Sabtu, 07 Maret 2015

Schoolgirl's Diary 6: Shock

"Hoammmm.....!! " Aku menguap sambil menggeliatkan tubuhku kesana
kemari, hari Minggu yang indah...,Oppppsss!!!! tiba-tiba aku tersadar
ketika memandang jam, wah jam 10 nehh....!!, aku langsung melompat
dari atas ranjang, baru saja aku hendak masuk ke kamar mandi yang
berada di dalam kamar, tiba-tiba Hpku berbunyi, aku segera
menyambarnya dengan sigap, begitu diangkat, terdengar teriakan
keras.....
"MAYAAAAA....., UDAH JAM BERAPA INI..., ????UDAH BERJUTA-JUTA
KALI AKU TELEPON, Nggak DIANGKAT!!! , PASTI MASIH TIDUR YA!!!!!"
terdengar suara Vivi menggelegar sampai kupingku terasa sakit.
"Iy..Iya..Vi, aku segera datang...." aku langsung menutup dan
melemparkan Hp jadulku, Hp tahan banting yang selalu setia melayani
diriku, aku bergerak secepat kilat masuk kekamar mandi "Byurrrr...
Byurrrr.....", setelah memakai baju,aku berlari-lari kecil, ngejar-ngejar
angkot dan akhirnyaaaa....!! Mampus aku !! Macetttt.....!!! Hasilnya...,
jam 12 lebih dikit aku baru sampai divdepan pintu rumah Vivi,
"Ting..., Tonggg, Ting Tongggg....." dengan was-was aku menekan bel
"Cklekkk....." pintu itu langsung dibuka, Reinalah yang membukakan
pintu untukku, menyambut tamu pentingnya yang datang sedikit
terlambat.
"Hai, Reiii..." Aku mencoba memasang senyuman manis, aduhh!!, Reina
malah cemberut, membuang muka, kemudian melangkah menjauhiku,
setelah menutup pintu Aku menghampiri teman-temanku, Ihhh....!!,
Pandangan mereka dingin banget.
"Maya.., kamu tahu nggak, sudah jam berapa ini ?? " Reina menegurku.
"Jam 12 lebih dikit Reiiii...." Aku menjawab pelan, sambil menundukkan
kepalaku.
"Coba liat baik-baik ke jam dinding...., jamnya bukan di lantai !! di
atas!!" Farida yang biasanya memanjakanku kini menatapku dengan
tatapan juteknya, aku menengokkan kepalaku ke arah jam dinding yang
cengar-cengir menertawakanku.
"Sekarang bilang jam berapa...?? kamu kan tahu, kalau hari ini kita
kumpul jam 9.30 , Ayo jawab! jam berapa???!!! " mulut Vivi meruncing
seperti nyamuk raksaksa, ngunngggggg,,,! nguuuunnggggg....!
"Jam 12 lebih....dikit....,"Aku menjawab sambil kembali menundukkan
wajahku..
"JAM SATU KURANGGGGGGGG SEMENIT!!!" hampir bersamaan Vivi,
Farida dan Reina berteriak keras, wajah mereka merah padam menahan
nafsu birahi yang memuncak sampai keubun-ubun, ehhhhh, menahan
emosi maksud-ku T_T . Aku langsung mengambil posisi duduk di
kursiku menyusul teman-temanku yang sudah mengambil posisi duduk
di kursi masing-masing.
"KITA NGGAK BISA TERUS SEPERTI INI, MENUNGGU NASIB...,PASRAH
TANPA DAYA, KITA HARUS MELAWAN, DLL, DSB... DST.........." Vivi
langsung membuka rapat penting dengan pidatonya yang berkobar-
kobar.
"Gimana kalau kita laporkan saja peristiwa ini...??" aku mulai antusias
mengikuti jalannya konfrensi penting ini.
"Hmmmm, kurasa bukan langkah yang tepat, kalau nggak salah Pak
Dion itu banyak koneksinya...loh" Reina mengerlingkan matanya
padaku.
"Betul" kata Reina, "kita nggak bisa sembarangan, jangan terpancing
emosi, pikirkan dulu baik-baik sebelum mengambil tindakan lebih
lanjut" Farida berkata bijak sambil mulai menggeserkan kursinya ke
sebelahku.
"Tapi yang pertama sich kita harus mengumpulkan bukti-bukti terlebih
dahulu...." aku mengepalkan tanganku karena gemas pada Pak Dion??
