Selasa, 03 Maret 2015

NIGHMARE CAMPUS 10The Pool

Universitas ****** sedang dalam masa liburan akhir semester genap.
Kebanyakan mahasiswa yang ngekost di daerah sekitar kampus
kembali ke daerah asalnya. Saat itu adalah jam enam lebih di kolam
renang milik kampus terletak di seberang gedung itu. Semakin waktu
berjalan semakin sedikit orang yang berenang di sana hingga akhirnya
hanya tersisa dua orang gadis yang adalah mahasiswi universitas itu.
Mereka pun sepertinya sudah hendak pulang juga karena disana sudah
tidak ada siapapun lagi selain mereka.
"Jo, kita udahan aja yuk, tinggal duaan nih !" kata gadis yang
berambut panjang dikuncir ekor kuda itu pada temannya yang sedang
duduk di tepi kolam sambil menepuk-nepuk kakinya ke air. Dia juga
lalu naik ke atas dan duduk di sebelah temannya itu.
"Iya bentar yah Vi, gua bales ini dulu" balas temannya.
"Serem juga yah udah gelap gini di sini" kata Devi sambil melihat
sekeliling yang telah sepi, melalui kubah kaca di atas terlihat langit
sudah gelap dan lampu-lampu dipinggiran kolam mulai dinyalakan.
"Eh tunggu bentar dong !" Joane memegangi lengan temannya itu
ketika hendak berdiri dan membereskan barangnya.
"Aaahh...tenang aja gua baru mau beresin barang dulu kok, lu selesaiin
aja SMSnya sana !" kata Devi.
"Iya, iya gua udah beres kok Vi, gua cuma mau ngajak lu main game
dikit kok" kata Joane lagi, "gini nih Vi, mumpung sekarang udah sepi
gimana kalau kita adu nyali berenang ke seberang sana terus balik sini
lagi, tapi ga pake apa-apa" senyum nakal mengembang di wajah
cantiknya.
"Ai gila lu Jo, emang ini vila si Cindy apa ? kalau ada yang ngeliatin
gimana" Devi agak kaget dengan tantangan temannya itu.
"Tenang gua jagain, pintu masuk orang luar kan cuma dari sana, ntar
kalo ada yang masuk gua alihin dulu perhatiannya biar lu sempat make
baju renanglu dulu"
"Ngga ah-ngga ah...kalau ada yang liat mau taro dimana nih muka !"
kata Devi malu-malu.
"Yah lu, kok jadi kaya anak mami gitu, ga seru ah !" ujar Joane
menyikut lengan Devi "Gini aja, kan gua yang kasih tantangan, jadi
gua mulai dulu yah, ntar kalau lu ngga mau berarti lu penakut
gimana ?" tantangnya.
Akhirnya Joane dengan cuek menurunkan baju renang one piecenya
mulai dari bahu dipelorotinya hingga bugil.
"Jo...edan lu yah, nekad amat" kata Devi dengan wajah cemas dan
celingak-celinguk memastikan tidak ada siapa-siapa.
"Nih, titip dulu yah !" Joane menyerahkan baju renangnya pada Devi.
'Byur !' Joane langsung menceburkan diri ke air setelah menitipkan
pakaian renangnya. Suara kecipak air terdengar jelas sekali di ruang
yang sudah sepi itu. Dia berenang dengan gaya bebas ke seberang
sana dan kembali dengan gaya punggung, di tengah dia berganti
menjadi gaya dada hingga akhirnya tiba ke tempat semula. Joane
mengusap rambut basahnya ke belakang lalu naik ke tepi kolam.
Penampilannya saat itu dengan tubuh mulus yang basah itu sungguh
menggiurkan, setiap pria normal yang melihatnya akan menelan ludah
dan ereksi.
"Oke deh, your turn now !" ujarnya santai seraya mengambil baju
renangnya dan memakainya lagi "ayo dong Vi, lu kan dah sering pose
seksi di depan kamera, masa yang ginian sebentar aja takut sih ?"
Merasa tertantang dan gengsi, Devi pun melepaskan pakaian renang
backless yang memamerkan punggungnya itu hingga tubuhnya polos.
Tubuh dengan tinggi/berat 165cm/46kg itu tidak kalah menawan dari
Joane walaupun payudaranya lebih kecil sedikit (34A), perutnya yang
rata dan pantat yang sekal memperindah bentuk tubuhnya yang pernah
menghiasi halaman sebuah majalah pria dewasa dalam balutan lingerie
seksi. Selain sebagai foto model, Devi juga pernah membintangi
beberapa iklan produk kosmetik dan minuman ringan serta mendapat
peran kecil dalam sebuah sinetron. Dengan usia yang masih muda (20
tahun) dan modal fisiknya, prospek untuk menapak jenjang karir yang
lebih tinggi terbentang luas di depannya, namun karena masih kuliah
semester tiga di fakultas ilmu administrasi dia masih harus membagi
waktu dengan kegiatan kuliahnya yang sedang dalam masa-masa
sibuk sehingga belum bisa berkonsentrasi penuh dalam modeling dan
acting. Meskipun namanya masih belum apa-apa dibandingkan model
Catherine Wilson dan Davina Veronica, Devi menjadi salah satu
selebritis di kampus, banyak mahasiswa dan dosen yang mengenal
wajahnya melalui pose-posenya dan iklan yang pernah dibintanginya.
