Selasa, 03 Maret 2015

Nightmare Campus 3: Fall of the Pride

Sebagai seorang gadis 21 tahun yang sedang mekar-mekarnya,
kehidupan Sherin, mahasiswi sastra Inggris semester lima di
Universitas ****** dipenuhi keceriaan, hari-harinya dilalui dengan
kuliah, dugem, ngerumpi bareng teman-teman, shopping, pacaran, dan
kegiatan-kegiatan gadis kuliahan pada umumnya. Anak tunggal
seorang pemilik pabrik makanan ringan ternama, dia juga dianugerahi
wajah cantik dan tubuh jangkung yang indah serta kulit yang putih,
rambutnya coklat sebahu lebih dan ujungnya agak bergelombang.
Sherin juga amat menjaga penampilannya dengan fitness, spa, dan ke
salon secara rutin, dia memang ingin selalu terlihat cantik di depan
Frans, pacarnya sehingga banyak cowok lain sirik dengan Frans ketika
sedang jalan bareng.
Terlepas dari itu semua, Sherin juga memiliki perangai buruk, sebagai
seorang anak tunggal keluarga kaya yang hidup serba berkecukupan
seringkali dia memandang rendah orang yang lebih rendah
kedudukannya, salah satunya yang sering kena marah olehnya adalah
Nurdin, sopir yang bertugas mengantar-jemputnya. Pernah sekali
waktu dia telat menjemput karena jalan macet akibat ada demo,
sesampainya disana Sherin menyemprotnya habis-habisan dengan
judesnya di lapangan parkir sampai terlihat beberapa orang lewat dan
satpam disana. Sungguh pedih hati sopir itu direndahkan di depan
umum oleh nona majikannya, dia sudah lama bersabar menghadapi
keangkuhan gadis ini, kali ini dia sudah tidak tahan lagi dan berpikir
akan mengundurkan diri saja, tapi sebelum mundur sebuah
kesempatan emas untuk memberi 'pelajaran' pada nona majikannya
yang sombong itu menghampirinya lewat obrolan dengan Imron, si
penjaga kampus bejat yang hobi memperkosa korbannya lewat foto-
foto memalukan yang diambil dengan cameraphone hasil temuannya.
Mimpi buruk Sherin berawal ketika suatu hari setelah bermain basket di
bangsal kampus, dia bersama teman-temannya menuju toilet di sana
untuk ganti baju. Dia memasuki toilet kedua dari ujung yang ternyata
adalah sebuah pilihan fatal, karena di sebelahnya Imron telah lama
menanti mangsa yang masuk kesana selama hampir setengah jam.
Dengan sabarnya dia menanti dan melihat situasi melalui celah di
pintu. Memang yang memasuki toilet sebelahnya bukan cuma Sherin,
sebelumnya telah ada beberapa orang masuk ke sana, namun saat itu
di depan toilet juga masih banyak orang, sehingga kalau Imron
menjulurkan tangannya melalui tembok pembatas yang bagian atasnya
terbuka untuk mengarahkan cameraphonenya tentu akan ketahuan oleh
orang dari luar. Diapun sempat melihat tubuh-tubuh mulus mereka
yang ganti baju di luar toilet, tapi untuk mengambil gambarnya susah,
risiko untuk ketahuan terlalu besar dan ketika dia coba memotret dari
celah pintu yang sempit itu hasilnya tidak maksimal, maka dia
memutuskan menunggu orang memasuki toilet sebelah ketika situasi di
luarnya sudah sepi, sambil berharap orang itu cantik.
Kesalahan Sherin adalah dia memasuki toilet saat orang lain banyak
yang sudah keluar, karena sebelumnya dia ke kantin dulu membeli
minum dan duduk sebentar merenggangkan otot. Ketika dia memasuki
toilet, dua temannya yang masih disanapun sudah hampir selesai,
Imron tersenyum kegirangan begitu dilihatnya kedua orang itupun
akhirnya keluar juga.
"Yuk, Sher...kita duluan yah !" seru salah satunya sambil membuka
pintu keluar
"Iya-iya, see you, duluan aja gih !" balasnya dari dalam
Sherin melepaskan bajunya yang berkeringat dan disusul celana olah
raganya bersamaan dengan celana dalamnya, hanya dengan memakai
bra pink dia duduk di kloset untuk buang air kecil. Dia tidak menyadari
diatasnya Imron dengan hati-hati mengintipnya sambil menyutingnya
dengan kameraphone. Tiga menit saja, video klip yang terekam cukup
jelas memperlihatkan wajah, tubuh, dan adegan buang air kecilnya.
