Jumat, 06 Maret 2015

Holiday's Challenge 2: Intan si Gadis Nelayan

Intan, si penggagas ide untuk mendapatkan liburan yang berbeda
dibandingkan liburan-liburan sebelumnya masih kebingungan untuk
memilih pekerjaan yang cocok. Setelah berpikir cukup lama, Intan
mengamati lauk yang sedang dimakannya. Ikan, pekerjaan kasar yang
dipilihnya harus berhubungan dengan lauk yang paling ia sukai itu,
pikir Intan.
Jika berpikir tentang ikan, pastilah langsung kepikiran nelayan. Intan
pun sudah memutuskan. Intan mengepak beberapa helai pakaiannya
dan yang paling penting adalah uang dan kartu atm. Intan pergi ke
daerah pantai yang pernah ia datangi. Waktu itu ia melihat beberapa
nelayan di pantai tersebut. Tapi, Intan harus mencari nelayan dulu
yang mau menerimanya untuk tinggal bersama. Intan pergi ke daerah
tersebut. Tak lama kemudian, Intan telah sampai.
"permisi, Pak..".
"iya, neng ?".
"rumah Pak RT di mana yaa ?".
"oh di sana, neng...neng lurus aja..abis itu belok kanan..".
"oh..makasih yaa, Pak..".
"iya, neng..". Intan turun dari mobilnya saat sudah sampai di depan
rumah yang di tunjukkan bapak tadi.
"tok tok !!".
"permisi !!". Pintu pun terbuka, seorang ibu-ibu yang membukanya.
"permisi, Bu..saya mau ketemu Pak RT..".
"adek ini siapa ya ?".
"nama saya Intan, Bu..".
"saya Endang, istrinya Solihin, Pak RT di sini, dek Intan ada keperluan
apa ya ?". Keduanya pun bersalaman.
"begini, Bu...saya lagi neliti kehidupan nelayan buat jadi bahan skripsi
saya...saya mau minta izin ke Pak RT..".
"oh begitu, dek Intan udah ada tempat nginap di rumah warga di
sekitar sini ?".
"itu dia, Bu..saya belum ada..makanya saya mau izin ke Pak RT
sekalian minta tolong di cariin warga di sekitar sini..boleh, Bu ?".
"oh boleh boleh, dek..ayo dek Intan masuk dulu..langsung ngomong
sama bapak..".
"iya, Bu..terima kasih..".
"ayo dek, silakan duduk dulu..Ibu panggil Bapak dulu..".
"iya, Bu..". Tak lama kemudian, Endang keluar dengan seorang bapak-
bapak.
"ini dek Intan ya ?".
"iya, Pak..saya Intan..".
"ada perlu apa ke sini ?". Intan pun menjelaskan seperti apa yang
dijelaskan ke Endang.
Meskipun Intan berbohong, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya
mengalir dengan lancar.
"hmm...begitu ya, Dek..adek tunggu di sini sebentar..saya mau tanya
warga yang mau dulu..".
"maaf, Pak...saya jadi gak enak ngerepotin...".
"gak apa-apa, Dek Intan...kalo gitu, saya pergi dulu yaa..". Sambil
menunggu, Intan mengobrol dengan Endang di ruang tamu rumah
Endang. Tak lama kemudian, Solihin sudah kembali.
"Dek Intan, ayo ikut Bapak..".
"iya, Pak..Bu Endang, saya pergi dulu..". Intan mengikuti Solihin yang
berjalan melewati rumah-rumah warga yang sederhana. Hampir semua
warganya berprofesi sebagai nelayan sehingga rumah-rumah yang ada
hampir sama.
"nah, Dek Intan..ini namanya bapak Supri..".
"Intan..", ujar Intan sambil menyalami Supri dan tersenyum.
"Supri.."
"nah ini istrinya Pak Supri..namanya Ibu Juju..".
"Intan..".
"Aminah..".
"nah, Pak Supri..ini Intan yang tadi saya bicarakan..gimana ? boleh
Dek Intan tinggal disini, Pak ?".
"boleh..".
"kalau ibu Juju?".
"berapa lama Nak Intan mau tinggal?".
"hmm..mungkin sekitar 1 minggu..paling lama mungkin 2
minggu..boleh ya, Bu, Pak ? saya janji deh bakal bantu-bantu n' gak
nyusahin..", rayu Intan.
"iya, boleh, Nak Intan..".
"makasih banget Bu Juju..", ujar Intan, memeluk Juju.
"kalo Bapak ?".
"iyaa, boleh, neng..".
"makasih, Pak Supri..". Intan hanya menyalami Supri.
"kalo begitu..besok saya mulai tinggal di sini..makasih ya Pak Solihin
udah bantu saya..".
"iya, Dek Intan...saya seneng bisa bantu...".
Intan pun mengobrol dengan Solihin, Juju, dan Supri. Layaknya orang
yang benar-benar sedang meneliti, Intan kadang melayangkan
pertanyaan ke Juju dan Supri. Setelah rasanya cukup mengakrabkan
diri kepada keluarga nelayan itu, Intan pun pamit untuk pulang karena
baru besok dia akan pindah. Rumah Supri benar-benar sederhana
layaknya rumah-rumah nelayan seperti umumnya, namun bukan Intan
namanya jika hanya gara-gara itu dia jadi mengurungkan niatnya.
Gadis manis itu malah bersemangat dan jadi tak sabar, ingin tinggal
bersama keluarga yang sederhana. Keesokan harinya pun, Intan
kembali dengan sudah membawa kopernya.
"tok tok".
"eh Nak Intan..ayo masuk..", suruh Juju.
"Pak Supri kemana, Bu ?".
"lagi jemput Didit sama Indah di sekolah..".
"oh, anak-anak Ibu biasa pulang jam segini ya ?".
"iya, nak...ayo, Nak diminum dulu..".
"aduh si Ibu..pake repot-repot..makasih ya, Bu..".
"Nak Intan..sini ikut Ibu..".
"iya, Bu..". Intan mengikuti Juju masuk ke kamar yang hanya tertutup
dengan kain saja, tak ada pintu.
"nah, Nak Intan nanti tidur di sini bareng Ibu sama Indah..".
"lho ? Bapak Supri nanti tidur dimana ?".
"nanti biar Bapak tidur sama Didit..".
"tapi Bapak gak apa-apa, Bu ?".
"gak apa-apa...Ibu udah ngomong sama Bapak..".
"oh..makasih yaa, Bu..".
"baju-bajunya Nak Intan taruh di lemari ini aja..".
"iyaa, Bu..".
Intan memasukkan baju-bajunya yang ada di koper ke dalam lemari.
Juju mengajak Intan keliling rumah, menunjukkan dimana dapur dan
kamar mandinya. Intan benar-benar prihatin, lantai dapurnya dari pasir.
Kamar mandinya juga memprihatinkan, hanya seperti sebuah bilik. Tak
lama kemudian, Supri, Indah, dan Didit pulang dari sekolah.
"kakak ini siapa, Bu ?", tanya Indah.
"mm..ini..", Juju kebingungan bagaimana menjelaskan ke anaknya
yang masih kecil itu.
"kakak ini temen adiknya Ibu..".
"terus kakak di sini mau apa ?".
"ya kakak bantu-bantu aja di sini...".
"oh...".
"udah sana..ganti seragamnya...ayo kamu juga, Dit..".
"iyaa, Bu..". Indah dan Didit pun masuk ke dalam kamar dan langsung
keluar lagi dengan pakaian yang agak lusuh. Didit pun langsung keluar
untuk bermain. Sementara Indah penasaran dengan orang asing yang
ada di rumahnya.
