Sabtu, 07 Maret 2015

Schoolgirl's Diary 4: Doni, The Spy Among Us

Schoolgirl's Diary 4: Doni, The Spy Among Us
24 November 2008
Seorang gadis tampak gelisah, berkali-kali ia menekan tombol play
kemudian stop di Mp4 player mungil yang baru saja ia dapatkan, entah
siapa yang menaruh Mp4 itu di tasnya,
"Nggak.., mungkin..., dari mana mereka mendapatkan ini ?" berkali-kali
gadis itu memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pening, dunia
terasa berputar dengan lebih cepat
Sebuah Sms masuk ke Hp di tangannya, wajahnya memerah membaca
kata-kata mesum dilayar HPnya.
Gadis itu mebalas SMS itu "Siapa ini ? Jangan kurang ajar ya..!! "
Gadis itu menengokkan kepalanya pada langkah-langkah kaki yang
menghampirinya.
"ahhh..! " Seorang gadis yang baru datang berseru terkejut ketika
melihat tayangan MP4 ditangan temannya.
********************
Beberapa minggu yang lalu sebelum gadis itu menerima Mp4 gratis.
"Anita !"
"Veily!"
Anita dan Veily berlari kecil saling menghampiri, kedua gadis itu saling
bergandengan tangan seolah-olah tidak ada yang dapat memisahkan
mereka berdua.
"kamu mau minum apa? Veily sayang..." Anita berbisik nakal di telinga
Veily.
"Mau nyusu di dada kamu boleh?" Veily membalas berbisik pelan di
telinga Anita, Anita hanya tertawa sambil meremas tangan temannya
itu.
Kedua gadis itu menunggu dengan sabar di depan pintu lift, tidak
berapa lama pintu lift itu terbuka, beberapa orang keluar dari dalam lift
sampai lift itu kosong, kedua gadis itu bergandengan tangan masuk
kedalam lift. Dengan lembut tangan Veily mengusap peluh di kening
Anita dengan tissue.
"Kamu ini.., coba kalau tadi aku jemput...,nggak akan keringatan
gini..,"Veily bersungut-sungut, dikecupnya pipi Anita "Cuphhh"
"Yeee, kalo kamu musti jemput aku kan jalannya harus muter dulu...,
jauh, tar cape" Anita tersenyum menatap Veily.
"cape gimana ? Kan aku naik mobil, lagian aku rela koq.., demi kamu..."
Veily mengusap kemudian meremas lembut pinggul Anita. Veily buru-
buru menarik tangannya ketika pintu lift terbuka, Anita tersenyum kecil
kemudian mendahului Veily keluar dari dalam lift.
"Kita ketoilet dulu ya..." Veily menarik tangan Anita yang membalas
dengan menganggukan kepalanya, wajah Anita memerah, ia tahu
dengan jelas apa yang diinginkan oleh Veily.
Veily pura-pura mencuci tangan, berkali-kali dengan tidak sabaran
Veily menengok ke arah Anita kemudian menengok ke arah seorang
wanita setengah baya yang sedang membenahi make-upnya, akhirnya
si wanita setengah baya melangkah keluar.
"Ehhhhhhhhh....! " hanya suara itu yang keluar dari mulut Anita ketika
merasakan pinggulnya ditarik dan diseret oleh seseorang, salah-satu
pintu ruangan itu tertutup dengan rapat.
Veily mengecup lembut bibir Anita, bibirnya melekat kemudian
memangutnya dengan lembut. Tubuh Anita merinding, kedua lututnya
terasa goyah ketika Veily memangut-mangut bibirnya dengan lembut.
Veily menjilati sudut bibir Anita sebelum kembali melumatnya. Nafas
Anita berhembusan bercampur dengan nafas Veily yang memburu.
"AHhhhsssh...... " Anita mendesah ketika ketika Veily berhenti melumat
bibirnya, dada Anita bergerak seirama dengan helaan nafasnya,Veily
berbisik di telinga Anita, entah Apa yang dibisikkan oleh Veily, Anita
menggelengkan kepalanya sambil berkata "Jangan Ahhh...", Anita
menolak keinginan Veily.
Veily terus merengek memaksakan keinginannya, setelah menghela
nafas panjang Akhirnya Anita meluluskan keinginan Veily, ada rasa
cemas yang menggedor-gedor dadanya, ada sedikit rasa penasaran,
namun juga ada rasa takut untuk melakukan sesuatu hal yang baru.
Anita membalikkan tubuhnya, kemudian sedikit menungingkan
bokongnya, kedua tangan Anita bertumpu pada tembok. Veily
berjongkok kemudian telapak tangannya mengelus lembut betis Anita.
Usapan-usapannya semakin naik merayap ke atas, merayapi
permukaan paha Anita sebelah dalam. Dengan sekali sentak tangan
Veily menarik celana dalam Anita. Lidah Veily mengulas-ngulas lubang
anus Anita, membasahinya dengan air liurnya sebagai pelumas dan
ditusuknya lubang anus Anita dengan lembut.
"Uhhhh...." Anita menarik pinggulnya ketika jari Veily mengelus lembut
lubang anusnya., perlahan-lahan jari Veily menekan-nekan berusaha
melakukan penetrasi.
Nafas Anita kadang-kadang memburu, kadang tertahan, kadang
menghela nafas panjang dengan tubuhnya yang mengejang ketika
perlahan-lahan jari temannya memasuki lubang anusnya.
"Ahhhhhh..., Shhhhhhh, pelanh, pelannhhh...." Anita mengernyit ketika
Veily mulai menarik dan menusukkan jari telunjuknya, Veily
menghentikan gerakan jarinya, dengan lembut Veily mengecupi buah
pantat Anita, Veily memberikan kesempatan pada Anita agar dapat
membiasakan diri dengan sebuah jari yang tertancap dilubang
anusnya, agak lama barulah Veily melanjutkan gerakan jarinya,
ditariknya perlahan kemudian ditusukkannya dengan selembut
mungkin.
Tangan Veily yang satunya lagi membelai-belai permukaan vagina
Anita yang tanpa jembut, Veily tersenyum, Anita memang rajin
mencukur bulu jembutnya, sama juga seperti dirinya, rajin merawat
daerah intim di selangkangannya..
