Jumat, 06 Maret 2015

Holiday's Challenge: Lina si Gadis Petani

"akhirnya selesai juga UAS yang ngebetein..", ujar Riri merasa lega
sekali, ujian akhir semester genapnya selesai di laluinya.
"oh iya, Ri..kita liburan kemana nih, kan kalo semester genap gini...
liburnya lama banget n' bikin bete...".
"bentar, kita omongin sekalian ama Lina n' Intan..". Riri dan Monica
pun berjalan ke kelas, dimana Lina dan Intan ujian. Riri, Intan, Monica,
dan Lina adalah 4 gadis yang menjadi bunga kampus, diidam-idamkan
banyak lelaki di kampusnya. Setiap mereka berempat lewat, lelaki yang
dilalui mereka akan diam terpaku dan menghentikan segala
aktivitasnya hanya untuk memandangi mereka berempat berlalu. Bisa
dibilang, mereka berempat memang tipe cewek yang suka menggoda
lelaki. Setiap ada cowok yang menggoda mereka baik siul-siul,
panggil-panggil, atau caper, pasti salah satu dari mereka akan
menengok dan tersenyum manis. Mereka suka sekali dengan cowok
yang sok-sok menggoda, tapi kalau ditanggapi langsung salah
tingkah. Mereka pun tak pernah menolak jika diajak kenalan sehingga
tak heran kalau mereka berempat punya banyak teman lelaki di
kampus.
"Mon, kemana nih yang enak liburannya?".
"mana ya? pantai?".
"bosen ah..".
"puncak?".
"ogaah...bosen parah..".
"hmm...".
"terus kemana dong?".
"hmm...".
"ke Bali?".
"hmm...gimana kalo liburan ini kita nyobain kerja-kerja kasar gitu?".
"kerja kasar? maksud lo?".
"yaa jadi buruh kek, petani kek, apa kek gitu, gimana?", usul Intan.
"ah gila lo, apa enaknya liburan kayak gitu?".
"yee justru itu...biar liburan kita beda gitu...bosen kan lo dugem,
ketemu cowok-cowok ganteng n' kaya yang suka banggain diri
sendiri?", jelas Intan yang memang agak beda dengan 3 temannya yang
glamour meski dia juga tak kalah kaya dengan 3 temannya, tapi tetap
saja, Intan sama 'gila'nya dengan ketiga temannya.
"mm...bener juga, gue juga dari dulu pengen ngerasain jadi peternak
gitu deh..".
"okelah, tapi emangnya ada tempat yang kayak gitu?".
"dodol lo ah...kita cari profesi beneran aja..".
"hmm..gimana..sekalian aja taruhan..yang paling lama tahan, menang
n' dapet duit 5 juta, gimana?".
"bener yaa? siip deh..".
"tapi mesti ada bukti foto n' video ya..", ujar Riri.
"oke kalo gitu..DEAL !!".
Hari pertama liburan, Lina bingung dengan tantangan teman-temannya.
Dia mau mencoba jadi apa, tak pernah terbayang olehnya, melakukan
pekerjaan kasar. Tapi, setelah dipikir-pikir, Lina juga penasaran
tentang sisi berlawanan dari kehidupannya. Sisi kehidupan yang harus
bekerja keras hanya untuk menyambung kehidupan satu hari saja. Saat
sedang menggonta-ganti chanel tv, Lina menonton acara tentang para
petani yang sedang menggarap sawah.
"hmm...apa gue coba jadi petani ya?".
"tapi ntar kulit gue jadi item..". Entah kenapa, pertimbangan-
pertimbangan tadi seperti sirna di pikiran Lina. Sekarang, hanya ada
perasaan semangat dan tak sabar. Lina sendiri tak mengerti, kenapa
dia begitu ingin merasakan jadi petani, mungkin karena dia ingin sekali
mendapatkan pengalaman baru.
"hmm...gue tinggal ma Abah Dirman aja kali yaa?". Lina teringat dengan
orang yang dipercaya ayah Lina untuk mengurusi sawah keluarga Lina
yang ada di kampung halamannya.
Bagi Lina, Dirman sudah seperti keluarga sendiri. Dari kecil, Lina selalu
diawasi Dirman jika main di sawah. Kalau dipikir-pikir, sudah lama ia
tak bertemu Dirman. Sekalian maen aja ah, pikir Lina. Keesokan
harinya, Lina pun mengemudikan mobilnya ke desa dimana ia
menghabiskan waktu kecilnya. Saat Lina sudah dekat dengan rumah
masa kecilnya, dia melihat seorang pria tua keluar dari rumahnya
dengan memakai caping. Pria tua itu berhenti, mengamati mobil sedan
berwarna silver itu. Tak lama kemudian, Lina keluar dari mobil dan
berjalan ke arah pria tua itu. Keduanya saling mengamati satu sama
lain. Wajahnya familiar, tapi tak kenal, pikir keduanya.
"maaf, bapak ini siapa?".
"saya Dirman..neng ini siapa?".
"ya ampun Abaahh...", teriak Lina senang dan langsung memeluk
Dirman. Dirman kaget sekali, tiba-tiba dipeluk wanita cantik yang ada
di depannya.
"maaf, neng ini siapa?", tanya Dirman masih bingung.
"ya ampun..masa Abah gak kenal ama Lina..".
"ha? ini non Lina?".
"iyaa..".
"ya ampun non Lina...Abah ampe pangling non..".
"masa Abah lupa sih ama Lina?".
"ya bukannya gitu non, kan udah lama banget gak ketemu non Lina..".
"oh iya ya..terakhir pas Lina baru umur 11 yaa?".
"iya non..makanya Abah pangling..non Lina jadi cantik banget..".
"ah Abah bisa aja..".
"oh iya non Lina ada apa ke sini? biasanya bapak yang kesini?".
"ah nggak, Bah...Lina pengen maen aja ke sini..ama sekalian pengen
belajar jadi petani...boleh kan, Bah?".
"boleh aja non, tapi kenapa tiba-tiba non pengen belajar jadi petani?".
"yaa...ada tugas dari dosen tentang kehidupan petani gitu, Bah...boleh
kan?".
"yaa boleh lah, non...kan sawahnya bapaknya non Lina..".
"kalo gitu Lina ganti pakaian dulu deh..Abah tunggu bentar yaa...".
"sini non, Abah bawain kopernya..".
