Jumat, 06 Maret 2015

Holiday's Challenge 3: Monica, si Gadis Peternak

Berbeda dengan 3 temannya, Moniq sudah menentukan pekerjaan apa
yang akan dicobanya. Dari dulu, dia ingin sekali menjadi peternak
karena dia memang suka sekali dengan boneka sapi yang lucu-lucu. Di
dalam kamarnya, mungkin ada lebih dari 10 boneka sapi dengan
berbagai ukuran.
"tok tok tok !!".
"Bi Inah yaa ?".
"iyaa non...".
"masuk, Bi...".
"ini susunya, non...".
"waah...asiiik...". Moniq langsung meneguk habis segelas susu yang
dibawa Bi Inah.
Moniq sangat suka minum susu, tapi anehnya badannya tidak
bertambah tinggi. Dibandingkan dengan 3 temannya pun, Moniq lah
yang paling mungil dan imut-imut namun badannya benar-benar sekal
dan begitu padat berisi. Moniq adalah anak satu-satunya dari kedua
orang tuanya, tak heran kalau dia agak manja karena selalu dimanja
kedua orang tuanya. Keluarga Moniq adalah keluarga yang harmonis
dan sangat berada. Moniq mendapatkan kehangatan dan kasih sayang
dari kecil, tapi semuanya berubah saat ayahnya meninggal dunia
karena penyakit jantung. Waktu itu, Moniq baru kelas 1 SMA, awalnya
Moniq berubah dari periang menjadi pendiam. Tapi, Ibunya yang
sama-sama sedih, berhasil menyemangati Moniq sehingga lama
kelamaan Moniq kembali periang. Moniq kesepian sekali saat ibunya
harus menggantikan peran ayahnya sebagai direktur utama sebuah
perusahaan sehingga otomatis ibunya menjadi super sibuk dan sering
ke luar negeri. Di saat itulah Moniq terjerumus ke dalam lembaran
hitam dari kehidupan seorang wanita. Moniq yang memang polos
berhasil diperdaya oleh guru olahraganya sehingga keperawanannya
pun terenggut. Kejadian itu membangkitkan 'sesuatu' yang ada di
dalam diri Moniq. Sesuatu yang benar-benar liar dan nakal yang
sebenarnya tak akan mungkin ada di dalam diri seorang gadis yang
manja dan polos seperti Moniq. Sejak itu, sisi gelap Moniq semakin
menguasainya tapi sama sekali tak mempengaruhi sifatnya.
"non Moniq mau kemana ?!", tanya Bi Inah yang kaget setelah
mendengar mesin mobil.
"Moniq mau jalan-jalan...".
"jangan non...nanti kalo ibu tau..bisa marah..".
"biarin...".
Moniq pun langsung melaju pergi dengan mobilnya.
"yeey !!!", teriak Moniq lepas dan merasa sangat senang berhasil keluar
dari rumahnya. Moniq pun mencari-cari secarik kertas yang berisi
sebuah alamat.
Alamat yang di dapat Moniq dari seorang penjual kambing di Jakarta.
Moniq pun menuju alamat tersebut yang merupakan alamat dari orang
yang katanya memiliki peternakan. Lumayan jauh juga perjalanan yang
ditempuh gadis imut itu, tapi sekarang dia sudah sampai di perbatasan
desa. Moniq pun membuka jendela.
"hemmhh...enak udaranya", ujar Moniq sambil menarik nafas dalam-
dalam untuk menikmati segarnya udara pedesaan yang tak
terkontaminasi oleh asap kendaraan.
"permisi, Pak...", sapa Moniq melihat seorang bapak yang berjalan di
pinggir.
"ada apa, neng ?". Bapak itu agak terkejut setelah melihat wajah cantik
Moniq.
"saya mau numpang nanya..Bapak tau alamat ini nggak ?", dengan
nada suaranya yang manja.
"oh ini mah rumahnya Bapak Jali...".
"kalo dari sini gimana, Pak ? masih jauh nggak ?".
"nggak terlalu jauh, neng..tinggal lurus aja...".
"makasih yaa, Pak...".
"sama-sama, neng...". Tak sampai 5 menit, Moniq sampai di rumah
yang ada bangunan-bangunan seperti kandang. Moniq pun keluar dari
mobil.
"hst..hst...". Beberapa orang laki-laki saling memanggil satu sama lain
dengan bahasa isyarat. Semuanya pun memandangi Moniq yang
berjalan ke arah Jali.
"ckck...cakep banget..", hampir semua lelaki yang memandangi Moniq
berdecak kagum sambil menggeleng-gelengkan kepala. Sisanya,
memandangi Moniq dengan pikiran-pikiran jorok dengan tonjolan yang
segera muncul di celana mereka.
"permisi, Pak...".
"iya, neng ? ada keperluan apa ya ?".
"saya mau ketemu Bapak Jali..dimana yaa ?".
"oh, saya Pak Jali...ada perlu apa neng cari saya ?".
"begini, Pak...".
"sebentar neng..kita ngobrol di teras aja...mari, neng...".
"iya, Pak...". Moniq pun mengikuti Jali ke teras rumahnya.
"jadi, neng ini namanya siapa ? kok bisa tahu nama saya ?".
"oh iyaa..nama saya Monica, Pak..".
Jali pun menyambut tangan Moniq yang putih nan mulus itu. Alus
banget tangannya nih cewek, ujar Jali dalam hati.
"jadi neng Monica ini ada keperluan apa ? kok neng Monica bisa tahu
rumah saya ?".
"mm...maaf, Pak...panggil saya neng Moniq aja..".
"oh iya, neng Moniq..".
"jadi gini, Pak...saya tau alamat Bapak dari penjual kambing di Jakarta,
Pak...".
"he emh..terus ?".
"saya mau tahu caranya ternakkin hewan ternak, Pak...".
"ouh begitu..". Ada seorang wanita keluar dari dalam rumah.
"ada tamu ?".
"permisi, Bu...", Moniq pun berdiri dan menjabat tangan wanita itu.
"neng ini siapa ya ?".
"saya Moniq..".
"neng Moniq..ini istri saya, namanya Nunung..".
"neng Moniq ada perlu apa yaa ?".
"saya mau belajar ternakkin sapi dan kambing, Bu...".
"ooh...".
Meski agak polos, Moniq tahu kalau Nunung cemburu dengannya.
Bagaimana tidak cemburu, wajah Moniq begitu cantik nan imut. Postur
tubuhnya yang mungil didukung wajah imutnya memang tak diragukan
lagi, Moniq bisa membuat laki-laki gemes dan gregetan terhadapnya.
"kalo boleh tau, rumah Pak RT dimana ya, Pak ?", tanya Moniq.
"saya Pak RT, neng...".
"oh..Bapak..Pak RT di sini ?".
"iya, neng...kenapa neng Moniq ?".
"saya...". Belum selesai Moniq berbicara, ada seorang pria.
"permisi, Pak...maav saya telat..tadi saya ada urusan...".
"iye gak ape-ape, Yib...".
"lho ? Bapak ?".
"eh neng...".
"neng Moniq kenal ama Toyib ?".
"tadi saya nanya ke Bapak ini...".
"kebetulan banget nih ada si Toyib..".
"kenapa, Pak ?".
"ini neng Moniq mau belajar cara ternak...tolong di ajak ngiter, Yib...",
Jali sedikit melirik wajah istrinya yang kelihatan bt sehingga tak berani
mengajukan diri untuk mengajak Moniq berkeliling.
"ayo neng Moniq...".
"mari, Pak, Bu...". Moniq pun berkeliling dengan dipandu Toyib. Moniq
pun diajak berkenalan oleh pekerja lainnya.
"nah ini kandang sapi, neng...".
"iih mana mana sapinya ?".
"kok beda sii ?".
"ha ? beda apanya, neng ?".
"beda sama ini...", Moniq menunjukkan hpnya yang ada gambar kartun
sapi.
