Selasa, 03 Maret 2015

NIGHTMARE CAMPUS 9The Sweet Revenge

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul enam kurang seperempat, di
luar sana langit sudah hampir gelap dan hujan masih turun cukup
lebat. Diana (28 tahun) sedang mengoreksi hasil penelitian mahasiswa-
mahasiswanya sendirian di laboratorium teknik industri. Wajahnya
tersenyum manis saat membaca sebuah SMS yang masuk ke ponselnya
yang bertuliskan, "Baru sampai di Bangkok nih say, jaga diri di rumah
yah, I luv u". Pesan itu dari suaminya yang sedang dalam perjalanan
bisnis ke luar negeri, diapun lalu membalasnya dengan kata-kata
mesra pula lalu melanjutkan koreksiannya yang tinggal sedikit lagi. Ya,
Diana adalah seorang dosen muda di Universitas ****** baru setahun
mengajar sepulang dari Jerman menyelesaikan S2nya. Seorang wanita
yang cantik, mandiri, dan pintar. Delapan bulan yang lalu dia baru saja
mengakhiri masa lajangnya dengan seorang teman kuliahnya dulu,
eksekutif muda tampan berusia 30 tahun bernama Alex, mereka saling
mencintai tapi belum berencana mempunyai anak dulu karena
kesibukan masing-masing. Kecantikannya dengan rambut ikal
kecoklatan sebahu dan tubuh ideal berpayudara 32B serta kulitnya
yang putih mulus menarik perhatian para mahasiswa, mereka
mengagumi kecantikan dan kepintarannya, mereka bilang wajahnya
mirip Olga Lidya, artis lokal berwajah oriental itu, beberapa bahkan
sering menjadikannya objek fantasi seks mereka dan membayangkan
lekuk-lekuk tubuhnya saat memberi kuliah, terutama kalau sedang
memakai baju yang ketat sehingga menonjolkan bentuk tubuhnya yang
indah itu.
Ketika sedang larut dalam koreksiannya tiba-tiba terdengar pintu
diketuk, sehingga dia terpaksa meninggalkan sejenak pekerjaannya
untuk membukakan pintu. Ternyata yang datang Imron, si karyawan
kampus buruk rupa itu.
"Malam Bu, masih belum pulang yah, boleh saya mau nyapu dulu ?"
sapanya.
"Ooo...silakan Pak, saya juga sebentar lagi selesai, cuma lagi ngoreksi
aja kok" katanya sambil mempersilakan pria itu masuk.
Diana kembali ke mejanya dan Imron mulai menyapu, sambil bekerja
matanya sesekali memandangi wanita itu, diperhatikannya wajah ayu
itu yang sedang memakai kacamata yang menambah keanggunannya,
rambutnya saat itu sedang diikat ke belakang sehingga
memperlihatkan lehernya yang jenjang. Tatapan mata Imron seolah
menembus tubuh Diana yang terbungkus kemeja kuning dan rok hitam
selutut. Tak lama kemudian terdengar pintu diketuk lagi. Saat Diana
mau bangkit berdiri, Imron yang menyapu dekat situ sudah terlebih
dulu membukakan pintu itu.
"Sore Bu !" Jesslyn (eps. 2) memberi salam.
"Sore, ada apa ?"
"Nngg...saya mau konsultasi sebentar, boleh ga ?"
"Tentang masalah apa ?"
"Sebenarnya sih bukan masalah kuliah, mmm...coba Ibu nyalain
bluetooth Ibu bentar, soalnya saya punya sesuatu yang penting buat
Ibu" kata Jesslyn sambil menarik sebuah kursi dan duduk di depan
Diana.
"Kalau bukan masalah kuliah apa ga sebaiknya dibicarakan nanti saja,
saya lagi sibuk sekarang !"
"Tapi Bu, ini penting loh jadi ga bisa dilewatin gitu aja, ayolah Bu
sebentar aja !" Jesslyn terus memohon.
Dengan agak kesal, Diana menyalakan juga bluetooth pada ponselnya
karena dia juga penasaran dengan apa yang dibilang penting oleh
mahasiswinya itu.
"Kenapa ga kamu kasih liat langsung aja sih, biar cepet !" kata Diana.
"Eehh...tenang dong Bu, kan biar Ibu bisa liat di HP punya sendiri
juga !" jawab Jesslyn sambil menunggu file itu ditransfer.
'Bip' terdengar suara dari ponsel Diana setelah file selesai ditransfer.
Buru-buru dia membuka file itu ingin tahu apa isinya. Betapa kagetnya
dia ketika melihat video klip yang menampilkan gambar dirinya sedang
mandi, wajahnya juga jelas tersyuting. Dia ingat betul adegan itu pasti
disyuting dua hari lalu ketika mandi di kamar mandi setelah selesai
berenang di kolam renang tidak jauh dari sini yang masih milik
kampus. Waktu itu selain dia di kamar mandi terbuka itu juga ada
beberapa gadis lain yang juga mahasiswi kampus ***** termasuk
Jesslyn. Teringat lagi, saat itu Jesslyn sedang bersandar di dekat
pintu kamar mandi sambil berbicara dengan ponselnya, barulah dia
sadar ternyata Jesslyn saat itu hanya pura-pura bicara sambil
mengarahkan lensa cameraphonenya yang bisa digerakkan ke arahnya
dan mengabadikannya dalam bentuk video clip. Wajah Diana memerah
karena marah dan malu, namun dia tetap berusaha menahan emosinya
agar tidak sampai menggebrak meja atau bahkan menampar Jesslyn
karena di situ masih ada Imron.
"Apa maksudnya ini !" katanya dengan geram.
"Ga ada maksud apa-apa kok, yah supaya cowok-cowok yang ngefans
sama Ibu juga bisa lebih ngenal Ibu luar dalam hihihi !" jawab Jesslyn
asalan sambil senyum-senyum.
"Ayo ikut saya, kita bicara di luar aja !" Diana bangkit berdiri lalu
menarik lengan Jesslyn hendak menyeretnya keluar.
"Lepasin !" Jesslyn menyentak lengannya "Kalau mau bicara kenapa
harus jauh-jauh Bu, disini aja napa? Malu kalau Pak Imron tau yah ?!"
katanya dengan nada menantang.
"Jesslyn..!!" bentak Diana marah melihat tingkah mahasiswinya yang
makin kurang ajar ini, apalagi membuka masalah ini di depan penjaga
kampus.
"Oh iya, omong-omong Pak Imron udah ngeliat kok, ya kan Pak !"
"Ooo rekaman itu yah, bagus loh bodynya Bu Diana, jadi pengen liat
aslinya juga !" sahut Imron dari belakang Diana.
"A-apa-apaan ini !" wajah Diana nampak bingung pandangannya
berpindah-pindah antara Jesslyn di hadapannya dan Imron yang tidak
jauh di belakangnya.
