Selasa, 03 Maret 2015

Nightmare Campus 2: Jesslyn's Tragedy

Siang itu, sekitar jam sebelas, suasana kampus Universitas *****
tempat Imron bekerja sedang ramai-ramainya. Saat itu, ketika Imron
sedang mengepel lantai di dekat kantin, lewatlah serombongan
mahasiswi yang terdiri dari empat orang di depannya. Keempatnya
memang cantik-cantik, namun ada satu diantaranya yang menarik
perhatian Imron, si penjaga kampus itu, bukan karena dia yang
tercantik, karena tiga lainnya juga sama cantiknya, melainkan karena
Imron merasa pernah melihat gadis ini sebelumnya, tapi entah dimana,
dia memutar otak mencoba mengingatnya. Aha...akhirnya dia teringat
dimana dia melihat gadis ini, dan ini berarti ada mangsa empuk hari ini
tanpa harus susah-susah berusaha, demikian katanya dalam hati
dengan seringai licik. Untuk lebih jelasnya marilah kita kembali sejenak
ke beberapa hari sebelumnya untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi.
LIMA HARI SEBELUMNYA :
Imron sedang berbaring di biliknya sambil jarinya mengutak-atik
tombol-tombol HP hasil temuan itu. Belakangan ini dia memang
sedang sibuk mempelajari penggunaan cameraphone itu, setting
bahasa yang telah diatur ke dalam Bahasa Indonesia dan otaknya yang
pada dasarnya cerdas mempercepatnya mengerti penggunaan teknologi
abad-21 ini. Sebuah program aplikasi dalam ponsel itu membuatnya
penasaran karena tidak bisa dijalankan, setiap masuk ke program itu
pasti akan ditanya password, program itu tidak lain 'Handy Photosafe'
yang berfungsi menyimpan file gambar yang bersifat pribadi. Tadinya
mau dia biarkan atau kalau perlu hapus saja program tidak berguna itu,
namun ketika dia melihat-lihat notes pada ponsel itu, mulailah dia
berpikir siapa tahu passwordnya ada di sini, karena selain jadwal
disitu juga terdapat beberapa catatan aneh. Iseng-iseng dicobanya
satu-satu kata-kata dalam notes itu, kalau bisa syukur, tidak pun tak
mengapa.
Tanpa diduga, salah satu kata dalam notes itu ternyata memang kata
sandi yang diminta sehingga dia dapat mengakses lebih jauh program
itu. Di dalamnyalah terdapat sekitar duapuluhan foto-foto perempuan
telanjang dan setengah telanjang yang sepertinya hasil jepretan
cameraphone itu. Hehehe...asyik rejeki nomplok, katanya dalam hati
sambil menikmati gambar-gambar itu. Waktu itu belum terpikir olehnya
kalau salah satu gadis di file itu adalah mahasiswi di kampus
tempatnya bekerja, dia baru tahu hari ini ketika gadis tersebut lewat di
depannya.
Chapter II : Jesslyn's Tragedy
Masih belum yakin, dia buru-buru masuk ke gudang peralatan di dekat
situ dan mengeluarkan cameraphonenya, dilihatnya sekali lagi gadis
dalam gambar itu untuk memastikan. Ya, sepertinya tidak salah lagi itu
memang dia, nama filenya jesslyncute03.jpg. Hmmm...apakah namanya
Jesslyn pikirnya, kalau benar kemungkinan besar nomor HPnya juga
ada dalam daftar teleponnya. Buru-buru dia membuka daftar nomor
pada cameraphone itu dan benar disitu memang ada nama Jesslyn,
tapi apakah itu nomornya. Dihubungilah nomor itu sambil mengamati
lewat kaca nako, senyum kemenangan muncul di wajahnya ketika
gadis itu mengangkat ponselnya dari tasnya menjawab panggilannya.
"Eh, Ricky udah ketemu yah HP lu !" katanya begitu mengangkat HP-
nya
"Hai Jesslyn, foto-fotonya bagus sekali senang loh melihatnya,
hehehe...!"
Ekspresi kaget terlihat dari wajahnya begitu mendengar jawaban
dengan suara berat itu, dia nampak meminta ijin meninggalkan meja
pada teman-temannya dan berjalan ke tempat yang lebih sepi.
