Selasa, 03 Maret 2015

Nightmare Campus 7: Fatal Attraction

Jam tujuh kurang, Imron sedang berjalan menyusuri koridor lantai
empat, gedung fakultas ekonomi. Tangannya memegang sapu dan
ceruk yang akan dia gunakan untuk menyapu ruang C-411 yang baru
selesai dipakai untuk kuliah malam. Langkahnya makin mendekati
ruang yang lampunya masih menyala itu. Terhenyak dirinya begitu
membuka pintu dan menemukan di dalam kelas itu masih tertinggal
seorang gadis. Gadis itu tersenyum manis padanya lalu meneruskan
mencatat sesuatu di buku catatannya.
"Eehhmm...malam Non, kok belum pulang ?" sapanya
"Sebentar lagi Pak, nanggung lagi nyalin catatan temen, enngg...
kelasnya mau dikunci yah Pak ?"
"Iya toh Non, kan udah malem !" jawab Imron dengan mata mencuri-
curi pandang ke arah lekuk tubuh gadis itu.
Penampilan si gadis yang memakai kemeja kuning lengan pendek
berbahan tipis yang kancing atasnya terbuka hingga memperlihatkan
belahan dadanya serta rok mininya yang membuat pahanya yang putih
mulus itu terekspos bebas tentu saja membuat Imron menelan ludah
melihatnya.
"Hhmm...kalo gitu Bapak beresin kelas aja dulu, ntar kalau udah selesai
kita sama-sama keluar, soalnya ini catatan mau saya kembaliin ke
yang punya hari ini juga, gapapa kan Pak, saya gak ganggu kan ?"
katanya dengan senyum manis.
Maka Imron pun membiarkan gadis itu meneruskan mencatat
sementara dia mulai membersihkan kelas itu. Tentu ini saja Imron tidak
terganggu malah sebaliknya merasa senang karena sudah kerja
seharian penuh ada objek untuk refreshing sejenak. Sambil menyapu
matanya hampir tidak pernah lepas dari gadis itu, diperhatikannya
bentuk tubuhnya yang ideal dan membayangkan dibalik pakaiannya
itu, wajahnya cantik dengan rambut rambut hitam pendek sebahu ala
Maiko Yuki, artis JAV era 90'an. Mudah saja bagi Imron untuk
memperkosanya saat itu juga, tapi dia paling tidak suka kalau
korbannya belum takluk sepenuhnya yang biasa dia intimidasi dengan
skandal-skandalnya, lagipula menyerang secara frontal begitu
risikonya tinggi, bisa-bisa si korban histeris atau melaporkannya.
Dalam hal ini Imron sangat berhati-hati agar jangan sampai
menimbulkan kesulitan baginya kelak. Gadis itu pun sepertinya cuek
saja dengan kehadiran Imron di situ, dia terus menulis tanpa
menghiraukan tatapan menelanjangi Imron. Bahkan ketika Imron
sedang menyapu di depannya, entah sengaja atau tidak, dia
menyilangkan kakinya sehingga mata Imron makin nanar melihat
pahanya yang mulus lagi jenjang itu.
"Enngg...Pak diluar sana emang udah ga ada siapa-siapa lagi yah ?"
gadis itu tiba-tiba bertanya demikian.
"Iya Non, udah pulang semua, tinggal Non sendirian, ga takut apa
Non ?" jawab Imron dengan terus menyapu.
"Nggalah, takut apa, sekarang kan ga sendirian, lagi ada Bapak"
jawabnya tersenyum "Pak bisa tolong tutup pintunya anginnya ga
enak panas, bikin gerah nih !" pintanya karena kebetulan duduk dekat
pintu, dan memang cuaca hari itu tidak nyaman, panas dan berangin.
Kipas angin yang menggantung di langit-langit kelas itulah yang
membuat cuaca di situ lebih enak.
Imron menutup pintu itu, dia heran melihat gadis itu kok bersikap
ramah bahkan cenderung menggoda padanya, tidak seperti warga
kampus yang umumnya bersikap acuh tak acuh, tidak tahukah dia
bahwa yang bersama dengannya di ruang itu adalah maniak pemerkosa
yang sedang menghantui kampus ini. Ketika dia menyapu ke sisi lain
sekitar gadis itu terlihat sedikit celana dalam yang dipakainya,
warnanya hitam seperti warna branya yang terlihat melalui kemejanya
yang tipis. Imron benar-benar ngiler melihat pemandangan itu, ingin
rasanya dia membelai paha mulus itu, lalu meraba hingga ke
pangkalnya. Saat dia menyapu lebih dekat lagi, tiba-tiba dompet gadis
itu terjatuh dari meja pada bangku kuliah itu. Secara spontan Imron
pun membungkuk untuk memungutinya, gerakan Imron ketika mau
berdiri dan mengembalikan benda itu mendadak terhenti karena
tertegun paha mulus itu telah berada dua jengkal dari pandangannya
sehingga celana dalam yang tadi terlihat sekilas itu makin terlihat
jelas.
"Ngeliat apa Pak ?" tanyanya dengan cuek "pegang aja daripada
bengong gitu Pak !" sebelum Imron sempat menjawab karena sedang
terpukau, gadis itu sudah lebih dulu meraih tangan Imron yang
memegang dompet, tangan satunya mengambil dompetnya dan
menaruhnya kembali di meja, lalu dia letakkan tangan Imron itu di
pahanya.
Sungguh Imron tidak menyangka gadis itu memang sengaja
menggodanya sehingga begitu gadis itu memberi lampu hijau padanya
birahi yang sejak tadi ditahannya tercurah deras bagai bendungan
bobol. Imron segera mengelusi sepanjang kaki putih mulus itu dengan
gemasnya, dari betis lalu ke paha yang tertutup roknya. Gadis itu
menggeliat saat tangan Imron menyentuh bagian selangkangannya
yang masih tertutup celana dalam.
"Hehehe...Non emang sengaja godain Bapak yah !" katanya menyeringai
"Eemmhh..iya Pak, puasin saya yah, saya tau kok Bapak dari tadi mau
ngentotin saya, ya kan ?" desisnya dengan senyum menggoda.
Kata-kata itu membuat Imron makin terangsang, dia semakin berani
menggerayangi tubuhnya. Tangannya yang tadi masih meraba-raba
dari luar celana dalam mulai menyusupkan jarinya lewat pinggiran
celana dalam itu, dirasakannya bulu-bulu dibaliknya dan juga ada
basah-basah pada bibir vaginanya, gadis itu pun rupanya sudah horny
sejak tadi.