"Abah masih kuat?", canda Lina.
"masih dong, biarpun udah 53, masih kuat..ngangkat non Lina kayak
dulu juga masih kuat..".
"wah...jangan Bah...dulu sih Lina demen diangkat Abah kayak kapal
terbang, tapi sekarang ogah deh...hehe..".
"wah..kamar Lina masih bagus yaa..".
"iyaa non, setiap hari Abah ke sini buat rapihin rumah..".
"waah...makasih yaa, Bah..tapi tempat tidurnya kayaknya udah gak
muat..".
"kalo gitu non Lina tidur di kamar bapak n' ibu aja..".
"oh iyaa ya..".
Lina menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur orangtuanya seperti
tak menghiraukan keberadaan Dirman. Pria itu kini berusia 53 tahun,
baru kali ini ia melihat pemandangan yang begitu indah dari tubuh
seorang gadis cantik. Memang Dirman sering memperhatikan Lina, tapi
itu dulu saat Lina masih kecil. Berbeda sekali dengan sekarang.
Melihat wajah Lina yang cantik, kulitnya yang putih mulus, ditambah
dengan payudara Lina yang membusung ke atas dan posisi Lina yang
terlentang pasrah memancing nafsu Dirman. Bapak tua itu merasa
batang kejantanannya mulai bereaksi, mulai berkhayal yang tidak-tidak
tentang tubuh anak majikannya itu. Pikiran-pikiran kotor singgah di
otak Dirman melihat setiap lekukan tubuh Lina yang ada di
pandangannya. Tentu tidak main-main kenikmatan yang bisa
direngkuh dari tubuh seindah dan semulus tubuh Lina. Ingin sekali
rasanya di pikiran Diman untuk meremas-remas kedua buah payudara
yang sangat 'menantang' itu, tapi Dirman masih sadar dengan
statusnya. Tak mungkin baginya yang hanya jongos bisa menikmati
tubuh anak majikannya, Lina. Berkhayal pun, Dirman merasa tak
pantas dan sangat menyesal. Tapi, di dalam hati Dirman, tentu ada
khayalan tentang kenikmatan persetubuhan dengan Lina.
"non Lina..Abah tunggu di luar yaa..".
"iya, Bah..makasih ya udah bawain koper Lina..".
"iyaa non...".
Lina pun tak mau membuat Dirman lama menunggu di luar. Gadis
cantik itu langsung bangun dari tempat tidur. Celana jeans dan kaos
yang begitu ketat membalut tubuh indahnya kini berada di lantai,
hanya tinggal bra dan celana dalam yang menutupi bagian-bagian
tubuh Lina. Bagian tubuh yang tentu bisa memanjakan kaum Adam dan
membuat semua lelaki merasa di surga. Lina mengambil kaos dan
hotpantsnya dari dalam koper. Lina sengaja mengenakan hotpants dan
kaos yang longgar karena dia tahu udaranya pasti panas dan pasti tak
enak jika memakai pakaian yang ketat. Lina membalurkan lotion cream
ke seluruh bagian tubuhnya yang terbuka. Tentu saja dia tak ingin
kulitnya yang putih mulus nan halus itu menjadi hitam dan tak sedap
lagi untuk dipandang karena terbakar sinar matahari. Lina keluar dari
dalam rumah, mendekati lalu mencolek Dirman.
"ayo, Bah...kita ke sawah..".
Dirman terbengong melihat Lina. Sepasang kaki Lina yang jenjang nan
indah bisa dilihat Dirman dengan sangat jelas. Dari paha Lina hingga
ke betisnya benar-benar putih dan mulus, tak ada cacat atau lecet
sedikitpun. Pemandangan itu membuat Dirman membayangkan
nikmatnya mengelus-elus dan menciumi paha yang begitu putih mulus
itu, apalagi jika sampai ke pangkal dari sepasang paha itu. Tanpa
sadar, Dirman menelan ludahnya sendiri di depan Lina.
"Abah kenapa?".
"nggak non...ayo non, ikut Abah ke sawah...", Dirman agak grogi takut
ketahuan sedang memandangi tubuh Lina.
"ayoo !", Lina bersemangat.
Selama berjalan, Dirman berusaha keras mengenyahkan khayalan-
khayalan nakalnya. Tak pernah ia bayangkan kalau gadis kecil yang
dulu ia ajak bermain di sawah, ia jaga, ia anggap anak sendiri akan
menjelma menjadi gadis yang begitu cantik. Dari dulu, Dirman memang
menduga kalau Lina akan menjadi wanita cantik jika sudah dewasa,
tapi sama sekali tak menduga kalau akan menjadi begitu cantik dan
begitu seksi, sampai mampu membuat Dirman merasa muda lagi,
hanya dengan melihatnya saja. Tanpa tahu diamati, Lina berjalan di
depan Dirman sambil merekam kesana kemari dengan handycamnya.
Dirman pun memandangi Lina dari belakang, bagian yang paling
menarik perhatian Dirman tentu pantat Lina. Kalau saja, kalau saja,
pikir Dirman.
"Abah bawa apa sih tuh?", tunjuk Lina ke rantang dan termos yang
dipegang Dirman sambil mengarahkan handycamnya ke wajah Dirman.
"ini non..makanan buat kita ntar..dibuatin ama Mbok Minah lho...".
"waaaahh...buatan Mbok Minah yaa..udah lama gak makan makanan
buatan Mbok Minah..asiiik !!", Lina kegirangan.
"ini namanya Abah Dirman, petani dari desa Kolosari, umurnya 53
tahun..", ucap Lina memperkenalkan sambil terus merekam Dirman.
"halo gitu dong, Bah...". Sambil malu-malu, Dirman tersenyum dan
melambaikan tangannya ke kamera Lina. Tak lama kemudian, mereka
berdua sampai juga di sawah. Hamparan hijau terlihat, segar sekali
udaranya.
"waah seger banget udaranya...beda ama udara kota...".
"iya donk non, makanya orang desa lebih sabar n' gak gampang
sakit..".
"kok lebih sabar? hubungannya apa, Bah?".
"yaa kan kalo udaranya sejuk n' seger..bikin orang jadi rileks..jadinya
gak gampang marah..gak kayak orang kota...".
"oh iyaa juga yaa..bisa aja si Abah...hahaha". Dirman dan Lina berjalan
ke saung/bale-bale, tempat yang biasa digunakan untuk istirahat.