Sebelum gadis itu keluar, Imron cepat-cepat turun dari pijakannya lalu
keluar dari toilet itu dengan hati-hati.
Hari itu masih sekitar jam dua siang dan masih banyak tugas yang
harus diselesaikan Imron, terutama karena sempat tertunda ketika
menanti mangsa di toilet itu. Maka niat buruknya lebih baik ditundanya
daripada melakukannya dengan diburu-buru pekerjaan, lagipula
rekaman tiga menitan itu sudah menjadikan gadis itu sudah dalam
genggamannya, selain itu juga dia mengenal sopir yang mengantar
jemputnya yang sering ngobrol di waktu senggang. Kebetulan belum
lama ini dia mendengar keluhan Nurdin, si sopir itu tentang anak gadis
majikannya dan berencana mengundurkan diri mencari kerja lain. Imron
sendiri pernah mendapat perlakuan tidak enak dari gadis itu setahun
sebelumnya.
Saat itu Sherin sedang terburu-buru menuruni tangga, karena memakai
sepatu sol tinggi dan tidak hati-hati dia terpeleset jatuh, jatuhnya
tidak tinggi sehingga tidak berbahaya, tapi karena waktu itu dia
memakai rok diatas lutut tentu saja paha mulus dan celana dalamnya
sempat tersingkap. Imron, yang waktu itu sedang menyapu dekat
tangga itu memunguti tasnya dan membantunya bangkit, namun Sherin
malah membalasnya dengan makian kasar
"Tua bangka, lepasin tangan lo, mau cari kesempatan yah pegang-
pegang !" katanya dengan sengit menepis tangan Imron "Emang saya
ga tau apa daritadi mata lu ngeliat kemana aja ? lu pikir siapa lu, dasar
kampungan ga tau diri !" bentak Sherin sambil berlalu darinya,
tangannya masih memegangi pantatnya yang kesakitan. Imron hanya
tertunduk menerima penghinaan itu tanpa sempat memberi penjelasan,
walaupun ada rasa marah tapi dia mencoba memendamnya mengingat
usahanya merubah diri, namun begitu menemukan cameraphone itu
niat jahat dan nafsu balas dendamnya bangkit kembali dan menghantui
kampus itu.
Hari itu, Sherin sedang di perpustakaan mencari buku untuk tugas
ketika sebuah MMS masuk ke ponselnya. Dibukanya pesan dengan
nomor tak dikenal itu. Wajahnya langsung pucat dengan mulut
ternganga, jantungnya seakan berhenti berdetak sehingga buku yang
dipegangnya jatuh terlepas dari genggamannya begitu melihat rekaman
yang memperlihatkan dirinya sedang ganti baju dan buang air kecil di
toilet, dibawahnya juga ada pesan :
"kalau tidak mau ini tersebar, saya tunggu di gedung kesenian ruang
F-307 jam empat hari ini"
"Sher, kenapa lu ? ga enak badan ?" tanya temannya yang sedang
mencari buku tidak jauh darinya.
"Ohh...ngga-ga papah kok, cuma buku jatuh aja ehehhe !" Sherin
menutupi kekagetannya dengan tawa dipaksa.
Setelah itu buru-buru dia keluar dari perpustakaan mencari tempat
sepi untuk menelepon nomor itu.
"Hehehe, udah diterima pesannya Non ? bagus kan ?" kata suara berat
diseberang sana begitu ponsel diangkat.
"Heh, kurang ajar lu yah, siapa lu sebenernya hah !" suaranya
meninggi menahan amarah dalam dadanya.
"Udah gak sabar yah Non, tunggu aja nanti sore, kita bakal
membicarakan penawaran menarik buat film Non itu !" jawab Imron
dengan kalem
"Bajingan, lu emang setan, jangan macem-macem yah sama gua !"
Sherin demikian marah dan frustasinya sampai mau nangis.
"Udahlah Non, capek marah-marah gitu, pokoknya saya tunggu nanti
di F-307, saya sekarang masih banyak kerjaan, dan satu lagi, pastikan
jangan ada orang lain yang tahu kalau ga mau dapat susah !" selesai
berkata Imron menutup ponselnya.
