rantauan dan pandai-pandailah membawa diri, ya".
"Ya bu, terima kasih atas nasehatnya"
Paijo sudah akan melangkah keluar namun ia berbalik lagi.
"Oya saya lupa beri selamat sama ibu."
"Selamat buat apa, Jo?"
"Selamat karena ibu bakal dapat momongan"
"Oh i..tu iya. terima kasih" Sandra tergagap.
"Wahh wah kang Alfi memang hebat. Bisa punya momongan
begitu banyak " ujar Paijo berkata sendiri. Paijo masih terus
bergumam terkagum-kagum sambil melangkah ke luar.
Sandra memandang punggung Paijo tanpa dapat berkata-
kata. Anak itu begitu tulus menyatakan kebahagian buatnya.
--
Siangnya
Ia ingat bukankah tadi siang Paijo berencana menyikat lantai
kamar mandi karena kuatir Sandra sampai jatuh terpleset
gara-gara lantai yang licin. Aneh! mengapa anak itu begitu
lama?. Jangan-jangan dia malah onani di dalam situ. Dasar!
pikir Sandra. Timbul keisengannya. Ia ingin mengagetkan
Paijo. Perlahan ia mengendap ke dekat kamar mandi. Lamat-
lamat telinganya mendengar suara tangisan dari balik pintu
kamar mandi. Karena penasaran akan apa yang terjadi di
dalam kamar mandi, Sandra mendorong pintu itu.
"Joo apa yang terjadi?." Tanya Sandra heran melihat Paijo
duduk meringkuk sambil sesegukan di lantai kamar mandi.
Kepalanya tertunduk masuk di dalam lipatan tangannya yang
ditopang kedua lutut. Celananya basah semua. Paijo tak
menjawab. Ia terus larut dalam tangisnya. Sandra bingung
harus berbuat apa sampai akhirnya ia melihat sebuah hp di
pangkuan Paijo.
"Boleh kulihat?" tanyanya. Meski Paijo tak menjawab. Sandra
tetap meraih benda itu. Ternyata ada sebuah sms. Dari Surti
rupanya.
Tertulis di situ ;
"Kang mas Paijo, sebelumnya Surti minta maaf. Surti hanya
mau mengabarkan jika Surti dan kang Ipung sudah menikah
pagi tadi. Surti mohon jangan hubungi Surti lagi setelah ini.
Terima kasih atas pengorbanan kang mas selama ini. Salam
Surti."
Jelas ini biang keladinya!. Dasar perempuan tak tahu balas
budi! umpat Sandra dalam hati. Seharusnya dia tak perlu lagi
menghubungi Paijo setelah mencampakannya seperti sampah.
Yang jelas kabar itu hanya akan melukai perasaan Paijo saja.
"Joo..sabar ya. Tabahkan hatimu" bujuk Sandra
"Surtiii..huu huuu." Dengan perasaan pilu Paijo menyebut
nama wanita yang ia sayangi itu di sela tangisannya. Sandra
sungguh merasa iba. Anak semuda itu tak seharusnya
mengalami penderitaan batin begitu bertubi-tubi. Jiwanya
masih sangat rapuh dan labil.
"Tak usah engkau tangisi perempuan seperti itu Jo. Dia dan
keluarganya hanya memanfaatkan dirimu saja selama ini!"
"Tapi..saya hks cinta sekali sama Surtii, bu.. hks.. hks" jawab
Paijo tersengal-sengal karena pernapasannya terbuka dan
tertutup sendiri akibat dari reaksi metabolisme dari tangisnya
yang berlangsung terlalu lama.
"Tapi dia tak menyintaimu,Jo. Dan yang ada di kandungan
Surti bukanlah anakmu. Itu adalah anaknya Ipung"
"Berarti saya.. hks.. sudah tidak punya harapan lagiii. Kalau
begitu biar saya mati saja buu! huu huuu"
"Aduhhh Joo! Engkau tidak boleh putus asa seperti itu!."
Sandra jadi kuatir anak itu akan bertindak nekat karena tak
mampu menahan kesedihannya. Tak ada jalan lain buat
menghentikan itu pikir Sandra. Ia harus memberitahu Paijo
soal kehamilannya.
"Joo, ada sesuatu yang ingin kuberitahukan kepadamu"
"hks hks huuuu...huu" Paijo terus menangis.
"Ketahuilah Jo bahwa janin yang ada dirahimku sebenarnya
adalah.... anakmu" lanjut Sandra.
Paijo mengangkat kepalanya.
"A.anak saya? ibu kok ngomong begitu hks...? Kan ibu sendiri
yang bilang kalau saya mandul huu huu"
Setelah mengatakan itu Paijo kembali meraung pedih. Ia
menjadi semakin sedih dan merasa tak berguna sebab yang ia
tahu ia sudah gagal dan janin di rahim Sandra itu adalah buah
percintaan antara Sandra dengan Alfi.
"Dengarkan aku dulu, Jo. Aku mengatakan yang
sesungguhnya. Memang kamu yang telah membuatku hamil"
ujar Sandra sambil meraih wajah anak itu dengan kedua
tangannya.
Paijo menghentikan tangisnya sambil menatap Sandra.
"Maafkan aku. Aku-pun baru pagi ini tahu itu dari Lila. Terapi
tempo hari ternyata berhasil. Bahkan kamu memberiku bayi
kembar "sambung Sandra.
"Kem..baarr? Ibu bukan cuma mau nyenengin saya, kan?"
tanya Paijo dengan perasaan bercampur aduk.
"Percayalah. Jo."
"Tapi bagaimana dengan Surti buu"
"Soal Surti. Kamu harus bisa merelakannya. Mungkin ia
memang bukan jodohmu. Suatu saat engkau pasti akan
menemukan pengganti Surti. Kamu masih memiliki bik Iyah
yang menyayangimu seperti putranya sendiri. Dan kamu
masih memiliki ini" ujar Sandra sambil menunjuk ke perutnya.
"Engkau maukan bertemu dengan kedua anakmu kelak?"
tanya Sandra.
Paijo mengangguk dengan air matanya masih meleleh di pipi.
"Iya bu saya pingin melihat mereka setelah lahir"
"Nah! kalau begitu kamu harus tetap melanjutkan hidupmu.
Bukankah tadinya engkau begitu bersemangat bekerja dan
mencari uang buat bu de-mu. Seharusnya engkau bertambah
giat setelah tahu engkau bakal menjadi seorang ayah"
"Iya buu. Terima kasih." jawab Paijo sambil mengusap sisa-
sisa air matanya dengan mempergunakan ujung bajunya.
"Sudah tidak sedih lagi kan?"
Ia kembali mengangguk kecil. Sandra tahu tak segampang itu
meredakan kesedihan anak ini. Tapi ia sedikit agak lega
melihat Paijo mulai tenang. Sepertinya nasehatnya kali ini
mengena. Sandra yakin anak itu mau mendengarkan
ucapannya.
"Tapi Buu"
"Apa lagi Jo?"
"Jangan bilang ke siapa-siapa"
"Soal apa?"
"Soal siapa sebenarnya ayah kedua anak saya ini. Biarlah
kang Alfi dan yang lain tetap mengira ayah bayi di dalam
perut ibu adalah kang Alfi. "
"Kenapa kamu mau aku melakukan hal itu Jo?"
"Saya tidak ingin dia jadi sedih seperti yang saya alami
sekarang. Lantas akan menjadi masalah baru buat keluarga
ibu"
"Tapi ini tak adil buat kamu, Jo"
"Tidak apa-apa bu. Saya rela demi ibu dan kedua anak saya"
"Ohh Jo ..kamu ternyata adalah seorang calon bapak yang
baik. Terima kasih karena sudah mau memikirkan aku."
Sandra haru sekaligus iba. Haruskah Paijo menderita lagi
setelah apa yang ia alami selama ini. Namun di sisi lain
pendapat Paijo barusan benar adanya dan ia sendiri juga tak
ingin Alfi kembali ngambek dan menimbulkan konflik baru
yang berkepanjangan
"Segera ganti pakaianmu. Nanti engkau keburu masuk angin".
"Baik bu"
--
Tuuttt.. tutt... ti...Handphone Sandra berbunyi. Ia melihat
avatar Alfi tampil dilayar. Duh! Kangennya ia pada anak itu.
Saat ini Alfi pasti sedang asyik bersama Niken. Sandra
menduga demikian karena itu sudah menjadi kebiasaan Alfi
selama ini. Sebenarnya satu minggu ini adalah jatah Alfi buat
Sandra sendiri. Namun karena saat ini ia pergi ke kota G jadi
Alfi bebas kemanapun ia ingin pergi.
"Apa kabar kamu hari ini, sayang?" Tanya Sandra mengawali
percakapan.
"Baik kak, Kakak sendiri bagaimana?"
"Juga baik sayang. Eng..lagi ngapain kamu Fi?"
"Alfi baru pulang dari sekolah. masih di rumah menunggu kak
Nadine pulang kerja"
"Lho tadinya kakak pikir kamu pergi ke rumah kak Niken-mu,
Fi"
"Ngga kak,. Alfi pingin dulu ngabisin waktu beberapa minggu
ini sama kak Nadine. Lagian Alfi kangen banget sama kak
Nadine"
"Kok, tumben?"
Ini aneh? Pikir Sandra. Tak biasanya Alfi mengambil
keputusan seperti itu. Ia selalu lebih memilih untuk meniduri
Niken bila sudah dihadapkan pilihan antara Niken atau para
wanitanya yang lain.
"Iya kak. Soalnya Alfi merasa bersalah sama kak Nadine dan
kak Dian. Alfi berlaku tidak adil pada mereka selama ini.
Terutama kak Nadine. Sudah banyak pengorbanan yang ia
lakukan sejak dia Alfi nodai. Ia harus rela menjadi istri kedua
kak Didiet karena hamil oleh Alfi."
