Selasa, 03 Maret 2015

Nightmare Campus 8: Twin Effect

Sepasang kembar Selly dan Selvy (19 tahun) adalah satu bunga di
fakultas arsitektur di universitas *******. Dari segi fisik keduanya sama
cantiknya, mempunyai tubuh ideal dengan tinggi 165cm, berat 49 kg,
dan buah dada 36A, rambut keduanya sepundak dengan wajah imut,
kalau jeli mereka bisa dibedakan dari tahi lalat kecil di leher
sampingnya, kalau ada berarti itu Selvy, kalau tidak ya sebaliknya,
selain itu bentuk wajah Selly juga sedikit lebih panjang dari
kembarannya. Dilihat dari sifat, Selvy cenderung lebih terbuka dan
periang daripada Selly yang harus dipancing dulu baru bisa akrab,
Selly orangnya mandiri, serius dan keibuan, sementara Selvy lebih
manja dan gaul. Kalau ke kampus seringkali mereka memakai baju
yang sama, sehingga terkadang memancing perhatian orang, apalagi
kalau baju mereka seksi, orang yang melihat akan kagum bagaikan
melihat malaikat kembar turun ke bumi. Dari laki-laki yang mengejar
mereka yang beruntung mendapatkan Selly adalah Fredy, seorang
eksekutif muda yang bekerja di bank, sedangkan Selvy juga baru
jadian belum lama ini dengan Hendra, teman sekampusnya dari
fakultas teknik industri. Fredy dan Hendra memang beruntung, namun
ada yang jauh lebih beruntung dari mereka.
Kejadiannya bermula ketika masa UTS, saat itu si kembar mengikuti
ujian terpisah karena jadwal ujian mereka yang kebetulan sama
bentrok dengan salah satu ujian lainnya. Mereka harus datang pagi-
pagi lebih awal sebelum ujian yang bersangkutan berlangsung dan
mereka ditempatkan Bu Yeni dari bagian TU di sebuah kelas.
"Baiklah, ibu percaya kalian jujur kalau ibu tinggalkan, kalau sudah
selesai nanti kalian ke TU dulu untuk isi daftar hadir, mengerti ?" tanya
Bu Yeni setelah membagikan soal ujian dan lembar jawab.
Ketika itu Imron sedang lewat dekat kelas itu sehingga Bu Yeni
memanggilnya dan menanyakan apakah sedang tidak ada kerjaan
sehingga bisa membantu mengawasi. Imron mengiyakan karena
memang dia lagi nganggur, malah merasa senang dia bisa mengawasi
si kembar yang termasuk salah satu targetnya. Imron bersandar di
pinggir pintu mengawasi kedua gadis itu, dia juga mengamat-amati
tubuh keduanya dengan kagum, matanya menatap kagum ke betis
keduanya yang tertutup rok hitam selutut dan atasnya memakai kemeja
putih lengan pendek, pakaian yang biasa dipakai dimasa-masa ujian.
Imron memang sudah lama ingin menikmati tubuh si kembar itu, tapi
belum ada kesempatan yang baik sampai saat itu terlintas sebuah akal
bulus di benaknya.
Setengah jam kemudian Imron berkata pada mereka:
"Aduh, Bapak kebelet nih mau ke belakang sebentar aja, disini sepi
banget lagi ga ada yang bisa gantiin, Non berdua harus jujur yah,
kalian bisa pegang kepercayaan kan ?"
Keduanya hanya mengangguk dan Imron pun buru-buru keluar
meninggalkan si kembar di ruang itu.
"Ci-ci...susah banget, bisa ngga ?" panggil Selvy dari belakang dengan
setengah berbisik.
Selly menggeleng dengan wajah bingung karena memang mata kuliah
itu termasuk rumit dan ditakuti.
"Nomer tiga lu udah belum. Liat dong dikit, gua lupa rumus nih !" Selly
balik bertanya.
Setelah tengok kiri-kanan dan merasa aman Selvy buru-buru
menyerahkan lembar jawabnya pada kembarannya itu dan menyuruhnya
bergerak-cepat. Dengan hati berdebar-debar dan terburu-buru Selly
menyalin bagian-bagian penting dari jawaban yang diberikan
saudaranya. Namun tepat ketika dia hendak mengembalikan lembar
jawab pada Selvy, keduanya dikejutkan oleh kehadiran Imron yang
mendadak di ambang pintu.
"Astaghfirullah, Non...saya benar-benar nggak nyangka Non berdua
bisa melakukan ini !" Imron pura-pura kaget.
Si kembar langsung terdiam, matanya memancarkan perasaan bersalah
dengan wajah tertunduk lesu.
"Ma-maaf Pak, saya yang salah, saya...saya yang pertama minta
contekan !" Selly mengaku salah sambil membela saudaranya.
"Tapi kenapa Non...siapa nih ?" Imron melihat nama di lembar jawaban
Selvy "Non Selvy juga ngasih liat jawabannya, kan harusnya ga boleh
ya kan !" Imron berkata pelan tapi tegas sehingga membuat wajah
keduanya makin pucat.
"Maaf Non, demi tata tertib, saya terpaksa harus melaporkan Non
berdua" sambungnya.
"Jangan...jangan Pak !" sergah keduanya bersamaan dengan wajah
memelas, mata Selvy bahkan sudah lembab berkaca-kaca.
Mata kuliah itu termasuk penting dan termasuk prasyarat untuk mata
kuliah berikutnya sehingga berat bagi mereka untuk tidak lulus apalagi
dengan cara seperti itu.
"Wah-wah...ada masalah apa disini Pak Imron kok sepertinya serius
nih !" tiba-tiba terdengar suara dari pintu.
"Ini nih, Pak saya juga bingung, cantik-cantik gini kok nyontek loh"
kata Imron geleng-geleng kepala "Duh anak jaman sekarang emang
susah yah !"
Selly menjelaskan permasalahannya dan mengaku salah, tapi dia tetap
minta keringanan, setidaknya jangan sampai saudaranya ikut kena
hukuman. Pak Dahlan, kepala jurusan arsitektur yang tak bermoral itu
mengangguk-angguk mendengar penjelasan Selly.
"Hmmm...kalau begitu baiklah, kalian habis ini masih ada ujian lagi ?"
tanya pria itu yang dijawab mereka dengan anggukan "Nah, sekarang
kalian kerjakan saja dulu ujian ini, tapi nanti sebelum pulang temui
saya di kantor saya untuk membicarakannya, ok ?"
Untuk sementara si kembar bisa berlega hati, namun mereka sudah
tidak konsentrasi lagi mengerjakan ujian itu juga ujian berikutnya
karena dalam hati mereka berkecamuk seribu satu pikiran apa yang
bakal terjadi nanti dan sanksi apa yang bakal menunggu mereka. Ujian
terakhir hari itu pun akhirnya selesai jam dua siang, kini saatnya si
kembar menemui kepala jurusan itu di kantornya untuk membicarakan
masalah tadi. Selly mengetuk pintu...dua menit...tapi tidak ada jawaban,
tirai ruang itu tertutup.
"Ga ada orang kali yah ?" kata Selvy.
"Tau deh...kita tunggu aja..."
Baru saja Selly berkata begitu, tiba-tiba pintu dibuka oleh seorang
gadis yang juga mengenakan setelan hitam-putih untuk ujian tapi
dengan model yang lebih seksi, roknya lebih pendek daripada rok si
kembar sehingga memamerkan sepasang paha jenjangnya, atasannya
pun lebih ketat dan mencetak bentuk tubuhnya yang indah, belum lagi
branya warna hitam sehingga menerawang jelas. Gadis itu menatap
sekilas pada si kembar sambil keluar dari ruangan itu, senyuman
misterius muncul di wajah indonya, entah mengartikan apa. Kalau
dilihat lebih teliti di daerah antara bibir dan dagu gadis itu nampak
sedikit noda cairan putih mirip susu kental yang tidak sempat terlihat
oleh si kembar maupun dirinya sendiri. Si kembar hanya tahu gadis ini
sebagai mahasiswi angkatan atas mereka yang bernama Fanny.
Di ruang itu telah menunggu Pak Dahlan di balik meja kerjanya, wajah
pria itu agak sayu seperti orang habis orgasme dan Imron, si penjaga
kampus itu juga telah duduk di sofa sambil mengelap jarinya yang
basah entah oleh cairan apa dengan tissue.
"Ya, kalian berdua, ayo masuk, maaf menunggu, tadi ada yang
bimbingan dulu, mari duduk disini !" Pak Dahlan keluar dari meja
kerjanya dan menyuruh kedua gadis itu duduk di sofa.
Pria itu menjelaskan kondisi mereka, bahwa perbuatan menyontek tadi
hukumannya sudah jelas tidak diluluskan mata kuliah tersebut, padahal
mata kuliah ini sangat penting
"Saya bisa bantu kalian menutupi rahasia ini, malah kalau perlu saya
bisa bantu mengkatrol nilai kalian melalui rekomendasi ke dosen yang
bersangkutan, tapi..."
"Tapi apa Pak ?" Selvy buru-buru menyela.
"Hhmm...asal kalian banyak nurut ke Bapak, seperti..." Pak Dahlan
meneruskan ucapannya dengan meletakkan tangan di paha Selvy yang
duduk di dekatnya dan menggeser roknya.
"Apa !" pekik Selvy terkejut sambil menepis tangan Pak Dahlan dari
pahanya
"Pak, ini pelecehan yah namanya, Bapak pikir kita ini perempuan
apaan ?" Selly protes dengan suara tercekat karena tidak menyangka
kepala jurusannya sebejat itu, hatinya tambah panas dan malu melihat
si penjaga kampus itu cengengesan.
"Hahaha...ayolah, kalian butuh nilai kan, ini dan itu tentu ada harganya
dong, Bapak nggak memaksa, pilihannya terserah kalian aja" Pak
Dahlan berkata dengan tenang.
"Nggak Pak, kita lebih baik tidak lulus daripada dengan cara serendah
itu, ayo Ci, kita pergi !" kata Selvy dengan kesal sambil meraih lengan
saudaranya.