Sebenarnya jam tiga kurangpun dia sudah tidak ada kuliah lagi. Setelah
menyuruh Nurdin yang telah menjemputnya untuk menunggu dia pergi
ke kantin untuk menunggu waktu yang ditentukan. Matanya tertuju ke
novel yang dibawanya tetapi pikirannya tidak di sana, yang ada di
pikirannya adalah bayangan mengerikan tentang apa yang diinginkan
pengintip misterius itu pada dirinya dan bagaimana kalau rekaman itu
tersebar. Saking stressnya, tanpa terasa dua batang rokok telah
dihabiskannya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, pengintip misterius itu
menghubunginya.
"Udah keluar yah Non, kalo gitu sekarang aja ke atas aja supaya lebih
cepat beres, saya sudah nunggu di sini juga kok"
Tanpa mengucapkan sepatah katapun, Sherin langsung mematikan
ponselnya dan beranjak ke tempat yang ditentukan. Lantai itu memang
sudah sepi, ketika naik tangga saja dia cuma berpapasan dengan dua
orang pegawai tata usaha fakultas yang baru selesai kerja. Semakin
langkahnya mendekati ruang itu, semakin berdebar pula jantungnya.
"Halo Non Sherin, datang juga akhirnya !" sapa Imron begitu Sherin
memasuki pintu yang setengah terbuka itu."Mungkin Non lagi nyari
orang yang merekam ini ya ?" tanyanya sambil menunjukkan
cameraphonenya.
Sherin melihat dalam layar kecil itu dimana dirinya sedang ganti baju
lalu buang air kecil, wajahnya kontan memerah karena marah dan malu.
"Bajingan, serahkan barang itu !" Sherin berteriak sambil merangsek ke
depan.
Dia berusaha merebut cameraphone itu, tapi pria setengah baya itu
lebih sigap dan tenaganya lebih besar. Dengan mudah didorongnya
gadis itu hingga tersungkur di lantai. Sambil menyeringai matanya
memandang tajam tubuh Sherin yang terbungkus baju biru bermotif
bunga tanpa lengan, rok putihnya yang mini sedikit tersingkap
memperlihatkan pahanya yang panjang dan mulus.
"Mau apa kamu bangsat, jangan mendekat, pergi !" Sherin menggeser-
geser tubuhnya menjauh dari Imron yang mendekatinya, dalam
kepanikannya dia tidak sadar bahwa roknya semakin tersingkap dan
celana dalamnya pun sempat terlihat.
"Tenang Non, jangan takut, bapak ga bakal nyakitin Non kok, malah
ngasih Non kenikmatan yang luar biasa !" katanya sambil
cengengesan.
Baru pernah seumur hidupnya Sherin mendengar perkataan yang
sangat merendahkannya itu, omongannya benar-benar rendah dan
menjijikkan menyebabkan bulu kuduknya merinding ketakutan. Susah
payah akhirnya dia bisa bangkit kembali dan berusaha mencapai pintu,
namun ketika sudah dekat pintu itu membuka, Nurdin, sopirnya
muncul di depan pintu.
"Bang Nurdin, tolong Bang...ada orang gila !" katanya terbata-bata
karena masih gemetar.
Namun kelegaannya cuma sebentar saja, karena Nurdin malah
mendorongnya ke arah Imron yang dengan sigap menangkap tubuhnya,
ketika dia mau menjerit, tangan kokoh Imron langsung membungkam
mulutnya sementara tangan satunya mengunci kedua pergelangannya
yang telah ditelikung ke belakang. Nurdin menggeser meja dosen
untuk mengganjal pintu, setelahnya dia mulai menghampiri nona
majikannya itu.
"Lebih baik Non berhenti ngelawan, inget Non kesini buat apa ? Non
pengen rekaman ini diliat orang lain ? dimana nanti mukanya mau
ditaruh Non ?" ancam Imron sambil tetap membekap mulut Sherin
"Coba aja kabur atau teriak, rekaman ini bakal tersebar, tinggal kirim
ke sembarang nomor di HP ini !"
Sherin tidak tahu harus berbuat apa lagi dalam situasi seperti itu.
Ketakutan akan dicelakai dan rekamannya tersebar membuat
rontaannya berkurang dan pasrah pada nasibnya.
"Binatang lu, tega-teganya berbuat gini ke gua, kacung ga tau
diuntung !" maki Sherin pada Nurdin dengan tatapan penuh kebencian.
"Hehehe, udah gini masih bisa galak juga Non !" Nurdin terkekeh
sambil mengelus pipi majikannya "denger yah, saya juga udah ga
tahan kerja buat cewek sombong kaya Non ini, besok saya juga mau
keluar kok, tapi sebelum keluar saya mau ngasih Non kenangan manis
dulu dong !"