Jari Veily mulai melakukan gesekan pada belahan vagina Anita
sekaligus menarik dan menusukkan jarinya pada lubang anus gadis
itu. Mulut Anita ternganga-nganga tanpa dapat mengeluarkan suara,
yang ada hanya desahan nafasnya yang tersendat-sendat.
"Sssshhhhhhh.....," kepala Anita terangkat keatas, mulutnya sedikit
ternganga, kemudian mendesah panjang "Ahhhhhhhhhhhh........"
"Crrrrrrrrttt... Crrrrtttt...." tubuh Anita mengejang kemudian seperti
terhempas dengan lembut, lubang vaginanya berdenyut-denyut
membuahkan rasa nikmat yang menjalari sekujur tubuhnya.
Mulut Veily buru-buru melumat lubang vagina Anita, diemutnya
dengan lembut, dihisapinya cairan-cairan lengket itu sampai kering.
Tiba-tiba Veily bangkit berdiri, tangannya bergerak liar menelanjangi
Anita, kemudian ia membuka bajunya sendiri, dua gadis cantik itu
sudah sama-sama polos tanpa selembar benangpun menutupi tubuh
mereka. Veily memeluk erat-erat tubuh Anita, Anita mendesah sambil
membalas pelukan Veily, untuk beberapa saat mereka berdua berdiri
saling berpelukan, rasa hangat itu terasa menenangkan, perlahan
membakar kemudian dengan lembut mengobarkan api birahi mereka.
Veily merundukan kepalanya untuk mencium bahu Anita, kecupan
ciuman Veily menjalar mengecupi leher Anita, sebelum akhirnya bibir
keduanya menyatu, memangut-mangut, saling mengecup dan saling
kulum.
Veily tersenyum kecil sambil menggesek-gesekkan susunya pada susu
Anita, Anita juga menggerak-gerakkan susunya, sesekali desahan kecil
bergantian keluar dari mulut kedua gadis itu, terkadang gerakan dan
desahan kecil mereka berhenti karena terusik oleh seseorang yang
memasuki toilet, untuk mencuci tangan, untuk membenahi make up,
dan untuk buang air kecil dikamar sebelah mereka, setelah suasana
mendukung barulah kedua gadis itu perlahan-lahan memulai kembali
kegiatan mereka. Anita menundukkan kepalanya kearah payudara Veily,
dikecupinya dengan lembut bulatan susu Veily yang menggembung
semakin membuntal padat, sesekali mulut Anita memangut-mangut liar
sampai Veily mendesah keenakan. Veily menyandarkan punggungnya
pada dinding, sambil menyodorkan vaginanya kedepan dengan posisi
kedua kakinya sedikit mengangkang, Anita berlutut di antara kedua
kaki Veily, tangan Anita merayapi permukaan paha Veily, mata Anita
menatap sayu pada belahan vagina Veily sebelum menjulurkan
lidahnya keluar dan memoles belahan bibir vagina Veily, dikecupnya
bibir vagina Veily dan dihirupnya aromanya yang sangat disukai oleh
Anita. Bibir Anita dengan lembut memangut-mangut bibir vagina Veily,
jarinya menekan sisi bibir vagina Veily agar belahan itu sedikit
merekah. Anita menggerakkan lidahnya mirip seperti sedang mengait
sesuatu, mengorek, dan mengulasi daging klitoris Veily yang semakin
membengkak. Sesekali Veily menarik vaginanya ketika rasa geli itu
semakin hebat menyerang daerah intimnya, namun kemudian
menyodorkan kembali vaginanya kemulut Anita. Tangan Veily membelai
- belai rambut Anita, sesekali kepalanya terangkat ke atas dengan
mata terpejam-pejam menikmati ulasan-ulasan lidah Anita di
selangkangannya.
Wajah Veily tampak semakin sensual ketika mendesah-desah, kadang
mulutnya seperti hendak mengucapkan kata "A", kadang meruncing
tajam.
"Veilyyy...." Anita mendesah sambil merayapkan jari tengahnya pada
belahan pantat Veily, Veily membalikkan tubuhnya, kemudian
menungging, kedua telapak tangannya menempel pada dinding.
"Ennhh..., Nit, sakit nggak ?" kini giliran Veily yang merasa khawatir
ketika mencoba hal yang benar-benar baru dalam hubungan mereka.
"Sedikit..., "Anita menjulurkan lidahnya, kemudian mengelitiki sela-sela
pantat Veily, dikaitnya lubang anus Veily, dikecupinya buah pantat
Veily yang bulat padat, setelah anus Veily agak basah terbasuh oleh
air liurnya barulah Anita menempelkan jari tengahnya pada lubang
anus Veily.
."Annhhhhh...." Veily menggigit bibir bawahnya ketika merasakan jari
tengah Anita mulai mengorek dan menusuk lubang anusnya, ada
sedikit rasa pedih ketika jari tengah Anita perlahan-lahan memasuki
duburnya.
"Aww...."
Anita menghentikan gerakan jari tengahnya ketika Veily meringis ,
"Terus ?" Anita berbisik, setelah Veily menganggukkan kepalanya
barulah jari tengah Anita menekan lebih dalam..
"Cuppp.. Cupppp... Cuppp" Anita mengecupi pinggul, pinggang,
punggung dan kemudian mengecupi tengkuk leher Veily. Tangan Anita
yang satunya meremas-remas payudara Veily yang membuntal,
semakin padat dan kenyal ketika tangan Anita mengelus dan
meremasinya.