Yap... betul..!! tapi aku juga gemas menatap pisang goreng gratis di
atas meja, tanganku bergerak menyambar pisang goreng di atas meja
dan happpppp...., langsung kucaplok pisang goreng gratisan itu ^^,
Reina , Farida dan Vivi tidak mau kalah, Nyam, Nyam, Nyammmm....
"Ntar kalau sudah terkumpul bukti-bukti itu kita pakai untuk menekan
mereka" aku berceloteh panjang lebar.
"Hemmmmm, " Vivi menganguk-anggukkan kepalanya, demikian juga
halnya Reina dan Farida,
"Plakkkkk.....!! ", Vivi menggampar tanganku yang hendak menyambar
pisang goreng terakhir, aku hanya dapat menatap lemas, pisang
goreng terakhir itu masuk ke dalam mulut Vivi.
"Tapiii...., gimana caranya kita mengumpulkan dan menggunakan bukti-
bukti itu untuk menekan mereka ?? " Farida bertanya sambil
memandang padaku, maklum biasanya aku ini memang paling encer,
mungkin karena aku ini reinkarnasi detektif terhebat di dunia.
"Gimana kalau kita foto, kalau perlu kita rekam...., terus kita pakai itu
semua untuk mengancam mereka..."Wah....aku memang hebat, nggak
percuma kan, teman-temanku menunggu kedatangan detektif cantik
Maya, yang sudah terkenal sampai ke seluruh pelosok negri ini, cantik,
baik hati, pintar, gesit, selalu tepat waktu nggak pernah telat
sedikitpun (Karena telatnya banyak dan sering banget.....Ho Ho Ho)
Vivi mengeluarkan HP-nya dengan kamera 1.3 mega pixel, Farida,
Reina juga mengeluarkan Hp terbaru mereka, Hp3.5 G dengan kamera
3.2 mega pixel, kabarnya mereka menguras hasil tabungan mereka
demi HP baru merk Sony Ericson dengan cybershoot, kemudian mereka
menatap Hp di genggaman tanganku. Kali ini detektif cantik Maya
tertunduk lesu, maklum kekurangan modal, sisa uang bulanan habis
buat beli baju baru dan koleksi buku komik dan menabung tentunya
(70 % Shoping beli baju & 25 % Dana untuk mengoleksi buku komik, 5%
-nya nabung...waduhhh...!!) Sambil mencoba tersenyum, aku
menyembunyikan Hp kesayanganku yang "menangis" karena kalah
telak oleh Hp di tangan teman-temanku. Langsung deh topik
pembicaraan segera beralih, Vivi, Farida dan Reina sibuk membahas
tentang fitur Hp di tangan Reina dan Farida, maklum baru beli, belum
bisa menggunakan fungsi-fungsi yang terlalu tinggi, aku menggeleng-
gelengkan kepala, punya Hp mahal tapi nggak tau menggunakan
kelebihan fiturnya, lebih baik Hp kesayanganku yang sudah kuketahui
dengan baik kegunaannya misalnya untuk SMS dan untuk nelepon.
Itulah sepenggalan rapat penting empat gadis cantik di rumah Vivi.
*******************************
Pagi hari...tepatnya Hari Senin pagi.
Aku berlari-lari kecil dengan sekantung buah-buahan, mangga,
kedongdong, jambu, bangkoang lengkap dengan garam dan serbuk
cabe, cemilan favourit empat gadis cantik, bayangkan betapa baiknya
aku, di pagi hari berlari-lari membawakan buah-buahan untuk teman-
temanku. Sebelumnya (T_T), tiga Sms masuk hampir berbarengan
keHP-ku, isinya sbb
- Maya kamu kan datengnya paling telat, titippp...Mangga
- Aku juga mayyy,,,, Tolong Ya...Kedongdongnya
- Maya jangan telat lagi loh, jambunya jangan lupa.
Tiba-tiba seseorang melompat dari tempat tersembunyi
"Awwwww....!! " Aku berteriak kaget....
"Vivi..., jangan bikin kaget gitu Ahhhh....!!"
Sementara murid laki-laki yang sedang nongkrong tersenyum-senyum
memandang kami dengan penuh arti, hemm, kalau nggak salah
gengnya Si Doni deh, murid kelas 2-A yang terkenal bengal, kakak
kelas yang nyebelin.
Sekilas Aku dan Vivi memandang mereka kemudian berlalu entah apa
yang sedang dibisikkan Doni ditelinga salah seorang temannya itu.
