Sabtu, 25 November 2017

Rumah kontrakan Ardy 5

Esoknya hari jumat, aku
kembali bekerja.
Sebelumnya di pagi itu
kami mandi bersama dan
masih sempat melakukan
hubungan badan, dan
sesudah melakukan
hubungan, Siska
menyediakan buatku
sarapan pagi serta dua
butir telur ayam
kampung setengah
matang. Katanya agar
staminaku tetap terjaga.
Pokoknya pagi itu aku
merasa bahagia sekali
sebab Siska
memperlakukanku
layaknya suaminya
sendiri.
"Ok, aku kerja dulu ya,
Say," kataku.
"Iya, Ar. Hati-hati di
jalan… oh iya, nanti sore
kita jadi pergi kan?"
tanya Siska.
"Ok… pasti jadi donk,
kamu siapin aja baju dan
juga pakaian renang
yang sexy ya, hehe."
pintaku.
"Siip lah, kamu jangan
sore-sore pulangnya ya…
oh iya, nanti kita
ketemuan dimana?"
tanya Siska.
"Nanti kamu tunggu aku
di mall saja jam 17.30,
jangan lupa bawa jacket
ya, helmnya nanti aku
siapin, ok? See u, honey."
jawabku.
"Oke, see u…" balas
Siska sembari mencium
bibirku.
Sorenya aku langsung
bergegas pulang dan
langsung menjemput
Siska di salah satu mall.
Dia cantik sekali sore itu,
wajahnya kelihatan
gembira saat melihat
aku datang. Saat itu dia
menggunakan jeans belel
ketat dan tang top
warna abu-abu.
Tubuhnya yang
proporsional dan
dadanya yang besar
kelihatan sangat
membusung, membuat
semua lelaki di mall
tersebut
memperhatikannya.
Kamipun segera
berangkat dan Siskapun
memelukku dengan erat
saat kubonceng.
Di perjalanan kami
habiskan dengan
bercanda dan tertawa,
ternyata aku telah
berhasil untuk membuat
dia lupa akan
kesedihannya.
Kira-kira jam tujuh
malam, sampailah kami
di daerah Gadok, saat itu
perjalanan kami
terhambat oleh karena
hujan yang tiba-tiba
turun cukup deras.
Kamipun segera mencari
tempat berteduh yang
aman, aku menemukan
sebuah pos ronda yang
saat itu kosong dan
kamipun berteduh
disana.
Hujan semakin deras dan
suhu udara terasa dingin,
aku memberikan kepada
Siska jaket kulitku agar
dia tidak kedinginan.
"Nih, pakai jaketku, Sis.
Didobel aja sama
jaketmu biar tidak
kedinginan." sambil
kupakaikan jaketku ke
tubuhnya.
"Nanti kamu pakai apa,
Ar?" jawab Siska.
"Sudah, tidak apa-apa.
Yang penting kamu
jangan sampai sakit,
kamu baru pulih kan,"
kataku.
"Oke deh," jawab Siska.
Lama kelamaan
kurasakan dingin juga
udara di kawasan ini,
tapi aku tidak tega
melihat Siska kedinginan,
akupun menyilangkan
tanganku di dadaku agar
tanganku menjadi
hangat.
"Ar, kamu kedinginan
ya? Kemarikan
tanganmu," pinta Siska
sambil membuka jaket
agar tanganku dapat
masuk.
"Mungkin lebih enak
seperti ini saja, Sis."
kataku sambil
memintanya duduk di
pangkuanku dan
tanganku masuk ke
dalam jaketnya dan
memeluknya dari
belakang. "Nah, seperti
ini lebih hangat." kataku.
"Huh, dasar… maunya
tuh… tapi kalau mau
lebih hangat, aku lebih
tahu, begini nih!" kata
Siska sambil mengambil
kedua tanganku dan
memasukkannya ke
dalam tank topnya dan
menempatkannya di
kedua gundukan bukit
payudaranya.
"Ehmm… kamu tau aja
caranya memberikan
kehangatan kepadaku,
Sis." kataku sambil
kuremas perlahan kedua
payudaranya yang
montok dan kucium
lembut bibirnya, kamipun
terlibat percumbuan
yang hangat sambil terus
kupermainkan
payudaranya yang telah
kubuka branya.
Percumbuan kami baru
berhenti saat kulihat
dari kejauhan ada orang
yang mendekat, segera
kuminta Siska agar
membereskan
pakaiannya. Ternyata
hanya orang yang
melintas. Karena
khawatir ketahuan, kami
tidak melanjutkan
percumbuan itu.
"Ar, apakah tempatnya
masih jauh?" tanya Siska.
