Sabtu, 25 November 2017

Rumah kontrakan Ardy 7

Esoknya aku bangun
kesiangan, mungkin
karena terlalu lelah
melayani Ece semalam.
Dengan tubuh gontai aku
berjalan menuju kamar
mandi untuk
membersihkan diri.
Setelah selesai mandi,
kunyalakan komputer
untuk melihat targetku,
yaitu Mitha. Di layar
monitor, kulihat Mitha
sedang bersiap-siap
hendak pergi. Wah,
rencanaku untuk
mendekatinya batal hari
ini, tapi tak ada salahnya
aku mencoba untuk
menggodanya.
Aku segera beranjak
menuju luar rumah, dan
saat kubuka pintu, tepat
saat Mitha sedang
berjalan di depan
rumahku. Akupun lekas
menegurnya, "Wah, neng
cantik mau kemana pagi-
pagi gini?" candaku.
"Eh, mas Ardi. Ini, aku
mau ke kampus, lagi ada
ujian." jawabnya.
"Buru-buru ya? Mau Mas
antar? Mas juga mau
keluar nih," ajakku.
"Makasih deh, Mas, aku
dijemput sama temanku.
Tuh, dia sudah nunggu."
katanya sambil menunjuk
ke ujung gang. Aku
melihat disana sudah
menunggu seorang laki-
laki muda sedang
bersandar di motornya,
lumayan ganteng juga.
"Oh gitu, maaf ya. Neng
Mitha dijemput sama
pacarnya ya?" tanyaku
menyelidik.
"Ehhm, ssstt… dia belum
jadi pacarku, Mas. Dia
lagi PDKT sama aku,
gitu." jawabnya dengan
raut muka memerah dan
suara dikecilkan.
"Oh, gituuu… hati-hati
loh kalau lagi PDKT,
biasanya tanduknya bisa
keluar. Nanti bisa
diseruduk loh, hehe."
jawabku menggodanya.
"Emangnya dia punya
tanduk, Mas? Kayak
banteng aja." jawab
Mitha polos.
"Percaya deh sama aku,
nggak lama juga kamu
bisa ngeliat tanduknya
dia, hehe." jawabku
sengit, karena kulihat
Mitha pagi ini cantik dan
sexy sekali. Dia
mengenakan T-shirt
putih yang pas di
tubuhnya, bahkan
kelihatan press body
sekali, sehingga
kemontokan tubuhnya
sangat terlihat jelas.
Belum lagi dia
menggunakan bra hitam
yang kelihatan tercetak
di T-shirt putihnya.
Pikirku, pasti teman
cowoknya nggak akan
tahan tuh.
"Ah, aku nggak ngerti
mas ngomong apa. Dah
ah, aku mau pergi dulu,
nanti telat." jawabnya
berlalu sambil tersenyum
kepadaku.
"Oke deh, tapi tetap
hati-hati ya. Kalau Neng
Mitha mulai lihat tanduk,
jangan sungkan-sungkan
ya call mas Ardi, hehe."
candaku lagi.
Kulihat Mitha mulai
menaiki motor pria
tersebut, tapi memang
kulihat hubungan
mereka belum begitu
akrab karena dari cara
duduknya kulihat Mitha
masih menjaga jarak.
'Yah, gagal deh hari ini
untuk mendekati Mitha,'
pikirku. Tapi tak apalah,
besok-besok pasti ada
kesempatan. Akupun
kembali masuk ke dalam
rumah untuk bersiap-siap
pergi ke kantor. Saat aku
ingin mengeluarkan
motorku, tiba-tiba aku
mendapat sms dari Siska.
"Ar, kamu kerja hari
ini?" tanyanya.
"Iya, kenapa, Sis?"
balasku.
"Nggak apa-apa, cuma
kangen aja. Kamu nggak
kangen sama aku?" balas
Siska.
"Nggak, aku malah bosan
sama kamu. Paling-paling
kamu kangen sama
kontolku, hehe."
jawabku.