Sementara para murid sibuk belajar di kelas mereka masing-masing,
Pak Dion juga sibuk di dalam mobilnya. Hujan deras seakan-akan
berpihak dan membantu menyembunyikan kebejatannya di dalam
mobilnya. Seorang murid cantik kembali menjadi korban kebuasan Pak
Dion. Dengan kesal siswi cantik itu menepiskan tangan Pak Dion yang
merayap-rayap di dadanya, matanya menatap tajam pada pria itu, ada
rasa benci, sebel, dan juga ada rasa tidak berdaya dalam sorot sinar
matanya.
Murid cantik itu berontak ketika Pak Dion menariknya ke bangku
belakang. Dengan kasar Pak Dion menekan bahu muridnya yang cantik
agar berbaring terlentang. Nia Andini, murid cantik kelas 1-A, ia kini
terlentang tanpa daya, sementara tangan Pak Dion kembali merayap ke
arah dadanya yang cantik. Nia mendengus kesal sambil memalingkan
wajahnya, ia tidak sudi menatap wajah mesum Pak Dion yang
tersenyum-senyum senang, kedua tangannya terkepal rapat ketika
merasakan remasan-remasan tangan Pak Dion. Pak Dion hanya
tersenyum ia memaklumi, Nia memang masih kekanak-kanakan, masih
polos, belum mengenal arti dari kenikmatan. Tangan Pak Dion mulai
melepaskan kancing baju seragam Nia, satu demi satu, tanpa
mempedulikan Nia yang terisak menangis, Pak Dion berbisik di telinga
muridnya "Nia, sebenarnya nilai kamu itu jauh dari cukup untuk dapat
masuk ke SMA ini, sangat kurang malah!!!, tapi kecantikan kamulah
yang membuat kamu dapat lolos diterima disini he he he"
Pak Dion mencumbui leher Nia Andini, isakan gadis itu terdengar
semakin keras ketika cumbuan Pak Dion semakin turun ke arah
dadanya.
"Jangan Pakkkk....., " Nia memohon terisak sambil berusaha
menepiskan tangan Pak Dion yang hendak menyusup kebalik branya.
Pak Dion menggeram kemudian menyusupkan tangannya dengan paksa
kebalik bra Nia, tubuh Nia tersentak merasakan telapak tangan Pak
Dion yang kasar bergesekan dengan permukaan payudaranya yang
lembut dan halus.
"He he he, Ayolah Nia nggak usah nangis gitu dong, bapak cuma ingin
memberikan kenikmatan untuk kamu, apa itu salah ?? " Pak Dion
semakin aktif meremas-remas payudara Nia, Nia berusaha bertahan
dengan sekuat tenaga, ia mengenyahkan jauh-jauh rangsangan yang
semakin kuat berusaha menyeretnya menerima perlakuan Pak Dion,
Tidak....!!
"Enakkkk..., Ahhh, Enakkkk!!
Bandot tua sialan.....!!
"Terusin Pakk , Nikmatt, Hssshhh..."
Seperti itulah isi pikiran Nia yang sedang berkecamuk, berbagai
perasaan saling bertabrakan, ia menghela nafas lega ketika Pak Dion
menarik kedua tangannya, untuk sesaat ia berusaha menguasai diri.
"Haaaahhhhh......," Nia terperanjat ketika tangan Pak Dion menyusup
masuk ke dalam rok seragamnya dan membelai pahanya sebelah
dalam, baru kali ini Nia merasakan tangan laki-laki mengelus - ngelus
pahanya, permukaan telapak tangan itu begitu kasar tapi enak sekali
rasanya ketika mengelus-ngelus permukaan pahanya, nafas Nia
tertahan di dadanya ketika merasakan telapak tangan Pak Dion tiba-
tiba meremas selangkangannya. Tangan Pak Dion yang satunya lagi
menyibakkan rok seragamnya ke atas, jari tangan Pak Dion menekan-
nekan permukaan celana dalamnya di bagian bibir vaginanya ,
terkadang jari Pak Dion bergerak menggesek-gesek belahan vagina Nia
yang semakin basah. Tangan Nia bergerak secara reflek mencekal
tangan Pak Dion yang hendak menarik celana dalamnya turun,
terjadilah pertarungan kecil, Nia berusaha mempertahankan celana
dalamnya sedangkan Pak Dion si kepala sekolah bejat itu berusaha
melepaskan celana dalam Nia muridnya yang cantik, dengan sekali
sentak Pak Dion menarik lepas celana dalam Nia.