"Sudah nggak terlalu
jauh sih. Kenapa, kamu
mau kita melanjutkan
perjalanan saja?"
tanyaku.
"Aku pikir begitu, aku
rada ngeri disini.
Lagipula tasku dan tasmu
tahan air, paling hanya
tubuh kita yang
kebasahan." pinta Siska.
"Tapi nanti kamu bisa
sakit loh, Sis!" kataku.
"Nggak apa-apa, paling
nanti minta kamu pijat
lagi, hihi." canda Siska.
"Oke deh, yuk kita
jalan." kataku, lalu kami
melanjutkan perjalanan.
Dengan cepat tubuh
kami basah kuyup oleh
karena hujan masih terus
turun dengan derasnya.
Sekitar 20 menit
perjalanan, sampailah
kami di tempat yang
kumaksud dan akupun
segera memesan sebuah
bungalow yang paling
bagus di tempat itu.
Siska tampak terkagum-
kagum oleh bungalow
yang aku pesan karena
letak satu bungalow
dengan yang lain sangat
berjauhan dan masing-
masing bungalow itu
terdapat kolam renang
ukuran sedang dan
dilengkapi jacuzi yang
dibentuk secara alami.
Seperti surga, katanya.
Kamarnya pun begitu
luas, dengan kamar
mandi dalam yang
temboknya hanya
dibatasi dengan kaca,
jadi kalau mandi pasti
kelihatan lah seluruh
aurat kita. Siska menelan
ludah melihat tempat
itu.
"Bagus sekali ya, Ar…
seperti mimpi." kata
Siska.
"Benerkan kataku…"
sahutku sambil memeluk
tubuh Siska setelah
office boy yang
mengantar kami keluar.
"Kamu tidak mau
mencoba kamar mandi
kita?" kataku.
"Oh iya, pasti donk… ayo
kita mandi bersama,"
ajak Siska.
"Aku mau kamu mandi
duluan, karena aku mau
menonton kamu mandi
dari kasur ini." kataku
nakal sambil kubuka
seluruh bajuku dan
kurebahkan tubuhku di
kasur empuk itu.
"Huh, dasar nakal… awas
ya, nanti akan kubuat
pertunjukan yang bikin
kamu masuk dan mandi
bersamaku!" jawab Siska
lalu dia segera masuk ke
dalam kamar mandi dan
segera melakukan
aksinya dengan
membuka seluruh
bajunya perlahan-lahan
seakan seperti tidak ada
yang mengawasi. Dia
melakukan gaya-gaya
yang sexy hingga seluruh
tubuh telanjangnya
terpampang pada kaca
itu, membuat kontolku
langsung menegang
dengan keras sekali.
Buru-buru kususul Siska
masuk ke kamar mandi
dan langsung saja
kusergap tubuhnya dan
kupeluk erat dari
belakang.
"Tuh kan, kamu gak
tahan… lagian nekat
mau tontonin aku
mandi… uoohs… sshh…
Ardiii… kamu nakal
sekali…" canda Siska
sambil merintih nikmat
saat kedua payudaranya
yang besar kuremas
dengan penuh nafsu.
"Kamu pintar sekali
membuat gerakan erotis
seperti tadi… kamu
belajar dari mana, Sis?"
tanyaku lalu kunyalakan
shower kamar mandi dan
kuletakkan di tempatnya
yang berada 20 cm di
atas kepala kami. Air
shower yang hangat
segera mengguyur tubuh
kami berdua yang
telanjang, kamipun
berpagutan dengan
mesra di kamar mandi
tersebut. Tubuh Siska
yang telanjang begitu
indahnya saat air
membasahi tubuhnya dan
cahaya ruangan yang
temaram memantulkan
sisi erotisnya.
Gairah kami berdua pun
bergejolak di tubuh
kami, kuciumi seluruh
tubuh Siska dan kugigiti
dengan penuh nafsu
beberapa titik
rangsangan di sekujur
tubuhnya. Siskapun
mendesis-desis nikmat
dan menjambak
rambutku saat paha
bagian dalamnya kuciumi
dan terus kususuri
sampai ke pangkal
pahanya, dengan lembut
kubuka bibir vaginanya
dan tersembullah
klitorisnya yang mungil
kemerahan, dengan
rakus mulai kujilati
benda itu. Siska berusaha
menahan diriku agar
tidak melakukan hal
tersebut.
"Ooow… Ar, ehmm…
jangan, Ar… kan jorok
disitu… uhh… ahh…"
rintihnya penuh nikmat.