"Ih, kamu jahat sama
aku. Aku kan nanyanya
serius…" balas Siska.
"Iya, sorry-sorry. Yah
pasti kangen lah, nanti
malam aku kasih kado
kejutan deh buat kamu."
jawabku.
"Apaan tuh?" tanya Siska
penasaran.
"Kalau aku beritahu
berarti bukan kejutan
lagi donk," jawabku.
"Ah, apaan sih, Ar? Kamu
mau nakalin aku ya?
Awas ya!" tanya Siska
semakin penasaran.
"Yah, pokoknya ditunggu
aja malam nanti aksiku,
hehe… sudah ya, aku
mau berangkat kerja
dulu. Sabar aja, pasti
seru deh, hehe. Bye,"
jawabku.
"Huh, dasar nakal. Yah
udah, hati-hati ya
sayang, bye." balas Siska.
Akupun segera bergegas
menuju tempat kerjaku.
'Tunggu saja nanti
malam, Sis, kamu pasti
akan menikmati rencana
terindah yang sudah
kubuat, hehe…' batinku.
***
Hari ini berjalan sangat
lambat, aku sudah tak
sabar untuk menjalankan
rencanaku. Kulihat Siska
juga tidak sabar karena
dalam sehari ini sudah
empat kali dia kirim sms
kepadaku, mencoba
mengorek-ngorek
rencanaku, tapi tetap
tak kuberitahu.
Akhirnya sore pun
datang dan sudah
waktunya aku pulang.
Sebelum aku sampai ke
rumah, aku mampir
sebentar ke apotek
untuk membeli sesuatu.
Setelah barang yang
kuinginkan kudapatkan,
aku bergegas pulang ke
rumah, lalu berolahraga
sekitar 30 menit dan
setelah santai sebentar,
aku pun mandi. Setelah
mandi, aku menyalakan
monitor laptopku dan
mulai mengawasi Siska.
Kulihat di layar
komputer, suami Siska
baru saja selesai mandi
dan sedang berpakaian.
Setelah itu dia menuju ke
ruang tamu untuk
membaca koran. Kulihat
Siska duduk di sofa
sambil menonton sebuah
acara TV, dia
mengenakan baju tidur
sexy warna merah marun
dengan belahan dada
berbentuk V yang sangat
rendah, sehingga kedua
buah payudaranya yang
montok seakan ingin
meloncat keluar dari
dalam sana. Gaun tidur
itupun juga sangat mini
sekali sehingga paha
Siska yang mulus dan
panjang itu terlihat
hingga 20 cm diatas
lutut, cantik dan sexy
sekali dia malam ini.
Akupun mulai
menjalankan rencanaku.
Aku berjalan menuju
rumah Siska dan dengan
memberanikan diri
mengetuk pintu
rumahnya. "Selamat
malam… Mas, Mas
Anton," panggilku.
"Iya, siapa ya?" tanya
Anton dari dalam.
"Ardi, Mas. Bisa saya
masuk?" jawabku.
"Oh, kamu, Ar. Sebentar
ya," sahut Anton dari
dalam.
Tak lama pintu
dibukakan oleh mas
Anton, tapi Siska tak
kulihat lagi duduk di
sofa. Aku dipersilahkan
masuk dan duduk, tak
lama kulihat Siska keluar
dengan menggunakan
mantel untuk menutupi
gaun tidurnya yang sexy.
Pikirku, mungkin dia
diminta suaminya untuk
mengganti baju. Tapi
tetap saja, karena gaun
tidurnya hanya ditutupi
bagian atasnya oleh
mantel, jadi paha
mulusnya tetap saja
kelihatan. Siska pun
kembali duduk di sofa
disamping suaminya.
"Ada apa, Ar?" tanya
mas Anton.
"Nggak ada apa-apa,
Mas, lagi iseng aja di
rumah. Mau main ke
rumah teman, tapi
semuanya jauh-jauh.
Selain itu juga mau
tanya-tanya soal kerjaan
saya. Maaf kalau
mengganggu ya, Mas."
jawabku.
