Sabtu, 25 November 2017

Kampung Esek-Esek

Kampung Esek-
Esek
Aku menemukan satu
kampung unik ini
secara kebetulan.
Temanku yang bekerja
di salah satu
kementerian suatu hari
mengajakku melakukan
survey advance.
Demikian istilah yang
sering mereka gunakan
untuk mempersiapkan
suatu acara seremonial
besar. Acara yang
dipersiapkan adalah
"Panen Raya Kedelai".
Temanku ini bekerja di
bagian biro protokol,
sehingga tugasnyalah
menyiapkan segala
sesuatu untuk
kelancaran acara bagi
menteri. Aku dengar
malah bukan hanya
menteri yang akan
hadir, tetapi juga
Presiden. Aku berdua
dengan temanku sebut
saja namanya Mario
meluncur dengan
kendaraan dinasnya ke
arah Kabupaten
Subang. Jam 9 pagi
kami sudah berada di
kantor Kabupaten
Subang untuk
melakukan koordinasi
dengan pejabat
setempat sekaligus
membawa penunjuk
jalan untuk menuju
lokasi. Kami sempat
rapat sebentar dengan
Bupati dan segenap
Muspida untuk
persiapan acara ini.
Akhirnya dipersingkat
saja ceritanya aku dan
Mario serta staf Dinas
Pertanian Subang
sampai di lokasi.
Perkampungan yang
agak jauh dari jalan
raya. Tadi kuingat, dari
Subang mengarah ke
Pamanukan lalu
membelok ke arah
Timur. Dari jalan raya
kami melalui jalan
perkebunan tebu
hampir satu jam baru
sampai ke lokasi.
Tempat yang kami
datangi memang
menghampar tanaman
kedelai. Tempat acara
sudah dipilih oleh
pejabat setempat,
suatu petak sawah
yang kedelainya siap
dipanen. Selesai
meninjau lokasi kami
melakukan rapat
berlarut-larut di kantor
kelurahan yang baru
tuntas sekitar pukul 5
sore. "Pak menginap di
sini saja pak, dari pada
harus kembali ke
Subang," kata Lurah.
Dia lalu
memperkenalkan
kepada kami kepada
seorang wanita dengan
umur kitaran 30 tahun
yang memperkenalkan
diri bernama
Manohara. Dia adalah
Sekretaris penggerak
PKK desa setempat.
Mbak Manohara
kemudian ikut mobil
kami untuk
menunjukkan dimana
kami akan menginap.
Manohara membawa
kami ke kampung .
Mobil berhenti di
sebuah bangunan yang
bagian depannya
terdapat warung kopi.
" Pak mari turun, ini
rumah saya," katanya.
Aku dan Mario diajak
masuk ke dalam
rumahnya. Lumayan
lega juga di dalam.
"Bapak nginap di sini
saja, ini ada 3 kamar
kosong, tapi ya
keadaannya sederhana,
maklum di desa," kata
Manohara. Kami lalu
diajak meninjau kamar,
seperti kami meninjau
kamar hotel. Untuk
ukuran desa kamar
yang dimiliki Manohara
cukup lumayan dan
bersih. Aku kagum,
karena tempat
tidurnya semua adalah
spring bed. Aku jadi
bertanya-tanya siapa
Manohara, apa
kerjanya dan mana
suami dan anak-
anaknya. Kami setuju
dan Manohara
mengarahkan agar
kami bertiga
mengambil kamar
sendiri-sendiri. "Santai
saja pak, di sini tidak
perlu buru-buru kayak
di Jakarta," kata
Manohara. Rumah
Manohara cukup besar
dan sejak aku datang
sampai selesai mandi
dan ngopi aku belum
menemukan suaminya
atau anak-anaknya. "
Kamu tinggal sama
siapa mbak, " tanyaku
penuh penasaran.
"Sendiri saja pak,
paling ya ditemeni
sama yang kerja di
warung itu. Saya sudah
tidak punya suami lagi
pak, sudah jomblo,"
katanya genit. Aku
menanyakan kenapa
rumahnya punya
banyak kamar, seperti
hotel. " O itu biasalah
pak, sering ada yang
nginap, kadang-kadang
dari Jakarta juga,
mereka kan mau rileks
di sini," kata Manohara
sambil senyum genit.
