Selasa, 03 Maret 2015

Perkenalanku dengan Alfi

Pertama-tama perkenankan aku memperkenalkan diri, namaku
Dian,
24 tahun. Aku kini hampir setahun bekerja di sebuah biro iklan
tak
lama setelah lulus kuliah. Dilihat secara fisik aku terbilang
cantik,
setidaknya begitulah yang dikatakan orang-orang. Tubuhku
169 cm
dengan kulit putih mulus dan membentuk lekukan indah.
Rambutku
hitam panjang sedada dan mata yang bulat. Oke kukira cukup
perkenalan diriku, kalau kebanyakan ntar dibilang narsis lagi
hehehe. Kisah ini terjadi ketika seorang sahabatku, Sandra,
akan
berangkat keluar kota menyusul suaminya ke kota G tempo
hari, ia
telah memintaku sekali-kali untuk menengok keadaan
rumahnya
selama ia tidak di rumah. Rumah mereka hanya ditinggali
seorang
anak asuh mereka, Alfi yang usianya baru akan beranjak 17
tahun.
Ia bertubuh kurus dan berkulit hitam, mereka baru sekitar satu
tahunan mengadopsinya. Tak banyak yang kutahu mengenai
anak
itu. Setahun belakangan semenjak Sandra menikah aku jarang
mampir ke rumah mereka hanya sempat kadang telepon-
teleponan
dengannya. Sandra juga mempergunakan jasa pembantu bik
Nah,
orangnya sudah tua namun hari ini ia minta izin untuk pulang
mudik selama satu minggu. Kebetulan hari sudah agak malam
saat
aku mampir, Alfi yang membukakan aku pintu, kulihat ia
senang
sekali melihatku datang.
"Fii, Bik Nah udah berangkat ya?" tanyaku
"Iya kak, tadi pagi-pagi sekali...Kak, Kakak nginap di
sini,kan?"
"Ngga Fii, kakak hanya sebentar. Habis nengok Kak Sandra
kakak
langsung pulang"
"Nginep aja kak, temani Alfi. Soalnya Alfi takut tinggal
sendirian di
rumah"
Aku menimbang permintaan Alfi, mungkin ada baiknya aku
nginap
di sini. Walau bagaimanapun Alfi masih anak-anak berbahaya
baginya tinggal sendirian saat ini.
"Baik, kakak nginap malam ini"
"nah gitu, sekarang Alfi buatin kakak minum dulu ya"
Alfi menghilang ke dapur, tak lama ia kembali dengan segelas
air
jeruk hangat. Tak menunggu lama kuhabiskan sebab aku
memang
haus dan penat.
"kakak tidur di kamar kak Sandra saja ya. Air hangat juga ada
di
kamar mandi"
Aku tersenyum geli mendengar ucapan anak itu, tentunya
Sandra
mendidik ia agar bisa mandiri dan bertanggung jawab.
"makasih Fii, kakak mau mandi dan mungkin langsung tidur.
Kamu
sudah periksa semua kunci pintu keluar kan?"
"Sudah semua Kak"
Semua lampu pada semua ruangan segera dimatikan Alfi. Aku
segera membuang kepenatanku dengan mandi air hangat di
bawah
siraman shower. Selesai mandi rasa haus masih
mengangguku
hingga aku bergegas ke dapur untuk mengambil minum.
Tanpa
menghidupkan lampu aku mampu melihat arah menuju ke
dapur.
Saat melewati kamar di lantai bawah, aku tercekat...kudengar
suara
nafas yang agak memburu dan desah tertahan...dan semakin
jelas
ketika aku mendekat, kulihat pintu kamar tidak tertutup rapat
dan
ada sedikit celah yang memungkinkan aku bisa melihat isi
kamar
dari pantulan cermin yang terletak berserangan dengan letak
pintu,
dan kini aku yang terhenyak. Dari pantulan cermin kulihat Alfi,
telentang di atas ranjang telanjang dan tangannya sedang
menggenggam kemaluannya, bergerak teratur naik turun, tentu
saja
aku tahu kalau anak itu sedang bermasturbasi. Aku pernah
membaca suatu artikel bahwah Remaja seusia Alfi sedang
memasuki masa puber. Mereka mulai tertarik dan menyukai
lawan
jenisnya. Remaja seusia itu sedang berkembang organ
reproduktif.
Angan-angan dan fantasi seks membawa mereka untuk
melakukan
masturbasi. Namun yang membuatku terpana adalah ukuran
kemaluan anak itu..., sangat besar dan panjang...bahkan
terlalu
besar untuk ukuran anak seusianya. Aku pernah melihat
kemaluan
pria dewasa pada sebuah situs X di internet, kubandingkan
dengan
milik Alfi ternyata ukurannya nyaris sama besarnya! Sekilas
terlihat
kalau genggaman tangan anak itu sama sekali tak menutupi
kepala
kemaluannya yang tampak merah dan belum disunat. Alfi
masih
mendesah perlahan dan tiba tiba ia mempercepat gerakan
tangannya lalau tubuhnya mengejang dan dari lubang pipis
kepala
kemaluannya keluar dengan semprotan yang cukup keras
melambung keudara dan cairan itu mendarat didadanya,
beberapa
kali kepala kemaluan itu Nampak menyemprotkan cairan dan
akhirnya dengan lesu tangan pemuda berusia 16 tahun itu
mengendur dan menggapai tissue di meja sisi ranjang. Suatu
perasaan 'menggelitik' mulai menerpaku turun ke ke bawah ke
antara kedua kakiku...aku tahu kalau kemaluanku mulai
melembab
menyaksikan pemandangan itu. Aku baru menyadari kalau
celana
dalamku ternyata sangat basah. Aku yang sempat terpana
segera
sadar dan cepat cepat menuju ke kamarku, kalau saja sampai
terlihat, aku... menonton ia bermasturbasi wah
Malam itu aku tertidur cepat, rasanya kepalaku begitu berat
dan
ngantuk. Tidak biasanya aku seperti ini, terkadang aku masih
betah
berjam-jam di depan TV saat pulang kerja.
