Rabu, 18 Maret 2015

Andani citra 4 : Akibat Berenang Bugil

Akibat Berenang Bugil
Hari itu, sekitar jam 12 siang, aku baru saja tiba di vilaku di puncak.
Pak Imam, penjaga vilaku membukakan pintu garasi agar aku bisa
memarkirkan mobilku. Pheew...akhirnya aku bisa melepaskan kepenatan
setelah seminggu lebih menempuh UAS. Aku ingin mengambil saat
tenang sejenak, tanpa ditemani siapapun, aku ingin menikmatinya
sendirian di tempat yang jauh dari hiruk pikuk ibukota. Agar aku lebih
menikmati privacy-ku maka kusuruh Pak Imam pulang ke rumahnya
yang memang di desa sekitar sini. Pak Imam sudah bekerja di tempat
ini sejak papaku membeli vila ini sekitar 7 tahun yang lalu, dengan
keberadaannya, vila kami terawat baik dan belum pernah kemalingan.
Usianya hampir seperti ayahku, 50-an lebih, tubuhnya tinggi kurus
dengan kulit hitam terbakar matahari. Aku daridulu sebenarnya berniat
mengerjainya, tapi mengingat dia cukup loyal pada ayahku dan terlalu
jujur, maka kuurungkan niatku.
"Punten neng, kalau misalnya ada perlu, bapak pasti ada di rumah kok,
tinggal dateng aja" pamitnya
Setelah Pak Imam meninggalkanku, aku membereskan semua
bawaanku. Kulempar tubuhku ke atas kasur sambil menarik nafas
panjang, lega sekali rasanya lepas dari buku-buku kuliah itu. Cuaca
hari itu sangat cerah, matahari bersinar dengan diiringi embusan angin
sepoi-sepoi sehingga membuat suasana rileks ini lebih terasa. Aku
jadi ingin berenang rasanya, apalagi setelah kulihat kolam renang di
belakang airnya bersih sekali, Pak Imam memang telaten merawat vila
ini. Segera kuambil perlengkapan renangku dan menuju ke kolam.
Sesampainya disana kurasakan suasanya enak sekali, begitu tenang,
yang terdengar hanya kicauan burung dan desiran air ditiup angin.
Tiba-tiba muncul kegilaanku, mumpung sepi-sepi begini, bagimana
kalau aku berenang tanpa busana saja, toh tidak ada siapa-siapa lagi
disini selain aku lagipula aku senang orang mengagumi keindahan
tubuhku. Maka tanpa pikir panjang lagi, aku pun melepas satu-persatu
semua yang menempel di tubuhku termasuk arloji dan segala
perhiasan sampai benar-benar bugil seperti waktu baru dilahirkan.
Setelah melepas anting yang terakhir menempel di tubuhku, aku
langsung terjun ke kolam. Aahh...enak sekali rasanya berenang bugil
seperti ini, tubuh serasa lebih ringan. Beberapa kali aku bolak-balik
dengan beberapa gaya kecuali gaya kupu-kupu (karena aku tidak bisa,
hehe...)
20 menit lamanya aku berada di kolam, akupun merasa haus dan ingin
istirahat sebentar dengan berjemur di pinggir kolam. Aku lalu naik dan
mengeringkan tubuhku dengan handuk, setelah kuambil sekaleng
coca-cola dari kulkas, aku kembali lagi ke kolam. Kurebahkan tubuhku
pada kursi santai disana dan kupakai kacamata hitamku sambil
menikmati minumku. Agar kulitku yang putih mulus ini tidak terbakar
matahari, kuambil suntan oilku dan kuoleskan di sekujur tubuhku
hingga nampak berkilauan. Saking enaknya cuaca di sini membuatku
mengantuk, hingga tak terasa aku pun pelan-pelan tertidur. Di tepi
kolam itu aku berbaring tanpa sesuatu apapun yang melekat di
tubuhku, kecuali sebuah kacamata hitam. Kalau saja saat itu ada
maling masuk dan melihat keadaanku seperti itu, tentu aku sudah
diperkosanya habis-habisan.
