Selasa, 03 Maret 2015

Alfi Kecilku yang Menghamiliku

Sebelum memulai kisahku, aku ingin memperkenalkan diriku
dulu,
namaku Nadine, umur 25 tahun, bagian marketing di sebuah
perusahaan asing di Indonesia. Tubuhku termasuk tinggi, 172
cm,
ditunjang dengan bentuk tubuh yang pas hasil dari menjaga
tubuh
secara rutin dengan senam. Rambutku panjang sedada agak
bergelombang, biasa kuikat bila sedang bekerja. Hari itu aku
pulang agak cepat karena ada beberapa klien yang mengubah
jadwal appointmentnya, meminta pak supir untuk langsung
menuju
rumah sahabatku Sandra. Sesampainya di sana aku turun di
depan
pagar dan kupikir supirku suruh pulang siapa tahu ibuku ada
keperluan dan pastinya aku tidak bakalan bisa pulang cepat.
Sekian
lama tak berjumpa pasti Sandra akan menahanku lama di sini.
Semenjak suaminya tugas di kota G, Sandra kerap
mengundang
kami, hanya aku dan Dian sahabat karibnya untuk sering
dimintanya ke rumahnya bahkan menginap. Dian, kutahu telah
sering menginap di sini. Sedangkan aku baru kedua kali ini
mendapat kesempatan datang disebabkan jauhnya tempat
tinggal
kami. Kerap tetangga Sandra yang rata-rata masih muda
seumuran
datang berkunjung ke rumahnya pada akhir minggu. Ada
beberapa
kawan Sandra yang kukenal yaitu Tina dan Tamara. Mereka
mempunyai hobi bergosip terkadang omongan mereka
menjurus ke
hal-hal urusan kamar tidur kalau sudah begitu ramailah
suasana.
Keduanya yang kuketahui bernasib sama dengan Sandra
sering
ditinggal suani ke luar kota bahkan sampai berbulan-bulan.
Pada
satu hari saat aku pertama kali datang tanpa sengaja aku
mendengar ocehan mereka saat melintas ruang tamu tempat
mereka
ngobrol
"Sand, apa kamu ngga kesepian tanpa suami." (Sand yang
dimaksudkan itu adalah Sandra)
"Kadang-kadang sunyi juga tapi aku sentiasa sibukan diri
dengan
pekerjaan. jadinya bisa lupa jauh dari suami," aku mendengar
jawaban Sandra.
"Kalau kesepian kamu boleh ikut kami. Kami berdua sering
mengadakan acara kecil secara rahasia di rumah Tamara.
Kamu bisa
ikut kalau mau."ujar Tina
"Acara apaan sih?"
"itu tu, ketemu dan kenalan dengan pejantan muda." aku
terdengar
suara salah satu dan disambut tertawa cekikikan yang lain.
"Paling besar usia 16-17 an tahun loh, boleh pilih, ada Melayu,
Cina, India." ujar Tamara ngoceh tanpa malu-malu lagi.
"Betul kata Tamara. aku suka si Kikan, orangnya kurus tinggi
dan
barangnya besar dan panjang, bikin gua ketagihan" sahut Tina
"Kalau gua sih sukanya si Aliong, bocah Cina itu putih
kulitnya dan
kepala burungnya yang merah walau ukuran barangnya belum
setanding dengan milik Kikan."
"Ahh.. edan kalian berdua," kata Sandra.
"Ngga papa dibilang edan Sand, ketimbang gua harus nahanin
napsu, bisa-bisa benar-benar jadi edan"
Aku dengar riuh tertawa mereka semua bila membicarakan
lelaki-
lelaki muda. Aku pikir lelaki-lelaki ini pasti lelaki bayaran. Kata
orang, gigolo atau brondong. Aku pernah dengar-dengar
tentang
aktivitas para istri kesepian yang menggunakan jasa gigolo
untuk
melampiaskan hasrat seks mereka.
"Sand, lu boleh cobain Aliong atau Kikan, atau juga Ipung anak
India satu itu memang paling hebat. Menjerit melolong gua
dibuatnya hari itu. Nikmat ngga ketolongan, gila banget deh"
"Mereka itu kan tidak disunat, apa kalian ngga jijik dan geli?"
aku
dengar suara Sandra bertanya. berminat jugakah Sandra, aku
bertanya dalam hati.
"Kamu belum coba aja, Sand. Malah yang tak bersunat itulah
yang
membuat aku ketagihan."
Aku naik ke atas karena tak kuasa mendengar cerita-cerita
seks
para istri kesepian itu. Biarkanlah Sandra ngalur ngidul dengan
kawan-kawannya itu. Tak mungkin aku yang lajang ikut-
ikutan
nimbrung obrolan bersama mereka yang sudah menikah.
Kesunyiaan Sandra akan terisi dengan kedatangan kawan-
kawannya, dan biarkanlah mereka dengan cerita orang
dewasa.
Lebih baik aku menunggu mereka pulang. Siangnya aku
diperkenalkan Sandra dengan Alfi, anak asuh mereka yang
tadinya
adalah loper koran yang sering mengantar koran ke rumah
Didit. Alfi
baru pulang dari sekolah. Anak itu baru berusia 16 tahunan.
Aku
cepat akrab dengan Alfi dan menyukainya karena tingkah
lakunya
yang sopan dan ramah. Sandra memang memberi kami
berdua serep
kunci rumahnya, ia ingin kami leluasa memakai sekaligus
mengawasi rumahnya saat ia berangkat menyusul suaminya
di kota
G. Aku masuk ke dalam rumah dengan kunci tersebut aku
ingin
memberinya kejutan seperti saat-saat kami masih kuliah dulu.
Suasana rumah terasa sepi, aku melirik jam tanganku,
pantas...baru
pukul setengah sebelas lewat sekarang ini, masih agak pagi.
Aku
lalu menuju ke tingkat atas. Saat tiba di depan kamar Sandra
aku
terdengar suara orang bercakap mesra. Melalui pintu kamar
yang
sedikit terbuka sehingga aku dapat mengintip dari celah pintu
ke
dalam kamar Sandra. Bukan main kagetnya aku melihat
pemandangan di sana. Aku melihat Sandra tidak sendirian
melainkan bersama seorang pria yang tak lain adalah Alfi. Dan
yang
membuat aku benar-benar terperanjat bila melihat Sandra
yang
hanya berpakaian baju tidur tipis transparan sedang membuka
kancing resleting celana Alfi. Anak itu sudah tidak berbaju.
Sandra
duduk di pinggir ranjang sementara anak itu berdiri di
hadapannya.
Apa yang sedang mereka lakukan. Apakah Sandra telah
berselingkuh sepeninggal suaminya keluar kota seperti yang
dilakukan oleh kedua tetangganya Tina dan Tamara? Dan
yang
lebih membuatku tak habis berpikir Sandra melakukannya
dengan
Alfi yang merupakan anak asuh mereka yang masih anak ABG.
Apa
yang membuat hal ini terjadi padahal usia perkawinan mereka
belum genap satu tahun. Selama ini sudah tak ada rahasia
diantara
kami bertiga. Apabila salah satu dari kami mempunyai
problem
yang lain membantu mencarikan solusinya. Apakah untuk hal
yang
satu ini ia malu mengatakannya padaku karena menyangkut
masalah tempat tidur dengan sang suami? Entahlah, yang
jelas apa
yang terpampang di depan mataku saat ini sungguh membuat
nafasku sesak. Suatu perasaan 'menggelitik' mulai
menerpaku...
turun ke ke bawah ke antara kedua kaki ku...aku tahu kalau
kemaluanku mulai melembab menyaksikan pemandangan itu.
aku
baru menyadari kalau celana dalamku ternyata sangat basah.
Kulihat tanpa disuruh Alfi menarik lepas celana dalamnya
sendiri.
Sekarang ia berdiri telanjang bulat di hadapan Sandra. Sejak
masih
sekolah dulu memang aku sudah biasa melihat Sandra
telanjang
jika bersama aku dan Dian begitupun sebaliknya ketika
sehabis
olahraga sepulang sekolah kami bertiga selalu mandi di
bareng di
rumah Dian atau rumahku. Dan menjadi kebiasaan kami mandi
telanjang beramai-ramai. namun kali ini cukup aneh bagiku
menyaksikan seorang anak laki-laki berbugil di hadapan
sahabatku
Sandra.
Nampak Sandra tersenyum melihat benda pada selangkangan
anak
itu ...batang kemaluan Alfi! Gila.... ia memegangnya! Benda
itu
berwarna gelap hitam menegang keras. Kepala kemaluannya
berwarna merah gelap masih ditutupi kulit kulup. Sandra
nampak
begitu suka melihat kemaluan Alfi yang besar dan panjang itu.