"oh iya non Lina, kok pake di rekam-rekam segala?".
"ini bukti..jadi dosen Lina percaya...".
"ooh gitu...". Mereka berdua kembali ke sawah, terlihat ada beberapa
orang bapak-bapak yang sedang menanam padi dan ada yang
membajak sawah.
Dirman memanggil semua orang yang ada di sekitar sawah itu. Ada 5
orang bapak-bapak dan 3 orang ibu-ibu.
"kenalin, ini namanya nona Lina, anaknya Pak Waseso...nona Lina
pengen belajar jadi petani buat tugas kuliahnya...bantu nona Lina..".
"iyaa !!". Setelah memperkenalkan diri masing-masing, para petani
wanita kembali menanam padi. Sedangkan, para petani pria genit
terhadap Lina. Bertanya-tanya kepada Lina. Lina pun menjawab
brondongan pertanyaan sambil terus tersenyum. Tentu saja pada genit.
Jarang sekali bisa melihat gadis cantik yang begitu putih mulus.
Meskipun ada kembang desa yang juga cantik, tapi tetap saja tak ada
gadis di desa itu yang bisa menandingi keseksian tubuh Lina.
"udah udah..sana balik kerja..".
Lina mengikuti Dirman ke petak sawah yang setengah terisi padi.
Dirman pun masuk ke dalam. Dengan bantuan Dirman, Lina juga masuk
setelah memakai boot yang dibawa Dirman tadi.
"ayo, Bah..praktekkin caranya nanem padi..".
"gampang non..nih tinggal nancepin..nih..gini doang non", ujar
Dirman setelah menancapkan satu genggam padi.
Dengan cepat Dirman sudah menanam sekitar 6 genggam padi.
"coba sini, Bah...Lina mau coba..". Dirman mengelap tangannya dan
menerima handycam dari Lina.
"ini gimana nih non?".
"udah..Abah tinggal arahin ke Lina aja kok..".
"kayak gini, Bah?".
"iyaa non..". Lina baru menancapkan 3 genggam padi, tapi sudah
berpeluh keringat.
"susah juga yaa..hihihi..udah gitu gak lurus lagii...hehehe..". Lina
bertolak pinggang, melihat hasil kerjanya. Sama sekali beda dengan
hasil tanam Dirman yang lurus seperti satu garis.
"kok Abah bisa lurus gitu yaa?", Lina bingung, Dirman yang hanya
lulusan SMP bisa menanam padi dengan sangat rapih tanpa alat ukur.
Sedangkan dia yang bersekolah dari TK sampai SMA ternama dan
kuliah di universitas yang juga ternama sama sekali tak bisa menanam
padi dengan lurus.
"pake perasaan, non...".
"ini juga udah pake perasaan, Bah..hehe..".
"ya mungkin non belum biasa..".
"iya kali yaa..".
"yaudah, non tanem aja...ntar biar Abah yang benerin..".
"ok deh...". Lina menanam beberapa genggam padi lagi hingga petak
sawah itu hampir penuh. Bukannya bekerja, para petani lain malah asik
melihat Lina yang serius menanam padi. Seorang gadis cantik mau
berkotor-kotoran, menanam padi, dan bercucuran keringat, tentu
mereka tak mau melewatkan pemandangan yang langka ini.
"uuh, capek juga ternyata !", ujar Lina mengelap keringat yang ada di
dahinya dengan punggung tangannya setelah selesai memenuhi petak
sawah dengan hasil tanamnya.
"nih non lapnya..".
"sini, Bah kameranya..". Dirman membetulkan padi hasil tanam Lina
dengan mudah dan cepat. Lina kagum, tadi ia susah payah mengira-
ngira jarak padi, tapi tidak rapih juga, beda sekali dengan Dirman.
"nah udah rapi deh, non..".
"iyaa, rapi banget kalo ditanem ama Abah...".
"ayo non, kita ke saung yang tadi..kita istirahat, pasti non capek..".
"hehe, Abah tau aja..ayo, Bah...". Mereka berdua kembali ke saung
yang tadi.
Dirman membuka rantang satu per satu.
"waah...semur daging !!". Lina makan dengan sangat lahap bagai orang
yang tak makan berhari-hari.
"ati-ati non keselek..", canda Dirman sambil geleng-geleng kepala dan
tersenyum.
"aah..kenyang !!". Lina dan Dirman mengobrol dan beristirahat di
saung. Sesekali, Dirman curi-curi pandang ke bagian dada dan paha
Lina. Dalam posisi duduk bersila, hotpants Lina semakin naik sehingga
pahanya yang putih mulus semakin terekspos. Liur Dirman hampir
menetes melihat paha yang sangat mulus itu.
"Bah, abis ini kita nanem lagi?".
"gak usah, non..kita pulang aja..udah siang bolong..kasihan non Lina
ntar jadi gosong..".
"ya elah, Bah..Lina udah pake tabir surya kok..".
"ya gak usah, non..lagian Abah pengen ngajak non ketemu Mbok
Minah...".
"wah..ide bagus tuh, Bah...Lina juga udah kangen ama Mbok
Minah..yuk, Bah..".
Setelah beres-beres, tanpa ragu-ragu Lina menggandeng tangan
Dirman. Dirman agak kaget, tapi senang merasakan betapa halus dan
lembutnya tangan Lina. Merasa seperti anak kecil lagi, Lina pun
menggandeng Dirman dan ngelendot di bahu Dirman dengan manja.
Dirman keringetan, aroma tubuh Lina yang begitu harum seolah
memancing 'juniorn'ya untuk bangun.
"non, di depan jalannya sempit..".
"oh yaudah, Lina jalan duluan yaa..".
"iyaa non, tapi ati-ati non..kalo kepeleset bisa masuk ke situ..banyak
lintahnya..".
"iya, Bah..".
"aakkhhh !!", meski sudah hati-hati, Lina terpeleset.
"byuurr...". Lina terjerembab ke dalam kubangan yang keruh. Tubuh
bagian bawahnya terendam.
"non Lina !!!". Dirman langsung menjatuhkan rantang, termos, dan
handycam yang dibawanya lalu masuk ke dalam kubangan dan
membantu Lina berdiri.
"non Lina gak apa-apa?".
"gak apa-apa, Bah..makasih..".
"jangan gerak non, ada lintah..".
"waa..lepasin donk, Bah..".