"Siapa ini, apa maksudlu !" katanya dengan nada panik
"Hehehe...saya cuma ngomentarin foto Non di HP ini kok, abis cantik,
terus bodynya wuiihhhh, jadi saya sekalian mau minta ijin buat dicetak
terus dijual...hehehe"
"Heh bangsat, apa sih maulu sebenernya, kalo berani keluar, jangan
jadi pengecut !" nadanya mulai marah.
"Huehehe...jangan marah-marah gitu Non, jadi takut ah, padahal kan
Non besok bakal jadi selebritis di kampus setelah foto-foto asoy Non
dipajang di papan pengumuman"
Perkataan barusan sontak membuat Jesslyn bagai disambar petir, dia
sadar dirinya telah terjebak dalam situasi tidak menguntungkan
sekaligus menyesali dulu pernah membuat foto-foto seperti itu untuk
Ricky, mantan pacarnya yang juga pemilik HP yang tertinggal itu.
"Tolong, jangan, lu mau apa sebenarnya, kita rundingkan dulu
gimana ?" katanya gugup
"Hmm...boleh memang itu yang mau saya bicarakan, gini aja Non, kita
ketemu jam tiga nanti di mini teater, di gedung sastra lantai lima untuk
membicarakannya, dan oo..iya pastikan jangan ada yang tahu apa yang
kita bicarakan sekarang kalau tidak mau yang lain tahu" katanya
sebelum menutup pembicaraan.
Gadis itu kembali ke mejanya dengan wajah lesu, dia menggeleng
dengan senyum dipaksa saja ketika teman-temannya menanyakan hal
itu dan menjawab dengan alasan dibuat-buat. Dia tetap bersikap biasa
dan pura-pura riang di depan mereka agar tidak ada yang curiga.
Selama mengikuti perkuliahan di kelas dia tidak konsen memikirkan
apa yang akan dilakukannya nanti dan apa yang akan diperbuat orang
tak dikenal itu terhadapnya, juga merasa kesal dan marah pada orang
keterlaluan itu.
Jesslyn, nama gadis itu, baru berumur 19tahun dan memasuki tahun
keduanya kuliah di fakultas teknik industri. Parasnya cantik, berkulit
putih bersih dengan tinggi 170cm dan berat 49kg, payudaranya
berukuran sedang, pas dengan postur tubuhnya, rambutnya yang dicat
kemerahan terurai sedada. Orang bilang dia mirip Lee Hyori, personel
group penyanyi Fin. K.L. asal Korea. Hari itu dia memakai tanktop pink
berdada rendah dengan setelan luar berwarna putih, bawahannya
memakai celana panjang putih 3/4 yang menjiplak tungkainya yang
ramping dan panjang serta memperlihatkan betisnya yang putih mulus.
Foto-foto itu memang pernah dia buat waktu berpacaran dengan Ricky
yang baru saja putus baik-baik dua bulan lalu. Sebenarnya ketika
mendengar Ricky kehilangan HPnya itu, hatinya sudah was-was kalau
saja foto itu ada yang melihat, dia cuma bisa berharap orang yang
menemukan HP itu tidak mengetahui passwordnya. Sekarang apa yang
ditakutinya itu benar-benar terjadi, orang itu telah menemukan
passwordnya gara-gara kecerobohan Ricky sendiri yang memang
pelupa sehingga dia menaruh password di notes.
Jam tiga, waktu yang ditentukan pun tiba, kampus sudah mulai sepi,
terutama di lantai-lantai atas. Ketika dia memasuki lift pun sudah tidak
ada siapa-siapa lagi, jantungnya semakin berdebar-debar seiring
dengan angka pada lift yang makin menaik. Ting ! pintu lift membuka,
tibalah dia di lantai lima, langkahnya terasa berat menyusuri koridor
yang sudah sepi itu hingga akhirnya dia tiba di depan mini teater yang
dimaksud, ruangan itu berfungsi sebagai ruang multimedia bagi anak
sastra, untuk menonton film ataupun presentasi, untuk itu piranti
seperti vcd/dvd player, video tape, dan proyektor lengkap tersedia
disana. Jam-jam segini fakultas sastra umumnya sudah tidak ada
kuliah lagi, itulah mengapa Imron memilih tempat ini. Setelah lima
menit menunggu tanpa melihat seorangpun, diapun menghubungi
nomor (bekas) Ricky.