Pria yang mencoba merebut hatinya pun tidak sedikit, tapi Devi terlalu
pemilih dan agak materialistis, beberapa kali dia berpacaran dengan
mahasiswa kaya tapi tidak ada yang bertahan lama, hingga kini dia
belum menemukan pria yang cocok lagi.
"Jagain yang bener yah Jo, kalau ada orang masuk kasih tanda lho !"
Devi sepertinya masih agak canggung bugil di tempat umum seperti
ini.
"Iyah...tenang aja makannya lu cepetan nyebur supaya cepet beresnya
dah gitu kita cabut" jawab Joane.
Devi melompat ke dalam air dan buru-buru memacu tubuhnya
berenang ke seberang dengan gaya bebas. Begitu sampai dia melihat
ke seberang dan sekeliling memastikan situasi masih aman.
"Ayo Vi, jia you...tinggal balik sini !" terdengar Joane berseru dari
seberang sana memberinya semangat.
Rasa deg-degan Devi mulai berkurang karena yakin sebentar lagi akan
selesai, dia menolakkan kakinya ke tembok kolam dan kembali
memakai gaya bebas meluncur ke seberang. Akhirnya sampai juga dia
ke garis finish yang ditentukan, namun betapa terkejutnya dia ketika
timbul yang ditemukannya di pinggir kolam bukan lagi temannya,
Joane melainkan dua orang pria dengan tampang mesum menyeringai
melihat tubuh polosnya di air. Kontan Devi pun menjerit sambil
menutupi dadanya, dalam kepanikannya dia memanggil-manggil nama
Joane dan menyuruh pergi kedua pria itu yang justru semakin tertawa-
tawa melihat tingkahnya.
"Udahlah Non mau teriak sampe serak juga ga ada siapa-siapa yang
denger lagi disini" kata satu dari mereka yang tak lain adalah Imron, si
penjaga kampus bejat.
"Tul itu, lagian pintu juga udah dikunci kok !" timpal pria satunya yang
berkepala botak dan bertubuh kurus tinggi itu, usianya sekitar 40-an,
wajahnya jauh dari tampan, di pipi kirinya ada tompel sebesar biji
lengkeng dengan hidung pesek dan kumis jarang. Orang ini bernama
Abdul, salah satu penjaga kolam renang kampus.
"Non nyari ini kan ?" Imron menunjukkan pakaian renang yang
dipegangnya "tadi temen Non udah pulang dulu, katanya ada perlu jadi
dia nitipin ini ke kita"
"Heh Non, tau gak sih disini tuh dilarang berenang bugil kaya gini, ini
kampus loh lingkungan pendidikan, gak boleh sembarangan gitu Non !"
kata Abdul dengan memasang tampang galak.
"Apalagi saya denger Non ini juga model kan, calon selebritis, kok
ngasih contoh kaya gini sih" Imron geleng-geleng kepala sok
menasehati "sepertinya beberapa hari lagi bakal ada berita di
infotainment, model Devi Oktaviana ketangkep basah berenang bugil di
kampusnya hehehe !" keduanya terkekeh-kekeh.
"Sialan lu Jo !" omelnya dalam hati, tubuhnya mulai gemetar karena
takut dan kedinginan, walaupun telah ditutupi tangan dan merendam
tubuh hingga sebatas leher tetap saja tubuh mulusnya terlihat oleh
mereka.
"Maaf Pak, tadi kita cuma main-main aja kok, tolong dong Pak baju
renang saya kembaliin, kita bisa bicarakan baik-baik kan ?" Devi
mencoba bernegosiasi.
Mereka saling pandang dan tersenyum, senyum yang jahat, Devi pun
merasakan hal itu karena sejak tadi mereka terus menatap tubuh
telanjangnya dengan pandangan mesum.
"Ohh...tentu, tentu bisa kita selesaikan ini baik-baik" jawab Imron,
"ayo Non naik sini dulu biar kita bicara gak jauh-jauhan gitu, yuk
sini !" dia mengulurkan tangan meminta gadis itu naik ke darat.
Di darat sebisa mungkin Devi menutupi tubuh telanjangnya, dengan
lengan kanan dia menutupi payudaranya dan telapak tangan kiri
menutupi kemaluannya, namun itu semua tidak cukup menutupi
tubuhnya, kemolekan tubuhnya tetap terlihat oleh kedua orang yang
telah mengerubunginya itu. Devi merasa bulu kuduknya merinding
semua karena tatapan mereka, namun di sisi lain dia juga merasa ada
kegairahan aneh seperti ketika sesi pemotretan dimana dia merasa
tersanjung karena sanggup membuat pria-pria yang memotret dirinya
menelan ludah melihat tubuhnya yang dibalut pakaian seksi, tapi kali
ini lain, kali ini dia harus bugil di depan dua pria bertampang sangar.
"Udah ga usah ditutup-tutupin gitu, tetap aja keliatan kok sama kita !"
Imron menarik lengan kanan Devi sehingga payudaranya yang
berputing coklat muda itu terekspos jelas.
"Eehh...jangan kurang ajar yah !" pekiknya seraya menarik lagi
lengannya.
Namun dengan cekatan Abdul meraih lengannya disusul lengan
satunya yang menutupi kemaluan lalu ditelikung ke belakang sehingga
kedua lengan gadis itu terkunci.
"Aduh...sakit, lepasin...lepasin saya !" jeritnya, semakin meronta dia
semakin merasa lengannya makin tertekuk dan sakit sehingga sebentar
saja dia memilih mengendurkan perlawanannya.