"tenang, non..kita ke sana dulu..".
"aduuh, Bah..kaki Lina sakit..".
"sini, Abah papah..". Dengan dipapah Dirman, Lina pun duduk di saung
terdekat. Petani yang lain pun mengerubungi saung itu, ingin tahu apa
yang terjadi.
"pinjem korek".
"nih, Bah...". Beberapa lintah yang ada di betis Lina pun bisa
dilepaskan Dirman setelah lintah itu dibakar terlebih dulu.
"ini, Bah..masih ada di paha Lina..". Ada 4 lintah yang menempel di
paha Lina bagian dalam.
"maav, non..bisa diangkat dulu kakinya..".
"iya, Bah..".
Para petani yang mengerubungi saung pun seolah tak berkedip atau
lebih tepatnya tak mau berkedip. Tentu mereka tak mau melewatkan
detik-detik pembukaan 'warung' Lina. Lina mengangkat kedua kakinya
ke atas saung, dan tanpa disuruh Lina melebarkan kedua kakinya ke
samping kiri dan kanan seperti huruf M. Pandangan mata para lelaki
yang ada di sekitar Lina berubah bagai pandangan serigala saat
melihat ada mangsa. 5 pasang mata, semuanya tertuju ke daerah yang
paling intim dari tubuh Lina. Bukannya tak menyadari, Lina sadar
betul, semua yang ada di sekitarnya tidak memperhatikan lintah yang
ada di pahanya melainkan daerah yang ada di tengah-tengah
selangkangannya. Ada rasa hangat yang dirasakan Lina muncul dari
dalam tubuhnya. Rasa panik melihat lintah yang tadi dirasakan Lina
kini berubah menjadi sedikit rasa semangat dan gairah. Pandangan-
pandangan liar para petani membuat Lina merasa dirinya begitu
terekspos dan begitu 'terbuka' seolah-olah tak ada sehelai benang
pun yang menempel di tubuhnya. Pikiran liar pun singgah di pikiran
gadis kota yang cantik jelita itu. Di dalam pikirannya, Lina
membayangkan dirinya bugil sementara Dirman sedang memeriksa
vaginanya (vagina Lina) sebelum digunakan beramai-ramai oleh para
petani yang sudah tak sabar ingin menjejalkan alat kelamin mereka ke
dalam liang sempit milik Lina. Tanpa sadar, kedua kaki Lina semakin
terbuka lebar. Bukannya melepaskan lintah, tapi Dirman malah
bengong, tatapan matanya fokus ke tengah-tengah selangkangan Lina
yang ada tepat di hadapannya. Dirman ingin sekali merobek celana
Lina, penasaran ingin melihat apa yang ada di dalamnya. Pastilah
indah alat kelamin yang dimiliki seorang gadis cantik seperti Lina, pikir
Dirman.
Otak Dirman pun kembali normal. Dirman membakar semua lintah yang
ada di paha bagian dalam Lina.
"udah non...", ujar Dirman.
"makasih, Bah...". Lina mengelap sedikit sisa-sisa darah yang ada di
pahanya.
"non Lina gak apa-apa?", tanya seorang petani.
"iya gak apa-apa kok, Pak Abdul...", jawab Lina sambil tersenyum.
"non bisa jalan?".
"bentar, Bah...". Lina limbung ketika menapakkan kedua kakinya dan
mencoba berdiri. Dengan sigap, Dirman memeluk Lina agar Lina tidak
terjatuh.
"kaki Lina sakit banget, Bah..". Semuanya merasa iri dengan Dirman
yang bisa memeluk dan memegang tubuh indah Lina.
"kalo gitu Abah gendong non Lina ampe rumah yaa?".
"iya, Bah..". Lina pun langsung nemplok ke punggung Dirman setelah
Dirman jongkok. Lina pun mengalungkan kedua tangannya ke leher
Dirman.
"maaf ya non..".
"iya, Bah..gak apa-apa kok..". Dirman merapatkan kedua tangannya
untuk menampung pantat montok Lina.
"semuanya, Lina pulang dulu ya..".
"iyaa, non..moga cepet sembuh..", jawab para petani seperempak yang
sebenarnya sangat iri kepada Dirman.
"udah lama gak digendong Abah kayak gini..".
"iya non..udah lama juga..". Emang udah lama, tapi gak pernah seenak
ini gendong lo, toket lo empuk banget, pikir Dirman. Payudara Lina
yang masih terbungkus bh dan baju itu menempel erat di punggung
Dirman sampai kelihatan menyatu dengan punggung Dirman. Meski
agak bau sinar matahari, Lina merasa nyaman digendong Dirman
sampai tak terasa tertidur, mungkin karena kelelahan juga.
"non udah nyampe..".
"haa?? mm...", ujar Lina sambil mengucek-ngucek matanya. Lina
melepaskan rangkulannya di leher Dirman. Dengan bantuan Dirman,
Lina pun bisa nyaman selonjoran di kasurnya.
"kaki non Lina masih sakit?".
"iyaa nih, Bah...masih agak sakit..".
"mau Abah pijetin kakinya?".
"boleh, Bah..".
"bentar yaa non, Abah pulang dulu..ambil minyak..".
"iyaa, Bah..jangan lama-lama ya...". Dirman keluar kamar, sementara
Lina memikirkan peristiwa di sawah tadi. Tak pernah ia merasa begitu
nakal dan begitu liar.
Rasa penasaran pun muncul di benak Lina. Entah darimana pikiran itu,
tapi rasanya sekarang Lina ingin sekali melihat kejantanan Dirman.
Meski sudah tua, tapi Dirman masih terlihat bugar dan kekar.
Vaginanya terasa hangat dari dalam, seperti butuh sentuhan.
Tangannya mengelus-elus daerah pribadinya sendiri.
"hmmm". Sebuah batang yang hitam, besar, dan berurat terbayang di
pikiran Lina. Semakin 'gatal' rasanya sehingga tangannya pun semakin
aktif. Sebagai pemiliknya, Lina tahu kalau daerah intimnya perlu
sentuhan. Lina pun menyusupkan tangannya ke dalam hotpantsnya.
"uuuhhhmmm".
Usapan-usapan lembut pada bibir vaginanya sendiri terasa begitu
'menenangkan'. Jari tengahnya naik turun tepat di tengah-tengah
belahan bibir vaginanya. Lina pun memejamkan matanya, meresapi
gerakkan jarinya. Gemas dengan rangsangan 'lembutn'ya sendiri, Lina
menyusupkan 2 jarinya masuk ke dalam liang vaginanya yang 'panas'.