"Aahh...Non Jesslyn, gimana janji kita ?" jawab suara di seberang sana
begitu diangkat.
"Ga usah basa-basi lah, lu dimana, gua ini udah di depan mini teater
tau" jawabnya ketus
"Oohh...bagus-bagus, akhirnya Non dateng juga, saya kira mau batalin
janji, kalau gitu silakan buka aja pintunya Non, ga dikunci kok, saya
udah seperempat jam disini, khusus nungguin Non, hehehe !"
Dengan tegang dia membuka pintu itu dan seraut wajah tua tak
bersahabat muncul.
"Ooo...Non Jesslyn, mari masuk sudah saya tunggu daritadi" sapa
orang itu
"Jadi Bapak orangnya, kurang ajar, berani-beraninya...!" bentak Jesslyn
memelototkan matanya.
"Kurang ajar yah, heheheh...udah ah Non, jangan marah-marah gitu
lagi, serem ah !" katanya dengan nada mengejek "kita disini kan buat
berunding Non, lupa ya ?"
"Tolong Pak, serahkan HPnya ke saya atau paling tidak hapus foto-
fotonya !" pintanya
"Yeehh...masa gampang gitu Non, saya susah payah ngundang Non
kesini cuma buat itu" katanya mencibir
"Heh...denger yah, Bapak bisa saya laporkan ke polisi tau !" bentaknya
bertambah emosi
"Wah...asyik dong, polisinya untung tuh bisa ngeliatin foto-foto ini
terus yang lain juga bakal tau juga" timpalnya kalem sambil
menunjukkan foto bugil dirinya di HP itu.
Jawaban itu langsung membuatnya terkesiap tanpa sanggup berkata-
kata lagi selain menatap Imron yang tersenyum penuh kemenangan,
ruangan itu sunyi sejenak.
"Foto-foto ini ga akan Bapak publikasikan dan Bapak juga akan tutup
mulut" katanya memecah kesunyian "asal Non..." sambil melanjutkan
kata-katanya dia mendekati Jesslyn dan meraih kerah setelan luarnya
untuk dilucuti.
"Tidak, jangan macam-macam Pak !" katanya dengan menahan
tangannya.
"Hhmmhh...jadi ga setuju nih ? ya udah, ga maksa kok, kalau gitu
sekarang Bapak ke tempat cetak digital aja"
Tak berdaya Jesslyn dibuatnya, pikirannya kalut dan panik
membayangkan apa yang bakal terjadi kalau foto-foto itu tersebar.
Karena tak ada jalan lain lagi, dia menurunkan tangannya membiarkan
Imron membuka setelan luarnya, kain itu pun jatuh ke lantai sehingga
kini bahu dan lengannya yang putih mulus itu dapat dilihat Imron. Dia
tidak tahu harus bagaimana lagi selain yang satu ini.
"Nah, gitu dong, ternyata Non pinter memilih mana yang lebih baik"
kata Imron seraya berjalan ke pintu di belakang Jesslyn lalu
menguncinya.
Imron mengitari sejenak tubuhnya mengamat-ngamati kesempurnaan
tubuh yang langsing bak biola itu. Tatapan Imron yang jalang itu
menyebabkan wajahnya tertunduk malu dan kedua tangannya
disilangkan di dada padahal belum juga ditelanjangi. Tak bisa lagi
menahan nafsunya, Imron mendekap tubuh Jesslyn dari belakang.
"Pak jangan, aahh...sudah lepaskan !" Jesslyn berusaha berontak
ketika tangan itu mulai merambahi payudaranya.
"Udahlah Non, nurut aja biar kita sama-sama enak, kalau Non
berontak terus saya bakal main kasar loh, mau ?!"