Batang Alfi yang berkepala bulat besar itu terhangguk-
hangguk.
Kepala pelirnya yang hitam memang besar luar biasa mirip
sebuah
tomat berukuran sedang. Sekarang penis itu hanya beberapa
inci di
hadapan muka Sandra. Sandra tersenyum melihat penis Alfi
yang
terhangguk-hangguk di hadapannya. Ia memegang batang
besar itu
dan mengurutnya lembut. Kepalanya mulai kelihatan bila
Sandra
menolak kulit kulup ke pangkal. Kepala bulat itu licin berkilat
terkena cahaya lampu. Sandra menempelkan batang
hidungnya
yang putih dan mancung ke kepala penis yang licin itu. Ia
kemudian menarik nafas dalam-dalam menghirup bau kepala
pelir
Alfi. Alfi hanya tersenyum melihat Sandra menikmati aroma
kepala
pelirnya. Tangan kiri Sandra memegang dan mengocok pelan
batang pelir Alfi. Kepala penisnya yang berwarna merah itu
hanya
sepertiga saja kelihatan. Aku jadi teringat obrolan Sandra dan
kawan-kawannya tempo hari kala itu ia mengatakan kalau ia
merasa dia jijik dan geli dengan alat kelamin pria yang tak
bersunat. Tapi sekarang dia sendiri malah membelai mesra
dan
sedang menghidup aroma kepala pelir yang tak bersunat.
Bahkan
menciuminya dengan penuh gairah. Sandra mengurut
kemaluan Alfi
dengan perlahan-lahan. Alfi tersenyum puas melihat Sandra
mengurut kemaluannya. Tangan lembut Sandra bermain-main
dengan kulit kulup. Didorong dan ditarik hingga kepala merah
gelap
itu terbuka dan tertutup. Lama juga Sandra bermain sorong
tarik
kulit kulup Alfi. Aku lihat kemaluan besar dan berkepala tomat
itu
makin tegang. Bagiku bentuk zakar Alfi amat hoboh, tapi
Sandra
melihatnya dengan penuh gairah dan bernafsu. Aku cukup
banyak
tahu soal anatomi alat repreduksi laki-laki dari situs-situs
porno di
internet saat aku iseng mengaksesnya dengan teman di
kantor.
Dari dulu lagi aku rasa geli melihat batang pelir yang tak
berkhitan.
Kulit kulup yang menutupi kepala pelir sama sekali tidak
cantik.
Tapi agaknya pandangan setiap wanita berbeda. Wajah
Sandra yang
bersinar penuh gairah membuktikannya. Dengan nafsu yang
membara dia medorong dan menarik kulup di kepala pelir.
Kulit
lebihan di kepala licin diremas-remas penuh nafsu. Ternyata
selera
Sandra sama saja dengan selera Tina dan Tammi yang
menyukai
zakar tak bersunat. Aku lihat Sandra tidak hanya memberi
perhatian kepada batang zakar Alfi. Biji testis yang berwarna
hitam
itu ikut diremas-remasnya. Penis epal yang licin dan lembab
itu
dicium penuh gairah oleh Sandra. Aku dapat melihat Sandra
meresapi dalam-dalam aroma kepala zakar Alfi. Lama sekali
Sandra
mencium kepala licin dan bongkok seperti pisang tanduk itu.
Telur
Alfi yang berkedut dan berbulu keriting itupun dicium Sandra
penuh rakus. Badan dan paha Sandra bergetar dan berombak.
Terangkat-angkat badannya menikmati aroma zakar Alfi.
Seterusnya
Sandra menghisap-hisap kepala kemaluan Alfi dengan penuh
nafsu.
Terlihat lidah Sandra bermain-main di sekitar kepala zakar
Alfi.
Lidah Sandra yang kasar dan basah itu menari-nari di kepala
licin.
Kepala tomat itu menjadi sasaran belaian mulut Sandra. Bibir
Sandra yang merah basah itu mencucup penuh mesra kepala
hitam
kemerahan milik Alfi. Kembung kedua pipi Sandra bila kepala
tomat
itu menhujam ke dalam mulut Sandra. sekali sekala Sandra
menjilat
dan mengulum batang dan bijinya. Selepas puas menghisap
kepala
merah milik anak asuhnya itu, Sandra berdiri. Alfi membuka
satu
persatu kancing baju tidur yang dipakai Sandra hingga baju itu
terlepas jatuh ke lantai lalu menarik ke bawah celana dalam
Sandra.
Kini tiada sehelai benangpun menutupi tubuh keduanya.
Sandra
sememangnya tidak memakai bra hingga nampak jelas
gunung
kembarnya dan bukit kemaluannya yang berbulu hitam yang
dipangkas rapi. Kulitnya yang putih halus masih terawat dan
kemaluannya yang dirawat rapi memang cantik. Sandra berdiri
tegak. Dadanya membusung, pinggangnya ramping dan
pinggulnya
lebar memang sempurna sebagai seorang wanita. Buah
dadanya
yang lumayan besar itu bulat tegang dan dengan putingnya
warna
merah kecoklatan mengacung tegak.
Alfi yang sedang berdiri memeluk Sandra. Pipi Sandra
diciumnya
dan bibirnya yang merah basah dikulumnya. Lidah Alfi yang
merah
menari-nari di bibir Sandra yang menggairahkan. Lidah merah
itu
kemudian menjulur ke dalam mulut Sandra. Sandra mengisap
lidah
Alfi penuh gairah. Alfi merangkul leher Sandra dan mulutnya
benar-
benar beradu dengan mulut Sandra. Air liur mereka saling
bertukar.
Sandra menelan liur Alfi sementara Alfi menelan liur Sandra
penuh
selera. Puas saling berkucupan, Alfi mengalihkan perhatiannya
ke
gunung kembar Sandra. Alfi melumat puting Sandra dan
mengisapinya bagai seorang bayi kehausan. Sesekali puting
sebesar chery berwarna pink itu dihisap dan digigit-gigit
manja.
Sandra hanya mampu mengerang. Ulah anak itu membuat
badannya
bergetar dan mengelinjang nikmat.
"Fiii,Gelii... kakak tidaak tahaaaan," terdengar suara Sandra
mendesah lirih.
Sandra merebahkan badannya yang sintal itu di tengah
tengah
kasur tidur telentang menunggu tindakan anak itu. Gunung
kembar
yang membusung dengan kedua puting yang tegak
mengacung,
sementara kedua pahanya dibuka lebar. Bulu bulu halus yang
terjaga rapi menghiasi bukit kemaluan yang membengkak
sungguh
pemandangan yang mampu menaikan napsu pria yang
memandangnya. Kulihat kepala anak itu mengambil tempat di
antara paha putih Sandra. Wajahnya hanya beberapa senti
dari
kemaluan Sandra yang akan menjadi sasaran selanjutnya. Alfi
mengusap lembut selangkangan Sandra. Jari-jarinya bermain-
main
di bibir vagina Sandra yang kelihatan merekah merah. Bibir
kemaluan Sandra masih merapat dengan bibir dalam warna
merah
muda. Dengan jari tangannya Alfi berusaha mencari daging
kecil
yang berada di penjuru atas gua kenikmatan Sandra. Setelah
ditemukannya lalu ia membenamkan mukanya ke
selangkangan
Sandra dan daging kecil itu dijilati dengan rakusnya.
Ouuggghh.....Fiii!!!!!!....
Slepp..slepp..cleppp...Sandra menggerang dan menggelinjang
Terlihat belahan vagina Sandra licin mengkilap di bawah sinar
lampu karena cairannya mengalir deras dari kemaluannya
tanpa
terbendung seiring nikmat yang dirasakannya. membanjiri
permukaan vaginanya itu seluruhnya menjadi sasaran mulut
Alfi.
Bunyi sumbang terdengar saat ia menyeruput setiap tetes
cairan
yang keluar tanpa sisa.
Kakiku gemetar melihat bagaimana kelakuan ABG itu terhadap
sahabatku. Sebagai wanita nomal pemandangan ini telah
mematik
api gairah dari dalam diriku, tanpa dapat kucegah cairan
keluar dari
dalam selangkanganku terasa merembes membasahi celana
dalamku. Dalam kamar berhawa dingin itu aku lihat manik-
manik
peluh di badan Sandra. Nafsu dan gairah telah membakar
tubuh
Sandra. Ia hanya mampu melempar kepalanya kiri kanan
sambil
tangannya menarik narik sprey menahan gejolak kenikmatan
yang
dirasainya bila lidah Alfi melingkari kelentitnya. Hingga
akhirnya ia
tak lagi mampu menahan kenikmatan tersebut meledak seiring
pekiknya
"Fiii!!!!!!!....kakak keluarrrrrr...ouughhhhhhh!!!!!"
