Sabtu, 25 November 2017

Rumah kontrakan Ardy 8

Hari ini aku pergi ke
kantorku, tapi sebelum
aku pergi kerja, sengaja
kunyalakan kamera
pengintaiku dan
menyalakan mode
merekam kegiatan di
rumah Siska. Aku ingin
tahu apakah apa yang
telah kami lakukan
semalam diketahui Anton
atau tidak. Sengaja
kusibukkan diriku
mengerjakan pekerjaan-
pekerjaan kantor dan
berusaha menghindari
pertemuan dengan
Anton, tapi aku
mengetahui dari rekan
kerjanya kalau hari ini
Anton tidak masuk kerja
karena sakit, hehe…
skakmat deh lu, pikirku.
Makanya jangan coba-
coba nantangin aku main
catur.
Setelah seharian kerja,
aku pun pulang ke
rumah. Tapi begitu aku
mau masuk ke rumah,
Anton memanggilku,
"Baru pulang, Ar?"
sapanya.
"Iya, mas. Mas tidak
kerja ya, dengar dari bu
Yuni katanya mas Anton
sakit?" tanyaku pura-
pura.
"Gak tahu nih, mungkin
kurang olahraga, aku
mudah capek belakangan
ini." jawab Anton.
Terang aja kecapekan,
lha di kantor juga
olahraga sama
sekretarisnya. Makanya
aku bantuin mas untuk
nemenin istri mas Anton
yang cantik itu olahraga
malam, hehe… batinku.
"Oh iya, tadi malam mas
Anton ketiduran, pules
banget. Permainan
caturnya jadi ketunda
deh, padahal aku dah
mau menang lho
kemarin. Ratunya mas
Anton sudah aku culik,
hehe…" kataku.
"Iya, Ar, aku juga gak
tahu. Semalam aku
ngantuk berat, sorry ya…
tapi permainan kamu
hebat juga tadi malam,
selama ini aku belum
pernah kalah kalau main
catur, pertahanan kamu
kuat juga. Aku sih masih
penasaran main sama
kamu, Ar, besok malam
kita main lagi, mau
gak?" tanya Anton.
"Boleh, mas, siapa
takut?" jawabku.
"Ok, besok ya, Ar. Aku
pasti bisa kalahin kamu!"
balas Anton.
"Ok deh, saya masuk
dulu ya, mas. Mau mandi
dulu," kataku.
Sesampainya di dalam
segera kulihat rekaman
kamera pengintaiku,
kulihat jam 7 sampai
dengan 9 pagi, Anton
masih tertidur, dan Siska
pun tidur di sampingnya.
Kecapekan habis tempur
semalam, pikirku,
hehehe…
Sekitar jam 9.15, kulihat
tubuh Anton mulai
bergerak. "Sis, dah jam
berapa sekarang?"
tanyanya pada Siska.
"Eh, mas sudah bangun…
sekarang dah jam 9
lewat 15 menit, mas
Anton tidurnya pules
banget." jawab Siska.
"Waduh, aku mesti kerja
nih, tapi kepalaku masih
pusing banget!" kata
Anton.
"Kalau masih pusing
mending di rumah aja,
gak usah ngantor dulu,
mas. Istirahatlah,
sepertinya mas Anton
kurang istirahat. Tadi
malam lagi main catur
sama Erdi, eh
ketiduran… gimana sih,
aku jadi gak enak sama
Ardi. Dia yang bantuin
bopong mas ke kasur."
jawab Siska.
"Iya, aku juga heran
kenapa bisa ketiduran
gitu… ya udah, aku gak
ngantor dulu deh," jawab
Anton.
"Mas tidurnya pules
amat sih, sampai ngorok
gitu?" tanya Siska.
"Tadi malam aku mimpi
gak enak," kata Anton.
"Mimpi apaan, mas?"
tanya Siska.
"Aku mimpi kamu
disetubuhi sama orang
lain," jawab Anton.
"Kok mimpinya aneh
banget sih… disetubuhi
siapa, mas, aku dalam
mimpimu?" tanya Siska
berpura-pura.