Ketika Manohara ke
belakang Pak Maridjan,
staf Dinas Pertanian
Subang menjelaskan
kepada kami bahwa di
daerah ini kehidupan
sangat bebas. Siapa
saja yang kita inginkan,
baik dia sedang punya
suami, janda atau
masih perawan bisa
diajak tidur. Aku jadi
berpandang-pandangan
dengan Mario. Kami
berdua memang
penjahat kelamin.
Sekembalinya
Manohara bergabung
dengan kami pak
Maridjan tanpa basa
basi menanyakan ke
Manohara mengenai
teman tidur yang bisa
disediakan malam ini. "
Bapak-bapak mau yang
model apa, " tanya
Manohara. Agak repot
juga menjawab
pertanyaannya. " Ya
udah nanti pada saya
panggilin, bapak-bapak
tenang saja, ada yang
abg ada yang stw,"
kata Manohara lalu
berlalu. Dia berbicara
dengan pembantu
lakinya yang tidak lama
kemudian pembantu itu
pergi membawa sepeda
motor. Sekitar 2 jam
setelah kami makan
malam, kami diajak
melihat warung di
depan. " Itu pak anak-
anaknya, bapak-bapak
tinggal pilih saja yang
mana itu ada 8 orang
yang bisa siap malam
ini nginap. Aku dan
Mario menyapu
pandangan ke seluruh
cewek yang duduk di
warung. Cukup
lumayan juga. Mario
dan Maridjan sudah
menentukan pilihan.
Manohara memanggil
mereka yang terpilih. "
Bapak yang mana,"
tanya Manohara
kepadaku. "Wah agak
susah juga nih
menyebutnya, "
kataku. " Kenapa pak
gak ada yang cocok ya,
nanti biar dipanggil lagi
yang lain, " kata
Manohara. "Nggak
bukan itu , ndak perlu
manggil lagi, tapi saya
dari tadi naksir sama
yang punya rumah,"
kataku terus terang. "
Ah bisa aja si Bapak,
saya mah udah tua,
udah kendor pak,
takutnya nanti
ngecewain," katanya
tersipu malu dengan
pandangan genit. " Ah
tapi pandangan saya,
yang punya rumah yang
terbaik dari semua
itu," kataku mulai
melambungkan pujian.
Manohara lalu
memberi kode ke pada
pembantunya laki-laki
dan kepada perempuan
yang tidak terpilih satu
persatu meninggalkan
warung. Maridjan dan
Mario langsung
menggiring
pasangannya masuk ke
kamar, sementara aku
masih ngobrol dengan
Manohara. Aku banyak
mengorek keterangan
mengenai kehidupan di
kampung ini. Menurut
Manohara masyarakat
di kampung ini bebas
terhadap masalah sex.
Dia tidak tahu
bagaimana awalnya
sampai adat kampung
ini demikian. " Kalau
bapak tinggal di sini
baru bisa merasakan
bahwa di sini
masyarakatnya ramah
dan masalah sex bukan
hal yang tabu,"
katanya. "Tapi
bagaimana istri orang
kok bisa diajak
nginep," tanyaku. "
Disini uang kan susah
pak, Kalau istrinya
dibooking, berarti kan
dia dapat duit, seratus
duaratus sudah besar di
kampung, pak"
katanya. "Pak kita
terusin ngobrolnya
dikamar saya saja pak,"
kata Manohara sambil
menggandeng
tanganku. Di dalam
kamar Manohara
melepas semua
pakaiannya, BH nya
tinggal celana dalam
dan dia memakai
sarung setinggi dada.
Dia tidak malu-malu
bertelanjang di depan
saya. Susunya cukup
besar dan pahanya juga
tebal sekali. Aku tidak
perlu menceritakan
secara rinci bagaimana
pertempuranku dengan
Manohara. Dia
memulai dengan
memijat seluruh
tubuhku lalu mengoral
dan akhirnya kami
mengayuh birahi.
Permainannya cukup
trampil dan tempeknya
bisa dia mainkan
sehingga penisku
seperti di pijat-pijat.
Kami bermain dua
ronde lalu tertidur
lelap sampai pagi. Pagi-
pagi Manohara sudah
menyiapkan nasi
goreng dengan telur
mata sapi serta dua
telur ayam kampung
setengah matang untuk
kami masing-masing.