Veily menolehkan kepalanya kesamping kearah Anita, lidah Veily
terjulur keluar menghampiri lidah Anita, mulut Anita terbuka lebar dan
mencaplok lidah Veily kemudian dihisapinya lidah Veily dengan lembut,
tangan Anita merayap kebawah dan mengelusi bibir vagina Veily,
terkadang dengan remas Anita meremas-remas selangkangan Veily,
sementara jari tengahnya yang masih mengait lubang anus Veily
bergerak keluar masuk dengan lembut. Anita semakin giat merangsang
Veily terus menaikkan nafsunya
"Aaaak..." Akhirnya Veily terpekik kecil ketika merasakan letusan
nikmat yang diiringi dengan denyutan-denyutan kenikmatan di lubang
vaginanya, hanya desahan-desahan kecil yang terdengar dari bibir
Veily yang tersendat-sendat "Crrrrrrrrrrrrr... Crrrrrrrrr"
Anita berjongkok, mulutnya mengulum kuat-kuat lubang vagina Veily,
kemudian lidahnya membersihkan sisa-sisa lendir kenikmatan di
vagina Veily, juga sebagian yang melelehi paha Veily sebelah dalam
dengan lidahnya, dihisap dan dijilati sampai bersih. Anita merapatkan
buah dadanya pada punggung Veily, kedua tangan Anita
menggenggam bongkahan payudara Veily, sesekali terdengar helaan -
helanan nafas panjang diiringi oleh suara kecupan kecil. Beberapa saat
kemudian setelah "Tuan Peluang memberikan kesempatan" pada Anita
dan Veily, pintu yang tertutup itu perlahan-lahan terbuka, mereka
keluar dari tempat "Persembunyiannya" , mencuci tangan mereka dan
kemudian melap wajah mereka dengan tissue basah, kedua gadis itu
berlalu seolah-olah tidak ada kejadian apapun di dalam toilet itu.
Tidak berapa lama, seorang wanita muda masuk ketepat
persembunyian Veily dan Anita, keningnya berkerut, menatap dua helai
kain segitiga berwarna putih yang tertinggal disudut WC. Kedua gadis
itu bergandengan tangan melanjutkan perjalanan, shooping, beli baju,
trus Disctara beli DVD, trus beli buku ke Gramedia, dan kini siap-siap
naik ke elevator menuju foodcourt untuk mengisi perut mereka. sambil
tersenyum-senyum kecil Anita berbisik
"Pssstttt.....Ly......."
"Hemmmm?" Veily menatap Anita kemudian melirikkan matanya
mengikuti arah pandangan mata Anita.
Dengan sengaja Veily menumpangkan sebelah kakinya agar rok
mininya tersibak menampakkan sepasang pangkal pahanya yang
mulus, Anita tersenyum nakal kemudian melakukan hal yang sama.
Berkali-kali laki-laki itu melirik kebawah meja, jakunnya bergerak
turun naik, matanya melotot besar menyaksikan pemandangan syur,
begitu gempal, mulus, putih dan tampak lembut halus, sepasang
pangkal paha yang tersibak itu begitu menggodanya, kedua kaki laki-
laki itu merapat berusaha menyembunyikan sesuatu yang mendadak
tegang didalam celana dalamnya. Nafas laki-laki itu semakin berat
ketika dengan sengaja Veily memiringkan posisi kedua kakinya kearah
laki-laki itu dan dengan perlahan-lahan membuka kedua kakinya
melebar, Veily pura-pura tidak tahu kalau laki-laki itu sedang
mengintipnya. Mata laki-laki itu mendelik ketika menatap
selangkangan Veily, dengan terburu-buru seperti teringat sesuatu laki-
laki itu kemudian mengambil handphonenya, namun ia kecewa karena
pertunjukan sudah usai kedua gadis cantik itu berdiri dan berlalu
begitu saja.
Veily dan Anita masuk ke mobil Hyundai Atoz,
"Ha Ha Ha Ha..... " Veily tertawa lepas
"Napa ? " Anita keheranan.
"Tadi itu loh, liat nggak mukanya gimana ?"
"Oo, ,Si Doni liatin kita kan he he he?"
"Kamu ngasih liat apa aja tadi ?" Veily tersenyum nakal
"Aku kasih liat paha..., yah dikit sih...?"
"Kalo kamu.....?" Anita balik bertanya.
"Aku kasih liat...... Ehhhhh.....!! Aduhhhhhhh "Veily berseru kaget
sambil menunjuk ke arah selangkanganya.
"Eeng, kayaknya ketinggalan tadi ya ?" Anita mengingat sesuatu yang
pasti tertinggal di toilet, kain segitiga putih yang seharusnya
melindungi daerah intim mereka.
"Jangan-jangan tadi kamu ngasih lihat...." Anita tidak melanjutkan
kata-katanya, Anita tertawa terpingkal-pingkal
Wajah Veily merah padam, untuk pertama kali didalam hidupnya
seorang laki-laki melihat wilayah intimnya, maksud hati hendak
menggoda apalah daya ternyata justru jadi kebablasan.
"Sudah.., Sudahhh, jangan terlalu dipikirkan Ha Ha Ha HA" Anita
tertawa ngakak, sambil menyandarkan punggungnya kebelakang.
'Pantesan tadi rasanya dingin gitu !, Full AC " Veily menghela nafas
panjang
Kemudian menyalakan mesin mobil, tidak berapa lama sebuah mobil
Atoz meluncur meninggalkan gedung mall.
***********************
Keesokan harinya
Anita tersenyum-senyum ketika Doni berulang kali memandangi Veily,
sedangkan Veily tampak cemberut bercampur jengah. Ya... pada Doni!!
teman sekelas yang terkenal menyebalkan, bahkan sampai terkenal di
seluruh sekolah, siapa sih yang nggak tahu Doni si rambut keriting,
bandel, sok jago, tinggi hati,duh si hitam yang menyebalkan, pada
laki-laki inilah Veily memperlihatkan miliknya dan laki-laki itu tengah
memandangi dirinya dengan penuh nafsu. Doni si rambut keriting
tengah terbuai dengan khayalannya, berselancar dengan pikiran
mesumnya, masih teringat jelas pemandangan di foodcourt yang
membuatnya tidak dapat tidur semalaman. Doni melangkahkan kakinya,
pikirannya masih dirayapi nafsu yang membara akibat "pemandangan
indah di foodcourt", tiba-tiba ia menyaksikan peristiwa yang janggal,
Pak Dion menuju gedung sekolah yang sudah lama tidak terpakai, Ira
dan Feby mengikutinya dengan wajah tertunduk. Doni bertanya-tanya
ngapain ketiga orang itu? Ia memutuskan untuk melakukan
pengintaian. Begitu ketika orang itu menghilang dari pandangannya
Doni langsung meluncur menuju TKP. Dengan mengendap-ngendap
Doni mulai melakukan penyelidikan, langkah kakinya berhenti ketika
mendengar suara mencurigakan disebuah kelas, perlahan-lahan Doni
mendekati kaca jendela kelas, ia tercekat, nafasnya tertahan , dengan
jelas matanya menyaksikan Ira dan Feby perlahan-lahan berlutut
dihadapan Pak Dion yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang.
