Jumat, 06 Maret 2015

Holiday's Challenge Epilogue: Gadis Pemenang 2

Terasa hangat, harum, dan empuk. Malih membuka matanya.
"pagi, Pak...", sapa Riri dengan senyuman manis.
"eh non Riri..", ujar Malih pelan sambil mengucek-ngucek matanya.
Rupanya, ia tidur sambil memeluk tubuh Riri, pantas terasa hangat,
harum, dan empuk. Riri bagaikan guling untuk Malih. Lihat saja, posisi
kaki kiri Malih ada di atas tubuh Riri, persis seperti sedang mengkekep
guling. Rupanya, Malih hanya bermimpi saja. Mimpi menyetubuhi Lina
lalu tertangkap basah oleh Intan, Moniq, dan juga Riri ternyata
hanyalah mimpi belaka. Padahal terasa begitu nyata, kenikmatannya
benar-benar terasa nyata. Sepertinya, Malih tertidur setelah bercinta
penuh gairah dengan Riri. Kaki Malih pun turun dari paha Riri.
"Pak Malih. Riri mau mandi ya..".
"oh iya, non...". Malih mengangkat tangannya dari tubuh Riri. Gadis
cantik itu turun dari ranjang. Sungguh pemandangan yang indah di
pagi hari. Riri membuka hordeng dan juga jendela, membiarkan sinar
dan udara pagi masuk ke dalam kamar.
"Pak Malih mau ikut mandi sama Riri nggak ?".
"nggak, non. Bapak masih lemes..".
"oh, yaudah. Riri mandi dulu yaa...".
"iya, non...". Benar-benar terasa seperti di surga bagi Malih, melihat
seorang gadis muda yang cantik bak bidadari berlenggak-lenggok di
depan mata tanpa mengenakan sehelai benangpun di tubuhnya. Riri
masuk ke dalam kamar mandi, tapi dia membiarkan pintu kamar mandi
tetap terbuka. Seolah-olah memberikan kemudahan bagi supir tuanya
itu jikalau ingin menyelinap dan 'menyergap'nya di kamar mandi
seperti yang biasa terjadi di rumah Riri sehari-hari. Berbarengan
dengan keluarnya Riri dari kamar mandi, aroma harum nan segar pun
menyebar keluar dari kamar mandi. Riri tersenyum ke Malih sambil
mengeringkan rambutnya dengan handuk sementara keseluruhan
tubuhnya tak tertutup apapun. Acara tv sama sekali tak ada apa-
apanya jika dibandingkan pemandangan yang sedang disaksikan Malih
yaitu Riri mengenakan pakaian satu per satu.
"ayo Pak, mandi, udah siang tuh...", ujar Riri duduk di tepi tempat
tidur.
"mm...iya, non. ntar aja".
"dasar bandel...", ucap Riri gemas.
"ya udah kalau gitu, Riri turun yaa. mau buat sarapan. Pak Malih mau
sarapan apa ?".
"apa aja deh, non...".
"oke, Pak. ntar Riri panggil kalau udah jadi yaa..".
"makasih, non...".
"hmm hmm hmm",
Riri menuruni tangga sambil bersenandung senang. Mahasiswi cantik
itu kelihatan senang sekali. Tadi malam dia habis bercinta penuh
gairah dengan supirnya yang sudah tua itu. Rahimnya menjadi sasaran
tembak bagi Malih tadi malam. Mungkin berjuta-juta sperma Malih kini
masih berusaha membuahi sel telur Riri sejak persenggamaan mereka
berdua tadi malam. Sementara Malih masih diam di tempat tidur,
memikirkan mimpinya.
Sayang cuma mimpi, padahal, pasti rasanya nikmat bisa
'mempecundangi' Lina. ABG yang cantik, berkulit putih mulus dan
mempunyai leher serta sepasang kaki yang jenjang. Merasa sudah
segar, Malih mandi dan mengenakan kemeja dan celana panjangnya
yang kemarin.
"Pak ! sarapannya udah jadi !".
"iya, non !". Malih bergegas turun ke bawah.
Terkejut sekali Malih ketika di bawah. Intan, Moniq, Lina, dan Riri,
semuanya hanya mengenakan tanktop dan hotpants saja. Seketika
burung Malih langsung bangun dari tidurnya melihat pemandangan
indah itu. Pria mana yang tidak ereksi melihat 4 gadis muda belia yang
semuanya cantik dan memiliki tubuh seksi mengenakan tanktop ketat
dan hotpants. Keseksian tubuh 4 gadis belia itu benar-benar
memanjakan mata Malih.
"eh, Pak Malih udah bangun...", sapa Moniq.
"iya, neng Moniq..". Malih buru-buru duduk agar tonjolan di celananya
tidak terlihat siapapun.
"ini, Pak makanannya...", Lina menyerahkan makanan ke Malih. Harum
seperti dalam mimpi, pikir Malih saat tubuh Lina cukup dekat
dengannya. Mereka pun sarapan bersama di meja makan. 4 mahasiswi
itu bercanda-canda sambil sarapan seakan tak ada Malih. Malih pun
merasa bingung. Dengan mengesampingkan Riri, apa Intan, Lina, dan
Moniq tidak risih hanya mengenakan tanktop dan hotpants, padahal
ada dia, pikir Malih. Usai sarapan yang penuh 'godaan', Malih izin ke
kamar mandi. Seperti kemarin, dia melepaskan 'ketegangan'nya dengan
buang air seni. Keempat bidadari sedang duduk-duduk di depan tv.
"tok tok tok !!".
"iyaa sebentar !!", teriak Lina yang bergegas ke arah pintu.
"Mang Asep !". Lina langsung memeluk pria tua itu. Asep dengan
enaknya mencengkram dan meremas-remas kedua bongkahan pantat
Lina.
"maaf non, baru bisa balik sekarang...".
"iya, Mang..". Asep adalah penjaga villa Lina sejak pertama kali ia beli
villa itu. Sebagai penjaga villa Lina, tentu saja pria tua itu sudah
sering menikmati tubuh majikannya itu. Mungkin, bahkan sudah
berpuluh-puluh kali Asep menggagahi majikannya yang sangat
menggairahkan itu. Tak heran, tadi dia enak saja langsung meremasi
pantat Lina.
"non Lina..".
"eh ada Mang Karjo juga...". Lina langsung berpindah memeluk Karjo
sampai kedua payudaranya yang besar menempel ke dada Karjo.
"non Lina makin semok aja...", hatur Karjo nakal sambil menepok
kencang pantat Lina.
"ah Mang Karjo. Mang Karjo ke mana aja sih ?".
"non Lina yang kemana aja. ditungguin juga dari kemaren-kemaren,
baru keliatan sekarang...", Karjo mencubit pipi Lina, gemas dengan
gadis cantik itu.
"maaf, Mang..namanya kuliah sibuk..hehe..".
"iya, deh..".
Karjo, teman Asep, sama-sama penjaga villa, namun dia menjaga villa
yang jauh dari villa. Karjo hanya beruntung, temannya Asep, memilik
majikan seperti Lina, cantik, bahenol, sensual, dan hyper-sex. Saat
pertama kali diajak Asep untuk 3-some dengan majikannya, Karjo
mengira temannya itu hanya bercanda. Tapi Karjo tak menolak. Di
pikirannya, lumayanlah ngentot ama tante-tante daripada nggak ada.
Tak tahunya, majikan temannya itu, Asep, adalah Lina yang saat itu
masih kelas 3 SMA, cantik, putih mulus, dan sangat montok. Awalnya,
Karjo tak percaya perkataan Asep. Namun waktu itu Asep langsung
membuktikan dengan menelanjangi Lina dan tak mendapatkan
perlawanan sedikit pun. Sejak saat itu, Karjo pun ikut terlibat dalam
persenggamaan antara pria tua dengan seorang gadis cantik sampai
sekarang.
Setiap kali Lina akan datang dan berlibur ke villanya, pasti Karjo
langsung datang ke villa Lina, baik itu diberi kabar oleh Asep ataupun
dari Lina sendiri. Pria mana yang tidak 'rutin' bercinta kalau
pasangannya, ABG cantik seperti Lina, tak heran Karjo dan Asep sangat
rajin 'menemani' Lina di villanya.
"kita kangen nih, non...". Asep menyingkirkan tangan Karjo dari pantat
Lina karena dia ingin menggesek-gesekkan kemaluannya ke pantat
Lina.
"hmmmm....kangen yaa...", gerakan dan suara Lina begitu sensual,
apalagi ia menggerakkan pantatnya, merespon aktivitas Asep. Karjo tak
mau kalah, dia juga menggesekkan kemaluannya ke V-zone Lina.
Bidadari bertubuh indah itu pun merasa begitu sensual dan erotis,
membiarkan 2 pria menggesek-gesekkan kemaluan mereka masing-
masing ke bagian bawah tubuhnya. Malih yang tadi penasaran siapa
yang datang, tak percaya apa yang ia saksikan di ambang pintu.
Bidadari 'fantasi'nya berada di himpitan 2 pria tua yang jelek. Lina
terlihat terangsang dan bergairah menikmati pantat dan daerah Vnya
yang masih terlindungi hotpants digesek-gesek oleh 2 pria tua dengan
kemaluan mereka yang juga masih tertutup celana.
