Sabtu, 25 November 2017

Rumah kontrakan Ardy 6

Ceritaku sebelumnya
adalah saat aku jalan-
jalan ke puncak bersama
dengan Siska dan
menemukan hal-hal yang
tidak kami duga
sebelumnya; yaitu
melihat mas Anton dan
bosnya sedang
bersenang-senang
dengan sekretarisnya.
Sepulang dari puncak,
kami pun berpisah untuk
beristirahat di rumah
kami masing-masing.
Minggu malam, suami
Siska sudah kembali juga
dari perjalanan ke
puncak dan aku
menyaksikan pasangan
tersebut bertengkar.
Kulihat Siska mencari-
cari persoalan sampai
akhirnya suaminya
tertidur kelelahan tanpa
memperdulikan Siska
yang masih emosi,
rupanya dia belum bisa
menerima apa yang
dilihatnya di puncak.
"Suamimu pasti juga
akan berlaku sama
denganmu, Sis, kalau
melihat kau kusetubuhi,
bahkan sampai berulang
kali, hehehe…" pikirku.
Malam ini pikiran
nakalku sedang
berputar, aku teringat
akan Mitha, adiknya Ece
Geulis. Oh iya, kangen
juga aku sama nih
cewek, sepertinya sih nih
cewek masih lugu
banget. Aku ingat waktu
dia nggak sengaja
melihat torpedoku,
wajahnya langsung
memerah seperti
kepiting rebus. Belum
kau merasakan kalau
torpedoku masuk ke
dalam liang nikmatmu,
Mith, wajahmu pasti
lebih merah!
Ah, aku mau intipin dia
malam ini, tapi seingatku
rumahnya belum
kupasang kamera
pengintai. Untunglah aku
masih punya sisa
beberapa kamera,
akupun segera naik ke
atap rumahku dengan
membawa beberapa
kamera pengintai dan
kabel. Aku berjalan
perlahan menuju rumah
Mitha dan berusaha
mencari celah, tak sulit
aku mendapatkannya
karena hampir setiap
rumah sama kondisinya.
Aku melihat-lihat
sebentar ke dalam
kamarnya sebelum
kupasang kameraku.
Aku melihat suatu
pemandangan yang luar
biasa karena kulihat
Mitha tengah tertidur di
kasurnya dengan hanya
memakai cd dan bra
warna hitam yang sexy,
tepatnya dia pakai
lingerie yang sungguh
sexy. Tebakanku benar
sekali kalau cewek ini
sexy sekali dan begitu
montok. Pakaian yang
dipakainya waktu
bertemu denganku tidak
dapat menutupi
kemolekan tubuhnya.
Aku menelan ludah
beberapa kali melihat
hal itu dan torpedoku
kurasakan memberontak
di celanaku yang kini
terasa sempit. Ingin
rasanya aku turun ke
bawah dan langsung
menyetubuhi Mitha
sekarang, tapi akal
sehatku masih bekerja
hingga kutahan diriku.
Lalu aku mulai
memasang kamera
pengintai di atas
kamarnya, juga di ruang
tamu dan satu lagi di
kamar mandinya. Setelah
memuaskan
pandanganku, akupun
segera turun ke kamarku
dan mulai kunyalakan
komputer untuk melihat
hasilnya. Dengan
kameraku yang lumayan
canggih, aku mencoba
untuk menzoom tubuh
Mitha… Ooh indahnya!
Tak terasa tanganku
sudah mengeluarkan
torpedo dan mencoba
untuk onani.
Tapi, ah bodoh sekali
aku! Kenapa akan
kubuang percuma
pejuku, kenapa tidak
kulampiaskan saja
nafsuku ini? Apa
kupanggil saja Siska,
pikirku. Tapi hari ini
perasaannya sedang
tidak bagus. Apakah Ece
yang kusetubuhi ya? Ah,
coba kulihat apakah dia
sudah tertidur apa
belum, dan apakah
suaminya ada di rumah.
Aku mulai melihat-lihat
rumahnya. Kusaksikan di
layar komputerku, Ece
Geulis sedang
menidurkan anaknya di
kamar, lalu setelah
anaknya tidur dia
berjalan menuju lemari
pakaiannya dan
mengambil sepotong
pakaian tidur sexy
berwarna merah. Menuju
kaca riasnya, dia mulai
melepas baju kaos yang
dikenakannya dan
menggunakan baju tidur
tersebut. Setelah
terpakai, dia mematut
dirinya di cermin sambil
bergaya-gaya sexy.
