Selasa, 03 Maret 2015

Nightmare Campus 11: American Beauty

Suatu pagi jam setengah tujuh di
kampus Universitas ******* ketika
segala kehidupan di kampus baru
mulai menggeliat, Imron sedang
berjalan di koridor lantai bawah
sebuah gedung kuliah, tangannya
memegang gagang pel yang masih
dan sebuah ember yang didalamnya
berisi botol karbol, ia hendak menuju
ke toilet terdekat untuk mengisi
ember itu dengan air dan memulai
tugasnya hari itu seperti biasa.
Ketika itu terdengar suara benda
jatuh tidak jauh dari posisinya. Imron
celingukan melihat sekeliling mencari
asal suara itu. Nampak di atas lapangan rumput itu tergeletak
sebuah
loose leaf biru, beberapa lembar kertas yang diselipkan di
dalamnya
berceceran kemana-mana di sekitarnya. Di sekitarnya tidak
ada siapa-
siapa lagi yang melihat benda itu jatuh karena memang jam
sepagi ini
memang belum banyak orang yang datang sehingga Imron
memutuskan
untuk memungut benda itu. Didekatinya loose leaf itu, dia
melihat ke
atas tapi tidak terlihat siapa-siapa yang melongokkan kepala
dari
balkon atau mungkin pemiliknya sedang dalam perjalanan ke
bawah.
Imron membungkuk dan memunguti kertas-kertas yang
berceceran.
Sebentar kemudian, dilihatnya dari arah tangga muncul
seorang gadis
bule berlari-lari kecil ke arahnya.
"Oohh... great! Thank God. Terima kasih, Pak, itu milik saya."
Kata gadis
bule itu sambil menghampiri Imron dengan nafas terengah
engah.
Bahasa Indonesia gadis ini terdengar sedikit kaku karena
aksen dan
gaya bicaranya yang khas logat asing.
Imron merapikan kembali kertas-kertas yang telah
dipungutnya itu lalu
memasukkannya kembali ke dalam loose leaf tersebut
sebelum
menyerahkan pada pemiliknya.
"Ma-maaf... sudah merepotkan. Terima kasih sekali, tadi saya
sangat
eemm... ceroboh sekali." ucapnya dengan agak terpatah-patah
karena
masih mengatur nafasnya.
"Nggak apa-apa Non, hati-hati aja lain kali" jawab Imron
seraya
menyerahkan loose leaf itu.
Gadis bule itu tersenyum ramah padanya sambil
mengucapkan terima
kasih berkali-kali sebelum akhirnya membalikkan badan
hendak pergi.
"Eehhh...tunggu Non sebentar, apa ini juga punya Non ?"
panggil Imron
sambil membungkuk memungut sebatang ballpoint rapido
yang tidak
jauh dari kakinya.
Gadis itu kembali menengokkan kepala dan berbalik
menghampirinya.
Melihat rapido di tangan Imron, gadis itu dengan spontan
melirik ke
dalam loose leaf. Matanya berputar dengan jenaka ke atas
sementara
tangannya menepuk kening. "Ouch... yeah, that's mine too!
Itu juga
milik saya! Terima kasih lagi, Pak." katanya kali ini sambil
menjulurkan
tangan hendak menjabat tangan Imron. "You really save my
day. Anda
benar-benar seorang penyelamat."
Imron terkesan bukan saja oleh keramahan gadis itu, tapi juga
oleh
pesona kecantikannya. Hatinya deg-degan sekali ketika
menjabat
tangannya yang halus, pandangan matanya sempat tertumbuk
ke
belahan dada gadis itu yang memakai kaos merah berlengan
pendek
dengan potongan leher yang rendah. Bahkan setelah gadis itu
meninggalkannya pun ia melongo mengagumi sosoknya dari
belakang,
sepasang pahanya yang ramping itu nampak begitu indah
dibungkus
celana panjang jeans juga lekukan pinggulnya begitu
mempesona.
Gadis itu bernama Megan Mc Arthur (20 th), mahasiswi asal
Amerika
Serikat yang sedang studi di kampus itu dengan beasiswa
selama dua
semester, tepatnya di fakultas seni dan desain. Megan, yang
dalam
tubuhnya mengalir darah Skotlandia dari ayahnya dan
Irlandia-Jerman
dari ibu, memiliki kecantikan ala barat yang memukau setiap
pria yang
memandang. Rambutnya sedada berwarna pirang alami dan
sedikit
bergelombang, kulitnya putih mulus, namun tidak sampai
pucat dan
berbintik-bintik, ia juga dikaruniai sepasang mata hijau yang
indah dan
bibir tipis yang merekah basah sehingga tanpa make up pun ia
sudah
cantik. Bila dibandingkan dengan para mahasiswi lokal di
kampus itu,
tubuh Megan termasuk tinggi (175 cm). Buah dadanya yang
berukuran
34C juga menjadi salah satu daya tariknya, bentuknya padat
dan
membusung indah, ukurannya pas dengan tubuhnya, tidak
kecil juga
tidak kebesaran seperti milik Pamela Anderson atau bintang-
bintang
Vivid yang kadang membuat orang eneg dengan payudara
menyerupai
gelambir itu. Megan mengambil kuliah di Indonesia untuk
menyiapkan
bahan skripsinya tentang seni rupa Asia. Untuk tempat
tinggalnya ia
menyewa sebuah kamar di apartemen mewah yang lokasinya
tidak jauh
dari kampus. Kegiatan Megan diluar jam kuliah adalah
mengajar part
time di sebuah tempat kursus Bahasa Inggris, dia juga rajin
fitness dan
berenang sehingga tidak heran ia memiliki lekuk tubuh yang
indah.
Ketika pertama kali bertemu Imron itu dia baru melewati bulan
pertamanya tinggal di Indonesia, waktu itu iblis dalam diri
Imron masih
tertidur sehingga ia tidak pernah berpikiran kotor terhadap
gadis itu.
Megan adalah seorang gadis periang yang sangat ramah dan
gemar
bergaul dengan siapa saja tanpa pandang bulu, dia tidak
pernah
sombong walaupun memiliki kecantikan bak seorang model,
bahkan
terhadap penjaga kampus seperti Imron sekalipun. Seperti
layaknya
seorang gadis muda yang berasal dari Amerika Serikat, Megan
sangat
easy going dan tidak memandang rendah siapapun juga, dia
tidak
peduli orang itu tampan atau jelek, miskin atau kaya, Megan
berteman
dengan mereka semua. Walaupun begitu, meski dia adalah
seorang
warga negara asing namun Megan amat menyanjung tinggi
adat istiadat
Indonesia, nilai-nilai budaya timur yang amat kental di negeri
ini
begitu mempesonanya sehingga Megan ikut menerapkannya
ke dalam
kehidupan sehari-hari, misalnya dalam cara berpakaian, ia
berusaha
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi Indonesia
dengan tidak
berpakaian terlalu terbuka seperti di negaranya ketika musim
panas.
Setiap kali berpapasan dengan Imron, Megan selalu menyapa
atau
setidaknya tersenyum. Kehangatan sikapnya membuat Imron
merasa
terhibur di tengah suasana kampus yang penghuninya
biasanya cuek
atau bahkan beberapa memandang rendah padanya, ternyata
masih ada
gadis secantik Megan yang mau menyapanya, biasanya yang
bersikap
ramah pada Imron paling cuma dosen-dosen kolot atau
sebagian kecil
mahasiswa/i saja. Ketika Imron sudah mulai memangsa
gadis-gadis di
kampus, ia pun mulai mencari-cari kesempatan untuk dapat
menikmati
tubuh dara Amerika itu. Sambil menjalankan pekerjaan sehari-
harinya
dan mengendalikan budak seksnya yang lain, ia diam-diam
mengamati
kebiasaan dan gerak-gerik Megan seperti yang biasa
dilakukannya
terhadap para calon korban lainnya. Ia mengetahui bahwa
Megan setiap
harinya bersepeda dari apartemen ke kampus atau tempat
kerjanya.
Sepeda itu juga dipakainya untuk bersepeda santai di sekitar
kampus
pada hari libur atau hari Minggu. Setelah mempelajari
segalanya tinggal
menunggu kesempatan yang tepat saja untuk memangsanya.
Imron
juga tahu bahwa Megan terkadang pulang agak sore melewati
jalan
kecil yang agak sepi. Ia lalu memutar otak untuk menjebak
gadis itu
dengan situasi dan kondisi yang ada.
###
Suatu sore setelah selesai kuliah terakhir, Megan menuju
tempat parkir
tempat ia menaruh sepedanya.
"Oh, crap! This is just perfect!" keluhnya dalam hati melihat
ban
belakang sepedanya kempes, dilihat dari kondisinya sepertinya
terkena
benda tajam. Megan geleng-geleng kepala dan menguncir
rambutnya ke
belakang dengan ikat kucir kuda. Sepertinya dia harus
menuntun
sepedanya kembali sampai ke apartemen karena jam segini
tukang
tambal ban yang dekat dari kampus sudah membereskan
peralatannya
dan pulang. Satu-satunya solusi adalah membawa sepeda itu
pulang
dan menambalkannya besok pagi.
"Crap. Look like this is one of those days..." Megan
bersungut-sungut.
Tapi walaupun sedang kesal dan sedikit emosi, Megan masih
tetap bisa
tersenyum, dia memang bukan gadis yang manja dan mudah
putus asa.
"Oh well, hitung-hitung olahraga..."
Jarak antara apartemen Megan dan kampus tidak begitu jauh,
paling
tidak sekitar sepuluh menit melalui jalan tikus di belakang
kampus.
Megan bersyukur sepedanya itu tidak bocor di tempat kerja
karena
jaraknya lebih jauh dari apartemen.
"Sepedanya kenapa Non, kok didorong ?" tanya seorang
petugas yang
berjaga di gerbang keluar.
"Err... I have a flat tire. Ban sepeda saya bocor. Saya tidak
bisa
menaikinya jadi harus didorong," jawabnya dengan logat bule
yang
kental, "Errr... apa di dekat sini ada bengkel yang bisa
memperbaiki atau
menjual ban sepeda?"
"Waduh, kalo udah sore gini mah bengkel yang deket udah
pada tutup
atuh, Non! Ada juga tukang tambal ban yang buka sampai
malem, tapi
rada jauh." Kata si penjaga.
Megan manggut-manggut, dia lalu tersenyum, "Ya sudah deh
Pak,
besok saja saya bawa ke bengkel. Terima kasih." katanya.
"Iya deh Non, untung Non juga tinggalnya ga jauh, hati-hati di
jalan
yah !"
Gadis itupun keluar dari kampus dan menyusuri jalan yang
biasa
dilaluinya menuju apartemen. Bagi seorang gadis muda, sikap
Megan
yang tenang dan masih tetap ceria walaupun mengalami
bocor ban
membuat sang penjaga sangat bersimpati. Dia sungguh
berbeda
dengan gadis biasa.
###
Ketika melintasi bagian jalan yang sepi tiba-tiba ada
seseorang
memanggilnya dari belakang, secara refleks gadis asing itu
pun
menoleh ke arah suara.
"Diam manis, jangan teriak kalau mau selamat !" kata orang
itu sambil
menodongkan pisau lipat ke perutnya, gadis itu pucat pasi, dia
dirampok.
"Mau apa kamu ?" Megan tersentak kaget hingga mukanya
memutih
melihat pisau diarahkan ke perutnya itu.
"Keluarin dompetnya, Neng. Gue pengen sekali-kali ngerasain
dapet
duit dollar. Tapi kalo adanya rupiah, gue juga gak bakal
nolak."
Megan menggeleng dan menolak tapi orang itu kembali
menyudutkannya sehingga Megan ketakutan.
"Gue gak mau kasar, Neng. Tapi daripada usus lo nyebar-
nyebar trus
dipatok ayam, mendingan lo keluarin dompet lo sekarang! Ini
bukan
main-main!"
Dengan tangan gemetar gadis itu meraih tas jinjingnya yang
ditaruh di
keranjang sepeda.
"Udah itu aja semua kasih ke saya !" bentak orang itu merebut
tas itu.
Megan hanya pasrah saja merelakan tasnya direbut paksa si
perampok.
Setelah mengambil tas itu orang itu pelan-pelan mundur
sambil
mengancam akan membunuhnya kalau teriak, tujuannya
adalah gang
yang terletak tidak jauh dari belakangnya, nampaknya dari
situlah juga
dia muncul. Namun baru saja membalikkan badan hendak lari
dia
dikejutkan oleh munculnya sesosok tubuh dari dalam gang,
orang itu
langsung melayangkan bogem tepat ke wajahnya membuatnya
jatuh
tersungkur. Belum sempat perampok itu bangun sosok dari
dalam gang
itu sudah menarik kerah bajunya dan meninjunya sekali lagi di
wajahnya hingga terhuyung-huyung. Orang itu lalu buru-buru
ambil
langkah seribu meninggalkan barang hasil rampokan beserta
topi pet
dan pisau lipatnya yang terjatuh.
"Hoi...jangan lari lo maling !" seru sosok dari gang itu sambil
mengejarnya, tapi perampok itu terlalu ketakutan sehingga
menghilang
dengan cepatnya di belokan.
Orang itu pun menghentikan pengejarannya lalu menghampiri
Megan
yang sedang memunguti tasnya dari tanah. Megan masih
shock
sehingga kakinya gemetar dan serasa kurang tenaga untuk
bangkit
berdiri. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya dia mengalami
situasi
yang menegangkan. Megan bersyukur dia masih diberi
keselamatan.