"aw", Malih berteriak dalam hatinya seketika ia mencubit kencang
tangannya sendiri, memastikan ini bukan mimpi. Pemandangan Lina
terhimpit dan digesek-gesek oleh 2 pria paruh-baya nan jelek, kontan
membuat 'telunjuk' Malih tegak mengacung. Padahal, dia hanya dapat
menggagahi Lina dalam mimpi. Tapi kenapa 2 pria itu terlihat mudah
sekali meletakkan tangan mereka di tubuh indah Lina. Malih merasa
kesal sekaligus cemburu.
"udah ah, mending masuk dulu...".
"hehe..oke, non...". Lina cukup terkejut, ternyata ada Malih yang
memperhatikannya.
"eh Pak Malih...".
"e eh non Lina...", Malih salah tingkah dan membereskan tonjolan di
celananya.
"siapa non ?".
"oh iyaa, kenalin, ini namanya Pak Malih, supirnya Riri..", Lina
memperkenalkan Malih. Dia terlihat biasa saja, kejadian gesek-
menggesek di depan pintu tadi seperti tak pernah terjadi.
"Malih..".
"Asep....".
"Karjo...".
"semuanya, ada Mang Asep sama Mang Karjo nih...".
"Mang Asep !!", teriak Intan, dia langsung bangun dan mendekap Asep.
"Maaang Karjooo !!", teriak Moniq yang juga langsung memeluk Karjo.
Apa-apaan nih ?, pikir Malih bingung. Tak masuk akal, bidadari cantik
seperti Intan dan Moniq langsung memeluk 2 pria tua jelek seperti
Asep dan Karjo begitu saja bagaikan kekasih mereka saja. Yap, bukan
hanya tubuh Lina yang pernah dinikmati Asep dan Karjo, tapi juga
Intan dan Moniq.
"eh, non Riri...".
"eh Mang Asep, Mang Karjo...", sapa Riri biasa saja. Hanya Riri yang
tak pernah di icip kedua pria penjaga villa itu, Lina sendiri yang
melarangnya.
"huft...", Malih agak merasa lega, majikannya sekaligus 'istri-
istrian'nya itu kelihatan biasa saja, tak ada reaksi spesial. Tapi, tetap
saja Malih merasa sangat cemburu, Lina, Intan, dan Moniq menyambut
Asep dan Karjo dengan 'hangat' bagai superstar padahal wajah mereka
tak lebih tampan darinya. Asep dan Karjo pun nimbrung nonton
televisi.
"non, ke dapur sebentar deh", isi sms Malih ke nomor Riri. Riri yang
selalu memegang hpnya langsung ke dapur setelah membaca sms dari
Malih.
"ada apa, Pak ?".
"itu Asep dan Karjo..siapa sih, non ?".
"kalau Asep, penjaga villa ini. kalau Karjo temennya Asep...".
"oh gitu. tapi kok, non, kayaknya neng Intan sama neng Moniq keliatan
deket banget sama Asep sama Karjo, langsung peluk terus cipika
cipiki gitu ? udah gitu tadi di depan pintu, neng Lina digrepe-grepe
sama mereka ?",
Malih benar-benar penasaran karena rasa cemburu ke Asep dan Karjo
yang baru datang tapi langsung bisa menyentuh ketiga dara cantik itu
dengan mudah. Sedangkan, ia dari kemarin hanya bisa
membayangkannya.
"emm....sini Riri bisikkin...".
Wajah Malih menunjukkan ekspresi terkejut mendengar jawaban dari
Riri.
"ah yang bener, non ?!".
"iya, bener, Pak...".
"jadi neng Intan, neng Moniq, sama neng Lina itu doyan ngesex ? terus
Asep ama Karjo itu udah sering ngesex sama neng Intan, Moniq, sama
neng Lina ?".
"iya, Lina malah udah dari SMA, gituan sama Asep n' Karjo...".
"tapi non Riri belum pernah kan ngesex sama mereka berdua ?".
"belum, Pak. tapi kayaknya Riri juga mau nyoba deh..", goda Riri.
"e e eh jangan, non...".
"loh ? kenapa, Pak ?".
"non Riri cuma punya Pak Malih...", pernyataan jantan keluar dari mulut
Malih.
"hmm. Riri cuma bercanda kok...", Riri manja sambil tersenyum "Riri
cuma mau gituan sama Pak Malih, nggak mau sama orang lain...",
pernyataan balasan Riri.
Kata-kata itu terdengar indah sekali di telinga Malih sekaligus
membangkitkan gairah. Tentu saja membangkitkan gairah, ucapan Riri
tadi jelas sekali mengatakan kalau dirinya adalah milik Malih. ABG
cantik itu sendiri yang secara langsung menyatakan kalau tubuhnya
adalah tempat pelampiasan nafsu hanya untuk Malih.
"bener nih, non ?".
"bener, Pak. mmm, kecuali...".
"kecuali apa, non ?".
"kecuali Pak Malih nyuruh Riri ngesex sama orang lain...", jawab Riri
untuk menggoda supirnya itu. Ugh, Malih benar-benar 'gemas' sekali
dengan majikannya itu yang sedari tadi menggodanya dengan ucapan-
ucapan yang nakal, membangkitkan gairah, dan tingkah manjanya.
Andai saja di rumah, mungkin Malih sudah memojokkan Riri ke sudut
ruangan lalu melucuti atau bahkan merobek pakaian Riri dan langsung
menggagahi majikan cantiknya itu saat itu juga karena Malih sudah
benar-benar 'gemas', burungnya juga sudah tegangan tinggi. Riri yang
sudah sering melayani nafsu Malih tentu tahu kalau supirnya itu sudah
terangsang.
"kok di sini, Pak Malih jadi cepet bangun yaa ?", goda Riri.
"dingin sih non..hehe".
"mmm...Riri juga kedinginan, Pak", gerakan-gerakan dan ucapan Riri
benar-benar sensual. ABG cantik bertubuh sekal itu tahu benar caranya
menggoda Malih. Apalagi, saat Riri pura-pura akan menarik turun
hotpantsnya. Rasanya, Malih ingin sekali menghujamkan batang
kejantanannya ke dalam tubuh 'setan' cantik yang sedari tadi
menggodanya dengan sekuat-kuatnya.
"nggak apa-apa, non. non Riri nonton aja. Pak Malih nggak apa-apa,
non". Malih tahu kalau Riri siap untuk melayani nafsunya, tapi kasihan
juga.
Tadi malam kan, Malih sudah 'menyetrum' majikannya yang cantik itu
sampai benar-benar puas, masa sudah meminta jatah di pagi hari.
Malih cukup memikirkan Riri juga. Riri kan ke villa Lina karena ingin
liburan, masa dia harus tetap terus menghabiskan waktu dengan
otongnya, pikir Malih.
"yang bener, Pak ?".
"iya, non...".
"bener nih ?", goda Riri lebih lanjut lagi dengan menurunkan
hotpantsnya sampai setengah belahan pantatnya terlihat.
"iya, non...". Riri benar-benar agresif, nakal, dan sangat menggoda.
"apa, Pak Malih mau.... ?", Riri mendemonstrasikan seperti orang yang
sedang menyepong.
"bener, non. nggak apa-apa, kasian non Riri. mau liburan di sini tapi
malah sama Pak Malih terus...".
"ya nggak apa-apa, Pak. kan Riri nggak kepaksa, berduaan sama Pak
Malih...".
"ya, tapi, Pak Malih pengen ngeliat non Riri seneng-seneng juga".
"makasih yaa, Pak...", Riri tersenyum, memberikan kecupan mesra ke
kedua pipi Malih.
"yaudah, Pak. kalau gitu, kita nonton bareng-bareng aja yuk...".
"ayoo, non..".
Mereka bertujuh pun menonton bersama sampai sore. Asep, Karjo, dan
Malih mulai dekat. Sesekali, Malih curi-curi pandang ke Lina, Intan,
atau Moniq. Dia iri melihat Asep dan Karjo bisa dekat sekali dengan
ketiga dara belia itu. Sementara Asep dan Karjo malah kebalikannya,
ingin menjadi Malih karena Riri kelihatan manja sekali dengannya,
maklum sampai sekarang, mereka berdua masih penasaran ingin
mencicipi tubuh Riri.
"Pak..", sapa Asep yang bertemu Malih di dapur saat dia mau
mengambil minuman.
"eh Mas...", bingung juga Malih memanggil apa ke Asep.
"Bapak, supirnya non Riri ya ?".
"iya, Mas. saya supirnya..".
"sudah berapa lama, Pak ?".
"belum lama, Mas. baru beberapa minggu..".
"oh. baru..".
"Mas Asep udah berapa lama jadi penjaga villa neng Lina ?".
"sudah lama, Pak. kira-kira 7 tahunan lah...".
"oh lama banget ya...".
"Bapak, kayaknya umurnya 40an ya ?".
"ah nggak, Mas. saya 58 tahun..".
"berarti saya kalah dong, saya baru 52...".
"oh..".
"kalau si Karjo baru 49..".
"oh...".