"kakak, kakak..".
"iyaa ?".
"nama kakak siapa ?".
"nama kakak, Intan...nama kamu Indah kan ?".
"iya, kak...kakak tinggal di mana ?".
"di daerah Jakarta...".
"oh...terus kakak kelas berapa ?".
"kakak udah gak sekolah, sayang...kakak kuliah..".
"apa, kak ? kul..kuliah yaa, kak ? kuliah itu apa, kak ?".
"iyaa..kuliah itu...hmm..kamu sekarang kelas berapa ?".
"kelas 5 sd, kak..".
"nah kamu tau kan ada SMP abis itu SMA ?".
"iyaa..".
"nah kuliah itu habis SMA..".
"oooh...wah berarti kakak pinter banget dong ? ajarin Indah ngerjain pr
dong ?".
"ayoo..mana sini prnya..tapi Indah yang ngerjain yaa..kakak cuma
ngajarin doank lho..".
"iyaa dong, kak..".
Supri dan Juju tersenyum, belum ada sehari tapi Intan sudah
membantu anak mereka mengerjakan pr. Intan kagum dengan Indah,
cuma sekali di ajari, dia langsung bisa. Pasti gedenya pinter nih anak,
pikir Intan. Secara diam-diam, Supri memperhatikan Intan. Sebagai
lelaki normal, Supri tertarik dengan Intan. Dibandingkan istrinya, Intan
jauh lebih cantik dan manis dan tentu tubuh Intan lebih menggiurkan
daripada Juju. Tubuh gadis muda itu terlihat begitu padat dan montok,
pantatnya sekal, dan kedua kemasan susunya juga sangat
menggiurkan, tak heran kalau Supri sering salah tingkah jika
berhadap-hadapan dengan Intan sebab pikiran-pikiran jorok tentang
Intan selalu mampir ke otak Supri. Tapi, Supri tidak tahu sifat asli
Intan, si gadis manis yang terlihat kalem itu. Dalam waktu sehari saja,
Intan bisa mengakrabkan diri dengan keluarga barunya. Didit juga
sudah lumayan akrab dengan Intan. Di antara 3 temannya yang lain,
memang Intan yang paling jago bersosialisasi dengan orang lain. Bisa
dibilang, Intan adalah cewek yang easy going dan asik.
"Pak Supri..".
"iya, neng ?".
"Pak Supri kalau pergi ke laut, jam berapa berangkatnya, Pak ?".
"ngelaut ? jam 5 pagi, neng...kenapa, neng ?".
"saya mau ikut dong, Pak ?".
"ikut ? kok neng mau ikut ? buat apa, neng ?".
"ya buat jadi bahan skripsi saya, Pak...saya mau tahu caranya nelayan
pas lagi nangkep ikan, Pak...".
"oh begitu..tapi neng Intan bisa gak bangun pagi ?".
"bisa, Pak..tenang aja..boleh ya, Pak ?".
"iyaa boleh, neng...".
Bagaimana Supri bisa menolak, pergi ke laut untuk menangkap ikan
ditemani gadis manis, tentu tidak akan bosan. Intan terbangun karena
ingin buang air kecil. Kebiasaan buruknya sejak kecil memang belum
bisa hilang. Dengan sangat hati-hati, Intan turun dari tempat tidur
agar tidak membangunkan Juju dan Indah yang tidur di sampingnya.
Intan berjalan ke kamar mandi dengan menyalakan fitur senter di hpnya
untuk menerangi jalannya karena lampu petromax yang menyala tidak
terlalu terang. Supri keluar dari kamar Didit karena sudah jam 4.30
pagi. Supri menyiapkan jalanya, melipatnya dengan rapi agar tidak
kusut nanti saat dilempar. Dia dengar ada suara dari arah kamar
mandi. Dia pun berjalan ke arah kamar mandi untuk mencari tahu ada
apa. Dia tahu ada orang di dalam kamar mandi, Supri sengaja tak
bersuara karena siapa tahu yang sedang di kamar mandi adalah Intan.
Supri mengintip dari celah-celah bilik kamar mandi yang terbuat dari
bambu itu. Supri sumringah, dewi fortuna sedang berpihak padanya.
Orang yang ada di dalam kamar mandi memang benar Intan yang
sedang jongkok.
"ccrrr...", bunyi air yang jatuh ke dalam wc. Mata Supri pun tak
berkedip, menikmati pemandangan yang ada di depan matanya.
"hhh !!", nafas Supri menjadi cepat ketika melihat Intan mengobel-
ngobel vaginanya sendiri.
"ah !! akhirnya lega juga..", ujar Intan setelah selesai mengeluarkan
sisa-sisa air seninya dari liang kewanitaannya. Pandangan Supri
tertuju ke daerah intim Intan yang terlihat jelas ketika Intan berdiri. Tak
ada rambut yang menutupi daerah segitiga Intan. Jelas sekali bagi
Supri untuk bisa melihat bentuk vagina Intan. Supri menelan ludahnya
sendiri, nafsu sekali melihat lembah kewanitaan milik Intan. Bibir
vagina Intan terlihat begitu rapat, pastilah sempit dan hangat di
dalamnya, begitu yang dipikirkan Supri. Supri langsung ngibrit begitu
Intan akan keluar kamar mandi.
"eh Pak Supri udah bangun ?".
"i..iya, neng..".
"udah biasa bangun jam segini ya, Pak ?".
"i iya, neng..".
"Bapak mau berangkat sekarang ?".
"i..iya, neng...".
"kalo gitu saya siap-siap bentar ya, Pak...". Intan mencuci mukanya
agar lebih segar dan merapikan rambutnya.
"ayo, Pak...". Intan dan Supri berjalan menuju pinggir laut. Supri masih
terbayang-bayang dengan selangkangan Intan tadi.
Ada sebuah perahu yang tidak bagus namun cukup besar. Ada 2 orang
pria yang berada di dekat pria itu.
"eh, Pri...siapa tuh cewek cakep ?".
"kenalin...ini namanya Intan, mahasiswi dari Jakarta..".
"Jaka..".
"Untung..".
"Intan..", balas si gadis manis sambil tersenyum dan bergantian
menyalami tangan kedua pria berkulit hitam itu.
"neng Intan ngapain ke sini ?".
"saya dapet tugas dari kampus disuruh cari tahu tentang kehidupan
nelayan..makanya saya ikut Pak Supri ke laut...".
"jadi neng Intan mau ngelaut bareng kita nih ?".
"iyaa, Pak Jaka, Pak Untung..boleh kan saya ikut ?".
"ya boleh dong, neng...", dua pria itu tersenyum. Jaka, Untung, dan
Supri menaruh jalanya di dalam perahu.
"ayo, neng Intan naik...".
"iya, Pak...". Belum terbiasa naik ke kapal yang sudah mengambang di
air, Intan pun limbung dan akan jatuh ke belakang. Dengan refleks
cepat, Supri langsung menahan tubuh Intan dengan menggunakan
tangan kanannya untuk menahan punggung Intan sementara tangan
kirinya menahan pantat Intan.
"ma..ma..af, neng...", ujar Supri langsung takut Intan marah karena
telah memegang pantatnya.
"gak apa-apa, Pak...tadi kan Bapak nolongin saya..", jawab Intan
ditambah dengan senyumannya yang manis. Supri jadi agak tenang.
"hati-hati neng, naiknya..".
Dengan berpegangan pada Supri, Intan bisa naik ke atas perahu
dengan mudah. Setelah itu, Supri, Jaka, dan Untung mendorong kapal
lebih ke laut sebelum naik ke atas kapal.