Imron kemudian menarik celana dalam itu dari bagian tengahnya,
gadis itu juga meluruskan kakinya membiarkan celana dalam itu
melolosinya. Kemudian dia memasukkan jari tengan dan telunjuknya ke
tengah vagina gadis itu, jari-jari itu mulai mengorek-ngorek vaginanya
sehingga gadis itu mendesah dan menggeliat dibuatnya, kedua
pahanya terkatup mengapit tangan Imron menahan rasa geli, dengan
begitu Imron dapat merasakan kehalusan dan kelembutan kulit paha
itu. Tangan Imron yang satunya merambat ke atas melepaskan satu-
persatu kancing bajunya hingga terbuka semua memperlihatkan bra
hitam berukuran 34Bnya. Gadis itu berinisiatif melepaskan kait branya
yang terletak di dada antara dua cupnya dan menyembullah payudara
montok berputing merah dadu itu. Diusap-usapnya gumpalan daging
kenyal itu dengan tangan kanannya, jarinya memilin-milin putingnya
sehingga makin menegang, sementara tangan kirinya makin intens
mengocok-ngocok vagina gadis itu. Desahan nikmat terdengar dari
mulut si gadis, matanya merem-melek dan nafasnya makin memburu.
"Non suka kan diginiin hehehe !" kata Imron yang merasa berhasil
mempermainkan birahi gadis itu.
"Iyah...terus Pak, terushh...!" desah gadis itu menggenggam tangan
Imron yang memegang payudaranya seolah minta tangan itu
menggerayanginya lebih.
Gadis itu lalu merasakan kakinya dibuka dan basah pada vaginanya.
Ternyata Imron sudah membenamkan wajahnya disana. Lidahnya yang
panas menjilat-jilat vaginanya disertai gerakan menyedot.
"Uuuhh...hebat banget main oralnya !" kata gadis itu dalam hati
merasakan kedahyatan permainan lidah Imron.
Gadis yang sudah terangsang berat itu mengelus-elus kepala Imron
seraya membuka pahanya lebih lebar, kepalanya menengadah menatap
langit-langit. Namun ketika mendaki puncak gairahnya itu Imron malah
menghentikan jilatannya sehingga gadis itu merasa tanggung. Ya,
memang itu sengaja dilakukan Imron dengan maksud mempermainkan
birahi si gadis agar secara utuh menikmati ronde berikutnya. Kini
Imron berdiri di depan gadis itu memelorotkan celananya dan
mengeluarkan penisnya yang sudah mengacung tegak. Sejenak si
gadis terpana melihat keperkasaan penis Imron yang hitam berurat itu,
lalu dia menggerakkan tangan menggenggam penis itu, rasanya hangat
dan berdenyut karena yang punyanya sedang terangsang, lalu
tangannya mulai mengocok batang itu.
"Ohhh...Non, enak banget !" desahnya sambil membelai rambut gadis
itu.
Gadis itu dengan bernafsu menjilati seluruh batang penis Imron,
terkadang buah pelirnya pun diemut. Kemudian dia menyibak
rambutnya yang sudah agak kusut dan membuka mulut mengarahkan
penis itu ke mulutnya. Imron mengerang nikmat, gadis ini berbeda dari
korban Imron lainnya yang umumnya pasif atau melakukannya rata-
rata karena terpaksa sehingga tentu beda sensasinya. Teknik oral seks
gadis ini sungguh profesional, batang penis itu dikulum-kulum dalam
mulutnya dan juga diputar-putar dengan lidahnya, tangannya pun
memijati buah zakarnya dengan lembut. Saking enaknya, pertahanan
Imron langsung jebol dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
Wajahnya menegang dan cengkeramannya pada pundak gadis itu
makin mengeras. Si gadis yang menyadari lawan mainnya akan segera
keluar mempergencar serangannya, kepalanya maju mundur makin
cepat dan cret...cret...sperma Imron menyemprot dalam mulutnya.
Dengan lihainya gadis itu menelan dan menyedot cairan kental itu
tanpa ada yang menetes dari mulutnya. Sungguh kenikmatan oral
terdahsyat yang dialami Imron sehingga membuatnya melenguh tak
karuan.
"Uoohh...sedot terus Non, enak...enak...!"
Gadis itu juga melakukan cleaning servicenya dengan sempurna,
seluruh batang itu dia bersihkan dari sisa-sisa sperma .Setelah
mulutnya lepas tak terlihat sedikitpun cairan putih itu menetes dari
mulutnya. Sungguh teknik yang sempurnya, demikian pikir Imron.
Setelah puas menikmati pelayanan mulut gadis itu, Imron menarik
lengannya agar bangkit dari kursi itu dan lalu disandarkannya ke
tembok terdekat. Baju dan branya telah terbuka dan rok mininya
tergulung ke atas memperlihatkan organ-organ kewanitaanya.
"Non, kok Non mau berani amat berbuat gini di kampus, Non dari tadi
emang udah rencana gini kan ?"
"Bapak juga dah kepengen kan daritadi ngeliatin saya terus, makannya
Bapak sekarang harus muasin saya !" katanya dengan horny, tatapan
mata dan nada bicaranya memperlihatkan dirinya telah dilanda birahi.
Imron menjawabnya dengan memasukkan jari ke dalam vagina gadis
itu yang membuat si gadis tersentak dan mendesah. Kemudian
mulutnya juga nyosor melumat payudara kanan si gadis. Dengan rakus
mulutnya menyedoti payudara montok itu sesekali giginya menggigit
ringan putingnya yang menggemaskan. Si gadis memejamkan mata
menikmati serangan si penjaga kampus itu sambil mendesah dan
meremasi rambut Imron. Imron juga mengusap-usapkan jarinya pada
klitorisnya sehingga gadis itu makin diamuk birahi, membuat tubuhnya
bergetar.
Tak lama kemudian si gadis merasakan jari yang mengorek
kemaluannya dikeluarkan lalu berganti sebuah benda tumpul lain yang
menekan-nekan belahan bibir kemaluannya. Imron mengangkat kaki
kanan gadis itu hingga sepinggang, lalu pelan-pelan dia tekan masuk
penisnya ke vagina yang telah becek itu.
"Uuhh...!" si gadis merintih sambil memeluk Imron lebih erat merasakan
setengah dari batang itu melesak masuk ke vaginanya yang sudah
tidak perawan itu "Gila keras amat, kaya dimasukin pentungan aja"
katanya dalam hati.
"Enak Non ?" tanya Imron berhenti sejenak memperhatikan ekspresi
wajah si gadis yang meringis menahan nyeri.
Si gadis mengangguk dan setelah ekspresi wajahnya kembali normal,
Imron mulai menggerakkan penisnya keluar masuk vagina si gadis.
Tubuhnya tersentak-sentak karena Imron dengan penuh nafsu
menghujam-hujamkan batang kemaluannya dalam jepitan vagiananya,
tangannya meremas bongkahan pantatnya dengan gemas. Imron lalu
mendekatkan wajah hendak mencium bibir tipis si gadis. Kalau korban-
korban Imron umumnya menunjukkan penolakan bila hendak dilumat
bibirnya, gadis ini justru menyambut pagutan bibir Imron dengan
penuh gairah. Permainan lidahnya bahkan lebih dahsyat dari Imron,
mereka terlibat adu lidah yang panas sampai air liurnya menetes-netes
dari bibir masing-masing. Erangan-erangan tertahan terdengar di
tengah percumbuan itu.