"OWwww...!! " Nia menarik tubuhnya , punggungnya bersandar pada
kaca mobil sedangkan kedua kakinya tertekuk merapat berusaha
menyembunyikan daerah intimnya, nafasnya terengah ketakutan.
"Ahhhh..., Jangannnn...., Lepasssskannnn...." Nia berontak ketika Pak
Dion yang besar dan gemuk itu berusaha memeluknya, Nia berusaha
sekuat tenaga untuk mendorong bahu Pak Dion yang menghimpit
tubuhnya.
" OwwwwwhhhHemmmm... Mmmmmmhhhh....." jeritan Nia lenyap ketika
mulut Pak Dion mencaplok bibirnya, tubuh murid cantik itu
menggeliut-geliut berusaha melepaskan diri ketika tangan Pak Dion
membelit tubuhnya.
"Haaa.. Uhhh..hhhmmmhh..."Sambil terus mengulum bibir Nia, tangan
Pak Dion merayapi pangkal pahanya yang tertekuk, berkali-kali tangan
Nia berusaha menepiskan tangan Pak Dion yang bermain-main
merayapi pangkal pahanya.
"Ehhhh!!!!, Shaaahhhhh,,, Hhhhhaaaaa......"gadis itu terkejut ketika tiba-
tiba tangan Pak Dion mencekal kedua pergelangan kakiya dan
mengangkatnya tinggi-tinggi ke atas hampir sejajar dengan mulutnya,
dengan paksa pria itu mereggangkan kaki Nia.
"OUHHHH...!! " tubuh Nia kelojotan ketika mulut Pak Dion mencium
bibir vaginanya, seumur hidup belum pernah ada seorang laki-lakipun
yang menjamah wilayah intimnya, namun kini dengan bebas, mulut
Pak Dion berkeliaran menciumi bibir vaginanya.
Tubuh Nia tersentak-sentak, murid cantik itu berkali-kali menggeliat-
geliat, mulutnya terbuka membentuk huruf "O" disertai erangan dan
rengekannya yang merdu.
"Hsssshhh... Hhhssshhhhh....." berkali-kali Nia mendesis keras ketika
merasakan mulut Pak Dion mencaploki bibir vaginanya.
"AHHHHHH....! AHHHHHHHHHH......! " suara Nia tertelan oleh suara
hujan yang semakin lebat, lidah Pak Dion terjulur keluar kemudian
menjilat belahan vagina Nia, satu jilatan lembut dan pelan itu
membuatnya menggeliat resah.
"OWWWW...,, Ahhhhhh...., Pakkk....." tubuh Nia menggelepar ketika
merasakan lidah Pak Dion memijit-mijit tonjolan klitorisnya, mendengar
desahan-desahan muridnya yang cantik Pak Dion semakin
bersemangat memainkan lidahnya, mengorek, menjilat, memijit dan
mencokel daging klitoris Nia.
Nia memejamkan matanya ketika Pak Dion mulai membuka sabuknya,
menarik turun resleting celana itu dan mengeluarkan sebuah benda
panjang besar yang sudah ereksi, murid cantik itu tidak kuasa menatap
wajah mesum Pak Dion yang akan menggagahi dirinya. Berkali-kali
tubuhnya mengejang menahan desakan kepala kemaluan Pak Dion
yang siap untuk menyantap selaput keperawanannya. Tubuh Nia
menggigil merasakan gesekan-gesekan yang diiringi oleh desakan-
desakan kuat pada belahan bibir vaginanya yang mulai terasa dipaksa
merekah sedikit demi sedikit oleh kepala kemaluan Pak Dion.
"Arrrhhhhhh....., Hennnggghhhh Ahhhhhhhh....." sentakan-sentakan
kuat itu datang bertubi-tubi, Nia mulai merasakan pedih, panas dan
sakit mendera lubang vaginanya yang disesaki oleh batang kemaluan
Pak Dion yang kini tertancap dengan kuat dan menekan semakin
dalam. Sesuatu di dalam vaginanya terobek-robek oleh batang
kemaluan kepala sekolah bejat itu.
"Ouhhhhh...., Ennnnggghhhh.....AAAAFHHH...!" ada rasa nikmat yang
mulai menyelingi rasa sakit, jantungnya terasa berdetak dengan lebih
cepat ketika merasakan kedutan-kedutan aneh yang baru pertama kali
ini dirasakannya. Pandangan matanya terasa lebih jernih, nafasnya
memburu dengan lebih kencang, begitu lepas, dan liar berdengusan.