Aku merasakan
ketenangan dan
kedamaian di desa
yang teduh. Hari ini
aku dan Mario
melanjutkan rapat
koordinasi untuk
ancara Panen Raya
Kedelai. Soal apa yang
kukerjakan kurang
menarik untuk
diceritakan, tetapi,
ketika semua rampung
sekitar pukul dua siang
kami berdua kembali
ke rumah Manohara.
Pak Maridjan kembali
ke Subang. Manohara
menyambut kami, kami
mengobrol sebentar.
Saat Mario ke kamar
mandi, Sofei
mendekatiku, " Pak
ada janda baru cerai
masih muda, anaknya
cantik, saya lagi suruh
dia di bawa kemari,"
kata Manohara. Aku
sebenarnya agak rikuh,
karena semalam sudah
menunggangi
Manohara. Untuk
berpindah ke lain hati
sepertinya saya tidak
punya perasaan. Tapi,
si Manohara yang
menawarkan. "Begitu
bebaskah pergaulan di
desa ini sehingga tidak
ada rasa memiliki,"
batinku. Tidak lama
kemudian datang 2
sepeda motor.
Manohara menyambut
dan menggandeng
salah seorang yang lalu
diperkenalkan
kepadaku. Gadis yang
masih kelihatan masih
sangat remaja itu
disuruh duduk
disampingku. Kuakui
dia memang cukup
cantik dan seksi. Yang
seorang lagi juga
seimbang cantiknya,
tetapi tubuhnya lebih
pendek, dan dia
dijodohkan ke Mario.
Manohara tanpa basa-
basi membuka
omongan dengan
memperkenalkan gadis
yang disebelahku
bernama Yaya, janda
baru 3 bulan dan cewek
Mario Mimin belum
pernah kawin tapi
sudah janda. Selama 3
hari kami menginap di
rumah Manohara, aku
puas karena setiap
malam berganti-ganti
pasangan. Setelah
pekerjaan Mario
selesai dan dia harus
kembali ke Jakarta, aku
masih bertahan di desa
itu. Selama seminggu
aku memuaskan fantasi
sex ku dikampung sex
bebas ini. Kehadiranku
di situ, rupanya cepat
diketahui peduduk
kampung. Warung
Manohara jika sudah
sore sekitar jam 5
sering didatangi
cewek-cewek. Mereka
sengaja datang untuk
aku pilih menjadi
teman tidurku.
Kegilaanku makin
mejadi-jadi, karena aku
mencoba berbagai tipe,
dari mulai yang gendut,
kurus, muda , STW dan
berbagai tipe. Suatu
hari aku digamit
Manohara, " Pak itu
ada orang nawarin
anaknya yang masih
perawan, bapak
berminat gak. Aku
melepas pandangan ke
warung, terlihat
seorang ibu didampingi
gadis kecil. Kutaksir
umurnya masih
dibawah 15 tahun. Aku
jadi penasaran ingin
pula mencoba perawan
kampung. Aku setuju
dan harga yang
ditawarkan ternyata
juga tidak terlalu
tinggi. Gadis kecil itu
digandeng Manohara
masuk ke ruang tamu
lalu dia menyuruh
menyalamiku. Buset
masih kecil sekali.
Teteknya memang
sudah nyembul, tetapi
masih kecil sekali.
Anaknya duduk
disampingku menunduk
malu diam saja. Aku
berusaha mengorek
informasi ternyata
umurnya baru 13 tahun,
baru lulus SD." Kamu
benar berani tidur
dengan saya," tanyaku.
Dia menjawab dengan
anggukan saja. "Sudah
pernah pacaran,"
tanyaku. Dia
menggeleng. "Sudah
pernah dicium laki-
laki," tanyaku lagi. Dia
menggeleng lagi. Aku
lantas bertanya dalam
hati apa aku sanggup
memerawani anak
sekecil ini. Bukan soal
menusukkan penis ke
tempeknya, tetapi
mengolahnya
bagaimana ? Aku
berdiri dan menarik
Manohara. Kami
berbicara di dalam.
