Sabtu, 25 November 2017

Rumah kontrakan Ardy 9

Malam itu aku dan Siska
tertidur sangat lelap
dengan tubuh telanjang
kami berpelukan.
Menjelang pukul 6.30
pagi aku terbangun
karena ingin buang air
kecil. Pelan-pelan
kulepaskan tangan Siska
yang masih memeluk
tubuhku, aku tidak ingin
membangunkannya.
Dengan tubuh yang
masih telanjang, aku
bangkit menuju ke toilet
untuk buang air kecil.
Setelah kembali, aku
terdiam melihat Siska
yang masih tertidur
dengan posisi terlentang.
Wow… sungguh
pemandangan indah yang
sulit kulukiskan.
Aku duduk di tepian
ranjang di samping
tubuhnya, seakan-akan
tak puas-puasnya
mataku melihat setiap
inchi tubuh Siska yang
telanjang, secara refleks
kontolku tegang.
Sebelum aku berbuat
lebih jauh, otakku
mempunyai ide nakal;
segera aku berjalan ke
laci mejaku untuk
mengambil camcorder
dan kutekan tombol aktif
untuk mengambil video
shoot dan kuletakkan di
tempat yang tak
diketahui Siska, lalu
kembali aku bergerak
berbaring di sampingnya
dan tanganku mulai
meraba payudaranya dan
mengecup pundaknya.
Mulanya Siska masih
belum bergeming, tapi
setelah kumainkan pentil
payudaranya, ia pun
bereaksi. "Ehhm… Ardi
nakal… emangnya nggak
ngantuk?" tanyanya
dengan mata yang masih
terpejam, sedangkan
tangannya bergerak
mengelus punggung
tanganku yang tengah
meremasi tonjolan
payudaranya.
"Akunya sih dah ngantuk,
tapi adikku ini yang
nakal, hehe…" jawabku.
"Coba aja kamu pegang,
nih…" kataku sambil
membimbing tangan
kanannya ke arah
kontolku yang tegak
menantang.
Kini posisi Siska tidak
terlentang lagi, tapi
memelukku dari sebelah
kanan sembari tangan
kanannya menggenggam
kontolku yang tegak
dengan sempurna.
"Ehhmm… aduh, koq bisa
gede lagi, Ar? Kontol
kamu kuat banget sih!"
tanyanya kaget.
"Sebenarnya wajar aja
sih kontolku gede lagi,
abisnya kamu yang
cantik bugil di ranjangku.
Kamu mesti tanggung
jawab nih," jawabku.
"Ehm… kamu bisa aja,
Ar, pintar banget
ngerayu aku… tapi aku
nggak mau, aku mandi
dulu ah…" jawab Siska
sambil berusaha bangkit
dari pembaringan.
Tapi tanganku berhasil
memegang tangannya
sehingga terjadi adegan
tarik menarik antara aku
dan dia. Siska yang saat
itu dalam posisi berdiri
dan aku duduk di tepian
ranjang, dengan adanya
tarik menarik tersebut
sungguh aku melihat
gerakan yang sangat
erotis darinya, khususnya
dari kedua payudaranya
yang ikut bergoyang saat
tanganya kutarik… indah
sekali.
Tubuh Siska pun melemas
saat ia kutarik sekali lagi
dan kini tubuhnya tepat
berada di depanku,
wajahku tepat berada di
tengah-tengah
payudaranya yang
montok menantang
dengan kedua tanganku
berada di kedua
pantatnya… uuh, posisi
yang sungguh menantang
sekali buatku. Dengan
lembut kukecup kedua
payudaranya dan kucium
juga perutnya yang rata.
"Ehmm… Ardi… kamu
membuatku melayang…
aku sayang kamu, Ar…"
rintih Siska.
"Ehm… sepertinya kamu
memang harus mandi,
Sis…" kataku.
"Emang kenapa? Kok gak
dilanjutin… apa aku
kurang sexy?" tanya
Siska sambil
menggoyang-goyangkan
tubuhnya sehingga kedua
payudaranya yang bulat
besar bergerak-gerak
dengan indahnya.
