Sabtu, 07 Maret 2015

Schoolgirl's Diary 7: New Friends

Sang waktu seperti sedang mempermainkan kami, semuanya seolah-
olah berjalan dengan lambat. Detak jantungku terasa berdetak dengan
lebih keras, nafasku agak tertahan-tahan, sesak sekali rasanya.
"HOSHHH... HOSSHH... HOSHHHH"
"Degg..!, Deggg...! Deggg...! " detak jantungku berdebar-debar dengan
kencang, keringat dingin mengucur di dahiku, berkali-kali aku menelan
ludah membasahi tenggorokanku yang terasa kering, sementara Pak
Dion tersenyum kecil sambil sekilas menatapku dan Vivi yang berdiri
ketakutan di depan kelas, tangannya mulai membuka resleting tas Vivi.
"Sretttt......!!" suara itu terdengar memecah keheningan kelas
Perasaan takut, bingung, salah tingkah, marah dalam ketidak
berdayaan, semuanya bercampur menjadi satu, habis-lah sudah
nasibku dan Vivi.
"Hemmm...!?? " kening Pak Dion mendadak berkerut membentuk angka
11, berulang kali tangan kepala sekolah bejat itu mengaduk, memeriksa
isi tas Vivi, wajahnya yang menyebalkan tampak kecewa, sementara
Pak Djono menatap Pak Dion dengan penuh harap, Duh pengen banget
menampar Wajah mereka berdua.
"Tenggg... Tengggg... Tenggggg",
Suara dentang bel sekolah seolah-olah menyadarkan Pak Dion. Kali ini
Sang Waktu kembali berjalan dengan normal ketika Pak Dion menghela
nafas panjang kemudian melangkah-kan kakinya keluar kelas. Para
siswa kembali duduk di bangkunya masing-masing.
"Siap..., beri hormat...."
"T'rimakasih Pakkk...."
"Jangan lupa kerjakan PR kalian..."
Pak Djono mengingatkan para murid untuk mengerjakan PR di rumah,
sebelum akhirnya si keparat itu buru-buru melangkahkan kakinya
keluar kelas mengejar Pak Dion. Para murid sibuk membereskan tas
mereka kemudian berhamburan keluar kelas. Vivi memeriksa tasnya
dengan teliti, kemudian menengokkan kepalanya kearah-ku.
"May, hilanggggg...."
Kata-kata Vivi bagaikan petir di siang bolong, gimana nggak
ngeper ??!!, didalam handycam itu ada adegan syur antara aku dan Vivi
yang belum sempat dibersihkan. Reina dan Farida sibuk menghiburku
dan Vivi yang sudah down banget, lesu dan ketakutan.
"Tenang...tenang, jangan panik dulu , kita harus berpikir dengan jernih"
"Hai...! " tiba-tiba terdengar suara serak dan berat dari arah pintu,
Serentak kami berempat menjerit kaget, dan menengok kearah
datangnya suara itu.
"Ehhh, maaf, maaafff....., kaget ya..?"
Seorang murid laki-laki bertubuh gemuk berusaha menenangkan kami
berempat. Si gemuk menghampiri kami berempat setelah menutup
pintu kelas.
"Begini..., namaku Andra, aku dan temanku menunggu kalian di gudang
tua di samping sekolah, cepat datang yah, penting banget nihhhh...,
Hati-hati jangan ada yang tahuu...." Andra berbisik pelan kemudian
meninggalkan kami berempat yang memandanginya dari belakang
dengan penuh rasa curiga,
"Kreketttt....Kretttt...."
Farida mendorong pintu gudang tua di samping sekolah. Perlahan-
lahan kami berempat masuk kedalam gudang tua yang sudah tidak
terpakai lagi, kami berempat sudah bertekad untuk melakukan
perlawanan.
"Masuk aja nggak usah takut..., walah koq pake bawa-bawa sapu
segala" terdengar suara Andra dari sebelah pojok gudang yang gelap
Si gemuk Andra cengengesan sambil melangkah mendekati kami
berempat, sosok besar itu begitu menakutkan kami.
"SERANGGG.....!! " tiba-tiba Vivi memberikan komando
"Ciattttt......!! Plakkkk.....!! "
"Bukkkkk.......!!"
"Buggggg..... !!"
Andra terkesiap ketika aku, Vivi, Farida dan Reina tiba-tiba
menyerangnya, Aku mengeluarkan jurus tamparan telapak tangan besi
Maya yang terkenal sampai kepala Andra terpelanting ke kiri,
sedangkan Farida menyabetkan gagang sapu di tangannya ke bahu dan
Reina menyabetkan gagang sapu di tangannya ke tulang kering Andra.
"WADOWWWW.....Ampun, Ampunnnnn, MAMPUS AKUUU.....!! "Andra
tambah kewalahan ketika Vivi menerkam kemudian menjambak
rambutnya yang tebal, Reina, Farida dan Aku berebutan memiting
kedua tangan Andra ke belakang kemudian mengikat kedua tangannya
sampai dia tidak berkutik lagi. Dengan paksa kami mendudukkan Andra
di sebuah bangku tua.