"Oooh, sebentar-sebentar, sabar dulu dong" Pak Dahlan berusaha
menahan mereka "sebenarnya apa yang kalian takutkan ? takut nggak
perawan kan ? begini saja, Bapak nggak akan mengajak kalian berbuat
itu deh, cukup kalian telanjang saja disini, bapak cuma mau liat tubuh
kalian, ya setidaknya pegang-pegang dikit toh tidak ada pengaruhnya
dengan keperawanan kan, lalu setelah itu Bapak jamin kalian pasti
lulus, gimana, sama-sama untung kan ?"
Si kembar tertegun mendengar tawaran itu, kalau hanya telanjang saja
mungkin masih bersedia walaupun dengan amat terpaksa, dengan
begitu skandal menyontek tadi dapat ditutupi tanpa harus
mengorbankan keperawanan, dan seterusnya mereka kapok tidak akan
menyontek lagi sehingga terjebak dalam posisi sulit seperti ini. Mereka
saling tatap dengan penuh pertimbangan.
"Baiklah Pak, tapi tolong saudara saya jangan, biar saya sendiri saja
yang buka baju gimana ?" ucap Selly lirih.
"Jangan saya saja !" Selvy menyela.
"Diam ! ini salah gua tau, gua yang minta lembar jawab dari lu dan gua
yang harus tanggung jawab !" Selly membentak adiknya sambil
mengguncang bahunya.
Mereka berdebat, masing-masing ingin berkorban demi melindungi
saudaranya sampai Pak Dahlan menghentikan mereka.
"Ok, ok sudah diam, mau kedengeran di luar apa ?" katanya agak keras
"ya sudah satu dari kalian juga boleh, ya Selly kamu saja sebagai
kakak yang maju !" perintahnya.
"Jangan, jangan Ci, sudah kita relakan saja nggak lulus !" Selvy
menahan lengan Selly dengan mata menitikkan air mata.
Selly menyentak tangannya lalu memeluk adiknya serta mengelusi
punggungnya.
"Sudahlah, semua akan baik-baik saja, tenang-tenang" hiburnya.
"Ayo udah dong main sinetronnya, kalau saya dah hilang minat
tawarannya batal nih !" Pak Dahlan sepertinya sudah tidak sabar lagi.
"Baik Pak, jadi Bapak jamin setelah puas melihat tubuh saya kita pasti
lulus dan Bapak ga akan minta lebih ?" Selly memastikan dan bangkit
berdiri.
"Iya, Bapak jamin kalian akan lulus kalau perlu dengan nilai A sekalian
dan kalau Bapak lepas kontrol kamu tinggal teriak aja, di bawah sana
masih banyak orang yang bakal mendengar jeritan kamu kan ?" tegas
pria tambun itu.
"Eerr...disini Pak ? sekarang ?" tanyanya risih sambil melirikkan mata ke
arah Imron.
"Lha iya toh Sel, ga apa-apa kan Pak Imron disini, dia kan sebagai
saksi tadi, jadi berhak menikmati juga kan, ayolah lagian kan hanya
liat body kamu aja kan ?"
Dengan berat hati, Selly pun akhirnya mulai melepaskan satu-satu
kancing kemejanya, branya warna putih dengan aksen garis-garis pink
pun terlihat. Selvy menunduk lesu menutup wajahnya sambil
menangis, dia tidak sanggup menyaksikan saudaranya dipecundangi
seperti itu.Rok hitamnya meluncur jatuh begitu dia melepaskan sabuk
dan resletingnya.
"Ayo belum selesai, terusin dong !" kata Pak Dahlan melihat Selly yang
ragu-ragu melepas pakaian dalamnya.
Tangan Selly gemetaran melepaskan kait branya serta
menanggalkannya, mata kedua pria bejat itu melotot seperti mau copot
melihat keindahan payudara Selly yang membusung tegak dengan
puting kemerahan yang menggemaskan. Tentu saja Selly merasa risih
dengan tatapan mata mereka sehingga tangannya otomatis menutupi
kedua payudaranya.
"Satu lagi, ayo Non, jangan tanggung-tanggung mau lulus ga ?" kata
Imron dengan wajah mesum yang menjijikkan seolah dia hendak
menelannya.
Akhirnya Selly pun berhasil membuka penutup tubuh terakhirnya itu,
celana dalam itu dia turunkan hingga lutut, lalu buru-buru berdiri
tegak dan menggunakan tangan menutupi bagian-bagian terlarangnya.
"Ck-ck-ck...benar-benar body yang sempurna, putih mulus tanpa
cacat" Pak Dahlan bangkit berdiri dan menghampiri gadis itu "turunin
tangannya dong, jangan malu-malu gitu yah" katanya sambil
menyingkirkan tangan Selly yang melindungi bagian terlarangnya.
Semakin pria itu mendekat semakin kencang pula jantung Selly
berdebar, wajahnya memerah menahan malu sambil menggigit bibir
bawah.
"Bapak pegang dikit yah" pintanya sambil menaruh tangannya di
payudaranya
"Sshhh.." desisnya merasakan perasaan aneh karena belaian pada
payudaranya, jari-jari gemuk pria itu juga memencet putingnya
sehingga seperti bulu kuduknya berdiri semua.
"Eengghh..!" desisnya lebih keras karena tangan Imron mendarat di
pantatnya lalu merabanya.
Tangan Pak Dahlan meraba semakin ke bawah hingga akhirnya
menyentuh kemaluannya yang rapat dan dilapisi bulu-bulu tipis. Wajah
pria itu juga makin mendekati wajahnya, baru saja bibirnya
bersentuhan sedikit dengan bibir Selly, gadis itu memalingkan wajah
dan menepis tangan kedua pria itu.
"Sudah cukup ! saya tidak akan memberi lebih, sekarang bagaimana
janji Bapak !" kata Selly sengit.
Dia buru-buru menaikkan kembali celana dalamnya lalu roknya,
secepat kilat bra yang di meja itu dia sambar dan kenakan kembali
disusul kemeja putihnya. Pakaiannya masih tampak acak-acakan
karena dia memakainya dengan terburu-buru, branya saja belum
sempat dia kaitkan kembali. Kemudian dia menghampiri dan mendekap
kembarannya yang meringuk di sofa dan menangis itu.
"Tenang Vy, sudah beres, sudah beres !" katanya sambil mengelap air
mata Selvy.
"Selly, Selly" Pak Dahlan menepuk pundaknya sehingga membuatnya
menoleh dengan tatapan kesal "kalian lulus, bapak janji itu hehehe"
"Terima kasih Pak !" kata Selly dengan ketus.
"Ga apa-apa, Bapak yang harusnya terima kasih karena sudah diberi
kesempatan emas bersama kamu, dan juga...mengabadikannya !"
ucapnya dengan nada datar.
Kata terakhir itulah yang membuat si kembar yang sudah merasa lega
terkejut bagai disambar petir.
"Apa ?? diabadikan ? maksud Bapak..." suara Selly bergetar seperti
melihat hantu.
"Iya betul, kamu lihat deh webcam diatas komputer Bapak ini emang
sudah sengaja diarahkan ke tempat kamu berdiri tadi dan komputer
sudah merekam sejak kalian masuk" Pak Dahlan menjelaskan sambil
berjalan ke balik meja kerjanya menyalakan tombol monitornya.
Dia menyalakan ulang rekaman barusan dan memutar monitornya agar
si kembar bisa melihat. Jantung mereka seakan berhenti berdetak,
terutama Selly ketika melihat dirinya membuka bajunya hingga bugil
lalu dipegang-pegang kedua pria tak bermoral itu, dia benar-benar
tidak pernah berpikir akan jadi begini.
"Bapak ngejebak kita, dasar biadab !" jerit Selly sangat marah padanya.
"Gimana Sel, lihat tuh kamu berdiri di tempat yang tepat, wah-wah
kalau ini tersebar gimana nih ?"
"Hehehe, dijamin Non berdua bakal jadi selebritis deh !" timpal Imron
yang daritadi cuma diam dan cengar-cengir.
"Kalian-kalian mau apa sebenarnya bajingan !" Selvy memekik dengan
wajah berurai air mata.
"Simple saja, Bapak nggak minta banyak untuk menutupi skandal ini"
kata Pak Dahlan tenang.
"Dan Non ga usah nawarin duit deh, karena bukan itu yang kita mau"
Imron menimpali.
"Baiklah, biar saya saja..." Selly bangkit menawarkan diri.
"Wah, maaf untuk yang satu ini saya khawatir bayarannya tidak cukup
hanya kamu seorang Sel, sepertinya saudara kamu juga harus ikut"
kata dosen bejat itu.
"Tega-teganya Bapak begitu, Bapak memang bukan manusia !" maki
Selvy yang hanya ditanggapi kedua pria itu dengan tertawa sinis.
"Yah terima kasih atas 'pujian'nya, sekarang pilihannya tergantung
kalian berdua" pria itu menghampiri mereka setelah mematikan dulu
komputernya.
"Kalau kalian mau, ayo ke rumah saya sekarang, kebetulan saya sudah
selesai kerja, kalau tidak mungkin kelulusan kalian saya akan
pertimbangkan kembali dan yang paling penting rekaman tadi itu loh"
kata Pak Dahlan sambil meletakkan tangannya di pundak Selly.
Sungguh si kembar bagaikan makan buah simalakama hingga mereka
tidak berdaya ketika digiring kedua hidung belang itu ke mobil Pak
Dahlan yang diparkir di bawah gedung itu.
"Ting !" lift yang membawa si kembar pun sampai di basement.
Dengan langkah berat dan jantung berdebar mereka menuju ke Honda
Civic hitam yang mengedipkan lampu dimnya. Mereka sengaja datang
terpisah agar tidak menimbulkan kecurigaan berhubung hari masih
siang. Pak Dahlan menyuruh Selly duduk di jok depan bersamanya,
sedangkan Selvy di belakang bersama Imron. Selly membanting
pantatnya ke jok dan menutup pintunya dengan keras, wajahnya tidak
bisa menyembunyikan ekspresi marah, takut dan penyesalan yang
bercampur baur.
"Wah-wah, jangan galak-galak gitu dong Sel, kita kan mau senang-
senang nih" kata Pak Dahlan menggerakkan tangan hendak membelai
pipinya.
"Eiit...jadi ga jadi nih ?" katanya ketika Selly menahan tangan itu.
