Jumat, 06 Maret 2015

Nightmare side story Slut, Bitch, or Angel?

Neraka bukanlah di sana atau di sini,
Melainkan di tubuh dan batin kita sendiri.
Hasrat yang tiada terpuaskan,
Itulah yang mengobarkan bara nafsu,
Yang membakar tubuh dan batin kita.
Kata-kata bijak dari Sang Budha di atas hendaklah mengingatkan kita,
bahwa jika engkau mengijinkan nafsu mengendalikan dirimu, maka
engkau akan terseret olehnya hingga sulit kembali, engkau akan
terperangkap dalam sesuatu yang tiada pernah terpuaskan. Tiga bulan
setelah menjadi budak seks Imron, kehidupan Syeni (baca Nightmare
Campus 12: My Guilty Pleasure) banyak mengalami perubahan besar,
terutama sejak diputus oleh pacarnya dengan cara yang menyakitkan.
Imron memang telah sukses menggali hasrat liar dalam diri gadis
berusia 23 tahun itu sehingga libidonya semakin tidak terkendali dari
hari ke hari. Bagi Syeni, seks adalah pelarian dari hatinya yang hancur
yang ia lampiaskan pada macam-macam orang dengan berbagai cara.
Ia semakin menikmati tugasnya sebagai budak seks Imron dan teman-
temannya yang dari golongan bawah, sementara pada golongan atas ia
menjual tubuhnya. Dalam waktu singkat, ia sudah dikenal di antara
para eksekutif muda dan om-om hidung belang yang berkantong tebal
sebagai salah satu wanita panggilan termahal dengan service yang
memuaskan. Hari itu, jam duaan, Syeni sedang melewati waktu
luangnya, memang jadwal kuliahnya sudah sangat santai karena ia
sedang mengerjakan skripsi, ke kampus pun paling hanya untuk
mencari bahan referensi atau menemui dosen pembimbingnya. Ia
berbaring menyamping di sofa ruang tengah sambil menonton film
serial drama Korea dari DVD, di meja depannya telah tersedia snack
dan air minum. Tubuhnya saat itu dibungkus kaos hitam lengan
pendek dan celana pendek yang memperlihatkan sepasang kakinya
yang jenjang dan putih mulus.
"Cinta?? Huh...emang kenyataannya seindah itu?" pertanyaan sinis
terlintas di benak gadis itu
Adegan romantis di film itu membuatnya iri dan juga sinis karena
dalam kehidupan cintanya, ia tidak mendapatkan cinta yang
sebenarnya. Dicampakkan pria yang pernah dicintainya yang
memakinya sebagai 'lonte' hingga akhirnya terjerumus dalam lembah
kelam sebagai budak seks dan wanita panggilan. Aahh...tak pernah
terpikir olehnya kalau hidupnya akan berubah seperti ini. Tiba-tiba
mengalun nada musik dari bel pertanda ada tamu.
"Ya....siapa?" tanya gadis itu melalui alat dekat pintunya.
"Tukang ledeng, mau betulin pipa!" jawab suara di sana.
"Ohhh...ok silakan naik!"
Ia teringat dengan saluran air di apartemennya yang bermasalah
sehingga air yang mengalir ke kamar mandi terganggu. Ia memberikan
akses masuk pada orang yang hendak memperbaiki saluran air di
kamarnya itu. Tidak lama kemudian terdengar ketukan di pintu depan.
Syeni pun segera membukakan pintu untuk orang itu.
Dua orang pria berdiri di ambang pintu, yang satu pria setengah baya
berumur awal 50an, berbadan tegap dan memiliki kumis yang
menambah sangar wajahnya, pria ini bernama Sobri. Sedangkan yang
satunya menenteng sebuah kotak perkakas, bertubuh kurus tinggi
dengan tampang seperti Petruk, berusia 40an dengan gigi agak
ompong, namanya Djafar. Syeni langsung mempersilahkan mereka
masuk. Ia menyadari kedua pria itu sejak awal telah menatap kagum
pada kecantikannya dan keindahan tubuhnya yang dibungkus pakaian
rumah yang minim itu. Mereka tidak bisa tidak menelan ludah
membayangkan yang jorok-jorok.
"Masalahnya gimana Non?" tanya Sobri sambil matanya jelalatan
mengamati tubuh Syeni.
Syeni pun menjelaskan masalah yang terjadi sambil mengantarkan
mereka ke ruang kecil yang memang berfungsi untuk penempatan
saluran air dan water heater. Tanpa buang waktu lagi, Sobri dan Djafar
pun melaksanakan tugas mereka. Sementara Syeni ke dapur untuk
menyiapkan minuman untuk kedua tukang ledeng tersebut.
"Semanget gua kerja kalau kaya gini Far!" kata Sobri sambil tangannya
tetap bekerja.
"Nape...gara-gara ada yang bening-bening? Hehehe" sahut Djafar
dengan suara dipelankan.
"Ssstt..janga keras-keras ntar kedengeran, emang cakep banget sih
tapi ya kita Cuma bisa ngiler aja...kunci dong!!"
Djafar memberikan kunci inggris dari kotak perkakas pada temannya.
Di dapur sana, entah dari mana, dalam diri Syeni terlintas sebuah ide
sensual. Bagaimana kalau hari ini ia menggoda mereka untuk bercinta,
di sini, di kamar apartemennya sendiri. Ia membatin, sungguh ia telah
menjadi pribadi yang sangat berbeda dari yang dulu, nafsu liar dalam
dirinya semakin mendominasinya sehingga menjadi seperti sekarang
ini. Tangannya meremas payudaranya sendiri dari luar kaosnya,
benaknya sedang dipenuhi lamunan erotis bagaimana kedua tukang
ledeng itu menggerayangi tubuhnya, menjilat dan menyetubuhinya
sepuas mereka. Ia sampai tidak sadar air yang dituangkannya ke gelas
sampai meluap dan ia segera merapikannya. Sesungguhnya:
Birahi, adalah hamba yang menyenangkan, namun tuan yang
mengerikan
"Bagaimana Pak? Parah rusaknya?" tanya Syeni ke belakang dulu
melihat kerja mereka, kelihatan ia masih gelisah dan nafasnya
memburu karena lamunan erotis tadi.
Ia menghampiri mereka dan memperhatikan keduanya bekerja. Djafar
yang jongkok di sebelahnya kebagian pemandangan indah berupa
belahan dada Syeni yang terlihat jelas, bahkan ia bisa melihat bentuk
payudaranya yang sedang itu.
"Ga apa-apa Non, Cuma ada pipa karatan aja, udah lama, makannya
airnya suka mampet" sahut Sobri sambil mengencangkan baut mur.
"Hhhmmm...gitu ya, syukur deh pak kalau gitu" kata Syeni lalu ia
kembali ke ruang tengah.
"Wuih, dahsyat!" kata Djafar setelah Syeni pergi.
"Apa...apaan?" tanya Sobri penasaran.
"Penampakan tuh tadi, dahsyat banget!"
"Penampakan apa sih? Ada tuyul emang?" Sobri menepuk lengan
temannya itu
"Itu si Non, tadi nunduk sampe keliatan tokednya, edan putih mulus!
Pengen ngeremes rasanya!" kata Djafar menggerak-gerakkan jarinya
dengan wajah mesum.
"Yeee...ada barang bagus kok ga bilang-bilang lo!?" kata Sobri sewot
tapi tetap menahan suaranya
"Lho situ yang lagi sibuk kan heehe...!"
Hasrat Syeni semakin bergelora ketika mencium bau keringat kedua
tukang ledeng itu di ruang kecil tadi. Jantungnya berdegup semakin
keras dan tubuhnya gemetar, sejenis gemetar yang nikmat. Obsesinya
selama ini, yang kemudian dipicu oleh pertemuannya dengani Imron, si
penjaga kampus bejat itu, benar-benar mematangkan hasrat libidonya.
Mereka agaknya tidak lama lagi segera menyelesaikan pekerjaan
mereka. Syeni segera mencari akal bagaimana caranya mewujudkan
obsesinya. Akhirnya ia menuju ke kamar mandi dan membuka
pakaiannya hingga tidak ada tersisa di tubuhnya. Kemudian diambilnya
handuk berwarna kuning bergaris-garis orange yang tergantung di
tempatnya untuk melilit tubuh telanjangnya. Tiba-tiba ponselnya
berbunyi, buru-buru ia ke kamarnya yang tepat di sebelah kamar mandi
itu dan mengangkat telepon. Selama kurang lebih sepuluh menit ia
mengobrol dengan temannya yang sama sama sedang skripsi
dengannya hingga akhirnya terdengar suara Sobri memanggilnya dari
luar sana.
"Non!! Non!! Ini udah beres!"
"Ohh...iya Pak, sebentar ya!!" Syeni menyahut dari kamar, "Eh....Da,
udah dulu ya, lagi ada tukang benerin saluran air di tempat gua"
Setelah menutup ponselnya, ia menghela nafas panjang bersiap untuk
keluar menemui mereka hanya dengan berbalut selembar handuk yang
hanya menutupi dari bawah ketiak hingga sejengkal dari pangkal paha.
Seperti yang diduga, Sobri dan Djafar terbengong melihat Syeni keluar
dari kamar dengan hanya selembar handuk.
"Udah selesai ya Pak? Mari silakan diminum dulu!" Syeni bersikap
sangat biasa seraya menawarkan baki yang di atasnya terdapat dua
gelas sirup dingin yang disiapkannya tadi.
"Ehehe....makasih Non. Ada apa nih kok cuma pake handuk gitu Non?"
sahutnya sambil terheran-heran melihat Syeni yang begitu seksi.
"Abis ini mau langsung mandi soalnya, airnya bener dah lancar lagi
kan?"
Mereka menatap dirinya tanpa berkedip sedikit pun, bahkan ketika
meminum air dari gelas pun mata mereka tidak pernah lepas darinya.
"Aahh...panas juga di sini ya Non" keluh Sobri pura-pura mencari
alasan sambil mengipas-ngipas kerah bajunya.