"BLETAKK......, Adowww....!!"
Andra berteriak kesakitan ketika Vivi mengetuk jidatnya dengan
gagang sapu, matanya melotot dengan mulut ternganga lebar, karena
kesakitan ????
"Sekarang NGGAKU....!! Pasti kamu anteknya Pak Dion, di mana
handycam-nya..." Vivi berkacak pinggang sambil sekali lagi mengetuk
jidat Andra dengan gagang sapu.
"Bletakkkk.....!! HADUHHHHH...."Andra kembali mengaduh kesakitan
ketika Vivi kembali mengetuk jidatnya dengan gagang sapu.
Hehhh ?? ekspresi kesakitan yang aneh, aku tiba-tiba menyadari kalau
sepasang mata Andra tidak pernah lepas dari dada Vivi, wajahnya
merah padam dengan mulut ternganga lebar , dengan reflek aku
menengok ke arah yang sama. WHOOOA......!!!!!!!!!!!
"Viiii, dada-nya" aku berseru sambil menahan nafas, jari telunjukku
menunjuk ke arah dada Vivi rupanya akibat pertarungan sengit itu,
secara tidak sengaja kancing baju seragam Vivi terlepas beberapa
buah,
Dua buah gunung besar putih terekspose dengan jelas di balik bra Vivi
yang transparan. Pantesan mata Andra sampai berbinar-binar dengan
mulut ternganga lebar menyaksikan gundukan buah dada Vivi.
"Uhhhh....Eittt..., Hehh...!! Matanya dijaga....!! "
Vivi buru-buru membalikkan tubuhnya kemudian dengan cekatan
kedua tangannya mengancingkan kembali kancing baju seragam
sekolahnya yang sempat terlepas.
"Hehhh, Gembrot..., JAWAB yang benar!! Di mana handycam-nya?"
Reina menarik daun kuping Andra, sedangkan Farida mencubit pipinya,
sampai Andra meringis meminta ampun.
"Kreketttt.... , Ehhhh, Lohhhhh"
tiba-tiba seorang gadis cantik menyelinap masuk, ia tercengang
menatap Andra yang sudah terikat tanpa daya, sementara kami
tercengang menatap seseorang yang baru tadi pagi kami kenal.
"Riskaaa...!! Tolong aku Riss...." tampaknya Andra mengenal murid
cantik itu yang bernama Riska Amelia, murid pindahan dari kota lain,
bertubuh seksi, cantik jelita, juga murid baru di kelas kami.
"Sabar...,aku jelaskan..." Riska berusaha menjelaskan duduk
permasalahan yang sebenarnya.
"Begini ceritanya, tadi pada saat jam istirahat, Andra secara nggak
sengaja mendengar percakapan antara Doni dengan Pak Djono, mereka
mempunyai rencana jahat terhadap kalian..... " Riska menjelaskan
dengan panjang lebar, sementara Aku, Reina, Vivi dan Farida
mendengarkan dengan jantung berdebar-debar, ternyata kini
bertambah lagi seorang musuh, Doni, kakak kelas kami yang terkenal
bengal.
Riska mendekati sebuah bangku kemudian menaikkan ia kaki kirinya ke
atas bangku itu, tangannya menyibakkan rok seragam sekolahnya ke
atas, WAHHHH..!! Handycam mungil merek Sony terikat di paha kirinya
sebelah dalam.
"Ini... " sambil tersenyum-senyum Riska memberikan handycam mungil
merek Sony itu kepada Farida.
Aku agak jengah ketika Riska menatapku dengan tatapan matanya
yang nakal sambil tersenyum-senyum kecil.
"HA HA HA HA, Koq kamu bisa kalah sih, Andra si pegulat tangguh"
Riska terpingkal-pingkal kemudian membuka ikatan di kedua tangan
Andra, Andra cuma tersenyum pahit, sesekali ia mengaduh sambil
mengusap-ngusap jidatnya.
"Maaf, Maaffff, si Maya tuh, maen gampar..." Reina menyalahkanku
"Yeeee, si Vivi kali, masak maen jambak begitu...!!" Aku melempar
kesalahan kepada Vivi
"Lohhh, koq aku sich, si Farida tuh, digebuk pake gagang sapu
segala....." Vivi menunjuk Farida yang langsung melepaskan gagang
sapu di tangannya.
"Ehhhh...akukan pelan mukul-nya, pukulan Reina tuh yang paling
keras" Farida melirikkan matanya ke arah Reina, sementara Riska
tersenyum-senyum kemudian tertawa terpingkal-pingkal sambil
menepuk-nepuk punggung Andra.
"WADUHHHHH...., malang banget nasib Andra si pegulat...HA HA HA HA
HA HA"
Kami saling berpandangan satu sama lain, aku, Farida, Reina dan Vivi
menyadari kesalahpahaman terhadap Andra yang ternyata telah
menyelamatkan aku dan Vivi dari kebuasan Pak Dion cs.
"Maaaffff......."