Begitu ngantuknya aku hingga lupa mengunci pintu kamarku.
Kasur
Sandra yang empuk mempercepat perjalananku ke alam
mimpi.
Lama setelah terlelap sampai aku dihinggapi sebuah mimpi.
Aku
merasakan sesuatu terjadi pada diriku, diawali muncul rasa
geli
yang aneh pada selangkanganku. semakin lama yang
kurasakan
geli itu berangsur menjadi rasa nikmat yang dasyat yang
belum
pernah kurasakan selama ini. Kini rasa nikmat itu semakin tak
tertahankan menjalar ke sekujur tubuhku. Sampai akhirnya aku
terjaga mulanya bingung rasa nikmat tadi masih terasa
bahkan
lebih menyengat, sesaat aku sadar. tapi belum sempat aku
bereaksi, aku menjerit kaget, ketika tahu-tahu, Aku mendapati
Alfi
berada di antara sela-sela kedua paha putih mulusku.
Wajahnya
terbenam berada tepat di hadapan selangkanganku. Tanpa
harus
melepas terlebih dahulu cukup dengan jarinya Alfi menyingkap
kesamping celana dalam yang tipisku. ia begitu asyik melumat
kewanitaanku. lidahnya menjilati setiap jengkal daging
kemaluanku
yang mulai basah bagai seekor induk kucing memandikan
anaknya
"Fiiiii..apa yang sudah kamu lakukan pada kak
Dian...ouhhhh?"
Anak itu tak menghiraukan pertanyaanku ia tetap asyik
dengan
kelakuan cabulnya.
Percuma saja aku berusaha untuk merapatkan pahaku,
percuma aku
mencoba mendorong kepalanya dan terlambat, bibir mulutnya
telah
menguasai bibir daging kemaluanku secara total, yang
kurasakan
kini sensasi gatal nikmat yang menggila
Ouuggggggh!!!
Ada yang tak kumengerti aku Aku tak kuasa menolak
keinginan Alfi
dan membiarkan diriku ia jamahi. Mataku terpejam tak
sanggup
menahan malu, selama ini belum pernah ada laki laki yang
berani
menjamahku karena aku sangat galak menjaganya, tapi kali
ini aku
tak berdaya menolak seorang bocah dibawah umur berusaha
mencabuliku. Tubuhku mengelinjang gelinjang menahan birahi
karena cumbuan Alfi kini berpindah ke dadaku, secara
bergantian
Alfi menghisap hisap kedua puting susuku yang kenyal itu
bagaikan bayi yang kehausan.
"oohh... oohhhh... ooohhhhhh"suara rintihanku tak dapat lagi
kutahan. anak ini benar benar pintar merangsangku.
Kemaluanku mulai terasa basah dibuatnya. Perlahan
kurasakan Alfi
celana dalamku diplorotkannya kebawah, tak lama menyusul
lepas
sehingga tubuhku yang indah sudah tak tertutup selembar
benangpun. Aku mengeluh pasrah ketika Alfi mendorongku
hingga
rebah terlentang diatas kasur. Aku berusaha merapatkan
kedua
kakiku agar kepala Alfi menjauh dari celah intimku. Namun
semuanya percuma. Alfi berhasil membenamkan wajahnya
pada
selangkanganku, lidahnya menemukan apa yang ia cari dan
inginkan
dengan penuh ketelatenan dia melahap dan menghisap hisap
vaginaku yang sudah basah itu, lidahnya dengan liar menjilati
dinding vagina dan klitorisku. Rasa geli dan sengatan birahi
membuatku semakin tak mampu menahan laju gairah Alfi. Aku
terpekik pekik kecil dibuatnya, anak ini benar benar sudah
sangat
berpengalaman. Perlakuannya sungguh membuat diriku serasa
terbang, tubuhku menggelinjang-gelinjang geli diiringi erangan
nikmat. Sampai akhirnya kurasakan otot vaginaku mengejang
dahsyat,
"ouuughhhh!!!!...Fiiiiiiiiii" pekikku tak kuasa menahan rasa geli
dan
nikmat yang ditimbulkan jilatan-jilatan lidahnya.