Mesin perahu pun dinyalakan. Jaka yang mengendalikan mesin
sementara Untung dan Supri menyiapkan jala. Jaka pun memandangi
lekuk-lekuk tubuh Intan dari belakang.
"ckck...", decak Jaka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Andai saja punya istri seperti ini, pasti malas untuk mencari ikan,
inginnya di ranjang terus, pikir Jaka. Perahu pun berhenti, Jaka,
Untung, dan Supri mengambil jala mereka masing-masing. Setelah di
urai agar tidak kusut. Jaka melemparkan jalanya ke bagian samping
kanan perahu sementara Untung ke bagian kiri dan Supri ke bagian
depan.
"oh iya, Pak...ini perahu punya siapa ?".
"oh ini perahu punya kita betiga, neng..".
"oh punya bertiga...patungan gitu ceritanya ?".
"iyalah, neng...kalo buat perahu sendirian mahal...".
"oh iyaa juga yaa...". Intan pun menyaksikan 3 nelayan itu melempar
jala, menariknya, dan menuang ikan ke dalam perahu lalu melempar
jalanya lagi. Intan pun merekam semua kegiatan 3 nelayan tersebut
dengan handycam mahalnya. Handycam yang tahan air. Selesai sudah
melaut hari itu, matahari sudah lumayan tinggi bersinar.
"wah ikannya banyak juga yaa, Pak...".
"segini malah sedikit, neng..biasanya lebih banyak...".
"oh..saya kira segini udah banyak..".
"belum, neng...kalo cuma segini..biasanya nanti siang ngelaut lagi..",
jelas Jaka.
"oh..nanti siang saya boleh ikut lagi kan, Pak ?".
"pasti boleh lah, neng...kan lumayan bisa nambah semangat..hehe..",
canda Untung mulai menggoda Intan.
"ah, Pak Untung bisaa aja niih...". Mereka pun kembali ke pinggir laut.
Supri beserta 2 kawannya melabuhkan perahu mereka.
"neng Intan pulang aja duluan...kita bertiga mau bawa ikan ke pasar
dulu..".
"oh ya dah, Pak...Pak Jaka, Pak Untung...Intan pulang duluan yaa..".
"oh iyaa neng...". Intan pun berjalan ke rumah Supri.
"dari laut yaa, Nak ?", tanya Juju yang melihat Intan berjalan.
"iyaa, Bu...rasanya capek juga yaa, Bu...padahal saya tadi gak ngapa-
ngapain...".
"yaa namanya juga Nak Intan belum biasa...".
"mungkin juga kali yaa, Bu...".
"yaudah, Nak Intan istirahat dulu abis itu Nak Intan mandi...".
"iyaa, Bu...". Setelah mandi dan berganti pakaian, Intan pun keluar dari
rumah.
"sini, Bu...saya bantuin jemur pakaiannya...".
"makasih, Nak...". Intan pun mengobrol dengan Juju sehabis menjemur,
tak lama kemudian Supri pulang. Pagi pun berganti menjadi siang hari
yang terik. Kedua anak Supri telah pulang dari sekolah dan telah
berganti pakaian.
"ayo semua, kita makan...".
"maaf nih, Nak Intan...hari ini cuma ada ikan asin, tumis kangkung
sama tempe goreng doang..".
"gak apa-apa, Bu...saya malah seneng banget...".
Intan pun membuktikan perkataannya. Dengan lahap, Intan memakan
nasi dengan lauk yang tersedia. Juju tersenyum senang, tak disangka
olehnya, mahasiswi kaya itu kelihatan lahap sekali makan hanya
dengan ikan asin dan tumis kangkung yang dibuatnya. Kirain semua
orang kaya sombong, gak mau makan beginian, pikir Juju. Setelah
makan, Intan membantu Juju membersihkan piring-piring. Sementara,
seperti biasa Didit pergi ke luar untuk bermain bersama teman-
temannya.
"Bapak...mau ke laut lagi kan ?".
"kayaknya gak jadi, neng..".
"lho ? kenapa, Pak ? bukannya tadi ikannya kurang banyak ?".
"tadi pas lagi di jalan ketemu orang dari restoran...beli semua ikan...
lebih mahal daripada di jual di pasar...".
"waah...beruntung dong, Pak hari ini...".
"iyaa, neng...".
"kalo gitu...gimana kalo saya ngajak Indah naik perahu Bapak...".
"iya boleh, tapi neng..".
"bahan bakarnya ? tenang aja, Pak...saya beliin deh...".
"iya, neng...". Intan memberi uang ke Supri yang langsung keluar
rumah.
"Indah, mau nggak jalan-jalan sama kakak naik perahunya Bapak ?".
"wah, mau ! mau ! mau, Kak...".
"yaudah..kamu siap-siap gih sana...".
"iya, Kak...".
Mereka berdua pun menuju ke perahu dimana Supri sudah selesai
mengisi bahan bakar perahunya. Mereka bertiga menikmati
pemandangan laut. Indah dan Intan begitu akrab bagai kakak-adik
malah seperti ibu-anak. Supri masih terngiang-ngiang dengan memori
tadi pagi. Andai aja neng Intan jadi bini gue, pikir Supri. Memang,
Intan tidak terlalu cantik seperti 3 temannya, tapi wajahnya lumayan
manis, tubuhnya pun cukup padat berisi, belum lagi Intan mempunyai
inner beauty karena keramah-tamahannya dan easy-going, enak diajak
ngobrol membuat daya tarik tersendiri bagi Intan. Puas menikmati
keindahan laut, mereka bertiga pulang ke rumah. Intan benar-benar
senang sekali, keinginannya terpenuhi, menikmati keindahan laut,
meskipun ada satu lagi keinginannya yang belum atau kemungkinan
besar tidak akan terpenuhi. Indah dan Intan sama-sama tidur setelah
sampai di rumah. Juju sedang keluar rumah sehingga tinggal Supri
yang sedang ngaso di depan rumah. Terngiang-ngiang akan
pemandangan selangkangan Intan, pikiran nakal singgah di otak Supri.
Supri mengintip ke kamar istrinya, Intan masih tidur pulas bersama
Indah. Supri berjalan ke luar rumah menghampiri jemuran istrinya.
Supri mencari pakaian Intan yang ada di jemuran. Supri ingin mencari
celana dalam atau setidaknya bra yang digunakan Intan. Supri
keheranan dan kebingungan, dia tak menemukan cd ataupun bh Intan.
Yang ada cuma baju atau celana 3/4 milik Intan. Jika ada celana
dalam, paling itu punya Juju. Terbesit 2 jawaban di otak Supri. Intan
tidak ganti celana dalam atau bh selama 2 hari atau 2 hari ini Intan
tidak pernah memakai bh dan celana dalam. Membayangkan jawaban
kedua, timbul tonjolan di celana Supri. Supri membayangkan lebih
jauh, dirinya membayangkan Intan tak mengenakan apapun saat
melaut. Pastilah begitu indah melihat keseksian tubuh telanjang dari
gadis muda nan cantik seperti Intan di atas perahu.
"heh...Bapak ngapain ngeliatin jemuran ?", tanya Juju.
"nggak, Bu...Bapak ngecek udah kering apa belum ?".
"oh..neng Intan udah bangun, Pak ?".
"belum, masih tidur sama Indah...".
"oh..". Hari itu pun berlalu seperti biasa.
Keesokan paginya, seperti pagi kemarin, Intan dan Supri sudah siap
untuk melaut. Supri agak terkejut melihat Intan yang memakai kaos
putih. Kaos putih membuat payudara Intan lebih 'jelas'. Apalagi, Supri
melihat ada tonjolan kecil tepat di bagian dada Intan.
"kenapa, Pak ?".