"Hehehe...kurang ajar gimana Non, gini baru kurang ajar nih !" Imron
meraih dan meremasi payudara kanan gadis itu.
"Atau gini nih hehe !" sahut Abdul dari belakang sambil menepuk dan
meremas pantatnya yang bulat indah.
"Kita cuma minta kerjasama Non buat nutup mulut...Non mending nurut
aja daripada kita laporin ke rektorat" ujar Imron sambil mengelus pipi
Devi.
Devi terdiam dengan ekspresi bingung, sejujurnya dia merasa enggan
harus melayani kedua pria menjijikkan ini, namun bagaimana kalau
sampai rahasia ini terbongkar, bukan saja malu yang didapatnya, tapi
masa depan karirnya pun pasti suram. Dia pun berpikir daripada
mendapat kesulitan seperti itu lebih baik pasrah saja dan menuruti
kemauan mereka, toh dirinya juga sudah tidak perawan lagi, pria yang
pernah menikmati tubuhnya pun hingga kini sudah tiga orang yaitu
bekas pacar-pacarnya, jadi apa salahnya bersama mereka yang beda
hanya perbedaan status, penampilan fisik dan rasnya. Sebelumnya dia
memang pernah mendengar dari Joane bahwa temannya itu pernah
merasakan ML dengan si penjaga kampus di hadapannya ini, Joane
menceritakan padanya bagaimana dia menggoda pria itu di kelas
hingga akhirnya terlibat persetubuhan (baca eps. 7) namun Joane tidak
menceritakan lebih lanjut bahwa dia telah menjadi budak seks pria itu.
Ketika itu Devi merasa risih sekaligus agak terangsang membayangkan
digerayangi dan disetubuhi orang seperti itu, namun untuk
mencobanya terus terang dia tidak seberani temannya itu. Tidak
pernah terbayangkan hari ini dia harus mengalami seperti yang
diceritakan Joane dulu.
"Iya, iya saya menyerah, tapi tangannya lepasin dong Pak, sakit nih,
aduh !" pintanya dengan meringis kesakitan.
Imron menggerakkan kepala menyuruh Abdul melepaskan Devi. Kedua
pria itu lalu memeluk tubuh Devi yang sudah pasrah. Abdul
mendekapnya dari belakang sambil meremasi payudaranya dan
menciumi lehernya. Dari depan Imron meremas payudara satunya
sambil melumat bibir gadis itu, dijilatinya bibir tipis gadis itu
memaksanya membalas ciumannya. Sentuhan-sentuhan pada bagian
sensitif tubuhnya menyebabkan gairah dalam dirinya bangkit dengan
cepatnya sehingga mulutnya mulai membuka menyambut ciuman
Imron, lidah mereka bertemu dan saling membelit. Sebenarnya Devi
merasa tak nyaman dengan nafas Imron yang tidak sedap, namun
perasaan itu makin berkurang seiring birahinya yang makin naik.
"Eenggghh !" desahnya tertahan ketika dirasa jari-jari mengelusi bibir
vaginanya.
Dia merapatkan paha menahan rasa geli, namun pemilik tangan itu, si
Abdul malah semakin gemas dibuatnya, dia makin gencar
menggerakkan tangannya diantara jepitan kedua paha mulus itu sambil
menggesek-gesekkan penisnya dari balik celana pada pantat Devi.
Jarinya kini mulai membelah bibir vaginanya dan menggosok-gosok
dinding bagian dalamnya. Devi juga merasakan kedua putingnya makin
mengeras karena dimain-mainkan sejak tadi. Darahnya berdesir dan
nafasnya makin memburu sehingga percumbuannya dengan Imron
semakin panas saja, suara decak ludah mereka terdengar disertai
desahan tertahan gadis itu.
Devi semakin terbawa arus, kedua lengannya memeluk tubuh Imron
seakan memintanya melakukan lebih dan lebih. Himpitan kedua pria ini
memberi kehangatan bagi tubuhnya yang tadi sempat kedinginan.
Tangan Imron merambat ke bawah ke vaginanya dimana tangan Abdul
juga sedang bercokol. Vagina Devi kini diobok-obok dua tangan kasar,
jari-jari mereka dengan liar mengelus atau keluar masuk liang
vaginanya. Daerah itu makin becek dibuatnya. Imron tidak menyangka
dapat menaklukkan gadis model ini demikian mudah, bahkan lebih
mudah daripada korban-korbannya yang cewek bispak seperti Joane
dan Fanny. Jawabannya adalah karena dari dalam hati kecilnya
memang Devi menginginkan diperlakukan seperti ini, waktu dulu Joane
bercerita pernah ML dengan Imron pun dia terangsang sehingga
vaginanya becek. Namun demikian, statusnya sebagai calon public
figure menyebabkannya harus menjaga image dan tidak bisa sebebas
Joane yang memang dikenal sebagai mahasiswi bispak. Kini, walaupun
awalnya dia terpaksa tapi keinginan terpendamnya itu terpenuhi dan
gairahnya pun menyala-nyala. Kini pertama kalinya dia melakukan
threesome juga pertama kalinya melakukan dengan orang-orang kasar
kelas bawah seperti mereka, seolah-olah ada sensasi berbeda dari
yang pernah dia rasakan bersama mantan pacar-pacarnya dulu.