"Kamu sexy sekali, Sis…
tapi…" kataku.
"Tapi kenapa? Masih ada
waktu kok, suamiku pasti
masih teler!" jawab Siska
sambil terus bergoyang,
kali ini gerakannya
seperti seorang striptes
menari-nari di
hadapanku.
"Bukan itu maksudku…
tapi karena tubuhmu
sudah bau sekali… bau
peju!! Hehehe… sana gih
mandi," jawabku sambil
kuputar tubuhnya dan
kupukul dengan lembut
pantatnya yang semok.
"Huh… dasar nakal
kamu, Ar… awas ya,
nggak aku kasih lagi
loh…" jawab Siska sambil
merengut dan berjalan
berlenggak-lenggok
menuju kamar mandi.
Uh, sungguh sexy nih
perempuan, batinku.
"Bener nih aku nggak
dikasih lagi?" tanyaku
sambil berjalan
mengambil camcorderku
dan membawanya ke
kamar mandi untuk
mengambil gambar Siska
yang akan mandi.
"Aah, Ardi… malu ah…
sana pergi!" kata Siska
sembari berusaha
menutup pintu kamar
mandi setelah sadar aku
mengambil gambarnya
saat sedang mandi.
"Ngapain mesti malu,
kan seluruh tubuhmu
sudah aku lihat? Aku
hanya ingin
mengabadikan saat-saat
kita bersama, aku takut
berpisah denganmu,
Sis…" kataku.
"Kok kamu ngomong
seperti itu, Ar? Aku akan
selalu bersama kamu
koq…" jawab Siska
sembari mendekat
kepadaku dengan tubuh
yang basah dan lalu
mencium bibirku lembut.
"Iya, aku percaya sama
kamu… tapi boleh kan
aku mengambil
gambarmu sekarang?
Habisnya kamu seperti
bidadari dari kayangan
lagi mandi, sayang kan
kalau tidak diabadikan?
Hehe…" rayuku.
"Ok deh, kalau itu
maumu… ambil yang
bagus ya…" jawab Siska.
"Oke… tapi kamu juga
harus bergaya yang sexy
donk. Tenang aja, pasti
ada bayarannya deh…"
jawabku.
"Hah, ada bayaranya?
Kamu jangan bercanda
ah, Ar… emang aku
perempuan apaan pake
dibayar segala?!" jawab
Siska sambil merengut.
Uh, wajahnya tambah
menggemaskan sekali
saat dia marah.
"Bukan itu maksudku…
pokoknya kamu akan
suka deh… udah, kamu
sekarang mandi yang
bersih, bersihin tuh peju
di vaginamu… hehe."
jawabku sambil terus
kuarahkan camcorderku
ke tubuhnya yang
telanjang.
"Ini kan gara-gara peju
kamu, Ar… dasar!"
Akupun terus mengambil
gambarnya sampai…
"Ar, ayo sini mandi sama-
sama… sudah, taruh sana
camcordernya!" ajak
Siska.
"Oke deh," jawabku lalu
kutaruh camcorderku di
tempat yang tepat agar
tetap dapat mengambil
gambar, lalu akupun
menyusul Siska mandi.
Setelah di dalam segera
kupeluk dia dan kamipun
saling menggosokkan
tubuh kami dengan
sabun dan saling
membilas. Setelah bersih,
Siska berjongkok di
depan kontolku dan
memeganginya, lalu
pelan tapi pasti kontolku
pun masuk ke dalam
mulutnya dan dengan
lembut kontolku dihisap
dan dijilat mulai ujung
kepalanya sampai
dengan buah pelirnya,
semuanya habis disapu
oleh lidah Siska.
"Ohh, Sis… kamu makin
pintar aja… kamu bikin
enak kontolku… emang
nggak takut disodok ya
sama pentunganku ini?
Aahh…" rintihku
keenakan sambil kubelai-
belai rambutnya yang
basah, sementara
tanganku yang lainnya
mengelus-elus
punggungnya.
