Sabtu, 07 Maret 2015

Schoolgirl's Diary 3: Smart Girl Punishment

Beberapa hari ini terasa mencekam. Aku, Reina, Farida dan Vivi selalu
gelisah. Kejadian kemarinlah yang membuat kami merasa tidak aman,
was-was dan ketakutan setiap melihat guru laki-laki, apakah mereka
juga bejat seperti Pak Dion, Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak Djono?
———————————
Jam istirahat, perpustakaan sekolah
"May….Titit Pak Dion gedeee ya?"Vivi berbisik pelan ditelingaku.
"Ehhhh, Iya…" Karena sedang melamun aku menjawab sepolosnya,
namun kemudian dengan reflek aku menoleh kearah Vivi
"Lagi ngelamunin apa May…?" Vivi tersenyum lembut sambil membelai
rambutku.
"Vi, aku takut…" aku menekuk wajahku.
"Jangan takut…,aku akan menjagamu…" Vivi menggenggam tanganku
dan meremas tanganku dengan mesra seolah-olah ia mencoba
memberikan rasa aman padaku.
Aku menatap wajah Vivi yang mencoba memaksakan diri tersenyum.
Aku melihat wajahnya sama-sama cemas dan ketakutan. Reina dan
Farida hanya saling berpandangan kemudian menghela nafas panjang.
"Uhuk, uhukkk…." Suara batuk mengejutkan kemi berempat
Mata Pak Romi melotot tidak berkedip melihat daun-daun muda yang
segar dan cantik, Ih, tampangnya jelek, giginya ompong, serem amat.
"Koq tasnya dibawa-bawa sih?, kan baru jam istirahat…" Pak Romi
bertanya keheranan, wajahnya tersenyum, matanya jelalatan, gatal
tanganku ingin menggapar penjaga perpustaaan yang sudah berusia
lanjut ini.
"Supaya ngak jajan…, ada coklat, kue.., trus.., kresek…, kresekkk..
snack" Reina menunjukkan isi tasnya. Walaupun alasan sebenarnya,
kami takut tas kami disubsidi oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab,
"Oooo…, Begituuu…." Pak Romi tersenyum sambil berkali-kali menelan
ludah mencuri-curi pandang kearah buah dada kami berempat.
"Teng… Tenggg… Tenggg" jam tanda Istirahat sudah usai berdentang
dengan keras, berteriak-teriak dengan garang memerintahkan agar
semua murid segera masuk kedalam kelas mereka masing-masing,
termasuk kami berempat.
"Degggggg….." jantungku melompat melihat wajah Pak Ahmad
tersembul dari balik pintu, tubuhnya gemuk berlemak disana-sini,
masih teringat dengan jelas dalam benakku bagaimana buasnya Pak
Ahmad ketika menyetubuhi Ira, sampai-sampai gadis itu mengerang-
ngerang tidak karuan.
"Ehmmmm, Ayo buka Halaman 41″ Pak Ahmad memerintahkan agar
kami membuka lembar ke 41, matanya melirik kebawah meja, kemudian
ia menghela nafas panjang karena tidak menemukan apa yang ingin
dilihatnya, Aku, Reina, Farida dan Vivi sudah lebih berhati-hati
menjaga posisi duduk kami agar tidak mengundang mata mesum yang
tidak berkepentingan. Ruangan kelas semakin kosong karena
ditinggalkan oleh para murid yang berebutan keluar kelas.
"Hhhhh……" Aku menghela nafas panjang sambil bersandar, bete banget
hari ini, agak lama kami berempat berdiam diri didalam kelas dengan
pikiran yang kacau balau.
"Udah…, kita cabut yuk…" Vivi menarik tanganku, sementara Reina dan
Farida juga sudah bersiap-siap angkat kaki dari sekolahan yang
mendadak menjadi tempat yang mengerikan bagi kami berempat.
Pada Saat kami hendak menuju tangga kelantai bawah tiba-tiba Vivi
menoleh kearah kami sambil meruncingkan mulutnya dan
menempelkan jari telunjuk dibibirnya
"Bagaimana pak Romi… ? He he he…" Pak Djono terkekeh-kekeh.
"Iyy. Iyaaa… Pak, Saya mau…." Pak Romi menjawab sambil
menganggukkan kepalanya, kemudian ia memberikan kunci ruangan
perpustakaan pada Pak Djono.
"Nahhh… Ira kamu temani Pak Romi…." Pak Djono mendorong
punggung gadis itu.
"Ayoo…, pak Romi jangan bengong begitu…, langsung dinikmati…" Pak
Djono cengengesan sambil berlalu naik menuju lantai 3.
Pak Romi menarik tangan Ira kedalam sebuah ruangan kelas yang
sudah kosong, dengan sigap 4 orang gadis cantik segera menjauh dari
tangga dan bersembunyi, ketika Pak Djono melangkahkan kakinya naik
menuju kelantai tiga. Deggg.. Degggg… Degggg…. jantungku terasa
berbunyi dengan lebih kencang sambil memandangi punggung Pak
Djono, langkah kakinya terdengar menaiki anak tangga dan kemudian
suasana kembali hening.
"Viii… Ennngghhhhh…." Aku mengeluh sesak nafas karena ditindih oleh
tubuh Vivi dari atas.
"Maaf…Maaf, tadi emergency… nggak ada tempat lagi.."Vivi
mengangkat buah dadanya yang besar dari punggungku. Duh dua buah
gunung besar itu menindih punggungku, pantesan nafasku terasa
sesak.