Ledakan dari keinginan terpendamnya itu membawanya pada
penyerahan diri total tanpa memikirkan lagi status yang disandangnya,
tidak ada lagi perbedaan antara kelas atas maupun bawah, top model
maupun orang-orang pekerja kasar, cantik dan jelek, yang ada
hanyalah dua jenis manusia yang terlibat dalam aktivitas seks.
Puas dengan Frech kiss, ciuman Imron mulai merambat turun, lehernya
dia cium dan jilati dengan gerakan menurun hingga ke payudaranya.
Imron membungkuk sedikit agar bisa melumat payudara gadis itu.
Mulutnya menyedot dengan keras payudara itu, putingnya digigit-gigit
serta dimain-mainkan dengan lidahnya.
"Aahhh...aahh...!" desah Devi dengan tubuh menggelinjang.
"Wow, ini memek cepet banget beceknya, udah keenakan yah Non ?"
sahut Abdul.
"Berlutut Non !" perintah Imron padanya.
Devi berlutut di depan mereka tanpa banyak cingcong seolah pasrah
mau diapakan saja oleh mereka. Imron di sebelah kanannya sedangkan
Abdul di sebelah kiri, mereka mulai membuka celana masing-masing.
Sebentar saja kedua penis mereka telah mengacung terarah ke
wajahnya. Mata Devi terbelakak menyaksikan batang penis yang begitu
besar, hitam dan berurat, milik kedua mantan pacaranya dulu tidak ada
apa-apanya di banding dua ini, apalagi milik Imron yang perkasa itu.
Dengan tangan bergetar tangan kanannya meraih penis Imron dan
tangan kirinya penis Abdul.
"Ayo Non, disepong yang enak, saya mau ngerasain servisnya foto
model nih hehehe !" kata Abdul sudah tak sabar.
Entah setan apa yang sedang merasuki Devi sehingga dia begitu
pasrahnya menuruti mereka. Selama ini dia merasa semua orang
menyanjungnya dan menganggapnya gadis yang sulit disentuh karena
statusnya sebagai calon bintang, namun baru kali ini dia merasakan
diperbudak dan direndahkan sehingga seperti ada sensasi yang lain
dari biasanya yang secara tak sadar mulai dinikmatinya.
Mula-mula dia mulai dengan menyapukan lidahnya pada permukaan
batang penis Abdul hingga ke kepala penisnya, lalu berpindah ke
Imron dengan teknik yang sama. Kedua pria itu mendesah karena
nikmatnya. Dia mengoral dan mengocok penis itu secara bergantian,
sementara penis yang satu dioral, yang lain dikocok demikian
bergantian.
"Eeenngghh...sebentar Non terusin dulu yang saya !" sahut Imron
sambil menahan kepala Devi ketika hendak pindah mengulum penis
Abdul.
Imron masih merasa keenakan dengan kuluman dan jilatan gadis itu
sehingga ingin merasakannya lebih lama. Abdul nampaknya mengalah
saja karena dia hanya ikutan kalau bukan tanpa Imron belum tentu dia
mendapat kesempatan ini. Devi mengulum penis itu dalam mulutnya,
lidahnya bergerak liar menyapu batang dan kepala penisnya yang mirip
jamur, dia mulai terbiasa dengan penis Imron yang agak bau itu.
"Uuhh...enak...asyik Non terus !" desah Imron sambil menggoyang
pinggulnya seolah sedang menyetubuhi mulutnya.
Sepuluh menit kemudian ketika spermanya mau muncrat barulah Imron
melepaskan penisnya karena tidak ingin buru-buru orgasme. Ini bukan
berarti tugas Devi selesai, penis Abdul sudah menunggu
pelayanannya. Abdul yang dari tadi penisnya cuma merasakan pijatan
dan kocokan tangan gadis itu langsung menjejali mulut Devi dengan
penisnya.
Beberapa detik pertama Devi membenamkan penis itu dalam mulutnya,
di dalamnya lidahnya bergerak mengitari penis itu dan ujungnya,
diameter penis Abdul tidak sebesar Imron jadi kali ini tugasnya agak
ringan. Abdul sendiri mengerang-ngerang merasakan sensasi pada
penisnya. Kepala Devi kini mulai maju-mundur sambil menyedoti penis
itu, terasa asin dan aromanya tidak sedap, tapi Devi sudah tidak peduli
lagi. Ketika sedang larut melayani penis Abdul, dia merasakan ada
sepasang tangan mendekapnya dari belakang. Sebuah telapak
tangannya meraih payudara kirinya, dan telapak tangan lain
menggerayangi kemaluannya.
"Eemmm...mmm...!" demikian suara yang keluar dari mulut Devi yang
sedang mengulum penis Abdul.
Dia nampak menikmati sekali mengoral penis si penjaga kolam itu
sambil tubuhnya digerayangi serta dijilati si penjaga kampus. Devi
merasa vaginanya makin berair karena terus dikorek-korek Imron
sehingga otomatis dia semakin bergairah mengulum penis Abdul.
Abdul sendiri juga sangat menikmati penisnya dikulum gadis secantik
ini.
"Enak yah Non, tuh buktinya basah gini, ngedesah terus lagi" ujar
Imron dekat telinga Devi.
"Iya nih Ron, kayanya si Non ini udah keenakan, sepongannya nih
asoy banget, sepongan foto model hehehe !" kata Abdul disambul tawa
mereka terkekeh-kekeh.