Wajahnya makin pucat mendengar perkataan itu, dia sadar sudah tidak
bisa berbuat apa-apa lagi, dia sudah dalam cengkeraman mereka.
Keangkuhannya runtuh seketika itu juga, dadanya sesak dipenuhi
emosi karena dikhianati, direndahkan dan diancam.
Tatapan mata Nurdin yang penuh nafsu binatang itu membuat nyalinya
ciut sehingga memalingkan muka tak berani menatapnya, wajahnya
jadi memelas memohon belas kasih. Tiba-tiba dirasakan darahnya
berdesir ketika Nurdin menggerayangi pahanya yang jenjang.
"Udah daridulu gua pengen megang nih paha, akhirnya bisa juga
sekarang, gile mulusnya!" komentarnya
Tangan Nurdin meraba makin naik hingga menyingkap roknya dan
meremasi bongkahan pantatnya, sementara dari belakang Imron
meremas payudara kirinya. Air mata Sherin pun mengalir dan
memohon-mohon minta dilepaskan.
"Jangan, jangan perkosa saya, ampun !" katanya terisak
"Santai Non, nanti juga enak kok" sahut Imron
Nurdin mulai menciumi pipi Sherin, leher dan telinga juga tak luput
darinya, Hembusan nafas dan lidahnya membuatnya bergidik juga
merasakan sensasi aneh yang meskipun dia menolaknya tapi ingin
terus merasakannya.
Kemudian tangannya meraih kepala Sherin dan mencium bibirnya yang
tipis dengan kasar, dia menggeleng-gelengkan kepala berusaha
menolak, namun Nurdin pegangan Nurdin pada kepalanya terlampau
kuat sehingga terpaksa diterimanya serbuan bibir sopirnya itu.
Eeemmhh...emmphhh !" hanya itu yang terdengar dari mulutnya yang
tersumbat bibir Nurdin yang atasnya ditumbuhi kumis tipis seperti
tikus.
Tangan Nurdin kini sudah meraba kemaluannya yang masih tertutup
celana dalam, jari-jarinya bergerak liar mengosoki belahan
kemaluannya. Sementara Imron makin bernafsu meremasi payudara
Sherin, perlakuan kasarnya membuatnya ingin menjerit kesakitan tapi
mulutnya tersumbat bibir Nurdin sehingga bibirnya yang terkatup
malah terbuka dan lidah Nurdin pun menerobos masuk, lidahnya
menyapu rongga mulut Sherin dan beradu dengan lidahnya.
Imron mulai mempreteli kancing baju Sherin dan menarik lepas baju itu
dari tubuhnya. Kini tubuh atas Sherin cuma tersisa bra pink.
"Bukain kaitnya Pak Imron, daridulu gua penasaran pengen liat toked
majikan gua ini !" kata Imron tak sabaran
Imron pun melucuti branya, Sherin menutupi payudaranya dengan
tangan dan terus memohon agar mereka tidak meneruskan aksinya.
Tanpa mempedulikan ocehannya, Nurdin menyingkirkan tangan yang
menghalanginya itu. Terpesonalah keduanya melihat keindahan buah
dada Sherin yang putih, kencang dan berputing kemerahan itu.
"Wah majikanlu tokednya bagus banget, putih bulat kaya bakpao !"
kata Imron sambil mengusap-usap payudara itu.
"Iya nih, pentilnya juga ngegemesin, imut gini !" timpal Nurdin yang
tangannya memencet puting itu dan menarik-nariknya."Nah, sekarang
coba kita liat bawahnya !"
Sherin berusaha menahan roknya dengan tangan ketika Nurdin akan
memelorotinya, tapi kemudian Imron kembali menelikung tangannya ke
belakang sehingga dengan leluasa
Nurdin membuka sabuk dan resletingnya, rok itu pun meluncur jatuh
melalui kakinya, disusul celana dalamnya dipeloroti hingga ke lutut.
Kedua orang itupun kini dapat menikmati tubuh polos Sherin, tangan-
tangan hitam kasar itu berkeliaran menggerayangi lekuk tubuhnya yang
indah. Nurdin yang berjongkok mulai menyentuh kemaluannya yang
dilebati bulu-bulu tipis yang tercukur rapi.
"Hhmm...memek yang bagus, masih rapat, jembutnya juga rapih, gua
suka yang kaya gini !" celoteh Nurdin
Dari belakang Imron mencaplok kedua payudaranya, jari-jarinya
memencet-mencet dan memilin-milin putingnya sehingga Sherin pun
terpancing libidonya, nafasnya makin berat. Walaupun sesekali dia
memelas minta dilepaskan, namun tubuhnya berkata lain, terlebih
ketika lidah panas Imron menyapu telak leher dan belakang telinganya.