"Non gak apa-apa kan ?" tanya sang penolong.
Megan menengadah merasa mengenali suara sang penolong.
Ternyata
orang tersebut adalah Imron. Diterimanya uluran tangan Imron
yang
membantunya berdiri. Dasar nakal, mata Imron masih sempat
melirik
dan memperhatikan belahan payudara Megan yang aduhai.
Imron tidak
melepaskan tangan dan melihat gadis bule yang cantik itu
tersengal-
sengal menarik nafas dan tubuhnya bergetar. Tiba-tiba saja
Megan
memeluk Imron dan menangis tersedu-sedu.
"Eehhh...eehh...udah Non, ntar diliat orang nggak enak" kata
Imron
sambil menepuk-nepuk punggung Megan.
Sebenarnya Imron merasa senang juga dipeluk begitu, dia bisa
merasakan payudara montok gadis itu bersentuhan dengan
dadanya,
rasanya empuk sekali sehingga penisnya menggeliat, namun di
tempat
umum begini dia tentu harus menjaga sikap. Setelah dua
menit barulah
Megan mulai dapat menenangkan dirinya, dia pun melepaskan
pelukannya dari Imron. Dia berterimakasih pada Imron yang
telah
menyelamatkannya sehingga dia tidak kehilangan sesuatu
apapun.
"Lain kali kalau udah gelap gini jangan lewat sini lagi Non,
disini kan
sepi kalau cewek lewat sendirian ga terlalu aman" kata Imron
memperingatkannya.
"Saya memang ceroboh sekali karena tidak memperhatikan
keadaan
sekitar. Saya biasa melalui jalan ini tapi tidak pernah ada
apa-apa. Baru
sekarang ini saya dirampok. Saya takut sekali. This is a
really-really
bad day for me." Kata Megan lunglai.
"Ya sudah, bagaimana kalau saya anterin Non sampai depan
tempat
tinggal Non?" kata Imron mencoba menawarkan diri.
Megan tersenyum tulus dan mengangguk. Dia masih trauma
sehingga
tawarandari Imron yang sudah menolongnya tidak ingin
disia-siakan.
Imron juga mengambil alih menuntun sepeda Megan.
"Sepedanya dititip ke saya aja Non, biar saya yang tambal
besok,
dijamin besok Non ke kampus sepedanya udah beres"
tawarnya.
"Oh, tidak usah Pak, saya sudah cukup merepotkan. Biar saya
sendiri
saja besok"
Karena Imron terus mendesaknya dan dia juga mengatakan
kenal
seorang tukang tambal ban akhirnya Megan pun tidak bisa
menolaknya
lagi. Selama perjalanan Imron menjelaskan bahwa tadi dia
sedang
dalam perjalanan hendak membeli makan malam dan
kebetulan ketika
melewati gang itu bertemu dengan dirinya yang sedang dalam
kesulitan
sehingga dia terpanggil untuk turun tangan membantunya.
"Nama saya Megan, Bapak sudah banyak bantu saya selama
di sini,
saya jadi nggak enak" kata Megan sambil memperkenalkan
dirinya.
"Hehehe, nggak apa-apa kok Non, itu udah tugas saya" Imron
merendah "Bahasa Indonesia non udah lebih lancar yah, cepet
juga
belajarnya" katanya lagi membandingkan dengan delapan
bulan yang
lalu ketika pertama kali ia bertemu gadis itu.
"Nah tunggu sebentar yah Non saya mau beli makan dulu,
nggak lama
kok !" kata Imron di depan sebuah warung tegal.
"Wah-wah siapa nih Ron, kok udah bawa cewek bule segala
nih !" sapa
Bu Rus, si pemilik warung melihat Megan mengikuti Imron di
belakangnya.
"Ini Bu Rus, mahasiswa dari kampus, kasian ban sepedanya
bocor, jadi
saya bantuin dorong"
"Sore Bu !" Megan menyapa wanita setengah baya itu sambil
tersenyum
manis yang dibalasnya dengan ramah.
Megan dan Bu Rus terlibat percakapan basa-basi sejenak, lalu
Megan
menunjuk beberapa lauk untuk dibungkus dan dibawa pulang,
dia juga
ingin mencoba masakan di Indonesia ala warteg katanya.
"Udah Pak, nggak usah biar saya saja kali ini !" kata Megan
seraya
mendahului menyerahkan selembar duapuluh ribuan pada Bu
Rus,
"semua jadi berapa Bu ?"
"Eehh...jangan Non, jangan gitu, Bapak jadi gak enak" sergah
Imron.
"Nggak apa-apa Pak, saya sudah bikin repot Bapak hari ini,
anggap aja
terima kasih saya" katanya sambil memaksa Bu Rus
menerima uangnya.
"Yo...wis Ron, beruntung toh sampeyan, berbuat baik emang
ada
pahalanya" kata Bu Rus yang akhirnya menerima uang dari
Megan.
Imron berkali-kali mengucapkan terima kasih pada gadis itu
karena dia
begitu baik mau mentraktirnya. Setelah pamitan pada Bu Rus
mereka
pun meninggalkan warung itu.
"Pak sepedanya biar saya bawa saja, nanti Bapak susah
harus dorong
sepeda" kata Megan sesampainya di depan gerbang
apartemennya.
Namun karena Imron terus bersikeras menawarkan jasanya
membawa
sepeda itu ke tukang ban, Megan pun menerimanya dan
mengucapkan
terima kasih sebelum berpisah.
###
Keesokan harinya, sekitar jam sepuluh Imron sengaja datang
ke gedung
fakultas seni dan desain untuk mencari gadis Amerika itu. Dia
melihat
di sebuah kelas gadis itu sedang mengikuti kuliah. Imron pun
menunggu selama sepuluh menit di depan hingga kelas itu
bubar.
Setelah memberitahu Megan mengenai sepedanya yang telah
diletakkan
di tempat parkir dalam kondisi sudah diperbaiki Imron buru
pamit
karena masih harus meneruskan bekerja, bahkan gadis itu pun
belum
sempat mengucapkan terima kasih. Jam makan siang ketika
berjalan
hendak makan, seseorang pria bertubuh gempal mencegatnya.
"Woi, Ron... lo emang anjrit! Serius amat sih mukulnya
kemarin? Liat nih
bibir gua jadi nyonyor begini! Bini gua sampe kuatir tau?!"
kata orang
itu, di bibirnya masih nampak bekas luka dan pipinya masih
sedikit
memar. Orang itu ternyata adalah perampok yang kemarin
mencegat
Megan.
"Heh! nekad amat sih lu, gua bilang jangan nongkrong disini
dulu
beberapa hari ini, gimana kalau si bule itu liat lu ?" kata
Imron sambil
celingak-celinguk sekitarnya.
"Tenang aja Ron, gua hari ini nongkrong di kompleks sana
kok, cuma
abis narik sekalian lewat sini nyariin lu, gimana nih janjinya,
yang
cantik yah, gua udah makan bogem gini coba" katanya.
"Gini kita sambil jalan aja ngomongnya, sekalian makan dulu,
laper nih
gua" katanya sambil mengajak ke sebuah tempat makan
murah.
"Naik becak gue aja, Ron?"
"Boleh deh."
"Sori Man, kemaren kalau mukulnya gak keras bisa ketauan
pura-
puranya" kata Imron yang telah duduk dalam becak yang
dikayuh pria
itu, "pokoknya ntar kalau gua berhasil lu gua kasih bonus deh"
Tak lama kemudian becak itu pun tiba di sebuah rumah
makan kecil.
Imron dan tukang becak bernama Maman itu menikmati
makan
siangnya disana. Sekedar mengingatkan pembaca, Maman ini
tak lain
adalah salah satu dari gerombolan tukang becak yang
pernah ikut menggangbang Joane (Eps.7). Sesungguhnya,
Ia menipu Tuhan tanpa sepengetahuan manusia
Ia membuat perangkap di bumi tanpa sepengetahuan setan
###
Sore itu, jam setengah enam, ketika langit telah menguning,
nampak
seorang gadis melangkah keluar dari lift yang membuka di
lantai 5
gedung fakultas ekonomi. Wajahnya yang manis nampak
nervous,
langkahnya agak tergesa-gesa sehingga rambutnya yang
diikat ke
belakang nampak melambai-lambai. Gadis itu berjalan menuju
sebuah
ruang di sudut yang diatas pintunya tertera nomor kode
ruangan E-503.
Sebelum membuka pintu, ia melihat sekelilingnya dulu untuk
memastikan tidak ada yang mengikuti. Matahari senja
memasuki
ruangan itu melalui jendela berukuran besar yang
berseberangan
dengan white board. Ia lalu meletakkan map dan tas jinjing
yang
dibawanya diatas sebuah bangku kuliah. Sepertinya ia datang
lebih
awal setelah siangnya menerima SMS dari Imron yang
menyuruhnya
menemuinya di ruang ini. Ia melangkah ke jendela melihat
pemandangan senja yang indah, matahari yang hampir
tenggelam
memancarkan sisa-sisa sinarnya hari itu di atas perumahan
penduduk
dan kost-kostan mahasiswa di belakang kampus itu, namun di
tengah
suasana yang tenang itu hati gadis itu tetap galau. Tiba-tiba
terdengar
bunyi HP dari tasnya yang membuatnya segera menenerima
panggilan
itu.
"Hai, Non Ellen, sudah dimana sekarang ?" tanya suara yang
tak asing
baginya.
"Saya sudah di kelas Pak, tolong cepat dong Pak, saya besok
banyak
kerjaan nih"
"O ya udah, tunggu bentar yah, saya kira-kira lima menitan
lagi sampai
sana" jawab Imron, "dan...satu lagi, sebaiknya non abis ini
buka baju,
saya harap begitu saya masuk Non udah telanjang nyambut
saya"
"Eerrr...ta-tapi Pak...!" sebelum menyelesaikan protesnya
telepon sudah
ditutup.
Ellen diam terpaku selama beberapa detik, hidupnya telah
berubah
drastis sejak setengah tahun lalu saat pertama kali diperkosa
penjaga
kampus buruk rupa itu di basement (lihat Eps.1), sejak itu dia
takluk
pada nafsu binatang pria itu yang mengancamnya akan
menyebarkan
foto-foto memalukannya dan mencelakai pacarnya. Walaupun
awalnya
ia melakukannya dibawah paksaan, namun tanpa disadari ia
juga
semakin menikmati tugasnya sebagai budak seks, hasrat liar
dalam
dirinya semakin bertumbuh seiring dengan hubungan
terlarangnya
dengan pria itu. Juga ketika pria itu menyerahkannya pada
seorang
dosen cabul bernama Pak Dahlan, nampaknya ia pasrah saja
dirinya
diperlakukan seperti pelacur yang sedang dipromosikan. Tiga
bulan
terakhir ini memang Imron semakin jarang memanggilnya
karena
perhatiannya terbagi dengan korban-korban lainnya. Walaupun
ada rasa
lega, namun sesekali Ellen juga merindukan sentuhan erotis
pria itu
dan keperkasaannya yang mampu membuatnya orgasme
berkali-kali,
suatu hal yang membuatnya sering terombang-ambing antara
hasrat
liar dengan kesetiaanya pada Leo, kekasihnya. Ellen pernah
berjanji
pada dirinya sendiri bahwa Leo adalah tambatan hati
terakhirnya
setelah beberapa pengalaman cinta sebelumnya. Leo mau
menerima dia
adanya sekalipun sudah tidak perawan dan Ellen pun berjanji
tidak
akan pernah terlibat ML atau one night stand dengan
siapapun lagi
seperti sebelum jadian dengannya, tapi sepertinya sekarang
dia sudah
tidak bisa memenuhi komitmen itu lagi. Tangannya pun mulai
bergerak
melepaskan kancing blouse-nya satu demi satu, kemudian
disusul
celana panjangnya. Pakaian itu dilipatnya dan diletakkan
diatas bangku
kuliah. Setelah itu dia juga melepas bra dan celana dalamnya
lalu
diletakkan di tempat yang sama. Dia merasa angin mulai
menerpa
tubuh bugilnya sehingga dia menyilangkan tangan memeluk
dirinya
sendiri yang kedinginan.
Sudah lewat lima menit menunggu namun pria itu belum juga
datang.
Ellen kaget ketika sedang berjalan menuju pintu hendak
melihat ke luar
tiba-tiba pintu itu terbuka. Yang membuatnya lebih kaget
adalah
ternyata yang masuk bukan hanya Imron seorang sehingga
refleks dia
pun menjerit kecil sambil menutupi bagian sensitifnya dengan
tangan.
Maman yang baru masuk itu langsung terbengong, matanya
yang besar
seperti mau copot melihat gadis cantik tanpa sehelai
benangpun di
tubuhnya. Imron terkekeh melihat reaksi keduanya.
"Gimana Man, suka gak sama yang satu ini ?" tanyanya
seraya menarik
lengan Ellen yang menutupi payudaranya.
"Su...suka...suka banget Ron, hebat yah lu bisa dapet cewek
kaya gini !"
jawab Maman terbata-bata saking senang dan terangsang.
"Nah, Non hari ini temenin temen Bapak aja yah, ini kenalan
dulu dong,
namanya Maman, tukang becak dekat sini, ntar Non dikasih
naik becak
gratis sapa tau hehehe" sahut Imron sambil menarik lengan
Ellen agar
dia lebih mendekat. "Tuh Man, kenalan dulu dong, biar lebih
akrab !"