"Nggak apa-apa, Sis…
sudah, kamu nikmati
saja… kan sudah
dibersihkan pakai air
tadi… nikmati saja ya…"
jawabku sambil
kuteruskan menjilati
klitorisnya dengan penuh
nafsu.
Siska terdiam dan
menikmatinya.
"Gimana, Sis, enak kan?"
tanyaku lagi.
"Ehmm… iya sih… auw…
enak, Ar… terus… aku
belum pernah diginiin
sama suamiku… terus,
Ar… ahh… aku bisa
nggak kuat kalo diginiin
terus… aahh…" jawab
Siska.
"Suamimu tuh bodoh,
Sis… tidak tahu
bersyukur, dan kurang
ahli dalam bercinta…"
balasku.
"Iya, Ar… jauh dibanding
dengan kamu… kamu
ahli sekali… ahh, udah
donk… cepat masukin
kontolmu, Ar…" pinta
Siska.
"Nanti dulu donk… aku
mau kamu jilati dulu
kontolku, Sis…" sahutku
sambil aku masuk ke
dalam bath up dan duduk
selonjor di dalamnya.
Siska pun mengikuti
masuk ke dalamnya, air
hangat yang ada di
dalam bath up membuat
kami semakin
terangsang. Siska segera
memegang kontolku dan
mulai menjilatinya.
Kubelai rambutnya yang
tergerai panjang dengan
tangan kananku
sementara tangan kiriku
meremas-remas tonjolan
payudaranya yang
menggantung indah di
depan dadanya.
"Oooh… Sis, kamu makin
pintar saja… kamu suka
ya sama kontolku?"
kataku memujinya.
"Iya donk, kan aku guru
yang ahli dan punya
kontol yang sesuai
dengan impianku…"
balasnya semakin agesif.
"Kelihatannya kontolku
juga suka dengan
bibirmu." balasku.
"Harus suka donk… kan
yang punya bibir ini
orangnya cantik dan
sexy." kata Siska sambil
terus mengulum batang
kontolku.
"Sudah, Sis… yuk kita
mulai menambang cairan
cintamu." kataku lalu
memintanya untuk
bersandar pada sisi bath
up, kuminta dia untuk
melebarkan kedua
pahanya. Pelan-pelan
kuterobos lubang
nikmatnya hingga
seluruh kontolku
terbenam di dalam
memeknya.
"Oooh… Ar, enak
sekali… pelan-pelan ya,
Sayang…" rintih Siska
suka.
"Tenang aja, Sayang…
aku kan ahlinya, hehe."
balasku.
Pelan tapi pasti mulai
kupompa tubuh sexy-nya
dan semakin lama
menjadi semakin cepat.
Siskapun merintih dan
menjerit penuh
kenikmatan
mendapatkan pompaan
dari kontolku.
"Oooh… Ar, enak
sekali… ooww… achh…
ahh… terus… terus…
tekan yang dalam, Ar…
terus tekan… ahhh…"
rintihnya.
Terus saja kugenjot
memek Siska. Sungguh
aku juga merasakan
nikmat bukan kepalang
karena memek Siska ini
masih begitu sempit dan
ketat.
"Sis, boleh kutanya
sesuatu?" tanyaku.
"Apa, Ar?" balas Siska.
"Waktu kamu nikah
sama Mas Anton, kamu
masih perawan?"
tanyaku.
"Iya, Ar, aku masih
perawan saat dia
menikahiku." katanya.
"Kamu jujur, Sis?"
tanyaku lagi.
"Iya, Ar, buat apa aku
berbohong padamu.
Kontolmu adalah kontol
kedua yang kurasakan
setelah Mas Anton.
Aahh… shhh… terus,
Ar…" jawab Siska sambil
melenguh.
"Pantas saja memekmu
begitu enak, Sis… ohh!"
kataku sambil terus
kugenjot tubuh sintalnya.
"Enak gimana
maksudmu, Ar… aahh…
shhh… terus, Ar… tekan
terus…" tanya Siska
sambil merintih.
"Lubangmu masih sempit
sekali, Sis… ooh, enak
sekali… lubangmuu…"
jawabku.
"Ah, itu bukan karena
sempit lubangnya, Ar…
tapi karena kontolmu
yang gede banget…
sshh… aahh… ouhh…
terus, Ar… aku mau
sampai nih… terus, tekan
yang dalam, Ar…" pinta
Siska.
Sengaja kukurangi tempo
sodokan kontolku pada
lubangnya dan kucabut
dengan tiba-tiba.
"Kok malah dikeluarin,
Ar… ayo donk masukin…
aah, kamu jahat, Ar…
aku nanggung nih, udah
mau sampai bentar
lagi…" rengeknya manja.