"Apa AC-nya masih kurang dingin?" tanya Syeni pura-pura tidak
mengerti
"Bukan AC sih Non, tapi ngeliat Non seksi gini saya yang jadi panas
hehehe!" Sobri makin berani menggoda gadis itu melihat reaksinya.
Syeni hanya tersenyum seraya berkata, "Ah si bapak bisa aja, saya
baru pake handuk aja udah genit, apalagi kalau gak pake apa-apa?"
"Emang boleh Non kita liatin Non gak pake apa-apa?" timpal Djafar
makin antusias dan bernafsu.
"Hihihi...saya tau Bapak-bapak dari tadi udah pengen...jadi...tunggu
apa lagi?"
Tiba-tiba Djafar meletakkan gelasnya dan berjalan ke arah Syeni diikuti
oleh Sobri. Tentu saja Syeni merasa tegang tapi dia berusaha tenang.
Kini mereka bertiga berdiri berhadap-hadapan, terpisah beberapa
sentimeter satu sama lain. Jantung gadis itu berdetak kencang, ia tahu
kedua pria itu telah mencaplok umpan yang dilemparkannya. Tatapan
mereka berdua sudah dipenuhi nafsu, kelihatan sekali bahwa mereka
berdua akan segera menggarapnya habis-habisan. Ia balas menatap
mata mereka dengan ekspresi menggoda dan menantang. Kemudian ia
gerakkan tangannya ke arah lipatan handuk di dadanya. Sekali tarik
saja lepaslah lipatan itu dan handuk itu jatuh ke lantai sehingga
terpampanglah tubuh telanjangnya yang indah di depan kedua tukang
ledeng itu. Mereka terhenyak menyaksikannya.
"Wow... aje gile mulusnya!!" sahut Djafar menelan liur
Tanpa buang waktu lagi tangan pria itu meraba payudara Syeni dan
langsung melumat bibirnya. Sementara Sobri berjongkok di
hadapannya dan merenggangkan kakinya, lidahnya mulai menjilat
dengan rakus vagina yang ditumbuhi bulu-bulu yang dicukur rapi itu.
Mata Syeni terpejam dan mulutnya mendesah tertahan menikmati
kedua bibirnya dicumbui mereka. Setelah beberapa saat berciuman,
Djafar mulai mencium leher gadis itu sambil mendesah-desah
merasakan kenikmatan, selain itu tangannya juga merambat meremas-
remas payudara kiri Syeni dengan liar dan ganas.
"Di sofa aja Pak, lebar, empuk lagi, masa berdiri gini?" ajak Syeni
setelah Djafar melepaskan pagutan dari mulutnya
Mereka pun memapah tubuh telanjangnya ke sofa dekat situ lalu
membaringkannya.
"Hehehe...gua paling suka amoy kaya gini, bodi bahenol, wajahnya
juga ayu banget kaya di film-film Hongkong. Gak nyangka, kesampean
juga bisa main ama amoy!" komentar Sobri sambil membuka bajunya,
penisnya yang sejak tadi terasa sesak di dalam celana panjangnya,
menuntut untuk dikeluarkan.
Batang kemaluan itu mengacung tegak begitu dikeluarkan, lumayan
panjang dan berurat di pinggirannya membuat Syeni terhenyak
mengamatinya.
"Tul tuh...cewek amoy memang yang paling top deh. Lihat saja
kulitnya, kayak porcelin. Gue pasti bakal ketagihan ama ini cewek,"
tambah Djafar sambil menjlati bibirnya.
"Ayo Non, sedot kontol abang dulu. Pengen tau enaknya disepongin
amoy cantik," perintah Djafar sambil mengarahkan penisnya yang
sudah ereksi ke wajah gadis itu.
"Siapa takut?" Syeni tak menolak sedikitpun karena dia memang sudah
horny berat.
Setelah menggenggam penis itu sambil berbaring menyamping, ia
segera mengeluarkan jurus-jurus oralnya. Lidahnya menari-nari
dengan lincah di penis pria itu, menyapu setiap centi permukaan
batang itu. Penis Djafar memang lumayan besar, ujungnya bersunat,
yang paling seksi adalah lubang kencingnya. Lubang itu selalu saja
menganga sedikit, seakan menggoda untuk disedot. Tanpa merasa
jijik, Syeni memainkan lubang itu dengan lidahnya. Djafar dibuatnya
merem-melek sambil meracau menikmati betapa dahsyatnya lidah
gadis itu "menyiksa" lubang penisnya. Bagi yang tidak biasa, lubang
penis mungkin akan terasa sedikit perih jika dimainkan. Tapi dengan
kemahirannya dalam melakukan oral seks, Syeni malah membuat pria
itu melenguh-lenguh kenikmatan. SLURP! SLURP! begitu bunyi lidah
Syeni yang tak henti-hentinya menjilati penis Djafar. Selama itu Sobri
tidak tinggal diam, pria berkumis itu menggerayangi dan mencumbui
tubuh Syeni, kini mulutnya tengah mencium dan menjilati bongakahan
pantat gadis itu yang bulat sempurna sambil tangannya mengelusi
vaginanya. Buah dada Syeni yang putih mulus itupun tak lepas dari
remasan Sobri. Diremasnya payudara indah itu dengan penuh nafsu
oleh tukang ledeng itu dari belakang sembari terus menjilati tubuhnya.
"HHhhhmmm...sedap, mulus dan wangi badannya Non, saya suka yang
seger-seger gini!" sahut Sobri .
"Nyepongnya juga asyik nih, aaahhh...ueeenaakk...terus Non, yah
disitu isep!" timpal Djafar lalu memaju-mundurkan penisnya di dalam
rongga mulut Syeni dengan lebih cepat sampai nyaris saja gadis itu
tersedak
"Akhhh...jilat disitu enak Pak...mmmhhhh...yah...disitu...jilat di bagian
itu....akhhh...terus...Pak!" desah Syeni ketika lidah Sobri mengobrak-
abrik liang kemaluannya.
Syeni mendesis tak karuan menahan rasa geli campur nikmat dari
jilatan pria itu terutama ketika kumis tebalnya menyapu bibir
vaginanya yang sensitif. Cairan kewanitaannya semakin banyak yang
keluar dan meluber keluar sehingga membasahi kulit sofa di ruangan
itu dengan tetesannya. Sobri mengintensifkan serangannya dengan
memasukkan dua jadinya dan mengobok-obok liang kewanitaannya
sehingga Syeni semakin melenguh merasakan kenikmatan, tangannya
semakin cepat mengocok penis Djafar yang digenggamnya. Beberapa
detik kemudian tubuhnya menggelinjang hebat, Syeni akhirnya
mencapai orgasme saat itu. Puas menjilat, Sobri kini menyedot vagina
Syeni yang sudah banjir. Seperti vacum cleaner, pria itu menyedot
cairan vagina gadis itu. SLURP! SLURP! Syeni menggeliat-geliat
merasakan sensasi nikmat hisapan Sobri pada vaginanya.
"Aarrgghh.. Oohh...eeempphhh!" erangannya terhambat karena Djafar
yang semakin birahi menjenggut rambutnya dan kembali menjejalkan
penisnya ke dalam mulut Syeni sedalam-dalamnya, "aarrgghh.. Oohh
yeaah...sedot Non.. Aahh.. Yyaa.. Jilatin kontol gue.. Aahh... Loe suka
kan? Aahh!!"
Tidak sampai lima menit kemudian tiba-tiba Djafar menarik kepala
seraya berkata,"Udahan dulu Non, kalo diterusin, bapak bisa KO
duluan."
"Bri...gua duluan yah, udah ngebet nih, ampir aja keluar tadi saking
enaknya!" pinta pria ompong itu pada temannya.
"Okeh, gua juga pengen rasain dulu mulut si Non!" jawab Sobri
mengiyakan
Syeni menggeser posisi berbaringnya agar nyaman, ia menaruh
kepalanya pada sandaran lengan sambil berbaring telentang.
Tangannya meraih penis Sobri yang berdiri di depan wajahnya dan
mulai mengocok pelan penis itu. Melihat Djafar sudah mengambil
ancang-ancang untuk menyetubuhi Syeni, Sobri makin bergairah
apalagi saat itu Syeni sudah mulai menjilati kepala penisnya lalu
memasukkan benda itu ke mulutnya. Kehangatan mulut Syeni dan
permainan lidahnya sungguh memanjakan Sobri.
"Aahh...udah becek banget, anget mantep!" sahut Djafar menggesek-
gesekkan penisnya pada bibir vagina Syeni untuk melumuri kepala
penisnya dengan cairan kewanitaan gadis itu, agar lebih terangsang,
pria itu membelai-belai payudara Syeni.
"Oohh.. Oohh...sedap Non!" desah Sobri menikmati kuluman Syeni
pada penisnya
"Aahh...siap ya Non, abang coblos nih sekarang!" celoteh Djafar saat
menekan kepala penisnya ke lubang vagina Syeni, tanpa menunggu
lebih lama lubang itu ditekannya kuat-kuat dengan penisnya yang
sudah dilumasi lendir gadis itu sampai amblas.
"Aarrgghh!!" jerit Syeni menahan nyeri karena Djafar melakukannya
agak kasar.
Selama beberapa menit, Djafar berjuang untuk mendorong penisnya
yang baru masuk setengah agar semakin dalam sedikit demi sedikit.
Kenikmatan tergambar jelas di guratan wajahnya yang amburadul.
Dengan segenap tenaga pria itu melakukan sodokan untuk
mempenetrasi vagina Syeni yang peret itu.
"NNnngghhh...eeeemmm!!" erangan Syeni tertahan oleh penis Sobri
yang memenuhi mulutnya, matanya membelakak namun berangsur-
angsur kembali sayu seiring kenikmatan yang menjalari tubuhnya..
"Memeknya masih seret banget Non, enak....dah pernah dientotin sapa
aja nih?" tanya Djafar pada Syeni di antara pompaan penisnya yang
sekarang sudah menancap penuh pada liang senggama gadis itu.