Sandra mengangkat pinggulnya sambil menekan kepala Alfi
kuat-
kuat ke selangkangannya. Baru kali ini aku melihat seorang
wanita
mengalami orgasme. Dampaknya yang kuat telah ikut
membawa
letupan-letupan kecil yang nikmat pada kemaluanku.
Mendadak
vaginaku berkontraksi
"Oh..uh..uhhh" aku merintih lirih
Nikmatnya bukan kepalang hingga nyaris aku mengeluarkan
rintihan
lebih keras. Ketika hal itu terjadi pada diriku. Kakiku tak kuat
menopang tubuhku untuk berdiri aku jatuh terduduk meresapi
denyutan demi denyutan pada bagian kewanitanku. Sungguh
tak
kumengerti kenikmatan itu datang hanya dengan menonton
adengan mereka berdua tanpa melakukan keintiman. Sandra
kelihatan lemah dan tubuhnya menjadi tiada daya sama sekali,
namun kapala Alfi masih terjepit di antara kedua pahanya
yang
putih dan masih terus merangsangnya dengan remasan dan
belaian
di seluruh daerah sensitifnya. Mulut dan lidahnya melakukan
hisapan dan jilatan liar pada kemaluan Sandra. Sementara
tangannya juga meremas gundukan daging kenyal yang
dibaluti
kulit halus dan kencang puting kembar payudara Sandra tegak
mengacung ke atas.
Aku rasa tenaga Sandra telah pulih semula. Matanya memberi
isyarat agar Alfi menyetubuhinya. Alfi naik menindih tubuhnya,
namun ia tidak segera ke sasarannya. Kedua payudara Sandra
kembali dijilati dan dihisapinya mesra. Sandra hanya
mengerang
menahan nikmat. Sandra meronta-ronta kegelian bila puting
susunya terus dihisap oleh Alfi. Terlihat cairan nikmat yang
hangat
makin banyak mengalir keluar membasahi bibir-bibir lembut
dan
paha Sandra.
"Oughhhh....Kakak sudah tak tahan, setubuhi kakak sekarang
Fi!"
Tubuh Alfi makin rapat ke Sandra. Sekarang kedua paha
Sandra
terkangkang lebar memberi akses seluasnya hingga posisi
kemaluannya terbuka siap dimasuki kemaluan anak itu.
Mataku tak
lepas menatap kejadian saat itu, napasku seakan tercekat di
kerongkonganku. Meski aku pernah menonton film biru namun
yang
akan kusaksikan kali ini adalah sebuah persetubuhan secara
nyata,
apalagi ini bukan hanya sekedar persetubuhan normal namun
ini
adalah sebuah persetubuhan antara seorang wanita dewasa
dengan
seorang anak laki-laki di bawah umur. Kulihat Alfi memegang
batang penisnya yang mengacung tegak dan mengarahkan
kepala
berkulupnya ke celah vagina Sandra. Diusapkannya ujung
berkulup
itu ke permukaan bibir vagina Sandra baru kemudian
ditekannya
kuat. Aku pun penasaran melihat pemandangan yang
menakjubkan
itu, muatkah seluruh batang kemaluan Alfi masuk ke dalam
vagina
Sandra yang kecil dan mungil itu? Aku dapat melihat kepala
kulup
tersebut mulai membelah dan menyelam ke dalam lubang
vagina
Sandra. Perlahan, terus melesak masuk sampai akhirnya
lenyap dan
terbenam seluruhnya di dalam liang rahim Sandra, saat itu
tubuh
Sandra benar-benar telah menyatu dengan tubuh anak itu.
"Ougghh!!!....Fiiii!!!...enak bangetttt!!!" Sandra mengerang
keenakan
seiring terbenamnya daging hitam berkulup Alfi ke dalam liang
cintanya.
Gila!!! masuk semua pikirku, sungguh beruntung bangsat kecil
ini...
betapa tubuh sempurna Sandra kini sudah di nikmatinya
secara
utuh dan hal itu ia peroleh tanpa paksaan. Hal tabu itu betul-
betul
terpampang di hadapanku. Sandra sahabatku yang cantik saat
ini
merintih dalam tindihan seorang ABG. Awalnya aku tak
menyangka
anak seusia Alfi mampu menyetubuhi seorang gadis dewasa
dugaanku selama ini ternyata meleset . Alfi begitu penuh cinta
dan
gairah untuk sebuah persetubuhan. Kini ia menggerakkan
penisnya
maju mundur sementara mulutnya terus melumat puting susu
Sandra dan menghisapinya secara bergantian. Kedua paha
Sandra
yang putih mulus itu menjepit pinggangnya Sandra tersenyum
kepada Alfi seolah-olah memuji kejantanan Alfi. Kurang lebih
10
minit Alfi bergerak maju mundur hingga Sandra kembali
menjerit
tertahan.
Arggggggg!!!..Fiiiiiiii!!! Kkaakaakkkkk..kaluuu..arrrrrr!!!
aku rasa Sandra telah mengalami orgasme lagi. Orgasme
yang
begitu kuat sampai-sampai ia harus mencengram seprey
sedemikian kerasnya hingga nyaris robek tertarik. Alfi masih
rajin
mengocok dengan kuat. penisnyanya dengan cepat kelihatan
keluar
masuk lubang vagina Sandra. Hingga satu saat kelihatan
badan Alfi
menggigil dan pahanya bergetar.
"Ka..kak manisss...Alfi dapetttt..kakk.sekaranggg...Oughhhh!!"
kulihat anak itu mengenjan sambil menekan dalam-dalam
kemaluannya hingga bongkahan pantatnya terlihat kempot
Aku kembali kaget ketika itu Alfi tidak mencabut penisnya
saat
berejakulasi. ia melepaskan air maninya di dalam kemaluan
Sandra!
Sa..sa...Sandra membiarkan anak itu berejakulasi di dalam
liang
senggamanya. Apakah ia tidak takut benih anak itu
membuahinya
atau Sandra sedang tidak dalam keadaan subur. Jika tidak
alangkah
cerobohnya sahabatku ini. Setidaknya ia bisa memerintahkan
anak
itu memakai kondom! Aku dapat melihat mata Sandra yang
tadinya
terpejam tiba-tiba terbeliak menerima pancutan kuat dan
hangat
menerpa pangkal rahimnya.
"Ohhh..Alfi sayang..... kamu.. dapettt.."
Berkali-kali Alfi memancutkan benihnya memenuhi cekungan
liang
senggama Sandra. Ia membiarkan zakarnya tertancap dalam
kemaluan Sandra beberapa saat ketika meresapi sisa orgasme
hingga tuntas. Sesaat kemudian Alfi menarik lepas batang
penis
yang berselimut berlendir dan kelihatan kulit kulupnya
mengecut.
Seketika itu juga kulihat dengan jelas cairan putih dan kental
yang
tentunya benih anak itu mengalir keluar dari bibir vagina
Sandra.
"Begitu banyak...Sandra..Sandra.. bagaimana jika kamu
hamil?"
kataku dalam hati saking menghayatinya adegan itu
Aku lihat daging itu Alfi masih sangat keras. Kepala bulatnya
bersinar dengan limpahan spermanya yang masih keluar.
"Oouuuuuhh.. Fii masukin lagiiiii, sayang!!" rengek Sandra
mengemis agar Alfi menghujam dirinya lagi. Aku ingat saat
bercanda dengan Tamara dan Tina tempo hari. Sandra
mengatakan
kalau dia geli dengan pelir tak disunat. Namun Sekarang ia
malah
ingin segera pelir berkulup Alfi mengaduk-aduk lubang
kemaluannya. Tiada sedikitpun adengan persetubuhan
tersebut
yang terlewat olehku. Cairan lendirku sendiri semakin banyak
yang
keluar. Terasa celana dalamku telah basah di bagian
kemaluanku.
Aku begitu terangsang melihat adegan mereka barusan.
"Kak, Alfi ngentot kakak lagi."
Sandra hanya tersenyum seperti memberi izin Alfi melakukan
pencabulan terhadap dirinya. Sandra tak henti-henti
memandang
daging kenikmatan Alfi yang sedang menuju ke arah
kemaluannya
yang sudah dibanjiri oleh lendir pelincin yang banyak. Dan ..
tiba-
tiba kepala Sandra terangkat sedikit diikuti oleh punggungnya
juga
terangkat.