"Aku mau kita
menyelesaikannya di
ranjang saja," kataku
sengaja untuk membuat
dia semakin penasaran.
Perlahan kuangkat
tubuhnya dari bath up
dan kubawa dia keluar
dari kamar mandi
menuju ke ranjang.
Sebelum kurebahkan,
perlahan kuturunkan
tubuhnya di samping
ranjang dan aku
mengambil handuk lalu
dengan lembut
kukeringkan seluruh
tubuhnya dengan handuk
itu. Dia pun melakukan
hal yang sama kepadaku.
Setelah tubuh kami
kering, baru kubaringkan
tubuhnya di ranjang dan
perlahan kumasukkan
kembali kontolku ke
dalam lubang
kenikmatannya. Mata
Siska terpejam saat
menerimanya.
"Oohh, Ar… aku merasa
bahagia sekali… andai
saja kamu suamiku, aku
pasti akan menjadi
wanita paling bahagia di
dunia… ayo, Ar, buat aku
bahagia… aahh…
shshsh… uuhh…" rintih
Siska.
"Iya, Sis… andai juga
kamu jadi istriku, aku
pasti bakal
menyetubuhimu siang
dan malam… aahh…
shshhs… enak sekali
memekmu, Sis…" aku
mulai memompa
tubuhnya dan terus
menggoyang dengan
penuh nafsu. Kedua kaki
Siska sudah
mengangkang dengan
lebarnya, seakan-akan
ingin menelan seluruh
batangku ke dalam
memeknya.
"Iya, Ar… aku mau kamu
entot siang dan malam…
aku mau… aku mau…
kamu jadi kan aku istri
gelapmu… kaulah
suamiku yang
sebenarnya… ouuh…
aahh… terus, Ar…" balas
Siska semakin menggila.
Tak berapa lama iapun
mengejang nikmat, Siska
orgasme dengan
dahsyatnya karena tadi
orgasmenya sempat
kutahan, hehe. Dia
mengejang beberapa
kali, kelihatannya dia
menikmati sekali.
Tinggal aku yang belum
keluar. Biar saja, aku
akan melanjutkannya
nanti, perutku terasa
lapar dan ingin makan.
Saat Siska masih
terbaring lemah, aku
beranjak menuju
telephone untuk
memesan makan malam
pada room service.
Setelah mulai pulih
tenaganya, Siska segera
mengambil baju di dalam
tasnya dan segera ia
kenakan. Wow, ternyata
dia memakai gaun
malam transparan yang
sexy berwarna merah
hati, ia pakai lingerie
sexy itu untuk menutupi
payudara dan
kemaluannya yang
terbuka.
"Wow, kamu sexy sekali,
Sis." pujiku tulus.
"Iya donk… kan aku
harus usaha supaya kamu
juga bisa orgasme,
pokoknya kita tidak akan
melewati malam ini
dengan sia-sia." balas
Siska sambil melenggak-
lenggok seperti model
yang berjalan di atas
catwalk.
Aku punya ide gila, dan
segera kusampaikan
kepada Siska. "Sis, kamu
sexy sekali. Aku punya
tantangan untukmu,
gimana kalau nanti yang
membukakan pintu
untuk roomboy nya kamu
sambil memakai gaun
tersebut dan berjalan
seperti itu?" tantangku.
"Ih, kamu gila ya… nggak
mau ah, nanti aku
disangka perempuan
murahan lagi." jawab
Siska.
"Ah, memangnya ada
yang kenal kamu disini?
Ayo gimana, nanti aku
berikan kamu satu
petualangan seru lagi
buat kamu, mau nggak?
Kamu pasti suka deh."
jawabku.
"Apaan tuh?" kata Siska.
"Ada deh, pasti kamu
suka." jawabku.
"Ok deh… tapi nanti
kalau aku diperkosa
sama dia gimana? Aku
takut, Ar…" jawab Siska.
"Tenang aja, itu nggak
mungkin terjadi, Sis.
Manager hotel ini adalah
teman baikku, kalau ada
apa-apa, aku pasti
beritahu dia. Tenang
aja," jawabku.
"Oke deh… apa sih yang
nggak aku kasih
untukmu, sayang…"
jawab Siska manja.
Tak lama bel berbunyi
dan ada suara laki-laki
memanggil. Akupun
segera menyuruh Siska
untuk membuka pintu,
sedang aku pura-pura
beristirahat di tempat
tidur. Siska segera
membukakan pintu dan
mempersilahkan
roomboy tersebut untuk
masuk.
"Silahkan, Mas, tolong
taruh makanannya di
meja sana ya." katanya
sambil Siska berjalan
mendahului masuk dan
berlenggak-lenggok sexy.