Maman langsung menangkap tubuh Ellen yang didorong Imron
ke
arahnya. Pria tambun itu memutar tubuh Ellen lalu
mendekapnya dari
belakang, tangannya langsung menyusuri tubuh gadis itu.
"Hehehe...kenalin saya Maman, Non namanya siapa ?" tanya
pria itu
sambil meremasi payudara kiri Ellen dengan gemas.
"Mmhh...Ellen Bang !" jawabnya sambil mendesis.
Ellen mendesah lirih saat jari-jari besar pria itu mulai
menyentuh
kemaluannya yang tertutup bulu-bulu hitam lebat serta
menyentuh bibir
vaginanya. Ia memejamkan mata dan sedikit meronta, tentu
saja secara
jujur ia tidak rela tubuhnya dijamah tukang becak yang
tampangnya
tidak kalah buruk dari Imron itu, namun sebagian dirinya juga
menikmati rabaan pria itu. Imron hanya berdiri melipat tangan
sambil
cengengesan saja melihat pergumulan mereka.
"Udah ya Man, gua tinggal dulu biar lu lebih asoy, ingat
pokoknya
jangan sampai dia terluka !" katanya memperingatkan
sebelum berjalan
menuju pintu.
"Siplah Ron, pokoknya gua mau seneng-seneng dulu
sekarang,
makasih banget loh !" katanya sambil terus menggerayangi
tubuh Ellen.
"Nah baik-baik yah Non, puasin dia kalau Non mau cepet
pulang"
Imron mengelus pipi mulus Ellen lalu melumat bibirnya
beberapa detik.
Imron keluar dari ruangan itu membiarkan mereka yang
didalam
meneruskan kegiatannya. Senyum jahat mengembang di
wajah
buruknya, rencana tahap pertama telah sukses, demikian
pikirnya. Dia
telah berhasil memenangkan simpati gadis Amerika itu sesuai
yang dia
pelajari dari Fanny, salah satu budaknya (Eps. 5) yang
mengatakan bila
ingin ML dengan orang bule pertama kali harus membuatnya
terkesan.
Menggunakan cara-cara paksa seperti yang dilakukan
terhadap korban-
korban lainnya justru berisiko fatal karena mereka
kemungkinan mereka
membeberkan pelecehan itu lebih besar.
###
Dua hari kemudian, dari lantai dua, Imron melihat ke tempat
parkir
Megan baru datang dan memarkirkan sepedanya. Setelah
memasang
kunci gadis itu berjalan hendak menuju ruang kuliah. Imron
yang
menduga gadis itu akan lewat di koridor lantai dasar gedung
fakultas
seni dan desain buru-buru turun ke bawah dan sengaja
berjalan di
koridor itu dengan harapan berpapasan dengannya.
"Ah! Pagi Pak Imron, oh iya...tentang sepeda saya itu, saya
belum
sempat terima kasih" sapa Megan ketika berpapasan sesuai
yang
diharapkannya.
"Oh iya, gapapa kok Non, saya juga senang bisa nolongin
orang"
jawabnya dengan sopan.
"Maaf Pak, saya lupa ganti uang bapak untuk memperbaiki
sepeda
saya" katanya sambil mengeluarkan dompet dari saku
celananya.
"Ohhh...nggak Non, nggak, saya gak bisa terima, saya cuma
nolong
orang bukan cari uang" Imron menolak dengan halus ketika
Megan
menyodorkan selembar 20.000 padanya. "waktu itu Non kan
udah
bayarin makan saya, jadi nggak usah lagi Non"
Lalu Imron buru-buru mohon diri agar tidak terus didesak
gadis itu
menerima uangnya. Megan menghembuskan nafas panjang
sambil
tersenyum melihat Imron pergi.
"What a nice guy, never judge a book from it's cover" katanya
dalam
hati.
Gadis pirang itupun meneruskan langkahnya ke ruang kuliah,
dalam
hatinya mulai timbul rasa kagum pada penjaga kampus itu.
Selama
kurun waktu sembilan bulan tinggal di Indonesia, pria itu
sudah dua
kali menolongnya yaitu dulu waktu baru sebulan disini dan
terakhir
beberapa hari yang lalu, dan pria itu juga tidak pernah
mengharapkan
bahkan menolak imbalannya. Walau tampangnya seram tapi
hatinya
baik, demikian pikirnya.
Kau bisa melukis kulit harimau, namun tidak tulangnya
Kau bisa mengenal wajah orang, namun tidak hatinya
###
Imron kembali bertemu Megan tiga hari kemudian, tepatnya
dalam
bazaar tahunan. Suasana ruang aula utama dan lapangan
belakang
hiruk-pikuk oleh pengunjung bazaar yang sebagian besar
terdiri dari
mahasiswa dan kaum muda. Di balkon lantai tiga fakultas
kedokteran
nampak Imron sedang menyandarkan kedua telapak
tangannya pada
sandaran balkon tersebut. Lapangan basket di bawahnya kini
disulap
menjadi panggung konser berukuran sedang, suasana disana
sangat
meriah, orang-orang berdesakan karena saat itu di panggung
sedang
tampil salah satu group band ibukota yang diundang
memeriahkan
bazaar tersebut. Berbeda dengan suasana di tempat Imron
berdiri,
disana sangat sepi hanya diterangi oleh beberapa lampu
downlite di
langit-langitnya. Hampir bisa dipastikan tidak ada orang yang
kesana
pada jam-jam segini, karena memang suasananya agak
angker belum
lagi ditambah kisah-kisah seram yang beredar di kampus.
Untuk
menonton atraksi di panggung dari tempat itupun tidak terlalu
nyaman
karena letaknya menyamping dengan panggung sehingga tidak
terlalu
jelas. Imron menonton pertunjukkan di bawah sana, tapi
nampaknya ia
tidak terlalu konsen, matanya kadang merem-melek, kadang ia
mengeluarkan desahan. Kalau diperhatikan dengan lebih jelas
ternyata
di bawahnya yang tertutup tembok, seorang gadis sedang
berlutut
melakukan oral seks terhadapnya. Gadis yang memakai tank
top dan
rok mini itu begitu menikmati mengulum penis Imron,
tangannya aktif
memijati buah zakarnya. Fanny, nama gadis itu, seorang
budak seks
Imron yang juga salah seorang bispak di kampus itu,
sepertinya dia
sangat menikmati kegiatan seks di tempat umum seperti itu.
Dia
merasakan sensasi yang sama dengan Imron yaitu
kenikmatan sex in
the public.
Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati kuluman Fanny, tiba-
tiba
pandangannya tertumbuk oleh sesuatu di kerumunan
penonton. Megan,
ya...hal itulah yang menarik perhatiannya, Imron melihat jelas
kepala
kuning gadis itu bergerak di kerumunan penonton, sepertinya
dia
berusaha keluar dari kerumunan yang padat itu, baru tahu dia
bahwa
gadis bule itu hadir dalam bazaar ini.
"Non...Non...udah dulu yah" sahutnya sambil menarik lepas
penisnya
dari mulut Fanny, "Bapak ada perlu, kita lanjutin lain kali aja
yah !"
"Lho, kok cepet amat Pak, pemanasan aja belum beres !" kata
Fanny
agak heran.
"Iya Non, ada keperluan mendadak, sori yah" katanya buru-
buru
membetulkan celananya lalu berlari kecil meninggalkan gadis
itu yang
masih bengong dalam posisi berlutut.
"Huuhh...dasar buaya kampus" omel Fanny dalam hati.
Sadar dirinya tinggal sendiri di situ, dia pun bangkit dan buru-
buru
meninggalkan tempat itu. Di bawah, Imron juga susah payah
menerobos kumpulan orang, saat itu Megan sudah keluar dari
kerumunan dan membelok ke sebuah sudut. Imron terus
mengikutinya
dengan hati-hati, ditemukannya Megan masuk ke toilet
wanita, tapi tak
sampai dua menit ia sudah keluar lagi dan terus berjalan
entah kemana,
Imron terus membuntutinya dengan menjaga jarak. Ternyata
ia menuju
ke toilet di gedung teknik, letaknya cukup jauh dari pusat
keramaian,
hanya terlihat sedikit orang disana, sepertinya tadi ia tidak
dapat
tempat sehingga terpaksa kesini. Tak lama kemudian gadis itu
keluar
dari toilet, dia berhenti sejenak di luar merogoh sesuatu dari
kantongnya. Imron tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia
pun
segera berjalan menuju ke sana, pura-pura mau ke toilet pria
di
sebelahnya dengan tujuan dapat berpapasan dengan gadis itu.
"Wah kebetulan sekali! Selamat malam Non Megan," sapa
Imron, "Ikutan
bazaar juga nih?"
"Selamat malam, Pak Imron," Megan tersenyum manis. "Wah,
Bapak
datang kesini juga. Mau menonton bazaar?" Gadis bule itu
mengeluarkan sekotak rokok dari kantongnya dan
ditawarkannya pada
Imron. "Smoke?"
"Ohh...nggak Non, makasih" tolaknya halus.
Megan pun mengambilnya sebatang dan menyelipkan di
bibirnya yang
indah. Sebelum dia sempat menyalakan lighternya sendiri,
Imron sudah
lebih dulu menyodorkan lighter yang sudah menyala.
"Terima kasih" ucap Megan sambil menyibakkan sedikit
untaian rambut
yang jatuh di keningnya. Dia terlihat sangat cantik malam itu.
Imron
makin terpesona olehnya.
"Non kesini sendirian ?" tanya Imron berbasa-basi
"Iya, saya sendirian," Megan melihat perubahan di wajah
Imron. Pria
yang sepertinya baik itu nampak khawatir dan takut. Megan
menduga-
duga dalam hati, pasti Imron mengira dia melalui jalan sepi
kemarin,
"tapi saya ambil jalan lain, kok Pak, meski memutar agak
jauh. Tapi
tidak apa-apa, saya masih agak takut melalui jalan yang
kemarin. Saya
masih trauma." kata Megan tersenyum sambil mengepulkan
asap rokok,
"Mmm... Pak Imron tinggal di dekat sini?"
"Iya Non, saya gak terlalu jauh, jalan sebentar juga sampai
kok."
"Udah malam juga sekarang yah, gak kerasa, Non disini
sampai jam
berapa, udah ampir jam 10 loh" kata Imron melihat arloji
murahannya.
"Sebentar lagi saya pulang Pak, saya udah dari jam delapan
disini, I'm
very tired, saya sudah capek !" katanya, "Well, mungkin saya
harus
pergi sekarang sebelum terlalu malam, sampai ketemu lagi
Pak"
pamitnya dengan senyum manis.
"Eehh, tunggu-tunggu, apa Non perlu saya temani lagi lewat
jalan yang
dulu itu supaya nggak terlalu jauh, sekalian saya juga
pulangnya lewat
situ kok, gimana ?" Imron menawarkan jasanya, dia juga tidak
ingin
kesempatan ini lewat begitu saja.
Ia menusuk dari belakang, namun wajahnya pura-pura
khawatir;
Yang satu menyembunyikan kemesuman, yang lain tidak
mencurigainya.
"Oohh...tidak usah...tidak usah, sungguh, terima kasih. Saya
sudah
terlalu sering merepotkan Bapak" Megan menolaknya karena
merasa
sering sekali menerima jasanya.
Akhirnya dengan segala bujuk rayunya akhirnya Megan mau
juga
ditemani pulang oleh penjaga kampus itu. Dia berpikir lewat
jalan
tempat dulu dia ditodong itu jauh lebih cepat daripada lewat
jalan
besar yang ditempuhnya beberapa hari terakhir ini, selain itu
karena
telah mengenal pria ini cukup baik, ia pun tidak keberatan.
Selama di
perjalanan hati Imron berdebar-debar, akhirnya kesampaian
juga
kesempatan untuk berduaan dengan Megan, kali ini gadis itu
sudah
lebih terbuka diajak bicara. Megan mengatakan bahwa dia
sangat
kerasan selama tinggal di Indonesia, teman-teman di kampus
ramah-
ramah dan baik, begitu juga dosen dan orang-orang kampus
lainnya,
dia berharap dapat mengunjungi Indonesia lagi setelah selesai
masa
kuliahnya disini. Imron juga bercerita sedikit tentang dirinya,
bahwa dia
tinggal seorang diri di sebuah kontrakan kecil, keluarga sudah
tidak
ada. Diceritakan juga bahwa ketika muda pernah mendekam
di penjara,
namun setelah itu dia insyaf dan keluar hingga mendapat
pekerjaan di
kampus itu.
"Yah, gitulah Non hidup saya, yang penting sekarang saya
bahagia
setelah tobat bisa kerja disini juga udah untung, saya senang
bisa
nolongin orang di kampus biar cuma dikit atau sering
dicuekin" katanya
sambil menghela nafas.
Imron tidaklah sepenuhnya menceritakan masa lalu nya yang
gelap
(apalagi masa sekarangnya), yang diceritakan hanyalah yang
mengundang simpati pendengarnya sehingga Megan pun mau
tidak
mau tersentuh olehnya. Dia merasa Imron adalah orang
bertobat yang
patut dikasihani karena telah berusaha berbuat baik sebisa
mungkin
untuk memperbaiki diri.
Merekapun sampai di depan gerbang apartemen Megan
setelah sekitar
sepuluh menit berjalan. Imron menyerahkan sepeda yang
dituntunnya
pada pemiliknya dan mohon pamit.