Belum hilang rasa kagetnya tiba-tiba Imron mendekap tubuhnya dari
belakang.
"Hentikan ! kalian mau apa !" jerit Diana sambil meronta-ronta "Jess,
kamu jangan keterlaluan yah !"
Jesslyn tersenyum mendekati dosennya itu dan 'plak' dia mendaratkan
sebuah tamparan pada pipi kiri Diana sampai kacamatanya terlempar.
"Ini untuk minggu lalu mempermalukan saya di kelas !" kata Jesslyn.
Jesslyn sakit hati karena waktu itu ketika mengikuti kuliah Diana, dia
sedang ngobrol dan cekikikan dengan temannya di belakang. Diana
yang merasa terganggu menegurnya dan menyuruh keluar ruang kuliah.
Jesslyn protes dengan nada bicara tidak sopan sehingga membuat
Diana naik darah dan menamparnya di hadapan mahasiswa sekelas.
Dengan rasa marah dan malu, Jesslyn keluar dari kelas sambil
memegangi pipinya. Di luar, dia bertemu Imron yang memberinya
isyarat mengajak berhubungan badan. Merekapun melakukannya secara
quicky di sebuah gudang. Dengan hanya membuka pakaian seperlunya,
Imron menggenjoti Jesslyn, satu tanganya memegangi paha kanannya
yang terangkat dan mulutnya melumat bibir gadis itu. Tidak sampai
sepuluh menit Imron sudah menyemprotkan spermanya di vagina
Jesslyn. Saat itulah terbesit di pikiran Jesslyn sebuah cara untuk
membalas perlakuan dosennya barusan. Diapun mengutarakan ide ini
pada Imron. Sebagai seorang yang sudah berpengalaman dalam hal-
hal seperti ini, Imron memberi masukan pada Jesslyn tentang apa saja
yang harus dilakukan untuk menjalankan rencana balas dendam itu.
Seringai licik mengembang di wajah Jesslyn mendengar masukan dari
Imron.
"Bapak emang hebat, kalau berhasil Bapak bakal saya kasih bonus !"
katanya.
"Hehehe, ga apa-apa asal Non dan dosen Non itu mau ngelayanin
Bapak aja itu udah lebih dari bonus kok" kata Imron sambil meremas
payudaranya.
Setelah membereskan pakaiannya, mereka pun keluar dari tempat itu
secara terpisah. Jesslyn mengintai gerak-gerik Diana selama beberapa
hari sambil mencari-cari kesempatan bagus untuk mengambil
gambarnya dalam pose memalukan. Penantian Jesslyn pun tidak sia-
sia, kesempatan itu datang ketika Diana berenang di kolam renang
milik kampus. Di kamar mandi kolam renang itu, Jesslyn merekam
adegan Diana yang sedang diguyur shower sambil pura-pura bicara
dengan cameraphonenya.
"Dikirain enak apa ditampar kaya gitu di depan kelas, sekarang saatnya
saya buat perhitungan sama Ibu, o yah...by the way saya juga sebel
tuh punya dosen yang sok cantik yang suka berlagak jadi idola semua
mahasiswa !" kata Jesslyn sambil menjambak rambut Diana yang
dikuncir.
"Kurangajar kamu Jess, kamu tau apa yang kamu lakukan !" Diana
menatap tajam mahasiswinya ini.
"Non Jesslyn itu temen saya Bu, jadi kalau Ibu nampar Non Jesslyn
berarti juga berurusan sama saya !" kata Imron dekat telinganya.
"Calm down Bu, saya ga sejahat itu kok, rekaman Ibu ini baru saya
sama Pak Imron aja yang tau, tapi kalau Ibu ngelawan, saya kuatir
satu kampus bakal tau semua, atau mungkin saya masukin internet
biar semua bisa liat body Bu Diana yang seksi ini !" kata Jesslyn.
Ketakutan mulai melanda Diana yang posisinya makin tidak
menguntungkan.
"Jangan lakukan itu...kamu mau apa dari saya ?!"
"Saya cuma mau ngebagi kecantikan Ibu dengan Pak Imron, saya jamin
Ibu bakal lebih puas daripada ML sama suami Ibu" jawab Jesslyn
dengan tangan meraba payudara dosennya itu.
"Jangan, ini gila, lepasin saya tolong....To...mmmhhh !" dengan sigap
Imron membekap mulut Diana begitu dia mau berteriak.
"Teriak...teriak aja Bu ayo ! buka mulutnya Pak, supaya orang lain
datang dan melihat rekaman ini, kebayang ga sih jadinya apa ?"
tantang Jesslyn.
"Jangan...jangan...saya mohon jangan sebarkan itu Jess !" Diana mulai
mengiba dan matanya mulai berkaca-kaca.
Tangan Jesslyn mulai bergerak membuka kancing kemeja Diana
sehingga branya yang berwarna krem mulai terlihat. Imron langsung
menyusupkan tangannya ke dalam cup bra itu menyentuh
payudaranya.
"Hehehe...montok banget yah toked ibu, udah ada susunya belum nih,
Ibu udah beranak belum ?" kata Imron.
"Belum lah Pak, Bu Diana kan belum lama nikah, atau mungkin suami
ibu ga bisa ngasih anak atau ga bisa muasin ibu ?" ejek Jesslyn
dengan wajah puas karena berhasil membalaskan dendamnya.
Diana tertunduk lemas, air mata mengalir membasahi wajahnya tanpa
dapat dibendung.
"Jangan...saya mohon...hentikan !" ucapnya sambil terisak ketika
tangan Imron mulai mengangkat roknya.
Desiran angin malam terasa menerpa pahanya yang tersingkap, rasa
dingin itu lalu berubah menjadi hangat seiring bulu-bulunya yang
merinding ketika tangan kasar itu mengelusi paha itu terus makin ke
atas hingga menyentuh bagian kemaluannya yang masih tertutup
celana dalam.
"Silakan dinikmati sepuasnya Pak, saya jadi penonton aja dulu" sahut
Jesslyn sambil mundur lalu mendudukkan pantatnya di meja terdekat
untuk menikmati balas dendamnya.
Tangan Imron mempreteli sisa kancing bajunya sehingga baju itu
terbuka sudah memperlihatkan payudaranya yang masih tertutup bra
dan perutnya yang rata. Sedangkan tangannya yang satu lagi mulai
menyusup lewat atas celana dalamnya. Diana memang sempat
menahan tangan pria itu namun tenaganya tidak cukup kuat,
permintaannya agar Imron tidak meneruskan perbuatannya tidak
dihiraukan olehnya.
"Nnngghh...!" desahnya begitu tangan itu akhirnya masuk ke balik
celana dalamnya dan menyentuh permukaan kemaluannya yang
ditumbuhi bulu.