Kemudian tangannya mencengkram buah dada Jesslyn dari luar dan
meremasinya dengan gemas, rambut panjangnya dia sibakkan ke kiri
dan menghirup aroma tubuhnya yang harum. Perasaan jijik ditambah
putus asa membuatnya meneteskan air mata, dirasakannya ada benda
mengganjal pantatnya dari balik celana Imron, dia mulai terangsang
ketika lidah Imron menyapu telak lehernya sehingga membuat bulu
kuduknya merinding. Imron meneruskan rangsangannya dengan
mejilati telinga Jesslyn, lidahnya didorong-dorong ke lubang
telinganya menyebabkan Jesslyn menggelinjang dan meronta kecil
antara menolak dan terangsang.
"Jangan...jangan, ahhh...ahh !" katanya menghiba
Tangan kanannya kini mulai menyusup lewat bawah baju Jesslyn
menyentuh perutnya dan menyusup ke balik bra-nya. Jesslyn
menggeliat karena tangan kasar itu terasa geli di payudaranya yang
halus, terlebih ketika Imron menggesekkan jarinya pada putingnya.
Sambil merasakan kepadatan dan kehalusan payudara Jesslyn, Imron
terus mencupangi lehernya yang jenjang meninggalkan bekas merah
pada kulit putih itu. Jesslyn hanya bisa menggigit bibir bawah dengan
mata terpejam menerima serbuan-serbuan erotis pria setengah baya
ini. Sekarang tangan satunya bergerak ke bawah perut melepaskan
sabuknya.
"Nggak Pak, jangan disitu !" desisnya dengan terisak
Tanpa mempedulikan ocehan Jesslyn, Imron terus bergerak membuka
kancing disusul resleting celananya, dan masuklah tangan kirinya
lewat atas celana dalamnya, dirasakannya bulu-bulu halus yang
menyelimuti daerah kewanitaannya.
Tangannya mula-mula hanya mengelus-elus permukaanya, lalu
sebentar kemudian jarinya mulai merayap masuk ke belahannya
mengaduk-aduk bagian dalamnya. Hal ini membuat tubuh Jesslyn
bergetar dan nafasnya semakin tidak teratur, rupanya dia sudah tak
kuasa menahan diri lagi. Mulutnya menceracau tak jelas dan kakinya
terasa lemas, kalau saja tidak didekap Imron mungkin tubuhnya
kehilangan topangan. Imron meningkatkan serangannya untuk
membuat gadis itu takluk sepenuhnya dengan cara memainkan
klitorisnya, daging kecil itu dia gesekkan pada jarinya dan sesekali
dipencet-pencet sehingga pemiliknya tersentak dan mengerang,
Jesslyn tinggal pasrah saja membiarkan Imron mengocok-ngocok
vaginanya dengan jarinya.
"Haha...mulai konak ya Non, liat udah basah gini !" ejeknya dekat
telinga Jesslyn
Kalau mau terus terang, memang Jesslyn sudah terangsang berat,
namun disisi lain dia juga merasa harga dirinya direndahkan oleh
penjaga kampus itu, hal ini jelas-jelas pemerkosaan.
Beberapa saat kemudian, Imron mengeluarkan tangannya dari celana
Jesslyn, jari-jarinya basah oleh lendir vagina. Dia lantas mengangkat
Jesslyn dengan kedua lengan kokohnya.
"Aaww...mau apa Pak, lepasin, lepasin !" Jesslyn menjerit kecil sambil
meronta-ronta
Dibaringkannya tubuh itu diatas sebuah meja dengan kedua kaki
terjuntai. Begitu menurunkan tubuh Jesslyn, Imron langsung mencopot
tank-top beserta bra dibaliknya lalu dilemparkan ke belakang, rontaan
Jesslyn malah membuat Imron semakin bernafsu. Dengan sigap
ditangkapnya kedua pergelangan tangan Jesslyn lalu mencondongkan
tubuhnya ke depan sampai hampir menindihnya. Jesslyn
menggelengkan kepalanya kekiri dan kanan menghindari Imron yang
makin mendekatkan wajahnya untuk menciuminya.
"Nggak mau Pak, jangan...minggir...mmmhh !" kata-katanya terhenti
saat bibir Imron akhirnya melumat bibir mungilnya.