Syeni terus mengulum penis Sobri tanpa menghiraukan pertanyaan
Djafar. Pria itu juga terus menggenjot vaginanya
"Ohh Non, uennaakk sekali memekmu...oh," Djafar menyetubuhi Syeni
dengan irama yang cepat dan tetap, dan Syeni juga mengimbangi
gerakannya sambil melakukan oral seks.
Kini gadis cantik itu total melayani kebutuhan seks kedua tukang
ledeng tersebut sekaligus memuaskan hasratnya yang menggebu-
gebu.
"Non udah punya pacar belum Non, pasti sama pacarnya juga ngentot
tiap hari ya?" tanya Djafar sambil terus menyodokkan batang
kejantanannya semakin cepat ke liang vagina Syeni.
Mendengar pertanyaan itu, Syeni melepaskan penis Sobri lalu
menengok ke arah Djafar dengan ekspresi setengah marah
"Tolong ya Pak jangan sebut-sebut pacar lagi....aahhhh...itu bukan
urusan Bapak" sahutnya sambil terus mendesah sesekali mengaduh
saat Djafar mempercepat sodokannya. "Jangan sampe saya kehilangan
mood...ngerti...aaakkhhh!" ucapannya terhenti ketika kepala penis
Djafar menghantam bagian dalam vaginanya yang merupakan G-spot
sampai tubuh gadis itu menggelinjang.
"Iyah...iyah....maaf Non kalau abang menyinggung...yang penting
sekarang kita ngentot dulu sampe puas...uuuhh!" sahut Djafar meminta
maaf, ia tidak ingin mengungkit hal itu lebih jauh karena tak rela bila
sampai gadis ini kehilangan mood dan mengusirnya.
"Hehehe...si Non tambah cakep aja biar lagi marah juga, yuk lanjut
dong nyepongnya!" kata Sobri.
Tanpa diminta lagi, Syeni pun kembali
memasukkan penis dalam
genggamannya itu ke mulutnya dan
kembali memainkannya dengan lidah
dan hisapannya.
"Wwwaahh...enak banget...lobang
memek amoy... Aahh...mana orangnya
ayu banget lagi.. Aduh enaknya!!"
ceracau Djafar terus menggenjot,
kedua betis gadis itu ia naikkan ke
bahunya.
Tubuh mereka mulai bersimbah
keringat, Djafar menggenjot vagina
Syeni sementara Syeni sendiri
mengoral penis Sobri. Ritme genjotan
Djafar semakin cepat dan bertenaga
sehingga tubuh Syeni terguncang-
guncang terutama sepasang gunung
kembarnya, kedua pria itu tentu tak bisa tidak menggerayanginya.
Seiring dengan semakin cepatnya sodokan pria itu, Syeni pun menjadi
semakin lepas kontrol. Ia begitu larut menikmati permainan seks
interacial itu. Wajah cantiknya bercampur dengan raut muka
terangsang yang membuatnya terlihat sangat seksi. Syeni pun
mencapai orgasmenya di tengah genjotan Djafar yang makin liar,
tubuhnya menggelinjang dahsyat dan mulutnya mengeluarkan desahan
nikmat sejadi-jadinya.
"Uuuhhh...keluar abang, Nonn!!" seru Djafar sembari menyemburkan
seluruh cairan spermanya di dalam liang kemaluan Syeni.
Sperma yang dikeluarkan oleh pria ompong itu sangat banyak
sehingga saat batang kemaluannya dicabut dari liang kewanitaan
Syeni mengalirlah keluar cairan putih kental yang sangat banyak
bercampur dengan cairan orgasme gadis itu. Bibir vagina Syeni pun
tampak memerah akibat benturan dan gesekan keras batang penis
Djafar. Dengan kemampuannya mendapatkan orgame beruntun/ multi
orgasme, Syeni tidak membutuhkan istirahat lama-lama.
Setelah Djafar menarik lepas penisnya dan ambruk kelelahan, Syeni
menarik lengan Sobri yang disuruhnya duduk di sofa, ia sendiri lalu
naik ke pangkuan pria itu berhadapan dengann, tangannya
mengganggam penis yang masih tegang itu dan menempelkannya di
bibir vaginanya yang sudah becek dan menganga tersebut.
"Akhh...Pak...puasin aku yah Pak..." desah Syeni saat menurunkan
tubuhnya sambil memeluk tubuh kekar pria itu.
Memang sejak tadi ia sudah banyak berharap Sobri akan mampu
memberinya kenikmatan yang lebih dahsyat dibanding rekannya yang
kurus itu. Mata Syeni semakin sayu karena menahan gejolak nafsu
yang terpendam. Ia semakin menurunkan tubuhnya di atas penis pria
itu sehingga membuat batang penis yang telah siap di depan bibir
vagina gadis itu menusuk masuk ke dalam liang vaginanya sedikit
demi sedikit namun pasti. Bibir vaginanya terbelah makin lebar saat
dilewati kepala penis pria itu hingga separuh tenggelam di dalam
vaginanya. Payudaranya beserta putingnya dipilin, diremas dan dihisap
oleh pria itu dengan sesekali lidahnya menyapu pelan ujung putingnya
dengan gerakan melingkar.
"Pak...ohhh...udah masuk? Memekku sesak banget eeeenggghh!!" Syeni
meracau lagi tak karuan kali ini tubuhnya menggelinjang hebat lalu
menegang sembari tangan dan kakinya merangkul erat tubuhku.
"Udah Non tapi belum semua, enak ya Non, kontol Bapak gede" jawab
Sobri sambil menekan tubuh gadis itu, "Bapak masukin lebih dalam ya
Non?"
Syeni hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan pria itu barusan.
Dan dalam beberapa hentakan ke atas akhirnya seluruh batang
kemaluan Sobri berhasil masuk secara sempurna ke dalam liang
senggama gadis itu.
"Aahhh...Pak...iyahh...aahh!" desah Syeni sambil naik turun merasakan
liang kemaluannya disodok penis pria itu.
Sobri tersenyum kepadanya, "Bagaimana rasanya Non, mantap kan?"
tanyanya sembari meremas-remas payudaranya yang indah itu.
Puting susu gadis itu sudah mengeras dan membesar dari ukuran
normalnya dan buah dadanya yang putih itu sudah mulai memerah
karena terangsang dan bukan hanya buah dadanya saja melainkan
perut, leher, muka dan hampir seluruh bagian tubuhnya.
"Enak...sodok terus Pak...sshhh...terus jangan berenti...aahh!" desah
Syeni lagi sembari menggoyangkan pantatnya perlahan.
"Non cantik banget, jago ngentot lagi!" kata Sobri kepada Syeni yang
kemudian menjawabnya dengan pagutan panas ke bibir pria itu
Djafar yang baru memulihkan tenaganya tidak tahan hanya kebagian
menonton saja. Maka dia pun mendekati mereka dan menggerayangi
tubuh Syeni yang sedang berpelukan dengan Sobri.
"Eeemmhh" desah gadis itu menahan geli saat Sobri menjilat-jilat
punggungnya yang mulus dan sudah mulai basah oleh keringat itu.
Tangan Djafar merayap ke depan meraih payudara kiri Syeni dan
meremas-remasnya. Mulut Djafar kini mencupangi pundak dan leher
gadis itu setelah menyibakkan rambut panjangnya ke sebelah. Tanda-
tanda kemerahan bermunculan di sekujur tubuh Syeni, baik di dada,
punggung, bahu dan leher.
"Kita main tigaan ya Pak!" kata Syeni menghentikan genjotan lalu
berdiri hingga penis pria itu terlepas dari vaginanya
Kali ini tubuh Syeni membelakangi Sobri dan kembali duduk di
pangkuan pria itu.
"Hehehe...si Non suka main belakan juga ya!" sahut Sobri kepada
Syeni ketika gadis itu meraih penisnya dan mengarahkan ke lubang
duburnya hingga tepat diatas ujung senjata Sobri
"Tapi pelan-pelan ya, jangan kasar!" kata Syeni memperingati
Dalam beberapa kali tarik dorong, batang kejantanan tukang ledeng itu
akhirnya berhasil masuk ke dalam liang anus Syeni walaupun hanya
bagian kepala penisnya saja.
"Hehehe...asyik nih main rame-rame sama cewek cantik lagi!" kata
Djafar menyaksikan proses penetrasi itu ketika temannya menarik
dengan keras pinggang Syeni hingga batang kejantanannya tenggelam
seluruhnya ke dalam duburnya diiringi erangan panjang gadis itu.
"Uueedann...sempitnya...uuuhh!" desah Sobri sembari memompa anus
Syeni dari bawah.
"Akhh...akhhh...sakit...akhhh....pelan...pelan...dong!" rintih Syeni di
antara desahannya.
Mendengar protes Syeni, Sobri memelankan sodokannya dan sekarang
lebih bervariasi karena diselingi gerakan memutar sementara dari
mulutnya keluar ucapan-ucapan menggoda gadis itu yang
membuatnya itu malu, risih tetapi juga membuatnya semakin bernafsu
saja. Buktinya tak lama kemudian dia menyambut bibir Sobri yang
menjelajahi tubuhnya dengan kecupan hangat.
"Ayo...Far!" ucap Sobri pada temannya sambil membuka lebar paha
Syeni hingga bibir vaginanya terbuka lebar.