"berarti Bapak paling sesepuh di sini. hahaha !!", Asep berusaha
mengakrabkan diri dengan Malih.
Seperti ungkapan orang-orang, "selalu ada maksud tersembunyi". Asep
berusaha akrab dengan Malih karena siapa tahu saja, jika Malih yang
menyuruh, Riri bisa disenggamainya. Sama halnya seperti Malih yang
tahu hubungan Asep dan Karjo dengan Lina, Intan, dan Moniq, Asep
dan Karjo juga tahu hubungan Riri dengan Malih. Kedua penjaga villa
itu diberi tahu Lina tentang hubungan Riri dengan Malih, setiap
harinya mereka selalu bersenggama seperti pasangan suami istri. Asep
dan Karjo merasa menemukan jalan agar mereka bisa menikmati tubuh
Riri yang sedari dulu mereka incar karena penasaran sekali. Jalannya
adalah melalui Malih karena kata Lina, Riri sangat mencintai Malih,
tentu dia akan mematuhi perintah Malih.
"oh iya, Pak Malih. saya denger dari non Lina, katanya Pak Malih sama
non Riri bukan cuma supir sama majikan. bener, Pak ?".
"maksud Mas Asep ?".
"ya Pak Malih sering ngentot sama non Riri kan ?".
Deg, seketika Malih terdiam.
"kok Mas bisa tau ?".
"non Lina cerita ke saya...".
"...".
"Pak Malih benar-benar beruntung...".
"kenapa emangnya, Mas ?".
"ya bisa ngentot sama non Riri padahal baru kenal beberapa minggu
aja...".
"saya malah ngiri sama Mas Asep. bisa deket banget sama neng Lina,
neng Intan, n' neng Moniq...". Yap ! Malih sudah terpancing oleh Asep.
Pikiran kedua pria tua itu kini sudah selaras, sudah sama-sama
mesum. Terbesit sebuah ide brilian di otak Asep dan Malih, sebuah
'pertukaran'.
"saya punya ide, Pak..".
"apa, Mas ?".
"gimana kalau Pak Malih nyuruh non Riri ngentot sama saya n' Karjo.
nanti saya bilang ke non Lina, supaya ngentot sama Pak Malih...".
Mendengar itu, Malih langsung bersemangat.
"oke oke ! deal !". Sudah terbayang kemulusan tubuh Lina di otak
Malih. Asep dan Malih sudah sepakat, menukar 'milik'nya yaitu Riri
dan Lina. Enak sekali kedua pria tua itu membuat perjanjian untuk
bertukar pasangan begitu saja tanpa bertanya ke kedua gadis belia nan
cantik jelita tersebut, seperti Riri dan Lina cuma 'barang' pribadi milik
mereka saja.
Asep dan Malih pun kembali ke ruang tengah.
"kok minumnya lama banget, Pak ?", tanya Riri manja dan langsung
ngegelendot ke bahu Malih.
"iya, non. aus banget...". Malih bingung mau bilang apa ke Riri. Tak
mungkin dia bilang ke Riri kalau dia 'menukar'nya dengan Lina. Sampai
menjelang malam, Malih masih tak tahu harus bilang apa ke Riri. Asep
sudah cerita ke Karjo. Dan kelihatan mereka berdua tidak sabar. Malih
juga sudah membayangkan mimpinya kemarin malam akan terwujud.
"non, ikut Bapak ke dapur sebentar yuk...". Riri mengangguk dan
mengikuti Malih ke dapur.
"ada apa, Pak ?".
"mm..soal yang tadi pagi..non Riri serius ?".
"yang mana, Pak ?".
"yang tadi...".
"yang mana ?", Riri bingung.
"yang soal ngesex sama orang lain...".
"oh itu. emang kenapa, Pak ?".
"non Riri serius nggak ?".
"mm. iya, emang kenapa sih, Pak ?".
"kalau Bapak nyuruh non Riri gituan sama Mas Asep n' Mas Karjo. non
Riri mau ?".
"ha ? kok...? kenapa tiba-tiba Pak Malih nyuruh Riri gituan sama Mang
Asep n' Mang Karjo?".
"aa ngg mm nngg.....gini, non...". Malih merasa tak bisa bohong ke Riri,
dia pun mengatakan yang sebenarnya.
"oh, itu alasannya. yaudah, Pak. oke deh, Riri nggak keberatan kok",
jawab Riri dengan respon yang baik.
"ha ? yang bener, non ? non Riri nggak marah ?", tanya Malih
keheranan yang sebenarnya sudah mempersiapkan diri kalau-kalau Riri
marah dan ngambek.
"nggak, Pak. Riri tahu kok kalau Pak Malih naksir Lina pas ngeliat
Lina...".
"jadi non Riri udah tahu ?".
"iya, Pak. Riri tahu, emangnya Riri nggak sadar..", jawab Riri
tersenyum manis dan mengelus pipi Malih.
"tapi, kenapa non Riri nggak marah ?".
"kalau bisa bikin Pak Malih seneng, Riri nggak akan marah...", ucap Riri
penuh perasaan sebelum memeluk Malih.
"makasih banget, non. Bapak bener-bener beruntung dapet majikan
kayak non Riri...".
"ah, Bapak...". Malih memang beruntung bisa mendapatkan hati Riri
karena Riri akan baik sekali ke orang yang dicintainya.
"tapi, Pak...".
"tapi apa, non ?".
"jangan kecantol sama Lina ya ?".
"nggak, non. tenang aja, udah ada non Riri, bapak nggak bakal bener-
bener naksir ke neng Lina. hehehe...".
"uh, dasar gombal...", ledek Riri manja.
"yaudah, Riri mau ngomong dulu sama Lina ya".
"iya, non..". Huft, lega sekali Malih. Tak disangka, majikan yang sudah
seperti istrinya itu setuju dan sama sekali tidak marah kalau dia ingin
bersetubuh dengan Lina. Tak lama, Riri kembali ke dapur.
"Lina juga setuju, Pak..". Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Malih tak
menyangka kalau ini akan berjalan sangat sangat lancar, seperti dalam
mimpi saja.
"beneran, non ?".
"hm mh. Pak Malih duduk dulu di ruang tengah yuk...". Dengan ditarik
oleh Riri, Malih pun kembali ke ruang tengah dan duduk di sofa lagi.
Lina melemparkan senyuman ke Malih, seperti bahasa tubuh yang
memberi tahu Malih kalau dia juga ingin diintimi olehnya.
"bapak-bapak sekalian, ditutup dulu ya matanya sebentar...", ucap Lina
manja di depan ketiga pria tua itu.
Riri, Intan, dan Moniq pun langsung menutup mata Asep, Karjo, dan
Malih dengan kain.
"emang mau apa sih, non ?", Karjo ingin tahu.
"udah, diem aja dulu, Mang. jangan ngintip yaa...". Tidak beberapa
lama.
"nah, sekarang boleh buka...". Asep, Malih, dan Karjo langsung cepat
membuka kain penutup mata mereka. Mereka bertiga terkejut,
tercengang, dan terbengong-bengong melihat apa yang ada di depan
mereka. Intan, Lina, dan Moniq telanjang bulat !. Tak ada sehelai
benang pun menempel di tubuh seksi mereka bertiga.
"wah, nona-nona cantik ini mau show kayaknya nih...", ucap Asep.
Bagi Asep dan Karjo, melihat Lina, Intan, dan Moniq bugil sudah biasa.
Tapi, beda dengan Malih. Supir Riri itu terbengong-bengong melihat
ketiga dara itu telanjang bulat. Tubuh mereka bertiga benar-benar
sangat indah. Bagai sedang mimpi, ada 3 orang ABG cantik telanjang
bulat di depannya. Payudara dan selangkangan 3 dara cantik itu
terlihat jelas dan tidak ditutupi sedikitpun oleh si masing-masing
empunya 'barang'.
"atas permintaan Pak Malih, sekarang Mang Asep sama Mang Karjo
boleh ngesex sama Riri...".
Lina dan Moniq pun menyingkir. Riri keluar dari belakang mereka.
Kedua tangan Riri berada di belakang. Riri kelihatan benar-benar
menggemaskan dengan pose seperti itu. Kali ini, giliran Asep dan
Karjo yang tercengang melihat kemulusan tubuh Riri tanpa dihalangi
apapun. Melihat ekspresi mupeng pada wajah Asep dan Karjo, Malih
merasa bangga. Bangga karena wanita yang selama ini
disenggamainya memang benar-benar cantik dan menggiurkan tak
hanya baginya, tapi bagi laki-laki lain.
"bener nih, non ?".
"kok nanya Lina. tanya sama Pak Malih dong...".
"bener nih, Pak ? boleh ?". Malih mengangguk. Kedua pria tua mesum
itu langsung maju, mendekati 'hadiah' persahabatan dari Malih untuk
mereka. Riri langsung diapit oleh Asep dan Karjo.
"non Riri. kita bedua udah kebelet banget pengen ngentotin non Riri...",
ucap Asep lancang.
"iya, non. penasaran banget. akhirnya kesampean juga. hehehe !". Riri
hanya tersenyum.
Asep menuntun tangan kanan Riri ke selangkangannya, sementara
tangan kiri Riri sudah ada di selangkangan Karjo.