"Aduhh sayangg. Ada apa kamu mendadak berpikiran seperti
itu?"
"Setelah peristiwa Paijo dulu Alfi jadi sadar betapa Alfi
mencintai kakak. Dan Alfi tak ingin hal serupa terjadi pada kak
Nadine dan kak Dian sebab Alfi juga sangat sayang sama
mereka."
"Lho kan si Paijo sudah tak ada lagi jadi kenapa kamu begitu
kuatir?"
"Alfi tahu itu. Tapi di hati kecil Alfi tetap merasa jika sesuatu
telah terjadi"
"Kakak tak mengerti maksudmu, Fi"
"Alfi takut ada orang lain ...." Ujar Alfi ragu meneruskan kata-
katanya
"Kamu mengira kak Nadine-mu telah berselingkuh, Fi?" Tanya
Sandra kuatir jika Alfi mengendus perselingkuhan Nadine dan
Paijo. Siapa tahu Paijo tanpa sengaja meninggalkan bekas
cupangan di tubuh Nadine.
"Alfi tidak menuduh kak. Alfi hanya kuatir saja kok kak. Tetapi
seandainya itu memang terjadi, Alfi tak akan menyalahkan kak
Nadine karena itu memang kesalahan Alfi sendiri."
"Syukurlah kalau kamu sadar kalau permasalahan yang timbul
akhir-akhir ini akibat perbuatanmu sendiri dan hal itu telah
menyusahkan kami semua" Ujar Sandra lega. Setidaknya
peristiwa dulu bisa membuat Alfi mengintropeksi dirinya.
Meski demikian Sandra beranggapan Alfi tetap tidak perlu
tahu mengetahui hubungan Nadine dan Paijo selama di kota G
sebab ia masih ragu jika Alfi memang sudah bisa menerima
hal itu.
"Iya kak. Karena itu Alfi di menanti mereka sini buat menebus
kesalahan Alfi pada mereka berdua"
"Ya sudah. Eh Fii, kamu kangen ngga sama kakak? Kakak
pinginn bangett kamu gituinn" rengek Sandra. Mereka
memang masih harus menahan diri setidaknya selama satu
bulan lagi buat bercinta secara penuh menunggu hingga usia
kandungan Sandra benar-benar sudah cukup kuat.
"Alfi juga kangen banget sama kakak. Kasihan kakak. Tapi Alfi
juga binggung dan sedih karena ngga bisa nolong kakak."
"Eh.. KAK!" tiba-tiba Alfi berteriak kegirangan.
"Iya ada apa Fi?'
"Kenapa kita ngga minta sama kak Didiet aja yang ngegituin
kakak. punya kak Didiet kan pendek jadi ngga bakalan
ngebentur rahim kakak"
"Iya juga sih! Tapi kakak ngga mau!."
"Lho kenapa kak?"
"Habisnya ngga enak! Enaknya sama titit kamu"
"Paling tidak saat ini kakak ngga terlalu menderita seperti
sekarang"
"Pokoknya kakak ngga mau. masalahnya kak Didiet-mu selalu
saja 'dapet' duluan jadinya sama saja dengan ngga di apa-
apain"
"Duh bagaimana ya? Seandainya saja si Paijo ada di sini..."
keluh Alfi dalam kebinggungannya.
"Paijoo? Sayangg, Kamu bicara apaaa?!!"
"Iya kak, kalau saja saat ini ada si Paijo. Pasti kesulitan kita
bakal teratasi"
"Kenapa kamu bicara seperti itu? Kakak ngga mau lagi
berhubungan dengan dia. Kakak kapok! Kakak ngga mau lagi
kehilangan kamu."
"Paling tidak ia bisa memenuhi kebutuhan kakak. Dan aman
buat kakak bercinta sama dia karena tititnya ngga bisa
membentur rahim kakak Apalagi dia itu punya titit yang enak
banget kan kak?.."
"Aaa Alfi! Kamu tega banget ngegoda kakak. Kakak kan jadi
tambah basah!"
"Bukannya kamu bilang kamu tidak suka sama paijo. Emang
kamu ngga cemburu Fi. Kalau aku di gituin lagi sama Paijo?hi
hi"
"Cemburu sih iya. Tapi Alfi ngga kuatir seperti tempo hari
sebab Alfi tahu cinta kakak hanya buat Alfi seorang. Yang
penting sekarang buat Alfi adalah kebutuhan buat kakak dulu.
Alfi rela melakukan apapun demi kakak agar kakak bahagia."
"Bener nihh kamu ngga cemburu?. Kakak bisa saja mencari
seseorang di sini yang mirip Paijo. Engg... terus kakak
selingkuh sama orang itu"
"Ngga papa Kak. Alfi rela. Jika perlu Alfi bisa minta sama kak
Didiet buat membawa Paijo datang kesitu buat nemani kakak
selama di sana.."
"Sudah Ah. Kok ngomongnya ngelantur terus. Entar bener-
bener kejadian deh!"
"Lho siapa bilang Alfi sedang bercanda. Alfi serius kok kak"
"Iya iya sudah! Kakak tahu kamu rela dan mau berkorban buat
kakak. Tapi saat ini kakak hanya pingin kamu yang
menuntaskan hasrat kakak saat kakak pulang"
--
Sore hari itu
Didiet baru saja menelpon dan mengatakan jika ia bakal
pulang kemalaman karena harus meninjau pekerjaannya ke
lapangan.
"Kamu makan malam saja dulu Say. tak perlu menungguku"
pesannya pada Sandra.
Sandra mengetuk kamar Paijo.
"Joo ayo temani aku makan malam" Ia sengaja mengajak
Paijo makan bersamanya karena tak ingin Paijo terus menerus
sendirian. Seseorang yang sedang mengalami kesedihan berat
semacam itu harus kerap di awasi.
Tak lama kemudian Paijo membuka pintu.
"Saya belum lapar buu. Silakan ibu makan terlebih dahulu.
Saya nyusul belakangan saja "
Sandra melihat mata Paijo yang masih bengkak. Ia baru
menangis lagi. Ia pasti masih terus memikirkan soal Surti.
"Duhh..Lihat tuh! Ternyata bapakmu habis nangis" Goda
Sandra seolah-olah sedang berkata pada perutnya sendiri.
"Saya tidak nangis kok bu" sangkal Paijo sambil menunduk
malu.
"Bilang langsung ke mereka kalau bapaknya tidak bakal sedih
dan nangis lagi" ujar Sandra menunjuk ke perutnya. Tingkah
Sandra itu mau tak mau membuat Paijo tersenyum dan
menahan ketawa.
"Ayoo.Joo!"
"B..bapak tidak bakal sedih lagi" ucap Paijo sekenanya.
"Kok ngomongnya dari situ? Dia ngga bisa dengar kalau
seperti itu Jo. Sini!"desak Sandra. Paijo mendekatkan
kepalanya ke perut Sandra.
"Nakk, bapak tidak bakalan sedih dan nangis lagi" ujar Paijo
dengan lebih serius mengulangi ucapannya sambil mengusap-
usap perut Sandra.
"Argg Joo. Geli!" pekik Sandra. Entah mengapa mendadak
gairahnya mendadak ketika Paijo mengusap perutnya Meski
itu hanya sebuah gerakan sederhana dan spontan namun
berdampak sangat besar bagi Sandra. Menyambar bagaikan
percikan api dari sebuah pematik di tengah galonan bensin.
"Iya buu. Maaf.." ujar Paijo menjauhkan kepalanya. Sandra
senang melihat senyum Paijo. Setidaknya ia bisa sedikit
meringankan beban anak itu.
Ugh! Tiba-tiba wajah Sandra berubah pucat. Rasa mual itu
mulai datang lagi. Kali ini dorongan buat muntah begitu
besar. Sandra bergegas menuju ke kamar mandi.
"Hoekss!!" seketika itu juga ia tak mampu menahan dorongan
untuk muntah.
"Buu?"
Paijo tidak tinggal diam. Di ambilnya sebotol minyak angin
miliknya dan didekatkannya ke hidung Sandra. Namun
sepertinya itu saja tak cukup.
"Hoekkkk!!...Hoeeeeekkk!!..." serangan itu kembali.
Sebenarnya Paijo sudah cukup berpengalaman dan tahu
bagaimana mengatasi situasi seperti ini tatkala mantan
istrinya tengah mengalami hal yang sama dulu. Ia ingat ia
selalu memberikan pijatan di sekitar pundak Surti. Tetapi ia
agak ragu buat menyentuh Sandra. Sehingga ia hanya berdiri
saja dengan kebinggungan di situ.
"Hoeeeeeeekk!!....aduuhhh Joo.." rintih si cantik itu. Sudah
lebih dua menit metabolisme alami yang amat mengganggu
itu tak juga kunjung reda malahan semakin menjadi-jadi. Tak
ada yang bisa ia muntahkan lagi namun dorongan itu tak
terhentikan. Dan hal itu mulai menyakitkan. Lama-kelamaan
wajah Sandra yang putih menjadi semakin pucat. Akhirnya
Paijo tak tahan lagi melihat penderitaan wanita yang sedang
mengandung anaknya itu.. Dengan tangan gemetar diraihnya
pundak Sandra.
"Hhhhh..." Sandra merasakan kenyamanan ketika jemari Paijo
menekan syaraf-syaraf pundaknya. Sedikit demi sedikit
Sandra kembali bisa bernapas lega. Hampir lima menit Paijo
melakukan hal itu. Setelah yakin rasa mual Sandra benar-
benar mereda, Paijo membimbingnya kembali ke kamar.
Kemudian ia bergegas ke pantry menyeduhkan teh hangat
buat Sandra.
"Nah, ibu istirahat saja dulu. Saya mau keluar sebentar"
katanya sambil menyerahkan cangkir teh kepada Sandra.