"Pak Imron, tunggu" panggil Megan sehingga Imron yang telah
membalikkan badan menengokkan kepala. "Apa Bapak gak
mau masuk
dulu, minum sebentar"
"Wah jangan Non, udah malam ini, nggak enak"
"Ga apa-apa, cuma minum sebentar, saya juga ada makanan
kebanyakan mau kasih ke Bapak untuk terima kasih" pintanya
lagi.
"Iya deh Non, sebentar aja yah, udah ngambil saya langsung
pulang"
Imron tertawa lebar dalam hatinya karena inilah yang
ditunggu-tunggu.
Setelah mengunci sepedanya di tempat parkir, ia mengikuti
Megan dari
belakang. Di dalam lift Imron tambah deg-degan, matanya
selalu
mencuri-curi pandang ke tubuh Megan yang dibungkus blouse
biru
tanpa lengan dengan leher berbentuk V agak rendah,
bawahannya
memakai celana jeans sedengkul ketat yang mencetak paha
jenjangnya
yang indah. Sampailah mereka di kamar Megan yang lantainya
didominasi marmer putih, hembusan AC langsung
menyegarkan rasa
gerah dari cuaca di luar.
"Wah kamarnya bagus sekali Non" kata Imron sambil
memandang
sekelilingnya.
Di seberang pintu masuk terdapat pintu kaca dan jendela
lebar
mengarah ke balkon dengan tirai ungu. Sebelumnya terletak
dua buah
sofa putih, yang panjang membelakangi jendela dan yang lebih
pendek
menyamping jendela dan menghadap TV di seberangnya. Di
sebelah kiri
pintu ada dapur kecil dimana terdapat kulkas dan tempat cuci
piring.
Sedangkan belokan ke kanan depan menuju ke kamar tidur
dan kamar
mandi. Interior ruangan yang elegan tersebut membuat Imron
sempat
terkagum-kagum.
Megan mempersilakan Imron duduk di sofa dan menawarkan
minuman.
Imron memilih teh hangat. Megan membawakan dua cangkir
teh seduh
dan meletakkan yang satu pada meja kaca di hadapan Imron,
lalu dia
sendiri duduk di sofa yang satunya sambil meniup tehnya.
Mereka
ngobrol-ngobrol ringan, dalam kesempatan ini Megan
mengajari Imron
sedikit Bahasa Inggris sederhana. Ia nampak sangat manis
ketika
tertawa apabila Imron salah melafalkan kata-kata yang
diajarkannya.
Imron bertanya mengapa dia baik sekali padanya padahal di
kampus
banyak yang tidak peduli padanya dan dari tampang dirinya
sangat
jauh dari tampan.
"Why not ? Saya kan menganggap Bapak sebagai teman,
dalam
berteman saya rasa nggak ada batasan penampilan, suku
bangsa, atau
status, selain itu Bapak banyak menolong saya juga" katanya.
Tak terasa waktu sudah hampir menunjukkan pukul sebelas,
Imron
bangkit dan memohon diri untuk pulang karena sudah malam.
"Oh sebentar Pak, saya punya sesuatu buat Bapak" Megan
berdiri lalu
menuju ke dapur "ini dikasih teman, terlalu banyak, buat
Bapak aja
sebagian" sahutnya dari balik meja dapur sambil mengemasi
beberapa
toples kecil kue-kue kering dan snack.
Sekalian berjalan ke pintu Imron membelok ke arah dapur mini
itu.
Ketika itu Megan pun baru selesai memasukkan barang yang
hendak
diberikan ke dalam kantong dan hendak menghampiri Imron
untuk
menyerahkannya. Megan agak kaget saat mendapati pria itu
sudah di
sampingnya, keduanya berhadapan sangat dekat sekali dan
saling
memandang.
Imron memegang lengan Megan dengan lembut, tidak nampak
penolakan dari gadis itu.
"Makasih ya Non, saya...saya...!" Imron tidak menyelesaikan
ucapannya
karena setelah itu mulutnya langsung memagut bibir Megan
yang basah
menggairahkan itu.
Megan pun segera melingkarkan kedua tangannya ke leher
pria itu dan
menempelkan tubuhnya erat sekali. Imron dapat merasakan
payudara
gadis itu menekan dadanya, lebih terasa dibanding waktu dia
menangis
di pelukannya dulu. Mulut Megan langsung membuka
membiarkan lidah
Imron masuk dan menyambut lidah pria itu dengan bernafsu.
Ciuman
mereka makin menggelora dan nafas mereka makin memburu.
Megan
menaikkan pantatnya ke meja dapur di belakangnya. Tangan
Imron yang
menggerayangi payudaranya mulai mempreteli kancing
bajunya dengan
tergesa-gesa. Setelah kancing terakhir terlepas, Megan
menggerakkan
sendiri tangannya membuat blouse tanpa lengan itu tergeletak
di meja
dapur, lalu ia menggerakkan tangan ke punggung melepas kait
branya.
Tanpa melepas ciuman Imron menarik lepas bra coklat itu
dari
tempatnya. Baru kali ini Imron melihat payudara bule yang
sesungguhnya, payudara Megan bentuknya bulat padat,
putingnya
berwarna merah dengan areola berdiameter sedang. Kedua
bukit itu
naik turun dengan cepat seirama nafas Megan yang tak
teratur. Sambil
mengulum bibir Megan tangannya meraba-raba payudaranya.
Megan
tidak bersikap pasif saja meresponnya, lidah gadis itu juga
turut
bermain dengan liar, lidah Imron ditangkapnya dan disedot-
sedot
membuat birahi penjaga kampus itu semakin naik saja.
Tangannya
melepas seragam karyawan Imron lalu menarik kaosnya ke
atas. Imron
melepas ciumannya agar bisa meloloskan kaos oblongnya.
Megan
melemparkan kaos itu ke samping begitu pakaian itu lepas.
"Apa ini Pak ?" tanyanya melihat bekas luka pada dada
Imron.
"Bagian dari masa lalu saya Non, bekas berkelahi dibacok
orang"
jawabnya.
Gadis itu meraba bekas luka memanjang itu, telapak
tangannya yang
halus itu membelai dada Imron yang bidang.
"Sakit ?" tanyanya lagi.
"Dulunya sih iya, tapi sekarang nggak kok, apalagi kalau
dielus tangan
Non yang indah ini" katanya sambil menggenggam tangan
gadis itu.
"Bawa saya ke kamar" katanya pelan setengah berbisik.
Imron langsung mengangkat tubuh gadis itu sekali rengkuh
dalam
posisi berhadapan, Megan memeluk tubuh Imron sementara
bagian
bawah tubuhnya ditopang. Imron berjalan ke kamar sambil
menciuminya. Dia menggunakan sikunya untuk membuka
gagang pintu
lalu memasuki kamar itu. Diturunkannya tubuh Megan ke
ranjang lalu
memencet saklar di sebelah pintu, lampu di plafon langsung
menerangi
kamar yang tadinya gelap itu.
"Jangan yang itu Pak, yang ini saja" kata Megan seraya
menarik tali
saklar menyalakan neon 10 Watt di ujung atas ranjangnya.
Imron membuka pakaiannya yang masih tersisa. Setelah
membuka
celana dalamnya, nampaklah penisnya yang sudah menegang.
Megan
terkesima melihat ukuran senjata pria itu dengan urat-uratnya
yang
menonjol di beberapa sisi dan ujung bersunat.
"Wow...what an Indonesian dick" gumamnya dalam hati tanpa
mengalihkan pandangannya dari batang itu.
Sungguh gairah Megan menggebu-gebu malam itu tanpa
pernah
direncanakannya. Kejadian itu berlangsung secara spontan
begitu saja
dan memang inilah yang disukai gadis bule itu, spontanitas
dalam seks
terasa lebih membuatnya horny. Entah mengapa dia bersedia
melakukannya dengan pria seperti Imron, gairah nakal itu
memang
mulai timbul sejak ngobrol-ngobrol di ruang tamu itu, suasana
malam
dan situasi hanya pria dan wanita saja dalam satu ruangan
menimbulkan bayangan erotis di benak gadis itu, selain itu
Imron
pernah menolongnya beberapa kali sehingga ia tidak
keberatan
membiarkan tubuhnya dinikmati penjaga kampus itu, hitung-
hitung
sebagai balas jasa. Jangan lupa, Megan berasal dari negara
yang
menganut kebebasan seks dan hubungan seks tanpa status
dan cinta
bukanlah hal baru baginya. Megan telah merasakan hubungan
seks
sejak usia 16 tahun, dia telah melakukannya dengan tiga
orang yaitu
dua mantan pacar dan satu teman, semuanya ras kaukakus
kecuali
pacar terakhirnya yang berdarah Hispanik. Terakhir kali ia
berhubungan
intim kurang lebih setahun lalu, tak lama sebelum
kepergiannya untuk
kuliah di Indonesia. Malam itu gairahnya yang cukup lama
terpendam
karena kesibukan sehari-hari menggeliat, darah dalam
tubuhnya
bergolak merindukan sebuah permainan cinta. Dengan gerakan
erotis, ia
membuka celana sedengkul beserta celana dalamnya, lalu
melemparkannya ke kursi rias di sebelah ranjang. Kini
tampaklah tubuh
gadis Amerika itu tanpa sehelai benangpun, benar-benar
mulus tanpa
cacat.
Hari itu benar-benar saat yang paling dinanti-nantikan oleh
Imron,
bagaimana tidak, ia telah memakan waktu berbulan-bulan dan
minta
saran sana-sini untuk memangsa gadis bule itu sebelum
akhirnya
membuahkan hasil seperti sekarang ini. Diterkamnya tubuh
mulus yang
telah terbaring di ranjang itu. Megan menjerit manja
menyambutnya.
Karena sudah dikuasai nafsu, keduanya langsung berpelukan
dan
berguling-guling, saling remas dan saling tindih, payudara
indah
Megan bergesekan dan menekan dada Imron, kali ini tanpa
penghalang
lagi, langsung skin to skin. Megan kini berada di atas Imron,
dia begitu
agresif dalam berciuman, setiap gerakan lidah Imron
disambutnya
dengan gemilang. Kemudian mulutnya mulai menuruni leher
pria itu
dengan kecupan dan jilatan. Gadis itu demikian liar melakukan
pemanasan terhadap Imron, terkadang dengan sengaja ia
gesekkan
payudaranya pada tubuh Imron sehingga memberi sensasi
tersendiri
baginya. Sambil menjilat puting pria itu, tangannya meraih
penis yang
sudah tegang itu. Imron dibuat blingsatan karena nikmatnya,
dipandangnya mata hijau Megan yang menatap liar padanya,
mata itu
kini memancarkan hasrat liar yang menggebu-gebu. Ternyata
Megan
yang bertampang innocent itu di atas ranjang dapat berubah
menjadi
binal bak artis bokep. Puas melakukan mandi kucing, Megan
mulai
turun semakin bawah, ditatapnya penis dalam genggamannya
itu.
"Oh gosh...it's so hard !" katanya
Tubuh Imron bergetar dan mulutnya mengeluarkan desahan
begitu lidah
Megan memberi sentuhan pertama pada kepala penisnya.
Sebentar saja
penis itu sudah masuk di mulutnya, tidak semuanya muat sih,
itu pun
mulut gadis itu sudah nampak sesak. Dengan permainan
lidahnya yang
lihai Megan menyentuh bagian-bagian sensitif benda itu
seperti
kepalanya dan lubang kencingnya sehingga membuat pria itu
berkelejotan dan mendesah-desah keenakan. Imron bergidik
merasakan
nikmat yang luar biasa, sungguh oral seks yang disuguhkan
gadis
Amerika ini berbeda dari gadis-gadis lain yang pernah
dipakainya,
Imron merasa penisnya seperti disedot-sedot oleh vacum
cleaner.
Bukan itu saja, Megan juga mengkombinasikannya dengan
kocokan dan
pijatan lembut pada buah zakarnya membuat Imron seperti
melayang-
layang., dia merasa sebentar lagi penisnya mau meledak, tapi
Imron
tidak ingin secepat itu, bisa-bisa dirinya yang malah kalah
bercinta
dengan gadis bule ini. Dengan nafsu meluap-luap
dijenggutnya rambut
pirang itu lalu ditariknya tubuhnya hingga rebah di kasur.
"Be gentle please !" katanya karena agak kaget dengan
kekalapan
Imron.
Dengan bernafsu Imron langsung menggerayangi tubuh mulus
itu.
Lidah dan tangannya menjelajahi setiap titik rangsang di
tubuh gadis
itu membuatnya tidak bisa apa-apa selain mendesah dan
menggelinjang. Imron mengenyoti payudara gadis itu
sementara
tangannya memilin-milin puting payudara yang lain dan
tangan yang
satunya sibuk bermain di daerah kemaluannya.
"Oohhh...yess !" erang Megan sambil menggigit bibir bawah.
Imron mengisapi kedua puting Megan secara bergantian,
hisapan dan
jilatan itu membuat birahi gadis itu semakin membara,
tangannya yang
dibawah mengusap-usap bibir kemaluannya, sesekali
mengelus paha
dalamnya. Dengan diserangnya titik-titik sensitif di tubuhnya,
Megan
semakin tidak terkendali.
"Uuuhh...oohh...mmm !" itulah yang keluar dari mulut Megan
sebagai
ungkapan kenikmatannya.