Akhirnya Selly pun pasrah membiarkan pria itu membelai pipi
mulusnya. Dia hanya bisa mengumpat dalam hati dan menatap jijik
pria tambun yang makin kelihatan perutnya yang besar itu dalam
balutan seatbelt.
"Ternyata kalian masih bisa menentukan pilihan yang bijak yah, kita
kirain kalian bakal kabur hehehe" celoteh Imron.
Setelah mobil keluar dari areal kampus, Imron menggeser posisi
duduknya sehingga lebih merapat dengan Selvy, tangan kirinya
merangkul pundak gadis itu, tangan satunya mulai mengelusi
lengannya. Selvy terdiam dan gemetar namun tak bisa berbuat apa-apa
selain menangis.
"Jangan nangis terus dong Non, Bapak janji bakal muasin Non, malah
mungkin Non yang ntar ketagihan" katanya setengah berbisik,
hembusan nafasnya terasa di telinganya.
Imron menyeka air mata yang membasahi pipi Selvy lalu mengalihkan
wajah cantik itu berhadapan dengan wajah buruknya, dilumatnya
bibirnya yang mungil itu dengan kasar, sementara tangan kanannya
meremas-remas payudaranya. Selvy memejamkan mata dan meronta
berusaha melepaskan diri, namun tenaganya tentu kalah dengan Imron,
malah rontaan itu membuat Imron makin bernafsu mengerjainya. Ketika
tangan Imron mulai merogoh masuk ke dalam roknya dan menyentuh
bagian kewanitaannya, dia tersentak dan mulutnya sedikit membuka,
saat itulah lidah Imron menerobos masuk ke mulutnya dan melumatnya
habis-habisan, lidah Imron menyapu telak rongga mulutnya. Selvy
merapatkan pahanya untuk mencegah tangan Imron masuk lebih jauh,
namun dengan begitu Imron malah senang bisa sekalian membelai
paha mulusnya sambil tangannya makin menuju ke selangkangan.
Sekali lagi tubuhnya tersentak seperti kesetrum karena jari Imron telah
berhasil mengelus belahan vaginanya dari luar celana dalamnya.
Desahan tertahan terdengar dari mulutnya, hembusan AC mobil mulai
terasa membelai pahanya karena roknya sudah terangkat. Kini tangan
Imron menyusup lewat bagian atas celana dalamnya dan menyentuh
permukaan kemaluan Selvy yang ditumbuhi bulu-bulu halus.
Sungguh tidak berdaya Selvy saat itu, ancaman akan tidak lulus
ditambah lagi terjatuhnya kakaknya ke dalam jebakan membuatnya
terpaksa pasrah. Dia berusaha tidak menangis terlalu keras dan
memilukan karena dia tahu itu akan membuat beban pikiran kakak
kembarnya semakin berat. Rontaan Selvy semakin lemah selain karena
sudah pasrah, juga karena sentuhan-sentuhan erotis Imron pada
kemaluannya dan percumbuannya. Nafas gadis itu semakin memburu
dan wajahnya yang putih merona merah karena rangsangan-
rangsangan gencar itu. Nasib Selly, kembarannya, di depan sana juga
tidak beda jauh, sejak keluar dari kampus dan mobil berhenti di lampu
merah pertama Pak Dahlan langsung menaruh tangannya di pahanya,
perlahan-lahan tangannya naik menyingkap roknya, paha mulus itu
dielus dan dipijatnya, tangan itu merambat terus hingga menyentuh
pangkal pahanya. Selly menggigit bibir dan menarik nafas panjang
merasakan jari-jari Pak Dahlan dari luar celana dalamnya.
"Jangan cemberut gitu dong Sel, nikmatin aja, kan ga enak kalo sambil
marah-marah" kata pria tambun itu karena Selly menatapnya dengan
tajam.
"Saya benar-benar ga nyangka yang seperti Bapak ini bisa jadi ketua
jurusan, dunia memang sudah gila !" ucap Selly ketus.
"Hehehe...ya itu sih hak kamu berkata begitu Sel, kan demokrasi
namanya, tapi yang pasti mahasiswi lain yang pernah 'bimbingan'
sama saya enjoy aja kok dan saya yakin kamu juga akan merasakan
yang sama kok" jawab Pak Dahlan kalem, dia menyetir sambil tangan
satunya tetap mengelus paha gadis itu, sesekali merayap ke atas
memencet payudaranya.
Terhenyak juga Selly mendengar kata-kata pria itu, berarti selain dia
dan kembarannya pria ini juga pernah memangsa entah berapa banyak
gadis-gadis lainnya.
Selly bukannya tidak mendengar desahan tertahan di belakang sana,
namun dia tidak sanggup menoleh ke belakang menyaksikan
kembarannya sendiri dipecundangi, setiap desahan itu bagaikan irisan
demi irisan yang melukai hatinya, namun dia tidak sanggup berbuat
apapun untuk saudaranya itu, bahkan untuk dirinya sendiripun tidak
bisa. Sebutir air mata tanpa sadar menetes di pipinya, padahal dia
termasuk gadis yang tegar dan berhati baja.
"Maafin gua Vy, gua ga bisa nolong lu kali ini" katanya dalam hati
dengan hati terluka.
Di lain pihak, elusan-elusan Pak Dahlan pun mau tidak mau mulai
merangsangnya, jari yang bergerak nakal di bagian tengah celana
dalamnya itu membuatnya basah di bawah sana tanpa bisa ditahannya,
bagian tengah celana dalam itu sudah memperlihatkan noda basah
karena sentuhan-sentuhan erotis si dosen bejat itu. Tubuhnya
menggeliat menahan rasa geli di bawah sana, sesekali dia
mengeluarkan suara mendesis tertahan.
"Oohh...udah dong Pak, ntar keliatan orang !" katanya ketika mobil
mereka tepat di sebuah bis kota ketika menunggu lampu merah.
"Ga apa-apa kan kaca mobilnya ga bisa liat ke dalam" kata Pak Dahlan
menyingkap kembali rok yang sempat diturunkan Selly.
"Serigala tua bajingan !" maki Selly dalam hati, dia tetap merasa
gelisah karena memang walaupun kedua sisi kaca mobil itu berlapis
gelap, namun kaca depannya tidak sehingga masih mungkin orang dari
bis itu melihat ke dalamnya.
Benar saja, di bis itu ada seorang pria kebetulan melihat ke arahnya,
pria itu berbicara pada temannya sehingga orang itu juga ikut
melihatnya, pahanya mulusnya yang tersingkap dan sedang dielusi itu
pun sempat menjadi tontonan gratis di tengah kemacetan. Untunglah
lampu segera hijau sehingga mobil mereka pun melaju lagi, namun hal
itu tentu membuatnya kesal dan malu, dia menatap tajam pada Pak
Dahlan yang menyetir sambil senyum-senyum mesum. Tiba-tiba
sebuah tangan menjulur dari belakang meraba dadanya.
"Wah, masih belum puas sama jatahlu Ron, masih pegang-pegang
yang punya gua nih ?" kata Pak Dahlan.
"Hehehe...dikit aja Pak, cuma mau nyamain toket anak kembar, ternyata
montoknya sama toh" jawab Imron yang kini sedang merasakan
penisnya diemut Selvy, tangan kirinya meremasi payudara Selvy yang
sudah terbuka.
Tangan kanan Imron mulai membuka satu-persatu kancing kemeja
Selly lalu menyusup ke dalamnya serta memegang payudaranya.
"Shhh...!" desis Selly merasakan putingnya mengeras akibat dipilin-
pilin Imron dan bawahnya makin basah karena dirogoh-rogoh Pak
Dahlan.
Betapapun kerasnya hati Selly, kali ini dia tidak sanggup berbuat apa-
apa untuk melawan mereka dibawah ancaman nilai dan rekaman
bugilnya.
"Gimana Ron ? tokednya bagusan yang siapa ?" tanya Pak Dahlan.
"Sama Pak, sama cantiknya sama montoknya, tapi ga tau gimana
servisnya ntar" sahut Imron dari belakang "kalo yang sama saya ini
nyepongnya masih amatiran, tapi ga apa-apa kalo diajar juga bisa,
kayanya dia ketagihan nih malah, ayo Non yang bener isepnya, ati-ati
jangan digigit yah"
Di bawah paksaan, Selvy terpaksa mengoral penis hitam panjangnya
Imron, itu adalah pertama kali baginya melakukan hal itu sehingga dia
hanya bisa mengikuti instruksi Imron ditambah dari pengetahuan yang
pernah dia lihat di film bokep. Dia berusaha tidak mencium bau
keringat pada penis itu, saat dia sentuhkan lidah pada kepala penis
itu, benda itu seperti bergetar dan makin membengkak, selanjutnya dia
mengulum dan menjilati benda itu. Selly di depan juga semakin
menggelinjang karena bagian-bagian sensitifnya digerayangi dua
penjahat kelamin ini. Sekarang mobil sudah memasuki sebuah
kompleks perumahan yang terletak agak jauh dari pusat kota, sehingga
pemandangan disini masih relatif alami, masih hijau dan banyak
pohonnya, rumah-rumahnya termasuk kelas menengah ke atas.
"Nah kita sudah sampai nih !" kata Pak Dahlan ketika mobil berhenti di
sebuah rumah bertingkat dua dengan pintu gerbang tinggi.
Pak Dahlan membunyikan klakson dan pintu kemudian dibuka oleh
seorang pria tua berumur 60an. Punggung pria itu bongkok seperti
punuk onta mirip Quasimodo dalam kisah hunchback from Notredame,
wajahnya pun tidak bersahabat dengan mata sipit sebelah yang
memberi kesan licik. Selly yang risih dengan kemunculan si bongkok
itu buru-buru menepis tangan-tangan yang menggerayanginya dan
membereskan pakaiannya yang tersingkap sana-sini. Selvy juga buru-
buru melepas emutannya begitu tahu ada orang lain yang membukakan
pintu. Akhirnya dia bisa mengambil udara segar lagi sambil
mengancingkan lagi bajunya yang sudah terbuka.
"Itu Thalib, tukang kebun dan penjaga disini, ntar kalian juga kenalan
sama dia kok" kata Pak Dahlan.