Saat itu satu tangan Imron turun ke bawah dan meremas pantatnya,
jarinya terkadang menyentuh anusnya, belum lagi jari dan lidah Nurdin
yang kini sedang bermain di vaginanya. Perbuatan mereka membuat
Sherin semakin tak berdaya, tak berdaya karena nikmat dan tak cukup
tenaga untuk melawan.
Mereka lalu menurunkan tubuhnya hingga terbaring di lantai, dia
merasakan dinginnya lantai menyentuh punggungnya. Nurdin melepas
celana dalam yang menyangkut di tungkainya dan dibukanya sepasang
paha itu, wajahnya mendekati kemaluannya, lidahnya menjilati paha,
pangkal paha, hingga akhirnya menyentuh bibir vaginanya. Di tempat
lain Imron dengan rakus mencium dan menghisap payudaranya,
lidahnya yang menari-nari liar itu menyebabkan puting itu makin
mengeras.
"Toked yang montok, eemmhh...sluurpp...!"
Beberapa menit lamanya Imron mengeksploitasi payudara Sherin
sebelum akhirnya jilatannya meluas ke lekuk tubuh lainnya, ketiak,
bahu, leher, hingga akhirnya bibir mereka bertemu. Dari matanya yang
terpejam air mata terus mengalir, namun birahinya terus naik tak
terkendali.
"Hhhmmpphh...!" rintih Sherin tersendat saat lidah sopirnya menyentil-
nyentil klitorisnya, tubuhnya menggeliat-geliat menahan siksaan birahi
itu.
"Udah mulai kerasa enaknya kan Non,tuh udah banjir gini !" ejek
Nurdin sambil terus menjilatinya.
Kalah oleh desakan nafsunya, Sherin pun tak terasa membalas
permainan lidah Imron, untuk mengurangi rasa jijik dia membayangkan
yang dicium itu adalah Frans. Dia merasakan kemaluannya sudah
sangat basah akibat jilatan sopirnya, tak lama kemudian dirasakan
badannya menggelinjang. Mereka tertawa-tawa melihat reaksinya.
"Hahaha...akhirnya nikmatin juga kan !" ejek Imron
"Dasar perek, munafik, tadi sok jual mahal, tapi baru digituin dikit aja
udah keenakan !" timpal Nurdin
Betapa panasnya telinga Sherin mendengar hinaan seperti itu, apalagi
yang mengucapkan adalah sopirnya sendiri, dia tak menyangka
sopirnya sampai setega itu padanya, dia mulai menyesali seandainya
dulu dia bersikap baik padanya mungkin kejadian hari ini tidak akan
menimpanya, tapi segalanya sudah terlambat.
Kini Nurdin menariknya hingga berlutut di depan selangkangannya,
lalu dia membuka celananya sendiri. Dan terlihatlah kemaluannya yang
membuat Sherin terkesiap karena panjangnya, lebih kaget lagi saat dia
melihat milik Imron yang sudah berdiri di sebelahnya karena miliknya
walaupun tak sepanjang sopirnya namun lebih kokoh dan berurat.
Sambil berkacak pinggang seolah tanda kemenangan, Nurdin
memerintahkan anak majikannya mengoral penisnya. Di bawah
ancaman, Sherin meraih penis itu dengan tangan gemetar lalu sambil
menutup mata menahan rasa jijik dimasukkannya benda itu ke
mulutnya.
"Huehehe...baru kali ini gua liat majikan nyepongin sopirnya, hebat,
hebat !" ejek Imron melihat adegan itu.
"Sepongannya yahud banget, daripada nyepongin pacar Non yang
kontolnya kecil itu mendingan yang saya kan, lebih gede, lebih muasin
lagi !" Nurdin menimpali
"Ayo Non, yang saya juga pengen diservis !" Imron meraih tangan
Sherin dan meletakkannya pada penisnya.
Sherin mengulum dan mengisap penis sopirnya sambil tangannya
sesekali mengocoknya, sementara tangan satunya mengocok punyanya
Imron. Sepuluh menit lebih dia mengocok dan mengulum penis kedua
jahanam itu secara bergantian. Dia menyadari betapa kotor dirinya saat
melakukan hal itu, tapi entah dorongan apa yang membuatnya merasa
terangsang dan menikmati perlakuan mereka.