"Auu.. aahh.. mmmmmm." aku mendengar jeritan dan erangan
dari
mulutnya ketika kepala bulat licin itu memasuki kembali
separuh ke
dalam lubang kemaluannya. Bibir vagina Sandra seperti ikut
masuk
ke dalam bila kepala besar itu mulai menyelam. Kontras sekali
warna pelir Alfi dengan warna vagina Sandra. Batang bulat
hitam
berurat terbenam dalam lubang merah di celah paha Sandra
yang
putih mulus.
Mata Sandra terbeliak menerima batang hitam tak bersunat
yang
berbentuk helm itu. Secara terus menerus mengaduk aduk
bagian
dalam kewanitaannya. Kemaluan Sandra mengepit kuat
batang Alfi.
Sandra sedang sepuas-puasnya menikmati batang Alfi yang
panjang dan besar itu, ia menjerit penuh nikmat tiap kali Alfi
menarik dan menolak batangnya keluar masuk. Beberapa
menit
kemudian aku lihat Sandra sekali lagi sedang dilanda
kenikmatan.
"Fiii kamu besar bagettttt.ouuhhhhg" Sandra seperti meracau,
meminta dengan suara erangan nikmat.
"Fiiii tahannn di dalemmm... kakak... keluarrr...Oughhhhh!!!!...
mmmmmmmgggh,"
Alfi menekan penisnya sedalam ia mampu dan menahannya
disitu
bersamaan dengan tubuh sintal Sandra mengejang dan
sampai
pada puncak kenikmatan untuk kali yang kesekian. Kali ini
kenikmatan itu berlangsung lama sekali. Mungkin Sandra
benar-
benar puas bila batang kemaluan anak asuhnya yang besar
dan
panjang itu penuh memadati seluruh dinding lubang
kemaluannya.
Persetubuhan itu berjalan lagi. Aku dapat melihat dengan jelas
batang hitam keluar masuk dalam vagina Sandra yang
berwarna
merah muda. Kontras sekali kulit Alfi yang gelap dengan kulit
Sandra yang putih. Batang hitam tersebut terlihat berlendiran
dan
di selaputi buih putih. Tedengar bunyi aneh bila Alfi melajukan
tikamannya. Bulu-bulu dipangkal kemaluan Alfi mengusap-
usap
bibir kemaluan Sandra yang lembut. Pinggul Sandra terlonjak-
lonjak mengikuti irama entotan Alfi dan kepalanya terlempar
kiri
kanan kerena sengatan kenikmatan. Paha Sandra bergetar
dan
kakinya menendang-nendang udara. Pahanya yang mulus itu
mangepit rapat pinggang Alfi. Berkali kali Alfi menghantarkan
Sandra ke puncak kepuasan sebagai wanita dewasa di atas
ranjang
Sandra dan suaminya. Selain diriku hanya cahaya temaram
lampu
dan deritan ranjang yang menjadi saksi pergumulan dua insan
yang
tak lama lagi akan mencapai klimaksnya. Di dalam kebisuan
malam
yang dingin dan tenang itu, hanya terdengar erangan Sandra
dan
lenguhan Alfi yang masih berpacu dalam birahi.
Selepas setengah jam aku lihat Alfi makin melajukan
hentakannya.
Selama setengah jam jugalah Sandra menjerit dan mengerang
penuh nikmat. Kepala penis kepunyaan Alfi membuat Sandra
menjerit histeris. Jeritan nikmat ini menyebabkan Alfi makin
bergairah. Dayungan Alfi makin laju hingga badan Sandra
bergoyang-goyang. Hingga akhirnya Alfi merapatkan
badannya ke
badan Sandra dan ditekan paling kuat dan terdengar Alfi
mengerang
kuat.
"Aakkkhhh... Kakkkkkk enakkkkk!!"
Dari caranya aku rasa Alfi sedang memancutkan maninya ke
dalam
rahim Sandra. Rahim yang merupakan hak suaminya, Didit.
Mata
Sandra terbeliak menerima semburan mani panas kepunyaan
Alfi.
Pantat Alfi menekan habis daging penisnya sedalam mungkin
ke
celah paling dalam vagina Sandra dan saat itu juga sekali lagi
Sandra menjerit sungguh kuat.
"Oughh...Fiiii kakakkk juga kuluarrrr!!!!! Oghh..."
Aku kagum pada batang pelir Alfi yang berbentuk pelik
tersebut.
Benda itu mampu memberikan kenikmatan ragawi bagi Sandra
hingga berulang - ulang kali. Sandra memeluk erat tubuh kecil
Alfi
seperti tidak ingin melepaskannya. Sepertinya Sandra ingin
batang
berkepala tomat tersebut terendam selama-lamanya dalam
lubang
vaginanya. Sandra mau batang Alfi melekat dalam
kemaluannya
macam pelir anjing melekat dalam vagina anjing betina bila
kawin.
Sandra seperti ingin memerah habis hingga ke titik mani Alfi
yang
terakhir. Gerakan Sandra kemudiannya mengendur telentang
lemah
dibawah dekapan tubuh Alfi sambil tersenyum puas kepada
Alfi.
Tiada lagi gerakan dan suara erangan Sandra. Alfi memeluk
erat
tubuh Sandra. Sandra mencium pipi Alfi dengan mesra dan
penuh
kasih sayang. Sandra mengulum bibir tebal Alfi yang hitam
itu.
Kemaluan Alfi masih terendam dalam kemaluan Sandra. Alfi
membiarkan saja senjatanya terendam dalam terowong
nikmat
Sandra. Selepas beberapa menit bila tak lagi benihnya yang
keluar,
Alfi menarik perlahan kemaluannya dari lubang kemaluan
Sandra.
Batang yang masih berlendir itu terjuntai separuh keras.
Lubang
vagina Sandra masih ternganga selepas Alfi mencabut keluar
daging kemaluannya. Cairan putih pekat terlihat meleleh
keluar dari
lubang vagina Sandra membasahi sprey.
Di depan mataku sendiri aku menyaksikan seluruh
perselingkuhan
sahabat baikku dengan seorang bocah ABG. Memang aku
benar-
benar tidak menyangka Sandra telah tega menghianati Didit
dengan
menyerahkan tubuh dan kehormatannya sebagai isteri pada
Alfi.
Apakah kejantan Alfi yang telah membuat sahabatku itu rela
digaulinya. Tak dapat kupungkiri Alfi meski masih di bawah
umur
telah membuktikan daging penis berkulup berkepala tomat
digilai
oleh perempuan dewasa yang tak lain adalah ibu angkatnya
sendiri
Sandra. Aku menjinjit kembali menuju ke tingkat bawah. Aku
putuskan untuk pulang agar mereka berdua tetap tak
menyadari
kedatanganku. Biarlah besok aku kembali lagi ke sini. Aku tak
ingin
Sandra tahu jika aku mengetahui perselingkuhannya dengan
Alfi.
Hati-hati aku keluar melalui pintu depan dan kembali
menguncinya
dan pergi mengunakan taxi. Dalam beberapa minit saja aku
telah
sampai di rumah tubuhku terkulai lemas Ketegangan masih
cukup
terasa setelah cairanku membasahi hampir seluruh celana
dalamku.
Aku masuk ke kamar dan tidur keletihan.
***************************
Dua hari kemudian
Aku kembali ke rumah Sandra kali ini aku tidak lagi
menyelinap
masuk ke dalam rumahnya secara diam-diam. Tak lama
setelah
kupencet bel Sandra muncul dari balik pintu menyambutku
dengan
kecupan hangat di pipiku.
"Nad..sayang!!!kemana saja sih kok ngga pernah kesini
nengokin
aku,..?" cecarnya manja. Memang di antara kami bertiga
Sandra
yang paling manja.
Sandra menarikku ruang keluarga lalu kami berdua duduk di
sofa
"Sorry ya Sand aku sibuk sekali akhir-akhir ini, lagian aku
takut
nganggu rumah tangga kamu sama Didit"
"uhhh..kamu ngga tahu aku kesepian banget soalnya Didit
kerap
berangkat dalam waktu yang panjang"
"Bukannya Dian sering kemari, bahkan katanya di telpon dia
sering
kamu minta nginep nemenin kamu"
"itu dia, sebenarnya dian sudah tinggal bersamaku di sini,
cuma
tiga hari yang lalu ia harus berangkat ke Singapore selama
tiga
minggu karena ada pekerjaan kantornya, jadinya aku sendirian
di
rumah"
"maksudmu aku mau kamu tahan di sini selama Dian ngga
ada?"