Entah apa yang berkedut-kedut dengan nikmat diselangkangannya,
kontraksi dinding kemaluannyakah ?? ataukah kedutan batang
kemaluan Pak Dion ??
Sulit sekali untuk dibedakan. Yang jelas Nia merasakan nafasnya
berkali-kali terhembus keras ketika Pak Dion menjejalkan batang
kemaluannya kuat-kuat. Tubuhnya terguncang dengan hebat ketika
Pak Dion semakin cepat memacu batang kemaluannya keluar masuk
mengocok-ngocok jepitan lubang vagina muridnya yang cantik itu.
"ARHHHHH... Crrrr Crrrrrr........" Nia merasakan seluruh tenaganya serasa
meleleh terbawa cucuran air keringat yang mendadak mengucur deras.
Pak Dion terkekeh sambil menggecakkan batang kemaluannya, ia
menggerakkan batang kemaluannya mirip seperti sedang mendongkrak
ke atas ke bawah, kemudian bergerak memutar seperti sedang
mengocek-ngocek sesuatu.
"Heeennnnnhhh,,, Ennnnnnhhhhhh, Unnnnhhhhh...." Nia merengek-
rengek , matanya terpejam-pejam, meresapi gerakan liar batang
kemaluan Pak Dion di dalam jepitan lubang vaginanya.
Pak Dion duduk dengan santai, tangannya menarik tubuh Nia agar
menduduki batang kemaluannya yang terhunus siap untuk kembali
menusuk lubang vagina Nia.
"Ahhkkkkkkkssshhhh......" kedua kaki Nia melejang-lejang ketika
merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali memasuki lubang
vaginanya.
Sambil menyodokkan batang kemaluannya tangan Pak Dion kembali
menyusup masuk kedalam bra Nia kemudian meremas-remas buah
dadanya. Nia melenguh panjang merasakan sodokan-sodokan kuat Pak
Dion, si kepala sekolah bejat yang keenakan menyodok-nyodok lubang
vagina muridnya yang cantik sambil meremas-remas payudaranya yang
mengenyal semakin padat.
"Ingat Nia, ini hanyalah permulaan, Bapak akan mengajari kamu agar
lebih pandai dalam bercinta, seperti juga halnya dengan Feby, Ira,
Anita dan Veily, HA HA HA HA....." Pak Dion menyebutkan nama-nama
korbannya.
Tubuh Nia semakin sering tersentak-sentak keatas, malang sekali
nasib murid cantik yang sedang disodok oleh kepala sekolahnya, Nia
hanya dapat mendesah-desah dan mendesis, terkadang mengerang
lemah..
"OHHHHH,, AHHHHHHHH, Amphunn Pakkk aduhhhh..., akkssshh" Nia
menggigit bibirnya ketika Pak Dion semakin kasar dan brutal
menyodok-nyodok lubang vaginanya.
"Wahhhh saya tidak mengerti !!! Ampun gimana ?? Ampun enak banget
maksudnya?? " Pak Dion semakin hebat menghantamkan batang
kemaluannya
"Awwww.., "Nia memekik kecil, lubang vaginanya berdenyut kuat
"Crrrrrr..... Crrrrrrr......" nafasnya terasa putus, angannya melayang ke
sebuah dunia khayalan yang dipenuhi oleh bisikan-bisikan
kenikmatan.
Kini Pak Dion menghempaskan tubuh muridnya agar kembali terlentang
di atas kursi jok, sebelah kaki Nia tertekuk bersandar pada sandaran
kursi jok sedangkan yang satunya lagi terjuntai ke bawah.
"Unnnhhhh.....! " Hanya suara itu yang keluar dari mulut Nia ketika Pak
Dion menerkamnya dan menggeluti tubuhnya, dengan kasar tangan
Pak Dion menarik cup branya dan mengecupi buntalan buah dada
muridnya yang putih, kenyal dan halus itu.
"Ohhhh....! Ahhhh....! awwwhhhhssshh" Nia meringis-ringis merasakan
kenyotan-kenyotan mulut Pak Dion di puncak payudaranya, liar dan
buas sekali pria itu menggeluti payudaranya, dijilat, dihisap, dikenyot-
kenyot, diremas-remasnya bukit payudara Nia sambil menciumi
buntalannya dengan kasar.