Belum sempat Sandra bertanya ia sudah menghilang.
Lima belas menit Sandra duduk sendiri di kamar itu. Sesekali
ia menyeruput teh seduhan Paijo bila rasa mual itu kembali
muncul. Entah mengapa ia belum ingin kembali ke kamarnya
sendiri. Tak lama kemudian Paijo muncul sambil membawa
sebuah mangkuk.
"Aww....rujaaak!" pekik Sandra girang. Entah dari mana Paijo
memperolehnya di saat seperti ini, namun memang ini yang ia
idamkan saat ini. Dengan cepat ia rebut mangkuk tersebut
dari tangan Paijo. Pertama sepotong kecil mangga muda
langsung dicomotnya. Rasa asam kecut yang melanda
lidahnya bercampur sedikit rasa pedas itu dengan cepat
memunahkan rasa mualnya. Paijo sendiri jadi ikut-ikut
memeramkan mata karena ia tahu rasa buah itu memang
sangat asam.
"Kok kurang pedas, Jo?"
"Lho itu tadi sudah di kasih cabe tiga biji kok bu"
"Masih kurang! Tambahin cabenya, Joo"" rengek Sandra.
"Saya tidak mau ibu malah sakit perut."
"Sedikiiiit saja Joo"
"Tidak boleh!" jawab Paijo dengan tegas. Baru kali ini Sandra
merasakan Paijo bersikap seperti itu padanya. Tapi ia justru
senang sekali dengan perhatian anak itu padanya. Mereka
duduk bersisian di tepi ranjang. Paijo dengan sabarnya
menunggui Sandra menyantap rujaknya.
"Joo.." panggil Sandra sambil meletakan mangkuk yang telah
kosong di atas meja di samping tempat tidur.
"Ya buu?"
"Terima kasih ya karena sudah mau repot buat aku"
"He he ndak apa apa kok buu..lagian kan ibu hamil gara-gara
saya" jawab Paijo tersenyum malu.
"Oya Jo, Aku mau menanyakan sesuatu padamu"
"Tanya soal apa bu?"
"Eng..Sewaktu Surti hamil muda dulu apakah
kalian .....melakukannya?"
"Melakukann apaa bu?"
"Uh em tidak jadi Jo. Sudah lupakan saja " ujar Sandra
merasa jengah sendiri.
"M..maksudd ibu n ngentott?" tanya Paijo hati-hati.
"he e .." jawab Sandra lirih nyaris tak terdengar.
"Kenapa ibu tanyakan itu?"
"Soalnya aku sudahh tiga minggu tidak.." ujar Sandra sambil
menggigit bibirnya sendiri. Sejak Paijo menyentuh lembut
perutnya juga saat melakukan pemijatan tadi hasratnya
semakin tak terkendali.
"I.buu..lagi kepinginn yaa?"
"Tapi a..ku takutt keguguran, Jo"
"Eng..Sebenarnya sewaktu Surti sedang hamil muda dulu kami
sering melakukannya " ujar Paijo mencoba mengingat-ingat
kejadian saat dengan Surti dulu.
"Benarkah?"
"Iya. Malahan hampir setiap hari. Mulanya saya yang takut
bakal terjadi apa-apa dengan kandungannya tapi karena Surti
yang minta jadi saya terpaksa nurutin. Eh bu sebentar lagi
pak Didiet kan pulang berarti kan sudah ndak masalahkan?."
"Dia pasti sudah capek buat itu"
"Kalau begitu saya antar ibu ke bandara sekarang. Saya yakin
kita masih dapat tiket buat ibu ke kota S"
"Tidak usah Jo"
"Lho kenapa bu?, saya pikir pak Didiet pasti ngasih izin ke
ibu. Mumpung ini masih agak sore"
"Kamu salah mengerti Jo. aku bukannya ingin suamiku atau
Alfi yang melakukannya. Aku ingin ..kamu, Jo"
"Sayaa bu?!" Tanya Paijo keget.
Jantungnya berdetak cepat. Seketika itu juga gairahnya
meninggi dan celana usangnya menjadi sesak. Ia memang
rindu sekali pada wanita cantik ini. Namun ia mendadak
teringat perkataan Nadine kepadanya tempo hari. Ia tak ingin
melakukan kesalahan lagi. Sandra mengangguk mengiyakan.
Wajahnya bersemu dadu karena rasa malu semakin membuat
Paijo tak tahan memandangnya.
"Tapii..buu saya sudah janji sama kang Alfi tidak bakal
ngeganggu ibu lagi. Kemarinpun saya sudah sekali lagi
berbuat salah sewaktu nidurin bu Nadine. Saya takutt salah
lagi...." ujar Paijo berusaha bertahan. Ia tak ingin gegabah
dan menuruti hawa nafsunya. Dan ia tak yakin akan keinginan
Sandra ini. Yang ia tahu Sandra hanya tidur dengannya dulu
itu hanya karena ingin hamil. Apalagi sekarang sudah ada Alfi
yang ia akui tak bakal mampu ia tandingi.
"Tidak apa-apa, Joo... Soal Nadine, engkau justru telah
menolong dia dan saat ini pun aku tengah mengalami hal
yang sama. Apakah engkau tidak kasihan terhadap diriku. Aku
tersiksa sekalii akhir-akhir ini... " pinta Sandra sebelum Paijo
sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Buuu?" Paijo masih kebinggungan buat memutuskan. Ia
sungguh tak tahu di titik mana ia harus bertahan.
"Intimi aku malam inii, ya kang mas?"
Paijo terkejut sekali. Sandra memanggilnya dengan sebutan
'Kang Mas'?!. Itu adalah panggilan Surti kepadanya selama
ini. Sandra tak pernah melakukan ini padanya sebelum-
sebelum ini.
"Di.a.jenggg...akuu...akuu " jawab Paijo.
Sandra tersenyum mendengar Paijo balas memanggilnya
dengan sebutan itu. Ia paham apa yang harus ia lakukan
dalam situasi seperti ini. Sandra dapat melihat dengan jelas
tonjolan besar pada celana Paijo. Ia mendekat ke arah
pemuda kampung yang kebinggungan itu. Wajah nan cantik
itu maju hingga hanya beberapa inchi dihadapan Paijo.
Sandra memejamkan matanya sementara bibirnya yang merah
merekah itu sudah terbuka menunggu kedatangan bibir Paijo.
Naluri Paijo akhirnya mengatakan bahwa ini adalah saatnya
buat ia bertindak. Meski mulanya agak ragu, Ia mendekatkan
wajahnya pada wajah Sandra.. seraya sedikit memiringkan
kepalanya... Dan...
Hal itu terjadi....
Bibir Sandra memagut liar bibir Paijo. Kenyatannya selama
tiga minggu tak bersetubuh dan hanya melakukan oral dengan
Alfi dan Didiet tidaklah cukup buat meredam gairahnya dan
menjadikan dirinya benar-benar haus akan belaian. Yang
vaginanya sangat butuhkan adalah kenikmatan langsung dari
sebuah alat vital pria. Dan penis Paijo yang sangat beruntung
malam ini karena sebentar lagi bakal di lumat habis-habisan
dan spermanya bakal di hisap sampai kering buat
menuntaskan rasa dahaga vaginanya. Kali ini ia tak lagi ragu
buat melakukan hubungan intim. Bukankah sebelum ia
menyadari tentang kehamilannya itu dari Lila, ia dan Alfi
selalu berhubungan intim di minggu-minggu awal
kehamilannya dan hal itu tak menyebabkan permasalahan
bagi janin pada kandungannya. Apalagi cuma melakukannya
dengan Paijo. Ucapan Alfi ada benarnya. Titit Paijo memang
tak bakalan bisa membentur rahimnya.
Paijo sendiri seakan masih tak percaya akan keberuntungan
yang datang kepadanya saat ini. Ciuman dari Sandra telah
menepis segala keragu-raguan hatinya. Ia sadar panggilan
sayang yang diucapkan Sandra kepadanya hanyalah sebuah
ungkapan rasa suka sesaat yang di dasari oleh nafsu birahi
semata bukanlah sebuah rasa suka karena ada perasaan
cinta seperti halnya Sandra terhadap Alfi. Sekalipun kini ia
diberi hak yang sama dengan Alfi oleh Didiet untuk menikmati
kemesraan dengan istrinya itu. Dan Sandra sendiri saat ini
suka rela ia intimi. Ataupun karena dialah yang telah berhasil
menanamkan janin di rahim Sandra saat ini bukanlah Alfi.
Namun semua itu tak dapat merubah perasaan Sandra. Sebab
cinta sang bidadari itu memang hanya buat Alfi seorang.
Tetapi Paijo sungguh bangga akan pencapaiannya saat ini.
Seandainya saja dulunya ia lebih dahulu bertemu dengan
Sandra ketimbang Alfi mungkin saja ceritanya akan menjadi
lain. Perlahan Sandra menariknya naik ke atas tempat tidur
tanpa melepas ciuman mereka. Keduanya berdiri di atas lutut
mereka. Wanita cantik itu mulai melepas satu persatu kancing
kemeja lusuhnya. Setelah itu giliran celana pendeknya
tertanggal. Napas Paijo semakin memburu ketika jemari halus
Sandra mencengram gemas batang penisnya yang sudah
kukuh bagai tonggak.
"Buka bajuku Kang mas" pinta Sandra tanpa melepas kontol
Paijo dari genggamannya sambil sesekali melakukan gerakan
kocokan.
Sementara tangan kirinya meraih belakang kepala Paijo dan
menarik kepala Paijo buat kembali melakukan ciuman.
Bukanlah perkara gampang buat Paijo mempereteli busana
tanpa melihat. Di tengah gairah yang membakar hasratnya
saat ini jemarinya hanya bisa mengandalkan nalurinya agar
pekerjaannya cepat selesai. Alhasil meski agak lama ia
berhasil juga menanggalkan semuanya. Yang pertama menjadi
sasarannya tentu saja payudara indah Sandra.