"Oh gitu, nggak apa-apa,
Ar. Kamu boleh kapan
saja main ke rumahku."
jawab Anton.
"Oh iya, Mas… ngomong-
ngomong, mas Anton
hobi main catur nggak?"
tanyaku.
"Wah, kamu mau
nantangin aku main
catur? Boleh aja, siapa
takut." jawab Anton.
"Mas Anton ada
caturnya?" tanyaku.
"Ada, sebentar
kuambilkan." Anton
bergegas masuk ke
kamarnya, sedangkan
Siska dengan wajah
bingung memandangku.
Dengan isyarat aku
memegang bajuku,
kemudian menunjuk
kepadanya, lalu
kuberikan jempolku.
Siska pun tersenyum, lalu
dengan nakalnya
melebarkan kedua
kakinya hingga
terlihatlah CD G-string
warna merah di balik
gaun tidurnya. Akupun
tersenyum sambil
menelan ludah.
Tak lama Anton keluar
dari kamar sambil
membawa catur dan
kamipun mulai sibuk
mengatur pion-pion
catur. Setelah itu, kami
bermain.
"Mau minum apa, Ar?
Dan kamu, Mas, mau
minum apa?" tanya
Siska.
"Air putih juga nggak
apa-apa, bu Siska."
jawabku.
"Buatkan kopi aja dua
gelas," sahut Anton.
"Ok," jawab Siska.
Kulihat Siska beranjak ke
dapur sambil berjalan
melenggak-lenggok
seakan ingin
menggodaku, untung
saja suaminya tidak
melihat. Tak lama dia
kembali dari dapur
dengan membawa dua
gelas kopi di nampan,
tapi aku sedikit
dikagetkan karena
kulihat mantel yang
dikenakan Siska sudah
terbuka di bagian
depannya dan
tersembullah kedua buah
payudara montoknya.
Saat dia membungkuk
untuk menaruh kopi ke
atas meja, hampir saja
kedua payudaranya
terlepas dari gaun
malamnya, kuperhatikan
kalau dia sudah tidak
pakai bra. Siska melirik
kepadaku sambil
mengerling dengan
nakalnya, suaminya tidak
mengetahui aksi nakal
istrinya untuk
menggodaku.
"Silahkan diminum
kopinya, mas Ardi. Kalau
kurang, jangan segan-
segan untuk minta ya,"
kata Siska.
"Oh iya, terima kasih, bu
Siska." jawabku.
"Ar, kamu kalau panggil
Siska nggak usah pakai
'ibu'. Kalian kan
seumuran, memangnya
istriku sudah tua… dia
kan masih muda dan
cantik, bukan begitu
'kan, Ma?" kata Anton.
"Iya nih, mas Ardi, kita
kan seumuran." dukung
Siska.
"Wah, saya nggak enak,
Mas, kalau panggil bu
Siska dengan nama saja.
Mas Anton 'kan atasan
saya," jawabku..
"Memangnya aku ini
sudah kelihatan tua ya,
Ar? Udah nggak cantik
dan sexy ya?" tanya Siska
menggodaku di depan
suaminya sambil
bergelayut mesra di
tangan suaminya.
"Bukan begitu, tapi…"
sergahku.
"Yah sudah, aku aja yang
mendahului panggil
kamu Ardi biar rasa
nggak enak kamu
berkurang, hihi." sahut
Siska.
"Ayolah, Ar, menurut
kamu istriku ini masih
cantik dan sexy nggak? "
tanya Anton.
"Ah, mas Anton, kok
nanya gitu… memangnya
kenapa, Mas?" balasku.
"Hehe… kalau menurut
kamu udah nggak cantik
dan sexy, pikirku aku
mau tukar aja, hehehe."
jawab Anton.
"Ih, mas kok gitu sih
sama aku? Jahat!" sahut
Siska dengan nada manja
dan dia mencubit lengan
suaminya hingga
meringis kesakitan.