"Aku mimpi kamu
disetubuhi sama Ardi,
ma…" jawab Anton.
"Hah, sama Ardi? Kok
bisa?" tanya Siska lagi.
"Ya bisalah, namanya
juga mimpi." jawab
Anton.
"Trus dalam mimpimu
aku diperkosa gitu sama
Ardi?" tanya Siska.
"Bukan diperkosa, tapi
yang aku ingat kamu
begitu menikmati
disetubuhi sama dia. Aku
begitu cemburu dalam
mimpiku, ma…" jawab
Anton.
"Kalau aku menikmati,
berarti burungnya Ardi
besar dan keras dong,
mas… trus pasti dia
hebat mainnya ya, mas?
Hihihi… wah, boleh juga
tuh dicoba, hihi…" kata
Siska menggoda.
"Ih, kamu nakal juga ya…
awas ya kalo kamu
macam-macam sama
dia!" ancam Anton.
"Tapi aku rada bingung
sama dia, mas, sampai
sekarang masih belum
punya pacar, padahal dia
'kan lumayan ganteng
dan body-nya lumayan
bagus. Jangan-jangan dia
punya kelainan ya, mas?"
tanya Siska.
"Iya juga sih, aku juga
gak ngerti, mah." jawab
Anton.
"Trus burung punya dia,
kalau aku perhatikan
juga keliatan besar,
hihi…" goda Siska.
"Kamu kapan liatnya,
mah, kok bisa bilang
burungnya besar?
Emangnya dia pernah
tunjukin ke kamu?"
tanya Anton menyelidik.
"Aku pernah lihat gak
sengaja waktu dia lagi
nyuci motor di depan
rumah, dia hanya
memakai celana untuk
olahraga balap sepeda,
yang ketat itu lho, mas…
aku lihat besar sekali,
menonjol tercetak di
celananya, hihihi…"
jawab Siska pura-pura.
"Wah, kamu tuh ya…
ternyata diam-diam
nakal juga ya, mah, mata
kamu nakal banget.
Awas ya, jangan mikir
yang macam-macam!"
balas Anton.
"Tapi aku penasaran
sama dia, mas. Aku mau
kerjai dia kalau mas
sama dia main catur lagi.
Boleh gak, mas?" bujuk
Siska.
"Dikerjai gimana maksud
kamu?" tanya Anton.
"Aku mau coba goda-
goda dia pakai gaun
sexy, cuma mau tahu dia
tuh laki-laki atau banci
sih, hihi… kan seru, nanti
mas Anton pura-pura gak
lihat aja ya. Mau ya,
mas?" rajuk Siska.
"Ah, kamu ini cari-cari
masalah aja, nanti kalo
dia jadi mupeng
gimana?" tanya Anton.
"Kalau dia jadi mupeng,
berarti ketahuan kalau
dia laki-laki beneran. Yah
aku mau deh tanggung
jawab, hihihi…" jawab
Siska nakal menggoda
suaminya. "Aku mau
tahu, perkasa gak tuh
burungnya yang besar,
hihihi…" lanjut Siska.
"Huh, enak aja! Ih, mama
jadi nakal gitu sih, aku
cubit loh godain aku
terus…" balas Anton.
Dari kamarku, aku
tersenyum melihat
keberanian Siska
menggoda suaminya, tapi
dasar suaminya bodoh,
tidak tahu kalau itu
sudah beneran terjadi.
Untungnya aku buat
rekaman ini, kalau tidak
aku bisa masuk dalam
bahaya, aku harus pura-
pura alim waktu main
catur besok malam,
hehehe. Nakal sekali
istrimu mas Anton, tapi
justru itu yang aku suka
dari istrimu, cocok
dengan kepribadianku
yang berani dan pantang
menyerah sebelum
mendapatkan apa yang
kuinginkan.
Esoknya waktu bermain
catur pun tiba, siangnya
Siska mengirim sms kalau
dia akan membuat
rencana untuk
mengelabui Anton
karena dia curiga Anton
mengetahui apa yang
kami lakukan. Sebelum
aku ke rumah Siska, aku
melihat ke monitor
laptopku untuk melihat
rencana mereka
menjebakku.