"nggak, neng...", Supri langsung memalingkan wajahnya karena
tertangkap basah oleh Intan melirik ke bagian dadanya.
"ayo, Pak..kita berangkat yuk..".
"eh bapak-bapak...udah pada di sini yaa...", sapa Intan yang baru
datang bersama Supri. Mereka pun langsung melaut.
"Pak...saya mau nyoba dong...".
"neng bisa ?".
"saya mau nyoba aja, Pak..".
"yaudah..nih, neng..". Intan melempar jala, mendiamkannya.
"nah neng..sekarang tarik jalanya...".
"mmmpphh !!!", Intan menarik jala yang sekarang jadi berat.
"aduh beraat, Pak !!".
"sini, Bapak bantuin...". Untung meraih ke bawah untuk menggenggam
jala dan membantu Intan menarik jala.
"wah ikannya banyak, Pak...", ujar Intan kegirangan.
"iya neng..mentang-mentang cewek cakep yang ngelempar
jala..ikannya pada banyak yang masuk jala...".
"ah Pak Untung bisa aja...". Untung pun mengeluarkan ikan dari jala.
"lagi ah, Pak...". Intan melempar jala lagi. Kali ini, jalanya lebih berat
dari sebelumnya. Intan pun menarik dengan sekuat tenaga. Kaki Intan
mencari pijakan yang kuat, tapi salah menapak.
"byurr !!!". Intan pun tercebur ke dalam air. Dengan sigap, Supri
meloncat ke dalam air. Untung dan Jaka membantu Intan naik lagi ke
atas perahu.
"neng Intan gak apa-apa ?".
"nggak apa-apa, Pak..tadi cuma kepleset aja kok...".
"gleek...". Jaka dan Untung meneguk ludahnya sendiri. Kaos putih
polos yang dikenakan Intan kini menjadi transparan karena basah
terkena air sehingga terlihatlah daging kembar milik Intan oleh Jaka
dan Untung.
Bukannya tidak sadar, Intan justru sadar sekali Jaka dan Untung
sedang memandangi payudaranya, tapi Intan malah menengok ke
belakang dan menaruh tangannya di pantatnya sendiri.
"yah basah deh celana tinggal satu-satunya...". Karena Intan melihat
ke arah pantatnya, otomatis dadanya jadi semakin membusung ke
depan, tepat ke hadapan Jaka dan Untung.
"Pak Supri, sini saya bantu...". Intan merunduk, pantatnya mengarah ke
Jaka dan Untung. Benar dugaan Supri, Intan tak memakai bra. Supri
bisa melihat dengan jelas 'kemasan susu' Intan melalui lubang leher
kaosnya. Intan merasa begitu liar, begitu nakal. Kedua buah
payudaranya sedang diintip Supri dari depan sedangkan pantatnya
sedang diamati dengan seksama oleh Jaka dan Untung. Tiba-tiba dua
tangan menyelinap dari belakang Intan, menampung 2 daging empuk
Intan yang menggantung itu dan langsung meremasinya. Spontan,
Intan langsung berdiri tegak dan melihat ke belakang, ternyata Untung.
"Pak Untung ! STOP !!!", nada Intan kencang sambil berusaha keras
menjauhkan kedua tangan Untung dari payudaranya.
Tapi, tangan Untung tetap kokoh menggenggam dada Intan.
Meremasinya dengan sangat bertenaga sehingga Intan agak kesakitan.
Untung sengaja melakukan itu agar Intan tahu siapa yang berkuasa
dan menegaskan bahwa payudaranya sudah dikuasai. Tiba-tiba, Jaka
sudah berdiri di samping Intan. Tangannya langsung menangkup
daerah selangkangan Intan. Bergerak perlahan mengelus-elus vagina
Intan bagai mengelus kucing (pussy) untuk dimanja.
"tenang aja, neng Intan...kalo neng Intan pasrah..neng Intan juga
bakalan enak, kok..hehe". Sebenarnya, Intan hanya berakting saja.
Batinnya malah berteriak minta vaginanya disodok secepatnya. Inilah
fantasi liar Intan yang tak pernah terpenuhi. Berhubungan intim di atas
perahu adalah hal yang sangat liar bagi Intan yang ternyata memang
eksibisionis sejati. Kaos Intan yang basah bisa dirobek Untung dengan
mudahnya dan langsung kembali meremas-remas payudara Intan yang
empuk dan sesekali memilin, menarik, dan memencet-mencet kedua
puting Intan.
Melihat temannya yang sudah beraksi, Jaka tak mau kalah. Dibukanya
kancing dan resleting celana 3/4 yang dikenakan Intan lalu langsung
memelorotinya ke bawah. Supri dan Untung terkejut sama seperti Jaka
saat melihat vagina Intan. Ternyata, Intan juga tak memakai celana
dalam.
"wah neng Intan juga gak pake kancut...kayaknya neng Intan emang
udah tau bakal kita pake nih..gakgakgak !!!", ejek Jaka. Jaka pun
langsung meremas-remas lembah kewanitaan Intan dengan penuh
nafsu. Jari-jarinya menari di sekitar bibir vagina mahasiswi manis itu.
"jaangaannhh, Pakkhhh !!!", lirih Intan yang sudah tak kuasa
merasakan hawa nafsunya yang semakin terpancing karena tiga titik
vitalnya sedang dirangsang oleh 2 nelayan itu. Jaka pun jongkok di
depan Intan yang masih dipeluk dan diremasi payudaranya oleh
Untung dari belakang karena Jaka ingin sekali melihat vagina Intan
dengan jelas.
"ckck...", decak Jaka.
"memek cewek cakep emang beda...hehe...bikin ngiler..wehehehe !!",
pujian sekaligus ledekan keluar dari mulut Jaka yang sedang asik
mengusap-usap vagina Intan.
"aaahhhh....", lirih Intan, tubuhnya bergetar-getar saat Jaka mulai
memainkan klitorisnya sekaligus mengaduk-aduk liang vaginanya.
Jaka dan Untung semakin gemas dengan Intan sehingga aktivitas
mereka pun semakin menggila. Intan tak kuasa lagi, dia hanya bisa
mendesah dan melirih nikmat sambil menggeliat-geliat. Intan pasrah
kedua payudaranya diremasi Untung dengan nafsunya, dan vaginanya
habis dikobel-kobel oleh Jaka. Untung menjilati kuping kanan Intan
karena saking 'gemas'nya dengan tubuh montok Intan. Supri yang
berada di depan Intan hanya bisa terdiam melihat dua buah payudara
Intan berada di genggaman tangan Untung sedangkan vagina Intan tak
terlihat karena tertutup kepala Jaka yang sedang asik menjilati
kemaluan Intan.
"Paaakhh...Suuppriihhh...", lirih Intan sambil memandang ke Supri
dengan pandangan mata yang sayu dan ekspresi wajah yang terlihat
sedang di mabuk birahi. Burung Supri pun sebenarnya sudah ingin
keluar dari sarang, tapi Supri masih bingung harus berbuat apa.
Mendengar desahan Intan, Untung pun berkomentar.
"tuh Pri...udah dipanggil...". Tengah terjadi perang batin di dalam hati
Supri antar nafsu dan nurani. Tapi, panggilan Intan tadi memang bukan
panggilan minta tolong. Justru Intan ingin Supri agar ikut
menggerayangi tubuhnya. Intan sudah sangat bergairah, tak
menyangka fantasi liarnya sedang proses terwujud.
"terusss....ooohhhh...", desis Intan menekan kepala Jaka ke
selangkangannya. Lidah Jaka dengan lihainya menyapu setiap jengkal
dari daerah kewanitaan Intan dan melata-lata di dalam rongga
vaginanya. "aaaahh...aaahhh...AAAKKHHH !!!".