"aa aahhmm eemmm eemmm", Riri menggeliat-geliat manja kegelian.
Kedua daun telinganya sedang digeluti dan dikelitik oleh Asep dan
Karjo dengan lidah mereka. Tanpa disuruh, kedua tangan Riri
mengusap-usap burung kedua penjaga villa itu yang masih
terbungkus celana dan kolor. Basah dan geli, itu yang sedang
dirasakan Riri. Dia mengulum bibir bawahnya menahan rasa geli. Asep
dan Karjo senang sekali akhirnya mereka bisa menyentuh tubuh Riri.
Payudara dan pantat Riri seempuk yang mereka bayangkan.
"hemmh hemmhhh emmm", Riri merasakan setiap remasan-remasan
kasar pada kedua buntalan daging kembarnya secara terus menerus.
Kedua bongkahan pantatnya juga ditabuh-tabuh oleh Asep dan Karjo
seperti gendang. Ditambah lidah 2 pria tua itu yang semakin lincah
menggelitik daun telinga Riri. Sungguh rangsangan yang hebat.
Namanya orang sudah ingin dari dulu, Asep dan Parjo begitu semangat
merangsang gairah Riri.
"uummmm", Riri terus menggumam manja. Dia belum pernah
merasakan rangsangan dari 2 orang pria secara bersamaan.
"emmm emm uuhhmm hheemmhhh", Riri mengangkat kepalanya,
memberikan keleluasaan bagi Asep dan Karjo untuk mencupangi
lehernya. Riri merasa begitu seksi dan sensual diciumi 2 pria
sekaligus.
"ccpphh ccpphh". Kedua pria penjaga villa itu mencumbui setiap
jengkal leher Riri, tak ada yang terlewat sambil asik memainkan kedua
daging kembar Riri. Mencengkram dan meremas-remasnya dengan
kasar serta mencubit-cubit, memencet-memencet, dan memilin kedua
puting Riri.
"ccpphhh hmmhhh cccpphhh", sesekali Asep dan Karjo bergantian
melumat bibir Riri. Lidah Riri terus melayani serangan demi serangan
dari lidah Asep dan Karjo yang tak ada jedanya. Sekitar mulut Riri pun
sampai basah karena air liur 2 pria tua itu. Kedua tangan Riri dinaikkan
ke atas oleh Asep dan Karjo. Riri yang sudah sering 'menyusui' Malih
tahu apa yang akan dilakukan Asep dan Karjo, pasti kemasan susunya
yang akan menjadi sasaran berikutnya.
Riri pun bekerja sama, dia meletakkan kedua tangannya di belakang
kepala, seperti penjahat yang menyerah pada polisi. Bedanya, Riri
'menyerah' bukan pada polisi tapi pada 2 penjahat tua yang akan
banyak melakukan hal-hal mesum padanya.
"happh nyyemm", kedua puting Riri langsung dicaplok Asep dan Karjo.
"aahhmmm hhemmmhhh uummmm emmmhhh !!! terusshhh
Maaanggghhhh !!! oooohhmmm", erang Riri. Nikmatnya sungguh luar
biasa, Riri belum pernah merasakan sensasi seperti ini. Puting
kanannya diemut-emut Asep sementara puting kirinya dikenyot-kenyot
Karjo dalam waktu yang bersamaan. Sensasi yang benar-benar luar
biasa dan tak pernah dirasakan Riri.
"pook ! pook ! pook !", Karjo menampari pantat Riri beberapa kali
sampai cukup berbekas di pantat Riri. Tangan Asep mulai menuju
sasaran utamanya.
"emmm...". Benar, tangan Asep mulai mengusik daerah pribadi Riri.
Asep mengelus-elus dan mengucek-ngucek belahan bibir kemaluan
Riri.
"aaahhhh uummmm eemmmm !!", desah Riri dengan suara yang seksi.
Karjo juga sedang asik mengulas klitoris Riri. Riri benar-benar
dirangsang habis-habisan oleh kedua pria tua itu.
"aah jangaan Maangghhh udaahh udaaahh !!", Riri berusaha menutup
kedua tangannya, tapi Asep dan Karjo menahan kedua tangan Riri dan
terus menjilati ketiak Riri sampai majikan Malih itu menggeliat
kegelian. Geli dan nikmat, sungguh campuran rasa yang benar-benar
tiada duanya bagi seorang perempuan. Asep semakin bersemangat,
yang tadinya dia membelai dan mengusap-usap vagina Riri dengan
pelan dan lembut, kini dia seperti menggosok-gosok vagina Riri
dengan tangannya. Sementara Karjo mengusap-usap klitoris Riri
sambil 'mengebor' liang anus ABG cantik itu dengan jari tengah tangan
kanannya.
"aaahh aahhh uuunnhhh !!", desahan Riri semakin mengencang sebagai
pelampiasan kenikmatan yang tengah ia rasakan sekarang.
"emmmmmm....", gumam Riri merasa sesuatu sedang berusaha
menyelip masuk ke dalam celah sempit miliknya. Jari telunjuk Asep
masuk ke dalam vagina Riri dan mulai menggelitiki liang kewanitaan
Riri.
"aaahh hhemmm uummhhh", satu jari lagi masuk ke dalam 'gua' milik
Riri, tapi bukan jari Asep melainkan jari telunjuk Karjo. Kedua pria tua
nan jelek itu bekerja sama mengorek-ngorek kemaluan Riri. Desahan-
desahan kenikmatan terus keluar dari mulut Riri, kedua tangannya pun
memegangi bahkan menekan kepala Asep dan Karjo supaya mereka
menyedot susunya itu lebih kuat lagi. Asep dan Karjo kelihatan
kompak sekali 'mengerjai' Riri. Mereka kompak karena sudah biasa
bekerja sama mengerjai Lina. Sedangkan Riri, baru kali ini ia
merasakan kenikmatan ganda seperti ini. Sudah kedua susunya
dikenyot-kenyot, lubang pantatnya dicolok-colok, vaginanya pun
dikorek-korek, benar-benar suatu kenikmatan yang takkan bisa
ditahan lama-lama oleh Riri. Malih terpaku pada pemandangan yang
ada di depannya. Batangnya sudah sekeras kayu, membuat tonjolan
besar di celananya. Tidak mungkin kalau dia tidak terangsang melihat
adegan yang tepat ada di kedua matanya.
Malih tak pernah melihat orang lain berhubungan intim secara
langsung sebelumnya.
"Pak Maliiihhh.....", Riri tetap mendesahkan nama supirnya itu,
meskipun bukan Malih yang tengah menggerayangi tubuhnya
melainkan 2 penjaga villa yang memang selama ini mengincarnya.
Sambil mendesahkan nama Malih, Riri juga menatap Malih dengan
kedua matanya yang sebentar merem sebentar melek karena keenakan,
dan dia juga sempat tersenyum sebelum mengeluarkan desahan lagi.
Seolah-olah Riri ingin mengatakan kalau dia membiarkan pria lain
menyentuh tubuhnya karena permintaan Malih, dan Riri seperti ingin
memberi tahu, walaupun pria lain yang tengah memberinya
kenikmatan, namun Riri tetap memikirkan pria tua yang dicintainya
yang tak lain adalah supirnya sendiri, Malih. Menyaksikan gadis cantik
yang biasa disenggamainya sedang telanjang bulat di antara 2 pria tua
berpakaian lengkap dan digerayangi oleh kedua pria tua itu, membuat
Malih horny berat. Bahkan bukan hanya sekedar digerayangi saja,
namun juga dirangsang. Payudara yang biasa ia kenyot setiap hari
sekarang sedang disedot-sedot oleh Asep dan Karjo. Lubang pantat
yang biasa ia kilik-kilik, kini sedang dicolok-colok oleh Karjo. Dan
vagina yang biasa ia kobel-kobel setiap hari, sekarang Asep dan Karjo
yang sedang mengorek-ngoreknya. Benar-benar pemandangan yang
membuat Malih menjadi 'panas'. Pandangan Malih pun teralihkan pada
gerakan. Lina dan Intan sedang berjalan ke arahnya. Seperti film porno,
dimana ada 2 gadis muda nan cantik yang telanjang bulat sedang
berjalan ke arahnya dengan gerakan yang begitu menggoda.
Sedangkan Moniq, malah merangkak perlahan mendekati Malih. Intan
dan Lina duduk mengapit Malih di tengah-tengah. Mereka berdua
duduk menyamping.
"gimana, Pak ? ngeliat Riri digrepe-grepe Mang Asep sama Mang
Karjo ?", bisik Lina. Malih tak menjawab, dia begitu 'tegang'. Sudah
disuguhi pemandangan yang sangat menegangkan, kini ditambah ada
2 gadis cantik yang tak mengenakan apapun duduk di samping kanan
dan kirinya. Belum lagi, Moniq yang semakin dekat dengan
selangkangannya. Merasa selangkangannya terus diperhatikan Moniq
yang terus merangkak, membuat Malih merasa tongkatnya menjadi
'buruan' gadis imut itu.