Kulihat Siska
menggunakan gaun tidur
warna pink yang
transparan dan begitu
mini. Mereka berencana
saat aku mengetok
pintu, maka yang
membukakan adalah
Siska, seakan-akan
mereka sedang bercinta.
Anton akan bersembunyi
di kamar memperhatikan
gerak-gerikku, hehe…
licik juga rencana
mereka, tapi aku suka
hal ini, kalian kira aku
semudah itu dijebak.
Sengaja kupakai celana
pendek ketat yang biasa
kupakai untuk
bersepeda, keliatan
torpedoku begitu
tercetak menonjol dan
kukenakan baju kaos
putih yang ketat juga
sehingga menampilkan
tubuhku yang kekar,
hehe… Kuketok pintu
rumah mereka, dan lama
baru aku mendapat
jawaban dari dalam.
"Iya, tunggu sebentar,
Ar." terdengar suara
Siska.
Lama juga kutunggu
mereka membukakan
pintu. Hehehe, aku tahu
rencana kalian. Pintu pun
terbuka dan kulihat
wajah cantik dan tubuh
sexy Siska yang hanya
berbalut gaun tidur pink
yang sangat sexy sekali.
"Maaf ya, Ar… tadi lagi
tanggung… ayo masuk."
undang Siska.
"Ohh… aku menganggu
ya, Sis. Emangnya lagi
ngapain?" tanyaku pura-
pura bodoh.
"Yah biasalah, mas Anton
minta jatah susu… hihi."
jawab Siska sambil
menyandarkan tubuh
sintalnya di sofa dan
menyilangkan kakinya
yang panjang dan mulus
itu, kullihat pahanya
begitu lebar tersingkap.
"Emangnya mas Anton
masih suka minum susu?
Tapi memang susu bagus
buat kesehatan lho,"
tanyaku pura-pura
dengan wajah malu dan
pura-pura kupalingkan
dari Siska.
"Bukan susu yang itu,
Ar… ah, masa kamu gak
ngerti sih…" balas Siska.
"Maksudnya apaan sih,
Sis?" tanyaku sengit.
"Yang kumaksud susu
itu… ini lho!" balasnya
sambil memegang kedua
payudaranya dengan
kedua tangannya.
"Oh, jadi maksud kamu
itu… berarti aku
mengganggu kalian
dong, maaf ya… aku
pulang aja deh," kataku
sambil menelan ludah
melihat bongkahan
payudara Siska yang
bulat besar.
"Eh, gak apa-apa… tadi
kata mas Anton, kamu
disuruh tunggu sebentar.
Kita berdua sih tadi
sudah selesai, dia
sekarang mungkin masih
istirahat. Oya, mau
minum apa, Ar? Aku
ambilkan ya…"
"Apa aja deh, Sis, susu
juga boleh… hehe."
jawabku sambil aku
melirik ke arah pintu
kamar mereka, dan
memang kulihat ada
sepasang mata sedang
mengawasiku.
"Ah, nakal kamu!" Siska
beranjak berdiri dan
berjalan melenggak-
lenggok di depanku,
tubuhnya benar-benar
kelihatan sexy malam ini.
Tak lama Siska muncul
kembali dengan
membawa segelas kopi
susu dan berjalan dengan
gemulainya di depanku.
"Ini minumanmu,
kutambahkan susu biar
sehat," katanya sambil
membungkuk menaruh
gelas di meja,
menyuguhiku
pemandangan yang
sangat indah.
Aku kembali menelan
ludah. "Maksud kamu
ditambahkan susunya
kamu itu?" kataku
sambil menunjuk bulatan
payudaranya.
"Ih, nakal ya kamu…
nanti aku bilangin mas
Anton lho, sudah berani
godain aku." balas Siska.
"Tapi kan yang duluan
godain aku, kamu Sis.
Tadi kamu pegang-
pegang payudara di
depanku, trus kamu
pakai gaunnya sexy
banget. Kalau diginiin,
mana kuat aku…"
balasku sambil
kupegang-pegang
torpedoku yang memang
sudah mulai membesar
dan mengeras.