Inikah yang disebut orgasme? Begitu dasyat kenikmatan yang
kurasakan. Dan aku memperoleh orgasme pertamaku dari
seorang
anak kecil di bawah umur yang sedang mencabuliku. Saat itu
kurasakan seluruh tubuhku menggeletar, pandanganku nanar,
serasa jiwaku melayang tinggi, ragaku serasa terendam ke
dalam
samudera kenikmatan ragawi yang tak bertepi. Kesadaranku
seperti
hilang, yang kulihat hanya warna putih yang berpendar di
mataku
lalu menjadi kabur. Entah berapa lama aku tak sadar. Lalu
perlahan-lahan bisa kurasakan kesadaranku telah hampir
sepenuhnya pulih. Kurasakan lidah itu masih saja bekerja
menjilati
dan menjalari seluruh relung vaginaku. Tanpa sadar pula aku
malah
membuka keduabelah kakiku seolah-olah berharap Alfi
menjilat dan
menghisap isi vaginaku yang membanjir.
"Sluurrpp... sluurpp.. sshhrrpp.." bunyi yang timbul ketika Alfi
menghisap habis tiap tetes cairan cintaku tanpa sisa.
Sesaat setelah itu seperti terlambat kusadari bahwa Alfi telah
mengambil posisi menindihku, pinggulnya tepat di atas
pinggulku
yang terbuka, dan tubuhnya di antara kedua kakiku yang
masih
terpentang lebar.
"Alfi... kamu mau apaaa?.."
"Kak Dian, Alfi ngentot kakak sekarang.."bisik Alfi ke
telingaku..Aku
terbelalak, dan juga memandangnya dengan tidak suka.
Tahulah
aku, anak ini hendak menyetubuhiku, sekaligus merenggut
kegadisanku
Kehormatanku sebagai wanita yang sesungguhnya hanya lagi
tersisa ...Keperawananku.
Dan Aku semakin yakin Alfi sangat menginginkan ini. Aku
masih
ingin memberikan keperawananku ini pada calon suamiku
kelak.
Aku merasa amat teledor senja tadi, harusnya aku berusaha
sebisa
mungkin untuk tidak terlarut oleh rangsangannya, Namun kini
semua sudah terlanjur terjadi. Aku semakin tak punya
pertimbangan
lagi. dan amat rapuh sebagai seorang wanita. Mengingat
kebodohanku dan mudahnya aku rapuh saat ini membuatku
meneteskan air mata. Aku makin terdesak saat kurasakan
daging
kelaki-lakiannya telah menempel pada kewanitaanku.
Sedangkan
saat itu tubuhku masih terasa lunglai dan lemas, dan benar-
benar
tak mampu menghindar lagi. bahkan kedua kakiku yang
telanjang
begitu lemas ketika ia membukanya lebar-lebar dan menekuk
lututku, sehingga bisa kurasakan saat itu kalau kelopakku
kewanitaanku langsung bergesekan dengan penisnya tanpa
penghalang sedikitpun. Aku hanya mampu menunggu dengan
perasaan was-was dan perasaan berdosa yang perlahan
menyeruak
di antara kesadaranku. Aku sempat menahan nafas .Aku tahu
aku
akan kesakitan sebab ini adalah yang pertama bagiku.Dari
cerita2
temanku disaat saat melakukan coitus pertama kalinya akan
merasakan kesakitan. Apalagi, kulihat kemaluan Alfi demikian
panjang dan besar. Lalu kurasakan dengan perlahan Alfi mulai
mendorong pinggulnya ke arahku berusaha memasuki pintu
kemaluan sehingga bisa kurasakan kelopakku tertekan ke
dalam..
Namun plett ...kepala kemaluannya terpeleset jauh, aku lega
tusukan pertamanya luput, kucoba mengeser pinggulku ketika
ia
mulai mendorong lagi. Dan Alfi mencoba lagi, plett..yang
kedua
kali... juga meleset.
"Uhhh...punya kakak sempit sekalii!!!" Ujar Alfi penasaran
bercampur
napsu berahi yang makin memuncak.
Aduhhh ibuu... aku seperti terselamatkan ketika ia tak kunjung
bisa
menembusku. Aku masih berdebar debar dan menahan nafas,
dibukanya kedua kakiku makin lebar, bahkan kali ini jemarinya
membuka kedua bibir vaginaku dan membantu mengarahkan
penisnya tepat pada kewanitaanku. Alfi mendorong pinggulnya
lagi
ke arahku sehingga bisa kurasakan ujung penisnya mulai
menyelusup seakan membelah kelopak kewanitaanku.
Aku merasa takut... takut sekali. Dan nampaknya kali ini ia
akan
berhasil memasukiku dan menodaiku!! Akhirnya aku hanya
bisa
pasrah sambil memejamkan mata menunggu detik-detik
ketika
penisnya menerobos vaginaku
"Auuw ..Akhh... auuww..! " Aku memekik kesakitan sambil
meronta
ketika batang penis Alfi mulai memasuki lubang kewanitaanku.
Keringatku bercucuran membasahi tubuhku yang telanjang
bulat,
keperawananku yang selama ini kujaga mulai ditembus oleh
Alfi
tanpa sanggup kucegah lagi. Aku meronta ronta kesakitan...
Alfi
yang sudah berpengalaman tak ingin tusukanya luput karena
rontaanku segera ia memeluk pinggangku, lalu dengan cepat,
ditekan pantatnya kembali kedepan sehingga separuh batang
kelakiannya pun amblas masuk ke dalam vaginaku.