Jesslyn merapatkan bibirnya kuat-kuat sebagai tanda penolakan,
namun lama-lama pertahanannya bobol juga karena Imron terus
merangsangnya dengan menjilati bibirnya dan mendesak-desakkan
lidahnya. Mulut Jesslyn mulai membuka dan secara refleks menyambut
lidah Imron dan beradu dengan panasnya. Merasa korbannya sudah
berhasil dijinakkan, Imron melepas pegangannya pada tangannya dan
beralih mengelusi payudaranya. Nafas Jesslyn sudah putus-putus
ketika Imron melepas ciumannya, dia memalingkan wajahnya ke
samping, tapi Imron menatap wajah cantiknya dan mengelus wajahnya.
"Non ini cantik sekali, Bapak emang beruntung hari ini Non mau
ngentot sama Bapak !" pujinya.
"Siapa yang mau main sama lu kalo ga dijebak gini, dasar bajingan
licik !" umpat Jesslyn dalam hati dengan tatapan penuh kebencian.
Sekarang sasarannya adalah kedua payudara montok Jesslyn, Imron
dengan rakus melumat daging kenyal itu dengan mulutnya, dikenyot
dan dijilati, sementara tangannya meremasi yang sebelahnya. Jesslyn
meringis di tengah desahannya karena payudaranya terasa sakit oleh
remasan Imron yang kasar.
"Ooohh...!" desahnya ketika Imron menyentil-nyentilkan lidahnya pada
putingnya yang sensitif, kadang disertai gigitan kecil yang
membuatnya makin menggelinjang.
Setelah puas menyusu, Imron melepaskan sepatu bertumit tinggi yang
dipakai Jesslyn agar bisa meloloskan celananya. Kembali Jesslyn
hanya bisa pasrah saja ketika celana berikut celana dalamnya ditarik
lepas sehingga kedua paha mulus dan kemaluannya yang berbulu
lebat pun terlihat. Hawa dingin dari AC menerpa tubuhnya yang sudah
telanjang bulat. Segera setelah menelanjanginya, Imron pun membuka
seluruh pakaiannya hingga sama-sama bugil.
Jesslyn terhenyak dengan menyilangkan kedua tangan menutupi dada
dan mengatupkan kedua belah pahanya melihat penis Imron yang
hitam besar itu sudah mengacung dengan gagahnya.
"Tenang aja Non, sekarang Bapak mau ngelicinin memek Non dulu biar
Non ga kesakitan nanti !" katanya seraya mendorong tubuh Jesslyn
kembali rebah di meja.
Diambilnya sebuah kursi dan dia duduk tepat di depan kemaluan
Jesslyn seperti dokter kandungan sedang memeriksa pasiennya saja.
Kedua tungkai Jesslyn yang menjuntai diangkatnya dan diletakkan di
bahunya. Matanya menatap tajam kearah kemaluan yang sudah basah
itu, hembusan nafasnya makin terasa bersamaan dengan wajahnya
yang makin mendekat.
"Aahhh...Pak !" desahan halus keluar dari mulutnya saat Imron
menyapukan lidahnya pada bibir kemaluannya.
Lidah Imron semakin liar saja, kini lidah itu memasuki liang vaginanya
dan bertemu dengan klitorisnya. Badan Jesslyn bergetar seperti
tersengat listrik dengan mata merem-melek Bukan saja menjilati, Imron
juga memutar-mutarkan telunjuknya di liang itu, sementara tangan
lainnya mengelusi paha dan pantatnya yang mulus.
Permainan mulut Imron pada daerah yang paling pribadinya itu mau
tidak mau membawa perubahan pada dirinya. Geliat tubuhnya sekarang
tidak lagi menunjukkan perlawanan, dia nampak hanyut menikmati
perlakuan Imron, hati kecilnya menginginkan Imron meneruskan
aksinya hingga tuntas. Dibawah sana Imron makin meningkatkan
serangannya menjilat dan mengisap vaginanya.
"Mmmhh...memeknya asoy banget Non, rajin dirawat yah ?" gumam
Imron ditengah aktivitasnya.
Sepuluh menit kemudian, tanpa dapat ditahan lagi cairan pelumas
membanjir keluar dari vaginanya diiringi erangan panjang,tubuhnya
menggelinjang tak terkendali, ya...dia telah orgasme, orgasme dari
orang yang menjebak dan memperkosanya. Imron dengan rakusnya
menyeruput cairan yang keluar seperti orang kelaparan, terdengar
bunyi sslluurpp....sssrrppp...! dari hisapannya.
