Selasa, 03 Maret 2015

Alfi dan Bu Gurunya yang Cantik

Rok Niken terangkat sedikit di atas lutut ketika dia
menyilangkan
kakinya yang panjang semampai membentuk betis yang indah.
Bu
Niken, guru Bahasa Indonesia itu sibuk menerangkan pelajaran
di
depan kelas namun pikiran Alfi tak sedikitpun menyimak
pelajaran.
Matanya mengikuti kemanapun tubuh semampai itu bergerak.
Alfi
tidak punya otak yang pandai, modalnya hanyalah sperma
yang
terus berproduksi. Namun Alfi tidak juga dapat disalahkan,
Niken
memang luar biasa menarik, apa-apa yang dimilikinya
sanggup
membuat lelaki manapun bertekuk lutut. Ia memang
primadona di
sekolah itu. Tidak hanya murid laki-laki tapi para guru pun tak
dapat melepas pandangannya saat melihat wanita itu. Niken
berkulit putih, berwajah cantik dengan rambut hitam terurai
sedada
dan berumur 25 tahun. Seorang sarjana sasra lulusan dari
perguruan tinggi terkemuka. Lajang yang dua bulan lagi
dipersunting seorang pengusaha muda kaya. Satu jam
pelajaran
terasa singkat bagi Alfi.
"Uuuu... sudah bel" gerutunya
Beruntung bagi Alfi ia duduk di persis depan meja guru.
Posisinya
paling dekat. Matanya sesekali menatap tonjolan indah pada
dada
Niken. Meski menghayalkan tubuh indah sang ibu guru namun
ia
harus tetap berhati-hati mencuri pandang agar Niken tak
curiga.
Tapi penisnya terasa nyeri akibat mendesak celana seragam
sempitnya. Itu memang celana pendek yang sesuai bagi anak
seusia Alfi tapi tidak untuk anak itu. Benda itu tumbuh
sedemikian
besar setelah bertahun-tahun di pakai ngentot. Alfi juga ingat
bagaimana telatennya Sriti dulu mengocok penisnya
mempergunakan ramuan campuran air teh basi dan beberapa
jamu-
jamuan.
"Untuk apa campuran ini kak?" tanya anak itu bingung, ia
sungguh
tak menyukai aroma yang hinggap di hidungnya.
"Biar punya kamu tambah gede dan kamu bakal menaklukan
banyak
wanita kelak Fii" ujar Sriti saat itu.
Setiap pagi barangnya digodok dengan ramuan itu, Bertahun-
tahun
kemudian baru terlihat manfaatnya. Penisnya tidak hanya
bertambah besar dan panjang, namun efek ramuan itu juga
membuat otot-otot tetap kaku setelah berejakulasi.
"Uh sakit" keluhnya
Anak itu kesal, napsunya yang memuncak tak dapat ia
salurkan
sementara Sandra sedang ke kota G bersama suaminya
Didiet.
Nadine sudah dua hari ini terserang flu demam dan Dian
sedang
halangan. Masih terngiang ucapan Nadine pagi tadi sebelum
ia
berangkat ke sekolah
"maaf ya Fi, kakak belum bisa ngasih kamu pagi ini, tubuh
kakak
masih lemas." ujar Nadine berusaha memberi pengertian.
"kalau kamu mau biar kakak oral, mau?" ujar Dian nampak iba
"Ngga usah kak, biar Alfi tahan"
Kedua wanita itu tersenyum geli melihat Alfi pergi ke sekolah
dengan muka cemberut.
Alfi memang memiliki libido tidak normal dan nyaris tak
terkendalikan, spermanya terlalu cepat berproduksi hingga
testisnya bagai tak dapat menampungnya. Sandra dan kedua
sahabatnya nyaris kewalahan meski Alfi mengiliri mereka
bertiga
setiap malamnya. Ketika pelajaran usai, Alfi seperti enggan
untuk
cepat pulang ke rumah. Ia tahu ke dua bidadarinya belum bisa
ia
jamah. Ia duduk satu persatu para siswa pergi meninggalkan
sekolah semakin lama semakin sepi hingga akhirnya tinggal ia
sendiri duduk sambil merenungi perjalanan hidupnya yang
beruntung. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada sosok makhluk
cantik yang selama ini di pujanya. Niken baru keluar dari
kantor,
sepertinya ia baru selesai mengkoreksi ulangan kelas Alfi tadi
dan
akan pulang. Saat melangkah pada sebuah anak tangga,
wanita itu
tiba-tiba terhuyung jatuh. Alfi secara reflek memburu ke sana
untuk
membantu. Niken terpleset dan pergelangan kakinya terkilir
hingga
ia tak mampu berdiri
"Aduhh..duhh.." erangnya saat sakit menjalar pada bagian
yang
terkilir tadi.
"Bu mari Alfi bantu" ujar anak itu iba melihat gurunya yang
cantik
itu merintih kesakitan.
Beruntung ia belum jauh dari kantor. Alfi membantu wanita itu
bangkit dan menuntunnya perlahan duduk di bangku.
"ibu tunggu disini Alfi cari air hangat buat kompres"
Belum sempat Niken mencegahnya Anak itu sudah lenyap ke
balik
pintu. Dua menit kemudia ia kembali dengan sebaskom air
hangat
dan balsam. Alfi lalu meletakan baskom berisi air hangat di
lantai.
"bu masukan kaki ibu ke air nanti Alfi urut yang terkilir tadi"
Sebenarnya Niken agak jengah diperlakukan seperti itu.
Namun ia
menghargai usaha Alfi yang sudah bersusah payah
mengobatinya.
Lagian kakinya memang terasa sakit sekali.
"pelan-pelan ya Fi..." ujarnya lirih
Alfi mengurut lembut pergelangan kaki Niken. Tangannya
gemetar
saat bersentuhan dengan kulit halus wanita itu. Sekilas ia
melirik
lutut hingga ke ujung jari yang dekat sekali dengan wajahnya.
Semuanya terlihat begitu indah bahkan tercium bau harum
berasal
dari tubuh wanita itu.
"untung tidak parah, sepertinya ibu cuma terkilir tidak sampai
retak
atau patah"
Pijatan Alfi membuatnya agak nyaman dan perlahan rasa
sakitnya
mulai reda.
"Gimana ulangan yang ibu kasih tadi, kamu bisakan?" tanya
wanita
itu memecah kekakuan
Anak itu hanya menggeleng
"Soalnya susah banget bu. Alfi tadi cuma bisa jawab sedikit-
sedikit"
"Loh.. kamu ngga belajar semalam ya?"
"Belajar kok bu, tapi kata temen-temen yang lain soal ulangan
tadi
memang susah sekali"
"Uh Cape ibu ngajarin kalian, kalau begini terus ibu mau
berhenti
ngajar saja!"
"kalau gitu Ibu jadi foto model atau bintang film saja, ibu kan
cantik"
"Idihh.. kamu kok ngomong ngelantur, kamu tahu bicaramu
terdengaran ngegombal"
"Tapi Alfi bicara apa adanya, ibu memang cantik."
"masa?"
"semua orang di sekolah juga tahu ibu cantik"
"begitu ya?"
"Betul bu, bahkan banyak pak guru yang suka sama ibu"
"Aduh.. kamu ternyata juga pintar bikin gossip. Awas loh
nanti
pada heboh dan ibu disalahkan!"
"abisnya ibu Niken cantik banget!"
"udah ah kamu tambah ngelantur...emmm sepertinya sakit
kaki ibu
sudah banyak berkurang Fii" ujar Niken sambil mengerak-
gerakan
pergelangan kakinya.
Niken bangkit dan mencoba untuk berjalan dan tak ia rasakan
sakit
itu lagi
"makasih ya Fii, pijatanmu manjur sekali"
Alfi tersenyum malu. Pujian Niken merupakan sesuatu yang
luar
biasa baginya
"he..he ,Iya bu Alfi juga senang sudah nolongin ibu"
"eng... Buu!"
"Ya, ada apa Fi?"
"Engg...Besok boleh kan Alfi ngebantu ngebawain buku-buku
ibu?"
Niken tersenyum geli, secara naluriah ia tahu anak ini tertarik
padanya seperti yang lain. Namun ia pikir itu adalah hal yang
wajar
dikerenakan pada anak usia Alfi sudah mulai tertarik dengan
lawan
jenisnya.
"Begitu ya... hi hi ..baiklah, sekarang ibu pulang dulu, sampai
ketemu besok Alfi" Niken melambaikan tangan sambil
tersenyum.
"Uhhh manisssnya", angan Alfi melambung jauh
Alfi gembira karena hari ini ia berhasil lebih dekat dengan
Niken.
Pulang dari sekolah, setelah selesai mandi dan hendak
berpakaian,
ia menoleh ke arah tempat tidur di mana nampak Dian dan
Nadine
menunggu sambil tersenyum manis padanya. Keduanya dalam
keadaan polos tanpa sehelai benang yang melekat pada tubuh.
"Fi..Kakak sudah selesai 'itu' nya dan kak Nadine juga udah
baikan
sore ini " ujar Dian
"Kamu ingin siapa dulu yang menjadi istri kamu malam ini,
kak
Dian apa kak Nadine?"
"Dua-duanya aja... kali ini Alfi mau ngentot bertiga sama
kakak
berdua"
"Kok pulangnya telat, kemana aja Fii? Kamu ngga keluyuran
kan?"
tanya Nadine
"Alfi ikut eskul di sekolah sampai sore" jawab anak itu
sekenanya
Alfi menyusul naik ke ranjang. Dian menjadi sasaran
pertamanya.
Vagina wanita itu masih dalam keadaan kering langsung di
jebolnya. Sehingga ia terpekik
"Aduhhh Fiii!! pelan-pelan dong sayanggg..ughhh"
Lima belas kocokan cepat Alfi menghantarkan keduanya ke
puncak
kenikmatan. Stok sperma selama dua hari segera ia setorkan
ke
rahim Dian seakan ingin ia buang tanpa sisa.
"oww.. Kakakkkkk!!! Enakkkkkk!" jeritnya
"Sisain buat kakak dong Fii" ujar Nadine ketika dilihatnya
pinggul
Alfi berkali-kali mengenjang
Sesudah berejakulasi sekali Alfi baru bisa mengontrol dirinya.
Dian
baru dicumbuinya mesra. Alfi menggarap tubuh cantik Dian
setengah jam lalu Nadine mendapat giliran disetubuhi kuda
jantan
kecil itu. Begitu secara bergiliran mereka mereguk nikmat
hingga
tiba waktu makan malam. Lalu setelah itu mereka lanjutkan
lagi
hingga larut malam.
*******************
Sejak kejadian tempo hari hubungan Alfi dan Niken semakin
akrab.
Anak itu pandai mengambil hati gurunya yang cantik itu. Tak
hanya
membawakan buku-buku saja, terkadang Alfi rela terlambat
pulang
menemani Niken menyelesaikan urusannya di sekolah. Namun
sejauh ini Alfi selalu berlaku sopan. ia tak terpikir untuk berani
berbuat macam-macam terhadap Niken. Niken begitu anggun
bak
putri dalam cerita novel yang harus diperjuangkan untuk
mendapatkannya. Menjelang pernikahannya yang tak lama
lagi.
Masih hal yang mengganggu pikiran Niken selama ini. Soal
Perjodohannya dengan Doni telah diatur oleh kedua keluarga
mereka sejak mereka kecil. Doni adalah seorang pemuda
tampan,
terpelajar dan memiliki masa depan yang baik. Para
sahabatnya
mengatakan kalau Niken beruntung mendapat suami yang
sepadan
seperti Doni. Niken menerima perjodohan itu. Namun
kenyataan itu
tak seindah apa yang tampak.
Doni ternyata adalah seorang playboy. Tak hanya sering
'jajan' ia
juga menjalin hubungan khusus dengan beberapa wanita
cantik
karyawan di perusahaannya, bahkan setelah mereka resmi
tunangan
sekalipun Donie tak kunjung merubah kebiasaan buruknya.
Niken
bukannya tidak tahu akan hal itu. Ia bahkan pernah tidak
sengaja
memergoki Doni sedang berjalan berdua dengan seorang
wanita.