"Aakkhhh... !" Aku memekik kesakitan bersamaan dengan
jebolnya
keperawananku. Hancur sudah kehormatanku di tangan anak
kecil
itu. Sesaat aku masih meronta ronta pelan, namun karena
pegangan
kedua tangan Alfi di pantatku sangat kuat hingga rontaanku
tiada
arti. Batang penis terus menerobos masuk mengkoyak koyak
sisa
sisa Perawanku. Tangisanku mulai terdengar lirih diantara
desah
napas Alfi yang penuh birahi.Tubuhku yang putih mulus kini
tak
berdaya dibawah himpitan tubun Alfi yang kecil .Sesaat Alfi
mendiamkan seluruh batang penisnya terbenam membelah
vaginaku sampai menyentuh rahimku, perutku terasa mulas
dibuatnya.
Alfi sambil mulai menggoyang pantatnya maju mundur
perlahan.
Penis Alfi kurasakan terlalu besar menusuk vaginaku yang
masih
sempit, setiap gesekan penis Alfi menimbulkan rasa nyeri yang
membuatku merintih rintih. Semakin lama batang penis Alfi
semakin
lancar keluar masuk menggesek vaginaku karena cairan licin
vaginaku mulai keluar secara alamiah, rasa sakit
dikemaluanku
semakin berkurang, rintihanku perlahan mulai hilang berganti
dengan suara napas yang berirama dan terengah engah.
Bocah
nakal ini ternyata memang pintar membangkitkan nafsuku.
hisapan
hisapan lidahnya pada putingku menyebabkan benda itu makin
mengeras saja. Bagaimanapun juga aku adalah manusia
normal
yang juga punya napsu birahi, sadar atau tidak aku mulai
terbawa
nikmat oleh permainannya, tak ada guna menolak. lebih baik
kunikmati saja persetubuhan ini.
"Ooooh... , oooouugh... , aahhmm... , ssstthh!" .erangan
panjang
keluar dari mulutku yang mungil.
Akhirnya aku biarkan diriku terbuai dan larut dalam goyangan
birahi Alfi. Aku memejamkan mata berusaha menikmati
perasaan
itu, aku masih sulit percaya membayangkan yang sedang
mencumbui tubuhku ini adalah seorang ABG berumur 16
tahun.
Penisnya kini mulai meluncur mulus sampai menyentuh
rahimku.
Aku mengerang setiap kali dia menyodokkan penisnya.
Gesekan
demi gesekan, sodokan demi sodokan sungguh membuatku
terbuai
dan semakin menikmati persetubuhan ini, aku tidak perduli
lagi
orang ini sesungguhnya adalah anak kecil yang sudah
merenggut
kehormatanku. Darah perawanku kurasakan mulai mengalir
keluar
membasahi seprai dibawah pantatku. Rasa sakitku kini mulai
hilang. Sambil bergoyang menyetubuhiku bibirnya tidak henti-
hentinya melumat bibir dan pentil susuku, tangannyapun rajin
menjamahi tiap lekuk tubuhku sehingga membuatku
menggeliat
geliat kenikmatan. Rintihan panjang akhirnya keluar lagi dari
mulutku ketika mulai mencapai klimaks, sekujur tubuhku
mengejang beberapa detik sebelum melemas kembali. Keringat
bercucuran membasahi tubuhku yang polos itu sehingga
kulitku
yang putih bersih kelihatan mengkilat membuat Alfi semakin
bernapsu menggumuliku. Birahi Alfi semakin menggila melihat
tubuhku yang begitu cantik dan mulus itu tergeletak pasrah
tak
berdaya di hadapannya dengan kedua paha yang halus mulus
terkangkang dan bibir kemaluanku yang mungil itu menjepit
dengan ketat batang penisnya yang cukup besar itu. Sungguh
ironi
memang, gadis muda secantik aku terpaksa mendapatkan
kenikmatan seperti ini bukan dengan kekasihku, akan tetapi
dengan
anak kecil yang sedang mencabuliku.
"Ouughh..oohhh... ooohhhh... "Aku merintih halus ketika
kurasakan
batang penis Alfi besar masih bersarang di vaginaku
sementara
ujungnya menyentuh rahimku.
Rintihanku semakin keras saat anak itu mulai melumati buah
dadaku sehingga menimbulkan perasaan geli yang amat
sangat
setiap kali lidahnya memyapu nyapu puting susuku . Kepalaku
tertengadah lemas ke atas, pasrah dengan mata setengah
terkatup
menahan kenikmatan yang melanda tubuhku sehingga dengan
leluasanya mulut Alfi bisa melumati bibirku yang agak basah
terbuka itu. Setelah beberapa saat puas menikmati bibirku
yang
lembut dia mulai menggerakkan tubuhku naik turun.
"Ouuhhh... kak!!! Jepitan vagina kakak enak sekaliii... "suara
Alfi
sayup sayup kudengar ditelingaku.Aku tak memperdulikannya
lagi,
saat ini tubuhku tengah terguncang guncang hebat oleh
goyangan
pinggul Alfi yang semakin cepat. Terkadang bocah ini
melakukan
gerakan memutar sehingga vaginaku terasa seperti diaduk-
aduk.