Hampir bersamaan kami meminta maaf, nyesel banget dech, ternyata
serangan 4 pendekar cantik kali ini benar-benar salah sasaran, tuan
penolong kami sampai babak belur.
"Ennngg, iyaaaa, nggak apa-apa koq..." Andra menggaruk-garuk
kepalanya, ternyata Riska dan Andra ramah banget, arah pembicaraan
mulai serius ketika menyinggung-nyinggung Pak Dion cs, akhirnya
kami sepakat akan saling bahu-membahu menghadapi kebuasan
mereka.
************************
Doni terlihat tersenyum senang sambil menuju gedung sekolah yang
sudah tidak terpakai lagi, tangannya menarik tangan seorang gadis
cantik, teman sekelasnya. Langkah Anita terseret-seret ketika
pergelangan tangannya ditarik oleh Doni, terus naik, kelantai 2 terus
kelantai 3. Di lantai tiga inilah Doni berhenti, kemudian ia membalikkan
tubuhnya ke arah Anita, Anita tertunduk lesu ketika tangan Doni
mengelus rambutnya kemudian dengan lincah mempreteli kancing baju
seragamnya satu demi satu, dibukanya bra Anita dengan kasar. Nafas
Doni tertahan, matanya melotot lebar menatap payudara Anita yang
putih dihiasi puttingnya yang kemerahan, Nafas Doni menggebu-gebu
ketika tangannya merayapi permukaan bulatan payudara Anita, Anita
memalingkan wajahnya ke arah lain, ia muak melihat wajah Doni yang
mesum..
"Koq kamu diem aja sichh, ayo dong, kita nikmati hari yang indah ini
bersama-sama... he he he...." hidung Doni mengendus-ngendus rambut
Anita yang harum kemudian diciumnya pipi Anita, sambil terkekeh-
kekeh Doni bersujud di hadapan Anita, diremasnya pinggul gadis itu.
Sambil menengokkan wajahnya keatas Doni mulai menyusupkan
tangannya ke balik rok seragam Anita. Anita mengepalkan kedua
telapak tangannya ketika tangan Doni merayap, menyusup masuk ke
dalam rok seragam sekolahnya kemudian dengan kurang ajar tangan
Doni mengelusi sepasang paha Anita yang mulus. Anita menggigit
bibirnya ketika merasakan celana dalamnya perlahan-lahan ditarik
turun sampai tergeletak di pergelangan kakinya sambil menjilati perut
Anita kedua tangan Doni melingkar ke belakang melepaskan pengait
rok seragam gadis itu, dengan nafsu yang semakin memuncak Doni
menarik rok Anita turun.
"Wahhhh, Gilaaa....!! " Doni si pesek mendelik, matanya melotot ketika
menyaksikan wilayah vagina Anita yang botak, bersih terawat, Gluk,
Gluk..., berkali-kali ia menelan ludah ketika menatap belahan vagina
Anita yang mungil, dirabanya belahan itu. Mata Doni menatap tajam
wilayah tersebut sambil mengelus-ngelusnya.
"Wah, Anita..., Cuphh, Cuppphhh Hmmm, memek kamu wangi.., he he
he"
Berkali-kali Doni mengendus-ngendus permukaan vagina Anita, kedua
tangannya mendekap pinggul Anita sambil mendesakkan wajahnya
dalam-dalam pada vagina Anita, kedua tangannya melingkar memeluk
erat-erat pinggul gadis itu, nafasnya semakin sesak karena tekanan
nafsu birahi yang sudah meledak sampai ke ubun-ubun, bibirnya
mengecup-ngecup wilayah terlarang yang seharusnya belum waktunya
untuk dijamah oleh seorang-laki-laki-pun, Anita menggigit bibir
bawahnya berusaha mati-matian untuk menahan desahan nafasnya
yang semakin sulit untuk ditahan.
"Ahhhh,, " Anita mendesah kuat, ia tidak sanggup lagi menahan
siksaan kenikmatan dari Doni ketika merasakan bibir vaginanya
dicaplok oleh mulut Doni, mulut Doni mengemut dan melumat-lumat
bibir vaginanya. Kedua tangannya berusaha mendorong kepala Doni,
gerakan Anita malah membuat Doni semakin bernafsu mengulum-
ngulum bibir vaginanya yang menebarkan wangi yang khas.
"Ahhhhhh., Doniiii......" Anita akhirnya pasrah, tubuhnya terasa semakin
hangat, rayuan birahi itu semakin sulit untuk dilawan, sulit sekali...
Lidah Doni terjulur keluar kemudian perlahan-lahan menjilat belahan
bibir vagina Anita diciuminya sela-sela vagina Anita yang semakin
becek. Doni tidak merasa jijik ketika membersihkan cairan-cairan
vagina Anita yang lengket dengan lidahnya.
Doni kembali bangkit berdiri, wajah mesumnya tampak semakin
menjijikkan , setelah mengecup bibir Anita, dengan santai ia
melepaskan pakaian seragamnya sendiri sampai ia sama-sama bugil
tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya, Anita memejamkan
matanya ketika sesuatu di selangkangan Doni terangguk-angguk
kemudian teracung keras bagaikan sebatang tombak yang siap
memberinya kenikmatan dengan paksa..