Kasihan Niken, kondisi ibunya yang mengindap penyakit
jantung
membuatnya ia tak mempunyai pilihan lain kecuali
meneruskan
perjodohan itu. Ia tak ingin mengecewakan harapan
keluarganya
terutama sang ibunda. Wanita itu hanya pasrah menerima
nasibnya
Selama berpacaran, memang Ia dan Doni tidak pernah
sekalipun
melakukan kemesraan secara fisik. Niken selalu menjaga diri
dan
menolak jika Doni mulai terlihat ingin menjamahnya, ia hanya
akan
memberikan segalanya pada Doni setelah mereka resmi
menikah
kelak. Selama ini ia hanya berusaha menyibukan diri pada
pekejaan
mengajar di sekolah Alfi. Adanya Alfi paling tidak dapat
menghibur
hatinya. Tawa dan canda anak mampu membuatnya tertawa
serta
melupakan masalah tersebut sejenak. Suatu hari setelah bel
pulang
berbunyi, seperti biasa Alfi pergi ke kantor untuk menengok
siapa
tahu Niken masih di sana. Dan ternyata harapannya benar.
Wanita
itu terlihat sibuk di mejanya.
"belum pulang bu?"
"Oh Alfi, belum . mungkin setengah jam lagi. masih ada
ulangan
temanmu yang harus ibu koreksi"
"Alfi temani ya bu?"
"Apa orang tuamu ngga marah karena kamu sering pulang
terlambat
karena terus menerus nemani ibu?"
"Ahh..ngga kok bu, yang penting Alfi kan ngga keluyuran ke
mana-
mana"
Niken tersenyum, ada perasaan nyaman setiap kali anak itu
menemaninya.
"Sebentar lagi ibu selesai, kita makan sama-sama ya" Niken
selalu
mempersiapkan bekal dari rumah apabila ia terpaksa harus
lembur
seperti siang ini. Seperti hari sebelumnya ia selalu berbagi
makanan siangnya dengan Alfi, ia kuatir anak itu malah masuk
angin karena menemaninya.
"Alfi cuci tangan dulu ya bu, ni Alfi titip Hp ke ibu"
Alfi pergi ke arah kamar mandi
"ZZZZZ!!!!" belum lama Alfi pergi, HP tersebut bergetar lembut.
"Uhh..sebuah sms masuk" mungkin dari orang tua Alfi yang
menghubungi pikir Niken.
Niken melirik benda di atas mejanya dan ... Sejenak ia terpaku
menatap baris-baris kalimat pada layar kecil tersebut.
Berulang-
ulang ia membacanya seakan tak percaya
Sebuah pesan muncul
"jam 15:00, Fii temui kakak di Mal hbs tu kita, ke tpt pertama
kali
kamu perawani kakak. Love Sandra"
Siapakah si Sandra ini? Tidak mungkin ini sms nyasar, wanita
itu
menyebut nama Alfi pada pesannya tadi. Niken cepat-cepat
mengalihkan pandangannya saat didengarnya suara sepatu
Alfi
mendekat ke arah kantor. Ia berpura-pura sibuk dengan
tugasnya
meski pikirannya begitu penasaran.
Saat makan diam-diam Niken melirik wajah muridnya itu.
Dipandanginya wajah ABG itu, seperti tak ada perbedaan
antara
anak ini dengan temannya yang lain, masih begitu polos. Apa
mungkin anak bau kencur seperti itu telah berbuat yang tidak-
tidak? Anak ini masih kelas satu smp paling-paling juga
usianya
baru 12 tahunan . Entahlah semuanya masih tidak jelas.
"Haruskah aku tanyakan langsung ke Alfi? Sebaiknya jangan
sebab
aku yakin ia tak akan mau menjelaskannya. Sebaiknya aku
ikuti saja
kemana ia pergi nanti." itu yang tersirat di pikiran Niken.
Selesai makan Alfi baru menyadari ada pesan pada HP-nya.
Niken
melihat perubahan pada wajah Alfi yang nampak sumeringah.
Alfi
sama sekali tak menduga jika Niken sudah mengetahui pesan
rahasia tersebut.
"Bu Alfi ikut ibu ya kalau ibu ngga keberatan, nanti Alfi turun
di
perempatan Mal GG"
"Loh.. ngga langsung pulang? Kamu hendak kemana?" Niken
pura-
pura
"Alfi mau nemui ibu asuh Alfi, kak Sandra. Ia baru pulang dari
kota
G. nanti kami ketemuan di Mal"
"A..a..pa.. ja..diii" Niken terkejut bukan main, hampir saja
kelepasan begitu terkejutnya mendengar kenyataan bahwa
wanita
yang bernama Sandra tersebut ternyata adalah ibu asuhnya
anak
itu.
"Kenapa bu? Ngga pa pa kalau ibu buru-buru, nanti Alfi bisa
pergi
sendiri naik angkot"
Alfi mengira Niken tak bisa mengantarkannya ke mal. Niken
segera
menguasai diri, ia tak mau rencananya gagal. Untung Alfi tak
curiga
akan ketololannya tadi.
"eh..uh..bukaann begituu Fii, eng nanti ibu antar kamu ke
sana,
sekarang kita beresin dulu bekas kita makan barusan ya"
Tak berapa lama mereka meluncur ke arah mal GG. Niken
sengaja
mengantar Alfi hingga di pintu depan Mal.
"ma kasih ya bu" ujar anak itu sebelum menutup pintu mobil.
"sampai ketemu besok di sekolah Fii"
Niken memarkir mobilnya tak jauh dari tempat tersebut.
Dengan
sabar Ia menunggu ... dan menunggu. Hingga akhirnya
setelah satu
jam ia melihat Alfi keluar bersama seorang wanita dewasa
seusia
dengannya.
"Hm.. cantik sekalii, wanita itukah yang bernama Sandra?"
gumam
Niken
Mereka masuk kesebuah taxi lalu meninggalkan mal. Niken
tak
membuang waktu. Ia ikuti taxi tersebut . Wanita itu sengaja
menjaga jarak mobilnya dengan taxi yang membawa Alfi. Arus
kendaraan yang agak macet cukup membantu Niken untuk
tidak
kehilangan jejak. Perjalanan itu membawa mereka ke luar dari
kota.
Setelah lebih dari satu jam, Niken melihat Taxi itu berhenti di
sebuah resort pantai. Nampak Alfi dan wanita yang diduga
Niken
adalah Sandra tersebut turun dari taxi lalu mereka berjalan
kaki
menelusuri pantai tersebut. Niken tak ingin Alfi mengenali
mobilnya. Keadaan hari yang mulai gelap memudahkannya
untuk
tak dikenali. Niken melihat jam, ternyata sudah pukul 18:00.
Suasana pantai yang sepi, hanya terdengar suara deburan
ombak
dan binatang malam yang mulai keluar. Pandangannya
menangkap
bayangan beberapa pasangan yang sedang asik berpelukan
memadu kasih di antara pepohonan nyiur di sepanjang pantai
itu.
Ia sempat ragu untuk meneruskan pengintaian ini, namun ia
ingin
semuanya menjadi jelas apa yang terjadi pada anak itu. Maka
ia
terus mengikuti keduanya dari jauh. Mereka memasuki
wilayah lain
dari pantai itu. Ada banyak bagunan tersebar . Bangunan
mirip
rumah kecil berornamen khas dan sebagian besar terbuat dari
bahan kayu. antara satu bangunan dengan yang lainnya
berjarak
berjauhan. Niken tahu itu yang disebut Cottage. Setelah
berjalan
cukup jauh dari tempat mobilnya akhirnya Niken melihat
keduanya
memasuki salah satu Cottage yang agak jauh terpencil agak
tepisah dengan cottage lainnya. Malam itu bulan tak muncul.
Menunggu hingga keadaan semakin gelap lalu perlahan ia
mendekat. Seberkas sinar nampak muncul dari sebuah
ruangan.
Cahayanya membias pada jendela kaca bertirai indah. Ada
celah di
antara kain tirai yang tersingkap memungkinkan ia untuk
melihat ke
dalam. Wanita itu nyaris terpekik menyaksikan apa yang
terjadi di
dalam sana. Alfi dalam keadaan telanjang bulat sedang
menindih
wanita cantik yang bersamanya tadi. Tubuh Sandra masih
memakai
lingerie hitam dan keduanya sedang menyatu dalam gairah.
Anakkk itu... ia bersetubuhh dengan ibu asuhnya... Meski ia
dari
awal sudah menduga-duga tetap saja ia sulit mempercayai
penglihatannya.
Mendadak kedua lutut wanita itu menjadi lemas. Jantungnya
berdetak keras sementara napasnya ikut memburu. Ia teringat
isi
sms di handphone Alfi, ia sungguh tak habis berpikir
bagaimana
wanita cantik seperti Sandra mau disetubuhi bahkan
diperawani
anak ingusan yang mempunyai bentuk fisik dan tampang jauh
dari
harapan para wanita itu. Adegan itu berlangsung cukup lama,
semuanya kini sudah jelas bagi Niken. Entah mengapa ia
belum
mau pergi meninggalkan tempat itu malah terus terpaku di
situ.
Dari posisinya mengintip nampak jelas Kemaluan Alfi yang
besar
dan hitam sedang keluar masuk secara cepat di dalam vagina
Sandra. Nikenpun terkejut setelah ia melihat ukuran kemaluan
Alfi
saat benda itu sempat tercabut keluar dari jepitan vagina
Sandra.
Arkk... Gila.....besarnya...jika tak melihat sendiri rasanya sulit
mempercayai anak seusia itu memiliki kemaluan seukuran itu.
Benda itu terlihat seperti seekor ulat besar. Begitu besarnya
sampai-sampai vagina Sandra terlihat menganga lebar.
Vagina
Sandra bagai ikut tertarik keluar saat anak itu menarik
penisnya
demikian pula sebaliknya bibir vaginanya ikut terdorong masuk
saat penis Alfi mendesak masuk.
"Apakah ukuran kejantanan Alfi yang membuat Sandra tergila-
gila?"
pikir Niken
Beberapa saat kemudian sayup-sayup ia mendengar pekikan
kedua
insan berlainan jenis yang sedang diamuk nafsu birahi itu.
"Kak sandraa....Alfi keluarrrrr!!!"
"Fiii kakakkk juga ouhhhh"
Entah jijik atau bukan ia tak tahu namun di dapatinya celana
dalamnya basah oleh cairan yang keluar deras dari
kewanitaannya.
Ada perasaan kecewa yang menghimpitnya. Ia bener-benar
shock,
Alfi murid yang dikenalnya selama ini ternyata tak berbeda
dengan
pria kebanyakan yang memandang wanita hanyalah sebagai
ojek
seks belaka. Bahkan ibu asuhnya sendiri ia zinahi. Niken
langsung
teringat akan perbuatan Doni yang selama ini selalu 'bermain'
di
belakangnya. Ketika segalanya berhenti dan keadaan kembali
hening
Ia lalu berusaha bangkit dan segera meninggalkan tempat itu.
***************************
Hari-hari berikutnya telah terjadi perubahan sikap pada Niken.
Niken selalu menghindari pertemuan dengan Alfi, Wanita itu
selalu
pulang lebih awal tak pernah lagi bisa ia temui setelah usai
jam
sekolah. Awalnya Alfi mengganggap Niken hanya sedang sibuk
dengan tugasnya namun setelah berjalan lebih satu minggu
Alfi
menduga memang sedah ada yang berubah. Yang membuat
hati Alfi
menjadi sedih, gurunya itu bahkan tak pernah lagi ia
melemparkan
senyumnya pada Alfi. Untuk menanyakan langsung ia tak
mempunyai cukup keberanian, terkadang ia menghayal saat-
saat
kebersamaan mereka. Suatu hari ia sengaja keluar saat jam
pelajaran berlangsung. Dicarinya guru cantiknya itu. Beruntung
baginya Niken sedang berada di ruang guru sendirian.
Matanya
celingukan melihat situasi yang memang sepi tak ada orang
lain di
ruangan itu. Lalu meski agak takut-takut Ia putuskan juga
untuk
menemuinya.
"Bu.."