Ditengah tidurku aku merasakan ada sesuatu yang meraba-raba
tubuhku, tangan itu mengelus pahaku lalu merambat ke dadaku. Ketika
tangan itu menyentuh bibir kemaluanku tiba-tiba mataku terbuka dan
aku langsung terkejut karena yang kurasakan barusan ternyata bukan
sekedar mimpi. Aku melihat seseorang sedang menggerayangi tubuhku
dan begitu aku bangun orang itu dengan sigapnya mencengkram
bahuku dan membekap mulutku dengan tangannya, mencegah agar
aku tidak menjerit. Aku mulai dapat mengenali orang itu, dia adalah
Muklas, si penjaga vila tetangga, usianya sekitar 30-an, wajahnya jelek
sekali dengan gigi agak tonggos, pipinya yang cekung dan matanya
yang lebar itu tepat di depan wajahku
"Sstt...mendingan neng nurut aja, di sini udah ga ada siapa-siapa lagi,
jadi jangan macam-macam !" ancamnya
Aku mengangguk saja walau masih agak terkejut, lalu dia pelan-pelan
melepaskan bekapannya pada mulutku
"Hehehe...udah lama saya pengen ngerasain ngentot sama neng !"
katanya sambil matanya menatapi dadaku
"Ngentot ya ngentot, tapi yang sopan dong mintanya, ga usah kaya
maling gitu !" kataku sewot
Ternyata tanpa kusadari sejak berenang dia sudah memperhatikanku
dari loteng vila majikannya dan itu sering dia lakukan daridulu kalau
ada wanita berenang di sini. Mengetahui Pak Imam sedang tidak di sini
dan aku tertidur, dia nekad memanjat tembok untuk masuk ke sini.
Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk ngeseks karena masih ingin
istirahat, namun elusannya pada daerah sensitifku membuatku BT
(birahi tinggi).
"Heh, katanya mau merkosa gua, kok belum buka baju juga, daritadi
pegang-pegang doang beraninya !" tantangku
"Hehe, iya neng abis tetek neng ini loh, montok banget sampe lupa
deh" jawabnya seraya melepas baju lusuhnya
Badannya lumayan jadi juga, walaupun agak kurus dan dekil, penisnya
yang sudah tegang cukup besar, seukuran sama punyanya si Wahyu,
tukang air yang pernah main denganku (baca Tukang Air, Listrik, dan
Bangunan).
Dia duduk di pinggir kursi santai dan mulai menyedot payudaraku yang
paling dikaguminya, sementara aku meraih penisnya dengan tanganku
serta kukocok hingga kurasakan penis itu makin mengeras. Aku
mendesis nikmat waktu tangannya membelai vaginaku dan
menggosok-gosok bibirnya.
"Eenghh...terus Klas...ooohh !" desahku sambil meremasi rambut
Muklas yang sedang mengisap payudaraku.
Kepalanya lalu pelan-pelan merambat ke bawah dan berhenti di
kemaluanku. Aku mendesah makin tidak karuan ketika lidahnya
bermain-main di sana ditambah lagi dengan jarinya yang bergerak
keluar masuk. Aku sampai meremas-remas payudara dan menggigit
jariku sendiri karena tidak kuat menahan rasanya yang geli-geli enak
itu hingga akhirnya tubuhku mengejang dan vaginaku mengeluarkan
cairan hangat. Dengan merem melek aku menjambak rambut si Muklas
yang sedang menyeruput vaginaku. Perasaan itu berlangsung terus
sampai kurasakan cairanku tidak keluar lagi, barulah Muklas
melepaskan kepalanya dari situ, nampak mulutnya basah oleh cairan
cintaku.
Belum beres aku mengatur nafasku yang memburu, mulutku sudah
dilumatnya dengan ganas. Kurasakan aroma cairan cintaku sendiri
pada mulutnya yang belepotan cairan itu. Aku agak kewalahan dengan
lidahnya yang bermain di rongga mulutku, masalahnya nafasnya agak
bau, entah bau rokok atau jengkol. Setelah beberapa menit baru aku
bisa beradapatasi, kubalas permainan lidahnya hingga lidah kami
saling membelit dan mengisap. Cukup lama juga kami berpagutan, dia
juga menjilati wajahku yang halus tanpa jerawat sampai wajahku
basah oleh liurnya.