Intinya aku minta
bantuan Manohara
untuk mengajari anak
ini memuaskan laki-
laki. Manohara
terdiam, tampaknya
dia berpikir sebentar. "
Emang kenapa kok
pakai perlu dituntun,
tancep aja kan sudah,
kan anaknya juga
sudah pasrah," kata
Manohara. Aku lalu
menjelaskan ke
Manohara bahwa anak
sekecil itu belum bisa
membayangkan
kejadian seperti apa
yang bakal dia alami
ketika berdua dengan
laki-laki. Aku minta
Manohara melakukan
kursus singkat
mempersiapkan dia
agar benar-benar siap.
Bukan hanya itu,
Manohara juga harus
ikut di dalam kamar
menunjukkan contoh
dan cara meladeni laki-
laki. Mungkin ini
adalah pengalaman
pertama bagi
Manohara memberi
training sex sampai
pada praktek. Aku pun
baru pertama kali ini
menghadapi
perempuan kecil. Jiwa
petualanganku lah
yang mendorong aku
ingin mencicipi daun
muda. Manohara
akhirnya paham. Dia
lalu menarik anak itu
dan kelihatannya dia
diminta membantu-
bantu Manohara. Aku
memang
mencadangkan energi
untuk eksekusinya
nanti malam sekitar
jam 10. Sekarang baru
jam 5 sore. Manohara
punya waktu 5 jam
untuk mempersiapkan
anak itu sebelum
ditikam. Sementara itu
aku memanfaatkan
waktu senggang
dengan beristirahat
tidur dulu
mempersiapkan
stamina. Selama ini
setiap malam aku
bertempur minimal 3
ronde. Jam 8 malam
aku dibangunkan
Manohara untuk
makan malam. Aku
duduk di meja makan.
Kulihat Manohara
mengajari Gita,
demikian namanya
untuk meladeniku
makan. Ia
mengambilkan piring,
lalu menyendokkan
nasi, mengambilkan
lauknya lalu
menyerahkan ke aku.
Setelah itu dia makan
disampingku.
Pembawaannya
kelihatan masih
canggung, malu
menunduk terus, tidak
bicara kalau tidak
ditanya. Gita cukup
ayu, kulitnya agak
gelap, rambutnya
sebahu lebih sedikit.
Rambutnya kelihatan
masih belum begitu
kering, sekelebat
memancarkan bau
harum. Tadi ketika
baru datang terasa bau
anak kampung, dan
rambutnya samar-
samar bau minyak
kelapa. Manohara
kelihatannya
membersihkan dan
mempersiapkan Gita
sebelum aku santap
nanti malam. Selesai
makan kami ngobrol
sambil menonton TV.
Sekitar sejam
kemudian kami digiring
Manohara memasuki
kamar. Setelah di
dalam kamar,
Manohara mengajak
Gita keluar lagi. Aku
berganti celana pendek
dan kaus oblong lalu
berbaring di tempat
tidur. Tidak lama
kemudian Manohara
dan Gita masuk.
Mereka berdua sudah
berkemben sarung. Aku
diminta Manohara
membuka kaus dan
tidur telungkup.
Manohara mengajari
Gita memijati seluruh
tubuhku. Pijatannya
tidak terasa,
tekanannya terlalu
ringan. Aku maklum
sajalah, karena dia
masih kecil dan
mungkin baru pertama
kali memijat laki-laki
dewasa. Berrkali-kali
Manohara memberi
instruksi cara memijat.
Setelah seluruh bagian
belakang badanku
dipijat, aku diminta
telentang. Manohara
mengajak Gita
membuka sarungnya.
Mereka berdua lalu
bugil setengah badan.
Tetek Manohara besar
bergayut-gayut,
sementara susu Gita
masih kecil,
kelihatannya baru
tumbuh. Pentilnya
masih kecil. Manohara
mengarahkan Gita
melepas celana luar
dan celana dalamku.
Gerakannya agak kaku,
malah terasa agak
gemetar. penisku
langsung tegak ketika
celana dalamku
diloloskan. Manohara
dengan bahasa
setempat mengajari
Gita memegang-
megang penisku lalu
disuruh mengocok
pelan. Nikmat sekali
rasanya meskipun
genggamannya kecil.
Manohara mengambil
alih dan mengajari
bagaimana melakukan
oral terhadap penisku.
Mulanya Gita menolak,
kata dia jijik.