Sakit sekali hati Devi mendengar komentar tak senonoh terhadap
dirinya itu, tapi dia tidak bisa menyangkal bahwa dirinya juga
terangsang oleh perlakuan mereka. Jari-jari Imron bergerak nakal
mempermainkan payudara Devi berpindah-pindah antara kiri dan kanan
menyebabkan kedua putingnya mengeras.
"Kocok terus memeknya Ron, tuh dia udah mau keluar keliatannya !"
ujar Abdul yang melihat Devi semakin mendesah dan menggeliat.
Devi semakin dekat ke puncak, wajahnya merah padam. Jari-jari Imron
yang menggesek dinding vagina dan memainkan klitorisnya
membuatnya tidak tahan dan akhirnya menyerah. Dia mengejang
dahsyat dan hendak mendesah panjang, namun kepalanya ditahan oleh
Abdul yang terus saja menyodok-nyodokkan penisnya ke mulutnya.
Mereka bahkan menyeringai senang melihat Devi bereaksi yang justru
menambah nafsu mereka. Cairan orgasme Devi mengalir di daerah
selangkangannya membasahi jari-jari Imron. Baru setelah tubuh Devi
melemas kedua pria bejat itu melepaskannya sementara. Dia hanya
bisa berlutut di lantai sambil terbatuk-batuk dan mengambil nafas
dengan terengah-engah, kakinya terasa lemas setelah terpaan
gelombang orgasme sehingga belum sanggup untuk berdiri.
"Liat nih Dul, pejunya banyak gini, peju foto model nih !" sahut Imron
menunjukkan jarinya yang belepotan cairan orgasme gadis itu pada
temannya.
"Huehehe...pasti enak tuh, ntar juga gua mau nyoba ah !" kata Abdul
"Sip kan Non ? gimana rasanya kontol-kontol wong cilik kaya kita
hehehe !" ejek Abdul.
"Biar kita wong cilik, tapi kan kontol kita gede dan bisa muasin Non"
Imron menimpali dan mereka berdua kembali tertawa-tawa.
Kemudian Imron mendekati Devi dan meraih lengannya hendak
mengangkatnya berdiri.
"Ntar Pak, saya istirahat dulu !" gadis itu menggeleng dengan wajah
memelas.
"Alla...baru pemanasan aja masak lemes, ya udah kalau gitu kita masuk
air aja biar seger !" Imron menggiring tubuh telanjang Devi ke kolam
tanpa mempedulikan protesnya.
"Aduh...sabar dong, jangan...aaww !" Devi menjerit ketika punggungnya
didorong pria itu hingga tercebur ke air, "Jbuurr !"
Kedua pria bejat itu menyusul masuk ke air setelah membuka pakaian
atas mereka hingga telanjang bulat. Mereka berada di daerah
kedalaman 1,2 meter yang merendam sebatas dada. Kedua pria
bertampang sangar itu kembali mengerubuti tubuh gadis cantik itu dan
tangan-tangan mereka bergerilya menjamahi tubuh mulusnya. Devi
hanya meronta pelan dan mendesah merespon sentuhan-sentuhan
erotis di sekujur tubuhnya.
Abdul langsung mengambil posisi di depan Devi, kedua kaki gadis itu
dia naikkan ke bahunya dan wajahnya mendekati vaginanya. Tubuh
Devi kini setengah mengambang di permukaan air dengan didekap
Imron dari belakang dan kedua kakinya dipegangi Abdul.
"Aaahh !" desah Devi sambil menggeliatkan tubuh begitu lidah Abdul
menyapu bibir kemaluannya.
Lidah Abdul yang bergerak liar pada vaginanya membuat gadis itu tak
sanggup menahan desahannya, belum lagi serangan dari Imron berupa
jilatan dan cupangan pada leher jenjangnya. Rambutnya yang terikat
ke belakang memudahkan Imron untuk mengerjai bagian leher, tenguk
dan telinga. Abdul makin membenamkan wajahnya pada kemaluan Devi
yang bulunya dicukur rapi sehingga berbentuk memanjang dengan
lebar sekitar dua centi. Lidah pria botak itu masuk semakin dalam
menjelajahi vagina gadis itu. Sementara Imron meremasi payudara
kirinya sambil menyedoti yang kiri, tangannya yang kekar itu tetap
menopang tubuh gadis itu.
"Ohhh...aakhh...pelan-pelan Pak jangan kasar !" erangnya ketika Imron
menggigiti putingnya dengan gemas.
Selain dengan lidah, Abdul juga memain-mainkan jarinya di vagina
Devi. Kombinasi antara lidah dan jari itu sungguh membuat gadis itu
berkelejotan tak karuan. Baru kali ini dia merasakan hubungan seks
yang begitu dahsyat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Kedua pria ini begitu bernafsu seolah hendak menelan dirinya, lain
dengan bekas pacarnya yang memperlakukannya dengan lembut.
Tak lama kemudian Abdul menyudahi aksinya menjilati vagina Devi,
kaki Devi diturunkannya dan dia mempersiapkan penisnya hendak
menusuk vagina gadis itu.
"Gua dulu yah Dul, udah ga tahan dari tadi nih !" sahut Imron sambil
membalikkan tubuh Devi menghadap ke arahnya.
Meskipun agak protes, tapi akhirnya Abdul mengalah juga karena
Imron yang menciptakan kesempatan ini hingga dia bisa ikut serta.