Tubuh Jesslyn pun melemas setelah menegang sesaat, matanya
terpejam dengan nafas terengah-engah. Tiba-tiba dia membelakakan
matanya karena merasakan suatu benda tumpul menyentuh bibir
vaginanya.
"Jangan...jangan masukin !" katanya dengan suara lemas
Dia terlalu lemas untuk meronta setelah orgasmenya barusan. Kini
Imron telah berdiri diantara kedua pahanya dengan kepala penis sudah
menempel di vaginanya, kedua betis Jesslyn dia sangkutkan di
bahunya yang lebar.
"Nah, sekarang udah licin Non, ga bakal sakit, tahan yah, uuhh...!!"
begitu menyelesaikan kata-katanya ditekannya penis itu masuk.
Jesslyn merintih menahan nyeri saat penis besar itu menyeruak ke
dalam kemaluannya yang sempit, demikian juga Imron meringis
menahan sakit merasakan penisnya tergesek dinding vaginanya.
Dengan beberapa kali gerakan tarik dorong yang keras maupun lembut,
penis itu akhirnya terbenam seluruhnya. Mata Jesslyn sudah basah
oleh air mata ketika itu, tangisan yang disebabkan rasa frustasi, nyeri,
dan ketidakberdayaan.
Penis itu terasa sangat sesak di liang vaginanya, ini memang bukan
pertama kalinya bagi Jesslyn, namun penis mantan pacarnya, Ricky
tidaklah sebesar milik Imron.
"Oohh...enak banget Non, sempit, legit, padahal udah gak perawan,
hehehe...!" katanya sambil menggenjot.
Imron meningkatkan tempo goyangannya, penis yang besar dan
berurat itu menggesek dan menekan klitorisnya ke dalam setiap kali
menghujam. Kedua payudaranya yang membusung tegak itu ikut
berguncang hebat seirama guncangan badannya. Imron meraih yang
sebelah kanan dan meremasnya dengan gemas. Gairah Jesslyn mulai
bangkit lagi, dia merasakan kenikmatan yang berbeda dari biasanya,
yang tidak didapatnya saat bercinta dengan mantan pacarnya itu,
ditambah lagi sudah sejak putus dua bulan yang lalu tubuhnya
merindukan belaian pria. Tanpa disadari dia juga ikut menggoyangkan
pinggulnya seolah merespon gerakan Imron.
"Turun Non, kita ganti gaya !" perintahnya
Mungkin karena saking terangsangnya, Jesslyn menurut saja apa yang
dimintanya, Imron mengatur posisinya berdiri dengan pantat agak
ditunggingkan, tangannya bertumpu pada meja di depannya. Dan,
penis Imron kembali memasuki vaginanya dari belakang. Dalam posisi
demikian, Imron memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan
pada kedua payudara Jesslyn. Mulutnya sibuk menciumi pundak dan
lehernya membuat Jesslyn serasa melayang, sekonyong-konyong dia
tidak merasa diperkosa karena turut menikmatinya. Ditariknya wajah
Jesslyn hingga menengok ke belakang dan begitu wajahnya menoleh
bibir tebalnya langsung memagut bibirnya. Karena sudah pasrah,
Jesslyn pun ikut membalas ciumannya, lidah mereka saling membelit
dan beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir bibir.
Setelah sepuluh menit dalam posisi berdiri itu, Jesslyn merasa
genjotanya makin kencang dan disusul cairan hangat memenuhi
rahimnya. Imron melenguh panjang, penisnya masih menghujam-hujam
namun frekuensi goyangannya menurun, sperma yang ditumpahkannya
sebagian meleleh membasahi selangkangan Jesslyn. Untuk yang satu
ini Jesslyn merasa agak lega karena saat itu bukan masa suburnya,
tapi juga merasa kesal Imron menumpahkan spermanya sembarangan
tanpa bertanya terlebih dulu, bagaimana seandainya kalau saat itu
sedang subur, tapi...kalaupun ya, apakah Imron mau tahu.
