Rabu, 18 Maret 2015

Andani citra 15: Pak RT-ku yang Nakal

Pak Hambali adalah ketua RT di daerah tempat aku tinggal. Ia sering
datang ke rumahku untuk keperluan menagih iuran daerah dan biaya
air ledeng. Dia adalah seorang pria berusia sekitar 50 tahunan dan
mempunyai dua istri. Benar kata orang bahwa dia ini seorang bandot
tua, buktinya ketika di rumahku kalau aku melewat didepannya,
seringkali matanya jelalatan melihat padaku seolah-olah matanya
tembus pandang ke balik pakaianku. Bagiku sih tidak apa-apa, aku
malah senang kalau tubuhku dikagumi laki-laki, terkadang aku
memakai baju rumah yang seksi kalau melewat di depannya. Aku yakin
di dalam pikirannya pasti penuh hal-hal yang jorok tentangku.
Pada suatu hari aku sedang di rumah sendirian. Aku sedang melakukan
fitness untuk menjaga bentuk dan stamina tubuhku di ruang belakang
rumahku yang tersedia beberapa peralatan fitness. Aku memakai
pakaian yang enak dipakai dan menyerap keringat berupa sebuah kaus
hitam tanpa lengan dengan belahan dada rendah sehingga buah
dadaku yang montok itu agak tersembul keluar terutama kalau sedang
menunduk apalagi aku tidak memakai BH, juga sebuah celana pendek
ketat yang mencetak pantatku yang padat berisi. Waktu aku sedang
melatih pahaku, tiba-tiba terdengar bel berbunyi, segera saja kuambil
handuk kecil dan mengelap keringatku sambil berjalan ke arah pintu.
Kulihat dari jendela, ternyata Pak Hambali yang datang, pasti dia mau
menagih biaya ledeng, yang dititipkan ayah padaku tadi pagi.
Kubukakan pagar dan kupersilakan dia ke dalam
"Silakan Pak duduk dulu ya, sambil nunggu saya ambil uangnya"
senyumku dengan ramah mempersilakannya duduk di ruang tengah
"Kok sepi sekali dik, kemana yang lain ?"
"Papa hari ini pulangnya malam, tapi uangnya udah dititip ke saya
kok, mama juga lagi arisan sama teman-temannya"
Seperti biasa matanya selalu saja menatapi tubuhku, terutama bagian
dadaku yang agak terlihat itu. Aku juga sadar kalau dadaku sempat
diintip olehnya waktu menunduk untuk menaruh segelas teh untuknya.
"Minum Pak" tawarku lalu aku duduk di depannya dengan
menyilangkan kaki kananku sehingga pahaku yang jenjang dan putih
itu makin terlihat. Nuansa mesum mulai terasa di ruang tamuku yang
nyaman itu
Dia menanya-nanyaiku sekitar masalah anak muda, seperti kuliah,
hoby, keluarga, dan lain-lain, tapi matanya terus menelanjangiku
"Dik Citra lagi olah raga yah, soalnya badannya keringatan gitu terus
mukanya merah lagi" katanya
"Iya nih Pak , biasa kan cewek kan harus jaga badan lah, cuma
sekarang jadi pegel banget nih, pengen dipijat rasanya, bapak bisa
bantu pijitin ga ?" godaku sambil mengurut-ngurut pahaku.
Tanpa diminta lagi dia segera bangkit berdiri dan pindah ke sebelahku,
waktu berdiri kuperhatikan ia melihat putingku yang menonjol dari
balik kausku, juga kulihat penisnya ngaceng berat membuatku tidak
sabar mengenggam benda itu.
"Mari Dik, kesinikan kakinya biar bapak pijat"
Aku lalu merubah posisi dudukku menjadi menyamping dan
menjulurkan kakiku ke arahnya. Dia mulai mengurut paha hingga
betisku. Uuuhh...pijatannya benar-benar enak, telapak tangannya yang
kasar itu membelai pahaku yang putih mulus membangkitkan birahiku.