"Gua ga tahan lagi Klas, sini gua emut yang punya lu" kataku
Si Muklas langsung bangkit dan berdiri di sampingku menyodorkan
penisnya. Masih dalam posisi berbaring di kursi santai, kugenggam
benda itu, kukocok dan kujilati sejenak sebelum kumasukkan ke mulut.
Mulutku terisi penuh oleh penisnya, itu pun tidak menampung
seluruhnya paling cuma masuk 3/4nya saja. Aku memainkan lidahku
mengitari kepala penisnya yang mirip helm itu, terkadang juga aku
menjilati lubang kencingnya sehingga tubuh pemiliknya bergetar dan
mendesah-desah keenakan. Satu tangannya memegangi kepalaku dan
dimaju-mundurkannya pinggulnya sehingga aku gelagapan.
"Eemmpp...emmphh...nngg...!!" aku mendesah tertahan karena nyaris
kehabisan nafas, namun tidak dipedulikannya. Kepala penis itu
berkali-kali menyentuh dinding kerongkonganku. Kemudian kurasakan
ada cairan memenuhi mulutku. Aku berusaha menelan cairan itu, tapi
karena banyaknya cairan itu meleleh di sekitar bibirku. Belum habis
semburannya, dia menarik keluar penisnya, sehingga semburan berikut
mendarat disekujur wajahku, kacamata hitamku juga basah kecipratan
maninya.
Kulepaskan kacamata hitam itu, lalu kuseka wajahku dengan tanganku.
Sisa-sisa sperma yang menempel di jariku kujilati sampai habis. Saat
itu mendadak pintu terbuka dan Pak Imam muncul dari sana, dia
melongo melihat kami berdua yang sedang bugil. Aku sendiri sempat
kaget dengan kehadirannya, aku takut dia membocorkan semua ini
pada ortuku.
"Eehh...maaf neng, bapak cuma mau ngambil uang bapak di kamar, ga
tau kalo neng lagi gituan" katanya terbata-bata
Karena sudah tanggung, akupun nekad menawarkan diriku dan berjalan
ke arahnya
"Ah...ga apa-apa Pak, mending bapak ikutan aja yuk !" godaku
Jakunnya turun naik melihat kepolosan tubuhku, meskipun agak gugup
matanya terus tertuju ke payudaraku. Aku mengelus-elus batangnya
dari luar membuatnya terangsang.
Akhirnya dia mulai berani memegang payudaraku, bahkan meremasnya.
Aku sendiri membantu melepas kancing bajunya dan meraba-raba
dadanya
"Neng, tetek neng gede juga yah...enak yah diginiin sama
bapak ?"sambil tangannya terus meremasi payudaraku.
Dalam posisi memeluk itupun aku perlahan membuka celana
panjangnya, setelah itu saya turunkan juga celana kolornya.
Nampaklah kemaluannya yang hitam menggantung, jari-jariku pun
mulai menggenggamnya. Dalam genggamanku kurasakan benda itu
bergetar dan mengeras. Pelan-pelan tubuhku mulai menurun hingga
berjongkok di hadapannya, tanpa basa-basi lagi kumasukkan batang
di genggamanku itu ke mulut, kujilati dan kuemut-emut hingga
pemiliknya mengerang keenakan
"Wah, Pak Imam sama majikan sendiri aja malu-malu !" seru si Muklas
yang memperhatikan Pak Imam agak grogi menikmati oral seks-ku.
Muklas lalu mendekati kami dan meraih tanganku untuk mengocok
kemaluannya. Secara bergantian mulut dan tanganku melayani kedua
penis yang sudah menegang itu. Tidak puas hanya menikmati
tanganku, sesaat kemudian Muklas pindah ke belakangku, tubuhku
dibuatnya bertumpu pada lutut dan kedua tanganku. Aku mulai
merasakan ada benda yang menyeruak masuk ke dalam vaginaku.
Seperti biasa, mulutku menganga mengeluarkan desahan meresapi inci
demi inci penisnya memasuki vaginaku. Aku disetubuhinya dari
belakang, sambil menyodok, kepalanya merayap ke balik ketiak hingga
mulutnya hinggap pada payudaraku. Aku menggelinjang tak karuan
waktu puting kananku digigitnya dengan gemas, kocokanku pada
penis Pak Imam makin bersemangat.