"Heeennnggg,, Emmh,, eennngggghhhhhhh...." Nia merengek-rengek
ketika merasakan batang kemaluan Pak Dion kembali menyentak-
nyentak memasuki jepitan lubang vaginanya, Pak Dion menghempas-
hempas batang kemaluannya dengan semakin kuat dan kencang
"Cleppp.., Clepppp, Cleppppp, Clepppppp!! "
Tubuh Nia yang putih mulus hampir tidak kelihatan karena ditindih
oleh Pak Dion yang besar dan gemuk, kepala sekolah bejat itu
tampaknya tidak peduli pada muridnya yang cantik, Nia mengerang
lemah, terkadang meringis pelan ketika kepala sekolahnya
menggenjot-genjot lubang vaginanya dengan kasar.
"Awwwhhhh, ssshhhhhh......Crrr Crrrr... Crrrrr..." Nia kembali terkulai,
sesekali tubuhnya tersentak ketika Pak Dion menyodokkan batang
kemaluannya kuat-kuat, Pak Dion menjilat pipi gadis itu sambil
menjebloskan batang kemaluannya dalam-dalam. Pak Dion tersenyum
lebar, benar-benar sebuah pemandangan yang mengasikkan ketika
menyaksikan wajah muridnya yang cantik itu mengernyit antara sakit
dan nikmat ketika lubang vaginanya disodok dengan kuat dan kasar. Ia
pun melumat bibir Nia yang merekah, mendesah-desah dengan penuh
nafsu
"Emmmmhh, Ckkk.., Ckkkk, Mmmmmmhh, Mmmmmm...Ckk"berkali-kali
lidah Pak Dion terjulur keluar masuk ke dalam mulut muridnya yang
cantik, mengajak lidah Nia untuk berperang, tapi tidak digubris
olehnya.
"Hemmm, Keluarin lidah kamu..cepat..!! "dengan tegas Pak Dion
memerintahkan Nia untuk menjulurkan lidahnya keluar, dengan ragu
Nia menjulurkan lidahnya keluar.
"Ihhhh...," Nia buru-buru menarik lidahnya masuk ketika lidah Pak Dion
terjulur membelai lidahnya.
"ADUHHHH..., Gimana sihh, julurin nggak !!! " Pak Dion meremas kuat-
kuat induk payudara Nia.
"Ammpunn, Pakkk, Ampunn, "Nia kesakitan, ketika Pak Dion meremas
Susunya kuat-kuat, dengan terpaksa ia menuruti keinginan Pak Dion,
lidahnya terjulur keluar, setelah lidah muridnya yang cantik terjulur
keluar barulah pak Dion melepaskan remasannya.
Dengan nafsu memuncak Pak Dion mencapluk dan mengenyot-ngenyot
lidah Nia, rasanya manis seperti madu, sambil melakukan perang lidah
Pak Dion kembali menarik dan menyodokkan Batang kemaluannya, kali
ini lebih lembut dan mesra, kepala sekolah bejat itu tampak sangat
meresapi jepitan lubang vagina Nia yang mencekik batang
kemaluannya yang besar dan panjang itu.
"Aduhhh, Pak Aduhhhh... Hsshhh Hssshhhhhh Ahhhh" Nia mendesah,
genjotan Pak Dion membuat tubuhnya berkali-kali menggelepar,
desisan-desisan kecil berulang kali terdengar dari mulutnya.
"AHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH....... Crrrr... Crrrrr......" Nia mengalungkan
kedua tangannya pada leher Pak Dion, kini ia mulai membalas
lumatan-lumatan Pak Dion,
"Nah, gitu dong, beri respon yang positif, Bapak-kan cuma ingin
mengajari kamu seperti gimana rasanya berhubungan intim, masak
murid perempuan Pak Dion nggak tau yang namanya ngentot...., malu-
maluin aja HE HE HE" Pak Dion terkekeh sambil melumat-lumat bibir
Nia.
Niatidak menjawab, ia sibuk membalas lumatan Pak Dion, tubuhnya
kembali terguncang dengan hebat ketika Pak Dion menusuk-nusukkan
batang kemaluannya sedalam dan sekuat mungkin. Bibir vagina Nia
terdesak dan terlipat keluar mengikuti gerakan batang kemaluan Pak
Dion yang berkali-kali menghantam lubang vaginanya, semakin lama
semakin kuat dan kencang Pak Dion menghentakkan batang
kemaluannya, dann
"Awwww.... Essshhh Pakkkk... Crrr Crrrr...." tubuh Nia kelojotan
menahan kenikmatan yang berdenyut di lubang vaginanya.