Dari halaman depan mobil terus melaju memasuki garasi. Pak Dahlan
menggandeng tangan Selly ke kamarnya, sepertinya pria tambun itu
sudah tidak sabaran lagi menikmati kehangatan tubuhnya. Imron
mengikutinya dari belakang sambil memapah Selvy. Mata si bongkok
Thalib nampak nanar memandangi dua dara kembar itu apalagi tangan
jahil Imron mengelusi pantat Selvy. Rumah Pak Dahlan walaupun tidak
terlalu besar namun cukup menarik, beberapa lukisan tergantung di
dindingnya sehingga terkesan elegan. Di tempat ini Pak Dahlan tinggal
sendiri hanya dengan Thalib yang bertugas menjaga rumahnya, si
bongkok itu juga masih famili jauhnya dari kampung. Pak Dahlan
sudah lama bercerai dengan istrinya yang membawa serta seorang
anaknya, sedangkan seorang lain yang ikut dengannya sudah bekerja
di kota lain.
Mereka pun akhirnya memasuki kamar Pak Dahlan di lantai dua yang
didominasi warna krem dari wallpapernya dan perabotan bergaya
klasik.
"Kita mandi dulu yah Ron, anggap aja rumah sendiri !" kata Pak Dahlan
sambil membawa masuk Selly ke kamar mandi yang menyatu dengan
kamarnya.
Imron menghempaskan tubuh Selvy di ranjang empuk itu oleh Imron
dan tanpa buang waktu lagi diterkamnya gadis itu.
"Aahh...jangan Pak, tolong hentikan, saya mohon ahh !" rintihnya
ketika Imron menggumulinya dengan kasar dan bernafsu.
Rok hitam Selvy sudah terangkat sampai pinggang sehingga paha
mulus dan celana dalamnya yang berwarna biru muda itu terlihat
kemana-mana. Imron mengunci kedua pergelangan tangan Selvy diatas
kepala gadis itu dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya
mengelus pahanya dan selangkangannya yang masih tertutup celana
dalam. Wajah mereka sangat berdekatan, Selvy tegang sekali melihat
pandangan mata Imron yang penuh nafsu binatang apalagi ditambah
wajahnya yang jelek itu, dia hanya bisa memelas lewat tatapan
matanya yang sembab oleh airmata.
"Seumur-umur akhirnya bisa juga saya main sama cewek kembar
cantik kaya gini hehehe" ujarnya sambil tertawa mesum "Non
sebaiknya nurut aja yah supaya kita sama-sama enak dan ga perlu
kuatir lagi tentang nilai atau rekaman bugil Non Selly tadi"
Selvy benar-benar tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi paling
sulit dalam hidupnya itu, dilema yang luar biasa yang baru pernah
dialaminya. Tiba-tiba wajah Imron maju menciumi bibir mungilnya
dengan kasar, sia-sia dia menghindar dengan ruang gerak sekecil itu
hingga akhirnya Imron kembali melumat bibirnya. Tangan kanannya
menarik celana dalamnya ke bawah hingga betis kemudian jari-jarinya
mulai bermain-main di vaginanya. Lidah Selvy yang berusaha menolak
lidahnya justru semakin membuatnya bernafsu mencumbunya.
Beberapa saat lamanya Imron terus menciumi bibirnya dan
menggosok-gosok bibir vaginanya. Nafas Selvy semakin berat dan
terpaksa pasrah saja, jari-jari Imron yang ditusuk-tusukkan ke
vaginanya sadar atau tidak telah membangkitkan libidonya. Menyadari
perlawanan korbannya melemah, Imron menyerang daerah lainnya,
kancing kemeja gadis itu dia buka semuanya, bra dengan pengait di
depan itu sudah lepas sejak di mobil tadi dan belum dikaitkan kembali
sehingga payudaranya langsung terekspos begitu bajunya dibuka.
Selvy menutupi buah dadanya dengan menyilangkan tangan, namun
Imron mencengkram kedua pergelangan tangannya dan melebarkannya
ke samping badan. Dia memejamkan mata dan menangis, Hendra,
pacarnya saja belum pernah menyentuhnya, tapi seorang penjaga
kampus bertampang buruk dan seusia ayahnya malah sudah meremas,
menjilati dan mengenyotnya.
"Sssrrreepp...ssluurp !" demikian bunyi suara hisapan Imron pada
kedua payudara Selvy secara bergantian.
Gadis itu menggeliat-geliat dengan suara-suara memelas minta
dilepaskan yang hanya ibarat menambah minyak dalam api birahi
pemerkosanya. Cukup lama Imron menyedoti payudara Selvy sehingga
meninggalkan bekas cupangan memerah pada kulit putihnya dan jejak
basah karena ludah. Jilatannya menurun ke perutnya yang rata sambil
tangannya membuka resleting roknya serta memelorotinya hingga
lepas.
'Tidak...jangan Pak, jangan !" ucap Selvy memelas sambil merapatkan
kedua belah paha ketika Imron mau menjilati vaginanya.
Imron hanya menyeringai dan membuka paha Selvy dengan setengah
paksa lalu membenamkan wajahnya pada vagina gadis itu. Tubuh
Selvy menggelinjang begitu lidah Imron yang panas dan kasar itu
menyapu bibir kemaluannya, bagi Selvy lidah itu adalah lidah pertama
yang pernah menyentuh daerah itu, tubuhnya menggelinjang dan
darahnya berdesir merasakan sensasinya. Imron berlutut di ranjang
dan menaikkan kedua paha Selvy ke bahu kanan dan kirinya sehingga
badan gadis itu setengah terangkat dari ranjang, dengan begitu dia
melumat vaginanya seperti sedang makan semangka.
"Sudahhh Pak...ahh...aahh !" desah Selvy memelas saat lidah Imron
masuk mengaduk-aduk bagian dalam vaginanya.
Sekalipun hatinya menolak, tubuhnya tidak bisa menolak rangsangan
yang datangnya bertubi-tubi itu. Harga diri dan perasaan bersalah
pada pacarnya bercampur baur dengan birahi dan naluri seks.
Sekitar seperempat jam Imron memperlakukan Selvy demikian, dengan
lihainya dia menyedot dan menjilati klitoris gadis itu
menghanyutkannya dalam permainan liar ini.
"Eenngghh...aaahh !" Selvy pun akhirnya mendesah panjang dengan
tubuh mengejang.
Imron melahap cairan orgasme Selvy dengan rakus sampai terdengar
suara menghirupnya, dia menyedoti bibir vagina Selvy sehingga
tubuhnya makin menggelinjang. Orgasme pertama begitu dahsyat
baginya sehingga membuatnya takluk pada pria itu.
"Enak kan Non, hehehe !" seringai Imron dengan mulut belepotan
lendir.
Imronmengangkat kepala Selvy dan kembali melumat bibirnya
sehingga Selvy dapat merasakan cairan kemaluannya sendiri. Sesaat
kemudian dia buru-buru membuka pakaiannya sendiri dan mulai ambil
posisi di antara kedua belah paha Selvy dan menggesekkan kepala
penisnya ke bibir vagina Selvy.
"Jangan Pak, saya gak mau" kata Selvy menghiba.
"Sstt !" Imron menempelkan jari di bibirnya "jangan ribut terus, Bapak
minta kamu ridho yah demi nilai dan saudara kamu !"
Imron mulai menekan penisnya memasuki vagina Selvy. Air mata gadis
itu meleleh karena sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi untuk
mempertahankan kehormatannya. Dari kamar mandi dekat situ sesekali
terdengar suara erangan bercampur suara gemericik shower, pastilah
saudara kembarnya itu mengalami nasib yang sama dengannya.
"Sakit...aahh...hentikan Pak, tolong aahh !" rintihnya terengah-engah
ketika Imron memaksakan penisnya memasuki vaginanya yang masih
sempit.
Kepalapenisnya yang disunat itu sudah terbenam, ditekannya lebih
dalam dan paha Selvy dibentangkannya lebih lebar. Imron menekan-
nekankan penisnya sambil melenguh karena kemaluan gadis itu masih
sangat sempit.
"Aaahh...perih !" rintihnya sambil meronta.
Imron sudah benar-benar kesetanan, dia tidak peduli dengan Selvy
yang kesakitan malah ekspresi wajah Selvy membuatnya makin
bernafsu.
"Aakhhh !" jerit gadis itu begitu Imron menghentakkan pinggulnya
agak kuat sehingga penisnya masuk lebih dalam dan mengoyak
selaput daranya.
Rasa perih melanda kemaluannya sampai tangannya meremas kuat-
kuat sprei di bawahnya, tubuhnya mengejang dengan mata
membelakak. Dia tidah pernah membayangkan kegadisannya direnggut
paksa oleh penjaga kampus amoral itu.
"Hmm...saya paling suka ngebobol memek perawan seperti Non ini,
sempit dan enak !" celoteh Imron sambil memulai gerakan
memompanya.
Selvy memejamkan matanya yang berair dan menggigit bibir, dia
merasakan sesak sekali di bawah sana, batang keras berurat itu terasa
sekali menggesek dinding vaginanya.
Setelah belasan pompaan diselingi sodokan keras, rasa sakit yang
dialami Selvy sekonyong-konyong berubah menjadi sensasi erotis
yang membuatnya melayang. Rintihan kesakitannya makin terdengar
seperti erangan nikmat. Libido kini semakin menguasai hati dan pikiran
Selvy, dia memang merasa bersalah sekali dan berkali-kali dalam
hatinya meminta maaf pada Hendra, pacarnya dan Selly, kakak
kembarnya karena tidak sanggup lagi menahan diri terhanyut. Genjotan
Imron yang makin kasar membuat tubuhnya berguncang-guncang,
payudaranya pun ikut bergetar. Kini Imron menindih tubuhnya,
memeluknya dan mencumbu mulut Selvy yang terbuka dan
mengeluarkan desahan. Selvy kini pasrah menerima lidah Imron yang
bermain-main di mulutnya bahkan lidahnya juga turut saling menjilat
dengan lidah kasar penjaga kampus itu. Percumbuan itu membuat
nafasnya makin naik turun dan wajahnya makin memerah. Mau tidak
mau birahi Selvy pun naik apalagi sambil menggenjot Imron terus
menggerayangi tubuh mulusnya terutama payudara, paha dan
bongkahan pantatnya.
"Uhh-uhh...bener-bener masih seret, ini uenaknya memek perawan !"
puji Imron ditengah genjotannya.
