Sabtu, 07 Maret 2015

Schollgirl's Diary 2: The Discovery

Dari samping, aku memandangi dengan serius ke arah monitor
computer, Vivi tengah mengotak-atik computer miliknya, sementara
Farida tengah membolak-balik sebuah buku panduan, Reina sibuk
memberikan arahan, biarpun sering nyasar dan nggak nyambung,
Yapppp, disinilah markas besar empat gadis cantik bertubuh mulus
dan seksi.
"Gimana? bisa nggak?" Reina bertanya pada Vivi, Vivi menggeleng-
gelengkan kepalanya, wajahnya tampak kebingungan.
"Mayyyyy, bantuin mikir donggg, koq malah bengong" Farida
menolehkan kepalanya kearahku.
Duh...,aku yang cantik dan tidak bersalah ini menjadi pelampiasan
Farida.
"Yeee..!!, ini juga udah mikir keras, aku kan lagi berusaha supaya bisa
connect, terus nanya sama komputernya" aku menjawab sambil
memasang wajah serius.
"Huuuuuu...."Terdengar suara gaduh dari mulut Vivi, Reina dan Farida,
mulut mereka meruncing sambil menolehkan wajah kearahku.
"Vi , gantian sini..." Reina menggantikan posisi Vivi, sudah dari siang
tadi empat orang gadis cantik bergantian berusaha mengalahkan sang
komputer yang masih bandel, nggak mau connect ke internet,
maklumlah, empat-empatnya nggak tau cara setting modem dll dsb T_
T Hiks hikkkk....
Aku bangkit dan berdiri di belakang bangku yang kini sedang diduduki
oleh Reina, sambil membungkukkan tubuhku, aku merayapkan
tanganku ke dada Reina.
"Maya.., Gelii.., aduhhh ni anak.!!.Emmmmhhhhhhh" Reina protes
sambil menepiskan tanganku.
"He he he, supaya kamu tambah semangat..."tanganku kembali
merayap meremas-remas dada Reina yang masih bersembunyi didalam
baju seragamnya.
Vivi dan Farida tertawa kecil. Perlahan-lahan Tangan mereka mulai
merayap dengan jahil, kemudian menyibakkan rok seragam Reina
keatas, sesekali Reina mendesis sambil memejamkan matanya,
kemudian kembali berusaha mengalahkan Mr. Computer. Tanganku
beraksi dengan lincah melepaskan kancing baju seragam Reina, He he
he duh terbuka deh...., mataku mengintip kebawah. Wow gundukan
putih didada Reina tampak begitu menggoda. Hmm Ukuran dada Reina
termasuk sedang, gede enggak, kecil juga enggak. Tanganku perlahan-
lahan menyusup dari sebelah atas, mengusap lembut gumpalan buah
dada Reina yang sedikit tersembul,
"Ahhhhhh...., Mayyyyy... Ohhhhh"He he he sepertinya Reina agak
terlena nih, matanya terpejam-pejam , sesekali bibirnya mendesis-
desis
Saatnya aku melakukan "Shock Therapy ala Maya", "Hup!!!! dengan
cepat kedua tanganku menyelinap kebalik bra Reina sambil
menggenggam buah dadanya kuat-kuat. YESSSSS DAPET
NEHHHHHHH !!!
"Aww....!!" Reina berseru kaget, namun ia tidak protes apalagi berdemo
karena aku meremas-remas buah dadanya dengan lembut, kemudian
mengusapi puncak buah dadanya sambil sesekali menarik-narik puting
susu Reina yang mengeras.
"Hsssshhhh Mayyy, Ihhhh Faaa, Mmmhhh Viii" Reina meringis
keenakan, sementara tangannya memencet-mencet tombol keyboard
Tangan Reina hendak meraih mouse namun tidak jadi, Reina
merapatkan pahanya karena merasakan keenakan ketika tangan Farida
mulai menggesek-gesek belahan bibir vaginanya, tangannya
memegangi tanganku yang masih mempermainkan putting susunya,
sementara tangan Vivi masih merayapi permukaan paha Reina yang
mulus.
"Heennhhh, Ahhhhhh, Ohhhhhh" tangan Reina berjuang setengah mati
berusaha meraih mouse dan "Clikkkkkk"
"Hah... ituu...!!" mulut Vivi setengah terbuka gerakannya mendadak
berhenti, jari telunjukkan menunjuk kemonitor.
"Wahhhhhh... connect!!, kamu hebat deh Reiiiii!! Cuph" Farida memeluk
Reina, kemudian menghadiahkan sebuah ciuman dipipi Reina.
"Whaduhhhhhh..., Maya jangan keras-keras.., Awwwww... aduhhh
duhhhhh" Reina berteriak-teriak, kesakitan
"Eeehhh, Maap...., sangking kagetnya..., hehehe" aku tersentak sambil
melepaskan buah dada Reina yang nggak sengaja kupencet dengan
keras, Reina cemberut sambil mengusap-ngusap buah dadanya.
"Dasar penghianat nih computer !! mempermalukan tuan rumah" Vivi
menggerutu panjang lebar.
"Tapii..., tadi kann aku juga caranya sama , koq nggak nyambung ya ?"
Vivi tambah melotot kearah Mr Komputer.
"Yaaa, beda lahh..." Reina cengengesan sambil mengibaskan
rambutnya..
"Beda gimana ?" Vivi bertanya penasaran
"Vitamin kamu kan disebelah dada, bukan di otak!! HA HA HA"Farida
tertawa terbahak-bahak, ia buru-buru menarik tangannya dari dalam
rok Reina ketika tangan Vivi hendak mencubit lengannya.
"Bahkan sangking gedenya, kemaren dadanya kejepit waktu mau
menyelinap diantara dua orang cowok..." Aku ikut mengolok-ngolok
Vivi, mataku sampai berair karena terlalu banyak tertawa.
"Yeeeee, itu sih si Vivi aja pengen didempet !! buktinya dia malah
cengengesan , biasalah tebar pesona!!!" Farida mencibirkan bibirnya
kearah Vivi, Farida langsung menjatuhkan vonis untuk Vivi tanpa
mempedulikan azas praduga tak bersalah.