Akupun mendesah-desah sambil menggigit bibir bawahku.
"Pijatan bapak enak ya Dik ?" tanyanya
"Iya Pak, terus dong...enak....emmhh !" aku terus mendesah
membangkitkan nafsu Pak Hambali, desahanku kadang kusertai
dengan geliat tubuh.
Dia semakin berani mengelus paha dalamku, bahkan menyentuh
pangkal pahaku dan meremasnya
"Enngghh...Pak !" desahku lebih kuat lagi ketika kurasakan jari-jarinya
mengelusi bagian itu
Tubuhku makin menggelinjang sehingga nafsu Pak Hambali pun
semakin naik dan tidak terbendung lagi. Celana sportku
dipelorotkannya beserta celana dalamku. "Aaww...!" aku berlagak kaget
sambil menutupi kemaluanku dengan telapak tanganku. Melihat
reaksiku yang malu-malu kucing ini dia makin gemas saja, ditariknya
celanaku yang sudah tertarik hingga lutut itu lalu dilemparnya ke
belakang, tanganku yang menutupi kemaluan juga dibukanya sehingga
kemaluanku yang berambut lebat itu tampak olehnya, klistorisku yang
merah merekah dan sudah becek siap dimasuki. Pak Hambali tertegun
beberapa saat memandangiku yang sudah bugil bagian bawah itu.
"Kamu memang sempurna Dik Citra, daridulu bapak sering
membayangkan ngentotin kamu, akhirnya hari ini kesampaian juga"
rayunya
Dia mulai melepas kemejanya sehingga aku dapat melihat perutnya
yang berlemak dan dadanya yang berbulu itu. Lalu dia membuka sabuk
dan celananya sehingga benda dibaliknya kini dapat mengacung
dengan gagah dan tegak. Aku menatap takjub pada organ tubuh itu,
begitu besar dan berurat aku sudah tidak sabar lagi menggenggam dan
mengulumnya. Pak Hambali begitu membuka pahaku lalu
membenamkan kepalanya di situ sehingga selangkanganku tepat
menghadap ke mukanya.
"Hhmm...wangi, pasti adik rajin merawat diri yah" godanya waktu
menghirup kemaluanku yang kurawat dengan apik dengan sabun
pembersih wanita.
Sesaat kemudian kurasakan benda yang lunak dan basah menggelitik
vaginaku, oohh...lidahnya menjilati klistorisku, terkadang menyeruak ke
dalam menjilati dinding kemaluanku. Lidah tebal dan kumisnya itu
terasa menggelitik bagiku, aku benar-benar merasa geli di sana
sehingga mendesah tak tertahan sambil meremasi rambutnya. Kedua
tangannya menyusup ke bawah bajuku dan mulai meremas buah
dadaku, jari-jarinya yang besar bermain dengan liar disana, memencet
putingku dan memelintirnya hingga benda itu terasa makin mengeras.
"Pak...oohh..saya juga mau...pak !" desahku tak tahan lagi ingin
mengulum penis itu.
"Kalau begitu bapak di bawah saja ya dik" katanya sambil mengatur
posisi kami sedemikian rupa menjadi gaya 69
Aku naik ke wajahnya dan membungkukkan tubuhku, kuraih benda
kesukaanku itu, dalam genggamanku kukocok perlahan sambil
menjilatinya. Kugerakkan lidahku menelusuri pelosok batang itu, buah
pelirnya kuemut sejenak, lalu jilatanku naik lagi ke ujungnya dimana
aku mulai membuka mulut siap menelannya. Oohh...batang itu begitu
gemuk dan berdiameter lebar persis seperti tubuh pemiliknya, sehingga
akupun harus membuka mulutku selebar-lebarnya agar bisa
mamasukkannya.
Aku mulai mengisapnya dan memijati buah pelirnya dengan tanganku.