"Ehhh!! Oufffhhh!!! Crrottt Crotttt......." Pak Dion membenamkan batang
kemaluannya dalam-dalam
Hujan yang lebat itu kini berubah menjadi hujan gerimis kecil, Pak
Dion duduk santai sambil memangku tubuh Nia dalam posisi saling
berhadapan, berkali-kali Tangan Pak Dion merayapi tubuh muridnya
yang cantik, hidungnya sengaja dibenamkan pada belahan dada Nia
sambil mengendus-ngendus harum tubuh gadis itu, Pak Dion
tersenyum lebar sambil menatap wajah Nia yang sedang melamun,
kedua kaki Nia tertekuk mengangkang dengan sebatang penis yang
masih tertancap di lubang vaginanya. Beberapa saat kemudian Pak
Dion mengecup pipi Nia kemudian berkata
"Sudah, sekarang kamu masuk kembali kekelas belajar yang baik dan
benar, kalau ditanya bilang saja kamu habis menghadap saya... He he
he"
***********************
Pada jam istirahat
Vivi tersenyum ,ia menarik dan menuntun tanganku, Wah...!! Masuk
toilet nih...!! Aku tertunduk malu sambil tersenyum kecil, pasti Vivi
mau minta sesuatu, aku hanya dapat memandangi punggung Reina dan
Farida yang menjauh,
"Ohh.., Tolong aku....Faa, Rei, jangan tinggalkan Aku T_T"Aku berteriak
dalam hati,Vivi Pasti akan melahapku habis-habisan. "Clikk..." Setelah
mengunci pintu Vivi menghampiri-ku yang tersudut tanpa daya, jari
telunjuk Vivi menekan puncak payudaraku yang masih terbungkus rapi
oleh bra dan baju seragamku, kemudian kurasakan tangan Vivi
meremas buah dadaku. Bibirnya mengejar bibirku, melumatnya sebelah
bawah kemudian melumat yang sebelah atas, aku membalas memangut
bibir Vivi,
"Emmmhhh..., Mayyy... Ckkk.. Emmm"
"Viii.... Ahhhhhhhh....Ckkk Ckk Mmmmmhh"
Ciuman dan lumatan Vivi merambat turun kearah leherku. Kedua
tanganku memeluk pinggang Vivi sambil menengadahkan kepalaku
keatas, memberikan ruang agar ia dapat lebih leluasa untuk
mencumbui leherku. Aku pasrah ketika tangan Vivi mulai melepaskan
kancing baju seragamku satu-demi satu sampai kancing baju terakhir.
Aku menelan ludah ketika merasakan cup bra-ku ditarik turun, yang
kiri dan yang kanan.
"HUUHHH....!! " Tubuhku melenting-lenting ketika Vivi mencaplok
puncak buah dadaku dan mengenyotnya kuat-kuat, nafasku terengah,
Vivi memang paling liar di antara kami berempat, aku meringis-ringis
merasakan serangan Vivi yang liar dan kasar menggeluti buah dadaku.
"Aduhhh..., sabar Viiii, sabarrrr.....!!"
"Auhhhh....!! " Aku menepuk-nepuk punggung Vivi, berusaha
meredakan nafsu birahinya, Aduh, geli amat!!, Yeowwww....!!. Ampun,
Nikmatnya!!, aku hanya dapat mendesah-desah pelan, Aww, Ohhhh,
sedotan-sedotan itu terasa sangat nikmat.
Secara tidak sengaja mataku terarah ke sudut atas ruangan toilet
"Ehhh, Vii, Itu apa yahhh ?? "
"Vivi menolehkan kepalanya ke belakang atas dan "Hahhh...??"
Aku dan Vivi berpandangan kemudian melangkah ke arah dinding dan
menatap ke atas tepat kesudut ruangan toilet. Vivi mengambil gantar
panjang dengan kemoceng di ujungnya yang biasa dipakai untuk
membersihkan sudut-sudut ruangan bagian atas, Vivi garuk-garuk
kepala, kemudian mengeluarkan Hp-nya dari saku seragamnya,
rupanya sang Hp membuat Vivi tidak leluasa bergerak, atau lebih
tepatnya sich ketidak leluasaan memiliki buah dada yang besar Ho Ho
ho ^^
"Mayyy, pegang ini....!!" Vivi menyerahkan Hp kesayangannya.