Mulut Jaka bagai vacuum cleaner yang menyedot habis cairan vagina
Intan. Dengan sapuan terakhir, lidah Jaka membelai dari bawah bibir
vagina Intan sampai ke klitorisnya.
"gimana, Jak rasa memek mahasiswi caem ?".
"uenak tenan, rek...gurih kayak santen...".
"kalo gitu..neng Intan, Pak Untung juga minta santennya yaa ?
hehehe".
Untung membalikkan Intan sehingga berhadap-hadapan dengannya.
"mmpphhhh....". Untung langsung menyambar bibir halus Intan tanpa
basa-basi. Dengan nafsunya, Untung memagut, mengemut bibir Intan
dan menjilati wajahnya sehingga sekarang yang tercium di hidung
Intan hanya bau jigong Untung saja. Lidah Untung pun mendesak
masuk ke dalam rongga mulut Intan yang terbuka karena Intan mencari
udara. Betapa kagetnya Untung saat merasakan perlawanan dalam
rongga mulut Intan. Rupanya Intan pun memainkan lidahnya. Untung
memandang wajah Intan, namun Intan memejamkan matanya, terlihat
begitu menikmati ciuman. Dalam hati, Untung merasa senang.
Rupanya, mahasiswi manis ini memang ingin diperkosa dan
disetubuhi. Bosan dengan bibir atas Intan, Untung langsung pindah ke
'bibir' Intan yang lainnya.
"nyymm...heemmhh...wuuueenaaakk !!!!", celoteh Untung menikmati
'rasa' dari celah sempit pada tengah-tengah selangkangan Intan.
"eeemmmhhh teerruusshh Paaakkhhh !!", ungkap Intan yang semakin
memajukan pinggulnya seolah ingin menyajikan vaginanya kepada
Untung.
Untung pun menarik pinggang Intan ke arahnya sehingga wajah
nelayan jelek itu semakin menempel dan semakin terbenam di
selangkangan mahasiswi manis itu. Orgasme didapatkan Intan lagi,
Untung pun sibuk menyeruput 'sari' vagina Intan yang sedari tadi
memang sudah ditunggu-tunggunya.
"rasanya gurih tenan !! hahaha !!!". Untung mencolek bibir bagian
dalam vagina Intan lalu memasukkan jarinya yang basah dengan cairan
vagina itu ke dalam mulut Intan.
"gimana, neng Intan ? enak kan rasa memeknya ? gehehe !!!".
Intan memang tak menjawab, tapi dia mengulum jari Untung.
"neng Intan..kenapa kemaren gak bilang sih kalo memeknya rasanya
enak banget. ya nggak, Tung ?", bisik Jaka dari belakang Intan.
"iye..bener tuh..wahahaha !!". Tangan Jaka beralih untuk 'mengusik'
selangkangan Intan.
"eh Supri...mao nyobain memek neng Intan juga kagak ?". Jaka
mengajak Intan berputar sehingga sekarang Supri bisa melihat tubuh
Intan lagi yang tadi tertutup badan Jaka.
"jangan malu-malu, Pri...kapan lagi lo bisa ngerasain memek kayak
gini ?", Jaka membuka dan melebarkan bibir vagina Intan. Intan benar-
benar merasa begitu bergairah melihat kedua mata Supri yang sangat
terfokus pada vaginanya. Intan memang suka sekali jika ada yang
memandangi tubuhnya, membuat Intan merasa seksi dan semakin
bersemangat memperlihatkan lekuk tubuhnya. Apalagi saat ini dia
telanjang bulat di depan 3 pria dengan tatapan mata yang sangat lapar.
Benar-benar begitu liar yang dirasakan Intan. Sejak dulu, Intan
memang suka sekali kalau ada yang memperhatikannya. Saat Intan
masih kelas 2 SMP, Intan pernah jatuh terjerembab ke belakang karena
terkena bola basket. Posisi Intan jatuh dengan kaki yang
mengangkang, roknya pun tersingkap ke atas. Alhasil, teman-
temannya yang sedang bermain basket melihat celana dalam Intan
dengan jelas. Intan langsung berdiri dan lari dengan wajah yang merah
karena sangat malu. Bagaimana tidak malu, mungkin ada sekitar 10
anak laki-laki yang melihat celana dalamnya. Tapi, kejadian itu adalah
awal mula munculnya sifat eksibisionis di dalam diri Intan. Semenjak
itu, Intan sangat menyukai rasa dag dig dug dan rasa malu yang
dirasakannya saat tahu kalau ada pria yang memandangi tubuhnya.
Dan pada kelas 3 SMP, Intan sudah mulai meninggalkan yang namanya
bra dan cd sampai sekarang. Intan hafal betul dengan jadwal mensnya
agar tahu kapan harus memakai celana dalam.
"neng Intan...boleh kan si Supri ngerasain memek neng juga ?".
"iyaa...", jawab Intan sambil mengangguk pelan.
"tuh, Pri...udah di ijinin...". Tak ragu-ragu lagi, Supri langsung jongkok
dan menyantap vagina Intan dengan rakus seperti orang kesetanan,
kerasukan setan nafsu.
"ooohhh oouuuhhh aaahhhh", desah Intan menggeliat-geliat hebat dan
menekan kepala Supri ke selangkangannya sendiri kuat-kuat.
Intan terengah-engah, tubuhnya bermandikan keringat, desahannya
menandakan kalau dia sedang larut dalam kenikmatan yang teramat
sangat. Sambil terus meresapi kenikmatan yang sedang dirasakannya,
Intan melihat ke bagian bawah tubuhnya yang disantap habis-habisan
oleh Supri. Intan tak menduga sama sekali, serangan lidah Supri akan
begitu dahsyat seolah-olah Supri sudah tahu bagian mana yang harus
disentuh, dijilat, dan disentil dengan lidahnya itu. Lidah Supri begitu
lincah membelai daerah kewanitaan Intan sehingga membuat
pemiliknya begitu keenakan sampai terengah-engah dan mengerang
lepas.
"Tung..bawa kite ke pulo yang waktu ntu...gak enak kalo ngentot di
kapal..", ujar Jaka kepada Untung sementara kedua tangannya tetap
saja asik meremasi kedua payudara Intan.
"seph daah..". Tak lama, perahu pun melabuh di pinggir pantai. Hanya
terlihat hutan dan pohon-pohon tinggi. Kedua kaki Intan terasa lemas,
tak dapat menopang tubuhnya sendiri karena Supri membuatnya
orgasme sebanyak 2x. Jaka turun dari perahu duluan, Supri
menggendong tubuh telanjang Intan dan memberikan Intan ke Jaka.
Jaka mendudukkan Intan di atas pasir dan berdiri di depannya, dan
melepas celana. Dengan kasarnya, Jaka membenamkan wajah Intan ke
selangkangannya yang bau apek itu.
"ayo neng Intan !! sepongin kontol gue !!!". Intan menggenggam penis
Jaka dan mendekatkan tongkat itu ke mulutnya. Lidah Intan menjulur
keluar untuk menyambut kepala penis Jaka.
"jilat neng kayak permen !". Lidah Intan pun menjalari sekujur batang
kejantanan Jaka yang membuat sang pemilik gemetar keenakan.
"ooohhh !!", Jaka merinding keenakan. Batang, pangkal batang, dan
buah pelirnya terkena sapuan lidah Intan berkali-kali. Pangkal paha
Jaka pun juga dijilati Intan. Selangkangan Jaka basah kuyup oleh air
liur Intan yang semakin asik mengulum batang Jaka. Intan mengulum,
menghisap, dan menyedot 'perkakas' Jaka bersama 'kantung'nya juga.