"Iya donk… ehm abisnya
kontol kamu lebih enak
dari es krim sih… gede
banget lagi… siapa yang
takut?! Eehhhmm… cup…
cupp… sllruup!" jawab
Siska sambil terus
mengemut kepala
kontolku. Setelah sekian
lama, dia pun meminta
kontolku agar
dimasukkan ke dalam
liang vaginanya.
"Ar, masukin ya… aku
dah nggak kuat nih…
please, entotin aku!"
pinta Siska seperti
merengek.
"Nggak ah, nggak mau…
entar malam aja. Aku
takut suamimu dah
bangun, lebih baik kita
cepat-cepat, kamu harus
kembali secepatnya."
jawabku.
"Yah, nanggung donk…
please, Ar, entotin aku
sekali lagi… please,
perkosa aku!" rengek
Siska.
Tapi rengekannya tetap
tidak kugubris. Aku
langsung keluar dari
kamar mandi
meninggalkannya dan
segera mengeringkan
tubuhku dengan handuk.
Tak lama Siska pun
keluar dan kuberikan
handukku kepadanya.
Selama menggunakan
pakaian, kami tak
banyak bicara,
sepertinya Siska agak
kecewa dengan
keputusanku. Pikirku
biar saja, aku ingin
memberi kejutan
untuknya.
"Ar, aku pulang ya…"
kata Siska, dia sudah rapi
kembali.
"Oke, baik-baik ya… aku
sayang kamu, Sis…"
jawabku.
"Huh… kamu nggak
sayang sama aku!"
balasnya lalu mencubitku
dengan gemas dan
langsung bergegas
menuju ke arah pintu
dan pulang.
Dalam hati aku tertawa
geli melihat tingkah pola
Siska yang sedang
menahan bara nafsu
birahi dalam dirinya,
sabar ya…
Setelah kurang lebih dua
menit, akupun bergegas
keluar sambil membawa
camcorderku dan menuju
ke arah pintu rumahnya.
Kuketuk pintu rumahnya.
Tak lama muncul wajah
dari balik tirai. Lewat
mimiknya aku
memastikan Siska
bertanya ada apa, lalu
kujawab dengan isyarat
untuk membuka pintu.
Tak lama pintupun
terbuka dan kulihat Siska
hanya menggunakan
handuk pendek yang
hanya bisa menutupi
payudara dan lubang
vaginanya.
"Ada apa, Ar?" tanya
Siska heran.
"Aku masih ada perlu
sama kamu… suamimu
masih tidur?" tanyaku.
"Perlu apa? Dia masih
tidur, sepertinya dia
teler berat, abisnya tadi
malam aku kasih obat
tidur cukup banyak
dalam minumannya. Ada
apa sih?" jawab Siska
penasaran.
"Nggak, aku cuma mau
nepati janjiku…" kataku
sambil kutuntun Siska
menuju ke kamarnya
dimana suaminya sedang
tergeletak tidur pulas
sekali.
"Janji apaan sih, Ar?"
tanya Siska bingung.
"Kan aku janji mau bayar
kamu waktu jadi model
di kamar mandi… nah, ini
bayarannya!" balasku
lalu segera kutarik
handuk kecil itu dari
tubuhnya sehingga dia
kembali telanjang bulat
dihadapanku, juga
dihadapan suaminya
yang tengah tertidur.
Lalu kutaruh
camcorderku di tempat
yang tepat untuk
merekam.
"Aiih… kamu nakal
banget sih, Ar… jadi itu
maksud kamu, kenapa
nggak bilang aja dari
tadi?" balas Siska manja.
"Surprise donk…
hehehe." balasku lalu
dengan cepat kubuka
seluruh bajuku dan
kamipun sama-sama
telanjang.
Segera kurebahkan
tubuh Siska di samping
Anton, kami pun
berciuman dan
berpelukan dengan
ganasnya di samping
tubuh Anton. Setelah
berciuman, perlahan
kuturunkan ciumanku ke
lehernya, terus turun
menuju payudaranya.
Cukup lama kuhisap
kedua payudaranya dan
Siskapun mendesah, ia
merintih dengan cukup
keras tanpa takut
suaminya mendengar,
gairahnya menggelegak
keluar seakan tak
terbendung.