Tanpa buang waktu lagi, Djafar melesakkan batang kemaluannya
menembus bibir vagina Syeni. Gadis itu mendesah pelan ketika
merasakan bibir vaginanya kembali ditusuk oleh penis itu, ia
merasakan di tubuhnya bercokol dua buah penis yang sedang mencari
kenikmatan dengan membombardir kedua lubangnya dengan penuh
gairah. Sesekali kepala kedua penis itu saling bertumbukkan karena
dinding pemisah antara kedua lubang Syeni seolah tergencet sehingga
seolah menjadi semakin tipis saja. Belum lagi jika kedua pria itu
memompanya dengan irama yang sama saat menarik dan mendorong
kejantanan mereka di liang vagina dan anusnya. Karena sudah biasa
melakukan gangbang, Syeni dengan cepat sudah dapat menikmati
threesome tersebut namun tetap saja terasa sakit dan perih di liang
anusnya mengingat penis milik Sobri memang terbilang besar. Sekitar
10-15 menit kemudian Sobri merasakan kalau dia akan segera
mencapai orgasmenya, lalu dia memompa dengan lebih cepat lagi dari
sebelumnya. Melihat gelagat itu Djafar juga ikut mempercepat
pompaanku ke dalam liang vagina gadis itu. Syeni terlihat sudah
kewalahan karena dikeroyok dua pria secara bersamaan, namun ia
masih tetap bertahan. Di tengah gempuran mereka, terngiang-ngiang
kembali bagaimana dirinya yang tadinya hanya seorang gadis biasa
dari keluarga baik-baik menjadi terjerumus dalam lembah nista seperti
sekarang ini, rela merendahkan dirinya demi kepuasan seks. Ini semua
gara-gara mantan kekasihnya yang tidak bertanggung jawab itu, juga
gara-gara Imron si penjaga kampus bejat itu, atau gara-gara dirinya
sendiri yang memilih menjadi seperti ini sebagai pelarian atas
segalanya? pertanyaan seperti ini seringkali membuatnya gundah.
Terlintas pula kenangan pada omanya yang telah meninggal dua tahun
sebelumnya yang menganggapnya sebagai cucu kesayangannya, yang
berharap ia masih bisa hidup untuk hadir dalam pernikahannya kelak
bahkan sempat menggendong cicitnya. Harapan yang tidak pernah
terpenuhi karena omanya sudah keburu meninggal dan entah apakah
kelak masih akan terwujud mengingat kondisi dirinya yang sudah
tercemar seperti sekarang ini. Tanpa disadarinya, dari matanya yang
indah air mata meleleh membasahi wajahnya. Tangisnya sedikit
mengganggu Djafar maka dia pun langsung mendaratkan sebuah
ciuman maut pada bibir gadis itu. Dicium secara tiba-tiba Syeni tentu
saja kaget dan buyar lamunannya. Nuraninya menyuruhnya untuk
melepaskan diri dari ciuman yang najis itu namun apa daya sebab kini
birahi lebih mendominasi. Lidah Djafar menyeruak masuk dan air
liurnya tumpah ke dalam mulut Syeni. Sadar bahwa dirinya telah
menjadi budak seks, Syeni pun akhirnya memasrahkan diri. Ia semakin
membiarkan dirinya hanyut menikmati apa yang sedang dia rasakan.
Sebuah puisi menjadi saksi,
Bunga yang tengah bersemi dengan segala keharumannya,
telah dicabuli tumbuhan rambat yang liar
Kemekaran yang lembut dengan segala putiknya,
telah didera hujan deras dan cipratan lumpur.
Betapa menyedihkan seorang gadis secantik bunga,
jatuh ke tangan orang yang salah.
Sungguh kepingan giok yang indah,
ternoda oleh kotoran yang menjijikan.
"Aarrgghh...ayo dong Pak sodok yang kencang...saya suka kontol
kalian...puasin saya aaahhh!" erang Syeni tanpa malu-malu
"Hhohh.. Aarrgghh.. Gile, nih.. Aarrgghh.. Cewek ini doyan kontol
ternyata.. Aarrgghh.. Oke deh.. abang bakal ngentotin lu.. Uugghh..
sampe menjerit minta ampun...uuuhhh....uuhhh!" sahut Djafar sambil
menggenjot vagina Syeni makin bertenaga.
Keringat sudah membasahi sekujur tubuh ketiganya sehingga terlihat
mengkilap. Suasana panas yang erotis begitu terasa di ruang tengah
apartemen itu. Aroma persenggamaan terasa begitu tajam di sana.
"Aahh.. Ngentot! Aahh.. Rasakan kontol gue...perek...mampus lu!"
penis Djafar dengan brutal mengobrak-abrik vagina Syeni.
Tak terelakkan lagi, Syeni pun semakin tak terkendali, belum lagi
pompaan penis Sobri pada pantatnya dan gerayangan tangan mereka
pada titik-titik sensitif di tubuhnya. Merasa sudah hampir klimaks,
Djafar menarik lepas penisnya kemudian didekatkannya ke mulut gadis
cantik itu.
"Isepin Non...ntar pejunya ditelen juga!" perintah Djafar membelai-belai
rambut Syeni.
Dengan patuh, Syeni mengganggap penis yang sudah basah itu dan
membuka mulutnya lebar-lebar.
"Gitu dong, sip!!" puji pria itu seraya mendorong penisnya masuk ke
mulut Syeni.
Syeni mulai membersihkan penis yang telah belepotan cairan
kewanitaannya sendiri itu. Rasanya agak asin dan terasa licin di lidah.
Yang seperti ini bukanlah yang pertama atau kedua kali baginya
sehingga ia sudah terbiasa dengan rasanya dan bahkan bisa dibilang
sudah ketagihan. Satu-satunya cara agar precum bisa mengalir keluar
adalah saat penis terangsang maksimal. Oleh karena itu, Syeni
berusaha sekuatnya untuk merangsang penis Djafar. Dengan tekniknya
yang sudah ahli, sambil naik turun perlahan di atas penis Sobri, Syeni
menjilati seluruh bagian dari penis Djafar. Untuk menambah sensasi
nikmat, ia juga tak lupa menyedot kepala penis itu agar sperma bisa
tersedot keluar. SLURP! SLURP! SLURP! Demikian bunyi yang terdengar
"Aahh.. Oohh... Sedot terus, aahh..edan enaknya!" desah Djafar sambil
meremasi rambut Syeni.
Cairan putih susu pun tercurah dari penis pria itu dan Syeni dengan
rakus langsung melahapnya. Mm... dihisap dan dijilat bersih tanpa ada
yang keluar dari mulutnya.
"Non, bapak keluar akhhh...akkhhh!!" seru Sobri yang sudah mencapai
puncak sambil menyemprotkan seluruh cairan sperma yang sudah
kutahan sejak beberapa menit tadi sehingga membasahi liang dubur
Syeni.
Syeni hanya bisa menerima semprotan sperma itu dengan mendesah
panjang dan mata merem melek karena dia sudah mencapai
orgasmenya juga
Bersamaan kedua tukang ledeng itu mencabut penis mereka dari mulut
dan pantat Syeni sehingga ia merasakan sensasi aneh karena tiba-tiba
saja tubuh bawahnya yang sebelumnya penuh, tiba-tiba terasa kosong
karena isinya menghilang. Beberapa detik kemudian terlihat dari pantat
Syeni mengeluarkan sedikit cairan sperma kental dari dalamnya keluar
dan membasahi selangkangan gadis itu mengalir menuruni pahanya
yang putih mulus. Tubuh molek Syeni kini terbaring lemas di atas
sofa. Buah dadanya terlihat naik turun mengikuti nafasnya yang
tersenggal-senggal.
Kewanitaan Syeni masih terasa berdenyut-denyut, tubuhnya terasa
melayang-layang. Dengan menggeser tubuhnya, ia menggapai tempat
tissue yang terletak di atas meja kecil sebelah sofa itu. Dari sana ia
mengeluarkan selembar tissue lalu dengan tissue itu ia seka
selangkangannya yang belepotan. Setelahnya ia mengambil gelas dari
mini bar dekat situ dan membuka kran dispenser hingga air mengalir
ke gelas.
"Masih kuat Non?" tanya Djafar, "abang masih pengen nih!"
"Kita liat aja" jawab Syeni sambil duduk di sebelah Djafar
Tanpa malu-malu, ia meraih tangan pria itu dan meletakkannya di
payudaranya lalu ia menciumi leher Djafar yang masih berkeringat. Pria
kurus itu membalas perlakuan Syeni dengan menciumi rambut panjang
gadis itu, dipeluknya tubuh mulus itu dan ditindihnya. Tidak itu saja,
tangannya pun mulai menjelajah ke sana ke mari. Sekali waktu, tangan
itu mengusap-usap payudara Syeni yang masih terasa sensitif,
membuat gadis itu tertawa kegelian. Kadang, tangannya merayap ke
bawah, menyelinap di antara kedua tubuh mereka, menggelitik
selangkangan Syeni. Gadis itu menggeliat-menggelinjang, tetapi tak
bisa melepaskan diri dari tindihan Djafar
"Si Nonn nafsunya gede banget ya hehehe" kata Sobri yang bersandar
di sofa sambil meneguk minumannya.
"Iya nih gua suka yang kaya gini, seru!" sahut Djafar
Merasa kepala penisnya sudah bersentuhan dengan bibir vagina Syeni,
Djafar menekan pinggulnya sehingga penisnya melesak masuk ke
vagina gadis itu.
"Eeennggghhh!!" desah Syeni menerima hujaman benda itu pada
vaginanya lagi.
Kali ini Djafar ingin berperan aktif sedangkan Syeni tinggal berdiam
diri. Ia pun mulai menggerak-gerakkan pinggulnya menyetubuhi gadis
itu.
"Oohh.. Enaknya.." desah Djafar dengan mata merem melek
Sambil berciuman dengan Syeni, Djafar memompa dengan penuh
semangat. Syeni seringkali membelakakan mata saat penis pria itu
menyodok terlalu keras. Namun, kenikmatan dari persetubuhan ini
dapat mengalihkan rasa nyeri itu. Kedua kaki indah Syeni melingkari
pinggang pria itu, terkadang menekannya seakan meminta ditusuk
lebih dalam dan tidak boleh melepaskan tusukannya. Kedua tangannya
juga memeluk tubuh si tukang ledeng sambil mulut mereka terus
berpagutan, bermain-main lidah dan bertukar liur. Sungguh
menggairahkan pergumulan interasial itu.
"Oohh.. Aahh.. Gue mau muncrat.. Oohh!!" erang Djafar.