"Rei…., mau kemana ?" Farida keheranan karena Reina malah
mengendap-ngendap menaiki anak tangga menuju perpustakaan.
"Sssstttt….!" mulut Reina meruncing sabil menunjukkan jari telunjuknya
ke atas, kami segera mengikuti langkah Reina menuju ruangan
perpustakaan yang berada dilantai 3, dengan hati-hati kami berusaha
mengintai keadaan didalam ruang perpustakaan.
Terdengar suara memelas seorang gadis dari dalam perpustakaan.
"Jangan pak, saya mohon…, jangan" Feby, gadis cantik terpandai di
sekolah kami sedang memohon, rambutnya panjang terurai, sebuah
kaca mata yang menempel diwajah gadis itu tidak mengurangi
kecantikannya.
"Tolong pakkkk,…. lepaskan saya… hkk hkk" Feby mulai terisak
menangis, gadis itu merasa sangat menyesal karena telah melakukan
onani di WC sekolah, dan semuanya terekam dalam sekeping DVD
berdurasi 20 menit yang kini tengah tayang dilayar DVD portable, ya
kenikmatan selama 20 menit itu kini akan mengubah kehidupan gadis
itu dengan paksa.
"Feby, ketimbang kamu melakukan onani di WC, lebih baik kamu bapak
ajari langsung enaknya yang sebenarnya itu seperti apa…." Pak Dion
tersenyum mendekati gadis itu, kepala sekolah bejat itu membuka
bajunya sendiri sambil memandangi gadis itu yang tengah duduk
memunggungi dirinya. Nafsu yang menggelegak membuat batang penis
pak Dion menegang maksimal.
"Bapak yakin kamu bakalan cepat mahir dalam urusan yang satu ini
karena kamu adalah murid cantik terpandai disekolahan ini…" Pak Dede
cengengesan dengan wajah mesumnya yang semakin menyebalkan.
"Awwww…!!" Feby memalingkan wajahnya ketika Pak Dion dengan
sengaja memamerkan batang kemaluannya, gelak-tawa terdengar riuh
rendah diruangan perpustakaan.
"Feby…, kamu liat…, nah ini yang namanya penis…." Pak Dion
mengacung-ngacungkan penisnya kewajah Feby.
Feby memundurkan kepalanya ketika ada bau yang menyengat tercium
oleh hidungnya. Mata gadis itu melirik ke arah benda hitam yang besar
dan panjang diselangkangan Pak Dion. Seumur hidup baru kali ini
dirinya melihat kemaluan milik seorang pria, bahkan kini ada 4 batang
sekaligus terpampang dihadapan wajahnya dengan berbagai ukuran,
rasa sesal perlahan-lahan berganti dengan sebuah perasaan lain, rasa
ingin tahu, penasaran dan juga gelombang birahi yang semakin lama
semakin menyeret gadis itu menuju sebuah dunia berbeda yang penuh
dengan bujuk rayu kenikmatan. Tangan Pak Dede meraih tangan gadis
itu dan meletakkannya pada batang kemaluan Pak Dion. Tangan Feby
bergetar hebat ketika telapak tangannya mengelus batang kemaluan
Pak Dion. Selama ini Feby menyalurkan nafsu birahinya dengan cara
beronani atau dengan cara sembunyi-sembunyi menonton blue film
dirumahnya.
Batang kemaluan Pak Dion terasa kasar, hangat dan semakin
mengeras dalam genggaman telapak tangannya. Tiba-tiba nafas Feby
semakin mendengus, tampaknya nafsunya mendadak bergelora ketika
dikelilingi oleh empat orang guru bejat yang sudah berbugil ria di
hadapannya. Tangan Pak Dion mendekap kepala Feby, ditekannya
kepala gadis itu ke arah selangkangannya. Perlahan-lahan bibir Feby
terbuka dan mengecup batang penis Pak Dion. Pak Dede dan Pak
Ahmad merayapkan tangan mereka menggerayangi buah dada Feby,
sedangkan tangan Pak Djono menyelinap ke balik rok seragam gadis
itu dan mengusap-ngusap pahanya.
"Hmmm, nafsu kamu memang tinggi rupanya…hahaha!" Pak Dion
membelai-belai rambut Feby yang sedang menciumi batang
kemaluannya dengan rakus sampai terdengar suara decakan yang
semakin keras.
Kedua tangan Feby memegangi batang penis Pak Dion. Mulutnya
terbuka lebar dan dengan perlahan-lahan Feby memasukkan kepala
penis Pak Dion ke dalam mulutnya. Mendadak Feby seperti terkena
sengatan listrik sambil menarik kepalanya, rasa kepala penis laki-laki
yang baru pertama kali ini dirasakan oleh gadis cantik itu, asin dan
disertai lendir yang meleleh dari lubang kemaluan Pak Dion. Setelah
membiasakan diri dengan bau menyengat yang dikeluarkan kepala
penis itu, Feby mengulurkan lidahnya dan mengulas-ngulas kepala
penis kepala sekolah bejat itu, sesekali dikulumnya dan dihisapnya
dengan kuat sampai kedua pipi gadis itu mengempot.