Manohara lalu
mencontohkan
mengoralku. Manohara
memang sudah piawai
dengan hisapan dan
jilatan. Gita diminta
mengikuti apa yang
baru saja dilakukan
Manohara. Dengan
ragu-ragu
mendekatkan
kepalanya dan dia
mulai menjulurkan
lidahnya menjilat
penisku. Manohara
setengah memaksa,
sampai akhirnya Gita
mau mengulum kepala
penisku dan menjilati
buah zakarnya. Tidak
begitu nikmat rasanya,
tetapi karena yang
menjilat ini adalah
anak yang belum punya
pengalaman, aku
merasakan sensasi
yang luar biasa. Hampir
setengah jam aku
dioral, lalu Gita
dibaringkan di
sebelahku. Ia membuka
dulu celananya,
sehingga Gita dan
Manohara sekarang
sudah bugil. Belum ada
bulu jembut
dikemaluan Gita,
tempeknya cembung
dan belahannya rapat
seperti tempek anak
bayi. Aku dipersilakan
Manohara untuk
mencumbu Gita. Aku
bangkit dan mulai
menciumi pipi Gita.
Wajah Gita ketakutan.
Kupegang, telapak
tangannya dingin. Aku
mencoba mengulum
bibirnya. Manohara
terus-menerus
memberi instruksi
bagaimana Gita harus
membalas ciumanku.
Meski kelihatan agak
terpaksa, Gita
membuka mulutnya
dan menyambut uluran
lidahku. Setelah kurasa
cukup mengulum
bibirnya. Ciumanku
berpindah ke bagian
telinga lalu turun ke
leher. Gita
menggelinjang sambil
mengatakan rasanya
geli sekali. Sementara
itu aku merabai tetek
kecilnya yang masih
sangat kenyal. Aku
berhati-hati meremas,
karena mungkin saja
dia kesakitan kalau aku
remas terlalu keras.
Aku menjilati kedua
puting susunya yang
mengeras, dan masih
sangat kecil. Gita
tertawa sambil
menahan geli.
Manohara memarahi
Gita agar jangan
ketawa dan harus
menahan rasa gelinya.
Gita terus saja
menggelinjang-
gelinjang menahan rasa
geli dari jilatanku. Aku
mengindra bahwa nafas
Gita mulai memburu
dan terdengar detak
jantungnya semakin
cepat. Mungkin saja
anak ini mulai
terangsang, atau dia
sedang merasakan
ketakutan. Sambil
kujilati teteknya aku
meraba
selangkangannya.
Belahan tempeknya
masih kering. Jika
cewek dewasa, tanda
di tempeknya yang
masih kering itu berarti
dia belum terangsang,
tetapi bagi cewek bau
kencur ini, aku belum
punya pengalaman.
Bisa saja dia sudah
mulai terangsang,
tetapi lendir vag|
nanya belum
berproduksi sempurna.
Atau memang dia
belum terangsang sama
sekali, karena
tercekam rasa takut
dan kegelian. Dari
bagian teteknya aku
turun menciumi
gundukan tempeknya.
Manohara
membantuku
melebarkan kakinya.
Aku berpindah diantara
kedua kakinya lalu
menjulurkan lidahku ke
belahan tempeknya.
Gita menggelinjang-
gelinjang sambil
tertawa kegelian.
Manohara memarahi
Gita agar jangan
tertawa. Gita
beralasan dia tidak
dapat menahan rasa
geli. Aku menguak
belahan tempeknya,
Terlihat merah di
dalamnya dan lubang
vag|nanya sangat
kecil. Tampaknya satu
jariku pun tidak muat
ditusukkan ke lubang
itu. Lipatan bibir
dalamnya agak
menonjol, sehingga
ketika tempeknya
tertutup lipatan kulit
labia minoranya
menyembul keluar.
Belum ada kerutan di
kulit labia minoranya.
Aku mulai menjilati
lipatan kulit tempek
bagian dalam itu. Gita
menggelinjang terus
kegelian. Aku memaksa
menjilatinya terus,
tanpa menyentuh
bagian clitorisnya. Aku
sadar kalau dia belum
terangsang maka rasa
geli dan ngilu tidak
akan mampu dia tahan.
Setelah Gita agak
tenang dan tidak
bergerak-gerak lagi,
lidahku baru mulai
menggapai kulit
penutup clitorisnya.
Gita menggelinjang
setiap kali lidahku
menyentuh kulit
penutup clitoris itu. Dia
menggelinjang-
gelinjang terus. Namun
dari perasaanku
mengatakan bahwa
gelinjang nya kali ini
karena rangsangan.