Wajah Vivi merah padam mengingat kejadian kemarin pada saat jam
istirahat,
"Faridaaaaa...!!!" Vivi bangkit dari kursinya dan mengejar Farida yang
sudah berlari terlebih dahulu menyelamatkan dirinya, terdengar jeritan-
jeritan kecil diiringi suara tawa Vivi dan Farida. Aku kembali duduk
dikursi, disamping Reina.
"Reiiii, kamu hebat, cupphh... cuppphhh"dua kali kucium pipi Reina
"Berkat bantuanmu..."Tangan Reina dengan lincah melucuti kancing
baju seragamku, kemudian tangannya menarik cup bra yang kukenakan
sampai buah dadaku melompat keluar.
Tangan Reina bergerak membelai rambutku kemudian merayap ke
belakang kepalaku, kepalaku didorong dari belakang, wajahku dan
wajah Reina semakin dekat. Sebuah kecupan lembut mengecup bibirku,
aku tidak mau kalah aku balas mengecup bibir Reina, selanjutnya
terjadilah aksi saling cium dan saling melumat bibir. Lagi asik-asiknya
berciuman tiba-tiba....
"Hemmmm Mmmmm!!" Mataku mendelik , sambil menarik dadaku aku
menepiskan tangan Reina, Reina terkekeh-kekeh.
"Satu sama..!!!! Plakkk... He he he he he tambah bonusss!! "Reina
berseru sambil menampar puncak buah dadaku.
"Reiiii, sakittt..." Aku mengelus-ngelus bukit ranum didadaku, duh
sampai merah jambu deh gara-gara diremas terlalu kuat, belum lagi
bonus tamparan tadi begitu telak menggampar buah dadaku, ternyata
aku si pendekar wanita yang cantik ini kecolongan juga T_T.
"Sakit ya.., duh kacian, sini..."Reina mengelus bukit dadaku dengan
lembut, aku menepiskan tangan Reina, aku harus lebih waspada.
Tanganku bergerak menyilang melindungi payudaraku..
"Jangan Reiiiiii.."Aku sengaja mengerlingkan mataku sambil membuka
mulutku sedikit supaya terlihat seksi, tangan Reina membelit
pinggangku dan secepat kilat mulut Reina menyumpal mulutku.
"Awmmmhhh... Mmmmmm... Mmmmmhhh" Suara mulutku yang diterkam
oleh keganasan Reina, Tangan Reina merayap kemudian menyibakkan
rok seragamku keatas. Aku menggelinjang kegelian ketika merasakan
remasan lembut diselangkanganku.
"Reiii, sebentar... reiii.. Hmmm.." Aku mendorong bahunya, akhirnya
nafsu Reina berhasil kuredam.walaupun tangannya masih berkeliaran
ditubuhku.
Aku membuka Google dan berpikir sejenak.
"Hmmm... Coba cari..." Aku mengetik tombol Keyboard " S E K S" trus
kutekan tombol enter.
"Kamu mau cari apaan ? "seks" Hahahaha"Reina tersenyum nakal
"Yaaa... mau tau aja sich..." Aku menepiskan tangannya yang jahil
menekan-nekan belahan bibir vaginaku yang masih asik bersembunyi
di balik celana dalam yang kukenakan.
"kata-katanya yang lebih spesifik... hmmm apa ya ? coba deh budak
seks"Jari tangan Reina bergerak dengan lincah diatas keyboard,
"Koq kamu milih budak seks sihh ?" aku bertanya sambil bengong
menatap monitor.
"Yaaa.. soalnya temanku menjadi salah seorang budak seks sichh.."
Reina menjawab dengan santai.
"Hahhh...? Masa ? gadis seumuran kita ? ada yang jadi budak seks ?
siapa dia Rei ?" Aku berseru kaget dan langsung bertanya dengan
serius.
"Namanyaaaaa....... Mayaaaaaa HE HE HE.."Reina terkekeh-kekeh
"Reinaaaa...!" Aku mencubit pinggangnya sampai Reina memohon minta
ampun.
Kemudian jari tangan Reina mengklik mouse "Click"
"Ehhhh...."
"Wowwwww"
"Kisah Beauty and The Beast.....Angie 3 ?"
"Wahhhhh....." aku menelan ludah dan mulai membaca
"Sini may..." Reina bangkit dan mempersilahkanku untuk duduk di
kursinya sehingga aku lebih leluasa membaca kisah Anggie 3,
sedangkan Reina duduk disampingku, tangannya bergerak dan
"Hmmm.. Coba ini... deh Clickkk" tangan Reina dengan santai mengklik
mouse
"Yahh... Reii...." Aku agak manyun kecewa , duh Reina gimana sih, lagi
tanggung baca maen click aja, apa tadi yang diklik ? Hmm sepertinya
kata awal deh
"Whowww... ceritanya banyak Rei...."aku menolehkan kepalaku sambil
tersenyum
"He he he...makanya jangan manyun dulu.." tangan Reina memeluk dan
melingkari pinggangku, kemudian tangannya mengklik mouse untuk
memilih salah satu cerita yang ada.
"Glekk..." Aku menelan ludah, celana dalamku terasa basah dibagian
selangkangan, duh aku memang mudah terangsang T_T padahal baru
baca dikit, apalagi tangan Reina mulai kembali bermain di permukaan
pahaku,
Duh...!! kayaknya ini jebakan Reina deh, aku disuruh pindah kedepan
computer dan membaca cerita panas supaya lebih terangsang, agar dia
lebih leluasa mempermainkan tubuhku. Tangan Reina dengan tidak
sabar mengangkangkan kedua pahaku, kepala Reina menunduk kearah
selangkanganku, aku merasakan tangan Reina menarik celana dalamku
sampai melorot dari tempatnya, aku menggerak-gerakkan kakiku
sampai akhirnya Reina dengan sukses melepaskan celana dalamku.