Diana merasa jijik dan terus meronta berusaha menghalangi Imron
menggerayangi bagian-bagian terlarangnya. Namun semua itu sia-sia
saja menghadapi maniak seks yang sedang kalap ini, apalagi ditambah
intimidasi rekaman bugilnya akan disebarluaskan kalau tidak menuruti
kemauan pria ini. Lelah meronta dan mulai terangsang karena
permainan jari Imron di balik celana dalamnya, Dianapun pasrah.
Mengetahui mangsanya telah takluk, Imron membaringkan tubuh Diana
pada meja panjang yang biasa dipakai untuk praktikum. Imron
mengambil posisi diantara kedua kaki Diana yang terjuntai dari lutut ke
bawah, kemudian dengan kasar dia melucuti celana dalamnya.
"Weleh-weleh seksi banget, sudah lama saya pengen liat ke dalam
sini" sahut Imron sambil memandangi daerah kemaluan Diana yang
ditumbuhi bulu yang dicukur rapi membentuk segitiga.
Bibir kemaluan Diana masih nampak rapat dan kencang. Wajah Imron
kini makin mendekati daerah itu, aroma kemaluannya semakin terasa
dan membuatnya makin bergairah. Sementara mata Diana terpejam dan
masih mengeluarkan air mata, tapi mendadak matanya melebar disertai
desahan dari mulutnya ketika lidah kasar pria itu menyapu bibir
kemaluannya. Tangisan Diana makin menjadi dan memohon minta
dilepaskan, namun disaat yang sama dia pun tidak bisa
menyembunyikan gairahnya yang mulai naik.
Tubuh Diana mengejang dan berkelejotan ketika lidah Imron
menyentuh klitorisnya.
"Ooohh...!" tak terasa dia mendesah demikian karena merasakan jilatan
panjang pada klitorisnya yang membuatnya serasa melayang.
Diana merasakan ada suatu sensasi aneh dalam dirinya, walaupun jijik
dan tidak rela dia menginginkan pria ini terus melakukannya. Matanya
membeliak-beliak dan vaginanya semakin berlendir tanpa bisa
ditahannya. Tangan Imron juga turut bekerja merabai paha dan
pantatnya yang putih mulus itu.
"Ya Tuhan, kenapa begini, kenapa aku menikmati...ini perkosaan, tapi
kenapa...?" Diana bergumul hebat dalam batinnya, tidak rela tapi mau.
Sudah hampir seminggu dia tidak mendapat kehangatan dari suaminya
karena terlampau sibuk, bahkan semalam sebelum pergi ke luar negri,
mereka hanya sempat mandi bersama tanpa melanjutkan lebih jauh
karena Alex harus berangkat pagi-pagi sehingga harus cukup istirahat.
Sejujurnya Diana merasa tanggung sekali karena kemarin Alex hanya
melakukan pemanasan dengan 'menyusu' dan raba-rabaan saja tanpa
lanjutan, namun sebagai seorang istri yang pengertian dia pun tidak
mau memaksa. Kini ulah Imron itu seolah mengisi kekosongannya
kemarin, namun di lain pihak dia juga merasa berdosa dan kotor,
sungguh dirinya serasa terombang-ambing.
Setelah puas menjilati vagina Diana, Imron membuka celana sekaligus
celana dalamnya sehingga terlihatlah penisnya yang sudah menegang,
hitam dan panjang. Digenggamnya batang itu untuk diarahkan ke
vagina Diana. Hangat dirasakan Diana saat kepala penis itu menyentuh
bibir vaginanya disusul rasa geli yang ditimbulkan dari gesekan-
gesekan penis itu pada kemaluannya, hal ini menyebabkan birahi
Diana bangkit walau tak dikehendakinya. Tanpa memberikan
kesempatan untuk akal sehat Diana bekerja lagi, Imron menekan ujung
penisnya ke liang senggamanya. Dengan satu sentakan kasar batang
kemaluannya melesak ke dalam vagina Diana, spontan wanita itu pun
terbelakak matanya dan menjerit kesakitan, tubuhnya menegang
hingga melengkung ke atas menampakkan guratan tulang rusuknya.
Suara hujan deras di luar sana seolah menambah dramatis suasana,
sebuah senyuman puas nampak pada wajah Jesslyn karena berhasil
membalaskan sakit hatinya. Imron memompa penisnya dengan brutal
tanpa mengenal kasihan pada Diana yang baru kali ini menerima penis
yang sebesar itu.
"Hahaha...terus Pak, lebih hot lagi dong, jangan dikasih ampun, buktiin
dong Bapak lebih perkasa dari suaminya !" Jesslyn menyoraki
memanas-manasi situasi.
Tubuh Diana tergoncang-goncang di atas meja itu, mulutnya tak bisa
menahan desahan yang keluar, buah dadanya kini terekspos sudah
setelah Imron menyibakkan cup branya ke atas, sambil menggenjot
kedua tangannya meremasi sepasang payudara itu.
Imron menyodok-nyodok vagina Diana hingga menyentuh g-spot
Diana. Batang itu makin lancar keluar-masuk karena vagina Diana juga
makin licin oleh lendirnya. Perlahan diapun mulai terbiasa dan
perihnya berkurang. Imron lalu mengangkat tubuh Diana lewat
punggung hingga dia terduduk di tepi meja kemudian dipagutnya bibir
wanita itu.
"Tidak...ini tidak mungkin !" pikirnya setengah sadar "kenapa aku
menikmati perkosaan ini, tapi...tapi ini memang...enak...ahh...maaf-
maafkan aku Lex, maafkan aku"
Lidahnya terus saling belit dengan lidah pria itu sementara batinnya
mengalami konflik, ekspresi itu diungkapkannya dalam butiran air mata
yang masih menetes di wajahnya. Darah dalam tubuhnya mengalir
makin cepat, akal sehatnya mulai tertutup oleh naluri seks yang liar
karena keperkasaan penis penjaga kampus ini serta kelihaiannya
mempermainkan nafsu wanita. Walaupun udara di luar makin dingin
disertai angin kencang dan guntur, suasana di ruangan itu makin
panas, Jesslyn yang menonton juga mulai terangsang oleh adegan
tersebut, nampak dia menggesek-gesekkan pahanya dan kemaluannya
terasa basah. Imron merubah lagi posisi mereka, kali ini Diana
diturunkan dari meja dengan posisi menungging dan tubuh bagian
atasnya tiduran di meja, sementara Imron menyodokinya dari belakang.