"Iya-iya, sorry. Becanda
aja, Ma." jawab Anton.
"Memangnya mau
ditukar dengan apa, Pak?
Bisa dengan motor aku
nggak? Hehe." candaku.
"Boleh juga kalau kamu
mau tuh, hehe.
Memangnya kamu rela
motor kamu ditukar
sama dia?" jawab Anton.
Siskapun tambah
merengut dan kembali
mencubit lengan
suaminya.
"Wah, kalau saya sih rela
banget, Mas. Siska kan
cantik dan sexy sekali
untuk ukuran wanita,
dua motor juga saya rela,
hehehe." timpalku.
"Ah, bisa aja kamu, Ar.
Udah ah, jangan
ngomongin aku terus.
Tuh dilanjutin main
caturnya." jawab Siska.
"Mama jangan marah ya,
kita cuma bercanda
untuk meredakan
ketegangan setelah
stress bekerja hari ini."
jawab Anton.
"Oh iya, mas Anton, aku
mau tanya tentang
flowchart system terbaru
yang mau dipasang di
kantor kita, tadi siang
saya lupa mengcopy dari
tempat mas Anton. Saya
boleh pinjam nggak?"
tanyaku sambil
memindahkan pionku
maju mendekati rajanya.
"Boleh, sebentar ya aku
ambilkan." Anton
beranjak menuju
kamarnya, tak lama
kudengar suaranya
memanggil Siska. "Ma,
tadi laptopku ditaruh
dimana?" teriak Anton
dari dalam kamar.
"Sebentar, Pa, aku
kesana." sahut Siska dan
lekas beranjak menuju
ke kamarnya.
Akupun tak menyia-
nyiakan kesempatan ini,
segera kukeluarkan
bungkusan kertas di
bajuku yang berisi bubuk
dan kutuangkan ke
dalam minuman Anton,
lalu kuaduk sebentar
dengan sendok dan aku
kembali berpura-pura
serius melihat ke papan
catur.
Tak lama mereka
berduapun keluar dari
kamar, kulihat di tangan
Anton sudah memegang
file-file yang kumaksud.
"Ini, Ar. Kamu
kembalikan padaku
besok siang saja di
kantor." kata Anton.
"Ok, terima kasih ya,
mas Anton. Sorry kalau
merepotkan." jawabku.
"Yuk kita teruskan main
caturnya. Wah,
sepertinya benteng
pertahananku sudah mau
jebol nih, kamu punya
rencana busuk apa nih,
Ar?" kata Anton sambil
menyeruput kopinya.
"Hehe, mas Anton nggak
akan tahu rencana busuk
saya, hehe." jawabku.
'Sebentar lagi kamu akan
masuk dalam rencana
busukku, Mas, hehe.
Tunggu saja.' tambahku
dalam hati.
"Ah, paling-paling kamu
mau ambil ratu punyaku,
iya kan? Gak akan bisa,
Ar." jawab Anton sambil
terus berpikir.
'Hehehe, memang aku
mau ambil ratu milikmu
yang bernama Siska,
untuk kuajak bobok
bareng.' jawabku dalam
hati.
Lama juga Anton berpikir
dan aku mulai melihat
kalau dia sudah
menguap, matanya mulai
meredup pelan.
"Mas Anton jalan lagi
donk, selamatin tuh
ratunya mas Anton,
hehehe." kataku sambil
tertawa.
"Iya nih… uuhh susah
juga. Uuuaahhm… kok
aku ngantuk ya?" kata
Anton.
"Wah, mas Anton pura-
pura nih. Sudah mau
kalah trus pura-pura
ngantuk." sahut Siska.
"Masa sama Ardi aja
kalah, Mas? Memangnya
mainnya hebat?" tanya
Siska lagi.
Pertanyaan Siska itu
tidak ditanggapi oleh
Anton karena kulihat
matanya sudah mulai
terpejam.