"Oughhhhh..."leguh Sandra ketika salah satu putting
payudaranya berada dalam kemutan mulut Paijo. Tetapi
sedetik kemudian ia langsung menolak kepala Paijo menjauh
dari dadanya.
"Jenggg?" Tanya Paijo heran.
"Kangmas aku sudah tidak tahan lagiii..." rengek Sandra.
Meski tak biasanya Sandra langsung main tembak seperti ini
namun Paijo paham apa yang diinginkan calon ibu dari kedua
anaknya itu
Ia mengangguk. Sandra sudah rebah terlentang. Paijo
mengatur posisi tubuhnya. Ia masuk di antara ke dua paha
montok nan putih istri Didiet itu. Ujung penisnya ia arahkan
tepat ke sebuah bukit kecil itu berbentuk bagaikan kue serabi
dengan saus lezat meleleh dari bagian tengahnya yang
terbelah. Pada detik-detik penyatuan itu pandangannya
bertemu dengan Sandra.
"Masukinn sekarangg kanggg mass..Ough!" rintih Sandra
semakin tak sabaran sambil berusaha menarik pinggul Paijo
ke arahnya.
Akhirnya Paijopun menurunkan pinggulnya. Blessss!!! ...
"Arggggg !!!" Sandra dan Paijo terpekik berbarengan saat
penyatuan itu berlangsung. Organ intim mereka telah kembali
bersatu. Merasakan jutaan sengatan kenikmatan pada
kemaluan mereka setelah sekian lama berpisah. Setelah
terjadi gejolak hebat dalam rumah tangga Sandra hal itu yang
nyaris tak mungkin lagi terjadi.
"Ougghhhhh kangg masssss.!!" Sandra terpekik dilanda
orgasmenya yang pertama.
Anak ini telah menuntaskan hasrat dan gairahnya yang telah
terkukung selama beberapa minggu ini hanya dalam waktu
kurang dari satu menit setelah penetrasi dan ia belum lagi
menggerakan pinggungnya. Paijo memang memiliki sebuah
kelebihan buat menaklukan banyak wanita di atas ranjang
termasuk dirinya. Bahkan Nadine yang kekeuh saja
akhirnyapun menggelepar takluk di dalam dekapannya. Hanya
saja nasibnya tak seberuntung Alfi. Cuma satu kekurangan
Paijo. Penisnya memang tak sepanjang milik Alfi sehingga tak
mampu menyentuh dasar vagina Sandra dan Nadine. Namun
itu sudah cukup untuk membuat para wanita itu mendapatkan
kenikmatan yang begitu tinggi.
"Kang mas kocokin tititnyaa" rengek Sandra setelah orgasme
pembukanya tadi mereda. Ia sungguh ketagihan merasakan
benda bertintik itu menggelitik seluruh cerukan yang ada di
dalam liang intimnya.
Paijo mulai mengocok. Ia lakukan itu dengan begitu lembut
kerena ia ingat ada anaknya diperut dalam perut Sandra.
Benda hitam legam itu bergerak keluar sedikit namun masuk
kembali secara maksimal hingga pubik bertemu pubik. Setiap
gerakannya membuat cairan kenikmatan Sandra membanjir.
Begitu banyaknya hingga tertumpah-tumpah di seprey. Paijo
tak juga menaikan tempo kocokannya. Ia tetap konsisten
dalam gerakan lambat nan syahdu. Sementara Sandra
semakin menggelepar di bawah tindihannya..
"Argggg kangg masssss.!!"pekik kenikmatan Sandra kembali
terdengar. Paijo kembali menekan penisnya dalam-dalam dan
menahan gerakannya. Penisnya yang berdenyut-denyut kuat
semakin menambah rasa nikmat bagi Sandra saat itu.
"Uhhh...diajeng dapett lagii?"
"Iyaaa kangg masss.... Titit kang mass enak sekaliiii!!."
Setidaknya persetubuhan itu sudah berjalan lima belas menit
ketika Sandra kembali memperoleh orgasmenya yang ke tiga..
"Dicabut sekarang, jeng?" tanya Paijo sepertinya ragu buat
meneruskan persetubuhan itu. Ia ingin mengakhirinya karena
kuatir akan keselamatan janin di dalam kandungan
Sandra meski ia sendiri belum memperoleh orgasme. Ia
sengaja mati-matian bertahan dan mengkesampingkan
kepuasan dirinya karena ia ingin wanita yang mengandung
anaknya itu terpuaskan dulu.
"Jangan dulu kang mas! Aku masih mau lagi. Lagian Kang
mas kan juga belum dapet?" ujar Sandra sambil mengusap
dada pemuda perkasa itu dengan jemarinya yang lembut.
"Tapii jeng..."
"Tidak apa-apa kang mas. Kita terus lakukan secara perlahan
saja. Aku ingin sekali merasakan denyutan titit kang mas di
dalam tubuhku sewaktu kang mas dapet" ujar Sandra. Ia
dapat melihat wajah Paijo yang begitu pucat karena menahan
ejakulasinya. Ia jadi heran bercampur kagum pada anak ini.
Paijo tampak begitu berbeda dengan sosok yang pernah
menggaulinya beberapa bulan yang lalu. Paijo yang ini begitu
santun bahkan mampu bersikap bagai seorang gentleman.
"Baiklah jeng"
Mereka kembali bergumul. Sandra mulai bisa mengendalikan
situasi setelah memperoleh tiga kali orgasme. Ia mulai
mempergunakan kekuatan otot-otot panggulnya hingga
kewanitaannya. Vaginanya menghisap dasyat penis hitam
Paijo.
"Uhhhh! Jengg..enakkk..ekkkk.."rintih Paijo.
"Enakk sayanggg?" tanya Sandra bergairah.
Entah mengapa ia-pun menjadi sangat suka pada rintihan
kenikmatan katrok ala Paijo pada saat mereka bersetubuh.
Hal itu memancing gairahnya semakin tinggi dalam percintaan
ini.
"Iyaaa jeeng enak sekaliii "
"Kalauu beginii sayangg?" goda Sandra sambil melakukan
kocokan balasan yang lembut dari arah bawah.
"Arggg jeeng...enakkk!" Paijo semakin terpekik.
Yang dilakukan Sandra barusan bukanlah kocokan yang
sederhana. kontolnya mendapatkan tekanan yang besar di
dalam situ. Tubuh sintal Sandra dengan tinggi 174 sentimeter
membelit tubuh kerempeng Paijo yang hanya 153 sentimeter
itu. Menguasai dan mendominasi hampir seluruh bagian tubuh
Paijo dan hanya menyisakan bagian lutut hingga ke telapak
kaki yang terbebas. Tubuh Paijo bagaikan seekor anak
kambing yang tak berdaya di dalam belitan seekor pyton
besar. Sandra membelit tubuhnya dan sekaligus menelan
bulat-bulat organ vital bocah itu.
Akhirnya anak itu mendekap pinggang Sandra. Sandra
mengenali gejala itu. Anak itu sudah akan orgasme. Ia segera
melumat bibir Paijo sambil balik mendekapnya. Lalu
mengayunkan pinggulnya ke atas dan ke bawah secara kuat.
sementara itu bagian kewanitaannya bekerja mencekik dan
mengunci erat titit pemuda itu. Paijo terpekik namun suaranya
teredam oleh bekapan bibir Sandra. Saat itu ia menerima dua
kenikmatan sekaligus dari bagian atas dan...bawah! Penisnya
berdenyut keras. Lalu memuntahkan lahar panas dari ujung
kepundan lubang pipisnya. croottt!...crottt...crottt!! Mata
pemuda itu sempat terbelalak sekejap lalu mendelik
selanjutnya terpejam erat. Begitu dasyat orgasme yang
melanda Paijo. Tubuhnya ikut terhentak-hentak setiap kali
kontolnya memancutkan spermanya.
"Semprotinn..kangmass sayangg...habiskann semua..benih
kangmas buatkuu.." desah Sandra sambil menikmati proses
orgasme yang di alami Paijo kali ini.
Liang senggamanya begitu penuh oleh titit dan jutaan benih
subur Paijo. Gumpalan cairan yang sama dengan cairan yang
pernah membuahi rahimnya. Sandra menganggap Paijo
memang pantas mendapatkan itu. Ia seakan ingin
mengungkapkan rasa terima kasihnya atas dua janin yang
berhasil anak itu tanamkan ke dalam rahimnya saat ini.
Tubuh mereka terus saling melekat satu sama lain dalam
posisi missionary sambil berciuman ketat. Jika dulu Sandra
selalu meminta Paijo menjauh agar ia bisa melakukan proses
pembuahan namun kini hal itu tak perlu lagi. Sandra
membiarkan Paijo meresapi sisa-sisa kenikmatan itu hingga
tuntas di dalam dekapan tubuh cantiknya.
"Pejuh kang mas banyak sekalii"ujar Sandra ketika ciuman
mereka terlepas.
"Habis tempik diajeng enak sekali "puji Paijo
"Benarkah? Kang mas suka tempikku? masih peret ya?"
"Iya jeng. Peret sekali. Bahkan lebih peret dari punya Surti"
Wow! Lebih peret dari gadis seusia Surti? Sandra jadi
melambung mendengar itu. Ia yakin sekali Paijo berkata apa
adanya.
"Bagaimana Dian dan Nadine?" Ini kesempatan bagi Sandra
untuk mencari tahu mengenai hal itu. Soalnya selama ini Alfi
tak pernah mau mengatakannya.
"Bu Dian itu asyik tapi 'ngisep'-nya ndak sekuat diajeng
apalagi kalau dia sudah 'dapet'. Kalau bu Nadine hampir
sama seperti diajeng, tempiknya masih peret sekali meski
sudah pernah melahirkan, tapi saya ndak begitu suka sebab
dia mintanya selalu yang aneh-aneh. Buat saya tetap punya
diajeng yang paling enak"
"Hi hi hi terima kasih kang mas sudah memilih aku" Sandra
tersenyum geli.