Jesslyn bangkit dari kursi dan mendekati Imron yang sedang asyik
menghujam-hujamkan penisnya ke vagina Diana. Dia membisikkan
sesuatu pada pria itu, entah apa pembicaraannya, Imron hanya
mengangguk dan Jesslyn menyeringai jahat lalu keluar dari ruangan
itu. Sementara itu Imron terus menggenjot Diana, tusukan-tusukannya
makin keras sehingga tubuh Diana tersentak-sentak dan jeritan-jeritan
tertahan keluar dari mulutnya. Tanpa sadar Diana juga menggoyangkan
pinggulnya mengikuti irama genjotan Imron, dia merasakan kenikmatan
yang berbeda yang dari yang biasanya. Diana pasrah tubuhnya
diapakan saja oleh penjaga kampus itu.
"Ooooohhhh....aaahhh !!" Diana mendesah panjang dan tubuhnya
bergetar hebat, dia merasakan cairan vaginanya seperti tumpah semua.
Imron masih terus melancarkan serangannya, cairan yang meleleh dari
vagina Diana makin melicinkan gerakan penisnya sehingga otomatis
sodokannya pun makin cepat, terdengar bunyi decak cairan setiap
penis itu menyodoknya. Berangsur-angsur tubuh Diana melemas
kembali setelah klimaks panjang yang luar biasa itu, dengan Alex pun
dia belum pernah klimaks seperti ini. Imron menurunkan tempo
permainannya, dia tidak ingin buru-buru keluar.
"Ibu emang enak banget dientot !" komentarnya kemudian mulutnya
nyosor ke depan dan memagut bibir Diana.
Diana yang masih lemas tidak kuasa menolak ciuman itu, malah dia
membalas sapuan lidah Imron dengan bergairah.
Imron mencumbui Diana sambil terus menggerayangi tubuhnya. Tiba-
tiba pintu dibuka sehingga membuat Diana terkejut dan refleks
melepas ciumannya.
"Wah, wah, asyik bener lagi ujan-ujan gini ada yang bisa angetin
badan, sama bu dosen toh kali ini Ron !" ujar Pak Kahar, si satpam
kampus di ambang pintu, di belakangnya nampak satpam lainnya yang
bernama Encep dan Jesslyn, rupanya dia tadi keluar untuk memanggil
mereka agar ikut mengerjai dosennya itu.
Diana sangat malu dipergoki dalam keadaan seperti itu, dia mencoba
melepaskan diri atau setidaknya menutupi daerah terlarangnya, akan
tetapi kedua tangannya ditelikung ke belakang oleh Imron sehingga
tubuhnya yang sudah terbuka sana-sini itu terlihat oleh kedua pria
yang baru datang itu.
"Asyik nih, gua udah lama naksir sama bu dosen ini, akhirnya ada juga
kesempatan ngewein dia hehehe !" sahut Encep.
Kedua satpam itu menatapi tubuh Diana dari atas sampai bawah
dengan pandangan bernafsu. Diana sangat takut dan jijik melihat
reaksi mereka memandangi dirinya.
"Jess kamu...kamu mau apa lagi ?" tanya Diana dengan suara bergetar.
"Hehe, Ibu ga usah kuatir gitu, saya kan tadi ngeliat Ibu enjoy banget
digituin sama Pak Imron, saya kira Ibu suka main sama orang-orang
seperti bapak-bapak ini makannya saya panggil mereka supaya Ibu
lebih puas, apa saya masih kurang baik ?" kata Jesslyn dengan nada
mengejek.
"Jangan...tega-teganya kamu, ini kelewatan...saya nggak mau !" Diana
menggelengkan kepala dengan wajah berlinang air mata, wajahnya
sangat memelas.
"Mendingan Ibu nurut aja deh, Ibu gak mau kan rekaman ini ketauan
suami Ibu atau anak-anak sekampus ?" ancam Jesslyn dengan
menjambak kuncir rambut dosennya.
Dianapun menyerah, dia memilih lebih baik tubuhnya dinikmati ketiga
pria bejat ini daripada rekaman dirinya tersebar, terlebih ketika dikerjai
Imron tadi Jesslyn sempat memotretnya beberapa kali dengan
cameraphonenya. Kalau semua itu tersebar entah harus bagaimana dia
menghadapi semua orang termasuk suaminya, akibatnya akan lebih
tragis daripada bunuh diri. Mereka menelanjanginya dan berdecak
kagum memperhatikan tubuh polosnya yang hanya menyisakan sepatu
hak, kalung dan cincin kawinnya.
"Wuih...mulus banget, bini gua ga ada apa-apanya deh kalo dibanding
satu ini !" sahut Pak Kahar sambil membelai payudara Diana.
"Asyik yah punya dosen kaya gini, saya juga pengen diajar sama Ibu"
timpal Encep meremasi pantatnya yang padat berisi.
Kemudian Diana disuruh duduk di bangku dengan dikelilingi ketiga pria
itu, mereka telah membuka celananya sehingga senjatanya yang sudah
menegang itu mengacung tegak seakan menodong ke arahnya. Diana
terhenyak melihat kemaluan mereka yang hitam besar, ngeri sekaligus
terangsang.
"Ayo Bu, silakan dipilih mana yang mau Ibu sepong duluan !" perintah
Imron dengan berkacak pinggang.
Diana menggeleng dan menghiba "Nggak...saya ga mau, tolong jangan
paksa saya !"
"Ayo emut !" Pak Kahar sepertinya sudah tidak sabar, dia memegangi
kepala Diana dan menempelkan penisnya ke wajah dan bibir wanita itu.
"Buka mulutnya Bu, kalau nggak besok satu kampus bakal ngeliat foto
Ibu, mau ?" kata Imron dengan kalem namun bernada ancaman.
Diana tidak ada pilihan lagi, dengan terpaksa dia mulai membuka
mulutnya dan Pak Kahar menekan penis itu ke dalam mulut mungilnya.
"Eit..eit...sabar dong Har, jangan main paksa gitu ke perempuan, biar
bu dosen ini yang milih kontol mana yang dia mau !" Imron
menghentikan temannya bersikap sok gentle.
"Jangan bengong aja dong Bu, mereka udah gak sabar tuh !" sahut
Jesslyn yang duduk di meja dekat situ.
Dengan tangan gemetar Diana menggenggam penis milik Encep yang
menurutnya lebih mudah masuk ke mulut karena walaupun panjangnya
mirip, diameternya lebih ramping diantara ketiganya. Dia memejamkan
mata dan menahan nafas ketika memasukkan penis dengan kepala
bersunat itu ke mulutnya.
"Huehehe...Ibu seneng sama saya yah, tuh buktinya kontol saya
diservis duluan !" celoteh Encep.
Diana tidak mempedulikan lagi ejekan itu, dia hanya ingin segera lepas
dari mereka. Maka setelah penis itu masuk ke mulutnya, dia mulai
mengulum dan menjilatinya sambil menahan rasa jijik.
"Oohh...yah...enak, sepongan Bu Diana emang emoy, oohh !" Encep
mendesah, tubuhnya blingsatan menahan gejolak nafsunya.