Syeni memandang dengan penuh nafsu saat tubuh Djafar yang kurus
dan sudah bermandikan keringat itu mulai mengejang-ngejang. Penis
pria itu yang bersarang di dalam liang senggamanya terasa berdenyut-
denyut hingga akhirnya memuntahkan lahar putih kentalnya.
"Aarrgghh!!" erang Djafar sambil menghujamkan penisnya dalam-
dalam.
Syeni pun ikut berteriak karena pria itu meremas payudaranya dengan
keras saat mencapai puncak. Siraman sperma hangatnya terasa
memenuhi vagina gadis itu. Ccrroot!! Ccrroot!! Ccrroott!! Tukang
ledeng itu terus-menerus melenguh sementara badannya berkelejotan
di atas tubuh Syeni.
"Aarrggh!! ooohh!! Anjrit...enaknya!!" dengan desahan panjang, Djafar
menarik penisnya keluar ketika tak ada lagi sperma yang dapat
disemprotkan, penisnya nampak melemas dan menyusut.
Mereka akhirnya mulai berbenah diri setelah hampir dua jam menikmati
threesome yang luar biasa tadi. Syeni kembali menutupi tubuhnya
dengan handuk untuk mengantarkan mereka ke pintu.
"Kapan-kapan kita ngentot lagi ya Non, mau kan?" tanya Sobri
antusias.
"Gak janji ya!" jawab Syeni seenaknya sambil menutup pintu hingga
kedua tukang ledeng itu terbengong.
Setelah mengisi bathtub dengan air hangat dan menuangkan sabun
secukupnya, Syeni membuka handuknya dan memasuki bathtub. Ia
memejamkan mata menikmati kehangatan air yang menghilangkan rasa
penat pada tubuhnya sambil merenungkan apa yang baru saja terjadi
tadi.
#################################
Malam hari, pukul 19.30
Di sebuah hotel berbintang.
Debaran jantung Syeni semakin kencang ketika pria setengah baya itu
menggandeng tangannya menuju kamarnya di lantai dua belas setelah
sebelumnya menikmati makan malam di restoran hotel tersebut. Pria
setengah baya berkacamata itu bernama Koh Ayong (54 tahun), pemilik
beberapa pabrik tekstil yang sukses, ia telah membooking Syeni dan
membayar tinggi untuk pelayanannya malam ini. Setelah pintu kamar
dikunci dari dalam, Koh Ayong langsung merangkul tubuh gadis itu
menuju ranjang. Ia mempersilakan gadis itu duduk di tepi ranjang
dengan gentle, ditatapnya dengan tajam seluruh lekuk-lekuk tubuh
gadis itu yang terbungkus gaun terusan berwarna ungu yang
membuatnya nampak anggun dan seksi namun tidak murahan,
pandangan mata pria itu menyapu dari ujung rambut sampai ujung
kaki seolah-olah dia hendak menelannya hidup-hidup saat itu, atau
mungkin saja dia kebingungan harus memulainya dari bagian yang
mana. Tapi kemudian, pria itu berhenti menatapnya, ia berjalan ke arah
meja dan membuka botol red wine lalu menuangkannya ke dalam dua
gelas.
"Kamu bisa minum kan?" katanya seraya menyodorkan gelas pada
Syeni
"Asal ga terlalu banyak aja om" jawab gadis itu tersenyum sambil
menerima gelas itu dan menyambut toast dari pria tersebut.
Tak butuh waktu lama efek hangat minuman itu langsung terasa pada
tubuh mereka, kehangatan yang nikmat dan menambah suasa erotis
dalam situasi seperti itu. Koh Ayong yang duduk di sebelah Syeni
merangkul pundaknya dan mendaratkan ciuman bibirnya ke bibir gadis
itu, makin lama makin ganas karena terbakar nafsu. Koh Ayong
memutar-mutar bibirnya yang menempel di bibir Syeni seiring dengan
permainan lidahnya yang sungguh buas. Syeni sendiri memejamkan
mata sambil terus berusaha mengimbangi permainan pria itu.
Perlahan-lahan, Koh Ayong mulai menindih tubuhnya sehingga Syeni
pun kini rebahan di ranjang dengan kaki masih menjuntai. Tangan pria
itu pun mulai bergerak-gerak nakal sambil menggerayangi tubuh
Syeni, terutama meremas-remas payudaranya dari balik gaun
terusannya. Tak cukup puas dengan meremasnya dari luar, Koh Ayong
pun mulai memeloroti pakaian itu, mula-mula tali pundak sebelah kiri
dan kemudian membuka restleting punggung. Begitu terbuka, ia pun
langsung memeloroti gaun itu hingga sebatas perut sehingga
tereksposlah payudara Syeni yang tertutup bra putih tanpa tali pundak.
Tidak mau hanya pasif, gadis itu pun mulai memelorotkan celana Koh
Ayong dan menanggalkan kemejanya perlahan dengan gerakan erotis,
disertai elusan pada dada, sampai pria itu setengah telanjang dengan
hanya mengenakan CD dan singlet. Kemudian keduanya saling
memagut bibir lagi. Kali ini bahkan tak hanya bibir, Koh Ayong
mengerayangi leher dan dada gadis itu dengan lidahnya sambil
tangannya mulai menggerayangi paha mulusnya terus menyusup
masuk ke dalam roknya hingga menyentuh celana dalamnya dan
merabainya.
Perlahan Syeni mendorong kepala Koh Ayong untuk bergerak makin
turun ke dadanya dimana pria itu bermain-main dengan payudaranya,
mengenyot dan menjilat seperti layaknya bayi besar. Syeni mendesah-
desah untuk memancing gairah Koh Ayong agar tak sampai surut, di
samping karena ia sendiri memang merasa geli. Setelah sepuluh
menitan menyusu sambil tangannya terus bergerilya, mulut Koh Ayong
mulai turun ke bawah dan sampailah di area kewanitaan Syeni. Tak
tahan ingin segera menghisap vagina gadis itu, dengan penuh nafsu,
pria itu memelorotkan celana dalam putih yang dipakai Syeni. Matanya
nanar memandangi vagina yang ditumbuhi bulu-bulu halus dan
tercukur rapi itu dan tanpa babibu lagi, ia pun membenamkan
wajahnya ke selangkangan Syeni. Ia melumat vagina gadis itu sambil
mengedap-ngedipkan matanya. Syeni mendesah pelan dan tubuhnya
menggeliat karena ia sedang berada dalam puncak kenikmatannya.
Setiap kali melakukan hubungan seks, Syeni selalu merasa ada
kenikmatan yang baru yang kurasakan, permainan pria keturunan ini
berbeda dengan kedua tukang ledeng tadi siang, masing-masing
mempunyai keunikannya sendiri. Entahlah, ia tak pernah bosan dengan
seks, selalu ingin mencoba bermacam-macam variasi sehingga kalau
boleh dikata, ia ketagihan. Imron lah yang patut dipersalahkan karena
dia lah yang telah menggali keluar hasrat gadis ini hingga tercurah
keluar tanpa terkendali.
"Ach, teruskan om!" pintaku pada sang bos tekstil itu.
Koh Ayong tambah liar saja memainkan sang Miss V, wilayah sensitif
itu dihisapnya dengan rakus, lidahnya terus mengais-ngais lubang
kenikmatannya dan akhirnya bertemu dengan daging kecilnya yang
sensitif yang dikenal dengan nama klitoris. Vagina Syeni semakin
basah saja baik oleh liur pria itu maupun oleh cairan kewanitaannya
sendiri sehingga menimbulkan bunyi seruputan karena hisapan Koh
Ayong. Selang beberapa lama, Syeni merasa vaginanya sudah tak
sabar lagi untuk segera menumpahkan cairannya. Sejak tadi memang
sudah keluar cairan precum yang sudah dinikmati terlebih dahulu oleh
Koh Ayong. Namun sebelum benar-benar keluar, Syeni mendorong
kepala pria itu menjauh dari vaginanya.
"Om...tolong winenya minta dikit lagi, boleh?" pintanya
"Boleh...boleh, biar tambah hot ya?" sahut Koh Ayong sambil
mengambil botol wine itu dan menuangkannya ke gelas Syeni, "kamu
emang pinter ya, minum sambil ginian emang paling enak loh!"
"Di sini sebentar ya om, biar ga ngebasahin ranjang!" Syeni turun dari
ranjang dan membuka gaun terusannya yang masih menyangkut di
perutnya hingga tubuhnya polos, kemudian ia duduk bersimpuh di
lantai beralas kayu itu.
Koh Ayong terpana melihat yang dilakukan Syeni, wine di gelas itu
tidak diminumnya melainkan ditumpahkan ke dadanya sehingga cairan
merah itu terus turun dan tertampung di selangkangannya.
"Ayo Om, cepet diminum!" ajaknya dengan suara mendesah
Tanpa diminta lagi, pria itu segera ikut duduk di lantai di hadapan
gadis itu. Mula-mula ia menjilati wine yang melumuri payudara Syeni,
jilatannya terus turun ke bawah hingga ke selangkangannya dimana
wine itu tertampung. Sssslllrrp...ssrrrlllpp...suara seruputan terdengar
nyaring. Rasa wine itu kini bercampur dengan rasa kewanitaan, begitu
nikmat sampai cairan itu habis pun, Koh Ayong terus menjilati vagina
Syeni. Hal ini menimbulkan sensasi luar biasa bagi gadis itu dari
dinginnya wine dan hangatnya lidah pria itu. Ia membuka pahanya
lebih lebar sehingga Koh Ayong lebih leluasa menjilati vaginanya.
Hingga pada puncaknya, tiga semprotan sekali muncrat yang langsung
dijilat tak bersisa oleh Koh Ayong. Ia bahkan menghisap sampai habis
sisa-sisa cairan vagina bercampur wine yang tersisa di wilayah
selangkangan gadis itu. Setelah itu Syeni kembali naik ke atas ranjang
empuk itu sambil menggandeng lengan Koh Ayong. Ia naiki tubuh pria
itu dengan gerakan erotis, tangannya yang halus menyusup ke balik
kaos singlet pria itu dan mengelusnya, jarinya memencet putingnya
dan memainkannya hingga pria itu mendesah keenakan oleh
pelayanannya. Tatapan matanya yang sangat menggoda membuat
setiap pria normal tidak tahan menatapnya, tidak terkecuali Koh Ayong
ini.