"Iih, nakal ah kamu, Ar!"
kata Siska sambil pura-
pura menutup matanya.
"Eh, itu celana kamu gak
kesempitan apa?" tanya
Siska genit.
"Gak tuh… emangnya
kenapa, Sis?" jawabku
sambil terus kuelus-elus
torpedoku.
"Kelihatannya sesak
banget gitu," jawab Siska
malu-malu.
"Apa aku buka aja kali
ya, abisnya kamu sibuk
ngeliatin celanaku,
hehe…" tanyaku nakal.
"Ih, udah ah… aku mau
bangunin mas Anton
dulu, tunggu ya…" kata
Siska sambil berjalan
berlenggak-lenggok
pergi.
Tak lama munculah
Anton dengan hanya
memakai kaos kutang
dan sarung, keluar
sambil menguap dan di
belakangnya Siska
mengikuti.
"Waduh… maaf, Ar, aku
ketiduran tadi. Dah lama
nunggunya?" tanya
Anton.
"Gak apa-apa, mas,
justru aku yang harus
minta maaf karena sudah
mengganggu istirahatnya
mas." jawabku. "Mas
Anton masih mengantuk
ya, besok aja deh ya kita
main caturnya, jadi mas
bisa istirahat." kataku
menambahkan.
"Gak apa-apa, Ar… yuk
kita lanjutkan permainan
caturnya." kata Anton.
"Mas, aku bisa kasih
saran gak… apa gak
lebih baik main kartu
aja, jadi aku juga bisa
main? Aku kan bosan gak
ada yang temenin,"
sahut Siska.
"Gimana, Ar?" tanya
Anton kepadaku.
"Ehm… boleh juga sih,
gak apa-apa kok…"
kataku.
"Tapi kartunya ada gak,
mas?" tanya Siska.
"Sebentar aku cariin,"
jawab Anton sambil
melangkah masuk ke
kamarnya.
Setelah Anton pergi,
Siska langsung
mendekatiku dan
berbisik kepadaku, "Ar,
tau gak tadi waktu aku
ke kamar, ternyata mas
Anton lagi asyik onani.
Mungkin dia terangsang
melihat pembicaraan
kita."
"Masa sih, Sis?" tanyaku
penasaran.
"Iya, aku juga kaget, Ar.
Trus aku tanya, mas lagi
ngapain? Tapi dia pura-
pura seperti gak ada
apa-apa gitu. Pikirku,
aku mau ngerjain dia
lagi, Ar." kata Siska.
"Oh gitu, boleh juga…
yuk kita buat permainan
kartu yang seru dan hot,
aku lumayan hebat lho
main kartunya. Pokoknya
bisa aku atur deh,"
kataku.
"Iya, yang kalah buka
baju satu persatu sesuai
permintaan yang
menang. Gimana, Ar?"
tanya Siska.
"Oke, sepertinya seru
juga tuh." jawabku.
"Sst… dia datang, Ar."
kata Siska sambil
mengedipkan matanya.
Tak lama Anton keluar
dari kamar sambil
membawa kartu. "Yuk
kita main, bagusnya di
lantai aja. Mah, ambilin
matrasnya biar bisa
duduk enak di lantai."
pinta Anton.
"Ok," jawab Siska dan
tak lama diapun datang
membawa matras dan
meletakannya di bawah.
"Mas, enaknya yang
kalah kena hukuman
ya?" kata Siska.
"Apa hukumannya?"
tanya Anton.
"Buka baju satu persatu
sesuai permintaan yang
menang, mau gak?"
jawab Siska. Lalu dia
berbisik ke suaminya,
"aku mau buktiin si Ardi
ini laki-laki atau banci,
mau ya mas?"
"Oh gitu, boleh juga sih.
Gimana, mau gak, Ar?"
tanya Anton kepadaku.
"Ehm… boleh juga,
keliatannya seru juga
tuh." jawabku pasti.
"Ayo kita main!" seru
Siska nampak tak sabar.