Mata Pak Dion menatap nanar kearah selangkangan gadis itu yang
masih agak terhalangi oleh rok seragam sekolahnya yang sudah
tersibak keatas akibat kejahilan tangan Pak Djono. Pak Dede, Pak
Djono dan Pak Ahmad menarik tubuh gadis itu agar berdiri, seolah-
olah sudah mengerti apa yang diinginkan oleh Pak Dion mereka
menelanjangi gadis itu. Pak Dion melangkah mendekati Feby dan
sambil meraih pinggang gadis itu mulut pak Dion melumat bibir Feby
yang mungil.
"Emmm….Hesccckk… Hssscckk Emmmm" suara mulut gadis itu yang
sedang dikulum dan dihisapi oleh Pak Dion.
Feby mengalungkan kedua tangannya keleher Pak Dion, kedua kakinya
agak berjingjit menyambut kuluman Pak Dion.
"Ahhhh…!! Ahhhhhhhh….." Feby memekik kemudian mendesah-desah
kecil ketika Pak Dion mengecupi dan menghisap-hisap lehernya, rasa
geli yang menggelitik membuat gadis itu merintih dengan lirih.
Pak Dion membopong kemudian membaringkan tubuh Feby di atas
setumpukan kain berwarna putih bersih yang sengaja sudah disiapkan,
dihamparkan diatas lantai perpustakaan.
"Ihhhhh…!! " Feby menggeser-geserkan tubuhnya ketika pak Dion
menerkam tubuhnya, mulut kepala sekolah bejat itu menjilati bulatan
payudara Feby, kedua tangan pria itu membelit pinggangnya dan
mendekap tubuhnya dengan kuat.
"Ennnnnnhhhh… nnnnnhhhhhh" tubuh Feby melenting keatas ketika
kecupan-kecupan pak Dion turun semakin kebawah.
"Ahhhhh……!! Ohhhhhh…!! Pak… Ennnhhhh" Feby tidak kuasa lagi
menahan jeritannya ketika mulut Pak Dion mengecup-ngecup bibir
vaginanya dengan liar, jeritan gadis itu semakin liar ketika lidah Pak
Dion yang kasar menyeruak masuk mengorek sela-sela lubang vagina
gadis itu.
"Ha Ha Ha…, tidak disangka, murid kita yang pandai begitu liar…"
"Ini mungkin karena nafsu yang terlalu lama terpendam"
"Ooo… iyaaaa, bagaikan kuda lepas dari kandangnya.. he he he"
"Slllckkkk… slecccckkkkkk… Srrruupphhhhh…." suara mulut Pak Dion
yang sedang asik mengulas-ngulas belahan vagina Feby, sesekali
mulut Pak Dion mencucup bibir vagina gadis itu dan menghisapi
lendir-lendir gurih yang semakin banyak meleleh dari vagina Feby.
"Awwww… Hssshhh Hssssshhh….. Crrrrrttt Crrrrr" kedua tangan Feby
mendekap dan meremasi kepala Pak Dion, kedua kakinya tertekuk
mengangkang seolah-olah sedang mempersilahkan pak Dion untuk
menikmati vaginanya.
Lidah pak Dion mengulas-ngulas permukaan vagina Feby, gadis itu
menggelinjang keenakan ketika lidah Pak Dion yang hangat dan basah
mengusap-ngusap permukaan vaginanya.
Pak Dion menempelkan kepala penisnya pada belahan vagina Feby,
dengan instensif Pak Dion menggesek-gesekkan kepala penisnya pada
belahan vagina gadis itu. Cairan vagina Feby bercampur dengan
lelehan air nafsu yang menetes dari kepala kemaluan Pak Dion,
semakin lama kepala penis Pak Dion semakin mengkilap basah,
demikian pula dengan bibir vagina Feby tampak berair dan sedikit
merekah.
"Jangann Pakkk…!! Ahhhhh……!!!" Feby berontak namun Pak Dede dan
Pak Ahmad dengan sigap menyergap tubuh gadis itu, mereka menekan
kuat-kuat bahu bahunya, sedangkan Pak Djono melakukan remasan-
remasan lembut pada buah dada gadis itu.
"Enngghh !! Hakkkshh" Feby meringis merasakan kepala penis pak
Dion membelah belahan vaginanya, gadis itu semakin gelisah ketika
batang kemaluan Pak Dion terbenam semakin dalam dan akhirnya…
"Aduhhh…., Enggghhhh…sakit…, sakittt!!!!"
Keempat orang guru bejat itu tertawa lepas melihat Feby mengaduh
kesakitan.
"Colok terus Pak Dion , jangan diberi ampunn…"
"Ayoooo… Lebih dalam lagi Pak Dion…."
"Sudahh…, jangan nangis begitu ah…, kaya lagi diapain aja.. he he"
kata Pak Djono sambil membelai-belai rambut gadis itu, Feby
memalingkan wajahnya. Tubuhnya terasa lemas tidak bertenaga, isakan
tangis gadis itu malah membuat nafsu birahi keempat guru bejat itu
semakin bergelora.
Pak Dede dan Pak Amhad tersenyum kemudian melepaskan
pegangannya pada bahu gadis itu. Batang kemaluan pak Dion yang
besar, hitam dan panjang kini tertancap di lubang vaginanya. Gadis itu
berulang kali mengeluh ketika Pak Dion berkutat kuat. Kepala sekolah
bejat itu menekan batang kemaluannya semakin dalam, dengan tidak
sabaran Pak Dion menghentakan batang kemaluannya kuat – kuat.