"emang iya sih tapi apa kamu tega biarin aku sendirian? Dan
emang kamu ngga kangen sama aku?"
"Iya..iya tuan putri"
"Cup! Trims ya nad kamu sama Dian memang sahabatku yg
paling
kusayang" ujarnya kesenangan sambil mengecup pipiku.
Sejak dulu aku memang tak bisa menolak permintaan
sahabatku
yang satu ini. Selalu saja aku berhasil ia paksa menuruti
kemanjaan-kemanjaannya. Kami bertiga begitu menyayangi
satu
dengan yang lain.
Sand...pakaianmu awut-awutan gitu? Kamu baru bangun jam
segini? dasar putri malas" Sandra saat itu mengenakan gaun
tidur
pajang mirip kimono, mungkin karena ia banyak bergerak
talinya
terlepas dan jatuh ke lantai hingga gaun tidur itu tersingkap
ke
samping.
Sandra segera merapikan bajunya meski kejadian itu terlihat
wajar
dan berlangsung cepat namun aku sempat melihat bagian-
bagian
tubuh Sandra yang terbuka tadi. Terlihat bercak-bercak merah
gigitan di seputar payudaranya yang putih bersih. Deg..hatiku
kembali di jalari perasaan aneh seperti beberapa hari yang
lalu.
Apakah mereka baru saja melakukan hal itu lagi pikirku.
"Ada apa Nad? Kok bengong gitu?" Sandra memperhatikan
kebengonganku.
Sejenak alam pikiranku masih dipengaruhi kejadian tsb hingga
aku
tak segera menjawab Sandra.
"ohh.. uhh..tidak a.pa apa" aku tergagap
Kebodohanku barusan itu mengundang tanya tentu saja
Sandra
dapat melihat kejanggalan dari sikapku barusan . Seperti
halnya
diriku mengerti akan dirinya begitupun sebaliknya. Pergaulan
yang
demikian erat dan mendalam sudah barang tentu sulit untuk
menyembunyikan rahasia diantara kami. Senyum Sandra
membuatku
makin salah tingkah. Hingga ia membuka kembali percakapan.
"Sini ada yang ingin aku beritahukan kekamu, Nad"
Ia menatap mataku sambil menghela napas dalam-dalam.
Wajahnya
tersirat kepasrahan.
"Ada apa Sand, nampaknya serius sekali?"
"Nad sayang sebenarnya sudah lama aku mempertimbangkan
untuk
mengatakan hal ini kapadamu, hanya saja tadinya aku masih
ragu
takut kalau kamu malah tidak suka dan membenciku"
Deg..hatiku berdebar apakah Sandra bermaksud membuka aib
perselingkuhannya padaku.
"aku tahu hari itu kamu datang ke sini dan melihat apa yang
aku
lakukan dengan si Alfi"
"a..aa..pa kamu tahu Sand?" aku terkejut bagaimana mungkin
ia
mengetahui jika kehadiranku kala itu. Seingatku aku tak
membuat
mereka terganggu.
"Iya Sand, maaf saat itu aku tak sengaja memergoki kalian"
"Ngga pa pa, aku pikir suatu saat cepat atau lambat kamu
akan
tahu juga. Aku sempat mendengar suara langkahmu saat
menaiki
tangga, mungkin kamu lupa tangga rumahku terbuat dari
kayu"
"Jadi kamu sengaja membiarkan aku menyaksikan semua.
Kenapa
kamu tak cegah aku saat itu? Apa kamu ngga kuatir aku
mengatakannya pada Didit?"
"Aku percaya kamu tak akan melakukan hal itu apa lagi
terhadap
aku. Aku tahu kamu menyayangi aku seperti halnya diriku
terhadap
dirimu."
"Tentu saja Sand kamu tahu itu"
"Untuk itulah aku ingin mengatakan semuanya sekarang
kepadamu"
Sandra lalu menceritakan suatu kisah yang sungguh luar biasa
buat
kudengar. Tak pernah terbayangkan olehku sahabatku Sandra
telah
menyerahkan kegadisannya untuk direngut Alfi yang kala itu
belum
genap berusia 17 tahun. Lebih gilanya lagi hal itu dilakukan
atas
permintaan sang calon suaminya, Didit. Bahkan hal itu
berlangsung di hadapannya!
Jadi meleset dugaanku selama ini, Sandra ternyata tidaklah
menghianati cinta Didit. Malahan Alfi merupakan penentu
utuhnya
rumah tangga mereka. Sebab Didit kerap harus meninggalkan
Sandra demi kariernya. Dengan adanya Alfi memungkinan
Sandra
tidak berpikir berselingkuh dengan pria lain. Anak itu sungguh
perkasa Sandra tidak harus kehilangan akan nafkah batin dari
Didit.
Malam-malam Sandra selalu diisi dengan persetubuhan panas
dengan sang Alfi kecil. Kondisi ini mereka lakukan nyaris
hampir
setiap hari sejak mereka menikah. Sedangkan Didit ketimbang
bersetubuh langsung dengan Sandra istrinya, ternyata ia
mencapai
kepuasan lebih dasyat hanya bermasturbasi di sofa menonton
persetubuhan istrinya dengan anak itu.
Aku mendengarkan sambil melongo dengan takjub dan sulit
dipercaya apabila aku tak mendengarkan langsung dari mulut
Sandra. Birahiku menjalar naik keseluruh tubuhku sepanjang
mendengarkan ceritanya
"bener-benar tak pernah kusangka apa yang terjadi pada
rumah
tanggamu Sand. Anak itu bahkan yang merengut kegadisanmu
bukan Didit, sungguh aneh Sand jika suamimu tidak sampai
cemburu" ujarku masih termagu-magu
"Bukan hanya aku saja yang sudah ia perawani"
"Emang ada gadis lain? Ten..tentunya kamu tidak bermaksud
mengatakan ...." aku tak dapat menyelesaikan kalimatku.
Tidak
mungkin... mustahil.... Dian!
"iya si Dian, Nadine sayang, malah Dian sendiri yang mau
suka rela
diperawani Alfi."
Ternyata penis berkulup itu sudah menambah satu korban lagi
dan
lagi-lagi korbannya juga sahabat baikku. Begitu banyak
kejadian
yang tak ku duga selama ini Dian aku tahu sekali sifatnya ia
yang
paling sering mencampakan pria, jika ada cowo yang berani
menyentuhnya walau itu hanya merangkul pasti akan
didepaknya
jadi jangan harap bisa berhasil mendapatkan cintanya. Ia
mengenal
hubungan seks untuk pertama kali dari Alfi . Awalnya hanya
melihat anak itu masturbasi malah keterusan. Sejak Alfi
berhasil
merengut keperawanan Sandra dan Dian, keduanya menjadi
begitu
tergila-gila bahkan ketagihan berhubungan seks dengan Alfi.
Anak
itupun demikian, ia tak pernah seharipun melewati hari-
harinya
tanpa ngentot kedua sahabatku yang cantik itu. Semakin lama
hubungan batin yang aneh diantara mereka bertiga semakin
kuat
dan tak terpisahkan lagi.
"Alfi itu begitu jantan meski ia masih di bawah umur,
kemampuannya di atas ranjang melebihi pria dewasa
sekalipun."
ujar Sandra memuji anak itu
Aku hanya termagu mendengar cerita Sandra. Ini bukanlah
hanya
angan-angan seorang istri yang kesepian namun hal ini
sebuah
realita yang sudah terjadi meski terdengar sangat aneh.
"Apa kalian tidak takut atau jangan-jangan sudah pernah
hamil,"
"aku malah berharap Alfi bisa membuahi rahimku begitu juga
dengan Dian, namun sampai saat ini tak satupun dari kami
berdua
berhasil ia buahi. Sebetulnya aneh juga padahal kami sudah
berhubungan ratusan kali selama enam bulan ini dan kami tak
pernah mempergunakan kondom atau pengaman lainnya"
Geli juga aku membayangkan kehamilan mereka diperoleh dari
seorang ABG kurus seperti Alfi. Kupikir benih anak seusia Alfi
belumlah matang betul untuk membuat kehamilan pada
seorang
wanita dewasa. Kalaupun itu terjadi itu merupakan satu
kebetulan.
"Nad.."
Suara Sandra memecah keheningan barusan
"Ya.."
"Alfi bilang ia menginginkan kamu Nad"
Aku kaget sekali mendengar ucapan Sandra
"maksuddd..mu ....anak itu mempunyai.... hasrat padaku?"
Sandra mengangguk
"Kupikir kamu juga menginginkan anak itu gituin kamu kan?"