"Sshhh...sshh...mau ngecrot nih Non, ditelen yah...awas kalo
dimuntahin !" perintah Imron sambil melenguh nikmat.
Akhirnya dengan satu lenguhan panjang Imron, menekan kepala Sherin
ke selangkangannya sehingga batang itu melesak lebih dalam ke
tenggorokan gadis itu lalu menumpahkan isinya yang kental disana.
Cairan itu langsung memenuhi mulutnya dan tertelan tanpa bisa
ditahan. Sherin gelagapan dan meronta ingin melepaskan benda itu
tapi Imron menahan kepalanya dan kalah tenaga. Dia langsung
terbatuk-batuk dan nafasnya terengah-engah mencari udara segar
begitu Imron mencabut penisnya, aroma sperma yang menusuk itu
masih terasa di mulutnya.
Sherin sempat beristirahat sekitar dua menitan sebelum Nurdin menarik
pergelangan kakinya dan membentangkan kedua pahanya, lalu dia
mengambil posisi diantara kedua paha itu.
"Ok, Non sekarang saatnya ngejos hehehe!" seringainya mesum
"Jangan Bang, saya mohon...oohh, maafin saya !" Sherin mengiba
dengan berurai air mata.
"Waktu saya minta maaf dulu, Non juga ga maafin, enak aja sekarang
minta maaf !" cibir Nurdin tanpa menghentikan aksinya mendorong
penisnya memasuki vaginanya.
"Sakit...akh...lepaskan...uuhh !" rintihnya saat penis sopirnya menyeruak
masuk menggesek dinding kemaluannya.
"Ooohh...enak tenan memeknya Non biar udah ga perawan tapi masih
seret !" komentar Nurdin
"Tuh kan kebukti kontol pacarnya kecil, kalo ngga pasti udah ga
seseret sekarang, ya ga Din !" sahut Imron disambut gelak tawa
keduanya.
"Siap yah Non, saya bakal ngebuktiin kalo saya lebih bisa muasin Non
daripada pacar Non itu, hiihh !" habis mengucapkan kalimat itu Nurdin
langsung menyodokkan penisnya diiringi erangan panjang Sherin.
Nurdin terus menghentak-hentakkan pinggulnya membuat tubuh
Sherin berkelejotan, mulutnya mengap-mengap mengeluarkan rintihan
yang justru membuat kedua orang itu tambah bernafsu.
"Ayo liat sini, asyik nih buat nambah koleksi gua !" sahut Imron
mengarahkan cameraphone itu pada mereka.
"Jangan...tolong jangan ahhh...direkam...ahhh !" Sherin mencoba
menutupi wajahnya dengan tangan
Namun Nurdin malah merentangkan kedua tangannya itu ke samping
sehingga Sherin tidak bisa menutupi wajahnya lagi. Nurdin tertawa-
tawa melihat ke arah kamera seolah bangga bisa menikmati tubuh
majikannya yang cantik itu. Sekitar tiga menit Imron mengabadikan
adegan perkosaan itu sebelum dia sendiri bergabung menikmati tubuh
mulus itu.
Imron menggerayangi seluruh tubuh Sherin serta menjilatinya, leher
jenjang itu dicupangi sampai memerah. Lidah Imron yang menggelitik
tubuhnya membuatnya makin menggelinjang.
"Busyet, baru pernah gua main sama anak juragan sendiri, ternyata
asoynya ga ketulungan !" kata Nurdin sambil terus menyetubuhinya
tanpa ampun.
Tak lama kemudian, tubuh Sherin mengejang dan menekuk ke atas
sampai tulang-tulang rusuknya terjiplak di kulitnya. Dia merasa seperti
ada suatu ledakan hebat dari dalam tubuhnya yang tidak bisa ditahan
dan menyebabkan tubuhnya menggelepar-gelepar bak ikan keluar dari
air. Tidak dapat disangkal bahwa perasaan itu nikmat luar biasa
melebihi kenikmatan yang pernah dirasakan bersama pacarnya. Nurdin
masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan
akhirnya dia pun mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah
Sherin dimana dia menyemprotkan spermanya. Cairan putih kental pun
berceceran membasahi wajah dan rambut gadis itu. Sebelum sempat
membersihkan cairan berbau tak sedap itu dari wajahnya, Imron sudah
mengambil giliran memperkosanya.
Imron membalikkan tubuhnya yang masih lemas itu ke posisi
telungkup, kemudian pantatnya dia tarik hingga menungging.