Dan kami pun mulai
bermain. Di permainan
pertama, aku pura-pura
kalah dan yang jadi
pemenangnya adalah
Anton, dia memintaku
untuk membuka bajuku.
Permainan kedua Anton
yang kalah dan Siska
yang menang, dia
meminta Anton
membuka bajunya juga.
Permainan ketiga
ternyata Siska yang
kalah dan Anton yang
menang, Anton kelihatan
kebingungan dan
akhirnya dengan berat
hati meminta Siska untuk
membuka gaun tidurnya
sehingga sekarang Siska
hanya memakai bra
hitam yang sexy dan cd
lingerie warna hitam
yang sexy juga.
"Wah, sexy banget istri
mas Anton." celetukku.
"Menurut kamu sexy ya
istriku?" tanya Anton
gemetar.
"Sexy banget, mas,
mungkin bibirku bisa
bohong, tapi adikku ini
gak bisa bohong, mas."
lanjutku sambil menutupi
celana bagian depanku
dengan kartu.
Kulihat wajah Siska
memerah. "Udah donk,
kita main lagi yuk!"
katanya parau.
Permainan yang keempat
kubuat Siska kalah lagi
dan aku yang
memenangkan
permainan. Aku meminta
Siska untuk membuka
bra hitamnya. Dengan
ragu-ragu dan perlahan
kulihat Siska membuka
kaitan bra hitamnya
sehingga payudaranya
yang montok berukuran
36B itu pun meloncat
keluar dari peraduannya.
Kulihat putingnya sudah
mengacung keras,
kelihatannya Siska sudah
terangsang.
"Ck-ck-ck… indah banget
payudara Siska, mas.
Waduh, bisa gak kuat
aku…" kataku sambil
terus kupandangi
payudara Siska.
"Ayo teruskan
permainannya! Awas ya
kamu, Ar, akan
kubalas…" kata Siska.
Siska yang mengocok
kartunya dan kulihat
payudaranya bergoyang-
goyang dengan indahnya,
membuat kontolku
semakin mengeras saja
di balik celana.
Permainan kelima
dimainkan dan yang
menang ternyata Siska,
dia segera memintaku
untuk membuka celana.
Begitu celana kubuka,
keluarlah torpedoku
yang sudah ngaceng
berat karena aku
memang tidak pakai cd.
"Wah, besar sekali tuh,
Ar…" kata Siska sambil
tangannya pura-pura
menutup matanya.
"Iya, Ar, burung kamu
kok bisa besar begitu,
kamu pakein apaan sih?"
tanya Anton kaget
melihat kontolku yang
besar dan panjang.
"Gimana burung saya
gak jadi besar, disamping
saya ada mbak Siska
yang telanjang bulat…
mana sexy banget lagi,"
kataku berani.
"Ah, kamu bisa aja, Ar,
aku kan jadi malu." kata
Siska.
Kulihat kontol Anton
juga sudah ngaceng,
situasi ini rupanya
membuat semua jadi
tegang, mungkin baru
kali ini Anton
membiarkan tubuh
istrinya yang molek jadi
tontonan, apalagi aku
terus memuji kecantikan
dan kesintalan tubuh
istrinya. Yah mungkin
saat ini di dalam hati
Anton berkecamuk
pikiran cemburu, nafsu
dan bangga karena
istrinya dipuji-puji
olehku.
"Tapi bener lho, Sis…
tubuh kamu indah
banget, lihat saja
kontolku sampai keras
begini." kataku sambil
kuelus-elus batang
kontolku.
"Ayo ah, teruskan
mainnya." jawab Siska
dengan wajah memerah
karena jengah.
Pada permainan
selanjutnya, aku terus
memenangkan
permainan dan kubuat
mereka telanjang bulat.
Karena semua sudah
telanjang, maka kami
membuat satu
pertaruhan lagi bahwa
siapapun yang menang
boleh meminta apapun
kepada yang kalah.
Kesempatan ini tak
kusia-siakan, aku segera
memenangkan
permainan tersebut.
"Duh, Ardi lagi yang
menang… kamu minta
apa, Ar?" tanya Siska
malu-malu.