Pak Hambali mendesah-desah enak menikmati permainanku,
sementara aku juga merasa geli di bawah sana, kurasakan ada gerakan
memutar-mutar di dalam liang vaginaku oleh jarinya, jari-jari lain dari
tangan yang sama mengelus-elus klistoris dan bibir vaginaku, bukan
itu saja, lidahnya juga turut menjilati baik anus maupun vaginaku.
Sungguh suatu sensasi yang hebat sekali sampai pinggulku turut
bergoyang menikmatinya, juga semakin bersemangat mengulum
penisnya. Selama 10 menitan kami menikmatinya sampai ada sedikit
terganggu oleh berbunyinya HP Pak Hambali. Aku lepaskan penisnya
dari mulutku dan menatap padanya.
Pak Hambali menyuruhku mengambil HP-nya di atas meja ruang tamu,
lalu dia berkata
"Ayo dik, terusin dong karaokenya, biar bapak ngomong dulu di
telepon"
Aku pun tanpa ragu-ragu menelan kembali penisnya. Dia bicara di HP
sambil penisnya dikulum olehku, tidak tau deh bicara dengan siapa,
emang gua pikirin, yang pasti aku harus berusaha tidak mengeluarkan
suara-suara aneh. Tangan satunya yang tidak memegang HP terus
bekerja di selangkanganku, kadang mencucuk-cucukkannya ke vagina
dan anusku, kadang meremas bongkahan pantatku. Tiba-tiba dia
menggeram sambil menepuk-nepuk pantatku, sepertinya menyuruhku
berhenti, tapi karena sudah tanggung aku malahan makin hebat
mengocok dan mengisap penis itu sampai dia susah payah menahan
geraman nikmatnya karena masih harus terus melayani pembicaraan.
Akhirnya muncratlah cairan putih itu di mulutku yang langsung saya
minum seperti kehausan, cairan yang menempel di penisnya juga saya
jilati sampai tak bersisa.
"Ngga kok...tidak apa-apa...cuma tenggorokkan saya ada masalah dikit"
katanya di HP
Tak lama kemudian dia pun menutup HP nya, lalu bangkit duduk dan
menaikkanku ke pangkuannya, tangan kirinya dipakai menopang
tubuhku.
"Wah...dik Citra ini bandel juga ya, tadi kan bapak udah suruh stop
dulu, eee...malah dibikin keluar lagi, untung ga curiga tuh orang"
katanya sambil mencubit putingku
"Hehehe...sori deh pak, kan tadi tanggung makannya saya terusin aja,
tapi bapak seneng kan" kataku dengan tersenyum nakal
"Hmm...kalo gitu awas ya sekarang bapak balas bikin kamu keluar nih"
seringainya, lalu dengan sigap tangannya bergerak menyelinap
diantara kedua pangkal pahaku. Jari tengah dan telunjuknya
menyeruak dan mengorek-ngorek vaginaku, aku meringis ketika
merasakan jari-jari itu bergerak semakin cepat mempermainkan
nafsuku.
Pak Hambali menurunkan kaos tanpa lenganku dari bahu dan
meloloskannya lewat lengan kananku, sehingga kini payudara kananku
yang putih montok itu tersembul keluar. Dengan penuh nafsu langsung
dia lumat benda itu dengan mulutnya. Aku menjerit kecil waktu dia
menggigit putingku dan juga mengisapnya kuat-kuat, bulatan mungil
itu serasa makin menegang saja. Dia membuka mulutnya lebar-lebar
berusaha memasukkan seluruh payudaraku ke mulutnya, di dalam
mulutnya payudaraku disedot, dikulum, dan dijilat, rasanya seperti
mau dimakan saja milikku itu. Sementara selangkanganku makin basah
oleh permainan jarinya, jari-jari itu menusuk makin cepat dan dalam
saja. Hingga suatu saat birahiku terasa sudah di puncak, mengucurlah
cairan cintaku dengan deras. Aku mengatupkan pahaku menahan rasa
geli di bawahku sehingga tangannya terhimpit diantara kedua paha
mulusku.