"Ng...gak lah"
"ngaku saja ..aku yakin kamu mau kan?"
"Ngaco akh"
"Lihat ni kalau kau tak percaya," Sandra menyerahkan satu
benda
kepadaku.
Aku meneliti benda yang diserahkan Alfi. Itu celana dalam
wanita.
Aku terkejut begitu mengenali celana dalam satin lembut
warna
krem itu adalah milikku.
"Itu milikku Sand"
"kutemukan di bawah bantalnya pagi ini"
"Untuk apa anak itu menyimpan celana dalam kotorku?"
"Biasanya ia bermasturbasi sambil membayangkan sedang
bersetubuh dengan pemilik celana dalam tersebut." jelas
Sandra
lagi
Aku agak jengah mendengar penuturan Sandra yang demikian
vulgar.
"Tapi aku tetap ngga mau begituan sama anak bau kencur
gitu
Sand," akal sehatku masih berusaha bertahan meski desakan
didalam dadaku menggelora ditambah lagi bagian
kewanitaanku
berdenyut-denyut simultan tak kumengerti.
"Terserah kamu kalau tak mau. Tapi kalaupun kamu
melakukannya
kamu tak akan menyesal lo." tambah Sandra sambil
tersenyum
menggodaku, sepertinya ia tahu kegelisahanku,
"Sand..."
"Mmm?"
"Engg..."ada sesuatu pada kerongkongan yang megganjal
suaraku
"Kenapa Nad?"
"Ah..ngga jadi"
"Loh.. kamu malu mengatakan padaku. Hmmm..Aku tahu
kamu
sebenarnya juga kepingin digituin sama dia, khan?"
"Sudah...sini ikut aku, kamu ngga boleh nolak sekarang"
Sandra
dengan cepat mengalahkan reaksiku sadari mengamit
lenganku dan
menarikku menuju kamarnya. Aku tahu apa maksud sahabatku
itu.
"Aaargg Sandraaaa kamu mau apaa?"
"Aku mau kamu dikawinin si Alfi sekarang.."
"Sannnd....Argg..akuu ngga mauuu!"
Mulutku mengatakan tidak mau namun langkahku tetap
mengikuti
tarikan Sandra menuju ke kamarnya. Benar saja dugaanku di
dalam
kamar Sandra nampak Alfi tanpa busana sedang duduk di
kasur.
Meski sepertinya ia terkejut namun di wajahnya terpancar
kegirangan. Mungkin ia tadinya berharap Sandra masuk untuk
kembali bercinta dengannya namun tak diduganya ia malah
mendapatkan bonus.
"kak Sandra.....?"
"Fi ..kakak mau pergi ke mall sebentar. Kakak ingin kamu
nerusin
yang kita lakuin tadi pagi tapi kali ini kamu sama kak Nadine"
"Sanddd.. kamu udah gilaaa... masa aku haruss.." aku protes,
spontan rasa maluku muncul
Perkataanku tak sempat selasai karena Sandra menyergap
bibirku
dengan ciuman panas. Aku tak sempat menghindar, ciuman
itu
demikian bernafsu. Lidah Sandra menerobos rongga mulutku
dan
menari-nari disana. Aku serasa melayang ke awan di buatnya.
Belum pernah Sandra dan aku melakukan ini juga terhadap
Dian.
Dua menit kami bercumbu dengan panas hingga akhirnya
Sandra
melepaskan ciumannya. Sandra tahu aku sudah menyerah
pasrah
"Kamu maukan manis?" ia kembali meminta kesediaanku
secara
suka rela.
"Sandd... aku masih perawan"
"Biar Alfi membuatmu tidak perawan lagi" ujarnya sambil
membelai
rambutku.
Aku tak dapat berkata-kata lagi sepertinya aku memang harus
menuruti apa kata hatiku sendiri. Memang aku sudah terlalu
terangsang akibat menonton langsung ataupun mendengarkan
cerita tentang hubungan mereka. Hasrat liar dalam diriku
memang
menginginkannya, hanya saja tadinya aku ragu untuk
melakukannya
dengan anak sekecil itu. Kini keraguan itu sirna, yang
tertinggal
hanyalah gejolak birahi yang menggebu untuk disalurkan. Tak
ada
waktu untuk mencari-cari pria lain yang macho ataupun
tampan,
saat ini hanya ada Alfi yang sudah siap menggauli aku di
ranjang
Sandra. Ia mendorong tubuhku ke sofa perlahan kancing
blusku di
lepasinya satu demi satu hingga nampak bra yang kupakai lau
rokkupun dilucutinya hingga hanya tersisa celana dalamku,
lalu
jemarinya memberi kode ke Alfi untuk mendekat. Anak itu
melompat
dari kasur ternyata Sandra sengaja tidak melepas penutup
terakhir
diriku ia ingin Alfi sendiri yang membuka hadiah utamanya
"Nad..aku tinggal kalian berdua ya biar kali pertama ini bisa
kalian
nikmati berdua saja tanpa gangguan orang lain."
Sandra pergi setelah membuka jalan bagi aku sahabatnya
untuk
merasakan pula apa yang pernah ia dan Dian rasakan dulu.
Sepeninggal Sandra, Alfi mulai agresif menggauliku. Meski
belum
dewasa namun Alfi sangat berpengalaman ia seolah tahu apa
yang
aku butuhkan. Tanpa bicara ia mulai membelai belai pipiku
yang
halus dan memberikan hawa nafasnya ke tengkukku. Rasa geli
dan
hangat mulai menjalariku. Aku semakin membiarkannya
melakukan
itu dan suatu kesempatan dengan keberaniannya ia pun
mencium
bibirku. Aku terkejut dan melepaskan kulumannya pada
bibirku.
Kulumannya terlepas, namun anehnya aku tidak berusaha
menjauh
dari pelukannya. Aku kemudian melengoskan wajahku ke arah
lain
padahal aku melakukan itu semua adalah untuk
menghindarkan
kesan aku amat butuh saat itu. Tampak Alfi bukanlah bocah
laki
laki kemaren sore yang bisa aku bikin semaunya. Tanpa di
suruh
dia lalu meraih wajahku dan kembali mengulum bibirku
beberapa
saat.
"Sudah ahhh Fii, aku gak bisa bernafas nih" kataku berusaha
melepaskan kulumannya.
Namun apalah dayaku untuk menahan setiap tindakannya. Dia
lalu
melepaskan kulumannya dari bibirku, namun sebelah
tangannya
sudah memasuki blus piyamaku. Dengan perlahan dan pasti
jari-
jarinya memasuki belahan dadaku dan berhenti di puting
susuku.
Rasa geli, juga nafsu mulai melandaku. Aku tak kuat
diperlakukan
begitu olehnya. Tanganku berusaha menahan gerakan jari-
jarinya
yang sudah berada di dalam bhku saat itu, bagaimanapun aku
merasa malu. Dengan sebisaku aku berusaha menahan setiap
gerakan jari-jarinya di permukaan puting susuku. sekuat aku
menahannya sekuat itu pula ia berusaha memilinnya sehingga
usahaku menahannya semakin melemah karena deraan nafsu
yang
sudah mulai mempengaruhi setiap sendi tubuhku.
Diperlakukan
seperti itu, aku semakin terjerat oleh percikan birahi yang di
kobarkan Alfi. Perlahan dan pasti ia berhasil melepas atasan
piyama
tidurku dan kini hanya tinggal bh yang hanya menutupi
sebagian
kecil di dadaku. Aku semakin terjebak ke jurang gairah yang
mulai
menampakkan wujudnya. Aku pun kini seolah ikut menerima
perlakuannya saat itu. Rasa hangat yang di pancarkan jari jari
Alfi
di permukaan kulitku sanggup membuatku merelakan dia
melepas
pengait bh yang aku kenakan saat itu.
Bibir anak itu mulai merayap dan menggigit kecil puting
susuku
secara perlahan dan mampu membuatku seolah melayang.
Kulit
dadaku seakan rela menerima semua perlakuannya saat itu.
Berulang ulang ia ekspos kedua bukit dadaku dengan
intensitas
yang meninggi. Aku serasa di perlakukan utuh sebagai wanita.
Dengan kedua tanganku aku raih kepala Alfi, seakan tak rela
ia
menyudahi tindakannya itu. Saat ini aku tak peduli lagi siapa
Alfi
dan apa statusnya, yang penting saat ini bagiku bagaimana
dahagaku terpuaskan. Merasa aku sudah menerima semua
perlakuannya, Alfi membisikkan sesuatu padaku.