Akupun tersenyum kecil
melihat tingkahnya,
sambil terkagum-kagum
melihat kesexy-an
tubuhnya. Ah, aku
beruntung malam ini,
ternyata ada tempat
pencurahan nikmat,
hehe. Segera kuambil
handphoneku dan kucoba
untuk sms Ece Geulis.
"Halo, Ece… sudah
tidur?" sapaku. Kulihat di
layar monitor, dia
berjalan menuju sumber
bunyi handhone dan
melihat sms yang
kukirim, kulihat dia
tersenyum.
"Eh, kamu Ardi… aku
belum tidur, ada apa
ya?" jawabnya.
"Nggak ada apa-apa,
Ce… cuma kangen aja
pengen foto-foto Ece
yang cantik pakai baju
tidur yang sexy." kataku
lagi. Kulihat di monitor,
dia agak terkaget
mendapat sms dariku.
"Koq kamu tahu aku lagi
pakai baju tidur yang
sexy?" tanyanya.
"Tadi tuh aku lagi tidur,
trus mimpi Ece pakai
gaun malam sexy warna
merah. Waktu
terbangun, aku jadi ingat
Ece." jawabku berkilah.
"Oh gitu, koq bisa
samaan mimpinya? Aku
juga lagi pakai gaun
malam sexy warna
merah, Ar." jawabnya.
"Masa sih? Ah, aku
nggak percaya,"
jawabku.
"Benaran, aku nggak
bohong. Kalau nggak
percaya, kamu datang
aja kesini, mau gak?"
jawab Ece.
"Emangnya suami Ece
nggak di rumah?"
tanyaku pura-pura.
"Nggak tuh, dia tugas
malam lagi. Udah, kamu
kesini aja, lagian ngapain
di kamar kamu sendirian,
mendingan temenin Ece
disini, datang ya!"
pintanya.
"Emangnya kita mau
ngapain, Ce? Hehe, Ece
dah kangen ya sama
kontolku?"candaku.
"Huh, dasar nakal… tapi
iya sih, aku kangen berat
nih sama punya kamu,
hihi." jawab Ece.
"Ok deh kalau gitu, aku
ke tempat Ece."
jawabku. Akupun segera
beranjak, dengan hanya
menggunakan sarung
tanpa celana dalam,
akupun menuju
rumahnya dan langsung
dibukakan pintu olehnya.
"Tuh kan bener aku
pakai gaun merah. Sexy
nggak, Ar?" kata Ece
sambil bergaya di
depanku.
"Wow, iya yah… Ece sexy
banget, kontolku bisa
ngaceng nih kalau
melihat Ece begini,"
candaku.
"Ah masa, coba
kuperiksa… hihi." sambil
tangannya meraba
sarungku dan memegang
kontolku yang memang
sudah membesar dari
tadi. "Ih, iya lho, Ar…
kontol kesayanganku
sudah besar. Coba
kulihat, masih sama
nggak bentuknya,"
katanya sambil membuka
sarungku lalu dengan
bernafsu segera
menggenggam kontolku
dan menciumnya,
menjilatinya dan terus
mengulumnya. Aku suka
dengan apa yang ia
lakukan.
"Ar, kamu kemana aja
sih? Ece kangen banget
sama kamu, tau!
Hhhmm…" tanya Ece
sambil terus mengulum
kontolku.
"Shsshh… ah, aku nggak
kemana-mana, Ce. Cuma
belakangan ini baru
masuk kerja… oh iya, Ce,
Ece punya adik
perempuan yang
namanya Mitha ya?"
tanyaku menyelidik.
"Iya… hhm, dia tinggal di
sebelah rumah Ece. Kamu
tau dari siapa?" tanya
Ece.
"Ouch… ssshh… duh,
enak banget, Ce… ahh…
aku pernah ketemu sama
dia, sekali di depan
rumah." jawabku.
"Iya, dia baru datang
dari kampung untuk
kuliah." tambah Ece.
"Cantik juga ya, Ce,
nggak kalah sama Ece
cantiknya." sambungku.
"Huh, dasar nakal… awas
ya, jangan diganggu
adikku itu, dia masih
lugu." kata Ece
mengancam.
"Duuh… Ece cemburu ya?
Aku kan masih single, Ce,
masa tidak boleh kenal
sama dia? Lagipula,
kalau dia sudah
mengenalku, pasti dia
akan senang sekali… yah
seperti Ece, kan senang
sekali kenal dekat sama
aku, heheh!" candaku
sambil kuselipkan
tanganku ke gaunnya
lalu kuremas dadanya
yang montok dan terus
kupermainkan pentilnya
yang terasa sudah
mengeras.
"Huh, dasar nakal…"
sahut Ece merengut.
"Dia belum punya pacar,
Ce?" tanyaku lagi.