Sementara itu Imron meraih tangan kiri Diana dan meletakkannya pada
penisnya, Pak Kahar juga melakukan hal yang sama dengan tangan
kanan wanita itu. Ketika menggenggam penis Imron batang itu masih
agak basah oleh sisa lendir orgasme barusan.
"Saya juga dong Bu, jangan dia terus !" Pak Kahar yang sudah kebelet
menarik kepala Diana dan menjejalkan penisnya ke dalam mulutnya.
Diana semakin terhanyut oleh arus birahi, dia mengocok dan mengoral
ketiga penis itu secara bergantian. Tiba-tiba Diana merasakan kakinya
direnggangkan lalu disusul sebuah sapuan lidah pada bibir vaginanya
sehingga otomatis tubuhnya bergetar. Rupanya di bawah sana Encep
sedang berjongkok dan mengoral vaginanya. Imron yang penisnya
sedang dikulum juga sedang meremas-remas payudaranya. Hal ini
membuat Diana semakin terangsang dan makin bersemangat mengulum
penis dua pria lainnya. Tak lama kemudian Imron menekan kepala
Diana sambil mendesah panjang, nampak dari pinggir bibir Diana
meleleh cairan seperti susu kental. Ya, Imron telah mencapai orgasme
di mulut Diana. Diana sendiri sebenarnya hendak melepaskan diri tapi
tenaganya tidak cukup kuat sehingga dia terpaksa menelan sperma
Imron yang kental dan beraroma menusuk. Baru kali ini dia menelan
cairan itu, sperma milik Alex pun tidak pernah dia telan dengan alasan
jijik.
Setelah klimaksnya reda, Imron baru melepaskan pegangannya dari
kepala Diana yang segera melepaskan emutannya dan terbatuk-batuk.
Reaksinya menunjukkan betapa jijiknya menelan cairan itu, namun ini
malah membuat ketiga pria itu tertawa-tawa.
"Hehehe...Ibu baru pernah negak peju yah ? gimana rasanya enak
kan ?" ejek Pak Kahar.
"Santai aja Bu, nelan peju gak bakal hamil kok" Imron menimpali
disusul gelak tawa mereka.
"Sudah Pak, tolong lepaskan saya sekarang" pinta Diana.
"Yee...masa saya belum dipuasin mau udahan !" kata Pak Kahar.
"Iya yang saya juga belum loh, pokoknya hari ini saya harus bisa
ngentot sama Ibu" timpal Encep.
"Betul Bu, Ibu kan udah bikin bapak-bapak ini kesengsem sama Ibu,
tanggung jawab dong sekarang, sapa suruh jadi dosen idola !" sahut
Jesslyn "Bapak-bapak jangan ragu, Bu Diana udah ikhlas kok kalian
apain juga hihihi"
Diana hanya bisa pasrah tubuhnya ditelentangkan di meja praktikum
oleh mereka.
"Sekarang giliran saya Bu, udah siap kan ?" Pak Kahar mengambil
posisi di pinggir meja sambil membentangkan kedua paha wanita itu.
Walaupun sudah basah dan licin, Diana tetap merasa kesakitan ketika
penis Pak Kahar yang sebesar lengan bayi itu melesak ke vaginanya
karena dia baru pernah merasakan yang sebesar itu. Diana merasakan
batang itu sangat menyesakkan, tonjolan-tonjolan uratnya terasa
menggesek dinding vaginanya yang menjepit benda itu dengan keras.
Tubuh Diana menggelinjang dan mulutnya mendesah menerima
sodokan-sodokan si satpam itu.
Sementara Imron di sebelah kirinya sibuk mengenyoti payudaranya dan
payudara yang kanan juga diremas-remas oleh Encep yang
melakukannya sambil melumat bibirnya. Karena akal sehatnya telah
kalah oleh birahi, tanpa sadar Diana melayani permainan lidah Encep.
Tak pernah terlintas di pikirannya dirinya akan terlibat seks liar dengan
cara gangbang seperti ini, dulu waktu kuliah di Jerman dia memang
sering mendengar seks seperti ini bahkan pernah seorang teman
bulenya mengajak ke undangan untuk pesta underground yang
ujungnya tidak jauh-jauh dari pesta orgy, namun dia selalu dengan
halus menolaknya karena merasa tidak pantas dan tidak sesuai dengan
adat timur. Kini dia harus mengalaminya dengan pria-pria kasar seperti
mereka. Tangan-tangan kasar itu berkeliaran menggerayangi bagian-
bagian sensitif tubuhnya. Kedua putingnya terus menerus dipelintir,
ditarik-tarik, dan dicupangi. Lekuk-lekuk tubuhnya yang indah dielusi
tanpa ada yang terlewat. Diana terus memejamkan matanya tidak ingin
melihat bagaimana ketiga pria kasar ini memperkosanya. Walau
sebenarnya dia mulai menikmati perlakuan mereka dia belum berani
menunjukkannya terang-terangan karena malu. Duapuluh menit
kemudian, Pak Kahar mengalami ejakulasi, dia mengakhirnya dengan
hujaman keras pada kemaluan Diana. Sambil melenguh dia
menembakkan spermanya di dalam vagina Diana. Pada saat hampir
bersamaan, Diana juga mengalami hal yang sama, tubuhnya
menggelinjang tak terkendali, erangan panjang sekali lagi keluar dari
mulutnya. Dia tidak bisa lagi menyembunyikan perasaan nikmat itu dan
harus diakui walaupun ini termasuk perkosaan kenikmatannya jauh
lebih dahsyat dibanding ketika bercinta dengan suaminya.
"Hhhh...ngghh...uenak... !" desah Pak Kahar seraya mencabut penisnya
dari vagina Diana, batang itu nampak basah oleh cairan hasil
persetubuhan mereka.
Encep menggantikan rekannya menyetubuhi Diana yang masih terkulai
lemas. Dia menggenjotnya tidak kalah brutal dari Pak Kahar apalagi
staminanya masih full. Melihat buah dada Diana yang ikut berguncang
itu dia sangat gemas sehingga meremasinya dengan keras, hal ini
menyebabkan desah kenikmatan Diana bercampur dengan rintihan
kesakitan. Pak Kahar menggeser kepala Diana hingga menggantung
dipinggir meja. Diana melihat dengan jelas penis hitam pria itu
mendekati wajahnya.
"Dibersihin Bu sekalian diemut sampe bangun lagi !" perintah Pak
Kahar.
Diana pun patuh membuka mulutnya untuk dimasuki penis satpam itu.