"Aaahhkkk...aahh !" erang Sherin dengan mata terbelakak, kedua
tangannya mengepal keras ketika Imron melakukan penetrasi dari
belakang.
Setidaknya dia masih bersyukur karena Imron tidak mengincar
anusnya, terbayang olehnya betapa sakitnya di anal seks dengan penis
sebesar itu sementara anusnya masih perawan. Berkat bantuan cairan
kemaluannya, penis Imron lebih mudah menusuk vaginanya, itupun
masih terasa nyeri.. Dia mulai mengocok vaginanya, mulanya perlahan
tapi lama-lama kecepatannya semakin meningkat. Sherin sebentar
mendesah, sebentar menggigit bibir merasakan kenimatan yang
diberikan Imron, sepertinya dia sudah begitu mengikuti permainan
yang dipimpin oleh dua pemerkosanya itu. Rasa jijik dan marah yang
sedaritadi menyelubunginya berubah menjadi gairah kenikmatan,
setidaknya untuk saat ini. Semakin kasar perlakuan yang diterimanya
semakin nikmat rasanya, pinggulnya pun ikut bergoyang mengimbangi
irama genjotan Imron. Desahan yang keluar dari mulutnya makin
menunjukkan kenikmatan bukannya desahan korban perkosaan.
Nurdin menaruh kursi di depan Sherin dan duduk di sana, selain kaos
berkerahnya, bagian bawahnya sudah telanjang. Tubuh atas Sherin
yang bertumpu di lantai itu diangkatnya ke antara dua pahanya.
"Ayo...Non tadi belum dibersihin nih, jilatin sampai bersih yah !"
suruhnya
Tanpa harus disuruh kedua kalinya, Sherin yang sudah setengah sadar
itu, meraih batang itu lalu menyapukan lidahnya membersihkan cairan
yang belepotan di sana, sesekali dimasukkan ke mulut dan diemut
sehingga pemiliknya merem-melek dan melenguh keenakan, penis itu
pun perlahan-lahan membesar lagi di dalam mulutnya. Sementara dari
belakang Imron masih asyik menyodok-nyodok vaginanya sambil
kedua tangannya berpegangan pada kedua payudaranya. Butir-butir
keringat sudah nampak pada kulit punggungnya seperti embun,
wajahnya pun sudah bersimbah peluh bercampur sperma. Suatu saat
Imron membenamkan penis itu hingga mentok dan memuntahkan
isinya di dalam sana, tubuh pria itu mengejang sambil mengerang
dengan suara berat. Nampak cairan putih itu meluber di sela-sela
kemaluan Sherin membasahi daerah sekitar selangkangannya.
Mereka berganti posisi lagi, Nurdin berkata bahwa dia ingin mencoba
posisi yang pernah dilihatnya di sebuah film porno. Mula-mula
diperintahkannya Sherin naik ke pangkuannya berhadapan. Dia sudah
memegangi penisnya yang mengacung tegak itu ketika Sherin
menurunkan tubuhnya sehingga otomatis penis itupun melesak ke
vaginanya diiringi desahan.
"Pegangan yah Non, kalo jatuh jangan salahin saya ntar !" suruhnya
Setelah Sherin berpegangan pada bahunya, Nurdin pelan-pelan
bangkit dari bangku, kedua tangannya menopang pantat Sherin
sehingga kini posisinya digendong Nurdin dengan kedua tungkai
menjepit pinggang Nurdin. Merasa pijakannya telah mantap, Nurdin
pun menyentakkan badannya menggenjot vagina majikannya dengan
gaya berdiri.
"Wow...boleh juga jurus baru lu Din, sekali-sekali bisa gua coba nih !"
kata Imron
"Berguna juga tuh film bokep, dapat pelajaran baru yang emang sip"
sahut Nurdin yang makin ganas menggenjot Sherin. Dengan posisi
demikian Sherin merasa vaginanya ditusuk dengan lebih keras dan
dalam, payudaranya pun turut bergoyang-goyang seirama badannya.
Nurdin dapat bertahan sekitar belasan menit dalam posisi yang cukup
menguras tenaga itu, namun selama itu dia berhasil mengirim Sherin
mencapai klimaks. Mereka terus menggarapnya tanpa mempedulikan
kondisi Sherin yang sudah kepayahan. Sekarang Imron berbaring di
lantai dengan memakai pakaiannya sebagai alas kepala, disuruhnya
Sherin melakukan gaya woman on top dengan bergoyang di atas
penisnya. Dengan pertimbangan mengakhiri perkosaan itu secepatnya,
Sherin pun menaiki penis Imron lalu mulai menaik-turunkan tubuhnya.