Perlahan-lahan tangan Ira dan Feby mengelusi permukaan celana Pak
Dion yang menggembung, Doni tahu dengan jelas benda apa yang
membuat permukaan celana itu menggembung. Tangan Ira membuka
ikat pinggang Pak Dion, kemudian Feby menarik turun resleting Pak
Dion, celana panjang Pak Dion pun melorot hingga celana dalamnya
tersekspos, tampaknya celana dalam pak dion Hampir tidak dapat
menampung penis besarnya yang over size. Perlahan-lahan Feby dan
Ira menarik turun celana dalam Pak Dion,
"Cuphhh, Cuphhhh, Cuphhhhhh" Pak Dion terkekeh ketika merasakan
kecupan-kecupan bibir kedua gadis itu dibatang kemaluannya
menengokkan kepalanya kebawah, memperhatikan Ira dan Feby yang
mulai menjilati batang penisnya dengan lidah mereka. Rasanya basah,
hangat dan menyenangkan ketika merasakan lidah kedua muridnya
menelusuri batang penisnya. Tidak percuma Pak Dion bersusah payah
mengajari kedua muridnya yang cantik, bayangkan betapa
menderitanya pak Dion ketika harus mengerahkan kemampuannya,
mengarahkan kedua muridnya yang cantik, memberikan, saran,
koment, kritikan, berjam-jam berteriak-teriak memberikan arahan,
sampai bercucuran keringat. Pak Dion menekan belakang kepala Feby
ketika gadis itu membuka muluat dan mengulum kepala penisnya.
Nafas Feby terasa sesak ketika penis Pak Dion menusuk sampai
kekerongkongannya. Feby hanya dapat memejamkan mata , wajahnya
mengernyit ketika Penis pak Dion semakin dalam merojok
kerongkongannya, kemudian penis yang besar itu bergerak maju
mundur,setelah puas Pak Dion menarik batang penisnya dari mulut
Feby kemudian menyodorkannya kemulut Ira, Ira membuka mulutnya
lebar-lebar, penis itu bergerak-menekan-nekan semakin dalam, ditarik
sedikit kemudian ditekannya semakin dalam merojoki kerongkongan
gadis itu. Pak Dion semakin kencang memacu Penisnya..
"Ahhhhh, Uhhhhhhh....." Ira menarik kepalanya untuk mengambil nafas,
Dengan terburu-buru Ira memasukkan penis Pak Dion kedalam
mulutnya ketika mendengar helaan nafas kekecewaan Pak Dion. Penis
Pak Dion kembali bergerak keluar masuk merojoki kerongkongan Ira,
berkali-kali wajah Ira mengernyit ketika penis Pak Dion merojok
kerongkongannya.
Pak Dion mengambil sebuah kursi dan duduk dengan santai diatas
kursi itu, Hmmmmm, untuk sesaat Pak Dion menimang-nimang,
siapakah yang akan disantapnya terlebih dahulu, Ira atau Feby ?
"Ira.....," Pak Dion memanggil nama gadis itu
Ira tertunduk, tanpa berani menatap wajah Pak Dion, perlahan-lahan
Ira mendekati pak Dion,
"Nah, buka celana dalam kamu,..." Pak Dion tersenyum mesum.
Ira membuka celana dalamnya menuruti perintah Pak Dion. Kemudian
dengan perlahan-lahan ia berusaha mengangkangi batang penis Pak
Dion. Batang Penis itu bersembunyi kebalik rok Ira dan mendekati
belahan vaginanya. Tangan Pak Dion mengangkat rok Ira agar dapat
memastikan kepala penisnya berada di jalur yang benar. Ira
menurunkan pinggulnya,
"Ohhhhhhhhhhhhh............" Ira mendesah lirih ketika penis itu terbenam
semakin dalam, entah kenapa Pak Dion lebih suka menyetubuhi ketika
Feby dan Ira ketika mereka masih lengkap mengenakan pakaian
seragam SMA, mungkin dengan begini image mereka sebagai gadis
SMA dan muridnya terasa lebih kental, di benak dan nafsunya.
Doni tidak dapat melihat dengan jelas, namun Doni yakin kalau penis
Pak Dion pasti sudah menembus vagina Ira. Buktinya Ira merintih
setiap Pak Dion bergerak menyentak-nyentak dalam gerakan yang
berirama.
"Krett... Kretttt. Krettttt"
"Ahhhhh, Ahhhhhhh, Ahhhhh Pakkkkk...."
Suara deritan kursi bercampur dengan rintihan dan desahan Ira
"Nhhhhhh..., Ahhhhhhhhhhhhhhhh, Ennnhhhhhhhhhhhhh" Ira tampak
giat menggerakkan pinggulnya naik turun, tangan Pak Dion bergerak
membantu muridnya yang cantik sambil menyentak-nyentakkan
penisnya ke atas ketika pinggul Ira bergerak turun.
"Aduhh... Pakkkk, Aduhhhhh, Crrrr Crrrrrrr...." Ira rubuh dalam pelukan
Pak Dion, tangan Pak Dion memeluk erat-erat tubuh Ira, tangan kirinya
merayap dan menekan bokong Ira dengan kuat, dilanjutkan dengan
tangan kanannya yang membelai rambut Ira dengan lembut, hidungnya
kembang kempis mengendusi harum rambut gadis itu, Pak Dion ingin
menunjukkan sisi kelembutannya sebagai kepala sekolah yang selalu
mengasihi murud-muridnya, tentu saja dengan "catatan khusus",
untuk murid-murid yang cantik. Setelah menunggu beberapa saat Pak
Dion menepuk-nepuk pinggul Ira dengan lembut. Ira mengalungkan
kedua lengannya pada leher Pak Dion, bibirnya mengecupi bibir kepala
sekolah bejat itu seolah memohon agar ia dapat bersabar, pak Dion
membelai wajah Ira, kemudian bibirnya melumat bibir gadis itu dengan
lembut. Bibir Pak Dion berpangutan mesra dengan bibir muridnya yang
cantik, lidah Pak Dion mengait dan membeliti lidah Ira kemudian
menghisapi lidah Ira yang terjulur keluar yang dilanjutkan dengan
melumat dan mengulum bibir gadis itu. "Ckkk, Ckkkkk Ckkkkk.....",
suara mulut Pak Dion berdecakan dengan mulut Ira. Tangan Pak Dion
kembali menepuk-nepuk lembut pinggul Ira, kali ini pinggul Ira
bergoyang seperti bermain hula hop, sebelum naik turun dalam
gerakan-gerakan tubuhnya yang erotis. "Annnhhhh...,
Annnnnnnnnnnnhhhhh,,, Annnnhhhh... "Suara tertahan dari mulut Ira
terdengar berirama semakin panas dan panas. Tangan Pak Dion
mengelusi pinggang Ira kemudian tangannya merayap mulai
melepaskan kancing baju seragam Ira, nggak semua memang hanya
sampai sebatas pusar, dan meninggalkan satu kancing baju terakhir
tetap mengait di baju seragam Ira. Pak Dion menarik cup bra Ira
sampai sepasang payudaranya tersembul dengan indah menantang
mata Pak Dion.