Aku dipaksa terus mempercepat goyanganku karena merasa
sudah
mau keluar, makin lama gerakannya makin liar dan eranganku
pun
makin tidak karuan menahan nikmat yang luar biasa itu. Dan
ketika
orgasme kedua itu sampai, aku menjerit histeris sambil
mempererat
pelukanku. pinggulku terangkat sedikit aku lakukan itu tanpa
sadar
karena takut kontol Alfi terlepas dari cengkeraman vaginaku
ternyata nikmat sekali sensasi ini. Benar-benar dahsyat yang
kuperoleh walaupun bukan dari pria dewasa. Walau pun masih
kecil
tapi Alfi masih mampu menaklukan gadis dewasa sepertiku.
Kali ini
dia membalikkan badanku hingga posisi tubuhku menungging
lalu
mengarahkan kemaluannya di antara kedua belah pahaku dari
belakang. Dengan sekali sentak Alfi menarik pinggulku ke
arahnya,
sehingga kepala penis tersebut membelah dan terjepit dengan
kuat
oleh bibir-bibir kemaluanku. "Oooooouh... ouuuhhgh!" untuk
kesekian kalinya penis laki-laki tersebut menerobos masuk ke
dalam liang vaginaku dan Alfi terus menekan pantatnya
sehingga
perutnya yang kurus itu menempel ketat pada pantat mulusku.
Selanjutnya dengan ganasnya Alfi memainkan pinggulnya maju
mundur dengan cepat sambil mulutnya mendesis-desis
keenakan
merasakan penisnya terjepit dan tergesek-gesek di dalam
lubang
vaginaku yang masih rapat itu. Inilah pengalaman pertamaku
dijamah oleh laki laki yang sudah sangat berpengalaman
dalam
bersetubuh, Walaupun berusaha bertahan aku ahirnya
kewalahan
juga menghadapi Alfi yang ganas dan kuat itu. Bocah cabul
itu
benar-benar luar biasa tenaganya.
Sudah hampir satu jam ia menggoyang dan menyetubuhiku
tetapi
tenaganya tetap prima. Tangannya terus bergerilya
merambahi
lekuk-lekuk tubuhku. Harus kuakui sungguh hebat anak lelaki
seumur dia dapat bertahan begitu lama dan membuatku
orgasme
berkali-kali, mungkin karena sebelumnya dia sudah biasa,
aah...
entahlah.. aku tidak perduli hal itu, yang penting aku sudah ia
bikin
merasakan kenikmatan ragawi walau harus merelahkan
kegadisanku. Aku pasrah saja ketika tubuhku kembali di
terlentangkan Alfi diatas kasur dan digumulinya lagi dengan
penuh
birahi. Rasanya tak ada lagi bagian tubuhku yang terlewatkan
dari
jamahannya. Alfi terus melakukan gerakan maju mundur
beberapa
kali, yang awalnya perlahan, lalu semakin cepat dan beberapa
menit kemudian
Ougggggh...Kakkkk Diannnn!!!" Alfi terpekik nikmat sambil
memuncratkan spermanya di dalam rahimku.
Ada rasa hangat didalam rahimku saat ia muncrat itu.
Gerakannya
semakin melemah lalu ambruk di dadaku. Kemaluannya sudah
kembali keukuran semula dan terlepas dari kelaminku, aku lalu
mendorongnya ke sampingku. Ia pun rebah di sana. Kini aku
berusaha bangun dari rebahan. Aku merasakan rasa sakit dan
nyeri
di selangkanganku.Benar yang dikatakan temanku bahwa jika
telah
diperawani untuk pertama kali, akan susah berjalan, aku
hanya bisa
duduk. Rasa nyeri mendera liang kelaminku. Saat itu aku
melihat
lelehan darah segar di pahaku, juga di sprey yang kusut
itu.Kesedihan amat mendera sanubariku yang paling
dalam.Aku
menyesalinya kenapa aku menyerahkan diri pada lelaki lain
dan
bukan pada suamiku kelak.Aku juga menyesali ketidak
mampuan
diriku menahan rangsangan-rangsangan yang diberikan Alfi
padaku.Aku sungguh merasa bersalah, ini bukanlah semata
mata
kesalahan Alfi. Aku juga andil menyebabkan dia mengambil
apa
yang bukan haknya. Dalam kesedihanku setelah berhasil di
renggutnya kehormatanku oleh Alfi. Aku hanya duduk terdiam
di
sandaran ranjangku. Dimataku masih ada jejak jejak tangis.
Tubuh
telanjangku aku tutup dengan selimut tebal. Selain
kesadaranku
sudah pulih ditambah hawa dingin yang masih terasa.
Aku lihat di sampingku tergolek tubuh hitamnya. Alfi yang baru
saja merenggut kehormatanku. Ia terlihat sangat nyenyak,
juga di
wajahnya tersirat kepuasan. Di dalam hatiku aku serasa ingin
marah
dan mengusirnya yang masih tidur di ranjangku.Aku pandangi
wajah bocahnya. Mulai dari kepalanya, hingga perutnya yang
hitam
juga benda panjang yang baru saja mengaduk aduk
kewanitaanku.