"hahaha...ya beda lah, neng..sapi dimana-mana yaa kayak gini, neng...",
Toyib tertawa geli.
Tapi, ia merasa bingung juga. Masa iya, cewek cakep gini polos n'
lugu kayak anak kecil, pikir Toyib. Moniq pun diajak melihat kandang
ayam dan juga kandang kambing.
"neng Moniq nggak pulang ? udah sore ?".
"rumah saya jauh, Pak...n' kayaknya saya belum dapet apa-apa, Pak...".
"lho ? terus ? neng Moniq mau nginep gitu ?".
"iyaa, tadinya saya mau nginep di rumah Pak Jali..tapi kayaknya Bu
Nunung cemburu..bisa-bisa perang dunia tiga ntar...hihi..".
"haha..Ibu Nunung emang cemburuan, neng...".
"oh gitu yaa, Pak..".
"terus neng Moniq gimana ?".
"nggak tau nih, Pak...saya juga bingung..".
"ng...kalo neng mau..neng bisa nginep di rumah saya..".
"di rumah Bapak ?".
"tapi kalo neng gak yakin sama saya juga gak apa-apa...".
"gak yakin ? maksudnya ?".
"kalo neng Moniq takut di apa-apain ama saya ntar saya tanyain temen
saya yang lain..".
"saya sii nggak takut..Bapak orangnya baik..tapi istri Bapak nanti
marah nggak ?".
"saya udah cerai 5 bulan yang lalu, neng...".
"maaf, Pak...saya nggak tau...".
"nggak apa-apa neng...jadi gimana, neng ?".
"mm...boleh deh, Pak...maaf kalo nanti saya ngerepotin..".
"tenang aja, neng...". Bagai gayung bersambut, Toyib merasa senang
sekali. Serumah dengan cewek cantik, seperti mimpi rasanya. Sedari
tadi, mata Toyib tak henti-hentinya memandangi kemulusan kulit
Moniq. Hanya dengan dilihat, Toyib bisa membayangkan betapa
mulusnya dan betapa halusnya kulit Moniq yang putih seperti susu itu.
Moniq dan Toyib pun kembali ke rumah Jali.
"gimana, neng Moniq ?".
"Pak Toyib sih banyak ngejelasin, tapi sayanya masih kurang
ngerti..hehe..".
"oh..Toyib emang yang paling tau peternakan saya..soalnya dia yang
pertama kali kerja sama saya..".
"oh gitu yaa, Pak...".
"terus neng Moniq mau ke sini lagi besok ?".
"nng..gini, Pak...saya mau nginep di rumah Pak Toyib...rumah saya
jauh dari sini...lagian saya capek bolak balik, Pak...".
"apa neng Moniq gak takut nginep di rumah Toyib ? cuma berdua sama
Toyib ?".
Pertanyaan yang tidak sengaja terlontar dari mulut Jali itu semakin
menegaskan kalau bandot tua itu tak rela Moniq menginap di rumah
Toyib.
"saya nggak takut, Pak...Pak Toyib orangnya baik banget...", puji Moniq
sambil memandang ke arah Toyib dan tersenyum.
"oh yaudah kalo gitu...". Jali menatap Toyib dengan pandangan mata
penuh rasa iri, sementara pandangan mata Toyib bersinar-sinar seperti
orang yang menjuarai perlombaan dan mendapatkan hadiah yang
istimewa.
"kalo gitu..saya ama Pak Toyib pulang dulu yaa, Pak...", izin Moniq.
"bentar, neng...". Jali masuk ke dalam rumah dan sebentar langsung
keluar lagi dengan secarik kertas di tangannya.
"ini nomer telpon Bapak, neng...kalo neng Moniq mau nanya atau minta
tolong..langsung telpon aja yaa, neng...".
"okee deh, Pak...beres..". Dasar bandot maruk, udah punya bini cakep
masih aje ngincer daon muda, ujar Toyib dalam hati.
Pertama kali melihatnya, Toyib langsung kesemsem dengan Moniq.
Toyib tak pernah membayangkan akan bertemu dengan wanita yang
imut-imut dan begitu menggemaskan. Wajah Moniq sangat sedap
dilihat, tentu tak akan bosan dipandangi seharian. Tapi, yang paling
menarik perhatian Toyib adalah warna kulit Moniq. Begitu putih merona
bagai mutiara dan terlihat sangat halus dan sangat mulus, tak ada luka
atau lecet sedikit pun.
Bagi Toyib, Moniq benar-benar bibit unggul, kandidat yang paling
tepat untuk memperbaiki keturunan. Mereka berdua masuk ke dalam
mobil. Baru kali ini, Toyib naik mobil mewah seperti mobil milik Moniq.
Biasanya Toyib hanya naik angkot, atau paling keren, naik taksi, belum
pernah pria tua itu naik mobil mewah. Joknya terasa lembut dan
nyaman, aroma mobil pun harum dan membuat rileks, acnya pun sejuk
sekali.
"rumah Bapak lewat mana nih, Pak ?".
"luruuus aja, neng...ntar kalo ada belokan, saya kasih tau..".
"oke, Pak...".
"neng, saya boleh nanya nggak ?".
"mau nanya apa, Pak ?".
"neng Moniq kenapa mau belajar ternak ?".
"yaa sebenernyaa sii awalnyaa mau ngerjain tugas dosen aja, Pak...tapi
denger penjelasan Pak Toyib tadi..Moniq jadi tertarik juga..".
"oh gitu...".
"eh maaf Pak...tadi saya gak sopan...bahasain diri pake nama...".
"nggak apa-apa kok, neng..".
"saya kebiasaan kalo udah ngerasa deket sama orang..suka pake
nama..". Udah cantik, imut-imut, baik, sopan, n' kaya, benar-benar
cewek sempurna, pikir Toyib.
"gak apa-apa, neng...justru kerasa lebih deket..hehe..".
"hmm...oh iyaa yaa..ngomong-ngomong Pak Toyib udah berapa lama
kerja sama Pak Jali ?".
"pertama mulai kerja sih umur 38..jadi kira-kira udah 5 tahunan lha,
neng...".
"wah lama juga yaa...kalo gitu umur Bapak 43 yaa sekarang ?".
"iyaa, neng...kalo neng Moniq umurnya berapa ?".
"Moniq baru mau 20, Pak..hehe".
"oh baru 20...pantes masih imut-imut...", rayuan kampung Toyib pun
mulai keluar.
"iih Pak Toyib bisaa aja nih..", balas Moniq dengan nada manja dan
mencubit lengan Toyib.
"hehe..". Toyib merasa berbunga-bunga karena Moniq tak marah
digoda olehnya.
"nah di depan belok kanan, neng..".
"nah rumah saya yang itu tuh, neng...".
"oh yang itu yaa ? mobil Moniq parkir dimana nih, Pak ?".
"hmm...di situ aja neng..". Setelah mobilnya terparkir, Moniq pun
mengikuti Toyib masuk ke dalam rumah.
"maaf neng, rumah saya kecil n' berantakan...".
"gak apa-apa, Pak...Moniq malah suka rumah kecil kok...".
"bagus kalo gitu, neng..hehe..oh iyaa, neng...di sini kamar neng
Moniq..". Sebuah kamar yang rapih dan cukup bersih untuk seorang
pria yang tinggal sendirian. Ada sebuah ranjang cukup besar dengan
kelambu di atasnya seperti model ranjang favorit untuk pengantin dan
sebuah lemari besar di pojok kamar.

"wah..kamarnya rapih...".
"iya dong, neng..hehe...kan kamar ini kamar saya...".
"lho ? terus ntar Pak Toyib tidur di mana ?".
"yaa...saya mah gampang, tidur di luar juga bisa..".
"tapi tetep di dalem rumah kan ?".
"iya lha, neng...".
Toyib pun keluar dari kamar. Moniq langsung merapikan pakaiannya ke
dalam lemari.