"Ahhhhhh….., nnggggghhhh, Ngghhh" gadis itu menjerit keras
kesakitan kemudian mengerang-ngerang, suara erangannya justru
membuat nafsu binatang Pak Dion semakin bergolak.
Tubuh Feby mulai terguncang-guncang perlahan-lahan kemudian
semakin lama semakin cepat. Tusukan-tusukan kemaluan Pak Dion
serta belaian dan usapan nakal tangan Pak Dede, Pak Ahmad dan Pak
Djono akhirnya mengantarkan gadis itu mencapai puncak klimaksnya
"Ahhhhh… Crrrrr… Crrrrr… Crrrrrr" Tanpa melepaskan batang
kemaluannya, Pak Dion memutar tubuh gadis itu dan
memposisikannya pada posisi dogy style,
"Emmmmmm……" tubuh Feby menggelinjang ketika merasakan putaran
batang kemaluan Pak Dion di lubang vaginanya.
Pak Dion merapatkan selangkangannya mendesak buah pantat Feby,
nafas Pak Dion semakin memburu merasakan kehalusan buah pantat
Feby menggesek perutnya yang buncit.
"Plokkkk… Plokkkkk… Plokkk…." batang kemaluan Pak Dion bergerak
maju mundur menggempur lubang vagina Feby.
"Ahhhh… Ahhhhh…. Emmmm…" mulut Feby yang sedang mendesah-
desah tiba-tiba disumpal oleh batang Penis Pak Djono.
Kedua tangan Pak Djono mendekap kepala Feby dan menggerakkan
kepala gadis itu maju mundur untuk mengoral batang penisnya. Pak
Dede dan Pak Ahmad menggerayangi buah dada gadis itu, terkadang
tangan mereka meremas kuat-kuat induk payudara Feby yang
dilanjutkan dengan memilin-milin putingnya.
"Ahhhh… Ohhhhhh….! Crrrrr… Crrrrr….." Feby memuntahkan batang
penis Pak Djono, matanya terpejam rapat merasakan puncak klimaks
yang baru diraihnya.
Pak Dion tetap bersemangat memacu lubang vagina Feby walaupu
gadis itu sudah kewalahan menghadapi nafsu dan tenaga Pak Dion
yang besar. Setelah kembali mengantarkan Feby mencapai puncak
kenikatannya yang keempat kali. Pertahan Pak Dion tampak goyah,
mulutnya menggeram-geram "Arrrhhhh…. Urhhhhh… Euhhhhh"
"Arhhhhh… Croooottttt……." tiba-tiba Pak Dion membenamkan batang
kemaluannya dengan sekali sentakan yang kuat sampai gadis itu
memekik kecil.
Setelah beberapa kali menghela nafas panjang Pak Dion menarik
batang penisnya dari lubang Vagina Feby. Ia buru-buru mencengkram
pinggul Feby agar posisi pantat gadis itu tidak turun. Pak Djono
menelan ludah ketika kepala penisnya beradu dengan lubang anus
gadis itu.
"Ekssssshhhhhh…. Heeeeennggkkkk" Feby hanya dapat membeliakkan
matanya ketika merasakan lubang anusnya melebar dan terasa pedih
bercampur ngilu, tenaga gadis itu sudah hilang entah kemana.
Batang penis Pak Djono dengan leluasa membantai lubang anus Feby.
Tubuh Feby yang sudah basah bercucuran keringat terdorong-dorong
dengan kuat ke depan ketika Pak Djono menyodomi gadis itu dengan
kasar. Mata Feby terpejam rapat, wajahnya mengernyit kesakitan
sedangkan mulutnya terbuka lebar "Hahhhhssss… Hashhhhhhhhh…
Hahhhhhk" hanya Suara itu saja yang dapat keluar dari mulut gadis
itu.
Tangan Pak Djono membelit pinggang Feby sebelum menjatuhkan
dirinya kebelakang. "Unnngghhhhh……" gadis meringis kesakitan ketika
lubang anusnya menduduki batang penis Pak Djono. Tangan guru bejat
itu mendekap pinggul Feby dan dengan kuat menekan pinggul gadis
itu kebawah. Sementara Pak Ahmad mencekal pergelangan kaki kanan
Feby dan merentangkan kaki gadis itu melebar, sedangkan tangan kiri
Pak Ahmad menjejalkan kepala penisnya membelah belahan vagina
gadis itu.
"Jrebbb…. Jrebbb Jrebbb… Unnnnnhh" Feby kembali melenguh
kemudian merintih-rintih merasakan tusukan penis Pak Ahmad yang
menyentak-nyentak karena pemiliknya ingin membenamkan batang
penisnya sampai mentok kedalam vagina gadis itu.
Tidak berapa lama tubuh Feby terguncang-guncang akibat serangan
batang penis Pak Djono dan Pak Ahmad di lubang anus dan lubang
vaginanya. Pak Dede memeluk pinggang gadis itu dari samping
sementara mulutnya melumat buah dada Feby yang basah, hangat dan
halus, Pak Dede dengan rakus mengulum puncak buah dada Feby,
terkadang ia mengigit bulatannya dengan gemas.
"Ennhhhh…. Crrrrr… Crrrtttt……." Feby hanya sanggup mendesah ketika
tubuhnya kembali bergetar dengan hebat ketika mencapai puncak
kenikmatan
"Nahhh…, Gimana rasanya, lebih enak ketimbang onani, betul ga?" Pak
Dede menciumi bibir Feby dan mengulumnya dengan lembut.