Rupanya aku telah membuat Pak Imam ketagihan, dia jadi begitu
bernafsu memperkosa mulutku dengan memaju-mundurkan pinggulnya
seolah sedang bersetubuh. Kepalaku pun dipeganginya dengan erat
sampai kesempatan untuk menghirup udara segar pun aku tidak ada.
Akhirnya aku hanya bisa pasrah saja disenggamai dari dua arah oleh
mereka, sodokan dari salah satunya menyebabkan penis yang lain
makin menghujam ke tubuhku. Perasaan ini sungguh sulit dilukiskan,
ketika penis si Muklas menyentuh bagian terdalam dari rahimku dan
ketika penis Pak Imam menyentuh kerongkonganku, belum lagi mereka
terkadang memainkan payudara atau meremasi pantatku. Aku serasa
terbang melayang-layang dibuatnya hingga akhirnya tubuhku
mengejang dan mataku membelakak, mau menjerit tapi teredam oleh
penis Pak Imam. Bersamaan dengan itu pula genjotan si Muklas terasa
makin bertenaga. Kami pun mencapai orgasme bersamaan, aku dapat
merasakan spermanya yang menyembur deras di dalamku, dari
selangkanganku meleleh cairan hasil persenggamaan.
Setelah mencapai orgasme yang cukup panjang, tubuhku berkeringat,
mereka agaknya mengerti keadaanku dan menghentikan kegiatannya.
"Neng, boleh ga bapak masukin anu bapak ke itunya neng ?" tanya Pak
Imam lembut
Saya cuma mengangguk, lalu dia bilang lagi "tapi neng istirahat aja
dulu, kayanya neng masih cape sih"
Aku turun ke kolam, dan duduk berselonjor di daerah dangkal untuk
menyegarkan diriku. Mereka berdua juga ikut turun ke kolam, Muklas
duduk di sebelah kiriku dan Pak Imam di kananku. Kami ngobrol sambil
memulihkan tenaga, selama itu tangan jahil mereka selalu saja
meremas atau mengelus dada, paha, dan bagian sensitif lainnya. Yang
satu ditepis yang lain hinggap di bagian lainnya, lama-lama ya aku
biarkan saja, lagipula aku menikmatinya kok.
"Neng, bapak masukin sekarang aja yah, udah ga tahan daritadi belum
rasain itunya neng" kata Pak Imam mengambil posisi berlutut di
depanku.
Dia kemudian membuka pahaku setelah kuanggukan kepala
merestuinya, dia arahkan penisnya yang panjang dan keras itu ke
vaginaku, tapi dia tidak langsung menusuknya tapi menggesekannya
pada bibir kemaluanku sehingga aku berkelejotan kegelian dan
meremas penis Muklas yang sedang menjilati leher di bawah telingaku.
"Aahh...Pak cepet masukin dong, udah kebelet nih !" desahku tak
tertahan
Aku meringis saat dia mulai menekan masuk penisnya. Kini vaginaku
telah terisi oleh benda hitam panjang itu dan benda itu mulai bergerak
keluar masuk memberi sensasi nikmat ke seluruh tubuh.
"Wah...seret banget memeknya neng, kalo tau gini udah daridulu bapak
entotin" ceracaunya
"Brengsek juga lu, udah bercucu juga masih piktor, gua kira lu alim"
kataku dalam hati
Setelah 15 menit dia genjot aku dalam posisi itu, dia melepas penisnya
lalu duduk berselonjor dan manaikkan tubuhku ke penisnya. Dengan
refleks akupun menggenggam penis itu sambil menurunkan tubuhku
hingga benda itu amblas ke dalamku. Dia memegangi kedua
bongkahan pantatku yang padat berisi itu, secara bersamaan kami
mulai menggoyangkan tubuh kami. Desahan kami bercampur baur
dengan bunyi kecipak air kolam, tubuhku tersentak-sentak tak
terkendali, kepalaku kugelengkan kesana-kemari, kedua payudaraku
yang terguncang-guncang tidak luput dari tangan dan mulut mereka.