"tenang aja, Pak. kalau Pak Malih cemburu, kita bantuin bapak supaya
Riri cemburu juga...", bisik Intan begitu menggoda sebelum mulai
mengemut daun telinga kiri Malih. Lina pun menjilati telinga kanan
Malih. Malih merinding merasakan betapa gelinya saat kedua
telinganya digeluti oleh Intan dan Lina. Moniq pun sampai, dia
langsung membenamkan wajahnya ke selangkangan Malih. Tubuh
Malih sedikit berkedut karena wajah Moniq mengenai penisnya.
"cupp cuuphh cuupphh", Moniq menciumi tonjolan di celana Malih
dengan seksama. Gadis imut terlihat sangat menikmatinya. Malih
memang bermimpi bisa menggagahi Lina, tapi sekarang malah melebihi
mimpinya. Sekarang dia sedang 'digoda' oleh 3 gadis cantik sekaligus
dan semuanya telanjang bulat. Sambil terus menggelitiki daun telinga
Malih, Lina menarik tangan kanan Malih dan menjepitnya dengan
kedua pahanya. Intan pun melakukan hal yang sama.
Malih bisa merasakan betapa hangatnya selangkangan 2 bidadari
cantik itu.
"cupphh cuphh", Intan mulai menciumi pipi Malih. Sementara Lina
masih asik menggelitik telinga kanan Malih.
"malam ini, kita bertiga akan muasin bapak...", desah Lina di telinga
Malih.
Malih tak percaya, 3 ABG cantik itu benar-benar sangat agresif dan
nakal kepadanya, benar-benar seperti dalam mimpi saja. Tapi, kali ini
Malih yakin kalau sekarang bukan cuma mimpi, karena dia merasa
sedikit nyeri saat Intan menggigit telinganya agak kencang beberapa
saat yang lalu. Lina dan Intan pun menggunakan lidah mereka untuk
menjilati wajah Malih. Aroma harum dari tubuh Intan, Lina, dan Moniq
yang sedari tadi tercium oleh Malih kini tertutup oleh bau air liur Intan
dan Lina. Kedua gadis cantik itu pun menjilati bibir Malih. Secara
refleks, Malih membuka mulutnya. Lidah Intan dan Lina berebutan
masuk ke dalam rongga mulut Malih. Biasanya Malih yang mengisap-
isap lidah Riri, tapi sekarang lidahnya yang sedang diisap-isap oleh
Lina dan Intan. Kedua gadis itu bergantian menjulurkan lidah mereka
ke dalam rongga mulut Malih. Sementara Moniq mulai membuat celana
Malih basah dengan lidahnya. Gadis imut itu tengah menjilati tonjolan
pada celana Malih. Intan dan Lina terus mengobok-obok rongga mulut
Malih. Malih baru ingat, kedua tangannya ada di daerah 'panas' dari
kedua gadis muda itu. Malih pun langsung mencolok masing-masing
vagina Lina dan Intan.
"uuummmmm".
"emmm". Keduanya pun spontan melirih pelan dan berhenti
menjulurkan lidah mereka ke dalam mulut Malih. Lina tersenyum dan
perlahan mengangkat kaos Malih. Dan di bawah sana, Moniq mulai
membuka kancing dan resleting celana Malih. Malih pun
menyenderkan kepalanya ke sofa sambil terus mengobel-ngobel
kemaluan Intan dan Lina. Enak sekali menjadi Malih saat ini, menengok
ke kanan ada gadis cantik nan mulus, menengok ke kiri ada gadis
manis nan semok, melihat ke bawah pun ada gadis imut nan
menggemaskan, dan yang paling asik adalah ketiga gadis itu bugil, tak
mengenakan sehelai benang pun. Malih tak menduga dia akan menjadi
seperti sekarang. Dari pria tua yang hanya berprofesi sebagai tukang
sampah dan tinggal sendirian, kini menjadi pejantan dengan batang
kejantanan yang mampu menarik perhatian 'kupu-kupu' cantik dan
indah seperti Riri dan 3 bidadari yang sekarang sedang ada di
dekatnya. Andai saja teman-temannya yang dulu sering mengejek
wajahnya kini melihatnya, pasti tak akan percaya, pikir Malih. Meski
sedang dilayani 3 bidadari yang sekarang sedang berusaha
menelanjanginya, Malih masih tetap ingat dengan Riri, majikan
tersayangnya yang sering menemaninya di atas ranjang. Mata Malih
terpaku pada tubuh Riri yang sedang dinikmati oleh Asep dan Karjo.
"aahhh aaahhh hhemmmhhh ooohhh OOOHHHH UUNNNGGGHHHH !!!!!",
erang Riri, tubuhnya mengejang, dia melepaskan puncak
kenikmatannya karena sudah tak tahan lagi merasakan nikmatnya
korekan-korekan di kemaluannya. Malih tak menduga, melihat Riri
orgasme di tangan pria lain ternyata menimbulkan nafsu tersendiri
baginya.
"hhh hhh hhuffhh", Riri mengatur irama nafasnya setelah orgasme,
namun vaginanya masih tersumbat dengan jari telunjuk Asep dan
Karjo. Permukaan payudara Riri basah dengan air liur dan juga banyak
bekas-bekas merah, akibat cupangan-cupangan 2 penjaga villa itu.
"emmm mmmhhh uummmm", Asep dan Karjo memasukkan jari
telunjuknya ke dalam mulut Riri. Tanpa disuruh, Riri mengulumnya dan
mencicipi cairan vaginanya sendiri.
"gimana, non ? enak kan kita kobel-kobel memeknya ?", Karjo
melecehkan Riri.
"emm....", Riri hanya menggumam dan sedikit mengangguk.
"HAHAHAHA !! coba dari dulu non Riri mau di entot sama kita bedua,
pasti non Riri bakal ketagihan kayak non Lina. GAHAHA !!!", ledek Asep
menambahkan sambil tertawa keras, merasa menang karena telah
berhasil 'mempecundangi' Riri. Tentu saja Asep dan Karjo merasa
menang. Dari pertama bertemu, Riri selalu menolak bahkan menjauh
dari Asep dan Karjo, tapi tadi Riri sendiri yang mengakui kalau
vaginanya terasa enak saat dikobel-kobel oleh mereka berdua.
"ayo, Sep. angkat kakinya non Riri. gue pengen ngejilat memeknya non
Riri, penasaran gue dari dulu".
"enak aje lo ! gue dulu !".
"kagak, gue dulu !". Riri tersipu malu, wajahnya agak memerah. Riri
mungkin bukan gadis baik-baik, namun dia merasa malu, belum
pernah ia diperebutkan 2 lelaki. Well, secara teknis, Riri memang sering
diperebutkan lelaki, namun dia belum pernah mendengarkan 2 pria
bertengkar untuk 'memperebutkan' vaginanya. Itu yang membuat Riri
merasa malu.
"Mang Karjo aja dulu....", ucap Riri tertunduk malu.
"tuh kan gue dulu. udeh, mendingan lo pegangin kakinya non Riri,
Sep. KEKEKE !!", ujar Karjo merasa menang. Tentu Asep kelihatan tak
senang. Malih melihat Riri yang berbeda. Kalau dengannya, Riri begitu
agresif dan nakal, tapi kenapa sekarang majikannya itu terlihat pemalu
sekaligus tersiksa. Dengan wajah cemberut, Asep mendekap tubuh Riri
dari belakang, menahan pinggang Riri saat dia mengangkat kaki kanan
Riri setinggi-tingginya. Karjo langsung mengambil posisi di depan
daerah pribadi Riri. Kaki kiri Riri yang masih menapak sementara kaki
kanannya terangkat tinggi sekali, membuat kedua kaki Riri seperti
membentuk jarum jam saat pukul 16.45. Karjo memandangi bukit indah
nan menggiurkan milik Riri. Hidung Karjo pun dipenuhi aroma yang
begitu harum dari selangkangan Riri. Emang udah hukum alam kali,
cewek cakep pasti memeknya wangi, pikir Karjo yang sudah sering
menikmati 'surga dunia' milik gadis-gadis cantik lainnya yakni Lina,
Intan, dan Moniq.
"aaaahhhhmmm...", lirih Riri pelan saat merasakan ada 'kontak' di celah
sempit miliknya. Cairan vagina Riri yang masih sedikit ada di
kemaluannya setelah orgasme sebelumnya tentu langsung dijilat habis
oleh Karjo. Gurih, asin, dan cukup manis, perpaduan rasa yang asik,
membuat Karjo ingin lebih banyak mendapatkannya.
"aahh hhemmm uumm oohhh", desahan Riri terdengar begitu keenakan.
Bagaimana tidak, Karjo sungguh lihai menggunakan lidahnya baik
untuk membelai vagina Riri maupun mengorek-ngorek dalamnya.
Tidak mungkin kalau Karjo tidak piawai menjilati alat kelamin seorang
wanita. Pria tua itu setidaknya sudah 15 kali 'menyantap' vagina Lina,
tak heran kalau lidahnya sudah sangat terlatih. Riri tak bisa
menyembunyikan ekspresi wajahnya yang sedang keenakan. Asep
membuat Riri menengok dan langsung menyambar bibir mungil nan
lembut bidadari cantik itu. Sementara tangan satunya yang tidak
memegangi kaki Riri, sibuk meremasi atau mungkin lebih tepatnya
menikmati betapa empuk dan kenyalnya payudara Riri.