"Wah, kalau soal main
sih jangan ditanya, Sis,
hehe… apalagi kalau
main kuda-kudaan di
ranjang, trus yang jadi
kudanya kamu, Sis, pasti
seru deh, hehe." sahutku
semakin berani.
"Sstt… nanti dia dengar
loh, Ar." kata Siska
dengan suara dikecilkan.
"Nggak bakalan dengar,
Sis, biarpun ada bom
jatuh didekatnya, hehe."
jawabku.
"Oh, jadi ini rencanamu,
Ar?" tanya Siska sambil
tangannya mendorong
tubuh suaminya untuk
bersandar di sofa.
"Yah gitu deh, ini
memang rencanaku
untuk menyetubuhi
ratunya mas Anton, yaitu
kamu. Hehe…" jawabku.
"Ih, dasar nakal banget
deh kamu, Ar. Kamu
kasih dia apaan, sampai
pules begitu?" tanya
Siska.
"Cuma obat tidur dengan
dosis yang lumayan
banyak, biar kita bisa
main puas malam ini."
kataku.
Selesai aku berkata,
Siska dengan tersenyum
bangkit dan berjalan
mendekatiku, lalu berdiri
tepat di depanku.
Wajahku tepat berada di
depan kemaluannya.
Dengan perlahan kuraba
pantatnya dan mulai
kuremas-remas dengan
penuh nafsu, lalu
kuturunkan cd g-
stringnya hingga terlepas
ke lantai. Di depan
mataku, kulihat dua
buah gundukan daging
kenyal plontos tanpa
bulu seakan-akan
menantang untuk
dilahap.
Segera kuciumi
kemaluan Siska dan
dengan tangan kananku
kusingkap gundukan
daging kenyal tersebut,
terbukalah lubang
nikmat Siska yang
berwarna merah
merekah, kemudian
lidahku mulai bergerak
menjilati setiap inchi
daging tersebut.
Sedangkan tangan
kananku terus meraba
dan meremas-remas
bokong Siska yang
montok. Siska pun
mengejang-ngejang
nikmat, tapi suaranya
masih tertahan, mungkin
takut suaminya
mendengar karena jarak
kami memang tidak lebih
dari satu meter tempat
suaminya tertidur.
"Jilatanku enak, Sis?"
tanyaku.
"Uuch… uuch… enak,
Ar… terus, enak banget!"
jawab Siska dengan
suara pelan.
"Apa, Sis? Aku nggak
dengar, kencangan dong
ngomongnya." tanyaku
nakal.
"Uuchh… aaahh… uuch…
Ardi, enak banget…
kamu pintar amat sih
main lidahnya…" kata
Siska mulai berani,
sambil matanya melirik
ke arah suaminya yang
masih tertidur pulas.
Tangan Siska meremas-
remas rambutku,
kelihatannya dia sedang
menahan gairah yang
luar biasa di tubuhnya,
apalagi waktu klentitnya
kujilat dan kuciumi
dengan intens.
"Oohhh… uuhss… Ar,
kamu apain klitku…
uuh… aku bisa nggak
tahan kalau begini…
dimasukin aja punyamu…
aaahh!!!" rintih Siska.
"Masukin apa, Sis,
maksud kamu apa sih?"
tanyaku nakal.
"Masukin punyamu…
aaah… aku nggak kuat,
Ar… aash…" jawab Siska
terbata-bata.
"Apa, Sis? Yang lebih
spesifik donk…" kataku
lagi.
"Masukin kontol gedemu
ke memekku, Ar…
entotin aku… please!!"
jawab Siska semakin
berani.
"Nah, gitu dong… tapi
kan kamu ratunya Anton,
masa aku yang entotin?"
jawabku nakal.
"Aku memang ratunya
mas Anton, tapi dia
sudah kalah sama kamu.
Kontolmu lebih kuat dan
besar, ratunya sudah
kamu menangkan, Ar…
ayo, please… entotin
aku…" kata Siska.