Imron terus menggenjot gadis itu sambil terlibat dalam ciuman yang
panas dan cukup lama, hampir lima menit. Begitu mereka melepas
bibir, nafas mereka sudah demikian menderu-deru dan berusaha
mengambil udara segar. Imron lalu mengangkat kaki si gadis yang
satunya sehingga tubuhnya tidak berpijak di tanah lagi. Si gadis juga
memeluknya lebih erat dan melingkarkan kakinya di pinggang Imron
sementara kedua pahanya disangga si penjaga kampus itu. Hujaman
penis itu makin terasa dalam dalam posisi ini.
"Ohhh...terushh...terus...Pak !" gadis itu menceracau karena merasakan
sudah mau mencapai puncak.
Vagina gadis itu makin basah saja sehingga penis Imron bergerak
makin lancar karena cairan itu melicinkan dinding kemaluannya. Tubuh
keduanya bergoyang kian liar, beradunya kedua jenis kelamin itu
menimbulkan bunyi seperti suara tepukan bercampur suara kecipak
akibat pengaruh cairan kewanitaan yang membasahi daerah itu. Bercak
keringat nampak membasahi baju keduanya. Setelah bergumul sekitar
limabelas menit, akhirnya Imron mengirimkan hentakan yang cukup
keras disertai lenguhan panjang. Demikian pula halnya si gadis yang
mencapai klimaks secara bersamaan, matanya membeliak dan
tubuhnya berkelejotan.
Gadis itu merasakan semprotan hangat di rahimnya, sementara di
selangkangannya cairan vagina itu bercampur dengan sperma Imron
yang meleleh keluar. Hujaman Imron makin lemah, terlebih dulu dia
turunkan pelan-pelan kaki kanan si gadis lalu yang kirinya, terakhir
dia menarik lepas penisnya. Tubuh si gadis yang telah lemas melorot
hingga terduduk di lantai, dia menghirup nafas dalam-dalam dan
menghembuskannya lagi. Wajahnya menunjukkan kepuasan akan
pemenuhan hasrat liarnya.
"Hebat...goyangan Non bener-bener top, bikin Bapak ketagihan deh !"
komentar Imron "Omong-omong Non namanya siapa kalau boleh tau,
apa Non emang sengaja disini buat ginian ?"
Si gadis memperkenalkan diri sebagai Joane (20 tahun), sejak awal
memang dia mempunyai niat menggoda siapapun yang masuk ke kelas
itu. Seorang gadis yang termasuk hyperseks, dia telah menikmati
macam-macam petualangan seks, menjual diri ke om-om, menjadi
selingkuhan, menggoda dosen untuk mendongkrak nilai, semua pernah
dia lakoni. Hampir semua teman-teman cowoknya pernah merasakan
kehangatan tubuhnya. Malam itu, kebetulan dia ingin mencoba
pengalaman baru yaitu sex with stranger dengan siapapun masuk ke
ruang itu dan itu terlaksana. Semuanya dia lakukan semata-mata
hanya untuk memenuhi kesenangan saja, bukan seperti pelacur yang
melakukannya demi desakan ekonomi, dia berasal dari keluarga berada
sehingga tidak ada motif ekonomi dibaliknya. Kurangnya perhatian
orangtua yang selalu sibuk dan pergaulannya yang bebas
menjerumuskannya menjadi gadis yang hedonis seperti itu.
"Setelah ini kita tidak ada hubungan apa-apa lagi, kalau ketemu
anggap aja kita ga saling kenal, ok !" kata Joane datar sambil
mengancingkan kembali bajunya.
Setelah memasukkan barang-barangnya ke dalam tas dan menyisir
rambutnya, dia pamit dan memberikan ciuman perpisahan di pipi Imron
lalu berjalan keluar pintu.
"Nggak salah saya ketemu Bapak malam ini, makasih yah, good bye !"
demikian salam perpisahannya setelah mengecup pipi pria itu.
Imron benar-benar puas malam itu, baru pernah dia ketemu yang
seagresif ini, mungkin di antara budaknya yang bisa dibandingkan
dengan gadis itu cuma Fanny (eps. 5), si ayam kampus, yang bersedia
melakukannya juga dengan sukarela dan juga bersikap proaktif.
Setelah menghabiskan rokoknya, Imronpun meneruskan tugasnya
membersihkan kelas itu dan pulang dengan puas. Keesokan harinya,
seperti yang telah dikatakan kemarin, Joane bersikap cuek ketika
berpapasan dengan Imron. Hari ketiga, Imron bertemu lagi dengannya
dekat toilet.
"Non, kita gituan lagi yuk, asyik banget yah waktu itu !" katanya
terkekeh.
Joane hanya melotot padanya lalu berlalu dengan memasang sikap
judes, sikapnya sekarang sungguh berbeda dari malam itu.
Hari keempat, kembali Joane berpapasan dengan Imron, kali ini di lift
pada jam duabelasan yaitu saat-saat sibuk. Saat itu, Joane sedang
berada di dalam lift yang juga dipenuhi mahasiswa/i lain. Di tingkat
dua lift berhenti dan Imron masuk ke dalam, di tangannya memegang
sapu panjang. Wajah Joane menegang melihat penjaga kampus itu
memasuki lift, dia tidak sempat lagi keluar karena lift cukup ramai
sementara posisinya di dekat sudut belakang. Terlebih Imron masuk
dan mengambil posisi di sebelahnya. Jantung Joane semakin berdegub
dan berharap lift cepat membuka jadi dia bisa segera menjauh dari pria
ini karena merasa tidak nyaman terus dibayangi olehnya. Pintu lift
menutup dan meneruskan perjalanannya ke atas. Tiba-tiba Joane
merasa sesosok tangan kasar merabai pahanya belakangnya yang saat
itu memakai rok mini dari bahan jeans longgar. Dia terkejut tapi tidak
mungkin berteriak karena malah akan membuatnya malu, apalagi kalau
pria ini omong macam-macam di depan orang. Ditepisnya tangan itu,
namun tangan itu kembali lagi dengan serangan yang lebih berani.
Dengan wajah kesal Joane menoleh ke sebelahnya, Imron pasang
wajah biasa saja tapi tangan jahilnya terus beraksi, ingin rasanya
Joane menamparnya tapi situasinya sangat tidak memungkinkan.
Suasana di lift yang cukup padat itu riuh dengan obrolan para
penumpangnya sehingga tidak ada yang memperhatikan di sudut itu
sedang terjadi pelecehan seksual.