"Om udah ga tahan nih Syen, sekarang aja ya, ok?" tanya Koh Ayong
kemudian sambil mengelus tubuh mulus Syeni.
"Pelan-pelan aja om, kalau keluar sebelum dinikmati kan sayang"
jawab gadis itu, "sekarang buka dulu yah om bajunya" lanjutnya
sambil membuka singlet pria itu lalu celana dalamnya.
Penis pria itu sudah mengacung tegak begitu celana dalamnya
dipeloroti, ukurannya standar saja sih, tapi cukup keras. Syeni
mengocok sebentar benda itu lalu ia membuka mulut dan memasukkan
benda itu ke sana.
"Aahh.. Enak banget.. Syen!!" racau Koh Ayong merasakan penisnya
dioral Syeni.
Sesekali kepala penis pria itu bersentuhan dengan gigi Syeni, ia hanya
bisa mengerang tapi sambil mengelus rambut panjang gadis itu.
Dimulai dengan jepitan erat bibirnya pada kepala penis, rasanya sukar
dilukiskan, terutama waktu bibir Syeni masih dalam jepitan erat
bergerak turun menyentuh lingkaran helm senjata pria itu. Koh Ayong
merasa mau keluar saat itu tapi ia berusaha menahannya susah payah.
Sensasi yang timbul saat bibir Syeni makin turun menjalari batang
penis Koh Ayong yang keras dan penuh urat. Dan saat jepitan erat
bibir gadis itu turun ke arah pangkal paha Koh Ayong yang berbulu,
kepala penisnya menyentuh daging halus dan lembut langit-langit
tenggorokan gadis itu.
"Syen... aduh.. enak sekaliii..." Koh Ayong merintih perlahan
"Hhmmm...keliatannya om udah siap ya!" kata Syeni setelah beberapa
saat mengoral penis pria itu, ia lalu naik ke penisnya.
Koh Ayong berbaring telentang di tengah ranjang menanti pelayanan
Syeni berikutnya. Dengan satu tangan memegang penis pria itu dan
satu tangan lagi membuka celah liang kewanitaannya sendiri, Syeni
perlahan-lahan menurunkan pinggulnya. Koh Ayong merasakan kepala
penisnya telah menyentuh belahan hangat basah liang kewanitaan
Syeni. Setelah pas posisinya, Syeni perlahan menurunkan pinggulnya
hingga penis pria itu tertusuk ke vaginanya. Koh Ayong pun mulai
mendesah-desah sambil menggigit-gigit bibir bawahnya, tangannya
meremas kedua payudara gadis itu. Sementara itu, Syeni bukan hanya
mendesah, melainkan mengerang menahan ngilu proses penetrasi itu.
"Goyang Syen!" perintah Koh Ayong
Tanpa disuruh lagi, Syeni pun segera menaik-turunkan tubuhnya,
mereka berdua benar-benar menikmatinya saat itu.
"Gimana om? Enak? Aaaahh!!" tanya Syeni terlihat mesum.
Wajah gadis itu tampak bersemu merah karena sudah sangat
terangsang dan pengaruh alkohol. Sesekali wajahnya meringis,
menahan nikmat yang dirasakan dari hujaman-hujaman penis di bawah
sana. Tangan Koh Ayong merajarela di sekujur tubuh telanjang Syeni,
meremas-remas payudara, pantat, dan punggungnya.
Kali ini Syeni menundukkan badannya, mulutnya mencium mulut pria
itu. Sambil berpagutan bibir ia tidak menghentikan gerakan turun naik
pinggulnya.Gesekan batang kejantanan Koh Ayong pada dinding liang
kewanitaan Syeni yang peret itu sungguh memberi kenikmatan luar
biasa pada pria itu. Sensasi yang ditimbulkannya sampai menjalar ke
seluruh tubuh, buktinya nafas pria itu semakin menderu-deru. Cukup
lama juga Syeni memicu tubuhnya turun naik di atas penis Koh Ayong.
Tiba-tiba saja ia menggerakkan pinggulnya semakin cepat dan makin
keras menghujam ke arah batang kejantanan Koh Ayong, bukan hanya
itu, lidahnya juga menyedot kuat-kuat lidah pria itu. Koh Ayong juga
turut menggoyang pinggulnya menyodok ke atas.
"Oohhh Om...gitu enakhh...enak sekali.. iya terus Om..." desah Syeni
Setengah jam lamanya penis Koh Ayong yang perkasa itu menghujam-
hujam vagina Syeni hingga akhirnya bobollah pertahanan gadis itu.
Diiringi desahan panjang, vaginanya banyak sekali mengeluarkan
cairan bening dan hangat membasahi penis pria itu yang masih
tertancap dalam vaginanya. Lemaslah tubuh Syeni menindih Koh
Ayong yang sedang asyik mengenyot payudaranya yang putih, montok
dan kenyal. Pria itu lalu mengubah posisi, kini batang penisnya masih
tertancap di vagina Syeni hingga sekarang posisi gadis itu sekarang
menungging dan ia berlutut di belakangnya. Batang penisnya yang
masih menancap lalu ditekannya berkali-kali ke vagina gadis itu
sambil kedua tangannya memegangi pantatnya. Kembali penis Koh
Ayong yang keras keluar masuk ke vagina Syeni berkali-kali sampai
kira-kira setengah jam kemudian Syeni pun kembali mencapai
klimaksnya bersamaan dengan pria itu. Koh Ayong lalu mencabut
penisnya kemudian menumpahkannya cairan spermanya yang hangat
di perut gadis itu.
"Aaahhh.. aaahhh... ssshhh...Syen...bener-bener luar biasa deh... baru
kali ini om geluarin cairan segini banyaknya...aahhh!" lenguh Koh
Ayong.
Bagi Syeni, klimaks kali ini sungguh tak kalah dahsyat dari yang
sebelumnya. Malah lebih dahsyat karena datang di saat tubuhnya
masih dilanda kenikmatan sisa klimaks sebelumnya. Ia merasakan
seluruh sendinya seperti mau copot akibat orgasme yang datang
beruntun itu. Memang, letih karena orgasme adalah letih yang berbeda
dibanding letih yang lain.
Keduanya benar-benar kelelahan sekali setelah pertempuran tadi itu.
Syeni merebahkan diri di samping Koh Ayong di ranjang spring bed
itu. Mereka saling merapatkan badan sehingga dapat merasakan
dekapan hangat pasangan masing-masing. Koh Ayong masih menciumi
dan mengecup leher belakang Syeni, sambil kakinya dilingkarkannya
ke pinggang gadis itu seperti mendekap guling. Tangannya pun
dilingkarkannya di perutku dengan erat seolah sedang menemani
istrinya tidur. Syeni membalikkan tubuhnya dengan lunglai.
"Ah, boleh juga nih si enkoh...so gentle", gumamnya dalam hati
membandingkannya dengan kedua tukang ledeng siang tadi.
Dipandangnya pria setengah baya itu yang berbaring dengan
kejantanannya yang tegak-keras.
"Hihihi...belum puas yah Om?" kata Syeni dengan suara pelan sambil
menangkap penis pria itu dengan tangannya
"Puas kok Syen...om puas banget, tadi itu minum sedikit obat China
makannya masih tegak nih hehehe" jawab Koh Ayong.
"Gitu yah...kalau gitu biar saya servis lagi, sekalian saya bersihin ya
om" kata Syeni lagi seraya menggeser tubuhnya ke bawah, ke penis
pria itu.
Ia menjilatkan lidahnya pada batang penis itu. Koh Ayong tersentak
kegelian tapi segera pula tak berkutik ketika Syeni mulai menjilat.
Sambil tetap berbaring, diperhatikannya Syeni seperti bayi kelaparan,
berusaha memasukkan seluruh kejantanannya ke mulut mungilnya.
"Aaaahhh!" desah pria itu keenakan, penisnya serasa disedot-sedot
mulut yang hangat dan basah.
Syeni berkonsentrasi, ia berusaha keras memberikan kenikmatan
maksimal kepada pria yang telah membayarnya dengan harga tinggi
ini. Ia sedang melakukan tugasnya seprofesional mungkin. Dengan
lidahnya yang gesit, ia menyentuh-nyentuh ujung kejantanan Koh
Ayong. Setiap sentuhan lidahnya membuat pria itu tersentak-sentak,
apalagi kemudian lidahnya menjilat berkeliling. Tubuh Koh Ayong
bergidik dan bergetar merasakan nikmat luar biasa, terutama saat
Syeni meremas-remas lembut buah pelirnya. Pijatannya yang pelan
dan lembut membuat pria itu seperti dilambung-lambungkan ke awan.
Koh Ayong menggeliat-geliat merasakan penisnya seperti dipenuhi air
yang mencari jalan keluar, bercampur geli yang menyebar ke seluruh
tubuhnya.
Syeni tahu pria ini sebentar lagi akan mencapai klimaks. Maka ia
memperkuat sedotan dan kenyotannya, kepalanya maju mundur
sehingga penis di mulutnya keluar-masuk dengan suara berdecap-
decap.
Syeni agak terkejut ketika kepalanya ditahan oleh Koh Ayong sehingga
tidak bisa begerak, dan pria itu mencabut penisnya dari cengkraman
mulutnya.
"Cukup Syen...udah mau keluar nih!" katanya, lalu ia kembali
membaringkan tubuh gadis itu dan naik ke atasnya.
Koh Ayong memposisikan diri di antara kedua paha Syeni dan
menempelkan kepala penisnya pada bibir vagina gadis itu. Setelah
dirasa pas, dengan sekali gerakan ia menghujamkan kejantanannya
dalam-dalam. Syeni setengah menjerit, kaget sekaligus keenakan.