"eemmm...mmmm..", 2 jarinya bergerak keluar masuk dengan penuh
sensasi. Lina sadar ada sepasang mata yang sedang mengamatinya.
Lina membuka matanya. Dirman sudah ada di sebelah ranjangnya,
sedang berdiri dan memandangnya. Bukannya berhenti, Lina malah
mengeluarkan tangannya dan langsung menuntun tangan Dirman
masuk ke dalam hotpantsnya.
"Baah, tolong Linaa...", desah Lina dengan suara yang begitu
menggairahkan dan begitu 'memancing'. Dengan insting pria sejati
yang berorientasi sex lawan jenis (normal), tanpa ragu-ragu Dirman
mulai meremasi isi dari hotpants Lina.
"ooohh yeeaahhh disiituu Baah !!! teeruuss Baahh !! uuummhhh...",
Lina semakin menggila saat 2 jari Dirman mulai mengebor vaginanya.
Tanpa ragu-ragu, tangan Dirman yang satu lagi merayap masuk ke
dalam kaos Lina dan langsung meremasi payudara yang empuk nan
kenyal yang ada di dalamnya.
"EEENNGGHHH !!!", lenguh Lina panjang, tubuhnya menegang.
Dirman mengeluarkan tangannya. Tanpa di suruh, Dirman menarik
hotpants Lina beserta celana dalamnya dan membuangnya ke lantai.
Bagai mimpi, Dirman tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tak
percaya dengan pandangannya, vagina kecil yang dulu sering ia sentuh
dan ia cuci kini begitu indah, begitu menggiurkan. Tanpa ragu-ragu,
Dirman menempatkan kepalanya di antara selangkangan Lina. Dirman
membenamkan kepalanya di selangkangan Lina yang sangat wangi.
Merasa ada yang menginvasi daerah pribadinya, secara alami Lina
merapatkan kedua pahanya, menjepit kepala Dirman yang ada di
tengahnya. Hidung Dirman menempel di belahan vagina Lina. Dirman
menarik nafas dalam-dalam, menghirup 'aroma therapy' yang berasal
dari vagina Lina. Beda sekali dengan punya istrinya yang bau amis.
Memek cewek cakep emang beda, pikir Dirman.
Lidah Dirman pun menjulur keluar, menyentuh kelamin Lina.
"ehhh..", tubuh Lina langsung bereaksi saat benda lunak dan hangat
melakukan kontak fisik dengan alat kelaminnya.
Dengan rakusnya, Dirman melahap vagina Lina habis-habisan. Tak
henti-hentinya, lidah Dirman menyapu setiap jengkal dari daerah
segitiga majikannya yang cantik itu. Mungkin hanya kali ini bisa
merasakan vagina yang seharum dan seenak ini, pikir Dirman. Lidahnya
terus menggali, menggali, dan menggali lebih dalam lagi 'tambang'
yang ada di hadapannya sehingga Lina pun menggeleng-gelengkan
kepala, menggeliat-geliat, kedua pahanya semakin menjepit kepala
Dirman.
"oooohhhh !!! teeruuusshhh Baaahhh !!!! makan memek Linaa
seepuaasnyaaaa !!!!", teriak Lina lepas, tak terkontrol.
"iyaaaa Baahh !! jilatin memek Linaa !!! memek Linaa punya
Abaaahhh !!!! ooohhhh !!!". Mendengar perkataan-perkataan kotor yang
keluar dari mulut gadis cantik seperti Lina membuat semangat Dirman
berapi-api seperti prajurit yang bersemangat menghadapi perang. Lina
menekan kepala Dirman agar lebih menempel dengan vaginanya.
"aaahh aahhh aaahh AAAAKKKHHHH !!!!", Lina mengejang hebat, kedua
pahanya menjepit kepala Dirman dengan sangat kencang, perutnya
agak ke atas.
"ssrruupphhh !!!!", Dirman tak menyia-nyiakan 'sumber mata air' Lina.
Semuanya habis diseruput Dirman, cairan yang tertinggal di liang
vagina Lina pun sampai tak ada karena terserap lidah Dirman yang
masuk kembali.
Selesai meminum inti sari dari kelamin nonanya sampai terkuras habis
tak bersisa, Dirman mengangkat kepalanya menjauh dari selangkangan
Lina. Dengan sangat tergesa-gesa, Dirman membuka celana dan celana
dalamnya sendiri. Kedua mata Lina langsung tertuju ke benda yang ada
di tengah-tengah selangkangan Dirman. Benda itu terlihat begitu
kokoh.
"masukkin, Bah...", lirih Lina meminta Dirman untuk menyumpal
vaginanya.
Kedua kaki Lina terbuka dengan sangat lebar, Lina juga menyibakkan
bibir vaginanya sendiri untuk mengundang burung Dirman agar segera
masuk ke dalam. Tanpa perlu disuruh, pucuk penis Dirman pun sudah
mencium lubang vagina Lina.
"masukkin, Baah..", pinta Lina dengan melirih. Dirman memajukan
pinggulnya perlahan, kepala penisnya mulai mendobrak masuk ke
dalam liang kewanitaan Lina.
"heemmhhh....", Lina merasa bagian bawah tubuhnya benar-benar
penuh, penuh sesak dengan batang besar milik Dirman yang semakin
masuk ke dalam.
Sensasi yang belum pernah dirasakan Dirman, batangnya terasa begitu
terjepit dan terasa seperti diurut dan dipijat. Seluruh batang Dirman
telah tertancap di dalam liang vagina Lina dengan sangat kokoh.
Dirman tak bergerak, diam sejenak untuk menikmati liang vagina Lina
yang begitu hangat dan begitu sempit. Dirman merasa penisnya seperti
dicengkram dengan sangat kuat oleh dinding vagina Lina. Belum lagi
rasa hangat yang menyelimuti penisnya. Desahan-desahan pelan
mengalun lembut dari mulut Lina saat Dirman mulai menggerakkan
tongkatnya. Dirman agak kesusahan menarik dan juga mendorong
penisnya, rasanya liang rahim Lina terlalu sempit. Tapi dengan penuh
kelembutan, Dirman terus berusaha memompa penisnya dengan
perlahan.