"Ohh...apa yang terjadi padaku, ini pemerkosaan, tapi kenapa...kenapa
aku malah menikmati, dengan orang macam ini pula !" Jesslyn
mengalami konflik batin sedemikian rupa, tak habis pikir dia
bagaimana mungkin dirinya begitu bergairah menikmati persetubuhan
barusan, "bagaimana mungkin seorang penjaga kampus rendahan
seperti ini bisa berbuat seperti itu terhadapku, seorang mahasiswi
terpelajar, anak dari keluarga terhormat, ini gila...gila!" seribu satu
konflik berkecamuk dalam pikirannya.
Jesslyn masih terbengong-bengong dengan tatapan mata kosong
ketika gairah Imron mulai bangkit lagi. Dia menarik tubuhnya dari meja
dan berpindah ke lantai tanpa melepas penisnya yang masih
menancap, lalu diaturnya posisi Jesslyn seperti merangkak. Rasa
dingin dari lantai marmer putih menjalari tubuh Jesslyn begitu lutut
dan tangannya menempel di sana. Kembali Imron menghujam-
hujamkan penisnya dengan berbagai variasi, Jesslyn pun
mengiringinya dengan desahan. Sensasi nikmat mengaliri tubuh gadis
itu, sampai suatu saat dia merasa dinding-dinding kemaluannya makin
berdenyut-denyut serta makin menjepit kuat penis yang sedang
menghajarnya.
"Aahh...Pak...Pak...!" desisnya saat diambang klimaks
Desahan Jesslyn semakin seru sampai dia merasa ada sesuatu yang
meledak-ledak dalam dirinya, tubuhnya mengejang hebat, dan cairan
kewanitaannya bercampur dengan sperma yang tadi ditumpahkan
Imron meleleh keluar membasahi paha dalamnya.
Ketika gelombang klimaks mulai surut, Imron melepas penisnya dan
pindah ke depan, rambut kemerahannya dia jenggut sehingga tubuhnya
terangkat ke posisi berlutut.
"Isap Non, cepet !" perintahnya setengah memaksa.
Karena ingin secepatnya menuntaskan penderitaan ini, Jesslyn pun
meraih penis yang sudah penuh lendir itu, sambil memejamkan mata
dimasukkannya benda itu kemulutnya. Walaupun merasa jijik dengan
baunya dan bulu-bulu kasarnya yang sudah basah, dia mau tidak mau
mengulumnya, menghisap dan memainkan lidahnya dengan harapan
bajingan ini keluar secepatnya dan membebaskannya.
"Mmmm...gitu Non, gitu, ternyata Non nyepongnya jago yah !"
komentar Imron sambil merem-melek menikmati emutan Jesslyn.
Lima menitan kemudian, Imron mengerang panjang bersamaan dengan
menyemprotnya spermanya di dalam mulut Jesslyn. Jesslyn gelagapan
karena keluarnya cukup banyak, sebagian cairan kental itu meluap
membasahi bibirnya. Sebelum semprotannya berhenti, Imron sudah
menarik penisnya dari mulut Jesslyn sehingga sisanya yang tinggal
sedikit mendarat di pipi dan hidung mancungnya.
Tubuh Jesslyn ambruk di lantai yang dingin, nafasnya naik turun
mengambil udara segar setelah beberapa saat disumpal penis besar.
Badannya terasa pegal-pegal, keringat membasahi sekujur tubuhnya
walaupun ruangan itu ber-AC. Imron menyuruhnya tutup mulut tentang
kejadian ini, juga tentang ponsel yang ternyata milik mantan pacarnya
itu kalau mau rahasianya aman. Begitu sampai di rumahnya, Jesslyn
langsung menyiram dirinya di bawah shower, membersihkan tubuhnya
dari kenajisan yang baru dialaminya. Tubuhnya terduduk di box shower
itu dan mulai menangis menumpahkan segala perasaannya yang
campur aduk itu. Di saat yang sama Imron pun sedang mandi, cuma
bedanya Imron sambil senyum-senyum, sebuah senyum kepuasan
karena telah berhasil menambah satu nama lagi dalam daftar
korbannya yang akan terus bertambah.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.