Niken mengangkat wajahnya saat melihat Alfi ia kembali pada
kertas dan penanya
"Ya ada apa?" Alfi tak pernah mendengar Niken berbicara
setegas
ini, ada perasaan takut menjalari hatinya.
"Apa salah Alfi bu, kenapa ibu tidak mau Alfi temani lagi"
Niken diam tak menjawab. Alfi lemas sepertinya ia menduga
apa
yang menjadi penyebab perubahan sikap Niken.
"ibu ...sudah tahu hubungan Alfi sama Kak Sandra?"
"Aku melihat apa yang kalian lakukan di tempat itu! Aku
sungguh
tak menyangka kalau dirimu mampu melakukan hal yang tabu
tersebut!"
"Tapi kenapa bu? Kak Sandra dan Alfi melakukan itu karena
saling
suka"
"Tapi kamu belum cukup umur!" suara Niken meninggi "dan
jika
sampai ketahuan suami Sandra pastilah rumah tangganya
akan
hancur dan apa kamu pernah berpikir bagaimana perasaan
suaminya!"
"Baiklah mumpung ngga ada orang biar Alfi ceritain semuanya
agar
ibu ngga bingung"
Alfi memutuskan untuk menceritakan segalanya, tak ada yang
ia
tutupi. Ia percaya dan yakin Niken bukanlah type wanita yang
mau
membeberkan aib orang lain. Niken tercengang mendengar
penuturannya. Ia tak menduga ABGl di hadapannya ini sudah
banyak mengalami peristiwa dasyat dalam hidupnya. Ada
keibaan
timbul dalam hatinya. Sungguh Alfi tak juga dapat disalahkan
dalam hal ini.
"Ibu sudah tahu semua tentang Alfi kan" ujar Alfi setelah
selasai
bertutur.
Niken masih bingung harus berkata apa, rasanya sulit dicerna
akal
sehat bagaimana mungkin seorang suami membiarkan calon
istrinya yang cantik diperawani anak seusia Alfi. Bahkan tidak
hanya Sandra masih ada dua orang wanita yang sampai
sekarang
bergaul intim dengan Alfi
"Ada lagi yang perlu ibu ketahui"
"Apa itu Fi?"
"Sebenarnya Alfi... cinta pada bu Niken dan Alfi ingin...intimi
ibu "
"Ohh!! A..paa!!" Niken tersentak atas pengakuan jujur anak itu,
ia
tak menyangka kalau selama ini Alfi kecil memendam hasrat
untuk
melakukan hal-hal yang tabu pada dirinya.
"Plaakkk!!!!" sebuah tamparan keras mendarat di wajah Alfi.
Niken
baru tersadar saat dilihatnya hidung Alfi mengeluarkan darah
segar.
"Ohh..Ma..afkan ibu Fii, Ibu tidak bermaksud.."
Alfi menepiskan tangan Niken yang hendak menggapainya.
Wanita
itu menjadi serba salah.
"Baiklah jika ibu tak sudi lagi melihat Alfi"
Alfi berlari pergi meninggalkan Niken
"Fii tunggu! biar ibu obati dulu hidungmu..."
Alfi terus berlari tanpa menoleh lagi ke belakang. Hatinya
hancur
karena gagal mendapatkan hati wanita pujaannya itu.
**************************
Sudah tiga hari Alfi tak ke sekolah. Guru wali kelas Alfi
memberitahu hal itu pada Niken
"Tak ada berita, mungkin bu Niken tahu keadaan Alfi sebab
saya
lihat dia akrab dengan bu Niken"
"Emm Saya juga tidak tahu. mungkin ia sedang sakit bu"
"Ya.. baiklah kalau begitu"
Setelah seminggu Alfi tak juga kunjung masuk. Niken jadi
betul-
betul prihatin dan merasa bersalah. Ia menduga pasti
penyebab
keabsenan Alfi adalah akibat perlakuan kasarnya saat itu.
Sungguh
ia pun sudah keterlaluan. Jika dipikir-pikir memang tak ada
seorangpun yang dirugikan oleh perbuatan Alfi. Wanita itu
merasakan ada yang sesuatu hilang. Tiada lagi tawa canda
Alfi
yang selalu menemaninya saat ia memerlukan teman berbagi.
Akhirnya Niken mencoba mendatangi rumah Sandra. Ternyata
wanita itu sudah berangkat lagi ke kota G. Saat itu hanya bik
Nah
yang ada.
"Alfi belum pulang non udah seminggu yang lalu dia pamit
sama
non Dian dan Nadine, katanya ada kemping dadakan dari
sekolah"
ujar bik Nah menjelaskan.
"kemping bik?"
"iya non emangnya ada apa non?"
"Oh ngga ada apa apa bik. Oh ya apa dia pernah telpon-
telpon
kemari"
"Wah selama bibik disini dia ndak pernah telpon selebihnya
ndak
tahu ya non soalnya bibik cuma kerja dari jam 9 sampai 12
menunggu sampai non Dian dan non Nadine pada pulang"
Niken tercenung, rasanya ia tak harus memberitahu kedua
wanita
Alfi tersebut. Ia akan berusaha mencarinya dulu.
"Yah sudah bik saya permisi dulu"
Tak tahu harus kemana Niken kembali ke sekolah. Namun ia
belum
menginformasikan keadaan Alfi ke pihak sekolah. Ia masih
ingin
berusaha mencari tahu keberadaan anak itu.
Seusai bel sekolah. Ia mulai melaksanakan rencananya. Niken
adalah wanita yang cerdas,
Ia tahu dimana bisa menemukan Alfi, dipacunya mobilnya
menuju
ke sebuah tempat yang ia yakini bisa menemukan anak itu.
Hari menjelang sore ketika ia sampai di Cottage xxxxx, tempat
yang
menyimpan sejarah indah bagi si Alfi. Ternyata benar
dugaannya. Si
resepsionis menjelaskan bahwa memang ada seorang anak
sedang
menginap sendirian. Kebetulan tempat itu masih disewa
selama
satu tahun oleh orang tua anak itu. Niken mengaku sebagai
tante
Alfi agar orang itu mau memberinya kunci serep. Setelah
memperoleh apa yang dibutuhkannya, Niken bergegas menuju
tempat itu. Niken berhasil masuk, namun lampu cottage
semua
dalam keadaan mati, dengan hati-hati ia melangkah kuatir
tersandung sesuatu dalam kegelapan kamar itu
"Fii ...apakah kamu di sana?.." Niken mencoba menyapa anak
itu.
Ia berusaha mencari stop kontak lampu namun terdengar
suara
anak itu
"bu jangan hidupkan lampunya, Alfi mohon..".
Niken mengurungkan niatnya dan bukan main gembiranya
Niken
mendengar suara Alfi karena usahanya tidaklah sia-sia.
Tadinya ia
takut sekali anak itu sudah berbuat nekat
"Fii! Di mana kamu?"
Setelah beberapa detik matanya mulai terbiasa melihat dalam
gelap.
Barulah ia dapat menangkap bayangan anak itu. Alfi nampak
sedang duduk di pinggir tempat tidur di dalam kamar besar.
Tubuhnya tertutup oleh selimut tebal, seperti orang
kedinginan.
Dan memang kondisi kamar itu sangatlah dingin mungkin
karena
AC-nya dihidupkan selama berhari-hari. Niken mendekat, lalu
ia
duduk di kasur namun agak berjauhan dari Alfi
"Fii .. sukurlah ibu bisa menemukan kamu, ibu seharian
mencari
kamu..kenapa kamu tidak pulang-pulang dan tidak ke
sekolah?"
"Kenapa ibu mencari Alfi?"
Niken merasa serba salah,
"ibu mau minta maaf atas kejadian tempo hari Fi, ibu khilap"
ujar
wanita itu lirih,
namun Alfi diam tak berkomentar.
"I..bu ingin mengajak kamu pulang, ibu ingin kamu kembali
menjalani hari-hari kamu seperti sebelumnya"
"aiii....." terdengar Alfi menghelah napas "Alfi ngga mau bu.."
"Loh kenapa apa mau membuat orang tuamu kuatir atau
kamu
masih marah sama ibu?"
"Alfi ngga pernah marah sama ibu malah Alfi kesal sama
keadaan
Alfi sendiri, seharusnya Alfi ngga ikut tinggal dengan kak
Sandra
menjalani hidup normal ditengah-tengah masyarakat, biarlah
Alfi
besar di tempat Alfi dulu dimana orang-orang tidak pernah
mempermasalahkan hal tabu dan tidak tabu, Alfi malu
terutama
sama ibu..."
"Tidak Fii kamu jangan kembali ke tempat itu lagi, kamu juga
ngga
usah malu ibu sadar kamu tidak salah, ibu juga minta maaf
sebab
ibu telah lancang mencampuri kehidupan pribadimu"
"Pulang sama ibu ya Fi"
Niken berusaha mencairkan kekerasan hati anak itu, namun
Alfi
bersikukuh tidak mau diajak pulang. Tiba-tiba terdengar
langkah
menuju ke arah pintu kamar diiringi suara tawa cekikikan. Dua
orang wanita cantik berbusana minim tahu-tahu menerobos
masuk.
Seorang berambut berwarna merah sedangkan temannya
hijau.
Niken dibuat terperanjat oleh kedatangan dua tamu tak
diundang
tersebut.
"Hi jantan, gimana pestanya malam ini jadi ngga? Hi..hi..hi"
salah
seorang menyapa Alfi dengan gaya nakal tanpa menghiraukan
Niken
di situ.
"s..siapaa kalian masuk tanpa permisi?!" Niken terkejut
melihat
penampilan mereka yang tidak senonoh.
"Wow. wow... rupanya sudah ada yang lebih dulu memacu
kuda
tunggangan kita" ujar si rambut hijau
"ngga papa kan kita kan bisa main berempat" ujar temannya
menimpali.
Niken sudah dapat menduga-duga siapa adanya kedua
perempuan
itu. Sehingga timbul kemarahannya
"Pergi kalian atau aku panggil satpam buat ngusir kalian!!!"
bentaknya
"Loh loh di ajak enak kok malah marah-marah, ....ya udah
kalau
ngga mau"
"Yuk kita pergi cari kuda jantan lain saja"
"ya cari yang ngga bawa pengasuh" Ujar si rambut merah
bernada
mengejek sambil ngelonyor pergi diikuti oleh temannya.
"Awas kalian!!" kata Niken geram bukan main
Setelah kedua perempuan itu berlalu Ia bergegas mengunci
pintu
depan agar kejadian barusan tidak terulang lagi. Niken
menatap Alfi
kesal kedua tangan wanita itu berkacak di pinggang. Niken
adalah
wanita berperangai halus sungguh mengherankan jika
emosinya
begitu gampang meledak. Ada perasaan yang aneh muncul
dengan
sendirinya, Ia tidak suka melihat kedua perempuan tadi
menyapa
Alfi, mungkinkah ia dibakar api cemburu... tidak
mungkin...mungkin
ia hanya prihatin terhadap perjalanan nasib anak itu, begitu
banyak
pertanyaan yang timbul dalam benaknya namun Niken masih
tak
menemukan jawaban. Tanpa Niken sadari rasa simpatinya
terhadap
Alfi selama ini berubah menjadi kasih sayang. Secara visual
Alfi
tidak memiliki daya tarik fisik bagi kaum perempuan, wajah
tidak
bisa dikatakan tampan, tubuh kurus kering, kulit hitam,
pakaian
selalu lusuh namun di balik itu bola mata yang yang bening
masih
begitu polos penuh kejujuran. Ia mau mengakui semua
perbuatannya. Sedangkan Alfi meski ia masih di bawah umur
ia
begitu menunjukan perhatian serta kejujuran nya pada Niken.
Bahkan terkadang ia seolah ingin melindunginya. Caranya
yang
polos saat ia menunjukan kasih sayangnya pada Niken. Hal-
hal
seperti itu tak Niken temukan pada sosok Donie tunangannya.
Kembali pada keadaan di kamar cottage, wajah Niken
cemberut
menunggu jawaban penjelasan Alfi.
"Alfi ngga pernah mengundang mereka bu, mungkin tamu lain
yang
salah masuk kamar soalnya Alfi lihat keduanya lagi teler" ujar
anak
itu.