Setelah dia cabut tangannya dari kemaluanku, nampak jari-jarinya
sudah belepotan oleh cairan bening yang kukeluarkan. Dia jilati
cairanku dijarinya itu, aku juga ikutan menjilati jarinya merasakan
cairan cintaku sendiri. Kemudian dia cucukkan lagi tangannya ke
kemaluanku, kali ini dia mengelus-ngelus daerah itu seperti sedang
mengelapnya. Telapak tangannya yang penuh sisa-sisa cairan itu
dibalurinya pada payudaraku
"Sayang kalo dibuang, kan mubazir" ucapnya
Kembali lidahnya menjilati payudaraku yang sudah basah itu,
sedangkan aku menjilati cairan pada tangannya yang disodorkan
padaku. Tanganku yang satu meraba-raba ke bawah dan meraih
penisnya, terasa olehku batang itu kini sudah mengeras lagi, siap
memulai aksi berikutnya.
"Enggh...masukin aja Pak, udah kepingin nih"
Dia membalik tubuhku, tepat berhadapan dengannya, tangan kananya
memegangi penisnya untuk diarahkan ke vaginaku. Aku membukakan
kedua bibir vaginaku menyambut masuknya benda itu. Setelah
kurasakan pas aku mulai menurunkan tubuhku, secara perlahan tapi
pasti penis itu mulai terbenam dalam kemaluanku. Goyanganku yang
liar membuat Pak Hambali mendesah-desah keenakan, untung dia
tidak ada penyakit jantung, kalau iya pasti sudah kumat. Kaosku yang
masih menyangkut di bahu sebelah kiri diturunkannya sehingga kaos
itu menggantung di perutku dan payudara kiriku tersingkap. Nampak
sekali bedanya antara yang kiri yang masih bersih dengan bagian
kanan yang daritadi menjadi bulan-bulanannya sehingga sudah basah
dan memerah bekas cupangan.
Kedua tangannya meremas-remas kedua payudaraku, ketika
melumatnya terkadang kumisnya yang kasar itu menggesek putingku
menimbulkan sensasi geli yang nikmat. Lidahnya bergerak naik ke
leherku dan mencupanginya sementara tangannya tetap memainkan
payudaraku. Birahiku sudah benar-benar tinggi, nafasku juga sudah
makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta, kurasa bukan
pertama kalinya dia berselingkuh seperti ini. Aku merasa tidak dapat
bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku kutambah, lalu aku
mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil bermain lidah
dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar mulut,
eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau
keluar, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga penisnya
menghujam makin dalam dan vaginaku makin terasa sesak. Tubuhku
bergetar hebat dan jeritanku tak tertahankan lagi terdengar dari
mulutku, perasaan itu berlangsung selama beberapa saat sampai
akhirnya aku terkulai lemas dalam pelukannya.
Dia menurunkanku dari pangkuannya, penisnya terlihat berkilauan
karena basah oleh cairan cinta. Dibaringkannya tubuhku yang sudah
lemas itu di sofa, lalu dia sodorkan gelas yang berisi teh itu padaku.
Setelah minum beberapa teguk, aku merasa sedikit lebih segar, paling
tidak pada tenggorokkanku karena sudah kering waktu mendesah dan
menjerit. Kaosku yang masih menggantung di perut dia lepaskan,
sehingga kini aku bugil total. Sebelum tenagaku benar-benar pulih,
Pak Hambali sudah menindih tubuhku, aku hanya bisa pasrah saja
ditindih tubuh gemuknya. Dengan lembut dia mengecup keningku, dari
sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti di bibir, mulut kami
kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah, Pak Hambali
menempelkan penisnya pada vaginaku, lalu mendorongnya perlahan,
dan aahh...mataku yang terpejam menikmati ciuman tiba-tiba
terbelakak waktu dia menghentakkan pinggulnya sehingga penis itu
menusuk lebih dalam.
Kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan
pada dinding vaginaku. Buah dadaku saling bergesekan dengan
dadanya yang sedikit berbulu, kedua paha rampingku kulingkarkan
pada pinggangnya. Aku mendesah tak karuan sambil mengigiti jariku
sendiri. Sementara pinggulnya dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya
tak henti-hentinya melumat atau menjilati bibirku, wajahku jadi basah
bukan saja oleh keringat, tapi juga oleh liurnya. Telinga dan leherku
pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat lengan kananku ke atas
dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh...ternyata dia sapukan bibir
dan lidahnya di ketiakku yang halus tak berbulu itu, kumis kasar itu
menggelitikku sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli.
"Uuuhh..Pak...aakkhh...!" aku kembali mencapai orgasme, vaginaku
terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia akan segera
keluar, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang sedang
orgasme. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia
menghujamkan penisnya, cairanku sudah meleleh kemana-mana
sampai membasahi sofa, untung sofanya dari bahan kulit, jadi mudah
untuk membersihkan dan menghilangkan bekasnya. Tanpa melepas
penisnya, Pak Hambali bangkit berlutut di antara kedua pahaku dan
menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa memberiku istirahat dia
meneruskan mengocok kemaluanku, aku sudah tidak kuat lagi
mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa mengap-
mengap seperti ikan di luar air.
"Bapak udah mau...dik...Citra...!!" desahnya dengan mempercepat
kocokkannya.
"Di luar...Pak...ahh...uuhh...lagi subur" aku berusaha ngomong walau
suaraku sudah putus-putus.
Tak lama kemudian dia cabut penisnya dan menurunkan kakiku. Dia
naik ke wajahku, lalu dia tempelkan penisnya yang masih tegak dan
basah di bibirku. Akupun memulai tugasku, kukulum dan kukocok
dengan gencar sampai dia mengerang keras dan menjambak rambutku.
Maninya menyemprot deras membasahi wajahku, aku membuka
mulutku menerima semprotannya. Setelah semprotannya mereda pun
aku masih mengocok dan mengisap penisnya seolah tidak membiarkan
setetespun tersisa. Batang itu kujilati hingga bersih, benda itu mulai
menyusut pelan-pelan di mulutku. Kami berpelukan dengan tubuh
lemas merenungi apa yang baru saja terjadi.
Sofa tempat aku berbaring tadi basah oleh keringat dan cairan cintaku
yang menetes disana. Masih dalam keadaan bugil, aku berjalan
sempoyongan ke dapur mengambil kain lap dan segelas air putih.
Waktu aku kembali ke ruang tamu, Pak Hambali sedang mengancingkan
lagi bajunya, lalu meneguk air yang tersisa di gelasnya.
"Wah Dik Citra ini benar-benar hebat, istri-istri bapak sekarang udah
ga sekuat adik lagi padahal mereka sering melayani bapak berdua
sekaligus" pujinya yang hanya kutanggapi dengan senyum manis.
Setelah berpakaian lagi, aku mengantarnya lagi ke pintu depan.
Sebelum keluar dari pagar dia melihat kiri kanan dulu, setelah yakin
tidak ada siapa-siapa dia menepuk pantatku dan berpamitan
"Lain kali kalo ada kesempatan kita main lagi yah Dik"
"Dasar bandot, belum cukup punya istri dua, masih ngembat anak
orang" kataku dalam hati
Akhirnya aku pun mandi membersihkan tubuhku dari sperma, keringat,
dan liur. Siraman air menyegarkan kembali tubuhku setelah seharian
penuh berolahraga dan berolahsyahwat. Beberapa menit sesudah aku
selesai mandi, ibuku pun pulang. Beliau bilang wangi ruang tamunya
enak sehingga kepenatannya agak berkurang, aku senyum-senyum
saja karena ruang itu terutama sekitar "medan laga" kami tadi telah
kusemprot pengharum ruangan untuk menutupi aroma bekas
persenggamaan tadi.

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar tapi dilarang yang berbau sara dan provokativ.