"Kak...Nadin, di kasur kakak aja kita gituan ya? Alfi pengen
perawani di tempat tidur seperti kak Sandra sama kak Dian"
Anak ini secara terang-terangan menyatakan hasratnya. Ia
seakan
yakin aku akan mau melakukan hubungan yang lebih lagi
denganku
malam itu. Aku juga sadar Alfi, hal ini akan terjadi juga tanpa
dapat
kuhindari lagi. Saat ia meminta pindah ke kamarku, aku
terbayang
sedikit tentang kejadian yang akan terjadi. Apalagi status ku
yang
masih gadis. Masih ada harapan bagiku untuk membatalkan
keinginan Alfi saat itu. Akupun bangun dari rebahan di sofa
berjalan ke arah kasur Sandra dan duduk di atas ranjang. Alfi
saat
itu menutup pintu kamar dan menguncinya. Ia lalu duduk di
sampingku, diraihnya tanganku dan dibawanya ke bibirnya dan
diciuminya. Melihat tingkahnya itu, aku seakan terenyuh akan
sikapnya yang terlihat sabar. Aku yakin tanpa dapat kucegah
pasti
malam ini ia akan melakukan hal yang belum pernah aku
lakukan
dan ia bakal mengambil sesuatu yang berharga yang
seharusnya
kupersembahkan bagi pria yang bakal menjadi suamiku kelak.
Aku
tahu ini amat bertentangan dengan norma agama dan adat
ketimuran yang kuanut, apalagi aku termasuk wanita dari
keluarga
yang amat menjunjung tinggi tata krama, namun saat ini
seakan
hilang semua. Perbuatan dan penyelewengan Sandra seakan
menjerat diriku untuk melakukan perbuatan itu, meski saat itu
aku
menyadari tidaklah benar tindakanku saat ini. Anak itu tentu
saja
tak pernah menyadari perbuatannya saat itu menyalahi hukum
dan
amat tercela, hanya saja ia tak ingin memaksaku melakukan
hal itu.
Dengan suara lirih seolah menahan sesuatu dia masih sempat
bertanya padaku.
"Kakak mau..Alfi entot kan?" sambil menatap bola mataku
dalam
dalam.
Aku pun memandangnya dengan tatapan yang sayu seolah
mengiyakan keinginannya, namun hanya beberapa saat.Aku
kembali menundukkan mukaku ada rasa malu jika aku
memintanya
melakukan itu. Alfi adalah anak laki laki yang terlanjur cepat
mengalami kedewasaan, ia sudah amat banyak pengalaman
seolah
tahu apa yang harus ia perbuat. Sikap diamku saat itu seakan
persetujuan untuk perbuatannya selanjutnya. Sambil meraih
kedua
tanganku lalu tubuhku dibawanya ke pelukannya. Kini tubuh
kami
amat dekat, meski saat itu kami masih mengenakan pakaian.
Namun karena aku tak memakai bra saat itu, seolah mampu
membuatnya semakin bernafsu padaku. Ketika aku dalam
pelukannya, aku merasakan ada rasa damai dan hangat yang
sudah
lama tidak aku rasakan lagi. Ada rasa nyaman dalam pelukan
tubuh
Alfi yang kurus itu, meski aku akui ada juga takut dan sedikit
keraguan aku rasakan saat itu. Namun hasrat dan gairah
seolah
mampu mengalahkan semua rasa yang ada dalam diriku itu.
Aku
semakin tenggelam dalam sosok tubuh Alfi. Masih dalam
pelukan
ketat Alfi, akupun kembali terpaksa menerima kuluman
panasnya di
bibirku. Rasa geli karena lidahnya yang menjelajah dalam
rongga
mulutku mampu membuatku terlena dan susah untuk
bernafas.
Dipancing seperti itu, aku mau tidak mau membalas kuluman
Alfi,
hingga membuat lidah kami seakan saling berkait dan ludah
kami
bercampur satu sama lainnya. Dengan lincah tangan Alfipun
melepas kancing atasan piyamaku hingga terlepas ke lantai.
Jari-
jarinya itu pun memilin dan memutar putingku hingga aku
semakin
terlonjak nafsuku. Puas memainkan lidahnya di bibirku
mulutnya
turun melata di kulit dadaku.
"Kak, tetek kakak lebih gede dari punya kak Sandra, Alfi suka
banget, mmhh!" celotehnya sambil melumat payudaraku
gemas, ya
di banding Sandra atau Dian, payudaraku memang yang paling
besar, 34B.
Kembali aku merasakan geli yang amat sangat diperlakukan
begitu.
Aku hanya bisa meraih kepalanya yang saat itu berada di
belahan
dadaku. Kalung yang kukenakan seolah mengganggu aktifitas
mulutnya di dadaku. Dengan tangan kirinya ia singkirkan
kalungku
kearah tengkukku lalu kembali ia menyedot bukit dadaku
bergantian
kiri kanan.
Berbagai rasa kembali menderaku. Aku masih meraih
kepalanya
seakan tak ingin cepat berlalu.aku merasakan rasa basah di
organ
vitalku saat itu. Selama beberapa menit Alfi menggigit gigit
dadaku
dengan lembut dan meninggalkan tanda kemerahan di dadaku
yang
putih. Aku hanya mampu memicingkan mataku dan menuruti
perbuatan bocah itu. Tiba tiba ia menghentikan aktifitasnya
pada
dadaku. Aku pun membuka mataku ingin tahu apa yang
menyebabkan ia menghentikan perbuatannya itu. Ternyata
anak itu
menaiki tubuhku menempatkan tubuhnya di antara ke dua
pahaku,
kupikir sudah saatnya ia akan melakukan eksekusi. Aku
memang
pernah melihat kemaluan Alfi yang aneh itu saat ia dan
Sandra
bersenggama tempo hari. Namun baru kali ini kulihat
kedahsyatannya dari dekat. Inilah benda yang telah merengut
kegadisan kedua sahabatku sekaligus memberikan kenikmatan
hingga keduanya ketagihan akan seks. Dan sebentar lagi
adalah
giliranku, daging itu sudah sedemikian tegang siap untuk
melaksanakan tugasnya, yaitu memerawaniku. Batangnya
panjang
dan besar. Rasanya mungkin lebih enam inci panjangnya yang
tentunya akan membuatku bakal kesakitan untuk pertama
kali. Yang
menjadi fokus perhatianku ialah kepala zakar Alfi karena yang
tidak
disunat itu. Aneh bila melihat penis anak seusia Alfi yang tak
disunat. Apalagi daging kepalanya tidak muncul keluar
daripada
kulit kulup sungguhpun dalam keadaan tegang. Hanya
sepertiga
saja kepala zakarnya yang berwarna merah kelihatan bila
dalam
keadaan keras. Bila dia menarik kulit kulup kepala pelirnya
berkilat
hitam kemerahan macam yang seperti tomat itu terpacak di
ujung
batangnya. Kulit kulupnya seperti mencekik di bagian belakang
leher takoknya. Kulit kulup yang ditarik itu berkedut-kedut
macam
simpul melingkari batang zakar. Bentuk kepalanya yang heboh
dan
aneh digilai Sandra dan Dian. Pertama kepala pelir Alfi
sungguh
terlalu besar. Kepala yang lebih besar itu berbanding
batangnya
kelihatan aneh. Kini benda itu mengacung tegak diarahkan Alfi
tepat di mulut kewanitaanku.
"akh Fi...perih....akh..pelan-pelannn!!!" erang ku saat kepala
penis
Alfi mendesak pelan ke dalam liang vagina ku.
Anak ini sungguh tidak sabaran. Ia main eksekusi saja. Aku
menahan perutnya dengan kedua telapak tanganku hingga
gerakannya terhenti.
Mungkin takut aku akan mengurungkan persetubuhan kami, ia
kini
berlaku lebih sabar . Alfi menahan laju penisnya sejenaknya
lalu
dengan pelan dan lembut ia coba lagi masukan benda itu ke
dalam
vaginaku. Rasa perih makin menjadi dan terasa sakit meski
penisnya terus maju pelan.
"Fi....akh..." pekikku, Alfi menahan lagi, mendiamkan otot
vagina aku
merekah dan relax supaya ngga tegang. aku memejamkan
mata
sambil tanganku meremas sprey menahan perih. Beberapa
saat
kemudian ia mulai memajukan lagi pantatnya dan mendorong
penisnya lagi makin dalam dan rupanya vagina aku mulai
terbiasa.
Perih yang tadi aku rasakan berkurang
"Fi...sakit...." erangku tertahan.
Alfi berhenti lagi, rupaya belum setengah dari penis Alfi yang
masuk, setelah diam sebentar Alfi mulai masuk lagi, kali ini
perih
dan sakit semakin berkurang. Ia lalu mencium bibirku
memenangkanku, kubalas ciumannya dengan lembut.