Jilatan Imron kini turun ke perutnya yang rata, lidah Imron
yang hangat
dan basah membuat gadis itu tertawa kecil karena geli
sekaligus
nikmat. Imron terus turun lagi, wajahnya mendekati vagina
Megan yang
ditumbuhi bulu yang dicukur trim memanjang mengikuti
belahan
vaginanya.
"Hehehe...jembutnya rapi banget, gini toh punyanya orang
bule !" kata
Imron dalam hati sambil mengendusinya, "hhmm...wangi pula,
pasti
rajin dirawat nih"
Imron lalu mengangkat tubuh bagian bawah gadis itu dengan
kedua
pahanya masih mengapit kepalanya.
"Ow...what a...aahhh !" dia menjerit kecil merasa tubuhnya
setengah
terangkat namun wajahnya langsung meringis nikmat sambil
mendesah
ketika dirasakannya lidah Imron telah menari-nari di liang
kenikmatannya.
Dalam posisi berlutut dan kedua lengan kokohnya menyangga
paha
Megan, Imron menjilati vaginanya, lidahnya bagaikan ular
menyeruak
masuk serta melakukan gerakan berputar atau juga menyentil-
nyentil
klitorisnya. Megan benar-benar merasakan sensasi yang luar
biasa,
tangannya sampai meremasi sprei di bawahnya dan matanya
merem-
melek keenakan.
Tak lama kemudian Megan merasakan tubuhnya
menggelinjang hebat,
getaran nikmat itu berasal dari selangkangannya yang sedang
dilahap
Imron menjalar ke seluruh tubuh. Megan mengerang
merasakan
orgasme pertamanya akan segera tiba. Melihat reaksi itu,
Imron
semakin mempergencar jilatan dan hisapannya pada vagina
gadis itu.
"Ooohh....yeah...yess...aahh...ahhh !" Megan mendesah tak
karuan,
permainan lidah Imron telah mengantarnya pada puncak.
Imron terus menjilat dan menghirup vagina Megan yang
semakin basah
oleh cairan kewanitaannya itu. Cairan itu dilahapnya dengan
rakus
sampai terdengar bunyi menyeruputnya. Imron menurunkan
tubuh
bawah gadis itu setelah puas menikmati cairan cintanya.
Imron yang
berlutut diantara kedua paha Megan mengarahkan penisnya
ke vagina
gadis itu. Digosok-gosokkannya kepala penisnya yang mirip
jamur itu
pada bibir vagina Megan, membuatnya menggelinjang
kegelian. Gairah
Megan dengan cepat naik lagi, dia menggenggam penis Imron
dan
menuntunnya pada liang senggamanya. Imron yang nafsunya
juga
sudah tinggi segera melesakkan penis itu, dia merasakan
himpitan
dinding vagina gadis itu yang licin dan bergerinjal-gerinjal.
"Aahhh !!" Megan menjerit nikmat merasakan batang yang
kokoh itu
menerobos masuk memberi kenikmatan.
Dia merasakan penis itu begitu besar, keras, dan mengganjal,
tidak
kalah dari milik pria-pria rasnya. Imron mulai memompa
penisnya
dengan gerakan halus yang makin meningkat menjadi kasar
dan brutal.
Tangannya meremas-remas payudara yang bergoyang-goyang
itu.
"Oohh...ooh...damn it...fuck me...hard !" desah Megan, ia
melingkarkan
kakinya pada pinggang Imron seakan tidak rela
melepaskannya.
Hujaman-hujaman Imron bervariasi, kadang kasar, kadang
lembut,
kadang diputar-putar seperti mengaduk adonan, belum lagi
sentuhan-
sentuhan tangannya yang memberikan belaian-belaian nikmat
pada
bagian tubuh lainnya. Imron lalu menindih tubuh gadis bule itu
sehingga dapat menyetubuhinya sambil menciumi bibir dan
lehernya.
Dalam waktu sekitar seperempat jam Megan sudah merasa
akan klimaks
lagi. Tubuhnya mengejang, tangannya memeluk erat tubuh
Imron,
mulutnya kembali mengeluarkan desahan panjang. Imron
terus
menusuk-nusukkan penisnya pada vagina Megan yang sudah
semakin
becek sehingga terdengar suara decak cairan setiap
kemalauan mereka
bertumbukkan. Imron juga ikut merasakan nikmatnya orgasme
gadis
ini, penisnya terasa dicengkram kuat dan disedot-sedot oleh
vaginanya
yang saat itu berkontraksi dengan cepat, untuk menambah
kenikmatan
dibenamkannya penisnya sampai mentok lalu ia
menggerakkan
pinggulnya dengan gerakan berputar. Megan mengerang-
ngerang
nikmat sambil sesekali menciumi pria itu merasakan
kewanitaannya
seperti diaduk-aduk oleh batang yang keras.
"Yess...sssh...I love it, mmhhhh !" demikian desisnya dengan
nafas
memburu.
Megan memejamkan mata menghayati orgasmenya hingga
gelombang
itu berangsur-angsur reda. Ia lalu membuka matanya dan
melihat wajah
Imron diatasnya. Pria itu tersenyum dan membelai rambut
pirangnya
lalu menciumnya lembut sekali.
"Pak Imron, you're great" katanya dengan tersenyum lemas.
"Apa tuh artinya Non ?" tanya Imron "Non lagi muji atau
ngeledek
nih ?"
"Hebat, Bapak hebat, really !" katanya lagi.
Imron memang makin pandai memperlakukan wanita, dia
tidak
meneruskan dulu genjotannya untuk menunggu Megan
memulihkan
tenaga. Dia mengajak ngobrol gadis itu dengan penis masih
tertancap
di vaginanya.
"Non, enak sekali tadi yah, memek Non nikmat, bener-bener
delisius"
pujinya sambil mempraktekkan bahasa Inggris yang baru
dipelajarinya
sedikit.
"Ya anda juga hebat, mmm...kuat I mean" balasnya,
"eemm...apa itu
tadi...memek ? what's that ?"
"Oohh...anu, itu vagina Non, biasa kita nyebutnya memek"
"Mmm...I see, so it is some kind of slang term"
"Heh, apa...apa ? Non omong apa tadi ? ga ngerti saya"
"No, never mind, ga apa-apa, kalau yang punya laki-laki
disebutnya
apa ?" tanyanya lagi.
"Kalo yang punya cowok disebutnya kontol Non hehehe"
"Memek...kontol" Megan mencoba melafalkan kata-kata baru
itu.
"Iya bener Non, kalo bahasa Inggrisnya apa tuh ?"
"Well, kalau yang punya perempuan biasa kita sebut pussy,
kalau yang
penis disebut dick"
"Oo...gitu yah Non, ngerti-ngerti deh, Non suka sama dick
saya ga ?"
tanya Imron nakal.
"Hihihi...Bapak nakal tanyanya, but yes, I do like it, it is
wonderful, so
big and so hard" Megan sengaja memakai bahasa Inggris
menjawabnya
karena agak malu-malu untuk ngomong terang-terangan.
"Yeee...si Non, mentang-mentang saya ga bisa Inggris,
omong apa sih
tuh ?" tanya Imron menasaran sambil mencubit puting gadis
bule itu.
Sebagai jawabannya Megan menarik wajah Imron mendekat
lalu
mencium bibirnya yang tebal. Ia berguling ke samping
sehingga
tubuhnya kini berada di atas pria itu. Keduanya terlibat
percumbuan
yang panas, tangan kasar Imron membelai punggung mulus
gadis itu
yang mulai berkeringat. Setelah dua-tiga menit berciuman,
Megan
mengangkat tubuhnya lalu mulai mengoyangkan tubuhnya
yang masih
menancap di penis Imron. Tubuhnya naik-turun dengan liar di
atas
tubuh Imron yang telentang itu. Gadis itu juga meraih tangan
Imron
untuk diletakkan di payudaranya dan diremaskannya tangan
kasar itu
pada susunya yang montok. Imron tidak mau kalah, dia juga
menggerakkan pinggulnya menyentak ke atas hingga penisnya
semakin
tusukan penisnya semakin dalam dan memberi kenikmatan
ekstra bagi
keduanya.
"Ooohh...God...ooh...oohh...more...do it more !" mulut Megan
menceracau
tak karuan dalam bahasa ibunya.
Persetubuhan interasial itu berlangsung dengan liarnya, kedua
pihak
sama-sama agresif. Imron merasa sebentar lagi orgasmenya
akan tiba,
maka dia mempercepat hentakan pinggulnya. Penis itu masuk
sedalam-
dalamnya hingga mengenai g-spot Megan, membuatnya
didera nikmat
yang luar biasa.
"I'm coming...yes...aahh...aahhh !" jerit Megan dengan tubuh
menegang.
Di saat yang sama, Imron pun merasakan hal serupa,
spermanya
muncrat dengan deras di vagina gadis itu, tubuhnya
mengejang hebat
sehingga remasannya pada kedua payudara Megan pun
mengeras.
Sekitar lima menitan keduanya menggelinjang menikmati
orgasme
bersama, erangan nikmat sahut-menyahut memenuhi kamar
itu, kalau
saja temboknya tidak cukup tebal pasti sudah terdengar oleh
tetangga
di sebelahnya.
Megan terkulai lemas di atas tubuh Imron sambil memeluknya,
punggungnya nampak basah oleh keringat, rambut emasnya
sudah
acak-acakan. Dia dapat merasakan penis yang menancap di
vaginanya
mulai mengecil dan cairan hasil persetubuhan barusan
mengalir keluar.
Keduanya tidak berkata-kata selama beberapa saat, hanya
deru nafas
mereka saja yang terdengar. Imron merasa ngilu pada buah
zakarnya
karena hentakan-hentakan gadis ini begitu ganas dan penuh
gairah,
sementara Megan sendiri juga merasakan panas pada
vaginanya dan
payudaranya agak perih akibat remasan kasar Imron ketika
orgasme
tadi. Imron membelai rambut gadis itu dan mencium dahinya
dengan
lembut.
"I'd like to have some drink" kata Megan dengan suara lemah.
"Apa...apa Non ? drink...engg...minum yah ?" tanya Imron
yang dijawab
gadis itu dengan anggukan pelan "tunggu yah saya ambil
dulu"
Imron melepaskan pelukan gadis itu dan membaringkan
tubuhnya di
samping. Cairan cinta menetes-netes begitu Imron mencabut
penisnya
dari vagina Megan. Dia turun dari ranjang dan keluar menuju
dapur. Tak
lama kemudian ia kembali dengan membawa sebuah gelas
berisi air
putih. Ketika itu Megan sedang membersihkan
selangkangannya dengan
tissue, tak lama kemudian daerah itu pun kembali bersih dan
dilemparnya tissue itu ke tong kecil di sudut ruangan. Setelah
menerima gelas dari Imron, dengan lahap Megan
menghabiskan isi
gelas itu, tenggorokannya terasa lebih segar dan tubuhnya
lebih rileks.
Imron yang masih kelelahan merebahkan diri di sebelah gadis
itu.
Diraihnya tubuh gadis itu ke dalam pelukannya dan rambut
pirang itu
dibelainya lembut.
"Bapak sudah mau pulang ?" tanyanya.
"Iya Non, istirahat sebentar, kalau udah kuat langsung balik"
"Malam ini disini saja Pak, sudah terlalu malam"
Dalam hati Imron merasa senang dengan tawaran itu, tapi dia
menolak
halus dulu untuk menjaga citra baru mengiyakannya.
"Yah...kalau Non ga keberatan, saya sih ok ok aja"
Selesai berkata demikian Imron menarik selimut menutupi
tubuh mereka
dan mematikan lampu 10 watt di atas ranjang sehingga kamar
menjadi
gelap.
"Non mainnya hebat, liar sekali !" puji Imron sambil membelai
dadanya.
"Ya, anda juga good, bisa buat saya orgasm beberapa kali,
saya suka
kontol Bapak, it's very strong hihi"
"Oh ya, jadi Non suka kontol saya ?" godanya sambil
menggesekkan
penisnya pada pantat gadis itu.
Obrolan nakal berlangsung selama beberapa menit sebelum
akhirnya
tidak terdengar lagi jawaban Megan ketika Imron menanyainya
mengenai apa fantasi seks terliarnya yang belum terwujud.
Gadis itu
diam tidak menjawab, Imron menunggu sejenak namun yang
terdengar
hanya bunyi nafas, rupanya gadis itu tertidur kelelahan. Imron
pun
menutup matanya dan menyusul ke alam mimpi tak lama
kemudian.
Keesokan paginya Imron terbangun, dilihatnya jam weker di
sebelah
ranjang menunjukkan pukul enam. Nyenyak sekali tidurnya
semalam,
baru kali ini dia merasakan tidur di tempat senyaman ini
dengan
ranjang yang empuk dan seorang gadis cantik di sebelahnya.
Memang
sih ketika dulu waktu masa jayanya di dunia hitam dia sudah
sering
tidur dengan pelacur, tapi tidak di tempat seelit ini, paling di
motel
murahan atau di atas ranjang butut. Ditatapnya wajah Megan
yang
masih tertidur dalam posisi telentang, senyum kemenangan
muncul di
wajahnya, akhirnya berhasil juga meniduri 'kuda putih'ini
tanpa
menggunakan paksaan dalam seni berperang ini bisa
dimasukkan
dalam kemenangan gemilang yaitu menang tanpa berperang
(dalam hal
ini paksaan). Ia turun dari ranjang dan menuju ke kamar
mandi di
seberang kamar itu setelah meraih celananya yang diletakkan
di kursi
meja rias. Di kamar mandi Imron menyalakan shower dan
mandi dengan
cepat karena sebelum kuliah pertama jam tujuh ia harus
sudah beres-
beres, maka tujuh menit saja ia sudah menyelesaikan
mandinya.