Dia masih terlelap dan saat itu tubuhnya hanya tidak tertutup
apapun juga.Aku heran dia tidak merasakan dingin, sedangkan
aku
hampir saja menggigil. Aku berusaha untuk tidur, namun rasa
nyeri
dan agak linu di kemaluanku membuatku susah untuk
memicingkan
mata. Di saat aku berusaha untuk memicingkan mata Alfi
terbangun. Ia lalu membelai bahuku dan menghembuskan
nafasnya
yang hangat.Aku sadar ia sepertinya ingin merangsangku
kembali.
Namun perbuatannya itu aku biarkan saja tanpa
menggubrisnya. Ia
semakin meningkatkan rabaanya di bahu dan payudaraku. Aku
merinding saat itu, dan berusaha menghalangi dia mencium
tengkukku. Usahaku tidak berhasil, malah dia yang semakin
berusaha membalikan wajahku untuk berbalik ke arah
wajahnya.Dalam keadaan itu akupun terpaksa menghadap
wajahnya.
Lalu ia raih daguku dan ops...bibirku langsung disergap
dengan
ciuman. Tangannya tak tinggal diam, meremas dan membelai
buah
dadaku. Aku semakin merintih menahan rasa geli dan
hangatnya
belaian tangan kecilnya. Lalu tangan kirinya turun ke bawah,
kearah
liang kewanitaanku. Membelai belai klitorisku lalu dengan
jarinya
tengahnya ia merogoh bagian dalam liang kewanitaanku yang
kini
sudah tidak perawan lagi. Aku semakin tak kuasa menahan
setiap
gerakan jarinya. Aku sudah mulai terbakar birahi lagi. Mukaku
kembali memerah dan keringat ku kembali timbul, karena aku
merasakan tubuhku tidak dingin, kini sudah panas karena
birahi.
Alfi beranjak bangun sambil menyingkirkan selimut yang
menutupi
kami saat itu.Kini tubuhku dan Alfi sudah sama terbuka. Ia
berusaha membuka kedua pahaku kembali dan memposisikan
tubuhnya tepat diantara pahaku.Aku tahu ia kembali ingin
menghabiskan malam itu denganku dengan melakukan
hubungan
badan kembali. Dan sepertinya iapun tahu jika aku sudah siap
untuk disenggamainya lagi.
Aku kini sudah merasakan tidak ada lagi yang akan aku
pertahankan dan semua sudah terlanjur basah. Kini aku
cenderung
menurut apa yang akan ia lakukan. Malah kini aku
membantunya
dengan membuka kedua pahaku lebih lebar untuk di
masukinya.
Kini kami sudah berhadap-hadapan, siap untuk melakukan
keintiman. Bertahap dan penuh kehati-hatian Alfi mulai
mengarahkan kemaluannya ke dalam vaginaku. Aku kini
merasakan
sensasinya amat dalam. Kini aku sudah tidak terpaksa lagi.
Awalnya hanya kepala kemaluannya yang menyentuh bibir
liang
senggamanku, lalu berangsur semuanya.Aku kini merasakan
sentuhan kemaluan Alfi masuk ke dalam liang vagina hingga
menyentuh rahimku. Meski rasa perih dan nyilu masih terasa,
namun aku sudah tidak memperdulikannya. Alfi bergerak maju
mundur mengocok dengan teratur. Kini Ia tak tergesa-gesa
seperti
saat ia pertama kali menjebol kegadisanku. Kali ini begitu
penuh
perasaan dan kelembutan. Ketika ia terus memandangi
mataku, aku
jadi malu sehingga kupejamkan mataku ini. Lalu gerakannya
kembali berangsur cepat dan cepat. Aku merasakan ada
sesuatu
yang akan meledak di dalam kewanitaanku. Aku berusaha
menahan
rasa itu hingga tanpa bisa aku halangi, kini malah tubuhku
serasa
mengejang dan otot-otot diseluruh persendianku mengeras.
"Arggggg!!!...Fiiii" pekikku nikmat
Aku mendapatkan orgasmeku,namun Alfi masih saja tetap
masih
dalam gerakan memompa semakin cepat. Tangannya tak
tinggal
diam sambil meremas kedua payudaraku. Aku semakin tak
bisa
mengendalikan diri lagi. Aku raih bahunya, dan aku jepitkan
kedua
kakiku di pinggangnya. Hingga beberapa menit kemudian
tubuh Alfi
langsung mengejang dan gerakannya pinggulnya seakan
mendorong kemaluannya ke dalam rahimku. Ia seakan ingin
memasukan kemaluannya lebih dalam lagi. Tanpa bisa aku
cegah
lagi, ia pun menumpahkan air spermanya dalam rahimku. Ia
lalu
memelukku amat erat, seakan tak mau terpisah dari tubuhku.
Keadaan kami masih dalam posisi berdempetan dengan
tubuhku di
bawah tindihan tubuh kurusnya tanpa melepas ikatan kelamin
kami.
Dengan tubuh masih basah oleh keringat dan lendir sisa sisa
persenggamaan, Aku pun akhirnya tertidur bersama Alfi sambil
berpelukan di ranjangku.