"Ha Ha Ha, koq merem sih ?? Lo kan udah pernah dientot ama pak
Dion, masak masih malu liat yang ginian..., aya-aya wae.... He he he,
duduk disini..., Nahhh sekaranggg... loe emut kontol gua "Doni
cengengesan sambil menarik pergelangan tangan Anita dan
mendudukkan gadis itu di atas sebuah bangku panjang yang terbuat
dari kayu. Anita menarik kepalanya mundur ketika Doni menyodorkan
batang kemaluannya.
"Bau Don, " Anita mengeluh kerena kemaluan Doni berbau menyengat,
tampaknya ia jarang merawat kemaluannya.
"Yeee, dimana-mana juga yang namanya kontol pasti bau atuh, tapi
seperti kata pepatah makin bau, makin enak...., ayoooo isepp....!!" Doni
menyodorkan kepala penisnya sambil menekan belakang kepala Anita.
Kepala Anita terasa pening ketika cuping hidungnya mengendus bau
kemaluan Doni yang tidak terawat, dengan terpaksa Anita membuka
mulutnya ketika Doni menjejalkan kepala penisnya dengan paksa
kedalam mulutnya.
"Ihhh..., uhuk, uhukkkk..." Anita melepaskan kulumannya
"Nggak mau, Donn, jangannnn...."
"Hehhh....!!, gimana sich, koq jadi elu yang ngatur-ngatur gua !!
sekarang lo tinggal pilih, mau ngelayani gua atau perlu gua panggil
temen-temen gua kesini biar mereka merkosa loe sampe puas ?? "
Doni mengancam kemudian berlalu hendak mengambil Hp-nya.
"Jangan, Donn!! Jangannn....!! Aku lakukan...." Anita mencekal
pergelangan tangan Doni mencegah tangan Doni agar tidak mengambil
Hp untuk memanggil serigala-serigala lain yang sudah pasti akan
bersuka ria menyantap tubuhnya yang putih mulus.
Bibir Doni tersenyum penuh kemenangan, kedua tangannya memeluk
pinggang Anita yang ramping, kemudian bibirnya mengejar bibir Anita,
dengan terpaksa Anita menyambut bibir Doni, ia berusaha melayani
pemuda itu.
"Ckkkk, Ckkkkkk...Chkkkkkkk...Hmmmm, Emmhhh,, Emmmmmm, Hhhh"
Doni mencaplok bibir Anita kemudian mengulum-ngulumnya dengan
rakus bagaikan seekor binatang buas yang sedang menyantap
mangsanya, sambil mengemut dan mengulumi bibir Anita tangannya
menggerayangi tubuh yang putih mulus itu, dijelajahinya lekuk-liku
tubuh Anita yang membuatnya semakin bergairah.
"Aaaa.. Aduhh,, Donnn Aduhhhh...." Anita memalingkan kepalanya ke
kiri ketika Doni menyerang liar batang lehernya sebelah kanan,
sesekali Anita merintih pelan ketika Doni menjilati dan menghisap-
hisap lehernya sangat kasar dan liar, belum lagi remasan-remasan liar
tangan Doni yang meremasi induk payudaranya
Doni menjilat pipi Anita kemudian berbisik di telinga gadis itu
"Katanya lo mau nyervis kontol gua, he he he" Doni menangih janji
Anita kemudian menarik pergelangan tangannya, kali ini Donilah yang
duduk di atas bangku panjang itu.
"Ayooo, cepet, udah kebelet nih....." Doni bersandar sambil
mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, dengan menahan rasa
malu dan risih Anita bersujud diantara selangkangan Doni. Tangan
kanannya memegangi pangkal kemaluan Doni kemudian dikocok-
kocoknya benda itu.
"Aduhh, masa cuma dikocokin sich, diservice dong pake mulut...!! "
Doni terkekeh sambil menekan kepala Anita ke arah kemaluannya,
dengan terpaksa Anita menjulurkan lidahnya keluar kemudian menjilati
kepala kemaluan Doni, lidahnya terjulur keluar membersihkan leher
penis Doni, berulang-kali dikulumnya kepala kemaluan Doni dan
diemut-emutnya kedua biji pelir diselangkangannya, kepala Anita
bergerak maju mundur mengoral kemaluan Doni yang cengengesan
sambil membelai-belai kepalanya.
"Sudah..., sudahh, cukupppp..."
Doni mendudukkan Anita di atas kursi panjang itu, ia mulai mengambil
posisi di antara kedua kaki Anita, berkali-kali ia menelan ludah ketika
merasakan kepala kemaluannya bergesekan dengan belahan vagina
Anita, digesek-gesek kepala penisnya pada belahan vagina Anita yang
mungil kemudian ia menjejalkan kepala penisnya berusaha memasuki
jepitan belahan vagina Anita.