"neng Intan..masa si Jaka doank yang di sepong ? kita juga mau...
hehehe", ejek Untung sambil menuntun tangan kanan Intan ke penisnya
yang sudah 'bebas'.
Intan pun mulai menggerakkan tangan kanannya. Intan melirik ke arah
kiri dan melihat Supri juga sudah tak memakai celana. Tanpa perlu
dituntun, tangan kiri Intan langsung menggenggam penis Supri dan
mengocoknya. Intan bagai ikan yang sedang sibuk dengan 3 kail
pancing saja.
Di antara 3 batang yang ada, punya Supri yang paling lama dioral
Intan. Bahkan hanya batang Supri yang diciumi mesra oleh Intan
sebelum dikulum. Lama menunggu, Jaka dan Untung langsung
menjejalkan penisnya ke mulut Intan sehingga 3 'pentungan' itu saling
beradu dan berjejalan di depan mulut Intan. Intan menjulurkan lidahnya
keluar dan menggerakkan lidahnya untuk mengenai 3 ujung penis yang
tersodor di hadapannya.
"ayo, neng...sekarang tiduran...". Intan tidur terlentang dan menekuk
kedua kakinya dan melebarkan kakinya seolah sudah bersiap diri akan
'dipakai' oleh 3 nelayan itu. 3 pria itu pun memandangi vagina Intan
yang tertutup pasir karena selangkangan Intan basah oleh air liur
Supri, Jaka, Untung tadi sehingga pasir pun menempel. Untung dan
Jaka langsung berebutan dan saling dorong, dan Untung lah yang
keluar sebagai pemenang.
"neng...numpang nyelipin kontol donk..hehehe...". Ujung 'tombak'
Untung pun sudah bersentuhan dengan bibir vagina Intan.
"eemmmmm....", gumam Intan merasakan benda tumpul masuk ke
dalam rahimnya. Batang kejantanan Untung terus masuk dan masuk
membuat sela-sela bibir vagina Intan melebar untuk menyesuaikan
dengan diameternya. Pria tua dan gadis muda itu 'tersambung' oleh
alat kelamin mereka yang saling mengunci.
"sempit banget !! mantaabbhh !!!", teriak Untung merasakan betapa
sempit dan hangatnya liang kewanitaan Intan. Si pria tua itu begitu
keenakan, penisnya bagai dijepit kuat dan diurut-urut oleh dinding
vagina si gadis muda. Untung mulai menggenjot vagina Intan.
"uummhh...aahhh...oouuuhhh !!!", berbagai macam bunyi suara keluar
dari mulut Intan. Jaka mengangkang di perut Intan, meletakkan
penisnya di belahan payudara Intan. Jaka pun merapatkan kedua buah
payudara Intan untuk menjepit penisnya.
"enaak jugaa !!! angeetthh !!". Jaka mulai memompa payudara Intan.
Pucuk penis Jaka pun kadang menyentuh dagu Intan.
"oohhh oohhh mmmhhh yeeessshhh !!!! ooooohhhhh !!!!", erang Intan
tenggelam dengan kenikmatan. Untung terus menumbuk vagina Intan
dengan penuh nafsu, beda sekali dengan punya istrinya. Vagina Intan
terasa begitu sempit, hangat, dan peret, nikmat sekali rasanya.
"giilaa !! maanteebb !!!", teriak Untung lepas.
"eenngghhh hhemmhhh !!!". Intan mengejang, kedua kakinya melingkar
erat di pinggang Untung. Untung pun diam menikmati penisnya seperti
disiram air hangat, nyaman sekali rasanya.
"dikiid lagii !!". Gerakan Untung semakin cepat. Hujaman-hujaman
penisnya semakin cepat, semakin kuat, dan semakin bertenaga. Nafas 2
manusia itu saling memburu, desahan semakin lepas seperti pelari
yang sebentar lagi akan finish. Untung buru-buru mengeluarkan
batang kejantanannya itu dan mengarahkannya ke wajah Intan.
"OOOKKHHH !!!".
"crrrt crrtt !!". Semburan sperma menerpa wajah Intan beberapa kali.
Mata Intan refleks menutup ketika semprotan sperma akan mengenai
matanya lalu memukul-mukulkan penisnya ke wajah Intan.
"neng Intan tolong dibersihin dong...belepotan nih...". Tanpa ragu-ragu,
Intan memiringkan tubuhnya dan menggenggam penis Untung.
Dijilatinya batang kejantanan Untung dengan penuh seksama, sesekali
diurut dari pangkal hingga ke kepalanya untuk mengeluarkan tetes
terakhir dari sperma Untung yang mungkin masih tersisa di lubang
kencing milik Untung.
"makasih yaa, neng..hehe", Untung mengelus-elus kepala Intan. Begitu
puas rasanya melihat wajah gadis semanis Intan belepotan sperma,
dalam otak Untung.
"nah neng..sekarang gantian...wehehe...". Jaka sudah mengarahkan
'rudal'nya ke satu-satunya 'sasaran' yang ada, sasarannya tak lain dan
tak bukan adalah selangkangan Intan yang sudah terbuka begitu lebar
seolah sudah siap menerima 'pengunjung' berikutnya. Senti demi senti
penis Jaka menyeruak masuk ke dalam liang kewanitaan Intan. Sama
seperti Untung, Jaka juga keenakan merasakan penisnya seperti
'digigit' dengan kuat.
"ini baru memeek !!!", teriak Jaka.
"manteb kan memeknya neng Intan, Jak ?".
"mantaab, kontol gue kayak disedot masuk...OOOHH !!!".
Begitu Jaka mulai menggerakkan 'tongkat sodok'nya keluar masuk
rahim Intan, Intan langsung melingkarkan kedua kakinya di pinggang
Jaka seperti sebelumnya saat dia dipompa Untung. Sambil asik
menggenjot vagina Intan, Jaka pun meremas-remas payudara Intan.
Intan sempat menutup matanya untuk meresapi kenikmatan kelaminnya
yang sedang diaduk-aduk Jaka, tapi ketika Intan membuka matanya
lagi, pandangan matanya terhalang oleh kantung zakar dan batang
penis, dan juga bau apek tercium di hidung Intan.
"neng Intan...". Intan melihat ke atas, ternyata punya Supri. Tanpa
ragu-ragu, Intan langsung mengoral kelamin Supri.
"emmm...uummmm...", Intan terlihat begitu menikmati 'senapan' Supri.
Tak ubahnya bagai anak kecil yang sedang mengulum lolipop, Intan
asik sekali menjilati batang kejantanan Supri. Sodokan-sodokan Jaka
membuat Intan semakin menggila. Supri pun sampai merem melek
keenakan menerima sapuan lidah Intan. Sementara itu, Untung sudah
memakai celana kembali, tersenyum melihat 2 temannya menggarap
wanita cantik yang sudah disetubuhinya duluan. Jaka asik mengait
vagina Intan dengan penisnya sambil terus memainkan klitoris Intan.
"oopp ooppp neng...", Supri tak mau 'keluar' sekarang. Supri pun
menarik penisnya dari mulut Intan, tapi kesusahan karena mulut Intan
mengatup batangnya dengan rapat seperti penisnya tersangkut di
mulut Intan.
"aampuun neng...uu..udaah neng...", Supri sampai minta ampun karena
Intan terus 'mengerjai' penisnya. Intan membuka mulutnya dan Supri
langsung menarik tongkat pancingnya.
"neng Intan suka ama kontolnya Supri ya ? hahahaha !!", ledek Untung.