"neng Moniq mau makan apa ?", tanya Toyib ke Moniq yang baru
keluar kamar.
"hmm...Moniq mau fried chickenn...".
"apa neng? prait..prait ciken ? apa tuh, neng ?".
"emm...ayam goreng yang di tepungin itu lho, Pak ?".
"aduh saya gak tau, neng...tapi kalo ayam goreng biasa sih ada yang
jual deket sini...".
"gak apa-apa deh, Pak...ini, Pak uangnya...".
"gak usah, neng...".
"masa Moniq udah ngerepotin Pak Toyib, makan di bayarin juga...".
Moniq memaksa Toyib menerima uangnya.
"hmm..yaudah deh, neng..saya beli ayam gorengnya dulu ya neng..".
"oke, Pak...". Toyib kembali dan menyiapkan makanan untuk mereka
berdua. Toyib dan Moniq pun makan bersama sambil bercanda dan
bersenda gurau. Toyib semakin kesemsem dengan si gadis imut yang
ada di hadapannya. Enak sekali ngobrol dengan Moniq yang periang
dan mudah tertawa. Tawa renyah Moniq membuat suasana rumah Toyib
menjadi hangat. Sudah 5 bulan, rasa sepi dan dingin selalu terasa
ketika Toyib pulang ke rumahnya sendiri. Jadi, tak heran kalau Toyib
senang sekali dengan kehadiran Moniq.
"kamar mandinya dimana, Pak ?".
"ayo ikutin saya, neng...".
"iyaa, Pak...".
"nah ini kamar mandinya, neng...". Toyib pun meninggalkan Moniq di
dalam kamar mandi dan kembali menonton tv kecilnya.
"Pak..Moniq tidur duluan yaa...".
"iya, neng...", jawab Toyib.
*******************
Keesokan harinya.
"hooaahhmm...eennggg !!!", Moniq ngulet meregangkan otot-otot
tubuhnya.
"hemm...", Moniq menikmati segarnya udara pedesaan di pagi hari
setelah membuka jendela. Moniq keluar dari kamar, Toyib pas sekali
mau keluar rumah.
"Pak Toyib ! mau kemana ?".
"eh neng Moniq udah bangun...".
"iyaa, Pak...Moniq baru bangun nih...Pak Toyib mau kemana sih ?".
"saya mau ke rumah Pak Jali, neng...".
"kok Pak Toyib nggak bangunin Moniq sih ?".
"tadi saya mau bangunin...tapi neng Moniq keliatan pules banget...
makanya saya nggak enak mau bangunin neng Moniq...".
"oh..yaudah, Pak Toyib tunggu sebentar yaa..Moniq mau ganti baju
dulu kalo gitu...".
"oke, neng...".
Sambil menunggu Moniq kembali, Toyib pun berandai-andai. Pria tua
itu membayangkan kalau dia berhasil mendekati Moniq untuk mau
menjadi istrinya. Terbayang oleh Toyib akan kehidupan yang sangat
indah jika berhasil memperistri Moniq. Pertama, tentu kehidupannya
tak akan sesulit sekarang yang harus bekerja keras membanting tulang
untuk kehidupan sehari-hari karena pasti dibantu oleh Moniq. Kedua,
dan yang paling penting adalah memiliki istri dengan wajah begitu
cantik dan imut ditambah tubuh yang sintal dan padat pasti akan
membuat betah jika di rumah.
"kyuut...", lama kelamaan tonjolan di celana Toyib pun semakin terlihat
sebab Toyib sedang membayangkan jika menjadi suami Moniq, dia
akan menyuruh Moniq untuk mengenakan daster transparan setiap
harinya atau malah akan melarang Moniq mengenakan apapun jika di
rumah mereka nanti agar bisa memandangi tubuh Moniq yang putih
mulus.
"Pak Toyib ?".
"e e eh neng Moniq udah selesai...", Toyib langsung berdiri supaya
Moniq tidak melihat tonjolan di celananya karena sedang ngaceng
berat.
"ayo, Pak Toyib...kita ke tempat Pak Jali...".
"ayo, neng...". Moniq memakai kaos hitam dan celana pendek sepaha, 6
cm di atas lututnya.
Betis dan sedikit paha Moniq yang putih mulus sekarang bisa terlihat.
buset, ni cewek emang bener-bener bening, pikir Toyib. Di dalam
mobil, Toyib dan Moniq pun bercengkrama dengan hangatnya seperti
keluarga.
"nih, neng..pake ini aja...kalo kotor kan gak apa-apa...". Moniq
melepaskan sandalnya dan mengenakan sepatu boot yang diberikan
Toyib. Lucu kelihatannya, sepatu boot terlihat kebesaran ketika dipakai
Moniq.
"ayo neng, kita ke kandang ayam dulu...".
"yuuk...". Toyib pun mengajari Moniq untuk mengganti air minum dan
menyebarkan makanan ayam. Selain itu, Moniq pun belajar cara
mengambil telur ayam dan menentukan mana yang baik untuk
ditetaskan dan mana telur yang bisa dijual.
"sekarang ke kandang mbek yaa, Pak ?".
"iya, neng...". Mereka berdua masuk ke dalam kandang kambing. Ada
sekitar 2 orang pria yang sedang memberi makan kambing.
"eh ada neng Moniq...", goda salah satu pria.
"eh Pak Wawan...lagi ngasih makan mbek yaa ?".
"iyaa nih neng Moniq...mau coba kasih makan gak, neng ?".
"boleh juga, Pak...".
"nih neng...". Wawan menyerahkan rumput yang sedang digenggamnya.
"mbeknya nggak gigit kan, Pak ?".
"nggak lah, neng...nggak tega ngegigit neng...hehe..".
"bisa aja nih, Pak Wawan...".
"aww...", Wawan teriak kecil saat Moniq mencubit perutnya.
Wawan jadi semakin gemas saja dengan kelakuan gadis imut ini, meski
hanya dicubit Moniq, batang Wawan bereaksi. Dengan perlahan, Moniq
menjulurkan rumput yang di genggamnya ke mulut kambing yang
langsung disambar kambing itu.
"ehhh...ampir aja...", Moniq refleks menarik tangannya takut di sambar
kambing itu.
"tenang aja, neng...ga bakal digigit kok...". Moniq pun memberanikan
diri dan akhirnya tenang setelah berhasil mengelus-elus kepala si
kambing.
"Pak Sani lagi ngapain ?", sapa Moniq dari belakang dan memegang
kedua bahu Sani.
"ini neng..lagi merah susu kambing...".
"susu kambing rasanya gimana sih, Pak ?".
"neng Moniq mau nyobain ? nih, neng..". Moniq mengambil gelas
plastik yang diberikan Sani.
"iih...aneh Pak rasanya..anyeep..", komentar Moniq manja.
"haha..yaa emang gitu rasanya, neng...anyep tapi lebih sehat lho, neng
daripada susu sapi...".
"emang iyaa ya, Pak ?".
"iya neng...kalo abis minum susu kambing..badan neng Moniq pasti
lebih seger rasanya...".
"oh gitu yaa, Pak...".
"makanya, neng...abisin susunya...".
"iyaa deh, Pak...".
"hahaha...". Sani pun tertawa geli melihat tingkah polah Moniq yang
memencet hidungnya dan memejamkan matanya bagai orang minum
jamu saja. Usai dari kandang kambing, Moniq dan Toyib pun pergi ke
kandang sapi. 3 orang pekerja pun langsung menggoda Moniq. Kapan
lagi bisa bercanda dan menggoda cewek cantik di kandang sapi, udah
gitu ceweknya gak marah digodain, gampang ketawa, bikin tambah
gemes aja, semua itu dirasakan oleh 3 orang pria yang ada di kandang
sapi.
"neng Moniq mau belajar caranya merah susu sapi gak ?".
"wah mau mau mau mau, Pak...".