"Awwwwwwww......." tubuh Anita tersentak ketika Doni menembakkan
batang penisnya merojok lubang vaginanya, ia mengeliat resah,
tubuhnya menggigil hebat ketika merasakan batang kemaluan Doni
mulai tenggelam membelah belahan vaginanya dengan paksa.
"Eiisshhhh, Gila!! Wah baru kali ini gua ngerasain enaknya ngentot!!,
makasih ya Nit, tar jangan lupa, malem minggu kita kencan.. he he he "
Doni menceracau tidak karuan matanya melotot merasakan jepitan
vagina Anita. Baru pertama kali ini Doni merasakan berhubungan intim,
biasanya sih Doni selalu self service.
"Heeffhh,, Ennnnhhh, Nnnnnhhhh...." wajah Anita merah padam ketika
Doni semakin dalam menekan batang kemaluannya, ia merintih pelan
ketika perlahan-lahan Doni menarik batang kemaluannya, tiba-tiba ia
seperti terperanjat ketika Doni menjebloskan batang kemaluannya
dengan satu sentakan yang kuat.
"Ahhhh, Ahhhhh, Ahhhhhh, Owwwhhhh..." tubuh Anita terguncang-
guncang ketika batang kemaluan Doni mulai menggenjot-genjot
lubang vaginanya, gerakan-gerakan Doni begitu liar dan kasar ketika
menyodoki lubang vaginanya, dengan gemas Doni menyodok-
nyodokkan penisnya.
"Awwwhhh, aduhhhh, pelan-pelan Donnn....eesshhhh, accchhhhhh,
aduh pelan-pelan Donnnn... Awww...!Jangannn...Ahhhh" Anita
meringis-ringis sambil memohon agar Doni berbaik hati
memperlambat serangannya, tapi Doni malah tersenyum senang ketika
Anita kewalahan menerima sodokan-sodokan batang kemaluannya
yang merojok - rojok lubang vaginanya yang peret dan nikmat.
"Herrrhhh, Unnnnnnh!! " Doni menggeram gemas sambil terus
mengayunkan batang kemaluannya meyodok-nyodok lubang vagina
Anita tanpa mempedulikan ringisan dan rintihan gadis itu.
"Crrr Crrrrrr.....Affffhhh " tubuh Anita melenting kemudian terkulai lemas
ketika cairan kenikmatan itu berdenyut-denyut menyemburkan cairan
kewanitaannya..
"Ha Ha Ha, akhirnya lu bucat juga-kan ? makanya nggak usah sok
jaim dech, di mulut doang bilang jangan, tapi sebenernya lo seneng
banget-kan gua entot..?? nihhh gua tambahin biar loe makin enak he
he he " Doni tambah liar menggenjot-genjotkan batang kemaluannya.
Anita terisak, hatinya terasa pedih mendengarkan kata-kata Doni yang
sudah merendahkannya, melecehkannya seenak hati. Doni tersenyum
sinis, hati nurani Anita telah habis dimakan oleh sang kenikmatan
yang tersenyum puas ketika Doni semakin gencar menggenjot-
genjotkan batang kemaluannya tanpa mempedulikan isak tangisnya,
sambil menggenjot lubang vaginanya kedua tangan Doni
menggerayangi permukaan dua buah gunung putih yang lembut,
kenyal dan halus, diremasnya kuat-kuat buah dada Anita sampai gadis
itu merintih kecil di sela-sela isak tangisnya.
"Unnnhh.., Unnhhhhh,,Ennnhhh" Anita melenguh ketika Doni
menyodok-nyodokkan batang kemaluannya, kucuran cairan kewanitaan
Anita membuat pergesekan kelamin itu terasa semakin enak, licin, geli,
gatal, sulit sekali untuk diungkapkan dengan kata-kata.
"Pleppp, Plepppp., Plepppp...., Pleppp..."
Suara lubang vagina Anita ketika batang kemaluan Doni merojok-rojok
belahan vagina gadis itu yang sempit dan peret, tangan Anita
mendorong bahu Doni kuat-kuat ketika merasakan rojokan-rojokan
Doni semakin liar dan brutal.
"Ploppp.... Waduhhhhh, lepas euyyy"
Doni terjengkang ke belakang, ia tersenyum merasa menang di atas
angin, ditariknya pinggang Anita untuk berdiri. Bibir Doni melumat
bibir Anita sambil menggigit kecil bibir gadis itu, lidah Doni
menggeliat-geliat mencoba memancing lidah Anita untuk berperang
dengan lidahnya. Kegigihan Doni akhirnya berhasil menundukkan
Anita. Anita mengalungkan kedua tangannya ke leher Doni, ia
mendesah panjang ketika Doni merundukkan kepalanya untuk
mencumbui belahan payudara Anita yang putih dan lembut.
"Ohhhhh... Doniiiii... Ahhhhhh...."
Kedua tangan Anita menekan belakang kepala Doni sehingga wajah
Doni yang berhidung pesek itu semakin tenggelam di antara belahan
payudaranyanya. Anita mendesis ketika merasakan putting susunya
dijilat dan diemut-emut Doni, si mata-mata berhidung pesek. Setelah
puas menggeluti payudara Anita, tangan Doni menarik pergelangan
tangan Anita kemudian mendorong tubuh Anita ke jendela kaca besar
di dekat pojok lantai 3, kedua tangan Doni mengusapi pinggul Anita.