"Sepertinya belum… ih,
kamu tanya-tanya terus,
ayo donk masukin
kontolmu, aku dah
kangen berat nih, hihi."
sahut Ece lalu segera
membuka seluruh
bajunya dan
membaringkan diri di
sofa ruang tamu,
tubuhnya yang bugil
terlihat begitu
menggairahkan. Aku pun
segera membuka bajuku
dan mendekatinya,
kuminta dia untuk
menungging memasang
gaya doggy style. Dari
belakang, aku mulai
memasukkan torpedoku.
"Ohh… enaknya
batangmu, Ar… uuhs…
masukin yang dalam…
aku kangen berat nih
sama batangmu…" rintih
Ece.
"Iya, Ce… aku juga
kangen sama memek
Ece…" balasku. Aku terus
menggenjot tubuhnya
dengan penuh nafsu
karena malam ini Ece
terlihat sangat sexy
sekali. Begitu asyiknya
kami bersetubuh hingga
tak sadar ternyata
rintihan dan erangan
nikmat kami terlalu
keras sampai
membangunkan anaknya
Ece.
"Ma, mamah lagi
ngapain?" tanya anak itu
sembari melihat dengan
raut wajah kebingungan.
"Eh, Riri dah bangun ya…
ini mamah lagi dipijat
sama om. Mamah lagi
nggak enak badan. Kamu
tidur lagi gih, nanti
mamah temani kamu
setelah selesai dipijat
sama om…" jawab Ece
dengan nada kaget dan
segera mengambil baju
untuk menutupi tubuh
bagian depannya yang
terbuka, lalu segera
merubah posisinya
sehingga berhadapan
muka dengan anaknya.
Sedangkan aku duduk di
sofa sambil memangku
tubuh Ece yang bugil dan
torpedoku yang tegang
masih berada di dalam
lubang memeknya.
"Nggak mau ah, mah…
aku mau ditemani sama
mamah." jawab anaknya.
"Tapi mamah belum
selesai dipijat, Ri… udah,
kamu jangan nakal ya!"
balas Ece.
"Uuuh… aku tidurnya
disini aja deh…" jawab
anaknya.
"Ya sudah kalau begitu,
tapi janji nggak boleh
ganggu mamah ya."
jawab Ece.
Anak itu mengangguk.
"Udah sana, ambil
bantalnya bawa kesini."
kata Ece lagi.
"Iya, mah…" jawab
anaknya.
"Waduh gimana nih, Ce…
nanti kita bisa ketahuan
lho." kataku takut-takut.
"Udah, kamu tenang aja.
Dia kan masih kecil,
masih belum ngerti soal
ginian. Aku juga pernah
kepergok sama dia
waktu main sama
suamiku, aku pakai
alasan yang sama, dan
dia nggak banyak tanya-
tanya lagi. Sudah,
lanjutin aja, Ar…" jelas
Ece.
"Ok deh kalo gitu. Lagian
udah nanggung juga nih,
masa mau jadi gatot,
hehe." balasku.
"Gatot? Apaan tuh, Ar?"
tanya Ece.
"Gagal ngentot, Ce,
hehehe." jawabku.
"Ih, nakal kamu… bikin
aku gemes aja." kata Ece
sambil membelai kepala
dan pipiku.
Dengan posisi memangku
Ece di sofa, aku menjadi
leluasa untuk memegang
kedua payudaranya. Aku
pun mulai meremasnya.
Kupilin-pilin putingnya
yang mengganjal
kemerahan. Tak lama
anaknya muncul dengan
membawa bantal guling,
kelihatannya dia sudah
sangat mengantuk.
"Tuh, disitu aja tidurnya,
Ri." kata Ece sambil
menunjuk ke sofa yang
ada di seberang kami.
"Iya, mah… mamah koq
dipijatnya gak sama
papah?" tanya anaknya.
"Papah kamu kan lagi
kerja… badan mamah
dah nggak enak banget
nih, kebetulan aja om
Rony mau bantuin
mamah. Iya nggak, om
Rony?" kata Ece
menjelaskan sambil
berbohong dengan
mengganti namaku
menjadi Rony, mungkin
dia takut nanti anaknya
keceplosan bicara sama
suaminya.
"Iya nih, om kasian lihat
mamah kamu sakit, jadi
om bantuin pijitin."
balasku sembari
meremas kedua
payudara Ece yang
ditutupi baju.
"Ohh… uucsh… sudah,
kamu tidur gih. Ayo, om
Rony, dilanjutin donk
pijatnya… saya dah
nggak tahan nih." balas
Ece.