"oohh ooouuhh uummhh..iyaa, Baahh !! enaak, Baahh !!!", racau Lina
merasa nikmat yang luar biasa di bagian bawah tubuhnya.
Dirman terus 'menggasak' liang vagina Lina. Menyodoknya dengan
penuh perasaan namun cukup kuat untuk membuat Lina tersentak-
sentak.
"ookkhh...ookkhh..ookkhh...", Lina mengerang keenakan saat Dirman
menyodok vaginanya sampai mentok.
Si pria tua itu terus menggenjot dengan ritme pelan agar si gadis
cantik yang sedang digenjotnya bisa membiasakan diri terlebih dulu.
Kedua tangan Dirman pun menangkup dan menggenggam 'kemasan
susu' Lina. Meremasi payudara Lina yang terasa sangat empuk dan
kenyal itu. Kaki Lina pun melingkar erat di pinggang Dirman. Keduanya
masih mengenakan kaos, tapi alat kelamin mereka sudah menyatu.
Berpikir Lina sudah mulai terbiasa, Dirman mulai mempercepat
genjotannya.
"OOOUUHHH !!!", Lina mengeluh panjang lagi, gelombang orgasme
melanda tubuhnya.
"hhhh...", nafas keduanya menderu-deru, bulir-bulir keringat Dirman
jatuh membasahi tubuh Lina yang juga tak kalah basah oleh keringat.
Kedua insan itu bercinta dengan sangat bergairah, begitu menggelora.
Desahan-desahan penuh kenikmatan keluar dari mulut keduanya.
Keduanya saling berpelukan dengan erat sementara alat kelamin
mereka terus bergesekkan semakin cepat dan tanpa henti.
"ooh ooohh OOOKKHHH !!!!", erang Dirman melepas orgasmenya.
"BAAAAAHHH !!!", Lina juga mengerang lepas. Keduanya sama-sama
meraih puncak kenikmatan yang mereka bangun bersama-sama. Rasa
hangat dan becek terasa oleh Lina di liang kewanitaannya. Mata Lina
sayup-sayup, semakin tak jelas pandangannya. Rasa lelah karena di
sawah hampir seharian ditambah habis digempur pria tua dengan
'senjatan'ya yang bukan main membuat Lina tak bisa menahan rasa
kantuknya. Dia pun tertidur tanpa memikirkan batang Dirman yang
masih 'menyangkut' di vaginanya. Saat Lina terbangun, Lina mendapati
dirinya sudah berselimut. Lina pun membuka selimutnya. Lina
tersenyum saat melihat cairan putih yang meleleh keluar dari
vaginanya. Lina bangun dan membuka kaos beserta bhnya lalu menuju
kamar mandi.
"aah segeerrr...". Air dingin mengucur dari pancuran membasahi tubuh
indah Lina.
Dia mengambil shower dan menyemprotkan air ke daerah intimnya
untuk membersihkan alat kelaminnya yang telah 'dinodai' Dirman. Lina
menyabuni setiap jengkal dari tubuhnya. Tubuh Lina pun kembali
segar dan wangi. Lina melilitkan handuk ke tubuhnya yang basah.
Handuknya yang bisa dibilang kecil hanya bisa menutupi payudara
sampai 5 cm di bawah 'lembah' miliknya. Saat dia duduk di kursi meja
rias, handuknya pun terangkat saking pendeknya.
"kruuukk...". Perut Lina pun berbunyi kencang. Perutnya keroncongan,
minta diisi dengan makanan.
"aduuh..pantes aja gue laper banget..udah jam segini...". Lina pun
mengambil hpnya dan menghubungi nomor rumah Dirman.
"halo, siapa ini ?".
"ini Lina...ini Mbok Minah bukan ?".
"ooo yaa ampun !! neng Lina ??! apa kabar ? iyaa, ini Mbok Minah".
Lina dan Mbok Minah pun berbicara lewat telpon bagai 2 orang
sahabat yang sudah lama tak bertemu.
"oh iyaa, Mbok..Abah ada ?".
"iyaa ada, neng...kenapa ?".
"Lina laper banget nih, Mbok..".
"oh, iya neng, iya neng..nanti Mbok suruh Mas Dirman nganter
makanan ke neng...".
"masakan Mbok kan yaa ?".
"iyaa, neng..".
"asiiik ! jangan lama-lama ya, Mbok..".
"iyaa, neng..".
"oh iyaa..kaki neng Lina udah agak mendingan ?". Lina pun
menggerakkan kakinya dan berdiri, rasa sakitnya sudah hilang meski
masih agak ngilu sedikit.
"udah nggak, Mbok...dipijitin Abah sih...".
"iyaa, kata Mas Dirman, neng Lina sampai ketiduran gara-gara dipijit
kakinya".
"iyaa, Mbok..habis enak siih..", ujar Lina senyum-senyum sendiri.
Bukan ketiduran gara-gara dipijet, tapi gara-gara disodok-sodok, pikir
Lina.
"yaudah ya, Mbok...jangan lama-lama makanannya..hehe".
"beres, neng..". Lina menyudahi pembicaraannya. Lina baru sadar
kakinya sudah agak mendingan, tidak terlalu nyeri seperti sebelumnya.
"pasti Abah mijitin kaki gue pas gue tidur", ujar Lina berbicara sendiri.
Meski kakinya terasa agak mendingan, tapi ada bagian lain yang terasa
lebih ngilu yaitu daerah selangkangannya. Tapi, rasa ngilu itu tidak
terlalu terasa karena Lina sedang duduk. Lina bersenandung sambil
terus menyisir rambutnya. Entah darimana, Lina merasa senang sekali,
tak sabar menantikan kedatangan Dirman. Lina hanya tahu satu hal,
Dirman adalah satu-satunya pria yang mampu memberikan kepuasan
batin yang begitu maksimal dari semua laki-laki yang tidur dengannya.
Tubuhnya benar-benar dimanfaatkan dengan baik oleh pengurus sawah
ayahnya itu. Meski selangkangannya jadi terasa agak ngilu, Lina ingin
sekali merasakan sensasi sodokan-sodokan Dirman lagi. Terngiang-
ngiang sensasi nikmat dari sodokan penis Dirman membuat Lina
semakin tak sabar menunggu pria tua yang tadi telah menyetubuhinya
itu.
"tok tok tok !!".
"iyaa sebentar !!", jawab Lina dengan agak berteriak.