"Hauhhhh…. Cretttt…. Crrrrrrr"
"Ngeheee… Kcrotttt"
Pak Ahmad dan Pak Djono menggeram kuat sambil meyentakkan
batang penis mereka. Pak Dede segera merebut tubuh Feby dan
membopong tubuh gadis itu, Pak Dede meletakkan Feby duduk
dipinggiran meja, kedua kakinya terjuntai agak mengangkang. Kedua
tangan Pak Dede bermain-main di permukaan Paha Feby, kemudian
naik merayap kearah pinggang sambil merendahkan kepala jari telunjuk
Pak Dede mengangkat dagu Feby.
"Hemmmm… Emmh…Ckkk Ckkkk" suara mulut seorang murid yang
sedang dikulum oleh mulut gurunya.
Tangan sang guru menggerayangi kemulusan tubuh muridnya yang
sudah basah bercucuran air keringat.
Pak Dede mengarahkan batang penisnya ke arah belahan vagina Feby,
guru bejat itu menekankan penisnya, perlahan-lahan penis Pak Dede
memasuki vagina gadis itu. Mata Pak Dede terpejam, ada kepuasan
yang tersirat di ekspresi wajahnya, dengan perlahan-lahan Pak Dede
memaju mundurkan batang penisnya seolah-olah ia sedang menikmati
jepitan vagina gadis itu pada batang kemaluannya.
"Hssshhhhh…." sambil mendesis Feby mengibaskan rambutnya yang
sudah basah dan acak-acakan. Pak Dede mengangkat paha gadis itu,
secara otomatis kedua tangan Feby bertumpu ke belakang.
"Ennnnhhh… Cleppp…Kretttt Cleppppp…Krettttt Cleppp…." Pak Dede
meningkatkan irama kocokannya, suara meja terdengar berderit-derit
ketika guru bejat itu semakin kuat memacu tubuhnya.
"Ihhhh…Brukkkkk Crrrr….. Crrrttttt…….." punggung Feby terjatuh keatas
meja , kedua tangannya serasa lemas tidak berdaya menahan beban
tubuhnya ketika merasakan puncak klimaks yang berdenyut-denyut di
lubang vaginanya. Pak Dede tersenyum kemudian mencabut batang
kemaluannya.
Ditariknya tubuh Feby turun dari atas meja, kemudian Pak Dede duduk
di atas sebuah kursi, tangannya menarik bokong gadis itu, perlahan-
lahan pinggul Feby turun menduduki selangkangan Pak Dede.
"Ahhhhssssshhhhhh………" kepala Feby terangkat keatas, gadis itu
mendesah panjang merasakan penis Pak Dede membelah kembali
belahan vaginanya sampai akhirnya dengan sempurna Feby menduduki
selangkangan guru bejat itu, kemaluan Pak Dede terbenam didalam
lubang vagina Feby yang seret dan sempit. Dengan perlahan-lahan Pak
Dede memacu penisnya, kedua tangan Pak Dede merayap kedepan
menggerayangi buah dada Feby, dengan teratur telapak tangan pak
Dede mengusapi bulatan payudara gadis itu dan meremasnya dengan
lembut. Tusukan batang penis Pak dede yang lembut dan juga
remasa-remasan lembut tangan pak Dede di buah dadanya membuat
Feby semakin melayang nikmat. Perlahan namun pasti Feby
menyandarkan punggungnya ke belakang. Ia memasrahkan dirinya
dalam dekapan guru bejat itu.
Cuphhhh… Cupppp… Cupppp" Pak Dede menciumi leher gadis itu dari
belakang, pak Dede tersenyum merasakan tubuh muridnya bergetar
dengan hebat dalam dekapannya pertanda gadis itu sedang dilanda
puncak kenikmatan "Ennnhhhhhh…… Crrrrrrr…. Crrrrrrr… Crrrrrrrr"
****************************
Sementara itu bagaimana nasib Ira ?
Di ruangan kelas lantai bawah…
Pak Romi melangkahkan kakinya mendekati Ira, gadis itu mundur
ketakutan, Ira menatap wajah Pak Romi yang tersenyum-senyum
dengan wajah mesumnya. Pak Romi membuka sabuknya dan
melecutkan sabuk itu ke udara. Gadis itu memekik ketakutan.
"Nahh, Non Ira tinggal pilih…., mau saya cambuk, terus diginiin…."Pak
Romi menyelipkan jempolnya diantara jari telunjuk dan jari tengah
kemudian mengacungkannya dihadapan wajah gadis itu.
"Atauuu….. "
"Non Ira melayani saya dengan sukarela… he he he" Pak Romi mulai
memutar-mutarkan sabuknya di udara sambil menatap Ira dengan
tatapan mata mengancam.
"Jangan Pakk, tolong jangan cambuk saya…..! " Ira memohon pada Pak
Romi
"Kalau gitu Non Ira harus nurut sama saya…., ngerti ?" Pak Romi
menatap wajah gadis itu. Ira hanya dapat mengangguk sambil
menundukkan wajahnya. Pak Romi melemparkan sabuknya keatas
meja.
"Sini…, mendekat….!!" dengan tegas Pak Romi memberikan perintah,
perlahan-lahan Ira mendekati Pak Romi, gadis itu memekik ketika Pak
Romi meraih pinggangnya.