Pak Dion menggerakkan punggungya ke depan, tubuhnya mirip seperti
hendak membungkuk ke depan secara otomatis punggung Ira
terdorong ke belakang mirip seperti orang hendak terjengkang kedua
kakinya mengangkang tanpa daya di samping pinggang Pak Dion,
namun Ira tidak jatuh karena tangan Pak Dion yang berbulu menopang
pinggang dan punggungnya dan terus membungkuk sampai mulutnya
sejajar dengan payudara Ira, dikecup-kecupnya bulatan payudara Ira
yang putih, berkali-kali wajah Pak Dion terbenam ditengah-tengah
payudara Ira, mengendusi dan mengecup, lidahnya terjulur menjilati
bulatan susu Ira, mengemut puncak payudara gadis itu dan melumat
kuat-kuat putingnya yang semakin mengeras.
"Ahhhhhhhhh...! " Ira menjerit keras ketika tiba-tiba Pak Dion bergerak
memacu penisnya kuat-kuat, sekaranglah waktunya Pak Dion
membuka topeng kelembutannya sebagai kepala sekolah, dan
mengganti topeng di wajahnya dengan topeng kebuasan berlapiskan
nafsu binatang.
"Ha Ha Ha..., gua entot luh, Hih, gua ijut memek lu sampe bucat" Pak
Dion memacu penisnya semakin kasar dan kuat. Ira merintih-rintih dan
sesekali mengerang keras ketika penis Pak Dion yang over size itu
mulai mengoboki vaginanya, Ira meringis merasakan gerakan-gerakan
kasar di vaginanya.
Batang penis Pak Dion keluar masuk dengan semakin kasar, Pak Dion
ingin mendengarkan rintihan Ira, jeritan-jeritan Ira, dan erangan Ira,
sedangkan Ira berusaha bertahan , mempertahankan secuil
kehormatannya yang tertinggal.
Pak Dion berusaha semakin gencar, lebih gencar dan lebih gencar lagi,
namun Ira tetap bertahan dan hal ini membuat Pak Dion sangat
kecewa.
"Hermmmh..., berdiri !!!! " Tiba-tiba Pak Dion menggeram kesal, dengan
tegas Pak Dion memerintahkan Ira untuk berdiri, Ira mendesah
perlahan ketika kemaluan Pak Dion terlepas dari lubang vaginanya.
Ira menopangkan kedua tangannya pada meja, sesuai dengan perintah
Pak Dion."Plak.., Plakkkk... Plakkkkkkk....." tangan Pak Dion memukuli
Pantat Ira, tidak ada lagi kelembutan diwajahnya, yang ada hanyalah
nafsu yang menggelegak, Ira menungging sambil melebarkan kedua
kakinya.
Sambil menelan ludah Ira menolehkan kepalanya ke belakang ketika
merasakan rok seragam sekolahnya disibakkan ke atas. Rok seragam
abu-abu Ira sebagian menutupi pinggangnya dan sebagian lagi
tergantung di hadapan pahanya. Pak Dion meremasi buah pantat Ira,
kemudian ditempelkannya kepala penisnya pada lubang dubur Ira,
dengan sekali sodok terbenamlah kepala penis Pak Dion ke dalam
lubang anus Ira. Ira menggigit bibirnya sendiri, menahan agar
teriakannya tidak keluar dari mulutnya. Mata Ira mendelik merasakan
sodokan-sodokan kasar batang penis Pak Dion menggesek lubang
anusnya yang kering. Tangan Pak Dion menjambak rambut Ira ke
belakang, sambil memompakan penisnya dengan lebih cepat.
"Arhhhhhh, Arhhhhhhhh,,, Arhhhh, Awwwww, Ahhhhhhhhhh" Ira tidak
sanggup lagi empertahankan jeritannya, siksaan itu terlalu berat bagi
dirinya, gadis itu menjerit-jerit dan mengerang kesakitan ketika penis
Pak Dion menyodomi lubang anusnya dengan kasar, belum lagi rasa
sakit akibat jambakan tangan Pak Dion pada rambutnya. Ya, inilah
yang ingin didengarkan oleh Pak Dion, jeritan-jeritan Ira, erangan-
erangan muridnya yang cantik, Pak Dion semakin bersemangat untuk
mengaduki lubang anus Ira dengan cara yang baik, benar, dan merata,
sampai Ira semakin keras mengerang dan menjerit.kesakitan. Pak Dion
menundukkan kepalanya dan berbisik ditelinga Ira
"Sudah berapa kali Bapak bilang, Bapak ingin mendengar jeritan kamu,
erangan keras kamu, dan rintihan kamu, Bapak rasa permintaan Bapak
nggak terlalu sulit bukan ???!!!! " Pak Dion menggeram kemudian
menampar pinggul Ira.
"Iy.. Iya.., Pak Iya...." Ira menganggukan kepalanya, Pak Dion
melepaskan Jambakannya pada Rambut Ira, Kedua tangan Pak Dion
mencengkram bahu Muridnya.
"Ahhhhhhh....!! Arhhhhhhhhhh.....!! Arhhhhhhhhh....!! " Ira berusaha
mengikuti keinginan Pak Dion, bibirnya mengerang dan merintih
sekeras yang dapat ia lakukan, ketika Pak Dion membetot dan
menjebloskan penisnya berkali-kali ke dalam anusnya.
"Gimana , semakin kerasakan enaknya dientot ???" Pak Dion bertanya
dengan nada mengejek dan melecehkan.