Susah payah akhirnya Joane berhasil merubah posisi badannya, dia
memutar posisi badannya hingga kini menghadap Imron yang masih
berdiri menyamping darinya sehingga terlepas dari tangan Imron yang
merabai pahanya. Dia berpikir dengan posisi begitu Imron tidak
mungkin grepe-grepe lagi, tapi dia salah, Imron malah bergeser sedikit
ke samping makin memepetnya, lalu tangannya kini mendarat di paha
depannya.
"Bangsat...tau gini tadi pake celana panjang !" omelnya dalam hati
Melihat korbannya yang tidak bisa berbuat banyak, tangan Imron
semakin berani masuk ke dalam mengelus paha dalamnya hingga
menyentuh daerah sensitif Joane yang tertutup celana dalam. Joane
menggigit bibir menahan desahan ketika jari Imron mengelus bagian
tengah kewanitaannya. Marah sekaligus terangsang dirasakannya saat
itu, marah karena pria ini dengan tidak tahu malu meminta jatah lagi,
terangsang karena sensasi aktivitas seksual di tempat umum secara
sembunyi-sembunyi seperti ini yang sebelumnya hanya pernah dia
lihat di film. Matanya menatap tajam pada Imron seolah menyuruhnya
berhenti, tapi Imron tetap berlagak bego seolah tak terjadi apa-apa.
"Sialan kenapa malah terus !" omelnya dalam hati lagi ketika lift
ternyata tidak berhenti di lantai berikutnya, perjalanan ini terasa
panjang baginya karena harus menahan siksa birahi, wajahnya melihat
sekeliling dengan hati was-was berharap tidak ada yang melihat.
Jari-jari itu menyusup lewat pinggir celana dalamnya dan mengusap
bibir vaginanya sehingga tentu saja dia makin tersiksa, matanya
sampai terpejam-pejam sambil susah payah bertahan agar tidak
mengeluarkan suara aneh. Syukurlah di lantai empat/ lantai terakhir
gedung itu, lift membuka, semua keluar termasuk Joane dan Imron.
Joane seharusnya masuk ke kelas, namun dia mengikuti Imron yang
menuju ke sebuah kelas kosong yang mau dibersihkannya, dia mau
menegur pria itu atas tindakannya yang kelewatan itu. Imron bukannya
tidak tahu gadis itu mengikutinya dan dia memang berharap begitu,
karenanya dia terus saja berjalan santai ke tempat tujuannya.
"Kenapa Non, kok ngikutin saya terus, masih kurang emang !" sahut
Imron cengengesan sambil menggulung kabel OHP.
"Heh, Pak saya kan udah bilang yah kalau hubungan kita tuh cuma
malem itu aja, kalau ketemu jaga dong sikap Bapak, ngerti ga sih !"
Joane dengan marah menuding padanya.
"Lho, kan Non katanya puas banget sama Bapak waktu itu, Bapak kan
cuma mau muasin Non lagi, gitu aja kok" Imron dengan santainya
meneruskan pekerjaannya "Ayo dong, Non, Bapak juga seneng banget
pelayanan Non jadi pengen lagi nih, boleh kan ?"
"Pak, saya peringatin yah, jangan udah dikasih hati minta jantung,
atau saya laporin Bapak supaya dipecat !" gertak Joane yang darahnya
sudah mendidih.
"Tapi Non seneng kan !" ledeknya "nih buktinya lendir siapa yah ini ?"
sambil menunjukkan dua jarinya yang masih basah bekas mengelus-
elus bibir kemaluan barusan.
"Emmmhhh...enaknya, manis kaya orangnya !" dengan gaya menjijikkan
Imron menjilati menjilati jarinya yang berlumur cairan Joane itu.
Joane memandang jijik tingkah pria itu, lalu membalikkan badan dan
keluar dari ruang itu dengan marah, tadinya dia sudah mau
membanting pintu ruang itu, tapi karena di sekitar situ masih ada
orang lain dia mengurungkan niatnya, tangannya terkepal keras
menahan emosi sambil berjalan ke kelasnya. Dia tidak terlalu konsen
mengikuti kuliah hari itu karena masih kesal memikirkan hal yang
barusan, namun tak dapat disangkal kejadian di lift tadi sempat dia
nikmati juga sehingga pikirannya kini agak melayang. Kuliahnya
selesai jam setengah dua. Ketika berjalan di koridor hendak menuju ke
lift, sekali lagi dia bertemu Imron yang berjalan dari arah berlawanan.
"Uh...maaf Non, maaf !" Imron pura-pura meminta maaf saat setelah
dengan sengaja menyerempet Joane.
Selain menyerempet, ternyata Imron juga dengan cekatan menyelipkan
kertas kecil yang berisi catatan ke tangan Joane.
'Saya tunggu di toilet pria di ujung lantai ini, ada yang perlu kita
bicarakan, sesudah ini saya nggak akan mengganggu Non lagi'
demikian tulisnya.
Joane mendengus kesal dan meremas-remas kertas itu lalu
membuangnya. Dia memutuskan lebih baik menemuinya saja supaya
bisa pria itu puas dan tidak mengganggunya lagi, paling-paling toh
yang dimintanya hubungan badan lagi, berikan saja lah sekali lagi
dengan syarat ini yang terakhir kalinya, pikirnya. Maka dia tidak jadi ke
lift turun dan berbalik menuju toilet yang dimaksud. Letaknya di sudut
lantai ini sehingga agak terasing dan jam-jam segini sudah tidak
banyak yang lewat situ. Di depan pintunya sudah terpasang plang
'MAAF SEDANG DIBERSIHKAN' yang telah dipasang Imron. Dengan
jantung berdebar-debar Joane membuka pintu itu, di dalamnya Imron
telah menunggu sambil bersandar dari tembok.
"Aahh, Non dateng juga akhirnya yah !" dia menghampiri Joane yang
langsung membuang muka darinya.
"Cepat Pak, saya mau pulang, ini yang terakhir kalinya yah, kalau
sampai Bapak ganggu saya lagi, awas !" hardik Joane sambil
menundingkan jari pada Imron "Asal tau aja, malam itu tuh Bapak
cuma saya anggap mainan tau" katanya dengan pedas.
"Hehe, ini kan salah Non juga yang bikin Bapak ketagihan sama
servisnya, pokoknya sekarang kalau Bapak minta Non harus siap yah !"
kata Imron sambil cengegesan.
"Jangan ngelunjak yah, Pak, emang Bapak ini siapa hah, dasar gak tau
diri !" Joane makin marah mendengar kata-kata Imron itu, didorongnya
tubuh Imron yang baru mendekapnya.
"Saya punya ini Non, kalau Non ga nurut Bapak bakal orbitkan Non
jadi bintang bokep di kampus ini !" kata Imron sambil mengeluarkan
ponselnya, lalu dia menyetel video klip yang ternyata berisi rekaman
selama tigapuluh detik yang menampilkan adegan Joane sedang
mengemut penisnya.