Batang kemaluan Imron keluar masuk dengan cepat menggesek
dinding vaginanya. Tanpa disadari kedua lengan Selvy memeluk tubuh
Imron yang menindihnya, perkosaan ini telah menghanyutkannya tanpa
dapat ditolak.
Tak lama kemudian Selvy merasa pandangan matanya berkunang-
kunang, dari dalam tubuhnya serasa ada suatu gelombang dahsyat
yang tidak bisa ditahannya sehingga membuat tubuhnya menegang,
perasaan ini jauh lebih dahsyat daripada sebelumnya tadi, dia tidak
bisa tidak mengerang. Tangannya yang saling genggam dengan Imron
mencengkram semakin erat dan dari mulutnya terdengarlah desahan
panjang orgasme. Melihat korbannya orgasme, Imron makin bergairah
menggenjotnya, dia berusaha menyusulnya, kemaluan mereka yang
bertumbukan menghasilkan bunyi kecipak akibat cairan orgasme yang
dikeluarkan Selvy ketika klimaks. Cairan yang membasahi
selangkangan itu bercampur dengan darah keperawanan Selvy
sehingga terlihat agak merah.
"Aahh...ahh...keluar Non, Bapak keluar juga, uuggghh !" lenguh Imron
ketika menyemburkan spermanya yang hangat dan kental di dalam
rahim Selvy.
Semprotan cairan itu makin lemah seiring dengan pompaan Imron yang
mulai turun kecepatannya. Selvy terkapar lemas di ranjang, keringat
telah membasahi tubuhnya beserta kemeja putih yang masih melekat di
tubuhnya itu. Nafasnya terputus-putus membuat kedua gunung
kembarnya ikut turun naik. Imron masih menindih tubuhnya menikmati
sisa-sisa klimaksnya. Kamar yang tadinya berisik karena suara
bercinta itu sementara hening dan hanya terdengar suara nafas
terengah-engah.
Kita tinggalkan dulu Selvy dan Imron sejenak untuk melihat keadaan
kembarannya, Selly dan Pak Dahlan di kamar mandi. Tempat berlantai
marmer coklat itu tidak besar, ada sebuah toilet duduk bersebelahan
dengan bak air, di seberang kloset terdapat wastafel yang di
sebelahnya ada sebuah tempat shower bertirai plastik. Begitu pintu
kamar mandi ditutup, pria tambun itu langsung memeluk Selly dari
belakang, tangannya langsung menyingkap roknya dan membelai naik
pahanya menuju ke selangkangan.
"Ayo Selly sayang, Bapak ga mau ngeliat kamu menikmati dengan
terpaksa gitu, Bapak pingin kamu sepenuh hati, ntar kesana-kesana
nilainya pasti Bapak bantuin" katanya dekat telinga Selly.
"Ihh...lepas...lepasin !" gadis itu meronta dan menyentakkan tubuh
hingga terlepas dari dekapan Pak Dahlan "denger yah Pak, jangan
sembarangan panggil saya sayang dan ga usah peluk-peluk gitu, saya
juga bisa buka baju sendiri !"
Pak Dahlan cengengesan saja mendengar omelan Selly
"Ok, fine, kalau gitu silakan lakukan sendiri, saya tunggu nih !"
katanya sambil duduk di tutup kloset.
"Jadi anda menikmati memancing di air keruh, memanfaatkan gadis-
gadis tidak berdosa untuk nafsu setan anda ini !" ucap Selly ketus
sambil dengan berat membuka satu-persatu pakaiannya.
"Yah, bisa dibilang gitu, sebagian dari mereka ada yang datang sendiri
menyerahkan diri, ada juga yang terpaksa, tapi akhirnya sih sama aja,
soalnya mereka juga menikmati kok hehehe" pria itu tertawa mesum
menyaksikan tubuh Selly yang semakin telanjang.
"Nggak tau malu !" Selly dengan geram melemparkan celana dalamnya
yang baru lepas ke wajah Pak Dahlan.
Pak Dahlan hanya cengengesan mengambil celana dalam itu dan
mengendusinya, celana dalam itu bahkan dia masukkan ke kepalanya
seperti kupluk.
"Eemm...wangi, saya suka wanita galak seperti kamu, bikin saya
tertantang untuk menjinakkan" ujarnya seraya menggerakkan telunjuk
memanggilnya mendekat.
Dengan jantung berdebar-debar, Selly menuruti saja permintaannya
karena tidak ada pilihan lain. Dia kini berdiri telanjang di depan Pak
Dahlan dengan tangan menutupi auratnya. Bulu kuduknnya merinding
merasakan tangan kasar pria itu mengelusi pinggir tubuhnya dari
pinggang, paha, lalu mengarah ke selangkangan. Pria itu
menyingkirkan telapak tangan yang menutupi kemaluannya, matanya
menatap nanar kemaluan yang berbulu jarang dan halus. Selly sendiri
merasa tegang, walau sebelumnya dia pernah telanjang di depan Fredy
sehingga terlibat oral seks dan petting.
"Sini, duduk sini !" perintah Pak Dahlan sambil menepuk pahanya
sendiri "jangan nyamping gitu dong, ga enak, hadap-hadapan ayo!"
katanya lagi menyuruh Selly mengubah posisi duduknya yang
menyamping.
Selly terpaksa harus membuka pahanya agar bisa duduk di pangkuan
pria itu sesuai yang dimintanya.
Tangan pria menaruh kedua tangannya pada kedua pahanya, lalu
dielusi keatas hingga tangannya mencaplok kedua payudaranya. Selly
mendesis saat tangan itu meremasi kedua gunung kembarnya. Jari-jari
gemuk itu memilin-milin dan memencet putingnya sehingga benda itu
semakin mengeras saja. Kemudian mulutnya mendekati payudara yang
kiri dan menciuminya, kumis kasar pria itu menggelitik payudaranya
belum lagi mulutnya menghisap-hisap seperti sedang menyusu.
Tangan kanannya merambat turun ke arah vaginanya. Selly tersentak
seperti kesetrum ketika jari Pak Dahlan mengelusi bibir vaginanya,
kakinya mau merapat menahan geli, tapi tidak bisa karena terhalang
paha gemuk pria itu. Mulut Pak Dahlan berpindah-pindah melumat
payudara kanan dan kiri gadis itu sambil tangan kanannya mengelus-
elus kemaluannya yang makin berlendir. Sekalipun berusaha untuk
tidak menikmati, toh pertahanan Selly bobol juga karena serangan
erotis yang gencar dari Pak Dahlan.
"Sudah Pak, hentikan...ahhh...emmhh !" gadis itu tidak bisa menahan
desahan sambil memegangi kepala Pak Dahlan yang sedang menyusu.
Tubuh Selly makin berkelejotan terutama setelah Pak Dahlan
memasukkan jari-jari gemuknya ke vaginanya dan meliuk-liuk di dalam
seperti cacing. Ciuman Pak Dahlan pun semakin merambat naik ke
pundak, leher, telinga, mengarah ke mulutnya. Selly memalingkan
wajah menolak dicium namun pria itu menahan kepalanya sehingga
ciumannya tak bisa dihindari lagi, tubuhnya meronta sebagai
penolakan dicium pria itu, tapi tetap tidak mampu karena pria tambun
itu memeluknya dengan erat. Lidah Pak Dahlan terus menjilati bibir
tipisnya memaksa masuk ke mulutnya, ketika telah berhasil masuk
lidah itu langsung menjilati rongga mulutnya, secara refleks lidah Selly
pun ikut meronta. Dengan permainan lidah seperti itu ditambah lagi
dengan jari-jari yang bergerak liar pada vaginanya, Selly pun bangkit
nafsunya, bahkan kini dia memberanikan diri memeluk pria itu. Erangan
tertahan terdengar dari mulutnya saat Pak Dahlan mengerakkan jarinya
keluar masuk liang vaginanya. Ciuman Pak Dahlan merambat turun lagi
ke lehernya yang jenjang, kulitnya yang putih mulus itu dihisapnya
hingga menggelinjang, namun Selly bersyukur juga bisa mengambil
udara segar setelah percumbuan yang cukup lama dan panas itu. Pak
Dahlan juga menarik keluar dua jari yang memasuki vaginanya, cairan
yang belepotan di jari itu dia oleskan pada puncak payudara kanannya
untuk selanjutnya diemut-emut. Puting Selly sudah benar-benar
mengeras akibat dirangsang terus daritadi.
"Kita mandi dulu yuk, biar segar !" ucap Pak Dahlan seraya
menurunkan tubuh Selly dari pangkuannya dan menuntunnya ke arah
shower.
Pria itu menyalakan air hangat yang mengguyur tubuh telanjang Selly,
kemudian dia membuka bajunya sendiri, kecuali celana dalam Selly
yang dia pakai sebagai kupluk di kepalanya. Terlihatlah perutnya yang
bulat dan penisnya yang berukuran 17cm dan berdiameter tebal, benda
itu sempat membuat Selly tertegun membayangkan benda itu akan
segera mengaduk-aduk vaginanya. Setelah membuka baju, pria itu pun
ikut masuk ke daerah shower.
"Kamu cantik sekali Sel !" ucapnya dengan mengangkat wajahnya yang
tertunduk dan mengusap rambut basahnya ke belakang, dipandangnya
wajah cantik yang sudah basah itu dalam-dalam.
Selly diam saja walau pandangan matanya masih tajam menyisakan
kemarahan dan kebencian, dia merasa mandi dengan seekor babi
hutan, tangannya terkepal keras, ingin rasanya dia meninju atau
menampar bajingan berkedok dosen ini, atau bahkan membunuhnya
kalau saja dia tidak mengingat adik kembarnya dan rekaman bugilnya.
Karenanya dia hanya pasrah ketika Pak Dahlan mendekapnya dari
belakang., pria itu memberikan ciuman di pundak dan lehernya
sementara tangannya menggerayangi tubuhnya dengan gemas. Selly
dapat merasakan penis yang sudah mengeras itu bersentuhan dengan
pantatnya.