Imron mendekap tubuh Devi sambil tangan satunya mengarahkan
penisnya ke vagina gadis itu.
"Oohh...!!" desah Devi saat kepala penis pria itu mulai melesak ke
dalam vaginanya di bawah air sana, "pelan-pelan Pak !"
Imron menghentak pinggulnya pelan sehingga penis itu makin
terdorong masuk diiringi erangan gadis itu. Kemudian sekali lagi
dihentakkan dengan lebih bertenaga sehingga Devi pun mendesah
lebih panjang dengan tubuh mengejang. Penis itu kini telah menancap
pada vaginanya. Tubuh keduanya telah bersatu dalam posisi berdiri di
air.
"Legit Ron ?" tanya si Abdul penasaran.
"Lumayan, masih enak biar udah jebol" jawab Imron.
Sebentar saja Imron sudah menggenjot tubuh Devi dengan posisi
berdiri memegangi kedua kakinya, kalau di darat gaya seperti ini cukup
menguras tenaga karena menopang berat badan si wanita, tapi di air
tidak begitu melelahkan.
Imron memulainya dengan gerakan lambat agar Devi terbiasa dan
menikmatinya. Lama-lama Devi yang lebih aktif menggerakkan
tubuhnya, dengan kedua tangan melingkar pada leher Imron, dia
menggenjot-genjotkan tubuhnya seolah ingin penis itu menancap lebih
dalam. Air di sekitar mereka semakin beriak akibat goyangan tubuhnya
yang semakin liar. Abdul mendekati mendekatinya dari samping kiri,
pria itu melepaskan lengan kiri Devi dari leher Imron dan
meletakkannya di lehernya untuk bertumpu. Tubuh gadis itu dia
condongkan sedikit ke arahnya sehingga dapat mengenyoti
payudaranya. Lidah penjaga kolam itu menari-nari menggelitik puting
Devi yang sudah mengeras sejak tadi. Tangan Abdul di bawah air sana
aktif bekerja mengelusi paha dan pantatnya. Devi tidak berdaya
menghadapi serbuan kedua pria ini, terlebih ini threesome pertamanya,
mulutnya mendesah sejadi-jadinya. Hal ini membuat Imron semakin
bernafsu, frekuensi genjotannya makin meningkat beradu dengan
goyangan tubuh gadis itu. Ketika hentakan mereka yang berlawanan
arah itu bertumbukkan itulah kenikmatan terbesar yang didapat. Devi
merasakan vaginanya penuh sesak hingga menyentuh G-spotnya
sedangkan Imron merasa penisnya diremas-remas oleh dinding vagina
Devi yang bergerinjal-gerinjal.
Devi merasakan gelombang orgasme mulai datang lagi. Rasa nikmat
dari bawah menjalar ke seluruh tubuh menyebabkan tubuhnya
mengejang. Devi melepaskan perasaan itu dengan erangan panjang.
Melihat korbannya telah orgasme, kedua pria itu semakin
mempergencar serangannya. Abdul makin gemas mengenyot
payudaranya sampai meninggalkan bekas-bekas cupangan pada kulit
payudaranya yang putih. Imron semakin cepat menghujam-hujamkan
penisnya hingga dia sendiri klimaks.
"Aarrggh...nngghhh...enak tenan !" erang Imron sambil menekan dalam-
dalam penisnya yang menyemburkan orgasme dalam liang vagina Devi.
Setelah orgasmenya reda, Imron melepaskan tubuh Devi, di bawah
sana nampak spermanya yang kental melayang-layang di air. Abdul
memeluk tubuh Devi yang lemas, nafasnya naik-turun sehingga buah
dadanya juga ikut bergerak seirama nafasnya. Belum lagi tenaganya
pulih, Devi sudah merasakan benda tumpul menyentuh bibir vaginanya
dari belakang.
"Nanti Pak, saya masih capek...oohh...nanti !" rintih Devi sambil
meronta.
Abdul yang nafsunya sudah di ubun-ubun sepertinya tidak peduli
kondisi Devi, dia terus memaksa Devi untuk melayaninya saat itu juga.
"Heh...diem, lu harus muasin gua sekarang juga, salah sendiri punya
body bahenol jadi bikin saya konak !" bentaknya.
Karena tidak cukup kuat untuk melawan, Devi akhirnya memilih pasrah
saja menuruti nafsu setan pria itu.
Abdul berhasil melakukan penetrasi pada vagina Devi, tubuh mereka
kini bersatu dalam posisi 99 atau berdiri memunggungi pasangan.
Gaya permainan Abdul lebih primitif daripada Imron, baru saja
penisnya berhasil masuk dia sudah memompa gadis itu dengan sangat
brutal, bisa dimaklumi sebab dia jarang menikmati dara secantik ini,
baginya Devi adalah mahasiswi kedua yang dia nikmati setelah tiga
hari sebelumnya menikmati Joane yang ditawarkan Imron padanya
sebagai imbalan untuk bekerjasama menjebak Devi sekarang ini. Penis
Abdul yang sudah ereksi maksimal menghujami vagina gadis itu tanpa
ampun sementara kedua tangannya menggerayangi dan meremasi
kedua payudaranya. Abdul juga terus mencumbui bagian tubuh Devi
yang terjangkau oleh mulutnya.Devi perlahan-lahan mulai
membiasakan diri dengan permainannya yang kasar dan menikmatinya.