Kaget bukan main gadis itu melihat dirinya ada dalam rekaman itu, dia
tidak menyadari bahwa dirinya direkam dengan kameraphone ketika
sedang oral seks malam itu tanpa diketahuinya. Dalam rekaman itu
jelas sekali wajahnya yang horny sedang mengulum sebatang penis
hitam, kalau saja adegan itu tersebar terbayang olehnya apa yang
terjadi. Walau bukan gadis suci tapi ini menyangkut reputasi dan
privacy, tentu ini sangat merisaukannya.
"Kurang ajar !!! kesiniiin !" Joane menjerit dan berusaha merebut
benda itu dari tangan Imron.
Imron dengan gesit berkelit dan menepis tangan gadis itu, bahkan...
plak ! plak ! dua kali tamparan dia daratkan di pipi gadis itu.
"Awww !!" jeritnya memegang pipinya yang nyeri kena tamparan.
Belum sempat mengangkat kepala, Imron sudah mencengkram lehernya
dan memepetnya ke tembok.
"Heh, awas ya kalo teriak, habis lu !" ancamnya "mau rekaman ini
nyebar yah !"
"Jangan...tolong, Bapak mau apa sebenernya ?" katanya gemetar.
"Dasar cewek nakal, pelacur kampus, sok jual mahal banget sih
padahal udah kotor juga hah !" kata Imron dekat wajah gadis itu.
"Ampun Pak, saya-saya..." wajahnya mulai memelas karena takut
"Apa hah, saya-saya...heh tau gak yang jadi mainan itu bukan saya,
tapi Non tau, mulai sekarang Non itu udah jadi budak seks saya
ngerti !" sambil meremas keras payudara kanan gadis itu.
"Aduhhh...sakit...iya...iya...lepasin Pak, tolong !" rintihnya kesakitan.
"Baik sekarang denger, kalo Bapak lagi pengen ngentot Non harus
apa ?" tanyanya dengan memelankan nada bicaranya dekat telinga
Joane.
"Harus...harus...ngasih" jawabnya gemetar, matanya mulai berkaca-
kaca.
"Nah, bagus kalo nggak gimana ?" tanyanya lagi
Joane menggeleng tidak tahu harus menjawab bagaimana, sebutir air
mata menetes di wajahnya yang cantik.
"Hei...kalo ditanya jawab yah !" Imron mengeraskan lagi
cengkeramannya pada payudara gadis malang itu.
"Ahhh...aduhh-duh...ga tau terserah Bapak aja !" rintihnya
"Hehehe...gitu dong baru anak baik, eh bukan, perek baik !" tawa Imron
mengejek
Dilepaskannya cengkeraman pada leher Joane, tangannya merayap ke
bawah menyelinap ke balik rok mininya lalu masuk lagi ke celana
dalamnya.
"Gini enak kan Non ?" kata Imron meraba-raba kemaluan Joane.
"Enak ga !? Kok malah nangis sih !" Imron mulai kesal dengan sikap
Joane yang tidak bergairah seperti malam itu.
Dengan kasar didorongnya tubuh gadis itu ke dekat wastafel hingga
dia menjerit kecil. Imron meraih tubuhnya dan menarik pinggang
rampingnya hingga menungging, tangan gadis itu bertumpu pada meja
wastafel yang di depannya ada cermin besar itu. Tangan Imron
bergerak cepat menyingkap rok itu dan memeloroti celana dalam pink
yang dipakainya hingga selutut. Kini pantat Joane yang membulat
padat itu terpampang jelas di hadapan Imron.
"Pantat yang bagus, bentuknya juga sempurna !" komentar Imron
sambil menepuk-nepuk salah satu pantatnya.
Joane dapat melihat dengan jelas wajah menjijikan pria itu sedang
mengagumi pantatnya melalu pantulan cermin di hadapannya, juga
terlihat Imron dengan terburu-buru membuka celananya sendiri,
mengeluarkan senjatanya yang siap ditembakkan
"Plak..." sebuah tamparan keras pada pantatnya membuatnya kaget dan
menjerit.
Disusul sebuah benda tumpul memasuki vaginanya dari belakang,
benda itu masuk dengan agak kasar lalu dihentakkan sehingga
membuatnya tak bisa tak mengerang. Rasa nikmat sekonyong-konyong
mulai menjalari tubuhnya. Tubuh Joane terguncang-guncang karena
Imron begitu ganas menggenjotnya dari belakang. Joane sendiri terus
terang juga merasakan nikmatnya, lebih dari malam itu, karena kali ini
lebih kasar dan bernafsu. Tangan Imron menyusuk lewat bawah kaos
hitamnya dan menyingkap sebuah cup branya, disana jari-jari kasar itu
memilin-milin puting susunya. Dengus nafas Joane makin memburu,
nampak dari wajahnya dia akan segera mencapai puncak. Tak lama
kemudian, Joane merasa tubuhnya mengejang tanpa bisa ditahan lagi,
cairan kewanitaannya meleleh membasahi daerah selangkangannya.
Pluk...Imron menarik lepas penisnya dari vagina Joane, lalu
dijenggutnya rambut gadis itu sehingga membuatnya merintih. Joane
disuruh berlutut dan mengulum penisnya yang sudah belepotan cairan
vaginanya.
"Ayo Non, servis mulutnya, yang enak yah kaya waktu itu !"
perintahnya
Joane yang berpikir biar cepat selesai mulai menjilati penis itu dengan
sapuan lidahnya yang profesional. Kemudian setelah melakukan
cleaning service, digenggamnya batang itu dan diarahkan ke mulutnya.
Imron mengerang nikmat merasakan hisapan-hisapan Joane pada
penisnya, gadis ini memang sungguh ahli menyenangkan pria,
gelitikan lidahnya pada kepala penisnya yang bersunat membuatnya
menceracau minta terus dan lebih. Sekitar tiga menitan saja Imron
sudah mengeluarkan maninya di dalam mulut Joane.
"Sedot...iyah gitu...ohhh !" lenguhnya sambil meremas rambut gadis itu.
Seperti malam itu, Joane kembali mempertunjukkan keahliannya
mengisap penis yang klimaks, nampak dia berkonsentrasi menelan
setiap tetes sperma yang keluar agar tidak tersedak atau meluber
keluar mulut. Imron memejamkan mata meresapi klimaksnya, hisapan
Joane serasa mengirimnya ke sorga. Joane pun akhirnya mengeluarkan
batang itu dari mulutnya setelah tidak ada lagi cairan yang keluar. Dia
sedikit terbatuk begitu melepas benda itu dari mulutnya.
Setelah gelombang orgasme reda, Imron menaikkan lagi celana
panjangnya. Menyangka telah selesai, Joane juga ikut berdiri dan
menaikkan kembali celana dalamnya yang nyangkut di lutut.
"Hei-hei, siapa yang suruh beres-beres !" sahut Imron
"Lho, udah dong Pak hari ini, kan udah keluar !" protes Joane dengan
wajah cemberut.
'Plak !' kembali telapak tangan Imron mendarat di pipinya "Masih
berani protes ?!"