Ia paham apa maksud Paijo. Nadine memang menginginkan
begitu banyak variasi pada saat berhubungan intim. Padahal
baik Paijo maupun Alfi lebih suka melakukannya dalam posisi
missionari karena posisi ini sederhana, tidak harus retok
namun full body contact. Sedangkan Sandra sendiri memang
lebih suka posisi itu karena secara psikologis ia merasa di
dominasi dan dikuasai oleh pasangannya pada saat
persetubuhan berlangsung dan itu memberikannya rasa
nikmat yang sangat kuat. Sedangkan Dian kemungkinan saat
itu ia memang tak terlalu antusias bercinta dengan Paijo.
"Tapi bu Dian itu manis sekali orangnya" sambung Paijo
seakan ia ingin menegaskan bahwa keintiman bukanlah
segala-galanya baginya. Ada hal-hal lain yang membuatnya
suka akan seseorang.
"Hi hi ketahuan sekarang. Kang mas punya perasaan sama
dia kan?"
Paijo tersipu-sipu malu. Memang keisengan Dian tempo hari
telah meninggalkan kesan yang mendalam baginya.
"Kang mas pasti kangen sama dia kan?"
"Iya jeng saya kangen sekali sama bu Dian"
"Bagaimana kalau kuminta ia datang kemari menemui kang
mas sebelum keberangkatan kang mas ke pulau K?"
"B.benarkah jeng?... tapi... apakah bu Dian mau datang buat
saya?"
"Kang mas tenang saja serakan semuanya padaku"
"Baiklah jeng"
Mereka masih terus berdekapan dengan kemaluan Paijo masih
menancap ketat di dalam vagina lembut Sandra.
"Kang maasss.."
"Ya jeng?"
"Punya kang mas masih tegang dan berdenyut-denyut di
dalam punyaku. Kang mas masih mau ngegituin aku lagi
kan?"
"Iya jeng. Aku masih pingin terus ngentot sama diajeng"
"Kalau begitu kita terusin lagi ya kang mas? Berikan rahimku
beberapa kali lagi semprotan cinta kangmas"
Untuk kesekian kalinya mereka kembali bergumul. Ketika
bercinta dengan Nadine, Paijo tak begitu gairah dan cenderung
berlaku pasif. Justru Nadine yang begitu meletup-letup malam
itu. Mungkin saja hal itu terjadi karena Paijo masih
terpengaruh oleh persoalannya dengan Surti. Tapi kali ini
sangat berbeda. Semangat dan kepercayaan dirinya terpompa
setelah tahu bahwa dialah ayah dari janin di dalam rahim
Sandra. Dan penyerahan diri Sandra benar-benar telah
menghapus segala bentuk kesedihan dan kekecewaannya
terhadap Surti. Dulu ia mengira Surti adalah hal terbaik dalam
hidupnya. Ternyata anggapannya itu salah. Kini ia sadar jika
ia begitu merindukan wanita ini lebih dari rasa kengennya
terhadap Surti.
"Ouhhhhhh Kangg massss sayanggggggg!" rintih Sandra
merasakan kenikmatan dasyat hasil kombinasi kombinasi
sempurna dari kontol bertindik dan stamina prima Paijo.
Tidak sia-sia Paijo mengikuti terapi sehat yang di anjurkan
Lila baginya tempo hari. Dan itu masih ia terus lakukan
sampai dengan saat ini. Ternyata setelah berjalan beberapa
bulan barulah kelihatan hasilnya. Sungguh luar biasa penisnya
masih terus berdiri tegak dalam hisapan gelombang
multiorgasme Sandra yang sudah berlangsung hampir satu
jam! Hingga suatu ketika...
"Jengg aku sudah ngga kuat lagiii!!" rintih Paijo. Tampaknya
ia memang sudah berada di waktu yang tepat karena Sandra-
pun sudah sampai di puncak klimaksnya.
"Lepassiinnnn kangg mass!! Sekaranggggg!!
Arghhhhhh!!!!"pekik Sandra
Penis Paijo mengembang kempis berkontraksi sekaligus
melontarkan stok sperma miliknya yang masih lumayan
banyak. Mendobrak katup penahan terakhir. Lalu meluncur
dengan kecepatan tinggi di dalam saluran pipis Paijo
berebutan buat mencapai ujung diiringi rasa geli dan nikmat
yang tiada tara. Croottttt!!..crotttttt...crooottt.....
"Argggggggg "pekik nikmat dari Paijo membahana. Sekitar
lima belas semprotan dengan gumpalan besar susul menyusul
menghantam dinding rahim Sandra.
"Kang mas perkasa sekalii malam ini. Aku benar-benar puas
dan mengaku takluk" pujinya sambil mengelus-elus dada
pejantan kampung itu.
"Kucabut dulu ya jeng. Biar anak kita ndak berat" kata Paijo.
Sandra tersenyum dan mengangguk.
Plop.....Paijo melepas penisnya meninggalkan lubang merah
indah menganga di selangkangan Sandra yang penuh dengan
spermanya. Lalu rebah terlentang bersisian dengan wanita
luar biasa 'membakar' itu. Keduanya berusaha meredakan
nafas yang memburu. Butir-butir peluh membanjiri sekujur
tubuh mereka. Sandra terperangah kagum. Yang terjadi
barusan benar-benar adalah sebuah percintaan yang sangat
mengguncang. Paijo memberinya rangkaian orgasme yang
sempurna. Sedangkan bagi Paijo sendiri. Ia baru merasakan
persetubuhan pada tingkatan seperti ini. Mungkin hanya baru
titit Alfi yang selama ini pernah dan bisa merasakan puncak
orgasme Sandra. Ia memutar tubuhnya ke samping sehingga
menghadap ke arah Paijo. Lalu merapatkan tubuhnya.
Sementara kepalanya ia rebahkan ke bahu anak itu. Sepuluh
menit berlalu. Tiba-tiba Sandra bangkit. Diraihnya penis Paijo
yang sudah agak melembek. Lalu dikocoknya benda hitam di
dalam genggamannya dengan lembut. Anak ini! lubang
pipisnya begitu lebar. Gumam Sandra gemas. Ia bisa melihat
jauh ke dalam. Dan dari dalam situ cairan sperma kembali
meluber keluar.
"Biar kubersihkan pake mulutku ya kang mass" tanpa
menunggu jawaban dari Paijo, Sandra langsung memasukan
titit hitam berlumur lendir itu ke dalam mulutnya.
"Engghh...apa jeng tidak jijiiik?"tanya Paijo di sela-sela
rintihannya.
"Glk..clk..tidakk..punya kang mas...gurihh maniss Glkk clkk"
Jawab Sandra singkat. Lalu dengan gemas kembali melahap
penis anak itu bagaikan sebuah lolipop yang sangat lezat.
Paijo tak ingin bertanya-tanya lagi. Ia biarkan Sandra
menikmati kejantanannya. Menghisap dan menjilati sisa-sisa
sperma di sepanjang batang kemaluannya. Tak ada yang
terlewatkan. Terutama yang terselip di seputar kulupnya.
Semuanya tandas Sandra telan . Kuluman Sandra tak hanya
berdampak membersihkan namun juga menjadikan alat vital
anak itu kembali berdiri dengan kukuhnya. Dan memang hal
itu yang diinginkan oleh Sandra. Hingga lima menit berlalu...
"Entot aku lagi seperti tadi kang mas" bisik Sandra lalu
terlentang sambil membuka ke dua pahanya lebar-lebar Paijo
masuk di antara kedua paha montok wanita cantik itu. Lalu
mengambil lagi posisi missionary.
Penisnya tanpa perlu dituntun melesak perlahan ke dalam
belahan vagina Sandra. Sandra langsung melingkarkan ke dua
pahanya melilit pantat Paijo ketika penyatuan itu terjadi.
Mereka kembali melakukannya dalam beberapa jam ke depan.
Pemuda miskin, putus sekolah, berkulit hitam legam terbakar
sinar matahari, namun beruntung mendapatkan kehangatan
dari wanita cantik bertubuh molek bagai top model seperti
Sandra. Setelah sesi itu berakhir, Sandra bangkit dan
memungut pakaiannya dari lantai. Ia harus pindah ke
kamarnya jika tak ingin persetubuhan mereka terus terjadi
hingga pagi harinya. Paijo-pun seakan mengerti akan hal itu.
Ia juga ingat jika Sandra sedang hamil anaknya.
"Buuu" panggil Paijo kembali memanggil Sandra dengan
sebutan 'ibu'
"Ya Jo?"
"Terima kasih" ucap pemuda itu.
Sandra tersenyum lalu menutup pintu kamar Paijo.
--
Pukul dua puluh satu lewat tigapuluh.
Saat Sandra kembali ke kamar ia berpapasan dengan Didiet.
Sepertinya suaminya itu baru saja tiba dan nampak sedang
melepas dasinya.
"S...sayy?" Didiet terbengong melihat Sandra melintasinya
tanpa busana.
Tadinya ia mengira Sandra sedang berada di kamar mandi tak
tahunya istrinya justru masuk dari arah luar kamar.
"Apakah aku melewatkan sesuatu Say?" tanyanya menduga-
duga.
Sandra tak menjawab. Ia naik ke atas tempat tidur dengan
cuek seolah tak melihat kehadiran suaminya di situ.
"Say! Sayy! Jawab aku dooong" kejar Didiet penasaran.
"Bodoh ahh!" jawab Sandra sambil tersenyum nakal.