Aku yang mengintip
melihat roomboy
tersebut terpana dan
menelan ludah sambil
mengikuti Siska,
matanya melahap
seluruh tubuh sexy Siska
yang hanya berbalut
gaun merah yang
sungguh-sungguh
mempertontonkan
kemulusan kulit
tubuhnya, dengan tangan
gemetar dia meletakkan
makanannya diatas meja
dan dengan wajah
tegang dia segera minta
diri untuk keluar kamar.
Tapi sebelum keluar,
Siska sengaja memanggil
roomboy tersebut dan
dia menyodorkan dengan
perlahan uang tips
untuknya, maksudnya
supaya dia dapat
membuat roomboy itu
lebih memperhatikan
seluruh tubuh bagian
depannya. Kulihat si
roomboy melongo seperti
orang bloon memandangi
kedua payudara indah
Siska yang seakan ingin
memberontak keluar
dari kungkungan
bajunya. Dia baru sadar
setelah dikagetkan oleh
suara Siska yang
memanggilnya.
"Mas… mas… kok
bengong? Ini tips dari
saya, makasih ya." kata
Siska.
"I-iya, bu… m-makasih
juga… maaf." segera dia
berlari kecil keluar dari
kamar kami.
Setelah agak lama dia
keluar, kamipun tertawa
bersama-sama.
"Kamu hebat, Sis… tadi
aku lihat kamu nakal
juga ya, kamu sengaja ya
berlama-lama untuk
memberikan uang tips
supaya dia lihatin
tubuhmu? Wah, tuh
orang sekarang pasti lagi
nyari sabun mandi untuk
onani habis-habisan,
hahaha…" candaku.
"Iya, Ar, tadi aku
sengaja… abisnya
nanggung kalau cuma
lenggak-lenggok doang,
sekalian aja aku godain
dia. Trus tadi aku lihat
anunya juga sudah
membesar di balik
celananya. Yang buat
aku geli pas liat
wajahnya yang bloon itu
loh, hihihi…" balas Siska.
"Ah, kamu ini sudah
pintar ya… yang dilihat
kontolnya si mas."
candaku lagi.
"Iya donk, sepertinya
gede juga tuh, Ar, hihi…"
jawab Siska
menggodaku.
"Huh dasar, aku nggak
kasih lagi kontolku, baru
tahu rasa kamu, hehe…"
kataku sambil mengelus
batang kontolku.
"Halah, gitu aja
ngambek." goda Siska.
"Ayo kita lanjutkan, Sis.
Aku jadi tambah
terangsang lihat aksi
kamu tadi." lanjutku.
"Ayo, Ar. Aku juga
sama." jawab Siska.
"Tapi apa nggak lebih
baik kalau kita makan
dulu karena perutku
lapar sekali." tanyaku.
"Ehm, boleh juga sih.
Lagian sepertinya
makanannya keliatan
enak tuh, yuk kita makan
dulu." jawab Siska.
"Oke, ayo." jawabku.
Dengan hanya
menggunakan pakaian
seadanya kami
menyantap makanan
yang telah tersedia,
sambil bercakap-cakap
tentunya.
"Ar, tadi kamu bilang
punya petualangan seru,
apa tuh kalau aku boleh
tahu? Tadi kan aku udah
lakukan yang kamu
minta." tanya Siska.
"Gini loh, Sis… manager
hotel ini kan adalah
teman baikku. Jadi,
karena sudah begitu
dekat, maka aku
diberikan satu fasilitas
rahasia mengenai setiap
bungalow di tempat ini."
jawabku.
"Rahasia apa tuh, Ar?"
tanya Siska penasaran.
"Aku diberitahu oleh
temanku itu bahwa
setiap bungalow punya
pintu rahasia yang bisa
tembus sampai ke dalam
lemari di kamar
tersebut. Dan tadi
sebelum kita masuk ke
kamar, aku sempat
menemui temanku itu
untuk meminjam salah
satu kunci rahasia
bungalow yang sedang
disewa oleh orang lain,
menurutnya yang
menyewa bungalow
tersebut adalah dua
orang lelaki setengah
baya dan seorang wanita
yang cantik sekali.
Mereka sudah masuk
duluan sebelum kita,
kira-kira beda setengah
jam lah." jelasku.
"Ohh, jadi kamu
mengajakku untuk
mengintip mereka?"
tanya Siska.
"Mau nggak?" tanyaku.
"Tapi nanti kalau
ketahuan gimana?"
tanya Siska ragu-ragu.
"Yah paling-paling kamu
diperkosa sama mereka,
Sis, hahaha…" balasku
sambil bercanda.