"hhemmmhhh", Riri menggumam agak kencang,
Asep iseng memelintir puting kirinya. Karjo terlalu hebat memainkan
lidahnya, Riri sampai tak tahan lagi menahan terpaan rasa nikmat yang
berasal dari kemaluannya. Ditambah kedua putingnya yang mengeras
karena terangsang, senantiasa dipilin-pilin oleh Asep secara
bergantian.
"UUUUMMMHHHHH !!!!", erang Riri lepas dan menekan kepala Karjo ke
'curug' miliknya. Curug atau air terjun yang sebentar lagi akan
mengucurkan sumber mata air yang nikmat dan 'menyegarkan'.
"OOOUUHHHHHH !!!!", lenguh Riri. Karjo langsung menyeruput 'sirup'
yang berasal dari vagina Riri dengan rakus. Tak hanya sekedar
menyeruput, Karjo juga menyedot kuat bagai lintah yang sedang
menghisap darah. Tubuh Riri berkedut-kedut merasa sisa-sisa
kenikmatan.
"gimane rasanya, Jo ?".
"beuh. MAKNYUUS ! LAAZIISS !!!", ekspresi Karjo yang menunjukkan
kalau rasa 'alat kawin' milik Riri benar-benar lezat. Asep pun
menurunkan kaki Riri. Akhirnya Riri bisa berdiri dengan kedua kaki.
Pegal sekali menahan tubuh dengan satu kaki. Selangkangan Riri
benar-benar basah kuyup, banjir air liur Karjo.
"ayo non. sini memeknya, giliran Mang Asep yang jilatin !", seru Asep
yang sudah tidur terlentang. Seperti budak, Riri pun menuruti, dia
sudah mengambil ancang-ancang akan jongkok tepat di atas wajah
Asep. Istilah 'ketiban memek' yang sering diucapkan Asep benar-benar
sangat tepat untuk sekarang. Riri semakin rendah, vaginanya akan
tepat jatuh ke wajah Asep.
"aaaahhhh !!!", pekik Riri agak terkejut ketika Asep menarik pinggulnya
ke bawah dan langsung menyerbu vagina Riri dengan ganas.
"emmmm...", Riri mengulum bibir bawahnya sambil melirih pelan, dia
merapatkan kedua kakinya menjepit kepala Asep yang sedang
didudukinya agar tak 'longgar'. Posisi ini adalah posisi paling familiar
bagi Riri dalam menerima 'serangan' pada vaginanya. Familiar karena
ini posisi menjilat vagina yang paling disukai Malih. Malih suka
sensasi saat wajahnya dikangkangi oleh Riri sebab posisi ini membuat
Malih merasa begitu berkuasa atas vagina Riri dan vagina Riri hanya
untuknya, ditambah wangi dan harum daerah kewanitaan Riri sangat
tajam tercium dalam posisi ini. Saking sukanya, Malih betah
dikangkangi Riri lebih dari 15 menit, bahkan pernah sampai 1 jam
penuh Malih menikmati 'kolong'nya Riri karena Riri juga tak
mengangkat-angkat vaginanya dari wajah Malih waktu itu.
"ooohhhmmm uummmhhh iyaaaa Maaanggghhh teeruuussshhh di
siituuuhhhh", desah Riri begitu liar.
Saking keenakannya, Riri berputar dan berpegangan pada dada Asep
agar bisa menggerakkan vaginanya yang terasa semakin gatal ke wajah
Asep. Tak hanya maju-mundur, Riri pun menggoyang-goyangkan
pinggulnya, sengaja ingin menggilas wajah Asep dengan vaginanya.
Pemandangan yang sensual dan erotis ketika Riri terlihat begitu
menikmati dan terus menggerakkan pinggulnya, 'memarut' vaginanya
di wajah Asep.
"ooohhh ooohhh uuummmhhh", desah Riri semakin liar menggesek-
gesekkan vaginanya dengan wajah Asep. Sementara Riri sedang
menikmati service Asep di kolongnya, Malih kini sudah sama dengan 3
'setan' cantik yang sedang bersamanya, sama-sama telanjang bulat.
Cuma ada 1 tongkat sakti, namun ada 3 'penyihir' yang ingin memakai
tongkat tersebut, cukup merepotkan. Intan, Moniq, apalagi Lina, tak
bisa mengalihkan pandangannya pada benda tegak yang berdiri di
selangkangan Malih. Ketiganya berebutan ingin menyentuh dan
membelainya. Ketiga dara cantik itu tak menyangka, Malih yang
umurnya sudah tua punya batang kejantanan yang sangat 'jantan'.
Diameternya besar, panjangnya mungkin 1 jengkal, belum lagi banyak
urat di batangnya. Baik Moniq, Intan, ataupun Lina, ketiganya merasa
kagum dengan senjata Malih yang kelihatan masih dalam keadaan
prima. Pantas saja, Riri sampai klepek-klepek, pikir Lina sambil
tersenyum. Ngomong-ngomong soal Riri, Lina lupa dengan
sahabatnya. Lina kembali tersenyum melihat Riri yang kelihatan sangat
seksi dengan menggesek-gesekkan kemaluannya sendiri di atas wajah
Asep. Malih merasa bangga, penisnya kelihatan sangat menarik
perhatian ketiga gadis muda yang sedang mengerubutinya.
"buka lebih lebar dong, Pak...", pinta Moniq.
Malih membuka pahanya lebih lebar dan memajukan pantatnya
sehingga benar-benar di ujung sofa. Pria tua itu sudah tak sabar ingin
merasakan alat kawinnya dijilati 3 ABG yang semuanya cantik secara
bersamaan. Intan langsung menggenggam batang kejantanan Malih.
Tentu dengan panjang seperti itu, satu tangan Intan saja tak cukup
untuk menggenggam senjata Malih. Tangan Lina lah yang memegang
sisa panjang batang Malih sampai ke pucuk penisnya. Sementara
Moniq menampung kantung buah zakar Malih dengan tangan
kanannya, dan menggunakan telunjuknya untuk mengusap-usap kedua
biji kemaluan Malih seperti orang yang mengelus-elus hewan kecil.
Intan dan Lina yang memegangi batang Malih cukup terkejut. Ternyata
penis pria tua itu begitu kekar, kokoh, dan juga keras, hampir mirip
sebatang kayu. Benar-benar tak diduga-duga. Dengan kompak, tangan
Lina dan Intan bergerak ke atas dan ke bawah secara bersamaan.
"oooh", Malih merasa keenakan, tangan ketiga dara cantik itu terasa
halus dan lembut, sangat mengenakkan.
Sambil mengocok perlahan, Intan dan Lina bergantian mencumbu bibir
Malih. Melihat Malih sekarang seperti melihat seorang raja yang
sedang dilayani oleh ketiga selirnya. Malih tinggal duduk menikmati
permainan ketiga selirnya yang sangat agresif dan aktif
merangsangnya. Tak lupa Malih menggerakkan jarinya untuk
mengorek-ngorek vagina Intan dan Lina.
Intan dan Lina bisa merasakan betapa 'panas'nya tongkat sodok milik
Malih. Begitu juga Malih, dia bisa merasakan betapa hangat dan
lembabnya alat kelamin Lina dan Intan.
"cuupphh ccpphh", di bawah sana, Moniq mulai menciumi kantung
pelir Malih. Seperti tak mau kalah, Intan dan Lina pun mengambil
posisi untuk mendekatkan wajah mereka ke batang Malih. Terpaksa jari
Malih harus keluar dari 'mainan'nya. Sofanya ada 3 dudukan, dan Malih
duduk di tengah-tengah, jadi memudahkan Lina dan Intan untuk
mengambil posisi sedemikian rupa.
"ccupp cuuphh cupphh". Sekujur batang kejantanan Malih dikecup
bertubi-tubi oleh Lina dan Intan, dan Moniq juga asik mengecupi
kantung biji kemaluan Malih.
Sambil menikmati onderdilnya yang sedang diciumi oleh ketiga gadis
cantik, Malih pun mendapatkan tontonan yang sangat sensual. Benar-
benar sore yang sangat 'panas' bagi Malih. Namun, Malih berpikir
juga. Mengapa ABG-ABG cantik dan sexy seperti Intan, Lina, Moniq,
dan Riri mau-maunya melayani nafsu lelaki tua seperti Asep, Karjo,
dan dirinya. Padahal, dengan wajah dan tubuh aduhai, mereka
berempat tentu bisa menggaet lelaki tampan dan kaya dengan mudah
seperti membalikkan telapak tangan. Pasti ada yang salah dengan
keempat bidadari tersebut, pikir Malih. Apakah terjadi sesuatu pada
mereka di masa kecilnya sampai punya kelainan, suka ngesex sama
pria yang jauh lebih tua dari mereka, sebab gadis normal tentu lebih
suka berhubungan intim dengan pria sebaya, mungkin ada juga yang
suka bersetubuh dengan pria tua, namun sepertinya tak sampai
dengan pria yang hampir kakek-kakek, pikir Malih lagi.