Mendengar ejekan Untung, Intan tak bereaksi apa-apa karena terlalu
terbuai dengan sentakan-sentakan penis Jaka yang menyundul-
nyundul pangkal rahimnya. Tubuh Intan semakin berpeluh keringat,
semakin banyak pasir yang menempel di sana-sini pada tubuh Intan.
"uuummmhhh !!! mmnnnhhh !!! ooohhh oohhh aaahh !!!!".
Desahan, rintihan, lirihan, dan erangan Intan semakin menjadi-jadi
ketika tusukan-tusukan Jaka semakin cepat dan bertenaga.
"UUUUNNGGHHH !!! NEENG INTAAANNN !!!!", erang Jaka buru-buru
mengeluarkan burungnya dan mengarahkannya ke payudara Intan. Tak
perlu waktu lama, gumpalan daging kembar milik Intan pun sudah
berhiaskan cairan berwarna putih yang kental dan lengket.
"neng...masih ada sisanya nih..hehehe...".
Intan pun dengan seksama 'membersihkan' penis Jaka lalu meratakan
sperma ke seluruh payudaranya, sama seperti sebelumnya, sperma
Untung sudah diratakan Intan ke seluruh pelosok wajahnya. Intan
masih mengangkang dengan lebar, vaginanya seperti meminta untuk
'diterjang' benda tumpul lagi. Intan merasa gairah dan hawa nafsu
terus mengalir di dalam darahnya. Bagi Intan yang memang seorang
eksibisionis sejati, berada di luar ruangan seperti pantai, hutan, dan
lainnya memang membangkitkan gairah apalagi saat ini dia telanjang
bulat dengan 3 lelaki yang menggilir vaginanya dengan semangat.
Supri sudah berada di depan selangkangan Intan yang terbuka lebar.
Supri menaruh kedua betis Intan di bahunya dan memulai proses
injeksi terhadap alat kelamin Intan.
"hhheemmhhh...". Dengan sigap, bibir kemaluan Intan melebar untuk
memberikan ruang bagi 'tongkat' Supri agar bisa masuk semakin
dalam. Vagina Intan terus melahap benda asing yang menginvasinya
senti demi senti sampai seluruhnya telah tertelan ke dalam ruang
hangat dan sempit yang ada di dalam vagina Intan. Sambil memandang
batang kejantanannya telah tertanam dengan sangat kokoh di dalam
rahim Intan, Supri mengusap-usap bibir bagian atas dari vagina Intan
dan sesekali memencet-mencet klitoris Intan. Supri menarik penisnya
dengan sangat perlahan sampai tinggal kepalanya saja yang masih ada
di dalam liang kewanitaan Intan. Tarikan perlahan memberikan sensasi
tersendiri. Supri mendorong penisnya masuk ke dalam lagi juga
dengan sangat perlahan.
"hhh uuummmhhh...", desahan lembut keluar dari mulut Intan dengan
suara yang lemah.
Gerakan penis Supri yang begitu lembut dan perlahan memberikan
sensasi tersendiri bagi Intan. Supri membungkuk sehingga kaki Intan
pun longsor ke bawah lagi dan langsung melingkar di pinggang Supri
untuk menjepitnya agar tidak kemana-mana.
"mmffhhh heemmm ccpphhh cccpphhh...". Keduanya bercumbu dengan
begitu dahsyat dan begitu bernafsu. Tak ada yang mau mengalah,
Intan dan Supri sama-sama saling pagut, saling lumat, saling hisap
bibir satu sama lain. Mereka berdua tak henti-hentinya saling
mengadu lidah. Keduanya begitu meresapi percumbuan yang sedang
terjadi, pelukan mereka juga semakin erat, tak ada yang mau
menyudahi ciuman mereka. Intan membuka matanya dan beradu
tatapan dengan Supri.
Tidak hanya tatapan nafsu yang terpancar dari sinar mata Supri, tapi
juga tatapan lembut dan kasih sayang yang ditangkap oleh mata Intan.
Andai aja udah kenal dari dulu, pasti gue udah jadiin bini, pikir Supri.
Pak Supri, I LOVE YOU, kata Intan dalam hati. Terjadi pertukaran
emosional antara dua insan itu. Pertukaran emosional yang biasanya
hanya terjadi antara 2 manusia yang saling mencintai, saling
menyayangi, dan saling mengasihi, kini sedang dialami Intan dan Supri
yang baru kenal. Jalinan emosional antara keduanya tercipta bukan
hanya dari tatapan mata keduanya, tapi juga dari ciuman panas
mereka yang begitu bergairah dan yang semakin memperkuat jalinan
itu adalah alat kelamin mereka berdua yang menyatu, penis Supri
mengait kencang rahim Intan sementara vagina Intan pun menggigit
erat penis Supri. Supri mengangkat tubuh Intan sehingga Intan seperti
sedang menduduki penis Supri.
"neng Intan...".
"Pak Supri...". Keduanya saling mendesahkan nama satu sama lain lalu
sama-sama tersenyum penuh arti. Intan mengalungkan kedua
tangannya ke leher Supri. Intan menutup mata dan memajukan bibirnya
seperti mengajak atau lebih tepatnya mengundang Supri untuk
mencumbunya lagi. Kesempatan itu tak disia-siakan Supri yang
langsung menyambar bibir Intan yang lembut. Supri asik sekali
menyantap bibir Intan seperti bibir istrinya sendiri.
"gile..si Supri jago banget..ampe neng Intan pasrah banget gitu..",
komentar Untung.
"iye..enak banget tuh si Supri...". Ada sedikit rasa iri dan cemburu
melihat Supri yang dilayani Intan dengan sepenuh hati. Keduanya
terlihat sangat mesra dan serasi. Intan melepas ciuman dan mulai
bergerak untuk mengocok batang Supri yang sedang mendiami liang
vaginanya. Nafas Intan semakin memburu, sesekali Intan diam agar
Supri bisa 'menyusu' kepadanya. Kedua tangan Supri menampung dan
meremas-remas bongkahan pantat Intan. Supri memperhatikan Intan
mulai kecape'an sehingga dia kembali menelentangkan Intan seperti
sebelumnya dan mulai mencekoki vagina Intan lagi.
"teruussshh Paakhh...ooohhhh...uuummmhhh...". Keduanya terbuai
dalam kenikmatan yang tak berujung seiring alat kelamin mereka yang
terus bertubrukkan. Supri mulai memacu dengan kecepatan maksimal,
nafasnya memburu bagai orang berlari.
"hhh...neenngghhh !!! ooohhhh uuuhhhh eeerrrnnhhh". Matahari
semakin meninggi, menyinari Supri dan Intan yang sudah 'panas' dari
tadi.
"cllkk cllkk cllkk cllkk", semakin cepat bunyi kecipak air.
"OOOGGGHHHH !!!!", erang Supri menyemburkan 'lahar'nya yang putih
dan panas itu ke perut Intan. Supri tidak memegang penisnya karena
Intan sendirilah yang memegangi penis Supri. Supri memandangi wajah
Intan yang kelihatan begitu kelelahan namun terpuaskan, Intan
menampakkan senyum di wajahnya. Supri merasa puas sekali karena
telah menuntaskan hajatnya dari kemarin, merasakan nikmatnya 'surga
kecil' milik Intan. Dengan bertumpu pada lutut, Supri mendekati wajah
Intan. Intan pun langsung menyambar penis Supri bagai ikan yang
menemukan kail favoritnya.
"nnmmm...mmm...". Intan begitu meresapi mengulum penis Supri.