Tangan Pak Dahlan meraih botol sabun cair, membuka tutupnya dan
menumpahkan isinya pada tubuh Selly. Setelah dirasa cukup, dia taruh
botol itu pada tempatnya dan mulai menggosok tubuh gadis itu
dengan telapak tangannya. Mula-mula dia menggosok leher, bahu,
pundak lalu berlanjut ke depan ke perutnya lalu naik ke buah dadanya,
dengan lembut tangan kasarnya menggosok dan memijat sambil
lidahnya menggelitik telinganya sehingga sadar atau tidak Selly makin
terbuai dan terangsang berat, matanya sampai merem-melek dan
mulutnya mendesah-desah. Dia harus mengakui bahwa pria yang telah
menjebak dan dibencinya ini sanggup membuatnya mabuk birahi
dibanding pacarnya sendiri.
"Enngghh...!" desahnya lebih panjang ketika tangan gempal itu
menyentuh vaginanya.
Pak Dahlan menggosokkan tangannya pada daerah itu sehingga makin
berbusa.
"Memeknya Bapak cuciin yah, biar bersih dan ngentotnya enak"
katanya dekat telinga Selly yang tidak menyangka kata-kata senajis itu
bisa keluar dari mulut dosen yang bahkan menjabat kepala jurusan.
Pak Dahlan memeluk makin erat tubuh Selly yang kini telah licin dan
berlumuran busa sabun. Dia menggesek-gesekkan tubuh tambunnya
dengan tubuh mulus Selly yang licin bersabun. Mata Selly sedikit
terpejam ketika Pak Dahlan melakukan hal itu, dia tak bisa menahan
sensasi nikmat dari sentuhan dan belaian erotis itu.
Tidak ingin korbannya pasif, Pak Dahlan menarik wajah Selly agar bisa
melumat bibirnya. Kali ini mendobrak pertahanan mulut Selly tidak
sesulit tadi, karena mulutnya sudah setengah terbuka karena
mendesah terangsang. Untuk mengurangi rasa jijiknya Selly
membayangkan berciuman dengan Fredy, dengan begitu
kecanggungannya membalas French kiss Pak Dahlan juga berkurang,
bahkan kini dia lebih berani menggerakkan tangan memeluk kepala Pak
Dahlan di belakangnya. Dibawah guyuran air hangat mereka berciuman
dengan panas dalam posisi 99, sungguh menggairahkan. Setelah puas
berciuman, Pak Dahlan menyuruhnya menunggingkan tubuhnya dengan
kedua telapak tangan bertumpu di tembok. Kemudian dia lebarkan
sedikit paha gadis itu dan mulai memasukkan batang kemaluannya
dari belakang. Sadar akan segera kehilangan keperawanannya, Selly
menyesal dalam hatinya kenapa tidak dari waktu itu dia serahkan
keperawanan itu pada Fredy ketika terlibat petting dulu, sekarang
sesuatu yang dijaganya itu sebentar lagi direnggut oleh dosen bejat
yang dibencinya ini.
"Aaahhh !" Selly menjerit nyaring saat penis Pak Dahlan tertekan
masuk mengoyak vaginanya..
"Pertama kali masuk emang sakit Sel, tapi Bapak jamin kamu ntar
keenakan kok !" sahut Pak Dahlan membiarkan penisnya menancap di
vagina Selly agar gadis itu beradaptasi dan dia bisa meresapi
nikmatnya himpitan bibir kemaluan perawan yang masih sempit.
Sambil memegangi pantat Selly, Pak Dahlan mulai memaju-mundurkan
pinggulnya dengan frekuensi genjotan makin naik. Setiap pria itu
menyentakkan pinggulnya, Selly mendesah keras sampai suaranya
terdengar keluar, dia merasa perih dan ngilu, namun juga ada rasa
nikmat bercampur di dalamnya, penis yang menyesaki liang kemaluan
itu menggesek-gesek klitorisnya yang tentu saja merangsang
gairahnya. Tangannya dengan liar menggerayangi tubuhnya yang licin.
Pak Dahlan melenguh-lenguh seperti kerbau gila menikmati penisnya
menggesek-gesek dinding vagina Selly yang bergerinjal-gerinjal.
Suara mereka menyatu dengan suara siraman dan kecipak air di kamar
mandi. Pinggul Selly kini malah ikut bergoyang mengimbangi
sentakan-sentakan Pak Dahlan. Lama-lama Selly pun tidak tahan lagi,
tubuhnya menggelinjang karena klimaks, desahan panjang terdengar
dari mulutnya, dia merasakan mengeluarkan cairan dari vaginanya, tapi
bukan kencing, cairan hangat itu bercampur dengan darahnya meleleh
keluar selangkangannya. Selama klimaksnya, Pak Dahlan tidak
sedikitpun berhenti maupun memperlambat genjotannya, sebaliknya
dia semakin bersemangat melihat korbannya telah takluk. Pasca
klimaks, Selly merasa tubuhnya lemas dan tenaganya tercerai berai,
sebagai pria berpengalaman Pak Dahlan telah mengetahuinya, maka
tangan kokohnya melingkari perutnya untuk menopang tubuh gadis itu
dan dibawanya kembali dalam dekapannya pada posisi 99 sebelumnya.
Dia mundur selangkah sehingga air shower menyiram tepat di tubuh
Selly membasuh sabun di tubuhnya.
"Kamu puas kan Sel ?" tanyanya
Selly tidak menjawab, dia tetap membenci pria ini walau tidak bisa
dipungkiri pria ini juga yang barusan memberinya orgasme dahsyat.
Pak Dahlan lalu melepaskan pelukannya dan membiarkan tubuh Selly
yang masih lemas itu jatuh bersimpuh di depannya. Setelah
membersihkan penisnya yang berlumuran darah keperawanan dan
mematikan shower, dia perintahkan gadis itu berlutut menghadapnya
dan mengoral benda itu. Selly terpana memandangi penis hitam yang
mengacung tepat di depan mukanya, benda yang baru saja menodainya
dan juga sejumlah gadis lainnya. Suasana hening sejenak, yang
terdengar hanya sisa tetesan air shower, udara di dalam masih hangat
sehingga cermin wastafel berembun.
"Ayo pegang dan masukin mulut dong, tunggu apa lagi ?" Pak Dahlan
sepertinya tidak sabaran.
Dengan gemetaran dia menggerakkan tangannya menggenggam batang
itu dan memijatnya perlahan.
"Ayo, diemut dong, Bapak kan pengen ngerasain disepong sama kamu
Sel !" ulangnya dengan mendekatkan wajah Selly ke penisnya.
Selly melirik ke atas memandang pria itu dengan marah, tapi dia tetap
memasukkan penis itu ke mulutnya karena terpaksa. Itu adalah penis
kedua yang pernah masuk ke mulutnya setelah Fredy.
Selly pun mulai mengulum penis Pak Dahlan sambil mengocoknya, dia
mengeluarkan seluruh kemampuan oral seksnya termasuk menjilat dan
mengisap sehingga pria itu bergetar dan mengerang karena nikmatnya.
Kepala Selly maju mundur selama beberapa menit ke depan, mulutnya
sampai pegal karena penis yang berdiameter lebar itu menyesakkan
mulutnya. Selly merasakan kepala penis yang disunat itu makin
berdenyut-denyut dan pemiliknya juga makin mendesah.
"Telan pejunya Sel, Bapak keluar nih...yah...iyah....uuhh !" desah pria itu
bersamaan dengan muncratnya spermanya di mulut gadis itu.
Cairan itu sangat kental dan aromanya sengit, Selly sudah mau
memuntahkannya namun kepalanya ditahan pria itu, sehingga dia tidak
bisa menghindari sperma itu memenuhi mulutnya, cairan putih susu
itupun akhirnya tertelan olehnya. Dia tidak bisa berbuat apapun selain
cepat-cepat menelan cairan itu agar tidak terasa di mulutnya. Dia
merasa geli dan jijik, sperma pacarnya saja waktu itu tidak ditelannya,
tapi sperma pemerkosanya ini kini harus dia telan. Setelah
semprotannya selesaipun, Pak Dahlan memerintahkannya menjilati
bersih batang kemaluannya baru dilepaskan. Terpaksa dia menjilati
sisa-sisa sperma pada batang itu dan kepalanya yang seperti jamur,
pasca ejakulasi, ukuran benda itu berangsur-angsur menyusut dalam
mulutnya.
Setelah ejakulasi, Pak Dahlan membantunya bangkit berdiri.
"Hebat Sel, pelayanan kamu bener-bener mantap, Bapak janji bakal
bantu nilai kamu dan setiap kamu mendapat mata kuliah yang saya
ajarkan Bapak jamin nilai kamu A !" kata Pak Dahlan penuh kepuasan
dengan meletakkan kedua tangan di pundak Selly.
"Terima kasih" balas Selly dengan dingin "bagaimana dengan saudara
saya ?"
"Oo...tentu-tentu, kalian akan saya bantu, asal banyak bersikap manis
ke saya" jawabnya sambil tersenyum lebar dan kembali mendekap
gadis itu.
Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu dan suara pria di pintu
memanggil si dosen bejat itu. Pak Dahlan berjalan ke pintu sambil
mengelap tubuhnya dan melilitkan handuk itu ke pinggang. Selly
bersembunyi dibalik tirai plastik kala melihat Thalib muncul di pintu,
dia memberitahu bahwa ada telepon mencari majikannya itu di ruang
tengah sana. Tanpa meninggalkan pesan apapun Pak Dahlan
meninggalkannya sendirian di kamar mandi itu. Selly baru sadar
sperma tadi sempat menetes di dagu dan lehernya, diapun kembali
menyalakan shower untuk membersihkan tubuhnya, dengan air shower
itu juga dia berkumur-kumur mengurangi aroma sperma dan penis
yang masih terasa di mulutnya. Setelah selesai, diambilnya sebuah
handuk putih di dekat situ untuk mengeringkan tubuhnya. Saat itu dia
teringat lagi pada kembarannya, Selvy, buru-buru dia lilitkan handuk
pada tubuhnya dan keluar kamar mandi memanggil nama kembarannya,
namun di kamar sudah tidak ada seorangpun selain baju-baju yang
berceceran dan ranjang yang spreinya sudah kusut.
Gantungan kunci penerima sinyal yang berkedip-kedip pada tasnya di
meja memancing perhatiannya. Ada yang menelepon ke HP nya yang
hanya diaktifkan getarannya, dia melihat sudah tiga miscall dan dua
SMS masuk ke HP itu. Yang menelepon kali ini adalah pacarnya, Fredy.