"sini, neng...perhatiin saya..". Toyib pun mencolek sesuatu yang
berwarna kuning di gelas plastik.
Toyib mengolesi kedua tangannya dengan sesuatu yang berwarna
kuning.
"Pak...itu apa sii ?".
"ini mentega, neng...".
"mentega buat apa, Pak ?".
"supaya licin, neng..jadinya sapinya gak ngerasa sakit..soalnya kalo
dia sakit..gak mau ngeluarin susu...".
"oh gitu yaa, Pak...".
"nah neng Moniq sekarang perhatiin...neng megangnya di sini...abis itu
remes pelan-pelan sambil diurut ke bawah kayak gini, neng...". Begitu
Toyib mengurut, susu langsung terpancar menuju ember yang ada di
bawah perut sapi itu. Toyib pun mencontohkan beberapa kali.
"sini, Pak...Moniq mauu cobaa...". Toyib pun digantikan Moniq duduk di
dingklik. Moniq melumuri kedua tangannya dengan mentega seperti
yang dilakukan Toyib tadi.
"dari sini yaa ?".
"agak ke atas neng...".
"di sini ?".
"iya di situ, neng...sekarang neng coba remes sambil di urut ke bawah
pelan-pelan...".
"mooo !!!", tiba-tiba si sapi agak meloncat. Moniq yang kaget
langsung terjungkang ke belakang.
"aduuwwhhh, sakiit...".
"neng Moniq gak apa-apa ?".
"gak apa-apa kok, Pak...", ujar Moniq membersihkan kedua sikunya
yang kotor.
"kok sapinya ngamuk sii, Pak ?".
"neng Moniq kekencangan kali...".
"iyaa kali yaa..Moniq coba lagi deh..". Dengan lebih hati-hati, Moniq
pun lancar memerah susu sapi bahkan sampai embernya penuh.
"asiik juga yaa merah susu sapi..hihihi...".
"wah neng Moniq ada bakat jadi tukang perah susu nih kayaknya..".
"pokoknya kalo ada sapi yang mau diperah..panggil Moniq aja
yaa..hihihi...".
"tapi neng Moniq bisa diperah juga gak ? hehe...", celoteh jorok keluar
dari mulut Maman.
"iih Pak Maman...masa Moniq mau diperah juga ? emangnya Moniq
sapi...wee...", balas Moniq sambil memeletkan lidahnya. Moniq benar-
benar membawa suasana baru bagi para pekerja di tempat Jali
sehingga mereka semua jadi giat bekerja. Selain jadi pemandangan
indah untuk cuci mata, Moniq enak sekali di ajak ngobrol karena Moniq
tidak marah malah menanggapi candaan-candaan para pekerja yang
cenderung jorok dan vulgar, tapi Moniq masih menjaga jarak dengan
semuanya, tak mau terjadi apa-apa.
"semuanya, Moniq pulang dulu yaa...".
"iyaa neng...".
"makasi udah ngajarin Moniq yaa...".
"sama-sama, neng...".
"ati-ati, neng Moniq...". Moniq dan Toyib pun kembali ke rumah dan
makan malam.
"uunnghh !! pegeell !!!".
"capek ya, neng ?".
"iyaa nih, Pak...capek bangeet...Moniq mau ganti pakean dulu deh..abis
ituu..tiduuurr !!".
"Pak Toyib...Moniq tidur duluan yaa...".
"iyaa neng...".
Moniq terlelap dalam kelelahan. Sementara itu, pintu kamar terbuka
dan ada yang masuk ke dalam kamar.
"mm ??". Meski kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya, Moniq
merasa aneh. Kedua kakinya terasa terbuka lebar tapi tak bisa
digerakkan, begitu juga dengan kedua tangannya. Dan ada sesuatu di
dalam mulutnya. Moniq pun membuka matanya dan mendapati dirinya
telah terikat ke ranjang seperti huruf X. Dan ada kain yang menyumpal
mulutnya.
"eh neng Moniq udah bangun...".
Moniq melihat pria masuk ke dalam kamarnya. Ternyata yang
melakukan semua ini tak lain dan tak bukan adalah Toyib.
"dari tadi di tungguin akhirnya bangun juga..hehe..".
"emph mmphh !!!". Moniq kelihatan ingin berbicara sesuatu, tapi tentu
tak bisa karena tersumpal kain.
"neng Moniq gak usah ngomong..nikmatin aja haha !!". Toyib
mengeluarkan gunting dari saku celananya.
"ssrtt srrt srrtt", bunyi kain yang sedang digunting. Toyib menggunting
piyama yang dikenakan Moniq mulai dari lubang lehernya terus turun
sampai ke celana dalam satu garis lurus. Pakaian Moniq pun terbelah
jadi dua, kiri dan kanan. Bagai orang yang mendapat gaji pertama,
jantung Toyib berdetak cepat, merasa gugup dan deg-degan sekaligus
tak sabar ingin melihat apa yang ada di dalam pakaian Moniq yang
kemarin-kemarin hanya bisa dibayangkan dalam pikirannya yang kotor.
Toyib menyibakkan baju Moniq ke kanan dan ke kiri. Mata Toyib pun
terbuka lebar.
"gllkk...", Toyib menelan ludahnya sendiri melihat kemulusan kulit
Moniq.
Hanya dengan melihat perut Moniq yang rata dan payudaranya yang
masih terbungkus bra, 'adik' Toyib sudah mencuat ke atas, membuat
tonjolan di celananya.
Toyib pun mengelus-elus dan membelai perut Moniq.
"neng Moniq...kulitnya alus banget...", Toyib pun mencubiti kecil-kecil
perut Moniq saking gemasnya. Tubuh Moniq begitu mulus dan begitu
harum. Bagai kue yang baru diangkat dari oven, tubuh Moniq terlihat
sangat 'segar' dan kelihatan begitu 'lezat' untuk disantap.
"cupph cuphh cuuphh...", Toyib menciumi perut Moniq terus menerus
sebelum mulai menjilatinya.
Pusar Moniq pun dicolok-colok Toyib dengan lidahnya. Banyak waktu
yang dimiliki Toyib membuat pria tua itu ingin menikmati 'kelezatan'
dari setiap jengkal tubuh Moniq secara perlahan. Toyib pun melangkah
ke tahap selanjutnya, dia menggunting tali bh Moniq di kedua sisi.
Toyib pun dag dig dug lagi, penasaran ingin tahu bagaimana bentuk
payudara dari seorang gadis imut. Toyib langsung melongo, matanya
terbuka lebar, air liur hampir menetes keluar. Kemasan susu terindah
yang pernah Toyib lihat seumur hidupnya. Moniq hanya bisa pasrah,
kedua buah payudaranya menjadi tontonan Toyib. Gumpalan daging
kembar yang sangat indah. Bentuknya benar-benar bulat sempurna,
terlihat penuh berisi dan sangat kencang, putih mulus, dan yang
sangat mengundang birahi adalah pucuk payudaranya yang berwarna
pink agak pucat, sangat serasi dengan kulitnya. Tanpa ragu-ragu,
Toyib langsung mencengkram kedua buah payudara yang sangat
mengundang birahi itu. Toyib meremasi gunung kembar Moniq dengan
kasar, semakin lama semakin kencang remasannya karena pria tua itu
sangat gemas dengan keempukan, kekenyalan, dan kelembutan
payudara Moniq.
"hmmffhh !!", ekspresi Moniq menunjukkan orang yang sedang
meringis kesakitan.
Toyib pun memainkan kedua puting Moniq, memencet-mencet,
menarik-nari, dan memilin-milin 'tutup' kemasan susu Moniq. Ekspresi
wajah Moniq pun berubah menjadi ekspresi nikmat. Tapi, ekspresi
Moniq segera berubah lagi saat Toyib menyentil putingnya yang sudah
keras dengan sangat kencang. Toyib terus menyentil kedua puting
Moniq bergantian. Tubuh Moniq hanya bisa berkedut-kedut merasakan
sakit.