"Betul kamu ngga pernah boking cewek selama kamu di sini?"
Alfi mengangguk
"Alfi sudah janji sama kak Sandra, kak Dian dan kak Nadin,
Alfi
ngga bakalan 'jajan', Alfi ngga mau tertular penyakit" ujarnya
polos
Niken lega ia yakin Alfi tidak berbohong padanya.
"Ya sudah Fii, baiknya kita pulang sekarang.." ujar Niken.
Ia harus bergegas membawa Alfi pulang agar tak terjadi hal-
hal
yang tidak diinginkan. Mengingat mereka hanya berdua dan
berada
jauh dari orang lain. Siapa tahu ada orang jahat mengincar
mereka.
"ibu ngga usah takut . Di sini aman kok yang tadi itu cuma
kebetulan dan mereka bukan orang jahat"
"Tapi kita ngapain lama-lama di sini Fi? Ayo dong ikut ibu"
"satu minggu Alfi menunggu dan berharap ibu akan datang
menemui Alfi, ternyata harapan itu sudah menjadi kenyataan,
kini
Alfi tak mau berpisah lagi dari ibu....Alfi sayang.....cinta sama
ibu
dan Alfi belum mau pulang sebelum......"
"Sebelum aapa Fii?..."
Sebelum Alfi .. intimi ibu sama seperti Alfi mengintimi kak
Sandra
dulu di ranjang ini "ujarnya sambil menatap mata Niken
dalam-
dalam.
Alfi mengungkapkan seluruh isi hatinya. Ia tak kuatir Niken
akan
menamparnya lagi seperti tempo hari.
Deg... Anak ini...rupanya masih tak mau menyerah untuk
mendapatkanku pikir Niken. Niken kaget mendengar
pengakuan Alfi
yang blak-blakan. Bahkan di saat-saat seperti ini anak itu
masih
sempat-sempatnya merayu. Tak cukupkah kehadiran Sandra
dan
wanita lain bagi anak itu?. bahkan Ia masih menginginkan
dirinya.
Ada perasaan aneh menjalarinya ketika teringat persetubuhan
Alfi
dan Sandra tempo hari. Dan kembali celana dalamnya
membasah.
"Ng..ga bolehh Fi, iibu masih.. suci. Lagian ibu sudah resmi
bertunangan. Ibu sudah berjanji padanya untuk memberikan
milik
ibu kepadanya, itupun setelah kami resmi menikah, kamu mau
mengerti posisi ibu kan?" ujar Niken setengah berbisik.
Ia berusaha menghindar meski ada bagian dari dirinya yang
memberontak pada keimanan dan akal sehatnya.
Kegelisahannya
tentu saja terbaca oleh insting Alfi.
"Kalau begitu boleh kan Alfi minta yang lainnya bu?"
"y..yangg lainnn A..paa?"
"Semuanya kecuali 'satu itu' boleh kan Bu?"
Belum sempat Niken menjawab, Anak itu menekan tombol
lampu
kap di sampingnya sehingga menerangi kamar itu. Dan saat
itu Alfi
membuang selimut yang menutupi tubuhnya ke lantai.
"Ohhh!!!" Niken terkejut melihat kondisi Alfi yang ternyata
sudah
tak dilekati sehelai benangpun.
Semua lekuk tubuh telanjangnya jelas terlihat tersorot oleh
sinar
lampu. Ternyata Alfi sudah bugil sejak pertama ia datang tadi.
Hanya saja ia menutupinya dengan selimut ditambah dengan
kondisi kamar yang begitu gelap membuat Niken tak
menyadarinya.
Niken segera memalingkan wajahnyanya, tiba-tiba ia merasa
jengah
melihat tubuh Alfi yang telanjang. Meski Alfi masih tergolong
ABG
namun apa-apa yang dimilikinya sudah tumbuh sempurna.
Sekejap
Niken masih sempat melihat kejantanan anak itu yang besar
dan
hitam.
Secara fisik ia terlihat tak berbeda dengan anak lain
seusianya,
namun tidak demikian pada bagian vitalnya. Benda itu
membesar
dua kali lipat ukuran normal. Bertahun-tahun dalam pengaruh
lingkungan yang buruk telah membuat ia terpaksa menjadi
lelaki
dewasa secara instant. Pada tubuh kecilnya itu tersimpan
energi
untuk menaklukan para wanita di atas ranjang. Tak terhitung
berapa pelacur ia tiduri sejak umur 7 tahun hingga saat ini,
bahkan
saat ini ia tidur dan tinggal satu atap dengan tiga orang
wanita
yang cantik bak bidadari Sandra, Dian dan Nadine. Semua
wanita
yang pernah bercinta dengannya berhasil di buatnya tergila-
gila
akan kejantanannya. Belum hilang rasa terkejutnya tahu-tahu
anak
itu sudah begitu dekat di hadapannya.
"Ibu cantik sekali.." ucap anak itu singkat.
"fii kamuu...ngga bolehhh..." hanya itu yang terucap
Alfi mengamati wajah cantik di hadapannya. Niken hanya
diam saat
Alfi menyentuh pipinya dengan jari-jemarinya. Namun ketika
jemari
itu bergerak menyentuh telinganya tubuhnya menggigil.
"Ahh Fiii..." Niken mendesah pelan ada perasaan yang aneh
merayapi dirinya.
Kemudian Alfi menyentuh bibirnya. Tiba-tiba anak itu
mencubit
sedikit bagian tengah bibirnya. Saat Niken terkejut, Alfi
menarik
tubuhnya kedalam pelukan, sesaat kemudian bibirnya telah
penuhi
dengan ciuman dari anak itu. Niken berusaha menolak tubuh
Alfi
namun bibir anak itu melekat dengan bibirnya seakan sebuah
magnet. tak ada celah yang memungkinkan udara keluar dari
mulut
keduanya. Lumatan bibir Alfi membawanya pada kenikmatan
berciuman yang sempurna. Percuma saja mati matian ia
menahan
gairahnya yang menggelegak. Gairah itu kini menjalari
tubuhnya
dengan cepat mengatifkan seluruh syaraf-syaraf
kewanitaannya.
sementara insting telah mengambil alih kendali pikiran dan
mengalahkan akal sehat dan imannya. Pertahanan Niken
akhirnya
runtuh. Wanita memejamkan matanya menikmati itu semua,
bibirnya
terbuka perlahan menerima lidah Alfi yang mulai menyusup
dan
menjelajahi rongga mulutnya, jiwanya semakin melayang saat
lidah
miliknya bertemu dengan lidah Alfi dan saling membelit satu
sama
lain.
tak ada yang bisa ia lakukan selain merintih mesra. Entah
kenapa
ia malah mau meladeni perbuatan Alfi padanya. Awalnya ia
hanya
pasif menerima perlakuan Alfi namun lama kelamaan
gairahnya naik
dan ia mulai membalas setiap hisapan anak itu.
Saat Niken sudah mulai tergoda untuk melanjutkan pada
kemesraan
yang lebih dalam,
selanjutnya Alfi membiarkan wanita itu mengambil alih kendali
ketika gairah wanita itu mulai terpancing naik. Terkadang ia
malah
menggoda Niken dengan melakukan gerakan lidah rotasi atau
memutar. Tekadang gerakkan lidahnya ke kiri, ke kanan, ke
atas
dan bawah. Sehingga Niken penasaran mengejar lidahnya.
Nafas
keduanya memburu. Dua menit ciuman panas itu baru
terlepas
napas Niken terengah-engah. Namun bibir Alfi menjelajah
pada
sasaran lain. Lidahnya menyapu cuping telinga wanita itu.
Sesekali
ia lakukan gigitan-gigitan kecil membuat Niken terpekik geli.
"Fii..kamu anak nakal!!" Wajah wanita itu merona merah. Ia
tak
menyangka ia meladeni ciuman Alfi barusan
Niken sadar anak itu sudah sedemikian ahli dalam soal
bercumbu.
Ia jadi teringat adengan Sandra dan Alfi malam itu lalu juga
kisah
perjalanan asmara Alfi. Semuanya membangunkan gairah
wanita
dewasa itu. Ini pertama kali baginya melakukan hubungan
yang
demikian intim dengan lawan jenisnya. Ciuman Alfi telah
kembali
ke bibirnya. Pada ciuman kedua ini Niken langsung membalas
pagutan Alfi seakan ia betah berlama-lama seperti itu. Ia
mulailah
perlahan menuju bagian tubuh sensitif lainnya. Leher jenjang
Niken
dikecupi. Lalu perlahan makin turun hingga pada belahan
dada
putih wanita itu. Niken makin melayang, antara sadar dan
tidak
sadar ia membiarkan Alfi melepas satu persatu kancing
bajunya.
Saat itu ia memakai baju terusan, dengan mudah baju itu
meluncur
jatuh kelantai saat semua kancingnya terlepas. Kini nampak
payudara Niken yang masih terbungkus indah oleh sebuah bra
berenda-renda hitam. Warna yang kontras dengan warna
kulitnya
yang putih bersih. Namun anak itu tak mau benda itu
menghalangi
hasratnya, ia tahu segera melepas pengaitnya. Alfi menggigil
saat
ke dua daging kembar itu menyembul dari balik
pembungkusnya.
Kedua benda itu mengantung indah dan sempurna, kedua
puting
susunya bersemu kemerahan. Alfi tak mengira betapa
keberuntunganya ia malam ini. Milik Niken yang selalu
diidamkan
setiap pria di sekolahnya kini terpampang di hadapannya.
Payudara
Niken belum terjamah oleh siapapun kecuali dirinya.
Niken sendiri sudah terperangkap dalam hasrat birahinya
sendiri, ia
tak hanya tak kuasa menolak perlakuan Alfi. Malah kini
cenderung
memberi peluang anak itu bertindak lebih jauh. Ia menikmati
setiap
jamahan Alfi pada tubuhnya. Matanya terpejam hanya rasa
malu
yang masih tersisa, selama ini belum pernah ada laki laki
yang
berani menjamahnya termasuk Doni tunangannya. Mereka
berdua
telah berkomitmen untuk tidak melakukan kemesraan dalam
bentuk
apapun hingga mereka menikah. Namun saat ini yang terjadi
adalah
ia tak berdaya menolak seorang bocah dibawah umur tengah
berusaha mencumbuinya. Perlahan cumbuan Alfi berpindah ke
dadanya yang kenyal, Alfi membuka mulutnya lebar-lebar, lalu
perlahan dibenamkannya ke salah satu puting susu wanita itu
lalu
menghisapnya kuat. Alfi biasa mengemut dalam waktu yang
lama
bagai seorang bayi kehausan. Setelah puas menyusu, lidahnya
menjilat ke seluruh permukaan bukit kembar itu seolah
menjilat
ice-cream. Kedua puting susu itu dihajar secara bergantian
hingga
mengacung tegak kedua-duanya.
"Oohh... oohhhh... ooohhhhhh Fiiii geliiiiiii" suara rintihan
Niken tak
lagi tertahan. Tubuhnya mengelinjang gelinjang karena nikmat
akibat perbuatan nakal bocah itu.
Putingnya yang di'perawani' Alfi menjadi sangat sensitif, anak
ini
benar-benar berpengalaman melakukannya. Alfi baru
mendapatkan
sebagian impiannya, ia selalu tak pernah gagal mendapatkan
sisanya apabila sudah di tahap ini. Alfi kembali menetek sejak
usia
tujuh tahun pada banyak wanita, ia sudah tahu benar
bagaimana
menyenangkan seorang wanita melalui benda itu. Niken tak
berbeda
dengan ketiga 'istri semu-nya'. Begitu menyukai putingnya
dikerjai
lama-lama. Alfi ingin meninggalkan kesan yang mendalam
bagi
wanita itu. Niken tak menyadari tubuhnya kini sudah terbaring
diatas kasur, dadanya terlihat naik turun mengiringi nafasnya
yang
mulai tak beraturan. Sejak tadi celana wanita itu sudah terasa
sangat basah oleh cairan bening yang terus menerus mengalir
keluar dari kemaluannya. Sambil terus menyusu tangan Alfi
mulai
mengelus-elus permukaan perut Niken yang rata. Jemarinya
bermain disekitar pusar wanita itu. lambat laun bergerak
menjelajah semakin ke bawah meraba bagian dalam paha.
perlahan menelusup ke pangkal paha, dan mulai mengelus
gundukan bukit kemaluan Niken yang masih tertutup celana
dalam
renda-renda hitam. Lalu jemarinya menemukan gundukan itu
sudah
basah dengan sebuah garis membelah tercetak pada
permukaan
kain itu
Tangan Alfi meremas lembut gundukan itu dan menggunakan
jari
tengahnya mengusap belahan tipis tersebut, perlahan ke atas
dan
kebawah. Niken menggigil rangsangan yang tiada henti silih
berganti. Hingga akhirnya jemari alfi bergerak ke samping.