Dari jendela itu Anita dapat melihat beberapa orang murid-murid
sekolah itu sedang asik bersenda gurau. Tampaknya mereka tidak
menyadari apa yang tengah terjadi di lantai tiga gedung sekolah lama
itu.
"Doni, jangan disini Donn, takut. ketahuan...." Anita berontak ketika
Doni memeluk tubuhnya dari belakang, hidung Doni mengendusi
rambut Anita sambil berbisik pelan.
"Santai aja, rileks, gak usah tegang he he he"
Tangan Doni merayap, mengusap-ngusap payudara Anita, nafas gadis
itu tersendat-sendat ketika merasakan telapak tangan Doni mengelusi
dan menggerayangi payudaranya. Anita menolehkan kepalanya ke
samping ketika Doni mulai mengecup-ngecup dengan liar. Bibirnya
tampak merekah seolah-olah sedang mengundang Doni untuk melumat
bibir mungilnya.
"Heemmmm...Cppkk, Mmmmm..,,Ckk Ckkk "
Mulut Doni langsung mencaplok bibir Anita dan Anita membalas
lumatan-lumatannya, lidah Doni mengejar lidah Anita ketika mulut
Anita terbuka dengan pasrah, decakan-decakan mulut mereka yang
saling melumat terdengar semakin keras, sesekali Anita merintih lirih
ketika tangan Doni mencubit-cubit putting susunya. Anita mulai
terangsang ia menjulurkan lidahnya keluar, Doni mengigit ujung lidah
Anita dengan lembut kemudian menghisap-hisap lidah Anita yang
terasa manis dan basah, sambil mendesah panjang Anita semakin
membusungkan dadanya ke depan ketika merasakan tangan Doni
semakin aktif meremas-remas buah dadanya, memilin-milin putingnya
yang berwarna pink kemerahan, tubuh Anita semakin basah oleh
cucuran air keringatnya.
"Aihhhh, lembut-nya, Esshhhh...." Doni mendesis ketika telapak
tangannya mengusapi bulatan buah dada Anita yang semakin
menggembung, disibakkannya rambut Anita yang tergerai kemudian
dikecupinya tengkuk gadis itu. Ciuman Doni yang lembut kini menjalar
ke bahu Anita, ciuman yang dikombinasikan dengan jilatan dan
hisapan-hisapan mesra membuat Anita semakin sering merintih lirih
dengan tubuhnya yang merinding keenakan.
"Ennnhhh, Hnnnggghhh..., Don..., aduh, enakk"
Anita memejamkan matanya, perlahan namun pasti Doni semakin
menyeretnya memasuki lautan kenikmatan yang membuat Anita serasa
diombang-ambingkan dalam sebuah desah irama birahi yang berpacu
dengan nafasnya yang memburu semakin kencang tak beraturan. Anita
kembali memekik kecil ketika merasakan Doni menggigit kecil lehernya,
tangan Doni menarik pinggulnya agar lebih menungging ke atas
kemudian diarahkannya batang kemaluannya pada lubang vagina Anita.
"Jrebbb...! AHHHnnnnhhhhh....."
Anita mengerang keras ketika merasakan kepala kemaluan Doni
menyodok lubang vaginanya dari belakang, tubuhnya tersungkur-
sungkur ke depan ketika Doni berulang kali menyodoki vaginanya.
Kedua tangan Doni mencekal pinggang Anita yang ramping ketika
tubuh gadis itu tersentak-sentak keras akibat lubang vaginanya
disodok dan dirojoki oleh batang kemaluan Doni.
"Plokkk, Plokkk Plokkkk, Plokkkk.. Keplokkk... " terdengar suara yang
khas ketika buah pantat Anita ditampar oleh selangkangan Doni ketika
ia berkali-kali mendesakkan dan menghujamkan batang kemaluannya,
tubuh Anita semakin cepat terdorong-dorong, tersentak-sentak kuat
mengikuti helaan batang penis Doni yang keluar masuk menyodoki
vaginanya.
Siang itu sinar matahari terasa panas menyengat, namun tidak sepanas
api birahi yang membakar tubuh dua orang murid yang sedang asik
melakukan hubungan terlarang, tubuh keduanya semakin basah dengan
deru nafas yang berdesahan semakin keras.
"Ennnnhhhh.... Ahhhhh,, Crrr Crrrrr....." Anita hanya dapat memejamkan
matanya rapat-rapat, ketika cairan kenikmatan itu kembali berdenyutan
tanpa dapat ditahan lagi, sementara Doni malah semakin bernafsu
menyodok-nyodok lubang vagina Anita. Disodok-sodoknya lubang
vagina Anita sampai gadis itu memekik-mekik kecil.