"adu duu hh..", rasa ngilu terasa di pusat daerah intimnya saat dia
ingin berjalan cepat menuju pintu. Lina pun berjalan pelan dengan kaki
agak terbuka dari biasanya.
"eh, Abah...udah Lina tungguin dari tadi..".
"iya..aa, non..maaf lama..", Dirman merasa jadi canggung berhadapan
dengan majikannya apalagi hanya handuk mini yang melilit di tubuh
Lina. Ekspresi wajah Lina tak kelihatan kesal atau marah malah
kelihatan senang.
Masih segar ingatan Dirman akan tubuh indah Lina yang tak tertutup
apa-apa sehingga Dirman memandang Lina seolah tembus pandang,
tahu bagaimana bentuk dan setiap lekuk tubuh Lina meski tertutup
handuk.
"ayo, Bah..Lina udah mau mati nih...hehe..". Dirman pun langsung ke
dapur dan segera kembali dengan piring penuh dengan nasi. Lina yang
duduk di kursi meja makan pun langsung menerima piring dari Dirman
dan langsung menuang berbagai lauk yang ada di rantang yang tadi di
bawa Dirman ke beberapa piring kosong yang memang sengaja
disediakan di atas meja makan.
"ayo, Bah..kita makan yuuk...".
"gak usah, non...non Lina aja yang makan..".
"ayoo dong, Bah...kita makan bareng..masa Lina makan sendirian..".
"ng..nggak usah, non..". Dirman benar-benar merasa tak enak kepada
Lina. Padahal tadi dia telah mengambil keuntungan dari tubuhnya dan
memperkosanya, tapi kenapa majikannya masih tetap baik malah
seperti tak terjadi apa-apa, pikir Dirman.
"ayoo dong, Bah...kalo Abah gak makan, Lina marah nih..", ujar Lina
dengan nada agak manja.
"i..i..iya deh non..". Dirman pun pergi ke dapur untuk mengambil nasi
dan ikutan makan dengan Lina. Gadis cantik itu makan dengan lahap.
"aahh kenyaaang !!!". Dirman tak berani menatap mata Lina, rasa
bersalah dan takut gara-gara peristiwa itu meski Lina tak menunjukkan
ekspresi marah.
"non Lina..".
"iya, Bah ?". Dirman langsung sujud di kaki Lina.
"maaf..maafin Abah, non...Abah bener-bener minta maaf..Abah rela
dipecat, non...tapi tolong jangan laporin Abah ke polisi...", pinta Dirman
memelas dengan nada suara orang yang hampir menangis.
"diri, Bah...", ujar Lina sambil berdiri. Dirman benar-benar takut akan
dilaporkan ke polisi oleh gadis cantik yang ada di hadapannya karena
telah memperkosanya. Dirman berdiri dan memberanikan diri
mengangkat kepalanya untuk memandang mata Lina.
"gak apa-apa kok, Bah..", jawab Lina dengan senyuman manis
menghiasi wajahnya.
"ha ? apa, non ?", jawaban yang sama sekali tak diduga-duga
membuat Dirman menjadi bingung.
Sambil tersenyum, Lina membuka lilitan handuknya. Handuk itu pun
langsung lolos turun ke bawah. Tubuh telanjang Lina tepat berada di
depan Dirman.
"iya, Bah..Lina gak marah kok...", jawab Lina, nada suaranya begitu
manja, seperti seorang istri yang sedang ingin bermanja-manjaan
dengan suaminya.
Dirman masih tak percaya, semuanya berjalan terlalu lancar bagaikan
mimpi saja, Dirman sama sekali tak pernah membayangkan keadaan ini
dimana dengan keadaan sadar, Lina telanjang bulat di hadapannya.
"non Lina bener-bener gak marah ?". Lina tersenyum, dia menuntun
kedua tangan Dirman ke belakang tubuhnya dan menaruh di
bongkahan pantat kanan dan kirinya lalu mengalungkan kedua
tangannya ke leher Dirman.
"beneer, Abah...malaahh...", nada suara Lina kini berubah menjadi
sangat 'memancing'. Lina mendekatkan bibirnya ke kuping Dirman.
"kalau Abah mau lagi..Lina gak keberatan kok..", bisik Lina menggoda.
Ucapan yang terlontar dari mulut Lina terdengar begitu merdu di
telinga Dirman, seperti nada-nada lagu yang sangat indah.
"bener, non ?", Dirman masih tak percaya padahal jelas-jelas kedua
tangannya menggenggam pantat montok gadis cantik itu.
"Abah masih gak percaya ?". Tanpa ba-bi-bu, Lina menempelkan
bibirnya ke bibir Dirman yang agak hitam.
"eeemmhh..emmhhh..ccpphhh". Keduanya saling pagut, saling
bergantian melumat dan menghisap bibir satu sama lain. Memang beda
rasanya jika cipokan dengan gadis yang masih muda dan sangat
cantik, bibirnya terasa lembut dan seperti ada rasa buah anggur di
bibirnya, pikir Dirman. Lina pun tak bergerak membiarkan bibirnya
dipagut, dilumat, dihisap, dan dikulum habis-habisan oleh pria tua
yang ada di hadapannya sekarang. Sesekali Lina menjulurkan lidahnya
untuk menjadi 'makanan' Dirman. Enak sekali rasanya mencumbu bibir
yang begitu lembut dan empuk sampai Dirman tak mau berhenti
melumat bibir Lina untuk waktu yang cukup lama. Lina pun tak
berusaha melepaskan diri, dia begitu meresapi dan menikmati
cumbuan Dirman bahkan sampai memeluk Dirman dengan sangat erat
bagai memeluk kekasihnya saja. Tangan Dirman pun sudah mulai
beraktifitas. Asik sekali Dirman meremas-remas kuat bongkahan pantat
Lina yang ada di genggaman tangannya. Tabokan dan cubitan pun
dilayangkan Dirman ke pantat Lina yang memang empuk, sekel, padat,
dan kenyal sehingga tak heran kalau Dirman jadi begitu gemas
dibuatnya. Ternyata ini arti mimpinya kemarin, mimpi ketiban durian
runtuh. Dirman kira itu artinya dia akan mendapatkan rejeki nomplok,
tapi rupanya bidadari nomplok. Tak ada rezeki yang lebih baik dari sex
gratis dengan gadis muda nan cantik yang mau disetubuhi dengan
senang hati tanpa paksaan sedikit pun, pikir Dirman. Dirman pun
menarik bibirnya setelah sangat puas mencumbu Lina.