Jemari
Niken berusaha mempertahankan penutup tubuhnya yang
terakhir
ketika ia rasakan Alfi perlahan berusaha menariknya ke
bawah.
"Ohhh!! Fiii.. jangannn yang ituuu ... ..." ujar wanita itu lirih
Alfi melepaskan cumbuannya pada dada Niken, berangsur
kecupan-
kecupannya turun semakin ke bawah. Lalu ia sampai pada
tempat
yang paling diinginkannya. Percuma saja ia berusaha
merapatkan
kedua kakinya. Kepala Alfi sudah terlebih dulu masuk di
antaranya.
Alfi berhasil membenamkan wajahnya pada selangkangannya.
Walau
masih tertutup oleh celana dalam, lidahnya menjilati seluruh
permukaan kain lembut itu. Gundukan itu semakin basah oleh
air
liur Alfi terutama pada belahannya. Jemarinya tak kuasa lagi
mempertahankan celana dalamnya ketika untuk kedua kalinya
Alfi
menariknya.
benda itu akhirnya menyusul lepas sehingga kini tubuhnya
yang
indah sudah tak tertutup selembar benangpun. Meski sudah
sering
menggauli wanita cantik, Alfi tetap saja terpana oleh
kemolekan
tubuh Niken, gurunya yang cantik yang selama ini selalu ia
dambakan termasuk setiap lelaki di sekolahnya. Alfi
menyimpan
perasaan yang berbeda terhadap Niken. Cinta telah berangsur
tumbuh dalam hati bocah cilik ini lebih dari dalam dari
cintanya
pada wanita-wanita lain yang pernah ia kencani sebelumnya.
"B..buuu...ibuuu..cantikkk sekalii...." Bisiknya lirih namun
terdengar
oleh Niken
"Fiii..kamu liat apaaa?.....aaa"
Dengan ke dua telapak tangannya Niken secara spontan
menutup
selangkangannya karena malu. Wajah anak itu hanya
beberapa mili
dari miliknya yang paling pribadi. Alfi mengecupi kedua paha
berkulit halus terawat pelan-pelan hingga ke sekitar
selangkangan
termasuk jemari lentik Niken. Tak ada bagian tubuh wanita itu
yang
tidak indah, semuanya sempurna. Lama Alfi bermain di situ,
perlahan jemarinya membuka dengan sendirinya. Niken hanya
terlentang pasrah. Semuanya sudah terlanjur sulit untuk
dihentikan
lagi. Kini tak ada penghalang lagi bagi mulut dan lidah Alfi
untuk
mengeksplorasi bagian paling intim milik gurunya yang cantik
itu.
Harum khas bagian itu menggelitik seluruh syaraf
kejantannya.
"Ohhh..." desah Niken saat Alfi mengecup lembut belahan
bibir
kewanitaannya.
Alfi mengecup lagi.. dua kali...tiga kali..lidahnya disapukan
dari dari
bawah hingga ke atas. Crass..crasss..cairan memancar
meleleh
keluar dari belahan cantik itu. Dengan penuh ketelatenan dia
melahap dan menghisap tiap mili vagina Niken yang sudah
basah
itu, lidahnya dengan liar menjilati dinding vagina dan sesekali
sapuannya menyentuh klitoris. Bocah itu mengerahkan seluruh
kepandaian yang ia punyai, ia ingin memberikan yang terbaik
bagi
pujaan hatinya itu. Alfi tahu klitoris adalah bagian genitalia
wanita
yang paling sensitif, melebihi vagina. Berkat pengalaman
lidahnya
segera menemukan letak benda mungil tersebut. Jilatan
lidahnya
segera ia pusatkan ke situ, ia memulai menjilat dengan
lembut.
Secara perlahan-lahan sekali, lalu gerakan lidahnya dipercepat
dan
tekanannya makin kuat. Kelincahan lidahnya bergerak
memberikan
sensasi luar biasa bagi Niken. Sesekali Alfi menggunakan
bibirnya
untuk menghisap benda mungil itu seakan-akan ia berciuman
dengan vagina Niken. dan secara bersamaan lidahnya
menggelitik
klitorisnya yang berada di tengah dengan gerakan lidah.
Perlahan,
kuluman dan jilatan pada benda mungil nan cantik itu
membuatnya
mengeras bak sebuah kacang. Niken terpekik pekik-pekik kecil
dibuatnya. Rasa geli dan sengatan birahi membuat Niken
semakin
tak mampu menahan laju gairah Alfi. Kedua paha mulusnya
mengepit kepala Alfi. Anak ini benar benar sudah sangat
berpengalaman. Perlakuannya sungguh membuat Niken serasa
terbang, tubuhnya menggelinjang-gelinjang geli diiringi
erangan
nikmat. Sampai akhirnya sebuah orgasme datang menyapanya
untuk pertama kali dalam kehidupan wanita itu.
"Auuuwwwwwww!!!!...Fiiiiiiiiii!!!!!!!!" Wanita cantik itu terpekik
tak
kuasa menahan rasa geli dan nikmat
Otot-otot vaginanya mengejang dahsyat, berkontraksi kuat
dan
berirama, cairan cintanya memancar lebih banyak lagi hingga
tumpah di sprey putih.
"Inikah yang disebut orgasme? Begitu dasyat kenikmatan yang
kurasakan. Tapi aku memperoleh orgasme pertamaku dari
jilatan-
jilatan lidah seorang anak kecil di bawah umur ...muridku
sendiri"
pikir Niken.
Niken rasakan sekujur tubuhnya menggigil. Kesadaran wanita
itu
sejenak hilang, pandangannya nanar, serasa jiwanya melayang
tinggi, raganya serasa terendam ke dalam samudera
kenikmatan
ragawi yang tak bertepi. Secercah cahaya putih yang
berpendar di
matanya lalu menjadi kabur. Entah berapa lama ia tak sadar.
Lalu
perlahan-lahan bisa ia rasakan kesadarannya berangsur pulih.
Masih ia rasakan lidah anak itu menyapu dan menjalari
seluruh
relung vaginanya, menghisap habis tiap tetes cairan cintanya
tanpa
sisa. Sesaat kemudian Niken baru menyadari bahwa Alfi telah
mengambil posisi menindihnya, dan tubuh anak itu di antara
kedua
kakinya. Kedua paha putihnya masih terpentang lebar telah
memberi jalan bagi Alfi.
"Alfi... kamu mau apaaa?.."
"Ibu pernah petting ngga?" bisik Alfi
Niken menggeleng, ia sungguh tak mengenal istilah tersebut
meski
ia seorang guru bahasa Indonesia.
"Kita cobain yuk"
Niken terkejut saat Alfi mengarahkan penisnya ke arah
vaginanya.
"Fii..jangan....ibu ngga mauu"
"ngga pa pa... Alfi cuma mau masukin kepalanya aja trus Alfi
cabut
lagi" Alfi mengosokan ujung penis ke atas dan kebawah pada
bibir
vagina Niken
"ja..ngannn Fiiiii ..ohhhhh"
Alfi dalam posisi yang tepat sehingga Niken tak kuasa
mencegahnya.
Leppp!!! Ujung kulup Alfi yang mbdol besar itu lenyap juga
membelah dan masuk ke belahan liang cinta Niken.
"Auuhhh..sakiittt!!" wanita itu terpekik oleh rasa nyeri yang
menjalar saat 'liang kewanitaan'nya dikunjungi penis Alfi
Niken segera mendorong perut anak itu hingga titit Alfi
melenjit
keluar lagi, ia silangkan kedua pahanya untuk menutup jalan
Alfi.
Ada perasaan takut akan kehilangan kewanitaannya. Niken
menatap
selangkangan anak itu. Benda dahsyat itu teranguk-angguk.
Ujungnya bulat mirip cendawan dan basah berlumuran lendir.
"Uh..pantas agak nyeri pikirnya. Ternyata besar sekalii....
Nyaris
melebihi bola pingpong."
Ia heran, Bagaimana mungkin anak ini mempunyai kemaluan
sedemikian besar. Meski demikian Niken tak memungkiri
penyatuan yang hanya berlangsung satu setengah detik tadi
sempat menimbulkan nikmat yang luar biasa.
"ngga sakit lagi kan bu? Alfi masukin lagi ya bu seperti tadi?"
"ngga mau ah"
"kenapaa buuu?"
"punya kamu besar banget. Nanti perawan ibu robek!"
"Buuu..tadi itu enak sekalii...Alfi boleh dong minta lagiii.." ujar
Alfi
memelas ia takut Niken mengakhiri permainan ini
"Alfi janji ngga sampe mecahin selaput dara ibuu, boleh ya
buu..?
Niken jatuh iba melihat anak itu merengek-rengek, meski ia
ragu
dan takut untuk melangkah lebih jauh akhirnya ia putuskan
memberi jalan Alfi memasukinya.
"Betul..ya Fiiii jangan sampai kena selaput ibu"
"He e , Alfi janji ngga dalem-dalem"
Alfi membuka kedua paha mulus wanita itu, lalu ujung
penisnya
kembali membelah garis tipis kewanitaan Niken. Leppp!!!
kepala
penis berkulup itu masuk untuk kedua kalinya
"Aduhhh......Fiiiii"
Niken mengeliat saat benda itu kembali bersarang di
kewanitaannya, nyeri menyapanya namun diiringi geli dan
nikmatnya bukan kepalang. Setelah masuk Alfi menahannya
lebih
lama dari tadi. Pinggul Alfi mulai bergerak mundur maju
mengocok
lembut vagina wanita itu. Ia tarik mundur sedikit namun tak
sampai
penisnya lepas tercabut lalu kembali melesak masuk lagi
sedalam
tadi. Memang tak banyak gerakan yang dibuat Alfi, namun itu
cukup untuk membuat Niken menggelinjang nikmat. Pompaan
kecil
itu berlangsung lima menit hingga Alfi menjerit tertahan.
"Buuu Nikennn sayangggg!! Alfi sampeee.... Arrgggg!!!"
Alfi berupaya menahan laju spermanya keluar. Namun sia-sia,
semakin ia tahan, gatal dan nikmat itu semakin tak
tertahankan.
Saat cairan itu menjalar perlahan dan tertahan pada lubang
kencingnya. Mata Alfi mendelik hingga tinggal bagian
putihnya.
Niken bingung harus berbuat apa saat menatap ekpresi wajah
Alfi
yang bagai kesakitan.
Tapi ia tahu anak itu sedang merasakan nikmat luar biasa
"ohh..Fiiii... jangan di..cabutt..keluarinnn di dalam punya
ibuu..."
bisik wanita itu tersengal-sengal karena nafsupun mengukung
dirinya.
Alfi betul-betul tak menyangka Niken membiarkannya untuk
berejakulasi di dalam vaginanya.
Ucapan Niken berdampak besar bagi bocah itu. Gairah dan
gejolak
seksual semakin lepas kendali. Perasaan sayangnya yang
menggebu terhadap Niken membuatnya mengalami kegagalan
kali
ini. Biasanya ia masih bisa mengulur-ulur waktu. Namun kali
ini ia
sudah tak mampu menahannya lagi. Saat itu juga Alfi
memekik kuat
sambil melepas orgasmenya
"Yaarrrggggghhh..."
Crettt..crettt..crotttt!!
"Ouhh..Fii..Fiii..Fiii" desah Niken lirih ketika benih cinta Alfi
memancar dari lubang kencingnya menyirami relung-relung
kewanitaannya.