"Ok deh kalo begitu…
coba kamu menungging
saja, tangan kamu
pegangin sofa, aku mau
masukin dari belakang."
kataku sambil mengatur
posisi tubuhnya, sengaja
kuarahkan muka kami
berdua ke wajah Anton,
maksudku supaya lebih
mudah mengawasi dia,
aku kawatir dia
terbangun.
"Ar, menghadapnya
jangan ke suamiku ah,
aku malu…" sela Siska.
"Nggak apa-apa, Sis, biar
gampang ngawasinnya…
ok?" jawabku.
"Terserah kamu aja deh,
yang penting masukin
kontolmu ini." pinta
Siska.
"Eits, jangan dulu ah…
aku mau minta kamu
jilati kontolku. Please ya,
aku dah kangen nih sama
bibir sexymu." kataku
sambil menyuruhnya
duduk disamping
suaminya yang tengah
tertidur pulas.
Setelah Siska duduk,
mulailah dia membuka
celana pendekku, lalu cd
ku, hingga keluarlah
torpedoku yang sudah
ngaceng dengan
gagahnya.
"Wah, gede banget
peluncurnya kamu, Ar…
aku dah kangen berat
nih sama dia," kata Siska
dan langsung melahap
kontolku dengan
mulutnya, ia menjilat dan
menghisapnya dengan
penuh perasaan.
"Oohh… uuuh… enak
banget, Sis, mulutmu
itu… ternyata ratunya
Anton pintar banget
njilat kontol. Apa Anton
tahu kalau ratunya
begini pintar? Kalau dia
tahu, mana mau ditukar
sama motorku, hehe…
uuuhh… aaahh… enak.
Sis, teruss…" kataku.
"Iya, mas Anton sungguh
bodoh. Punya ratu
cantik, sexy, dan pintar,
eh malah disia-siakan.
Bahkan mau ditukar
sama motor… sungguh
terlalu ya, Ar? Enak
nggak jilatanku?" balas
Siska.
Sensasi yang kurasakan
sungguh luar biasa,
apalagi kami
melakukannya disamping
Anton. Aku juga merasa
kalau Siska juga
merasakan hal yang
sama. Tubuh kami sudah
sama-sama telanjang
bulat, tanganku pun
terus meremas dan
memilin di kedua gunung
kembarnya yang sungguh
indah.
"Ok deh ratu yang
pintar, sudah cukup
pelayananmu… sekarang
waktunya peluncur
roketku bekerja untuk
meng-skakmate
memekmu, sekaligus
mengalahkan permainan
Anton, hehehe." kataku
sambil membimbingnya
untuk bangun. Kamipun
berciuman lama dan
mesra sekali sambil
saling memeluk dan
meraba tubuh telanjang
kami.
Setelah puas bercuuman,
Siska segera menungging
membelakangiku untuk
melakukan gaya doggy
style dihadapan
suaminya. Lubang
nikmatnya terlihat sudah
sangat basah, rupanya
dia sudah horny berat.
Tak susah buatku untuk
memasukkan torpedoku
ke dalam lubangnya,
pelan tapi pasti terus
kutembus memek Siska
hingga seluruh batangku
terbenam semuanya.
Kudengar Siska lupa
mengambil nafas karena
saking nikmatnya.
"Anton, sorry ya, ratumu
yang cantik ini aku
entotin. Aku jamin bakal
bikin dia puas… hehehe."
kataku.
"Iya, Mas, sorry ya…
abisnya tadi mas Anton
kalah sih mainnya,
torpedonya Ardi lebih
hebat dari punya Mas.
Mungkin agak lama
selesainya, Mas, karena
Ardi kuat sih… aahh!!"
balas Siska.
Perlahan mulai
kugerakkan kontolku
maju mundur, terasa
sempit sekali kontolku di
dalam memeknya Siska.
"Duh, Sis… memekmu
sempit banget sih, aku
jadi keenakan nih…
anget lagi di dalam,"
kataku.
"Iya, aku juga kerasa
penuh banget di
lubangku, Ar. Kontol
kamu yang kegedean
kali, atau mungkin
karena punyaku jarang
dipakai sama mas
Anton… belakangan ini
dia nggak mau
menyentuhku." jawab
Siska.