Pelan dan pasti ciumanku
turun menuju perut dan
terus menuju ke
vaginanya. Dengan
lembut kucium kedua
pahanya dan Siskapun
menggeliat-geliat seperti
ular, menikmati setiap
ciumanku. Aku terdiam
sejenak memperhatikan
vagina Siska yang
sekarang tepat berada di
hadapanku. Siska
bereaksi dengan
berusaha menutup
vaginanya dengan
telapak tangan dan
menjepitkan kakinya.
"Ah, Ardi, jangan… kotor
tau… geli ah… sudah
masukin aja kontolmu,
please…" rintihnya.
Tapi gerakannya dapat
kutahan sehingga
vaginanya tetap terbuka
di hadapanku. Bau vagina
yang sangat khas segera
tercium di hidungku,
begitu menggodaku.
"Kan tadi udah mandi…
tenang aja, Sis… kamu
pasti suka." jawabku.
"Nggak mau ah… jijik,
Ar…" balas Siska.
"Ah, aku nggak jijik
kok… kamu aja nggak
jijik sama kontolku…
sekarang kamu merem
aja, nikmati aja ya…
siap-siap…" balasku lalu
segera kucium bibir
vaginanya dan terus
merambat dengan
dengan membukanya
lebar-lebar. Kulihat
klitorisnya sudah
membesar, yang dengan
lembut segera kujilat.
Siska yang baru pertama
kali merasakan hal
tersebut pada vaginanya
nampak seperti orang
bingung, dia mendesah
tidak karuan menahan
sensasi geli bercampur
nikmat yang menyerang
lubang vaginanya. "Ahh…
uhh… uhh… Ar, aah…
geli… uuh… aduh, kamu
apain memekku, Ar?
Enak tau…" rintihnya.
"Bener kan enak?!"
jawabku sambil
kuteruskan jilatan
lembutku pada bibir
vaginanya.
"Ahh… uuh… Ar, kamu
apain aku? Aaa… hhh…
terus, Ar… enak!" rintih
Siska.
"Aku apain kamu? Coba
kamu tanya Anton saja,
lagi diapain kamu sama
aku… ayo tanya!"
ledekku.
"Aaah… mas Anton, aku
diapain sama Ardi, Mas?
Uuh… uuh… aah.." rintih
Siska.
"Kamu tuh aku jilatin,
Sis… bilang sana sama
suamimu!" lanjutku.
"Aah… mas Anton,
memekku dijilati sama
Ardi, Mas… uuh… enak
banget, Mas… mas Anton
kok nggak pernah jilatin
memekku sih? Aah…
hhh… uuh… Ardi pinter
banget jilatinnya, Mas…
ssh…" rintih Siska
keenakan.
Aku terus menyerang
liang senggamanya itu,
sambil tak lupa
menyerang tonjolan buah
dadanya dengan
meremas-remasnya
lembut, hingga
akhirnya…
"Aaah… Ar, aku nggak
kuat… aku mau keluar…
sssh… uuh… aku keluar,
Ar…" teriak Siska sambil
tubuhnya menekuk dan
meregang karena
orgasme.
"Nggak apa-apa, Sis…
keluarin aja… enak
kan?" kataku sambil
meneruskan jilatan.
"Sssh… enak banget,
Ar… kamu pinter… ahh…
ahh… ahh…" jawab Siska
disela-sela deru
napasnya. Iapun
tergeletak lemas setelah
menyemburkan cairan
cintanya.
Aku membiarkan Siska
istirahat sejenak; aku
berbaring di samping
kanannya, sedangkan
tubuh suaminya ada di
sebelah kirinya. Setelah
Siska bisa menguasai diri,
diapun bangkit untuk
duduk. Lalu tanpa
diminta, dia langsung
mengemut kontolku
dengan penuh nafsu,
seakan ingin membalas
perlakuanku padanya
barusan. Kubiarkan dia
memainkan kontolku
sambil pelan kuraba-raba
payudara dan seluruh
tubuhnya untuk
membangkitkan kembali
gairahnya.