"Apaan ya…" kataku
sambil menggaruk
kepala dan melirik ke
arah tubuh Siska.
"Terserah kamu, Ar, kan
kamu yang menang."
kata Anton
mendukungku.
"Emangnya boleh apaan
aja nih? Ah, aku gak
enak mintanya, mas,
takut mas Anton
marah…" kataku.
"Aku sih gak apa-apa, Ar,
ini bener-bener terserah
kamu…" kata Anton.
"Beneran nih aku boleh
minta apapun? Baiklah,
aku mau memegang dan
menyusu sama Siska,
boleh gak mas?" kataku
sambil melirik ke arah
Anton.
"Waduh, gimana ya,
Ar…" kata Anton
keberatan.
"Gimana, mas, boleh Ardi
pegang-pegang susuku?"
desak Siska.
"Gimana ya, tapi kamu
sudah menang… jadi,
terserah kamu aja deh,
mah!" kata Anton pada
akhirnya.
"Kalau gak boleh, aku
juga gak apa-apa, mas."
kataku.
"Gimana, mas?" tanya
Siska lagi.
"Ya udah aku ijinin, tapi
jangan lama-lama ya…
aku kasih waktu 1 menit
aja," kata Anton
kemudian.
"Satu menit terlalu
cepat, mas, gimana kalau
dua menit, boleh gak?"
kataku berani.
"Ya udah deh," kata
Anton lagi.
Akupun segera
mendekati Siska dan
mulai membelai dan
meremas buah dadanya.
Perlahan kudekati
daging kembar yang
snagat besar itu dengan
bibirku, kudengar Anton
menghela nafas dan
Siska mulai mendesis
keenakan saat lidahku
mulai bermain-main di
ujung pentilnya. Apalagi
saat kuhisap-hisap
dengan intens, tangan
Siska langsung meremas
rambutku dan matanya
merem melek menikmati
setiap sentuhanku.
Kulirik Anton, ternyata
dia terus
memperhatikanku dan
kulihat kontolnya
semakin teracung tanda
dia juga terangsang
melihat istrinya yang
cantik dijamah olehku.
Kurang lebih dua menit
aku terus meremas,
menghisap dan menjilati
kedua payudara Siska
hingga akhirnya
kuhentikan setelah
kudengar desahan suara
Anton. "Oke, selesai…
terima kasih ya, mas."
kataku.
"Iya," kata Anton.
"Kita teruskan gak
mainnya?" tanyaku.
"Teruskan donk," kata
Siska penuh semangat.
"Aku pikir kita udahan
aja deh, takut
kebablasan." sela Anton.
"Ya terserah mas deh,"
kataku.
"Ah, gak seru nih… kalau
gini curang dong, aku
diperlakukan gak adil…"
protes Siska. "terusin
donk!" rengeknya.
"Memangnya kamu mau
balas aku, Sis?" tanyaku.
"Ya iya lah! Enak aja
kamu main-mainin
punyaku, sedangkan aku
gak ngapa-ngapain…"
kata Siska sengit.
"Memang kamu mau
ngapain?" tanya Anton
curiga.
"Ada deh, pokoknya
terusin mainnya ya…
please!" rengek Siska.
"Gak ah," Anton masih
keberatan.
"Kalau mas Anton gak
mau terusin, biar aku
yang terusin berdua
sama Ardi. Kamu mau
kan, Ar?" kata Siska.
Aku tersenyum, "Siapa
yang bisa menolak, Sis?"
kataku.
"Oke deh, kita terusin
mainnya." kata Anton
pada akhirnya dengan
berat hati.
Kamipun melanjutkan
permainan, aku melihat
di payudara Siska ada
tanda merah bekas
kecupanku, memang tadi
aku sengaja membuat
cupang yang banyak
pada payudaranya,
pentilnya kulihat juga
telah begitu mengeras,
hehe… udah gak tahan
dia.
Dalam permainan
selanjutnya aku sengaja
membuat Siska menang,
aku mau tahu apa yang
akan dia minta.