Berkali-kali tubuhku merinding, merasakan hembusan nafas Reina
dipermukaan Vaginaku
"Uhhhh... Reiiii...." Aku berusaha merapatkan kedua pahaku namun
tangan Reina menahan gerakanku, ada rasa hangat ketika bibir Reina
mengecup-ngecup vaginaku, belum lagi lidah Reina yang mengulas-
ngulas dengan lembut, sesekali gigitan kecil mampir di vaginaku.
Nafasku tertahan-tahan ketika merasakan kecupan-kecupan Reina di
bibir vaginaku, seiring dengan semakin meningkatnya nafsu birahi
kami berdua kecupan Reina semakin kasar dan liar, lidahnya
menggeliat-geliat mengorek-ngorek sela-sela belahan vaginaku.
"Rei...." Aku berusaha mendorong kepalanya, ketika merasakan rasa
geli yang semakin menyiksaku, Reina menarikku berdiri, kemudian ia
menarik resleting rok seragam yang kukenakan,
"Aduh, kasar amat.sich Reiiiiii..." aku protes ketika Reina
menelanjangiku dengan kasar, Reina hanya tersenyum nakal sambil
mengacungkan bra milikku dan melemparkan bra warna putih itu jauh-
jauh.
"Mayyyyy.... Kamu cantik bangettt..." Reina mendesah sambil membelai
rambutku, tangan Reina mencengkram kedua bahuku, untuk beberapa
saat aku dan Reina saling mengulum bibir dengan lembut. "Ckkk..
Ckkkk" suara decakan -decakan mulut kami berdua semakin sering
terdengar, kedua tanganku melingkari pinggang Reina.
"Kretttt...." terdengar suara bangku bergeser, ketika Reina menaruh kaki
kiriku keatas bangku yang tadinya kududuki, kemudian ia berjongkok
dan mencumbui bibir vaginaku dengan semakin liar dan kasar,
lidahnya menggeliat-geliat liar sesekali mengulum bibir vaginaku
dengan kuat.
"Reiiiiiiiiiiii!! Ahhhhhh!! Crrrrttttttt.... Crrrrrtt" Reina menarik wajahnya
dengan cepat.
"Eeee... Ehhhhh... Reiii..." Lututku mendadak lemas sesaat sampai aku
agak kehilangan keseimbangan, untung Reina segera memelukku, kami
berdua berpelukan sesaat sambil tertawa lepas, kini gentian aku yang
menelanjangi Reina sampai tubuh Reina polos sama seperti tubuhku.
Reina naik keatas ranjang kemudian terlentang dengan kedua kakinya
agak mengangkang, aku tersenyum menghampirinya kemudian
"Hiaaaa......Blukkkkk!!" Aku menerkamnya
"Aduhhh, Mayyyyyy...." Reina mengaduh ketika tubuhnya tertimpa oleh
tubuhku, aku semakin nakal menekan-nekankan buah dadaku menekan
buah dada Reina, Reina mendesah-desah sambil memejamkan matanya
ketika buah dada kami yang halus dan lembut saling bergesekan.
"Kamu suka Reiiii ? " Aku bertanya sambil membelai rambut Reina,
Reina Hanya mengangguk sambil berkata "Puaskan aku mayyyy..."
Aku mengulum - ngulum bibir Reina dengan lembut, ciuman-
ciumanku turun keleher Reina, kemudian turun kearah buah dada
Reina, lidahku terjulur mengulasi bulatan payudara Reina sambil
sesekali mengecup puncak payudaranya.
"Mayyyy, geliii, Mayyyyy !! " Reina semakin keras merintih, tangannya
berusaha mendorong kepalaku, dengan cepat aku mencekal
pergelangan tangannya dan menekan tangan Reina kekasur, sementara
mulutku menghisap dan menciumi bulatan buah dada Reina yang
semakin menggembung, membuntal padat.
"Cuppphh... Cuphhhh, " ciumanku semakin turun kearah perut, aku
menggeser tubuhku ke bawah, kini wajahku berada tepat dihadapan
vagina Reina, aku tersenyum melihat rambut-rambut halus yang
menghiasi vaginanya, aku meraba rambut-rambut halus itu.
Setelah mengganjal pinggulnya dengan bantal , dengan lembut aku
menekan pinggiran bibir vagina Reina
"Mayyyy.... , Ahhhhh.... Mayyyyy!!" Reina menggeliat resah ketika
merasakan belahan bibir vaginanya mulai merekah, bibirnya
mendesah-desah.
"Owww...." Reina menjerit kecil merasakan sapuan lidahku pada sela-
sela lubang vaginanya. "Cupp... Cuphhhhhh" kuciumi clitoris Reina
terkadang dengan kasar kukait daging clitoris Reina yang semakin
mengkilap indah.
"Awww...!! Crrrtttt.... Crrrttttt" satu jeritan panjang terdengar dari mulut
Reina ketika dirinya mencapai puncak klimaks, Wahh.. banjir
dehhhhh..., sampai meleleh mebasahi seprei.
Aku menggeser tubuhku kembali keatas menindih tubuh Reina, kami
berdua saling berpelukan sambil sesekali berciuman dengan lembut.
"Wahhhhhh...., selingkuh nihhhhhh !! " Vivi berkacak pinggang
"Mayaaaa....!!, begitu teganya dirimu menghianati diriku..."Farida
memasang wajah memelas
"Waduhhh...., Ranjangku.. Ohhhhh" wajah Vivi tampak memelas, jari
telunjuknya terangkat kearah lelehan cairan kenikmatan Reina yang
membasahi ranjang Vivi. Suara tawa memecah keheningan sesaat,
sebelum akhirnya terdengar suara desahan-desahan yang semakin
menggebu-gebu.
*******************************
Keesokan harinya, pada saat pelajaran matematika
Dikelas aku duduk semeja bersama Vivi dimeja paling depan,
sedangkan Farida semeja dengan Reina, dimeja sebelah kananku.
"Vi..., Vivi..." Aku menutup wajahku dengan buku sambil berbisik
perlahan.
"Ada Apa Mayyy....? " Vivi mengangkat bukunya menutupi wajah
kemudian berbisik bertanya.