"Saya mau keluar dulu sebentar, Non tunggu disini aja, awas ya
kabur !" ancamnya "Aahh...saya tau supaya mastiin Non ga kabur !"
seringai licik terkembang di wajahnya sambil berjalan mendekati Joane
yang memegangi pipinya yang terasa panas.
Dengan setengah paksa Imron mempreteli pakaian Joane satu-persatu
hingga di badannya hanya tersisa sepatu hak, arloji, dan gelang
kakinya saja. Kemudian Imron meninggalkannya di ruang itu dengan
membawa serta pakaian dan tas gadis itu.
"Tunggu yah, kecuali kalau emang Non berani keluar dengan kondisi
gitu hehehe !" pesan Imron sebelum keluar.
Tidak ada jalan keluar, Joane menjatuhkan dirinya terduduk di lantai di
ujung toilet itu, kedua telapak tangannya menutupi wajah dan
menangis terisak-isak. Tidak pernah disangkanya kalau keisengannya
malam itu menjerumuskannya sedalam ini, dulu waktu di masih SMA
memang dia pernah melakukan hal serupa dengan satpam sekolahnya,
tapi si satpam itu tidak punya cameraphone yang bisa digunakan
untuk memerasnya. Dia lalu mengangkat wajah melihat sekeliling,
toilet itu memang bersih, lantai dan dindingnya berlapis marmer dan
klosetnya juga masih bagus karena memang ruang ini baru saja
direnovasi dua bulan yang lalu. Dia berdiri dan melihat ke cermin
bayangan dirinya tanpa busana. Diperhatikannya payudara kanannya
nampak agak merah, masih terasa sakit dan nyut-nyutan akibat
remasan brutal Imron tadi. Dibukanya kran air untuk mengambil air
membersihkan vaginanya yang lengket sisa persetubuhan juga untuk
berkumur menghilangkan aroma sperma yang masih terasa di
mulutnya. Kemudian dia duduk meringkuk di tempat tadi memeluk
dirinya sendiri menahan dinginnya angin dari ventilasi menerpa tubuh
polosnya. Benar-benar bingung memikirkan apa yang harus dilakukan
saat itu, di ruang itu tidak ada satupun benda yang bisa dipakai
menutupi tubuhnya, tidak mungkin dia bisa kabur dengan keadaan
polos begitu, dia hanya berharap Imron secepatnya kembali dan
melepaskannya.
Tiba-tiba pintu terbuka dan Imron masuk sambil senyum-senyum.
"Mana barang-barang saya Pak, kapan saya boleh pulang ?" tanya
Joane melihat Imron tidak membawa baju yang tadi disitanya.
"Tenang, sabar aja Non, ntar juga Bapak kembaliin kok" kata Imron
sambil menyingkirkan tangan Joane yang menyilang menutupi dadanya
"maaf yah nunggu lama, Non pasti kedinginan yah"
Imron mendekap tubuh Joane dari belakangnya, tangannya memijat-
mijat payudaranya dan tangannya yang lain turun ke bawah mengelusi
kemaluannya. Joane merasa pelukan Imron ditambah sentuhan-
sentuhan erotisnya menghangatkan tubuhnya dan membuatnya lebih
nyaman, Imron juga menjulurkan lidahnya menjilat daun telinganya
sehingga nafsu gadis itu mulai naik lagi
"Udah hangat kan Non, enak ?" tanya Imron dekat telinganya yang
dijawab gadis itu dengan mengangguk "Kalau mau lebih hangat Bapak
juga udah siapin kok Non, Oiii...masuk !!"
Seruan itu membuat Joane yang sudah terbuai hingga matanya
terpejam terkejut dan membelalakan matanya karena pintu terbuka lagi
dan masuklah beberapa orang pria, yang satu berpakaian satpam dan
empat lainnya berpakaian lusuh dan salah satunya bertopi pet.
Yang berpakaian satpam itu tidak lain adalah si satpam kampus yang
pernah ikut memperkosa Ivana bersama Imron (eps. 6), sedangkan
empat lainnya adalah tukang-tukang becak yang biasa mangkal di
sekitar kampus. Rupanya barusan Imron keluar untuk mengajak si
satpam berbagi kenikmatan, dan kebetulan saat itu dia sedang main
catur dan ngobrol-ngobrol dengan tukang becak yang sedang
mangkal, maka sekalian juga dia ajak mereka sekalian memberi
hukuman pada Joane karena lancang mengatakannya hanya sekedar
mainan, ajakan itu langsung disambut antusias oleh mereka. Mata
mereka semua seperti mau copot melihat keindahan tubuh Joane.
"Wah-wah Ron lu emang pinter milih barang, gua bisa awet muda
kalau lu kasih ginian terus" kata Pak Kahar.
"Uhuy, mimpi apa gua semalem bisa dapet yang bagus gini !"
"Gile tuh cewek, cakep banget, mana bodynya seksi gitu, liat tuh
jembutnya lebat gitu !"
"Akhirnya gua bisa juga dapet kesempatan ngentot anak kuliahan
nih !"
Mereka begitu kegirangan dan berkomentar macam-macam mendapat
kesempatan langka seperti itu. Joane jadi panik dan tegang
membayangkan dirinya akan segera menjadi bulan-bulanan orang-
orang kasar seperti mereka, dia meronta berusaha melepaskan diri tapi
dekapan Imron terlalu kuat mengunci dirinya.
"Pak, apa-apaan ini, lepaskan saya, tolong !" ucapnya panik sambil
meronta.
"Hehehe, soalnya saya kasian Non tadi kedinginan, makannya saya
bawain mereka buat ngehangatin Non, sekalian supaya Non tau kalau
lain kali berani macem-macem gini hukumannya !" kata Imron dekat
telinganya.
"Jangan...jangan, lepasin saya Pak !" suara Joane makin bergetar
melihat kelima pria itu makin mendekati dan mengerubunginya,
beberapa diantaranya mulai melepas bajunya.
Imron mengangkat kedua tangan Joane ke atas dan memegangi kedua
pergelangan tangannya, dengan begitu dadanya kelihatan makin
membusung.
"Toked yang montok, gua suka yang gini, udah padat empuk lagi !"
sahut Pak Kahar sambil meremas payudaranya.
Salah seorang tukang becak yang giginya tonggos meraih payudara
sebelahnya dan menghisapinya, si tonggos itu dengan gemas
menyentil-nyentilkan lidahnya pada puting Joane sambil sesekali
digigit dengan giginya yang nongol itu. Enam pasang tangan-tangan
kasar itu mulai menggerayangi tubuh mulus gadis itu, belaian dan
remasan dirasakan terutama di dada, paha, dan pantatnya, ada yang
memasukkan jari dan mengorek-ngorek vaginanya, ada yang
berjongkok sedang menjilati pahanya, Imron sendiri dari belakangnya
sedang mengerjai daerah leher dan telinga, rambutnya yang pendek
memudahkan Imron menjilati dan mencupang leher jenjangnya, sapuan
lidah Imron pada telinganya sungguh menggoda libidonya.