Pak Kahar merasa keenakan sekali saat penisnya menyentuh lidah dan
gigi Diana lalu dihangatkan oleh ludahnya. Naluri seksnya
membimbingnya menjilati dan mengisap penis itu tanpa menghiraukan
rasa jijik, lidahnya bergerak memutari kepala penis yang seperti
cendawan itu. Buah zakar itu sesekali menumbuk hidungnya karena
pria itu memaju-mundurkan pinggulnya perlahan seperti gerakan
bersetubuh. Saat itu Imron sedang menjilati tubuh mulusnya sambil
merasakan penisnya dikocok oleh wanita itu. Sungguh ketiga pria itu
seperti gerombolan serigala lapar yang sedang menyantap makanan
lezat.
"Dasar cewek, dimana-mana sama aja...gak perek gak dosen kalau
udah konak mah kaya gini nih !" ujar Pak Kahar yang sedang
menikmati penisnya dikulum Diana.
"Dosen kan juga manusia oi, kalau digituin konak dong, ya toh Bu
hehehe...!" timpal Imron sambil memelintir putingnya.
Diana tidak mempedulikan lagi ejekan-ejekan yang merendahkan
dirinya itu, dia terlampau hanyut dalam nafsunya dan sibuk mengoral
penis satpam itu. Semakin dikulum penis itu semakin mengeras dan
bangkit kembali sehingga mulutnya terasa makin sesak apalagi ketika
pemiliknya menekan hingga menyentuh tenggorokannya. Setelah
sepuluh menit baru Pak Kahar melepaskan penisnya. Diana langsung
mengambil udara segar sebanyak-banyaknya dan terbatuk-batuk.
"Sakit Pak...aahh...ahh...jangan keras-keras !" rintih Diana meminta
Encep mengurangi kebrutalannya menyodok vaginanya dan
remasannya yang kasar pada payudaranya.
Tubuhnya telah basah oleh keringat dan ludah para pria itu, di
payudara dan lehernya terlihat bekas-bekas cupangan yang memerah.
Bosan dengan posisi demikian, Encep kemudian melepas sejenak
penisnya dari vagina Diana kemudian dia duduk di sebuah kursi dan
memerintahkan Diana naik ke pangkuannya.
"Eh duduknya ngehadap sini dong biar saya juga kebagian !" Imron
menyuruhnya merubah posisi duduknya yang tadinya berhadapan
dengan Encep jadi memunggungi.
"Kenapa Ron, gua jadi susah dong ngisepin teteknya" protes si Encep.
"Ntar aja kalo gua udah puas lu boleh deh ngapain aja, gua sekarang
mau disepongin dulu, kecuali lu mau kontol gua deket muka lu"
Encep pun akhirnya nurut saja karena Imron lebih berkuasa dan dialah
yang mendapatkan wanita ini, sedangkan dirinya sendiri hanya
nimbrung saja.
"Sekarang Ibu goyang yah ayo !" kata Encep.
Diana melakukannya tanpa harus diperintah kedua kali karena dia
sudah terbawa kenikmatan ini dan merasa tanggung sebelum mencapai
klimaks. Pantatnya bergerak naik-turun disertai gerakan memutar
sehingga pria itu merasa penisnya seperti diperas.
"Uihh...asyik, ga kalah dari goyang ngebornya Inul deh, Bu Diana
emang emoy...oohh...terus dong dosen ngentot !" lenguh Encep
kenikmatan.
Encep menikmati goyangan Diana sambil mendekap tubuhnya,
tangannya meremasi payudaranya dari belakang. Leher Diana yang
jenjang itu dijilati dan digigit-gigit kecil hingga meninggalkan bekas
merah. Imron berdiri di hadapan mereka dengan tangan kiri
menggenggam penisnya dan tangan kanannya meraih dagu Diana,
kemudian dia menempelkan kepala penisnya ke bibir wanita itu. Tanpa
sadar Diana menggerakkan tangan meraih penis besar berurat itu,
tubuhnya bekerja secara otomatis mengikuti naluri seksnya.
Diana menjulurkan lidah menjilati lubang kencing Imron disertai
gerakan mengocok perlahan.
"Enak Bu....oohh sepong terus dosen lonte !" Imron mengerang sambil
memegangi kepala Diana.
Ketika sedang mengoral penis Imron, dia baru sadar bahwa orang yang
mengerjainya tinggal dua orang. Dia menggerakkan bola matanya dan
melihat ke samping dimana sayup-sayup terdengar desahan tertahan.
Jantungnya makin berdegub melihat di sana Pak Kahar yang tinggal
memakai kemeja satpamnya sedang berpelukan dengan Jesslyn,
keduanya berciuman dengan penuh nafsu. Rok Jesslyn sudah
tersingkap dan nampak tangan kasar pria itu sedang meremasi kedua
bongkahan pantatnya yang padat itu sementara Jesslyn menggenggam
batang penisnya. Jesslyn yang daritadi sudah terangsang oleh adegan
langsung di depannya itu menyambut baik ketika si satpam itu
mengajaknya melakukan hal itu. Jari-jari Pak Kahar menarik turun
celana dalamnya lalu dengan gerakan tiba-tiba diangkatnya tubuh
gadis itu dan didudukkan di tepi meja, sesudahnya dia melanjutkan
memeloroti celana dalamnya hingga lepas dan dilempar ke belakang.
Pria itu menarik sebuah bangku dan duduk disana tepat menghadap
kemaluan Jesslyn yang ditumbuhi bulu-bulu hitam lebat.
"Sshhh...!" desis Jesslyn begitu pria itu membenamkan wajahnya di
pangkal pahanya.
Jesslyn merasakan lidah kasar satpam itu menari-nari di dalam
vaginanya memberikannya sensasi geli yang nikmat sehingga dia tak
dapat menahan desahannya sambil menjepit kepala Pak Kahar dengan
sepasang paha mulusnya.
Pak Kahar menjulurkan tangannya menyingkap kaos Jesslyn beserta
cup branya ke atas. Dengan demikian dia dapat mempermainkan
payudara gadis itu sambil terus menjilati vaginanya. Di tempat lain,
Diana sedang sibuk menaik-turunkan tubuhnya di pangkuan Encep.
Pria itu sepertinya sudah mau mencapai puncak, terlihat dari
erangannya dan remasannya yang semakin gemas terhadap payudara
Diana, dia juga terkadang menekan-nekan tubuh Diana seolah
menginginkan penisnya menusuk lebih dalam.
"Ohh...saya mau ngecrot Bu, di dalam yah !" ujarnya.
Diana sebenarnya tidak rela sperma-sperma itu tertumpah di rahimnya
terlebih kalau sampai hamil gara-gara perkosaan ini, satu hal yang dia
syukuri adalah saat itu dia sedang tidak dalam masa subur. Tak lama
kemudian dia merasakan cairan hangat memenuhi bagian dalam
kewanitaannya, desahan dan deru nafas satpam itu juga terasa dekat
wajahnya. Dia terus menaik-turunkan tubuh hingga penis itu terasa
makin menyusut ke bentuk aslinya namun dia sendiri masih belum
mencapai puncak sehingga merasa ada yang kurang.