Hidung pak Romi mengendus-ngendus rambut Ira. Wangi harum tubuh
gadis itu membuat Pak Romi kesulitan menahan Nafsu birahinya.
"Nahhh, sekarang Non Ira buka pakaian Saya…."
Tangan Ira bergetar ketika melepaskan kancing baju Pak Romi. Tangan
Pak Romi menekan bahu gadis itu agar berlutur di hadapan permukaan
celananya yang sudah menggembung. "Celana saya jugaaaa…. He he
he"
"Ayooo…!! Tunggu apa lagii..!! Tarik celana kolor Saya….!!!" Pak Romi
membentak karena Ira malah berdiam diri sambil memalingkan
wajahnya kearah lain.
Dengan menekan perasaannya Ira menarik celana dalam Pak Romi.
"Nahhh, Non Ira Pasti sudah tahu harus ngapain…" Pak Romi
menyodorkan batang kemaluannya. Mulut gadis itu meruncing
kemudian mengecup batang penis Pak Romi
"Cuphhhhh….."
"Yehhhh…!! masa cuma segitu doangggg…." Pak Romi protes
"Emangnya saya ini anak kecil.., cukup dicium sekali beres, .terusin
dong…"
"Cuppphhh… Cuphhhh Cuppppp… Sllllckkk Sllllccckkk" Akhirnya Ira
melakukan beberapa kali kecupan yang dikombinasikan dengan jilatan-
jilatan lidahnya mengulas-ngulas batang penis Pak Romi.
"Ya.., bethulll begitu…, Aduhhh Non Ira pinter amattt…"
"Sudahh…, Sudahhh, Cukuppp…." Tangan Pak Romi mencengkram bahu
Ira dan mengangkat tubuh gadis itu agar berdiri.
"Nahhh, sekarang buka bajunya Non…" Pak Romi cengengesan dengan
pandangan matanya yang mesum terus melotot memandangi tubuh
gadis itu.
Ekspresi wajah gadis itu tampak sangat tertekan, Ira menundukkan
kepalanya, perlahan-lahan tangannya bergerak ke atas melepaskan
kancing baju seragamnya paling atas, kemudian kancing kedua, ketiga
dan sampai kancing baju terakhir, pria itu membantu melepaskan
pakaian seragam Ira. Wajah Ira semakin kemerahan mendengar kata-
kata panas Pak Romi yang bernada melecehkan dirinya "wahhh , ck ck
ck, kalo ini sih, semalam bisa seharga sejutaan…"
Duhhh…, Ngak usah ditutupin begitu deh…" Pak Romi menarik kedua
tangan Ira yang menyilang di dadanya berusaha melindungi
payudaranya dari tatapan mesum Pak Romi.
Pak Romi membalikkan tubuh Ira, tangannya bergerak dengan gesit
melepaskan pengait bra gadis itu. Tangannya menghempaskan bra Ira
ke bawah kaki gadis itu, kemudian melepaskan pengait rok seragam Ira
sambil berbisik ditelinga Ira "Nah.., Permisiiii, saya buka dulu ya
Non…, kalo ngentot kan harus buka-bukaan dulu.. He he he"
Setelah rok Gadis itu melorot Pak Romi bersujud sambil melepaskan
celana dalam Ira. "Glekkkk…." Pak Romi menelan ludah ketika wajahnya
berhadapan dengan buah pantat gadis itu yang membulat padat,
berkali-kali tangannya bergerak mengusapi bulatan buah pantat gadis
itu yang halus dan lembut. Mulut Pak Romi mulai menciumi bulatan
buah pantat Ira
"Cuphhh.. Cuppp.. Cuppppppp… Plakkk Plakkk Aduhhhh… , mimpi apa
saya bisa menciumi pantat Non Ira, He he he"Sambil mengecup,
berkali-kali Pak Romi menggampar buah pantat Ira, lidah Pak Romi
terjulur menjilati belahan pantat Ira, kedua kaki gadis itu sampai
bergetar hebat merasakan nikmatnya elusan-elusan lidah pak Romi.
"Ahhhhh… Esssshhhhhh, Ahhhhh" Ira memejamkan matanya, elusan-
elusan lidah Pak Romi membuatnya terlarut dalam kenikmatan yang
diberikan oleh penjaga perpustakaan sekolah itu.
"Nungging Nonnn…, Aduhhh, lebih nungging lagi dong saya pengen
nyicipin memeknya Non Iraaa, Nihh Gini Atuh..!! " Dengan tidak
sabaran Pak Romi menunggingkan gadis itu, kedua tangan Ira
bertumpu ketembok sementara kedua kakinya mengangkang melebar.
Lidah Pak Romi terjulur keluar menjilati belahan vagina Ira dari
belakang sementara tangannya mengelus-ngelus paha gadis itu
"Anjritt…, Gurih amat sih, emmmslleccckkk.. sleckkkkkk… Sllrrrpppp…"
"Ahhhh… !! Ahhhh… Eehhhh…!" tiba – tiba Ira menarik pinggulnya
ketika Pak Romi mengkombinasikan jilatan-jilatannya pada belahan
vaginanya yang diselingi gigitan-gigitan lembut pada buah pantat
gadis itu, tubuh gadis itu semakin menggeliat-geliat ketika lidah Pak
Romi mengorek-ngorek lubang anusnya, "Fuhhhhhhh…." sesekali Pak
Romi meniup lubang anus gadis itu dan kemudian melahap habis-
habisan lubang anus Ira.