Lidahku mulai mencari
ujung clitorisnya. Agak
terasa mengeras
daging seperti daging
tumbuh. Gita mulai
memasuki gelombang
rangsangannya
sehingga secara tidak
sadar dia merengek-
rengek nikmat. Aku
meraba lubang
tempeknya mulai
terasa berlendir. Cukup
lama juga aku
mengoral Gita, sampai
aku pegal, tetapi dia
tidak bisa mencapai
orgasme. Karena bosan
akhirnya aku bangkit
dan melanjutkan
episode berikutnya
memerawaninya.
Sebelum penisku ku
tusukkan Manohara
mengalasi bagian
bawah tempek Gita
dengan kain batik.
Mungkin Manohara
menghindarkan
spreinya terkena darah
perawan. Aku melumuri
penisku dengan ludah
sebanyak-banyaknya
dan juga lubang
tempek Gita. Dengan
bantuan dan tuntunan
Manohara penisku
diarahkan ke lubang
tempek Gita. Dia agak
berjingkat ketika
penisku mulai menusuk
gerbang tempeknya.
Gita mengeluh
tempeknya perih.
Manohara
menginstruksikan Gita
menahan sakit yang
kata Manohara cuma
sebentar. penisku
pelan-pelan menikam
lubang tempek Gita.
Ketat sekali rasanya
lubang tempek anak
bau kencur ini. Meski
penisku sudah di dalam
lubang tempek, tetapi
untuk memajukannya
sulit sekali. Aku
mencoba menarik
sedikit lalu menekan
lagi demikian berkali-
kali sampai kepala
penisku masuk
seluruhnya. Untuk
masuk lebih jauh terasa
halangan selaput
daranya. Gita sudah
bercucuran air mata
dan dia kelihatannya
menangis meski tanpa
suara. Manohara
mengusap-usap
rambutnya sambil
menghibur bahwa
sakitnya cuma
sebentar. " Sebentar
lagi kamu ngrasai enak,
tahanlah," begitulah
kira-kira kata
Manohara dalam
bahasa lokal. Setelah
agak lancar gerakanku,
aku mulai menekan
perlahan-lahan dengan
tenaga ekstra sampai
terasa menjebol
sesuatu di dalam
rongga tempek itu.
Gita menjerit
kesakitan. penisku
langsung bisa maju
terus sampai akhirnya
tertelan tempek Gita
seluruhnya. Aku
menahan beberapa
saat sampai Gita
tenang dan berkurang
rasa sakitnya. Setelah
itu ketika aku
melakukan gerakan
menarik sedikit Gita
kelihatan tegang dan
merintih. Aku
hunjamkan lagi begitu
berkali-kali sampai dia
tidak terlihat ekspresi
kesakitan. Aku pun
lantas melakukan
gerakan lebih jauh
maju mundur. Memang
terasa sempit dan
ketat sekali.
Maklumlah tempek
anak kecil yang belum
berkembang dipaksa
menerima penis orang
dewasa. Aku tidak
mampu bertahan
sehingga lepaslah
spermaku di dalam
tempeknya. Ketika
kucabut penisku,
terlihat ada guratan
merah bercampur
dengan sperma. Gita
terdiam pasrah, seperti
orang pingsan.
Manohara membantu
membereskan bekas
maniku dan
membersihkan batang
penisku dengan handuk
basah. Dia juga
membersihkan
tempekk Gita yang ada
lelehan maniku
bercampur darah.
Sekitar satu jam kami
bertiga istirahat
berbaring. Aku
dipinggir disebelahku
Gita lalu Manohara.
Kami bertiga bugil. Aku
merasa canggung juga
meminta Manohara
ikut di dalam
pertempuran ini.
Perannya memang
besar. Jika dia tidak
memberi arahan, bisa-
bisa aku gagal
memerawani Gita.
Untuk membalas
jasanya aku bangkit
dan langsung nyosor
menindih Manohara.