Joane memang sempat ketakutan, namun kini dia mulai terangsang
karena daerah-daerah sensitifnya tidak ada yang luput dari jamahan
mereka. Bibirnya mulai terbuka dan membalas lumatan bibir Pak Kahar,
lidahnya beradu saling beradu dengan panas dengan si satpam itu.
Imron sudah melepaskan pergelangan tangannya setelah yakin gadis
ini sudah takluk dan tidak berontak lagi. Tangan gadis itu kini sedang
memijati penis salah satu tukang becak yang bertubuh gempal. Selesai
berciuman dengan Pak Kahar, tukang becak tonggos di sebelahnya
menarik wajahnya dan langsung melumat bibirnya sebelum dia sempat
mengambil udara segar. Tiba-tiba dia merasakan ada basah dan geli di
vaginanya, rupanya di bawah sana ada seorang tukang becak sedang
berjongkok dan menjilati vaginanya. Dia menaikkan pahanya ke pundak
tukang becak berumur 40-an itu sehingga pria itu lebih leluasa
menyedot vaginanya.
"Oohhh...!" desahan menggoda terdengar dari mulutnya, matanya
terpejam menikmati setiap jamahan yang mempermainkan hasratnya.
Gangbang, memang bukan pertama kalinya bagi Joane karena dia
pernah merasakannya di pesta-pesta pribadi dengan temannya, namun
baru kali ini dia melakukannya dengan orang-orang kasar dan kelas
bawah seperti mereka. Tidak seperti teman-temannya yang biasa
bermain lembut, gaya para tukang becak ini sangat primitif, mereka
seperti binatang lapar yang baru mendapat makanan lezat sehingga
mainnya lumayan kasar, ,misalnya seorang tukang becak yang
mengenyot kuat-kuat dan menggigit putingnya sehingga membuatnya
meringis dan meninggalkan bekas gigitan di kulit putih itu.
Pak Kahar menarik pinggang Joane dari belakang hingga menungging
lalu mulai menjejali penisnya ke vaginanya. Disaat yang sama, tukang
becak yang bertubuh gempal itu menyuruhnya mengoral penisnya. Kini
posisi Joane sedang disodok dari belakang sambil menunduk sembilan
puluh derajat dan mengulum penis si tukang becak gempal di
depannya, dia memakai tangannya melingkari pinggang lebar pria itu
untuk menyangga tubuhnya.
"Wah, liat nih susu gantung oi, pengen minum dari susu gantung ah !"
sahut seorang tukang becak kerempeng berkumis tipis seraya meraih
buah dada Joane yang bergelayutan lalu mengisapnya dengan gemas,
persis seperti anak sapi menyusu dari induknya.
Setelah sekitar sepuluh menit menyetubuhi Joane, Pak Kahar merasa
sudah mau keluar. Dia makin ganas menyodok-nyodokkan penisnya
hingga tubuh Joane makin terguncang, badannya lalu menegang dan
sambil mengerang nikmat, dia berejakulasi di rahim Joane.
"Uuhh...asli uenak, jaminan mutu !" kata Pak Kahar terengah-engah
"ayo, siapa nih sekarang !" dia mencabut penisnya dan memberi giliran
pada teman-temannya.
Sebelum didului yang lain, tukang becak gemuk yang dioral Joane
segera melepaskan penisnya dari mulut gadis itu lalu mengangkat dan
mendudukkannya di meja wastafel marmer itu.
"Aahh...!" erang Joane saat si gemuk itu menanamkan penisnya yang
tidak terlalu besar namun diameternya lebar.
Si tukang becak itu mulai mengocok vagina Joane sambil berdiri.
Gadis itu merem-melek merasakan tusukan-tusukan keras pada
vaginanya serta tangan-tangan yang menggerayangi tubuhnya.
Akhirnya dia tidak tahan lagi, tubuhnya mengejang menandakan
klimaks sambil mengeluarkan desahan panjang. Si tukang becak gemuk
juga menyusul tak lama kemudian, pria itu menggeram dan menekan
penisnya lebih dalam ke vagina Joane, spermanya menyembur di dalam
sampai meluap keluar membasahi tepi meja wastafel yang diduduki
gadis itu. Ketika sedang menikmati orgasmenya, tiba-tiba seseorang
maju mengambil giliran berikutnya, orang itu adalah si tukang becak
tonggos, dia sudah nafsu sekali karena mendengar desahan gadis itu
dan menonton goyangannya.
"Turunin aja ke lantai Mat, biar bisa bareng-bareng makenya !" sahut
salah seorang dari mereka.
Si tonggos yang mereka panggil Mat itu pun lalu selonjoran di lantai,
diaturnya tubuh Joane yang masih agak lemas menduduki penisnya.
Dia memegang batang penisnya agar terarah ke liang vagina Joane dan
dia bimbing gadis itu menurunkan tubuhnya hingga penisnya amblas
dalam vaginanya.
"Ah, enak Non, hangat dan seret biar udah ga perawan" katanya
menikmati penisnya tertelan vagina Joane.
Si tonggos itu memulai dulu dengan menyentakkan pinggulnya ke atas
sehingga Joane tidak tidak bisa tak mendesah.
"Ayo Non, ngebornya dong !" perintahnya.
Joane mulai menaik-turunkan tubuhnya di atas penis si tonggos,
sesekali dia melakukan gerakan memutar sehingga batangan itu
mengaduk vaginanya, payudaranya juga ikut bergoyang-goyang
seirama goyangannya. Pria lainnya juga berdiri mengelilingi dirinya,
ukuran penis mereka yang besar-besar dan hitam itu sempat
membuatnya terpana. Penis-penis itu mengacung padanya menanti
dikocok, dielus dan dioral. Walaupun situasinya tidak menguntungkan
tapi terus terang dia juga merasakan sensasi yang lain dari biasanya,
disini dia bisa mengekspresikan hasrat terliar dalam dirinya. Tanpa
malu-malu lagi, dia menggenggam penis salah seorang tukang becak
berumur tigapuluhan yang cukup panjang, dijilatinya penis itu pada
kepalanya sehingga pemiliknya blingsatan, tangan satunya juga meraih
penis lain dan mengocoknya perlahan
"Wahh...gila jilatannya kaya surga !" komentar pria yang sedang dijilati
kepala penisnya itu.
"Kocokannya juga sip, jari-jarinya halus gini, hoki banget bisa main
sama anak kuliahan nih" timpal yang satunya yang kerempeng dan
berusia setengah baya itu.
Selama lima menitan dia melayani penis-penis yang ditodongkan
padanya secara bergantian dengan mulut dan tangannya, dua orang
diantaranya memuntahkan isi senjatanya karena sudah tidak tahan,
yang satu muncrat di dalam mulutnya namun meluber keluar karena
sempat tersedak, orang yang lainnya menyemprot dalam kocokan
tangannya sehingga cairan itu membasahi pipi kanan dan lehernya.