"Selangkangan...ingettt selangkangan...." sku berbisik mengingatkannya
agar duduk Vivi jangan terlalu mengangkang, karena di depan Pak
Djono tengah memandang kearah bawah meja.
"Enggak... ahhhh... Ehhh.. kayanya kamu deh Mayyyy"Vivi melirikkan
ekormatanya kebawah.
"Hahhhhh ????? " Aku menengok kebawah, waduh, dudukku sih sudah
rapat tapi rok seragamku tersibak naik keatas memampakkan sepasang
pahaku yang indah, dengan terburu-buru aku menarik rok seragamku
turun, sialan rupanya pak Djono dari tadi mengintip sepasang pahaku,
Vivi tersenyum kecil sambil sambil menekuk wajahnya.
"Mayaaa...!!coba kerjakan soal no 1 " Pak Djono memanggilku untuk
segera maju kepapan tulis, mengerjakan pr matematika no. 1
Dengan sedikit cemberut aku maju kedepan, dari ekor mataku aku
melirik kearah Pak Djono, duh...., sebellnya !! Matanya itu loh, nggak
lepas-lepas memandangi tubuhku, jakunnya bergerak turun naik, pasti
cegluk.. cegluk mikirin yang enggak-enggak.
Akhirnya pelajaran menyebalkan yang satu ini selesai juga, aku
memandangi punggung pak Djono dengan emosi memuncak, dalam
waktu singkat ruangan kelas menjadi kosong, para murid berhamburan
keluar, ada yang langsung pulang, ada yang kekantin, dll, dsb.
"Dasar kunyuk! Bandot tua! " Aku menggerutu panjang lebar
"Ingettt Mayyyy sabar, ntar darah tingginya kumat, hehehe" Vivi malah
bergurau sambil mengelus buah dadaku yang mungil.
"Vivi ! jangan pegang-pegang " aku menepiskan tangan Vivi,
"Emosi neh !! emosiiiiiiii !!" Suaraku melengking tinggi.
"Udah, Udah, he he " Reina dan Farida berusaha meredakan emosiku.
"Emangnya, sampe kemana tadi mayyy..? " Vivi bertanya , sambil
memasang wajah serius.
"Sampe sini...," aku menunjukan jari telunjukku arah ke bawah,
tepatnya 5 cm dibawah selangkanganku.
"Hah! Waduh! Pantesan mata Pak Djono sampe melotot... Cuph" Reina
berseru sambil mengecup pipiku
Terdengar suara tawa berderai dari mulut Vivi, Farida dan Reina, aku
berkacak pinggang ,tidak terima !! pokoknya tidak terimaaaaaa!!!!!!!!
"Udahhh... yukkkk..," Vivi menarik tanganku untuk segera menuju
tempat rahasia kami disekolah, kami berempat melangkahkan kaki
kami, keluar dari dalam kelas.
"Tenanggggg Mayyyyy, Ntarr kalo si brengsek itu berani ngintipin
kamu lagiii, aku hajar dia kayak giniii.... Hiatttttttttt "Pada saat hendak
berbelok kearah tangga menuju kelantai atas, jari telunjuk dan jari
tengah Vivi membentuk huruf V kemudian menusukkan jarinya kedepan
dengan cepat..
"Croooossssshhh...!! Heuduhhhhhhhhhh....!! " Seseorang mengaduh
ketika matanya tertusuk jari Vivi
Kami bertiga berseru kaget, sementara Vivi hanya bengong, shock
menatap orang yang baru ditusuk oleh jarinya.
"Maaf Pakkk, Maaffffff" Aku Reina dan Farida dengan gugup meminta
maaf , kemudian menarik tangan Vivi yang masih bengong tanpa dapat
berkata apapun, bahkan Farida sampai menurunkan tangan Vivi yang
terus mengacung seperti kram.
----------------------
Disebuah kelas yang terbengkalai persembunyian rahasia empat gadis
cantik, gedung tua sekolah tempo dulu yang sampe kini belum juga
direnovasi, terletak tepat dibelakang gedung sekolah yang baru... entah
kemana dana untuk renovasinya ^^
-----------------------
"Vii, sadar Viiiii...!!" Farida dan Reina berusaha menyadarkan Vivi yang
masih terbengong-bengong, Hhhhhhhhh....(aku menghela nafas super
panjang), T_T wajar aja yang ditusuk matanya oleh Vivi adalah Pak
Dion, Kepala sekolah yang terkenal karena kegalakannya, pokoknya
super killer deh dan Vivi satu-satunya gadis disekolah ini yang berani
menusuk mata kepala sekolah. Aku mengipas-ngipas wajah Vivi
dengan sebuah buku. Hanya ada suara Aaaaaaaaa,,, Uuuuuuuu,
Aaaaaaa,,, Uuuuuuuuu,,, yang terus keluar dari mulut Vivi, kedua
jarinya masih membentuk huruf V. kadang - kadang mulutnya
menganga lebar biarpun aku sudah berkali-kali berusaha mengatupkan
mulutnya dengan tanganku. Farida mengeluarkan sebungkus coklat
Diary Milk kemudian setelah membuka bungkusnya. Ia memasukkan
sebatang coklat kedalam mulut Vivi yang sedang menganga.
"Nyamm... , Nyammmmm..." Vivi mengunyah coklat dimulutnya,
kemudian mulut Vivi kembali menganga,
Ini anak dalam keadaan shock masih tau coklat enak, setelah
menghabiskan sebungkus coklat Diary Milk barulah Vivi dapat berkata-
kata kembali dan kata pertama yang diucapkan oleh Vivi adalah
"Mampus dehh...", kami bertiga hanya dapat tertawa kecil sambil
menepuk-nepuk bahu Vivi.
Tiba-tiba Reina meletakkan jari telunjuknya dibibirnya yang
meruncing, ketika mendengar suara langkah kaki diluar. Kami berempat
saling berpandangan , tampaknya bukan hanya langkah kaki seorang
saja, entah berapa banyak ?