Setelah cukup lama dia
bermain-main dengan
kontolku, segera
kuminta dia untuk
menungging dengan
kepala menghadap ke
arah suaminya dan
dengan mantap
kuarahkan kontolku ke
lubang vaginanya dan
kutancapkan sedalam-
dalamnya. Siskapun
menjerit saat kontol
besarku masuk dan
dengan tekanan yang
cukup cepat dan keras
menerobos lubang
nikmatnya.
"Aaahh… Ar, pelan-
pelan, Ar… sshh… aah….
kamu apain aku, Ar?
Sssh…" jeritnya.
"Ngapain kamu? Ahh…
katanya kamu minta aku
entoti… hugh… hugh…
katanya kamu minta aku
perkosa… sekarang aku
perkosa kamu, Sis!"
balasku sambil kupacu
kontolku dengan
kecepatan tinggi dan
kutekan sedalam-
dalamnya hingga terasa
mentok di rahimnya.
"Aah… sshh… iya, Ar
ohh… please entoti
aku… perkosa aku, Ar…"
Siska lalu menoleh
kepada suaminya dan
berkata, "Mas anton,
aku dientoti Ardi nih,
sssh… aku diperkosa
sama dia, Mas… sshh…
aku suka, Mas!" jeritnya.
Terus saja kupacu
tubuhku seperti sedang
menunggang kuda
pacuan sehingga tubuh
Siska yang montok
menempel rata pada
ranjang, hanya pantat
bulatnya saja yang
begitu indah menungging
menikmati terjangan
torpedoku.
Tak lama Siskapun
menjerit menjemput
orgasmenya, "Aaah… Ar,
aku keluar… sssh…
terus, Ar, entotin aku!"
teriaknya.
Sekitar semenit
kemudian kuterjang
Siska dengan posisi
tersebut sebelum
kucabut batang kontolku
dan kuangkat tubuhnya
yang lemas.
Kutempatkan Siska di
atas tubuhku, sementara
aku duduk di tepian
ranjang. Tubuh Siska
kupangku, kontolku
kembali kumasukkan ke
dalam liang vaginanya.
Dengan posisi tersebut,
sambil menggoyang, aku
dapat memainkan kedua
payudaranya dan
menghisap putingnya
sesuka hati.
Siska seperti sedang
mengendarai kuda,
tubuhnya turun naik dan
napasnya begitu berat.
Kami pun terus berpacu
hingga akupun tak dapat
menahan orgasmeku.
"Aah… terus, Sis… uuh…
mas Anton, istrimu pintar
sekali sih… uuh… udah
cantik, sexy, montok,
pinter nyepong, enak
banget lagi ngentotnya…
uuh… aku mau keluar,
Sis!" rintihku.
"Ssh… ahh… aku juga
mau keluar, Ar… tunggu
aku… ahh!" teriak Siska.
Goyangannya menjadi
semakin cepat dan kuat,
membuat kontolku jadi
terasa dijepit-jepit oleh
lorong vaginanya.
Nikmatnya sungguh tak
terlukiskan…
Tak lama kami pun
menggapai puncak
kenikmatan secara
bersama-sama. "Ahh
Sis… aku keluar… terus
goyang, Sis…" jeritku
sambil kupeluk tubuh
sintalnya dengan erat
dan kubenamkan dalam-
dalam kontolku ke liang
vaginanya.
"Aahh… aku juga, Ar…
enak banget… shh…"
balas Siska.
Kamipun tergeletak
lemas di ranjang dengan
tubuh yang masih
berpelukan, sementara
kedua alat kelamin kami
masih bersatu seakan
tak ingin berpisah. Kami
berciuman sangat lama
dan mesra sekali. Setelah
itu kami tertidur cukup
lama, mungkin sekitar 20
menit dengan posisi Siska
berada di atas tubuhku
dan kelamin yang masih
menyatu.
Saat tersadar, kami pun
kembali berciuman dan
sungguh beruntung
Anton ternyata masih
tertidur. Akupun segera
beres-beres untuk
pulang, meninggalkan
Siska yang melanjutkan
tidur di samping
suaminya.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.