Belum sampai semenit bergoyang, dari belakangnya Nurdin mendorong
punggungnya ke depan sehingga pantatnya agak terangkat.
"Ntar Pak Imron, gua belum keluar nih tadi, sekarang mo nyoba ngejos
disini nih !" katanya sambil memasukkan dua jari ke anusnya.
"Jangan Bang, jangan disana, saya takut !" mohonnya saat Nurdin
mulai meludahi daerah itu agar licin serta mengeluarmasukkan jarinya
sejenak.
"Heh, udah diem aja Non, ntar juga enak kok !" Nurdin mulai membuka
lubang itu dan tangan satunya mengarahkan senjatanya ke sana.
Imron yang dalam posisi berbaring memegangi kedua lengan Sherin
agar tidak berontak.
"Aaahh...aduh...sakit, ampun Bang, tolong hentikan !" rintih Sherin
menyayat hati, tubuhnya mengejang, dan wajahnya meringis menahan
perih
Tanpa merasa iba, sopir bejat itu terus saja melesakkan penisnya dan
menikmati jepitan dubur itu terhadap penisnya, begitu juga Imron di
bawahnya, dia malah makin bergairah melihat ekpresi kesakitan Sherin,
sesekali dia menyapukan lidahnya pada payudara yang menggelantung
dekat wajahnya. Mereka berdua pun mulai menggenjot tubuh Sherin,
dua penis menghujam-hujam vagina dan anusnya, sungguh suatu
derita birahi yang luar biasa dialami gadis malang itu.
"Gile, masih perawan loh pantatnya, sempit banget sampe berdarah
gini !" kata Nurdin sambil meremasi bongkahan pantatnya.
Darah segar memang mulai nampak pada kulit pantatnya yang putih
dan tangisan Sherin pun makin menjadi, namun itu tidak mengurangi
kebiadaban kedua orang itu.
Beberapa saat kemudian ketiganya mencapai orgasme dalam waktu
hampir bersamaan, yang paling awal adalah Nurdin, mungkin karena
sempitnya, sperma itu menyemprot di dalam pantatnya dan meluber
keluar bercampur cairan darah. Sherin pun menyusul beberapa menit
kemudian bersamaan dengan Imron yang menumpahkan spermanya di
dalam vagina Sherin. Tubuh Sherin pun akhirnya ambruk menindih
Imron dengan penis masih menancap. Nurdin memakai kembali
celananya, dia tersenyum puas sambil menyalakan sebatang rokok.
Sebentar kemudian Imron pun bangkit dan melihat jam yang sudah
menunjukkan jam lima kurang, dia membuka pintu dan memantau
keadaan sekitar, sepi tidak ada ada tanda seseorang lewat sini. Sherin
masih terbaring di lantai menangis sesegukan, keringat telah
membasahi badannya, daerah selangkangannya penuh lelehan sperma
dan di pantatnya sperma itu bercampur darah. Imron mengancamnya
bahwa bila dia berani buka mulut atau pindah ke kampus lain, foto dan
video klip itu akan disebarluarkan bahkan keselamatan pacarnya pun
mungkin terancam.
Setiba di rumah, kedua orang tua Sherin masih belum ada di rumah,
papanya memang sedang di luar kota sejak kemarin lusa dan mamanya
sedang ikut arisan. Kesempatan ini tidak disia-siakan Nurdin untuk
menikmati tubuh Sherin sepuas-puasnya. Dia memperkosa nona
majikannya itu di kamar gadis itu serta di kamar mandi yang menyatu
dengan kamar itu sekaligus mandi bersama. Sherin sendiri sepertinya
sudah pasrah saja menikmati dirinya diperkosa seperti itu, pikirnya toh
sudah telanjur basah, mandi saja sekalian. Perkosaan itu baru berhenti
ketika mamanya pulang sekitar jam sembilan. Di depan nyonya besar
itu, baik Nurdin dan Sherin bersikap seperti biasa, yang satu demi
menutupi perbuatan bejatnya, yang lain demi menutupi rasa malu dan
tidak ingin menyusahkan orang tuanya. Besoknya memang benar
Nurdin mengundurkan diri dengan alasan ingin bekerja di kota lain
bersama saudaranya, namun derita Sherin belum berakhir karena dia
telah menjadi salah satu budak seks Imron, si penjaga kampus bejat
itu.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.