Dirasakannya penis anak itu berdenyut-denyut keras masih
memancarkan cairan kental dan hangat dalam kewanitaannya.
Begitu dasyat kenikmatan diterima Alfi. Niken adalah wanita
pertama yang mampu membuatnya berejakulasi lebih dulu.
Vagina
wanita itu seakan betul-betul tercipta untuk menaklukan
keperkasaannya. Alfi ambruk di dada Niken. Setengah menit
Alfi
berusaha menarik nafas sementara wanita itu membelai-belai
rambutnya.
"Ma kasih Bu.. Alfi jadi tambah sayang sama ibu" bisiknya Alfi
masih penasaran
"Dasar anak nakal, pintar ngombal"
"Cuma ibu yang bisa bikin Alfi muncrat duluan..."
"Betulkah?"
"He e... Alfi kalah sama ibu, punya ibu enak sekali..".
Niken tersenyum ada rasa bangga dalam hatinya dapat
menaklukan
jantan kecil ini.
ia berharap Alfi cukup puas tanpa harus merengut
keperawanannya.
Niken perlahan mendorong perut Alfi. Air mani Alfi meleleh
tumpah
di sprey. Namun wanita itu terkejut saat mendapati kenyataan,
begitu cepat penis anak ini menegang lagi. Seharusnya
seorang
lelaki butuh istirahat untuk memulihkan tenaga kembali telah
membuang spermanya begitu banyak. Tetapi tidak bagi Alfi
"Ohh Fii.. itumuu ..be..besar...lagii"
Alfi memberi waktu buat Niken itu mengamati barang miliknya
yang
berangsur membesar kaku. Bagi Niken benda itu terlihat aneh
kepalanya jauh lebih besar dari batangnya. Benda yang tadi
sempat
masuk ke dalam miliknya. Alfi tak mau berlama-lama ia takut
gairah
Niken menurun bahkan hilang. ia gosokan penisnya ke atas
dan ke
bawah belahan vagina gurunya menyentuh klitoris lalu lalu
perlahan bulatan kepala masuk hingga membentur selaput
dara
Niken.
"uhh.. dia masuk lagiii" gumamnya lirih.
Kali ini Alfi tak ingin kalah lagi. meski Niken memiliki jepitan
mulut
vagina sangat istimewa nikmat. Namun Alfi sesudah orgasme
satu
kali penisnya sudah jauh lebih tahan.
"ougggggh...Fiiiiii"
Alfi mengocok dengan cepat. Niken terbuai dan larut dalam
goyangan birahi Alfi.
Matanya terpejam menikmati persetubuhan ini. Ia masih sulit
percaya membayangkan yang sedang dicumbui oleh seorang
ABG
berumur 16 tahun. Penis anak itu meluncur mulus sampai
menyentuh selaput daranya. Niken mengerang setiap kali Alfi
menyodokkan penisnya. sesekali penis Alfi terlepas. Alfi mulai
percaya diri,
"Oughhh Fiiii." desah wanita itu.
Alfi tahu gesekan dan sodokannya akan berhasil membawa
wanitanya menuju ke puncak kenikmatan. Semakin
cepat..cepat..dan..
"Arrrrgggg..........Fiiiiiiiiiiiii !!!!!!!" Wanita itu menjerit
mendapatkan
orgasmenya.
Tiba-tiba vagina Niken mencengkram hebat penisnya jauh
lebih
keras dari sebelumnya.
Alfi terpekik tertahan tak menduga vagina wanita itu menjadi
begitu
nikmat. Alfi tahu satu dua kocokan lagi ia pasti sudah
muncrat lagi.
Namun ia berusaha bertahan sedikit lagi. Dalam hitungan
detik
setelah ia yakin Niken telah mendapatkan kenikmatannya
bocah itu kembali melepas benih cintanya di sertai pekik
kenikmatan.
"ohhh buuuu.. Alfi keluarrr laagiii!!!!!!"
Alfi memeluk gurunya itu dengan erat. Membenamkan kepala
kecilnya pada dada Niken yang empuk.
"Buuu Alfi sayang ibu..."bisiknya.
"Ibu juga sayang kamu fi..."
"benarkah?" Alfi mengangkat wajahnya untuk memandang
wajah
Niken seolah tak percaya dengan ucapan ibu gurunya yang
cantik
itu.
Niken tersenyum dan mengangguk. Di tekannya kepala Alfi
kembali
ke belahan dadanya.
Dan dibelainya. Ia tak tahu tiba-tiba ia merasakan benih-
benih
kasih sayang timbul dan menguat terhadap Alfi. Apakah
perasaan
ini yang muncul pada Wanita-wanita Alfi sebelumnya?
Sehingga
mereka rela menyerahkan milik mereka yang paling berharga...
keperawan. Napas Alfi masih agak tersengal-sengal.
Menaklukan
wanita yang satu ini sungguh telah menguras tenaganya.
Penisnya
perlahan kembali keukuran semula dan terlepas dari vagina
Niken.
Mereka berdua akhirnya jatuh tertidur. Entah berapa lama
Niken
tertidur, saat ia terbangun Alfi masih dalam posisi menindih
tubuhnya. Alfi sudah duluan terjaga dan kini sedang menetek
padanya.
"Ahh.. ia ereksi lagi" desah Niken sambil menarik napas
panjang
Ia merasakan benda itu kembali 'bangun' di atas bukit
kewanitaanya padahal baru satu jam yang lalu ia dan Alfi
bergumul.
Kini anak itu menginginkannya lagi Niken tak tahu ia harus
kuatir
atau senang. Petting barusan nyaris merusak selaput daranya.
Karena penis Alfi menerobos terlalu dalam. Beberapa jam ini ia
cukup kelabakan menangani napsu anak ini yang tak kunjung
reda.
Dua kali ejakulasi tak cukup bagi Alfi, anak itu telah
mengenalkannya pada dunia yang tadinya dianggapnya tabu
mulai
dari nikmatnya saling melumat bibir hingga petting. Niken
merasa
ia harus berusaha menghindari Alfi, ia takut makin terhanyut
oleh
permainan anak itu hingga akhirnya harus menyerahkan
miliknya
yang paling berharga. namun selalu seperti sebelumnya, ia tak
bisa. Ia tak sanggup menolak. Naluri kewanitaannya juga
menginginkan belaian-belaian dari bocah itu.
Kenikmatan itu begitu memabukkan, membuatnya ketagihan
Ughh...penis anak itu kembali menancap menyumbat jalan di
mana
bayi-bayi Niken akan lahir kelak. Gatal nikmat menjalar cepat
menyengat selangkangannya akibat ujung sengat Alfi yang
masih
berkulup penuh.
"Bu...."
"Egg?"
"boleh ya bu, kali ini ... Alfi masukan semua titit Alfi kepunya
ibu?"
Niken telah menduga sejak awal kalau akhirnya anak ini akan
meminta hal itu juga.
"Jangan fii ..., Alfi kan sudah janji . tidak akan melakukan
lebih dari
hanya sebatas petting.."
Dengan akal sehatnya Niken masih berusaha mengendalikan
hasrat
pada dirinya yang juga menggelora. Niken bukan tidak tahu
resiko
permainan apinya dengan Alfi .
Hanya tinggal satu langkah lagi ia dan Alfi akan melakukan
apa
yang hanya boleh ia lakukan dengan Donie sebagai suaminya
yang
sah kelak. Apabila ini terjadi ia tak bisa mundur lagi ke
belakang
menjelang pernikahan dengan tunangannya dua bulan lagi.
Bagaimana jadinya kalau Donie mempermasalahkan
keperawanannya di malam pertama mereka nantinya. Tidak
semua
laki-laki seperti Didit yang mau menerima wanita yang sudah
tidak
suci lagi sebagai istrinya
"Alfi ngga mau ingkar janji sama ibu, tapi...kalau ibu ijinkan
meski
hanya sekali ini saja Alfi ingin menjadi laki-laki pertama yang
ngentot sama ibu, dibunuh sama pak Donie pun Alfi rela demi
cinta
Alfi sama ibu"
Niken nyaris tertawa mendengar celoteh dan rayuan anak itu.
Rengekan seorang bocah polos. Mekipun dalam hatinya ia
mengakui kejantanan Alfi. Namun ada beberapa hal yang
membuat
dirinya tidak dapat mengabulkan keinginan Alfi. Baginya
Petting
sudah merupakan tahap terakhir yang dapat ia berikan untuk
anak
itu. Alfi merasa kecewa ia tahu ia tak mungkin memaksa
Niken. Ia
maklum Niken pasti tidak mau menyerahkan keperawanannya.
Namun Ia sudah bersukur Niken mau meladeninya hingga
pada
tahap ini. Alfi masih menindih tubuh sintal guru cantiknya itu
Ia
terus menerus memberikan rangsangan terhadap tubuh Niken,
mulutnya menghisap kuat puting sebelah kiri payudara putih
Niken
karena ia tahu yang kirilah yang paling sensitif. Sementara
kepala
penisnya tetap bergerak keluar masuk dalam kelopak vagina
wanita
itu, ini adalah posisi paling di sukai Sandra dan kedua
temannya,
demikian pula dengan Niken. Ia merasakan kenikmatan ganda.
Hanya Alfi yang bisa melakukan persetubuhan sambil menetek
berbarengan secara sempurna. Karena usianya masih di
bawah
umur sehingga tubuhnya yang jauh lebih pendek dari wanita
dewasa bertubuh setinggi Niken. Hal itu memungkinkan ia
mendapat posisi yang ideal. Hampir satu jam lamanya ia
melakukannya. Entah kenapa Alfi tak kunjung ejakulasi
padahal
Niken sudah empat kali memperoleh orgasme. Semakin lama
vaginanya semakin sensitif terhadap rangsangan. Bahkan
orgasme
yang terakhir barusan nyaris membuat air kecingnya ikut
memancar
keluar bersama cairan cintanya. Rasanya ia tak mampu terus
menerus melawan kemesraan yang diberikan Alfi padanya
"fiii......masuk..kan...semuaaa, ibuuu tak tahann lagiii
ohhhh..."
akhirnya Niken berbisik demikian ke telinga Alfi
Alfi bukan main terkejut namun gembira mendengar
penyerahan
terakhir wanitanya itu, sungguh ia tak menyangka akhirnya
gurunya
mengijinkannya melakukan penetrasi penuh ke liang
senggamanya
yang masih perawan.
"ughhh buuu.... Alfi entot ibu sekarang ya?" ujar bocah itu lirih
"Iya fii..iya.. milikii ibuu sayangg!!!! Ohhh!!" rintih wanita itu.
Tak
ada rasa malu yang tersisa
Niken sudah tak peduli lagi terhadap statusnya sebagai
seorang
pendidik atau sebagai calon istri Donie ....bahkan... pada
kehormatannya yang bakal terengut. Birahinya sudah sampai
pada
titik puncak Kini ia hanya butuh penuntasan dari sang murid
yang
sedang menggumulinya. Tak membuang waktu Alfi mendekap
tubuh
sintal sang ibu guru yang cantik itu. Mulutnya menyergap
kembali
putting sebelah kiri Niken. Melumatnya untuk meningkatkan
rasa
nikmat bagi wanitanya sebelum penyatuan itu terlaksana.
Petting
yang mereka lakukan sejak tadi sebenarnya sudah nyaris
merobek
selaput dara wanita itu.
Hingga tak terlalu sukar bagi penis Alfi melakukan penetrasi
total.
Alfi menurunkan pinggulnya dan dengan satu hentakan lembut
kewanitaan Niken merengang dan terkoyak
"Awww.. Fiiiii....Sakiiiiiiiit!!!" pekik Niken lirih perih saat selaput
daranya robek, jemarinya mencengram pinggul Alfi.
Penis bocah itu terus mendesak masuk perlahan menjamahi
semua
keindahan yang sudah sekian lama didambakannya di dalam
sana
hingga akhirnya berhenti setelah ujungnya yang berkulup
menyentuh dasar liang cinta itu. Untuk kesekian kalinya bocah
ini
berhasil merengut keperawanan seorang wanita dewasa yang
juga
cantik dan menggiurkan tak kalah dari wanita-wanita
sebelumnya.