Imron menghampiri mereka dan menghimpit tubuhnya dari depan,
penis pria itu sudah berdiri lagi. Dia menjulurkan lidahnya menjilati
pipi mulus Devi dengan satu sapuan.
"Gimana rasanya Non ? enak nggak ngentot sama kita-kita ?" tanya
Imron sambil memegang payudara kirinya.
"Enakhh...enak...ahh...ahh !" jawab Devi di sela erangan nikmatnya.
"Non punya pacar ?" tanyanya lagi.
"Ngga...aahhh...lagi ngga !"
"Ngga punya pacar kok udah nggak perawan, siapa yang merawanin
hah ?"
"Aahh...pacar pertama...ooohh !" jawab Devi sambil menjerit karena saat
itu Abdul memberikan sentakan kasarnya.
"Pertama ? emang udah berapa kali pacaran lu ?" Abdul bertanya dari
belakang.
"Tiga...tiga...eenggh...kali !"
"Wah-wah, terus tiga-tiganya udah pernah ngentot sama Non ?" tanya
Imron
"Iyah, iya ahh...aahh...ughh !"
"Dasar, ternyata artis sama perek ga ada bedanya yah, cuma beda
status doang" sahut Abdul mengejeknya.
"Berarti kita ngentot sama Non juga boleh-boleh aja dong, kan Non
udah biasa dientot, kalau saya minta lagi besok-besok Non mau kan ?"
tanya Imron lagi yang diiyakan Devi sambil terus mendesah.
"Jadi mulai sekarang Non ini budak seks saya, perek saya, ngerti ?"
Imron sepertinya tak puas hanya menelanjangi tubuh Devi, ia masih
ingin menelanjangi harga diri sang calon bintang itu.
"Iyah Pak...saya...ahh...ahh...perek Bapak !" Devi yang sudah tidak bisa
berpikir jernih lagi menerima begitu saja dirinya direndahkan demikian
rupa.
Selama duapuluh menitan Abdul menyetubuhi Devi dalam posisi
demikian hingga akhirnya mencapai orgasme hampir berbarengan
dengan gadis itu. Tubuh keduanya menggelinjang dan mulut mereka
mengeluarkan erangan orgasme yang nikmat. Devi merasa seluruh
tubuhnya lemas sekali, dia hanya bisa bersandar pada tubuh Abdul
yang masih mendekapnya dan penisnya masih tertancap di vaginanya.
"Huihh...asoy banget kan Non ? enak nggak ?" tanya Abdul meresapi
sisa-sisa orgasmenya sambil memilin-milin puting susu Devi.
Devi hanya mengangguk lemah, baru pertama kalinya dia merasakan
disetubuhi habis-habisan sampai luluh lantak seperti ini, tidak bisa
disangkal dia merasakan kepuasan total bersetubuh dengan orang-
orang kasar seperti mereka. Merekapun membawa tubuh Devi ke
daerah dangkal untuk duduk selonjoran beristirahat disana. Imron naik
ke darat dan mengambil botol aqua milik Devi dan meminumnya, lalu
dia kembali turun ke air mendekati Devi yang sedang didekap si
penjaga kolam itu.
"Nih Non minum dulu, biar seger, udah gitu kita bisa main lagi !"
tawarnya menyodorkan botol aqua itu.
Devi langsung meraih botol yang isinya tinggal setengah kurang dan
meminumnya sampai habis. Air itu sangat membantu menghilangkan
dahaga pada tenggorokannya yang terasa kering karena terus
mengerang sejak tadi, air itu juga mengembalikan sedikit kekuatannya.
Di areal kolam renang indoor itu sepi, hanya ada ada cahaya lampu
dan sinar bulan keperakan yang memancar dari atas kubah kaca dan
jatuh di air kolam itu. Suara desiran air dan dengusan nafas mereka
terdengar karena sepinya.
"Hehehe...seumur-umur gua ga pernah ngebayangin bisa ngentot sama
artis, akhirnya kesampean juga" kata Abdul dengan senyum puas di
wajahnya.
"Non tenang aja, kita kalau di depan umum ga bakal nyolot ke Non,
Non boleh kuliah seperti biasa, punya pacar juga boleh, tapi kalau
saya panggil Non harus nurut dan jangan pernah ngomong tentang ini
ke siapa-siapa, kecuali kalau Non mau nanggung malu seumur
hidup !" Imron berkata dengan kalem namun mengancam.
Devi diam saja tidak bersuara apapun, matanya menatap ke arah Imron
dengan tajam. Ia tidak tahu apakah harus marah karena dijebak seperti
ini ataukah harus berterimakasih karena pria ini telah memenuhi hasrat
liarnya. Dia menurut saja ketika mereka mengajaknya bermain
penetrasi ganda, dalam hatinya sudah lama ingin merasakan cara ini,
namun ragu-ragu untuk mencobanya. Abdul kini duduk selonjoran
sambil bersandar di tembok kolam dan Devi menurunkan tubuhnya
hingga penis pria itu masuk ke vaginanya.
"Pelan-pelan yah Pak, saya belum pernah main disitu" pesannya ketika
Imron hendak memasukkan penisnya ke pantatnya.
"Tahan dikit Non, ntar kesananya dijamin uenak kok" kata Imron.