Manohara tidak siap
dia terkejut. Dia
mungkin sudah
setengah tidur. Aku
menciumi mulutnya
menghisap kedua
teteknya yang
menggelembung dan
menyedot-nyedot
pentilnya. Setelah dia
terbakar birahinya aku
mulai turun menjilati
clitorisnya. Manohara
tanpa malu-malu
mengerang-ngerang
nikmat. Dia kuoral
sampai orgasme yang
ditandai dengan
jeritannya. Semua
adegan itu disaksikan
Gita sambil dia duduk
bersila. Aku lalu
menancapkan penisku
yang sudah 75 persen
mengeras. Aku genjot
Manohara dengan
posisi MOT. Bosan pada
posisi itu kami ganti
posisi Manohara diatas.
Dia menggenjot
penisku sampai dia
mencapai orgasmenya
dengan jeritan dan
ambruk ke dadaku.
penisku masih
menegang dan belum
ada tanda-tanda
mencapai puncaknya.
Manohara kuminta
nungging lalu aku
menusuknya dari
belakang. Manohara
mengerang-negerang
kembali sampai dia
mendapat orgasme
lagi. Lubang tempek
Manohara sudah
sangat licin sehingga
aku mengambil handuk
basah untuk
membersihkan lendir
dari penisku dan
menyeka lendir dari
tempek Manohara. Aku
kembali mengambil
posisi MOT, dengan
berbagai gaya mulai
dari kaki Manohara
ditekuk sampai kakinya
di letakkan di
pundakku. Hampir 45
menit aku menggenjot
Manohara dengan
berbagai gaya dan aku
sudah merasa mulai
lelah, maka aku
berusaha berkosentrasi
untuk mencapai puncak
kenikmatan. Akhirnya
sampai juga
kenikmatanku dan aku
benamkan sedalam-
dalamnya penisku ke
dalam tempek
Manohara. Setelah
beristirahat sebentar
Manohara lalu keluar
berbalut sarung
bersama dengan Gita.
Mereka kelihatannya
menuju kamar mandi.
Setelah mereka keluar,
aku juga merasa agak
sesak pipis, maka
dengan hanya
bersarung aku menuju
kamar mandi satu-
satunya dirumah itu.
Aku mengetuknya dan
Manohara membuka
pintunya. Manohara
dan Gita sedang
jongkok membersihkan
tempeknya. Cerita sex
asik di
blogceritadewasa.info
Manohara mengajari
Gita berkumur dengan
larutan penyegar dan
membersihkan daerah
kewanitaan dengan
sabun khusus.
Sementara itu aku
ditelanjangi Manohara
dan Gita disuruh
menyabuni seluruh
bagian kelaminku
sampai bagian dubur.
Kami bertiga keluar
dari kamar mandi. Jam
di dinding menunjukkan
pukul 1 Gita hari.
Perutku terasa lapar
dan hal itu
kusampaikan ke
Manohara. Dia
menawarkan
membuatkan mi instan.
Aku pun setuju. Dengan
hanya berkemben
sarung Manohara dan
Gita mempersiapkan mi
instan ditambah
dengan telur. Kami
bertiga makan mi
instan hangat. Lumayan
kenyang juga. Aku lalu
kembali ke kamar
mandi mengosok gigi.
Mereka berdua sudah
berbaring di bed ketika
aku masuk kamar. Aku
disisakan tempat di
tengah. Kami pun tidur
bertiga sampai pagi.
Pada pagi hari penisku
masih bisa berdiri dan
aku menggarap Gita.
Dia tidak terlalu
merasa sakit, tetapi di
wajahnya terlihat
masih ada trauma. Aku
akhirnya tinggal
sebulan di rumah
Manohara, mendapat 5
perawan dan setiap
malam berganti-ganti
pasangan. Aku senang
dengan suasa desa itu.
Aku sampai bercita-cita
membeli sebidang
tanah dan rumah serta
sawah di kampung ini.
Dari pengalamanku
menjajal potensi desa
ini aku mendapatkan
kesimpulan bahwa
wanita yang berkulit
agak gelap, tetek tidak
terlalu besar dan
badannya terlihat
kencang serta mukanya
bersih dari jerawat,
tempeknya rasanya
sangat nikmat.
Sementara itu wanita
yang teteknya gede
alias Toge, hanya indah
dipandang, tetapi
tempeknya kurang
nikmat dan
permianannya di
ranjang kurang agresif.
Aku sering ke desa ini
menghabiskan
liburanku. Aku akhirnya
dikenal luas di desa ini
sampai ke aparat desa
pun aku akrab. itulah
cerita seks ku yang
sangat kusukai sampai
saat ini.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

1 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.