Dengan handuk kecil di gantungan dia mengeringkan badan
lalu
memakai celananya. Setelah keluar dari kamar mandi
dilihatnya ke
dalam kamar Megan masih terlelap, agaknya ia masih lelah
karena
pertempuran semalam. Niat isengnya timbul, sambil
menyeringai
dirogohnya ponsel dari dalam kantong celananya. Dengan
perlahan-
lahan dibukanya selimut yang menutupi tubuh Megan, lalu
ckrek...
ckrek...ckrek...tiga kali diambilnya foto gadis itu dari berbagai
sudut
dalam keadaan tertidur tanpa busana. Foto itu untuk kenang-
kenangan
atau siapa tahu akan berguna suatu hari nanti seperti yang
pernah
dilakukannya pada Joane (baca Eps.7).
Kemudian Imron duduk di pinggir ranjang, ditatapinya
kemolekan tubuh
Megan yang tak tertutup apapun itu, tangannya bergerak
memegang
payudara kirinya serta meremasnya lembut.
"Mmmm !" terdengar gumaman gadis itu, matanya bergerak
dan
membuka perlahan-lahan, "Pak Imron, morning, sudah
bangun ?"
sapanya.
"Iya Non, saya harus pamit dulu, udah harus kerja lagi nih
Non" katanya
dengan tangan tetap meremasi payudara gadis itu. "Non
sendiri nggak
kuliah ?"
"Saya nanti jam sembilan" jawabnya.
"Kalau gitu saya duluan yah Non, lain kali kita main seperti
kemarin
lagi yah Non, mau kan ?" pertanyaan yang hanya dijawab
gadis itu
dengan senyuman.
Megan dengan masih terkantuk-kantuk menggerakkan
tubuhnya untuk
turun dari ranjang dan mengantarkan Imron ke pintu. Di dapur
Imron
memunguti pakaiannya yang tercecer di sana tadi malam dan
memakainya, Megan juga menyerahkan kantong hitam berisi
makanan
yang hendak diberikan padanya.
"Teng kiu yah Non, Non baik banget, saya ga akan pernah
melupakan
Non" ucapnya sambil menerima bingkisan dari gadis itu.
"Sama-sama Pak, saya juga senang kenal Bapak, but lain kali
jangan
lupa...you should use some condom, memakai kondom,
supaya aman !"
katanya dengan senyum nakal.
Imron terkekeh dan menganggukkan kepala menjawabnya.
Lalu ia
berjalan di belakang gadis itu yang mengantarnya ke pintu.
Dipandanginya tubuh belakang gadis itu, indah sekali,
pantatnya begitu
bulat montok membuat tergoda untuk menepuk dan bahkan
meremasnya. Sebelum Megan sempat membukakan kunci
tiba-tiba
pinggangnya sudah didekap dari belakang. Sebentar saja
tubuhnya
sudah menempel dengan tubuh si penjaga kampus itu yang
langsung
memciumi tenguknya.
"Hei !" Megan menjerit kecil.
Megan menggeliat dan meronta kecil ketika Imron menciumi
leher dan
telinganya, namun rontaan yang setengah hati itu justru
membuat
Imron makin bernafsu. Didesaknya tubuh gadis itu ke depan
sehingga
terhimpit diantara pintu dan tubuh kekarnya. Megan
merasakan penis
pria itu yang telah menegang menempel di pantatnya entah
sejak kapan
dia membuka celananya. Tangan kekar Imron menarik sedikit
pinggulnya sehingga agak nungging.
"Oohh...no...not again ssshh !" desahnya ketika penis pria itu
menerobos masuk ke liang vaginanya.
Sambil berpegangan pada kedua payudara gadis itu, Imron
menyetubuhinya dengan kecepatan tinggi, mulutnya menciumi
pundak
dan lehernya membuat gadis itu serasa melayang. Pintu
tempat Megan
bertumpu ikut bergetar seperti ada gempa bumi, untunglah
sedang tidak
ada orang yang melintas di lorong dan melihatnya. Kurang
dari sepuluh
menit Imron sudah menyemprotkan spermanya di dalam
vagina gadis
Amerika itu. Segera setelahnya ia memasukkan kembali
penisnya ke
dalam celananya.
"You are so naughty...Bapak nakal !" sahut Megan menepuk
pelan pipi
Imron.
"Hehehe...hitung-hitung olah raga pagi Non" katanya
cengengesan "Ok
saya pergi dulu yah, gud bai !"
"Ok see you later...ini rahasia kita ya Pak, jangan bilang orang
lain"
senyumnya nakal.
Imron mengecupnya di bibir sebelum membuka pintu.
"Hei...wait, Bapak lupa ini ya ?" ucap Megan seraya
mengambil kantong
berisi makanan dari lantai.
"O iya, hehehe sampai lupa, makasih ya Non" Imron
mengambil
bingkisan itu lalu pamit meninggalkannya.
Megan menutup pintu dan kembali ke kamarnya,
dihempaskannya
tubuhnya ke atas kasur yang empuk.
"Oh God, what have I done ? how could I do it with a janitor ?"
tanyanya pada diri sendiri dalam hati.
Ia masih belum habis pikir bagaimana dirinya bisa terlibat
hubungan
seks dengan pria itu. Di kampus banyak teman pria yang
tampangnya
jauh di atas pria itu, namun ia malah memilih seorang penjaga
kampus
sebagai partner seksnya. Sinyal-sinyal untuk melakukan
hubungan
seks memang pernah dia dapat dari beberapa teman
kuliahnya, tapi
tidak pernah diresponnya. Dia paling tidak suka dengan pria-
pria sok
jaim atau yang hanya menonjolkan sisi gentle dengan tujuan
menidurinya, dia sudah belajar dari dua kali pengalamannya
dalam
berpacaran mengenai hal ini. Beda dengan Imron yang telah
melakukan
tindakan nyata padanya tanpa pamrih (di matanya) sehingga
ia pun
bersedia melakukan hal itu padanya, disamping itu
keperkasaan Imron
di ranjang telah membuatnya terbuai.
###
Hubungan gelap itu kembali terulang pada hari-hari
selanjutnya setiap
ada kesempatan di toilet kampus, kelas kosong, gudang,
apartemen
Megan, dll kecuali rumah kontrakan Imron, satu tempat yang
tidak
pernah dipakainya untuk menggauli korbannya demi
menghindari
kecurigaan dari warga sekitar. Karena itulah dimata para
tetangga dan
warga tempatnya tinggal Imron tidak bermasalah. Terkadang
Megan
tidak segan mengajak pria itu berhubungan seks dengan
sinyal berupa
jilatan lidah pada bibirnya atau meng-SMS-nya untuk datang
ke
apartemennya. Bagi Megan hubungan itu tidak lebih hanya
sekedar
pertemanan dan pemuasan biologis semata. Dalam benak
gadis bule itu
tidak pernah terbesit sedikitpun cinta ketika melakukan
hubungan itu,
demikian juga Imron yang memakai Megan hanya sebagai
pemuas
nafsu.
"Do you love me ?" pernah suatu kali Megan bertanya
demikian pada
Imron sehabis bercinta di toilet.
"Apa ? cinta ya ? cinta sama Non gitu ?" tanyanya lagi
memastikan
yang dijawab Megan dengan anggukan kepala. "Ehm...gimana
yah, saya
gak berpikir sampai kesana Non"
"So, Bapak gak suka saya ?" Megan bertanya lagi dengan
ekspresi
antusias.
"Ehh...bukan...bukan gitu Non, kan kata Non juga kita ini
teman, lagian...
lagian kita kan terlalu banyak perbedaan" Imron agak susah
menjawabnya.
"Yes, itu yang saya harapkan, saya gak ingin ada ikatan, kita
teman,
friend, it's only sex"
Keduanya hening saling tatap di ruangan sempit itu,
berciuman
sebentar lalu melepaskan diri dan membereskan pakaian
masing-
masing sebelum keluar dari sana.
###
Sabtu sore, dua minggu setelah malam liar pertama mereka,
keduanya
menghabiskan waktu dengan berhubungan seks dengan
berbagai gaya.
Mereka melakukannya di kamar mandi, dapur, ruang tamu, dan
di atas
sofa ruang tengah. Megan yang saat itu baru menyelesaikan
koreksian
yang menumpuk dari tempat mengajarnya menganggapnya
sebuah
refreshing setelah lepas dari kesibukan, eksperesi itu keluar
dalam
wujud keliarannya pada hari itu dalam bercinta sehingga
membuat
Imron pun agak kewalahan. Pukul sepuluh malamnya
keduanya telah
tergeletak lemas diatas ranjang dengan tubuh penuh keringat
dan nafas
ngos-ngosan. Dalam obrolan pasca orgasme kembali Imron
menanyakan lagi pertanyaannya dulu yang belum terjawab,
yaitu
mengenai fantasi seksnya yang belum terwujud. Megan
terdiam sejenak
dan berpikir.
"Threesome, main bertiga maksud saya atau main beempat
maybe, tapi
saya belum pernah melakukannya" jawab Megan
"kelihatannya exciting
dilayani lebih dari satu laki-laki, yah tapi itu cuma fantasi,
saya belum
berani hehe"
"Oh, gitu toh Non, ternyata Non noti (naughty) juga mikirnya
yah" kata
Imron sambil mencubit putingnya.
"Kalau bapak sendiri apa fantasinya ?" Megan bertanya balik.
"Ya gak jauh-jauh deh Non, bisa main sama perempuan cantik
aja udah
cukup" jawabnya, "lagian kan fantasi saya udah kesampaian
sekarang
Non" Imron menatap wajah Megan sembil tersenyum,
keduanya lalu
tertawa-tawa dan berpelukan.
Setelah ngobrol-ngobrol sebentar dan saling belai, mereka pun
akhirnya terlelap.
Keesokan paginya Megan bangun terlebih dulu dan
menemukan dirinya
dalam pelukan penjaga kampus itu. Pelan-pelan ia
melepaskan diri dari
tangannya agar tidak membangunkannya. Jam weker sudah
menunjukkan pukul sembilan lewat duapuluh, lumayan
kesiangan juga
pikirnya, tapi kan ini hari Minggu makannya wekernya tidak
dinyalakan.
Setelah turun dari ranjang dia berjalan ke kamar mandi untuk
mencuci
muka dan gosok gigi. Kemudian diambilnya kimono sutra
berwarna
hitam dengan motif bunga-bunga kecil dari gantungan baju
dan
dikenakan pada tubuhnya. Di dapur menyiapkan sarapan
berupa roti
panggang dan secangkir kopi lalu menikmatinya sambil duduk
selonjoran di sofa panjang dan menonton TV. Baru saja
menghabiskan
roti pertamanya terdengarlah bunyi bel.
"Ya...siapa ?" tanya Megan setelah mengintip dari lubang
pintu melihat
seorang pria yang tidak dikenal.
"Tukang ledeng, katanya ledeng disini ada keluhan ya!" kata
orang
diluar itu.
"Iya benar, kenapa anda baru datang sekarang ?" Megan
membukakan
pintu.
Dia agak kesal karena keterlambatan ini, masalahnya sejak
kemarin pagi
kran air di dapur untuk mencuci piring tiba-tiba mengalirnya
kecil
sehingga ia melaporkan hal ini ke pihak apartemen saat itu
juga. Ia
juga sempat minta tolong pada Imron kemarin tapi pria itu
juga tidak
terlalu bisa menolong karena tidak punya peralatannya, Imron
hanya
memperkirakan bahwa ada penyumbatan pada pipa air
sehingga
alirannya terhambat.
"Maaf Non, anu...yang kerjanya kebetulan lagi kurang, ada
yang lagi
pulang kampung, saya kemarin juga lagi sibuk di tempat lain,
jadi
kepaksa dateng sekarang biar hari Minggu juga" orang itu
meminta
maaf atas keterlambatannya.
Megan mengajak orang itu ke dapur dan menjelaskan
permasalahannya.
Bahasanya kadang diselingi bahasa Inggris untuk istilah-
istilah yang
agak asing baginya. Sambil mendengarkan penjelasan Megan,
si tukang
ledeng itu, pria berusia 30 an, tidak bisa menahan
kekagumannya
terhadap kecantikan gadis bule itu, matanya sesekali mencuri-
curi
pandang ke belahan dadanya. Setelah jelas permasalahannya
si tukang
ledeng mulai membuka kotak peralatannya dan bekerja,
sementara
Megan kembali ke sofa menonton TV. Setelah menghabiskan
roti dan
kopinya, Megan bangkit dari sofa hendak ke kamar sebentar
melihat
Imron, sekalian memberitahunya agar jangan keluar kamar
dulu sampai
si tukang ledeng pulang.
"Hai, good morning Pak, enak tidurnya ?" sapa Megan melihat
Imron
yang sudah membuka mata tapi masih berbaring di ranjang, ia
membuka tirai jendela hingga sinar matahari masuk ke kamar.
"Morning juga Non, eh ada siapa tuh diluar kok saya dengar
Non lagi
bicara sama orang ?" tanyanya.
"Itu...eeemm..yang perbaiki kran ledeng" jawab Megan "and
anda
sebaiknya jangan keluar dulu yah, tunggu orang itu pulang
dulu, ok ?"