"Hihi… sekarang aku
yang menang, aku boleh
minta apapun kan?" kata
Siska penuh kesenangan.
Anton mengangguk. "Iya,
terserah mamah."
"Aku mau balas Ardi,
boleh ya, mas?" tanya
Siska.
"Kamu mau ngapain,
mah?" tanya Anton
penasaran.
"Ada deh, yang penting
mas ngijinin gak?" tanya
Siska balik.
"Tergantung… minta
apaan dulu," kata Anton.
"Bener nih gak marah?"
tanya Siska.
"Iya," jawab Anton.
"Aku mau pegang-
pegang burungnya Ardi,
mas, boleh gak?" tanya
Siska.
"Waduh, kamu gak salah,
mah?" tanya Anton
keberatan.
"Iya, mas, aku mau balas
dia!" kata Siska.
"Balas sih balas, tapi kok
malah bikin enak si
Ardi." sahut Anton.
"Ayo, mas, boleh apa
gak? Aku dah menang
lho," bujuk Siska.
Anton akhirnya
mengangguk, "Ya udah,
terserah kamu aja deh."
katanya kemudian.
"Makasih ya, mas!"
jawab Siska sambil
mencium pipi Anton.
Perlahan dia
mendekatiku dan mulai
memegang kontolku,
tangannya yang kecil
ternyata tidak dapat
menggenggam seluruh
batang kontolku. Dia
terus meraba dan
berusaha untuk
merangsangku, wajahnya
semakin didekatkan ke
kontolku, seperti sedang
memeriksa setiap senti
dari benda coklat
panjang itu. Pelan dan
lembut Siska mulai
mengocoknya, akupun
mulai mendesah penuh
kenikmatan, kulihat
Anton semakin gelisah
melihat aksi istrinya.
"Ar, burung kamu besar
dan keras sekali ya,
tanganku aja gak muat
megangnya. Kepalanya
juga bulat banget kaya
jamur, lucu banget.
Pacar kamu bisa
kepayahan nih kalau
dimasukin punyamu ini."
kata Siska.
"Gitu ya, Sis, emangnya
kamu suka ya? Aku sih
belum pernah cobain
masukin ke dalam punya
perempuan… emangnya
lubang perempuan kecil
ya, mas Anton?" tanyaku
pada Anton, pura-pura
lugu.
"I-iya, Ar, punyamu itu
gede banget… tapi
lubang perempuan itu
elastis, mungkin
pertamanya aja agak
susah, selanjutnya enak
kok." jawab Anton.
Aku tidak menyahut,
begitu pula Siska, dia
masih sibuk mengocok
batang kontolku,
sementara aku asyik
mendesah dan merintih
keenakan. Kupegang-
pegang lagi payudara
Siska.
Anton yang melihatnya
segera berkata, "Sudah
ah, ayo kita lanjutin
mainnya… mama kok
keterusan sih?" katanya
pada Siska.
"I-iya, mas, sorry…
habisnya aku kaget lihat
kok ada burung sebesar
ini, hampir dua kalinya
punya papa lho!" jawab
Siska sambil melepaskan
pegangannya pada
kontolku.
"Kamu kaget apa
senang, mah?" tanya
Anton menyindir.
"Ya dua-duanya, hihi…
aku jadi malu," kata
Siska dengan muka
memerah.
Kami pun melanjutkan
permainan dan kali ini
aku yang menang.
"Hehe… sekarang aku
balas kamu, Sis! Tadi aku
sudah kamu buat enak,
tapi masih kurang."
kataku.
"Masih kurang gimana,
Ar?" tanya Siska bingung.
"Aku pernah lihat di film-
film blue, si perempuan
hisap-hisap burung
lelaki…" kataku.
"Jadi kamu minta dijilati
olehku?" tanya Siska.
"Iya donk, menurut
temanku katanya enak
banget kalo dijilatin
sama perempuan. Boleh
gak mas Anton?" kataku
sambil melirik kepada
Anton.
"Ya terserah kalian aja
deh, aku gak ikutan, aku
mau tidur aja…" kata
Anton dengan nada kesal
dan beranjak menuju ke
kamarnya.