Didiet buru-buru melucuti semua pakaiannya. Lalu menyusul
naik ke atas kasur. Ia yakin sekali telah terjadi sesuatu antara
istrinya dan Paijo. Ia dapat melihat tanda-tanda itu di sekujur
tubuh Sandra. Keringat yang bercucuran ditambah puting susu
yang masih menegang dan warna merah. Ia hanya perlu
menambah bukti yang paling meyakinkannya.
"Ngapain sich!" Tanya Sandra melihat Didiet memposisikan
wajahnya ke bagian kewanitaannya..
"Sayy.. buka sedikit dongg, " bisiknya tak sabaran.
Sandra-pun membuka pahanya lebar sehingga dengan begitu
suaminya leluasa melakukan investigasi tubuhnya.
Jantung Didiet berdetak cepat saat melihat area pubik dan
permukaan vagina istrinya yang memerah memar. Ia tahu hal
itu diakibatkan oleh sebuah persetubuhan yang panjang.
Jemarinya gemetar berusaha membuka belahan cantik itu.
Gila! ternyata masih banyak sekali sperma yang tertinggal di
situ. Begitu kental sehingga tak tertumpah saat Sandra
berjalan menuju ke kamar tadi.
"Sayy engkau curanggg! Kemarin-kemarin kan engkau bilang
tak menginginkan dia! Tetapi ternyata .." Didiet berteriak
kecewa bagai anak kecil tak dibelikan permen oleh ibunya.
Ia memang sama sekali tak menduga jika akhirnya Sandra
kembali mau bercinta dengan Paijo.
"Seperti yang pernah engkau katakan itu cuma sex! dan aku
membutuhkannya seperti halnya Nadine".
"Tetapi setidaknya engkau kan memberi tahuku sehingga aku
bisa pulang lebih awal sehingga bisa menyaksikan kalian
melakukannya"
"Hmm. Semuanya terjadi begitu saja tanpa kurencanakan.
Lagian aku tak ingin mengganggu kesibukanmu di kantor"
"Engkau pasti sengaja melakukannya untuk membuatku
penasaran, kan?"
"Siapa suruh meninggalkan istri cantik dengan pria lain dalam
satu rumah. Pake acara lembur segala? Tanggung sendiri
akibatnya."
"Eng ..kapan kalian mulai, Say?"
"Sejak jam enam sore"
"Benar-benar sial sekali aku!." gerutu Didiet.
Berarti setidaknya sudah empat jam mereka bergumul. Hal
yang tak direncanakan seperti ini memang memiliki tingkat
akumulasi gairah yang tinggi. Namun tetap saja sia-sia sebab
ia tak menyaksikan sekejab-pun pertunjukan hebat tersebut.
"Say ...katakan padaku apakah engkau p puasss?"
"Iya" jawab Sandra singkat.
"Mmaksudku... apakah engkau terpuaskan oleh kontolnya yang
berukuran standar itu?" tanya Didiet seakan belum percaya.
Padahal saat bercinta dengan Nadine tempo hari, Paijo telah
menunjukan kehebatannya seperti apa yang Sandra tuturkan
barusan. Baginya itu terlalu luar biasa. Pemuda itu tak
mungkin bakalan mampu menandingi kehebatan Alfi. Dan Ia
masih menganggap keintiman yang panas malam itu
dikarenakan Nadine sedang dalam keadaan tak terkendali.
"Engkau bercanda?. Yang terjadi barusan itu adalah salah
satu seks terbaik dalam hidupku. Dia itu benar-benar sebuah
mesin cinta yang tercipta buat menaklukan para wanita di
atas ranjang. Soal ukuran...Memang Paijo tak memiliki
kemaluan sebesar atau sepanjang miliknya si Alfi. Namun dia
punya keunggulan tersendiri yang tak dimiliki oleh Alfi. Engkau
tahu Dit? Tititnya itu enakk bangettt! Aku tak tahu mana yang
lebih enak antara dia dan Alfi. Mungkin saja miliknya adalah
titit ter-enak yang pernah masuk ke dalam punyaku.
Bayangkan selama dua jam terakhir aku di hajarnya sampai
mengalami orgasme ngga putus-putus. Jika saja aku sedang
tidak hamil kami pasti akan melakoninya di sepanjang malam
ini."
"Apaaa?!! D..diaa mampu membuatmu mengalami
multiorgasme?! Argghhh Sayyyyy!" pekik Didiet histeris.
Gairahnya naik dengan cepat hanya dengan mendengar
penjelasan Sandra. Sementara itu tangannya mulai mengocok
liar kontolnya sendiri. Sandra memang sengaja membiarkan
suaminya larut sendiri dulu dalam imajinasi dan fantasinya.
Kini Didiet baru percaya apa yang dikatakan Nadine tempo
hari soal sesuatu yang luar bisa tersimpan pada penis bocah
itu. Sandra sendiri baru bertindak setelah melihat Penis Didiet
sudah berwarna keunguan. Ia merunduk Didietpun melepaskan
pegangan jemarinya. Dan mulut Sandra-pun mengambil alih
kontolnya yang terawat bersih itu. Tak perlu menunggu lama.
Didiet sudah terlalu 'high' saat itu. Pria itu telah sampai pada
puncak kenikmatan.
"Arggggghhh sayy!" Jerit Didiet sambil mengangkat pinggulnya
tinggi-tinggi seiring ujung penisnya memuncratkan sperma.
Sandra berupaya memberikan hisapan terbaiknya. Tak
melepaskannya hingga penis Didiet memuntahkan tetes
sperma terakhirnya.
"Nikmat?" Tanya Sandra genit sambil menjilat beberapa tetes
sperma suaminya yang belepotan di sekitar bibirnya.
"Hss..hss Yaa terima kasih, Say" jawab Didiet dengan napas
masih terengah-engah.
"E.ee kamu mau ngapain lagii, sich?" Tanya Sandra melihat
Didiet beringsut hendak menindihnya.
"Aku kangen banget padamu " jawab Didiet berusaha masuk
ke posisi misionari.
"Tidak bisa!. Aku masih kuatir akan ada efeknya terhadap
kandunganku" ujar Sandra engan cepat merapatkan ke dua
kakinya sehingga upaya Didiet terhalang.
"Tapi kenapa anak itu engkau beri sedangkan aku tidak boleh?
Padahal ukuranku kan sama dengan anak itu" protes Didiet
meminta keadilan pada istrinya..
"Tetap saja beda. Titit Paijo enak dan punyamu biasa saja"
"Lho? Lantas apa hubungannya dengan resiko keguguran?"
"Paling tidak rasa enaknya harus seimbang dengan resikonya.
" jawab Sandra seenaknya.
"Ah! Engkau hanya mengada-ada. Say! Pleaseee. Satu kali
saja , say" rayu Didiet
"Tidak bisa!"
"Jadii benar-benar tidak bisa?"
"Tidak!"
"Yah! Baiklah aku menyerah deh! Sepertinya aku hanya akan
bisa menikmati jemari tanganku sendiri sambil menonton
kalian" gerutu Didiet lesu.
Soal keputusan yang satu ini Sandra tak bisa lagi di ajak
tawar menawar. Ia tak bakalan bisa merasakan vagina
istrinya hingga beberapa bulan ke depan. Tak mengapalah.
pikir Didiet. Sebab toh ia masih punya istri yang lain yaitu
Nadine.
"Setidaknya engkau bisa menikmati hal itu kan?"
"Kalau begitu aku bisa melihat kalian melakukannya sekali
lagi, kan?" rayu Didiet untung-untungan.
"Tentu saja, tapi besok. Soalnya sekarang aku sudah cepek
banget." jawab Sandra menolak permintaan Didiet sekaligus
mengodanya. Ia tahu suaminya itu masih bergairah sekali.
Lalu ia menarik selimut dan tertidur dengan senyum kepuasan
tersungging.
"Duhh lagi-lagi siaal"
--
Pagi harinya
Sandra menelpon ke rumah. Dan Nadine yang mengangkat.
"Hi..Nad. Bagaimana ke adaan rumah?"
"Hi hi beres kok Sand, ada apa sih?"
"Aku cuma mau mengingatkan Alfi jika aku pulang besok. Aku
ingin dia menjemputku"
"Ok nanti sepulang sekolah, akan kukatakan padanya. Oya,
Sand.. kau tahu Alfi berperilaku aneh sejak kemarin"
"Aneh bagaimana, Nad? Apa mungkin ia tahu kamu
selingkuh!?" Tanya Sandra kuatir.
"Hi hi hi kamu kok cemas gitu? calm sedikit donk. Yang ingin
kusampaikan ini adalah berita baik kok"
"Soalnya akhir-akhir ini aku selalu saja mendapat kabar-
kabar yang membuatku risau. Oya ada apa memangnya
dengan Alfi"
"Hi hi begini ceritanya...Aku tiba bersama Alfina siang
kemarin. Mulanya aku heran ia masih di rumah padahal
seperti engkau ketahui biasanya bila engkau tak ada ia selalu
pergi ke rumah Niken. Ia mengambil alih Alfina dariku lalu
mengajaknya bercengkrama bersama bik Iyah di ruang
keluarga. Aku baru terkejut ketika aku memasuki kamar
tidurku, kudapati hamparan bunga mawar putih dan merah di
atas tempat tidur. Harum alami bunga-bunga tersebut
bercampur dengan asap aromaterapi merebak kesetiap
penjuru kamar. Alfi menyusulku ke dalam kamar dengan
minyak zaitun di tangannya. Rupanya ia berniat memberiku
pijatan. Meski diliputi keheranan akan perlakuannya yang tak
biasa itu, aku menurut saja. Aku melepas seluruh pakaianku.
Lalu tidur tengkurap di atas ranjang"
"Biar kutebak... engkau pasti terangsang lantas setelah itu
kalian bercinta dengan hot-nya,kan?" Sela Sandra.