Paginya aku terbangun dan sudah tidak melihat Alfi lagi di
sampingku. Aku berusaha bangkit dari ranjang, baru saja akan
menginjakkan kaki di lantai, oh...aku kembali merasakan nyilu
di
kemaluanku. Dengan tertatih aku berjalan keluar kamar
menuju ke
kamar mandi dan membersihkan tubuhku dari sisa sisa
persebadanan kemarin. Semua lendir dan jejak jejak yang
menempel
di tubuhku aku bersihkan dengan sabun. Kemudian aku masuk
kamar untuk mengambil pakaian. Kulihat Alfi sudah berada di
dalam
kamarku. Ia tampak baru saja mengganti kain sprey yang
sudah
kotor dan ternoda darah kehormatanku. Ia kemudian
membawa
sprey itu ke luar kamar dan merendamnya. Tidak lama
kemudian ia
masuk lagi ke dalam kamarku. Aku kaget dan agak kesal
padanya
yang seenaknya masuk kamarku dan mengecup bahuku. Ia
diam
dan malah memandang mataku dalam-dalam.
"kak Dian marah sama Alfi?"
"Engga.. kakak cuma sedih karena ..."
"...keperawanan kakak Alfi pecahin tadi malam, ya kak..?"
sambungnya
"Maafin Alfi ya kak... Alfi tidak tahan lagi sudah satu bulan
Alfi ngga
ngentot...begitu liat kak Dian Alfi jadi nafsu banget."
"ka.. kamu sudahh sering melakukan ini ,fii?"
Alfi mengangguk. Sudah kuduga anak ini pasti sudah sering
sekali
melakukan hal ini. Hanya saja aku heran bagaimana mungkin
ia
leluasa berbuat itu dalam pengawasan Sandra. Sungguh
teledor
sahabatku itu, tanpa sepengetahuannya mungkin saja Alfi
begituan
dengan pembantu sebelah atau perempuan apalah, sehingga
dalam
usia masih dibawah umur Alfi sudah terlanjur mangenal seks
bebas,
pikirku.
"Kalau boleh kakak tahu sama siapa kamu sering melakukan
itu,
Fi?" Alfi nanpak terlihat ragu-ragu ketika kutanya hal itu
"Kamu sudah mengambil semua milik kakak tapi memberi
tahu hal
itu kamu tidak mau"
"Tapi kakak jangan bilang siapa-siapa ya.."
"Ok Kakak janji"
"Betul ya kak, Alfi takut orang lain tau, Alfi bisa
celaka"ujarnya
memelas.
"Bukankah sejak tadi malam kakak sudah jadi istri kamu,
seorang
istri khan harus menjaga rahasia suaminya ,ayo fii bilang
sama
kakak" rayuku sungguh aku penasaran siapa perempuan yang
selama ini telah tidur dengan pejantan kecil ini.
"Alfi akan kasih tahu kakak siapa dia? ...gadis itu ..Kak
Sandra"
Aku kaget bukan kepalang, seakan tak percaya apa yang ku
dengar
dari pengakuan Alfi
"Apaaa??...Sa..Sandraaa? Kamu tidak sedang main-mainkan
fii"
"Ngga kak, Alfi jujur sma kakak sebab Alfi sayang kak Dian"
"se..sejakk kapaannn Fiii?" aku tergagap
Lalu Alfi menceritakan suatu kisah yang sungguh luar biasa
buat
kudengar. Tak pernah terbayangkan olehku sahabatku Sandra
juga
telah menyerahkan kegadisannya untuk direngut Alfi yang kala
itu
belum genap berusia 16 th. Lebih gilanya lagi hal itu atas
permintaan sang calon suaminya, Didit, dan selama satu
tahun ini
mereka melakukannya nyaris hampir setiap hari, malam-
malam
Sandra diisi dengan persetubuhan panas dengan sang Alfi si
ABG
ingusan ini. Didit sendiri lebih puas hanya bermasturbasi di
sofa
menonton persetubuhan istrinya dengan anak itu. Aku
mendengarkan sambil melongo dengan takjub dan napsu
birahiku
naik menjalar keseluruh tubuhku sepanjang Alfi bercerita,
"Kakakpun kini sudah tenoda oleh ulahmu tadi malam, kamu
tidak
akan meninggalkan kakak kan, Fii"
"Tentu kak, Alfi cinta kak Dian, Alfi sayang kak Dian..Alfi juga
mau
jadi suami kak Dian kalo Alfi sudah cukup umur menikah"
"hi hi.. kecil-kecil pintar ngegombal kamu, Fii. Lantas
bagaimana
dengan Sandra?" godaku
"mulai sekarang Alfi akan membagi waktu buat kak Dian dan
kak
Sandra, Alfi sanggup kak"
Alfi menunjukan tekatnya padaku, sambil kembali mencium
bibirku,
aku bahkan kini membalas ciumannya dengan liar.
"kak..Boleh Alfi malakukannya lagi sama kak Dian?" bisiknya
Entah terpengaruh oleh cerita Alfi barusan atau memang aku
sangat
ingin Alfi melakukannya sehingga aku diam saja saat Alfi
membaringkan tubuhku di ranjang. Ia lalu menciumi rambutku
yang
masih basah karena keramas. Iapun sedang berusaha untuk
melepaskan handuk ku. Aku seakan tak berdaya, menolaknya.