"Huh, dasar nakal…
nggak ah, aku jadi takut,
Ar." jawab Siska.
"Nggak apa-apa, Sis…
aku pasti jagain kamu
kok, kita coba dulu…
seru tau!" kataku
mendesaknya.
"Tapi, beneran ya kamu
lindungi aku… kapan kita
mau kesana, dan dimana
bungalow mereka
letaknya?" tanya Siska
kemudian.
"Pasti aku lindungi
kamu… kita lakukan
nanti setelah selesai
makan, bungalownya
kebetulan ada di
samping bungalow kita,
Sis." jawabku.
"Wah, seru juga nih…
tapi aku sedikit takut,
Ar." jawab Siska.
"Udah, tenang aja… yuk
cepat kita habiskan
makanan kita, nanti
mereka keburu selesai
lagi." jawabku.
Tak lama kami pun
selesai menyantap
makanan dan segera
bergegas menuju
bungalow yang ada di
sebelah kami. Melalui
akses pintu rahasia yang
ada di balik semak
belukar, kami pun masuk
perlahan-lahan menuju
satu titik cahaya yang
menurut temanku itu
adalah celah dari pintu
lemari. Setelah jarak
kami semakin dekat,
mulai terdengarlah suara
perbincangan dua orang
laki-laki dan seorang
perempuan.
"Wah, kamu pintar juga,
Ton… bisa membawa
Devi kesini. Kamu tahu
aja yang jadi
kesukaanku." sahut salah
seorang laki-laki.
"Saya lakukan ini kan
untuk bos, biar bos
nggak stress. Bener
nggak, Dev?" jawab laki-
laki yang satunya lagi.
Siska pun terkaget
begitu mendengar kedua
suara laki-laki tersebut
karena dia begitu
mengenali suara
tersebut. Itu adalah
Anton dan Pak Wira,
bosnya dahulu.
"I-itu Mas Anton, Ar, dan
bosku yang dulu." kata
Siska geram setengah
berbisik, akupun
langsung mendekap
mulutnya supaya jangan
bersuara lagi.
"Iya, berarti itu juga
bosku yang sekarang,
Sis." kataku berbisik.
Dengan tegang kamipun
meneruskan
mendengarkan
perbincangan mereka
dan mengintip melalui
celah yang cukup lebar
pada lemari tersebut
sehingga adegan dalam
kamar dapat kami lihat
dengan begitu jelasnya.
Dengan hati-hati aku
mengeluarkan camera
handphoneku dan mulai
merekam setiap kejadian
dalam format video,
kupikir kejadian ini harus
kusimpan baik-baik dan
Siskapun menyetujuinya.
"Iya, Pak. Saya sering
perhatikan bapak selalu
marah-marah bila di
kantor, makanya Anton
punya ide untuk
mengajak bapak ke
tempat ini. Maaf ya, Pak,
kalau kurang berkenan."
rayu Devi.
"Oh nggak apa-apa,
malah saya senang sekali
kalian perhatian sama
saya, justru kalian begitu
mengerti kebutuhanku."
jawab Pak Wira.
"Gimana, Pak, bisa kita
mulai?" tanya Anton.
"Boleh, aku juga udah
nggak sabar pingin
mencicipi tubuh montok
kamu, Devi. Sudah lama
aku menginginkannya,
tapi karena statusku,
aku harus benar-benar
jaga image. Sebelumnya
aku juga kepingin sekali
menyetubuhi Siska waktu
masih menjadi
sekretarisku, tapi keburu
kamu nikahi, Ton. Kapan-
kapan bisa aku nikmati
dia juga kan? Sebab aku
masih penasaran sama
dia." tanya Pak Wira
sambil mulai membelai
rambut Devi.
"Sepertinya perlu waktu
untuk pendekatan dulu
tuh, Bos, nanti coba saya
cariin caranya deh…
untuk sekarang, bos
nikmati dulu Devi ya?"
jelas Anton tanpa beban.
"Oke deh, tapi simpan di
agendamu ya, hehe…"
perintah Pak Wira.
"Iya, Pak. Sekarang saya
keluar dulu ya," pamit
Anton.
"Iya, kamu keluar
sebentar." jawab Pak
Wira.
"Dev, kamu layani ya bos
kita, biar dia senang."
kata Anton pada Devi.
"Oke, aku jamin Pak
Wira pasti senang."
jawab Devi nakal.
Anton segera
meninggalkan ruangan
tersebut dan mulailah
kami lihat Pak Wira
dengan penuh nafsu
langsung menciumi bibir
Devi dan tangannya
bergerilya di seluruh
tubuh gadis itu. Aku lihat
Devi pun tak mau kalah,
dia langsung berusaha
mencari penis Pak Wira
dan mengeluarkannya
dari kungkungan celana
panjangnya.