Darah keperawanan wanita itu meleleh membasahi serey putih
di
bawahnya. Penantian Alfi selama ini telah menjadi kenyataan,
kini
sang ibu guru yang cantik sudah menyerah secara utuh dalam
dekapan eratnya.
Kulit Niken yang halus lembut bersentuhan tanpa penghalang
dan
batas apapun dengan tubuh kasar Alfi. Kemaluan mereka
bertaut
erat menyatu dengan sempurna seakan penis Alfi memang
tercipta
bagi vagina Niken begitupun sebaliknya. Alfi merasakan
nikmat
dalam liang perawan ketat yang itu berdenyut melumat
seluruh
batang penisnya
"Ougghhh..Fiii...pelann pelannn..."
Niken mulai merasakan sengatan nikmat melanda
selangkangannya
meski sakit masih ia rasakan. Tak ingin wanitanya mengeluh,
Alfi
mengocok lembut daging kejantanannya.
Ditariknya sedikit sejauh satu senti menghujam lagi perlahan
hingga menyentuh dasar rahim lalu dua detik ditahannya di
sana.
Berulang-ulang ia ulangi gerakan itu
"Ouhh...uuu..Fiii"
Niken mengangkat pinggulnya bila titit Alfi ditarik keluar,
begitupun
bila penis Alfi menekan masuk, ia mengikuti arah gerakannya.
Vaginanya begitu penuh sesak oleh daging cinta hitam milik
Alfi.
Gatal dan nikmat makin tak tertahankan. Ketika orgasmenya
datang
Niken pun terpekik
"Fiiiiiiiiii!!!!!!!!......Oughhhhh......"
Wanita itu mempererat dekapannya. Kedua kakinya melingkar
dipinggul Alfi dan menekannya. Ini orgasme Niken yang
pertama
hasil persetubuhan secara penuh dengan Alfi. Bola mata Niken
lenyap hanya tinggal putihnya. Cairan cintanya memancar
deras,
sungguh tak terkira nikmatnya, jauh lebih nikmat dari
sebelumnya,
bahkan berjuta kali jauh lebih nikmat dari petting barusan. Alfi
tahu
apa yang harus ia lakukan saat itu,
Ia berusaha menambah sensasi kenikmatan orgasme bagi
Niken.
Sambil bertahan ketika vagina Niken berkontaksi melumat
penisnya,
ditekannya benda itu sedalam dan selama mungkin pada
kemaluan
wanita itu. Lalu dikerahkannya kekuatan otot kemaluannya
untuk
membuat denyutan-denyutan berirama dan keras, nampaknya
ia
berhasil. Vagina Niken masih terus menghisap penisnya
hingga
satu menit.
"Buuu....Nikennn...enaakkkkkk!!"Alfipun terpekik dalam sensasi
nikmat.
Alfi menggigil menahan nikmat namun ia tak mau berakhir
secepat
itu. Spermanya seakan ingin meledakan di ujung penisnya
namun
masih dapat ia pertahankan sekuat tenaga.
Alfi tetap mengocok penisnya kali ini secara cepat. Niken
terkejut
gerakan Alfi kali ini membuatnya begitu cepat melambung
"Ohh.. Alfiiii... kamu kuat sekaliiiii"
Nampaknya sesi kali ini tidak berlangsung lama, baik Alfi
maupun
Niken tak mampu lagi bertahan.
"Bu Niken sayaaang...Alfiii sudah mau keluaarrr!!"
Niken mengeratkan jepitan kakinya pada pinggul Alfi
mencegah
anak itu untuk mencabut penisnya. Segera hanya hitungan
detik,
orgasme dasyat melanda keduanya. Seketika itu juga Alfi
menekan
tititnya secara penuh dan membentur mulut rahim Niken
"arrrggghhhhh...Fiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii" jerit Niken
Vagina indah Niken berkontraksi hebat melumat tiap senti
daging
penis Alfi, menghisapnya dengan segenap cinta dan
kepasrahan.
Alfi pun mendekap erat pujaannya.
"Ouggghhhhh..Buuuuu!!!!!!..Alfi keluarrrrrr!!!!" pekiknya
merasakan
kenikmatan yang datang jauh lebih dasyat dari pada
sebelumnya.
Nampaknya kali ini Alfi tak mampu bertahan lagi. Pertahannya
runtuh oleh nikmatnya lumatan dasyat vagina Niken sungguh
membuat kejantannya tak berdaya. Penis anak itu berdenyut
denyut
kencang, air mani yang tersimpan dalam testisnya selama
hampir
satu jam ini tak tertahankan meletup dari ujung kepundannya
dan
memancar deras pada tiap denyutannya. Denyutan yang
menghentak berulang-ulang jauh lebih dering dan keras dari
biasanya, Alfi seakan-akan ingin mengosongkan seluruh isi
testisnya ke dalam rahim pujaan hatinya itu. Orgasme dasyat
itu
berlangsung sekitar satu setengah menit namun bagi Niken
dan Alfi
bagaikan satu abad lamanya. Setelah orgasme Niken mereda
dan
kesadaran kembali pulih, ia berusaha mengatur napasnya.
Penis Alfi
pun masih menancap ketat.
"Uhh..Fiii...cabut duluu sayanggg" pinta Niken lirih ketika ia
rasakan
kewanitaanya agak ngilu.
Alfi mencabut perlahan meski ia masih ingin berlama-lama di
dalam
situ.
"Plokk..." saat benda itu terlepas sebagian sperma Alfi tumpah
ke
seprey. Niken memperhatikan bercak-bercak darah yang
bercampur
lendir putih menempel pada penis Alfi. Secara naluriah ia tahu
kewanitaannya pasti telah robek direngut oleh bocah itu.
Di kamar dan di tempat tidur ini dulu Sandra menyerahkan
kesuciannya pada Alfi dan kini iapun mengalami hal yang
sama.
Anak itu telah mengambil apa yang menjadi hak Donie calon
suaminya. Alfi mengecup pipi Niken, anak itu tak dapat
menyembunyikan kebahagianya, apa yang diidamkannya
menjadi
kenyataan sudah.
"Ma kasih ya bu, sudah ngebolehin Alfi begituan sama ibu. Alfi
sayang banget sama ibu...Alfi cinta ibu...."
"Kamu bocah nakal... kamu tahu kamu telah menodai ibu
gurumu
sendiri"
"Alfi ngga peduli , Alfi mencintai ibu walau Ibu telah menikahi
pak
Donie nantinya"
"Setelah apa yang engkau lakukan apakah kamu masih
memanggilku ibu?"
"biarlah Alfi tetap memanggil ibu"
"Bu..tadi Alfi muncratnya banyak, punya ibu enak sekali"
Sesaat Niken merasakan batang kemaluan Alfi kembali
mengeras
pada mulut vaginanya
"Anak nakal ... kamu belum puas juga"
"Alfi pingin lagi bu.. alfi pingin ngentot ibu lagi"
Niken merasakan kasih sayang tak terbatas tercurah dari
bocah itu.
Tenaga Alfi bagai tak ada habisnya. Entah ia tak tahu apakah
ia
telah jatuh cinta pada anak itu atau tidak. Alfi telah
mempersembahkan keindahan ragawi padanya dan membuat
dirinya
merasa nyaman dalam dekapan gurunya yang cantik.
********************************
Selama dua hari Alfi dan Niken tidak datang ke sekolah,
persetubuhan terjadi berulang-ulang. Niken yang lembut dan
sopan
kini sudah ketagihan akan seks, ia tak peduli akan statusnya
seorang guru bagi Alfi. Yang jelas baginya justru Alfi adalah
guru
yang mahir baginya dalam urusan ranjang. Ia bahkan tak
menolak
Alfi memintanya melakukan oral.
Tak ada rasa jijik mengemuti penis bocah itu dengan
mulutnya.
Bahkan ia sangat menikmati dan menyukainya. Hingga pada
esok
sorenya ketika mereka baru menyelesaikan persetubuhan
selama 3
jam. Saat jeda istirahat itu itu Alfi masih dalam keadaan
memeluk
dan menindih tubuh cantik wanitanya sambil sesekali
mencucupi
putting-putting payudaranya. Tiba-tiba Alfi bertanya
"Bu.. Ibu maukan punya bayi dari Alfi?"
"A..paa..Fiii?" Niken terkejut atas pertanyaan Alfi yang aneh.
"ibu kan sudah dapet benihnya Alfi, pastikan nanti Alfi punya
bayi
dari ibu"
"Ngga mungkin fii, ibu kan akan menjadi istrinya pak Doni dua
bulan lagi"
"iya deh Alfi ngalah sama pak Doni..."
Meski pembicaran singkat itu tak dianggap serius bagi Alfi
namun
Niken seakan baru tersadar akan apa yang telah terjadi. Niken
tercenung mendengar ucapan Alfi barusan. Selama dua hari ini
Ia
dan Alfi melakukan hubungan suami istri dan ia telah
membiarkan
Alfi berejakulasi berkali-kali di dalam vaginanya. Kegundahan
melanda hatinya. Bagaimana jika terjadi kehamilan?
Bagaimana
kelanjutan hubungannya dengan Donie?
Mungkinkah Donie masih mau menerimanya dalam keadaan
ternoda
oleh anak ini? Rasanya tidak mungkin. Meski Donie tukang
jajan
namun ia tetap menginginkan istrinya masih perawan.
"Bu.. ibu melamun?" lamunannya buyar saat Alfi memanggil
namanya.
"I..iyaaa"
"Ibu takut hamil, ya?"
Niken tak menyangka anak ini dapat mengetahui isi hatinya
yang
gundah. Meskipun demikian ia belum cukup umur untuk
mencerna
persoalan orang dewasa.
Niken menghela napas lalu mengangguk lemah
"Ibu juga takut soal perawan ibu kan?"Tanya Alfi lagi
"Iya, Kok kamu tahu Fii?"
"Kak Dian juga seperti ibu dulu, sudah gituan sama Alfi lantas
wajahnya sedih"
"Ohh begitu ya"
"Gimana kita cari dokter aja kak, biar kakak disembuhin
perawannya"
Mendengar ucapan Alfi Niken bangkit dan duduk, lalu
ditatapnya
bola matanya polos anak itu. Niken jadi teringat akan sahabat
karibnya semasa smu dulu Lila yang kini telah menjadi
seorang
dokter spesialis kandungan. Tak ingin berlarut-larut dalam
kebimbangan, ia memutuskan untuk menemui dan meminta
bantuan
dr.Lila sahabatnya itu.
"kamu anak pintar fii, besok kamu harus temani ibu ke Dokter
ya?"
"He e...Alfi temani ibu besok ...tapi sekarang Alfi mau itu lagi
sama
ibu" kata anak itu
"Kamu tidak bosan melakukan itu sama ibu?"
"Alfi ngga bosen... biar Alfi jadi suami selingkuhan ibu
nantinya"
"Hi..hii..hiii, kamu memang anak nakalll" ujar Niken geli.
Alfi merebahkan tubuh Niken kembali ke kasur. Niken menurut
saat
Alfi kembali mengumulinya. Tubuh sintal indah itu kembali
menyatu
dengan tubuh kecil dan kurus bocah itu. Seakan tiada bosan-
bosannya mereka melakukan hal itu berulang-ulang. Pantat
Alfi
bergerak naik turun dengan cepat, penisnya yang besar sudah
berjam-jam bahkan berhari-hari memadati liang senggama
Niken.
Biarlah urusan itu diselesaikan besok, Malam ini adalah
urusan
dewa dan dewi cinta pikir Niken dalam hati.
*************************
Keesokan sorenya Niken dengan mobilnya ia berangkat ke
tempat
praktek dr.Lila sahabatnya. Alfi dia ajak, kalau ditinggal di
rumah ia
kuatir mendadak Donie muncul memergoki Alfi di kamar tidur
tanpa
busana. Mereka sampai namun belum ada seorangpun di
sana.
Mereka duduk di sebuah ruang tunggu yang bersih dan
nyaman
namun agak tersembunyi.
"Fiii...jangan...nanti ada yang liat, ouhhh" Niken mendesah
saat
tangan nakal Alfi meremas dadanya lembut.