Dan
akhirnya di pagi hari itu, kami kembali mengayuh
kebersamaan
ragawi bersama.Aku beberapa kali mengalami orgasme.
Tubuhku
seakan semakin mampu membalas perlakuannya. Kini tak ada
lagi
rasa sakit di kewanitaanku saat bersebadan. Aku pun sudah
tak
malu malu lagi memegang alat kelaminnya yang masih kokoh
itu.
Selama tiga hari aku tak ngantor, kubuat saja alasan sakit.
Selama
tiga hari itu pula aku dikekapi Alfi. Aku rela dijadikan budak
nafsunya. Celana dalamku tak pernah sempat terpasang lagi.
Sepanjang hari kerja kami hanyalah bersenggama,
bersenggama
dan bersenggama saja. Untunglah makanan selalu tersedia di
lemari
es Sandra sehingga aku tidak perlu keluar rumah. Tak kami
sadari
saat Sandra pulang. Ketika itu kami berdua sedang
mengarungi
puncak ombak lautan birahi, tentu saja ia memiliki kunci untuk
masuk ke dalam rumahnya sendiri. Persetubuhan kami
mendadak
terhenti, aku terkejut melihat Sandra sudah berdiri di muka
pintu
kamar .Entah sudah berapa lama ia berdiri di situ melihat
perbuatan
kami. Bukan main malu sekali rasanya tertangkap basah
dalam
keadaan seperti itu. Dekapan kami terlepas dan aku mencoba
meraih selimut untuk menutup tubuhku yang telanjang.
Sementara
Alfi berdiri ketakutan.. kasihan anak itu hanya tertunduk tak
berani
menatap wajah Sandra.
"Fii sinii!!" Alfi mendekat dengan takut-takut dipanggil
temanku itu
Sungguh diluar dugaan Sandra malah memagut bibir Alfi dan
Alfi
yang terkejut karena senang membalas menciumnya dengan
liar
dan akhirnya mereka saling melumat.
"Fii..kakak kangen" ujar Sandra manja
"Alfi juga kak, jangan tinggalkan Alfi lama-lama lagi ya kak"
"iya kakak janji Fii"
"Kakak ingin kamu intimi tapi sekarang kamu mandi dulu
sepertinya kamu ngga mandi berhari-hari.. ya, mentang-
mentang
nemu perawan cantik"
Alfi nyengir lalu menghilang ke arah belakang. Kini tinggal aku
berdua dengan Sandra
"Sannnd...kamu sudah pulang?" aku berusaha menyapanya
meski
rikuh.
Aku bertambah salah tingkah saat tiba-tiba Sandra
tersenyum-
senyum nakal.
"hi..hii..hiii.. Dian sayang, akhirnya kamu ketemu batunya
sama
Alfi"
"Maaf ya Sand... aku tak bermaksud merebut Alfi
darimu...aku.."
"ngga pa pa kok aku rela berbagi sama kamu..aku sengaja
pulang
lebih awal karena takut Alfi direbut perempuan lain karena tak
kuat
menahan nafsunya. Untung Alfi menemukan kamu manis."
"Bener kamu ngga marah Sand?"
Senyum merekah Sandra membuatku yakin akan
perkataannya.
"Malah aku harus minta maaf telah mengganggu kemesraan
kalian
Aku suka kamu melakukannya sama Alfi ketimbang kau
digituin
sama cowok2 keren tapi ngga mampu ngasih kepuasan sama
kamu"
"Sand..apakah aku bakalan hamil?, Alfi tak pernah sekalipun
memakai kondom atau kontrasepsi ketika berhubungan badan
denganku."
"maybe yes..maybe no..hi..hi.hi"
"Sannnd..."
"jangan kuatir Dian sayang... selama satu tahun kami tak
pernah
sekalipun menggunakan pengaman saat senggama namun
aku tak
kunjung hamil meski aku dan Alfi sangat menginginkannya
dan
kalau pun kamu hamil anakmu nanti biarlah aku yang
mengurus"
Ujar Sandra membelai rambutku.
"Sand.."
"ya?"
"ironis sekali, dulu sewaktu smu juga saat kuliah sudah
berapa
cowok kita campakkan tapi kini kita berdua malah jatuh di
kaki
seorang anak ABG di bawah umur macam Alfi"
"Alfi memang berbeda dari anak lain seusianya. Bahkan, kalau
boleh aku jujur, hanya dengan Alfi-lah, aku mendapatkan
kepuasan
yang sejati meski cintaku hanya buat suamiku"
Sejak saat itu, hubungan antara aku dengan Alfi tak
terpisahkan
lagi. Hari-hari kami diisi oleh persetubuhan-persetubuhan
yang
amat panas. Alfi berlaku bagai seorang suaminya yang baik,
mampu
mengiliri aku dan Sandra, bahkan terkadang kami lah
dibuatnya
kewalahan melayani libidonya yang besar. Sandra memintaku
untuk
tinggal bersama serumah dengan mereka dulu. Sebuah kamar
baru
mereka buatkan untukku, bahkan Sandra juga tidak
menghalangi
apalagi melarang aku untuk berhubungan seks dengan
suaminya
Didiet.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.