Begitulah ia
melakukan tarik ulur hingga akhirnya ujung penisnya
menumbuk
dan tertahan sesuatu dalam liang senggamaku, aku tahu itu
selaput
daraku, lambang kesucianku sebagai seorang gadis perawan
yang
akan segera hilang.
"Kak Nadin.. Alfi tak kuat lagiii.." erangnya sembari memeluk
pinggangku erat
Dengan sekali dorongan kuat Alfi menekan habis sisa batang
kemaluannya hingga akhirnya masuk penuh ke dalam
vaginaku.
Aku tersentak dan sedikit menjerit merasakan ada sesuatu
yang
robek
"Aduhhh!!Fiiii...sakiiiit!!" aku menjerit lirih.
Nafasku tak teratur merasakan vaginaku penuh oleh batang
penis
Alfi. Aku tahu aku kehilangan keperawananku namun saat itu
kemaluan Alfi kurasakan berdenyut-denyut lalu
cretttt....creettt..creettttt! beriring setiap denyutnya sesuatu
memancar deras menghantam dasar liang vaginaku.
Sungguh aneh, kegadisanku telah direngut oleh seorang ABG
yang
masih di bawah umur, bahkan aku tak berusaha
mencegahnya.
Setelah ejakulasi tadi batang penis anak ini tak kunjung
mengecil,
benda itu terus-terusan berdenyut dan kaku. Alfi mendiamkan
beberapa saat, perih masih aku rasakan, namun perlahan rasa
gatal
nikmat mulai muncul dan seperti tahu akan itu Alfi mulai
menggoyang dan memaju-mundurkan penisnya.
Vaginaku yang basah melicinkan gerakan masuk-keluar
penisnya di
vaginaku. Aku mulai merasa nikmat dengan perlakuan Alfi.
aku
buka mata dan melihat Alfi tersenyum. Alfi mengecup bibirku
lalu
bilang
"Kakak sayang vaginanya sempit banget.....kakak ngerasa
kan?"
"iya Fi...." sahut ku pelan
"udah ga sakit kan kak?" tanya Alfi, aku mengangguk.
Vaginaku semakin basah oleh lendir cintaku. Pantat Alfi maju-
mundur dan gerakannya penisnya meluncur lancar dalam
kekesatan
liang vaginaku. Aku yang mulai meregang kegelian dan nikmat
semakin menikmati persetubuhan pertamaku. Bibirku mulai
dan
merintih keenakan, desahan-desahan mulai keluar dari
mulutku.
Alfilah yang kini semakin intens bergerak memberinya
kenikmatan
mengocok penisnya di dalam vaginaku. Ia tetap telaten meski
aku
mulai terbiasa, kurasakan penuh di dalam vaginaku. Gatal dan
nikmat, lebih nikmat dibanding saat Alfi menjilat vaginaku
tadi. Ia
mencium bibir sambil meremas dadaku, kami mulai liar,
goyangan
Alfi mulai bisa kuimbangi. Kadang ia menggoyang keras,
namun
kembali lembut payudaraku bergoyang seirama dengan
goyangannya.
Alfi mulai mengoceh "Kak....eeuukkk...uuh...nikmat...banget
vagina......
nya....eekk!"
"Fi....kakak
juga....akh....oh....eeemmm.....penis......akh....aohk...."
ocehku keenakan.
Bocah ini memang amat pintar mengatur tempo
persenggamaan.
Hujamannya amat penuh dengan ketelatenan dan
pengalaman.
Kuakui Alfi memang perkasa meskipun masih di bawah umur.
Pejantan kecil ini melebihi kemampuan laki laki dewasa dalam
hal
bersetubuh. Betapa aku sudah pernah menyaksikan ia
membuat
Sandra sahabatku menggelepar takluk dalam pelukannya. Dan
kini
aku merasakan sendiri bagaimana perkasanya anak ini dalam
menaklukan perempuan di atas ranjang. Namun rasa nikmat
menyengat memutus pikiranku saat itu. Hingga kenikmatan
itu tak
tertahankan lagi menghantarkanku kepada orgasme.
"Fi...Fi...akh....kakak...akh...ooo...eemmppppp...mau...kelu...
keluar...Fi...
akh!!" aku merasakan ada cairan yang menyembur deras dari
dalam
vaginaku.
Orgasme itu terasa begitu kuat seakan menarik lepas jiwa dari
ragaku aku mendekap tubuh Alfi dengan keras sambil
menutupkan
mataku rapat. Aku menggigit bibir bawahku merasakan
kenikmatan
saat itu. Alfi tahu aku orgasme dan ia sendiri dapat
merasakan
cengkraman bagian kewanitaanku pada penisnya. Alfi menjerit
keras dan panjang saat mencapai orgasme.
"kakkk!!..enakkk!!!!"
Anak itu membalas dekapanku sambil menghujamkan
kemaluannya
sedalam mungkin ke liang rahimku sambil melepaskan
spermanya
di dalamnya.
Crettttt!!!!...creettttt!!!! Crettttt....Crutttttt!! pancutan demi
pancutan
deras dan hangat menerjang bagian terdalam kemaluanku. Alfi
bisa
kembali orgasme setelah hampir beberapa menit menggauliku.
Tiada rasa ngilu lagi. malah kurasakan amat nyaman berada
di
dekapan Alfi. Tubuh kecil Alfi masih berada di atas tubuhku
tanpa
melepaskan kemaluannya. Alfipun mencumbuku dengan mesra
sambil tangannya mengelus-elus seluruh tubuhku yang halus
bahu, dada, dan leherku yang jenjang yang basah oleh keringat
dikecupinya dengan mesra. Tubuhku tergolek tak berdaya
sesaat,
mataku yang terpejam dengan penuh cinta, seraya
memberikan
kecupan hangat. Dibiarkannya aku menikmati sisa-sisa
kenikmatan
orgasme yang hebat. Juga memberi kesempatan menurunnya
nafsu
yang kurasakan.
"Kak Nadin maafin Alfi ya kak"
"Ngga pa pa Fi..kakak juga sudah bisa menikmati tadi."
Aku merasakan kepuasan bersebadan dengan Alfi meski harus
kehilangan kesucianku. Aku memandang wajahnya dari bawah
dengan pandangkan sendu .kami sama-nama sudah letih dan
kehabisan tenaga. Seiring waktu kemaluan Alfi kembali ke
ukuran
semula dan terlepas dari jepitan liangku. Saat itu barulah Alfi
rebah
tertidur sambil mendekap tubuhku. Kepalanya terkulai di
dadaku
*************************
Sudah seminggu Alfi menjadi 'suami'ku dan jujur saja aku
sangat
menikmati kehidupan seksku selama seminggu ini. Alfi benar-
benar
pemuda yang sangat perkasa, kehebatannya memuaskanku di
atas
ranjang membuatku betul-betul ketagihan merasakan
nikmatnya
sodokkan penisnya yang besar dan panjang. Ia membuatnya
tergila-gila dan aku mau melakukan apa saja yang ia inginkan.
Jika
nafsu birahi sedang memuncak, aku tak segan-segan
memintanya
menyetubuhiku. Aku sudah tak perduli lagi kalau Alfi adalah
anak
bau kencur atau bukan. Selama seminggu ini liang vaginaku
selalu
disiramnya dengan sperma segar. Dan entah berapa kali aku
menahan jeritan karena kenikmatan luar biasa yang ia berikan.
Walaupun semalam-malaman sudah puas menjilat,
menghisap, dan
mencium sepasang payudaraku. Alfi selalu meremasnya lagi
jika
ingin berangkat sekolah saat pagi hari, katanya sich buat
menambah semangat. Aku tak mau melarang karena aku juga
menikmati semua perbuatannya itu, walau akibatnya aku
harus
merapikan bajuku lagi. Hari demi hari aku selalu melakukan
itu
hingga aku jarang pulang ke rumah. Mamaku tidak pernah
mempermasalahkannya, sebab ia tahu aku tinggal bersama
kedua
sahabatku. Dua bulan berselang tamu bulananku tak kunjung
datang, Sandra dan Dian membawaku ke dokter Lila, darinya
ternyata aku dinyatakan positif hamil. Hal ini disambut
gembira
Sandra, betapa tidak, ia dan Didit, suaminya sudah berusaha
agar
bisa hamil oleh Alfi namun ternyata akulah yang duluan hamil
walau paling terakhir ditiduri Alfi. Kini kami bersama tengah
menanti kelahiran bayiku dan Alfi.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.