"Cklekk, cklekkkkkk...." Pintu kelas tempat persembunyian kami terusik
oleh kasar oleh seseorang, untung Reina sudah berinisiatif mengganti
kunci yang rusak dengan yang baru, dan kami tidak pernah lupa untuk
selalu mengunci pintu kelas. (Glekkkk....)
"Sialannnn...!!!ini juga dikunci...!! Blammm!! Aww!! " terdengar suara
tendangan dipintu kelas membuat kami berempat tambah menahan
nafas, belum lagi ada suara seorang gadis yang memekik kecil, kami
semakin keheranan, ada apa ini gerangan ???
Suara langkah-langkah itu dengan cepat menjauh, terdengar suara
pintu yang tertutup dengan kasar , sepertinya tidak begitu jauh dari
ruangan kami. Kadang-kadang terdengar suara memohon diiringi gelak
tawa.
"Klik..." Reina membuka kunci pintu, kemmudian dengan mengendap-
ngendap kami berempat mendekati kearah suara - suara gelak tawa
yang semakin keras , dari ruangan praktikum yang sudah lama
terbengkalai, kami mengintip. Hhhhhhhhhh, nafasku terasa sesak,
demikian juga nafas Vivi, Farida dan Reina.
Seorang gadis cantik tengah dikerumuni oleh empat orang guru di
sekolah kami, wajahnya cantik dengan rambut sebahu, belum lagi
bodynya yang mulus dan seksi.
"Jangan pakkk, Jangannn...." gadis itu memohon.
Ira salah seorang anggota cheerleader disekolah kami sedang
memohon pada seorang pria bertubuh tinggi, gemuk Ahhhhhh ?!!!!! Pak
Dionnnnnn !!!!
Sementara dipinggirnya ada Pak Dede, guru fisika; Pak Ahmad, guru
bahasa Jepang; Pak Djono, guru matematika.
Pak Dion menaikkan tubuh Ira duduk dipinggiran meja praktikum,
kedua kaki Ira terjuntai, dengan kasar pak Dion mempreteli kancing
baju seragam Ira, kemudian membuka Bra ira dan melemparkannya ke
belakang.
"Whuesssshhh..., gila..., putih amat..."
"Udah lama banget, Bapak pengen ngentotin kamu"
"Ho hohhhh..., ngebayangin kamu pake baju seksi, nari..., bikin Bapak
cepet bucat kalo lagi masturbasi di WC "
"Belon kalo duduk dikelas , wahhhh kayak lagi pameran paha.., Eh tau
nggak tadi dikelas,si Maya, Wessst Gila , udah cantik duduknya seksi
amat sampe selangkangannya hampir keliatan" Pak Djono
cengengesan, Degggggggg !!! mendadak aku merinding mendengar
kata-kata pak Djono, aduh, tadi...T_T!!!
"Tolonggg... pakkk, Jangannnnn..., itu bukan saya, sungguh pakkk...
saya masih gadis, itu nggak mungkin saya pakkkk.... Tolong lepaskan
saya..." Ira menepiskan tangan Pak Dion ketika tangan pak Dion
semakin kurang ajar menyibakkan rok seragamnya keatas, seorang
perjaka tua berwajah sangar, dengan tubuh tinggi dan gemuk, perutnya
sudah membuncit seperti hendak melahirkan. Pak Dion mengeluarkan
DVD player portable kemudian memutar sebuah piringan DVD.
Terdengar suara seorang gadis sedang menjerit nikmat Ahhh,
Ahhhhhhh, Ahhhhhhhhhh, pemeran wanita di DVD itu mirip sekali
dengan Ira, gadis itu hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala
sambil berkata "Tidakk, bukan saya, bukan saya, tidak mungkin.."
"Terserah kamu mau bilang apa..., kalau kamu nggak nurut... rekaman
ini bakal tersebar hehehe"pak Dion terkekeh-kekeh sementara Ira
hanya dapat menangis sambil memejamkan matanya ketika tangan Pak
Dion merayap kebalik rok seragamnya.
"Awwwww...." Ira menjerit kecil ketika tangan pak Dion membetot
celana dalamnya sampai robek "Brekkkkk", suara Ira semakin keras
terdengar, murid cantik itu terisak-isak menangis sambil menutupi
buah dadanya, kedua tangannya bergerak menyilang melindungi
payudaranya yang polos tanpa selembar benangpun.
"Emmmmmhh... Hemmmmmm" suara tangisan Ira tertelan oleh mulut
Pak Dion yang mengulum bibirnya dengan kasar dan liar.
"Auhhhhhh..., Hkkk Hkkkk...." Ira terisak-isak, sambil mengambil nafas
ketika pak Dion melepaskan lumatannya pada bibir gadis itu.
Kedua tangan Pak Dion mendekap tubuh Ira, kemudian tangannya
mendekap bokong gadis itu.
Ahhhhhhh...! " Ira terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba terangkat dalam
dekapan pak Dion,tubuhnya hampir terjengkang kebelakang, secara
otomatis Ira melepaskan buah dadanya dan berpegangan pada bahu
Pak Dion.
"Cuppp.. Cuppppp... " Bibir Pak Dion kembali mengecupi bibir Ira
kemudian menurunkan tubuh Ira, tangan Pak Dion melingkar
kebelakang, melepaskan pengait rok seragam gadis itu dan menarik
turun resleting rok seragam Ira. Tanpa ampun Rok seragam Ira melorot
kebawah. Entah kenapa tangisan Ira kini berhenti, ia bahkan mendesah
ketika telapak tangan pak Dion mengusap bulatan payudaranya sebelah
kiri.
"Ira, bapak rela melepaskan keperjakaan bapak, hehehe" pak Dion
cengengesan sambil menekan bahu Ira, kebawah. Ira berlutut
dihadapan Pak Dion, matanya tidak pernah lepas memperhatikan
bagian celana pak Dion yang menggembung.
Pak Dede berlutut dibelakang Ira, sementara pak Ahmad dan Pak Djono
berlutut disamping gadis itu.
"Ayooo, Ira buka celana pak Dionnn..." Pak Dede berbisik di telinga
gadis itu.