"O ya? Kenapa emangnya Non ?" Imron menyeringai mesum
sambil
menyingkap kimono Megan yang duduk di pinggir ranjang dan
membelai pahanya.
"Ohh...please, jangan nakal dulu" Megan mengangkat tangan
Imron
untuk menyingkirkannya. "nanti dia liat, tidak enak !"
Tiba-tiba Imron menangkap pergelangan tangan gadis itu dan
tangan
satunya mengangkap pinggangnya lalu menariknya ke
pelukannya.
"Ehh...what...aa...apa-apaan ini, let me out !" Megan
tersentak, dia
meronta dan mendorong Imron yang telah berguling menindih
tubuhnya, tapi tentu saja tenaganya kalah dari pria itu, "stop
it now!
ada orang diluar sana !"
"Nggak apa-apa Non, saya hanya mau bantu fantasi Non jadi
nyata"
kata Imron sambil mengangkat kedua lengan Megan ke atas
dan
mengunci kedua pergelangannya dengan telapak tangannya
yang lebar.
"kan Non bilang mau tau rasanya dikeroyok hehehe !"
"Jangan...saya gak mau...mmmhh !" Imron membungkam
protes Megan
dengan ciumannya.
Tangan Imron yang satunya merayap ke bawah, menyingkap
kimono itu
dan menyentuh vaginanya. Birahi Megan pun terpicu di tengah
rasa
kuatir si tukang ledeng akan datang memergokinya.
Jantungnya
berdebar dengan kencang seiring nafasnya yang mulai
memburu. Imron
terus melumat bibir Megan sambil jari-jarinya mengorek-
ngorek
vaginanya yang makin becek itu. Imron pun melepaskan
kunciannya
setelah merasakan Megan tidak meronta lagi. Tangan yang
tadi
mengunci pergelangan itu berpindah ke dada menyusup masuk
lewat
lehernya dan menyentuh gumpalan kenyal yang tak ber-BH.
Sekali tarik
terlepaslah simpul tali pinggangnya dan Imron langsung
menyingkap
kimono itu.
"Eengghh...stop it Pak, orang itu bisa melihat kita !"
sergahnya sambil
mendorong-dorong kepala Imron yang sedang mengenyoti
payudaranya.
Bukannya melepaskan Imron malah mempergencar
serangannya, klitoris
gadis itu digesek-gesekkannya pada jarinya sehingga desahan
pun
keluar dari mulutnya tanpa dapat tertahan. Ketika sedang
dalam buaian
nafsu itu, tiba-tiba Megan mendengar langkah mendekat di
luar sana.
Megan pun makin panik, dia mendorong Imron agar terlepas
tapi pria
itu sangat kuat dan bernafsu menggerayanginya, selain itu
Megan juga
tidak sepenuh hati melawan karena naluri seksnya
menginginkan Imron
terus merangsangnya. Seperti yang telah diduga, si tukang
ledeng itu
muncul di depan pintu, dia terbengong melihat adegan panas
di atas
ranjang itu. Mata Megan terbelakak dan wajahnya bersemu
merah
melihat kedatangan pria itu. Imron yang juga sadar akan
kehadiran
orang itu menengokkan wajah ke arah pintu namun dia segera
kembali
mengenyot payudara gadis itu seolah tidak ada yang
mengganggunya.
Si tukang ledeng tersenyum dan melangkah masuk perlahan-
lahan.
"Wo-wo-wow asyik yah, saya boleh ikutan ga ?" tanyanya
cengengesan.
Megan malu setengah mati melihat pria itu berdiri di sebelah
ranjangnya, matanya menatap nanar dirinya yang sedang
digauli Imron,
seorang gadis bule yang masih muda dan cantik dinikmati
seorang pria
pribumi Indonesia seusia ayahnya yang tampangnya juga jauh
dari
ganteng. Ia teringat dulu pernah kepergok ayah mantan
pacarnya ketika
sedang frech kiss, rasanya malu sekali waktu itu sampai agak
salah
tingkah ketika hendak pamit pulang, apalagi dipergoki dalam
keadaan
lebih hot seperti sekarang ini. Namun disamping itu dia juga
merasakan
rasa nikmat membayangkan dua orang akan memuaskan
tubuhnya.
Lahir dan besar di negara yang liberal, Megan tidak asing
dengan
perilaku seks yang tidak konvensional mulai dari yang soft
seperti
threesome dan swinger hingga yang ekstrim seperti BDSM,
gangbang,
dan sex party. Namun dia sendiri hanya sekedar tahu saja dan
tidak
berani mencoba ke arah sana apalagi keluarganya termasuk
religius,
sehingga selama ini kehidupan seksnya selama ini
berlangsung secara
konvensional saja. Dalam kondisi sedang high seperti
sekarang ini,
Megan tidak kuasa untuk menolak, penolakan yang keluar dari
bibirnya
pun tidak sepenuh hati sehingga malah membuat kedua pria
itu makin
bernafsu.
"Dari pertama dateng tadi gua udah kesengsem sama si Non
ini, ga
nyangka bisa dapet kesempatan kaya gini" kata si tukang
ledeng sambil
memegang payudara Megan dengan tangan bergetar tidak
percaya apa
yang didapatnya.
Payudara yang hangat, kenyal dan berkulit halus, sungguh ini
bukan
mimpi, seumur hidupnya dia tidak bermimpi bisa menikmati
gadis bule
apalagi yang selevel Megan. Tukang ledeng itu menunduk dan
melumat
payudara gadis Amerika itu dengan mulutnya. Mata Megan
terpejam
merasakan jilatan dan emutan pada kedua payudaranya dan
tangan-
tangan kasar yang menggerayangi tubuhnya. Baru kali ini
Megan
merasakan buaian pada banyak titik sensitif di tubuhnya
dalam waktu
bersamaan sehingga desahan nikmat pun keluar dari mulutnya
dan
tubuhnya menggeliat-geliat nikmat. Walau ada perasaan risih,
dirinya
tak kuasa untuk menolaknya. Tukang ledeng itu melepaskan
diri
sebentar untuk membuka pakaiannya dengan terburu-buru
saking
nafsunya. Megan terhenyak melihat penis si tukang ledeng
yang telah
mengacung tegak, panjangnya kira-kira sama seperti milik
Imron, tapi
diameternya agak lebih kecil dan urat-uratnya tidak terlalu
menonjol
seperti Imron.
Kini pria itu ikut naik ke ranjang, tangannya mulai menjamahi
setiap
lekuk tubuh Megan yang indah. Ia meraih tangan Megan dan
meletakkannya pada penisnya, segera dia mendesah nikmat
karena
penisnya dikocok perlahan oleh jari-jari lentik itu. Tukang
ledeng itu
menopang punggung Megan dengan satu tangannya sehingga
posisi
gadis itu terduduk di ranjang dan tangan satunya terus
menggerayangi
tubuhnya sambil berciuman. Megan mendesah tertahan di sela
percumbuannya karena jari-jari Imron makin liar keluar masuk
di
vaginanya. Pada payudara kanannya ia merasakan hisapan
dan jilatan
sedangkan yang kiri ia merasakan putingnya dipilin-pilin,
kedua bagian
sensitif itu pun makin menegang karenanya. Libido yang
semakin tinggi
menyebabkan gadis itu semakin bergairah bercumbu dengan si
tukang
ledeng. Lidah mereka saling menjilat dan membelit, ludah
mereka
belepotan pada daerah bibir masing-masing.
"Psst...hei !" si tukang ledeng melepaskan ciumannya dan
menoleh
sebentar pada Imron yang memanggilnya. "sini, mau ga jilatin
sini ?"
Imron menunjuk ke vagina Megan.
Si tukang ledeng mengiyakannya dengan kegirangan, dia
membaringkan
kembali tubuh Megan dan bertukar tempat dengan Imron.
"Gimana Non, seru kan ?" bisiknya sambil membelai rambut
gadis itu.
"It's crazy, gila, but...feel good...mmhhhh !" jawabnya sambil
mendesah
karena saat itu lidah si tukang ledeng telah menyapu bibir
vaginanya.
Tukang ledeng itu dengan rakus melumat vagina Megan yang
bulunya
dicukur trim itu, disedot-sedotnya daerah itu, lidahnya masuk
ke liang
kemaluannya menyapu dinding dalamnya. Tubuh Megan
seperti
kesetrum ketika lidah itu menyentuh daging kecil merah yang
sensitif.
Tubuhnya semakin terbakar oleh api birahi.
Imron berlutut di samping kepalanya menginginkan penisnya
dioral.
Sebelum ia sempat menyodorkan senjatanya, Megan sudah
meraih
batang itu dan mendekatkan wajahnya serta langsung
memasukkannya
ke mulut.
"Uuhhh...enak, iyah Non terus gitu !" desah Imron merasakan
penisnya
diemut dan dihisap oleh gadis itu.
Megan yang semakin terangsang melebarkan kakinya agar si
tukang
ledeng dapat makin leluasa melumat vaginanya. Tiga menit
kemudian,
Megan merasakan desakan pada vaginanya. Dia
menggerakkan bola
matanya untuk melihat ke sana, ternyata si tukang ledeng
sudah tidak
menjilati vaginanya, dia tengah mendorong-dorongkan
penisnya untuk
memasuki vagina itu.
"Aahh...slowly, jangan kasar !" pinta Megan padanya karena
tukang
ledeng itu terlalu bernafsu melakukan penetrasinya.
Pria itu cukup pengertian, dia mengurangi kekasarannya,
dengan tarik-
dorong beberapa kali akhirnya dia berhasil menancapkan
penisnya
pada vagina bule itu.Setelah beradaptasi dan merasakan
nikmatnya
jepitannya mulailah ia memompa gadis itu.
"Aahh...oohh...mmmm...mmm !" Megan kembali memasukkan
penis Imron
ke dalam mulutnya dan meneruskan hisapan-hisapannya.
Tukang ledeng itu menggenjot Megan dengan kecepatan
makin naik,
kedua betis gadis itu disangkutkannya pada kedua bahunya.
Megan
juga ikut menggerakkan pinggulnya mengimbangi permainan
pria itu.
Kuluman dan jilatan Megan yang sensasional membuat Imron
tidak bisa
menahan ejakulasinya.
"Oohhh !" Imron mendesah dan menjambak rambut pirang
Megan
dengan gemas.
Megan merasakan cairan kental hangat mengisi mulutnya
yang
langsung ditelannya, dia memperagakan teknik menghisapnya
yang
profesional sehingga memanjakan pemilik penis tersebut.
Ketika penis
itu dicabut dari mulutnya, benda itu sudah bersih, demikian
juga mulut
Megan, tidak ada sedikitpun sperma yang meleleh di pinggir
bibirnya,
mungkin juga karena sperma yang tercurah tidak begitu
banyak karena
kemarin sudah bermain habis-habisan. Setelah itu Imron
terkapar di
sebelah Megan yang masih bergumul dengan si tukang
ledeng. Tukang
ledeng itu semakin bernafsu menggenjoti Megan setelah
melihat
pemandangan yang sangat sensual barusan ketika gadis itu
sedang
menyedoti penis Imron yang sedang orgasme, belum lagi buah
dadanya
yang berguncang-guncang.
"Yes...yes...aaahhh...uuhh...oh that's nice !" desah Megan
menggelinjang
nikmat, tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
Megan merasakan sudah di ambang orgasme, ia memutar-
mutar
pinggulnya menambah sensasi nikmat, hingga akhirnya ia tak
sanggup
lagi menahannya, tubuhnya mengejang dan menekuk ke atas
dan
mulutnya mengerang panjang. Si tukang ledeng menyusul
semenit
kemudian dengan menekan dalam-dalam penisnya dan
menyemburkan
spermanya di dalam sana, wajahnya mengekspresikan
kenikmatan yang
luar biasa dari orgasme pertamanya bersama sang dara
Amerika itu.
Pria berkumis itu ambruk di atas tubuh Megan, sesekali
bibirnya
menciumi pipi dan bibir gadis itu. Dia ingin merasakan
sebanyak
mungkin kehangatan tubuh gadis bule ini yang belum tentu
bisa
dirasakannya kemudian hari. Ketika tubuh itu terkapar lemas
setelah
mereguk orgasme.
"This is madness, but it felt so great I can't resist it !" Megan
berkata
dalam hati, ia tidak akan pernah melupakan seks terliar yang
pernah
dilakukannya hari itu.
"Asyik banget Non, Non sama bapak ini apa sih
hubungannya ?"
tanyanya dengan pandangan berpindah-pindah antara Imron
dan
Megan, tentu dia bingung bagaimana mungkin orang seusia
dan
tampangnya seperti Imron bisa menikmati gadis secantik yang
ditindihnya itu.
"Kita cuma teman" jawab Megan tersenyum "that's right Pak
Imron ?"
sambil menoleh ke arah penjaga kampus itu.
"Iyah, temen aja kok" jawab Imron "kenapa mas ? kaget
yah ?"
Mereka ngobrol-ngobrol sebentar sambil memulihkan tenaga.
Si tukang
ledeng itu memperkenalkan diri, dia bernama Parjo, wajahnya
panjang
seperti kuda dengan kumis tipis di atas bibirnya. Tak henti-
hentinya ia
memuji Megan sebagai gadis paling cantik yang pernah
disetubuhinya
sampai membuatnya tersipu-sipu mendengarnya. Tak lama
kemudian
penis Parjo yang masih menancap di vagina Megan mulai
mengeras
lagi.