Syeni memejamkan mata kembali menikmati genjotan Koh Ayong
dengan penuh penghayatan. Setelah birahinya dibangkitkan lagi oleh
Syeni, Koh Ayong semakin bernafsu, permainannya yang tadinya
lembut kini menjadi liar. Dengan ganas ia menghujam-hujamkan
penisnya yang menyebabkan Syeni menggelepar-gelepar bagai sedang
disembelih. Dengan sisa tenaganya, Syeni melingkarkan kedua kakinya
di pinggang Koh Ayong sehingga tubuhnya kini terpaut ke tubuh pria
itu. Keduanya lalu berpagutan bibir dan beradu lidah dengan penuh
gairah sehingga desahan tertahan terdengar dari mulut mereka.
Sensasi yang timbul dari pergesekkan penis pria itu dengan dinding
dalam vaginanya benar-benar membuat Syeni serasa terbang, nikmat
sekali..
"Aahh.. Aarrgghh.. Oohh...ooomm....mau keluar!!" tangan Syeni
memeluk erat tubuh Koh Ayong, kukunya sampai mencakar punggung
pria itu ketika di ambang klimaks
"Aahh.. Syen enak banget... ohh...!" Koh Ayong juga mengerang-
ngerang dan genjotannya semakin bertenaga.
Mata Syeni merem-melek saat gelombang dahsyat itu menerpanya,
tubuhnya mengejang hebat, gelombang kenikmatan itu menjalar dari
vagina ke seluruh tubuhnya. Rasa nikmat yang dirasakannya itu begitu
besar sehingga dia tak mau hal itu berakhir. Sengaja kakinya yang
mengapit pinggang Koh Ayong ia pererat agar penis pria itu bisa
masuk lebih dalam. Tak lama kemudian pria itu juga mencapai
orgasmenya. Koh Ayong menekan dalam-dalam batang penisnya dalam
vagina Syeni dan menyemburkan isinya. Cairan hangat itu tertumpah di
dalam rahim gadis itu. Penisnya berangsur-angsur menyusut di dalam
sana, lalu ia mencabut batang kemaluannya hingga akhirnya mereka
terbaring bersebelahan.
"Syen, kamu benar-benar hebat. Sudah keluar beberapa kali tetap bisa
siap tempur lagi hehehe...gak salah emang kenal sama kamu" puji Koh
Ayong yang membuat gadis cantik ini mukanya bersemu merah.
Akhirnya setelah obrolan ringan beberapa saat, mereka pun tertidur
bersama saling berpelukan.
###########################
Keesokan paginya
Gadis cantik itu terbaring seorang diri di atas ranjang, wajahnya
terlihat begitu tenang dan begitu polos ketika dalam keadaan tertidur.
Tubuh telanjangnya hanya terbalut selimut hotel yang hangat yang
membuatnya tidur dengan nyenyak, sedangkan sosok Koh Ayong yang
kemarin bercinta dengannya sudah tidak terlihat lagi di sana.
"Mmmhhh...", beberapa saat kemudian ia terlihat mulai terbangun dari
tidurnya yang tenang. Ia mendesah pelan sambil menggeliatkan
tubuhnya yang indah, matanya membuka dan berkedip. Matanya
memandang ke arah jam weker digital di bufet sebelah ranjang. Waktu
telah menunjukkan pukul 9.43, sudah siang, ia tertidur cukup lama. Ia
bergegas turun dari ranjang dan menuangkan air putih ke gelas lalu
meminumnya. Matanya tertuju pada sebuah amplop hotel bertuliskan
namanya di atas meja, ia ambil amplop itu dan mengeluarkan isinya,
sebuah cek delapan juta rupiah dan secarik surat, dari Koh Ayong,
isinya:
Maaf Syen...om harus berangkat pagi-pagi ke pabrik ninggalin
kamu sendirian. Tadinya om mau bangunin kamu tapi keliatannya
kamu capek sekali jadi om nggak sampai hati bangunin. Untuk
sarapan silakan kamu silakan pesan saja di hotel, tagihannya
masuk rekening om kok. Uang bayaran buat kamu sudah om
sediakan dalam bentuk cek. Terus terang om sangat puas dengan
pelayanan kamu jadi om lebihkan bayarannya sedikit. Lain kali om
akan kontak kamu lagi ok.
Syeni termenung sejenak, dalam satu malam saja ia sudah bercinta
dengan seorang pria berduit, ada rasa bangga dan gembira karena
dengan pesonanya ia telah berhasil mendapat uang sebesar itu, namun
juga ada rasa penyesalan dan bersalah karena semua ini harus dibayar
dengan kehormatannya juga perasaannya sebagai wanita, semuanya
kosong dan hampa, sehampa hatinya. Kini ia merasa benar-benar
sendiri, di kota asalnya papa mamanya tidak pernah punya waktu
memberinya kasih sayang, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan dan
arisan, hanya tahu memberi uang dan materi pada puteri mereka,
omanya yang dekat dengannya sudah tiada, pria yang pernah
dicintainya telah mencampakkannya seperti samapah. Tak ada lagi
orang yang menghiburnya di kala gundah, tak ada lagi laki laki
pelindungku di kala susah, ia tinggal sendiri menjalani kehidupan ini
yang belum tahu ke mana arahnya. Itulah manis, pahit dan getirnya
menjalani profesi seperti ini. Tidak ingin lama-lama larut dalam
perasaan tidak menentu, Syeni segera masuk ke kamar mandi dan
membersihkan diri di bawah shower. Setelah menghabiskan
sarapannya ia segera meninggalkan hotel itu.
Karena hari itu tidak ada jadwal bimbingan, Syeni menyempatkan diri
jalan-jalan di mall di depan hotel itu. Seperti gadis-gadis
seumurannya di sana ia window shopping dan membeli beberapa
barang yang memikat hatinya, juga bertemu beberapa teman dan
mengobrol sebentar. Waktu terus berjalan hingga tak terasa sudah
hampir jam makan siang lagi. Di suatu sudut di mall itu ia melihat
beberapa warga Jepang yang tinggal di Indonesia tengah
mengumpulkan sumbangan untuk korban tsunami di negeri mereka
dengan bahasa Indonesia berlogat Jepang. Syeni melewati stan itu
namun sepuluh langkah setelahnya tiba-tiba ia berbalik ke stan amal
tersebut dan mengutarakan niatnya untuk menyumbang.
"Mereka lebih membutuhkan ini daripada aku" katanya dalam hati
sambil mengeluarkan cek delapan juta yang diterimanya dari tasnya.
Pria setengah baya yang menjadi panitia sedikit terhenyak menerima
sumbangan yang terbilang besar itu. Ketika mengisi buku daftar
penyumbang, Syeni hanya mengisi nominal jumlah uangnya saja,
sedangkan untuk nama ia hanya mengisinya dengan huruf 'S'. Orang-
orang yang berdiri secara bersamaan mengucapkan terima kasih dalam
bahasa Jepang dan Indonesia dan seorang wanita memberikannya
sebuah kertas lipat berbentuk burung-burungan sebagai tanda telah
menyumbang. Kata wanita itu burung-burungan kertas dapat membawa
berkat dan keberuntungan bagi yang percaya. Syeni tersenyum dan
memasukkan benda itu ke tasnya dan meninggalkan stan itu. Ia tidak
percaya hal-hal seperti itu, namun kehampaan hatinya sedikit terobati
dengan berbuat amal dengan tulus tanpa ada niat cari muka ataupun
pamer seperti yang dilakukan para politikus itu yang menyumbang
sambil mengibarkan bendera partai mereka atau pejabat yang memberi
sumbangan tapi harus diliput media yang tidak ada bedanya dengan
'membeli' dukungan. Ada tertulis dalam sebuah puisi klasik:
..........
Sebagaimana Liang Hongyu* dan Du Shiniang**,
beberapa pelacur bahkan lebih mulia daripada para munafik bertopeng
moral.
Engkau dapat menipu dunia, tapi tak dapat mengelabui langit,
Engkau mungkin terlihat saleh di mata manusia,
namun langit mengetahui kebusukan hatimu.
...........
Saat keluar dari sebuah toko sepatu Syeni melihat seorang anak
perempuan berumur sekitar 5-6 tahun yang sepertinya sedang
kebingungan, kepalanya menengok kesana kemari seperti tersesat,
matanya juga nampak sembab. Syeni melihat di sekitarnya, memang
tidak ada orang dewasa lain yang menuntun anak ini, sepertinya ia
memang terpisah. Ia sadar dengan kondisi seperti itu, anak itu sangat
rawan penculikan, apalagi di tangan anak itu terdapat sebuah HP.
Maka ia pun menghampiri anak itu.
"Dik? Kamu mau ke mana? Mama kamu mana?" tanyanya lembut.
"Papa...Amel mau papa? Papa mana?" anak itu terisak-isak ketika
Syeni menanyainya.
"Oke...oke...Amel tenang ya, ini kan Amel punya HP, ayo kita telepon
papa Amel aja ya" kata Syeni menenangkan gadis kecil itu.
"Tapi gak bisa nyambung Ci...Amel udah coba tapi ga nyambung
terus...huuuu..!!" anak itu semakin menangis.
Syeni mencoba HP anak itu dan menghubungi nomor papanya.
Ternyata masa aktif pulsanya telah habis sehingga tidak heran kalau
tidak bisa dipakai untuk menelepon. Ia mengeluarkan BB-nya dan
mencoba menghubungi nomor tadi. Kali ini tersambung, seorang pria
menerima telepon.
"Ya...halo!" sapa suara di sana.
"Ia halo, ini ada yang mau bicara" Syeni lalu menempelkan Bbnya ke
telinga anak itu.
Anak itu menangis di telepon dan ngomongnya tidak jelas sehingga
Syeni menarik kembali BB-nya untuk bicara lebih jelas dengan
ayahnya. Ia menjelaskan posisi mereka agar ayah anak itu dapat
menemukan mereka dan menjemput anaknya.
"Oh...oke...oke...saya segera ke sana sebentar lagi!" kata pria itu
segera menutup telepon.