Tangan Ira bergetar berusaha meraba bagian celana yang
menggembung, kemudian perlahan-lahan tangan Ira melepaskan ikat
pinggang Pak Dion, nafas Ira sudah tidak beraturan. Ira seperti tersadar
ketika hendak menurunkan resleting celana Pak Dion. Pak Djono
membimbing Tangan Ira agar segera menurunkan resleting celana pak
Dion.
"Ayoo, Ira... kita nikmati hari ini bersama...." Pak Ahmad mengelus
bulatan buah dada Ira
Dengan memberanikan diri Ira menarik turun resleting celana pak Dion
"Ohhhhhh!!" Ira memalingkan wajahnya ketika celana Pak Dion
melorot.
Pak Dede dengan paksa mengarahkan kepala Ira kearah selangkangan
Pak Dion ketika pak Dion mengeluarkan miliknya yang hitam, besar
dan panjang, gila kayaknya sih ukurannya +/- 25 cm, Hm kalo nggak
salah sih pak Dion keturunan Arab - India &.Ambon. Pak Dede
menekan belakang kepala Ira, Pak Dion mengarahkan kepala Penisnya
kearah mulut Ira, Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono memberikan
arahan-arahan untuk Ira, sebuah mata pelajaran tambahan untuk Ira.
Ira menjulurkan lidahnya hendak menjilat kepala penis Pak Dion namun
dengan buru-buru Ira menarik kepalanya "Bauuuu, Pakkkkk...."
"Ira..., Iraaaa...., itu bau kontol...., nanti juga kamu pasti suka koq " Pak
Dede mendorong kepala Ira kedepan sambil memberikan perintah "Ayo
dijilati !! jangan bandel gitu ahh..!! Bapak nggak suka murid yang
bandel !! "
Ira kembali menjulurkan lidahnya, wajah Ira agak mengernyit karena
bau yang sangat menyengat namun kemudian setelah melakukan
beberapa kali jilatan, Ira semakin lahap menjilati kepala penis Pak
Dion, bahkan kedua tangannya menggenggam batang penis Pak Dion
mirip seperti orang yang sedang berkaraoke. Sementara Pak Ahmad
dan Pak Djono mengusapi payudara Ira sesekali tangan mereka
meremas-remas dalam gerakan yang teratur. Sementara Pak Dede
sesekali menepuk-nepuk gumpalan buah pantat Ira, Ih merinding
banget ketika mendengar suara mereka berempat yang terkekeh-kekeh.
"Awwww..., Adhuhhhhhh...." Ira menjerit kesakitan ketika rambutnya
dijambak oleh Pak Dion, kasar sekali ketika Pak Dion menyeret Ira dan
menaikkannya duduk keatas sebuah meja.
"Brukkk....." lagi-lagi pak Dion mendorong kasar bahu Ira sampai
punggungnya ambruk diatas meja.
Tangan kiri pak Dion mengangkat kaki Ira sebelah kanan dan
meletakkan kaki gadis itu di bahunya, sementara tangan kanannya
menggesek-gesekkan kepala penisnya pada belahan bibir vagina Ira.
Ira memejamkan matanya rapat-rapat, ia tidak sanggup menerima
kenyataan pahit yang siap untuk menerkam tubuhnya yang mulus.
"Hekkk... Heggkkk... Enhhhhhh... Hissss" Tubuh Ira tampak kejang
semetara Pak Dion tampak kasar menjejalkan kepala penisnya.
"AAAAHHHH...Ohhhhhh, aduhhhhhh...Awwwssshh" tubuh Ira tersentak
dengan kuat seiring dengan tusukan kasar Pak Dion.
"Brrrrrtttt... Brrrttttt.... Krrrpp" Mata Ira melotot menahan rasa sakit yang
mendera lubang vaginanya, matanya berlinangan air mata memandang
dengan tatapan putus asa kearah Pak Dion yang tersenyum dengan
sinis,
"Jrossssshhhhhhhhhh !! Awwwwwww" tubuh Ira semakin menggeliat-
geliat kesakitan kemudian diam , terkulai tanpa daya, Pak Dion
semakin dalam membenamkan batang kemaluannya kemudian setelah
mentok sampai tidak dapat maju lebih lanjut lagi pak Dion menarik
Batang kemaluannya perlahan-lahan.
Batang kemaluan Pak Dion yang tadinya hitam kini seperti berwarna
kemerahan, seperti ada cairan-cairan merah yang membasuh Batang
kemaluan Pak Dion. "Awwwwww......!! " Ira kembali memekik kecil ketika
Pak Dion membenamkan kembali Batang kemaluannya dengan kasar
selanjutnya Tubuh Ira tersentak-sentak mengikuti helaan kemaluan Pak
Dion.
"Ohhhhhhh, Aduhhhhhh pakkkk, Aduhhhhhhhhhh...!!" Ira meringis-
ringis ketika Pak Dion mengocok vaginanya dengan kasar dan brutal
"Cleppp... Cleppppp... Cloooppp.... Cleeeppppp" suara lubang vagina Ira
yang sedang digenjot oleh batang penis Pak Dion.
"Wahhh, Ira hebat dehhh...."
"Ayooo, merintih lagi... bapak senang mendengar rintihan kamu..."
"iya , jangan malu-malu , yang kerasss...."
Kata Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono, mereka cengengesan
sambil berdiri mengelilingi meja.
"Ayo Pak Dionn... Entot..."
"Iya, Hajar terus Pak Dion..., Colokkkk"
"Ha Ha Ha..., Sodok yang kuat Pak Dion, Ayooo.. Terusss!!"
Merasa disemangati pak Dion semakin kuat dan keras menggenjot
lubang Vagina Ira, sampai akhirnya "ahhhhhhhhhh... Crrrrtttt....
Crrrrrttttt..." Ira mengejang ketika mencapai puncak klimaksnya,
keempat orang guru itu terkekeh-kekeh senang. Entah berapakali Ira
mencapai puncak klimaks sampai akhirnya "Arrrrr..... Kecrrroootttt,
Kecroooootttttt" Pak Dion membenamkan batang penisnya dengan
kuat, Pak Dion memundurkan pinggulnya sampai penisnya terlepas
dari lubang vagina Ira.