Pelan-pelan mulai
kupercepat gerakan
kontolku, Siska
menggeliat-geliat
kenikmatan menerima
seranganku. "Oooh…
uuuhh… mas Anton, aku
dientot, Mas… aku
dientotin sama Ardi,
Mas… Ardi nakal
banget… ooohh… uuhh…
aduh, Mas, kontolnya
Ardi gede banget… enak,
nggak seperti punya
Mas… aku keenakan
nih… Mas jangan marah
ya, aku dientot sama
Ardi… aaaah hhhss…
ssshh… terus, Ar!!" rintih
Siska.
Aku terus menggenjot
tubuh Siska dihadapan
suaminya. Setelah puas
dengan posisi doggie
style, aku minta Siska
untuk duduk di sofa dan
melebarkan kakinya.
Kembali kumasukkan
kontolku ke dalam
memeknya, kali ini aku
berada di atas, menindih
penuh tubuh sintalnya.
Kambali Siska merintih
menahan nikmat yang
luar biasa akibat
sodokan penisku.
"Oooh… aku mau keluar,
Ar… terus tekan… yah,
begitu… ssshh… ahhhh…
Oh, mas Anton, aku
dibuat orgasme nih sama
Ardi… maaf ya, Mas…
arghhh!!!" rintih Siska
sambil melihat ke arah
suaminya.
Aku yang belum orgasme
terus menggenjot
tubuhnya, tapi
sepertinya kontolku
belum ada tanda-tanda
mau keluar. Akupun
merubah posisi, sekarang
aku duduk disofa dan
Siska berada diatas
tubuh. Kembali kami
melakukannya, tubuh
Siska terguncang-
guncang saat kutusuk
kencang dari bawah.
Payudaranya yang besar
sampai bergoyang-
goyang dengan indahnya,
lekas aku meremas dan
memegangi keduanya
sambil sesekali kujilati
putingnya yang mungil
runcing. Siska merintih
keenakan dibuatnya.
Saking bernafsunya,
akupun berusaha bangkit
berdiri dari sofa dengan
keadaan kontol yang
masih tertanam di
memeknya. Siska pasrah
saja kuperlakukan
demikian, dengan manja
ia bergelayut pada
tubuhku seperti seorang
anak kecil sedang
digendong oleh orang
tuanya. Kami melakukan
penetrasi sambil berdiri,
keadaan ini membuat
Siska kembali terangsang
dan mulai mendesis liar.
"Uuhh… sssshh…
aahhh… Ar, kamu kuat
banget sih… aku bisa-
bisa keluar lagi nih…
ahhh… terus, Ar…
ssshh… aaaah…" desis
Siska suka.
"Aku juga enak banget,
Sis… memek kamu
sempit, sebentar lagi aku
juga mau keluar… kamu
mau pejuhku nggak?"
balasku.
"Ahh… mau banget, Ar…
masukkan semua, isi
memekku dengan
pejuhmu… Terus, Ar,
dikit lagi… aahhh… aku
dah nyampe nih, ohhh!!"
teriak Siska dengan
tubuh berguncang keras.
Aku pun sudah hampir
ejakulasi, jadi makin
kupercepat genjotanku
hingga akhirnya…
"Aaahh… Sis, enak
banget memek kamu…
aaahh… aku keluar, nih
terima pejuku… ssshh…"
balasku sambil
kusemprotkan spermaku
banyak-banyak ke dalam
liang memeknya. .
"Iya, Ar. Oooh… anget
sekali peju kamu…
aaah…" desis Siska.
Kami berpelukan dan
berciuman dengan
sangat mesra, sambil
terus kutancapkan
kontolku dalam-dalam ke
liang memeknya. Masih
dalam posisi berpelukan,
aku kemudian
menjatukan tubuh di
sofa. Kamipun
berpagutan dengan
mesranya.