Centi demi centi penis Imron yang hitam berurat itu memasuki anus
Devi. Gadis itu mengerang menahan sakit karena anusnya yang masih
perawan itu dijejali penis yang demikian besar. Wajahnya meringis
sambil tangannya mencengkram kuat lengan Abdul. Si penjaga kolam
yang melihat reaksi wanita itu sedang asyik menyusu dari payudaranya
sambil menunggu semuanya siap dan bergoyang. Setelah kedua penis
itu menusuk kedua lubangnya, mulailah kedua pria itu menggenjot
tubuh Devi secara berbarengan. Penis mereka keluar masuk dengan
cepat di vagina dan pantatnya. Devi sendiri tampaknya mulai
menikmatinya dan gerakannya semakin liar mengimbangi kedua
pejantannya. Suara erangan nikmat dan kecipak air bercampur baur di
ruangan itu. Bulan di langit yang mengintip melalui kubah kaca
menjadi saksi bisu atas tindakan asusila kedua pria bejat itu terhadap
gadis model ini. Tangan-tangan kasar mereka tidak pernah absen
menjamah tubuh gadis itu selama menggarapnya. Abdul menyusupkan
wajahnya ke ketiak Devi yang mulus tanpa bulu. Dicumi dan dijilatinya
ketiak itu dengan penuh nafsu inci demi inci tanpa ada yang terlewat.
Devi hanya bisa mengerang-ngerang dengan mata membeliak-beliak,
sesekali dia menggigit bibir, matanya sampai berair karena menahan
rasa nyeri yang mendera kedua liang senggamanya, rasa nyeri yang
bercampur dengan kenikmatan.
Setelah setengah jam berpacu dalam posisi demikian dengan irama
cepat dicampur irama lambat, tubuh Devi mengejang, mulutnya
membuka lebar dan menjerit kuat-kuat melepaskan rasa nikmat yang
sudah memuncak. Setengah menit kemudian Imron menekan dalam-
dalam penisnya pada pantat Devi dan melenguh panjang, spermanya
menyembur dalam lubang pantatnya. Keduanya mengalami orgasme
yang cukup panjang, genjotan Imron mulai berhenti dan akhirnya dia
mencabut penisnya dari pantat gadis itu, dirasakan penisnya panas
sekali akibat sempitnya liang itu sehingga Imron menciduk air kolam
untuk membasuh penisnya agar lebih adem. Abdul yang juga segera
akan orgasme melepas genjotannya dan bangkit berdiri.
"Buka mulutnya Non, saya pengen ngecrot di mulutnya Non sih !"
perintahnya sambil menjenggut rambut gadis itu.
Devi pasrah saja membiarkan penis itu memasuki mulutnya dan
bergerak maju-mundur seolah menyetubuhinya. Hal itu tidak
berlangsung lama, tidak sampai tiga menit pria botak itu akhirnya
ejakulasi dan menumpahkan isi penisnya di mulut gadis itu. Dengan
sisa-sisa tenaganya Devi berusaha menyedot dan menelan sperma itu
agar aromanya yang tajam itu tidak terlalu lama menyiksa. Cairan
kental itu meleleh sebagian di pinggir bibir tipisnya. Penis pria itu
berangsur-angsur menyusut dalam mulut gadis itu dan semprotannya
semakin lemah. Abdul pun akhirnya menjatuhkan diri di kolam dangkal
itu dengan nafas ngos-ngosan. Puas sekali dia akhirnya bisa
menyetubuhi model cantik itu.
Keesokan harinya di kampus Joane dua kali menghindar saat melihat
Devi, yang pertama saat menunggu lift dan yang kedua saat di kantin,
Joane langung berpamitan pada teman-temannya yang makan bareng
dengan alasan ada urusan penting, padahal makannya belum habis.
Jam tiga sore setelah kuliah terakhir, dia tidak bisa menghindar lagi.
Ketika itu dia baru keluar dari toilet dan bertemu dengan Devi yang
memang sudah tahu dia disana dan sengaja menunggunya. Joane
terdiam seribu bahasa dan kepalanya menunduk tidak berani menatap
wajah temannya itu.
"Tunggu, gua mau bicara" kata Devi memegangi lengan Joane saat
gadis itu hendak berlalu darinya, "Kenapa Jo...kenapa lu lakukan itu ?"
tanya Devi dengan suara bergetar memegangi kedua lengan Joane.
Joane tetap menunduk, matanya mengucurkan air mata, dia terisak lalu
jatuh berlutut di depan temannya itu.
"Maafin gua Vi, gua juga ga bisa apa-apa" isaknya "gua dipaksa"
Joane menceritakan dengan detil bagaimana dia sampai menjadi budak
seks si penjaga kampus laknat itu dan bagaimana dilemanya disuruh
menjadi alat untuk menjebaknya kemarin.
"Gua siap mau lu apain juga Vi, mau tamper, pukul, atau dibunuh pun
gua udah siap, ini emang salah gua" suara Joane makin bergetar dan
tersedu-sedu.
Devi juga ikut berlutut di depan temannya, dia tidak bisa berkata-kata
selain memeluk Joane, dibelainya rambut temannya itu, diapun ikut
meneteskan air mata.
"Jo, lu tau, bagaimanapun kita ini tetap teman, ini bukan salah lu tapi
bajingan itu" kata Devi sambil terisak, "kalau kita rusak biarlah kita
sama-sama rusak". Mereka saling berpelukan dan bertangisan.
Keduanya tetap bersahabat dan makin dekat karena senasib
sepenanggungan sebagai budak seks Imron.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.