"Tunggu sebentar, Dev…
aku mau kamu membuka
seluruh bajumu, aku mau
menikmati melihat
tubuhmu yang telanjang
bulat, aku mau kamu
menari-nari erotis
dihadapanku." pinta si
Bos sambil melepaskan
pelukannya.
"Oke deh, Bos liatin
ya…" Devi mulai
membuka satu persatu
baju dan dalaman yang
dikenakannya, tak lama
iapun telanjang bulat
dihadapan Pak Wira dan
mulai menari-nari erotis
disana.
Siska yang melihat aku
melotot melihat
pemandangan itu,
mencubit pahaku dengan
keras, aku pun meringis
kesakitan dibuatnya.
"Rasain kamu…" kata
Siska berbisik.
"Duh kamu… sakit tau!"
kataku.
"Habisnya kamu nakal…"
balas Siska.
"Habisnya perempuan itu
cantik dan sexy sekali,
kalau lihat begini
torpedoku bisa nggak
tahan nih, Sis." jawabku,
memang kulihat tubuh
Devi begitu kencang,
kelihatannya dia rajin
senam karena payudara,
perut, bokong dan
pahanya begitu kencang,
sexy sekali dia, seperti
kuda Australia, pikirku.
"Yuk kita kembali,
daripada ngeliatin
mereka, kita cuma jadi
mupeng." ajakku.
"Ntar dulu, Ar, aku mau
lihat dulu mereka
bermain." jawab Siska
penasaran.
"Oh, kamu mau lihat
torpedo bosmu ya?"
kataku bercanda.
"Iih, nakal kamu, Ar."
sahut Siska sambil
mencubit lagi pahaku.
"Aku tuh mau lihat
apakah Mas Anton
menyetubuhi Devi juga."
jawabnya.
"Maksudmu kamu mau
tahu kalau Mas Anton
selingkuh atau tidak?"
tanyaku lagi.
"Iya, Ar." jawab Siska.
"Oh gitu, kalau seperti
itu kita nggak perlu
tungguin karena aku ada
informasi buat kamu
mengenai Mas Anton.
Lebih baik kita segera
kembali, nanti aku
jelaskan sama kamu."
kataku sambil tanganku
menarik lengannya untuk
kembali.
Kamipun segera kembali
ke bungalow kami, dan
Siska langsung bertanya
tentang informasi itu.
Tanpa banyak komentar
langsung saja kuberikan
handphone dan
kubukakan rekaman
video yang memuat
adegan antara Devi dan
Mas Anton saat mereka
bercinta di kantor. Mata
Siska kontan terbelalak
melihat isi video
tersebut.
"Pantas saja saat
menyetubuhiku dia selalu
udah lemas." kata Siska
dengan geram.
"Sudahlah, Sis… kan
posisinya sudah seri dan
adil, jadi kita bisa lebih
bebas." jawabku sambil
membelai tubuhnya.
Melihat dia masih belum
bisa meredam emosinya,
aku jadi tidak berniat
untuk bersetubuh
dengannya. Malam itu
kami hanya berpelukan
mesra di ranjang.
Kudengar Siska
menangis, kudiamkan
saja dia sambil kupeluk
hingga diapun tertidur
pulas.
Pagi harinya matahari
masuk dan menyinari
kamar tidur kami dari
jendela kaca yang cukup
besar. Aku terbangun
tanpa Siska di
sampingku, aku pun
segera beranjak dari
tempat tidur, kudengar
dari arah luar ada suara
kecipak air di kolam
renang. Aku berjalan
kesana, begitu sampai,
aku terpana melihat
Siska sedang berenang di
kolam tanpa
mengenakan sehelai
benangpun. Aku seakan-
akan melihat bidadari
cantik yang sedang
mandi seorang diri.
"Sis…" panggilku.
"Oh, kamu sudah bangun,
Ar… yuk kesini." ajaknya,
kulihat senyumnya
mengembang dan
wajahnya ceria sekali.
"Kamu berani sekali
menggodaku pagi ini…
awas ya." jawabku lalu
kubuka celana dalamku
dan dengan telanjang
bulat, akupun segera
terjun ke air dan
menghampirinya.
Sesampainya di dekat
Siska, langsung kupeluk
dan kucium bibirnya yang
basah dan diapun
membalas ciumanku
dengan mesra, lama juga
kami saling berpagutan.
"Kamu sudah nggak
sedih lagi?" tanyaku.