Keduanya megap-megap kekurangan oksigen. Lina dan Dirman saling
menatap mata satu sama lain. Pandangan mata Lina adalah pandangan
wanita yang sudah 'on fire', siap untuk digempur habis-habisan.
Pandangan mata Dirman pun menunjukkan kalau dia sudah tak sabar
ingin merengkuh kenikmatan dari tubuh gadis cantik yang ada di
hadapannya. Tak sabar ingin menggeluti tubuh indah Lina untuk kedua
kalinya, tidak, mungkin sampai 3x, tidak, pokoknya sampai burungnya
tak mampu lagi berdiri dan persediaan sperma di kantung zakarnya
habis tak bersisa. Sementara itu, telah terjalin suatu chemistry antara
alat kelamin Lina dan Dirman. Vagina Lina seperti kutub utara
sementara burung Dirman bagai kutub selatan yang membentuk medan
magnet yang membuatnya saling tarik menarik dan ingin bertemu.
Vagina Lina tak sabar ingin merasakan panjang dan diameter dari
tongkat Dirman dan penis Dirman tak mau menunggu lagi untuk
merasakan kehangatan dan sempitnya celah kecil yang ada di tengah-
tengah selangkangan Lina. Karena sudah mengantongi izin, Dirman
langsung menggendong Lina dan membawanya masuk ke dalam
kamar. Tak beberapa lama kemudian, bunyi ranjang yang bergerak-
gerak serta desahan, lirihan, dan rintihan keduanya pun terdengar dari
dalam kamar. Hanya ada mereka berdua di dalam rumah itu sehingga
mereka bisa mengekspresikan kenikmatan yang sedang mereka
rasakan sesuka hati. Entah berapa jam sudah Lina dan Dirman berada
di dalam kamar. Keduanya tak keluar-keluar kamar sedari tadi. Bahkan
turun dari ranjang pun keduanya tak mau. Bagai malam pertama, Lina
dan Dirman layaknya sepasang pengantin baru yang sedang
bersetubuh dengan penuh gairah dan nafsu yang sangat menggelora.
Dirman merasa nafsunya tak menurun malah semakin naik melihat Lina
yang terkulai pasrah di hadapannya. Lina pun merasa puas, senang,
dan ingin lagi dan lagi untuk disetubuhi Dirman. Sodokan-sodokan
Dirman benar-benar membuat Lina mabuk dalam kenikmatan.
"non Lina...", bisik Dirman yang sedang memeluk Lina dari belakang
karena sedang istirahat.
"iyaa, Bah ?", jawab Lina dengan nada manja.
"boleh minjem telpon sebentar ?".
"iyaa, Bah..ada di meja rias..". Dirman pun turun dari ranjang dan
mengambil hp Lina.
"halo, Mbok ?".
"halo, ini siapa ?".
"ini Mas, Mbok".
"oh Mas Dirman, ada apa ?".
"Mas nginep di rumah non Lina..dia takut sendirian..".
"oh ya udah..inget Mas, jangan macem-macem ama neng Lina..".
"iya, Mbok..". Dirman pun menutup telpon dan menaruhnya kembali di
tempat semula.
"iih..Abah boong ke Mbok..", ledek Lina.
"hehe...bosen tidur bareng Mbok..enakan tidur ama non Lina...".
"iih Abah porno iih..".
"hehe...". Dirman pun memandangi Lina. Tubuhnya berkemilauan
terkena cahaya karena keringat ditambah air liur Dirman. Belum lagi
selangkangan Lina yang belepotan sperma pria tua itu. Tak disangka,
gadis kecil yang dulu dijaganya kini berubah menjadi wanita yang
sangat cantik dan begitu montok. Dirman pun merasa dia sedang
mengambil haknya, upahnya untuk mengambil keuntungan dari tubuh
Lina yang dijaganya.
"Abah kok ngeliatinnya gitu sih?", Lina pura-pura menutupi kedua
buah payudara dan vaginanya dengan kedua tangannya.
"hehe..pake ditutupin segala, non...". Lina pun tersenyum dan
membuka kedua tangannya ke atas seperti orang yang sudah siap
dipeluk.
"sini, Bah...", ajak Lina dengan sangat menggoda yang sudah siap
'menerima' Dirman.
Tak perlu dipaksa, Dirman langsung menomplok Lina dan menggumuli
gadis cantik itu sampai larut malam, sampai staminanya habis dan
tongkatnya tak mampu berdiri lagi, habis sudah persediaan spermanya
seperti niat Dirman pada awalnya. Keduanya tidur dalam berpelukan,
tidur mereka benar-benar pulas karena kecape'an, tapi ekspresi wajah
mereka menunjukkan kepuasan yang tiada tara. Hari-hari dilalui
Dirman dan Lina dengan penuh kebahagiaan dan penuh kesenangan.
Lina pun memutuskan untuk memakai pakaian seperti ibu-ibu petani
lainnya agar benar-benar meresapi menjadi ibu petani. Pagi-siang
Dirman melakukan kewajibannya untuk mengajari Lina. Sore-malam
Dirman meminta haknya kepada Lina yang dengan senang hati
melakukan kewajiban lainnya dari ibu petani yaitu memberikan
tubuhnya kepada bapak petani, yang tak lain dan tak bukan adalah
Dirman, untuk 'digarap' sesukanya.
"iih, Abah...maen ngintip aja..", canda Lina saat Dirman membuka
lipatan kain Lina untuk melihat isinya.
"hehe...Abah pengen liat aja..".
"tapi jangan di sini, Bah..ntar keliatan orang..".
"iyaa deh non..hehe..". Dirman benar-benar senang mengusili Lina
karena Lina tak pernah marah meskipun dia sering iseng menyelipkan
tangan ke dalam baju dan kain Lina untuk menyentuh 'onderdil' gadis
cantik itu saat sedang istirahat di saung. Tak ada yang tahu kegiatan
mereka berdua selain di sawah. Hanya handycam Lina yang menjadi
saksi bisu yang meliput kegiatan Lina di sawah dan aktifitas panasnya
di ranjang bersama Dirman. Lina pun tak sabar ingin menunjukkan
rekamannya kepada teman-temannya yang sama 'gila' dengan dirinya.
****************

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.