"Plokkkk... Plokkkk.. Plokkkkk, Clebbb, Plakkkk"
"Ahhhh, Ahhhh, Ahhhh Awwww...." Anita semakin keras memekik
ketika gerakan-gerakan Doni semakin liar.
Ia hanya dapat melenguh kecil merasakan sodokan-sodokan batang
kemaluan Doni yang terus menerus merojoki belahan vaginanya,
sampai akhirnya Doni memeluk kuat-kuat tubuh Anita sambil
mendesakkan batang kemaluannya dalam-dalam kedalam jepitan
memek Anita. Anita mengalungkan kedua tangannya pada leher Doni
ketika tangan Doni membalikkan tubuhnya. Doni membelai rambut
Anita yang lembab, terdengar suara desahan panjang Anita ketika
menyambut datangnya bibir Doni yang mengecupi bibirnya, kedua kaki
gadis itu berjingjit-jingjit ketika berciuman dengan Doni.
Doni kembali menyelipkan batang kontolnya ke belahan vagina Anita,
kemudian tangan Doni melilit membelit tubuh Anita yang mungil
sambil mulai memompa lubang vaginanya.
"Aduh Donnnii, aduhhhhh..... Ahhh.....! "
Doni semakin bernafsu ketika mendengarkan rintihan lirih Anita,
disentak-sentakkannya kuat-kuat penisnya mengocoki vagina Anita
yang mungil, tangan kanan Doni menekan-nekan bokong Anita sambil
terus menghentakan batang kemaluannya, nafas keduanya semakin
menggebu-gebu.
"Ahhhh... Crrr Crrrrr...Crrrrr....." Anita memekik kecil
"Uts...!! Kecrottt.. Crooooottttt...." Doni mendekap kuat-kuat tubuh
Anita sambil membenamkan batang kontolnya dalam-dalam.
Kenikmatan itu menjalari tubuh keduanya yang masih berdiri saling
berpelukan, kedua tangan Doni merayap meremas-remas bongkahan
pantat Anita yang bulat dan padat, kedua tangan Anita berpegangan
pada bahu Doni, sementara kepalanya bersandar di dada pemuda itu
yang tersenyum puas sambil menggerayangi lekuk liku tubuhnya.
**************************
Pada suatu hari Minggu...
"Maya...sini-in Hpnya "
Vivi menjulurkan tangannya untuk merebut Hp mungilku, aku berusaha
menahan tangan Vivi yang hendak merebut Hp Mungil-ku yang
gemetar ketakutan. Gimana nggak ketakutan, Hp mungilku akan dijual
sebagai untuk ongkos memperbaiki Hp Vivi.
"Viii, aku ganti bulan depan yach... "
Aku berusaha menawar, namun Vivi cuma menggelengkan kepalanya,
Duh kejam amat sich..T_T, Aku hanya menatap lemas ketika Vivi keluar
dari dalam mobil sambil menyeret Hp mungilku yang selama ini selalu
setia menemaniku, sementara Farida mengikuti langkah Vivi.
"Hkk.. Hkkk... " Aku terisak , sementara Reina memeluk pundakku
"Rei...., Vivi jahat dechhhh..... "
Aku terisak dalam pelukan Reina, Reina hanya mengecupku kemudian
memelukku erat-erat, ia menepuk-nepuk punggungku, hatiku rasanya
sakit ketika mengingat sikap Vivi yang berubah dingin. Beberapa saat
kemudian Vivi yang jahat masuk kembali ke dalam mobil sambil
tersenyum-senyum senang, aku memalingkan wajahku ke arah lain,
pokoknya aku marah, sebelllll.... Huhhhh..!! Aku tetap diam ketika
Farida bertanya padaku,
"Mayyy, kamu mau makan apa ?? "Aku cuma menggelengkan kepalaku,
sambil menahan air mataku, sedih banget rasanya hari ini, kebayang
deh nasib Hp mungil-ku dipajang dietalase, ia pasti berteriak-teriak
keras di balik etalase kaca Tolooonnnnggg..!! Tolongggg aku
Mayyyy...!!
"Brrrmmmm...Brrrmmmm" Farida memarkir mobilnya di depan rumah
Vivi, wajahku terus tertunduk dengan hati yang sedih dan sakit.
"Mayyy..., Ayooo...., " Farida mencekal pergelangan tanganku dan
menuntunku dengan lembut, sementara Vivi dan Reina berlari-lari kecil
masuk ke dalam rumah mendahuluiku, langkahku agak terseret-seret
ketika Farida menuntunku masuk kedalam rumah..
"HAAAHHHHH.....!! "
Aku berseru terkejut sementara sebuah lagu mulai berkumandang
dengan merdu dari bibir Vivi, Farida, Reina, Andra dan Riska. Sebuah
lagu ulang tahun mengalun diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah
ketika aku yang masih bengong meniup lilin ulang tahun di atas kue
tart.
"Met Ultah ya Mayy...."
Satu persatu Farida, Reina, Andra dan Riska menyalamiku
mengucapkan selamat ulang tahun padaku, yang terakhir Vivi, ia
tersenyum kemudian duduk di sampingku yang masih cemberut,
tangannya menyodorkan salah satu diantara dua buah kotak, yang
dibungkus kertas kado.