"happhh !! nyymmhh !!", Toyib langsung menyantap payudara kanan
Moniq. Toyib mengemuti puting Moniq yang kenyal, menghisap dan
menyedot kuat-kuat bagai bayi yang sedang lapar-laparnya.
"mmffhh...". Kedua pucuk payudara Moniq dikunyah terus oleh Toyib.
Kadang digigit kencang oleh Toyib lalu ditarik-tarik ke atas.
"cuuupphhh !! cuuupphhh !!", Toyib pun mencupangi kedua buah
payudara Moniq. Kulit payudara Moniq pun langsung kelihatan
memerah di beberapa titik yang habis dicupang Toyib. Toyib
tersenyum senang, dia telah berhasil membuat tanda di payudara
Moniq yang menggiurkan itu.
"PLAAKK !!!", sebuah tamparan sangat kencang mendarat di payudara
kanan Moniq. Ekspresi wajah Moniq berubah seketika, menahan rasa
pedih dan 'panas' di payudara kanannya.
"PLAAKK !!!", payudara kiri Moniq pun ditampar kencang juga oleh
Toyib yang kelihatan begitu puas melihat Moniq yang terlihat
kesakitan.
Moniq pun tak berdaya merasakan pedih karena Toyib terus menampari
kedua susunya. Gumpalan daging Moniq yang tadinya begitu putih
mulus kini berubah menjadi kemerah-merahan bekas tamparan dari
Toyib. Toyib mencupangi leher, lengan, dan belahan dada serta perut
Moniq karena pria tua itu ingin membuat tanda di sekujur tubuh indah
Moniq. Ketiak Moniq pun tak luput dari Toyib. Ketika ketiaknya diciumi
dan dijilati, Moniq pun menggeliat-geliat kegelian. Karena harum,
Toyib pun jadi betah di daerah itu sehingga membuat Moniq tersiksa
dalam rasa geli. Ketiak Moniq pun basah kuyup karena air liur Toyib.
"hehe..geli ya neng ?", ledek Toyib melihat Moniq yang uget-uget dari
tadi. Toyib merasa cukup bermain dengan tubuh bagian atas Moniq,
saatnya berpindah konsentrasi ke bagian bawahnya. Bagian tubuh
Moniq yang paling membuat Toyib penasaran. Gunting yang dipegang
Toyib pun bergerak mendekati daerah Moniq yang paling pribadi.
"kres kres kres...". Dengan sangat hati-hati, Toyib mengguntingi celana
Moniq yang sudah terbelah menjadi 2 sisi untuk menghilangkan sisa
kain yang masih menutupi selangkangan Moniq.
Akhirnya daerah kewanitaan Moniq pun tak tertutup kecuali cd yang
masih setia melekat. Satu-satunya kain yang memisahkan Toyib
dengan 'surga dunia' yang ada di tengah-tengah selangkangan Moniq
yang putih mulus itu. Tak sabar ingin melihat 'hadiah'nya, Toyib
langsung menggunting pinggir kanan dan kiri cd Moniq. Bagian tengah
cdnya kini sudah terputus sehingga Toyib mudah melipat ke bawah.
"waahh...", pandangan mata Toyib semakin berapi-api, nafasnya
semakin memburu melihat lembah kenikmatan milik Moniq. Tak pernah
terbayang di pikiran Toyib bisa melihat vagina seindah ini. Bentuk alat
kelamin yang begitu indah, bibir vagina Moniq terlihat begitu rapat,
kulit di sekitarnya pun berwarna putih mulus, warna belahan bibir
vaginanya seperti warna merah muda, dan sama sekali tak ada bulu
yang menghiasi kelaminnya, benar-benar bersih dan sangat mulus.
Belum lagi, semerbak aroma harum yang tercium oleh Toyib. Toyib
tersenyum penuh arti memandangi tengah-tengah selangkangan
Moniq. Toyib tersenyum karena vagina Moniq yang menggiurkan dan
sangat menggugah selera itu hanya untuk dirinya seorang. Tak akan
ada orang lain yang bisa mengganggunya untuk mendapatkan
kenikmatan sebanyak-banyaknya bahkan si pemilik vagina pun tak
bisa mengganggu Toyib karena sudah terikat kuat ke ranjang.
Toyib langsung membenamkan wajahnya ke selangkangan Moniq,
menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup aroma harum dari vagina
Moniq sebanyak-banyaknya. Tubuh Moniq langsung gemetar saat lidah
Toyib mulai melakukan kontak fisik.
"mmffhh...", hanya itu yang keluar dari mulut Moniq seiring tubuhnya
yang berkedut-kedut. Toyib asik menyapu belahan bibir vagina Moniq
dari bawah ke atas lalu kembali ke bawah dan seterusnya. Tonjolan
sensitif Moniq pun disentil-sentil Toyib dengan lidahnya membuat
Moniq semakin menggeliat-geliat. Lidah Toyib begitu lincah menari-
nari di daerah kewanitaan Moniq. Toyib pun mencicipi sedikit cairan
yang meleleh keluar dari celah sempit milik Moniq itu.
"ayo neng...keluarin lagi dong...enak banget...", komentar Toyib sebelum
mulai menyerbu vagina Moniq dengan lebih ganas. Moniq hanya bisa
menggeleng-gelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tubuhnya
berkedut-kedut merasakan kenikmatan yang luar biasa yang berasal
dari vaginanya. Toyib semakin buas menggerogoti vagina Moniq,
melahap vagina indah itu bagai tak ada hari esok. Tanpa diketahui
Toyib, Moniq sebenarnya sangat menikmati ketidak-berdayaannya
untuk melindungi daerah yang paling intim dari tubuhnya. Moniq
sangat suka jika merasa tak berdaya di hadapan pria, Moniq akan
mematuhi semua perintah pria yang menjadi teman sexnya meski
kadang membuatnya tersiksa. Tapi, semakin tersiksa, Moniq akan
semakin bergairah. Tubuh Moniq menegang, perutnya sedikit terangkat
ke atas, Toyib langsung memasang mulutnya.
"ssrrppphh..ssllrrrppp...". Sekejap saja, cairan vagina Moniq langsung
habis. Toyib membuka bibir vagina Moniq dengan kedua jari
telunjuknya dan langsung menggali bagian dalam vagina Moniq
dengan lidahnya.
Mengais-ngais dan menyedot sisa-sisa cairan yang tersisa di sela-
sela bibir vagina Moniq. Memang, sudah sewajarnya Toyib begitu rakus
menguras vagina Moniq karena rasa vagina Moniq sangat gurih dan
ada sedikit rasa manis bahkan Toyib sedang berusaha 'menimba'
vagina Moniq lagi. Sesekali Toyib menjilati dan menciumi
selangkangan Moniq yang begitu harum.
"hei ! senangnya dalam hati, aku beristri dua, serasa dunia, ana yang
funya !!", Toyib pun terpaksa bangun dan mencari hpnya setelah
mendengar ringtonenya.
"siape sih ah..ganggu orang aje..gak tau ape..lagi enak-enaknye
makan memek...", Toyib ngedumel.
"sialan tuh Jali..lagi enak-enaknye disuruh ke sono lagi..". Toyib pun
keluar kamar, tak lama kemudian Toyib kembali. Sambil tersenyum,
Toyib meremas kencang biskuit yang dipegangnya.
"neng Moniq...Abang pergi bentar yaa..", ujar Toyib sambil menabur
remah-remah biskuit ke selangkangan Moniq yang sudah basah kuyup
oleh air liur Toyib.