"Oi-oi gua bosen ngerasain tangannya aja, tuh kan lubang satunya
masih nganggur, permisi dong !" sahut si tukang becak yang bertopi
pet.
Kemudian dia meminta Joane berhenti sejenak dan dinaikkannya
sedikit pantatnya agar bisa menyerang secara anal.
"Pelan-pelan Pak, saya takut !" kata Joane yang agak tegang waktu
pria itu akan menganalnya.
"Sabar Non, tahan dikit, ntar kesananya enak kok !" kata pria itu sambil
menekan penisnya ke anus Joane.
Rintihan terdengar dari mulutnya saat proses penetrasi, akhirnya
masuk juga berkat bantuan cairan kewanitaan dan ludahnya. Kedua
pria itu mulai menggenjotnya lagi, desahan Joane makin menjadi
karena dua lubangnya digarap dalam waktu bersamaan. Dari bawahnya
si tonggos juga mempermainkan payudaranya sambil menikmati
enaknya pijatan vaginanya.
Tiba-tiba seseorang menjambak rambutnya dan dengan setengah
paksa menjejali mulutnya dengan penis, Joane menggerakkan bola
matanya ke atas dan melihat orang itu adalah Imron.
"Hehehe...asyik kan Non main keroyokan kaya gini !" ejeknya sambil
menggerakkan pinggulnya menyetubuhi mulut gadis itu.
Tubuh Joane makin basah bukan hanya karena keringatnya sendiri tapi
juga keringat para pria yang menggumulinya ditambah ludah dan
sperma.
"Eemmhh...mmm...nggg !" suara erangan Joane tertahan oleh penis
Imron sementara tubuhnya menggeliat-geliat merasakan sodokan-
sodokan kedua penis pada dua lubang bawahnya.
Si tonggos makin ganas meremasi payudaranya karena sudah
diambang klimaks.
"Uhh...uuhh...!" desahnya merasakan penisnya makin berdenyut-denyut
di antara jepitan vagina Joane "Uaahh...asiikk !" desahnya lebih
panjang sambil menyentakkan pinggulnya ke atas dan menyemburkan
spermanya dalam rahim gadis itu.
Si tonggos mencabut penisnya dan menyusup keluar lewat bawah. Di
selangkangan Joane nampak berlelehan cairan putih susu yang sudah
memenuhi vaginanya. Sementara si tukang becak bertopi juga
menyusul tiga menit kemudian, sempitnya dubur Joane yang jarang
dipakai anal mempercepat klimaksnya. Pria itu mencabut penisnya dan
menyemprotkan isinya membasahi pantat gadis itu.
Demikian selanjutnya keenam pria itu bergiliran menggarap Joane
selama lebih dari sejam. Mereka berpesta-pora dengan tubuh mulus
gadis itu yang mereka anggap 'berkah' yang tidak mudah didapat,
sehingga harus dinikmati sepuas-puasnya. Joane sendiri dengan
pasrah melayani nafsu bejat mereka, bahkan bisa dibilang
menikmatinya, berkali-kali pula gelombang orgasme melandanya.
Ketika dia sudah hampir pingsan kelelahan, Imron mengambil ember
berisi air dari salah satu toilet disitu dan menyiramkan padanya. Air
dingin itulah yang memberinya sedikit kesegaran dan mengembalikan
kesadarannya sekaligus membersihkan tubuhnya yang sudah lengket-
lengket. Mereka kembali menggarapnya selama beberapa saat ke depan
lagi, setelah semuanya kenyang dengan santapan birahi, satu-persatu
dari mereka mulai meninggalkannya terbaring bugil dengan tubuh
basah kuyup di lantai marmer. Imron kembali tak lama kemudian
membawa pakaian dan barang-barangnya. Dia lemparkan selembar
handuk lusuh padanya.
"Nih, lap badan sana, pulang istirahat, lain kali kalo diajak nurut yah
kalau ga mau dikerjain rame-rame kaya tadi hehehe !" kata Imron
sambil tertawa sinis "Jangan lupa matiin lampu yah kalau mau pergi,
Bapak pergi dulu mau beresin kerjaan di bawah !" ingatnya sebelum
keluar dari ruang itu.
Setelah mengumpulkan cukup tenaga, Joane berusaha bangkit walau
rasa perih dan pegal masih mendera tubuhnya. Dia lalu membersihkan
noda-noda sperma yang menyiprat di tubuhnya dan mengeringkan
tubuhnya dengan handuk yang diberikan Imron.
Setelah membenahi diri dan mengenakan kembali pakaiannya, diapun
bergegas keluar dari tempat itu. Hari sudah sore saat itu dan jam
sudah menunjukkan jam lima kurang duapuluh menit. Dengan langkah
tertatih-tatih dia berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi itu
menuju ke lift. 'Ting !' lift tiba dan membuka pintunya, ternyata di
dalamnya sudah ada dua orang, satu berpakaian satpam dan satunya
berpakaian tidak terlalu rapi dengan handuk kecil tergantung di
lehernya.
"Ah, kita belum terlambat ternyata, ini kan orangnya Cep ?" tanya pria
yang lehernya berhanduk itu pada satpam bernama Encep itu.
"Iya, iya pasti ga salah lagi kata si Kahar juga rambut pendek, ga
terlalu tinggi" jawabnya pada temannya.
Sebelum menyadarinya, tiba-tiba mereka menarik paksa gadis itu ke
dalam lift, setelah pintu lift menutup si satpam memencet tombol stop
hingga lift itu berhenti. Di dalam lift, Joane kembali ditelanjangi dan
dipaksa melayani nafsu bejat kedua orang yang adalah satpam yang
menggantikan Pak Kahar berjaga selama mengerjainya tadi, sedangkan
satunya adalah tukang becak yang disuruh menjaga becak rekan-
rekannya yang baru selesai berpesta. Joane sudah terlalu lelah untuk
melawan, dia terpaksa pasrah saja melayani mereka dan memberikan
pelayanannya yang terbaik agar mereka cepat puas dan dirinya segera
bebas.
Hari itu Joane diperkosa total oleh delapan orang, satu pengalaman
tergila sepanjang kehidupan seksnya. Sampai di rumah dia langsung
merendam tubuhnya di bathtub, kepenatan tubuhnya berangsur-angsur
reda, air hangat memberi kenyamanan baginya setelah seharian penuh
digilir oleh delapan pria secara brutal. Sebutir air mata menetes dari
pinggir matanya yang indah sebagai ekspresi dari perasaan campur
aduk yang dialaminya. Siang tadi barulah awal petualangannya
menjadi budak seks Imron, si penjaga kampus bejat yang masih akan
berlanjut, nampaknya dia harus membiasakan diri menikmati kehidupan
barunya itu.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.