"Mel...Amel tenang ya, papa Amel mau jemput kok sebentar lagi, udah
ya udah!" Syeni memeluk anak itu dan mengelus-elus rambutnya.
Anak itu mulai tenang dan merasa nyaman dalam pelukan Syeni
"Eh...Mel, kamu haus ga? Tuh di sana ada yang jual minum, yuk cici
beliin!" ajak Syeni setelah anak itu tenang.
Ia menggandeng tangan kecil itu dan membelikannya segelas bubble
tea. Kemudian ia mengajak anak itu duduk di bangku dekat situ sambil
menunggu ayahnya.
"Ci...cici malaikat ya?" tanya anak itu setelah menyedot minumannya,
"kata laoshi di sekolah minggu malaikat itu cantik dan baik hati, selalu
ngebantu kita"
"Ahh...apa..." Syeni terdiam tidak bisa melanjutkan kata-katanya, ia
tidak percaya masih ada orang menyebutnya sebagai malaikat, bahkan
orang tua dan mantan pacarnya pun tidak pernah menyebutnya seperti
itu, apalagi mengingat keadaannya sekarang yang sudah sangat kotor,
kepolosan anak ini membuatnya sangat terharu dan hampir
meneteskan air mata, "bukan...cici bukan malaikat...nama cici Syeni!"
lanjutnya dengan suara sedikit bergetar.
"Amel...nakal ya kamu...papa kan udah bilang jangan jauh-jauh
mainnya!" seorang pria berambut belah tengah berumur awal tiga
puluhan menghampiri mereka dari samping.
"Papa...papa...ini cici yang nolongin Amel nelepon papa!" Amel turun
dari bangku dan memeluk papanya.
"Oooh...kamu, terima kasih...maaf ya ngerepotin, anak ini emang gini
baru ditinggal sebentar udah keluyuran ke mana-mana" kata pria itu
menggendong anaknya, "Oh ya, saya Stephen" ia mengulurkan
tangannya.
"Syeni" gadis itu menyambut uluran tangan pria itu sambil tersenyum
manis.
Setelah berbasa-basi sejenak, Syeni pun berpamitan dan hendak pergi.
"Oke deh, Amel jangan nakal lagi ya, cici pulang dulu!" katanya sambil
berjongkok dan mengelus kepala anak itu, lalu berdiri dan membalik
badan hendak pergi.
"Syen...tunggu dulu...saya punya kafe di mall ini dan kebetulan ini
sudah jam makan siang. Kalau kamu gak keberatan, saya mau
mentraktir kamu...ya sebagai tanda terima kasih" kata Stephen.
"Eenngg...tapi..."
"Ayo Ci, kita makan bareng, di kafe papa enak-enak loh makanannya!"
Amel ikut mengajaknya dan menarik tangan gadis itu.
Ajakan Amel benar-benar membuat Syeni tidak bisa menolak, ia takut
mengecewakan anak itu sehingga akhirnya ia pun mengiyakan ajakan
ayahnya.
Sambil menggendong putrinya, Stephen membawa Syeni ke sebuah
kafe di salah satu sudut mall itu. Ternyata posisinya tidak terlalu jauh
dari tempat tadi Amel hampir tersesat, mungkin karena luasnya
bangunan dan keramaian pengunjung membuat anak itu menjadi
bingung. Sambil menunggu mereka pun mengobrol.
"Dia memang selalu merindukan figur seorang mama, makannya dia
nempel ke kamu seperti tadi" kata Stephen menjelaskan sambil melihat
ke arah putri kecilnya yang sedang asyik dengan mainannya di meja
lain.
"Maaf kalau boleh tahu, mamanya....?"
"Sudah gak ada sejak dia lahir...pendarahan..." jawab pria bertampang
kebapakan itu menjawab dengan berat.
"Oh maaf...saya turut berduka" Syeni turut berduka mendengarnya.
"Nggak...ga apa kok" Stephen kembali tersenyum, "ayo silakan
diminum dulu!" ia mempersilakan Syeni meminum minuman yang baru
saja diantar pelayan.
Stephen melanjutkan ceritanya bahwa ia sebagai single father
membesarkan anaknya dibantu oleh kedua orang tuanya. Selama ini ia
belum memikirkan untuk menikah lagi walaupun orang tua, saudara
dan teman-temannya terus mendorongnya agar putrinya tidak tumbuh
tanpa kasih sayang ibu. Masih banyak pergumulan dalam dirinya
mengenai hal yang satu ini, juga karena selama ini ia belum
menemukan wanita yang dirasanya pas sebagai pengganti almarhum
istrinya maupun ibu bagi putrinya.
"Omong-omong, kamu sendiri masih kuliah? Atau sudah kerja?" pria
itu mulai berusaha mengenalnya lebih jauh.
"Kuliah, lagi skripsi...di ********" jawab Syeni.
Selama menemani ngobrol mereka terus saling menatap wajah dan
mata masing-masing. Entah ada kekuatan apa, baik Stephen yang telah
lama menyendiri dan menutup diri dari wanita lain maupun Syeni yang
sudah tidak percaya adanya pria baik, yang menganggap setiap pria
hanya menginginkan tubuhnya, mulai merasakan adanya chemistry di
antara keduanya. Hati keduanya yang telah membeku mulai sedikit
mencair.
Di tengah menikmati hidangan utama, Stephen pamit ke dalam
sebentar karena ada yang perlu dibicarakan dengan karyawannya.
Syeni pun tinggal bersama dengan Amel. Keduanya tampak semakin
cocok, makan sambil ngobrol dan bercanda. Sampai masuk sebuah
pesan ke BB nya, dari Imron, si penjaga kampus bejat itu, yang
mengajaknya untuk datang ke kampus sore ini atau dia yang akan
datang ke apartemennya nanti malam. Kebahagiaan yang baru saja
dirasakannya tiba-tiba rusak. Ia sadar dirinya adalah budak seks si
penjaga kampus bejat itu yang menyimpan skandalnya juga budak
seks bagi Pak Dahlan, si dosen mesum itu. Setelah makan, dengan
alasan sedang buru-buru, Syeni pamit untuk pergi dari situ. Stephen
bermaksud mengantarkan dengan mobilnya, tapi ia menolaknya
dengan alasan sudah dijemput oleh seorang teman yang menunggu di
depan mall. Setelah menurunkan Amel dari gendonganya, ia pun
meninggalkan tempat itu.
"Syen...!" Stephen memanggilnya ingin meminta nomor HP atau pin BB
agar bisa tetap berhubungan, tapi tidak meneruskannya, ia baru ingat
nomor gadis itu telah masuk ke BB nya ketika meleponnya tadi.
Hati pria tampan itu berbunga-bunga, ia berharap masih dapat
bertemu lagi dengan gadis itu. Namun tidak dengan Syeni, di satu sisi
ia juga ingin bertemu pria itu lagi, namun di sini lain ia tidak ingin
menyakitinya yang diyakininya akan terjadi bila mereka mengenal
semakin dalam, juga bagaimana dengan Amel, bagaimana reaksinya
bila orang yang dianggapnya malaikat itu ternyata penuh noda.
Sungguh galau hatinya, semua ini seperti cerita Cinderella,
kebahagiaan sejenak itu telah berakhir, kembali ke kehidupannya yang
gelap, namun 'sepatu kaca' itu kini tertinggal, menunggu kelanjutan
kisahnya. Sesungguhnya
Lahir dan mati, perjodohan dan perpisahan,
semua adalah kehendak langit.
Bila jodoh, berpisah ribuan li pun, akan kembali bersatu.
Tanpa jodoh, jarak sejengkal pun tiada pernah bisa bersatu.
Wahai pujaan hati, akankah kita bersua kembali?
Catatan:
*Liang Hongyu (1102-1135) adalah putri seorang perwira militer Dinasti
Song yang terpaksa menjadi pelacur demi menyelamatkan ekonomi
keluarganya setelah ayahnya meninggal. Belakangan ia bertemu dan
saling jatuh cinta dengan pahlawan perang Song, Han Shizhong.
Keduanya akhirnya menikah, sejak itulah nasib Liang berubah. Karena
menguasai ilmu bela diri dan seni perang, juga atas rekomendasi
suaminya, ia mendapat posisi dalam ketentaraan. Di sana ia
membuktikan diri sebagai wanita pejuang yang tangguh. Bersama
suaminya, ia memenangkan beberapa pertempuran melawan suku
barbar Jurchen. Setelah ia meninggal namanya harum dan dikenang
dari generasi ke generasi sebagai seorang pahlawan wanita China.
**Du Shiniang adalah tokoh dalam cerita rakyat China. Ia adalah
seorang pelacur yang jatuh cinta pada seorang sarjana bernama Li Jia.
Ketika Li memintanya untuk menjadi istrinya, Du sangat gembira dan
mengiyakannya. Setelah Li menebusnya, ia pun memboyong Du ke kota
asalnya. Namun dalam perjalanan, seorang saudagar bernama Sun Fu
terpikat oleh kecantikan Du dan ia membujuk Li untuk membatalkan
niatnya menikahi Du. Sun juga menghasut bahwa keluarga Li yang
terpandang pasti tidak akan setuju mengambil menantu seorang bekas
wanita penghibur. Li yang plin-plan akhirnya menyetujui tawaran Sun
senilai 1000 tael emas untuk menyerahkan Du padanya. Du Shiniang
sangat kecewa pada Li setelah diberitahu tentang semua ini. Keesokan
harinya di atas perahu yang mereka tumpangi ia melemparkan satu
demi satu emas permata yang ia miliki. Ketika Li Jia menanyakan apa
yang ia lakukan, Du menjawab, "semua ini adalah tabungan pribadiku
yang akan kupakai untuk menempuh hidup baru setelah pensiun, tapi
sekarang engkau telah menyia-nyiakan semuanya, jadi untuk apalagi
semua ini?" habis berkata ia terjun ke sungai dan menenggelamkan diri
demi membuktikan kemurnian cintanya.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.