"ati-ati neng..disini banyak tikus ama semut...hehe..". Tanpa
menjelaskan lebih lanjut, Toyib keluar kamar. Moniq tak bisa berbuat
apa-apa untuk membersihkan vaginanya yang penuh dengan remah-
remah biskuit karena kedua kaki dan tangannya masih terikat ke
ranjang. Moniq dag dig dug sekali, dia berharap Toyib segera pulang
sebelum tikus, semut, kecoa, atau hewan-hewan kecil lain
'menyatroni' dan masuk ke dalam vaginanya. Tapi, tetap saja Moniq
merasa 'panas' apalagi saat memikirkan kalau dia sama sekali tak
mampu melindungi daerah paling intim dari tubuhnya bahkan dari
hewan kecil sekalipun. Rasa pegal terasa di mulut, kaki, dan tangan
gadis mungil itu.
"cklek...". Rasa lega dirasakan Moniq saat Toyib masuk ke kamar.
"alo neng Moniq...gimana ? memeknya gak apa-apa kan ? hehe..".
Toyib mendekati dan melihat daerah segitiga Moniq yang masih penuh
dengan remah-remah biskuit.
"wah masih ada biskuitnya ya, neng ? kalo gitu Abang aja yang
makan...hehe", Toyib langsung mengambil posisi untuk 'menyantap'
alat kelamin Moniq lagi.
"wah enak juga biskuit rasa memek yee hahahaha !!!".
"mmffhh mfh..".
"neng Moniq mau ngomong sesuatu ?".
"umm..", Moniq mengangguk.
"tapi neng Moniq jangan teriak ya..". Moniq pun kembali mengangguk.
Dengan hati-hati, Toyib mengeluarkan kain dari mulut Moniq dan
menyiapkan tangannya yang lain untuk membekap mulut Moniq
seandainya dia teriak.
"lepasin donk, Pak Toyib..Moniq pegel nih...". Toyib terkejut
mendengar perkataan Moniq. Nada suaranya sama sekali tak
menunjukkan kalau dia marah atau ingin teriak, seolah biasa saja, tak
terjadi apa-apa.
"tapi, neng Moniq gak bakal macem-macem kan ?".
"nggak, Pak..". Toyib melepaskan ikatan di tangan dan kaki Moniq.
Moniq hanya duduk sambil mengelus-elus kedua pergelangan kakinya
yang ada bekas ikatan tali.
"neng Moniq nggak marah ?".
"nggak, Pak...", jawab Moniq sambil tersenyum lebar.
"Moniq cuma pegel...", jawaban Moniq semakin membingungkan Toyib.
Moniq duduk di tepi ranjang.
"Moniq suka kok kayak tadi...", Toyib sangat terkejut mendengar
jawaban Moniq.
Toyib tak menyangka Moniq akan mengeluarkan jawaban yang
membuatnya serasa di dalam mimpi. Toyib memang memiliki perilaku
sex yang agak menyimpang, dia suka sekali memperlakukan wanita
dengan kasar sebelum mulai bersenggama. Toyib sudah menikah 2x,
dua mantan istrinya tak ada yang tahan dengan prilaku sexnya. Tak
heran kalau Toyib merasa bermimpi. Kini, di hadapannya ada seorang
gadis muda yang cantik dan bilang kalau dia juga suka bermain
'kasar'.
"yang bener, neng ?".
"bener, Pak...".
"kalo gitu...". Toyib langsung menyelinapkan tangannya ke bawah
selangkangan Moniq.
"berarti memek ni punya siapa ?", Toyib mengobel-obel vagina Moniq.
"mmm..punyaa..hh..Pak..Toyibhh...".
"gak ada Pak Toyib..adanya Bang Toyib..panggil gue Bang Toyib !!".
"ii..yaa, Bangg..eemmmhh..".
"sekali lagi gue tanya. ni memek punya siape ?!".
"punya Bang Toyib...oouummhhh..".
"bagus bagus...".
"ooouuhhh...oohh oohh uuuhh...", Toyib semakin cepat mengorek-
ngorek vagina Moniq.
"enak yaa dikobel ? hahaha !!", ledek Toyib.
"enaaakk Baangghhh...ooohhhh !!". Moniq pun memegang kencang
tangan Toyib, menekan vaginanya ke bawah.
"OOOUUHHHHH !!!", lenguh Moniq mendapatkan orgasmenya.
"bagus ya lo bikin tangan gue basah..ayo jilatin !!".
"iya, Bang...".
Moniq menjilati punggung tangan, telapak tangan, dan sela-sela jari
tangan kiri Toyib lalu 5 jari Toyib pun dikulum dengan sangat telaten
oleh Moniq. Toyib mengajak Moniq berdiri. Dipeluknya tubuh Moniq
yang mungil namun sangat padat berisi itu.
"pokk !! pokk !!", Toyib menampari dan meremasi kedua bongkahan
pantat Moniq yang kenyal. Memang, Moniq sedikit merintih kesakitan,
tapi ekspresi mukanya menunjukkan kalau dia senang bahkan kelihatan
sangat bergairah dan begitu 'ingin'.
"ayo sekarang lo jongkok !!". Moniq langsung jongkok.
"sekarang bukain celana gue !!". Dengan hati-hati, Moniq menelanjangi
bagian bawah Toyib. Moniq mengusap-usap tonjolan yang ada di kolor
Toyib lalu menciumi tonjolan itu, benar-benar seperti cewek nakal.
"lo demen ama kontol gue ye ? hahaha".
"iyaa, Bang...". Lidah Moniq menjalar di sekitar tonjolan itu. Bagai
orang yang mempunyai 2 kepribadian, Moniq benar-benar seperti
orang yang sangat berbeda. Yang tadinya kelihatan imut dan polos,
sekarang kelihatan seperti cewek murahan yang begitu menyukai apa
yang ada di dalam kolor bau apek itu, sebuah benda yang paling
utama dalam hubungan seksual yang bisa mengantarkan ke puncak
kenikmatan. Moniq tak sabar, dia langsung melorotkan kolor Toyib.
Spontan, 'senjata' Toyib langsung menyembul keluar. Sambil terus
menarik celana Toyib ke bawah, mata Moniq tak bisa lepas dari benda
tumpul yang ada di selangkangan Toyib. Bukannya kenapa-kenapa,
Moniq sudah lumayan banyak melihat kejantanan pria-pria, mungkin
sudah sekitar 6x dia melihat 'ular' yang berbeda, tapi dia tak pernah
melihat yang seperti ini. Leher penis seorang pria memang agak timbul
dari batangnya, tapi mungkin hanya beberapa milimeter saja atau
paling maksimal 1/2 cm dari batangnya. Sedangkan topi penis Toyib
lebih timbul, mungkin 1,5 cm dari batangnya, sehingga terlihat seperti
King Cobra yang akan menangkap mangsanya.
"kenapa ?? kaget ngeliat kontol gue ??".
"...". Moniq hanya bisa diam, kedua matanya tak bisa beralih dari
batang aneh itu.
"jawab !!".
"i..iya, Bang...".
"biar gak kaget..lo jilatin kontol gue biar tau rasanya..".
"iyaa, Bang...".
Moniq mulai menggenggam penis Toyib dan mengocoknya perlahan.
"cupp cupp cupp...". Moniq mencumbui helm merah muda Toyib dengan
lembutnya. Bau apek memang menyengat sekali di hidung Moniq, tapi
gadis mungil itu kelihatan begitu terbius, begitu asik mencumbui
sekujur batang kejantanan Toyib dan tak ketinggalan buah pelirnya
juga.
"aammhh...mmhhh..emmm...cllpphh...". Moniq 'menelan' kedua telur
puyuh Toyib bergantian.
"uuhhh...", eluh Toyib keenakan. Sudah lama, 'perkakas'nya itu tidak
mendapat perhatian dari seorang wanita sebegitu intensnya. Moniq tak
segan-segan menciumi dan menjilati bagian pangkal dari 'tonggak'
milik Toyib.
Moniq sudah mulai berkaraoke. Pipinya kembang kempis seiring keluar
masuknya penis Toyib.
"slebbh slbbhh...".