"Thanks ya, Ar… kamu
sudah puaskan aku… jadi
ini kado kejutan dari
kamu? Hebat banget,
aku makin sayang sama
kamu, Ar…" kata Siska.
"Sama-sama, Sis… aku
juga sayang sama kamu.
Besok-besok aku ada
kejutan yang lebih
dahsyat daripada hari ini.
Tunggu saja ya tanggal
mainnya…" kataku
sambil kembali kucium
bibirnya yang sexy.
"Aku jadi nggak sabar
nih, kira-kira apa ya?"
balas Siska.
"Rahasia donk, tunggu
aja ya." kataku.
Siska mengangguk.
"Ok deh, sekarang aku
mau pulang dulu ya.
Suamimu mau dipindah
ke kamar nggak?"
tanyaku.
"Boleh deh, tolongin ya,
Ar." jawab Siska sambil
mengenakan kembali
gaun tidurnya, dan aku
juga segera memakai
kembali bajuku.
Pelan-pelan kami bopong
tubuh Anton dan kami
pindahkan ke kamar,
setelah itu aku segera
pamit pulang.
Sesampainya di rumah,
aku rebahkan tubuhku
untuk tidur, tapi baru
mau memejamkan mata,
handphoneku mendadak
berbunyi, ternyata Siska.
"Ada apa, Sis?" tanyaku.
"Ar, kira-kira mas Anton
nanti bangun jam
berapa?" tanyanya.
"Dosis yang aku kasih
lumayan banyak sih,
mungkin dia bangunnya
bisa siang nanti."
jawabku.
"Dasar nakal kamu ya…
kalau gitu, aku ke
tempatmu ya? Aku mau
tidur sama kamu." balas
Siska.
"Hah? Emangnya mau
ronde kedua, Sis? Hehe,
tapi terserah kamu deh
kalo berani." jawabku.
"Ah, masa gitu aja takut,
aku kan dah bersetubuh
sama kamu di depan dia.
Please, Ar, aku ke
tempat kamu ya…" pinta
Siska.
"Ok deh… tapi hati-hati
ya, jangan sampai ada
yang ngeliat. Sekalian
bawa baju buat besok."
kataku.
Maka malam itu Siska ke
tempatku dan kami
bergumul lagi sampai
kira-kira jam dua pagi,
setelah itu kami
kecapekan dan tertidur
pulas. Sebelumnya kami
telah memasang alarm
untuk membangunkan
kami jam enam pagi.
Siska dan aku tidur
telanjang bulat sambil
berpelukan mesra,
seperti pasangan
pengantin baru. Pagi
harinya aku terbangun
lebih dahulu, kulihat
disampingku, Siska masih
tergolek telentang
dalam keadaan telanjang
bulat, sungguh cantik
sekali istri Anton ini.
Perlahan kujamah
gundukan payudaranya
dan meremas-remasnya
lembut sambil kuciumi
bibir tipisnya.
"Halo, Cantik… selamat
pagi… dah jam enam loh,
sekarang kamu mandi
dan langsung pulang ya,"
kataku.
"Uuuahh… dah pagi ya,
cepet amat." balasnya
sambil memeluk tubuhku
dan tangannya mencari
torpedoku. "Wah,
kontolmu dah besar lagi,
kuat banget sih kamu,
Ar… memekku aja masih
pegel." kata Siska manja.
"Gimana nggak gede,
pagi-pagi buta melihat
bidadari cantik
telanjang, hehe." kataku
sambil kuremas
payudaranya sedikit
lebih keras.
"Mandi bareng yuk, mau
nggak? Asyik loh," kata
Siska sambil beranjak
dari kasur dalam
keadaan telanjang bulat
dan berjalan melenggak-
lenggok menuju kamar
mandi.
"Boleh, asyik juga tuh."
jawabku penuh
semangat. Akupun
segera mengejarnya dan
kami tertawa bersama di
kamar mandi. Kunikmati
persetubuhan sekali lagi
dengannya di kamar
mandi, baru setelah itu
kami berpisah.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.