Tiga batang penis teracung-acung mengancam tubuh Ira yang sudah
bercucuran keringat "Jangan.., Pakkk, nggak kuattt" tenaga Ira sudah
terkuras oleh Pak Dion.
"Justru itu, kamu bapak ajarin supaya kuat..." Pak Djono menarik
tangan Ira agar gadis itu berdiri.
"Nahhhh, nungging dikit...!" Pak Ahmad menarik pinggul Ira agar gadis
itu agak menungging.
"Aehhhhh..., Jangan Pakkk, Jangannnn..." Ira menarik pinggulnya ketika
merasakan penis pak Ahmad menyodok lubang anusnya.
"Ehhhhh, Diammm ! Ayo pak Ahmad sodomi dia !! "Pak Djono
menjambak rambut Ira, sampai gadis itu meringis memegangi tangan
pak Djono.
"Ahhhhhh....! Awwwwwwwwwwww" Tubuh Ira terlihat tersentak dengan
kuat ketika Pak Ahmad menghentakkan batang penisnya.
"Hekkkkkkksss....." Nafas Ira tertahan ditenggorokannya ketika
merasakan sesuatu yang besar menjebol pintu lubang anusnya dan
menekan semakin dalam. Ira seperti sedang merengek-rengek
memohon, sedangkan ketiga Orang guru bejat yang sedang
mengubutinya seolah-olah sedang membujuk gadis itu.
"Nanti juga enakk, nafasnya.. jangan ditahan, biasa aja...."
"Jangan dilawan, rileks, supaya nggak sakit.."
"Biarin aja masuk.., Biarin..."
Ketiga orang guru itu memberikan arahan khusus untuk Ira.
Pak Ahmad mulai memaju mundurkan batang penisnya menyodomi
lubang dubur Ira.
"Sebentar, Pak Ahmad , Saya ikutan..." Pak Dede mengangkat kaki Ira
sebelah kiri sambil menekankan batang penisnya kedalam vagina Ira.
"AAAAA...! Emmmmmmm" teriakan Ira tenggelam dalam mulut Pak
Djono yang mengulum bibir gadis itu, sementara tubuhnya terjepit
berkali-kali oleh Pak Ahmad dan Pak Dede yang semakin beringas
memaju mundurkan batang penis mereka, menyodok lubang anus dan
lubang vagina Ira.
"Arrrhhhh..., Gilaa, Crrrtttt... Crrttttt" Pak Ahmad merojokkan batang
penisnya dalam-dalam sambil mengerang ketika merasakan lahar
panasnya menyembur keluar.
"Permisi Pak Ahmad, saya juga kepengen..."Pak Djono mengambil alih
posisi Pak Ahmad kemudian menjejalkan kepala penisnya kedalam
lubang anus Ira.
"Wahhhhh, ini mah top punya nih...!!" Pak Djono berkutat dengan kuat
dan kencang, Pak Dede juga tidak mau kalah, ia memperkuat
genjotannya.
"Plepppppp.... Pleppppp... Plepppp" "Clepppp.... Clepppppp" Suara-
suara itu terdengar dengan semakin nyaring diiringi rintihan dan
erangan gadis itu.
Tiba-tiba Ira mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dede sambil
mendesis keras.
"Hssshhhhhhh... Crrrrrr... Crrrrrrr" wajahnya yang cantik menengadah
keatas, sedangkan kedua matanya terpejam dengan rapat menikmati
gelombang Klimaks yang begitu dashyat menggulung tubuhnya yang
mulus dan seksi.
"Sebentar Pak Djono..., kita ganti posisi...." kata Pak Dede sambil
menyeka keringat dilehernya.
"Iya..., iya..., saya mau coba memeknya ya.." Pak Djono menarik
kemaluannya dari lubang anus Ira, demikian juga Pak Dede menarik
batang penisnya dari lubang vagina gadis itu.
Setelah menghamparkan baju seragam Ira diatas lantai Pak Djono
terlentang dengan santai, tangan kirinya memegangi batang penisnya
yang masih mengeras, nafsu bejatnya sama sekali belum terpuaskan.
Pak Dede berbisik "Ira, Ayo, kamu kangkangin kontol Pak Djono"
Karena gadis itu hanya diam berdiri mematung Pak Dede mengambil
inisiatif sambil mengecupi leher gadis itu Pak Dede membimbing gadis
itu kearah Pak Djono.
"Sini.., sini, nggak usah malu-malu...!!" Pak Djono meraih pinggul Ira
dan menariknya agar gadis itu segera menduduki batang penisnya
yang sudah dari tadi menanti datangnya vagina Ira yang seret dan
peret.
"Sleppphhhh...." perlahan-lahan penis Pak Djono membelah bibir
vagina Ira, Pak Dede menekan bokong Ira agar batang penis Pak Djono
semakin dalam terbenam kedalam lubang vagina gadis itu.
"Ohhhhhhhhhhhh..." Ira merintih sambil menoleh kebelakang ketika
merasakan Pak Dede merenggangkan belahan pantatnya, biarpun
lubang anus Ira tampak seperti robek dan berdarah namun Pak Dede
sama-sekali tidak mempedulikan keadaan gadis itu, dengan nafsu
memuncak Pak Dede menjebloskan kepala penisnya dan menekankan
batang penisnya sampai Ira memekik keras kesakitan. Pak Djono dan
Pak Dede sampai merem melek merasakan jepitan lubang anus dan
lubang vagina Ira, kemudian perlahan-lahan mereka mulai bergerak
dan semakin-lama semakin cepat, nafas-nafas mereka berderu dengan
semakin kencang.
"Ennnnggg... Nnnnnhhhhh... Nnnnnngggg...."Ira merengek - rengek
seperti sedang tersiksa dalam himpitan dua orang guru bejat yang
bergerak tanpa henti menyodok-nyodok lubang anus dan lubang
vaginanya.