"Pegang Mayy!! itunya...." Vivi menggerakkan ujung gantar untuk
menjatuhkan handycam mungil merek Jvc.
Itunya ?? Maksudnya ?? Apa yang ini kali ya ??
Aku yang panik langsung menjulurkan kedua tanganku dan
memegangi buah dada Vivi yang besar, khawatir kalau Vivi keberatan
membawa buah dadanya yang membusung ketika mengarahkan ujung
gantar di tangannya.
"Maya...!! Ngapain Sihh!! Handycamnya.... !!Awasssss!! "Vivi berseru
kaget.aku dengan sigap menangkap handycam yang terjatuh dari
tempatnya dan..."Heuuuuppppp....!! Prakkkkk....."
"Dapet Viiiii.......!!" Aku tersenyum sambil menolehkan kepalaku ke arah
Vivi, lohhhh?? Hemmm, Aku mendadak tersadar bunyi apa itu ya ??
Ada bunyi Prakkk!!, handycam itu sih aman di tanganku, Owwww,
Celaka..., Hp Vivi!!!
"Maya...., mana Hp-ku ?? " Vivi bertanya sambil memandangku dengan
tatapan matanya yang tajam. Aku menekuk kepalaku dan menatap ke
bawah, kugeserkan kakiku dengan ujungnya yang berjingjit berusaha
menyembunyikan Hp Vivi yang "mengerang kesakitan" dari tatapan
pemiliknya, waduh kayanya sich HP Vivi harus masuk ICU, luka berat.
"Nggakkk ada Viiii....! kemana ya ????" Aku menelan ludah sambil buru
- buru menekuk kepalaku ketika Vivi tambah melotot mendengar
jawabanku.
Setelah menyembunyikan handycam kecil merek JVC kedalam tas Vivi,
kami segera menyusul Reina dan Farida ke kantin sekolah, sambil
berbisik-bisik kami menyantap nasi bungkus itu dengan lahap,
"Kali ini kita punya bukti kuat, Pak Dion Cs pasti bakal kelabakan.."
Vivi tersenyum, rasa pedenya meningkat 1001 %
tanpa terasa bel tanda Istirahat sudah usai berteriak-teriak dengan
nyaring, waktunya belajar lagi T_T, apalagi ketika menginjak mata
pelajaran matematikanya Pak Djono, mata pelajaran terakhir yang
menyebalkan.
************************
Siang hari di kantor Pak Dion
Pak Dion tersenyum lebar ketika sebuah SMS masuk dari muridnya
Doni
Isi SMS itu "Pak dion, ada makanan lezat lagi tuh...., Vivi dan Maya,
tampaknya mereka sudah menggigit umpan kita, nanti saya pinjem ya
Pak, biasa buat dipake, He he he, mereka cantik-cantik loh, Wah
makan besar kita hari ini......"
-----
Kami berempat siap-siap menutup buku ketika tiba-tiba....
"Perhatian....!! Semua murid harap berdiri didepan kelas...!!" Pak Dion
memimpin langsung pemeriksaan hari ini, ia tersenyum kemudian
mengedipkan matanya pada Pa Djono.
Koq Pak Djono dan Pak Dion saling tersenyum-senyum ya ?
Dheggggg.....!! Aku dan Vivi saling berpandangan....,
Ya Ampunnnn...., Kamera itu.....!!
Ohhhh Tidakkkkkkk...!!!! Jangan-jangannn...!!
Kami berdua masuk kedalam perangkap mereka..!!
Setelah memeriksa tas para murid Pak Dion melangkah dengan Pasti
kearah mejaku dan Vivi, kemudian memeriksa tas-ku dengan teliti, Pak
Dion tampak kecewa karena tidak menemukan apa yang diinginkannya
didalam tas-ku kemudian ia mulai beralih hendak memeriksa tas Vivi...
Tamat sudah riwayatku dan Vivi, aku bergidik ngeri membayangkan
nasib yang menanti kami berdua. Sementara Pak Djono menatapku dan
Vivi, pandangan matanya terlihat liar dan buas, bibirnya menyerigai
mengerikan, tersenyum penuh dengan kemenangan. Reina memegang
erat-erat tangan-ku, sedangkan Farida memegang erat-erat tangan
Vivi, mereka menatap Pak Dion dengan geram. Pak Dion membuka tas
Vivi dannnn......!!
To be continued...

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.