"oohhhh uuuhh maantaabbhh !!!". Nikmatnya sungguh tiada tara,
Moniq benar-benar tahu cara menggunakan lidahnya. Toyib terus
mengeluh-eluh keenakan, apalagi Moniq menggunakan tangannya
untuk 'mengurus' buah pelir Toyib. Toyib menarik kepala Moniq
menjauh dari selangkangannya.
"lo udah biasa nyepongin orang ?".
"iyaa, Bang...".
"wahaha !! gak nyangka, muka polos tapi udah biasa nyepong..bagus
bagus...sekarang buka mulut lo !". Moniq membuka mulutnya selebar
mungkin. Toyib menggerakkan kepala penisnya mengitari mulut Moniq
3x putaran sebelum memukul-mukulkan batangnya ke kedua pipi
Moniq seolah-olah sedang menampari Moniq dengan 'pentungan'nya.
Toyib memegangi kepala Moniq dan mengarahkan juniornya ke mulut
Moniq.
"jlbbhh !!". Toyib langsung menusukkan penisnya masuk ke dalam
mulut Moniq.
"heegghhh !!", mata Moniq terbelalak, dia kelojotan menerima penis
Toyib yang masuk dengan tiba-tiba dan sangat dalam.
"ohog ohog".
Air mata terlihat keluar dari sela-sela kedua mata Moniq.
"ohok ohok ohok !!!", Moniq terbatuk-batuk ketika Toyib sudah
mengeluarkan penisnya.
Penis Toyib yang menyentuh sampai ke pangkal kerongkongannya
membuat Moniq jadi mual, ingin muntah. Moniq menyeka air matanya
dan tersenyum sambil memandang wajah Toyib, setelah itu Moniq
mengelus-eluskan penis Toyib ke pipinya sendiri seperti orang yang
sedang bermanja-manja dengan hewan peliharaan kesayangannya.
Dalam hati, Toyib merasa senang bukan kepalang. Inilah wanita yang
dicari-carinya selama hidupnya. Begitu cantik, imut, mungil, dan
montok. Dan paling penting bagi Toyib adalah sifat Moniq yang begitu
penurut, menerima semua perlakuannya dengan senang hati. Moniq
membuka mulutnya lagi.
"mau lagi ?". Moniq mengangguk. Seakan luluh dengan sikap penurut
Moniq, Toyib mendorong penisnya dengan perlahan, tak ingin
menyakiti Moniq.
"oohhh angeetthhh !!!". Batang kejantanan Toyib telah ditelan
seluruhnya oleh Moniq.
Mulut Moniq mengatup di penis Toyib dengan begitu rapat, tak mau
membiarkan penis itu keluar. Lidah Moniq pun membelai manja tugu
milik Toyib.
"uaahhh...", Moniq bisa bernafas lega, penis Toyib telah keluar dari
mulutnya. Moniq menjulurkan lidahnya, mengulik lubang kencing
Toyib. Toyib merinding hebat, rasa geli, sedikit ngilu bercampur
dengan rasa nikmat dirasakan Toyib di pucuk alat reproduksinya. Toyib
pun terpaksa menjauhkan organnya itu dari lidah Moniq yang benar-
benar 'berbahaya'. Berbahaya karena hampir membuat Toyib orgasme.
Toyib pun langsung menggendong Moniq, dan menghempaskan tubuh
putih mulusnya ke ranjang. Benar-benar menggiurkan melihat Moniq
terkulai pasrah di atas ranjang. Tubuhnya yang mungil namun montok
seakan-akan mengundang Toyib untuk mendekat. Pria tua itu
langsung menerkam tubuh putih mulus itu. Dicumbuinya jengkal demi
jengkal tubuh Moniq dengan penuh nafsu. Sementara si gadis
mudanya pun begitu menikmati cumbuan dan cupangan Toyib yang
penuh gairah. Saatnya merengkuh kenikmatan dari tubuh indah ini,
pikir Toyib. Toyib mulai mendobrak masuk ke dalam pintu surga dunia
milik Moniq dengan tongkatnya.
"hhnnmmhhhh...eeennnhhh...", Moniq meresapi senti demi senti benda
asing yang masuk ke dalam tubuhnya melalui vaginanya. Sensasinya
lain, kepala penis Toyib bagai payung di dalam rahim Moniq. Semakin
dalam dan semakin dalam 'jamur' Toyib memasuki liang senggama
Moniq.
"eegghhh oohhh !!", Toyib mengerang keenakan, penetrasi terhadap
alat kelamin Moniq begitu nikmat. Sempit dan peretnya liang
kewanitaan Moniq sangat memberikan sensasi luar biasa pada Toyib.
Semakin panjang rudal Toyib yang menyesaki liang vagina Moniq.
Terasa sangat terjepit, seperti ditarik dan dihisap masuk semakin
dalam. Akhirnya, tombak Toyib sepenuhnya mengisi rongga vagina
Moniq. Moniq masih membiasakan diri dengan benda besar nan tumpul
yang membuat liang vaginanya terasa penuh sesak, apalagi terasa ada
yang mengganjal di ujung rahimnya, sama sekali tak pernah dirasakan
olehnya. Toyib langsung memagut bibir Moniq yang merah merekah.
"hheemmm...cpphhh...mmmm...", gumam keduanya. Bibir Toyib melekat
begitu erat dengan bibir Moniq. Keduanya saling pagut, saling lumat,
dan saling membelitkan lidah. Bibir tipis Moniq habis dihisap, dikulum,
dan disedot oleh Toyib. Pinggul Toyib mulai bergerak naik turun.
"uummm...". Alat kelamin Toyib terasa seperti pompa gabus bagi Moniq
karena kepala penis Toyib benar-benar menghalangi celah-celah di
dalam liang vagina Moniq seperti tutup botol gabus.
"gimana, enak ??", ejek Toyib sambil terus menggenjot dengan
perlahan untuk memancing gairah Moniq agar semakin tinggi.
"enaak bangeed, Bangh...", lirih Moniq. Moniq sama sekali belum
pernah merasakan sensasi ini. Alat kelaminnya tak pernah terasa
begitu 'tersumbat' seperti sekarang, gesekannya terasa lebih
'memabukkan', kejutan listrik terus menerus mengalir.
"oouuhh yeeehhhh aahhh hhuuuhhh...", desahan Moniq diiringi nafas
Toyib yang menderu-deru.
Hujaman tombak Toyib semakin cepat bagai piston motor yang dipacu
semakin cepat, membuat Moniq semakin tak bisa mengendalikan
dirinya. Sungguh nikmat yang tiada duanya, Moniq sampai lupa sedang
ada dimana, siapa yang sedang menggumulinya, bahkan Moniq hampir
lupa siapa namanya. Rasa nikmat itu benar-benar menguasai pikiran
Moniq, membuatnya serasa seperti melayang-layang di udara. Toyib
mencabut batangnya keluar, wajah Moniq menunjukkan wajah
'tanggung' dan meminta untuk ditojos lagi.
"jleebbhh !!!".
"HEEGGGHHH !!!", mata Moniq terbelalak, vaginanya terasa ngilu luar
biasa.
Toyib tersenyum melihat ekspresi Moniq yang terkejut sekaligus
merasakan ngilu, pria tua itu semakin merasa berkuasa atas tubuh
gadis imut yang sedang 'dikait'nya. Berkali-kali Toyib melakukan
'tusukan maut'nya, berkali-kali juga mata Moniq terbelalak dan
tubuhnya tersentak kencang ke atas. Kedua alat kelamin itu sama-
sama saling mengunci posisi masing-masing sambil terus
bergesakkan.
"ooohh oohhh terusshh Baangghh eemmhhh ooouuhhh !!".
"POKKHHH !!".
"AWWHHH !!!". Tamparan kencang mendarat di payudara Moniq. Tubuh
Moniq terkejut, tapi wajah Moniq menunjukkan ekspresi nakal.