Aku dan Siska
kebingungan saat
melihat itu. "Gimana nih,
Sis?" tanyaku.
"Udahan aja deh
mainnya, mas Anton
marah tuh." jawab Siska.
"Yah, curang dong kalau
begitu." kataku.
"Ya udah, aku bayar dulu
hutangku… sini aku
isepin sebentar," kata
Siska. Tapi sebelum
melakukannya, ia
berteriak pada suaminya
yang sudah berada di
kamar. "Mas Anton,
boleh gak aku isepin
punyanya Ardi
sebentar?"
"Terserah mamah aja…"
jawab Anton dengan
berat hati dari dalam
kamar.
Akupun segera duduk di
sofa dan meminta Siska
segera menjilati batang
kontolku. Jongkok di
depanku, Siska mulai
mengulum dan
menghisapnya, ia
melakukannya dengan
penuh gairah.
"Sshh… aduh, Sis… enak
banget bibir kamu…
aah!!" desisku sengaja
kukeraskan supaya
kedengaran oleh Anton,
aku yakin dia pasti
sedang mengintip sambil
onani di dalam kamar.
Tanganku pun tak mau
diam, aku mulai
bergerilya di payudara
Siska. Sambil meremas-
remas, kuraba-raba juga
kemaluan Siska. Siskapun
ikut mendesis-desis
keenakan.
"Ooh… nakal kamu, Ar…
uughh… enak, Ar… kamu
juga enak diginiin?" kata
Siska yang terus
menghisap penisku, ia
mempermainkannya
seperti seorang anak
kecil yang mendapatkan
mainan baru.
"Ooh… enak banget,
Sis… ternyata kamu
pintar juga ngisep
kontol, siapa yang
ngajarin sih?" tanyaku
menggoda.
"Pastinya suamiku
donk… tapi batangnya
lebih enakan punyamu,
Ar." kata Siska terus
terang.
"Apaan, Sis? Aku kurang
dengar, coba kerasin lagi
suaranya." kataku.
"Batang kamu besar dan
enak sekali, Ar!!" teriak
Siska.
"Mah, jangan keras-
keras… udah malam,
nanti didengar sama
tetangga…" balas Anton
dari dalam kamar.
"Iya, mas… maaf, udah
hampir selesai ini.
Tunggu bentar ya," kata
Siska sambil terus
menghisap kontolku.
"Cepetan, mah… inget
ya, yang jadi suami kamu
itu aku lho, bukan Ardi!"
kata Anton lagi.
"Iya, mas." sahut Siska.
Tapi sampai 10 menit
kemudian, aku masih
belum keluar juga.
Terpaksa Siska
menghentikan
hisapannya karena tidak
ingin membuat Anton
marah. Dengan berat
hati kupakai pakaianku
dan segera pamit pada
Anton. "Mas, aku pulang
dulu ya, besok kita main
lagi…" teriakku.
"Iya, Ar." jawab Anton
serak.
Sebelum berpisah, masih
sempat kuremas
payudara Siska di depan
pintu dan mencium
bibirnya.
"Dah sana kamu pulang
dulu… oh iya, boleh
kuminta obat tidurmu,
biar nanti aku bisa tidur
di tempatmu. Jangan
kunci pintunya, tungguin
aku ya, paling aku main
sebentar aja dengan
suamiku, habis itu dia
dah tepar sampai pagi.
Untuk menjaga supaya
dia gak bangun, aku mau
kasih obat tidurmu, biar
dia pules." jelas Siska.
Segera kuberikan obat
tidur yang tadi memang
sudah kusiapkan kepada
Siska, dan akupun
pulang.
Benar saja kamipun
melakukannya lagi
malam itu di rumahku,
kali ini jauh lebih hot
karena kami terbawa
suasana waktu main
kartu tadi. Mungkin ada
tiga kali Siska orgasme
dan akupun mengalami
dua kali orgasme. Kami
tertawa bersama dengan
bahagia, setelah itu kami
tertidur dengan
berpelukan dengan
tubuh masih sama-sama
telanjang.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.