Pak Imam memperhatikan penisnya sedang keluar masuk di vagina
seorang gadis 21 tahun, anak majikannya sendiri, sepertinya dia tak
habis pikir betapa untungnya berkesempatan mencicipi tubuh seorang
gadis muda yang pasti sudah lama tidak dirasakannya.
Goyangan kami terhenti sejenak ketika Muklas tiba-tiba mendorong
punggungku sehingga pantatku semakin menungging dan payudaraku
makin tertekan ke wajah Pak Imam. Muklas membuka pantatku dan
mengarahkan penisnya ke sana
"Aduuh...pelan-pelan Klas, sakit tau...aww !" rintihku waktu dia
mendorong masuk penisnya.
Bagian bawahku rasanya sesak sekali karena dijejali dua batang penis
besar. Kami kembali bergoyang, sakit yang tadi kurasakan perlahan-
lahan berubah menjadi rasa nikmat yang menjalari tubuhku. Aku
menjerit sejadi-jadinya ketika Muklas menyodok pantatku dengan
kasar, kuomeli dia agar lebih lembut dikit. Bukannya mendengar,
Muklas malah makin buas menggenjotku. Pak Imam melumat bibirku
dan memainkan lidahnya di dalam mulutku agar aku tidak terlalu ribut.
Hal itu berlangsung sekitar 20 menit lamanya sampai aku merasakan
tubuhku seperti mau meledak, yang dapat kulakukan hanya menjerit
panjang dan memeluk Pak Imam erat-erat sampai kukuku mencakar
punggungnya. Selama beberapa detik tubuhku menegang sampai
akhirnya melemas kembali dalam dekapan Pak Imam. Namun mereka
masih saja memompaku tanpa peduli padaku yang sudah lemas ini.
Erangan yang keluar dari mulutku pun terdengar makin tak bertenaga.
Tiba-tiba pelukan mereka terasa makin erat sampai membuatku sulit
bernafas, serangan mereka juga makin dahsyat, putingku disedot kuat-
kuat oleh Pak Imam, dan Muklas menjambak rambutku. Aku lalu
merasakan cairan hangat menyembur di dalam vagina dan anusku, di
air nampak sedikit cairan putih susu itu melayang-layang. Mereka
berdua pun terkulai lemas diantara tubuhku dengan penis masih
tertancap.
Setelah sisa-sisa kenikmatan tadi mereda, akupun mengajak mereka
naik ke atas. Sambil mengelap tubuhku yang basah kuyup, aku
berjalan menuju kamar mandi. Eh...ternyata mereka mengikutiku dan
memaksa ikut mandi bersama. Akhirnya kuiyakan saja deh supaya
mereka senang. Disana aku cuma duduk, merekalah yang menyiram,
menggosok, dan menyabuniku tentunya sambil menggerayangi. Bagian
kemaluan dan payudaraku paling lama mereka sabuni sampai aku
menyindir
"Wah...kok yang disabun disitu-situ aja sih, mandinya ga beres-beres
dong, dingin nih" disambut gelak tawa kami.
Setelah itu, giliran akulah yang memandikan mereka, saat itulah nafsu
mereka bangkit lagi, akupun kembali digarap di kamar mandi.
Hari itu aku dikerjai terus-menerus oleh mereka sampai mereka
menginap dan tidur denganku di ranjang spring bed-ku. Sejak itu
kalau ada sex party di vila ini, mereka berdua selalu diajak dengan
syarat jangan sampai rahasia ini bocor. Aku senang karena ada alat
pemuas hasratku, mereka pun senang karena bisa merasakan tubuhku
dan teman-teman kuliahku yang masih muda dan cantik. Jadi ada
variasi dalam kehidupan seks kami, tidak selalu main sama teman-
teman cowok di kampus. Lain hari aku akan menceritakan bagaimana
jahilnya aku mengerjai teman-teman kuliahku sehingga mereka jatuh
ke tangan Pak Imam dan Muklas dan juga pengalaman-pengalamanku
lainnya, harap sabar yah, soalnya kan aku juga sibuk tidak bisa
menulis terus.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.