Persetubuhan antara Moniq dan Toyib yang dibumbui unsur
penyiksaan terus berlangsung. Pria tua itu bagai menemukan belahan
jiwanya. Gadis muda yang sedang digumulinya sangat pasrah, malah
semakin hot dan semakin bergairah jika semakin disiksa. Bekas-bekas
cupangan bertambah di leher dan payudara Moniq. Payudara Moniq
kini agak memerah karena terus ditaboki oleh Toyib. Wajah Moniq pun
basah kuyup oleh air liur Toyib. Desahan dan nafas keduanya saling
balap-balapan. Keringat bercucuran dari tubuh 2 insan yang sangat
bertolak belakang. Sang gadis muda terlihat begitu menikmati
disetubuhi sang pria tua. Sang pria tua pun begitu bersemangat
menggeluti tubuh montok sang gadis muda. Moniq dan Toyib sama-
sama sedang tenggelam dalam lautan kenikmatan. Keduanya merasa
seperti di surga, sama-sama tak ingin kenikmatan yang mereka
rasakan berakhir. Tubuh keduanya bersatu dengan alat kelamin mereka
sebagai penghubung. Moniq dan Toyib bergerak selaras, irama gerakan
mereka berdua begitu harmonis dan serasi, seperti sudah terjalin
komunikasi batin yang sangat kuat di antara mereka. Desahan Moniq
tak terdengar lagi, Moniq sudah terlalu lemas. Dia sama sekali tak tau
sudah berapa kali Toyib membuatnya orgasme. Semua karena bentuk
tongkat Toyib yang tak biasa, memberikan kenikmatan yang juga tak
seperti biasanya.
"AAGGHHH HEENNN OOKKHHH !!!", kenikmatan yang dirasakan Toyib
sudah mencapai puncaknya.
Alat reproduksi Toyib sedang mengisi rahim Moniq dengan berjuta-juta
sperma. Kepuasan dan rasa bangga yang tiada tara bagi Toyib, bisa
menyirami rahim gadis secantik Moniq dengan benih-benihnya. Moniq
mengatur ritme nafasnya, perutnya kembang kempis karena bernafas
dengan cepat. Senyuman tulus menghiasi wajah Moniq. Toyib juga
tersenyum, tapi Toyib heran. Sudah dikasari dan diperkosa, tapi malah
tersenyum seperti menandakan kalau dia merasa senang. Toyib pun
tidur di samping dan memeluk Moniq. Keduanya tidur kelelahan, si
Toyib kelelahan setelah puas melampiaskan nafsu setannya kepada
Moniq dan menumpahkan semua maninya ke dalam rahim Moniq,
sedangkan Moniq kelelahan akibat orgasme yang terus menerus
sampai vaginanya terasa 'pegal', tapi sekarang rahimnya terasa hangat
dan nyaman karena genangan sperma Toyib.
"mm..nyymm...", mata Moniq terbuka sendiri. Dia melihat keadaan
sekitar, tak ada siapapun. Hanya dia sendiri yang ada di atas ranjang
yang awut-awutan itu.
"duuuhh...", Moniq terasa ngilu di V-zone miliknya saat turun dari
ranjang.
"gara-gara Bang Toyib nih...", ujar Moniq bicara sendiri sambil
tersenyum. Dia pun berjalan keluar kamar dengan sedikit
mengangkang. Tak pernah rasanya sengilu ini bahkan sampai tak bisa
merapatkan kedua pahanya, tapi Moniq merasa begitu senang. Sampai
sekarang, Moniq baru merasakan apa arti dari hujaman dan hantaman
dari sebuah batang kejantanan pria. Moniq makan makanan yang ada
di meja makan, sepertinya telah disediakan Toyib dari pagi.
Sambil terus makan, Moniq mengenang momen-momen tadi malam.
Memori yang tak bisa dilupakan oleh Moniq, dia tak pernah merasa
begitu dikuasai, begitu tak berdaya, seakan Toyib memang sudah
mempunyai hak penuh atas dirinya. Perlakuan kasar Toyib malah
menjadi daya tarik sendiri di mata Moniq. Begitu jantan dan begitu
perkasa, membuat Moniq mesem-mesem sendiri. Namanya juga Moniq,
semakin dikasari malah semakin bergairah. Ketiga teman akrabnya pun
sampai keheranan, mengapa Moniq begitu suka dikasari saat
berhubungan intim. Padahal sifatnya manja, biasanya orang dengan
sifat manja, tidak mau kalah, tapi Moniq malah mau membiarkan orang
'menang' atas dirinya.
"oh iyaa, aku telpon aja Bang Toyib...bego banget sih...". Moniq men-
dial nomer Toyib di hpnya.
"halo, Bang Toyib ?".
"ada apa, neng ?".
"Bang Toyib lagi di mana ?".
"lagi di tempatnya Pak Jali, neng...".
"oh..pulangnya jam berapa ?".
"jam 3an kali, neng..emang kenapa, neng ?".
"oh..kalo gitu Moniq tunggu yaa..Moniq mau ngomong tentang tadi
malem..".
"i..iyaa, neng...". Jam dinding pun menunjukkan pukul 3, Moniq sudah
mandi, tubuhnya sudah bersih dan wangi kembali. V-zonenya pun
terlihat indah lagi, tapi tetap saja ada bekas-bekas cupangan di
sekujur tubuh Moniq, terutama di payudaranya.
Toyib masuk ke dalam rumah, begitu terkejut saat melihat Moniq.
Bagaimana tidak terkejut, Moniq sama sekali tak mengenakan apapun,
hanya kalung yang mengekang lehernya dan tali yang menjuntai ke
lantai. Toyib pun tau kalau yang dikenakan Moniq adalah kalung anjing
yang biasa digunakan untuk mengekang anjing.
"neng ?! neng Moniq ?!". Moniq tersenyum dan berjalan mendekati
Toyib.
"Bang Toyib udah Moniq tunggu dari tadi...".
"neng Moniq kenapa begini ?".
"bukannya Bang Toyib suka kalau Moniq kayak gini ?".
"tapi kenapa neng..?".
"pokoknya Moniq akan nurutin Bang Toyib...". Moniq menyerahkan tali
kekangnya kepada Toyib. Masih tak percaya dengan apa yang terjadi,
apakah nyata atau tidak, Toyib menerima tali kekang Moniq dengan
ragu-ragu.
Moniq pun turun dan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya.
"bener nih ?". Moniq mendongak ke atas, tersenyum sambil
mengangguk.
"oke kalo gitu...". Toyib menarik tali kekang Moniq lalu duduk di
bangku. Moniq duduk di bawah, pantatnya menempel di lantai.
"hmm..mulai sekarang gue bakal manggil lo Momon...kayak nama
sapinya Pak Jali...hahaha..lo gak keberatan kan ?". Moniq pun
menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum manis.
"bagus bagus hahaha !!", Toyib mengelus-elus kepala Moniq.
"ayo Mon, sekarang bukain sepatu Abang...". Moniq pun melepaskan
sepatu boot Toyib. Kedua kaki Toyib sangat bau amis, tapi Moniq
sama sekali tak terlihat jijik.
"kayaknya kaki Abang kotor...ayo dibersihin, Mon...pake lidah..hehe..".
Moniq benar-benar menjilati kedua kaki Toyib. Telapak dan punggung
kaki serta sela-sela jari-jari kaki Toyib dijilati Moniq berkali-kali.
Moniq pun mengemuti kesepuluh jari kaki Toyib hingga berlumuran air
liur.
"bagus..bagus..sekarang sebagai hadiahnya..". Toyib berjalan ke depan
kamarnya.
"ayo sini Mon...", Toyib memanggil Moniq seperti memanggil hewan
peliharaannya.
"mooo !!", jawab Moniq lalu merangkak ke kamar Toyib. Hari-hari
Moniq pasti akan lebih 'sibuk' setelah kejadian ini dan tentu semuanya
akan diabadikan lewat handycam Moniq.
BERSAMBUNG!

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.