"Hoi, Sel, ngapain aja kok daritadi gua telepon ga ada yang angkat sih,
gua telepon si Selvy punya juga gitu ?" sahut Fredy di telepon.
"Oohh...iya iya hehehe, sory abis ringtonenya lupa dinyalain lagi, tadi
kan ujian nih, sory banget yah !" jawab Selly dengan nada meyakinkan.
"Terus lu orang sekarang dimana nih ? gimana ujian tadi ?"
"Lancar-lancar aja kok Dy, sekarang lagi di kost temen sama-sama
ngerjain take home test nih"
"Ooo, ya udah, ntar malam gua juga lembur nih Sel, ntar kalau ujiannya
beres kita have fun yah, stress nih gua juga"
"Ok deh, sekarang jia you yah kerjanya biar si bos seneng ke lu
hehehe !"
"Lu juga yah Sel, semangat belajarnya, I luv u !"
"Iya, sama gua juga, see you, bye"
Telepon pun berakhir setelah Fredy membalas salam perpisahan Selly,
wajah Selly yang sempat tersenyum sebentar kembali muram setelah
sandiwara itu selesai. Dia merasa bersalah karena baru saja
membohonginya bahkan berselingkuh darinya. Ingin rasanya dia
meringkuk di pojok dan menangis sepuasnya kalau saja tidak teringat
tujuannya semula, mencari kembarannya.
Selly bergegas keluar dari kamar itu sambil memanggil nama
saudaranya. Di koridor dia mendengar suara kasak-kusuk dan desahan
tertahan dari bawah. Dia langsung berjalan ke arah tangga, baru
sampai di tengah tangga dia sudah terperangah dan menjerit kecil
menyaksikan apa yang terjadi di ruang tengah, bulu kuduknya
merinding menyaksikan adegan di sebuah sofa dimana Selvy sedang
duduk menaik-turunkan tubuhnya di pangkuan Pak Dahlan dengan
penis pria itu tertancap di vaginanya. Sementara Imron berdiri di
depannya menikmati penisnya diemut olehnya. Di sisi lainnya, Thalib,
si monster Quasimodo itu sedang asyik menciumi dan menggerayangi
buah dada Selvy. Imron dan Thalib menengokkan wajah sambil
menyeringai mesum melihat kedatangan Selly, sedangkan Selvy hanya
bisa menatap sayu ke arahnya karena sedang disibukkan dengan penis
di mulutnya. Selvy melalui tatapan matanya seolah mengatakan 'jangan
kesini, pergi sana atau mereka juga akan memangsamu!' Sebagai
saudara, Selly tentu saja tidak akan melakukan hal itu, melihat
kembarannya dikerjai seperti itu diapun merasakan seperti ada kontak
batin yang membuatnya bisa merasakan apa yang dirasakan Selvy.
"Lepaskan dia Pak, kasian dia dikeroyok gitu, tolong Pak saya
mohon !" seru Selvy menarik-narik lengan Imron yang sedang
menikmati penisnya dioral.
Imron yang merasa terganggu akhirnya melepaskan penisnya dari
Selvy dan berjalan mendekati Selly dengan wajah mesum memandangi
tubuhnya yang hanya dililit handuk. Selly sendiri sampai mundur-
mundur karena ngeri melihat ekpresi pria itu seperti binatang buas
yang hendak menerkamnya, penisnya yang basah masih tegak
mengacung masih perlu dikenyangkan.
Selly terdesak sampai ke lemari TV hingga tak bisa mundur lagi, Imron
memepetnya dan menyenderkan telapak tangan kirinya ke lemari tepat
sebelah kepala Selly.
"Non udah ngenganggu acara saya sama Non Selvy, sekarang Non mau
ngasih saya apa nih buat kompensasinya heh ?" katanya dekat
wajahnya hingga hembusan nafas itu terasa.
"Eengg...saya aja Pak, garap aja saya sepuas Bapak, saya cuma kasian
sama saudara saya !" jawabnya bergetar.
"Hehehe...bener-bener kasih persaudaraan yang membuat saya terharu,
emang Non yakin bakal lebih bisa muasin saya dari Non Selvy ?" tanya
Imron memeloroti martabat Selly.
Saat itu perasaan Selly sungguh galau dan bimbang, pandangan
matanya berpindah-pindah antara kembarannya yang sedang dikerjai
dua pria di sofa sana dan Imron di depannya. Secara jujur tentu dia
tidak rela disetubuhi oleh penjaga kampus mesum di depannya ini,
namun demi mengurangi penderitaan saudaranya, apa boleh buat
walaupun dirinya juga harus menahan malu berbuat seperti itu di
depan saudaranya sendiri. Setelah mengambil nafas panjang, diapun
meraih ujung handuk yang diselipkan sehingga handuk itu jatuh dan
terlihatlah tubuh telanjangnya yang mempesona. Lalu dia raih juga
tangan Imron dan meletakkannya di payudaranya.
"Ini yang anda mau kan Pak !" kata Selly dengan geram.
Imron menyeringai menatap wajah Selly sambil tangannya meremas
payudara itu.
Mengetahui Imron sudah tergoda olehnya, Selly melanjutkan
serangannya dengan melingkarkan tangannya di leher Imron dan
berinisiatif mencium bibir tebalnya. Meskipun jijik, Selly memaksakan
diri melakukannya, dia mengeluarkan segenap teknik berciumannya
pada Imron membuat Imron takjub akan perubahan reaksi gadis ini 180
derajat. Gairah si penjaga kampus bejat itu pun ikut naik, payudara
Selly yang kenyal dan berkulit lembut itu dia remasi dengan gemasnya,
tangan satunya turun ke bawah membelai punggung turun ke
pantatnya yang juga diremas dan ditepuk pelan. Selly membiarkan
lidah Imron menjilati lidahnya, bahkan dia sendiri ikut menggerakkan
lidahnya hingga saling berpagutan dengan Imron, payudaranya sengaja
dia gesekkan ke dada Imron untuk memancingnya. Sedang panas-
panasnya terlibat percumbuan dengan Imron tiba-tiba Selly merasa
ada tangan lain yang mengelusi pantat dan pahanya juga seperti ada
yang menjilat pahanya, dia membuka matanya yang terpejam dan
dilihatnya si bongkok, Thalib sedang berjongkok mengelusi tubuh
bawahnya, sepertinya dia sangat kagum dengan pahanya yang jenjang
lagi putih mulus sehingga tak tahan menjulurkan lidah menjilati kulit
pahanya. Selly merasa senang karena dengan begini dia membantu
meringankan beban kembarannya, kini Selvy tinggal melayani Pak
Dahlan seorang masih naik turun di atas pangkuan pria itu, namun dia
juga merasa bergidik membayangkan akan digumuli dua monster ini,
terutama Thalib yang mirip Quasimodo dari Notredame itu.
Selly berusaha memberikan pelayanan terbaiknya agar kedua monster
ini betah bersamanya dan tidak mengeroyok saudaranya. Sekarang dia
berlutut diantara keduanya, tangan kanannya menggenggam penis
Imron dan yang kiri penis Thalib. Dia membiarkan dirinya terhanyut
dalam gelombang birahi dan membuang segala rasa jijiknya demi
kembarannya. Kedua penis dalam genggamannya dihisap dan dijilat
secara bergantian.
"Huehehe...yang kakaknya ini lebih liar yah !" komentar Thalib ketika
Selly mengemut penisnya sambil tangan satunya mengocok penis
Imron.
"Iya, bener-bener kakak yang baik ya, demi saudaranya dia sampai
mau jadi perek buat kita berdua gini hehehe !" timpal Imron.
"Bajingan kalian !" Selly cuma bisa berteriak dalam hatinya mendengar
omongan yang begitu merendahkannya.
Dia memilih untuk memasrahkan diri untuk diapakan saja oleh dua
orang itu, yang penting mereka lebih mengarah dirinya. Lama-lama,
diapun mulai terbiasa dengan dua batang penis hitam itu dan makin
bersemangat mengoralnya.
"Wuih...sepongannya enak tenan loh !" ceracau Thalib yang penisnya
sedang dihisap-hisap dengan disertai sapuan lidah Selly.
Sebentar kemudian dia berpindah melayani penis Imron dengan cara
yang tidak jauh beda, dua orang itu telah dibuat gregetan oleh
pelayanannya.
Ketika Selly sibuk mengemuti penis Thalib, Imron berjalan ke
belakangnya dan memegangi pinggangnya, dia bersiap menusukkan
penisnya dari belakang. Selly yang merasakan kepala penis itu sudah
menyentuh bibir vaginanya melebarkan pahanya seolah menyambut.
Menyeruak masuklah batang itu ke vaginanya dan mulai
menggenjotnya dalam posisi doggie. Tangannya meremasi
payudaranya dari belakang sehingga makin memanaskan nafsunya.
Kembali rasa nyeri mendera vaginanya, apalagi penis Imron jauh lebih
keras dan panjang dibanding Pak Dahlan, erangan tertahan terdengar
dari mulutnya yang masih sibuk mengulum penis Thalib. Selly agak
kewalahan karena ini baru pertama kalinya melayani dua pria sekaligus
dan keduanya mengerjainya dengan brutal, setiap Imron menyodokkan
penisnya, penis Thalib yang sedang dikulumnya makin tertekan ke
dalam mulutnya. Tak lama kemudian, keluarlah sperma Thalib di mulut
Selly dan sekali lagi mulut Selly belepotan sperma karena genjotan
Imron membuatnya tidak konsentrasi menghisapnya sehingga cairan
itu berleleran di pinggir-pinggir mulutnya. Walaupun jijik, dia tetap
menelan habis cairan itu dan menjilati lelehan di pinggir bibirnya,
selain itu dia melakukan cleaning service yang mantap pada penis
Thalib sampai si bongkok itu blingsatan tidak karuan. Selly sendiri
mulai merasakan kembali sensasi yang tadi dirasakan di kamar mandi
bersama Pak Dahlan.
"Aaahhh !" erangnya ketika mencapai klimaks, lendir vaginanya
semakin banyak sampai terdengar bunyi berdecak dari tumbukan dua
alat kelamin mereka.