"Lagi yuk Non, udah sange lagi nih saya, abis Non caem
banget sih,
apa tuh bahasa Inggrisnya...biuti (beauty) hehehe!" katanya
sambil
mencubit pipi gadis itu dengan gemas.
Kali ini Megan meminta dirinya di atas, mereka pun berguling
ke
sebelah sehingga Megan kini bisa menegakkan tubuhnya. Dia
melepas
kimono yang masih menempel di tubuhnya itu hingga
telanjang bulat.
Bagian punggung kimono sutra itu telah basah kuyup oleh
keringat
hasil pergumulan barusan.
Baru naik-turun sekitar tiga genjotan, Imron mendekati Megan
dan
membisikkan sesuatu di telinganya.
"Saya...saya belum pernah" ucap Megan dengan nafas
terengah,
"sepertinya sakit"
"Nggak juga kok Non, awalnya aja sakit, nanti juga enak
apalagi kalo
dua kontol sekaligus gini" kata Imron meyakinkannya.
"But please...pelan-pelan" Megan yang birahinya mulai panas
itu
mengiyakan saja ajakan Imron untuk main belakang.
Imron segera mengambil posisi di belakangnya, pantat gadis
itu
diangkatnya sedikit, ia meludahi pantatnya, lalu mulailah ia
memasuki
lubang belakang itu perlahan-lahan.
"Tahan dikit yah Non" kata Imron.
Megan merintih-rintih merasakan perih pada daerah itu
karena baru
pertama kali melakukannya lewat situ, tangannya
mencengkram erat
lengan Parjo dan sprei di bawahnya. Si Parjo yang di bawah
asyik saja
menggerayangi payudara Megan yang menggelantung di dekat
wajahnya sambil menunggu proses penetrasi, dia menciumi
kedua
daging kenyal itu dan mempermainkan putingnya.
"Aaakkhh...it's hurt, sakit...oohh...pelan-pelan Pak !" Megan
merintih
sampai air matanya keluar, tubuhnya serasa dikoyak-koyak.
"Dikit lagi nih Non, sabar yah...ahh...ahhhh !" Imron juga
mengerang
sambil mendorong penis itu lebih dalam lagi, Imron sendiri
merasakan
penisnya seperti dikuliti karena sempitnya lubang itu.
Imron mendiamkan dulu penisnya di dalam dubur Megan
sambil
mengurut-urut pantatnya memberi rasa nyaman sekaligus
membiarkannya beradaptasi.
Setelah beberapa saat Imron mulai menghujamkan penisnya
perlahan,
Megan merintih karena sakit yang juga bercampur nikmat.
"Udah siap nih Pak Imron ?" tanya Parjo dari bawah sana.
:Imron tak menjawab, ia terus menggoyangkan pinggulnya
sehingga
Parjo juga mulai menggoyangkan pinggulnya dari bawah.
Genjotan
tubuh mereka semakin lancar, Megan mulai merasakan
nikmatnya
disetubuhi dari belakang terlebih dengan penetrasi ganda
seperti ini
yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kenikmatan luar
biasa
melingkupi tubuh gadis itu, ia memasrahkan tubuhnya
diperlakukan
semaunya oleh kedua pria itu. Megan nampak seperti
sandwitch dalam
dekapan mereka, kontras sekali tubuhnya yang putih mulus
dengan
rambut keemasan itu diantara tubuh-tubuh hitam kasar.
Imron tidak
bisa bertahan lama dengan lubang belakang Megan yang baru
saja
diperawaninya itu. Pria itu menggeram nikmat sambil
membenamkan
penisnya dalam-dalam. Megan merasakan cairan hangat
memenuhi
lubang belakangnya. Ketika penis Imron tercabut, ia merasa
sedikit lega
dari kesesakan akibat dua lubangnya dijejali penis, masih
terasa
sperma pria itu meleleh di pantatnya. Dia atas tubuh Parjo,
Megan
memacu tubuhnya dengan liar seperti seorang cowgirl di arena
rodeo,
keduanya mendesah-desah kenikmatan. Tangan Parjo tidak
bisa tidak
menggerayangi payudara Megan yang bergoyang-goyang naik
turun
seirama badannya yang menggemaskan itu.
Tiga menit kemudian mereka berganti posisi. Parjo
mengangkat
tubuhnya sehingga terduduk di ranjang, kemudian barulah
melanjutkan
genjotannya sambil berpelukan dengan gadis bule itu. Dengan
gaya
duduk berpelukan begitu Parjo dapat membenamkan wajahnya
di dada
gadis itu merasakan empuknya payudara montok itu, dengan
istrinya
yang kerempeng dan berdada seperti kue serabi dia tidak bisa
merasakan yang seperti ini. Mulut si tukang ledeng itu
berpindah-
pindah, kadang mengenyoti payudara gadis itu, kadang
melumat
bibirnya.
"Ooh...yeahh...aah...I'm coming...I...I...ahhh !!" jerit Megan
tak lama
kemudian.
Tubuhnya mengejang dengan mata membeliak-beliak, tangan
dan
kakinya makin erat memeluk tubuh pria itu. Gerak tubuhnya
yang naik
turun itu pun semakin liar, dada mereka saling bergesekan,
nikmat
sekali rasanya. Tubuh Megan pun melemas kembali setelah
mencapai
orgasmenya, namun Parjo masih terus menekan-nekan
tubuhnya. Baru
setelah dua menit ia mengerang sepertinya sudah mau
orgasme juga,
dibaringkanya tubuh gadis itu dan mencabut penisnya. Dia
bermaksud
ejakulasi di mulut gadis itu, namun belum juga sempat
memasukkan ke
mulutnya spermanya sudah berhamburan membasahi dada,
leher, dan
wajahnya. Buru-buru Megan meraih penis yang masih
memancarkan
isinya itu dan memasukkan ke mulutnya, penis itu menyusut
dalam
mulutnya dan semburan 'lahar'nya semakin lemah hingga
akhirnya
berhenti. Parjo terkulai lemas di sebelahnya setelah penisnya
dibersihkan. Megan yang meskipun masih lelah menggosok-
gosokkan
ceceran sperma di dadanya dengan jari, dia menoleh dan
tersenyum
kecil ke arah Imron yang duduk di atas kursi riasnya sambil
merokok.
Mereka akhirnya mandi bersama agak berdesakan di dalam
box shower
di kamar mandi. Dalam kesempatan itu, Parjo yang nafsunya
naik lagi
menagih jatah sekali lagi. Megan berdiri bersandar pada tubuh
Imron
yang mendekapnya dari belakang sementara Parjo
menggenjotnya dari
depan sambil menopang paha kirinya. Imron yang sudah
merasa cukup
sejak kemarin hanya pegang-pegangan dan menyabuninya
saja. Segar
sekali rasanya mandi setelah bercinta setengah hari penuh
sejak tengah
hari kemarin. Imron dan Parjo pamit pulang setelah
menjelaskan
masalah kran di dapur yang ternyata ada pipa yang harus
diganti. Dia
berjanji besok akan datang lagi membawa pipa baru.
"Non mau ngapain nih abis ini ?" tanya Imron sebelum
pulang.
"Yah, saya rasa saya mau istirahat panjang hari ini, soalnya
capek
sekali" jawabnya.
Sejak itu Megan makin hanyut dalam petulangan seks yang
liar dengan
Imron, bahkan dia pernah mengajak Julia, sepupunya yang
sedang
berwisata ke Indonesia dan mengunjunginya terlibat
threesome.
Hubungan itu berlangsung selama kurang lebih dua bulan ke
depan
menjelang habisnya masa studi Megan di Indonesia. Dia pun
kini harus
pamitan pada teman-temannya dan tidak lupa dengan Imron
ketika
hendak pulang ke negeri asalnya. Barang-barang yang tidak
dibawa
pulang dibagi-bagikannya pada teman-temannya dan kepada
Imron,
Megan memberikan sepeda yang telah menemaninya selama
setahun
itu yang juga pernah ditambal oleh Imron yang menjadi awal
hubungan
gelap mereka.
###
Sehari sebelum pergi Imron memberikan sebuah amplop pada
Megan.
Itu adalah pertemuan terakhir mereka, karena Megan
berangkat ke
bandara besoknya jam sebelas ketika Imron masih bekerja.
"Jangan dibuka dulu yah Non sebelum sampai ke Amerika"
pesannya
yang dibalas gadis itu dengan anggukan dan senyum.
Di rumahnya di Amerika ketika membongkar barang-barang
bawaannya,
ia menemukan surat dari Imron yang langsung dibukanya
untuk dibaca.
Wajahnya masih senyum-senyum ketika membaca beberapa
kalimat
pertama, namun senyuman itu mulai hilang ketika
membacanya lebih
jauh surat itu yang berisi,
"Buat Non Megan:
Terima kasih banyak buat sepedanya yah, Non. Bikin saya
lebih
gampang kalau mau kemana-mana. Lumayan juga, sepeda
mahal
kayak gini gak bakal bisa kebeli kalau pakai gaji saya yang
sekarang. Kalau lihat sepeda ini pasti jadi keinget sama Non
Megan yang cantik, toh pertama kali bisa deket sama Non
Megan
juga gara-gara sepeda ini. Duh, ngapain juga dulu saya tusuk
bannya ya? Kalau tahu ini sepeda bakal dikasih ke saya, pasti
dulu
gak saya tusuk, sayang banget, ha ha ha. Saya mau minta
maaf,
Non.Dulu sayalah yang nusuk ban sepeda Non Megan sampe
bocor, habis, gimana lagi bisa bikin Non Megan lewat jalan
sepi
itu sendirian? Ntar temen saya gak bisa ngerampok Non
Megan
kan? Ha ha ha! Iya, Non. Perampok yang dulu menyerang Non
Megan itu temen saya juga, namanya Maman, dia kirim
salam,
katanya sayang sekali dia belum sempat mencicipi memek
Non
yang harum itu. Kapan lagi sih Non ke Indo? Siapa tau dia
bisa
saya ajak threesome sama Non, dia belum pernah ngerasain
'hamburger amrik' lho, ha ha ha. Dia bilang sayang banget
kalau
Non Megan ditusuk pake pisau, mending juga ditusuk-tusuk
pakai
kontol, ha ha ha! Saya setuju banget tuh.
Gimana, Non? Pasti bingung kan? Ha ha ha, dasar bule
goblok!
Mau-mau aja dikibulin orang lokal. Sejak pertama ketemu Non
Megan, yang saya mau cuma memeknya doang. Non pikir
saya
orang baik yang gemar menolong? Dasar bule bloon, cantik
doang
otaknya gak dipakai. Saya ini udah pengalaman nidurin
mahasiswi
kampus, Non, jangan dikira Non doang yang udah
pengalaman!
Semua jenis cewek udah saya cicipi, tapi baru kali ini saya
bisa
ngerasain lezatnya anak ayam import kayak Non Megan sama
Non
Julia, mungkin kayak gini yah yang namanya ayam goreng
kentucky itu? Ha ha ha, lumayan juga, bisa nutup impian jadi
bintang pilem porno bikinan Vivid, ha ha ha. Ya udah, cuci
dulu
itu memek sampe bersih ya, Non. Siapa tau besok kalau ada
waktu
pulang ke Indonesia bisa kencan sama saya lagi. Di balik
surat ini
ada foto-foto yang saya ambil waktu Non tidur, foto telanjang
lah,
mudah-mudahan gak keberatan, tapi foto-foto ini bakal saya
sebar
di kampus, pasti banyak dosen pembimbing Non Megan yang
tertarik sama foto bugil ini, ha ha ha. Jangan heran kalau
besok
pulang ke sini banyak orang yang nawar Non untuk dikerjain
semalam.
Gak tau kenapa, tapi kalau lagi naik sepeda, yang keinget
malah
waktu nunggangin Non Megan, ha ha ha! Dasar cewek bule
bloon,
gampang banget sih diajak ngeseks! Saran saya yah, Non gak
usah nerusin kuliah lagi deh kan buang-buang duit mahal,
lebih
baik Non ngelamar jadi artis porno aja, saya yakin bakal
sukses
deh, hahaha. Oh iya, titip salam saya juga buat Non Julia yah,
bilang saya kangen banget sama memeknya yang legit dan
dadanya yang montok. Ok deh sampe segini dulu surat dari
saya,
bitch"
Megan tidak percaya menatap isi surat yang jelas-jelas
menghinanya
itu, tidak saja ia sudah diperdayai oleh penjaga kampus
berwajah buruk
yang dengan licik telah berhasil merebut perhatian dan
menidurinya,
tapi si busuk itu juga berniat membagi-bagikan foto
telanjangnya ke
kampus! Bagaimana nanti kalau sampai teman-temannya
mendapatkan
foto itu? Atau dosennya? Atau siapapun? Entah mau ditaruh
di mana
nanti wajah Megan, seluruh reputasinya bisa hancur. Dia
sama sekali
tidak pernah menduga orang baik yang telah dia percaya
untuk menjadi
partnernya di ranjang selama di Indonesia ternyata hanyalah
seorang
lelaki busuk telah menjebaknya dengan licik. Gadis cantik itu
ambruk ke
lantai dengan lemas, surat dan foto dari Imron disobek-
sobeknya
dengan gemas, airmatanya meleleh. Selamanya dia tidak akan
pernah
menginjakkan kaki ke Indonesia lagi.
Wahai, sekuntum bunga yang cantik
Yang dihancurkan oleh lebah perusak
Benar-benar sebuah kesalahan besar
Mengikuti tiupan angin timur.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.