"Emmmhhh,, Arrrrrrr.... Shhhhhh, Aaaaaaaa" Ira menganggukkan
kepalanya tanpa berani berhenti meringis dan mengerang dengan kuat
sambil menahan rasa panas, pedih dan sakit dilubang anusnya..
Pak Dion membelai-belai kepala Ira, kemudian mencabut batang
penisnya dari lubang anus Ira, dilepaskannya pengait rok seragam Ira,
kemudian tangannya menarik turun resleting rok Ira. Bibir Pak Dion
tersenyum ketika rok seragam Ira terhampar di bawah kaki gadis itu.
"Nah, sekarang bapak kasih dua pilihan, mau pakai dubur kamu atau
vagina kamu , terserahhh, self service aja deh, he he he" Pak Dion
berkacak pinggang.
Tanpa harus ditanya untuk yang kedua kali Ira membalikkan tubuhnya,
tangannya menyambar batang penis Pak Dion kemudian berusaha
menjejalkan, memasukkan kepala penis itu ke dalam lubang vaginanya,
mulut Ira mendesis ketika kepala penis Pak Dion perlahan-lahan
terbenam menancap di lubang vaginanya kemudian Ira mengalungkan
kedua tangannya pada leher Pak Dion.
"Esshhh, Ahhh, Esshhhhhh, Ahhhhhhhhh," Pinggul Ira bergerak dengan
cepat sambil mendesis, mengerang dan menjerit dengan kuat,
pinggulnya bergerak maju mundur, apakah karena dirinya suka
melakukannya, menikmatinya ?? bukan, bukan karena suka, bukan
karena senang, tapi takut.., takut untuk disakiti.
Tangan Pak Dion mengusapi pinggang Ira, sambil kemudian memacu
batang kemaluannya kuat-kuat, Pak Dion semakin senang mendengar
rintihan Ira karena pelajaran darinya dapat ditangkap dan diterima
dengan baik oleh gadis itu. Semakin lama gerakan-gerakan Ira semakin
goyah dan rapuh, apalagi ketika Pak Dion semakin memperkuat tempo
serangannya "Akhhhhhhh Crrrr. Crrrrr" Ira memekik kecil, sebelum
akhirnya mengerang keras "Ennnnnnnnggghhhhhh, Arrrhhhhhhhhh... "
Kedua tangan Pak Dion menopang pantat Ira agar tidak turun,
"Bagus, bagus, kamu tambah pandai, biarpun belum cukup pandai,
nggak apa koq, perlahan-lahan bapak akan mengajari kamu,"
Pak Dion kembali memakai topeng kelembutannya, kemudian
mendorong penisnya agar tenggelam sedalam-dalamnya. Rasanya enak
banget ketika batang penisnya berendam didalam vagina Ira. Dinding
vagina Ira melakukan massage pada penis Pak Dion. Pak Dion
mendudukkan Ira di pinggiran meja, kemudian diletakkannya kedua
kaki gadis itu pada pinggiran meja dalam posisi mengangkang, mirip
banget seperti huruf "M" yang indah, kedua tangan Ira bertopang
kebelakang, untuk menahan tubuhnya
"Uhhhhh.., Ahhhhhhhhh, Ahhhhhhhhhhh...., Ahhhhhhhh" Ira
menengadahkan kepalanya ke atas, matanya terpejam rapat ketika
batang penis Pak Dion kembali menyumpal lubang vaginanya yang
sudah kemerahan kemudian mengocoki lubang itu dengan lembut.
Ira mendesah dengan kuat, beban besar di pundaknya terangkat oleh
rasa terangsang, rasa tertekan itu diusir jauh - jauh, kemudian ditiup
terbang oleh rasa kenikmatan yang merayapi sekujur tubuhnya.
"Emmmrrrhhhhhh, Engggghhhhh, Errrhhhhhhhhhh" Ira menggeram dan
mengerang liar, sesekali ia bergerak menyorongkan vaginanya
menyongsong datangnya sodokan penis Pak Dion.
Pak Dion semakin kasar dan kuat menghujam-hujamkan batang
penisnya, suara celupan-celupan batang penis kedalam vagina Ira
terdengar dengan keras.
"Brukkkk..., Crrruttttt.... Cruuuutttttt" suara punggung gadis itu yang
terjatuh ke atas meja, bibirnya tidak pernah henti mendesah dan
mengerang, karena disuruhkah ? bukan , samasekali bukan karena
perintah pak Dion, Ira merintih keras, sekeras dorongan nafsu
birahinya yang meledak-ledak. Pak Dion menarik batang kemaluannya
dengan kasar. Cairan kewanitaan Ira meleleh membasahi meja ketika
Pak Dion mencabut batang kemaluannya.
"Feby..." Pak Dion memanggil Feby.
"Ehmmmm...!!!" Pak Dion mendehem dengan agak keras, karena Feby
masih bengong, agak miris juga Feby ketika menyaksikan Ira
disetubuhi dengan kasar.oleh kepala sekolahnya.
"Saya pak..., Iy Iya..." Feby tercekat dan buru-buru berlutut dihadapan
pak Dion, mulut Feby membersihkan batang penis Pak Dion, air liurnya
membasuhi penis itu, setelah bersih dari cairan-cairan lengket, Feby
memasukkan penis itu ke dalam mulutnya, kemudian kepalanya
bergerak maju mundur mengoral batang penis pak Dion.
Pak Dion mengangguk-angukan kepalanya sambil tersenyum lebar,
Feby memang pandai, dan dapat mempelajari "hal baru" dengan cepat.
Kerongkongan Feby bergerak seperti meremas-remas kepala kemaluan
Pak Dion, ada sebuah sensasi nikmat yang berbeda yang membuat pria
itu menggeram keenakan ketika Feby mengoral penisnya. Mata Doni
melotot semakin lebar, batang kemaluannya sudah tegang sedari tadi,
nafsu birahinya memuncak, wajahnya memerah dengan nafasnya yang
tidak beraturan menyaksikan persetubuhan yang menggairahkan itu.