"ooohhhh", desah Malih tersadar dari lamunannya. Dia merasa
gelitikan nan hangat pada batang dan pelirnya. Memang benar, ketiga
dara cantik itu sudah mulai menggunakan lidahnya. Intan, Lina, dan
Moniq yang sudah biasa berhadapan dengan penis laki-laki tentu tahu
benar cara memanjakan kemaluan Malih dengan lidah mereka.
"ooohh oohhh", Malih merem-melek keenakan, mendapatkan belaian
dari 3 lidah sekaligus tentu memberikan kenikmatan luar biasa untuk
Malih.
Kemaluan Malih seperti sedang 'dimandikan' oleh Moniq, Lina, dan
Intan. Hanya ada 2 lidah yang pernah menyentuh alat kawin Malih,
pertama lidah almarhum istrinya, dan kedua, lidah Riri. Tapi lihat
sekarang, ada 3 batang lidah yang sedang melata di sekitar kemaluan
Malih, 3 lidah dari 3 orang gadis muda nan cantik yang baru saja ia
kenal kemarin. Kehidupan Malih benar-benar berubah 180 derajat
semenjak bertemu. Sudah bisa menyenggamai Riri setiap hari bagai
istri sendiri, sekarang Malih malah sedang dilayani 3 sahabat
majikannya. Malih sungguh merasa sangat beruntung karena hidupnya
yang sekarang adalah mimpi setiap pria tua sepertinya, yakni bisa
menikmati tubuh ABG cantik semaunya. Rasa nikmat semakin
dirasakan Malih saat kepala penisnya mulai diemut-emut Intan,
sedangkan batang sampai pangkalnya sedang dijilati Lina, dan buah
pelirnya sedang di'makan' oleh Moniq. Kemaluannya benar-benar
di'santap' habis-habisan oleh ketiga ABG itu.
Lina dan Intan bergantian mengemuti kepala penis Malih dan menjilati
batang kejantanan Malih. Sementara Moniq yang hanya kebagian
'sarang'nya, melakukan yang biasa ia lakukan.
"aahhh", tubuh Malih bergetar, merinding saat merasa nikmat tapi aneh
di anusnya.
Ternyata lubang pantatnya sedang dijilati Moniq. Meski hanya
kelihatan matanya, tapi Malih tahu kalau Moniq tersenyum, seakan dia
ingin menunjukkan kalau dia menjilati lubang anus pria tua itu dengan
senang hati dan dengan kemauan sendiri. Rasanya nikmat sekali,
apalagi saat lidah Moniq terasa keluar masuk lubang anusnya. Tak
disangka, ABG yang mukanya paling imut malah lebih nakal dan lebih
berani main 'kotor' dibandingkan yang lainnya, pikir Malih. Sementara
itu, Riri masih menggoyangkan pinggulnya di atas wajah Asep. Asep
pun 'gemas', dia memegang dan menahan pinggang Riri. Otomatis
vagina Riri pun jadi diam di tempat, memudahkan Asep untuk
mengubek-ubek kemaluan indah nan wangi itu dengan semaunya.
"aaahhh aaahhh aaahhhh hhummmm emmmmhhh", desah Riri
merasakan nikmatnya lidah Asep yang mengorek-ngorek bagian dalam
vaginanya.
Karjo yang sedari tadi hanya meremasi payudara Riri dari belakang dan
sesekali melumat bibir Riri, mengambil inisiatif. Karjo meletakkan
kepalanya di perut Asep dengan muka menghadap ke atas. Dia menarik
Riri ke bawah sehingga kedua buah payudara Riri menggantung indah
tepat di depan wajahnya. Tentu Karjo langsung menggenggam satu
buah payudara Riri dan menyambar buah payudara Riri yang satunya
lagi dengan mulutnya, dia mulai mengenyot kemasan susu Riri bagai
bayi yang sedang ngepeng.
"aaahh aahhh ooohhh uummhhh mmmhhh", desahan Riri semakin
menjadi-jadi. Belum pernah ia merasa sensasi nikmat seperti ini
karena memang dia belum pernah dikeroyok seperti sekarang. Kedua
tangan Riri yang menahan tubuhnya sendiri seakan tidak kuat menahan
berat badannya sendiri sehingga Riri terjatuh. Karena Riri jatuh, tentu
kedua payudaranya menimpa Karjo dan seperti 'menimbun' wajah
Karjo. Karjo malah suka sensasi itu, dia merasa seperti sedang
di'bekap' dengan payudara Riri. Tapi, tetap saja, Karjo bisa kehabisan
nafas. Riri pun mengangkat payudaranya kalau punggungnya sudah
ditepuk-tepuk Karjo yang menandakan kalau dia kekurangan udara.
Tubuh Riri seperti mobil yang sedang diservice oleh 2 montir saja.
Asep seperti montir yang sedang menguras 'oli', sedangkan Karjo
seperti montir yang sedang mengecas 'aki'.
"AAAHHH OOOOHHH !!!! ENNNGGGHHHH !!!!!", erang Riri sambil
menekan vaginanya ke bawah. Vagina Riri mulai mengucurkan sari
patinya. Tentu Asep sudah siap meminumnya dan merasakan betapa
segar dan enaknya 'sari' rasa vagina Riri.
"ssllrrppp !! emmm..enaakk !!! srruuupphhhh !!", komentar Asep di
sela-sela aktivitasnya menyeruput 'kuah' vagina Riri. Lidah Asep terus
mengorek-ngorek sisa cairan vagina yang mungkin masih tertinggal di
liang kewanitaan Riri. Riri hanya bisa diam dan tetap dalam posisi.
"aah ahh", desah Riri kecil merasakan lidah Asep terus mengorek
kemaluannya.
"aahh ! non Riri punya memek enak gini. kenapa gak bilang sama
Mamang sih, non ? HAHAHA !!", ejek Asep.
"iye ye, Sep. non Riri pelit", timpal Karjo seraya bangun setelah puas
mencicipi kedua buah payudara Riri.
"ayo non, bangun. pokk pokk !", Asep menepuk pantat Riri agar segera
bangun. Dengan perlahan, Riri berdiri, mengangkat vaginanya yang
basah kuyup karena air liur, dari wajah Asep. Karjo yang sudah
telanjang bulat langsung mendekap tubuh Riri dari belakang.
"noon....otong Mang Karjo udah pengen masuk ke dalem niiih....", bisik
Karjo di telinga Riri dari belakang untuk memancing gairah dara cantik
itu. Karjo pun iseng menggesek-gesekkan penisnya ke belahan pantat
Riri.
"gimana, non ? otong Mang Karjo anget kan ? gede kan ?".
"emmmm....", jawab Riri.
"non Riri udah nggak sabar kan pengen disodok sama Mang Karjo ??",
leceh Karjo sambil asik menciumi pundak kanan Riri.
"hee emmmhhhh", lirih Riri.
Tak mungkin kalau Riri menolak. Dia sudah dalam keadaan terangsang
dan sudah 3x orgasme, tak mungkin kalau bidadari cantik itu tak mau
digagahi. Lagipula, Malih yang menyuruhnya untuk melayani kedua
pria tua itu, tak mungkin Riri membantahnya. Saat Riri sedang
menikmati belaian penis Karjo pada pantatnya, Asep sudah berdiri di
depannya, dan sudah telanjang dengan batang kejantanan yang sudah
mengacung tegak, siap untuk 'mengaduk'. Asep membelai belahan
vagina Riri dengan kepala penisnya.
"pokoknya sekali kita tojos, non Riri pasti ketagihan. HEHEHEHE !!!!",
ejek Asep begitu melecehkan Riri.
"ehhmm mmmhhh", Riri hanya mendesah pelan.
Benar-benar pemandangan yang terlihat begitu menggairahkan.
Seorang gadis cantik yang masih muda, berkulit putih mulus, dan
bertubuh padat berisi seperti Riri, sedang terjepit di antara 2 pria tua
yang tengah asik merangsangnya. Riri kelihatan begitu tak berdaya,
terjepit di antara Asep dan Karjo. Dia pasrah, namun menikmati vagina
dan pantatnya digesek-gesek kedua penjaga villa yang sudah tua itu
seakan-akan Riri suka dirangsang sekaligus di'goda' seperti ini.
"tapi sebelum kita tuncep, non harus kenalan dulu sama otong kita
berdua. hehehe !".
"iya non. tak kenal maka tak sayang, non. KEKEKE !!".
"emmm". Riri mengangguk dan mulai turun, bersimpuh, bertumpu pada
kedua lututnya di tengah-tengah Asep dan Karjo. Riri yang sudah
biasa melayani nafsu Malih tentu tahu apa yang diinginkan pria
sebelum mulai 'perang'. Kuluman pada kemaluan adalah foreplay yang
banyak diinginkan para pria.
"ayo non. seponginnya yang enak yaa. hehehe...", pesan Karjo. Riri
tersenyum sambil mengangguk. Dalam posisi bersimpuh seperti itu,
Riri terlihat seperti 'menyerah' ditodong senjata milik Asep dan Karjo.
Riri pun langsung menggenggam batang 'pisang' yang ada di kanan
dan kirinya dengan kedua tangannya.