"Ayo, sama saya sekarang Bu !" Imron seolah bisa membaca
pikirannya, dia membantunya berdiri dan mendudukkannya di pinggir
meja.
Imron menusukkan penisnya ke vagina Diana, kali ini sudah tidak
sesulit waktu pertama tadi karena daerah itu sudah sangat licin dan
becek oleh cairan orgasme dan sperma kedua satpam yang barusan
menggumulinya.
Imron mulai menggenjot penisnya dengan cepat keluar masuk vagina
Diana.
"Aahh...oohhh...ahhh !" desah Diana dengan tubuh menggelinjang,
kedua pahanya melingkari pinggang Imron dan tangannya memeluk
erat tubuh pria itu.
Tiba-tiba dia merasa tubuhnya terangkat dari meja, ternyata Imron
memang telah menjauhkannya dari meja, hanya pahanya saja ditopang
oleh kedua tangan kokoh Imron. Secara refleks Diana makin
mempererat pelukannya kepada Imron dan kini tusukan-tusukan penis
Imron makin terasa olehnya, bahkan secara naluriah dia pun turut
menggoyangkan pinggulnya. Imron sangat gemas melihat payudara
Diana yang terguncang-guncang dan wajahnya yang makin bersemu
merah karena terangsang berat sehingga tempo genjotannya makin
bertambah. Sambil mengarungi lautan kenikmatan, Diana juga
menyaksikan Jesslyn yang kaos dan roknya telah tersingkap sedang
mengoral penis Encep yang duduk di bangku sementara dari
belakangnya Pak Kahar menggenjotinya dengan ganas.
"Enak kan Bu ? Hehehe...sama suami Ibu belum pernah seasyik gini
kan ?" ejek Imron.
"Iyah Pak...enak...ahhh...enak banget !" kata-kata itu meluncur begitu
saja dari mulut Diana yang tengah dilanda birahi tingkat tinggi.
Hampir duapuluh menit lamanya Imron menggenjot Diana dalam posisi
demikian. Diana takjub akan keperkasaannya, dengan suaminya dia
pernah mencoba posisi ini namun tidak bertahan lama karena gaya ini
memang memakan banyak tenaga untuk menggenjot dan menopang
berat badan sang wanita. Vagina Diana makin becek sehingga
terdengar bunyi berdecak setiap selangkangan mereka bertumbukan.
Sementara itu, tidak jauh dari situ Jesslyn sedang menikmati sodokan
Pak Kahar yang ganas. Sodokan itu cukup bertenaga sehingga tubuh
Jesslyn ikut bergetar, terkadang penis Encep yang sedang diemutnya
melesak lebih dalam dalam mulutnya. Pak Kahar juga menggerayangi
payudaranya yang tergantung itu. Encep merem-melek menikmati
belaian lidah Jesslyn pada penisnya.
"Gitu Non, enak...asoy, kaya surga !" gumamnya sambil membelai
rambut Jesslyn.
Sejak diperkosa Imron tiga bulan lalu Jesslyn memang telah tidak
malu-malu melakukannya dengan orang-orang semacam mereka.
Hasrat liar dalam dirinya telah mengalir bagaikan curahan air dari
bendungan yang bobol. Imron telah berhasil memunculkan sisi liar
dalam diri gadis itu. Selain dengan kedua satpam ini Jesslyn juga
pernah terlibat hubungan seks dengan si dosen bejat Pak Dahlan,
gerombolan tukang becak di dekat kampus, sekelompok anak STM,
dan lain-lain. Keliaran Jesslyn ini akan kita simak dalam nightmare
sidestory di lain waktu.
"Oohh...ohhh...saya nggak tahan lagi Pak, mau keluar !" desah Jesslyn
ketika merasa sudah diambang klimaks.
Mendengar itu Pak Kahar semakin bersemangat menggenjotnya hingga
akhirnya tubuh Jesslyn mengejang tak lama kemudian. Cairan
orgasmenya keluar deras sekali membasahi dan menghangati penis
Pak Kahar.
"Hihihi...asyik banget yah Non entotannya ?" sahut Encep melihat
reaksinya yang liar ketika orgasme.
Disaat yang sama Diana juga mencapai klimaks bersama Imron.
Tubuhnya mengejang dan mulutnya mengeluarkan erangan panjang.
Imron menyandarkan punggung wanita itu di tembok dan menurunkan
kaki kanannya karena saat itu Imron juga sudah mau keluar. Dia
menyusul sekitar setengah detik orgasme Diana, penisnya dia tekan
lebih dalam sambil melenguh panjang melepaskan spermanya di dalam
rahim wanita itu. Entah sudah berapa banyak cairan putih kental itu
yang tertumpah disana sehingga meluber keluar dan meleleh di daerah
paha sekitar selangkangannya. Setelah mereguk sisa-sisa orgasme
sambil berpelukan Imron memapah tubuh Diana yang masih lemas dan
membaringkannya di atas meja.
"Puas banget saya main sama Ibu, sekarang Ibu istirahat dulu, saya
mau muasin Non Jesslyn" katanya seraya memberikan ciuman pada
bibir wanita itu.
Akal sehat Diana berangsur-angsur pulih kembali, dia menyadari
betapa kotor dan berdosanya dirinya karena telah menikmati
persetubuhan laknat barusan. Perasaan bersalah pada suaminya
kembali melingkupi dirinya sehingga air matanya menetes. Setelah
merasa tenaganya cukup kembali Diana menjajakkan kakinya ke tanah
dan melangkah gontai ke sudut ruangan untuk memungut kacamatanya
yang terlempar. Untunglah benda itu tidak pecah, hanya gagangnya
sedikit bengkok. Diana tersentak ketika bangkit berdiri dan
membalikkan badan melihat Pak Kahar berdiri di belakangnya sambil
cengengesan, penisnya dalam keadaan ereksi.
"Hehehe...pake kacamata gitu Ibu juga tetap cantik, saya jadi gemes
deh !" kata Pak Kahar sambil meraih lengan Diana.
"Ehh...nggak Pak, sudah...cukup !" Diana melepaskan diri dari satpam
itu yang mencoba mendekapnya.
"Ayo dong, Ibu ini malu-malu aja padahal tadi keenakan gitu, iya kan
ngaku aja hehehe !" ejek Pak Kahar dengan terus melangkah mendekati
Diana yang berjalan mundur menghindarinya sambil menutupi tubuh
telanjangnya dengan tangan.
Pak Kahar akhirnya berhasil mendekap Diana di dekat jendela, tubuh
Diana yang menghadap kaca jendela dipepetnya hingga kedua
payudaranya yang montok itu menempel disana. Kalau saja hari masih
siang dan tidak hujan pemandangan itu sudah menjadi tontonan gratis
bagi orang-orang yang lalu lalang di taman belakang kampus itu.