Feby menggeleng-gelengkan kepalanya ke kiri dan kanan sehingga
kepala penis Pak Dion bergesekan dengan rongga mulutnya, lidah
Feby memutari kepala penis pak Dion dan mengoreki lubang mirip
tanda "-" di kepala penis itu kemudian dilumatnya kuat-kuat. Feby
mengeluarkan penis Pak Dion dari mulutnya, telapak tangan Feby
menggenggam penis dan bergerak mengocok-ngocok batang penis
Pak Dion, sedangkan telapak tangan Feby yang satunya lagi mengelusi
dan meremasi kepala penis itu. Cukup lama Feby memainkan penis
Pak Dion, kini pria itu meminta lebih dari sekedar dioral.
Feby langsung menungging diatas lantai, pasrah, pak Dion tersenyum
sambil
Berlutut dibelakang pantat Feby, tangannya menarik Rok seragam Feby
keatas agar tersibak , kemudian tanpa basa-basi pak Dion menarik
celana Dalam Feby hingga melorot sebatas dengkul kaki gadis itu.
"Ahhh, ennh, enhhh Enhhhhhh!!! " Feby merengek dengan keras ketika
kepala penis Pak Dion mulai melakukan penetrasi ke lubang duburnya.
"Arhhhhhhhhhhh.....!! "Feby menjerit keras-keras, Pak Dion gembira
mendengar jeritan keras Feby ketika kepala penisnya menerobos
lubang dubur Feby yang kering dan sempit. Feby mengerang keras,
menjerit panjang dan merintih sekuat-kuatnya ketika penis Pak Dion
semakin kasar merojoki lubang anusnya.
"Bagus, Bagus, Ha Ha Ha HA " Pak Dion semakin bersemangat
menggenjoti lubang dubur Feby , semakin keras Pak Dion menggenjot
semakin keras pula Feby mengerang, merintih dan menjerit-jerit.
Pak Dion menggerakkan penisnya seperti sedang mengocek-ngocek
sesuatu kemudian ditarik dan ditekankannya penisnya dalam-dalam
kemudian dikocek-kocek lagi dan disentak-sentakkannya dengan kuat.
"Urhhhhh, Nnnnggghhhhh.., Errrhhhhhh, Emmmrrrrhhhhhhh" Feby
mengerang, kedua tangannya ditarik oleh Pak Dion ke belakang,
kemudian penisnya semakin kuat mengocoki lubang anus gadis itu.
Erangan Feby semakin keras ketika Pak Dion mengkombinasikan
gerakan penisnya seperti orang yang sedang mendongkrak sesuatu.
Nafas Feby terengah-engah ketika Pak Dion menghentikan gerakannya
yang brutal. Tangan Pak Dion mengusapi pinggul Feby, membiarkan
gadis itu untuk mengambil nafas, setelah nafas Feby agak tenang Pak
Dion kembali memainkan penisnya, kali ini dengan lebih lembut,
ditariknya kemudian ditekankannya penisnya dengan lembut.
Mata Pak Dion terpejam-pejam menikmati remasan-remasan nikmat
pada batang penisnya tanpa mempedulikan Feby yang terus
mendesah-desah dengan sesekali diselingi erangan keras. Pak Dion
kembali mempercepat pacuan penisnya, tangannya mendekap pinggul
Feby dan menghantamkan penisnya sekuat-tenaga sampai Feby
terdorong-dorong dengan keras.
"ekkkS... ekkkS, Henggghhhh, Errrhhhhh, Ahhh! Ahhhhhhh" suara itu
berkali-kali terdengar dengan keras dari mulut Feby ketika penis Pak
Dion menghantam keras lubang vaginanya "Plokkk, Plokkkkk...
Plokkkkkk" suara benturan buah pantat Feby yang dihantam
selangkangan Pak Dion. Dari iramanya dapat dipastikan Pak Dion
sedang mempercepat pacuan batang penisnya. Setelah habis-habisan
menyodomi muridnya yang pandai dan cantik barulah Pak Dion
menarik penisnya keluar dari anus Feby. Tangan Pak Dion meraih
pingang Feby dan menariknya berdiri, lalu mengusap keringat dikening
Feby kemudian mengulum-ngulum bibir Feby yang terus berdesahan
dengan keras, Feby berusaha mengangkangkan kedua kakinya ketika
Pak Dion mengarahkan batang penisnya ke belahan vagina gadis itu.
Tangan Pak Dion mendekap bokong Feby kuat-kuat dan mengangkat
tubuh Feby, Kedua kaki Feby melingkar mengait pinggang Pak Dion
sedangkan kedua tangannya melingkar, berkalung pada Pak Dion.
"Ahhh, Ahhhhh, Ahhhhh Ahhhhh...." Berkali-kali Feby merintih
keenakan ketika tubuhnya mulai terayun-ayun semakin lama semakin
cepat, rengekan manjanya terdengar menggairahkan.
Jeritan-jeritan Feby membuat jantung Doni berdebar-debar dengan
keras, sungguh kontras tubuh Feby yang terayun-ayun ketika
bersanding dengan tubuh Pak Dion, tubuh gadis itu tampak basah
oleh cucuran keringat, rintihannya begitu renyah menggoda.
Pak Dion menurunkan tubuh Feby kemudian mendudukkan Feby di atas
kursi. Mata Doni dapat melihat dengan jelas ketika Pak Dion
menusukkan kedua jarinya kedalam lubang vagina Feby, kemudian
tangan itu bergerak maju mundur sampai nafas Feby terdengar
tersendat-sendat diiringi rengekan-rengekannya, kedua tangannya
memegangi tangan pak Dion berusaha menghentikan gerakan tangan
itu yang semakin kasar namun pak Dion menepiskan tangan Feby.
Jempol tangan Pak Dion bergerak seperti sedang mengurut-ngurut
sesuatu, Doni yakin jempol Pak Dion pasti sedang menguruti klitoris
Feby. Mulut pak Dion memangut-mangut sepasang susu Feby yang
sudah basah berceceran keringat. Air liur Pak Dion Membasuh bulatan
payudara Feby, mulutnya meruncing ketika menyedoti putting gadis itu
yang merah muda, sesekali Pak Dion mengigit gemas bulatan payudara
Feby sampai meninggalkan bekas gigitan, tanpa mempedulikan Feby
yang meringis kesakitan Pak Dion terus menggarap putting Feby
dengan giginya yang tajam, digesek-gesekkannya giginya pada putting
itu sebelum menggigit-gigit kecil putting Feby yang meruncing.