Selvy yang kini sedang ditindih tubuh gemuk Pak Dahlan dapat melihat
jelas di depan matanya saudara kembarnya yang rela beradegan panas
seperti seorang wanita haus seks demi meringankan bebannya. Air
mata Selvy makin mengalir menyaksikan pengorbanan itu, sementara
dia sendiri sedang menerima sodokan-sodokan penis Pak Dahlan.
Sambil tetap menggenjot, Pak Dahlan mendekatkan wajahnya ke Selvy
dan menciumi bibir mungilnya dengan ganas. Mau tidak mau Selvy
harus melayani permainan lidah Pak Dahlan yang liar.
"Eemmhh....eengghh !" desahnya tertahan ditengah gempuran-
gempuran Pak Dahlan.
Tangan gempal pria itu membelai paha dan pantatnya, kadang diselingi
remasan dan cubitan gemas yang mempermainkan nafsunya. Selvy
sudah sangat lelah karena sejak tadi disetubuhi sampai dia pasrah
mau diapakan saja, keringatnya sudah membanjir membuat tubuhnya
basah mengkilap, vaginanya pun terasa panas karena terus bergesekan
dengan penis pria-pria yang menyetubuhinya. Setelah sepuluh
menitan dalam posisi demikian, Pak Dahlan bangkit sambil
mengangkat tubuh Selvy tanpa melepas penisnya, dia membaringkan
diri telentang sehingga perutnya terlihat makin bulat, otomatis Selvy
sekarang terduduk di atas penisnya.
"Ayo, sekarang kamu dong yang goyang, Bapak cape nih goyang
terus !" perintahnya sambil tangannya meraih satu payudara gadis itu.
Selvy pun mulai menggerakkan tubuhnya naik turun sehingga Pak
Dahlan nampak sangat keenakan. Sambil menikmati goyangan Selvy,
tangannya menjelajahi lekuk-lekuk tubuhnya yang indah, yang paling
sering diremas adalah kedua payudaranya itu karena sangat
menggemaskan ketika terguncang-guncang seirama gerak naik-turun
pemiliknya. Selvy mendesah tak karuan merasakan penis itu menusuk-
nusuk vaginanya yang masih sempit. Matanya melihat tidak jauh dari
situ, Selly sedang disetubuhi si bongkok, Thalib di atas lantai beralas
karpet itu, tubuhnya bersandar pada Imron yang mendekapnya dari
belakang sambil menggerayangi payudaranya dan menciumi lehernya.
Tangan Selly nampak sedang memijati penis Imron. Thalib
bersemangat sekali menggenjot Selly, beberapa kali dia menyodok
dengan keras sehingga tubuh Selly tersentak dan mulutnya menjerit.
Selvy tidak tahan melihat adegan itu lama-lama, insting sebagai
saudara kembar membuatnya bisa merasakan apa yang dirasakan
saudaranya yang malah menambah deritanya. Untuk mengalihkan itu
dia memilih lebih berkonsentrasi pada pria di bawahnya itu. Dia makin
gencar menggoyang-goyangkan pinggulnya hingga tubuhnya mulai
mengejang lagi.
"Yah...terus goyangnya, Bapak juga dah mau !" desah Pak Dahlan
dengan mempererat cengkramannya pada payudara Selvy.
Mereka pun akhirnya orgasme bareng, suara desahan mereka terdengar
memenuhi ruang tengah. Sperma Pak Dahlan berlelehan diantara bibir
vagina Selvy dan penis Pak Dahlan yang masih terbenam disana.
"Hehe...liat tuh adik Non hebat juga ngentotnya, Non juga jangan mau
kalah hayo !" ejek Imron.
"Iya ayo, cewek kembar sama cantiknya, ngentotnya juga harus sama
jagonya !" si bongkok itu menimpali.
Kata-kata itu membuat hati dan telinganya panas, ingin rasanya dia
menghabisi ketiga bajingan itu kalau saja punya kemampuan untuk itu.
Tapi di lain pihak dirinya sendiri juga terbuai oleh rangsangan-
rangsangan dari mereka. Tak lama kemudian Thalib mengerang
panjang, ia telah orgasme dengan meremasi payudara kanan Selly
dengan brutal sehingga Selly pun merintih kesakitan. Penis Thalib
menyemprotkan sperma banyak sekali ke rahimnya. Frekuensi
genjotannya berangsur-angsur turun dan dengan nafas tersenggal-
senggal dia pun akhirnya memisahkan diri dari gadis itu.
"Whui...puas aku ngentotin cewek cakep gini, sekarang nyoba adiknya
ah !" ujar Thalib sambil menyeka keringar di dahinya lalu menghampiri
Selvy yang masih terkulai diatas tubuh tambun Pak Dahlan.
"Ja-jangan...jangan !" sahut Selly dengan tangan terjulur hendak
mencegah.
"Udah, ga apa-apa Non sekarang sama saya aja !" Imron makin
mendekap Selly yang meronta.
Untuk sementara Selly boleh lega karena Pak Dahlan ternyata masih
lelah sehingga dia tidak ikut menggarap Selvy. Tubuh Selvy sekarang
telah telentang dengan kaki terjuntai diatas meja ruang tengah dari
kayu dan sedang digerayangi Thalib yang berlutut di sampingnya. Si
bongkok itu tengah menjilati puting Selvy dan tangan satunya
mengelus-elus vaginanya untuk membangkitkan kembali libido gadis
itu. Ini bukannya pertama kali bagi Thalib, sebelumnya dia memang
sering kebagian 'jatah sisa' dari wanita-wanita yang digauli
majikannya yang dibawa ke rumah ini. Seperti sebuah makanan tersaji
di meja, Thalib menjilat serta menciumi sekujur tubuh mulus itu
dengan rakus. Tubuh Selvy menggeliat-geliat karenanya. Ciuman
Thalib berakhir diujung kaki gadis itu, setelah puas mengemut sejenak
jari kaki Selvy, si bongkok itu menyuruh Selvy membalikkan badan dan
menunggingkan pantat. Dengan lemas Selvy mengikuti saja apa
maunya, dia menungging dengan tubuh atas masih bersandar pada
meja sehingga payudaranya sedikit tertekan di meja. Thalib mulai
memasuki penisnya ke vagina Selvy, kali ini rasa sakitnya sudah tidak
seberapa lagi karena daerah kewanitaannya sudah licin dan terbiasa.
Sebentar kemudian tubuh mereka sudah menyatu dan bergoyang
mencari kenikmatannya.
Imron dan Selly sekarang telah berada disofa, tepatnya di belakang
meja tempat Selvy sedang disodok dari belakang oleh Thalib. Ditengah
sodokan-sodokan Thalib dari belakang Selvy dapat melihat di
depannya Pak Dahlan sedang merokok dan wajahnya senyum-senyum
menyaksikan sepasang kembar itu dikerjai habis-habisan sementara di
sebelahnya kembarannya sedang menaik-turunkan badan di pangkuan
Imron, nampak penis Imron basah mengkilap karena lendir dari vagina
Selly. Kepala Selly menengadah ke atas dan mengeluarkan desahan,
tangannya meremas rambut Imron yang sedang mengenyoti
payudaranya, pipi pria itu sampai kempot saking kuatnya mengenyot.
"Oohh...aahh...Pak !" erangan erotis Selly mewarnai setiap hentakan-
hentakan tubuhnya membuat Imron makin bersemangat dan turut
menghentakkan pinggulnya sehingga penisnya menusuk lebih dalam.
Gerakan Selly makin liar saat di ambang klimaks, dia memutar-mutar
pinggulnya sehingga rongga kemaluannya teraduk-aduk oleh penis
Imron. Akhirnya, Selly mengerang keras dengan tubuh menggelinjang.
Selama beberapa saat tubuhnya menggelinjang hingga akhirnya
melemas kembali. Namun, rupanya Imron belum orgasme, maka dia
menelentangkan tubuh Selly dengan menyandarkan kepalanya di bantal
kursi dan meneruskan genjotannya. Lendir yang keluar dari vagina
Selly sangat banyak sampai menetes sebagian ke kursi. Baru lima
menit kemudian Imron menyusul ke puncak dan menumpahkan
spermanya di perut dan buah dada Selly.
Sementara di meja pun situasi semakin panas, genjotan Thalib yang
semakin ganas menyebabkan desahan Selvy semakin keras pula. Si
bongkok itu juga meremas-remas pantat sintal Selvy dan sesekali
menepuknya. Tiba-tiba tubuh Thalib mengejang dan dari mulutnya
mengeluarkan erangan, saat itulah spermanya menyemprot di dalam
vagina Selvy, sekali lagi monster Quasimodo itu menghentakkan
pinggulnya sehingga sebagian sperma yang sudah bercampur lendir
kewanitaan itu meluap keluar membasahi daerah selangkangannya.
Selvy merasa pandangannya makin kabur dan kesadarannya mulai
hilang karena terlalu lelah digilir sejak tadi, diapun akhirnya ambruk
dengan tubuh tengkurap di meja dan tubuh bawah terjuntai ditopang
lutut. Dia baru bangun saat merasakan air hangat menerpa tubuhnya,
berangsur-angsur dia sadar dan menemukan dirinya di kamar mandi
sedang diguyur shower bersama Thalib dan Imron, sekali lagi mereka
menggumulinya sambil memandikannya. Baru sekitar jam sembilan
malam, Pak Dahlan mengantarkan mereka pulang ke kostnya dekat
kampus. Selly sempat diperkosa sekali lagi oleh Imron di jok belakang
dalam perjalanan dan Sevy yang kini duduk di depan menjadi korban
tangan jahil Pak Dahlan yang menggerayanginya hingga tiba di kost.
Si kembar pulang dengan rasa sakit di seluruh tubuh dan kenangan
pahit yang membuat mereka kehilangan kegadisannya. Hal itu juga
menjadi awal mereka menjadi budak seks Imron dan Pak Dahlan.
Belakangan dari Pak Dahlan mereka tahu bahwa Imronlah yang
mengatur kejadian di ruang kepala jurusan itu termasuk ide
menyalakan webcam untuk mengabadikan tubuh telanjang Selly yang
menjadi bagian dari rencana jahatnya. Kini mereka harus siap memberi
jatah jika diminta penjaga kampus bejat itu kapanpun dan dimanapun.
Sepasang bidadari kembar ini telah menambah panjang daftar korban
Imron yang akan terus bertambah.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.