Tubuh wanita itu sudah demikian sensitif terhadap setiap
sentuhan
Alfi. Tubuhnya menggeliat. Niken sudah kuatir saat Kepala Alfi
sudah mengarah ke dadanya. Namun tiba-tiba terdengar
suara
sepatu melangkah ke arah mereka dan Alfi segera
menghentikan
kenakalannya.
"Nien... kamu udah lama nunggu aku?" Lila memanggil nama
sahabat karibnya dengan nama panggilan.
Mereka berpelukan hangat.
"Loh Alfi..kamu ngapain disini" ujar dr.Lila
"Kalian sudah saling kenal La?"
"Umm..ya ibu nya Alfi adalah pasienku juga" ujar dr.Lila
tergagap
berusaha menyembunyikan sesuatu.
"Alfi muridku di SMA tempatku mengajar La. Ia sengaja
kuminta
menemaniku untuk menemuimu"
"Oh begitu mana Donie Nien? Bukan dia yang mengantar
kamu?"
"Donie masih sibuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum cuti"
"O ya aku hampir lupa kalian kan akan menikah dua minggu
lagi,
ayo masuk mumpung pasienku yang lain belum datang"
"Fii.. kamu tunggu di sini ya, ibu masuk dulu"
Lila memeriksa Niken khususnya pada wilayah kewanitaannya.
Sesekali ia tersenyum melihat beberapa bekas merah pada
dada
Niken. Lila sudah sering melihat hal seperti itu pada
pasiennya.
Pasiennya tidak terbatas pada istri-istri orang berkantong
tebal
namun juga hampir seluruh pelacur pada lokalisasi X tempat
ibunya
Alfi bekerja dulu.
Dua puluh menitan Lila memeriksa Niken. Setelah selesai....
"Bagaimana La?" tanya Niken saat itu jantungnya berdetak
lebih
cepat menunggu jawaban Lila.
Dr.Lila tersenyum-senyum sambil membaca catatan hasil
pemeriksaannya.
"Kurasa ngga ada yang perlu dikuatirkan . secara lahiriah
kamu
sehat Nien dan siap menjalankan pernikahan. Donie tentu
sangat
berbahagia mempunyai calon istri bertubuh cantik dan sehat
sepertimu"
"Hanya itu La?" ujar Niken kurang puas, ia sepertinya tahu
ada hal
lain yang belum disampaikan Lila kepadanya.
"Baiklah. Sesuai dengan profesiku aku memang dapat
mengetahui
kondisimu sekarang namun ada hal-hal yang sebenarnya tidak
perlu kusampaikan disini mungkin menyangkut hal yang
sangat
pribadi bagimu"
"La aku ke sini justru ingin tahu darimu tentang kondisiku saat
ini?"
"Oke manis, kamu dengar baik-baik ya. Kusimpulkan dalam
beberapa hari belakangan ini kamu telah melakukan hubungan
seks, bekas-bekasnya terlihat jelas pada dinding vagina yang
lecet-lecet dan memar di mulut rahimmu. Bahkan selaput
daramu
baru robek berarti ini yang pertama. Akhirnya kalian lakukan
juga
sebelum hari itu datang ya kan? Hanya saja kunilai kalian
sudah
keterlaluan melakukannya. Aku sarankan beberapa hari ini
kalian
'puasa' dulu. Beri waktu dirimu recovery. Bagaimana apakah
nona
puas dengan penjelasanku?"
Deg..Niken tak menjawab, hatinya sungguh gundah
mendengar
penjelasan dari dr.Lila.
"La, apakah kamu yakin...betul-betul sudah robek?"
"Maksudmu selaput daramu?"
Niken mengangguk
"Ya. Biasanya hubungan intim pertama hanya menyobek satu
atau
dua sisi selaput dara,
Namun Ini malah robek di tujuh tempat. Kupikir luar biasa
juga
Donie"
Niken menjadi pucat pasi, kekhawatiran nampak membias
jelas
pada wajah Niken.
Hal itu terbaca Lila
"Loh kenapa, Tapi bukankah tak ada masalah robek sekarang
atau
nanti kan? Toh Donie juga yang melakukan."
"Itu...masalahnya La..."
Lila baru mengerti mengapa sejak datang tak terlihat senyum
sedikitpun dari wajah sohibnya ini.
"Maksudmu kamu melakukannya bukan dengan Donie, nien?
Loh
lantas siapa yang ....?"
Belum selesai pertanyaan dr.Lila, tiba-tiba...
"Udah selesai buuu..?" Alfi masuk tanpa mengetuk pintu dan
langsung duduk di samping Niken.
"Alfi tunggu diluar ya. Ibu masih ingin bicara dengan bu
dokter"
Alfi berdiri sebelum menghilang ke balik pintu ia sempat
mengecup
lembut pipi Niken.
Niken agak jengah, matanya melirik ke arah Lila yang masih
bengong.
"Lelaki ituu...." dr.Lila tak ingin menyelesaikan kata-katanya.
Ia
takut salah omong.
Suasana jadi hening sejenak. Niken berusaha menguasai
perasaannya. Sambil menghela napas panjang ia berkata
"Dugaanmu benar La. si Alfi orangnya"
Kembali hening, Lila membuka pembicaraan.
"jika aku boleh tahu apakah anak itu menggunakan pengaman
seperti kondom saat kalian melakukannya?"
"Ti..ti..dak, masa bisa hamil? Alfi kan masih anak-anak... la"
"Dalam beberapa kasus beberapa anak spermanya lebih cepat
mencapai kesuburan, bahkan di Amerika seorang anak laki-
laki
berumur 9 tahun kedapatan menghamili teman
sepermainannya. Apa
kamu dalam masa subur, Nien?"
"y..ya"
"berapa kali ia ber-ejakulasi internal padamu?"
"A..aku tak tahu pasti ...mungkin... lebih.. 20 sampai 30 kali-
an"
Lila menggeleng-gelengkan kepala, dalam hatinya ia sudah
tahu
dan mengenal lama anak itu. Lila juga yang memeriksa
kesuburan
Alfi setahun yang lalu. Saat itu ibunya meminta Lila
mengadakan
test pada Alfi setelah ada seorang pelacur di lokalisasi X yang
sempat dicurigai hamil oleh ulah anak itu.
"apakah aku sudah hamil La?" ujar niken panic
"Belum bisa dipastikan apakan benih Alfi membuahi dirimu
karena
baru berjalan dua hari yang lalu, kita tunggu hingga masa
kamu
datang bulan nanti, namun kehamilan mungkin saja terjadi
bila
pada masa suburmu sperma Alfi bertemu dengan sel telurmu.
setetes cairan bening atau cairan pre-cum pun sudah
mengandung
sperma dalam jumlah kecil dan perlu kamu ketahui ada jutaan
sperma dalam satu sendok kecil saja ..... apalagi Alfi sampai
ejakulasi berkali-kali."
"Ohh..Laa..tolong aku harus bagaimana sekarang?" ujar Niken
panik, sudut matanya mulai berair.
Lila berusaha mencairkan suasana yang tegang dan membuat
Niken
tenang, ia sungguh tak ingin perbuatannya menjadi aib yang
memalukan bagi keluarganya.
"Oke.. nampaknya kamu sungguh butuh bantuanku"
Lila diam sejenak nampaknya ia sedang memikirkan sesuatu.
"Baiklah, kita hanya perlu lakukan operasi kecil pada selaput
daramu. kemungkin hanya akan memakan waktu kurang lebih
1
jam." jelas Lila
"Ma..maksudmu aku bisaa...utuh lagi?"
"Tidak begitu, aku hanya perlu menarik sisa yang ditinggalkan
Alfi
lalu menjahitnya. Aku usahakan agar saat robek di malam
pengantinmu masih mengeluarkan darah."
"Lan..tas bagaimana dengan kehamilanku?"
"Kupikir kamu belum tentu hamil, seperti kataku tadi kita
harus
menunggu datang bulanmu. toh baru dua bulan lagi kamu
akan
menikah dengan Donie. Aku pikir kita masih punya banyak
waktu
dan bisa mengatur hal itu nantinya."
Tangis Niken meledak setelah mendengar penjelasan Lila,
perasaannya lega. Tadi ia sudah benar-benar ketakutan akan
akibat
dari perbuatannya dan Alfi sekaligus ia pun sungguh tak ingin
mengecewakan Donie meskipun lelaki itu brengsek. Lila
memeluk
sahabatnya itu. Beberapa saat setelah Niken tenang, Dr.Lila
berbicara agak serius
"Ok sekarang dengarkan aku. Melihat kondisi selaput daramu
yang
robek total aku mungkin hanya dapat melakukan operasi satu
kali.
Untuk itu aku mau kerja samamu. Setelah operasi ini kamu
tak
dapat lagi berhubungan intim dengan Alfi hingga malam
pernikahanmu."
Niken merenung. Ia sadar ini sungguh tak adil bagi Alfi,
namun ia
sudah tak punya pilihan lagi. Ia tak ingin pernikahannya
dengan
Donie gagal.
"Jika demikian aku minta waktu beberapa hari..soalnya aku
tak mau
Alfi ...kecewa"
Lila tersenyum.
"Baiklah aku mengerti. Aku akan menunggu kesiapan dirimu
untuk
melakukan operasi tersebut."
"Ma kasih ya La, kamu telah memberiku solusi dari
masalahku"
"Tak masalah Nien, aku kan sahabat terbaikmu sejak dulu"
"La..satu lagi pintaku"
"Apa itu?"
"Hanya kamu yang tahu tentang hubunganku dengan Alfi,"
"Tak usah kuatir akan hal itu manis, aku akan menjaganya..hi
hi."
Niken memeluk dan mencium pipi Lila sebelum pergi.
***********************
Saat di dalam mobil Niken perlahan menyampaikan semua
penjelasan dr.Lila tadi. Alfi menunduk sedih
"Fii kamu ngga usah sedih, Ibu akan tetap menemui kamu
setelah
ibu resmi menjadi istri pak Doni" ujar Niken. "Yang penting
sekarang kita masih punya waktu satu minggu sebelum ibu di
'perbaiki' dr.Lila"
"Benar ya bu.."ujar anak itu matanya berbinar-binar gembira.
Niken mengangguk. Lega rasanya semua permasalahannya
sudah
teratasi kini. Sesampai di rumah. Niken sudah tahu apa yang
bakal
terjadi selanjutnya. Ya.. ia tak dapat menolak Alfi
menuntunnya ke
kamar dan melucuti semua kain yang melekat ditubuh mereka
berdua. Alfi begitu tergesa-gesa saat memasukan penisnya.
"Ssstt..perlahan sayang..ibu tak akan kemana-kemana kok..."
bisik
wanita itu.
Wanita itu mengerti jika saat ini Alfi takut sekali kehilangan
dirinya,
mengingat beberapa hari lagi mereka akan segera berpisah.
Tak ada
penyesalan dalam hatinya segalanya kini telah ia serahkan
bagi Alfi
termasuk hatinya. Dua menit berselang wanita itu sudah
dalam
genjotan ganas bocah lalu memekik nikmat ketika orgasme
melanda dirinya berulang-ulang. Mereka melakukannya
berulang-
ulang hingga tengah malam. Beruntung bagi mereka tadi Doni
sempat menelpon bahwa ia harus berangkat ke luar kota.
*****************************
Dua bulan kemudian, pagi hari setelah malam resepsi
pernikahan.
Di dalam kamar pengantin, lagu 'malaikat juga tau' sedang
mengalun lembut. Donie terbaring dalam kepuasan, sesekali
mengecup kening pengantinnya yang cantik yang tertidur bak
seorang putri.
"terima kasih manis kamu telah mempersembahkan yang
terbaik
padaku"
tak sia-sia semalam ia berjuang satu jam-an untuk
menembus
selaput dara Niken. Pekik kesakitan istrinya semalam dan
noda
darah di sprey sungguh membuatnya bangga. Meski ia hanya
mampu bertahan kurang dari satu menitan di dalam kuluman
vagina
istrinya tanpa sekalipun memberi orgasme. Saat syair lagu
telah
sampai pada....'malaikat juga tau siapa yang jadi juaranya...'
Sementara itu Niken dalam tidurnya tersenyum dan berbisik
lirih
"Al..fiii......."

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.