"Nich buka...he he" Vivi menyodorkan kotak pertama, aku membuka
kado pemberian Vivi, Ohhhhhhhh.....!!!, HP mungilku, ia sedang
tersenyum gembira dengan casing baru yang membungkus tubuhnya,
ada sebuah tulisan disampingnya "PENSIUN..^^."
Vivi menyodorkan kotak kedua, aku membuka bungkus kado kotak
kedua, Whowwwww, Hp baru dengan kamera 3.2 megapixel autofocus,
HSDPA, radio, waaah, kerennn. Tiba-tiba aku menengokkan kepalaku
ke arah Vivi, Aku menyesal sudah berburuk sangka terhadapnya,
sementara Vivi hanya tersenyum sambil membelai kepalaku, tatapan
mata Vivi begitu lembut ketika menatapku.
"Viviiiiiiiiii.....Hkk Hkkk"Aku memeluk Vivi, Vivi menepuk-nepuk
punggungku ketika aku terisak menangis dalam pelukannya, duh,
ternyata tadi Vivi cuma bersandiwara, pura-pura jahat terhadapku.
Keadaan mulai berubah serius ketika siang hari itu Andra sibuk
mengotak-atik laptopnya, sepertinya Andra sedang berusaha
memindahkan photo dari handphone ke dalam laptop, dengan
semangat Andra berusaha mengajari Aku, Reina, Farida, Riska dan
Vivi, yang terbengong-bengong sambil berulang kali saling
berpandangan satu-sama lain.
"NAHHH, begitu caranya, mudah banget kan..., apalagi dengan
teknologi cybershot, LHOOO...!!! "
Andra menatap Maya, Riska, Reina, Vivi dan Farida yang sudah
terkapar bersandar di kursi masing-masing. Matanya menatap nakal
pada paha mulus lima gadis cantik yang tertidur dalam berbagai posisi
dengan rok mini mereka yang tersibak sampai ke pangkal paha. Mata
Andra sedikit juling ketika matanya menatap nanar lima pasang paha
yang putih dan mulus.
"Waduh, mulusnyaaaaaa, "
Tangan Andra mengelus dada dan sesuatu di selangkangannya yang
berontak sehingga membuat permukaan celananya semakin
menggembung
"Nggak apalah bintit dikit, ketimbang mubazir..., BUSET DAH....!!!!"
mata Andra semakin juling ketika Maya menggeliat dengan kedua
kakinya yang sedikit mengangkang. Rok mini Maya tersibak ke atas,
Andra menudukkan kepalanya agar dapat menatap dengan lebih jelas.
Mulutnya ternganga menatap selangkangan Maya yang tertutup secarik
kain segitiga tipis berwarna pink, pikiran kotor Andra langsung
bergolak seperti air yang sedang mendidih. Ia berlutut di sisi Maya,
perlahan-lahan tangannya mengelus pangkal paha Maya yang putih
mulus, begitu hangat dan mulus.
Glekkkkk...!!Ceglukkkk....!! berkali-kali Andra menelah ludah ketika
telapak tangannya merasakan kemulusan paha Maya.
Ia menundukkan kepalanya, kemudian hidungnya mengendus
permukaan celana dalam Maya yang masih tertidur pulas. Sedikit demi
sedikit tangan Andra menarik pinggiran celana dalam Maya yang tipis
berwarna pink, dengan hati-hati digeser-gesernya pinggiran celana
dalam itu. Mata Andra mendelik menatap belahan vagina Maya yang
kini terexpose dihadapan wajahnya. Sambil menundukkan kepala,
Andra menjulurkan lidahnya, berkali-kali dijilatinya belahan vagina
Maya, diciumi, diendus-endus dan dilumat-lumat dengan mesra,
cukup lama juga ia dengan sukses menikmati belahan vagina Maya
yang tampak semakin pulas sampai kemudian ia buru-buru
menghentikan aksinya ketika gadis itu menggeliat kegelian kemudian
membalikkan tubuhnya ke samping kiri, posisi tubuh Maya miring ke
kiri membelakangi Andra.,
"DUGGG...!! DUGGG...!! DUGGG....!! "
Andra merasakan jantungnya berdetak dengan keras, ia ketakutan
setengah mati jika Maya tiba-tiba terbangun, namun dorongan untuk
menggerayangi tubuh Maya yang molek begitu kuat, mengalahkan
ketakutan di hati Andra, dengan hati-hati ia merayapkan tangan
kanannya dan kembali menggerayangi tubuh Maya yang semakin
pulas, diraba-rabanya dan pelan-pelan diremasnya buah dada Maya
yang mungil, namun terasa padat, keras dan kenyal di balik baju kaos
ketatnya.
------------
Detik demi detik membawa malam ini semakin larut
Aku membuka jendela kamarku
Kemudian menghela nafas panjang-panjang.
Mulai besok kami akan berusaha....
Mengumpulkan bukti-bukti kebejatan Pak Dion cs.
****************

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.