"Ok deh," balasku,
kulihat anaknya yang
masih berumur kurang
dari 3 tahun itu mulai
memejamkan matanya
lalu tertidur. Mudah-
mudahan saja dia belum
mengerti, kalau tidak
bisa berabe urusannya,
hehe… pikirku.
Akupun mulai menciumi
bagian belakang tubuh
Ece sambil sesekali
menggigit tempat-
tempat sensitif di
tubuhnya, sementara
tanganku tak berhenti
meremas dan memilin
puting payudaranya. Ece
pun bereaksi dengan
mulai menggoyang-
goyangkan pantatnya
naik turun.
"Ooohh… uuchss… enak
banget pijatan kamu,
Ron… aahh… kalau tiap
malam bisa dipijat sama
kamu, pasti badanku
sehat nih… aahs!" rintih
Ece sambil terus
bergoyang dan semakin
lama semakin cepat.
Hampir kira-kira 10
menit kami melakukan
gaya tersebut hingga
akhirnya pertahanan Ece
pun jebol.
"Aah… enak banget, Ar…
eh, Ron… teruss… aku
tekan yang dalam ya…
uuhh… sebentar lagi aku
nyampe… aahhs…
akuuu… suuudahhh,
Ar…" rintih Ece dengan
tubuh melengkung
menahan nikmat karena
orgasme.
Aku meminta Ece untuk
merubah posisi dengan
terlentang dan kuminta
dia membuka pahanya
lebar-lebar, lalu mulai
kumasukan torpedoku.
Segera saja kugenjot
tubuh mulus Ece dan
kutancapkan torpedoku
dalam-dalam ke lubang
memeknya.
Tubuh Ece bergoyang-
goyang dan kedua
payudaranya pun ikut
bergoyang, membuat aku
gemas untuk segera
mencium dan
menghisapnya. Tubuh Ece
menggelinjang penuh
nikmat mendapat
serangan seperti itu
dariku, rambut kepalaku
terus diremas-remasnya
kuat.
"Ayo terus, Ar… puaskan
aku… sembuhkan aku,
Ar… tekan yang dalam…
uuuh… aahh…" rintih
Ece.
"Iya, Ce… ah, tenang
aja… aku pasti sembuhin
kamu… badan Ece pasti
sehat besok waktu
bangun pagi." balasku
sambil terus kupompa
lubang nikmatnya,
kulihat Ece sudah mulai
terangsang kembali.
Kuciumi bibirnya dan
lidah kamipun saling
bergelut, menambah
sensasi kenikmatan kami
berdua.
Kira-kira 10 menit aku
menggenjot tubuh Ece
dan keliatannya sudah
ada hasilnya. "Ooohhh…
terus, Ar… aku mau
nyampe nih… terus…
uuuh… enak banget,
Ar…" rintih Ece.
"Iya, Ce… kita bareng-
bareng ya… aku juga
mau ngecrot nih… aah,
enak banget memek
Ece." kataku. Genjotanku
pada tubuh Ece semakin
cepat dan akhirnya…
"Aaahhhh… Arr, enak…
terusss… aah, aku
keluar, Aar!!" jerit Ece
sambil melingkarkan
kakinya pada
pinggangku.
"Aahh… sshh… aku juga,
Ce…" balasku sambil
kutancapkan torpedoku
dalam-dalam ke liang
memeknya.
Kamipun tergeletak
kecapekan di sofa. Kami
beristirahat sebentar,
setelah itu aku
membantu Ece untuk
menggendong anaknya
ke tempat tidur. Lalu
kami kembali ke ruang
tamu dan duduk berdua
di sofa dengan tubuh
yang masih telanjang.
Ece tiduran di
pangkuanku sambil
membelai torpedoku,
sesekali ia juga
menciuminya dengan
penuh rasa sayang.
Sambil berbincang-
bincang, akupun
membelai tubuh Ece,
sesekali kuremas dan
kumainkan puting
payudaranya.
Setelah cukup
beristirahat, kami
kembali menghabiskan
waktu dengan
menyalurkan nafsu
syahwat kami berdua
hingga beberapa kali,
sampai kami kelelahan
tak bertenaga. Aku pun
pamit untuk beristirahat
di rumahku. Sebelum
tertidur, masih sempat
kuperhatikan Ece
bercermin di depan kaca
sambil tersenyum-
senyum, lalu merebahkan
diri untuk tidur.
Kelihatannya dia puas
sekali setelah kuentot
berulang kali. Kumatikan
komputerku dan
kunyalakan alarm untuk
bangun pagi-pagi sekali
karena aku mau ngintip
Mitha mandi pagi. Uuh,
pasti indah sekali. Aku
harus segera tidur
karena besok hari libur
nasional, aku mau
manfaatkan liburanku
untuk mendekati Mitha,
hehe.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.