"Ennhh… Crrrrr Crrrrr… Crrrrrrr" Ira mengejang ketika mencapai klimaks,
sementara Pak Romi berdiri sambil menepuk-nepuk pinggul Ira.
"Sllleeeeppp… Jrebbbb" kemaluan Pak Romi membelah vagina Ira,
tubuh Ira terayun-ayun dengan kencang ketika Pak Romi mengayunkan
batang kemaluannya. Kedua tangan Pak Romi mendekap bulatan
payudara Ira sambil melakukan remasan-remasan kasar, pria itu
berbisik ditelinga Ira
"Nonnnn…, Ehhh ntar malem minggu, saya boleh ngajak kencan
nggak?" Pak Romi bertanya.
Penjaga perpustakaan itu semakin ngak tau diri, mengajak Ira untuk
kencan di malam minggu, Ira tidak mempedulikan pertanyaan Pak
Romi.
"Mau ya Nonnn…., temenin saya, kita entotan lagi…., Yeee jawab
dongggg!!!" Pak Romi sewot sambil meremas kuat-kuat bulatan
payudara Ira, "Ahhhh aduhhhh… Iy Iyaaa Pakkkk…." Ira meringis
kesakitan.
"Nahhh…gitu donggggg, baru anak manis namanya, hehehe" Pak Romi
senang karena gadis itu menyetujui ajakannya. "Cleppp Clepppp…
Clepppp.. Clepppp" suara gesekan kemaluan mereka terdengar semakin
menggairahkan.
"Aduhhhh… Pegel nih…!! Gantian dong…, Non Ira yang goyang…"setelah
melepaskan batang penisnya dari jepitan vagina Ira, Pak Romi duduk
di atas kursi. Ira Berpegangan pada bahu pria itu kemudian dengan
hati-hati ia menurunkan pinggulnya. Pak Romi mengarahkan kepala
penisnya pada lubang vagina Ira yang hendak menduduki
selangkangannya.
"Ehhhhhhhssss.. Ssshhhhh…." Ira mendesis keenakan, tubuhnya
berkali-kali menggelinjang kegelian merasakan batang Penis Pak Romi
terbenam semakin dalam.
Sambil berpegangan pada bahu Pak Romi, gadis itu mulai menaik
turunkan pinggulnya. Sesekali pinggul Ira bergoyang seperti orang
yang sedang mengayak pasir. Pak Romi menjulurkan lidahnya,
sementara kedua tangannya menekan belakang kepala gadis itu, lidah
pria itu menggeliat-geliat di bibir
Ira, seolah-olah meminta jalan untuk memasuki rongga mulut gadis
itu. Ira menggelengkan kepalanya menghindari lidah Pak Romi.
"Ngee…, dientot mau, tapi masa nggak mau ciuman sama saya…,
kebangetan….!! " tangan kiri Pak Romi menjambak rambut Ira dan
menarik kepala gadis itu ke arah wajahnya.
"Ahhhhemmmmm…Emmm!" Pak Romi mengulum mulut Ira dengan
rakus, sementara tangan kanan Pak Romi menekan-nekan bokong
gadis itu dalam sebuah irama yang teratur sambil menyentakkan
batang penisnya ke atas.
"Hmmmmm… Crrrr Crrrr Crrrrr" tubuh Ira bergetar seperti tersengat
aliran listrik, mulut Pak Romi tampak mengenyot beberapa kali sebelum
akhirnya melepaskan kulumannya dari mulut Ira.
Ira tidak berani lagi menolak ketika Pak Romi menjulurkan lidahnya,
perlahan-lahan mulut Ira terbuka dan lidah gadis itu terjulur keluar
menyongsong datangnya lidah Pak Romi, lidah mereka saling mengait
dan membelit.
"Plakkkk… Plakkkkkkkk… Plakkkkk "Pak Romi menampar-nampar buah
pantat Ira agar gadis itu lebih giat dalam "bekerja". Ira segera menaik
turunkan pinggulnya dengan lebih cepat. Tangan Pak Romi
mencengkram pinggul gadis itu membantunya menaik turunkan
pinggulnya.
"Ennnnh Annnhhh…. Crrrr Crrrrr…"
"Waduhhh… Duhhhh… Kecrottttt…. Croooooottttt"
Kedua insan berlainan jenis itu berpelukan dengan erat, tubuh Pak
Romi yang hitam mendekap kuat-kuat tubuh Ira yang putih mulus.
Tangan Pak Romi meremas-remas bulatan buah pantat Ira dengan
lembut. Mulut Pak Romi mengecupi bibir Ira kemudian kecupan Pak
Romi mampir ke pipi seolah-olah sedang berterimakasih pada gadis
itu.
****************************
Aku, Reina, Farida dan Vivi melangkah menuju pintu gerbang sekolah.
Pak Nanang memandangi kami berempat, entah kenapa pandangan Pak
Nanang terasa sedikit berbeda. Atau ini hanya perasaan kami saja??
Setibanya di rumah Vivi membanting tasnya ke sofa. Nafas Vivi
memburu, kedua tangannya berkacak pinggang. Waduh. Itu dadanya…!
Dadanyaaaaaa !! aku menatap nakal gunung besar didada Vivi yang
bergerak turun naik. Vivi melotot ke arah ku ketika menyadari aku
sedang memandangi payudaranya.