Pak Dion melangkahkan kakinya dan berdiri disamping kanan Ira
kemudian dari samping diraihnya kepala Ira sambil menjejalkan kepala
penisnya kemulut Ira. "Emmmmm, Emmmmmmm... Hemmmmmmm" Ira
mengemut sambil memegangi batang penis Pak Dion, sesekali
dijilatinya penis Pak Dion dengan lahap.
"Wahhh...!! murid kita emang pandai...He he he" Pak Dede membelai
rambut Ira, guru bejat itu terkekeh-kekeh.
Pak Ahmad berlutut disamping kiri Ira , tangannya merayapi bagian
bawah bulatan Payudara Ira , terkadang tangan Pak Ahmad meremasi
gundukan payudara Ira yang bergoyang-goyang dengan indah.
"Ahhhhhh....!! Crrrrr... Crrrrrrr" Ira menggeliat erotis , seketika tubuhnya
terasa kejang menahan sejuta kenikmatan.
Erangan dan rintihan Ira membuat penis Pak Dede dan Pak Djono
semakin menegang dan
"Kecrrtttt.... Euhhh...!! "
"Haduhhhhhh.... Croottttt"
Hampir bersamaan dua orang guru bejat itu memuncratkan lahar
panasnya kedalam lubang anus dan lubang vagina Ira.
"Nahhh, Ira Nungging disini...." Pak Dion menunjukkan keatas lantai
Tanpa Banyak berani membantah Ira merangkak dan menungging
menuruti keinginan Pak Dion.
"Hemmmm..., " Mata Pak Dion memandangi lubang anus Ira dengan
tajam, digesek-gesekkannya kepala penisnya pada lubang anus Ira.
Cairan sperma masih meleleh dari dalam lubang anus gadis itu ketika
Pak Dion menjebloskan kepala penisnya.
"Akkkkkkk...., Owwwwww....." ukuran Penis Pak Dion yang besar
membuat Ira meringis kesakitan ketika lubang anusnya diterobos
dengan kasar oleh penis kepala sekolah bejat itu. Kedua tangan Ira
bertumpu kuat-kuat pada lantai, tubuhnya tersentak-sentak ketika Pak
Dion menyentak-nyentakkan kemaluannya sekuat tenaga.
"Klepokkkk....!! Keplokkkkkk...!! Keplokkkkkkkkk...!!" setiap suara-suara
itu terdengar pada saat itu juga tubuh Ira terdorong-dorong kedepan.
"Aduhh... Aduhhhh..., sakit paakkk... sakittttt" Ira mengaduh ngaduh
kesakitan.
"Sakit ?!! sama mereka kamu nggak teriak sakit !! Huhhh !! rasain ini
Hihhhhh!!" Pak Dion memang nggak nyadar kalau batang penisnya
yang 25 cm jauh lebih besar dari pada batang penis Pak Dede, Pak
Ahmad dan Pak Djono yang panjangnya sekitar 14 - cm. Karena
merasa dipilih kasihkan, pak Dion semakin kuat menghajar lubang
anus Ira
"Ungghhhhhhh......" setelah melenguh panjang Ira terkulai tak sadarkan
Diri.
Tangan Pak Dion mencengkram pinggul Ira , agar pinggul gadis yang
sudah tergolek pingsan itu tidak turun. Batang kemaluan Pak Djono
bergerak seperti sedang mengaduk-ngaduk "KBleppp.. KBleppppp...
KBleppppp" Suara-suara itu terdengar mengerikan.
Pak Dion menggusur tubuh Ira tanpa melepaskan batang penisnya dari
lubang anus gadis itu, Pak Dion bersandar pada dinding, sambil
menarik pinggang Ira. Gadis itu terkulai duduk diatas penis Pak Dion,
punggungnya yang bercucuran keringat menempel di dada Pak Dion.
Tangan Pak Dion menyibakkan kedua kaki gadis itu mengangkan
sambil berkata pada Pak Ahmad "Ayo Pak Ahmad, kita nikmati gadis
ini bersama..."
"He he he... Tentu, Tentu, dengan senang hati...!! " Pak Ahmad berseru ,
kemudian segera mengambil posisinya dan "Jrebbbbbbb...." Pak Ahmad
tidak kalah kasar dengan pak Dion ketika menjebloskan batang
kemaluannya kedalam jepitan lubang vagina Ira.
"Cresshh... Crebbbbb.... Crebbbbb" "Jrebbb... Jrebbbbb..." Suara-suara
itu kembali terdengar , semakin lama semakin menakutkan. Pak Dion
dan Pak Ahmad tampak asik melampiaskan nafsu mereka pada tubuh
Ira yang sudah terkulai pingsan.
"Ennhhh... Ennnnhh" Ira mengerang, gadis cantik itu membuka
matanya,tubuhnya sudah basah kuyup bercucuran keringat.
Ira menatap wajah Pak Ahmad, guru bejad itu tersenyum sambil
mengorek-ngorek lubang vaginanya yang sempit
"Ohhhhhhhh....." Ira hanya dapat mengeluh panjang, rasa pegal, sakit
dan nikmat bercampur aduk merayapi tubuhnya yang halus dan seksi.
"Ennnhhh..... Crrrttt Crrrrrrrr" tubuh murid cantik dan seksi itu kembali
mengejang mencapai klimaks sebelum terkulai kembali tanpa daya.
Matanya terpejam-pejam, kadang-kadang membeliak ketika gerakan
kedua guru itu berubah menjadi kasar dan liar.
Pak Dede dan Pak Djono terkekeh-kekeh memandangi persetubuhan
liar antara seorang murid cantik dengan dua orang guru bertubuh
gemuk besar berlemak. Pak Dede mengambil sebuah buku agenda,
tampaknya mereka sedang sibuk membicarakan siapa nama-nama
korban mereka berikutnya.
Tanganku ditarik oleh Farida, kemudian kami berempat segera mundur
teratur tanpa mengeluarkan suara.....
Glekkkk...!!
Aku menelan ludah,
Mengingat kejadian tadi siang disekolah
Tubuhku merinding, ada rasa takut.., was-was dll T_T
Aku pun menutup buku harianku.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.