Diana meronta dan meminta agar dilepaskan, namun Pak Kahar malah
meremasi pantatnya.
"Bagus Bu, pantat yang bagus, udah lama saya pengen pegang
akhirnya kesampaian juga, dapet ininya lagi !" kata Pak Kahar seraya
menggerakkan tangan satunya mengorek-ngorek vagina Diana.
Diana tak mampu berbuat banyak untuk melawannya terlebih tubuhnya
masih letih setelah digarap mereka tadi, dia bahkan mulai terangsang
lagi karena jari-jari si satpam yang mengais vaginanya, klitorisnya
yang dia temukan dia main-mainkan sedemikian rupa, digesek dengan
jarinya dan dipencet-pencet sehingga tubuh Diana bergetar seperti
tersengat listrik.
Pada saat yang sama Jesslyn sedang melakukan gaya woman on top
kepada Encep yang berbaring di lantai, pakaiannya yang sudah
tersingkap itu masih menempel di tubuhnya. Sambil menaik-turunkan
tubuhnya dia memberikan perlayanan mulut kepada penis Imron. Penis
hitam Imron dia jilati dari kepala sampai buah zakarnya. Reaksinya
sekarang sangat beda sekali dengan ketika pertama kali diperkosa
Imron dulu, kini dia memang sudah menjadi budak seks Imron yang
harus bersedia menuruti nafsu bejat si penjaga kampus itu. Tak lama
kemudian, Imron merasa cukup dengan oral seks itu, kemudian dia
menyuruh Jesslyn mencondongkan badan ke depan sehingga
pantatnya terangkat. Imron lalu mengarahkan penisnya ke dubur gadis
itu.
"Aakhh...pelan-pelan Pak...ngghh !" erangnya menahan rasa nyeri
karena jarang melakukannya secara anal.
Setelah Imron memasukkan penisnya ke pantat Jesslyn, ketiganya
mulai bergoyang lagi. Erangan kesakitan Jesslyn sekonyong-konyong
berubah menjadi erangan nikmat merasakan double-penetration itu. Si
Encep yang dibawahnya daritadi terus memain-mainkan payudara
Jesslyn yang menggiurkan. Tubuhnya tersentak-sentak dan mulutnya
mengap-mengap mengeluarkan desahan.
"Terus Pak...terus...ahh-ahh !" Jesslyn menceracau tak karuan.
"Oohh...abang mau keluar, enak banget Non uuhh !" Encep tiba-tiba
mengerang lebih panjang dan matanya merem-melek karena sudah mau
mencapai orgasme.
Jesslyn merasakan semprotan sperma Encep yang hangat di
vaginanya, tubuhnya terus naik-turun karena dia belum mencapai
puncak. Hal ini membuat Encep blingsatan karena penisnya terus
diremasi dinding vagina Jesslyn yang makin berkontraksi, mulutnya
yang agak monyong semakin monyong karena mengerang.
Jesslyn baru menyusul ke puncak sekitar lima menit kemudian, dia
mengeluarkan banyak sekali cairan kewanitaan sampai meleleh
membasahi selangkangannya dan selangkangan Encep. Imron pun saat
itu juga sudah mau keluar, dia mencabut penisnya dari dubur gadis itu
kemudian berdiri di depannya dengan tangan satu memegangi kepala
Jesslyn dan tangan lainnya mengocok penisnya. Lima detik saja penis
itu sudah menyemprotkan isinya membasahi wajah gadis itu. Imron
menjatuhkan pantatnya di bangku terdekat dan Jesslyn ambruk di atas
tubuh Encep dengan penis pria itu masih menancap di vaginanya.
Sementara di jendela sana, situasinya tidak kalah seru. Diana yang
merasa sudah makin mendekati puncak menggoyang-goyangkan
pinggulnya menyambut genjotan Pak Kahar. Tubuh Diana makin
terdorong ke depan, kedua lengan dan payudaranya makin menempel
di kaca, dari luar itu akan menciptakan pemandangan yang
menggairahkan. Jilatan si satpam pada daun telinga dan lehernya
makin membuat darahnya bergolak. Akhirnya Diana merasakan dari
dalam tubuhnya seperti mau meledak tanpa bisa ditahan lagi.
Erangannya terdengar nyaring seiring dengan tubuhnya yang
menegang. Pak Kahar semakin bernafsu menggenjoti Diana hingga
tubuh wanita itu mulai melemas kembali.
"Sekarang saya mau keluar di mulut Ibu, Ibu harus telen peju saya yah,
jangan sampe dimuntahin, awas !" katanya sebelum mencabut
penisnya.
Diana disuruh berlutut dan mulutnya dijejali penisnya yang basah itu.
Di dalam mulut dirasakannya kepala penis itu berdenyut-denyut
hingga sebentar kemudian mengeluarkan cairannya yang kental dan
hangat. Dengan terpaksa Diana menelan cairan itu karena tubuhnya
masih terlalu letih untuk menolak. Sebagian sperma itu meluber di
pinggir bibirnya dan meleleh ke leher membasahi kalung pemberian
suaminya ketika masih pacaran dulu. Diana memejamkan mata erat-
erat menahan rasa jijik namun disamping itu ada sensasi aneh
mengalir dalam dirinya. Dia baru pernah merasakan kenikmatan total
dalam berhubungan seks yang belum pernah dia dapatkan dari
suaminya. Orgasme Pak Kahar pun makin surut, dia akhirnya
melepaskan kepala Diana. Diana sendiri tersandar lemas di tembok
tepat di bawah jendela, lelehan sperma masih nampak pada pinggir
bibir, dagu dan lehernya, matanya menatap hampa ke depan.
"Nah gimana Bu, baru tau kan enaknya digangbang bapak-bapak ini !"
ejek Jesslyn yang sudah membereskan pakaiannya "dan Ibu tau kan
akibatnya kalau kejadian sekarang bocor, Ibu gak mau kan suami Ibu
sedih"
Di rumah Diana menangis sejadi-jadinya sambil merendam tubuh di
bathtub, dia merasa dirinya tidak beda dari pelacur, dia telah menjadi
budak seks Imron yang harus bersedia melayaninya kapan saja dan
dimana saja. Sejak itu pula dia selalu merasa persetubuhan dengan
suaminya ada yang kurang, kenikmatan yang didapat tidak sedahsyat
dengan si penjaga kampus dan kawan-kawannya itu. Sekalipun tetap
mencintai Alex dengan sepenuh hati, namun dia tidak bisa menolak
ajakan seks dari Imron yang dirasanya lebih nikmat, bahkan diam-diam
hati kecilnya menginginkannya.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.