"cuupp cuupp cuuppphh", secara bergantian, Riri mengecupi kedua
penis itu. Sebentar penis Asep, sebentar penis Karjo.
"hemm mmm", lidah Riri menjulur keluar membelit batang penis Asep
dan Karjo bergantian.
"ooh enaaakk non, teruusshhh", erang Asep. Karjo dan Asep merem-
melek keenakan, Riri memang benar-benar piawai dalam hal
'mengkaraoke' kemaluan pria.
Riri pun mengilik-ngilik lubang kencing kedua pria tua itu. Buah pelir
Asep dan Karjo pun tak luput dari belaian lidah Riri. 2 'pisang' dan 4
'telur puyuh' itu sangat dinikmati oleh Riri. Seolah-olah Riri ingin
membalas budi akan kenikmatan yang mereka berikan kepadanya tadi.
Riri kelihatan sibuk sekali, apalagi saat dia menggerakkan kepalanya
maju mundur untuk mengocok penis Asep dengan mulutnya dan tak
lama kemudian berpindah ke penis Karjo, dan begitu seterusnya
sementara kedua tangan Riri juga sibuk memijati kantung zakar Asep
dan Karjo. Malih sedang memegangi batangnya yang sebentar lagi
akan dijepit kemaluan Intan. Ya, Moniq dan Lina yang sekarang ada di
samping Malih, menghimpit kepala Malih dengan payudara mereka.
Sementara Intan sedang memposisikan vaginanya tepat di atas penis
Malih.
"emmmmm", lirih Intan saat merasa 'tiang' Malih menusuk masuk.
Intan bisa merasakan tiap senti dari batang Malih yang kekar. Nikmat
dan hangat liang kewanitaan Intan. Malih tak bisa melihat batangnya
lagi karena sudah di'sembunyi'kan oleh vagina Intan.
"emmm...", Intan mulai menggerakkan pinggulnya. Malih hanya tinggal
diam, duduk manis, dan membiarkan 3 ABG itu yang bekerja. Benar-
benar seperti raja yang sedang dilayani 3 selirnya. Malih mengelus-
elus pinggang Intan yang ramping dan sesekali meremas kedua buah
payudara gadis manis itu. Sementara itu, Lina dan Moniq senantiasa
menyuguhkan kedua 'susu' mereka untuk dikenyot-kenyot oleh Malih.
Malih hanya tinggal menengok ke kiri jika mau menyusu pada Moniq
dan tinggal menengok ke kanan jika mau menyedot payudara Lina
sambil terus menikmati vagina Intan yang sedang mengocok penisnya.
"mmm eemmm oooh oohhh oohhhh", semakin digoyang, Intan merasa
semakin nikmat. Liang kewanitaanya seolah-olah sedang disikat-sikat
oleh batang kebanggaan Malih. Melihat ekspresi wajah Intan dan
goyangannya yang semakin bersemangat juga desahannya membuat
Lina jadi penasaran dengan kejantanan milik Malih. Kedua tangan
Malih kembali bergerilya seperti sebelumnya.
"ummm".
"emmmm..Paaak...". Moniq dan Lina mendesah manja saat merasa 2 jari
menusuk masuk ke liang vagina mereka. Dua-duanya terasa hangat,
cenderung 'panas' dan juga sangat lembap.
"ck ck ck ck", bunyi kecipak air pelan. Vagina Lina dan Moniq sudah
becek.
"emmm umm mmhhh hmmmhh oohhh", gumaman, lirihan, desahan
ketiga bidadari itu mengalun indah di telinga Malih.
Dengan kedua tangan dan 'toya sakti'nya, pria tua itu mampu
memberikan kenikmatan ke 3 gadis belia sekaligus. Lina, Intan, dan
Moniq pun menunjukkan 'lesbian triangle sex live show' milik mereka
untuk memanjakan mata Malih. Ketiganya menjulurkan lidah dan saling
membelit, menyangkut, dan mengulum seolah sedang membagi air liur
satu sama lain. Melihat 3 gadis secantik Intan, Moniq, dan Lina
menjilati lidah satu sama lain benar-benar pemandangan yang
sungguh menggairahkan, membuat Malih semakin 'keras' yang tentu
memberikan tambahan kenikmatan ke Intan yang sedang 'menjepit'
penis Malih dengan vaginanya.
"aah aahh aahh aahh", desahan Intan semakin pendek, goyangan
pinggulnya semakin cepat dan seperti tak sabar.
"AAAHHH AAAAHHHHH OOOUUHHH !!!!!", erang Intan menekan
vaginanya ke bawah sehingga kepala penis Malih yang sudah mentok
semakin memberikan sensasi nikmat luar biasa.
Malih merasa burungnya disiram dengan cairan yang begitu hangat.
Intan mengatur nafasnya dengan penis Malih masih mengait
vaginanya.
"emm mmhh", desah Intan manja sambil tersenyum nakal saat Malih
sengaja menggerakkan pinggangnya beberapa kali untuk 'menggoda'
Intan.
Intan mengangkat vaginanya melepaskan jepitan pada penis Malih.
Terlihat penis Malih yang berkemilauan karena bermandikan cairan
vagina Intan. Tanpa diminta, Moniq, si gadis imut, langsung
mengangkangi penis Malih. Tubuh mungilnya menegang, namun
vaginanya langsung menelan penis Malih dengan 1 kali telan. Moniq
memang merasa ngilu namun dia malah suka. Malih merasa liang
vagina Moniq sempit luar biasa. Penisnya benar-benar terjepit
kencang.
"ooohh", kali ini Malih yang mendesah. Nikmat sekali goyangan
Moniq. Gadis mungil itu tersenyum. Bertubuh mungil memang sangat
menguntungkan Moniq karena artinya anus dan liang vaginanya juga
lebih 'minimalis' sehingga lelaki ketagihan menyenggamainya. Tubuh
mungil dan wajah imut tentu membuat lelaki gemas padanya dan akan
mengasarinya yang mana Moniq sangat suka hal itu. Malih juga sama,
dia gemas dengan payudara mungil namun membulat sempurna milik
Moniq. Malih pun memilin pelan kedua puting Moniq.
"aaahhhmmm", desah Moniq manja dan mempercepat goyangannya.
Malih semakin gemas, dia memelintir lebih kencang lagi. Moniq malah
semakin cepat menggerakkan pinggulnya. Malih bingung, padahal
kedua putingnya sudah dipelintir sampai 360 derajat, tapi sama sekali
tak terlihat, malah gadis imut itu terlihat semakin bergairah. Malih tak
tahu kalau birahi gadis imut bertubuh mungil itu semakin terbakar jika
dikasari. Tangan Intan dan Lina merayapi tubuh Malih. Mengusap-
ngusap perut dan dada Malih yang sudah keriput bagaikan 2 betina
yang sedang merayu pejantannya untuk memberikan benihnya.
"emm emmm emmm", gumam Moniq. Gadis imut itu terus menggoyang
dan mulai mempercepat goyangannya. Moniq 'membekap' wajah Malih
dengan payudaranya. Tentu pria tua itu langsung menyantap 'bakpau'
Moniq dengan lahap. Gerakan Moniq semakin cepat seiring nafasnya
yang semakin memburu.
"aah aahh aaahh aaahh EMMMMHHH !!!". Sekali lagi, penis Malih
diguyur cairan vagina. Padahal Malih cuma duduk diam, tapi
senjatanya mampu memberikan nikmat kepada 2 gadis muda bahkan
sampai mereka orgasme. Moniq pun mundur, menjauhkan payudaranya
dari jangkauan mulut Malih yang 'lapar'.
"mmmhhh cccpphh ccpphhh", Intan berciuman dengan Malih. Lidah
mereka saling belit dengan asiknya. Sementara Lina sedang
mengemut-emut payudara Moniq. Moniq pun turun dari tongkat Malih.
Kini giliran si bidadari impian Malih yang 'mengendarai' tongkat
perkasanya. Lina pun tersenyum nakal. Dia mengangkat kaki kirinya
perlahan. Lina memposisikan vaginanya dengan gerakan yang sensual,
dia sengaja ingin merangsang birahi Malih dengan gerakan tubuhnya
yang sensual. Lina sangat mahir dalam menggoda pria dengan gerakan
tubuhnya. Karjo dan Asep pun pernah menggempur Lina dari pagi
sampai malam karena 'gemas' dengan godaan Lina.
"emmm....", suara desahan Lina dengan suara manja menggoda seraya
menurunkan tubuhnya perlahan. Lina terlihat begitu menikmati setiap
jengkal penis Malih yang ditelan vaginanya.
"hemmmmhhh", Lina tersenyum kembali tapi kedua matanya setengah
merem. Kelihatan sangat meresapi betapa 'panas' dan kerasnya
tongkat Malih. Malih juga demikian, pria tua itu nampak begitu
meresapi kehangatan liang vagina Lina dan cengkraman dinding
kewanitaan Lina pada batang kejantanannya. Burung Malih sudah
bersarang pada 'sarang' milik Lina. Kini, pria tua nan kurus kering itu
'terhubung' dengan bidadari muda nan montok. 2 insan manusia beda
generasi itu terhubung karena alat reproduksi mereka yang menyatu.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.