"Sudah enggak… benar
katamu, lebih baik kita
pikirkan hubungan kita
dan menikmati liburan
ini." jawab Siska sambil
tersenyum dan
memelukku mesra,
payudaranya yang besar
terasa menempel ketat
di depan dadaku,
membuat torpedoku
kembali terbangun
dengan begitu cepat.
"Auw… di kolam ini ada
ikan lelenya ya, Ar?"
tanya Siska menggoda.
"Masa sih, mana
lelenya?" tanyaku ikut
dalam permainannya.
"Itu tuh…" tangannya
menunjuk ke dalam air,
tepat ke arah
selangkanganku.
"Eh iya, lele jumbonya
lepas nih… sepertinya
dia lagi nyari lobang
untuk bertelor." balasku
bercanda.
"Tapi lelenya gede
banget… mana ada
lobang yang muat buat
dia, hihi." balas Siska
genit.
"Gara-gara kamu sih,
kamu harus tanggung
jawab." kataku.
"Ah, nggak mau ah… itu
kan salahmu sendiri,
nggak bisa nahan diri." ia
berusaha melepaskan
diri dari pelukanku dan
berenang menjauh.
"Kok gitu sih?" aku
berusaha mengejarnya.
Kamipun berkejar-
kejaran di kolam renang
tersebut sampai akhirnya
Siska terpojok di sudut
kolam, dia berusaha
memercikiku dengan air
kolam tapi aku terus
mendesaknya tanpa
ampun. Akhirnya iapun
menyerah dan kami
kembali berciuman
dengan nafas terengah-
engah, kurengkuh
bulatan payudaranya dan
mulai kucium dan
kuhisap-hisap pentilnya.
Siskapun menggelinjang
nikmat.
"Auw, Ar… nakal kamu…
tapi enak tau." katanya
sambil meremas
rambutku dan tangannya
yang satu mencari
torpedoku, setelah
didapatkan ia segera
mengelus dan mengusap-
usapnya dengan lembut.
Aku terus
mempermainkan
payudaranya dan
membuat dia tidak tahan
menahan rangsangan
dariku. "Ar, ayo masukin
donk… kamu mau nyiksa
aku ya?" katanya manja.
"Ok deh," segera
kuarahkan torpedoku ke
sasarannya, mata Siska
terpejam menikmatinya.
Setelah masuk, perlahan
kugenjot tubuhnya,
sungguh enak sekali
melakukan persetubuhan
di dalam air seperti ini.
Apalagi kalau
melakukannya di ruang
terbuka seperti ini, aku
merasa tidak lelah
menggenjotnya
walaupun setengah jam
telah berlalu dan Siska
sudah 2 kali orgasme.
Lalu kuminta Siska untuk
naik ke pinggir kolam
dan melakukan posisi
menungging, wow sexy
sekali dia. Akupun mulai
menggenjotnya kembali,
setelah 15 menit,
torpedoku terasa mau
meledak. Akupun segera
menariknya keluar agar
pejuku tidak masuk ke
dalam memeknya. Siska
membantu dengan
mengocok dan menjilat
torpedoku hingga tak
lama muncratlah pejuku
di wajahnya.
"Uuuh… dasar Ardi
nakal." kata Siska sambil
lidahnya terus menjilati
pejuku yang meleleh ke
mulutnya.
Kamipun terkapar lelah
berdua di pinggir kolam,
tak lama kami
menceburkan diri ke
kolam renang kembali
dan kamipun
melakukannya sekali
lagi. Benar-benar doyan
sex juga wanita ini,
pikirku. Cocok sekali
denganku yang hobi juga
melakukannya, hehe.
Siangnya kami segera
check out, tapi sebelum
kami kembali ke Jakarta,
Siska mengajakku untuk
berbelanja pakaian
disana. Aku punya ide
nakal, kembali kuminta
Siska untuk mengenakan
tanktop hitam tanpa
menggunakan bra dan
celana pendek 20 cm
diatas lutut. Siska
menjadi kelihatan sexy
dan nakal sekali. Puting
payudara kelihatan
tercetak mencuat
dengan indahnya. Duuh
rasanya torpedoku
pengen masuk lagi nih
kalau melihatnya seperti
ini.
Sepanjang perjalanan
hingga ke dalam Factory
outlet, semua mata baik
wanita maupun pria
terbelalak dan berbisik-
bisik terhadapnya.
Dengan bangganya
kugandeng lengan Siska
dan kuajak dia berputar-
putar, sesekali kupeluk
tubuh sintalnya dan
kucium bahunya yang
putih mulus.
Setelah puas berkeliling
dan menggoda orang-
orang di tempat itu,
kamipun segera
berangkat balik kembali
ke rumah kami di
Jakarta.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.