Ciuman-ciuman Pak Dion semakin turun ke perut, dan terus menjalari
permukaan vagina Feby, Pak Dion menggesek-gesek kuat klitoris Feby
dengan jari jempolnyanya "Ennnhhhh..., Crrrttt.. Crrrr...."
Tangan Pak Dion mengangkat dan membuka kaki Feby mirip huruf "V",
Feby merengek kemudian terisak menagis, gadis itu merasa tidak
berdaya dalam cengkraman Pak Dion yang terus menyetubuhinya
dengan berbagai macam gaya dan posisi. Pak Dion terus mengenjot-
genjot vagina Feby, semakin dalam dan kuat, ada rasa kepuasan
tersendiri bagi Pak Dion ketika menatap Feby yang menangis sambil
terus digenjoti olehnya, ada sesuatu yang berbeda yang membuatnya
semakin bersemangat menggenjoti lubang vagina Feby, Pak Dion ingin
agar Feby semakin keras menangis, semakin keras menjerit dalam
keputusasaan , dalam cengkraman kekuasaannya. Penis Pak Dion terus
merojok dalam-dalam lubang vagina Feby.
Tiba-tiba Pak Dion mencabut penisnya, karena sudah puas ?
Belumm !! Pak Dion belum puas, ia hanya membiarkan Feby
beristirahat sejenak, meninggalkannya menangis terisak-isak dalam
ketidak berdayaannya. Pak Dion duduk kembali di atas kursi. Tanpa
dapat menolak Ira bergerak turun ketika Pak Dion memerintahkannya
turun, pria itu membalikkan tubuh Ira agar gadis itu memunggunginya
kemudian menarik pinggul Ira.
"Ahhhh.. ! Ahhhh ! " dengan keras Ira mendendangkan sebuah lagu
kesukaan Pak Dion, Pak Dion memacu penisnya dengan kuat, kadang
bergerak perlahan-lahan. Penis Pak Dion menggoda Ira yang
memberikan respon yang menggembirakan dengan rintihan-
rintihannya, rengekan-rengekan kecilnya dan jeritan-jeritan kerasnya
ketika Pak Dion menyentak-nyentakkan batang penisnya dengan kasar
menghujami vaginanya.
Lagi asik-asiknya Doni mengintip tiba-tiba " Bukkkkk...." tengkuknya
dihantam dengan keras, Doni kehilangan kesadarannya, dan ambruk
tanpa daya.
"Huahhhhh....!! " Doni membelakkan matanya, ada rasa nikmat yang
mengeluti batang kemaluannya, dan menyadarkannya hingga akhirnya
Doni terbangun dalam kenikmatan bercampur rasa pening di kepalanya
yang berputar-putar.
"Ha Ha HA HA" terdengar suara beberapa orang , tertawa terbahak-
bahak
Doni menggerak-gerakkan tangannya yang terikat, kedua kakinya
mengangkang lebar-lebar, dengus nafasnya meburu ketika
menengokkan kepalanya kearah batang penisnya, ternyata Ira dan Feby
tengah asik melumat, menjilati dan mencumbui penisnya.
Membutuhkan waktu yang lama ketika Feby dan Ira berusaha
mengalahkan penis Doni, sampai akhirnya Doni harus menggakui
kelihaian mulut mereka. "Ahhhhhhhhh....!! Crrrooot..., Croooottttt"
Dengan jelas Doni dapat melihat batang penisnya menyemburkan
cairan sprema seperti air mancur.
"Hemmmm, cukup lama juga ternyata...." Pak Dion tersenyum menatap
Doni, kalau dari ukuran, batang Doni lebih kecil dari milik pak Dion,
sekitar 17 cm namun daya tahannya tidak kalah dari Pak Dion.
Pak Dion cs menawarkan sesuatu yang tidak mungkin dapat ditolak
oleh Doni, sebuah kenikmatan yang selama ini selalu dirindukannya,
dicari setengah mati dengan susah payah, belum lagi termasuk patah
hati berkali-kali yang harus dialaminya ketika menjajakan gerbang
cinta dihatinya, wajah Doni tersenyum lebar dan mengangguk.
************************
Keesokan harinya
Dari kejauhan mata Pak Dion mengawasi Veily dan Anita, bibirnya
tersenyum-senyum, " Bagaimana hasil penyelidikan kamu?" Pak Dion
menghubungi seseorang dengan Hpnya.
"Bagus, bagussss, Ha ha ha ha ha ha ha," Pak Dion tertawa senang,
tinggal menghitung hari sebelum kedua gadis cantik itu jatuh dalam
genggaman kekuasaaannya, untuk sementara Pak Dion Hanya
mengetahui kalau Veily dan Anita adalah pasangan lesbi, tapi yang
paling penting kini Pak Dion mempunyai seorang mata-mata yang
dapat berbaur di antara para murid untuk mencari informasi penting
yang ia butuhkan. Doni, nama mata-mata Pak Dion, si kepala sekolah
bejat, yang kini menyusup diantara para murid, menguping setiap
pembicaraan mereka, menyampaikan gosip-gosip yang beredar di
kalangan para murid, dan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
oleh Pak Dion cs.
"Pak Dion, kalau bisa sih.., Maya, Reina, Farida, juga dimasukkan
dalam daftar kemarin, he he he " Doni tersenyum-senyum mesum.
"Trussss, Feifei, Cheria,Cindy, Mia, "
"Ooo.., jangan lupa, Vivi si toket gede, wah pasti asik loh Pak,
susunya itu, terus... " Doni mulai memberikan masukan-masukan untuk
pak Dion.
"Nanti saya coba cari tahu dehhh..., mungkin saya dapat menemukan
informasi yang berguna tentang mereka. bagi Pak Dion" Doni kemudian
menggakhiri pembicaraannya.
Doni menengokkan kepalanya ke kiri dan kanan kemudian berlalu
sambil bersiul-siul senang.
Aku menutup buku harianku
Keadaan semakin tidak menguntungkan,
Penjaga perpustakaan sih sudah pasti,
Setali tiga uang dengan Pak Dion
Aku, Vivi, Farida dan Reina terus memantau
Setiap situasi dan kondisi yang mungkin berubah sewaktu-waktu.
Tampaknya Pak Dion semakin melebarkan sayapnya.
--------------------------------

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.