Lidahnya menggelitiki lubang kencing Supri, mengais sisa-sisa sperma
yang ada di dalamnya. Intan mengemuti ujung 'tombak' Supri yang
berwarna merah muda itu terus menerus. Tubuh Supri gemetar, rasa
enak mulai berubah jadi rasa ngilu, tapi Supri enggan menghentikan
Intan yang kelihatan asik sekali. Intan pun menyadari kalau Supri
sudah merasa tidak nyaman. Intan pun menciumi batang Supri
beberapa kali dan melayangkan ciuman yang sangat mesra ke zakar
Supri seolah berterima kasih karena telah membantunya mencapai
puncak kenikmatan. Intan meratakan sperma yang ada di perutnya dan
meluruskan kedua kakinya setelah lama terbuka lebar dan menatap ke
langit, mengistirahatkan tubuh dan jiwanya sambil merasa begitu
bebas, tak ada beban.
"neng Intan ?".
"eh iya, Pak Jaka ?". Intan membuka matanya dan melihat Jaka,
Untung, dan Supri berdiri mengelilinginya. Intan pun duduk ditemani 3
pria itu.
"neng Intan gak marah kan tadi kita entotin ?".
"nggak apa-apa kok...", jawab Intan tersenyum. Intan jadi merasa aneh,
tadi 3 pria itu begitu kasar dan beringas memperkosanya, tapi
sekarang mereka jadi sopan. Jaka mengumpulkan sedikit kayu dan
membakarnya dengan korek api yang dibawa Untung. Supri mengambil
4 ikan. Mereka pun makan bersama-sama sambil mengobrol.
3 nelayan itu kembali melaut karena ikan yang ditangkap kurang
banyak sementara Intan tetap di pulau itu. Merasa bosan sendirian,
Intan pun memutuskan untuk melakukan kegiatan favoritnya yaitu
berenang tanpa busana. Intan memang suka berenang tanpa
mengenakan apa pun di kolam renang rumahnya, tapi tak pernah dia
berenang tanpa busana di laut lepas sehingga dia berenang dengan
semangat.
"berenang nih neng ?".
"iya nih...kok udah balik lagi, Pak ? gak ada ikan ?".
"ada..malah dapet lebih banyak nih neng...".
"wah..bagus donk...kalo gitu sekarang pulang kan ?".
"iyaa..ayo neng naek...". Dengan bantuan Supri, Intan pun naik ke atas
perahu. Spontan, 3 pria itu menelan ludah, tak ada yang mengedipkan
mata mendapat pemandangan yang begitu menakjubkan. Tubuh Intan
terlihat berkemilauan, bulir-bulir air yang membasahi tubuhnya dan
juga menuruni setiap lekuk tubuhnya ditambah sinar matahari
membuat keseksian tubuh Intan menjadi semakin erotis dan sensual.
"neng Intan..".
"iya, Pak ?", jawab Intan sambil membetulkan rambutnya yang basah.
"ngeliat neng basah-basahan..Bapak jadi pengen lagi..hehe..".
"iya, neng...sekali lagi sebelom pulang donk..hehe...".
"mm...". Intan mengangguk sambil tersenyum. Jaka, Untung, dan Supri
pun menggumuli Intan di pinggir pantai lagi, tapi kali ini mereka
bertiga 'menyerang' Intan sekaligus. Supri menumpahkan maninya ke
wajah Intan, sedangkan Jaka 'mentato' payudara kiri Intan dengan
spermanya, dan payudara kanan Intan dihias oleh Untung. Tanpa
mengelap sperma 3 orang itu, Intan pun naik perahu. Intan tetap
bertelanjang ria selama berlayar pulang sehingga tak heran payudara
dan pantatnya menjadi 'sasaran empuk' bagi tangan-tangan jail Supri,
Jaka, dan Untung. Vagina dan pantat Intan pun sesekali dikobel dan
dikorek oleh 3 nelayan itu. Perahu beberapa kali berhenti karena Jaka,
Untung, dan Supri ingin melepaskan dahaga akan rasa vagina Intan.
Intan pun dengan senang hati menyediakan vaginanya untuk
digerogoti 3 nelayan yang sudah tua dan jelek itu.
"celana saya mana, Pak ?", tanya Intan ketika sudah agak dekat
dengan pinggir pantai.
"ini neng...".
"baju saya robek ya, Pak ?".
"iya neng..mending neng pake baju Bapak dulu...", ujar Jaka melepas
bajunya.
"tapi ntar ketahuan ama istrinya Pak Supri...".
"ntar biar Bapak pulang duluan, ambil baju neng Intan...neng Intan
pake baju aja dulu sambil ntar nunggu di perahu..".
"oh iya yaa, yaudah, Pak Jaka...saya minjem bajunya yaa..".
"iya, neng..silahkan...". Perahu itu berlabuh di tepi pantai.
"Pak..ambilin bajunya yang warna putih juga...", pesan Intan.
"iya, neng...". Supri pun kembali dengan sehelai baju Intan.
"nih neng bajunya...".
"makasih, Pak...tolong ditutupin dong, Pak...".
"tenang neng...". Jaka dan Untung merapat untuk menutupi Intan yang
berganti pakaian.
"Pak Jaka..Pak Untung..saya pulang dulu yaa...".
"neng Intan besok ikut lagi kan ?".
"iyaa, Pak...".
"hehe...asiik..". Intan pun tersenyum.
"mari, Pak...". Intan dan Supri pun kembali ke rumah dan berhasil
mengelabui Juju, Indah, dan Didit dengan sikap biasa seperti tak
terjadi apa-apa.
Keesokan paginya, Intan agak terkejut saat keluar kamar mandi karena
Supri sudah menunggu di depan pintu wc.
"ayok neng Intan...".
"bentar ya, Pak...saya ambil handycam dulu...".
"ayu, Pak...", ajak Intan. Intan dan tiga nelayan itu pun kembali melaut.
Intan pun diam saja sambil tersenyum saat Jaka dan Untung bekerja
sama melucuti pakaiannya saat sudah agak menjauh dari pantai.
Dengan petunjuk Intan, Jaka bisa menggunakan handycam untuk
merekam Intan dan Untung. Latar belakang laut lepas dan dua karakter
yang begitu kontras dimana sang lelaki alias
Untung yang masih berpakaian lengkap memeluk Intan yang telanjang
bulat dari belakang membuat pemandangan yang direkam Jaka seperti
film erotis sensual. Bertambah erotis saat Intan memejamkan matanya
dan mendesah lembut, kelihatan begitu menikmati dan meresapi
sentuhan-sentuhan dan rangsangan-rangsangan dari Untung. Intan
dan Untung terlihat seperti sepasang suami istri yang baru menikah.
Intan kelihatan seperti istri yang sangat mencintai suaminya sampai
mau bugil di alam terbuka. Untung pun kelihatan seperti suami yang
sedang nafsu-nafsunya menikmati setiap jengkal dari tubuh istrinya.
Jaka, Untung, dan Supri pun bergantian menggerayangi tubuh Intan
dan bergantian merekam dengan handycam. Begitulah kegiatan Intan
setiap hari, menjadi putri duyung di atas perahu yang harus telanjang
bulat dan menjadi 'sasaran' 3 nelayan itu. Tapi, Intan melakukannya
dengan senang hati karena bersama Jaka, Supri, dan Untung, semua
fantasi liarnya terwujud. Bertelanjang ria di laut lepas, disetubuhi di
atas perahu, di pantai, dan di hutan yang ada di pulau favorit mereka
berempat adalah fantasi liar Intan yang baru kali ini terwujud dan
semuanya terekam di dalam handycam Intan. Semua pengalaman liar
yang akan ditunjukkan Intan ke Lina, Moniq, dan Riri.
To be continued...
****************

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.