"Hi hi Dugaanmu meleset, Sand. Tidak ada seks sama sekali
siang itu. Sepertinya Alfi tak berniat merangsangku dengan
pijatannya. ia hanya ingin aku merasakan kenyaman. Tak
kusangka pijatannya seperti layaknya pijatan seorang pemijat
professional.. Aku sampai merem melek karena di susupi rasa
nyaman dan kantuk. Alfi terus menyelusuri tiap inci tubuhku
dengan jemarinya hingga aku tertidur lelap di tengah
pijatannya itu."
"Mungkin sekitar satu sampai dua jam aku tertidur akibat
pijatan dari Alfi tadi. Dan ketika aku terjaga dari lelapku hari
telah menjelang sore. Lalu aku memutuskan untuk mandi agar
tubuhnu kembali segar. Kemudian aku menuju ke kamar
mandi. Di sana aku kembali dikejutkan saat melihat jacuzi-ku
sudah dalam keadaan sudah terisi penuh cairan rempah dan
di kelilingi oleh belasan lilin beraneka warna yang sudah
dalam keadaan menyala. Aku juga menemukan sebuah kartu
ucapan dalam keadaan terbuka di atas tumpukan handuk
yang di dalamnya tertulis;
'Kakak sayang,
Tak usah tanya-tanya kenapa Alfi lakukan ini. Kakak hanya
perlu tahu bahwa
kakak memang layak mendapatkannya. Setelah ini dandan
yang cantik ya, Alfi
menunggu buat makan malam..
Alfi'
"Aku masih diliputi keheranan mengapa anak itu melakukan
ini semua sebab seingatku hari ini bukanlah hari ulang
tahunku. Tapi sepertinya Alfi sedang berniat memanjakanku
hari itu. Dan karena ia sudah mempersiapkan itu semua maka
aku langsung memanfaatkan kesempatan itu. Setelah kupikir
aku memang sangat membutuh waktu buat memanjakan diri.
Melepas sejenak dari tugas rutinku sebagai wanita karier dan
ibu rumah tangga."
"Hi hi hi tak kusangka ia romantis seperti itu, Nad."Sela
Sandra
"Aku juga demikian. Ternyata anak itu benar-benar mengerti
akan diriku. Kuperhatikan secara seksama semua yang ia
persiapkan buatku memang cocok dengan kulitku."
"Puas merendam diri aku kembali ke kamar dan berdadan
layaknya akan pergi ke sebuah pesta sesuai dengan
permintaannya. Kupilih baju terusan mini dengan dada sedikit
terbuka berwarna hitam. Kutahu ia paling senang melihatku
mengenakan baju itu."
"Kejutan lain berlanjut sore harinya. Kupikir tadinya ia akan
mentraktirku makan ke restoran. Ternyata ia sudah
menungguku di meja makan kita yang sudah tertata rapi
lengkap dengan dinner set mewah milikmu diatasnya di antara
beberapa lilin yang menyala. Aku tak tahu kapan ia
mempersiapkan itu semua. Aku benar-benar merasa
tersanjung terus menerus menerima kejutan-kejutan darinya
itu."
"Alfi menyambutku. Ia sudah berdandan rapi menggunakan
pakaian terbaiknya. Lalu ia menarikan kursi buatku duduk.
Sedangkan ia sendiri mengambil duduk bersebrangan meja
denganku. Kejadian selanjutnya membuatku nyaris tertawa
ketika melihat bik Iyah berdandan ala pelayan bangsawan
eropa muncul membawa Appetizer. Kami mulai dengan
hidangan pembuka yang berupa soup dan shrim coktail. Bik
Iyah terus melayani kami berdua dengan sigap. Setelah
hidangan pembuaka selesai ia mengambil setiap piring bekas
lalu menggantinya dengan T-Bone Steak sebagai 'main
course'. Alfi memang tahu betul selera kita, Sand. Selain
dagingnya yang empuk saus garlic-nya benar-benar
lezattt! ..Terakhir hidangan malam itu ditutup dengan
sepotong tiramisu dan ice cream. Aku menduga mereka pasti
telah berlatih keras buat melakukan ini semua. Satu persatu
hidangan tersaji dengan begitu sempurna. Ketika kutanyakan
pada Alfi bagaimana ia melakukan itu semua. Ia hanya
menjawab kakak nikmati saja semua. Aduuh Sanddd...aaaku
benar-benar terlena dalam buayan romantisme-nya itu!"
"Wah wah Aku jadi kepingin cepat pulang agar bisa dia mesrai
sepertimu." Sela Sandra ikut terbawa suasana romantisme
mendengar penuturan sahabatnya itu. "Lantas apa yang
terjadi selanjutnya, Nad?"
"Ya memang itu belum selesai. Setelah usai makan malam
kami pindah ke ruang tengah. Alfi menawarkan padaku
beberapa pilihan film yang dibelinya. Sementara Bik Iyah
menidurkan Alfina di baby room, kami bebas berduaan nonton
hingga pukul sepuluh malam. Lalu kami pindah ke kamar
tidur. ia kembali memberiku pijatan. Tetapi tidak seperti siang
tadi. Kali ini Ia melakukannya dengan tubuh bugil. Dan titik-
titik pijatannya selalu ia arahkan ke sekitar bagian intimku.
Semakin lama pijatannya semakin 'Hot' dan lebih pantas di
sebut sebagai upaya merangsang itu membuatku benar-benar
kebelet kepingin segera ia intimi. Lalu kami melakukannya. Alfi
memintaku berdiri di atas ke dua lututku sambil berpegangan
pada kepala ranjang. Sedangkan ia sendiri juga berdiri di atas
kedua lututnya dan mengambil posisi di belakangku. Aku
langsung orgasme begitu ia utuh memasukiku."
"Glkk..Nadd..aku jadi basah mendengarnya..terusss..teruss.."
Tanya Sandra tak sabar mendengar kelanjutan kisah Nadine.
"Dan semua itu belum berakhir, Sand. Puncaknya aku
mendapat kejutan besar setelah kami bercinta selama kurang
lebih satu jam-an. Alfi melakukan sesuatu yang belum pernah
ia lakukan selama bercinta dengan kita bertiga, Sand."
"Apa itu, Nadd?" Tanya Sandra semakin penasaran.
"Ia memasukiku dari belakang tetapi bukan melewati jalan
biasa"
"ANAL maksudmu Nad?!"pekik Sandra tertahan
"He em"
"Oww Nad! Sakitkahh?!"
"Lumayann tapi sensasinya luar biasa. Aku tetap orgasme
kuat dalam kesakitanku."
"Pagi ini, ketika aku terbangun aku menemukan di sebelahku
sarapan buatku sudah terhidang di atas sebuah meja kecil. Di
atasnya ada semangkuk bubur ayam lengkap dengan emping
kesukaanku plus satu poci teh hangat. Kuduga ia sudah
berangkat ke sekolah. Sempat-sempatnya ia mempersiapkan
itu semuanya saat aku masih terlelap. Dan kulihat ada sebuah
kartu ucapan terselip di antara gelas dan poci. Sebuah kartu
ucapan yang lain. Isi tertulisnya begini;
'Kakak yang cantik,
Apakah kebahagiaan semalam mampu menghapus kesalahan
yang pernah Alfi
lakukan pada kakak selama ini?
Apabila tidak,
Alfi rela bila kakak mencari pengganti bagi diri Alfi,
Alfi siap terluka melihat kakak besama yang lain.
Alfi'
"Dari situ aku tahu ternyata ia melakukan itu ia ingin aku
memaafkannya karena ia merasa bersalahnya padaku selama
ini. Tapi aku tetap tak mengerti mengapa semuanya begitu
mendadak?"
"Mungkin saja karena Alfi takut bila terus-terusan tak ia
jamahi kamu juga akan berselingkuh sebagaimana halnya Dian
dan diriku dulu"jawab Sandra.
"Duh Sand, jika benar demikian aku justru yang merasa
bersalah padanya. Susah payah ia men'servis'ku habis-
habisan padahal aku sudah berselingkuh dengan Paijo dan ia
pasti telah menguras uang tabungannya buat semua ini"
"Hi hi Kalau begitu balik dirimu yang harus memberinya
keintiman penebusan buatnya siang ini"
"Iya juga. Aku rasanya tak sabar menantinya pulang sekolah
hari ini"
"Beruntung sekali kamu, Nad"
"Eh bagaimana denganmu? Apakah engkau masih 'virgin'
selama di sana?"goda Nadine
"Kau benar Nad. Aku telah bercinta dengannya semalam"
"Hi hi hi apa kubilang kamu juga pasti menyerah, kan?"
"Apa yang telah engkau lakukan pada anak itu, Nad?. Aku
seakan tak melihat lagi sosok Paijo yang kukenal dulu. Anak
itu begitu banyak berubah. Tak hanya kemampuan
bercintanya yang meningkat hebat namun juga kelakuannya
juga semakin baik"
"Hi hi hi hanya sebuah terapi kepribadian, kok. Tapi diselingi
dengan percintaan"
"Sebenarnya aku juga heran kenapa aku bisa jatuh kembali ke
dalam pelukannya. Aku tak ingin membanding-bandingkannya
anak itu dengan Alfi. Yang jelas dia juga punya pesona kuat
buat menaklukan banyak wanita. Aku hanya kuatir jika Alfi
sampai tahu aku berhubungan lagi dengan rivalnya itu."
"Ngga usah terlalu dipikirkan, Sand. Anggap saja sebagai
selingan selama kita menemani Didiet di kota yang
membosankan itu".
"Iya selingan indah rumah tangga utuh hi hi hi..Eh..Nad,
Sudah dulu ya ngobrolnya"
"Lho kok buru-buru amat, sich?".
"Iya nihh soalnya akuu..."
"Aaa aku tahu! Kamu pasti mau 'anu'sama Paijo kan?"
"Hi hi hi Memangnya mau ngapain lagi. Gara-gara mendengar
ceritamu aku jadi basah!".