"Maya…..!! Sini….!! " Vivi menatapku dengan tajam kemudian ia
berteriak memanggil namaku.
"Ehhh.., ada Apa Vi…" Aku memasang wajah serius, tangan Vivi
menyambar
tanganku kemudian menarik diriku masuk ke kamar.
"Wahhhh… Habis sudah si Maya…." Reina terkekeh – kekeh.
"dan Kamu….. !! " Farida memeluk pinggang Reina dari belakang.
Sudah beberapa hari ini gairah kami selalu berada di level terbawah,
kini tiba-tiba segalanya meledak begitu saja. Farida membalikkan
tubuh Reina, jari telunjuk Farida mengusap bibir Reina, mulut Reina
terbuka , dengan nafsu mengelegak kedua tangan Farida mendekap
kepala Reina dan menyumpal bibir gadis itu dengan bibirnya.
"Hesshh.. ckkkk… ckkkkkk…." Suara bibir kedua gadis itu berdecakan
semakin keras, lumatan demi lumatan bibir dihiasi oleh lidah mereka
yang saling membelit satu sama lain. Setelah melepaskan pakaian
masing masing Farida menarik Reina kearah kursi sofa.
Reina menjatuhkan dirinya ke sofa, tubuh gadis itu meliuk-liuk dengan
indah seolah-olah mengundang Farida untuk segera menggeluti
tubuhnya. Farida menggerakkan jari telunjuknya di lutut Reina
kemudian dengan perlahan terus naik ke atas, Reina mengangkangkan
kedua pahanya ketika telunjuk Farida mulai nakal merayapi permukaan
Vaginanya.
"Ahhhhh… Far…, enakkkk…" Reina mendesis keenakan ketika jari
telunjuk Farida mengulas-ngulas belahan vaginanya.
Reina memekik kecil ketika mulut Farida mengecup bibir vaginanya
dengan kasar.
"Ahhhh, Aduhhhh Far… aduhhhhhhhh… Hiiiiiiiii… Ahhhhh!! Creeeettt…
Cretttttt" Reina mengangkat pinggulnya ke atas, Farida menyeruput
cairan gurih itu dari vagina Reina.
Farida naik mengangkangi kepala Reina,
"Reiiiiiiii…., Ahhhhhhhhh…. Heeehhhhhhssssttttt…" Farida menekan-
nekankan lubang vaginanya ke mulut Reina.
Reina terkadang menggigit bibir vagina Farida dengan lembut, lidah
Reina mengait-ngait klitoris Farida
"Uhhhhhh…. Crrrtttt… Crrrrrrrr" Farida tiba-tiba terengah-engah,
sesekali tubuhnya menggelinjang ketika Reina menghisapi cairan-
cairan gurih dari lubang vaginanya.
Farida mensejajarkan posisi tubuhnya di atas Reina, kedua gadis itu
saling berpelukan dengan mesra. Reina menengok kearah pintu kamar
ketika mendengar suara teriakan dari dalam kamar.
"Uhhhh….sabar Viii…, sabar….." aku agak miris melihat wajah Vivi yang
merah padam.
"Awwwww……" Vivi melemparkan BHnya keatas lantai, tubuh Vivi yang
sudah telanjang bulat dengan buah dadanya yang besar melangkah
menghampiriku, kemudian ia mendorong tubuhku keatas ranjang. Aku
menahan nafas ketika Vivi melompat menerkamku. Dengan bernafsu
Vivi menggusur tubuhku ke tengah ranjang.
"Uhhhhh……" Akhirnya tangan Vivi merengut penutup tubuhku yang
terakhir, kain segitiga itu tidak dapat lagi melaksanakan tugasnya,
melindungi wilayahku yang paling sensitif dari kebuasan Vivi.
"Tenanggg… Viii tenang….waduhhh!!" kedua tangan Vivi mencekal
pergelangan tanganku dan menekan kedua tanganku di samping
kepalaku.
Buah dada Vivi yang bongsor namun kencang, menghimpit buah
dadaku yang mungil, "Vivi Meeemmmm Emmmmmmm" Vivi mengulum
bibirku dengan kuat, tubuhku yang semula berontak kini lemas
kehabisan tenaga, dengan liar Vivi melampiaskan nafsunya menggeluti
buah dadaku. Kecupan kecupan Vivi yang liar pada buah dadaku
berubah menjadi kecupan-kecupan lembut, Vivi mengenyot puncak
payudaraku dengan lembut, lidahnya bermain-main mengorek-ngorek
puting susuku yang sudah mengeras. Ciuman Vivi kini turun ke bibir
vaginaku, lidahnya mengulas-ngulas klitorisku dengan giat, sesekali
diciuminya bibir vaginaku dengan rakus.
"Ehhh…Crrrrrrrrttt…..Crrrtttttttttt…." Aku mengejang kemudian mengeliat
keenakan,
"Ha Ha Haaaa…." Vivi tertawa kecil kemudian kembali menindih
tubuhku, ia membelai-belai rambutku, sambil sesekali mengecupi
bibirku.
Mataku terasa berat.
Sudah dua murid cantik yang menjadi korban kebuasan para guru tak
bermoral itu.
"Ehmmm" aku mendadak tersadar, entah kenapa tanganku menggambar
sebuah penis yang sedang terikat tali simpul.
Setelah menutup buku harianku, kubaringkan tubuhku di atas ranjang.
———————————————

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.