"Iya deh kalau begitu. Selamat bercinta, Sand"
--
Sorenya
Didiet baru pada sorenya saat Didiet pulang. Ia menemukan
istrinya yang molek di atas ranjang tengah digenjot oleh
Paijo. Ternyata ia sudah terlambat beberapa jam. Mereka
sudah memulainya sejak seusai pembicaraan Sandra dengan
Nadine siang tadi. Untungnya pergumulan itu belum juga
berakhir. Akhirnya apa yang Didiet inginkan selama ini
tercapai juga. Ia dapat melihat bagaimana penis berukuran
standar milik Paijo memberi istrinya multiorgasme dalam
kurun waktu yang panjang. Wowww!! Didiet terpekik takjub
ketika melihat sperma Paijo terpancar balik keluar dari vagina
Sandra. Ia tahu multiorgasme Sandra yang menyebabkan itu.
Pada kondisi seperti itu liang senggama Sandra menciut
secara maksimal sehingga tak ada ruang lagi bagi benda lain
selain kontol Paijo. Lalu denyutan demi denyutan yang kuat
vagina Sandra menyebabkan seluruh cairan yang berada di
dalam akan terpompa lalu tersemprot keluar dari sela-sela
tautan alat vital keduanya. Malam itupun ia mendapatkan
'belas kasihan' Sandra buat menuntaskan hasratnya melalui
persetubuhan dengan istrinya itu. Liang senggama Sandra
terasa begitu likat oleh sperma Paijo. Didiet menggigil dalam
sengatan kenikmatan sambil membayangkan hisapan dasyat
itu yang juga telah menyengat penis Paijo selama beberapa
jam ini.
"Kau rasakan itu, Say? Bayangkan betapa sering dia
menyiramkan cairan kelaki-lakiannya di dalam tubuhku.
Seakan tak pernah ada habisnya meski vaginaku terus
meminum-nya ...Oughhh" Kata-kata nakal Sandra terus
terbisik di telinganya di tengah persetubuhan itu. Sepuluh
menit berlalu. Didiet sudah sampai pada akhir pelawanannya.
Sandra dapat merasakan itu. Ia mengunci pergerakan penis
standar suaminya itu dengan mengerahkan kekuatan otot-otot
kewanitaannya.
"Argggg...Sandddd!!" erang Didiet seketika itu juga orgasme
dasyat melanda dirinya.
Kukungan fantasinya tak hanya semakin mempercepat
terjadinya ejakulasinya namun juga membuatnya menjadi lebih
nikmat berkali-lipat. Tubuhnya mengenjan beberapa kali
sebelum ia benar-benar hilang kesadarannya di atas tubuh
molek istrinya itu. Orgasmenya telah mengakhiri semua
'percintaan panas' di malam itu.
--
Malamnya
"Dit?" tanya Sandra setelah Paijo pindah ke kamarnya sendiri.
"Ya?"
"Mengapa engkau berikan pekerjaan seperti itu pada Paijo?"
"Aku tak pernah menawarkannya. Secara kebetulan saja ia
mendengar pembicaraanku dengan temanku di telepon soal
itu. Ia sendiri yang justru menginginkan pekerjaan itu. Aku-
pun sudah berusaha mencegah dan memberikan gambaran
berbagai kesulitan yang bakal ia hadapi di sana. Namun ia
tetap bersikeras ingin pergi"
"Kasihan anak ituu..." desah Sandra.
"Sudahlah. Semua itu sudah menjadi pilihannya sendiri. Kita
tak dapat memaksakan keinginan kita kepadanya. Mungkin
juga ada baiknya untuk sementara waktu ia tak bersama-
sama kita. Setidaknya apa yang terjadi antara dia dan engkau
selama dua hari ini telah memberinya semangat untuk
melanjutkan hidupnya. Sebaiknya beristirahatlah, Say. Ini
sudah pukul sebelas. Engkau harus menjaga kesehatanmu
demi si 'kecil'"
Sandra merenungkan ucapan suaminya itu. Ia sendiri merasa
aneh mengapa ia menjadi sangat menikmati apa yang terjadi
akhir-akhir ini. Terlibat dalam sebuah percintaan segitiga
antara dirinya, Alfi dan Paijo di tengah pernikahan anehnya
dengan Didiet. Tetapi ia tak dapat memilih hanya salah satu di
antara ke tiganya. Dan ia merasa ia tak harus melakukan itu.
Ia justru ingin memiliki semuanya sekaligus. Alfi pemuda yang
sangat ia cintai dan puja bagai sang dewa cintanya, Lalu
Paijo pasangan selingkuhnya yang sekaligus ayah dari janin
yang sedang dikandungnya dan yang terakhir adalah Didiet
suaminya yang syah yang telah menciptakan semua keliaran
ini. Sebuah hubungan yang dianggap sangat janggal bagi
kebanyakan orang tetapi Sandra menganggap apa yang terjadi
sekarang ini adalah momen terbaik dalam hidupnya. Ia
bahagia. Malam ini ia bisa menutup matanya dengan
perasaan nyaman.
--
Pagi-pagi sekali Didiet bangun dan tak melihat istrinya berada
di sisinya. Ia pasti pindah ke kamar bocah itu! duga Didiet.
Dan benar saja ia menemukan Sandra dan Paijo sedang
bergumul di ranjang Paijo. Didiet mengeleng-geleng heran
bercampur takjub. Sandra begitu bergairah. Seandainya saja
Paijo dan Alfi bisa akur justru semuanya tak memiliki rasa
dan warna. Keduanya masih sempat bercinta selama dua
jam-an dan berlanjut dengan acara mandi plus bersetubuh
bersama di bawah siraman shower sebelum akhirnya semua
keintiman itu benar-benar berhenti. Sandra-pun harus
bergegas berpakaian dan berkemas buat mengejar
keberangkatannya hari itu. Tak hanya itu keduanya masih
kerap berciuman di sepanjang perjalanan menuju bandara.
"Say, ini sudah pukul sembilan lewat sepuluh" ujar Didiet
mengingatkan. Ia masih harus menunggu Sandra dan Paijo
menyelesaikan ciuman perpisahan mereka sesaat sebelum
mereka meninggalkan mobil di parkiran. Ia kuatir Sandra akan
terlambat karena pesawat akan take off pada pukul sembilan
lewat dua puluh lima menit.
"Empp..Ya.."sahut Sandra. Didiet lega akhirnya tautan bibir
mereka terlepas juga.
"Dit"
"Ya, Say. Ada apa?"
"Kalian jangan dulu pergi dari sini."
"Lho, ngapain lagi kami berdua di tempat ini?"
"Kira-kira satu jam lagi penerbangan Dian akan tiba"
"Apa? Dian mau datang kemari?"
"Iya aku yang minta ia kemari.Dan aku juga belum
memberitahunya jika ada Paijo di sini" ujar Sandra sambil
tersenyum nakal.
"O..oww...Aku tahu Say!..aku tahuu! Dasar! engkau memang
kelinci nakalku" Didiet tertawa sambil menggeleng-gelengkan
kepala. Memang ia yang memulai setiap keliaran yang terjadi
selama ini namun ada akhirnya selalu Sandra-lah yang
mengambil alih dan mengendalikannya permainan.
"Nah! Aku sudah berusaha membantu kalian. Selanjutnya
tinggal kalian yang berupaya membuatnya betah selama di
sini"
Sandra tiba-tiba menahan langkahnya sesaat sebelum masuk
melalui pintu sekurity. Ia menoleh ke arah Paijo
"Jo..."
"Iya bu?"
"Engkau mau-kan pulang menemui aku bila kamu sedang
cuti?"
"Ohh...buuuu...saya mau bu..saya janji akan datang buat ibu"
jawab Paijo dengan senyum kebahagiaan mengembang. Itu
berarti yang telah terjadi selama dua hari ini bukanlah sebuah
persetubuhan yang terakhir dari Sandra buatnya.
--
Sandra mengangkat handphone-nya.
"An, kamu jadi kemarikan?" Tanya Sandra agak berbisik
karena tak ingin orang di sekitarnya mendengar perkataannya.
"Iya, jadi. Sekarang ini sedang boarding, kok." Terdengar
jawaban Dian dari seberang pembicaraan.
"Apakah Alfi bersama-mu minggu-minggu ini?"
"Tidak sepulang dari singapore aku menginap di rumah ibuku.
Rencananya besok aku baru akan menginap di rumahmu."
"Baguslah jika begitu."
"Apanya yang bagus, Sand. Tahu ngga saat ini aku sedang h
o r n y bangett!. Tetapi engkau justru meminta aku pergi
menemani Didiet"
"Entar si Didiet bisa mengantikan keintiman buatmu"
"Hhhhhh!"terdengar helahan lesu Dian.
"Hi hi hi tenang saja dia sudah menyiapkan sesuatu agar
engkau 'bahagia' selama di sini"
"Benarkah? Memangnya Didiet sudah mulai mengkonsumsi
Viagra, ya?" cibir Dian
"Nanti engkau akan tahu sendiri setelah tiba di sini. Aku jamin
kamu pasti keget dan puas!"
"Aku jadi penasaran"
"Oya An, apakah engkau jadi menemui Lila buat memasang
kembali alat KB-mu?" Seingat Sandra tempo hari Dian berniat
memasang alat kontrasepsinya.
"Aku belum sempat, Sand. Tetapi Didiet kan bisa memakai
pengaman. Eh, kok mendadak menanyakan itu. Ada apa
memangnya?
"Tidak apa-apa"
"Eh, Sand. Sudah dulu ya. Aku sudah mau masuk ke pesawat
nih. Dag!"
"Baiklah, dag!" Sandra-pun mematikan handphone-nya lalu
melangkah memasuki pintu pesawat seraya tersenyum
bahagia.
Alfi sayangg. Tunggulah kakak pulang buatmu!
--
Selesai

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.